• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Fisik Dan Kekuatan Geser Tanah Lahan Budidaya Monokultur Pada Latosol Sindangbarang Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Fisik Dan Kekuatan Geser Tanah Lahan Budidaya Monokultur Pada Latosol Sindangbarang Bogor"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK FISIK DAN KEKUATAN GESER TANAH LAHAN

BUDIDAYA MONOKULTUR PADA LATOSOL SINDANGBARANG

BOGOR

SITI SHOLICHAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Fisik dan Kekuatan Geser Tanah Lahan Budidaya Monokultur pada Latosol Sindangbarang Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016 Siti Sholichah NIM A1411007

(4)
(5)

ABSTRAK

SITI SHOLICHAH. Karakteristik Fisik dan Kekuatan Geser Tanah Lahan Budidaya Monokultur pada Latosol Sindangbarang Bogor. Dibimbing oleh WAHYU PURWAKUSUMA dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.

Kekuatan geser tanah merupakan kemampuan tanah untuk menahan beban tanpa mengalami kerusakan baik berupa pecahan, runtuhan, maupun pemisahan. Kekuatan geser tanah dipengaruhi oleh gaya yang bekerja pada butiran-butiran, meliputi bagian yang bersifat kohesif dan bagian yang bergesekan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kekuatan geser tanah dan faktor yang mempengaruhinya di beberapa penggunaan lahan budidaya monokultur ( kebun buah naga, kebun buah jeruk, kebun buah jambu, dan semak belukar) pada Latosol Sindangbarang. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik fisik tanah pada keempat penggunaan lahan berbeda-beda, hal tersebut berkaitan dengan pengolahan tanah pada setiap penggunaan lahannya. Tekstur tanah pada keempat penggunaan lahan yakni bertekstur klei dengan kandungan klei lebih dari 50 % dan bersifat kohesif. Kandungan klei menyatakan plastisitas dan kohesifitas tanah. Dengan adanya kohesifitas tersebut maka bagian-bagian penyusun tanah akan saling berikatan dan melekat satu sama lain. Penggunaan lahan budidaya kebun buah naga memiliki rataan kekuatan geser tanah 0.774 kg/cm2, selanjutnya kebun buah jambu 0.739 kg/cm2, semak belukar 0.728 kg/cm2, dan kebun buah jeruk 0.716 kg/cm2. Hasil uji Duncan dengan taraf 5% terhadap pengukuran kekuatan geser tanah pada keempat penggunaan lahan menunjukkan bahwa kekuatan geser tanah kebun buah naga tidak berbeda nyata dengan kebun buah jambu, akan tetapi berbeda nyata terhadap kekuatan geser kebun buah jeruk dan semak belukar. Hal tersebut berkaitan dengan beberapa karakteristik fisik tanah pada setiap penggunaan lahan yaitu kandungan klei, indeks plastisitas tanah, dan bobot isi.

(6)
(7)

ABSTRACT

SITI SHOLICHAH. Physical Characteristics and Soil Shear Strength on Monoculture Cultivation on Latosol Sindangbarang Bogor. Supervised by WAHYU PURWAKUSUMA and DWI PUTRO TEJO BASKORO.

Soil shear strength is the ability of soil to bear a burden without failure into fragments, debris, or separation. Soil shear strength is influenced by forcing action on soil grains, covering the cohesive and friction part. This study aims to evaluate soil shear strength and it affecting factors on various land uses (dragon fruit, citrus, guava, and shrubs) on Latosol Sindangbarang. The result showed different soil physical characteristics at the four different land uses due to different land management. Soil texture of the four land uses is clay with clay content more than 50% and cohesive. The content of clay explains plasticity and the cohesiveness of the soil. Soil cohesiveness expresses the compiling of soil part, linked together and attached to each other. Dragon fruit land has the highest average soil shear strength with the value of 0.774 kg/cm2, followed by guava land 0.739 kg/cm2, shrubs 0.728 kg/cm2, and citrus land 0.716 kg/cm2. The result of Duncan test at 5% level of confidents showed that soil shear strength of dragon fruit land is not significantly different from that of guava land, but is significantly different from those of citrus land and shrubs. The different of soil shear strength is related to differences on several soil physical characteristics such as clay content, soil plasticity index, and bulk density.

(8)
(9)

KARAKTERISTIK FISIK DAN KEKUATAN GESER TANAH LAHAN

BUDIDAYA MONOKULTUR PADA LATOSOL SINDANGBARANG

BOGOR

SITI SHOLICHAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Karakteristik Fisik dan Kekuatan geser Tanah Lahan Budidaya Monokultur pada Latosol Sindangbarang Bogor. Skripsi ini merupakan tugas akhir program sarjana pertanian (S1) di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu, mbak Fiky, mas Azis, Rendra, almarhum bapak dan keluarga semua yang tak pernah henti memberikan kasih sayang, semangat, doa dan motivasi kepada penulis;

2. Ir Wahyu Purwakusuma MSc dan Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro MSc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, bantuan, nasihat dan motivasi;

3. Dr Ir Latief M Rachman MSc, MBA sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, dan saran;

4. Ressa Yasmine Herlambang dan Faniyosi Nafisah atas kerja sama, bantuan dan pengertiannya selama penelitian bersama penulis;

5. Bapak Deden dan segenap keluarga SABISA Farm atas bantuannya kepada penulis selama penelitian;

6. Staf Laboratorium Konservasi Tanah dan Air dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah atas bantuannya kepada penulis;

7. Dieni, Meli, Nia, Rara, Vini R, Albertus, Deni, Diendra, Frans, dan seluruh teman-teman SOILER 48 yang selalu memberikan bantuan, semangat dan keceriaan;

8. Sahabat tercinta Arief, Destria, Ari Nurya, Sumiyati, Rois, Putu, Purdani, dan Galan yang selalu memberikan semangat dan doanya; 9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat ditulis

satu-persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.

Bogor, Maret 2016

(14)
(15)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE PENELITIAN 2

Tempat dan Waktu 2

Alat dan Bahan Penelitian 2

Metode Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4

Sifat-sifat Fisik Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan 7 Kekuatan Geser Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(16)

DAFTAR TABEL

1. Parameter pengamatan dan metode analisis 3

2. Klasifikasi nilai indeks plastisitas menurut Hardiyatmo (1992) 3

3. Tekstur pada berbagai penggunaan lahan 7

4. Bahan organik tanah pada berbagai penggunaan lahan 8

5. Bobot isi dan porositas total pada berbagai penggunaan lahan 9

6. Kemantapan agregat tanah pada berbagai penggunaan lahan 10

7. Disrtibusi ukuran pori rataan pada berbagai penggunaan lahan 11

8. Indeks plastisitas tanah pada berbagai penggunaan lahan 12

9. Kekuatan geser tanah pada berbagai penggunaan lahan 14

DAFTAR GAMBAR

1. Peta lokasi penelitian 2

2. Alat vane shear strenght 4

3. Lahan budidaya buah naga 5

4. Lahan budidaya buah jeruk 6

5. Lahan budidaya buah jambu 6

6. Lahan semak belukar

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap kandungan klei 21 2. Lampiran 2 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap bahan organik 21

3. Lampiran 3 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap bobot isi 21

4. Lampiran 4 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap porositas total 21

5. Lampiran 5 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap indeks stabilitas agregat 22

6. Lampiran 6 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap ruang pori pemegang air 22

7. Lampiran 7 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap ruang pori drainase 22

8. Lampiran 8 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap ruang pori air tersedia 22

9. Lampiran 9 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap jangka olah tanah 23

10.Lampiran 10 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap indeks plastisitas tanah 23

11.Lampiran 11 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap kekuatan geser tanah 23

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah sangat berperan penting dalam kehidupan, khususnya dibidang pertanian. Sebagai tempat tumbuh tanaman, tanah harus mampu menopang tanaman agar tegak dan kokoh. Sedangkan sebagai penyedia nutrisi, tanah harus mampu mengikat dan mendistribusikan air, udara, dan unsur hara untuk tanaman. Kondisi tersebut tercapai pada tanah yang cukup kuat dan cukup gembur atau memiliki struktur remah. Beberapa faktor pertumbuhan tanaman sangat penting diperhatikan, diantaranya faktor tanah, faktor tanaman, faktor iklim, dan faktor tindakan budidaya yang dilakukan. Setiap lahan pertanian mempunyai pengolahan tanah yang berbeda-beda. Pengolahan tanah lahan pertanian akan menghasilkan hubungan timbal balik antara tanah, dalam hal ini sifat fisik dan mekanik tanah dengan alat dan mesin pertanian. Karakteristik tanah yang menonjol diantaranya permeabilitas (ketertembusan), pemampatan (konsolidasi), dan kekuatan geser yang dipengaruhi oleh tekstur dan bobot isi tanah. Pengaplikasian alat dan mesin pertanian dalam pengolahan tanah dapat mengakibatkan pemadatan tanah. Pemadatan ini akan berpengaruh terhadap proses budidaya yang selanjutnya dapat mempengaruhi produktivitas tanaman.

Kekuatan geser tanah merupakan kemampuan tanah untuk menahan beban tanpa mengalami kerusakan baik berupa pecahan, runtuhan, maupun pemisahan. Kekuatan geser tanah ini dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja, meliputi bagian yang bersifat kohesi dan bagian yang bergesekan. Kekuatan geser akan berpengaruh terhadap cara pengolahan tanah. Dengan diketahuinya karakteristik tanah maka pengolahan tanah dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Setiap penggunaan lahan budidaya monokultur mempunyai cara pengolahan tanah dan perawatan masing-masing, sehingga dapat mempengaruhi karakteristik fisik tanah. Pengolahan lahan pertanian akan menghasilkan hubungan timbal balik dengan tanah, dalam hal sifat fisik dan kekuatan geser tanah.

Permasalahan teknis yang kerap ditemui dilapang adalah terjadinya pemadatan tanah akibat penggunaan peralatan mekanis saat pengolahan tanah, sehingga dapat meningkatkan bulk density tanah serta berkurangnya kadar air dan porositas tanah yang dapat berpengaruh terhadap budidaya tanaman. Lahan budidaya monokultur: kebun buah naga, kebun buah jeruk, kebun buah jambu, dan semak belukar mempunyai pengolahan tanah dan perawatan masing-masing, sehingga dapat mempengaruhi karakteristik fisik tanah. Dengan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian di areal penggunaan lahan tersebut dengan melakukan pengujian sifat fisik dan kekuatan geser tanah pada keempat penggunaan lahan tersebut.

Tujuan Penelitian

(18)

2

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2015. Pengukuran lapang dilaksanakan di kebun percobaan University Farm Sindangbarang IPB, Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Bogor (Gambar 1) pada lahan kebun buah jambu, kebun buah jeruk, kebun buah jambu, dan semak belukar. Analisis sifat fisik contoh tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan selama penelitian adalah contoh tanah terganggu, contoh tanah agregat utuh, aquades, air AC, HCl, Ferroin 0.025 M, Natrium Pirophosphat, H2O2, FeSO4 0.5 N, K2CR2O7 1N dan H2SO4. Alat yang digunakan yaitu Pocket Shearmeter CL 600A, kamera, gunting, label, kantong plastik, karung, cangkul, kaleng, oven, cawan alumunium, pressure plate apparatus, Pressure Membrane Apparatus, alumunium foil, thermometer, piknometer, ayakan basah dan ayakan kering, kompor, panci, buret, pipet volumetrik, double ring infiltrometer, gayung, ember, stopwatch, penggaris, alat tulis, kalkulator, dan seperangkat komputer.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam berbagai tahap, yaitu : penentuan lokasi, persiapan alat dan bahan, pengambilan contoh tanah, analisis laboratorium, pengukuran kekuatan geser tanah, dan pengolahan data.

Pengambilan Contoh Tanah

(19)

3

untuk mewakili ulangan. Contoh tanah diambil pada piringan tanaman dengan kedalaman 0–20cm dan 20-40cm.

Pengambilan contoh tanah terdiri dari contoh tanah terganggu untuk penetapan kadar air awal, tekstur, konsistensi tanah, bobot jenis partikel, kandungan C-organik, dan contoh tanah agregat utuh untuk penetapan bobot isi, stabilitas agregat, dan distribusi pori. Sifat tanah yang diukur adalah sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kekuatan geser tanah.

Penetapan Sifat Fisik Tanah

Pengujian beberapa sifat fisik tanah dilakukan di laboratorium konservasi tanah dan air. Adapun parameter sifat fisik yang diamati untuk pengujian kekuatan geser tanah adalah tekstur tanah, konsistensi tanah, kadar air, dan bobot isi tanah, bobot jenis partikel, kemantapan agregat, distribusi ukuran pori, dan bahan organik tanah. Berikut parameter dan metode pengukurannya :

Tabel 1 Parameter pengamatan dan metode analisis

Parameter pengamatan Metode analisis

Kekuatan geser Direct Shear Strenght

Tekstur tanah Pipet

Bobot isi Clod

Konsistensi tanah Cassagranda

Porositas total Gravimetri

Bahan organik Walkey and Black

Bobot jenis partikel Piknometer

Kemantapan agregat Pengayakan kering dan basah Distribusi ukuran pori pF (Pressure plate)

Tabel 2 Klasifikasi Nilai Indeks Plastisitas

IP (%) Sifat Tekstur Kohesi

0 Non Plastis Pasir Non Kohesif

< 7 Plastisitas rendah Liat Kohesif sebagian 7-17 Plastisitas sedang Lempung berliat Kohesif

>17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif Sumber : Hardiyatmo 1992

Pengukuran Kekuatan Geser Tanah

(20)

4

Dalam Wesley (1973) rumus perhitungan kekuatan geser tanah sebagai berikut :

Keterangan :

T = tegangan maksimum H = tinggi baling R = jari-jari baling

Gambar 2 Alat Vane Shear Strengt Test

Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran lapang dianalisis laboratorium selanjutnya diolah secara deskriptif dengan program Microsoft Excel 2007 dan selanjutnya data dianalisis sidik ragam (ANOVA) serta uji lanjut menggunakan uji Duncan. Uji Duncan digunakan untuk melihat nilai respon sifat fisik tanah yang memiliki perbedaan nyata pada taraf 5%. Software yang digunakan adalah SAS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

(21)

5

Kebun Buah Naga

Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat berdaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca. Tanaman buah naga tidak tahan dengan genangan air dan merupakan jenis tanaman memanjat. Secara morfologis tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Perakaran buah naga bersifat epifit, merambat dan menempel pada tanaman lain (Amalya dan Sobir 2013).

Lahan budidaya buah naga ini (Gambar 3) merupakan salah satu lahan budidaya di University Farm Sindangbarang IPB dengan luas lahan 0.5 ha yang mulai digunakan sejak dua tahun terakhir. Sebelum digunakan untuk budidaya buah naga, lahan tersebut merupakan lapangan sepak bola selama kurang lebih 10 tahun. Lahan budidaya buah naga berupa piringan dengan diameter satu meter pada setiap tanaman. Perawatan dilakukan setiap tiga bulan sekali dengan pemberian pupuk, pembersihan gulma di area piringan pohon naga. Pembersihan gulma dilakukan dengan menggunakan mesin babat atau koret serta pemberian herbisida. Pupuk yang digunakan diantaranya yaitu kapur, pupuk kandang berupa kotoran sapi dan sekam. Pupuk kandang diberikan tiap tiga bulan sekali di piringan pohon sebanyak 20 kg per pohon, sedangkan pupuk NPK diberikan tiap enam bulan sekali sebanyak 50 g per pohon. Pemberian pupuk diberikan dengan cara disebar dipermukaan piringan pohon. Pengolahan tanah terakhir dilakukan terakhir pada akhir bulan Maret 2015.

Gambar 3 Lahan Budidaya Buah Naga

Kebun Buah Jeruk

Tanaman buah jeruk merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan pH tanah antara 5-6 dan akan berbuah baik jika berada pada ketinggian 700 sampai 1000 mdpl . Tanaman ini memiliki batang berkayu tegak dan keras serta memiliki percabangan dan ranting dengan jumlah banyak. Tamanan ini memiliki akar tunggang dan akar serabut. Tanaman Jeruk tidak tahan terhadap naungan, dan pada daerah yang lembab serangan hama dan penyakit sukar dikendalikan (Ashari 1995).

(22)

6

sekali. Pupuk yang diberikan berupa kotoran kambing sebanyak 10 kg dan KCL.Tinggi tanaman sanga bervariasi kurang lebih dua meter. Pengolahan tanah terakhir dilakukan terakhir pada akhir bulan Januari 2015.

Gambar 4 Lahan Budidaya Buah Jeruk

Kebun Buah Jambu

Tanaman buah jambu merupakan tanaman yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang mencekam, misalnya kekeringan, lahan berbatu, dan pH rendah. Di daerah tropik tanaman jambu biji tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 mdpl dan hasil terbaik pada suhu 23-28 C dengan curah hujan 1000-2000 mm/tahun. Tanaman ini termasuk pendek kanopinya, percabangannya dekat tanah, dan sering tumbuh tunas liar dekat pangkal batang (Ashari 1995).

Lahan budidaya buah jambu dengan luas 1 hektar terletak disamping lahan budidaya buah jeruk di University Farm (Gambar 5). Penanaman pohon jambu dengan jarak 4x4 meter dengan piringan berdiameter 2 meter pada setiap pohon. Penggunaan lahan sebelumnya meerupakan lahan budidaya jagung dan kacang tanah. Kebun ini dikelola dengan cukup intensif yang terlihat dari pembersihan lahan dan pemberian pupuk yang dilakukan tiap satu bulan sekali, serta pemberian herbisida untuk melindungi tanaman dari gulma tiap tiga bulan sekali. Pupuk yang diberikan yaitu kotoran ayam. Pemangkasan ranting dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tunas lateral setiap umur tanaman 2 tahun. Pengolahan tanah terakhir dilakukan terakhir pada akhir bulan Januari 2015.

(23)

7

Semak Belukar

Semak belukar merupakan lahan yang tidak digunakan untuk aktivitas apapun, sehingga ditumbuhi oleh rerumputan liar. Lahan ini (Gambar 6) menjadi lahan tidur atau semak belukar semenjak tiga tahun terakhir, dimana sebelumnya lahan ini digunakan untuk budidaya talas.

Gambar 6 Lahan Semak Belukar

Sifat-sifat Fisik Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan

Tekstur

Tekstur merupakan sifat fisik tanah yang dasar. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dari berbagai golongan besaar partikel tanah dalam suatu massa tanah, teruatama perbandingan antara fraksi klei, debu dan pasir (Sarief 1985). Tekstur pada berbagai penggunaan lahan sebagai berikut pada tabel 3.

Tabel 3 Tekstur pada berbagai penggunaan lahan Lahan Kedalaman

(cm)

%pasir %debu %klei Rataan %klei

Tekstur

Kebun 0-20 15.85 25.90 58.23

56.79 a Klei naga 20-40 19.72 24.94 55.33

Kebun 0-20 14.68 32.30 53.01

54.16 a Klei jeruk 20-40 14.88 29.81 56.80

Kebun 0-20 12.26 35.36 52.37

50.42 a Klei jambu 20-40 12.07 39.45 48.47

Semak 0-20 15.07 31.38 53.55

49.92 a Klei 20-40 14.50 39.21 46.29

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata, sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan pada taraf 5%.

(24)

8

pada kebun buah jambu (50.42 %) dan terendah terdapat pada lahan semak belukar (49.92 %). Tekstur berhubungan erat dengan kekuatan geser tanah karena kandungan klei tanah mempengaruhi kohesifitas tanah. Menurut Wesley 1973, kandungan klei mempunyai kriteria penting yang mempengaruhi kekuatan geser tanah sebab klei terdiri dari butiran-butiran yang sangat kecil dan menunjukkan plastisitas dan kohesifitas tanah. Kohesifitas menunjukkan bahwa butiran tanah melekat satu sama lain, sedangkan plastisitas adalah sifat pertahanan tanpa mengalami perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk asalnya, dan tanpa terjadi retakan atau terpecah-pecah.

Bahan Organik Tanah

Bahan organik mempunyai peranan penting di dalam tanah yaitu terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Hanafiah (2007), bahan organik tanah merupakan kumpulan beragam senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi. Sumber utama bahan organik pada tanah adalah sisa-sisa tanaman berupa daun, batang, buah maupun akar. Hasil pengukuran bahan organik tanah pada berbagai penggunaan lahan disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4 Bahan organik pada berbagai penggunaan lahan

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata, sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan pada taraf 5%.

Hasil uji ragam menunjukkan bahwa keempat penggunaan lahan budidaya mempunyai kandungan bahan organik yang berbeda nyata pada taraf uji 5%. Hasil uji lanjut juga menunjukan bahwa bahan organik tanah pada kebun buah naga dengan ketiga penggunaan lahan lainnya. Kandungan bahan organik yang berbeda pada keempat lahan budidaya terkait dengan perbedaan dosis dan jenis pupuk yang digunakan. Kandungan bahan organik sangat mempengaruhi sifat fisik tanah, diantaranya bobot isi dan porositas tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik yang lebih tinggi cenderung mempunyai bobot isi rendah dan porositas tinggi. Kandungan bahan organik pada kebun buah naga memiliki nilai rataan tertinggi (4.601%), selanjutnya kebun buah jeruk (3.547%), semak belukar (2.978%) dan terendah kebun buah jambu (2.945%).

Kandungan bahan organik tanah menurun dengan bertambahnya kedalaman. Kandungan bahan organik tanah pada kedalaman 0-20 cm lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 20-40 cm. Hal tersebut dikarenakan pada kedalaman 0-20cm merupakan bagian topsoil tanah, yang merupakan daerah aktif proses pemupukan termasuk pemupukan bahan organik atau adanya penambahan bahan organik dari vegetasi diatasnya.

Lahan kebun buah naga memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga penggunaan lahan lainnya, hal tersebut

(25)

9

dikarenakan oleh adanya aplikasi pupuk kandang yang baru dilakukan dan dosis pemupukan pupuk kandang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan buah jeruk dan jambu.

Bobot Isi dan Porositas Tanah

Bobot isi tanah merupakan rasio antara massa tanah kering terhadap volume tanah (padatan dan ruang pori), sedangkan porositas total tanah merupakan bagian yang tidak terisi bahan padatan tanah tetapi terisi oleh air dan udara (Hillel 1997; Soepardi 1983; Hakim et al. 1986). Bobot isi dan porositas total tanah pada berbagai penggunaan lahan disajikan pada tabel 5.

Tabel 5 Bobot isi dan porositas total pada berbagai penggunaan lahan Penggunaan sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan pada taraf 5%.

Berdasarkan uji ragam terhadap bobot isi dan porositas tanah pada keempat penggunaan lahan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Meskipun demikian lahan kebun buah jeruk memiliki rataan bobot isi cenderung lebih tinggi (1.098 g/cm3), selanjutnya kebun buah naga (1.087 g/cm3), semak belukar (1.037 g/cm3) dan terendah kebun buah jambu (1.027 g/cm3). Hal ini dikarenakan pengolahan yang dilakukan pada lahan buah jeruk lebih intensif dibandingkan dengan pada ketiga penggunaan lahan lainnya. Selain hal tersebut, lahan kebun buah jeruk sebelumnya digunakan untuk lahan budidaya jagung dan kacang dengan pengolahan tanah yang intensif. Perlakuan pengolahan yang dilakukan terus menerus dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah sehingga meningkatkan bobot isi tanah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arsyad (2010), bahwa pengaruh pengolahan tanah hanya bersifat sementara menggemburkan tanah, selanjutnya akan terjadi erosi dan penyumbatan pori-pori oleh partikel tanah yang hancur akibat pengolahan tanah yang kurang sesuai. Penyumbatan pori inilah yang membuat tanah menjadi lebih padat sehingga bobot isi meningkat.

(26)

10

keempat penggunaan lahan tersebut tidak berbeda nyata. Pada kedalaman 20-40 cm menunjukkan bahwa bobot isi lahan budidaya buah jeruk tidak berbeda nyata terhadap lahan budidaya buah naga dan semak belukar serta berbeda nyata terhadap bobot isi lahan budidaya buah jambu. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan tanah lahan budidaya buah jeruk yang lebih intensif berpengaruh nyata terhadap bobot isi pada kedalaman 20-40 cm.

Bobot isi tanah memiliki keterkaitan dengan porositas total tanah. Porositas total adalah volume seluruh pori dalam suatu volume tanah utuh yang dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi bobot isi tanah maka porositas total tanah menjadi rendah. Lahan kebun buah jambu kristal memiliki rataan porositas yang paling tinggi (61.312%), selanjutnya semak belukar (60.908%), kebun buah naga (59.065%) dan terendah kebun buah jeruk (58.552%). Rendahnya bobot isi dan tingginya porositas tanah lahan budidaya buah jambu menunjukkan bahwa lahan tersebut dalam kondisi cenderung lebih poros tanahnya dibandingkan ketiga lahan budidaya lainnya. Menurut Buckman dan Brady (1980) dalam Endriani (2010), proporsi volume pori yang ideal adalah sekitar 50%. Dengan demikian, porositas total yang dimiliki oleh keempat penggunaan lahan dapat dikatakan ideal.

Kemantapan Agregat

Kemantapan agregat merupakan ketahanan agregat tanah melawan daya dispersi dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Kemantapan agregat dinyatakan sebagai indeks stabilitas agregat yang merupakan selisih antara rata-rata bobot diameter agregat tanah pada pengayakan kering dengan rata-rata bobot diameter pada pengayakan basah (Sitorus et al. 1983). Menurut Baskoro dan Henry (2005), kemantapan agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis dan kandungan klei, struktur tanah, bahan organik, serta jenis dan kation yang yang dijerap. Nilai indeks stabilitas agregat tanah pada keempat penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Indeks stabilitas agregat pada berbagai penggunaan lahan Penggunaan lahan Kedalaman (cm) ISA (%) Rataan

Kebun naga 0-20 482.147 483.770 a

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata, sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan pada taraf 5%.

(27)

11

(397.440%), dan terendah kebun buah jeruk (352.440%). Indeks stabilitas agregat kebun buah naga lebih tinggi dibandingkan ketiga penggunaan lahan lainnya, hal tersebut dikarenakan kandungan klei dan bahan organik pada lahan ini tinggi (tabel 2 dan tabel 6). Bahan organik dan klei merupakan bahan yang berfungsi sebagai agen penyemen dan pengikat antar partikel. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh Baver et al. (1972) dalam Raja (2009), bahwa bahan organik dan kandungan klei dalam tanah berfungsi sebagai agen penyemen dalam bentuk selaput liat yang menyelimuti agregat sehingga agregat menjadi lebih stabil.

Nilai indeks stabilitas agregat tanah kedalaman 0-20 cm lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 20-40 cm. Hal tersebut dikarenakan kandungan bahan organik dan kandungan klei pada kedalaman 0-20 cm lebih tinggi (tabel 3 dan tabel 4).

Distribusi Ukuran Pori

Pori tanah merupakan bagian tanah yang tidak terisi bahan padatan tanah. pori-pori tanah terbentuk dari oleh susunan agregat tanah akibat aktivitas akar dan aktivitas organisme tanah. Distribusi ukuran pori menunjukkan persentase sebaran ukuran pori yang didasarkan pada persen volume udara tanah pada berbagai nilai kurva pF, sedangkan porositas dihitung berdasarkan penetapan bobot isi dan bobot jenis partikel (Hillel 1971). Distribusi ukuran pori keempat penggunaan lahan disajikan paada tabel 7.

Tabel 7 Distribusi ukuran pori pada berbagai penggunaan lahan Lahan kedalaman RP Pemegang

Air menurut uji duncan pada taraf 5%.

(28)

12

terdapat pada penggunaan lahan budidaya buah jambu. Hal ini dikarenakan perakaran vegetasi dari pohon jambu yang tumbuh. Umur tanaman, jenis akar, dan perakaran pohon buah jambu yang lebih luas membuat pori-pori yang terbentuk lebih banyak. Selain itu, tingginya porositas total dan stabilitas agregat yang tinggi serta bobot isi yang lebih rendah dibandingkan lahan kebun buah naga, kebun buah jeruk, dan semak belukar (Tabel 5) menghasilkan agregasi yang lebih baik.

Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah dipandang sebagai kombinasi sifat yang dipengaruhi oleh kekuatan mengikat antara butir-butir tanah (Harry, 1982). Pengamatan pada konsistensi tanah meliputi pengamatan terhadap kadar air batas plastis, kadar air batas lekat, kadar air batas cair, jangka olah tanah, dan Indeks Plastisitas (IP) tanah. Indeks plastisitas tanah merupakan angka Atterberg yaitu selisih antara batas plastis dan batas cair, serta jangka olah tanah merupakan selisih antara batas plastis dan batas lekat. Konsistensi dalam pertanian dapat digunakan sebagai parameter mudah-tidaknya tanah untuk diolah. Hasil pengamatan terhadap parameter konsistensi tanah tersaji dalam tabel 8.

Tabel 8 Indeks Plastisitas Tanah berbagai penggunaan Lahan

Lahan Kedalaman Batas

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata, sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan pada taraf 5%.

(29)

13

organik tanah menurun dengan bertambahnya kedalaman pada semua penggunaan lahan, sehingga jangka olah dan indeks plastisitas tanah pada kedalaman 0-20 cm lebih tinggi dibandingkan kedalaman 20-40 cm. Secara umum tingginya kandungan bahan organik didalam tanah akan meningkatkan batas cair tanah, karena bahan organik tanah memantapkan struktur agregat tanah sehingga kapasitas menahan air bertambah.

Jangka olah tanah merupakan selang kadar air tanah dalam keadaan tanah aman untuk dilakukan pengolahan tanah. Hal tersebut dikarenakan apabila kadar air tanah dibawah batas plastis maka tanah akan sulit untuk dilakukan pengolahan tanah, sedangkan apabila kadar air tanah melebihi batas atas jangka olah maupun batas atas indeks plastisitas tanah maka akan lebih beresiko terjadi pelumpuran. Kohesifitas tanah digolongkan dalam dua jenis yaitu tanah kohesif dan tanah tidak kohesif. Nilai indeks plastisitas tanah lahan budidaya buah jeruk, lahan budidaya buah jambu, dan semak belukar berkisar antara 7-17 % sedangkan nilai indeks plastisitas lahan budidaya buah naga lebih dari 17 %. Nilai indeks plastisitas tanah menunjukkan derajat keteguhan tanah, yaitu derajat hubungan antara bagian-bagian tanah. Semakin tinggi nilai plastisitas tanah maka semakin berat tanah atau semakin tinggi kandungan kleinya. Berdasarkan klasifikasi indeks plastisitas pada berbagai penggunaan lahan tersebut menunjukkan bahwa tanah pada lahan budidaya buah jeruk, buah jambu dan semak belukar mempunyai plastisitas sedang dan kohesif sedangkan tanah pada lahan budidaya buah naga mempunyai plastisitas tinggi dan kohesif. Indeks plastisitas ini sangat dipengaruhi oleh kandungan klei tanah. Tanah pada penggunaan lahan kebun buah naga memiliki kohesifitas yang tinggi dimana kandungan klei tanah di kedalaman 0-20 cm tinggi yaitu 58.23%. Kohesifitas tanah tergantung pada jenis tanah dan kepadatan butirannya dimana semakin tinggi kepadatan tanah (tabel 5) pada tanah yang sama maka kohesifitasnya akan semakin tinggi.

Kekuatan Geser Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan

Kekuatan geser tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan beban tanpa mengalami kerusakan, baik berupa perpecahan, perpisahan ataupun aliran. Secara kuantitatif kekuatan tanah dapat didefinisikan sebagai tegangan maksimal yang dapat diberikan kepada tanah tertentu tanpa menyebabkan kerusakan pada tanah tersebut (Hillel 1980). Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut persatuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah (Braja M. Das 1985). Kekuatan tanah tergantung pada gaya-gaya yang bekerja diantara butir-butirnya (Wesley 1973). Faktor yang mempengaruhi pengukuran kekuatan geser di lapangan yaitu keadaan tanah (angka pori, ukuran, dan bentuk butiran), jenis tanah, kadar air tanah, jenis beban dan tingkatannya, serta kondisi anisotropis.

Menurut Hardiyatmo (1992), bila tanah mengalami pembebanan akan ditahan oleh:

a. Kohesifitas tanah yang tergantung pada jenis tanah dan kepadatan tanah. b. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan

(30)

14

Kemampuan tanah untuk menahan tekanan tanpa terjadi keruntuhan ditentukan melalui kekuatan geser. Parameter yang ada pada kekuatan geser ini meliputi kohesifitas tanah dan bagian yang bergesekan. Hasil pengujian kekuatan geser tanah pada keempat penggunaan lahan budidaya tersaji pada tabel 9.

Tabel 9 Kekuatan geser pada berbagai penggunaan lahan

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata, sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan pada taraf 5%.

Hasil uji ragam terhadap kekuatan geser tanah pada keempat lahan budidaya menunjukkan bahwa kebun buah naga berbeda nyata terhadap kebun buah jeruk dan semakbelukar. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan lahan mempengaruhi nilai kekuatan geser tanah, dimana penggunaan lahan berkaitan dengan pengolahan tanah dan karakteristik fisik tanah. Tanah mengalami keruntuhan saat tegangan geser pada bidang sudah sama dengan kekuatan yang ada, dimana tidak ada tegangan tambahan yang dibutuhkan untuk menyebabkan keruntuhan sehingga tidak terjadi perubahan pada tekanan air pori (Weshley 1985). Penggunaan lahan budidaya kebun buah naga memiliki rataan kekuatan geser tanah cenderung lebih tinggi (0.774 kg/cm2), selanjutnya kebun buah jambu ((0.739 kg/cm2), semak (0.728 kg/cm2), dan terendah kebun buah jeruk (0.716 kg/cm2). Faktor yang menyebabkan penggunaan lahan berpengaruh terhadap kekuatan geser tanah ialah faktor pengolahan tanah yang dilakukan pada keempat penggunaan lahan berbeda-beda sehingga mempengaruhi karakteristik fisik tanah. Kekuatan geser tanah dipengaruhi oleh beberapa sifat fisik tanah diantaranya kandungan bahan organik tanah, bobot isi tanah, stabilitas agregat tanah, dan indeks platisitas tanah. Kekuatan geser tanah lahan budidaya buah naga cenderung lebih tinggi dibandingkan ketiga penggunaan lahan budidaya lainnya dikarenakan tingginya bahan organik, agregat yang stabil, dan kandungan klei yang menunjukkan tanah semakin kohesif dan plastis. Sedangkan tingginya kekuatan geser tanah lahan budidaya buah jeruk pada dikarenakan terjadinya pemadatan tanah akibat pengolahan tanah yang intensif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Holmes J.W dan Marshall T.J (1988), bahwa kekuatan geser tanah cenderung meningkat dengan meningkatnya bobot isi tanah.

Kekuatan geser tanah cenderung lebih tinggi pada kedalaman 0-20 cm dibandingkan kedalaman 240 cm. Hal tersebut dikarenakan pada kedalaman 0-20 cm merupakan kedalaman pengolahan tanah yang dilakukan pada setiap lahan budidaya.

(31)

15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pengolahan tanah yang dilakukan pada setiap penggunaan lahan budidaya monokultur buah naga, buah jeruk, buah jambu, dan semak belukar berpengaruh terhadap karakteristik fisik tanah dan kekuatan geser tanah. 2. Kekuatan geser tanah pada penggunaan lahan budidaya monokultur di

kedalaman 0-20 cm dari yang tertinggi hingga terendah secara berturut-turut pada lahan buah naga, buah jambu, semak, dan lahan buah jeruk sedangkan di kedalaman 20-40 cm dari yang tertinggi hingga terendah secara berturut-turut pada lahan buah jeruk, semak, lahan buah naga dan lahan buah jambu. 3. Nilai kekuatan geser lahan budidaya buah naga lebih tinggi dibandingkan

ketiga penggunaan lahan lainnya, karena tingginya kandungan klei dan plastisitas tanah.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait pengukuran kekuatan geser tanah lahan budidaya monokultur dengan jenis tanah yang berbeda dan membandingkan uji kekuatan geser tanah dilapangan dengan uji kekuatan geser tanah di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Amalya M dan Sobir. 2013. 20 Tanaman Buah Koleksi Eksklusif. Depok: Penebar swadaya.

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press. Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura. Jakarta : UI Press

Baskoro, D.P. Tejo dan Henry D. Manurung. 2005. Pengaruh Metode Pengukuran dan Waktu Pengayakan Basah Terhadap Nilai Indeks Stabilitas Agregat Tanah. Jurnal of Soil and Environment Vol 7 No.2: 54-57

Cahyani, S S. 2003. Pengaruh Pemberian Bokashi terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Tanah serta Pertumbuhan Tanaman Pak Choi (Brassica chinensis L.). Bogor (ID): Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Baver LD Gardner Wh, Gardner WR. 1972. Soil Physics. Canada: John Wiley & Sons.

Buckman Harry O, Brady Nyle C. 1980. Ilmu Tanah. Bharat Karya Aksara. Jakarta.

Damanik P. 2007. Perubahan Kepadatan Tanah dan Produksi Tanaman Kacang Tanah Akibat Intensitas Lintasan Traktor dan Dosis Bokashi. Bogor (ID): Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Endriani. 2010. Sifat Fisika dan Kadar Air Tanah Akibat Penerapan Olah Tanah Konservasi. Jurnal Hidrolitan Vol 1:1 hal 26-34.

Hanafiah, K A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(32)

16

Harjanto, T. 2003. Hubungan Antara Tingkat Pemadatan Tanah dengan Kuat Geser Tanah pada Tanah Latosol Darmaga Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hillel D. 1997. Pengantar Fisika Tanah. Susanto R H, Purnomo R H, penerjemah. Hillel D.1980. Fundamental of Soil Physic. Academic Press New York –London. Kohnke, H. 1968. Soil Physics. New York (USA): McGraw-Hill Inc.

Kohnke, H. 1986. Soil Physics. Tata Mc Graw Hill Rubl Co.Ltd, New Delhi. Marshall, T.J. dan J.W. Holmes. 1988. Soil Physic. Cambridge University Press.

Cambridge, England.

Rachim DA dan Suwardi. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Bogor (ID): Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rachim DA dan Arifin. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Pustaka reka cipta: Bandung.

Raja C P. 2009. Hantaran Hidrolik Jenuh dan Kaitannya dengan Beberapa Sifat Fisika Tanah pada Tegalan dan Hutan Bambu. Bogor (ID): Skrpsi. Institut Pertanian Bogor.

Sarief E.S. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: C.V. Pustaka Buana. Septianugraha R dan Suriadikusumah A. 2014. Pengaruh Penggunaan Lahan Dan

Kemiringan Lereng Terhadap C-Organik dan Permeabilitas Tanah di SUB DAS Cisangkuy Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung. Agrin Vol.18, No.2.

Sitorus SRP, Haridjaja O, dan Brata KR. 1981. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Bogor (ID): Departemen Ilmu-Ilmu Tanah, Faperta IPB.

(33)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap kandungan klei

Sumber

Lampiran 2 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap bobot isi

Sumber Penggunaan lahan 3 0,0229125 0,007638 1,47 0,2612

Kedalaman 1 0,0030375 0,003038 0,58 0,4562

Interaksi 3 0,0297125 0,009904 1,9 0,1701

Galat 16 0,08333333 0,005208

Total 23 0,13899583

Lampiran 3 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap porositas total

Sumber

Lampiran 4 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap bahan organik

Sumber Penggunaan lahan 3 10,7683458 3,589449 6,31 0,005*

Kedalaman 1 7,65010417 7,650104 13,45 0,0021* Interaksi 3 1,15814583 0,386049 0,68 0,5777*

Galat 16 9,1004 0,568775

Total 23 28,6769958

(34)

18

Lampiran 5 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap stabilitas agregat

Sumber Penggunaan lahan 3 54778,2151 18259,41 2,69 0,0811

Kedalaman 1 97759,4762 97759,48 14,41 0,0016* Interaksi 3 52787,8104 17595,94 2,59 0,0886

Galat 16 108564,227 6785,264

Total 23 313889,729

Keterangan : tanda * menunjukkan berbeda nyata (signifikan)

Lampiran 6 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap Ruang Pori Pemegang air (RPPA)

Sumber

Lampiran 7 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap Ruang Pori Drainase (RPD)

Sumber Penggunaan lahan 3 104,66776 34,88925 1,49 0,2544

Kedalaman 1 4,13257 4,13257 0,18 0,6797

Interaksi 3 57,3977841 19,13259 0,82 0,5024 Galat 16 373,9640413 23,37275

Total 23 540,162151

Lampiran 8 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap Ruang Pori Air Tersedia (RPAT)

(35)

19

Lampiran 9 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap Jangka Olah Tanah

Sumber

Lampiran 10 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap Indeks Plastisitas Tanah

Sumber Penggunaan lahan 3 251,25681 83,75227 24,89 <0,0001*

Kedalaman 1 2,1696107 2,169611 0,64 0,4337

Interaksi 3 1,578241 0,52608 0,16 0,924

Galat 16 53,8304493 3,364403

Total 23 308,835112

Keterangan : tanda * menunjukkan berbeda nyata (signifikan)

Lampiran 11 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada taraf 0.05 terhadap kekuatan geser tanah

Sumber Interaksi 3 0,09796746 0,032656 30,25 <0,0001*

Galat 16 0,01727533 0,00108

Total 23 0,15416296

(36)

20

Lampiran 12 Kadar Air Tanah Pengukuran Kekuatan Geser Tanah Lahan Kedalaman titik

KA (%b/b)

Kekuatan Geser (kg/cm2)

Kebun Naga 0-20 1 47,915 0,819

2 45,784 0,819

3 49,671 0,819

20-40 1 56,927 0,751

2 47,814 0,751

3 52,813 0,683

Kebun Jeruk 0-20 1 36,709 0,614

2 36,364 0,614

3 40,870 0,614

20-40 1 41,734 0,805

2 43,141 0,764

3 48,774 0,887

Kebun Jambu 0-20 1 34,293 0,751

2 37,054 0,751

3 41,616 0,751

20-40 1 41,406 0,683

2 47,547 0,751

3 44,538 0,751

0-20 1 31,266 0,683

2 32,735 0,614

Semak belukar 3 30,348 0,614

20-40 1 33,592 0,819

2 36,153 0,819

(37)

21

RIWAYAT HIDUP

Siti Sholichah. Penulis lahir pada 29 November 1992 di Tanjungsari, Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dari pasangan Slamet Raharjo dan Fatimah yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan formal SDN 1 gumukrejo, Boyolali (1999-2005). Penulis menyelesaikan tingkat pendidikan lanjutan di SMPN 1 Banyudono, Boyolali (2005-2008) dan SMAN 1 Simo, Boyolali (2008-2011). Sejak tahun 2011, penulis memasuki program Strata-1 dengan program studi Manajemen Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 Lokasi Penelitian
Gambar 2 Alat Vane Shear Strengt Test
Gambar 3 Lahan Budidaya Buah Naga
Gambar 5 Lahan Budidaya Buah Jambu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara.. Dalam penulisan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Penggunaan Dan Penerapan Metode Self Compacting Concrete (SCC) Pada Beton Mutu Normal, pengaruh yang ditimbulkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan menulis puisi siswa dari siklus I ke siklus II.. Hal

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam kegiatan mengamati pada proses pembelajaran dengan

Sementara ini pendekatan legal formal dengan pemberlakuan un- dang-undang ITE dan penerapannya secara tegas, sedikit banyak telah membantu meredakan potensi kemunculan fenomena

Kondisi lalu lintas yang dimaksud adalah kepadatan arus lalu lintas yang terjadi yang disebabkan oleh banyaknya volume kendaraan sehingga perlu adanya sebuah

[r]

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda,. tanda syaddah atau tanda tasydid, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut