• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reproduksi ikan cichlid di Waduk Cirata, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Reproduksi ikan cichlid di Waduk Cirata, Jawa Barat"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

REPRODUKSI IKAN CICHLID DI WADUK CIRATA,

JAWA BARAT

SRI WAHYUNI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Reproduksi Ikan Cichlid di Waduk Cirata, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Sri Wahyuni

(4)

RINGKASAN

SRI WAHYUNI. Reproduksi Ikan Cichlid di Waduk Cirata, Jawa Barat. Dibimbing oleh SULISTIONO dan RIDWAN AFFANDI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek reproduksi ikan cichlid (nila, oskar dan gouldsoum) di Waduk Cirata. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari-Juli 2012. Ikan ditangkap dengan mengunakan gillnet di Waduk Cirata. Analisis dilakukan untuk menentukan kelimpahan ikan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi jenis ikan, hubungan panjang berat, faktor kondisi, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur.

Ikan cihlid yang tertangkap selama penelitian berjumlah 357 ekor yang terdiri atas ikan nila berjumlah 166 ekor (46.49%), ikan oskar berjumlah 106 ekor (29.69%), dan ikan goldsoum berjumlah 85 ekor (23.80%). Jumlah ikan nila dan oskar melimpah di stasiun Maleber sedangkan ikan goldsoum melimpah di stasiun

Tegal Datar. Keanekaragaman jenis (H’) tertinggi di stasiun Maleber dengan nilai 2.15, keseragaman jenis (E) tertinggi di stasiun DAM dengan nilai 0.81 dan dominansi jenis (D) tertinggi di stasiun Maleber dengan nilai 0.84.

Pola pertumbuhan ikan nila, oskar dan goldsoum adalah isometrik. Faktor kondisi ikan nila tertinggi adalah pada bulan Februari, faktor kondisi ikan oskar dan goldsoum tertinggi adalah pada bulan Mei.

Selama penelitian, nisbah kelamin (jantan:betina) ikan nila dari 1.0:0.5 sampai 1.0:1.6, oskar dari 1.0:1.3 sampai 1.0:0, dan goldsoum dari 1.0:0 sampai 1.0:1.8 (test "chi-squere" pada 0.05 significance level). Ukuran pertama kali matang gonad ikan nila jantan dan betina 209 mm dan 179 mm, oskar 144 mm dan 141 mm, dan goldsoum 146 mm dan 136 mm.

Berdasarkan tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad, ikan nila musim pemijahannya pada bulan Mei dan Juli, ikan oskar dan goldsoum musim pemijahannya pada bulan Juli. Fekunditas ikan nila berjumlah 1636 sampai 5068 telur, oskar berjumlah 1241 sampai 2757 telur, dan goldsoum berjumlah 1914 sampai 4003 telur.

Diameter telur ikan nila berkisar antara 0.4-4.36 mm, oskar berkisar antara 0.63-2.39 mm dan goldsoum berkisar antara 0.25-2.45 mm. Berdasarkan penyebaran diameter telur, tipe pemijahan ikan nila, oskar dan goldsoum adalah parsial (partial spawning).

(5)

SUMMARY

SRI WAHYUNI. Reproduksi Ikan Cichlid di Waduk Cirata, Jawa Barat. Dibimbing oleh SULISTIONO dan RIDWAN AFFANDI.

This study aims to analyze some aspects of cichlid fish reproduction (tilapia, oscar, and goldsoum) in reservoir Cirata. This research was done from February to July 2012. Fish samples obtained using gillnet in reservoir Cirata. Analysis ware done to determine fish abundance, diversity, evenness and fish dominance, relation between length and weight, condition factor sex ratio, gonad maturity, gonad somatic index, fecundity, and oocyte diameter.

Cichlid fish ware 357 individual consisted of tilapia 166 individuals (46.49%), oscar 106 individuals (29.69%), and goldsom 85 individuals (23.80%). Amount of tilapia and oscar were abundant in maleber station, as for goldsoum were abundant in Tegal Datar station. The highest diversity (H’) is in Maleber station (2.15). The highest spesies evenness (E) was in DAM station (0.79) and the highest species dominanc was in Maleber station (0.84).

Tilapia, oscar and goldsoum growth pattern are isometric. The highest condition factor for tilapia was in Februari 2012; the highhest condition factor for oscar and goldsoum was in May 2012.

During the study, sex ratio (male:female) of tilapia ranged from 1.0:0.5 to 1.0:1.6, oscar from 1.0:1.3 to 1.0:0, and goldsom from 1.0:0 to 1.0:1.8 (test "chi-squere" at 0.05 significance level). First mature gonad of male and female tilapia was 209 mm and 179 mm, oskar 144 mm and 141 mm, and goldsoum 146 mm and 136 mm.

Based on the level of maturity of gonads and gonad somatic index, tilapia had spawning peaks in May and July 2012, oscar and goldsoum had spawning peaks in July 2012. Fecundity of tilapia ranged from 1636 to 5068 eggs, oscar ranged from 1241 to 2757 eggs, and goldsom ranged from 1914 to 4003 eggs.

Oocyte diameter of tilapia was 0.4-4.36 mm, oskar was 0.63-2.39 mm dan goldsoum was 0.25-2.45 mm. Based on the oocyte diameter distribution, the type of spawning tilapia, oscar and goldsoum was a partial spawning.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Sumberdaya Perairan

REPRODUKSI IKAN CICHLID DI WADUK CIRATA,

JAWA BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(8)
(9)

Judul Tesis : Reproduksi Ikan Cichlid di Waduk Cirata, Jawa Barat Nama : Sri Wahyuni

NIM : C251100011

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Sulistiono, MSc Ketua

Dr Ir Ridwan Affandi, DEA Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Sumberdaya Perairan

Dr Ir Enan M Adiwilaga

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’Ala

atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari-Juli 2012 ini ialah reproduksi ikan cichlid di Waduk Cirata, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr Ir Sulistiono, M.Sc dan Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku pembimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Pemerintah Propinsi Riau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk tugas belajar di Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Deskripsi Perairan Waduk 5

Komunitas Ikan 5

Ekobiologi Ikan Cichlid 5

Habitat Ikan Cichlid 9

Aspek Reproduksi 9 Kualitas Perairan 11

Dampak Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Terhadap Kualitas Air 12

3 METODE 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Bahan dan Alat 14

Metode Pengumpulan Data 15

Analisis Data 18

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Hasil 22

Pembahasan 38

5 SIMPULAN DAN SARAN 47

Simpulan 47

Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 55

(12)

DAFTAR TABEL

1 Bahan dan alat 14

2 Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan 15

3 Struktur anatomis gonad 17

4 Hasil pengukuran parameter kualitas air 22

5 Deskripsi substrat di masing-masing stasiun penelitian 23 6 Jenis-jenis ikan berdasarkan waktu penelitian 24 7 Jenis-jenis ikan berdasarkan stasiun penelitian 24 8 Analisis indeks keanekaragaman (H') indeks keseragaman (E) dan

indeks dominansi jenis (D) di stasiun penelitian 26

9 Hubungan panjang berat ikan cichlid 26

10 Faktor kondisi ikan cichlid berdasarkan stasiun penelitian 28 11 Nisbah kelamin ikan nila, oskar dan goldsoum 28 12 Hasil perhitungan ukuran pertama kali matang gonad berdasarkan

Sperman Karber 29

13 Kisaran panjang total, berat tubuh dan fekunditas ikan cichlid

berdasarkan stasiun penelitian 35

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pendekatan dan pemecahan masalah 4

2 Ikan nila (Oreochromis niloticus) 7

3 Ikan oskar (Amphilophus citrinellus) 8

4 Ikan goldsoum (Cichlasoma trimaculatum) 9

5 Peta stasiun penelitian di Waduk Cirata 14

6 Jumlah ikan cichlid berdasarkan waktu penelitian 25

7 Jumlah ikan cichlid berdasarkan stasiun penelitian 25

8 Faktor kondisi ikan nila 27

9 Faktor kondisi ikan oskar 27

10 Faktor kondisi ikan goldsoum 27

11 Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) I-V ikan nila jantan (a) dan

betina (b) berdasarkan waktu penelitian 29

12 Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) I-V ikan oskar jantan (a) dan

betina (b) berdasarkan waktu penelitian 30

13 Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) I-V ikan goldsoum jantan (a)

dan betina (b) berdasarkan waktu penelitian 31

14 Persentase indeks kematangan gonad (IKG) pada ikan nila, oskar dan

goldsoum berdasarkan waktu penelitian 32

15 Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) I-V ikan nila jantan (a) dan

betina (b) berdasarkan stasiun penelitian 33

16 Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) I-V ikan oskar jantan (a) dan

betina (b) berdasarkan stasiun penelitian 33

17 Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) I-V ikan goldsoum jantan (a)

(13)

18 Sebaran diameter telur ikan nila TKG IV di Waduk Cirata 36 19 Sebaran diameter telur ikan oskar TKG IV di Waduk Cirata 36 20 Sebaran diameter telur ikan goldsoum TKG IV di Waduk Cirata 36

21 Struktur histologis perkembangan gonad ikan nila, oskar, goldsoum jantan TKG IV dengan pembesaran 40 x 10 dan pewarrnaan dengan H & E 37 22 Struktur histologis perkembangan gonad ikan nila, oskar, dan goldsoum

betina TKG IV berdasarkan pembesaran 40 x 10 dan pewarrnaan dengan H

& E 37

DAFTAR LAMPIRAN

1

Gambar stasiun penelitian 55

2 Data kualitas air 57

3 Pertumbuhan ikan cichlid secara keseluruhan 59

4 Nisbah kelamin ikan cichlid 62

5 Fekunditas stasiun penelitian 63

6 Pertumbuhan ikan nila 64

7 Pertumbuhan ikan oskar 65

8 Pertumbuhan ikan goldsoum 66

9 Indeks keragaman jenis (H'), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominasi (D) di stasiun penelitian 67

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu Waduk Saguling di bagian hulu dan Waduk Jatiluhur di bagian hilir. Secara geografis, Waduk Cirata terletak pada koordinat 107o14’15” LS-107o22’03” LS dan 06o41’30” BT - 06o48’07” BT. Secara administratif, Waduk Cirata termasuk dalam 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bandung. Waduk Cirata terletak pada ketinggian 225 m diatas permukaan laut, mempunyai luas genangan maksimum 6.200 ha dengan kedalaman rata-tara 34.9 m (Purnamaningtyas dan Tjahjo 2010). Fungsi utama pembangunan waduk ini adalah sebagai pembangkit tenaga listrik. Beberapa kegiatan yang mempengaruhi kualitas perairan di Waduk Cirata antara lain adalah aktivitas pemukiman, rekreasi dan adanya budidaya ikan di keramba jaring terapung. Kegiatan tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah bahan organik yang masuk ke perairan dan berpengaruh terhadap kualitas dan tingkat kesuburan perairan.

Waduk Cirata menjadi habitat beragam jenis sumberdaya perikanan, setidaknya terdapat 18 jenis sumberdaya ikan yang terdapat di Waduk Cirata, yang terkelompok dalam delapan famili yaitu Cyprinidae, Bagridae, Eleotridae, Cichlidae, Pangasidae, Ophiocephalidae, Chanidae dan Characidae (Jubaedah 2004). Komunitas ikan di perairan Waduk Cirata terdiri atas ikan asli dan ikan asing.

Ikan nila (Oreochromis niloticus), oskar (Amphilophus citrinellus) dan goldsoum

(Cichlasoma trimaculatum) adalah jenis-jenis ikan dari famili Cichlidae. Masyarakat

sekitar Waduk Cirata memanfaatkan ikan ini sebagai ikan konsumsi maupun sebagai ikan hias. Ikan nila sengaja dipelihara di KJA sedangkan ikan oskar dan ikan goldsoum adalah ikan asing yang bukan merupakan jenis ikan yang sengaja ditebar, melainkan ikan yang terlepas dari keramba jaring apung (KJA) atau terbawa bersama dengan benih ikan yang dipelihara di KJA. Ikan cichlid di Waduk Cirata dapat memberi dampak positif bagi perikanan atau sebaliknya memberi dampak negatif. Dampak negatif terjadi jika ikan cichlid menjadi spesies invasif. Lodge et al. (2006) sebagaimana dikutip Belle dan Yeo (2010) mendefinisikan spesies invasif sebagai spesies yang mampu mempertahankan populasinya pada ekosistem alami atau semi alami dan berpengaruh negatif terhadap spesies lain bahkan dapat menghilangkan spesies lain. Beberapa karakteristik yang dimiliki ikan cichlid menunjukkan bahwa spesies ini berpotensi sebagai jenis ikaninvasif jika diintroduksi. Jubaedah (2004) menemukan proporsi ikan cichlid di Waduk Cirata sebesar 34.55% dari total hasil tangkapan. Tjahjo et al. (2009) menyatakan bahwa komposisi ikan oskar sebesar 40.4% dari total hasil tangkapan di Waduk Jatiluhur. Hal ini mengindikasikan bahwa populasi ikan cichlid di Waduk tersebut cukup tinggi. Dimasa mendatang dikhawatirkan populasi ikan cichlid tersebut akan menekan populasi ikan asli.

(16)

(Wargasasmita 2005). Ikan cichlid bersifat omnivora cenderung karnivora (Nurnaningsih 2004) yang ditenggarai dapat menjadi kompetitor bagi ikan asli di Waduk Cirata, terkait sifatnya yang generalis dalam memanfaatkan sumberdaya makanan (Tjahjo et al. 2009). Selain itu ikan ini juga memiliki ketahanan hidup yang tinggi dan toleran terhadap perubahan lingkungan (Frose dan Pauli 2010).

Berdasarkan fakta di atas maka diperlukan penelitian awal mengenai biologi ikan cichlid di Waduk Cirata terutama tentang aspek reproduksinya yang merupakan aspek dasar penting untuk dikaji karena menggambarkan kesesuaian dan adaptasi suatu spesies pada habitatnya, terlepas dari apakah ikan cichlid akan berdampak positif atau dampak negatif di Waduk Ciarata. Hingga saat ini belum ada penelitian yang komprehensif mengenai ikan cichlid ini di Waduk Cirata, oleh sebab itu informasi yang dihasilkan dari penelitian ini penting untuk dijadikan sebagai dasar pengelolaan ikan cichlid di Waduk Cirata.

Perumusan Masalah

Komunitas ikan di perairan Waduk Cirata terdiri atas ikan asli dan ikan asing. Keberadaan spesies ikan asing dapat berdampak positif ataupun negatif. Masalah yang dihadapi Waduk Cirata adalah meningkatnya jumlah ikan cichlid sehingga beberapa jenis ikan asli di Waduk Citara dikhawatirkan akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena ikan cichlid dapat menjadi predator dan kompetitor, sehingga menjadi ancaman bagi ikan lainnya. Jika tidak ada upaya menekan pertumbuhan populasi ikan cichlid, dikhawatirkan dimasa mendatang di Waduk Cirata, ikan cichlid akan mendominasi ikan-ikan lain. Apabila keadaan seperti ini tidak dikelola dengan baik, pada akhirnya akan mengancam kelangsungan hidup biota lain yang hidup di waduk tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan kajian tentang bio ekologi khususnya aspek reproduksi ikan cichlid yaitu ikan nila (O.niloticus), oskar (A.citrinellus) dan goldsoum

(C.trimaculatum) terutama mengenai:

- Preferensi habitatnya. - Biologi reproduksinya

Dengan tersedianya informasi tentang aspek reproduksi ikan tersebut maka diharapkan akan mampu mengendalikan populasinya.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aspek reproduksi ikan cichlid (nila, oskar dan goldsoum) di Waduk Cirata.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan dan upaya pengelolaan ikan nila (O.niloticus), oskar (A.citrinellus) dan goldsoum

(C.trimaculatum) di Waduk Cirata.

Ruang Lingkup Penelitian

(17)
(18)

Wilayah Kajian

Gambar 1 Kerangka pendekatan dan pemecahan masalah Beban Antropogenik

Hidromorfomertik

Tempat pemijahan

Pengelolaan ikan cichlid berdasarkan informasi

biologi reproduksi Kualitas air

&

Habitat Kualitas Air:

Suhu, Kedalaman, Kekeruhan, Tipe

subtrat. O2 terlarut, pH,

Alkalinitas,NO2-N, NH3

Data biologi reproduksi ikan cichlid Struktur populasi:

Nisbah Kelamin, Tingkat Kematangan Gonad, Indeks Kematangan Gonad, Ukuran Ikan Pertama Kali Matang Gonad, Fekunditas, dan Diameter Telur Reproduksi

Beban masuk

an? Hidrodi

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Perairan Waduk

Waduk merupakan bentuk perairan tawar yang tergenang sebagai akibat pembendungan bagian badan sungai. Waduk Cirata merupakan perairan yang dibentuk dari pembendungan Sungai Citarum dan beberapa anak sungainya, sehingga terjadi perubahan habitat dari tipe ekosistem yang mengalir (lotik) ke tipe ekositem perairan yang tergenang (lentik). Waduk Cirata dibangun pada tahun 1983 dan mulai digenangi pada tahun 1987. Sama halnya dengan diwaduk-waduk lain, bentuk gradient longitudinal perairan Waduk Cirata terbagi menjadi tiga zona yakni: zona perairan sungai, perairan transisi dan perairan lakustrin (Jubaedah 2004).

Sungai Citarum pada bagian inlet Waduk Cirata memiliki karakteristik perairan sistem sungai yang mengalir (riverin) dan sistem waduk yang tergenang (lakustrin). Perubahan sistem tersebut, diduga menyebabkan perubahan komposisi jenis dan populasi ikan. Sungai Citarum mempunyai ikan asli lebih dari 20 jenis (Sarnita 1982; Kartamihardja et al. 1987; Krismono et al. 1987 dalam Jubaedah 2004), tetapi setelah pembendungan terjadi pengurangan jumlah jenis, pada tahun 1986 dan tahun 2000 tinggal 16 dan 4 jenis ikan asli di Waduk Juanda. Kegiatan perikanan yang berkembang di Waduk Cirata adalah budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) yang dimulai pada tahun 1988. Jumlah KJA di Waduk Cirata meningkat dari tahun ke tahun, data pada tahun 2004 jumlahnya mencapai lebih dari 40.000 unit (BPWC 2004).

Komunitas Ikan

Komunitas ikan di perairan Waduk Cirata terdiri atas ikan asli dan ikan introduksi. Komposisi jenis pada suatu komunitas ikan sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya spesies invasif di lingkunan perairan tersebut. Disamping itu pembangunan waduk akan mengakibatkan perubahan habitat, jenis-jenis ikan yang menyukai air berarus akan menurun jumlahya, sedangkan jenis-jenis ikan yang menyukai perairan tenang akan berkembang dengan baik (Bhukaswan 1980).

Faktor biotik yang mempengaruhi struktur komunitas ikan adalah adanya hubungan pemangsaan dan kompetisi (Jackson et al. 2001). Kompetisi antar jenis ikan akan terjadi ketika salah satu jenis organisme menggunakan sumberdaya yang terbatas dan akhirnya mengurangi sumberdaya yang tersedia untuk organisme lainnya. Intensitas dan peluang terjadinya kompetisi antar jenis organisme merupakan fungsi kesamaan dalam pemanfaatan sumberdaya dari kedua organisme tersebut. Menurut Krebs (1994), jika terjadi tekanan disuatu lingkungan perairan, maka kekayaan jenis organisme yang ada akan relatif rendah dan terjadi dominasi oleh jenis ikan tertentu.

Ekobiologi Ikan Cichlid

Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Nila

(20)

Tilapia nilotica dan Tilapia mossambica. Namun sejak tahun 1980, nama nila dan mujair telah diganti menjadi Oreochromis nilotica dan Oreochromis mossambica. Perubahan klasifikasi terbaru tersebut dipelopori oleh beberapa ahli diantaranya, Dr. Trewavas, Wohlfart, dan Hulata. Dalam sebuah publikasi yang diterbitkan oleh British

Museum of Natural History, Dr. Trewavas membagi ikan-ikan dari famili Cichlidae

tersebut ke dalam 3 genus, antara lain: 1. Genus Tilapia

Genus ini memijah dan meletakkan telurnya pada substrat (batu, kayu, dan sebagainya). Induk jantan dan betina secara bergantian menjaga telur dan anak-anaknya. Selain itu, genus Tilapia tersebut mengeluarkan telur dalam jumlah yang sedikit. Contoh spesiesnya adalah T. Sepermanii, T. Rendali, dan T. Zilli.

2. Genus Sarotherodon

Genus Sarotherodon memijah dan mengerami telurnya di rongga mulut induk jantan atau pindahkan dari rongga mulut induk jantan ke rongga mulut induk betina. Contoh spesiesnya adalah S. Malanothreon, dan S. Galilaenus.

3. Genus Orechromis

Pada genus ini, induk betinalah yang mengerami telur di dalam rongga mulut dan menjaga anak-anaknya. Contoh spesiesnya adalah O. Nilotica, O. Aureus, O.

Spilurus, O. Leucostica, O. Vulcani, dan O. Nigra.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, ikan nila dan mujair yang ada di Indonesia mempunyai kebiasaan memijah dan mengerami telurnya di dalam rongga mulut induk betina. Akibatnya, penamaan ikan nila dan mujair di Indonesia mengalami perubahan menjadi Oreochromis nilotica untuk ikan nila dan Oreochromis mossambica

untuk ikan mujair. Pada umumnya ikan nila dikenal sebagai Tilapia, Sarotherodon dan

Oreochromis. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei Ordo : Percormorphii

Sub Ordo : Percoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

(21)

Gambar 2 Ikan nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila memiliki keunggulan antara lain mudah berkembangbiak, toleran terhadap kondisi lingkungan, berdaging tebal, disukai masyarakat, mudah dibudidayakan (Phelps dan Popma 2000: Shalaby et al. 2007: Bombata dan Somatun 2008). Karena mudah berkembangbiak, maka dapat terjadi pemijahan yang tidak terkontrol (Phelps dan Popma 2000: Dunham 2004: Biswas et al. 2005).

Ikan nila merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara 200-400 gram, memiliki sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman 2003). Ikan nila bersifat eurihaline sehingga dapat hidup diperairan tawar hingga perairan bersalinitas. Salinitas yang dapat di toleransi oleh ikan nila adalah antara 0-35‰ (Watanabe et al.1991).

Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Oskar (Amphilophus citrinellus)

Ikan oskar merupakan salah satu jenis ikan yang bukan asli Sungai Citarum maupun perairan Indonesia, namun berasal dari Amerika Selatan, Sungai Amazon, Parana, Rio Paraguay, dan Rio Negro (Anomius 2006 dalam Purnamaningtyas dan Tjahjo 2010). Hampir semua Oskar yang beredar saat ini adalah hasil dari pembudidayaan, jarang yang merupakan tangkapan asli dari habitatnya. Hidupnya sangat agresif di daerah litoral. Di Waduk Cirata ikan ini disebut juga dengan nama red

devil, sehingga ikan ini sangat cocok untuk dijadikan ikan hias air tawar

(Purnamaningtyas dan Tjahjo 2007). Warna ikan tersebut tergantung dari kebiasaan makannya dan tempat ikan tersebut hidup. Ikan ini merupakan hasil tebaran (introduksi) yang tidak sengaja atau ikan yang lolos dari keramba jaring apung (Purnamaningtyas danTjahjo 2010).

Klasifikasi ikan oskar (Amphilophus citrinellus) menurut Froese dan Pauly (2006) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phillum : Chordata Kelas : Actinoptergii Ordo : Perciformes Famili : Cichlidae Genus : Amphilophus

(22)

Umumnya ikan oskar memiliki warna oranye cerah dengan ukuran ikan jantan yang lebih besar dibandingkan ikan betina (Froese dan Pauly 2010). Diferensiasi ukuran berdasarkan jenis kelamin tidak dapat dilihat pada fase juvenil. Perbedaan dapat dilihat ketika ikan sudah dewasa karena ikan jantan mengalami pertumbuhan yang pesat setelah dewasa (Oldfield 2007 dalam Anggita 2011). Menurut Barlow (1976) pewarnaan ikan oskar bermacam-macam, namun warna tubuh yang normal adalah berwarna coklat hingga abu-abu tua dan hitam dengan tiga macam spot, yaitu terdapat bulatan hitam besar di tubuhnya yang dinamakan spotted, terdapat banyak bulatan dinamakan striped, dan terdapat banyak garis vertikal hitam dinamakan barred. Jenis oskar berwarna oranye, merah hingga putih adalah pengaruh genetika (xanthomorfik) yang dinamakan varietas gold. Ikan oskar berukuran maksimal 30 cm. Apabila dewasa mempunyai morfologi yang berbeda antara jantan dan betina, mempunyai ukuran ekor lebih panjang daripada ukuran kepala dan terdapat benjolan di kepalanya.

Gambar 3 Ikan oskar (Amphilophus citrinellus)

Ikan oskar (A. citrinellus) hidup di perairan tropis, berasal dari sungai dengan kesadahan rendah dan bersifat masam, membutuhkan pH 6-8, alkalinitas 6-25 ppm CaCO3, dan suhu 23-27oC (Anomius 2007).

Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Goldsoum

Ikan goldsoum berasal dari dari Afrika (Stiassny et al. 2008). Ikan goldsoum

(Cichlasoma trimaculatum) menurut Gunther (1867) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleosin

Ordo : Perciformes

Famili : Cichlidae

Genus : Cichlasoma

(23)

Gambar 4 Ikan goldsoum (Cichlasoma trimaculatum)

Umumnya ikan ini memiliki warna hijau kelabu kehitaman dan pada tubuhnya ada tulisan seperti hurup China. Hidupnya sangat agresif di daerah litoral dan permukaan, bersifat benthopelagis dengan suhu; 21°C - 30°C. Ikan ini pada saat dewasa akan terlihat benjolan di kepalanya sehingga cocok untuk dijadikan ikan hias air tawar. Hidupnya di dasar perairan, menyukai dasar perairan yang berlumpur dan berpasir, hidup di akar dan gulma. Makanannya terdiri atas ikan kecil, makro-invertebrata dan serangga air dan darat (Fish Base 2013).

Habitat Ikan Cichlid

Ikan nila dapat hidup di perairan tawar hingga payau (euryhaline). Ikan ini tergolong ikan diurnal (Breder dan Rosen 1966), memiliki pola ruaya potamodromous (Riede 2004), hidup secara berkelompok. Ikan nila digolongkan sebagai ikan herbivora (Tengjaroenkul dan Smith 2000), tempat hidup idealnya adalah di perairan tenang seperti bendungan, sungai dan danau air tawar.

Ikan oskar adalah ikan tropis yang menyukai perairan danau dangkal, banyak ditemukan di perairan mengalir maupun tergenang, sering menempati celah-celah bebatuan ataupun benda keras lainnya untuk dikuasai (teritorial) sebagai tempat perlindungan, pemijahan hingga menjaga anakannya (Page dan Burr 1991). Ikan oskar juga dapat ditemukan di daerah lain dengan substrat berbeda, bahkan kondisi perairan yang tercemar (Oldfield et al. 2006 dalam Anggita 2011).

Ikan goldsoum terdapat di danau dan sungai, ikan ini merupakan predator tingkat tinggi. Ikan goldsoum termasuk jenis ikan substrate guarding (Englund et al. 2000; Stiassny et al. 2008) yang akan meletakkan telur pada bebatuan, ranting-ranting pohon ataupun benda keras lainnya yang terendam air (rock spawner) (Balon 1981 dalam

Patzner 2008).

Aspek Reproduksi

(24)

reproduksi ikan di perairan terdiri atas faktor fisika, kimia dan biologi. Faktor fisika yang mengontrol siklus reproduksi ikan yang hidup di daerah tropis adalah arus, suhu, kekeruhan dan substrat. Faktor kimia antara lain oksigen terlarut, pH, nitrogen, sisa metabolit serta zat buangan lain yang berbahaya bagi kehidupan ikan di perairan, sedangkan faktor biologi yang mengontrol siklus reproduksi ikan meliputi faktor fisiologis individu dan kemampuan merespon terhadap berbagai faktor lingkungan terhadap pathogen, predator dan kompetitor (Bye 1984).

Beberapa aspek biologi reproduksi antara lain rasio kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas dan musim pemijahan. Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi, merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies (Effendie 2002). Tingkat kematangan gonad dapat digunakan sebagai penduga status reproduksi ikan, ukuran dan umur pada saat pertama kali matang gonad, proporsi jumlah stok yang secara produktif matang, dan untuk memahami tentang siklus reproduksi bagi suatu populasi atau spesies (Nielson 1983 dalam Sulistiono et al. 2001).

Nisbah kelamin adalah perbandingan antara ikan jantan dan ikan betina, dan berpengaruh terhadap kestabilan suatu populasi di alam rasio kelamin 1:1 merupakan kondisi yang ideal. Nisbah kelamin diperlukan untuk mengetahui perbandingan jantan dan betina, sehingga dapat diduga keseimbangan populasinya. Berdasarkan Nikolsky (1969), dari segi tingkah laku pemijahan, perbandingan rasio kelamin dapat berubah menjelang dan selama pemijahan. Pada ikan yang melakukan ruaya untuk memijah terjadi perubahan nisbah kelamin secara teratur. Pada awalnya ikan jantan dominan dari pada ikan betina, kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1:1 diakhiri dengan dominasi ikan betina.

Ciri seksual pada ikan dapat diketahui dengan pengamatan ciri fisik ikan secara langsung dan atau dengan mengamati kondisi gonad ikan tersebut. Effendie (1997) mengemukakan bahwa perbedaan jenis kelamin pada ikan dapat diidentifikasi dengan cara mengamati ciri seksual sekunder dan primer. Ciri seksual sekunder diidentifikasi dengan mengamati bentuk luar tubuh dan pelengkapnya. Ciri seksual primer akan diketahui dengan mengamati organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi yaitu ovarium dengan pembuluhnya pada ikan betina dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu kematangan gonad sebelum dan sesudah berpijah. Selama proses reproduksi sebagian besar energi yang dikonsumsi oleh ikan akan tertuju untuk perkembangan gonad atau pertumbuhan gonadik (Effendie 1997). Selanjutnya dinyatakan bahwa pertambahan berat gonad ikan betina pada tahap matang gonad akan mencapai 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan 5-10%.

(25)

sesaat sebelum ikan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung hingga selesai (Effendie 1979). Nilai IKG ikan tergantung dari nilai kematangan gonadnya (Sulistiono et al. 2001)

Pengukuran diameter telur sangat diperlukan untuk mengetahui apakah ikan yang diamati melakukan pemijahan total (total spawner) atau pemijahan parsial (Small brood

spawner/Multiple spawner). Total spawner merupakan kelompok ikan yang telurnya

berukuran seragam, dan semua telur dikeluarkan pada saat pemijahan dan pemijahan berlangsung dalam waktu yang singkat (Welcomme 2001). Small brood spawner

merupakan kelompok ikan yang pada gonadnya terdapat telur yang ukurannya beragam dan dikeluarkan secara parsial, sedangkan sebagian telur lainnya menunggu matang dan dikeluarkan di waktu pemijahan berikutnya. Umumnya kelompok ikan ini dapat memijah beberapa kali dalam setahun dan mengasuh anaknya (parental care).

Kualitas Perairan

Kualitas air secara luas dapat diartikan sebagai faktor fisik, kimia dan biologi air yang mempengaruhi kehidupan ikan dan berkaitan erat dengan pencemaran perairan, karena perubahan kualitas perairan dapat terjadi akibat masuknya bahan pencemar ke dalam perairan. Tercemar tidaknya suatu perairan dan seberapa besar pencemaran tersebut dapat diketahui melalui suatu pengujian terhadap sifat-sifat air, antara lain: A.Sifat-sifat fisik air, seperti:

1. Kekeruhan dan kecerahan

Kekeruhan menggambarkan sifat optis air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh partikel yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, bahan anorganik dan bahan organik seperti seperti plankton, detritus dan mikroorganime (APHA 1998). Kekeruhan berbanding terbalik dengan kecerahan. Kedua parameter ini merupakan hal yang penting dalam menentukan produktivitas perairan.

2. Suhu

Suhu dapat mempengaruhi sebaran organisme akuatik dan reaksi kimia dalam perairan. Menurut Fardiaz (1992), kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat, seperti: menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya dan jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.

B. Sifat-sifat kimia air, seperti: 1. pH

Nilai pH perairan menggambarkan keseimbangan antara asam dan basa. Sifat basa suatu perairan dicirikan dengan adanya asam-asam mineral dan asam karbonat dalam perairan (Fardiaz 1992). Menurut Pescod (1973) batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi tergantung pada faktor lingkungan lain seperti suhu, oksigen terlarut, jenis dan stadia organisme. Kisaran toleransi ikan terhadap pH adalah 4-11 (Wedemeyer 1996), sedangkan pH optimum untuk ikan adalah 6-9 (Wedemeyer 1996).

2. Oksigen Terlarut (DO)

(26)

dan Horne 1983). Sumber oksigen terlarut bisa berasal dari difusi dari atmosfir kedalam air melalui lapisan permukaan, dan hasil dari proses fotosintesis tumbuhan air dan fitoplankton (Novotny dan Olem 1994).

Menurut Fardiaz (1992), suatu perairan dikatakan telah tercemar, jika kosentrasi oksigen terarutnya telah turun sampai dibawah batas yang dibutuhkan untuk kehidupan biota air. Penyebab utama berkurangnya kosentrasi oksigen terlarut di dalam air adalah karena oksigen dalam air digunakan untuk penguraian atau oksidasi pencemar organik. Pencemar organik tersebut antar lain: kotoran (hewan dan manusia), sampah organik, bahan buangan industri dan rumah tangga.

3. Karbondioksida (CO2) bebas

Istilah karbondioksida bebas digunakan untuk menjelaskan CO2 yang terlarut

dalam air selain dari yang terikat sebagai ion bikarbonat (HCO3) dan ion

karbonat (CO32-). Karbondioksida bebas menggambarkan keberadaan CO2

diperairan yang membentuk kesetimbangan dengan CO2 di atmosfer (Ackereth

et al. 1989 dalam Effendi 2000). Ikan umumnya mampu mentolelir kadar CO2

bebas di bawah 5-10 ppm (Wedemeyer 1996). 4. Nitrogen

Senyawa nitrogen ditemukan pada tumbuhan dan hewan sebagai penyusun protein dan klorofil. Nitrogen di dalam perairan ditemukan dalam bentuk nitrogen anorganik seperti: ammonia (NH3), ammonium (NH4), nitrit (NO2),

nitrat (NO3), nitrogen organik seperti: protein, asam amino, dan urea.

Bentuk-bentuk nitrogen ini mengalami transformasi di perairan sebagai bagian dari siklus nitrogen (Cole 1988 dalam Effendi 2000). Senyawa nitrogen yang membahayakan kehidupan organisme akuatik antara lain NH3 dan NO2-N.

Sebaiknya kandungan NH3-N di perairan kurang dari 0.02 mg/l dan nitrit kurang

dari 0.1 mg/l (Wedemeyer 1996).

Dampak Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Terhadap Kualitas Air

Pengembangan budidaya ikan pada KJA di waduk telah mencemari perairan karena kandungan NH4, NO2N, NO.N dan H2S yang merupakan produk utama

dekomposisi bahan organik. Terpolusinya waduk oleh limbah KJA secara tidak langsung menyebabkan kepadatan fitoplankton tinggi (22.080-43.840 sel/ml) dan pertumbuhannya dipacu oleh nutrien hasil dekomposisi limbah organik (Garno 2000).

Dampak kegiatan budidaya ikan dalam KJA adalah penumpukan pakan yang tidak termakan dan sisa metabolisme ikan serta manusia di dasar perairan. Pakan dan sisa metabolisme tersebut terakumulasi di dasar perairan dan terwujud dalam bentuk bahan organik. Menurut Boyd (1990) bahan organik akan terkonsentrasi terutama di pemusatan lokasi keramba. Peningkatan intensitas bahan organik baik eksternal maupun internal menyebabkan eutrofikasi dan menimbulkan dampak perubahan struktur biofisik-kimia perairan waduk. Tingkat kesuburan Waduk Cirata yang lebih dekat ke kondisi hipertrofik sangat membahayakan kehidupan ikan akibat deplesi oksigen.

(27)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dari Februari-Juli 2012 di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan menggunakan metoda survei. Pengambilan ikan contoh dilakukan sekali dalam sebulan pengamatan yang mewakili kondisi musim kemarau dengan interval waktu 30 hari. Identifikasi ikan dilakukan di Laboratorium Ekobiologi Ikan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK-IPB. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen MSP, FPIK-IPB. Pembuatan preparat histologis dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan FPIK-IPB. Sedangkan pengukuran substrat dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, IPB. Lokasi penelitian meliputi 6 stasiun dengan rincian sebagai berikut:

Stasiun 1 : DAM, terletak pada koordinat S:06o42’254’’ dan E:107o20’508’’, merupakan daerah bebas yang digunakan untuk kepentingan pembangkit tenaga air dan pertanian penduduk

Stasiun 2 : Kecamatan Maniis, terletak pada koordinat S:06o43’011’’ dan E:107o19’351’’, daerah genangan (lakustrin), alur air luas dan perairan relative tenang, banyak pepohonan, daerah budidaya KJA.

Stasiun 3 : Desa Maleber, terletak pada koordinat S:06o43’346’’ dan E:107o15’203’’. Mendapat masukan dari Sungai Cikundul, lalu lintas perahu, banyak sampah, daerah budidaya KJA dan pertanian penduduk. Stasiun 4 : Desa Jatinengang, terletak pada koordinat S:06o44’007’’ dan

E:107o16’564’’, daerah transisi, alur air cukup luas dan arus sedang, gelombang relatif tenang, daerah budidaya KJA

Stasiun 5 : Kecamatan Raja Mandala, terletak pada koordinat S:06o44’652’’ dan E:107o17’365’’, daerah aliran air masuk (riverin) Sungai Citarum, alur air sempit, arus yang relative tinggi dan banyak pepohonan, daerah budidaya KJA

Stasiun 6 : Desa Tegal Datar, terletak pada koordinat S:06o43’193’’ dan E:107o17’621’’, merupakan perwakilan bagian tengah hulu dari Waduk Cirata dan juga merupakan outlet, daerah budidaya KJA.

(28)

Gambar 5 Peta stasiun penelitian di Waduk Cirata

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan penelitian meliputi contoh ikan cichlid (nila, oskar dan goldsoum) dan air yang diperoleh dari hasil sampling di lapangan selama penelitian. Sedangkan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gillnet atau jaring insang percobaan monofilament, Ekman Grab, botol sample untuk pengambilan contoh air. Bahan dan alat penelitian yang digunakan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Bahan dan alat penelitian

Jenis Kegunaan

Alat

1. Gillnet

2. Penggaris dengan sensitifitas 1 mm 3. Timbangan digital dengan

sensitifitas 0.01 gr

4. Kantong/ember plastik besar 5. Alat bedah

6. Mikroskop, gelas objek dengan penutup

7. Botol film/Plastik

Bahan

1. Ikan nila, oskar dan golosom 2. Larutan formalin konsentrasi 10% 3. Larutan Bouin

4. Aquades

Menangkap ikan.

Mengukur panjang total ikan dan gonad ikan nila, oskar dan goldsoum Mengukur berat dan gonad ikan Menampung ikan

Membedah ikan Mengamati gonad

Wadah untuk mengawetkan gonad

Objek pengamatan

Mengawetkan ikan dan gonad

Memfiksasi gonad untuk analisis histologi

(29)

Metode Pengumpulan Data

Pengamatan Habitat

Habitat yang diamati adalah kondisi lingkungan yang meliputi parameter fisika-kimia perairan. Parameter fisika yang diamati antara lain temperatur, kedalaman, kekeruhan dan tipe substrat. Parameter kimia yang diukur antara lain oksigen terlarut, pH, alkalinitas, NO2 dan NH3. Data fisia-kimia air diperoleh dari tiap stasiun. Contoh

air diambil dengan menggunakan botol sample dan masing-masing stasiun diambil satu sub pengamatan.

Tabel 2 Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Parameter Satuan Metode dan Alat Lokasi

Fisika

Hasil pengukuran fisika dan kimia perairan di setiap lokasi pengamatan selanjutnya dibandingkan dengan standar kualitas air waduk yang optimal untuk mendukung reproduksi ikan cihlid. Berdasarkan data hasil penangkapan ikan cichlid di masing-masing stasiun juga dapat ditentukan kelimpahan relatif ikan cichlid yang dapat menunjukkan kualitas lingkungan di suatu perairan.

Reproduksi

Pengambilan dan penanganan ikan contoh

Ikan contoh yang diambil dari Waduk Cirata berasal dari hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap gillnet. Pengambilan ikan contoh dilakukan setiap bulan selama observasi di lapangan guna mendapatkan semua ukuran ikan cichlid. Prosedur pengamatan aspek reproduksi ikan adalah sebagai berikut:

A.Pengukuran dan Pengamatan Ikan Contoh di Laboratorium.

Contoh ikan diperoleh dengan menggunakan gillnet percobaan monofilament yang terbuat dari bahan nilon dengan enam ukuran mata jaring yaitu: 1 inchi, 1.5 inchi, 2 inchi, dan 2.5 inchi, 3 inchi, 3.5 inhci dengan panjang 36 meter untuk masing-masing ukuran mata jaring dan lebar 1.2 m, 1.7 m, 2.4 m, 3 m, 5 m, dan 5.5 m untuk setiap ukuran mata jaring. Jaring tersebut dipasang dengan sudut 450-900 terhadap garis pantai. Pengoperasian jaring dilakukan pada setiap stasiun dari arah pantai ke arah perairan lepas. Jaring ditempatkan dikolom air, pada kedalaman 1 meter dibawah permukaan air. Pemasangan jaring dilakukan pada waktu sore hari yakni pada pukul 15.00 WIB sampai 06.00 WIB pagi. Lama pengoperasian jaring ikan adalah 15 jam.

(30)

selama 15 jam. Ikan-ikan tersebut selanjutnya dibagi menjadi beberapa kelompok kelas ukuran panjang.

Contoh ikan segera dimasukkan kedalam wadah dan diawetkan dengan larutan formalin 10% untuk dianalisis di Laboatorium. Ikan diidentifikasi dengan mengunakan buku identifikasi Saanin (1984) dan Kottelat et al. (1993). Pengukuran dan pengamatan data morfologi, identifikasi serta ikan contoh dilakukan di Laboratorium yang meliputi: 1. Pengukuran panjang total, panjang baku dan berat total.

Di laboratorium, contoh ikan diukur panjang total dan panjang bakunya dengan menggunakan mistar dengan tingkat ketelitian 1 mm. Pengukuran panjang total dilakukan dengan cara mengukur dari ujung kepala terdepan sampai ujung sirip ekor yang paling belakang. Panjang baku diukur dari bagian ujung kepala terdepan sampai ke pertengahan sirip ekor. Pengukuran berat contoh dilakukan dengan cara menimbang seluruh tubuh ikan contoh dengan menggunakan timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0.0001 gram. Sampel ikan yang telah diawetkan dan diidentifikasi.

2. Pengamatan struktur morfologis gonad.

Pengamatan struktur morfologis gonad bersamaan dengan pengamatan jenis kelamin. Untuk mengetahui jenis kelamin dan berat gonad ikan maka dilakukan pembedahan. Pembedahan ikan dimulai dari bagian anus sampai dengan tutup insang dan dilakukan dengan menggunakan gunting yang ujungnya runcing terlebih dahulu dan setelah ada celah kemudian diganti dengan ujungnya yang tumpul, hal ini bertujuan agar tidak merusak organ dalam pada ikan yang dianalisis. Organ gonad yang diperoleh setelah pembedahan kemudian dipisahkan dan diawetkan menggunakan formalin 10% dalam botol film. Ciri seksual primer diamati dengan cara melihat perbedaan gonad ikan jantan dan ikan betina (testis dan ovarium). 3. Penentuan jenis kelamin.

Penentuan jenis kelamin ikan dilakukan setelah ikan dibedah dengan melakukan pengamatan terhadap struktur gonad maka ditentukan jenis kelamin jantan dan betina. Berdasarkan data jenis kelamin tersebut dapat dihitung nisbah kelaminnya. 4. Penentuan tingkat kematangan gonad.

Gonad yang telah dikeluarkan dari tubuh ikan kemudian ditimbang dalam keadaan segar (berat keseluruhan) selanjutnya diambil sebagian (Subsampel) dan diawetkan dengan larutan bouin untuk tujuan pembuatan preparat histologi. Masing-masing spesimen gonad disimpan disertai dengan data ukuran panjang dan beratnya. Penentuan tingkat kematangan gonad dilakukan melalui pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis mengacu pada kriteria menurut Effendie (1979). Pengamatan secara mikroskopis melalui metode histologis. Pengamatan terhadap preparat gonad meliputi status kematangan gonad, perkembangan dan ukuran oosit. Pengamatan, pengukuran dan perhitungan dilaksanakan terhadap seluruh oosit yang terdapat dalam preparat.

(31)

Tabel 3 Struktur anatomis gonad (Effendi 1979)

TKG Betina Jantan

I

II

III

IV

V

Ovari seperti benang, panjang sampai kedepan rongga tubuh. Warna jernih. Permukaan licin.

Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan lebih gelap kekuning-kuningan. Telur belum terlihat jelas dengan mata. Ovari bewarna kuning. Secara morpologis, butir-butir telur mulai kelihatan dengan mata.

Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi 1/2-2/3 rongga perrut, usus terdesak.

Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan. Banyak telur seperti pada tingkat II.

Testes seperti benang, lebih pendek (terbatas) dan terlihat ujungnya di rongga tubuh. Warna jernih.

Ukuran testes lebih besar. Pewarnaan putih seperti susu. Bentuk lebih jelas daripada tingkat I.

Permukaan testes tampak bergerigi. Warna makin putih, testes makin besar. Dalam keadaaan diawetkan mudah putus.

Seperti pada tingkat III tampak lebih jelas. Testes semakin pejal.

Testes bagian belakang kempis dan di bagian dekat pelepasan masih berisi.

5. Penimbangan Bobot Gonad

Bobot gonad yang sudah diawetkan sebelumnya kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0.0001 gram.

6. Fekunditas

Penghitungan jumlah telur dilakukan dengan metode gravimetrik. Gonad ikan cichlid betina (TKG III dan IV) diawetkan dalam larutan formalin 10% selama 24 jam. Gonad contoh yang sudah dikeringkan lalu ditimbang berat totalnya (G), kemudian secara acak dari satu gonad yang akan diamati diambil contoh gonad dari bagian anterior, median, dan posterior, lalu ditimbang beratnya dan dihitung jumlah telur pada masing-masing bagian tersebut.

7. Diameter Telur

(32)

Analisis Data

Kelimpahan Relatif

Kelimpahan relatif merupakan perbandingan antara jumlah individu suatu spesies dengan jumlah total individu seluruh spesies dan dinyatakan dalam %. (Brower et al.

1990):

Keterangan :

= Kelimpahan relatif spesies i

= Jumlah individu spesies i = Jumlah seluruh individu

Indeks Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman ikan ditentukan dengan menggunakan indeks (Shannon Wiener

dalam Odum 1993) dengan rumus:

Keterangan :

= Indeks keanekaragaman jenis

= ni/N

= Jumlah individu jenis ke i = Jumlah individu keseluruhan

Dengan kriteria : < 1 : Keanekaragaman rendah 1 < 3 : Keanekaragaman sedang > 3 : Keanekaragaman tinggi

Indeks Keseragamanan Jenis

Setyobudiandi et al. (2009) menyatakan bahwa diversitas maksimum ( maks)

terjadi bila kelimpahan semua spesies disemua stasiun merata, atau apabila = maks =

. Rasio keanekaragaman yang terukur dengan keanekaragaman maksimum dapat dijadikan ukuran keseragaman (E):

Keterangan :

= Indeks keseragaman

= Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener = Jumlah jenis

Dengan kriteria: E~0 : Terdapat dominansi spesies

E~1 : Terdapat individu tiap spesies sama

(33)

Nilai indeks keseragaman yang mendekati 1 menunjukkan bahwa jumlah individu di setiap spesies adalah sama atau hampir sama.

Indeks Dominansi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya dominansi oleh suatu spesies, digunakan indeks dominansi (Shannon-Wiener dalam Odum 1993):

dimana: D = 1-C Keterangan :

D = Indeks Dominansi

= /

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1; indeks 1 menunjukan dominansi oleh satu jenis spesies sangat tinggi (hanya terdapat satu jenis pada satu stasiun), sedangkan indeks 0 menunjukkan bahwa diantara jenis-jenis yang ditemukan tidak ada yang mendominasi (Setyobudiandi et al. 2009).

Hubungan Panjang Berat

Analisis hubungan panjang-berat ikan bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan panjang dengan berat dapat digunakan sebagai pendugaan berat dari panjang. Selain itu, keterangan mengenai pertumbuhan, kemontokan, dan perubahan lingkungan terhadap ikan juga dapat diketahui (Effendie 1997).

Hubungan panjang (L) dan berat (W) dengan rumus (Effendie 1997):

Keterangan :

= Berat ikan (gram) = Panjang ikan (mm) , = Konstanta

Faktor Kondisi

Faktor kondisi diperlukan untuk mengetahui kemontokan ikan sehingga bisa diduga bahwa jenis-jenis ikan tersebut masih memperoleh suplai makanan yang cukup dari lingkungannya. Richter (2007) menyatakan bahwa faktor kondisi dihitung untuk menilai kesehatan ikan, produktivitas dan kondisi fisiologi dari populasi ikan.

Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan (Effendie 1997):

Keterangan :

= Faktor kondisi = Berat ikan (gram) = Panjang rata-rata ikan

Nisbah Kelamin

(34)

kemerataan jenis digunakan uji Chi-Kuadrat (Steel dan Torrie 1980). Nisbah kelamin dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

= Nisbah Kelamin

= Jumlah ikan jantan (ekor) = Jumlah ikan betina (ekor)

Untuk menguji apakah perbandingannya sama (1:1) diantara kedua kelamin atau tidak, maka digunakan uji statistik Chi-Kuadrat (χ2) sebagai berikut (Steel dan Torrie 1980);

Keterangan :

X2 = Nilai peubah acak X2 yang sebaran penarikan contohnya mendekati sebaran Chi-Kuadrat

oi = Jumlah frekuensi ikan jantan dan betina ke-i yang diamati

ei = Jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina yaitu frekuensi ikan

jantan ditambah frekuensi ikan betina dibagi dua

Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad dengan menggunakan metode Sperman Karber (Udupa 1986). Kriteria matang gonad adalah pada TKG III, IV. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan:

= Logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad = Selisih logaritma nilai tengah kelas

= Logaritma nilai tengah kelas

= ri/ni

= Jumlah ikan matang gonad pada kelas ke i

= Jumlah ikan pada kelas ke i Qi = -

Ragam = 2

Σ

=

Pada selang kepercayaan 95% yaitu m ± Za/2 √

Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Kematangan Gonad

Tingkat kematangan gonad (TKG) ditentukan secara morfologis mencakup warna, bentuk dan ukuran gonad. Perkembangan gonad ikan secara kualitatif ditentukan dengan mengamati tingkat kematangan gonad berdasarkan struktur morfologis gonad (Effendie 1979).

(35)

yang masih segar. Pembuatan preparat histologis gonad berpedoman pada metoda mikroteknik (Gunarso 1989 diacu dalam Mustakim 2008). Gonad ikan difiksasi dengan larutan Bouin kemudian dianalisis di laboratorium, dilakukan pemotongan jaringan, tahap awal pewarnaan dengan menggunakan haemotoxylin dan selanjutnya dengan menggunakan eosin.

Secara kuantitatif perkembangan gonad ikan diamati dengan menentukan indeks kematangan gonad (IKG) untuk setiap tingkat kematangan gonad yang telah ditetapkan, baik untuk ikan betina maupun ikan jantan. Gonad yang dikeluarkan dari rongga tubuh ditimbang beratnya dengan ketelitian 0.01 gram; selanjutnya digunakan untuk menghitung indeks kematangan gonad (IKG) berdasarkan Effendie (1997):

IKG (%) =

Keterangan:

IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)

= Berat gonad ikan (gram)

= Berat tubuh ikan (gram)

Fekunditas

Fekunditas total (potensi biotik) dihitung dengan metode gravimetrik pada ikan yang mempunyai TKG IV dengan rumus berdasarkan Simanjuntak (2007):

Keterangan:

= Fekunditas total (butir)

= Berat sub ovarium (gram)

= Berat ovarium (gram) = Jumlah telur tercacah (butir)

Hubungan antara fekunditas total dengan panjang ikan dinyatakan dalam persamaan berikut (Zar 1984 diacu dalam Hoggarth dan Halls 1997):

Keterangan:

= Fekunditas (butir) = Panjang ikan (mm) , = Konstanta

Pola Sebaran Diameter Telur

Pola sebaran diameter telur dianalisis secara deskriptif dengan melihat modus penyebarannya. Apabila data sebaran diameter telur membentuk dua modus maka pemijahan berlangsung lama dan telur dikeluarkan secara bertahap (partial spawning), jika sebaran diameter telur membentuk satu modus maka pemijahan berlangsung singkat dan telur dikeluarkan secara keseluruhan (total spawning). Rata-rata diameter telur dan simpangan bakunya dihitung dan dicatat. Rumus perhitungan diameter telur (Heltonika 2009):

Keterangan:

= Diameter telur (mm)

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

pengukuran parameter fisika-kimia air di perairan tercantum pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil pengukuran parameter kualitas air

Parameter Satuan Stasiun Ket:BM = Baku mutu, PP RI No.82 Tahun 2001 golongan II (perikanan)

1 = Pinggiran DAM, 2 = Maniis, 3 = Maleber, 4 = Jatinengang, 5 = Raja Mandala, 6 = Tegal Datar

Suhu di setiap stasiun pengamatan relatif stabil yaitu berkisar antara 26.66±1.63oC sampai dengan 27.50±0.83oC. Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata suhu terbesar terdapat di Tegal Datar dan suhu terendah di Manis. Kedalaman tertinggi di stasiun Jatinengang berkisar 19.71±6.22 m. Besarnya kedalaman di stasiun Jatinengang ini karena lokasinya berada ditengah Waduk Cirata. Kekeruhan tertinggi di stasiun Jatinengang berkisar 6.76±11.34. Lokasi Jatinengang ini merupakan daerah yang banyak KJA. Lokasi ini banyak terbuang sisa pakan ikan ke perairan. DO di setiap stasiun relatif stabil berkisar antara 5.13±0.92 mg/l sampai dengan 6.50±1.24 mg/l. pH disetiap stasiun relatif stabil berkisar antara 7.3±0.3 sampai dengan 7.6±0.5. Alkalinitas disetiap stasiun relatif stabil berkisar antara 62.68±4.17 mg/l sampai dengan 65.90±9.88 mg/l. Nilai NO2-N relatif stabil berkisar antara 0.004±0.003 mg/l sampai dengan

0.005±0.008 mg/l. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata NO2-N tertinggi di

stasiun Raja Mandala dan stasiun terendah di stasiun DAM. Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata NH3 tertinggi di stasiun DAM berkisar 0.014±0.012 mg/l dan

terendah di stasiun Raja Mandala berkisar 0.007±0.008.

(37)

Tabel 5 Deskripsi substrat di masing-masing stasiun penelitian Stasiun Sumber masukan

bahan organik

Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa fraksi substrat di masing-masing stasiun pengamatan di waduk Cirata didominasi oleh debu. Fraksi substrat debu terdapat di stasiun pinggiran DAM (48.08%), stasiun Maniis (63.30%), stasiun Maleber (74.86%) dan stasiun Tegal Datar (58.93%). Fraksi substrat yang tertinggi di stasiun Jatinengang adalah liat (56.78%) , sedangkan fraksi substrat yang tertinggi di stasiun Raja Mandala adalah pasir (46.56%).

Kelimpahan Ikan

Jenis-jenis ikan yang tertangkap di perairan Waduk Cirata berdasarkan waktu penangkapan dapat dilihat pada Tabel 6 sedangkan berdasarkan lokasi penangkapan dapat dilihat pada Tabel 7. Selama penelitian ikan yang tertangkap sebanyak 20 jenis ikan yang terkelompok dalam 10 famili yaitu Cichlidae, Cyprinidae, Bangridae, Clariidae, Eleotridae, Pangasidae, Ophiocephalidae, Chanidae, Characidae dan Chandidae.

Dari hasil penelitian ini ditemukan sebanyak 57.01% ikan cichlid. Jika dibandingkan dengan penelitian Jubaedah (2004) yang menemukan sebesar 34.55% ikan cichlid. Jadi, ada trend peningkatan prosentase ikan cichlid di Waduk Cirata.

(38)

Tabel 6 Jenis-jenis ikan yang tertangkap di Waduk Cirata berdasarkan waktu penelitian

No Famili Nama ilmiah Nama lokal Waktu penelitian

Feb Mar Apr Mei Juni Juli Jumlah

Jumlah ikan cichlid yang tertangkap secara keseluruhan adalah 357 ekor, ikan nila jumlahnya adalah 166 ekor (46.49%), ikan oskar jumlahnya adalah 106 ekor (29.69%) dan ikan goldsoum jumlahnya adalah 85 ekor (23.80%). Jenis-jenis ikan yang tertangkap di masing-masing stasiun penelitian di Waduk Cirata dapat dilihat di Tabel 7.

Tabel 7 Jenis-jenis ikan yang tertangkap di Waduk Cirata berdasarkan lokasi penelitian

No Famili Nama ilmiah Nama lokal Zona penelitian

(39)

Gambar 6 Jumlah ikan cichlid berdasarkan waktu penelitian

Ikan cichlid mengalami peningkatan pada bulan Juli. Hal ini diduga pada bulan Juli ketersediaan makanan berlebih karena curah hujan meningkat yang mengakibatkan semakin luasnya daerah genangan yang menjadi tempat mencari makan ikan, sedangkan rendahnya hasil tangkapan pada bulan Mei diduga karena ketersediaaan makanan yang berkurang akibat sedikitnya daerah genangang akibat rendahnya curah hujan. Jumlah hasil tangkapan ikan cichlid berdasarkan lokasi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Jumlah ikan cichlid berdasarkan stasiun penelitian

Jumlah ikan nila dan oskar melimpah di stasiun Meleber sedangkan jumlah ikan goldsoum melimpah di stasiun Tegal Datar. Ikan nila dapat dijumpai disetiap stasiun penangkapan, hal ini terkait dengan adanya ikan nila yang sengaja dipelihara di KJA oleh masyarakat. Ikan oskar dan goldsoum paling banyak tertangkap di bagian Utara Waduk Cirata, sedangkan di bagian Selatan Waduk Cirata hasil tangkapannya sedikit.

Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Jenis Ikan di WadukCirata

Indeks keanekaragaman jenis, indeks keseragaman jenis dan indeks dominansi jenis biota perairan selama penelitian di Waduk Cirata dapat dilihat pada Tabel 8

Feb Mar April Mei Juni Juli

(40)

Tabel 8 Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi jenis (D) di masing-masing stasiun penelitian

Indeks Pinggiran DAM Maniis Maleber Jatinengang Raja Mandala Tegal Datar

H’ 1.93 1.51 2.15 1.60 1.74 0.82

E 0.81 0.69 0.74 0.77 0.76 0.51

C 0.18 0.30 0.16 0.27 0.23 0.61

Berdasarkan hasil kriteria keanekaragaman dapat diketahui bahwa di stasiun Tegal Datar, nilai indeks keanekaragaman rendah yaitu 0.82 sedangkan stasiun pinggiran DAM, Maniis, Maleber dan Jatinengang, nilai indeks keanekaragaman sedang yaitu berkisar 1.51-2.15. Indeks keseragaman tinggi yaitu sekitar 0.51-0.81. Sedangkan indeks dominansi rendah kecuali pada stasiun Tegal Datar (0.61) dibanding stasiun lainnya, hal ini dikarenakan ikan goldsoum mendominasi di stasiun tersebut. Berdasarkan nilai keanekaragaman yang diperoleh dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan yang baik adalah stasiun Maleber, hal itu terlihat dari nilai keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya.

Pertumbuhan

Hubungan Panjang dan Berat

Hubungan panjang dan berat ikan nila, oskar dan goldsoum selama penelitian disajikan pada Tabel 9 (Lampiran 6, 7, dan 8).

Tabel 9 Hubungan panjang berat ikan cichlid

Ikan Persamaan a b R2 Pola Pertumbuhan Nila W=3X10-05L2.957 3X10-05 2.957 0.910 Isometrik

Oskar W=1X10-05L3.098 1X10-05 3.098 0.881 Isometrik Goldsoum W=1X10-05L3.062 1X10-05 3.062 0.912 Isometrik

Berdasarkan hasil pengujian nilai b dari hubungan panjang berat ikan nila diperoleh nilai b=3 pada taraf 95 dan 99%, sehingga dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan ikan nila adalah isometrik. Hasil ini diperkuat juga dengan hasil uji t, pola pertumbuhan ikan nila jantan dan betina di Waduk Cirata bersifat isometrik (thitung =

ttabel) yang berarti pertambahan berat selama pengamatan sejalan dengan pertambahan

panjang ikan nila.

Berdasarkan analisis hubungan panjang berat ikan oskar pada pengujian b, diperoleh nilai b=3 pada taraf 95 dan 99%, sehingga dapat dinyatakan bahwa pada pertumbuhan ikan oskar adalah isometrik. Hasil ini diperkuat juga dengan hasil uji t, pola pertumbuhan ikan oskar jantan dan betina di Waduk Cirata bersifat isometrik

(thitung = ttabel) yang berarti pertambahan berat selama pengamatan sama dengan

pertambahan panjang ikan oskar.

Berdasarkan analisis hubungan panjang berat ikan goldsoum pada pengujian b, diperoleh nilai b=3 pada taraf 95 dan 99%, sehingga dapat dinyatakan bahwa pada pertumbuhan ikan goldsoum adalah isometrik. Hasil ini diperkuat juga dengan hasil uji t, pola pertumbuhan ikan goldsoum jantan dan betina di Waduk Cirata bersifat isometrik (thitung = ttabel) yang berarti bahwa pertambahan berat selama pengamatan sama

(41)

Faktor Kondisi

Faktor kondisi ikan nila, oskar dan goldsoum berdasarkan waktu penangkapan dapat dilihat pada Gambar 8, 9, dan 10.

Gambar 8 Faktor kondisi ikan nila

Gambar 9 Faktor kondisi ikan oskar

Gambar 10 Faktor kondisi ikan goldsoum

Berdasarkan waktu pengamatan faktor kondisi ikan nila jantan menunjukkan penurunan daripada ikan nila betina. Faktor kondisi ikan oskar jantan dimulai pada bulan Maret dan mengalami peningkatan pada bulan Mei daripada ikan oskar betina. Pada bulan Juli mengalami peningkatan nilai yang sama dengan ikan betina. Faktor kondisi ikan goldsoum jantan pada bulan Maret meningkat dan untuk bulan seterusnya nilainya sama dengan ikan goldsoum betina.

Faktor kondisi ikan nila dan oskar memiliki nilai yang sama yaitu berkisar antara 2 sampai 2.5. Faktor kondisi ikan goldsoum berkisar 1.2 sampai 2. Ikan nila dan oskar nilainya relatif sama sedangkan ikan goldsoum nilainya lebih kecil. Hal ini menandakan

0

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

F

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

F

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

(42)

bahwa ikan nila dan oskar memiliki variasi makanan yang tinggi. Faktor kondisi ikan nila, oskar dan goldsoum berdasarkan stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Faktor kondisi ikan cichlid jantan dan betina berdasarkan stasiun penelitian

Ikan Jenis

kelamin

Lokasi pengamatan

Pinggiran DAM Maniis Maleber Jatinengang Raja Mandala Tegal Datar

Nila Jantan betina kecuali di stasiun pinggiran DAM yang lebih besar faktor kondisi ikan betinanya yaitu 2.62±1.17. Nilai faktor kondisi rata-rata untuk ikan oskar jantan lebih besar daripada ikan betina kecuali di stasiun Maniis yang lebih besar faktor kondisi ikan betinanya yaitu 2.20±0.35. Nilai faktor kondisi rata-rata untuk ikan goldsoum jantan lebih besar daripada ikan betina kecuali di stasiun pinggiran DAM dan Maleber yang lebih besar faktor kondisi ikan betinanya yaitu 1.91±0.12 dan 2.05.

Reproduksi

Reproduksi ikan cichlid meliputi: nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, ukuran pertama kali matang gonad, fekunditas dan diameter telur.

Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin ikan nila, oskar dan goldsoum selama periode pengamatan di masing-masing stasiun penelitian disajikan pada Tabel 11 (Lampiran 4).

Tabel 11 Nisbah kelamin ikan nila, ikan oskar dan ikan goldsoum

Stasiun Nila Oskar Goldsoum yaitu 1:1 di stasiun pinggiran DAM dan Tegal Datar. Nisbah kelamin ikan goldsoum di seluruh stasiun yang diujikan berada pada kondisi yang ideal yaitu 1:1 yakni di stasiun Maniis dan Maleber.

(43)

1.0-1.6, ikan oskar berkisar antara 1.0-0 sampai 1.0-1.3 dan ikan goldsoum berkisar antara 1.0-0 sampai 1.0-1.8.

Ukuran Ikan Cichlid Pertama Kali Matang Gonad

Untuk mengetahui ukuran ikan cichlid pertama kali matang gonad maka dilakukan analisis data TKG IV ikan berdasarkan Sperman Karber. Ukuran ikan pertama kali matang gonad disajikan pada Tabel 12 (Lampiran 10,11, dan12).

Tabel 12 Hasil perhitungan ukuran pertama kali matang gonad berdasarkan Sperman Karber

No Nama Ikan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad (mm)

Jantan Betina

1. Nila 209 mm 179 mm

2. Oskar 144 mm 141 mm

3. Goldsoum 146 mm 136 mm

Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa ukuran pertama kali matang gonad untuk ikan nila, oskar dan goldsoum jantan dan betina terdapat perbedaan, data menunjukkan ukuran pertama kali matang gonad didapatkan selalu lebih besar pada ikan jantan.

Musim Pemijahan

Untuk menentukan musim pemijahan, maka data TKG I-V dan IKG diplotkan berdasarkan waktu sampling. Musim pemijahan ikan cichlid berdasarkan waktu penelitian dapat dilihat pada Gambar 11, 12 dan 13.

Gambar 11 Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) I-V ikan nila jantan (a) dan betina (b) berdasarkan waktu penelitian

0%

Februari Maret April Mei Juni Juli

Fr

Februari Maret April Mei Juni Juli

(44)

Secara keseluruhan, ikan nila jantan dan betina ber TKG IV dapat ditemukan pada setiap bulan penelitian sedangkan ikan nila betina TKG V dapat ditemukan hanya pada bulan Mei dan Juli. Berdasarkan data tersebut, maka bulan Mei dan Juli merupakan musim pemijahan ikan nila.

Gambar 12 Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) I-V ikan oskar jantan (a) dan betina (b) berdasarkan waktu penelitian

Secara keseluruhan, ikan oskar jantan ber TKG IV ditemukan disetiap bulan kecuali bulan Februari sedangkan ikan oskar betina yang ber TKG IV dapat ditemukan setiap bulan kecuali pada bulan Mei yang hanya terdapat TKG III. Ikan oskar jantan ber TKG V ditemukan pada bulan April dan Juli sedangkan ikan oskar betina ditemukan

Feb Maret April Mei Juni Juli

F

Feb Maret April Mei Juni Juli

(45)

Gambar 13 Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) I-V ikan goldsoum jantan (a) dan betina (b) berdasarkan waktu penelitian

Secara keseluruhan, TKG V tidak ditemukan pada ikan goldsoum jantan dan betina. Ikan goldsoum jantan TKG IV ditemukan disetiap bulan kecuali bulan Maret, hanya terdapat TKG III sedangkan ikan goldsoum betina TKG IV pada bulan tersebut dapat ditemukan setiap bulan kecuali di bulan April yang hanya terdapat TKG II. Berdasarkan data tersebut, maka bulan Juli merupakan musim pemijahan ikan goldsoum.

Indeks Kematangan Gonad

Indeks kematangan gonad ikan nila, oskar dan goldsoum yang ber TKG IV dapat dilihat pada Gambar 14.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Feb Maret April Mei Juni Juli

F

re

k

uens

i

(%)

Waktu penelitian

TKG 5 TKG 4 TKG 3 TKG 2 TKG 1

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Feb Maret April Mei Juni Juli

F

re

k

uens

i

(%)

Waktu penelitian

TKG 5 TKG 4 TKG 3 TKG 2 TKG 1

a

Gambar

Gambar stasiun penelitian
Gambar 1  Kerangka pendekatan dan pemecahan masalah
Gambar 2  Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Gambar 3  Ikan oskar (Amphilophus citrinellus)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan meristik dan morfometrik ikan, panjang total, panjang baku, bobot total, bobot gonad, jenis kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), fekunditas, dan diameter

Jika semua KJA diasumsikan menggunakan 1 lapis jaring, dan ikan nila sebagai jenis ikan pada jaring sekunder dengan FCR 1 maka daya dukung waduk Cirata untuk KJA multispesies

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah status keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata yang dilihat berdasarkan kegiatan on side pada waduk, yaitu budidaya

Judul Skripsi Toksisitas Air Waduk Cirata Pada Tingkat Kedalaman Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) dan Benih Ikan Nila Gift

Demikian pula halnya terjadi di Waduk Cirata, tingkat kepadatan 10 ekor/m 2 mempunyai pengaruh yang berbeda nyata pada pertambahan bobot relatif harian ikan nila dibandingkan

Bentuk pemanfaatan masyarakat yang berada dekat dengan genangan air dari lingkungan Waduk Cirata adalah mengelola dan ikut andil dalam kegitan pariwisata Buangan Cirata

besar dibanding dengan kapasitas asimilasinya sehingga perairan waduk Cirata tercemar oleh parameter tersebut, Parameter kapasitas asimilasi perairan waduk Cirata yang

Waduk Cirata merupakan lokasi yang dipilih pada penelitian ini mengingat Waduk Cirata menghadapi berbagai masalah, terutama karena keberadaan kegiatan budi daya