• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Penggunaan Telepon Genggam Dan Kohesi Sosial Pada Masyarakat Pedesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Penggunaan Telepon Genggam Dan Kohesi Sosial Pada Masyarakat Pedesaan"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM DAN KOHESI

SOSIAL PADA MASYARAKAT PEDESAAN

VANY ARDIANTO

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tingkat Penggunaan Telepon Genggam dan Kohesi Sosial Pada Masyarakat Pedesaan” benar -benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

(6)
(7)

iii

Judul : Tingkat Penggunaan Telepon Genggam dan Kohesi Sosial Pada Masyarakat Pedesaan

Nama : Vany Ardianto

NIM : I34120092

Disetujui oleh

Dr. Nurmala K Pandjaitan, MS DEA Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir.Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen

(8)
(9)

v

TINGKAT PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM DAN KOHESI

SOSIAL PADA MASYARAKAT PEDESAAN

VANY ARDIANTO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

vii

ABSTRAK

VANY ARDIANTO. Tingkat Penggunaan Telepon Genggam dan Kohesi Sosial Pada Masyarakat Pedesaan. Dibawah bimbingan NURMALA K. PANDJAITAN

Masuknya telepon genggam di pedesaan diduga akan membawa perubahan pada interaksi sosial di dalam masyarakat sehubungan dengan semakin banyaknya fasilitas yang tersedia. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan karakteristik individu dan tingkat penggunaan telepon genggam, mengidentifikasi hubungan anatar tingkat penggunaan telepon genggam dan interaksi sosial masyarakat, mengidentifikasi hubungan antara tingkat penggunaan telepon genggam dan kohesi sosial komunitas pedesaan. Metode penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan metode survey teknik dengan menggunakan kuesioner pada 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penggunaan telepon genggam di pedesaan tergolong tinggi. Namun, interaksi di antara masyarakat tetap tinggi. Ini juga membuktikan bahwa tingkat penggunaan telepon genggam berhubungan dengan karakteristik individu pada faktor jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan, tingkat penggunaan telepon genggam tidakberhubungan dengan interaksi dan kohesi sosial komunitas pedesaan. Namun, interaksi sosial masyarakat ini membawa pengaruh terhadap kohesi sosial di dalam komunitas.

Kata kunci: interaksi sosial, kohesi sosial, komunitas, telepon genggam.

ABSTRACT

VANY ARDIANTO. The Level of Handphone Usage and Social Cohesion In Rural Community. Under the guidance of NURMALA K. PANDJAITAN

The include of mobile phones in rural areas is expected to bring changes in the social interaction in the community with regard to the increasing number of facilities available. The purpose of this study is to identify the relationship of individual characteristics and level of mobile phone use, identify relationships anatar level of mobile phone use and social interactions, identify the relationship between the level of mobile phone use and social cohesion of rural communities. This research method is done quantitatively by technical survey method using a questionnaire at 60 respondents. The results showed that the rate of mobile phone use in rural areas is high. However, the interaction between communities remained high. It also proves that the level of mobile phone use related to the individual characteristics of the factors sex, age, and education level, the level of mobile phone use is not associated with interaction and social cohesion of rural communities. However, these kinds of social interaction had an impact on social cohesion in the community.

(12)
(13)

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat penggunaan telepon genggam dan kohesi sosial pada masyarakat pedesaan” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Nurmala K Pandjaitan, MS DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada Prof Dr Ir Pudji Muljono, M.Si selaku penguji utama dan Dr Hamzah, M.Si selaku penguji akademik.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta, Bapak Budi Utomo dan Ibu Bibit Insiyah atas semangat dan doa yang tiada henti-hentinya mengalir untuk kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman SKPM angkatan 49 yang telah berkenan menjadi rekan bertukar pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2016

(14)
(15)
(16)

HUBUNGAN TINGKAT PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM DAN

INTERAKSI SOSIAL 45

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DAN TINGKAT KOHESI SOSIAL 49

SIMPULAN DAN SARAN 53

Simpulan 53

Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 54

(17)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah dan persentase sebaran luas wilayah menurut penggunaan di

Kelurahan Mulyaharja tahun 2015 19

2 Jumlah dan persentase sebaran penduduk menurut jenis kelamin di

Kelurahan Mulyaharja tahun 2015 (orang) 19 3 Jumlah sebaran penduduk menurut tingkat usia di Kelurahan Mulyaharja

tahun 2015 (orang) 20

4 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian pada

tahun 2015 (orang) 20

5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur 21 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis mata pencaharian

utama 21

7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan 22 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan 23 9 Jumlah dan persentase penggunaan telepon genggam berdasarkan fitur 24 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas penggunaan

telepon genggam 25

11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas penggunaan

telepon genggam 26

12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan intensitas

penggunaan telepon genggam 26

13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan intensitas

penggunaan telepon genggam 27

14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan dan

intensitas penggunaan telepon genggam 28 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan

intensitas penggunaan telepon genggam 28 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan dan

intensitas penggunaan telepon genggam 29 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi penggunaan

telepon genggam 30

18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemanfataan telepon

genggam 31

19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan

pemanfaatan telepon genggam 32

20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan pemanfaatan

telepon genggam 33

21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan dan

pemanfaatan telepon genggam 34

22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan

pemanfaatan telepon genggam 35

23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan dan

(18)

24 Jumlah dan persentase responden berdasarkan waktu berkumpul 37 25 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama berkumpul 37 26 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kegiatan masyarakat 37 27 Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas interaksi sosial 38 28 Jumlah dan persentase responden berdasarkan bentuk Interaksi Sosial 38 29 Jumlah dan persentase tingkat sense of community berdasarkan

reinforcement of Needs 40

30 Jumlah dan persentase tingkat sense of community berdasarkan

membership 41

31 Jumlah dan persentase tingkat sense of community berdasarkan influence 41 32 Jumlah dan persentase tingkat sense of community berdasarkan shared

emotional connection 42

33 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat sense of community 42 34 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kegiatan yang diikuti di

masyarakat 43

35 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keterlibatan anggota 43 36 Jumlah dan persentase responden berdasarkan peran aksi kolektif 44 37 Jumlah dan persentase responden berdasarkan ketelibatan dalam aksi

kolektif 44

38 Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas penggunaan

telepon genggam dan intensitas interaksi sosial 45 39 Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas penggunaan

telepon genggam dan bentuk interaksi sosial 45 40 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi penggunaan

telepon genggam dan intensitas interaksi sosial 46 41 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi penggunaan

telepon genggam dan bentuk interaksi sosial 46 42 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemanfaatan telepon

genggam dan intensitas interaksi sosial 47 43 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemanfaatan telepon

genggam dan bentuk interaksi sosial 47

44 Jumlah dan persentase responden berdasarkan antara tingkat penggunaan

telepon genggam dan interaksi sosial 48

45 Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas interaksi sosial

dan Sense of Community 49

46 Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas interaksi sosial

dan aksi kolektif 49

47 Jumlah dan persentase responden berdasarkan bentuk interaksi sosial dan

Sense of Community 50

48 Jumlah dan persentase responden berdasarkan bentuk interaksi sosial dan

aksi kolektif 50

49 Jumlah dan persentase responden berdasarkan interaksi sosial dan tingkat

(19)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka analisis tingkat penggunaan telepon genggam dan

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

(21)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan komunikasi untuk menjalin interaksi dengan manusia lain di dalam komunitasnya. Komunikasi menjadi salah satu bentuk sarana sosial bagi manusia. Komunikasi juga dapat diasumsikan sebagai proses sosial antar individu-individu yang saling terlibat dalam bentuk komunikasi verbal maupun non-verbal. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, bahasa, maupun audio. Sedangkan komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat-isyarat untuk menyampaikan pesan misalnya bahasa tubuh, ekspresi muka, tindakan, objek dan tanda-tanda. Jadi di dalam proses komunikasi haruslah terdapat massage (pesan) sebagai objek atau materi komunikasi yang harus disampaikan seseorang kepada orang lain. Komunikasi pun tidak harus dilakukan secara langsung (tatap muka) tetapi dapat dilakukan secara tidak langsung (dengan media perantara).

Perkembangan teknologi komunikasi saat ini semakin canggih dalam kehidupan masyarakat dan tidak bisa dihindarkan. Perkembangan tersebut seperti bertambah banyaknya masyarakat yang menggunakan media komunikasi berupa telepon genggam. Pada awalnya, telepon genggam merupakan barang yang langka dan dianggap mewah, namun seiring dengan perkembangan zaman, telepon genggam menjadi barang primer dan mudah dibeli. Telepon genggam saat ini sudah menjadi alat komunikasi yang penting dan paling digemari oleh masyarakat. Selain dijadikan sebagai alat komunikasi, telepon genggam juga sudah menjadi trend atau gaya hidup bagi masyarakat. Banyak sekali perubahan yang terjadi di bidang komunikasi. Dimulai dari bentuk komunikasi yang sederhana sampai pada komunikasi elektronik. Sekarang komunikasi sudah berkembang dengan pesat. Teknologi komunikasi seperti handpnone sudah sangat familiar dikalangan masyarakat, tidak hanya masyarakat kota tetapi masyarakat desa. Pada kehidupan bermasyarakat, sering kali kita menemui perubahan-perubahan sosial, termasuk perubahan pada masyarakat itu sendiri, karena pada dasarnya tidak ada masyarakat yang statis. Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat membuat perubahan pada sikap dan perilaku penggunanya.

(22)

rumahtangga yang menyatakan tidak memiliki telepon genggam. Dari sekian banyak orang yang menggunakan telepon genggam bukan hanya orang dewasa saja yang menggunakannnya namun anak-anak juga ikut menggunakannnya. Hasil survei indikator TIK rumahtangga yang dilakukan oleh Puslitbang PPI Kominfo, didapatkan data sebaran individu pengguna telepon genggam tertinggi pada usia muda yaitu 16-25 tahun dan 26-35 tahun. Sedangkan responden pada usia 56-66 tahun memiliki posisi yang paling rendah.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi menimbulkan dampak bagi masyarakat pedesaan. Dampak yang timbul akibat penggunaan telepon genggam salah satunya kurangnya interaksi masyarakat akibat intensitas pertemuan antar anggota masyarakat yang mulai berkurang. Seperti yang diungkapkan Budyatna (2005) bahwa bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat transaksisonal, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang dinamis dan timbal balik. Budyatna melihat bahwa dengan munculnya penggunaan telepon genggam mempengaruhi proses transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun kualitas dan kuantitasnya pada interaksi tatap muka.

Contohnya ketika lebaran, dahulu masyarakat bertemu langsung untuk saling bermaafan, namun sekarang dengan kecanggihan teknologi orang tidak harus bertemu langsung cukup dengan mengirim pesan melalui telepon genggam. Orang tidak harus bertatap muka dan berjabat tangan secara langsung jika sekedar untuk bermaaf-maafan. Ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat pedesaan telah terjadi pergeseran nilai yang dulu dijunjung tinggi yaitu nilai kebersamaan dan saling bersilahturahmi. Dengan berkurangnya interaksi sosial antar masyarakat juga akan berpengaruh pada kohesi sosial masyarakat. Dimana kohesi sosial pada masyarakat salah satunya dilihat dari interaksi sosial masyarakatnya. Apakah dengan masuknya telepon genggam ke masyarakat pedesaan menyebabkan kohesi sosial masyarakat rendah, atau sebaliknya dengan masuknya telepon genggam kohesi sosial masyarakat semakin tinggi karena orang mudah melakukan komunikasi dengan orang lain?

Masalah Penelitian

Meningkatnya penggunaan telepon genggam diduga dapat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, antara lain karakteristik yang berkaitan dengan diri individu (internal) maupun dengan lingkungannya (eksternal). Karakteristik internal mencakup jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan penggunaan ponsel serta aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh remaja tersebut. Karakteristik eksternal mencakup pengaruh dari teman-teman dekat serta terpaan media massa. Bagaimana hubungan karakteristik individu dan perilaku pemanfaatan telepon genggam?

(23)

3

Service). Namun, juga telah dilengkapi dengan fitur-fitur yang canggih sehingga orang dapat menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Hal ini membuat interaksi antar orang menjadi terganggu karena mereka merasa mampu mengerjakan semua sesuatu sendiri. Bagaimana hubungan antara tingkat penggunaan dan interaksi sosial masyarakat?

Dengan semakin banyaknya fasilitas yang ada di telepon genggam membuat orang semakin sering menggunakan telepon genggam kapan pun dan dimana pun. Hal ini akan mengurangi interaksi warga dalam komunitas. Sehingga kohesi sosial masyarakat pun akan menurun, karena kohesi sosial terbentuk karena adanya interaksi antar warga. Bagaimana hubungan antara interaksi sosial dan kohesi sosial komunitas pedesaan?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi hubungan karakteristik individu dan tingkat penggunaan telepon genggam

2. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat penggunaan telepon genggam dan interaksi sosial masyarakat

3. Mengidentifikasi hubungan antara interaksi sosial dan kohesi sosial komunitas pedesaan

Kegunaan Penelitian

(24)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Teknologi Komunikasi Telepon Genggam

Menurut Saydam (2005), teknologi komunikasi pada hakikatnya adalah penyaluran informasi dari suatu tempat ke tempat lain melalui perangkat telekomunikasi (kawat, radio atau pereangkat elektromagnetik lainnya). Informasi tersebut dapat berbentuk suara (telepon), tulisan dan gambar (telegraf), data (komputer), dan sebagainya. Perkembangan yang terjadi dengan cepat di bidang komunikasi membuat para ahli menyebutnya sebagai revolusi komunikasi. Perubahan yang cepat ini didorong oleh adanya berbagai penemuan di bidang teknologi sehingga apa yang dulu merupakan kendala dalam kegiatan komunikasi, sekarang sudah terbuka lebar. Seseorang dapat berhubungan dengan seseorang atau kelompok orang tanpa dibatasi oleh faktor waktu, jarak, jumlah, kapasitas dan kecepatan (Zamroni 2009). Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Terra (2003) mencakup telepon, radio, dan televisi. Sedangkan menurut Tubbs dan Moss (2001) yang dikutip oleh Utaminingsih (2006) bentuk-bentuk teknologi komunikasi ditampilkan dalam tingkat antarpesona, kelompok, organisasional, dan publik.

Pada tingkat antarpesona yaitu telepon, telepon genggam (handphone), surat elektronik, dan voicegram. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon, telekomunikasi komputer, dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu interkom, konferensi telepon, surat elektronik, manajemen dengan bantuan komputer, sistem informasi, dan faksimili. Sedangkan pada tingkat publik yaitu televisi radio, film, videotape, videodisc, TV kabel, TV satelit langsung, video dengan teks, teleteks, dan sistem informasi digital. Menurut Saydam (2005) telepon genggam atau telepon seluler merupakan telepon yang termasuk dalam sambungan telepon bergerak, dimana yang menghubungkan antar sesama telepon genggam tersebut adalah gelombang-gelombang radio yang dilewatkan dari pesawat ke BTS (Base Tranceiver Station) dan MSC (Mobile Switching Center) yang bertebaran di sepanjang jalur perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang dipanggil. Telepon genggam sangat bervariasi tergantung pada modelnya, seiring dengan perkembangan teknologi mempunyai fungsi-fungsi antara lain (Fiati, 2005) :

1. Penyimpanan

2. Pembuat daftar pekerjaan atau perencanaan kerja 3. Reminder (pengingat waktu)

4. Alat perhitungan (kalkulator) 5. Pengiriman atau penerimaan e-mail

6. Permainan (games)

7. Integrasi ke peralatan lain seperti PDA, MP3 8. Chatting dan Browsing internet

(25)

5

Penggunaan telepon genggam sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Fasilitas-fasilitas yang terdapat didalamnya tidak hanya terbatas pada fungsi telepon dan SMS (short massage service). Fasilitas lain yang terdapat dalam telepon genggam antara lain :

1. Kamera, yang berguna sebagai alat dokumentasi

2. Transfer data, sebagai pertukaran data dari telepon genggam satu ke telepon genggam lain. Pertukaran tersebut biasanya menggunakan Bluethooth, wifi,

infrared 3. Media hiburan, seperti games, musik player atau MP3, video player

4. Internet, sebagai alat browsing atau menjelajah ke dunia maya. Dengan internet kita dapat mencari berbagai informasi dari seluruh dunia.

5. Sosial media, sebagai media ekspresi diri, dimana setiap orang dapat menulis atau mengunggah kegaiatan atau aktivitas sehari-hari. Sosial media juga dapat dijadikan sebagai media komunikasi karena dapat berbalas komentar dan chating dengan orang lain. aplikasi yang biasa digunakan antara lain Facebook, Twitter, Instagram, Path, Line, Blackberry Massanger (BBM), WhatsApp

Menurut Arminen (2007) seperti yang dikutip oleh Hendrastomo (2008), telepon genggam atau ponsel memudahkan interaksi antar personal dan mengintegrasikan hubungan komunikasi dengan lingkup yang lebih luas (global). Telepon genggam atau ponsel juga berdampak pada aktivitas sosial dan masyarakat dengan terjadinya perubahan perilaku, budaya dan politik. Dengan bantuan telepon genggam, akan memunculkan tipe komunikasi baru yang berkontribusi langsung dalam pembentukan tindakan sosial baru yang akan berimplikasi pada pengelolaan jaringan sosial. Komunikasi melalui telepon genggam akan merubah cara kita berinteraksi berkomunikasi dengan individu lain dengan lebih bebas. Akan tercipta kebebasan yang tanpa batas ruang dan waktu yang memungkinkan individu berkomunikasi satu hari penuh. Interaksi bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, dengan kata lain telepon genggam dapat mengisi waktu-waktu senggang/ kosong. Telepon genggam bisa menghilangkan kohesi sosial karena ketika berada dalam situais formal orang akan lebih mementingkan komunikasi via telepon genggam.

Karakteristik Individu dan Penggunaan Telepon Genggam

(26)

Masih menurut survey tersebut pengguna berumur 16 tahun hingga 45 tahun merupakan sebaran individu paling banyak menggunakan dan memiliki telepon genggam, dimana masing-masing presentase penggunaan dan kepemilikan di atas 80 persen, dan rentang umur paling tinggi dalam menggunakan dan memiliki telepon genggam pada 16-25 tahun yaitu sebesar 84,82 persen.

Sedangkan berdasarkan pengeluaran, survey ini menunjukkan bahwa sebaran individu pengguna telepon genggam menurut pengeluaran terlihat cukup berkorelasi dimana semakin tinggi pengeluaran individu per bulan maka akan semakin tinggi presentase penggunaan dan kepemilikan. Rentang pengeluaran Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000 merupakan sebaran individu terbanyak menggunakan dan memiliki telepon genggam yaitu sebesar 92,92 persen. Berdasarkan jenis kelamin pengguna yang disilangkan dengan usia, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada rentang usia 16-25 tahun pada laki-laki menunjukkan presentase penggunaan dan kepemilikan yang paling tinggi yaitu sebesar 85,9 persen sedangkan pada perempuan sebesar 83,91 persen. Menurut data survey seberan individu pengguna dan pemilik telepon genggam menurut pekerjaan paling tinggi adalah PNS/ TNI/ POLRI sebesar 93,6 persen, diikuti oleh Karyawan Swasta 90,6 persen, Wiraswasta 89,9 persen, Pensiunan 80 persen, Pelajar/ Mahasiswa 77,3 persen, Ibu Rumah Tangga 73,4 persen, Petani/ Buruh Nelayan/ Pedagang/ Tukang 69,2 persen dan tidak bekerja hanya 67,6 persen.

Komunitas Pedesaan

Menurut Norris et al. (2007) komunitas adalah suatu kesatuan yang mempunyai batas geografi yang sama dan berbagi nasib yang sama. Komunitas merupakan suatu organisasi sosial yang dibangun oleh lingkungan alam sosial dan ekonomi yang saling mempengaruhui. Pedesaan adalah suatu sistem sosial ekologi yang dibangun oleh berbagai komponen yang terdiri dari komponen ekologi, ekonomi, dan sosial yang terkait sedemikian rupa sehingga menciptakan karakteristik yang khas pedesaan (Schouten et al. 2009). Daerah pedesaan yang umumnya hidup dari pertanian adalah daerah yang sering terkena dampak terhadap berbagai gangguan eksternal seperti bencana alam maupun gangguan sosial. Keterbatasan kapasitas yang dimiliki anggota komunitas pedesaan menjadikan mereka menjadi kelompok yang rentan ketika menghadapi perubahan ataupun guncangan dalam kehidupan.

(27)

7

komunitas pertambangan dan komunitas perkotaan. Komunitas petani memiliki inisiatif dalam mengatasi masalah, sering membantu menanam dan panen serta berinteraksi sebagai aksi kolektif. Hal tersebut menjadi aspek penting terbangunnya resiliensi komunitas. Namun sejalannya dengan terbukanya desa saat ini melalui maraknya pembangunan berbagai insfrastruktur dan perumahan serta perkembangan teknologi komunikasi bisa mendatangkan perubahan pada pola interaksi sosial dan nilai-nilai yang selama ini mengikat hubungan antara anggota komunitas.

Kohesi Sosial

Tousignant dan Sioui (2009) mengatakan bahwa komunitas memiliki modal sosial yang menunjukkan interaksi yang terjalin antar anggotanya. Modal sosial terdiri dari jaringan, norma-norma dan kepercayaan yang ada dalam komunitas. Modal sosial akan membentuk hubungan kohesi sosial diantara anggota komunitas. Kohesi sosial komunitas membuat anggota tidak bersifat individualis dalam menciptakan aksi-aksi kolektif dari komunitas untuk mengatasi guncangan atau bencana. Dalam proses pembentukan aksi-aksi kolektif peran pemimpin sangat dibutuhkan didalamnya, kepemimpinan seorang pemimpin akan menetukan perjuangan anggota dalam menjaga komunitasnya. Penelitian Forrest et a.l (2009) di Amerika Serikat menyatakan bahwa kohesi sosial dan lingkungan perumahan sebagai unsur penting dalam identitas sosial. Kohesi sosial di tingkat masyarakat dapat berasal dari bentuk dan kualitas interaksi sosial di tingkat lokal. Kohesi sosial dipandang sebagai proses bottom up. Pada modal sosial lokal, bukan dipandang sebagai proses top down. Sementara modal sosial masyarakat tidak diasumsikan menyiratkan kedekatan spasial. Pengamatan lain berpendapat bahwa semakin banyak orang Amerika yang tidak peduli dan menyebabkan penurunan kepercayaan kepada pemerintah. Karena asumsinya bahwa keterlibatan masyarakat meningkatkan kohesi sosial.

Definisi lain tentang kohesi sosial dinyatakan Johson and Johnson (1991) seperti yang dikutip oleh Noorkamilah (2008) menyatakan bahwa kohesi sosial dalam sebuah komunitas terjadi ketika anggota-anggota kelompok saling menyukai dan saling menginginkan kehadiran satu dengan lainnya. Kemudian Noorkamilah (2008) menambahkan bahwa kohesi sosial dapat dilihat dari partisipasi anggota komunitas, rasa solidaritas yang menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki terhadap sebuah kelompok. Selain itu, Mollering (2001) seperti yang dikutip oleh Primadona (2001) menyatakan bahwa salah satu fungsi penting kepercayaan (trust) dalam hubungan-hubungan sosial kemasyarakatan adalah pemeliharan kohesi sosial sosial,

(28)

ketertarikan antar anggota sehingga relasi yang terbentuk menguatkan jaringan relasi di dalam komunitas.

Menurut Taylor et al. (2009) seperti yang dikutipoleh Wulansari et al. (2012) menyatakan bahwa kohesi sosial diartikan sebagai kekuatan, baik positif maupun negatif, yang menyebabkan anggota tetap bertahan dalam komunitas. Kohesi sosial dapat meningkat seiring dengan tingginya rasa suka antaranggota. Anggota dapat saling menyukai ketika mereka saling menerima. Cartwright (1990) seperti yang dikutip oleh Ramdhani dan Martono (1996) menambahkan bahwa kohesi sosial merupakan derajat kekuatan ikatan dalam satu kelompok yang masing-masing anggotanya secara psikologis menjadi saling tarik menarik dan saling tergantung. Hal tersebut digambarkan oleh Ramdhani dan Martono (1996) pada penelitiannya mengenai kohesi sosial pada masyarakat miskin, tingkat kohesi sosial yang paling tinggi terdapat pada anggota yang sudah ikut KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) selama 2 tahun dibandingkan dengan anggota yang baru saja ikut dan belum ikut KSM. Perbedaan tingkat kohesi sosial tersebut karena adanya pembinaan dari sukarelawan, lamanya anggota dalam sebuah kelompok, saling ketergantungan antara masing-masing anggota, dan kelompok-kelompok kecil yang sudah terdapat di dalam masyarakat. Prinsip Tanggung Renteng diterapkan dalam rangka mempererat saling ketergantungan antara masing-masing anggota kelompok yang telah mengakar pada diri anggota sebagai bentuk budaya dari masyarakat setempat yang pada umumnya masih memegang teguh nilai-nilai adat luhur menjadikan tingkat kohesi sosial menjadi kuat.

Menurut Myers (2010) seperti yang dijelaskan oleh Kaslan (2014) kohesi sosial merupakan perasaan “we feeling” yang mempersatukan setiap anggota menjadi satu bagian. Rasa memiliki tersebut juga dapat membentuk kohesi sosial antar individu dalam suatu komunitas. Rasa memiliki ini yang membuat individu menyadari bahwa ia merupakan bagian dari komunitas. Sense of Community Index

(SCI) adalah ukuran adalah ukuran kuantitatif yang paling sering digunakan dalam mengukur rasa komunitas pada ilmu sosial. SCI berdasarkan teori rasa komunitas yang dibawa oleh McMilan dan Chavis (1986) seperti yang dikutip oleh Chavis et al.

(2008) dimana rasa komunitas dapat dilihat dari keanggotaan, pengaruh, pengutan kebutuhan, dan berbagi hubungan emosional. Hasil studi rasa komunitas tersebut telah menunjukkan bahwa SCI menjadi indikator yang kuat dari suatu perilaku (seperti partisipasi) dan valid pengukurannya.

Aksi Kolektif

(29)

9

keluarkan oleh pemerintah untuk peningkatan kapasitas komunitas (Schouten et al.

2009). Kebijakan ini terkait kebijakan ekonomi, sosial budaya dan politik yang meningkatkan kapasitas komunitas untuk bertahan dalam menghadapi guncangan Dalam penelitian Umiyati (1994), pengajian dijadikan sebagai sebuah lembaga kemasyarakat yang berfungsi sebagai “penangkal” masyarakat dari pengaruh dunia luar. Selain itu, pengajian dijadikan sebagai wadah bagi masyarakat untuk mempererat tali silahturahmi serta sering diadakan pengumuman atau informasi tentang pembangunan. Menurut Soekanto (1970) seperti yang dikutip oleh Umiyati (1994) menyatakan bahwa lembaga kemasyarakatan adalah suatu sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dan kehidupan masyarakat. Ramdhani dan Martono (1996) menambahkan bahwa masyarakat yang sudah berkohesi, kepentingan individu sudah tidak diutamakan lagi. Berbagai keadaan yang biasanya muncul sebagai akibat masyarakat yang berkohesi di antaranya adalah meningkatnya kemauan anggota untuk berpartisipasi dalam segala bentuk aktivitas yang dilaksanakan bersama. Kemauan ini timbul karena adanya keikatan dalam kelompok.

Penggunaan Telepon genggam dan Kohesi Sosial

Utaminingsih (2006) menerangkan bahwa seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat membuat peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting. Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya. Menurut teori yang dikemukakan oleh Budyatna (2005), penggunaan ponsel dapat mempengaruhi suatu proses yang bersifat transaksional dalam interaksi tatap muka. Dalam kaitannya dengan kohesivitas komunitas masyarakat pedesaan interaksi tatap muka merupakan salah datu indikator yang digunakan untuk mengukur kohesivitas. Seperti penelitian Kogoya yang dilakukan di Desa Piungun, Papua, menunjukkan bahwa interaksi tatap muka dengan cara bertukar informasi antar masyarakat melalui mulut ke mulut membuat masyarakat tersebut menjadi kohesif karena selain bertukar informasi interaksi seperti ini juga menambah kedekatan antar warga. Meskipun telah hadir telepon genggam tidak membuat kohesivitas masyarakat menjadi lemah, sebab mereka menggunakan telepon genggam hanya untuk berkomunikasi dengan keluarga yang jauh, mereka tidak menggunakan telepon genggam untuk mencari informasi maupun bertukar informasi. Mayampoh (2012) menambahkan bahwa dengan hadirnya telepon genggam membuat kohesivitas masyarakat semakin menurun. Telepon genggam membuat pengetahuan lokal mulai terpinggirkan dalam berbagai aktivitas kehidupan. Selain itu telepo genggam membuat toleransi antar masyarakat berkurang, perbedaan antara kaya dan miskin semakin terlihat.

(30)

hubungan sosial. Hal yang sama ditunjukan oleh penelitian Konsbruck Robert Lee bahwa teknologi komunikasi dapat membuat kohesivitas tinggi karena dapat menjaga individu dengan individu lain tetap terhubung selama 24 jam.

Jadi telepon genggam dapat menurunkan kohesivitas apabila seseorang menggunakan telepon genggam dengan intensitas yang tinggi dan jarangnya interaksi yang terjadi dengan masyarakat sekitar, karena segala informasi telah didapatkan melalui telepon genggam. Namun telepon genggam juga dapat meningkatkan kohesivitas karena telepon genggam mampu menghubungkan setiap orang meskipun jaraknya yang jauh. Meskipun tidak bertemu orang tetap dapat terhubung dan berinteraksi satu sama lain.

Interaksi Sosial

Menurut Soekanto (2002) seperti yang diungkapkan oleh Utaminingsih (2006), interaksi sosial adalah bentuk-bentuk yang tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Interaksi yang terjalin dianggap paling idela apabila terjadi secara tatap muka (langsung). Interaksi tatap muka lebih memungkinkan suatu proses yang bersifat dinamis dan timbal balik secara langsung. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

1. Adanya kontak sosial (social-contact)

2. Adanya komunikasi

Interaksi sosial dapat dipahami sebagai hubungan-hubungan sosial yang terbangun secara dinamis antar individu, antar kelompok, maupun antara individu dan kelompok (Soekanto 2010). Istilah interaksi sosial secara harfiah juga menunjukkan identitas hingga nilai-norma suatu kelompok. Interaksi tersebut kerap berbeda antara komunitas yang satu dengan yang lainnya atau antar masyarakat, konsep interaksi ini dapat bermakna sangat beragam. Interaksi antar komunitas atau masyarakat yang berbeda tidak akan lepas dari perbedaan penangkapan makna bersama (shared meaning), dan tidak jarang kondisi tersebut akan menimbulkan berbagai dinamika hingga konflik di dalamnya. Karena dalam proses interaksi sosial, ditunjukkan proses bagaimana suatu kelompok masyarakat memposisikan dirinya dihadapan kelompok yang lainnya, namun kerap kali suatu kelompok masyarakat tidak memperdulikan atau menganggap proses-proses dalam interaksi sosial sebagai suatu cara untuk memahami pihak lain dan upaya “menyatukan” diri mereka dalam kontruksi nilai dan norma bersama.

Beberapa bentuk interaksi sosial yang terdapat dalam masyarakat (Soekanto 2010) sebagai berikut:

(31)

11

dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah kerjasama. Kerjasama dapat terjadi dalam bentuk tolong-menolong, gotong-royong, dan musyawarah. Bentuk lainnya adalah asimilasi, atau sebuah proses yang ditandai dengan adanya usaha mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses mental untuk mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang perorang, antar kelompok dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama, kondisi tersebut dapat terbangun apabila salah satu pihak yang berasal dari berbeda kelompok saling berhubungan dan berkumpul bersama, sering mengikuti pola atau “gaya” kelompok tersebut, dan lain-lain.

2. Interaksi Sosial Disosiatif, pada dasarnya merupakan interaksi sosial yang bermakna destruktif atau saling menunjukkan peran dan kontribusi yang negatif antar pihak yang berinteraksi. Interaksi disosiafif erat kaitannya dengan persaingan, perselisihan halus akibat perbedaan pendapat atau dapat juga berbentuk pertikaian yang konfrontatif. Persaingan terjadi karena usaha untuk mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum. Sebuah persaingan berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, kemajuan masyarakat, solidaritas kelompok, dan disorganisasi. Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau tindak kekerasan.

Kerangka Pemikiran

(32)

Gambar 1 Kerangka analisis tingkat penggunaan telepon genggam dan kohesi sosial pada masyarakat pedesaan

Hipotesis Penelitian

1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dan tingkat penggunaan telepon genggam.

2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat penggunaan telepon genggam dan interaksi sosial masyarakat

3. Diduga terdapat hubungan antara interaksi sosial dan kohesi sosial komunitas di pedesaan.

Keterangan

: berhubungan

Tingkat Penggunaan Telepon Genggam 1. Intensitas penggunaan telepon genggam 2. Frekuensi penggunaan telepon genggam 3. Pemanfataan telepon genggam

Kohesi Sosial Komunitas 1. Tingkat Sense of Community

2. Keterlibatan dalam Aksi Kolektif Karakteristik Individu

1. Jenis kelamin 2. Umur

3. Tingkat pendidikan 4. Jenis pekerjaan 5. Tingkat pendapatan

Interaksi Sosial 1. Intensitas interaksi

sosial

(33)

13

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan kuesioner kepada responden. Kuesioner disusun sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah dibuat sebelumnya. Data kualitatif dilakukan dengan observasi dan pengamatan langsung. Selain itu, untuk memperjelas gambaran tentang keadaan sosial dilakukan beberapa wawancara mendalam dengan informan yang merupakan tokoh-tokoh masyarakat.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Lokasi penelitian tersebut dipilih secara sengaja (purposive.)

Lokasi dipilih dengan pertimbangan bahwa telepon genggam sudah cukup lama dikenal oleh anggota masyarakat di Kelurahan Mulyaharja. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yaitu terhitung sejak awal bulan Februari 2016 sampai bulan Agustus 2016. Selama penelitian berlangsung, pengumpulan data dan informasi dilakukan oleh peneliti melalui interaksi langsung dengan masyarakat yang menjadi responden dan berberapa pihak yang menjadi informan.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari lapangan dan melalui metode survey berupa kuesioner. Kuesioner diisi responden dengan pendampingan. Selain itu, diperlukan juga data sekunder yakni data yang diperoleh melalui data-data yang sudah tersedia di desa seperti profil desa, data monografi desa, dan data dari Badan Pusat Statistik mengenai potensi desa.

Teknik Pengumpulan Data

(34)

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Populasi penelitian adalah komunitas di Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan. Populasi diambil melalui survei lapangan. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik accindental sampling dikarenakan sulit untuk mengetahui berapa besar jumlah populasi masyarakat yang memiliki dan menggunakan telepon genggam. Responden dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu orang yang memiliki telepon genggam dan umur yang telah ditentukan. Agar data menjadi beragam maka pemilihan responden digolongkan dalam beberapa kategori umur yaitu 16-25 tahun, 26-35 tahun dan 36-45 tahun yang masing-masing kategori umur diambil 20 responden sehingga jumlah responden diambil sebenyak 60 orang. Informan berasal dari tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui kondisi sosial masyarakat.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Unit analisis dalam penelitian ini adalah komunitas dan data diperoleh dari individu. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan Microsoft Excel dan aplikasi SPSS for windows 20.0 dengan pengodean dan memberikan skor dari jawaban-jawaban yang terdapat dalam kuesioner. Uji korelasi menggunakan uji rank spearman untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara penggunaan telepon genggam dan tingkat kohesi sosial masyarakat. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk memperdalam analisis pada data-data kuantitatif.

Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri atas beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator diberi rentang skor terlebih dahulu sehingga dapat ditemukan skala pengukurannya. Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut.

1. Karakteristik individu yaitu karakteristik yang mencirikan responden dan berkaitan dengan diri individu. Karakteristik tersebut dilihat dari :

a. Jenis kelamin adalah perbedaan penampilan seks yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin dikategorikan menjadi :

1. Laki-laki 2. Perempuan

b. Umur adalah selisih antara tahun responden dilahirkan sampai tahun pada saat dilaksanakan penelitian. Umur responden dikategorikan menjadi :

(35)

15

c. Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan/ sekolah tertinggi yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi :

1. Tidak sekolah

d. Jenis pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan oleh responden untuk menghasilkan uang. Jenis pekerjaan dikategorikan menjadi :

1. Tidak Bekerja

e. Tingkat pendapatan adalah besarnya penghasilan responden per bulan dalam rupiah. Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi :

1. Rendah, pendapatan < Rp 1.000.000,-

2. Sedang, pendapatan antara Rp 1.000.000,- hingga Rp 2.000.000,- 3. Tinggi, pendapatan > Rp 2.000.000,-

2. Tingkat penggunaan telepon genggam adalah perilaku responden dalam menggunakan telepon genggam dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penggunaan telepon genggam dibedakan menjadi intensitas penggunaan telepon genggam, frekuensi penggunaan telepon genggam, dan pemanfaatan telepon genggam :

a. Intensitas penggunaan telepon genggam adalah lamanya penggunaan dan banyaknya fitur yang digunakan dalam penggunaan telepon genggam. intensitas penggunaan dikategorikan menjadi :

1. Intensitas penggunaan rendah, lama penggunaan ≤ 10 jam 30 menit sehari 2. Intensitas penggunaan tinggi, lama penggunaan > 10 jam 30 menit sehari b. Frekuensi penggunaan telepon genggam adalah tingkat keseringan responden

yang berkaitan dengan penggunaan atau pemakaian fitur telepon genggam. frekuensi penggunaan dikategorikan menjadi :

1. Frekuensi penggunaan rendah, skor 1-15 2. Frekuensi penggunaan tinggi, skor 16-30

(36)

6. Pergaulan ( sosial media ) Jawaban Ya= 2 Tidak= 1

3. Interaksi sosial adalah interaksi secara tatap muka yang terjadi antara responden dengan lingkungan sosialnya. Interaksi sosial dilihat dari :

a. Intensitas interaksi adalah waktu yang digunakan untuk melakukan interaksi tatap muka. Intensitas interaksi dibagi menjadi :

1. Intensitas interaksi rendah, jumlah skor 1-2 2. Intensitas interaksi tinggi, jumlah skor 3-4

b. Bentuk interaksi adalah aktivitas yang dilakukan anggota dalam komunitas. Bentuk interaksi memiliki sembilan buah pernyataan. Pada penelitian ini dibedakan menjadi kategori :

Bentuk interaksi diukur dengan skala ordinal menjadi : a. Tidak pernah ( skor 1)

b. Jarang (skor 2) c. Sering (skor 3) d. Selalu (skor 4)

Hasil pengukuran bentuk interaksi dapat dikategorikan dengan skala ordinal menjadi : Negatif : jumlah skor 1-18

Posotif : jumlah skor 19-36

5. Kohesi sosial adalah adalah kesatuan, keutuhan, dan kepaduan dalam upaya untuk mendorong anggota tetap bertahan dalam sebuah komunitas. Tingkat kohesi sosial dilihat rasa komunitas (sense of community) dan aksi kolektif dari masyarakat. Hasil pengukuran tingkat kohesi sosial dapat dikategorikan dengan skala ordinal berdasarkan jumlah skor dari sense of community dan aksi kolektif menjadi:

Rendah : jumlah skor 2-3 Tinggi : jumlah skor 4-5

(37)

17

a. Tidak pernah ( skor 1) b. Jarang (skor 2)

c. Sering (skor 3) d. Selalu (skor 4)

1. Reinforcement of Needs (pemenuhan kebutuhan) : kondisi dimana anggota komunitas mendapatkan apa yang mereka butuhkan karena telah menjadi bagian dari komunitas. Indikator pemenuhan kebutuhan memiliki enam buah pernyataan. Adapaun hasil pengukuran indikator pemenuhan kebutuhan dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal berdasarkan jumlah skor dari semua pernyataan menjadi :

Rendah : skor 6-15 Tinggi : skor 16-24

2. Membership (Keterlibatan sebagai anggota komunitas) : orang-orang yang tergabung dalam komunitas dan anggota komunitas meluangkan banyak waktu dan usaha mereka untuk menjadi bagian dari komunitas. Indikator keterlibatan menjadi anggota memiliki enam buah pernyataan. Adapun hasil pengukuran indikator keterlibatan sebagai anggota komunitas dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal berdasarkan jumlah skor dari semua pernyataan menjadi :

Rendah : skor 6-15 Tinggi : skor 16-24

3. Influence (dipengaruhi dan mempengaruhi) : kemampuan komunitas dalam mempengaruhi komunitas lainnya. Selain itu anggota komunitas juga memiliki pengaruh atas komunitasnya. Indikator pengaruh memiliki enam buah pernyataan. Adapun hasil pengukuran indikator pengaruh dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal berdasarkan jumlah skor dari semua penyataan menjadi :

Rendah : 6-15 Tinggi : 16-24

4. Shared Emotional Connection (berbagai kontak emosional) : anggota-anggota komunitas menikmati kebersamaan di dalam komunitas dan berbagai kejadian penting bersama seperti syukuran. Indikator berbagai kontak emosional memiliki enam buah pernyataan. Adapun hasil pengukuran indikator berbagai kontak emosional dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal berdasarkan jumlah skor dari semua pernyataan menjadi :

Rendah : 6-15 Tinggi : 16-24

Hasil pengukuran variabel tingkat kohesi sosial pada rasa komunitas (sense of community) dapat dibedakan menggunakan skala ordinal dengan kategori rendah (24 – 47) skor 1, sedang (48 – 71) skor 2, tinggi (72 – 96) skor 3.

(38)

kolektif. Aksi kolektif dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori dan diukur dengan skala oerdinal menjadi :

a. Tidak pernah (skor 1) b. Jarang ( skor 2 ) c. Sering ( skor 3 ) d. Selalu ( skor 4 )

1. Jenis keterlibatan dalam aksi kolektif jenis kegiatan yang dilakukan oleh warga komunitas secara bersama-sama dalam komunitas. Terdapat jenis-jenis aksi kolektif sebagai berikut :

a) Kerja bakti (gotong royong) b) Musyawarah

c) Tolong menolong (kematian, kawinan, hajatan) d) Pengajian

e) Lainnya……

2. Bentuk keterlibatan adalah keikutsertaan atau suatu tindakan yang dilakukan oleh warga komunitas dalam kegiatan komunitas. Bentuk keterlibatan dicirikan dengan :

a) Menyumbang uang b) Menyumbang tenaga c) Menyumbang ide

3. Peran adalah posisi anggota komunitas pada keterlibatan aksi kolektif. Indikator peran memiliki lima pernyataan dan dibedakan menjadi :

a) Inisiator b) Pengikut

(39)

19

GAMBARAN UMUM LOKASI

Kelurahan Mulyaharja

Kelurahan Mulyaharja merupakan sebuah Kelurahan yang terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jarak kelurahan dari ibukota kecamatan yaitu sekitar 5 kilometer dengan jarak tempuh waktu 20 menit, sedangkan jarak dengan kotamadya yaitu 7 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Kelurahan Mulyaharja berbatasan langsung dengan Kelurahan Cikaret di sebelah utara, Desa Sukaharja di sebelah selatan, Kelurahan Pamoyanan di sebelah timur, dan Desa Sukamantri di sebelah barat. Kelurahan Mulyaharja luasanya 477,005 hektar. Berikut adalah Tabel 1 yang menunjukkan penggunaan lahan di Kelurahan Mulyaharja.

Tabel 1. Jumlah dan persentase sebaran luas wilayah menurut penggunaan di Kelurahan Mulyaharja tahun 2015

Jumlah penduduk di Kelurahan Mulyaharja mencapai 13.366 jiwa. Berdasarkan data registrasi kependudukan Bulan November tahun 2015, jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga di Kelurahan Mulyaharja disajikan pada tabel 2.

(40)

Tabel 3. Jumlah sebaran penduduk menurut tingkat usia di Kelurahan Mulyaharja

Dahulu, mata pencaharian warga komunitas Kelurahan Mulyaharja sebagian besar adalah petani. Tradisi pertanian pun masih terasa di wilayah ini, sebelum menanam dan pada saat panen biasanya petani sering mengadakan acara selamatan agar proses menananm dan panen berjalan lancar. Selain itu, ada tradisi yang dinamakan liuran. Liuran merupakan tradisi gotong royong diantara sesama petani dengan cara membantu pada saat menanam dan saat panen.

Konversi lahan yang marak terjadi saat ini, menyebabkan banyak penduduk Kelurahan Mulyaharja yang beralih profesi ke sektor non-pertanian, seperti home industry, buruh, berdagang pertukangan, ojek dan lain-lain. Sejak tahun 1994 masuk perumahan dari PT Bakrieland.

Tabel 4. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian pada tahun 2015 (orang)

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas mata pencaharian di kelurahan Mulyaharja adalah buruh sebanyak 6214 orang dan wiraswasta (home industry

(41)

21

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Umur Responden

Umur responden berada pada rentang 16 tahun sampai 45 tahun dengan pembagian umur menjadi tiga yaitu umur 16 – 25 tahun, 26 – 35 tahun, 36 – 45 tahun. Jumlah dan presentase responden berdasarkan umur disajikan dalam tabel.

Tabel 5. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur

Umur Responden n %

16-25 tahun 20 33.3

26-35 tahun 20 33.3

36-45 tahun 20 33.3

Total 60 100.0

Penentuan umur responden berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Umur responden sengaja ditentukan menjadi tiga tingkatan karena pada penelitian yang dilakukan ingin melihat perbedaan responden berdasarkan umur dengan tingkat penggunaan telepon genggam.

Jenis Mata Pencaharian Utama

Jenis mata pencaharian utama adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden sebagai hasil pendapatan utama. Jenis pekerjaan dikelompokkan berdasarkan data lapang yang diperoleh. Jenis pekerjaan utama responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis mata pencaharian utama

(42)

dengan kota, selain itu mereka tidak memiliki keahlian dalah membuka usaha. Alasan lain karena mereka ingin gaji yang tetap,tidak seperti dengan membuka usaha yang penghasilannya tidak pasti. Selanjutnya responden bekerja sebagai petani/ buruh karena tidak memiliki keahlian dan modal untuk membuka usaha. Responden yang bekerja sebagai petani/buruh berumur cukup tua, biasanya mereka yang masih memiliki lahan persawahan. Selanjutnya hanya sedikit dari responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena selain pendidikan mereka yang rata-rata tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) juga menurut mereka sebagian besar responden proses untuk menjadai Pegawai Negeri Sipil juga Rumit. Responden yang bekerja sebagai pedagang juga sedikit, pedagang disini seperti toko ataupun warung.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden adalah jenis pendidikan/ sekolah yang pernah diikuti oleh responden. Sebanyak 73,3 persen responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA/sederajat. Banyaknya responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA/ sederajat karena akses untuk sekolah SMA mudah, meskipun mereka harus sekolah ke kota. Selain itu di Kelurahan Mulyaharja juga terdapat SMK, dan banyak dari mereka yang sekolah di SMK tersebut. SMK tersebut teletak sangat dekat, yaitu hanya berjarak sekitar 100 meter. Biasanya mereka masuk sekolah siang hari yaitu pukul satu sampai pukul lima. Sebagian besar responden tidak melanjutkan kuliah setelah mereka lulus dari SMA. Sebagian besar memilih untuk langsung bekerja setelah mereka lulus dari SMA, alasannya untuk membantu perekonomian keluarga. Selanjutnya sebanyak 6,7 persen dan 11,7 persen responden adalah tamat SD dan SMP. Selain SMK, di kelurahan Mulyaharja juga terdapat SD dan SMP. SD dan SMP tersebut juga terletak sangat dekat, yaitu hanya berjaraj sekitar 200 meter. Rata-rata responden yang hanya tamat SD atau SMP mereka bekerja hanya sebagai buruh atau petani. Jarang dari lulusan SD atau SMP yang bekerja sebagai karyawan swasta maupun wiraswasta karena rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya keterampilan. Selanjutnya terdapat juga responden yang melanjutkan hingga jenjang perguruan tinggi dan lulus sebagai Strata satu bahkan hingga Strata dua. Responden lulusan S1 maupun S2 bekerja sebagai karyawan baik karyawan swasta maupun institusi pemerintahan seperti Badan Pusat Statistika (BPS).

Tabel 7. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

(43)

23

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh responden selama bekerja. Tingkat pendapatan dikelompokan berdasarkan data lapang yang diperoleh. Tingkat pendapatan memiliki rentang dari dibawah 500 ribu rupiah hingga lima juta rupiah. Tingkat pendapatan dikelompokan menjadi 3 kategori, dengan kategori rendah, sedang, tinggi. Seperti dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan

Pendapatan n %

Rendah 15 25,0

Sedang 22 36,7

Tinggi 23 38,3

Total 60 100,0

(44)

TINGKAT PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM

Intensitas Penggunaan Telepon Genggam

Table 9. Jumlah dan persentase penggunaan telepon genggam berdasarkan fitur

Fitur Telepon Genggam n %

Blackberry Massanger (BBM) 49 81,7

Facebook 41 68,3 berdasarkan fitur yang digunakan, sebanyak 98,3 persen responden menggunakan untuk telepon dan Short Message Service (SMS). Sebanyak 88,3 persen responden menggunakan untuk mendengarkan musik. Sebanyak 85 persen responden menggunakan untuk kamera. Sebanyak 81,7 persen responden menggunakan untuk

chatting melalui BBM. Sebanyak 76,7 persen responden menggunakan untuk bermain games. Sebanyak 73,3 persen responden menggunakan untuk mencari sesuatu dengan browsing. Sebanyak 71,7 persen responden menggunakan untuk menonton video. Sebanyak 68,3 persen responden menggunakan untuk facebook. Sebanyak 55 persen responden menggunakan untuk chatting melalui whatsapp. Sebanyak 46,7 persen responden menggunakan untuk chatting melalui line. Sebanyak 35 persen responden menggunakan untuk twitter. Sebanyak 35 persen responden menggunakan untuk instagram. Sebanyak 31,7 persen responden menggunakan untuk berkirim pesan melalui email. Sebanyak 23,3 persen responden menggunakan untuk

(45)

25

Tabel 10. Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas penggunaan telepon genggam lamanya penggunaan menunjukkan penggunaan dengan lama kurang dari sama dengan jam sehari paling banyak adalah kamera dan telepon. Kamera memiliki persentase yang paling tinggi karena fitur ini pasti ada pada setiap telepon genggam yang memiliki kamera dan tidak berbayar. Saat ini banyak telepon genggam yang menawarkan kualitas kamera dengan hasil gambar yang bagus, sehingga orang betah berlama–lama menggunakannya. Ditambah sekarang banyak aplikasi yang memanfaatkan kamera sebagai fitur utama seperti snapchat, path, dan instagram.

(46)

senggang. Banyak orang mendengarkan musik untuk mengusir kebosanan. Selain itu, banyak aplikasi yang memudahkan pengguna untuk mendengarkan musik secara gratis. Selanjutnya penggunaan dengan lama lebih dari empat jam paling banyak adalah BBM dan games. BBM memiliki persentase yang paling tinggi karena orang sudah terbiasa menggunakan BBM dan media chatting yang paling mudah digunakan menurut responden. Tampilannya yang menarik membuat BBM lebih banyak digunakan dibandingkan media chatting yang lain. Selain BBM, games juga memiliki persentse yang tinggi karena games menimbulkan sifat kecanduan. Banyak games yang dimainkan secara berkelanjutan atau tidak ada tamatnya, seperti Clash of Clans

(COC). Game ini membutuhkan waktu yang lama untuk bermain sehingga membuat orang harus melungkan waktunya untuk bermain.

Tabel 11. Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas penggunaan telepon genggam

Penggunaan Telepon Genggam n %

Rendah 27 45,0

Tinggi 33 55,0

Total 60 100,0

Pada Tabel 11 intensitas penggunaan telepon genggam menunjukkan lamanya penggunaan telepon genggam oleh responden. Intensitas penggunaan telepon genggam diukur berdasarkan lama menggunakan telepon genggam yang dilihat dari fitur-fitur yang digunakan. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa intensitas responden dalam menggunakan telepon genggam tinggi. Sebagian besar respon dengan menggunakan telepon genggam diatas 10 jam 30 menit sehari sehari dengan persentase 55 persen.

Berdasarkan intensitas penggunaan telepon genggam di atas dapat diurakan berdasarkan karakteristik individu seperti, jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, tingkap pendidikan, tingkat pendapatan. Dari uraian tersebut dapat dilihat bagaimana responden menggunakan telepon genggam.

Tabel 12. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan intensitas penggunaan telepon genggam

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin dan intensitas penggunaan telepon genggam. Hasil analisis menggunakan uji Chi Square

(47)

27

persen, sedangkan perempuan menggunakan telepon genggam dengan intensitas rendah yaitu 52 persen. Artinya dalam penggunaan telepon genggam laki-laki lebih lama dibandingkan perempuan. Hasil ini sesuai dengan data survey yang dilakukan oleh Puslitbang PPI Kominfo mengenai indikator akses dan penggunaan TIK yang menunjukkan bahwa laki-laki memiliki persentase yang tinggi dalam penggunaan telepon genggam. Penggunaan telepon yang lama karena digunakan untuk hiburan seperti bermain game ataupun menonton video.

Tabel 13. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan intensitas penggunaan telepon genggam

(48)

Tabel 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan dan intensitas penggunaan telepon genggam

Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan responden dengan pekerjaan petani/ buruh memiliki intensitas tinggi sebesar 100 persen karena memiliki banyak waktu luang setelah bekerja. Selain itu, pelajar/ mahasiswa juga memiliki intensitas yang tinggi sebesar 87,5 persen karena selain menggunakan untuk mencari tugas mereka juga aktif di dunia sosial media. Kemudian sebesar 60 persen karyawan swasta memiliki intensitas yang tinggi karena digunakan untuk pekerjaan seperti menghubungi relasi mereka, selain itu untuk membangun jaringan dan pertemanan melalui media sosial dan sebagainya. Selanjutnya ibu rumah tangga memiliki intensitas yang rendah yaitu sebesar 75 persen karena setelah menyelesaikan pekerjaan rumah ibu-ibu lebih senang mengobrol dengan tetangga meskipun mereka juga tidak lepas menggunakan telepon genggam.

Tabel 15. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan intensitas penggunaan telepon genggam

Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat penggunaan telepon genggam. Hasil analisis menggunakan uji

(49)

29

penggunaan telepon genggam, karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakain banyak pula fitur-fitur yang digunakan dalam telepon genggam dan kemampuan dalam penggunaan fitur-fitur tersebut juga lebih tinggi. Artinya semakin banyak waktu yang digunakan dalam penggunaan telepon genggam. Hasil ini sesuai dengan data survei yang dilakukan oleh Puslitbang yang menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat penggunaan telepon genggam.

Tabel 16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan dan intensitas penggunaan telepon genggam

Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa tidak hubungan antara tingkat pendapatan dan intensitas penggunaan telepon genggam. Hasil analisis menggunakan uji Rank Spearman menunjukkan P-Value 0,302 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (α = 5%). Semakin rendah pendapatan maka semakin tinggi intensitas penggunaan telepon genggam karena responden dengan pendapatan rendah adalah responden yang tidak memiliki pekerjaan seperti ibu rumah tangga dan pelajar dimana mereka memiliki banyak waktu luang untuk menggunakan telepon genggam. Namun, secara keseluruhan responden dengan pendapatan rendah hingga tinggi memiliki intensitas penggunaan telepon genggam yang tinggi.

Frekuensi Penggunaan Telepon Genggam

(50)

musik dokumen, dan lain-lain dan harus terhubung internet. Email sedikit digunakan karena orang tidak tahu manfaat dan fungsi dari email. Email hanya digunakan oleh sebagian orang khususnya orang yang berkerja kantoran, meskipun hampir semua orang sudah tahu email karena rata-rata menggunakan telepon pintar.

Namun, penggunaan telepon genggam sekarang ini telah mengalami pergeseran. Telepon genggam yang awalnya digunakan sebagai media informasi dan interaksi sekarang lebih banyak digunakan sebagai media hiburan. Media hiburan seperti musik, video, dan games membuat orang malas keluar dari rumah dan jarang berinteraksi dengan masyarakat. Apabila seseorang sudah kecanduan dengan games,

orang tersebut akan rela menghabiskan waktunya hanya untuk bermain games,

ditambah banyaknya games yang sifat berlanjut dan tidak ada tamatnya. Selain media hiburan orang juga menggunakan telepon genggam sebagai media sosial. Media sosial merupakan merupakan media untuk berinteraksi dengan orang lain dimana dapat menghubungkan dengan orang luar. Media sosial bersifat maya, selain harus terhubung dengan internet terkadang kita juga tidak tahu bagaimana karakter orang yang menjadi teman kita. Orang yang aktif dalam media sosial belum tentu aktif saat kita bertemu langsung begitu juga sebaliknya. Saat ini media sosial digunakan sebagai media ekspresi diri dan kesenangan pribadi. Munculnya media sosial membuat orang lebih senang berinteraksi melalui dunia maya selain mendapat teman baru juga dapat meluapkan isi hati.

Table 17. Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi penggunaan telepon genggam

Fitur Telepon Genggam Tidak Pernah Jarang Sering

(51)

31

Pemanfaatan Telepon Genggam

Tabel 18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemanfataan telepon genggam

Pertanyaan n %

Kepentingan sekolah 8 13,3

Kepentingan pekerjaan 48 80,0

Hiburan (games, musik video 53 88,3

Kepentingan keluarga 60 100,0

Mencari berita 54 90,0

Pergaulan/ membangun jaringan sosial 58 96,7

Berdasarkan Tabel 18 pemanfataan fasilitas telepon genggam dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana responden memanfaatkan berbagai jenis fasilitas yang terdapat pada telepon genggam untuk kepentingan sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 24) diketahui bahwa kepentingan menghubungi keluarga mempunyai nilai yang paling besar yaitu 100 persen. Hal ini menunjukkan bahwa menghubungi keluarga adalah hal yang paling penting, baik menghubungi melalui pesan singkat maupun telepon.

“Punya hp mah yang penting buat hubungin keluarga, biar tau kabar anak-anak. Anak-anak kan udah pada nikah, rumahnya jauh-jauh” (Im, perempuan, 45 tahun)

Selanjutnya sebesar 96,7 persen responden menggunakan telepon genggam untuk kepentingan pergaulan atau membangun jaringan sosial. Responden merasa menjalin komunikasi dengan teman sangat penting baik yang jarak tempat tinggalnya jauh maupun dekat. Banyak cara yang dilakukan untuk menjalin komunikasi dengan teman, baik hanya menanyakan kabar lewat pesan singkat maupun berbincang melalui telepon dengan topik tertentu. Selain itu, telepon genggam juga digunakan untuk mencari teman baru, dengan hadirnya berbagai aplikasi chatting mempermudah responden untuk mencari teman baru, biasanya mereka saling bertukar kontak kemudian mereka mulai berkenalan melalui chatting. Artinya yang utama bagi responden adalah untuk berhubungan dengan orang yang jauh, berhubungan dengan orang luar lingkunga, dan tahu dunia luar. Selanjutnya sebesar 90 persen responden menggunakan telepon genggam untuk mencari berita, berita dianggap penting bagi responden karena dengan membaca berita mereka semakin menambah pengetahuan. Banyak jenis berita yang dibaca oleh responden tidak hanya berita tentang politik ataupun tentang hukum, tetapi responden juga membaca tentang gosip selebriti, cara memasak, otomotif, musik, dan lain-lain. Selanjutnya sebesar 88,3 persen responden menggunakan telepon genggam untuk hiburan seperti games, musik, video. Menurut responden hiburan sangat bermanfaat saat mereka sedang bosan ataupun tidak ada kerjaan, seperti contohnya pada waktu senggang mereka dapat bermain games

(52)

memainkan telepon genggamnya dibandingkan mengobrol dengan orang lain. Selanjutnya sebesar 80 persen responden menggunakan telepon genggam untuk kepentingan pekerjaan. Sebagian besar responden telah memiliki pekerjaan, mulai dari yang bekerja sebagai wiraswasta sampai yang bekerja sebagai pegawai ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS). Telepon genggam digunakan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan maupun relasi kerja yang jaraknya jauh agar lebih mudah tidak bertemu secara langsung sehingga dapat mengefisienkan waktu. Selanjutnya hanya sebesar 13,3 persen responden menggunakan telepon genggam untuk kepentingan sekolah. Responden menggunakan telepon genggam untuk mencari rujukan-rujukan untuk mengerjakan tugas sekolah. dengan semakin canggihnya telepon genggam sekarang responden tidak perlu susah jika ingin mencari apapun ditambah dengan adanya internet orang mampu menjelajah kemana saja karena semua informasi yang dibutuhkan ada di internet.

Berdasarkan frekuensi penggunaan telepon genggam diatas dapat diurakan berdasarkan karakteristik individu seperti, jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, tingkap pendidikan, tingkat pendapatan. Dari uraian tersebut dapat dilihat keseringan responden menggunakan telepon genggam.

Tabel 19. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan pemanfaatan telepon genggam

(53)

33

telepon genggam untuk kepentingan diri sendiri seperti hiburan dan mencari berita, selain itu juga lebih banyak digunakan untuk berinteraksi dengan orang luar dan tahu dunia luar.

(54)

Tabel 21. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan dan

(55)

35

telepon genggam pada setiap jenis pekerjaan tergolong tinggi, khususnya pemanfaatan untuk kepentingan keluarga dan pergaulan.

Tabel 22. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan pemanfaatan telepon genggam

Gambar

Gambar 1 Kerangka analisis tingkat penggunaan telepon genggam dan kohesi sosial pada masyarakat
Tabel 3. Jumlah sebaran penduduk menurut tingkat usia di Kelurahan Mulyaharja tahun 2015 (orang)
Tabel 5. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur
Tabel 7. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini memiliki tujuan melatih para guru SD di kecamatan Ngantang agar memiliki wawasan dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang kontekstual, sehingga

Fokus penelitian ini adalah pada komunikasi bapak dan ibu terhadap anak dalam pendidikan Islam dalam perspektif al-Qur'a &gt; n, yang mana menjelaskan komunikasi seorang

Ada beberapa cara dalam pengangkatan seseorang menjadi Abdi Dalem yaitu dengan rekomendasi dari orang tua, maksudnya adalah seseorang yang orang tuanya telah

Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa koordinasi yang dilakukan dalam penanganan tindak kejahatan geng motor yang sering terjadi di

[r]

The financial variables used in this study are: capital (capital/total performing assets,.. equity to total loan); asset quality (total loan/total assets, NPL to

Tesis berjudul “KAJIAN KINERJA PERANSERTA PETANI PEMAKAI AIR DALAM UPAYA PENINGKATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI NOKAN RAMA AGUNG KABUPATEN BENGKULU UTARA ”

Pada skenario sibling miss, trafik ke internet diperlukan untuk mengirimkan pesan ICP ke koordinator untuk mencari objek pada sibling web cache, dan request HTTP dari koordinator