• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Balita di Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Balita di Kabupaten Cianjur"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK BALITA

DI KABUPATEN CIANJUR

T. ILHAM AKBAR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Balita di Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

T. ILHAM AKBAR. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Balita di Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh FAISAL ANWAR dan DADANG SUKANDAR.

Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak balita. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan sampel sebanyak 90 anak. Hasil menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu tergolong sedang. Lebih dari separuh anak (52.2%) memiliki status gizi pendek dan sangat pendek. Tingkat kecukupan energi dan protein tergolong defisit berat. Tingkat kecukupan kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan vitamin C tergolong kurang. Hasil uji multivariat menunjukkan tingkat kecukupan energi anak balita dipengaruhi oleh umur anak serta interaksi pendapatan keluarga dan lama diare. Kecukupan protein dan kalsium dipengaruhi oleh umur anak. Faktor yang mempengaruhi kecukupan fosfor adalah lama ISPA dan interaksi antara umur anak dan lama ISPA. Sementara itu, kecukupan besi dipengaruhi oleh umur anak, interaksi antara pengetahuan gizi ibu dan lama ISPA, interaksi umur anak dan lama ISPA, interaksi pendapatan keluarga dan lama diare, serta interaksi lama diare dan lama ISPA. Tidak ada variabel yang secara signifikan mempengaruhi tingkat kecukupan vitamin A balita (p>0.05). Tingkat kecukupan vitamin C dipengaruhi oleh interaksi antara umur balita dan lama diare. Kata kunci: Anak balita, diare, ISPA, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, umur

anak

ABSTRACT

T. ILHAM AKBAR. The Factors that Influence Adequacy Levels of Energy and Nutrients in Children Under Five Years at Cianjur Regency. Supervised by FAISAL ANWAR and DADANG SUKANDAR.

This study aims to analyze the factors that influence adequacy of energy and nutrients in children under five years. The study design used was a cross sectional study with a sample of 90 children. The results of this study showed that

(7)

that significantly affected adequacy levels of vitamin A (p>0.05). Adequacy levels of vitamin C was influenced by interaction of child's age and diarrhea duration. Keywords: Acute respiratory infections (ARI), adequacy levels of energy and

(8)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK BALITA

DI KABUPATEN CIANJUR

T. ILHAM AKBAR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(9)
(10)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Balita di Kabupaten Cianjur

Nama : T. Ilham Akbar NIM : I14100121

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Rimbawan Ketua Departemen

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini adalah stunting dan konsumsi pangan (tingkat kecukupan energi dan zat gizi) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Balita di Kabupaten Cianjur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS dan Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu, bimbingan dan masukannya dalam penyusunan karya ilmiah ini.

2. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan karya ilmiah ini.

3. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS dkk yang telah mengizinkan

menggunakan data studi “Masalah dan Solusi Stunting Akibat Kurang Gizi Kronis di Wilayah Perdesaan” untuk karya ilmiah ini.

4. Keluarga tercinta: ayahanda (Bapak T. Sukma Jaya), ibunda (Ibu Turah Suryanti), T. Tarekh Kamal (Adik) serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan moril dan kasih sayangnya.

5. Teman-teman pembahas seminar: Indah Purnamasari, Rizki Prawira Suparto, M. Taufik Hidayat dan Elok Nalurita yang telah memberikan saran selama seminar.

6. Farida Hanum atas motivasi, semangat, bantuan dan saran yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. 7. Teman-teman terdekat: M. Taufik Hidayat, Rian Diana, Hernawan

Prasetyo, Melinda Rumuy, Elok Nalurita, Ega Suryadiana, dan Sakinah Ulfi yang banyak membantu dalam memberikan semangat kepada penulis.

8. Teman–teman Kuliah Kerja Profesi (KKP) dan Internship Dietetic (ID), khususnya Riki, Fanny, Ulfa, Maryam, Putri, Fera, Elok, Yoga, Aris dan Sarinah yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

9. Teman–teman Gizi Masyarakat 47, 48 dan 49 serta kakak kelas 46 dan teman–teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis Penelitian 2

Kegunaan Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE PENELITIAN 4

Desain, Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 5

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Gambaran Umum Desa Batulawang 9

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga 10

Pengetahuan Gizi Ibu 12 Karakteristik Anak Balita 13

Morbiditas Penyakit Infeksi 14

Status Gizi 15

Konsumsi Pangan 15

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 19

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 27

(15)

vi

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 5

2 Cara pengkategorian variabel penelitian 7

3 Sebaran sampel berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga 11 4 Sebaran sampel berdasarkan persentase ibu menjawab benar item

pertanyaan pengetahuan gizi 12

5 Sebaran sampel berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu 13 6 Sebaran sampel berdasarkan karakteristik anak balita 13 7 Sebaran sampel berdasarkan kejadian sakit diare dan ISPA sebulan

terakhir 14

8 Sebaran sampel berdasarkan lama sakit diare dan ISPA sebulan terakhir 15 9 Sebaran sampel berdasarkan status gizi (TB/U) 15 10 Deskriptif statistik konsumsi dan tingkat kecukupan gizi sampel 16 11 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein 17 12 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan mineral 18 13 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan vitamin 18 14 Hasil uji manova tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak balita 19

DAFTAR GAMBAR

1 Skema kerangka penelitian 4

2 Interaksi antar variabel yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi 20 3 Interaksi antar variabel yang mempengaruhi tingkat kecukupan fosfor 21 4 Interaksi antarvariabel yang memengaruhi tingkat kecukupan vitamin C 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji manova 27

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suatu bangsa dapat dikatakan berkualitas salah satunya ditentukan oleh derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan yang memadai akan menciptakan sumberdaya manusia intelektual dan produktif yang merupakan syarat utama keberhasilan suatu bangsa dan negara. Negara berkembang memiliki permasalahan utama yang sering terjadi yaitu masalah kesehatan, salah satunya disebabkan oleh kekurangan gizi. Kekurangan gizi ditunjukkan oleh status gizi yang rendah. Hal ini akan berdampak pada produktivitas kerja yang menurun dan tentu akan menyebabkan kerugian ekonomi bagi masyarakat dan negara (Depkes 2009).

Indonesia merupakan negara berkembang yang banyak memiliki permasalahan gizi dan kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan gizi di Indonesia adalah tingginya prevalensi stunting pada anak balita. Stunting (tubuh yang pendek) menggambarkan keadaan gizi yang kurang yang sudah berjalan dalam jangka waktu lama. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 diketahui prevalensi balita stunting nasional sebesar 37.2%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 35.6% (Depkes 2013). Sementara itu, prevalensi anak balita stunting di Jawa Barat tahun 2010 hampir mendekati prevalensi nasional yaitu sebesar 33.6% (Depkes 2010).

Masa anak-anak merupakan periode penting pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada usia lima tahun pertama. Masa balita adalah masa pertumbuhan yang sangat cepat (growth spurt) sehingga membutuhkan zat-zat gizi dalam kuantitas maupun kualitas yang lebih memadai. Konsumsi pangan merupakan salah satu faktor yang berperan langsung dalam proses pertumbuhan anak. Semakin rendah konsumsi pangan yang diterima akan berkaitan dengan rendahnya status gizi dan kesehatan anak, khususnya pada umur kurang lima tahun. Winarno (1990) menyatakan bahwa anak yang kekurangan konsumsi makanan akan menurunkan asupan zat gizi makro maupun mikro.

Penyakit infeksi dalam tingkatan apapun dapat memperburuk keadaan gizi (Pudjiadi 2000). Morbiditas penyakit infeksi yang diderita anak balita akan menyebabkan semakin memburuknya keadaan gizi karena berkurangnya asupan gizi yang diperoleh dari makanan. Anak yang sedang mengalami penyakit terutama penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga asupan zat gizi berkurang dan tingkat kecukupan gizi dalam sehari akan sulit terpenuhi. Jenis penyakit infeksi yang sering menyebabkan terjadinya permasalahan gizi adalah diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Selain itu menurut Supariasa et al. (2001), karakteristik sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan, pendidikan, besar keluarga juga dapat mempengaruhi konsumsi pangan.

(18)

2

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada anak balita di Kabupaten Cianjur.

Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga (umur orang tua, besar keluarga, pendapatan, pendidikan orang tua) dan pengetahuan gizi ibu anak balita.

2. Mengidentifikasi karakteristik individu (jenis kelamin dan umur) anak balita. 3. Mengidentifikasi morbiditas penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA), status gizi dan konsumsi pangan (tingkat kecukupan energi dan zat gizi) anak balita.

4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada anak balita.

Hipotesis Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak balita yaitu sosial ekonomi keluarga, karakteristik anak balita, pengetahuan gizi ibu, dan morbiditas penyakit infeksi.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi serta berkontribusi dalam pengembangan pengetahuan tentang bagaimana tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada anak, khususnya usia balita. Diharapkan gambaran serta informasi tentang apa saja faktor-faktor yang menentukan tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada anak balita ini dapat berguna bagi semua kalangan. Bagi pemerintah khususnya Dinas Kesehatan, sebagai masukan dan tambahan informasi untuk menyusun perencanaan program gizi khususnya penanganan permasalahan konsumsi pangan pada anak balita. Bagi penulis, sebagai wadah untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dibidang gizi serta sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan.

KERANGKA PENELITIAN

(19)

3 menurunkan nafsu makan. Banyak dari anak balita yang rewel dan tidak mau makan ketika sakit. Hal ini yang menyebabkan morbiditas penyakit infeksi menjadi salah satu yang mempengaruhi konsumsi pangan anak balita.

Tercukupinya konsumsi pangan anak berhubungan dengan kemampuan dan cara keluarga khususnya ibu memberikan pola pengasuhan. Orang tua yang memiliki usia dewasa dan produktif tentu akan berbeda dalam melakukan pola pengasuhan anak ketimbang orang tua dengan usia remaja. Pendidikan formal yang baik terutama ibu memungkinkan akses terhadap media informasi semakin luas sehingga memudahkan dalam menerima berbagai informasi terutama mengenai gizi dan kesehatan. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan pengetahuan gizi yang diperlukan untuk terlaksananya perilaku gizi yang baik dalam keluarga. Selain itu, pendidikan yang baik merupakan salah satu aspek penting seseorang untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka konsumsi pangan dari segi kuantitas dan kualitas cenderung semakin baik dengan disertai pengetahuan gizi yang baik pula.

Pengetahuan gizi yang dimiliki oleh orang tua, terutama ibu sangat diperlukan dalam memberikan pengasuhan untuk menjamin kuantitas dan kualitas konsumsi pangan anak. Pengetahuan gizi diperlukan untuk mengatur pola makan keluarga terutama anggota keluarga yang masih usia balita. Seorang ibu dengan pengetahuan gizi yang disertai dengan sikap dan praktek yang baik akan cenderung mampu mengatur pola konsumsi anak berdasarkan umur dan kebutuhannya. Besar keluarga juga dapat mempengaruhi konsumsi pangan anak. Ukuran keluarga yang semakin besar dengan pendapatan yang tetap akan dapat mempersulit dalam mengatur konsumsi sehari-hari sehingga anak balita semakin beresiko mengalami kekurangan konsumsi pangan.

(20)

4

Keterangan : = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti = variabel yang diteliti

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian yang berjudul

“Masalah dan Solusi Stunting Akibat Kurang Gizi Kronis di Wilayah Perdesaan”. Penelitian bersifat deskriptif dan desain penelitian yang digunakan merupakan cross sectional study. Penelitian dilakukan di Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan tingginya prevalensi kurang gizi kronis yang tinggi lokasi penelitian ini. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Juni 2013 di Kabupaten Cianjur. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari

Konsumsi Pangan -Tingkat kecukupan :

Energi Protein Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin C Pengetahuan

gizi ibu

Morbiditas Infeksi

 Diare  ISPA Karakteristik Anak

Balita

 Umur

 Jenis kelamin

Status gizi (TB/U)

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

(21)

5 proses pengolahan, analisis dan interpertasi data dilakukan pada bulan Februari-Mei 2014.

Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita di Kabupaten Cianjur. Responden adalah ibu yang memiliki anak balita yang dijadikan sampel. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan seperti penelitian payung. Lima posyandu dari Desa Batulawang diambil secara acak atas dasar kelengkapan data yang paling baik. Berdasarkan masing-masing posyandu diperoleh 90 anak balita sebagai sampel penelitian dengan menggunakan systematic random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah anak balita yang masuk dalam kriteria inklusi. Kriteria inklusi sampel adalah anak usia balita (6-59 bulan), tinggal bersama ibu kandung, tinggal di dalam area penelitian, tercatat di posyandu, serta ibu bersedia diwawancara.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Peubah-peubah yang diteliti meliputi karakteristik sosial ekonomi keluarga (umur orang tua, besar keluarga, pendapatan keluarga, dan pendidikan orang tua), pengetahuan gizi ibu, karakteristik anak balita (usia dan jenis kelamin), morbiditas penyakit infeksi diare dan ISPA anak balita, konsumsi pangan (tingkat kecukupan energi dan zat gizi) dan status gizi (TB/U) anak balita. Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Data yang dikumpulkan Cara pengumpulan

1 Karakteristik sosial

5 Konsumsi pangan - Jenis dan jumlah pangan Metode Recall 1x24 jam

6 Status gizi balita (TB/U)

- Tinggi badan dan umur balita Pengukuran antropometri

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data yang dilakukan meliputi editing, cleaning dan analisis. Editing dan cleaning data dilakukan untuk mengecek data dan memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data dan melihat data yang tidak sesuai. Selanjutnya dilakukan tahapan analisis data yang diolah dengan dengan program komputer Microsoft Office Excel 2010 dan SAS.

(22)

6

tingkat kecukupan energi dan zat gizi. Uji ini untuk menunjukkan setidaknya terdapat variabel dependen yang dipengaruhi oleh satu variabel independen. Jika terbukti terdapat variabel dependen yang dipengaruhi maka analisis data dilanjutkan ke univariat. Uji univariat ini untuk menganalisis variabel independen yang berpengaruh terhadap dependen sehingga didapat model akhir multivariat. Metode yang digunakan untuk memilih hanya variabel yang berpengaruh saja terhadap variabel dependen adalah metode Stepwise. Tingkat kecukupan fosfor, besi, vitamin A dan vitamin C ada yang bernilai nol, oleh karena itu ditambah 1 sehingga dapat dilakukan logaritma natural (ln). Model persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yi = exp(β0i + + ∑ + εi) Yk= Yi+1

Keterangan:

Yi =1 = Tingkat kecukupan energi Yi =2 = Tingkat kecukupan protein Yi =3 = Tingkat kecukupan kalsium Yk=4 = Tingkat kecukupan fosfor Yk=5 = Tingkat kecukupan besi Yk=6 = Tingkat kecukupan vitamin A Yk=7 = Tingkat kecukupan vitamain C

X1 = Umur ibu X5 = Pengetahuan gizi ibu

X2 = Umur anak balita X6 = Morbiditas diare X3 = Pendapatan keluarga X7 = Morbiditas ISPA X4 = Besar keluarga

β0i = Parameter intercept untuk peubah tak bebas ke-i

βki = Parameter koefisien regresi dari peubah bebas ke-k pada ke-i

βkli = Parameter koefisien regresi interaksi antara variabel bebas ke-k

dan ke-l pada ke-i εi = Error ke-i

Sosial ekonomi keluarga yang merupakan gambaran kondisi sosial dan ekonomi keluarga dari anak balita meliputi umur orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga dan besar keluarga. Umur orang tua digolongkan menjadi remaja jika <20 tahun, dewasa awal (20-40 tahun), dewasa tengah (41-65 tahun) dan dewasa akhir (>65 tahun). Besar keluarga dikelompokkan berdasarkan BKKBN (1998) menjadi tiga yaitu keluarga kecil (<4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (>7 orang). Pendapatan keluarga dikelompokkan berdasarkan upah minimal regional (UMR) Kabupaten Cianjur pada tahun 2013 yaitu rendah (<Rp970 000/bulan) dan tinggi (≥Rp970 000/bulan). Pendidikan orang tua dikelompokkan tidak sekolah, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, dan tamat perguruan tinggi.

(23)

7 Karakteristik anak terdiri dari umur dan jenis kelamin. Umur anak balita dikelompokkan menjadi umur 6-11 bulan, 12-24 bulan, 25-36 bulan, 37-48 bulan dan 49-59 bulan (Depkes 2010). Jenis kelamin digolongkan menjadi laki-laki dan perempuan.

Morbiditas penyakit infeksi diare dan ISPA berdasarkan kejadian sakit pada satu bulan terakhir dengan menanyakan kejadian sakit (pernah dan tidaknya sakit) dan lama menderita sakit. Menurut Untoro et al. (2005), untuk keperluan analisis, data morbiditas diare dan ISPA dilihat berdasarkan nilai median pada masing-masing penyakit. Berdasarkan median, data dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu morbiditas rendah (lama sakit < median), dan morbiditas tinggi (lama sakit ≥ median).

Konsumsi pangan anak balita yang diperoleh dari metode Food Recall 1x24 jam dihitung tingkat kecukupan energi dan zat gizi. Sebelum dilakukan perhitungan terhadap tingkat kecukupan zat gizi maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan konsumsi zat gizi terlebih dahulu. Berikut adalah rumus yang digunakan dalam menghitung konsumsi zat gizi :

Keterangan :

Kgij = Kandungan zat-zat gizi-I dalam bahan makanan-j Bj = Berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Setelah diketahui konsumsi zat gizi, kemudian dihitung tingkat kecukupan gizi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i Ki = Asupan zat gizi i

AKGi = Angka Kecukupan zat gizi i yang dianjurkan

Status gizi anak balita berdasarkan indeks tinggi badan terhadap umur menurut standar baku Depkes RI (2013) yang diklasifikasikan menjadi sangat pendek (z-skor <-3.0), pendek (z-skor ≥-3.0 s/d z-skor <-2.0) dan normal (z-skor

(24)

8

Tabel 2 Cara pengkategorian variabel penelitian (lanjutan)

No Variabel Kategori Pengukuran

4 Pendidikan orang tua (Riskesdas 2010) 1. Tidak sekolah 2. SD atau sederajat 9 Tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C,

kalsium, fosfor, dan besi (Gibson 2005)

1. Cukup ((≥77% AKG) 2. Kurang (<77% AKG) V. Morbiditas Penyakit Infeksi

10 Morbiditas diare dan ISPA Morbiditas diare (lama sakit) :

1. Morbiditas rendah : < 4 hari

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Karakteritik sosial ekonomi keluarga adalah karakteristik yang melekat pada

keluarga yang dapat menggambarkan kondisi keluarga tersebut yang meliputi umur orang tua, besar keluarga, pendapatan keluarga, dan pendidikan orang tua.

Pengetahuan gizi ibu adalah apa saja yang diketahui oleh ibu sebagai responden tentang gizi dan makanan.

(25)

9 Besar keluarga adalah jumlah orang yang menjadi tanggungan dalam suatu keluarga inti yang hidup di dalam satu rumah dan makan dari satu dapur dan pendapatan yang sama.

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh ayah, ibu, atau anggota keluarga lain yang dinilai dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu bulan.

Morbiditas diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek seperti cairan.

Morbiditas ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit yang di tandai adanya batuk, pilek, dengan atau tanpa panas atau sesak napas. Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh anak

diperoleh dengan menggunakan metode recall 1x24 jam.

Tingkat kecukupan energi adalah persentase perbandingan antara jumlah asupan energi dari makanan dengan kecukupan energi yang dibutuhkan dalam sehari.

Tingkat kecukupan zat gizi adalah persentase perbandingan antara jumlah asupan zat gizi yang terdiri dari protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, dan vitamin C dari makanan dengan kecukupan masing-masing zat gizi tersebut yang dibutuhkan dalam sehari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Batulawang

Desa Batulawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur dengan memiliki luas wilayah sebesar 2 159 Ha. Wilayah desa ini berdasarkan topografi terbagi atas luas daratan 520 Ha dan luas perbukitan/pegunungan 1 639 Ha. Luas wilayah tersebut terdiri dari pemukiman 104 Ha, ladang/tegalan 182 Ha, perkebunan 1 021 Ha, pertanian 231 Ha, hutan 500 Ha dan prasarana lainnya 121 Ha. Desa Batulawang berbatasan dengan Desa Sukawangi Kabupaten Bogor di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Palasari Kecamatan Cipanas, sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciloto Kecamatan Cipanas dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukanagalih Kecamatan Pacet. Ditinjau dari ketinggian tanah, Desa Batulawang berada pada ketinggian 950-1 200 m dari permukaan laut, suhu rata-rata 24o-27oC, dilihat berdasarkan banyak banyak curah hujan yakni sekitar 3 145 mm/tahun.

(26)

10

Beberapa sarana yang terdapat di Desa Batulawang diantaranya sarana ibadah, sarana pendidikan dan sarana kesehatan. Sarana ibadah yaitu masjid sebanyak 32 buah dan mushollah 26 buah. Sarana pendidikan terdiri dari TK berjumlah 3 buah, TPA 3 buah, SD 6 buah, tsanawiyah 1 buah dan pondok pesantren 7 buah. Sarana kesehatan berupa 21 posyandu yang kegiatan rutinnya adalah penimbangan balita setiap 1 bulan sekali, pelayanan imunisasi serta pelayanan pemeriksaan ibu hamil dan ibu menyusui.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Umur Orang Tua

Umur ibu berkisar antara 18-48 tahun dengan rata-rata umur 29 tahun. Berdasarkan Tabel 3, sebagian besar ibu (83.3%) termasuk kategori umur dewasa awal. Terdapat sebagian kecil ibu (5.6%) dengan kategori umur remaja. Secara keseluruhan umur ayah berkisar antara 21-53 tahun, dengan rata-rata umur 34 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur ayah lebih tua dibandingkan umur ibu. Sebagian besar ayah (78.9%) memiliki umur tergolong dewasa awal.

Besar Keluarga

Besar keluarga yang disebut juga dengan jumlah anggota keluarga merupakan ukuran banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah (Suhardjo 1989). Jumlah anggota keluarga berkisar antara 3-9 orang dengan rata-rata 4.8 ± 1.6 orang yang termasuk dalam keluarga ketegori sedang. Lebih dari separuh sampel (51.1%) memiliki keluarga dengan kategori keluarga kecil. Hanya sebagian kecil anak balita (20%) yang memiliki keluarga kategori besar (Tabel 3). Besar keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan dalam keluarga melalui pengaturan pengeluaran keluarga. Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih banyak akan mengalami kesulitan dalam mengatur pengeluaran untuk pangan. Menurut Sukandar (2007), semakin meningkat besar keluarga maka pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan akan semakin menurun. Brinkman et al. (2010) menyatakan dari jumlah anggota keluarga yang besar akan menurunkan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi dan menyebabkan semakin besar resiko terjadinya malnutrisi terutama pada anak balita.

Pendapatan Keluarga

Menurut Sukandar (2007) salah satu pengukuran status ekonomi adalah pendapatan total yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga. Tabel 3 menunjukkan, secara keseluruhan lebih dari separuh keluarga sampel (51.1%) berpendapatan rendah dibawah UMR Kabupaten Cianjur tahun 2013 yakni Rp 970 000 per bulan. Rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp 1 160 000 ± Rp 795 625 per bulan, dengan pendapatan terendah Rp 300 000 dan tertinggi Rp 5 166 700 per bulan.

(27)

11 Tabel 3 Sebaran sampel berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Jumlah

Sebagian besar ibu (74.4%) memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan rata-rata lama pendidikan 6.6 ± 2.2 tahun. Saputra (2012) membuktikan bahwa orang tua dengan pendidikan SD memiliki resiko lebih besar terhadap kualitas asupan gizi anak dibandingkan orang tua dengan pendidikan lebih tinggi.

(28)

12

seseorang maka akses terhadap media massa (koran, majalah, elektronik) sehingga informasi yang berkaitan dengan gizi juga semakin tinggi. Selain itu, ibu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih mudah dalam mengaplikasikan pengetahuan gizi dan kesehatan yang diperoleh. Sama halnya dengan pendidikan ibu, sebagian besar (74.4%) tingkat pendidikan ayah adalah tamatan SD.

Pengetahuan Gizi Ibu

Berdasarkan Tabel 4, secara umum ibu sampel dapat menjawab pertanyaan dengan baik walaupun tidak terdapat pertanyaan yang dapat dijawab sempuna benar oleh seluruh ibu. Pertayaan yang paling sedikit dijawab benar oleh ibu adalah tentang definisi ASI eksklusif. ASI eksklusif dimaksudkan hanya memberikan ASI saja kepada anak selama 6 bulan. Item pertanyaan ini hanya dapat dijawab benar oleh 56.7% ibu sampel. Hal ini diduga karena rendahnya pendidikan ibu sehingga kurang memahami istilah ASI eksklusif.

Tabel 4 Persentase ibu sampel yang menjawab benar item pertanyaan pengetahuan gizi

No Pertanyaan Jawaban Benar

n % 1 ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi selama

6 bulan

51 56.7

2 Usia 6 bulan sebaiknya diberikan makanan tambahan selain ASI 84 93.3 3

Buah-buahan dan sayuran merupakan bahan makanan yang banyak mengandung vitamin dan mineral

Telur termasuk pangan sumber protein

Iodium berfungsi untuk mencegah penyakit gondok

Omega 3/DHA pada susu, ikan berfungsi untuk kecerdasan otak Susu diperlukan sebagai sumber

Wortel adalah jenis sayuran yang bermanfaat bagi penglihatan anak

Sumber zat besi banyak terdapat dalam hati dan daun singkong

71

Dari 10 item pertanyaan, 3 pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh ibu yaitu tentang wortel yang merupakan jenis sayuran yang bermanfaat bagi penglihatan anak (97.8%), usia 6 bulan sebaiknya diberikan makanan tambahan selain ASI (93.3%) dan omega 3/DHA pada susu, ikan yang berfungsi untuk kecerdasan otak (92.2%).

Pengetahuan gizi merupakan salah satu bagian dari perilaku gizi yang dibutuhkan dalam mengatur pola makan anak balita agar terpenuhi kecukupan gizinya. Menurut Hardinsyah (2007), tingkat pengetahuan gizi yang baik dapat mewujudkan perilaku makan yang baik. Separuh ibu (50.0%) memiliki kategori pengetahuan gizi sedang. Ibu dengan pengetahuan gizi kategori baik sebesar 38.9%, lebih banyak dibandingkan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan kategori rendah (11.1%). Diperoleh rata-rata skor pengetahuan gizi ibu sebesar 78.9 ± 10.6 yang tergolong sedang.

(29)

13 makanan yang aman dan bergizi untuk setiap anggota keluarga, terutama untuk anak. Cara tersebut bertujuan agar anak dapat tumbuh kembang dengan baik.

Tabel 5 Sebaran sampel berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu

Pengetahuan gizi ibu Jumlah

n %

Rendah (<60%) 10 11.1

Sedang (60-80%) 45 50.0

Baik (>80%) 35 38.9

Total 90 100.0

Rata-rata ± SD 78.9 ± 16.1

Pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan yang ibu miliki diperoleh dari berbagai sumber informasi. Suhardjo (1989) mengatakan bahwa pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui berbagai media, seperti surat kabar, majalah, siaran televisi, radio, serta penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, sumber media tempat para ibu dalam mengakses dan memperoleh informasi kesehatan dan gizi diantaranya dapat melalui keluarga, kader posyandu dan bidan, media cetak, keluarga, KMS/KIA, dan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh lebih dari separuh ibu (52.2%) mengaku KMS/KIA sebagai sumber utama untuk memperoleh pengetahuan gizi dan kesehatan. Selebihnya ibu mendapatkan informasi gizi dari kader posyandu (30.0%), media cetak/elektronik (8.9%), keluarga (4.4%) dan bidan desa (4.4%).

Karakteristik Anak Balita Umur

Sampel penelitian ini berumur 6-59 bulan dengan rata-rata umur 30.5 ± 16.6 bulan. Secara keseluruhan sampel paling banyak berumur 48-59 bulan (22.2%). Fitri (2012) menjelaskan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang menentukan banyaknya kebutuhan energi dan zat gizi pada anak balita. Semakin bertambah umur anak balita, maka semakin meningkat kebutuhan gizi. Anak berumur 24-59 bulan cenderung rentan menderita status gizi kurang yang disebabkan asupan gizi yang diperlukan meningkat dan anak mulai terpapar dengan faktor lingkungan sehingga lebih mudah terserang penyakit.

Tabel 6 Sebaran sampel berdasarkan karakteristik anak balita

Karakteristik Anak Jumlah

n %

Usia

6-11 bulan 18 20.0

12-23 bulan 18 20.0

24-35 bulan 18 20.0

36-47 bulan 16 17.8

48-60 bulan 20 22.2

Total 90 100.0

Rata-rata ± SD 30.5 ± 16.6

Jenis Kelamin

Laki-laki 44 48.9

Perempuan 46 51.1

(30)

14

Jenis Kelamin

Lebih dari separuh sampel (51.1%) adalah perempuan. Sama halnya umur, jenis kelamin juga menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi terutama bagi anak balita. Pria lebih banyak membutuhkan energi dan zat gizi dibandingkan perempuan, berkaitan dengan ukuran tubuh yang lebih besar. Menurut Adair dan Guilkey (1997) pada tahun pertama kehidupan, anak laki-laki cenderung rentan terhambat pertumbuhannya, sedangkan anak perempuan lebih cenderung terhambat pada tahun kedua kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin dan umur yang berbeda pada anak balita tentu akan berbeda juga banyak asupan gizinya sesuai kebutuhan untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal.

Morbiditas Penyakit Infeksi

Asupan gizi yang kurang pada anak balita dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang paling sering diderita oleh anak balita diantaranya diare dan ISPA. Anak yang sering terserang diare dan ISPA akan menyebabkan nafsu makan menurun, asupan gizi berkurang, akibatnya anak dapat mengalami kekurangan gizi (Khomsan et al. 2009). Berikut Tabel 7 yang menunjukkan kejadian diare dan ISPA pada anak balita selama sebulan terakhir.

Diare merupakan suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi lunak hingga cair dengan frekuensi lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam sehari yang biasanya disertai muntah, demam, dan nafsu makan berkurang. Lebih dari separuh sampel (52.2%) pernah mengalami sakit diare selama sebulan terakhir (Tabel 7).

Tabel 7 Sebaran sampel berdasarkan kejadian sakit diare dan ISPA sebulan terakhir

Kejadian Sakit Jumlah

n %

Diare

Ya 47 52.2

Tidak 43 47.8

Total 90 100.0

ISPA

Ya 82 91.1

Tidak 8 8.9

Total 90 100.0

(31)

15 anak dengan status gizi rendah cenderung lebih rentan mengalami penyakit infeksi.

Tabel 8 Sebaran sampel berdasarkan lama sakit diare dan ISPA sebulan terakhir

Morbiditas Infeksi Jumlah lama, akan menyebabkan rentan terjadinya kekurangan zat gizi. Hal ini berkaitan dengan menurunnya nafsu makan anak serta jika diiringi dengan muntah, maka menyebabkan anak beresiko mengalami kurang gizi.

Secara keseluruhan sampel lebih lama menderita penyakit ISPA daripada diare. Hanya sebagian kecil sampel (8.8%) tidak mengalami ISPA selama sebulan terakhir. Lebih dari separuh sampel (55.6%) termasuk dalam kategori ISPA lebih dari 7 hari dengan rata-rata lama mengalami ISPA selama 7.1 ± 6.1 hari dalam sebulan terakhir. Hasil ini sejalan dengan penelitian Anwar dan Riyadi (2009) terhadap status kesehatan anak balita suku baduy (baduy dalam, baduy luar dan baduy muslim) bahwa secara keseluruhan separuh anak balita (50%) pernah mengalami penyakit ISPA dengan rata-rata lama sakit lebih dari 5 hari dalam dua minggu terakhir.

Status Gizi

(32)

16

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita. Selain itu, konsumsi juga saling berhubungan dengan keadaan kesehatan. Anak balita dengan konsumsi pangan yang rendah tentu akan memperoleh asupan zat gizi yang rendah, akibatnya tingkat kecukupan gizi juga cenderung rendah. Rendahnya tingkat kecukupan gizi ini mengakibatkan daya tahan tubuh anak menjadi menurun, sehingga rentan mengalami penyakit. Oleh karena itu, konsumsi pangan dengan kuantitas dan kualitas yang memadai sangat dibutuhkan untuk mendukung status gizi dan kesehatan yang baik.

Konsumsi pangan sampel diperoleh dengan menggunakan metode recall 1x24 jam. Menurut Supariasa et al. (2001), salah satu jenis metode food recall adalah metode food recall 24 jam. Prinsip dari metode ini adalah dengan menggunakan wawancara kepada responden, kemudian sambil dicatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu. Hasil recall tersebut diolah dengan menggunakan konversi berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), lalu diperoleh asupan zat gizi. Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk anak balita dilihat berdasarkan umur yang diperoleh dari hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Anak balita membutuhkan asupan zat gizi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan. Setelah melewati usia enam bulan, anak sudah mulai diperkenalkan makanan selain ASI seperti MP-ASI, makanan konsistensi lunak, tim dan makanan keluarga dengan tujuan untuk mendukung terpenuhinya kecukupan gizi. Semakin bertambah usia, maka kebutuhan anak juga semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan tersebut menandakan bahwa asupan zat gizi yang diperoleh dari makanan harus meningkat agar terpenuhinya kebutuhan zat gizi. Supariasa et al. (2001) menyatakan bahwa anak yang kurang asupan gizi akan mudah terkena penyakit sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Masalah asupan gizi kurang yang tinggi diantaranya dapat menyebabkan menurunnya status kesehatan, mudah terserang penyakit infeksi, serta terhambatnya pertumbuhan fisik.

Tingkat kecukupan zat gizi merupakan perbandingan antara asupan zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Tingkat kecukupan energi dan protein diklasifikasikan menjadi defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%) dan lebih

(≥120%) (Depkes 1996). Klasifikasi tingkat kecukupan zat gizi mikro yaitu untuk vitamin dan mineral kurang (<77%) dan cukup (≥77%) (Gibson 2005).

Tabel 10 Deskriptif statistik konsumsi dan tingkat kecukupan gizi sampel

(33)

17 Ibu memegang peranan penting dalam mendukung tumbuh kembang anak, terutama dalam hal ini asupan gizi anak, mulai dari penyiapan makanan, pemilihan bahan makanan, hingga cara pemberian makanan kepada anak. Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa rata-rata asupan energi sampel adalah 725.7 ± 437.5kkal. Rata-rata asupan protein sebesar 20.1 ± 13.9g dengan tingkat kecukupan 68.3 ± 45.4%. Rata-rata konsumsi vitamin dan mineral juga masih tergolong rendah. Kalsium rata-rata dikonsumsi sebesar 192.2 ± 200.9mg dengan tingkat kecukupannya 38.9 ± 39.9%. Zat gizi mikro lainnya yaitu fosfor, besi, vitamin A, dan vitamin C hanya rata-rata memenuhi masing-masing 64.5 ± 51.0%, 61.6 ± 39.2%, 55.6 ± 72.4%, dan 12.1 ± 18.0%. Vitamin C merupakan zat gizi yang paling rendah terpenuhi kecukupannya.

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel (62.2%) memiliki tingkat kecukupan energi termasuk kategori defisit berat dengan rata-rata terpenuhinya kecukupan energi juga tergolong defisit berat. Kecukupan energi yang rendah ini sesuai dengan penelitian Riyadi dan Sukandar (2009) bahwa proporsi anak balita terbanyak memiliki tingkat kecukupan energi tergolong defisit berat (< 70%).

Tabel 11 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein

Tingkat kecukupan Jumlah tumbuh dan kembang yang pesat untuk memberikan pertumbuhan yang optimal. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Menurut Irianto (2004), khusus untuk anak-anak, asupan protein per kilogram berat badan di perlukan lebih tinggi daripada orang dewasa, karena mereka masih dalam masa pertumbuhan. Sumber pangan yang mengandung protein antara lain ikan, telur, daging, susu dan kacang-kacangan. Berdasarkan tingkat kecukupan protein lebih dari separuh sampel (53.3%) adalah defisit berat.

(34)

18

besar masih tergolong kurang. Sebagian besar sampel (86.7%) memiliki tingkat kecukupan kalsium termasuk kategori kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian Prasetyo (2013) bahwa kecukupan kalsium pada anak usia 2-6 tahun secara rata-rata masih dibawah 65% yang ini masih berkategori kurang. Sebagian kecil sampel (35.6%) memiliki kecukupan fosfor tergolong kategori cukup. Begitu juga dengan tingkat kecukupan zat besi pada anak balita masih sebagian kecil (31.1%) termasuk kategori cukup.

Tabel 12 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan mineral

Tingkat kecukupan Jumlah

Sebagian besar sampel (73.3%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A kategori kurang. Vitamin C merupakan zat gizi yang paling rendah terpenuhi kecukupannya. Hanya terdapat satu sampel yang memenuhi kecukupan vitamin C atau hampir semua (98.9%) sampel memiliki kecukupan vitamin C kategori kurang (Tabel 13). Hal ini sejalan dengan penelitian Riyadi dan Sukandar (2009) bahwa vitamin C paling sulit untuk dipenuhi kecukupannya pada anak balita. Khomsan et al. (2009) juga menyatakan bahwa anak balita paling sering mengalami defisiensi vitamin C. Kecukupan vitamin yang kurang ini dapat disebabkan salah satunya oleh konsumsi buah dan sayur yang rendah pada anak balita. Kekurangan vitamin C berpengaruh terhadap sistem pertahanan tubuh yang menyebabkan anak balita menjadi rentan mengalami sakit (Setiawan & Rahayuningsih 2004).

Tabel 13 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan vitamin

(35)

19 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Anak Balita

Faktor-faktor yang diduga memiliki hubungan dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak balita diantaranya umur ibu, umur anak balita, pendapatan keluarga, besar keluarga, pengetahuan gizi ibu, morbiditas diare dan ISPA. Hasil uji manova pada Tabel 14 menunjukkan keseluruhan respon memiliki p-value untuk statistik wilks’ Lambda bernilai <0.0001. Nilai ini lebih kecil dari 5% (0.05). Artinya secara keseluruhan ada variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi (p<0.05).

Tabel 14 Hasil uji manova tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak balita

Statistic Value F value Num DF Den DF Pr > F

Wilks’ Lambda 0.17423 2.80 56 409.2 <.0001

Pillai’s trace 1.36995 2.46 56 567 <.0001

Hotelling-Lawley Trace 2.34738 3.08 56 252.56 <.0001

Roy’s Greatest Root 1.26884 12.85 8 81 <.0001

Setelah dilakukan uji manova dan ternyata terbukti ada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada anak balita, maka analisis selanjutnya dilakukan dengan melakukan uji anova pada masing-masing tingkat kecukupan. Terdapat beberapa variabel bebas yang berdasarkan hasil uji anova berpengaruh terhadap kecukupan energi pada anak balita. Umur anak (p=0.0099) dan interaksi antara pendapatan keluarga dan lama diare secara signifikan mempengaruhi tingkat kecukupan energi (p=0.0169). Berikut persamaan regresi faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi anak:

̂1

=

̂1 = Tingkat kecukupan energi

X2 = Umur anak (p=0.0099, R 2

Partial= 0.1187)

X3X6 = Interaksi antara pendapatan dan lama diare (p=0.0169, R 2

Partial= 0.0562) R2 = 0.1749

(36)

20

Keterangan :

x2 = Umur anak (bulan)

y1(x6=3) = Tingkat kecukupan energi saat lama diare (konstan) 3 hari y1(x6=6) = Tingkat kecukupan energi saat lama diare (konstan) 6 hari y1(x6=9) = Tingkat kecukupan energi saat lama diare (konstan) 9 hari

Gambar 2 Interaksi antar variabel yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi Semakin bertambah umur anak dan terjadi peningkatan pendapatan keluarga serta jika diasumsikan anak mengalami diare selama 3 hari maka tingkat kecukupan energi anak semakin meningkat. Akan tetapi, jika anak mengalami penyakit diare lebih lama yang diasumsikan 6 hari, peningkatan pendapatan keluarga dan seiring bertambahnya umur maka tingkat kecukupan energi anak perlahan mulai menurun. Semakin lama anak mengalami diare hingga 9 hari tingkat kecukupan energi anak balita semakin menurun lebih tajam (Gambar 2). Menurut Anwar dan Riyadi (2009) salah satu penyebab yang kemungkinan dapat terjadi adalah para anggota keluarga yang sibuk bekerja mengakibatkan anak menjadi kurang diperhatikan terutama dalam hal makan. Meskipun pendapatan keluarga yang meningkat, tetapi anak menjadi tidak terurus, sehingga cenderung menyebabkan semakin rendahnya tingkat kecukupan energi anak. Selain itu, rendahnya kecukupan energi juga diduga oleh pendapatan yang diperoleh dialokasikan lebih besar kepada pengeluaran non pangan. Sementara itu, penyakit infeksi termasuk diare dapat mengurangi tingkat kecukupan energi anak melalui menurunnya nafsu makan dan meningkatkan kehilangan zat gizi sehingga dapat mangakibatkan terjadinya defisiensi zat gizi (Victoria et al. 2008).

(37)

21 Umur balita juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan kalsium pada anak balita (p=<0.0001). Hal ini membuktikan semakin bertambah umur anak balita, maka tingkat kecukupan kalsium semakin meningkat untuk terpenuhi. Umur balita hanya dapat menjelaskan 29.5% variabel yang mempengaruhi tingkat kecukupan kalsium. Berikut persamaan regresi faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan kalsium pada anak balita:

Tingkat kecukupan fosfor dipengaruhi oleh lama menderita ISPA (0.0437) dan interaksi antara umur anak dan lama menderita ISPA (0.0040). Berikut persamaan regresi faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan fosfor pada anak balita: kecukupan fosfor pada anak balita. Secara keseluruhan faktor yang mempengaruhi kecukupan fosfor berkontribusi sebesar 10.4%, selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model persamaan. Berikut interpretasi interaksi antar variabel yang mempengaruhi tingkat kecukupan fosfor anak (Gambar 3).

Keterangan :

x2 = Umur anak (bulan)

y4(x7=3) = Tingkat kecukupan fosfor saat lama ISPA (konstan) 3 hari y4(x7=6) = Tingkat kecukupan fosfor saat lama ISPA (konstan) 6 hari y4(x7=9) = Tingkat kecukupan fosfor saat lama ISPA (konstan) 9 hari

Gambar 3 Interaksi antar variabel yang mempengaruhi tingkat kecukupan fosfor

(38)

22

Ini menunjukkan bahwa ketika umur anak masih lebih muda (<40 bulan), semakin lama anak mengalami penyakit ISPA, maka tingkat kecukupan fosfor akan semakin menurun untuk terpenuhi. Semakin menurunnya tingkat kecukupan fosfor ini yang disebabkan oleh penyakit infeksi (ISPA), dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi serta malnutrisi pada anak. Hal ini sesuai menurut Khomsan (2013), malnutrisi yang terjadi, selain disebabkan oleh kurangnya asupan gizi juga seringnya anak terserang penyakit infeksi. Sementara itu, seiring bertambahnya umur anak hingga lebih dari 40 bulan maka peningkatan lama anak menderita penyakit ISPA tidak berkontribusi lagi terhadap menurunnya tingkat kecukupan fosfor anak. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena konsumsi pangan anak pada usia yang lebih tua (>40 bulan) lebih banyak dan beragam.

Terdapat cukup banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan zat besi pada anak balita. Faktor-faktor tersebut diantaranya umur anak (p=<0.0001), interaksi antara pengetahuan gizi ibu dan lama ISPA (0.0141), interaksi antara umur anak dan lama ISPA (p=0.0170), interaksi antara pendapatan keluarga dan lama diare (0.0331) serta interaksi antar lama diare dan lama ISPA (0.0156) mempengaruhi signifikan terhadap kecukupan zat besi anak. Semua faktor tersebut mampu menjelaskan 45% sebagai faktor yang mempengaruhi kecukupan zat besi anak. Berikut persamaan regresi faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan zat besi pada anak balita:

X5X7 = Interaksi antara pengetahuan gizi ibu dan lama ISPA (0.0141, R 2

Partial= 0.048) X2X7 = Interaksi antara umur anak dan lama ISPA (p=0.0170, R

2

Partial= 0.043) X3X6 = Interaksi antara pendapatan keluarga dan lama diare (p=0.033, R

2

Berdasarkan uji anova menunjukkan tidak terdapat variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecukupan vitamin A. Sementara itu, interaksi antara lama diare dan umur balita mempengaruhi tingkat kecukupan vitamin C anak balita (p=0.0104). Berikut persamaan regresi faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan vitamin C pada anak balita:

̂7

= (

)-

1

̂7 = Tingkat kecukupan vitamin C

X2X6 = Interaksi antara umur anak dan lama diare (p=0.0334, R 2

Partial= 0.0504) R2 = 0.0504

(39)

23

x2 = Umur anak (bulan)

y7(x6=3) = Tingkat kecukupan vitamin C saat lama diare (konstan) 3 hari y7(x6=6) = Tingkat kecukupan vitamin C saat lama diare (konstan) 6 hari y7(x6=9) = Tingkat kecukupan vitamin C saat lama diare (konstan) 9 hari

Gambar 4 Interaksi antarvariabel yang memengaruhi tingkat kecukupan vitamin C Berdasarkan grafik di atas, diperoleh bahwa anak yang mengalami diare dengan waktu relatif lama dan seiring bertambahnya umur, maka tingkat kecukupan vitamin C akan semakin meningkat. Peningkatan tingkat kecukupan vitamin C ini tidak terlalu besar. Kecukupan vitamin C yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan lama diare diduga karena ibu lebih banyak memberikan pangan sumber vitamin C kepada anak yang sedang sakit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan umur ayah lebih tua dibandingkan umur ibu. Sebagian besar ibu dan ayah tergolong umur dewasa awal. Lebih dari separuh anak memiliki keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga <4 orang. Lebih dari separuh keluarga anak memiliki total pendapatan yang rendah yaitu <Rp 970 000/bulan (UMR Kabupaten Cianjur 2013). Sebagian besar ibu dan ayah anak balita berpendidikan SD. Secara rata-rata, ayah lebih lama mengenyam pendidikan dibandingkan ibu. Separuh ibu memiliki tingkat pengetahuan gizi pada kategori sedang (60-80%).

Sampel penelitian ini berumur 6-59 bulan. Secara keseluruhan sampel paling banyak pada rentang umur 48-59 bulan. Lebih dari separuh sampel adalah perempuan. Sampel memiliki status gizi (TB/U) berkategori pendek lebih banyak dibandingkan sangat pendek. Lebih dari separuh sampel pernah menderita diare dan sebagian besar sampel pernah menderita sakit ISPA selama sebulan terakhir Jumlah anak balita yang mengalami morbiditas diare tinggi (≥ 4 hari), lebih banyak daripada morbiditas diare rendah. Secara keseluruhan sampel lebih lama menderita penyakit ISPA daripada diare. Lebih dari separuh sampel termasuk

(40)

24

kategori ISPA lebih dari 7 hari. Secara keseluruhan menunjukkan asupan gizi anak masih tergolong rendah. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan protein tergolong defisit berat. Tingkat kecukupan kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan vitamin C masih tergolong kurang. Vitamin C merupakan zat gizi yang paling rendah terpenuhi kecukupannya.

Hasil uji multivariat (manova) menunjukkan tingkat kecukupan energi anak balita dipengaruhi oleh umur anak serta interaksi pendapatan keluarga dan lama diare. Tingkat kecukupan protein dan kalsium dipengaruhi oleh umur anak. Kecukupan fosfor dipengaruhi oleh lama ISPA dan interaksi antara umur anak dan lama ISPA. Tingkat kecukupan besi dipengaruhi oleh umur anak, interaksi antara pengetahuan gizi ibu dan lama ISPA, interaksi umur anak dan lama ISPA, interaksi pendapatan keluarga dan lama diare, serta interaksi lama diare dan lama ISPA. Tidak ada variabel yang secara signifikan mempengaruhi tingkat kecukupan vitamin A balita (p>0.05). Tingkat kecukupan vitamin C dipengaruhi oleh interaksi antara umur balita dan lama diare.

Saran

Pengetahuan gizi ibu diharapkan dapat diaplikasikan dalam praktek melalui pola asuh makan anak balita guna mendukung konsumsi pangan yang cukup dan berkualitas sehingga mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Pendapatan keluarga, lama penyakit infeksi, pengetahuan gizi ibu dan umur anak mempengaruhi tercukupinya zat gizi pada anak balita. Oleh karena itu, peningkatan ekonomi masyarakat, pelayanan kesehatan, perhatian terhadap sikap hidup higienis dan sanitasi lingkungan, serta pola asuh dalam pemberian makanan sesuai umur anak perlu ditingkatkan untuk terpenuhinya kecukupan gizi anak, demi terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Tidak semua faktor-faktor yang berperan terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi diteliti pada penelitian ini. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap ketersediaan pangan, pengeluaran pangan, preferensi pangan, serta tabu terhadap makanan terkait faktor-faktor mempengaruhi konsumsi pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adair LS, Guilkey DK. 1997. Age specific determinant of stunting in Filipino children. The Journal of nutrition. 127: 314-320.

Anwar F, Riyadi H. 2009. Status gizi dan status kesehatan suku baduy. JPG. 4(2): 72-82.

Brinkman HJ, De Pee S, Sanogo I, Ludovic S, Bloem MW. 2010. High food prices and the global financial crisis have reduced access to nutritious food and worsened nutritional status and health. J Nutr. 140: 153-161.

(41)

25 ______________________________________________. 2009. Buku Saku Gizi : Kapankah Masalah ini Berakhir ?. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

_______________________________________________. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.

_______________________________________________. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.

Fitri. 2012. Berat lahir sebagai faktor dominan terjadinya stunting pada balita (12-59 bulan) di Sumatera (tesis). Depok (ID) : Universitas Indonesia.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assessment. Ed 2nd. New York (US): Oxford University.

Hardinsyah. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan. JPG. 2(2): 55-74.

Harper LJ, Deaton BJ, Judi AD. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.

Irianto K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung (ID): Yrama Widya. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

__________, Anwar F, Sukandar D, Riyadi H, Mudjajanto ES. 2009. Study of Nutrition Knowledge Improvement among Mothers and Posyandu Cadres and Nutrition Improvement of Children under Five. Bogor (ID): Bogor Agricultural University and Nestle Foundation.

___________. Faisal A, Neti H, Nani S, Oktarina. 2013. Tumbuh Kembang dan Pola Asuh Anak. Bogor (ID): IPB Press.

[PEMDA JABAR] Pemerintah Daerah Jawa Barat. 2012. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561 Tahun 2012 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat 2013. Jawa Barat (ID): Pemda Jabar.

Prasetyo TJ. 2013. Konsumsi pangan dan gizi serta skor pola pangan harapan (PPH) pada anak usia 2-6 tahun di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pudjiadi S. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi 4. Jakarta (ID): FKUI.

Riyadi H. 2001. Buku Ajar : Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

________, Sukandar D. 2009. Asupan gizi anak balita peserta posyandu. JPG. 4(1): 41-50.

(42)

26

Setiawan B, Rahayuningsih S. 2004. Angka kecukupan vitamin larut air. Di dalam Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI

Suhardjo. 1989. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

________. 2005. Sosial Budaya Gizi. Bogor (ID): Bumi Aksara Suhardjo. Sukandar D. 2007. Studi sosial ekonomi, aspek pangan, gizi, dan sanitasi. Bogor

(ID): Departemen Gizi Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.

Untoro J, Karyadi E, Wibowo L, Erhardt MW, Gross R. 2005. Multiple micronutrient supplements improve micronutrient status and anemia but not growth and morbidity of indonesian infants: A randomized, double- blind, placebo-controlled trial. J. Nutr. 135: 639–645.

Victoria CG, Adair L, Fall C, Hallal PC, Martorell R, Richter L, Sachdev HS. 2008. Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital. Lancet. 371: 340-357.

Winarno, FG. 1990. Gizi dan Makanan bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan.

(43)

27

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Manova tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak balita data kecukupan ;

input y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7 x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7;

ly1=log(y1);ly2=log(y2); ly3=log(y3); ly4=log(y4+1); ly5=log(y5+1); ly6=log(y6+1);ly7=log(y7+1);

x1x1=x1*x1; x1x2=x1*x2; x1x3=x1*x3; x1x4=x1*x4; x1x5=x1*x5; x1x6=x1*x6; x1x7=x1*x7; x2x1=x2*x1; x2x2=x2*x2; x2x3=x2*x3; x2x4=x2*x4; x2x5=x2*x5; x2x6=x2*x6; x2x7=x2*x7; x3x1=x3*x1; x3x2=x3*x2; x3x3=x3*x3; x3x4=x3*x4; x3x5=x3*x5; x3x6=x3*x6; x3x7=x3*x7; x4x1=x4*x1; x4x2=x4*x2; x4x3=x4*x3; x4x4=x4*x4; x4x5=x4*x5; x4x6=x4*x6; x4x7=x4*x7; x5x1=x5*x1; x5x2=x5*x2; x5x3=x5*x3; x5x4=x5*x4; x5x5=x5*x5; x5x6=x5*x6; x5x7=x5*x7; x6x1=x6*x1; x6x2=x6*x2; x6x3=x6*x3; x6x4=x6*x4; x6x5=x6*x5; x6x6=x6*x6; x6x7=x6*x7; x7x1=x7*x1; x7x2=x7*x2; x7x3=x7*x3; x7x4=x7*x4; x7x5=x7*x5; x7x6=x7*x6; x7x7=x7*x7;

(44)

28

x2x2 x2x3 x2x4 x2x5 x2x6 x2x7 x3x3 x3x4 x3x5 x3x6 x3x7 x4x4 x4x5 x4x6 x4x7 x5x5 x5x6 x5x7 x6x6 x6x7 x7x7;

mtest x2, x7, x2x5, x3x6, x6x2, x6x7, x7x2, x7x5;

(45)

29 The SAS System 20:09 Thursday, May 23, 2014 85

The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly1

Number of Observations Read 90 Number of Observations Used 90

Analysis of Variance

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 8 8.76069 1.09509 2.76 0.0096 Error 81 32.17864 0.39727

Corrected Total 89 40.93932

Root MSE 0.63029 R-Square 0.2140 Dependent Mean 3.94424 Adj R-Sq 0.1364 Coeff Var 15.98005

Parameter Estimates

Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 3.97851 0.23949 16.61 <.0001 x2 1 0.01094 0.01761 0.62 0.5363 x7 1 -0.02809 0.05513 -0.51 0.6118 x2x5 1 -0.00097235 0.00187 -0.52 0.6051 x3x6 1 -5.19296E-8 2.215569E-8 -2.34 0.0215 x6x2 1 0.00119 0.00123 0.97 0.3353 x6x7 1 -0.00101 0.00283 -0.36 0.7216 x7x2 1 0.00091756 0.00069152 1.33 0.1883 x7x5 1 -0.00056579 0.00604 -0.09 0.9257

The SAS System 20:09 Thursday, May 23, 2014 86

The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly2

Number of Observations Read 90 Number of Observations Used 90

Analysis of Variance

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 8 13.91464 1.73933 3.16 0.0036 Error 81 44.56527 0.55019

Corrected Total 89 58.47990

(46)

30

Parameter Estimates

Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 4.03655 0.28183 14.32 <.0001 x2 1 0.01221 0.02073 0.59 0.5575 x7 1 -0.06515 0.06488 -1.00 0.3183 x2x5 1 -0.00118 0.00220 -0.54 0.5934 x3x6 1 -5.63173E-8 2.607353E-8 -2.16 0.0337 x6x2 1 0.00083915 0.00145 0.58 0.5636 x6x7 1 0.00107 0.00333 0.32 0.7481 x7x2 1 0.00162 0.00081381 1.99 0.0495 x7x5 1 0.00088252 0.00711 0.12 0.9016

The SAS System 20:09 Thursday, May 23, 2014 87

The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly3

Number of Observations Read 90 Number of Observations Used 90

Analysis of Variance

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 8 34.97552 4.37194 4.94 <.0001 Error 81 71.70976 0.88531

Corrected Total 89 106.68528

Root MSE 0.94091 R-Square 0.3278 Dependent Mean 3.19180 Adj R-Sq 0.2615 Coeff Var 29.47885

Parameter Estimates

Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

(47)

31 The SAS System 20:09 Thursday, May 23, 2014 88

The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly4

Number of Observations Read 90 Number of Observations Used 90

Analysis of Variance

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 8 44.03497 5.50437 5.32 <.0001 Error 81 83.87804 1.03553

Corrected Total 89 127.91301

Root MSE 1.01761 R-Square 0.3443 Dependent Mean 3.72750 Adj R-Sq 0.2795 Coeff Var 27.30008

Parameter Estimates

Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 3.76232 0.38665 9.73 <.0001 x2 1 0.03617 0.02844 1.27 0.2070 x7 1 -0.17308 0.08901 -1.94 0.0553 x2x5 1 -0.00322 0.00302 -1.06 0.2901 x3x6 1 -3.34893E-8 3.577055E-8 -0.94 0.3519 x6x2 1 0.00040693 0.00199 0.20 0.8381 x6x7 1 0.00165 0.00458 0.36 0.7190 x7x2 1 0.00305 0.00112 2.74 0.0076 x7x5 1 0.00515 0.00976 0.53 0.5994

The SAS System 20:09 Thursday, May 23, 2014 89

The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly5

Number of Observations Read 90 Number of Observations Used 90

Analysis of Variance

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 8 37.54222 4.69278 8.42 <.0001 Error 81 45.15148 0.55743

Corrected Total 89 82.69370

(48)

32

Parameter Estimates

Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 3.77732 0.28368 13.32 <.0001 x2 1 0.02137 0.02086 1.02 0.3088 x7 1 -0.04599 0.06530 -0.70 0.4833 x2x5 1 -0.00078824 0.00222 -0.36 0.7233 x3x6 1 -7.68455E-8 2.624445E-8 -2.93 0.0044 x6x2 1 0.00012319 0.00146 0.08 0.9328 x6x7 1 0.00638 0.00336 1.90 0.0608 x7x2 1 0.00181 0.00081914 2.21 0.0297 x7x5 1 -0.00691 0.00716 -0.97 0.3372

The SAS System 20:09 Thursday, May 23, 2014 90

The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly6

Number of Observations Read 90 Number of Observations Used 90

Analysis of Variance

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 8 58.49782 7.31223 2.64 0.0126 Error 81 224.28199 2.76891

Corrected Total 89 282.77981

Root MSE 1.66401 R-Square 0.2069 Dependent Mean 2.99810 Adj R-Sq 0.1285 Coeff Var 55.50205

Parameter Estimates

Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

(49)

33 The SAS System 20:09 Thursday, May 23, 2014 91

The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly7

Number of Observations Read 90 Number of Observations Used 90

Analysis of Variance

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 8 21.06331 2.63291 1.54 0.1561 Error 81 138.39703 1.70861

Corrected Total 89 159.46034

Root MSE 1.30714 R-Square 0.1321 Dependent Mean 1.71153 Adj R-Sq 0.0464 Coeff Var 76.37243

Parameter Estimates

Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 1.16326 0.49666 2.34 0.0216 x2 1 -0.01862 0.03653 -0.51 0.6117 x7 1 0.21468 0.11433 1.88 0.0640 x2x5 1 0.00397 0.00388 1.02 0.3094 x3x6 1 -6.25393E-8 4.594782E-8 -1.36 0.1773 x6x2 1 0.00669 0.00255 2.62 0.0104 x6x7 1 -0.00459 0.00588 -0.78 0.4373 x7x2 1 -0.00186 0.00143 -1.30 0.1975 x7x5 1 -0.02096 0.01254 -1.67 0.0983

Model: MODEL1 Multivariate Test 1

Multivariate Statistics and F Approximations

S=7 M=1 N=35.5

Statistic Value F value Num DF Den DF Pr > F

Wilks’ Lambda 0.17423 2.80 56 409.2 <.0001

Pillai’s trace 1.36995 2.46 56 567 <.0001

Hotelling-Lawley Trace 2.34738 3.08 56 252.56 <.0001

Roy’s Greatest Root 1.26884 12.85 8 81 <.0001

Gambar

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Cara pengkategorian variabel penelitian
Tabel 2 Cara pengkategorian variabel penelitian (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yaitu ibu anak balita yang meliputi : karakterisik keluarga (umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : (1) Mengideintifikasi karakteristik balita (jenis kelamin, umur dan karakteristik keluarga contoh (umur orang tua,

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : (1) Mengideintifikasi karakteristik balita (jenis kelamin, umur dan karakteristik keluarga contoh (umur orang tua,

Hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan ada pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu (p=0,036), pendapatan keluarga (p=0,000) dan kebiasaan makan

Hasil penelitian Meikawati dan Hersoelistyorini, tentang Hubungan Karakteristik Ibu dan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kasus Gizi Buruk Pada Balita Di Kelurahan

Hasil penelitian Meikawati dan Hersoelistyorini, tentang Hubungan Karakteristik Ibu dan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kasus Gizi Buruk Pada Balita Di Kelurahan

Peubah penjelas yang digunakan adalah umur ibu, pendidikan, pekerjaan, besar keluarga, pendapatan, pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi yang terlampir pada

Hubungan pendapatan keluarga, pengetahuan Ibu tentang gizi, tinggi badan orang tua, dan tingkat pendidikan ayah dengan kejadian stunting pada anak umur 12-59 bulan Doctoral