• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK OLEH KADER PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (Studi pada DPC PKS Kecamatan Kertosono Kabupaten. Nganjuk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK OLEH KADER PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (Studi pada DPC PKS Kecamatan Kertosono Kabupaten. Nganjuk)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.LATAR BELAKANG

Gramsci menilai bahwa ideologi itu tidak bisa dinilai dari kebenarannya atau kesalahannya, tetapi harus dinilai dari kemanjurannya dalam mengikat berbagai kelompok sosial yang berbeda-beda ke dalam satu wadah, dan dalam peranannya sebagai pondasi atau agen proses penyatuan sosial1. Posisi ideologi itu memiliki peran penting dan sangat sentral dalam kehidupan manusia. Ideologi menjadi magnet atau penarik bagi manusia sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat. Maka tidak heran ketika manusia itu pada titik tertentu mau melakukan apa saja, bahkan bunuh diri sekalipun rela dilakukan karena terjadi proses ideologisasi dalam dirinya yang tertanam kuat.

Ideologi dalam konteks tertentu hampir menyerupai agama. Ada nilai-nilai yang diyakini kebenaranya secara mutlak, walapun secara historis ideologi itu lahir dan terbentuk tidak bisa dilepaskan dari konteks sosiologis, antropologis yang melatari konstruksi ideologi itu.

Dalam kehidupan sosial dan politik, ideologi itu memiliki andil besar sebagai rujukan atau flatform perjuangan. Ideologi menjadi pondasi yang kokoh demi mencapai tujuan politik sesuai dengan cita-cita dan semangat sebagaimana terkandung dalam ideologi itu.

Dalam perjalanannya, ideologi tidak lagi memiliki makna dan pemahaman tunggal. Pemahaman yang beragam terhadap ideologi menjadi

1

(2)

2

keniscayaan yang tidak bisa dielakkan. Faktor budaya, sosial politik, dan ekonomi bahkan keagamaan menjadi penyebab terjadinya banyak pemahaman terhadap ideologi.

Dampak dari pemaknaan dan pemahaman terhadap ideologi tersebut bisa menyebabkan terjadinya sikap demokratis, toleran dan saling menghargai. Tetapi dititik lain ideologi itu melahirkan sikap intoleransi, radikal, dan fanatik. Hal itu terjadi sebagai wujud dari pemahaman ideologi tersebut.

Penilaian yang beragam terhadap konsep ideologi itu tidak bisa dihindari. Misalnya ada yang menilai bahwa ideologi hanya bergerak dalam dunia hayalan, hanya sebatas ide, penilaian ini dibantah oleh Gramsci, Gramsci menilai bahwa ideologi tidak sekedar berada dalam dunia hayalan, lebih dari itu ideologi memiliki ruang aktifitas politik praktis sebagai wujud eksistensi dari sebuah ideologi dan menjadi aturan normatif bagi terwujudnya moralitas manusia2 Louis Althuser yang memiliki cara pandang relatif sama mengenai ideologi, ideologi tidak sekedar pelembagaan ide, tetapi bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, upacara keagamaan, adat dan ritual serta tradisi yang dilakukan sehari-hari menjadi wujud nyata materialisasi ide bagi Althuser3.

Dilain pihak, ideologi memiliki tiga makna, pertama ideologi bermakna sebagai kesadaran palsu, kedua ideologi memiliki makna netral,

2

Ibid.Hal 84 3

(3)

3

ketiga ideologi dalam arti keyakinan yang tidak ilmiah. 4 Arti ketiga, ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah, biasanya digunakan dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang positivistik. Segala pemikiran yang tidak dapat dibuktikan secara logis-matematis atau empiris adalah suatu ideologi. Segala masalah etis dan moral, asumsi-asumsi normatif, dan pemikiran-pemikiran metafisis termasuk dalam wilayah ideologi.5

Dalam konteks politik, ideologi memiliki posisi penting. Ian Adam memposisikan ideologi sebagai politik gerakan, dengan kata lain ideologi sebagai doktrin yang membimbing tindakan politik, idealitas-idealitas yang mesti diyakini sebagai iman politik yang harus dicapai dan diperjuangkan untuk mewujudkan masyarakat yang baik.6 Saat ini partai politik mengalami penolakan dan krisis kepercayaan oleh masyarakat karena seringkali tidak mampu menerjemahkan kebutuhan dan kepentingan publik untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terjadi akibat dari lemahnya political will. Orientasi politik untuk membangun masyarakat sejahtera belum dijadikan cita-cita politik bagi para elit politik sehingga banyak kendala dalam mengimplementasikannya. Ditambah lagi para elit politik

4

Jimly Asshiddiqie. Ideologi Pancasila dan Konstitusi. www.jimly.com, di akses pada 11 Februari 2011

5 Karl Mannheim . misalnya, menyatakan bahwa pengetahuan yang bersifat ideologis berarti

pengetahuan yang lebih sarat dengan keyakinan subyektif seseorang, daripada sarat dengan fakta-fakta empiris. Lihat, Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, Judul Asli: Ideology and Utopia, An Introduction to the Sociology of Knowledge, Penerjemah: F. Budi Hardiman, (Jakarta: Penerbit Kanisius, 1998), hal. xvii.

6

(4)

4

tidak memiliki orientasi politik jangka panjang yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan dan keputusan politik.

Partai politik merupakan sarana dalam memperjuangkan asiprasi rayat. Oleh karena itu keberadaanya sangatlah penting. Partai politik tidak sekedar menjadi alat untuk meraih kekuasaan, akan tetapi partai politik berfungsi untuk melakukan rekruitmen dan kaderisasi, penanaman ideologi partai politik tersebut menjadi kebutuhan dasar bagi para kader partai.

Memposisikan ideologi sebagai dasar-dasar perjuangan bagi partai politik merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Keberadaan ideologi dalam partai politik menjadi rujukan dalam bentuk platform partai, visi-misi partai, garis perjuangan partai pola kaderisasi partai serta tujuan jangka panjang partai politik tersebut, apakah ideologi partai telah dipahami secara baik dan utuh bagi kader partai tersebut.

(5)

5

Pada masa Orde Baru eksistensi dan orientasi ideologi partai politik menjadi kabur, ketika rezim memaksa melakukan penyeragaman ideologi terhadap organisasi kemasyarakatan (ormas) dan organisasi sosial politik (orsospol) yaitu Pancasila. Dalam bentuk yang lain, menjadikan Pancasila sebagai ideologi tunggal berhasil, walaupun pemaksaan itu pada hakikatnya bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Implikasinya adalah peranan dan fungsi partai politik itu tidak mampu melakukan politik chek and balances karena partai politik dikebiri oleh rezim otoritarianisme Soeharto. Partai politik tidak lagi leluasa memainkan peran strategis untuk melakukan lobi dan negosiasi untuk membuat kebijakan yang pro rakyat. Fakta yang terjadi partai politik tidak berdaya dengan kekuasaan ORBA. Pada gilirannya partai politik menjadi subordinasi dari kekuasaan. Kontrol terhadap kekuasaan yang melekat pada peran partai politik menjadi mandul karena kekuasaan yang totaliter sepenuhnya diatur oleh Soeharto.

Inilah fakta politik di Indonesia yang bisa kita nilai secara bersama, apakah partai politik sebagai pilar demokrasi dan sarana dalam memperjuangkan rakyat itu berdampak terhadap kesejahteraan rakyat atau justru partai politik hanya menjadi tameng kekuasaan yang tidak lagi memperjuangkan kebutuhan dan kepentingan rakyat

(6)

6

didirikan di Jakarta pada hari senin tanggal 26 Robiul Awal tahun 1419 hijriyah bertepatan pada tanggal 20 Juli 1998 masehi7

PKS juga menegaskan langkah perjuangan politiknya untuk mencapai agenda dan tujuannya dalam memberikan kontribusi dalam membangun Indonesia yang adil dan sejahtera. Hal ini tertuang dalam pasal 5 ayat 1) terwujudnya cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Pembukaan Undan-Udang dasar 1945 Negara Republik Indonesia dan 2) terwujudnya masyarakat madani yang adil dan sejahtera yang diridhai oleh Allah subhanahu ta ala dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia8

(7)

7

sebagaimana Quran dan Hadist itu dalam tatanan politik kemasyarakatan masyarakat Madinah. Ada nuansa yang berbeda dengan konsep civil society9

Terlepas dari perdebatan konsep dan istilah madani dan civil society, kehadiran Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang lahir dalam rahim sejarah reformasi ini menjadi harapan baru bagi masyarakat di tengah mewabahnya penyakit elit politik negeri ini. Partai yang mengirkrarkan diri sebagai partai dakwah dan berideologi Islam ini memberi warna berbeda dalam performa politik Indonesia.

Sebagai pendatang baru PKS dalam pentas politik nasional ini sangat fenomenal jika dilihat dari perolehan suara. Sejak terlibatnya partai ini pada pemilu tahun 2004 memperoleh suara yang cukup signifikan karena PKS adalah pemain baru dalam pentas politik. Hasil pemilu 2009 PKS ketika itu masih bernama Partai Keadilan (PK) tidak mencapai angka electoral treshold 2%, tetapi jika dibandingkan dengan partai politik yang lain dukungan terhadap PKS mengembirakan. Dari 160 parpol yang mendaftar di KPU, hanya 48 parpol yang lolos ikut pemilu, dan dari 48 parpol peserta pemilu itu hanya 21 partai yang memperoleh kursi di DPR RI, Partai Keadilan menduduki peringkat ke 7 dengan 7 kursi di DPR RI, 26 kursi di DPRD Provinsi, 153 kursi di DPRD Kabupaten/Kota. Jika diukur dengan modal sumber daya manusia dan struktur plus dukungan dana sebesar 4 milyar sejak pendirian partai pada bulan Juli 1998 hingga pemilu Juni 1999, perolehan

9

(8)

8

suara dan kursi tersebut merupakan suatu kapitalisasi politik yang luar biasa. Aset politik PKS terlalu kecil jika dibandingkan dengan margin politik tahun 1999.10

Banyak kalangan menilai bahwa PKS sebagai partai dakwah dengan gerakan pendidikan (tarbiyah) menampilkan dua wajah sekaligus, pertama PKS mengundang simpati publik dan kedua kecemasan publik. Hal ini terkait karena PKS secara ideologi dan doktrinal sangat lekat dengan Ikhwanul Muslimin Hasan Al-bana dimana gerakan politiknya adalah mendirikan Negara Islam. Di sisi lain, demokrasi yang dibangun dan diterapkan di PKS adalah dengan demokrasi yang biaya politiknya rendah. Suksesi pemilihan ketua umum yang diselenggarakan dalam kongres, munas membutuhkan ongkos yang tidak sedikit, bahkan money politic sulit dihindari dalam rangka meraih pimpinan itu. Tetapi yang dipraktikkan di PKS sangat berbeda, musyawarah nasional itu menjadi media konsolidasi, strategi dalam menyusun visi-misi misi partai, ketetapan-ketetapan, dan rekomendasi musyawarah nasional, dan memilih pimpinan pusat partai, serta keputusan-keputusan strategis lainnya. Pemilihan ketua umum dan pimpinan yang lain diwakilkan kepada majelis syuro yang berjumlah 99 orang yang telah dipilih melalui mekanisme pemilihan raya yang melibatkan seluruh anggota kader inti partai.11 Rendahnya ongkos politik adalah cara untuk menghindari dari money politic

10

Joko Yuniarto. Survival PKS Sebagai Partai Dakwah Dalam Melakukan Fungsi Partai Politik Pada Sistem Politik Indonesia; http://djokoyuniarto.multiply.com/journal/item/11/di akses paa tanggal 20 April 2011

11Abdul Hakim MS. Demokrasi ala PKS

(9)

9

Momentum pemilu tidak ada kader PKS yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif atau ekskutif ditingkat daerah maupun pusat. Calon tersebut diajukan berdasarkan pilihan kader-kader di bawah dengan mempertimbangkan tingkat spritulitasnya dan kiprah dakwahnya dimasyarakat yang kemudian direkomendasikan kepada pimpinan majelis pertimbangan wilayah /pusat atas pilihan atau usulan kader-kader yang ada di lapisan bawah12 Model demokrasi yang dikembangkan oleh PKS memberikan contoh yang perlu diapresiasi kita bersama. Dengan model ini, barangkali akan menekan terhadap laju dan berkembangnya money politic.

Kecemasan publik terhadap orientasi politik PKS cukup beralasan di mana mengingat PKS terisnpirasi oleh Ikhwanul Muslimin lahir di Timur Tengah yang didirikan oleh Hasan Albanna itu berimplikasi terhadap cara pandang kader-kader PKS sehingga mendorong kader-kadenya bepandangan anti-Semitik, berpandangan konspiratif terkait dengan sikap anti Barat13

PKS yang mengusung pentingnya nilai-nilai Islam bersemai dalam konteks kenegaraan tidak bisa dihindari. Sebagai partai yang terinspirasi oleh Ikhwanul Muslimin, maka tidak bisa mengelak bahwa model dan pola pengkaderan yang diterapkan relatif sama dengan yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin. Misalnya, pola kaderisasi seperti sistem keluarga ( usroh) pembimbing ( murobbi). Langkah ini dilakukan untuk membina dan memperkuat pemahaman niai-nilai ideologi PKS.

12

Hasil wawancara dengan ketua PKS Kab. Nganjuk Moh,salim 13

(10)

10

Untuk menjaga dan meneguhkan pemahaman ideologi PKS, maka pengajian rutin dalam berbagai bentuknya seperti halaqoh/usroh, majelis taklim dan daurah itu dinilai efektif dalam memberikan dan menanamkan nilai-nilai keislaman dan dakwah terhadap kader. Bahkan dalam bidang infrastruktur sosial seperti pendidikan, PKS menilai sangat efektif agar akar keislaman, ideologi gerakan ditanamkan sedini mungkin.

Berdasarkan referensi dan prediksi awal di atas, penulis ingin lebih mendetail dan komprehensif untuk meneliti mengenai konstruksi ideologi PKS oleh kader PKS, dan proses yang dilakukan PKS dalam melakukan konstruksi pemahaman mengenai ideologi partai oleh kader-kader PKS

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui lebih dalam dan luas mengenai konstruksi ideologi partai politik oleh kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berideologi Islam dengan sistem tarbiyah dan terinspirasi gerakan iIkhwanul Muslimin. Menjadi kader PKS itu tidak semudah seperti yang dibayangkan. Tahapan demi tahapan dilakukan sebagai sarana untuk memahami ideologi partai tersebut, pola rekruitmen dan kaderisasi sebagai media agar kader secara maksimal memahami ideologi yang diterapkan dan diyakini oleh PKS itu

(11)

11

Memahami ideologi partai bagi kader PKS menjadi mutlak adanya, apalagi partai yang mengikrarkan diri sebagai partai dakwah dengan gerakan tarbiyah. Dakwah menjadi spirit utama bagi PKS, walaupun politik menjadi bagian dari salah satu perjuangannya. Akan tetapi, dakwah tetap menjadi yang utama dan pertama bagi PKS, oleh karena itu, dengan model gerakan tarbiyah, pemahaman kader terhadap ideologi parpol yang banyak mengadopsi gerakan Ikhwanul Muslilimin menjadi penting untuk ditelusuri, bagaimana tahapan yang dilakukan agar kader bisa memahami ideologi parpol yang berliran timur tengah ini. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti mengenai Konstruksi Ideologi Parpol Oleh Kader PKS ( Studi pada DPC PKS Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk)

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana konstruksi ideologi Partai Politik oleh kader PKS C. TUJUAN PENELITIAN

Mendeskripsikan konstruksi ideologi partai politik oleh kader PKS D. KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan nanti bisa digunakan untuk :

(12)

KONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK

OLEH KADER PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

(Studi pada DPC PKS Kecamatan Kertosono Kabupaten. Nganjuk)

TESIS

Untuk Memenuhi sebagian persyaratan

Untuk mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Sosiologi

Diajukan oleh:

Abdus Salam

NIM 09250003

MAGISTER SOSIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(13)

KONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK

OLEH KADER PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

(Studi Pada Dewan Pimpinan Cabang PKS Kec. Kertosono Kabupaten Nganjuk)

Diajukan oleh:

ABDUS SALAM

NIM: 09250003

Telah disetujui

Tanggal 15 Agustus 2012

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Vina Salviana DS, M.Si Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana Magister Sosiologi

(14)

T E S I S

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ABDUS SALAM Nim : 09250003

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal,11 Agustus 2012

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Vina Salviana DS, M.Si

Sekretaris : Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si

Penguji I : Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si

(15)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya Nama : Abdus Salam NIM : 09250003

Program Studi : Magister Sosiologi Dengan ini menyatakan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tesis dengan judul Konstruksi Ideologi Parpol Oleh Kader PKS( Studi pada DPC PKS Kecamatan Kertsosono Kabupaten Nganjuk)

Adalah hasil karya saya dalam naskah tesis, ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademiki diperguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain bagi sebagian atau keseluruhan, kecuali secara tertulis dikutif dalam naskah ini dan dapat disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dijadikan sumber pustaka yang merupakan Hak BEBAS ROYALTY NON EKSLUSIF

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya

Malang, 15 Agustus 2012 Yang menyatakan

(16)

Kata Pengantar

Subhananallah dan alhamdulilah, kalimat ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Allah SWT. Walaupun banyak kendala akhirnya tesis ini bisa selesai. Tahun 2009 bulan Oktober penulis mulai belajar di Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Saat wawancara, Bapak Sugeng Pujileksono Dosen penulis di S1 Kesejahteraan Sosial UMM menanyakan mengenai kesanggupan membayar SPP. Sangat wajar beliau bertanya demikian karena beliau memahami penulis sejak di bangku perkuliahan S1. Penulis hanya menjawab insyallah bisa membayar. Walapun kenyataannya yang dikhawatirkan terjadi juga, sehingga berdampak pada kelulusan penulis bisa tepat waktu yaitu empat semester dalam perkuliahan.

(17)

tidak maksimal, jauh dari harapan dan secara utuh menggambarakan mengenai konstruksi ideologi parpol oleh kader PKS. Terimakasih pula bagi penguji Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si dan Dr. Asep Nurjaman dengan segala kritik, saran bahkan lebih dari itu, penulis menilai bahwa semua itu sebagai bahan evaluasi bagi penulis bahwa bersungguh-sungguh dan bekerja keras itu mutlka dilakukan.

Tidak lupa pula penulis juga menyampaikan kepada Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang, Dr. Latipun M.Kes beserta semua para dosen penulis, yang telah mencurahkan ilmunya serta tausiyahnya selama penulis mengikuti perkuliahan. Semoga Allah membalas atas jasa-jasanya dan tercatat sebagai amal ibadah.

(18)

dalam proses fasilitasi masyarakat untuk mengawal PNPM MP di Kecamatan Kertosono.

Terimakasih pula kepada teman-teman Lembaga Swadaya Masyarakat ( LKM ) dan perangkatnya dan Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM) para Relawan di 14 Desa dampingan Kecamatan Kertosono PNPM MP yang telah meluangkan waktunya demi membantu masyarakat miskin dan semua kepala Desa/Lurah 13 Desa dampingan dan satu Kelurahan, kalian adalah guru penulis yang sangat berarti.

Tidak lupa juga buat teman-teman kelas Rika paling muda, selesai duluan, bapak Dillah, bapak Adi, Udin, Yessi dan Nino, dulu kita kuliah bersama, punya komitmen bersama untuk bisa lulus bersama, tetapi hal itu tidak terjadi,karena kerja keras kita berbeda, semangat kita berbeda, kesibukan kita juga berbeda bahkan finansial kita juga berbeda, sehingga luluspun berbeda.

Begitu juga perlu saya sampaikan kepada teman-teman DPC PKS Kecamatan Kertosono, Ust Aris, Fatkhul, Ustazdah Yani Purwanti dkk yang telah meluangkan waktunya bagi penulis untuk memberikan informasi terkait dengan data-data PKS, pola perngkaderan, tanpa kesedian dan waktu yang diberikan, oleh teman-teman DPC bagi penulis yang melakukan penelitian di DPC PKS

(19)

Terakhir penulis juga menyampaikan terimakasih buat anak dan istriku tercinta Dwi Hidayati dan Ahnaf Ravandra Mirza Abqory, atas doa dan supportnya agar segera menyelesaikan studi ini yang mulor satu tahun. Gara-gara studi ini, perhatianku terhadap kalian tertunda.

(20)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI I. Kajian Pustaka………...12

A. Penelitian Terdahulu……….12

B. Konsep ideologi ...………...22

C. Ideologi Ikhwanul Muslimin...………..22

D. Ikhwanul Muslimin di Indonesia...………..31

E. Ideologi PKS dan Ikhwanul Muslimin………...34

F. Visi dan Misi PKS ...41

G. PKS dan Gerakan Tarbiyah………..42

H. PKS dan Partai masa depan ………...……..49

I. Partai Politik dan Ideologi ...………50

1. Ciri-ciri Partai Politik...53

2. Fungsi Partai Politik...53

3. Tipelogi Partai Politik...54

(21)

II.Landasan Teori……….56

1. Teori Konstruksi atas Realitas Sosial ………..56

BAB III METODE PENELITIAN I. Jenis Penelitian……….61

II. Subyek dan Informan penelitian....………..62

III. Lokasi Penelitian ...………...63

IV. Teknik Pengumpulan Data………...63

V. Teknik Analisis Data………....65

VI. Keabsahan Data………....68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Sejarah DPC PKS Kecamatan Kertosono………....70

II. Profil Informan Peneltian………...………..72

III. Deskripsi Hasil Penelitian………....77

A.Konstruksi Ideologi PKS oleh Kader PKS...……...78

B.Analisis Konstruksi Ideologi PKS oleh Kader PKS....………....……....85

C.Konstruksi Ideologi Partai...………...87

1.Eksternalisasi...90

2.Obyektivasi...91

3.Internalisasi...93

D.Implikasi Teori...………...…………...100

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………..102

B. Saran………...103 DAFTAR PUSTAKA

(22)

DAFTAR TABEL

(23)

DAFTAR SKEMA

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Al-banna Hasan.2004. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin.Era Intermedia. Solo

Bungin, Burhan.2006.Sosiologi Komunikasi.Kencana Prenada Group

Muhtadi, Burhan.2012. Dilema PKS Suara dan Syariah. PT. Gramedia Jakarta Deden Faturohman dan Wawan Sobari. 2004. Pengantar Ilmu Politik. UMM

Press

Firmanzah. 2008. Mengelola Partai Politik. Yayasan Obor Indonesia Jakarta Hadari, Nawawi. 2003. Metode penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah

Mada Universty Press

Maleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Rosda Karya.

Masjid, Nurcholis.1998. Dialog Keterbukaan, artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer.Paramadina. Jakarta.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. UMM Press. Malang

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta. Rineka Cipta.

Ahmad, Nazili Saleh. 2011. Pendidikan dan Masyarakat. Jogjakarta. Sabda Media Nashir, Haidar . 2006. Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah UMM

Press

Prasetyo, Hendro.Munhanif, Ali.2002. Islam dan Civil Society Pandangan Muslim Indonesia. Gramedia Pustaka Utama Jakarta

(25)

Rahmat, Imdadun. 2009. Ideologi politik PKS, dari masjid Kampus ke Gedung parlemen.

Ritzer, George. Goodman J Douglas. 2008.Teori Sosiaologi Modern . Kencana Pernada Media Group Jakarta.

Salam, Abdus. 2004. Agama dijadikan Komuditas Politik. Alhikmah.com Simon , Roger.2002 Gagasan-gagasan politik Gramsci.INSIST Yogyakarta Suyatno: 2004.Menjalajah Demokrasi. Liebe Book Press Yogyakarta

Thomas Luckmann dan Peter L Berger. 2012. Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah tentang Sosiologi pengetahuan .LP3ES. Jakarta

Jurnal Civiv FISIP UI VOL 1 Edisi Desember 2003

Jurnal Konsitusi Fakultas Hukum Unisma Volume 1 Nomor 1 November 2009 Jurnal El hikmah Volume 1 /No 2 Mei 2009/ Jumadil awal 1430 H

Referensi

Dokumen terkait

Seperti contoh yang diberikan tentang orang tua Yopi pada awal berbisnis, tanpa modal yang cukup, tetapi karena bisa menjaga kepercayaan yang diberikan,

Hal seperti itu dapat terjadi karena kebiasaan guru dalam menyajikan pembelajaran terlalu mengacu pada target pencapain kurikulum sehingga mengabaikan hal yang nampaknya sepele

Adapun tujuan pemerintah dalam mengadakan pengawasan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan

Dari uraian di atas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: Kegunaan secara teoretis (Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan

Padahal pelaksanaan kegiatan tambang permukaan telah diatur dalam Kepmen Pertambangan dan Energi No : 1211.K/008/M.PE/1995 tentang : Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan

(7) Sanksi diskualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dikenakan kepada calon kepala desa oleh bupati/wali kota berdasarkan rekomendasi dari panitia pemilihan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Bakteri yang teridentifikasi dari plak gigi pasien di Puskesmas Ranotana Weru Manado yang

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa prosedur dalam memperoleh kembali mobil sebagai barang bukti dalam kasus tindak