• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran kepemimpinan kelompok tani dan efektivitas pemberdayaan petani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran kepemimpinan kelompok tani dan efektivitas pemberdayaan petani"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPEMIMPINAN KELOMPOK TANI DAN

EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN PETANI

RIKA MUTMAINAH

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Kepemimpinan Kelompok Tani dan Efektivitas Pemberdayaan Petani adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

RIKA MUTMAINAH. Peran Kepemimpinan Kelompok Tani dan Efektivitas Pemberdayaan Petani. Dibimbing oleh SUMARDJO.

Ketidakberdayaan petani timbul akibat petani kurang mampu menggunakan sarana produksi secara maksimal. Ketidakberdayaan juga timbul akibat kurang mampunya petani dalam memasarkan hasil produksi pertanian. Melalui kelompok tani, pemerintah berpotensi dapat melakukan pemberdayaan dan proses pembelajaran untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Di dalam proses pemberdayaan kelompok tani dibutuhkan peran pemimpin untuk mendorong terjadinya aktivitas pemberdayaan. Pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting untuk mempengaruhi dan memotivasi petani untuk mencapai tujuan bersama dalam kelompok tani. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kepemimpinan dengan proses pemberdayaan kelompok tani dan hubungan antara proses pemberdayaan dengan tingkat keberdayaan, serta hubungan faktor personal dan faktor lingkungan dengan proses pemberdayaan petani. Metode yang digunakan adalah survei yang dilengkapi dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan. Hasil penelitian diolah dengan menggunakan Rank Spearman dan Chi-square. Penelitian dilakukan pada kelompok tani Bina Sejahtera di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dan pada kelompok tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan hubungan nyata positif antara kepemimpinan dengan proses pemberdayaan, sedangkan proses pemberdayaan tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan tingkat keberdayaan. Sebagian faktor personal menunjukkan hubungan nyata yang positif dengan tingkat partisipasi antara lain usia dan tingkat pendidikan, sedangkan faktor lingkungan tidak menunjukkan hubungan nyata dengan proses pemberdayaan.

Kata kunci: kepemimpinan, pemberdayaan petani, kelompok tani

ABSTRACT

RIKA MUTMAINAH. The Leadership Role of Farmer Groups and Effectiveness of the Farmers Empowerment. Supervised by SUMARDJO.

(6)

empowerment, the correlation between the empowerment process with level of empowerment, and also the correlation between personal factor and environment factor with the empowerment process. The methods which is used in this research is survey which is supported by qualitative approach with in-depth interviews to the informants. The result of this research was processed by using Rank Spearman and Chi-Square. The research was conducted to the farmer groups Bina Sejahtera in Situ Udik Village, Cibungbulang Sub-District, Bogor and to the farmer groups Hurip in Cikarawang Village, Dramaga Sub-District, Bogor District. The result of the research shows a real positive correlation between the leadership with the empowerment process, while the empowerment process doesn’t show a real positive correlation with the level of empowerment. Some personal factors show a real positive correlation with the level of empowerment.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PERAN KEPEMIMPINAN KELOMPOK TANI DAN

EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN PETANI

RIKA MUTMAINAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Peran Kepemimpinan Kelompok Tani dan Efektivitas Pemberdayaan Petani

Nama : Rika Mutmainah NIM : I34100095

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ____________________

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2014 ini ialah kepemimpinan, dengan judul Peran Kepemimpinan Kelompok Tani dan Efektivitas Pemberdayaan Petani.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Sumardjo, MS yang telah memberikan banyak pelajaran, saran dan masukan yang sangat berarti bagi penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Anna Fatchiya MSi sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan beserta staf pengajar Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, serta teman-teman seperjuangan Sains Komunikasi dan Pegembangan Masyarakat yang telah memberikan dukungan dan dorongan semangat serta kebersamaan layaknya keluarga. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xv

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Konsep Kepemimpinan 5

Konsep Pemberdayaan 7

Penyuluhan 13

Konsep Kelompok Tani 17

Kerangka Berfikir 20

Hipotesis Penelitian 21

Definisi Operasional 21

PENDEKATAN LAPANGAN 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 25

Metode Penelitian 25

Teknik Pengambilan Responden dan Informan 25

Teknik Pengumpulan Data 26

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 26

GAMBARAN UMUM VARIABEL TERKAIT DENGAN PERAN KEPEMIMPINAN TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN

PETANI 27

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27

Profil Kelompok Tani Bina Sejahtera 28

Profil Kelompok Tani Hurip 29

Faktor Personal Anggota Kelompok Tani 30

Usia 30

(14)

Luas Lahan 31

Status Kepemilikan Lahan 32

Pengalaman Usaha Tani 33

Faktor Lingkungan 33

Akses Lahan 33

Ketersediaan Saprodi 34

Kemudahan Pemasaran Hasil 35

Potensi Pengembangan Usaha Tani 36

Dukungan Kepemimpinan Kelompok 37

Peran Pemimpin Kelompok 37

Perilaku Kepemimpinan 38

Gaya Kepemimpinan 39

Proses Pemberdayaan Anggota Kelompok Tani 39

Pendampingan 39

Tingkat Partisipasi 40

Keberdayaan Anggota Kelompok Tani 41

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN INTENSITAS

PEMBERDAYAAN ANGGOTA KELOMPOK TANI 43

HUBUNGAN ANTARA PROSES PEMBERDAYAAN PETANI

DENGAN TINGKAT KEBERDAYAAN PETANI 45

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERSONAL DAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PROSES PEMBERDAYAAN ANGGOTA

KELOMPOK TANI 49

Hubungan Faktor Personal dengan Proses Pemberdayaan Anggota

Kelompok Tani 49

Hubungan Faktor Lingkungan dengan Proses Pemberdayaan Anggota

Kelompok Tani 52

SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 55

(15)

DAFTAR TABEL

1. Indikator keefektifan kepemimpinan kelompok tani 7 2. Karakteristik masyarakat berdaya berdasarkan tiga aspek

perilaku 10

3. Uraian materi pokok penyuluhan berdasarkan aspek

perilaku petani 10

4. Indikator dukungan lingkungan terhadap akses petani 12 5. Indikator proses pemberdayaan kelompok tani 15 6. Jumlah sampel petani menurut lokasi kelompok tani dan

status kelompok tani 26

7. Mata pencaharian masyarakat Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang dan Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga

Kabupaten Bogor tahun 2013 27

8. Rincian aset milik kelompok tani Bina Sejahtera 29 9. Jumlah petani berdasarkan usia dan kelompok tahun 2014 30 10.Jumlah petani berdasarkan tingkat pendidikan dan

kelompok tahun 2014 31

11.Distribusi petani menurut luas lahan dan kelompok tahun

2014 31

12.Distribusi petani menurut status kepemilikan lahan dan

kelompok tahun 2014 32

13.Distribusi petani berdasarkan pengalaman usaha tani dan

kelompok tahun 2014 33

14.Distribusi petani berdasarkan akses lahan dan kelompok

tahun 2014 34

15.Distribusi petani berdasarkan ketersediaaan saprodi dan

kelompok tahun 2014 35

16.Distribusi petani berdasarkan kemudahan pemasaran hasil

usaha tani dan kelompok tahun 2014 36

17.Distribusi petani berdasarkan potensi pengembangan usaha

tani dan kelompok tahun 2014 37

18.Distribusi petani menurut peran kepemimpinan dan

kelompok tahun 2014 38

19.Distribusi petani menurut perilaku kepemimpinan dan

kelompok tahun 2014 38

20.Gaya kepemimpinan kelompok tani Bina Sejahtera dan

(16)

21.Distribusi petani berdasarkan tingkat partisipasi dan

kelompok tahun 2014 40

22.Distribusi petani berdasarkan tingkat keberdayaan dan

kelompok tahun 2014 41

23.Koefisien korelasi antara dukungan kepemimpinan dengan proses pemberdayaan petani di kelompok tani Bina

Sejahtera dan kelompok tani Hurip 43

24.Koefisien korelasi antar variabel dukungan kepemimpinan dengan variabel proses pemberdayaan pada dua kelompok

tani (Bina Sejahetra dan Hurip) 43

25.Koefisien korelasi antara dukungan kepemimpinan dengan proses pemberdayaan petani pada masing-masing kelompok

tani Bina Sejahtera dan kelompok tani Hurip 44 26.Koefisien korelasi antara proses pemberdayaan dengan

tingkat keberdayaan petani di kelompok tani Bina Sejahtera

dan kelompok tani Hurip 45

27.Koefisien korelasi antara proses pemberdayaan dengan tingkat keberdayaan petani pada masing-masing kelompok

tani Bina Sejahtera dan kelompok tani Hurip 45 28.Koefisien korelasi antara faktor personal dengan intensitas

pendampingan terhadap petani di kelompok tani Bina

Sejahtera dan kelompok tani Hurip 49

29.Koefisien korelasi hubungan antara status kepemilikan lahan dengan proses pemberdayaan petani di kelompok tani

Bina Sejahtera dan kelompok tani Hurip 50

30.Koefisien korelasi antara faktor personal dengan proses pemberdayaan petani di masing-masing kelompok tani Bina

Sejahtera dan kelompok tani Hurip 51

31.Koefisien korelasi hubungan antara faktor lingkungan dengan proses pemberdayaan petani di kelompok tani Bina

Sejahtera dan kelompok tani Hurip 52

32.Koefisien korelasi antar variabel pada dukungan kepemimpinan dengan variabel proses pemberdayaan pada

dua kelompok tani (Bina Sejahtera dan Hurip) 52 33.Koefisien korelasi faktor lingkungan dengan proses

pemberdayaan petani pada masing-masing kelompok tani

(17)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka analisis peran kepemimpinan kelompok tani dan

efektivitas pemberdayaan petani 20

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal pelaksanaan penelitian 57

2. Sketsa lokasi penelitian kelompok tani Bina Sejahtera 58 3. Sketsa lokasi penelitian kelompok tani Hurip 59

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang subur makmur sehingga tidak heran jika sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Besarnya kekayaan alam di Indonesia tidak menjamin bahwa petaninya juga berdaya. Kebanyakan petani hidup di dalam ketidakberdayaan baik tidak berdaya secara sosial maupun secara ekonomi. Berdasarkan data BPS pada bulan Maret 2013 mengemukakan bahwa jumlah penduduk miskin di pedesaan terutama yang bermata pencaharian sebagai petani mencapai 81.56 persen. Faktor lain yang menunjukkan ketidakberdayaan petani secara umum adalah dilihat dari pembangunan manusianya. Melihat posisi prestasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang tercantum pada jurnal nasional 20 Maret 2013, IPM Indonesia mengalami peningkatan dari peringkat 124 dari 187 Negara kini menjadi peringkat ke-121 dari 187 Negara (Dimyati 2013). Meskipun mengalami peningkatan, posisi ini dinilai masih rendah dan masih perlu perhatian khusus dari pemerintah Indonesia. Salah satu bentuk perhatian pemerintah Indonesia terhadap masalah IPM adalah dengan berfokus kepada pemberdayaan petani.

Pemberdayaan petani lebih efektif dilakukan melalui kelompok tani. Menurut Permentan Nomor 82 Tahun 2013 tentang kelompok tani dan gabungan kelompok tani mengungkapkan bahwa klasifikasi kemampuan kelompok tani dibagi ke dalam empat kategori yaitu: kelas pemula, kelas lanjut, kelas madya, dan kelas utama. Keempat kelas ini menunjukkan kemampuan yang dimiliki para petani tergolong kepada tingkatan kelas tersebut. Artinya tingkat keberdayaan yang dimiliki atas kegiatan pemberdayaan yang diberikan akan memberikan dampak terhadap tingkat kemampuan yang dimiliki anggota kelompok tani.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh BKP5K Kabupaten Bogor, tingkat kemampuan kelompok tani di Kabupaten Bogor menunjukkan sebanyak 32 kelompok atau 1.27 persen kelompok tani berhasil mencapai tingkat kemampuan utama, sebanyak 322 kelompok atau 12.80 persen kelompok tani berhasil mencapai tingkat kemampuan madya, sebanyak 1 234 kelompok atau 49.06 persen kelompok tani berhasil mencapai tingkat kemampuan lanjut, dan sebanyak 297 kelompok atau 11.81 persen kelompok tani masih pada kemampuan pemula. Hal ini membuktikan bahwa kualitas kelompok tani di Kabupaten Bogor dinilai masih rendah sehingga petani perlu mengalami suatu proses pemberdayaan melalui pembelajaran untuk mengetahui kesempatan-kesempatan dalam memperbaiki hidupnya.

(20)

2

anggota (Kementrian Pertanian). Kelompok tani juga didefinisikan sebagai sebuah kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk untuk mengorganisir para petani dalam berusaha tani (Hermanto dan Swastika 2011).

Kepemimpinan dibutuhkan dalam proses pemberdayaan karena memiliki pengaruh yang kuat terhadap anggota guna mencapai tujuan bersama. Andrew dan Dubrin (2006) juga mengungkapkan bahwa kepemimpinan diartikan sebagai kekuatan yang dinamis dalam memotivasi dan mengkoordinasi anggota kelompoknya. Untuk itu, dukungan kepemimpinan dalam tercapainya mencapai tujuan sangat dibutuhkan baik oleh kelompok tani maupun oleh anggota kelompok taninya. Kepemimpinan juga memiliki andil dalam mempengaruhi sukses tidaknya kegiatan pemberdayaan terhadap anggota kelompok tani. Untuk itu, permasalahan umum yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sejauh mana peran pemimpin dalam efektivitas pemberdayaan petani pada kelompok tani Bina Sejahtera di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dan kelompok tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Pemimpin dalam kelompok tani merupakan salah satu kunci masuknya program pemberdayaan kepada anggota kelompok tani. Pemimpin merupakan penghubung antara anggota kelompok tani dengan organisasi atau lembaga di luar kelompok tani tersebut. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan kemampuan anggota kelompok taninya maka peranan pemimpin dibutuhkan untuk dapat menjalin kerja sama antar anggotanya maupun kerja sama dengan kelompok tani lainnya. Selain itu, kepemimpinan juga dibutuhkan dalam mempengaruhi anggota kelompok tani untuk ikut dan berperan aktif dalam program pemberdayaan kelompok tani. Untuk itu, Sejauh mana hubungan kepemimpinan dengan efektivitas program pemberdayaan petani melalui kelompok tani?

Pemberdayaan kelompok tani merupakan suatu kegiatan yang memberikan sumbangsih terhadap peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam meningkatkan pembangunan terhadap manusia khususnya pembangunan terhadap anggota kelompok tani merupakan sebuah kegiatan nyata untuk dapat mencapai kehidupan yang lebih baik. Pembangunan yang dilakukan penyuluh diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap tingkat keberdayaan petani agar dapat hidup secara mandiri, berkelanjutan, dan dapat meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Untuk itu, pemberdayaan melalui kelompok tani perlu dikaji lebih dalam sampai sejauh mana hubungan antara pemberdayaan yang dilakukan terhadap tingkat keberdayaan anggota kelompok tani?

(21)

3 faktor personal dan faktor lingkungan. Untuk itu, sampai sejauh mana hubungan faktor personal dan faktor lingkungan dengan keberdayaan anggota kelompok tani?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepemimpinan dengan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok tani yang berlokasi di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang dan Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis hubungan antara kepemimpinan dengan proses pemberdayaan anggota kelompok tani pada kelompok tani Bina Sejahtera di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang dan kelompok tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis hubungan antara proses pemberdayaan petani dengan tingkat keberdayaan petani melalui kelompok tani pada kelompok tani Bina sejahtera di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang dan kelompok tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 3. Menganalisis hubungan antara faktor personal dan faktor lingkungan

dengan proses pemberdayaan petani pada kelompok tani Bina Sehajtera di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang dan kelompok tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi banyak kalangan, di antaranya bagi akademisi, bagi penentu kebijakan, dan masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan kelompok tani dan dalam melihat sejauh mana peranan pemimpin kelompok tani dalam mengayomi kelompok yang dipimpinnya. Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan pembelajaran bagi semua pemimpin, khususnya pemimpin kelompok tani. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapat oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut.

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai pengaruh kepemimpinan terhadap pemberdayaan terhadap masyarakat petani secara luas. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan acuan atau pedoman sebagai bahan pembelajaran bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai peran kepemimpinan terhadap penumbuhkembangkan semangat dalam pemberdayaan masyarakat petani melalui kelompok tani.

(22)

4

(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Kepemimpinan

Kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam proses pemberdayaan masyarakat karena kepemimpinan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap masyarakat guna mencapai kesejahteraan bersama (Mulyadi dan Rivai 2012; Hessel dan Tangkilisan 2007). Menurut Andrew dan Dubrin (2006) kepemimpinan didefinisikan sebagai kekuatan yang dinamis dalam memberikan motivasi dan koordinasi dalam rangka mencapai tujuan. Kepemimpinan timbul pada diri seorang pemimpin diakibatkan oleh tempaan dari pengalaman dirinya, namun kepemimpinan juga timbul akibat faktor genetik atau kemampuan yang dibawanya sejak lahir dan merupakan suatu kebutuhan yang muncul pada situasi tertentu (Hessel dan Tangkilisan 2005).

Berdasarkan legitimasi yang diterima, kepemimpinan dibagi menjadi dua (Fadli 2010; Tohani 2012). Pertama kepemimpinan formal, yaitu kepemimpinan yang didapatkan berdasarkan legitimasi yang didapat dari pemerintah atau orgamisasi melalui surat pengangkatan. Kedua kepemimpinan informal, yaitu kepemimpinan yang didapat berdasarkan legitimasi yang diterima dari masyarakat. Kepemimpinan informal memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Kepemimpinan diyakini sebagai orang atau figur yang strategis dalam menyampaikan ide-ide pembaharu bagi pembangunan di masyarakat karena kepemimpinan informal memiliki kedekatan emosional dan pengaruh yang cepat terhadap para pengikutnya (Tohani 2012).

Fungsi diartikan sebagai sebuah jabatan atau pekerjaan yang melekat pada status seorang pemimpin. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan keadaan kondisi sosial lingkungan di dalam kelompok (Mulyadi dan Rivai 2012). Fungsi kepemimpinan merupakan sebuah keharusan untuk diwujudkan dalam interaksi sosial sebuah kelompok atau organisasi. Fungsi kepemimpinan dibagi ke dalam lima fungsi pokok kepemimpinan (Mulyadi dan Rivai 2012), yaitu:

a. Fungsi intruksi. Komunikasi yang terjadi antara pemimpin dengan anggota di dalam sebuah organisasi merupakan komunikasi yang bersifat satu arah. Di dalam komunikasi ini biasanya pemimpin dijadikan sebagai komunikator yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah dikerjakan agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Selain itu, pemimpin juga berkewajiban untuk memotivasi anggota sehingga mereka mau untuk dapat melaksanakan perintah.

(24)

6

c. Fungsi partisipasi. Pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin tetap berada pada posisi sebagai fungsi pemimpin dan anggota berada pada posisi pelaksana.

d. Fungsi delegasi. Pemimpin memberikan atau melimpahkan wewenang untuk menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pemimpin. Fungsi ini didasarkan pada kepercayaan yang diberikan kepada seseorang dengan meyakini bahwa terdapat kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.

e. Fungsi pengendalian. Seorang pemimpin berfungsi sebagai orang yang dapat mengendalikan kelompok atau organisasinya. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat mengatur aktivitas kelompoknya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama. Pengendalian dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan bimbingan, memberikan pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Menurut Mulyadi dan Rivai (2012) selain fungsi pokok kepemimpinan, terdapat fungsi-fungsi kepemimpinan yang dicerminkan pada kewajiban pemimpin, di antaranya:

a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja; b. Pemimpin harus memberikan petunjuk yang jelas;

c. Pemimpin harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat;

d. Pemimpin harus mengembangkan kerjasama yang harmonis;

e. Pemimpin harus mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan masalah sesuai batas tanggung jawab masing-masing; f. Pemimpin harus menumbuhkembangkan kemampuan memikul

tanggung jawab;

g. Pemimpin harus mendayagunakan wawasan sebagai alat pengendalian. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menjalankan peranan kepemimpinan dengan efektif. Kepemimpinan yang efektif ditunjukkan melalui peran-peran kepemimpinan (Arisunda dan Helmi 2009; Andrew dan Dubrin 2006), di antaranya:

a. Inspirasi. Pemimpin berperan sebagai seorang yang memberi suri tauladan agar bisa memberikan inspirasi bagi orang lain.

b. Persuasi. Pemimpin dapat mempersuasi orang lain dengan mengubah pikiran anggotanya.

c. Pengaruh. Pemimpin dapat mempengaruhi anggotanya agar dapat melaksanakan sesuatu yang positif.

d. Motivasi. Pemimpin dapat memberikan motivasi dengan mengajak anggota untuk bekerja lebih keras.

e. Kepribadian. Memiliki kepribadian yang baik, seperti pandai memuji, menghargai hasil karya orang lain, jujur, dan terbuka.

f. Pemimpin yang dapat memberikan informasi penting kepada anggotaya.

(25)

7 Tabel 1 Indikator keefektifan kepemimpinan kelompok tani

Indikator

(patokan/petunjuk)

Parameter (Ukuran)

Peran pemimpin kelompok

a. Tingkat kemampuan kepemimpinan kelompok dalam memberikan arah dan tuntunan bagi anggotanya

b. Tingkat kemampuan kelompok tani dalam memfasilitasi kearah tercapainya tujuan kelompok tani

c. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok tani dalam mendinamiskan para anggota untuk aktif dalam kegiatan kelompok

d. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam menerima aspirasi anggota

Perilaku kepemimpinan

a. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam mengenali anggotanya

b. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam membangun struktur kelompok

c. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam mengambil inisiatif bila kelompok mengalami hambatan

d. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam mendorong anggota mencapai tujuan

e. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam berkomunikasi f. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam menjaga

kesatuan kelompok

Gaya

kepemimpinan

a. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam menampung aspirasi dan membina hubungan dengan anggota

b.Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam membuat keputusan

c. Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam membagi tugas dan pekerjaan

d.Tingkat kemampuan pemimpin kelompok dalam mengatur dan mendisiplinkan anggota

Sumber : Utama, Suwignya (2008)

Keefektifan kepemimpinan erat kaitannya dengan keberlanjutan kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Dalam melihat hubungan antara kepemimpinan dengan anggota kelompok tani, maka indikator yang dipakai adalah dengan melihat peran pemimpin kelompok tani, perilaku kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan.

Konsep Pemberdayaan

(26)

8

potensi yang dimiliki (Soetomo 2012; Widjajanti 2011). Merujuk pada Ife (1995) dalam Suharto (2005), pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yaitu kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan diartikan sebagai penguasa klien atas:

a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup, yakni kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, dan pekerjaan;

b. Pendefinisian kebutuhan yaitu kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya;

c. Ide atau gagasan yaitu kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas tanpa tekanan;

d. Lembaga-lembaga yaitu kemampuan menjangkau, menggunakan, dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan;

e. Sumber-sumber yaitu kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan;

f. Aktivitas ekonomi yaitu kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang dan jasa;

g. Produksi yaitu kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

Dengan demikian pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan untuk memperkuat keberdayaan kelompok lemah dan individu-individu yang mengalami kemiskinan dalam kemasyarakatan seperti petani. Tujuan pemberdayaan adalah merujuk pada hasil yang ingin dicapai oleh petani yang berdaya, yaitu memiliki kekuasaan, pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan sosial, seperti: kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan.

1. Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan petani didefinisikan sebagai petani yang mengalami diskriminasi dan penilaian negatif serta interaksi negatif dari orang lain (Suharto 1997 dalam Suharto 2005). Penilaian diri yang negatif merupakan ketidakberdayaan diri yang disebabkan oleh penilaian negatif orang lain, sedangkan interaksi negatif dengan orang lain merupakan ketidakberdayaan yang bersumber dari pengalaman negatif dalam interaksi antara korban yang tertindas dengan mereka yang menindas. Penilaian diri dan interaksi yang negatif ini biasanya dapat menghambat peran orang-orang yang terdiskriminasi dalam lingkungan yang lebih luas.

(27)

9 a. Memiliki pendidikan yang rendah

b. Bekerja sebagai buruh

c. Rendahnya kemampuan penyediaan dana

d. Rendahnya pengetahuan dalam pemanfaatan bahan baku yang tersedia e. Pemasaran masih dalam lingkup lokal

f. Rendahnya kemampuan membuat perencanaan

g. Rendanya kemampuan dalam menjelaskan hal-hal yang merusak lingkungan.

2. Keberdayaan

Keberdayaan merupakan hasil dari sebuah proses kegiatan pemberdayaan yang kita sebut sebagai tujuan dari pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan didefinisikan sebagai masyarakat yang mampu secara ekonomi, mampu dalam mengakses manfaat fasilitas dan mempunyai kemampuan kultural dan politis (Suharto 2005). Petani yang berdaya adalah petani yang memiliki kekuatan atau kemampuan dalam hal:

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), artinya mereka bebas untuk mengungkapkan pendapat, bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas dari kesakitan; b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka

dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan;

c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka.

(28)

10

Tabel 2 Karakteristik masyarakat berdaya berdasarkan tiga aspek perilaku

Aspek perilaku Karakteristik masyarakat berdaya

Kognitif a. Mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup

b. Faham atas kebutuhan riilnya dan potensi dirinya c. Memiliki pengertian atas permasalahan yang dihadapi

Afektif a. Berani menghadapi resiko

b. Mempunyai tanggung jawab atas tindakannya c. Menolak tindakan subordinasi atas dirinya d. Menyukai prestasi

Psikomotorik a. Teliti dalam menyelesaikan setiap pekerjaan

b. Tanggap dalam memanfaatkan peluang

c. Cermat dalam melakukan kerja sama yang saling menguntungkan d. Memiliki etos kerja yang tinggi

Sumber: Utami, Hamidah Nayati (2006)

Tabel 3 Uraian materi pokok penyuluhan berdasarkan aspek perilaku petani Materi pokok

penyuluhan

Aspek prilakunya

Uraian materi penyuluhan Teknik penyuluhan Pengelolaan

Resiko

Kognitif - Cara memprediksi resiko - Cara menghindari resiko

- Cara menjalankan usaha yang beresiko

Pendidikan/ pelatihan bimbingan usaha Afektif - Sikap menghadapi kemungkinan terjadinya

resiko

- Sikap menghindari resiko

- Sikap terhadap usaha yang beresiko Psikomotor - Ketepatan memprediksi resiko

- Kecermatan menjalankan usaha yang beresiko - Kecepatan menghindari resiko

Permodalan Kognitif - Sumber permodalan

- Cara mengakses sumber permodalan - Pengelolaan modal

Pelatihan/ bimbingan permodalan Afektif - Tanggapan terhadap sumber permodalan

alternatif

- Keterkaitan mengakses sumber permodalan alternatif

- Hemat dalam pengelolaan modal Psikomotor - Kecepatan mencari modal

- Kecepatan mengakses sumber permodalan - Kecermatan pengelolaan modal

Pemasaran Kognitif - Bauran promosi

- Teknik menjual - Mutu pelayanan

Pendidikan/ pelatihan bimbingan pemasaran Afektif - Ketertarikan terhadap kegiatan bauran promosi

- Tanggapan terhadap perkembangan teknik jual - Sikap mengutamakan kualitas pelayanan Psikomotor - Kecermatan mempromosikan produk

- Kecepatan menjual produk - Keluwesan melayani pelanggan

(29)

11 Mengacu pada Sumodiningrat (1999) faktor lingkungan sangat membantu dalam proses pencapaian keberhasilan kegiatan pemberdayaan. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

a. Akses bantuan modal usaha. Meningkatkan akses bantuan modal usaha bagi petani daerah pedesaan secara menyeluruh melalui program pengembangan lembaga keuangan desa. Pemerintah memberikan kebijakan agar lembaga keuangan seperti Bank dapat memberikan modal kepada masyarakat pedesaan untuk dapat mengembangkan dirinya yang kemudian mampu membuat masyarakat lebih mandiri. Selain bantuan modal, diperlukan teknologi dan pembinaan dengan tujuan untuk mempermudah proses reduksi, pengembangan pasar, dan peningkatan nilai tambah bagi masyarakat.

b. Pengembangan sumberdaya manusia yaitu pengembangan melalui proses pembangunan masyarakat yang berasal dari diri mereka sendiri, antara lain dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. c. Sarana prasarana yang mendukung yaitu bentuk dukungan yang

langsung dalam kegiatan sosial ekonomi masyarakat lokal seperti pendukung pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, pendidikan, dan peningkatan produktivitas.

Petani yang berdaya merupakan wujud advokasi dari berbagai pihak. Salah satu yang menciptakan advokasi bagi petani adalah pemerintah, local community organization, dan lembaga swadaya masyarakat (Pratama 2013). Pemerintah berkewajiban membantu kelompok tani melalui bantuan barang berupa pupuk, obat-obatan, teknologi pertanian dan bantuan materi berupa pengetahuan dan pinjaman modal usaha agar tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai. Adapun local community organization berperan sebagai penampung ide petani, mengumpulkan petani untuk bermusyawarah, dan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi petani.

Kegiatan pemberdayaan kelompok tani dipengaruhi oleh dua faktor pendukung, di antaranya adalah faktor personal dan faktor lingkungan. Faktor personal berpengaruh terhadap kendali dan alasan keikutsertaan petani dalam kegiatan pemerdayaan. Faktor personal meliputi usia, tingkat pendidikan, luas lahan, status kepemilikan lahan, dan pengalaman usaha tani (Cepriadi dan Yulida 2012). Faktor personal dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.

a. Usia. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi petani untuk membuat keputusan dalam penerapan teknologi dan inovasi baru dalam kegiatan pengembangan usaha tani. Hasil penelitiannya Cepriadi dan Yulida (2012) membuktikan bahwa secara keseluruhan usaha tani dikelola oleh petani pada usia produktif yaitu usia yang berkisar 21-50 tahun. Sedangkan usia dalam analisis demografi menurut BKKBN (1994) usia dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: (a) kelompok usia muda, di bawah 15 tahun; (b) kelompok usia produktif, usia 15-64 tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 ke atas.

(30)

12

petani lebih berdaya dibidang pegetahuan, sikap, dan keterampilan. c. Luas dan status kepemilikan lahan merupakan hal mendasar dalam

usaha tani. Menurut Dinas Pertanian Pangan dan Holtikultura Kabupaten Pelalawan (2009) dalam Cepriadi dan Yulida (2012) luas lahan minimal yang harus dimiliki adalah 0,2 ha atau 2000 m2 yang letaknya dengan sumber air yang cukup dan dapat dijangkau oleh petugas penyuluh. Status Kepemilikan lahan petani yang digunakan untuk usaha tani terdiri dari beberapa istilah yaitu lahan milik pribadi, lahan pinjaman, dan lahan hasil sewa.

[image:30.595.84.484.379.740.2]

d. Pengalaman usaha tani berpengaruh terhadap keberhasilan usaha tani karena mampu memberikan pelajaran kepada petani dalam menghadapi resiko dan mengetahui cara mengatasi berbagai masalah. Faktor dukungan lain untuk meningkatkan semangat dalam kegiatan pemberdayaan menurut Utama (2008) adalah dengan dukungan lingkungan. Indikator dukungan lingkungan yang digunakan dalam penelitian terhadap kelompok tani adalah akses lahan, ketersediaan sarana produksi, kemudahan memasarkan hasil, dan potensi pengembangan usaha. Indikator pada faktor dukungan lingkungan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Indikator dukungan lingkungan terhadap akses petani Indikator

(Patokan/Petunjuk)

Parameter (Ukuran)

Akses lahan - Tingkat persepsi petani terhadap kesuburan lahan

Potensi sumber daya alam

- Tingkat persepsi petani terhadap potensi sumber daya hutan yang dikerjasamakan

Ketersediaan saprodi - Kemudahan petani dalam memperoleh bibit tanaman - Kemudahan petani memperoleh petunjuk

Kemudahan memasarkan hasil

- Kemudahan petani dalam memasarkan hasil hutan - Kemudahan petani memasarkan hasil-hasil usaha tamanan

pertanian

- Ketersediaan informasi pasar hasil usaha tani

Potensi modal sosial - Tingkat ketaatan petani terhadap norma-norma

- Tingkat kepedulian petani terhadap kehidupan sesama anggota kelompok

- Tingkat kepercayaan terhadap sesama anggota kelompok, pengurus kelompok, aparat desa dan aparat pemerintahan

Potensi

pengembangan usaha

- Ketersediaan peluang bagi petani untuk mengambangkan usaha tani di desanya

- Kemauan petani mengembangkan usaha taninya agar menguntungkan secara ekonomi

- Kemampuan petani dalam mengembangkan usaha taninya

Tersedianya alternatif usaha

- Ketersediaan usaha alternatif di desa untuk menambah penghasilan petani

Ketergantungan pada hutan

- Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan

Intervensi lingkungan sosial

- Dorongan motivasi untuk keaktifan kelompok dari petani maju anggota kelompok tani

- Tingkat penyebaran informasi usaha tani dari petani maju anggota kelompok tani.

(31)

13

Penyuluhan

Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, yang dimaksud dengan penyuluhan adalah sebuah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejanteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk petani di pedesaan agar dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mentalnya menjadi lebih produktif sehingga mampu meningkatkan penghasilan keluarga (Setiana 2005). Penyuluh dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu penyuluh pegawai negeri sipil, penyuluh swasta, dan penyuluh swadaya. Penyuluh pegawai negeri sipil disebut sebagai penyuluh PNS, diberi tugas, wewenang, tanggung jawab, dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan penyuluhan oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian. Penyuluh swasta merupakan penyuluh yang berasal dari dunia usaha yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Sedangkan penyuluhan swadaya merupakan pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan masyarakat lainnya yang mempunyai kesadaran untuk menjadi penyuluh.

Kegiatan penyuluhan menggunakan materi sebagai bahan penyuluhan untuk disampaikan kepada subyek penyuluhan berupa informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan. Penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan, keberlanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat (UU No.16 Tahun 2006). Fungsi dari sistem penyuluhan adalah:

a. Memfasilitasi proses pembelajaran subyek penyuluhan;

b. Mengupayakan kemudahan akses subyek penyuluhan kepada sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;

c. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;

d. Membantu subyek penyuluhan dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;

e. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi subyek penyuluhan dalam mengelola usaha;

f. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan

g. Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

(32)

14

pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang menjadi kebutuhan petani. Penyuluh dengan para penyuluhnya merupakan penghubung yang sifatnya dua arah (two way traffic) antara: pengetahuan yang dibutuhkan petani dan pengalaman yang biasa dilakukan oleh petani; pengalaman baru yang terjadi pada pihak para ahli dan kondisi yang nyata dialami petani.

Mengacu pada UU Nomor 16 Tahun 2006, tujuan dari sistem penyuluhan sendiri adalah meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial, yaitu sebagai berikut.

a. Memperkuat pengembangan pertanian yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan;

b. Memberdayakan subyek penyuluhan untuk meningkatkan keemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitas;

c. Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan pertanian;

d. Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi subyek penyuluhan untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan; dan e. Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan

sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian.

Setiana (2005) mengungkapkan bahwa tujuan dari penyuluhan pertanian jangka panjang adalah terjadinya peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal ini dapat dicapai apabila para petani telah melakukan hal-hal sebagai berikut.

a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha taninya dengan cara-cara yang lebih baik.

b. Better business, berusaha yang lebih menguntungkan, mau dan mampu menjauhi para pengijon, lintah darat, dan melakukan teknik pemasaran yang benar.

c. Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak berfoya-foya dan setelah panen, petani dapat menabung bekerja sama memperbaiki hygiene lingkungan dan mampu mencari alternatif lain dalam usaha.

Penyuluh memiliki peranan penting dalam melakukan pemberdayaan masyarakat petani melalui kelompok tani. Fatchiya (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pola Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan Kolam Air Tawar di Provinsi Jawa Barat” mengidentifikasi peranan penyuluh dari kinerja penyuluhnya. Kinerja penyuluh dalam mengembangkan anggota kelompok tani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha berdasarkan hasil penelitian Fatchiya (2010) adalah sebagai berikut.

a. Kinerja penyuluh dalam pengembangan kelompok terkait dengan kegiatan penyuluhan yang meliputi jadwal penyuluhan dan frekuensi penyuluhan.

(33)

15 rencana program melalui menetapkan materi, menyiapkan tempat, menentukan waktu, menentukan peserta, maupun penyediaan biaya. c. Kinerja penyuluhan dalam proses pembelajaran merupakan suatu

proses komunikasi yang sifatnya dua arah atau timbal balik, yaitu penyuluh memberi kesempatan kepada partisipan untuk mengemukakan pertanyaan, pendapat/usulan, dan sebaliknya penyuluh bertanya atau meminta pendapat dari partisipan.

[image:33.595.108.510.309.546.2]

Kinerja penyuluh dalam menjalin jejaring merupakan upaya penyuluh dalam menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan usahanya, baik dengan perbankan sebagai sumber modal usaha, pemasaran, penelitian, maupun lembaga penyedia input produksi. Di dalam proses pemberdayaan Tampubolon (2006) mengelompokannya dengan indikator yang ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Indikator proses pemberdayaan kelompok tani

Variabel Indikator/ Parameter

Pendampingan a. Ada tidaknya pelayanan pendampingan

b. Keaktifan pendamping

c. Peranan pendamping (fasilitator, katalisator, dinamisator)

d. Masukan atau saran-saran yang diberikan e. Komitmen pendamping;

f. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan Tingkat partisipasi anggota

kelompok tani

a. Banyaknya pertemuan yang diadakan dalam satu bulan

b. Rata-rata kehadiran anggota setiap pertemuan c. Masukan atau saran-saran yang diberikan oleh

anggota

d. Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan e. Keterlibatan anggota dalam pelaksanaan keputusan f. Keterlibatan anggota dalam evaluasi

g. Tindak lanjut terhadap keputusan

h. Kepedulian terhadap keberhasilan kelompok tani

Sumber: Tampubolon (2006)

(34)

16

Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan seseorang dalam proses pembangunan yang didorong oleh maksud dan tujuan program pemberdayaan yang diikuti (Sutomo 2012). Partispasi didasarkan kepada kebutuhan dan imbalan yang diterima. Diperlukan kaji tindak permasalahan yang dihadapi petani untuk menentukan kebutuhan tersebut. Fetterman dan Wandersman (2005), mengungkapkan sepuluh prinsip evaluasi pemberdayaan, di antaranya:

a. Prinsip kemajuan (improvement) ditekankan pada tiga peningkatan yaitu peningkatan nilai-nilai dalam lingkungan masyarakat, peningkatan secara kuantitatif yang dilihat berdasarkan jumlah, dan peningkatan kualitatif yang didasarkan pada proses dan hasil.

b. Prinsip kepemilikan komunitas (community ownership) menekankan pada kepemilikan komunitas, yaitu masyarakat memiliki hak untuk ikut berperan dan menentukan keputusan terhadap apa yang mempengaruhi terhadap dirinya sendiri. Masyarakat merupakan agen pembaharu untuk dapat memperbaiki dirinya sendiri ketika mereka dilibatkan dalam proses pemberdayaan. Program pemberdayaan yang dibuat merupakan milik mereka dan harus dijaga oleh mereka sehingga mereka bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan pemberdayaan tersebut.

c. Prinsip inklusif juga menekankan pada partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan. Masyarakat diikutsertakan dalam berbagai proses mulai dari perencanaan sampai pada tahap evaluasi akhir. Masyarakat dituntut untuk menjadi iklusif oleh karena keputusan individu dibuat menjadi keputusan kelompok, karena hal yang demikian merupakan sebuah kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat, artinya keputusan yang dibuat berdasarkan hasil musyawarah. Tanpa inklusif maka evaluasi pemberdayaan yang dilakukan akan menjadi sia-sia mengakibatkan komunikasi menjadi semakin buruk, kontra produktif terhadap program pemberdayaan, perilaku rusak, dan akan menurunkan sumberdaya manusia.

d. Prinsip demokrasi, partisipasi melibatkan seluruh pemangku kepentingan, karena berkeyakinan bahwa pemangku kepentingan memiliki kapasitas yang tinggi terhadap penyampaian informasi untuk dapat menggerakkan masyarakat yang diberdayakan. Musyawarah dan kolaborasi menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam memaksimalkan penggunaan keterampilan dan pengetahuan pada masyarakat. Dalam prinsip ini menekankan pada transparansi dengan kejelasan, keterbukaan dalam pembuatan perencanaan program yang akan dilaksanakan untuk dapat meningkatkan kepercayaan di antara para pemangku kepentingan.

e. Prinsip keadilan sosial, evaluasi pemberdayaan menggunakan prinsip keadilan sosial bertujuan untuk meningkatkan kondisi sosial masyarakat dalam upaya meningkatkan kinerja para pemangku kepentingan.

(35)

17 komunitas itu sendiri. Masyarakat dalam komunitas tersebut dipercaya bahwa mereka mempunyai keahlian dan pengetahuan tentang diri mereka sendiri untuk dapat memberdayakan diri mereka dan mengidentifikasi mengenai kebutuhan mereka sendiri.

g. Prinsip berdasarkan bukti strategis (evidence based strategi), yaitu keberdayaan dilihat dari besarnya pemangku kepentingan yang terlibat yang ditunjukkan berdasarkan kenyataan yang ada.

h. Peningkatan kapasitas ditunjukkan dengan tingginnya kepemahaman mengenai pentingnya kebersamaan dalam mengelola suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan secara bersama-sama.

i. Prinsip pembelajaran organisasi, yaitu mendorong meningkatkan pengetahuan struktur organisasi dalam proses berfikir, melakukan perbaikan yang terus-menerus, menjadi penyelidik untuk dapat mencari jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi.

j. Prinsip akuntabilitas, yaitu dengan mengarahkan untuk bertanggung jawab baik kepada dirinya maupun publik atas konsekuensi dari tindakan yang telah dilakukan.

Mengacu kepada Korten (1987) bahwa partisipasi masyarakat meliputi tiga dimensi yaitu siapa, apa, dan bagaimana. Mengidentifikasi siapa adalah untuk melihat siapa yang berpartisipasi, apakah seluruh lapisan masyarakat atau hanya lapisan-lapisan tertentu saja. Identifikasi terhadap apa yaitu partisipasi yang dilihat dalam bentuk keterlibatan dalam pengambilan keputusan, keterlibatan dalam pelaksanaan, dan menikmati hasil. Identifikasi terhadap aspek bagaimana yaitu partisipasi yang dilihat dalam bentuk paksaan atau sukarela, partisipasi secara terus-menerus atau sewaktu-waktu. Untuk itu, bentuk partisipasi yang ideal adalah partisipasi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam menyumbangkan ide, perubahan, dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.

Konsep Kelompok Tani

(36)

18

Berdasarkan hasil penelitian Fatchiya (2010) kelompok mempunyai peranan sebagai koordinator pemasaran. Pembeli yang berminat terhadap hasil pertanian tidak perlu repot untuk menemui petani kepada tiap-tiap individu yang membudidayakan hasil pertanian yang sama, tetapi dapat berkunjung langsung kepada kelompoknya sebagai pemasar dari hasil budi daya anggota kelompoknya. Kelompok juga mempunyai fungsi sebagai tempat pembinaan bagi anggota kelompok tani. Pembinaan melalui kelompok memudahkan penyuluh menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dikarenakan kelompok memiliki kegiatan budi daya yang sama, terjadi proses belajar bersama, dan adanya tanggung jawab bersama atas program bantuan yang diberikan. Fungsi-fungsi kelompok tani juga diatur dalam Permentan No. 82 Tahun 2013 yaitu:

a. Kelas belajar, yaitu kelompok tani sebagai wadah belajar mengajar bagi anggota guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi usaha tani yang mandiri sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik;

b. Wahana kerja sama: kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerja sama baik di antara sesama petani dalam poktan dan antar poktan maupun dengan pihak lain. Melalui kerja sama tersebut diharapkan dapat membuat usahatani lebih efisien dan lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, gangguan serta lebih menguntungkan;

c. Unit produksi: usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota poktan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomis usaha, dengan menjaga kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Kelompok tani ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk mereka dengan jumlah berkisar 20 sampai 25 orang petani atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat sekitarnya (Menteri Pertanian). Kepengurusan anggota kelompok tani sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan. Sebagai penentu keberlanjutan dari penumbuhan kelompok tani maka harus dibentuk rencana kerja kelompok. Kemudian, dalam meningkatkan kemampuan petani anggota kelompok tani dalam pengembangan agribisnis (Permentan No. 82 Tahun 2013), maka:

a. Menciptakan iklim usaha yang kondusif agar petani mampu untuk membentuk dan menumbuhkembangkan kelompoknya secara partisipatif;

b. Menumbuhkembangkan kreatifitas dan prakarsa anggota kelompok tani untuk memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi, dan akses permodalan yang tersedia;

c. Membantu memperlancar proses dan mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta menyusun rencana dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam usaha taninya;

(37)

19 e. Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola usaha tani

secara komersial, berkelanjutan, dan akrab lingkungan;

f. Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi usaha masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin permintaan pasar yang dilihat dari kuantitas, kualitas, serta kontinuitas.

g. Mengembangkan kemampuan anggota untuk menciptakan teknologi yang spesifik lokalitas;

(38)

20

Kerangka Berfikir

[image:38.595.76.490.367.618.2]

Keberdayaan masyarakat dilihat dari perubahan tingkatan yang rendah menjadi tingkatan yang lebih tinggi. Tingkat keberdayaan meliputi tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tingkat keberdayaan ini dipengaruhi oleh proses pemberdayaan, yang mana di dalam proses pemberdayaan terdapat teknik pendampingan dan tingkat partisipasi. Proses pemberdayaan ini diharapkan mampu menjadi jembatan agar petani mampu meningkatkan tingkat keberdayaan mereka. Agar mampu menggerakkan proses pemberdayaan ini, maka dukungan kepemimpinan sangat dibutuhkan. Dukungan kepemimpinan tersebut meliputi peran kepemimpinan, perilaku kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan. Selain dukungan kepemimpinan, terdapat dua faktor yang diduga mempunyai hubungan tidak langsung dengan tingkat keberdayaan petani. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah faktor lingkungan dan faktor personal. Faktor lingkungan meliputi akses lahan, ketersediaan saprodi, kemudahan pemasaran hasil, potensi pengembangan usaha, sedangkan faktor personal meliputi usia, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, luas lahan, dan pengalaman dalam usaha tani. Berikut kerangka analisis yang diajukan oleh penulis:

Gambar 1 Kerangka analisis peran kepemimpinan kelompok tani dan efektivitas pemberdayaan petani

Keterangan :

(39)

21

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan nyata antara kepemimpinan (peran kepemimpinan, perilaku kepemimpinan, gaya kepemimpinan) dengan proses pemberdayaan (pendampingan, tingkat partisipasi).

2. Terdapat hubungan nyata antara proses pemberdayaan (pendampingan, tingkat partisipasi) dengan tingkat keberdayaan.

3. Terdapat hubungan nyata antara faktor personal (usia, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, pengalaman usaha tani) dengan proses pemberdayaan (pendampingan, tingkat partisipasi).

4. Terdapat hubungan nyata antara faktor lingkungan (akses lahan, ketersediaan saprodi, kemudahan pemasaran hasil, potensi pengembangan usaha) dengan proses pemberdayaan (pendampingan, tingkat partisipasi).

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur variabel. Masing-masing variabel diberi batasan terlebih dahulu agar dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah yang digunakan adalah:

X1 Personal adalah sesuatu yang sifatnya pribadi atau perseorangan yang meliputi identitas pada diri orang tersebut. Faktor-faktor yang termasuk kedalam personal adalah usia, tingkat pendidikan, luas lahan, status kepemilikan lahan, dan pengalaman usaha tani.

X1.1 Usia adalah umur responden pada saat melakukan penelitian. Menurut BKKBN (1994) mengungkapkan bahwa usia produktif adalah kisaran antara 15-64 tahun dan dengan mengggunakan skala ordinal. Usia petani dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu: usia muda (skor 1), apabila responden berusia <15 tahun; usia tua (skor 2), apabila responden berusia >64 tahun; dan usia produktif (skor 3), apabila responden berusia 15-64 tahun.

X1.2 Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal terakhir yang pernah dilaksanakan oleh responden. Tingkat pendidikan menggunakan skala ordinal dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu:

 Tinggi, diberi skor 3, apabila responden menempuh pendidikan sampai Diploma, Sarjana, Magister dan Doktor

 Sedang, diberi skor 2 apabila responden menempuh pendidikan sampai pada tingkat SMP, SMA

 Rendah, diberi skor 1 apabila responden Tidak Sekolah, Tidak Tamat SD, atau hanya sampai tamat SD

(40)

22

X1.4 Status kepemilikan lahan adalah hak atas tanah yang digunakan untuk kegiatan produksi pertanian. Status kepemilikan lahan menggunkan skala ordinal dan diberikan skor, yaitu diberikan skor 1 apabila status kepemilikan lahan bukan milik sendiri, dan diberi skor 2 apabila status kepemilikan lahan adalah milik sendiri.

X1.5 Pengalaman usaha tani adalah lamanya keterlibatan petani dalam suatu kegiatan pertanian yang memberikan hasil, baik berupa uang maupun produk pertanian. Pengalaman usaha tani dihitung dengan menggunakan interval berdasarkan hasil penemuan di lapang.

X2 Faktor lingkungan adalah tingkat kekuatan dan kualitas faktor-faktor di luar diri petani terhadap keberdayaan petani dalam menjalankan usahataninya. X2.1 Akses lahan adalah keterjangkauan petani dalam menggunakan tanah

dan sumber air yang digunakan untuk kegiatan produksi pertanian. Hasil pengukuran akses lahan dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (2-3) diberi skor 1, sedang (4-5) diberi skor 2, dan tinggi (6) diberi skor 3.

X2.2 Ketersediaan saprodi adalah persepsi petani terhadap kemudahan memperoleh bibit dan pupuk guna memperlancar produksi pertanian. Hasil pengukuran ketersediaan saprodi dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (2-3) diberi skor 1, sedang (4-5) diberi skor 2, dan tinggi (6) diberi skor 3.

X2.3 Kemudahan memasarkan hasil adalah keterjangkauan petani dalam menjual produk pertanian. Hasil pengukuran kemudahan pemasaran hasil dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (2-3) diberi skor 1, sedang (4-5) diberi skor 2, dan tinggi (6) diberi skor 3.

X2.4 Potensi pengembangan usaha adalahketersediaan sumber daya yang dimiliki dan dipergunakan oleh petani untuk dapat meraih keuntungan ekonomi. Hasil pengukuran potensi pengembangan usaha dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (3-4) diberi skor 1, sedang (5-7) diberi skor 2, dan tinggi (8-9) diberi skor 3.

X3 Dukungan kepemimpinan adalah persepsi petani terhadap tingkat kemampuan pemimpin kelompok tani dalam mempengaruhi, mengarahkan, menggerakkan dan mengelola kelompok tani untuk mengembangkan kedinamisan kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Dukungan kepemimpinan diukur dengan tiga variabel, yakni peran pemimpin kelompok, perilaku kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan.

X3.1 Peran pemimpin kelompok adalah sesuatu tindakan yang ditunjukkan seorang ketua dalam mengelola anggotanya. Peran kepemimpinan meliputi kemampuan dalam memberikan penjelasan, motivasi, mengadakan berbagai sarana, dan perhatian terhadap masalah anggota kelompok. Hasil pengukuran peran kepemimpinan dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (4-6) diberi skor 1, sedang (7-9) diberi skor 2, dan tinggi (10-12) diberi skor 3.

(41)

23 lingkungan di sekitar kelompoknya. Perilaku kepemimpinan meliputi kondisi anggota, melakukan pembagian tugas, memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi, menyampaikann tujuan, memberikan tanggapan, dan mampu menjaga keharmonisan kelompok. Hasil pengukuran perilaku kepemimpinan dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (4-6) diberi skor 1, sedang (7-9) diberi skor 2, dan tinggi (10-12) diberi skor 3.

X3.3 Gaya kepemimpinan adalah persepsi petani terhadap kesanggupan ketua dalam memerankan peranannya sebagai pemimpin kelompok. Dalam mengukur gaya kepemimpinan indikator yang digunakan dalam pertanyaan adalah kemampuan pemimpin dalam mendengar keluhan anggotanya, kemampuan pemimpin dalam membuat keputusan, kemampuan perhatian, ketelitian, mengarahkan, dan memberikan teguran terhadap anggota kelompoknya. Hasil pengukuran gaya kepemimpinan dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (4-6) diberi skor 1, sedang (7-9) diberi skor 2, dan tinggi (10-12) diberi skor 3.

Y1 Proses pemberdayaan adalah perlakuan yang diberikan dalam sebuah kegiatan guna menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat petani yang diberdayakan.

Y1.1 Pendampingan adalah proses pembinaan melalui seseorang yang bertugas memfasilitasi dan membantu memperlancar keberhasilan pengembangan usaha tani dalam jangka waktu tertentu. Parameter yang digunakan dalam pendampingan adalah pendekatan yang digunakan, kesesuaian substansi, dan teknik pendampingan. Hasil pengukuran pendampingan dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (5-7) diberi skor 1, sedang (8-12) diberi skor 2, dan tinggi (13-15) diberi skor 3.

Y1.2 Tingkat partisipasi anggota adalah keikutsertaan petani dalam kegiatan pemberdayaan. Parameter yang digunakan dalam tingkat partisipasi adalah banyaknya pertemuan yang diadakan dalam sebulan dan rata-rata kehadiran anggota kelompok tani dalam setiap pertemuan, masukan saran-saran yang diberikan keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan keputusan, keterlibatan dalam penilaian, keikutsertaan dalam pengambilan keputusan pelaksanaan keputusan bersama yang sudah dihasilkan dan kepedulian anggota terhadap keberhasilan kelompoknya. Hasil pengukuran tingkat partisipasi dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (6-9) diberi skor 1, sedang (10-15) diberi skor 2, dan tinggi (16-18) diberi skor 3.

(42)

24

Y2.1 Tingkat pengetahuan adalah suatu ukuran yang dilihat atas dasar kemampuan berfikir petani. Kemampuan kognitif diukur berdasarkan pada pengetahuan petani akan resiko usaha tani, permodalan, dan pemasaran. Skala pada tingkat pengetahuan yang digunakan adalah skala ordinal.

Y2.2 Tingkat sikap adalah suatu ukuran yang dilihat atas dasar keinginan yang dimiliki petani terhadap usaha tani yang dijalankannya. Kemampuan afektif ini meliputi keinginan anggota kelompok tani terhadap tingkat pengetahuan yang dimiliki. kemampuan afektif diukur berdasarkan tentang keinginan atau tanggapan terhadap resiko usaha tani, permodalan, dan pemasaran. Skala pada tingkat pengetahuan yang digunakan adalah skala ordinal.

(43)

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai peran kepemimpinan terhadap efektivitas pemberdayaan petani pada kelompok tani di Kabupaten Bogor dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu kelompok tani Bina sejahtera di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang sebagai contoh kelompok tani yang aktif dan kelompok tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga sebagai contoh lokasi kelompok tani yang sangat aktif. Pemilihan kelompok tani pada dua desa ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan dekat dan terjangkau oleh peneliti. Selain itu, peneliti mendapatkan informasi dari Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor bahwa kelompok tani Hurip merupakan kelompok tani yang sering dikunjungi untuk lokasi percontohan baik itu kunjungan dari pemerintah maupun dari kalangan akademisi sebagai lokasi penelitian dan sasaran pemberdayaan, sehingga penulis tertarik melihat peranan kepemimpinan pada kelompok tani tersebut, sedangkan kelompok tani Bina Sejahtera merupakan salah satu kelompok tani berprestasi di tingkat Jawa Barat. Sketsa lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran dua dan lampiran tiga.

Kegiatan penelitian ini berlangsung dari bulan Februari sampai bulan Juni 2014. Pengambilan data sekunder dilaksanakan pada bulan Februari 2014. Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai dengan awal bulan Mei 2014. Pengolahan data, analisis dan penulisan dilakukan pada bulan Mei 2014. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian (lampiran 1).

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Metode survei dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data-data kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner sehingga dapat memperoleh informasi yang diperlukan dari responden, sedangkan data-data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam. Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana hubungan kepemimpinan dan faktor-faktor pengaruh dengan keberhasilan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok tani. Pendekatan kualitatif bersifat explanatory research dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan yang pada penelitian ini mengungkapkan gambaran peran kepemimpinan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor pada kelompok tani Bina Sejahtera dan di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada kelompok tani Hurip.

Teknik Pengambilan Responden dan Informan

(44)

26

tani. Responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat karena jawabannya dianggap dapat memberikan informasi yang terkait dengan dirinya sendiri terhadap program atau kegiatan pemberdayaan yang diberikan. Pemilihan responden diambil dengan metode pengambilan sampel acak gugus sederhana (cluster random sampling). Sampel acak gugus sederhana digunakan berdasarkan unit analisa atau satuan penelitian sudah tersusun dalam suatu daftar (Singarimbun dan Effendi1989). Pengambilan sampel pada masing-masing kelompok dilakukan secara non-proporsional, artinya hanya sebagian anggota kelompok tani pada dua kelompok tani tersebut yang akan diwawancarai dan jumlah responden dianggap dapat mewakili seluruhan jumlah anggota kelompok. Semua anggota pada kelompok tani Bina Sejahtera akan diambil sebagai responden dengan jumlah sebesar 28 responden, sedangkan pada kelompok tani Hurip hanya diambil sebanyak 28 responden dari jumlah keseluruhan anggota kelompok tani, sehingga jumlah keseluruhan pada kelompok tani adalah sebanyak 56 orang (lampiran 4). Adapun bagan jumlah populasi kelompok tani yang akan dijadikan sampel terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah sampel petani menurut lokasi kelompok tani dan status kelompok tani

Lokasi

Status Kelompok

Aktif Sangat Aktif

N n N n

Desa Situ Udik 28 28

Desa Cikarawang 60 28

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara observasi, kuesioner, serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan. Data sekunder diperoleh baik dari dokumen-dokumen tertulis di BKP5K Kabupaten Bogor, kelompok tani Bina Sejahtera dan kelompok tani Hurip. Data sekunder berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini, seperti dokumen perkembangan kelompok tani dari tahun ke tahun, perubahan kondisi kelompok tani berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani dan kegiatan penyuluhan yang diberikan untuk meningkatkan tingkat kemampuan kelompok tani. Data sekunder juga diperoleh melalui berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu: buku, laporan hasil penelitian, artikel, dan sebagainya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(45)

27 yaitu: reduksi, penyajian, data dan penarikan kesimpulan (Sitorus 1998). Pertama, mereduksi data yang bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, menggolongkan, mengeliminasi data-data yang tidak diperlukan dan mengorganisir data sedemikian sehingga didapatkan kesimpulan. Kedua, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk deskriptif maupun matriks yang menggambarkan hubungan antara kepemimpinan dengan efektivitas pemberdayaan petani, sehingga diharapkan dapat menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan. Ketiga, kesimpulan yakni menarik simpulan melalui verifikasi. Verifikasi dilakukan sebelum peneliti menarik kesimpulan akhir, dimana proses menyimpulkan tentang penelitian ini dilakukan bersama dengan para informan yang merupakan subjek dalam penelitian ini yang telah menyumbangkan data dan informan terhadap penelitian.

(46)
(47)

GAMBARAN UMUM VARIABEL TERKAIT DENGAN PERAN

KEPEMIMPINAN TERHADAP EFEKTIVITAS

PEMBERDAYAAN PETANI

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

[image:47.595.116.509.452.673.2]

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor pada dua lokasi, lokasi pertama adalah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor pada kelompok

Gambar

Tabel  1 Indikator keefektifan kepemimpinan kelompok tani
Tabel  2 Karakteristik masyarakat berdaya berdasarkan tiga aspek perilaku
Tabel  4 Indikator dukungan lingkungan terhadap akses petani
Tabel  5 Indikator proses pemberdayaan kelompok tani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Opioidravi ei tohi haiget mitte ainult rahustada, vaid peab leevendama valu ja parandama elukvaliteeti , mida ravi jooksul korduvalt hinna- takse.. Optimaalne on selline ravi,

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi (Pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.. Periode

Dari penjelasan diatas dapat ditarik pengertian bahwa Museum Wali Songo merupakan lembaga tetap yang senantiasa melayani masyarakat secara terbuka untuk kepentingan

Hal ini dikarenakan aroma kopi yang mengundang selera membuat konsumen menginginkannya lagi, walaupun pada awalnya tidak berniat melakukan pembelian ulang, namun dengan

Proses pencocokkan dilakukan setelah data-data citra wajah yakin telah di-training dan telah tersimpan dalam basis data, sehingga data-data tersebut dapat digunakan

[r]

Peneliti berharap Aplikasi POS dapat mendukung pembelajaran bahasa Inggris dan menjadi salah satu media pembelajaran yang membantu guru untuk mengajarkan materi part of

Teknik pengumpulan data meliputi dokumentasi yang berhubungan dengan mekanisme pemberian kredit produktif dan pembiayaan mudharabah khususnya pada produk koperasi