• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Perubahan Cuaca Terhadap Produktivitas Dan Pendapatan Nelayan Cantrang Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp) Asemdoyong, Pemalang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Perubahan Cuaca Terhadap Produktivitas Dan Pendapatan Nelayan Cantrang Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp) Asemdoyong, Pemalang"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERUBAHAN CUACA TERHADAP PRODUKTIVITAS

DAN PENDAPATAN NELAYAN CANTRANG DI PELABUHAN

PERIKANAN PANTAI (PPP) ASEMDOYONG, PEMALANG

PRAHESTI WIDYA ARI NUGRAHENI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Dampak Perubahan Cuaca terhadap Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRAK

PRAHESTI WIDYA ARI NUGRAHENI. Dampak Perubahan Cuaca Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang. Dibimbing oleh PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM dan DOMU SIMBOLON.

Masyarakat sekitar PPP Asemdoyong sebagian besar menggantungkan penghidupannya pada sumberdaya pesisir dan laut yang mempunyai resiko tinggi bila cuaca buruk terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang digunakan adalah data produksi hasil tangkapan, arah dan kecepatan mata angin, temperatur dan curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2009-2013 arah angin cenderung ke arah Barat Daya pada musim barat dan musim peralihan 1 sedangkan pada musim timur dan musim peralihan 2 ke arah Selatan. Kecepatan angin tertinggi terjadi pada musim peralihan 2 dan terendah pada musim peralihan 1. Temperatur udara tertinggi terjadi pada musim peralihan 2 dan terendah pada saat musim barat. Curah hujan tertinggi terjadi pada musim barat dan terendah pada musim peralihan 2. Apabila kegiatan penangkapan menggunakan cantrang tidak memberikan jaminan ekonomi bagi nelayan, maka opsi-opsi yang tersedia akan dimanfaatkan untuk mempertahankan kelangsngan hidup.

Kata kunci: angin, cantrang, cara adaptasi nelayan, curah hujan, temperatur, dan PPP Asemdoyong

ABSTRACT

PRAHESTI WIDYA ARI NUGRAHENI. Impact of Weather Changes on Productivity and Income of Cantrang Fishers in Asemdoyong Coastal Fishing Port (PPP) Pemalang. Supervised by PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM and DOMU SIMBOLON.

Communities in around of Asemdoyong Coastal Fishing Port largely depends on coastal and marine resources for their livelihood. The activities would has a high risk, if the weather bad. The research used survey method, which is utilized production catches data, direction and speed of wind data, temperature data and precipitation data. The results showed that the wind direction inclined toward the Southwest in the west monsoon and one transitional season, while in the east season and two transitional season to Southward. In addition, the highest wind speeds occur in the two transitional season and the lowest in one transitional season. Futhermore, the highest air temperature occurred in two transitional seasons and the lowest in the west season. While the highest rainfall occurs in the western and the lowest in two transitional season. When the fishing activities using cantrang has not provided economic security for a fishermen, then the options available will be used to sustain of their life.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DAMPAK PERUBAHAN CUACA TERHADAP PRODUKTIVITAS

DAN PENGHASILAN NELAYAN CANTRANG DI PELABUHAN

PERIKANAN PANTAI (PPP) ASEMDOYONG, PEMALANG

PRAHESTI WIDYA ARI NUGRAHENI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul Dampak Perubahan Cuaca terhadap Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Allah SWT yang telah memberi kelancaran selama menyelesaikan skripsi ini. 2) Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi MSi serta Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi

selaku dosen pembimbing dan Dr Fis Purwangka, SPi MSi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan bimbingan selama penelitian dan pengerjaan skripsi ini.

3) Ayah (Achmad Aryanto), Ibu (T. Sartinah) dan Kakak (Dwika Ratnaningtyas) atas segala dukungan dan waktu yang telah diberikan serta seluruh keluarga yang banyak memberikan doa.

4) Azizah dan Ebon yang membantu saat penelitian. Ismi, Fitri, Binta, Cyntia, Yuanna, Safira, Cica, Baim, Fandhu, Lukman, Beta, Evi, Fetri atas persahabatannya, Kak Santoso dan Devi atas bantuannya dan keluarga PSP 48 atas kebersamaannya selama ini.

5) Agung Sutriansyah yang banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 6) Seluruh pihak PPP Asemdoyong, TPI Mina Misoyo Makmur serta Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta yang membantu selama proses penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi banyak pihak.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Metode Penelitian 3

Metode Pengumpulan Data 4

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Unit Penangkapan Cantrang 6

Daerah Penangkapan Ikan 8

Cuaca di PPP Asemdoyong 9

Hubungan Antara Cuaca dengan Produktivitas (CPUE) dan Pendapatan

Nelayan 13

Adaptasi Nelayan Cantrang 17

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kecepatan angin menurut Skala Beaufort 4

2 Spesifikasi alat tangkap cantrang 7

3 Spesifikasi kapal cantrang 8

4 Perbandingan penerimaan nelayan cantrang saat cuaca baik dan buruk 17

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 3

2 Alat tangkap cantrang 6

3 Kapal cantrang di PPP Asemdoyong 7

4 Peta sebaran daerah penangkapan ikan 9

5 Arah mata angin rata-rata tahun 2009-2013 10

6 Kecepatan angin tahun 2009-2013 11

7 Temperatur udara rata-rata tahun 2009-2013 12

8 Curah hujan rata-rata tahun 2009-2013 13

9 Hubungan arah angin dengan CPUE tahun 2011-2013 14 10 Hubungan kecepatan angin dengan CPUE tahun 2011-2013 14 11 Hubungan temperatur dengan CPUE tahun 2011-2013 15 12 Hubungan curah hujan dengan CPUE tahun 2011-2013 16 13 Persentase pemilihan jenis adaptasi nelayan cantrang dalam memenuhi

kebutuhannya 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi penelitian 21

2 Pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong saat cuaca baik 22 3 Pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong saat cuaca buruk 23 4 Data Arah Angin Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 24 5 Data Kecepatan Angin Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 24 6 Data Temperatur Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 25 7 Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 25 8 Data Produksi Cantrang di PPP Asemdoyong Tahun 2011-2013 26 9 Jumlah Trip Cantrang di PPP Asemdoyong Tahun 2011-2013 26

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Pemalang memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong dan 5 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yaitu TPI Tanjungsari, TPI Asemdoyong, TPI Mojo, TPI Tasikrejo dan TPI Ketapang. Komoditas unggulan perikanan tangkap Kabupaten Pemalang yaitu udang jerbung, ikan teri nasi, rajungan, ikan tenggiri, ikan manyung, ikan layur, ikan bawal putih dan ikan kembung. Dalam melaksanakan kegiatannya nelayan Kabupaten Pemalang khususnya di PPP Asemdoyong menggunakan berbagai macam alat tangkap antara lain cantrang, payang, penggaruk, pancing, dan gillnet.

Masyarakat sekitar PPP Asemdoyong sebagian besar menggantungkan penghidupannya pada sumberdaya pesisir dan laut yang mempunyai resiko tinggi bila cuaca buruk terjadi. Wilayah yang paling rentan terkena dampak perubahan cuaca adalah wilayah pesisir karena berbatasan langsung dengan laut serta wilayah dataran rendah yang ada di sekitarnya. Nelayan Asemdoyong melakukan operasi penangkapan ikan salah satunya dengan cantrang yang biasanya beroperasi selama tiga hari apabila cuaca baik. Sistem kerja alat tangkap ini adalah mencari lokasi gerombolan ikan mengandalkan pengalaman dan tanda-tanda alam seperti adanya riak-riak di permukaan perairan dan bongkahan kayu. Oleh karena itu, operasional alat tangkap ini sangat mengandalkan pengalaman, keterampilan nelayan dan keadaan cuaca. Perubahan cuaca yang cepat dan sulit diprediksi menyebabkan kerentanan meningkat, terutama bagi masyarakat nelayan yang sangat bergantung dengan keadaan cuaca dan ekosistem pesisir. Keadaan alam yang tidak menentu, serta jumlah tangkapan yang terus menurun menimbulkan penurunan penghasilan yang dapat mengancam ketahanan sosial ekonomi masyarakat sehingga memaksa mereka untuk melakukan adaptasi-adaptasi yang dapat dilakukan ketika cuaca buruk tiba (Adiatma et al, 2013).

Adaptasi merupakan salah satu bagian dari proses evolusi kebudayaan, yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaikan diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang terjadi secara temporal (Mulyadi 2007). Adaptasi yang dilakukan oleh nelayan memungkinkan nelayan mengatur sumberdaya terhadap persoalan-persoalan spesifik seperti fluktuasi hasil tangkapan dan menurunnya sumberdaya perikanan. Adaptasi tidak hanya bermanfaat untuk menyelamatkan perekonomian nelayan namun juga menjaga ekosistem laut dan pesisir melalui suatu pola pemanfaatan yang lestari (Lekatompessy et al. 2013).

(12)

2

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai adaptasi nelayan terhadap cuaca pernah dilakukan oleh Wahyudi (2010) dengan judul Pola Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim dan Cuaca pada Perikanan Payang di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian tersebut menganalisis hubungan cuaca dengan hasil tangkapan, mempelajari kondisi aktual nelayan payang ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi terkait perubahan cuaca serta menganalisis strategi nelayan dalam menghadapi perubahan cuaca. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat enam jenis adaptasi yang kerap dilakukan nelayan payang di Palabuhanratu untuk menutupi kebutuhan keluarga saat cuaca tidak mendukung usaha penangkapan yaitu mengganti alat tangkap, berganti profesi, tidak mencari penghasilan, mengurangi jumlah trip, mengurangi jumlah ABK, dan mengurangi jumlah BBM. Dari keenam jenis adaptasi tersebut terdapat tiga jenis adaptasi yang paling sering dilakukan yakni tidak mencari penghasilan, mengurangi jumlah trip, dan mengurangi jumlah BBM. Adaptasi nelayan cantrang di PPP Asemdoyong belum pernah diteliti sebelumnya sehingga perlu dilakukan penelitian terkait hal tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1) Menentukan kondisi cuaca (baik/buruk) secara temporal;

2) Menganalisis dampak perubahan cuaca terhadap produktivitas dan pendapatan nelayan;

3) Merekomendasikan pola adaptasi nelayan.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1) Memberikan informasi kepada akademisi untuk mengembangkan ilmu;

2) Memberikan informasi alternatif kepada nelayan cantrang di PPP Asemdoyong mengenai sumber pendapatan lain;

3) Sebagai bahan masukan untuk penentuan kebijakan bagi pemerintah daerah ketika terjadi penurunan produktivitas hasil tangkapan;

(13)

3

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan pada Januari-Februari 2015, bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang, Jawa Tengah. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat tulis, kamera digital dan kuisioner mengenai pola adaptasi nelayan terhadap cuaca buruk.

Metode Penelitian

(14)

4

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan wawancara dengan responden menggunakan kuisioner. Teknik pengumpulan data responden menggunakan purposive sampling atau metode yang dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Umar 2004) yaitu nelayan yang menggunakan alat tangkap cantrang dan berasal dari Asemdoyong yang merupakan pemilik kapal, nahkoda dan ABK. Responden berjumlah 30 orang yang terdiri dari 2 orang peilik kapal, 7 orang nahkoda dan 21 orang ABK.

Pengambilan dan pengumpulan data sekunder difokuskan pada jumlah trip cantrang, produksi hasil tangkapan cantrang yang diperoleh dari PPP Asemdoyong dan TPI Mina Misoyo Makmur. Data terkait cuaca meliputi arah Tengah dapat diketahui dengan menganalisis beberapa aspek yaitu:

1) Profil Cuaca

Profil cuaca dianalisis secara deskriptif dengan penyajian gambar dan grafik. Profil cuaca yang digunakan yaitu arah dan kecepatan angin, temperatur serta curah hujan tahun 2009 hingga 2013. Kriteria kecepatan angin yang baik atau buruk di analisis menggunakan Skala Beufort (Tabel 1) untuk menentukan deskripsi alam yang terjadi.

Tabel 1 Kecepatan angin menurut Skala Beaufort Skala Nama Angin Kecepatan

Angin (m/s) Deskripsi Alam

0 Tidak berangin

Kadang timbul lipatan permukaan air dengan penampakan tanpa buih.

2 Angin sepoi lemah

(Light breeze) 1,6-3,3

Terbentuk riak gelombang dengan penampakan puncak riak yang tajam (crest) kadang mengkilat seperti kaca, riak tersusun seperti sisik.

3 Angin sepoi

(Gentle breeze) 3,4-5,4

(15)

5

4 Sepoi sedang

(Moderate breeze) 5,5-7,9

Terbentuk gelombang kecil, makin lama makin memanjang, dengan selaput putih bertambah banyak.

5 Sepoi agak kencang

(Fresh breeze) 8-10,7

Terbentuk gelombang sedang kadang menjadi lebih panjang, selaput putih makin banyak dan kadang terbentuk semburan titik-titik air (spray).

6 Sepoi kencang

(Strong breeze) 10,8-13,8

Mulai terbentuk gelombang besar dengan lebih banyak semburan spray.

7

Terbentuk gelombang tinggi ukuran sedang tapi lebih panjang. Bagian crest gelombang mulai pecah dan buih putih tertiup angin membentuk mist.

Terbentuk gelombang tinggi, laut mulai menggulung dan mist mulai mempengaruhi jarak pandang.

10 Angin topan

(Storm) 24,5-28,4 Terbentuk gelombang sangat tinggi.

11 Angin ribut seluruhnya berwarna putih karena buih, jarak pandang sangat terbatas. Sumber: Wibisono, 2005.

2) Hubungan Cuaca dengan Produktivitas (CPUE) dan Pendapatan Nelayan

(1) Produktivitas (CPUE)

Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan hasil tangkapan adalah keadaan cuaca pada saat dilakukannya operasi penangkapan ikan. Pet-Soede, et al. (2001) dan Wiyono, et al. (2005) menerangkan bahwa, perubahan cuaca dan iklim telah mempengaruhi nelayan untuk mengubah waktu dan daerah penangkapan ikannya, sehingga secara keseluruhan akan mengubah jumlah upaya penangkapan ikan. Hubungan cuaca dengan produktivitas (CPUE) dianalisis secara deskriptif dengan penyajian grafik selama tiga tahun 2011 hingga 2013. Nilai CPUE diperoleh dari banyaknya hasil tangkapan dibagi jumlah trip yang dilakukan (Prakarsa et al. 2014):

(16)

6

(2) Pendapatan Nelayan

Analisis pendapatan bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat dalam usaha dan besar pendapatan/keuntungan (π) (Septiana 2003) yang diperoleh dari usaha yang dilakukan oleh nelayan untuk melakukan operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap cantrang. Pendapatan nelayan (per trip) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

π = TR – TC

Keterangan :

π : Pendapatan (Keuntungan); TR (Total Revenue): Total Penerimaan; TC (Total

Cost): Total Biaya.

3) Cara Adaptasi Nelayan

Cara adaptasi nelayan cantrang di PPP Asemdoyong Pemalang dibagi menjadi empat tipe yaitu mengurangi hari trip, tidak mencari penghasilan, berganti profesi dan membetulkan alat tangkap. Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif dengan penyajian diagram.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Cantrang

Alat tangkap

Secara umum alat tangkap cantrang di PPP Asemdoyong tidak berbeda jauh dengan di daerah lain. Alat tangkap cantrang yang digunakan nelayan di Asemdoyong termasuk dalam klasifikasi pukat kantong lingkar yang terdiri atas kantong jaring, badan jaring, sayap, tali ris atas, tali ris bawah, pelampung dan pemberat (Gambar 2).

Sumber: Bambang, 2006.

(17)

7

Ukuran mata jaring mulai dari ujung kantong sampai ujung sayap berbeda-beda. Spesifikasi alat tangkap cantrang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Spesifikasi alat tangkap cantrang

Bagian Jaring Bahan Ukuran

Kantong jaring Polyethylene (PE) 0,5-1 cm

Badan jaring Polyamide (PA) 20-25 cm

Sayap Polyprophilene (PP) 30-40 cm

Tali ris atas Polyethylene (PE) 25 m

Tali ris bawah Polyethylene (PE) 30 m

Tali Selambar Polyethylene (PE) 400 m

Pelampung tanda Jerigen minyak dan bambu 3 m

Pelampung utama Plastik bentuk bola 30 cm

Pemberat 1 Timah 21 buah

Pemberat 2 Semen dan batu kerikil 2 buah

Pemberat 3 Besi berbentuk cincin d= 15 cm; T= 10 cm; B= 0,5 cm

Pemberat 4 Batu kali 5 Kg

Kapal

Kapal yang digunakan pada saat operasi penangkapan cantrang terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan biasanya kayu jati (Tectona grandis), kayu asem (Tamarindus indica L.) dan kayu johar (Cassia siamea). Ukuran kapal cantrang yang dioperasikan di PPP Asemdoyong antara 6-15 GT. Gambaran tentang kapal cantrang terdapat pada Gambar 3.

Kapal cantrang menggunakan bahan bakar solar dengan kebutuhan pada musim puncak sebanyak 300-600 liter sedangkan pada musim paceklik saat cuaca sedang buruk hanya dibutuhkan 30-90 liter solar. Kapal cantrang juga dilengkapi palka untuk menyimpan hasil tangkapan dengan ukuran panjang 3 m, lebar palka 2 m dan dalamnya 1,5-2 m (Lampiran 1).

(18)

8

Panjang kapal yang berada di PPP Asemdoyong berkisar antara 9-12 m, lebar kapal 4,5 m dan dalamya 2-3 m. Tenaga penggerak terdiri dari mesin utama dan mesin bantu (line hauler) sebanyak satu buah. Spesifikasi kapal dan mesin kapal cantrang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Spesifikasi kapal cantrang

Spesifikasi Keterangan

(1)Mesin utama 120 PS Mitsubishi 135 PK

(2) Mesin bantu (Line Hauler) Dongfeng 23-30 PK

Nelayan

Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam kegiatan penangkapan ikan. Nelayan di PPP Asemdoyong sebagian besar hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) dan tidak pernah mengikuti pelatihan apapun yang menunjang pekerjaannya sebagai nelayan. Jumlah nelayan dalam operasi penangkapan ikan menggunakan cantrang berjumlah 6 orang. Satu orang bertugas sebagai nahkoda atau juru mudi, satu orang sebagai teknisi mesin kapal dan yang lainnya sebagai ABK kapal cantrang. Juru mudi dan teknisi kapal juga membantu pada saat proses pengoperasian alat tangkap. Pendapatan nelayan cantrang di Asemdoyong berkisar Rp 100.000/orang/trip saat cuaca buruk dan bisa mencapai Rp 1.000.000/orang/trip saat cuaca bagus. Pendapatan nelayan biasanya menggunakan sistem bagi hasil dengan pembagian hasil penjualan ikan dipotong dengan biaya perbekalan untuk trip berikutnya, lalu sisanya dibagi 50% untuk pemilik kapal dan 50% untuk seluruh ABK. Nahkoda biasanya mendapatkan 10% lagi dari pemilik kapal. Tingkat pendidikan yang rendah, terbatasnya keterampilan, dan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya diduga merupakan faktor yang mendorong nelayan untuk mempertahankan profesinya (Wiyono 2008).

Daerah Penangkapan Ikan

(19)

9 Wanasari dan Kendal. Biasanya nelayan cantrang yang fishing base-nya di PPP Asemdoyong menangkap ikan sejauh ± 7 mil dari fishing base (Gambar 4).

Gambar 4 Peta sebaran daerah penangkapan ikan

Cuaca di PPP Asemdoyong Pemalang

(20)

10

Desember sampai Februari, sedangkan bulan Maret sampai Juli dikategorikan musim sedang dan musim paceklik terjadi pada bulan Agustus hingga November. Berikut disajikan data indikator cuaca di PPP Asemdoyong.

Arah dan kecepatan angin

Arah angin

Arah dan kecepatan mata angin merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan penangkapan karena arah dan kecepatan mata angin sangat mempengaruhi aktifitas nelayan saat berada di perairan dan berpengaruh juga terhadap arah arus permukaan. Arah arus permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angin (Jalil 2013). Arus merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung terhadap biota yang hidup didalamnya, termasuk menentukan pola migrasi ikan. Arus di laut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah angin (Jalil 2013).

Sumber: BMKG, 2015 (diolah)

Gambar 5 Arah mata angin tahun 2009-2013

(21)

11 pada muson timur angin bergerak dari Australia ke Asia dan pada muson barat terjadi sebaliknya. Pola ini berpengaruh terhadap aliran massa air di lautan khususnya pada bagian lapisan permukaan dengan ciri pada muson barat massa air bergerak dari arah barat Indonesia menuju ke timur dan didominasi aliran massa air yang berasal dari perairan Samudera Hindia dan hal ini terkait dengan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh (Jalil 2013).

Kecepatan angin

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan bahwa kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap tinggi gelombang dan kecepatan arus. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hutabarat (2014) yang menyatakan bahwa umumnya semakin tinggi kecepatan angin yang bertiup maka gelombang yang dihasilkan semakin besar. Besarnya gelombang dapat mempengaruhi operasi penangkapan ikan.

Sumber: BMKG, 2015 (diolah)

Gambar 6 Kecepatan angin tahun 2009-2013

Tahun 2009 kecepatan angin tertinggi terjadi pada musim timur (Juni s/d Agustus) yaitu 5,3 knot dan terendah pada musim peralihan 1 (Maret s/d Mei) sebesar 2,7 knot. Pada tahun 2010 dan 2011 kecepatan angin tertinggi terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) sebesar 4 hingga 5 knot. Kecepatan angin tahun 2012 sebesar 5 knot terjadi pada musim barat, timur dan peralihan 2 kecuali musim peralihan 1 (Maret s/d Mei) sebesar 4 knot. Sedangkan, kecepatan angin teringgi tahun 2013 terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) sebesar 5 knot, 4 knot pada musim barat dan 3 knot pada musim peralihan 1 dan musim timur. Kecepatan angin pada tahun 2009-2013 di sekitar Asemdoyong berkisar antara 2-9 knot. Menurut Skala Beaufort (Wibisono 2005) kecepatan angin sebesar 9 knot merupakan angin sepoi (Gentle breeze) yang memiliki deskripsi alam riak agak membesar, crest mulai pecah dengan penampakan selaput putih yang menyebar di beberapa tempat, sedangkan kecepatan angin sebesar 2 knot merupakan angin lemah (Light air) yang memiliki deskripsi alam dengan timbul lipatan permukaan air dengan penampakan tanpa buih. Grafik perubahan kecepatan angin dapat dilihat pada Gambar 6.

0

(22)

12

Temperatur udara maksimum

Temperatur merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam kegiatan operasi penangkapan ikan di PPP Asemdoyong karena nelayan dapat merasakan apabila terjadi perubahan temperatur yang nantinya dapat digunakan sebagai indikator perubahan cuaca. Selain itu suhu atau temperatur yang selalu berubah-ubah merupakan faktor terbentuknya arus (Wibisono 2005). Temperatur udara berdasarkan musim yang terjadi di PPP Asemdoyong sejak tahun 2009 hingga 2013 disajikan dalam Gambar 7.

Profil temperatur udara lima tahun terakhir dapat dilihat bahwa temperatur udara tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada musim peralian 2 (September s/d November) yaitu 34,8°C dan terendah pada musim peralian 1 (Maret s/d Mei) sebesar 33,1°C. Tahun 2010 temperatur udara maksimum terjadi pada musim barat (Desember s/d Februari) sebesar 34°C dan terendah pada musim timur (Juni- Agustus) sebesar 33,3°C. Temperatur udara tertinggi tahun 2011 , 2012 dan 2013 terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) yaitu 34,1°C, 34,4°C dan 35,1°C dan terendah pada musim barat (Desember s/d Februari) sebesar 31,7°C (tahun 2011) dan 33°C (tahun 2012 dan 2013). Temperatur udara tertinggi selama lima tahun cenderung terjadi pada akhir tahun yaitu bulan September hingga November dan terendah pada bulan Desember hingga Januari.

Sumber: BMKG, 2015 (diolah)

Gambar 7 Temperatur udara tahun 2009-2013

Curah hujan

Salah satu indikator cuaca yang digunakan nelayan Asemdoyong untuk melakukan operasi penangkapan ikan adalah curah hujan. Jika terjadi hujan maka kegiatan operasi penangkapan cantrang menjadi terhambat karena cantrang merupakan salah satu alat tangkap yang mengandalkan cuaca pada saat pengoperasiannya. Curah hujan maksimum yang terjadi di PPP Asemdoyong pada tahun 2009 hingga 2013 dapat dilihat pada Gambar 8.

Curah hujan tertinggi pada tahun 2009-2013 terjadi pada musim barat (Desember s/d Februari) sebesar 53,7 mm, 47,3 mm, 62 mm, 64 mm dan 67 mm.

30.0

(23)

13 Curah hujan terendah pada tahun 2009, 2010 dan 2013 sebesar 24 mm, 43,3 mm dan 19 mm terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November). Sedangkan curah hujan terendah tahun 2011 dan 2012 terjadi pada musim timur (Juni s/d Agustus) sebesar 13 mm dan 0 mm. Curah hujan rata-rata di Asemdoyong pada tahun 2009-2013 sebesar 44 mm. Menurut WMO (World Meteorological Organization) intensitas curah hujan 20-50 mm merupakan kategori hujan sedang. Curah hujan yang tinggi membuat nelayan mengurangi jumlah trip dari tiga hari menjadi satu hari.

Sumber: BMKG, 2015 (diolah)

Gambar 8 Curah hujan tahun 2009-2013

Hubungan Antara Cuaca dengan Produktivitas (CPUE) dan Pendapatan Nelayan

Cuaca merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan penangkapan ikan dimana pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa terdapat beberapa indikator cuaca yang cukup berpengaruh dalam operasi penangkapan ikan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan nelayan di PPP Asemdoyong, dijelaskan bahwa penyebab berkurangnya jumlah trip cantrang dan menurunya jumlah hasil tangkapan cantrang sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca pada saat dilakukannya operasi penangkapan ikan.

Hubungan arah angin dengan produktivitas (CPUE)

CPUE tertinggi tahun 2011 terjadi pada bulan September (musim peralihan 2) mencapai 271,98 kg/unit dan terendah bulan Desember ketika musim barat hanya 132,922 kg/unit. CPUE tertinggi tahun 2012-2013 terjadi bulan Oktober (musim peralihan 2) sedangkan CPUE terendah tahun 2012-2013 yaitu bulan Januari (musim barat). Arah angin tahun 2011 hingga 2013 pada musim barat cenderung ke arah Barat Daya, Barat dan Barat Laut dan cenderung konstan pada musim lainnya ke arah Selatan (Gambar 9).

0.0

(24)

14

Sumber: BMKG, 2015 (diolah)

Gambar 9 Hubungan arah angin dengan CPUE tahun 2011-2013

Hubungan kecepatan angin dengan produktivitas (CPUE)

Telah diketahui sebelumnya pada profil kecepatan angin bahwa kecepatan angin tertinggi cenderung terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) dan terendah pada musim peralihan 1 (Maret s/d Mei). Berdasarkan profil kecepatan angin selama lima tahun dapat dilihat bahwa hubungan antara kecepatan angin dengan CPUE cantrang saling berlawanan, artinya ketika kecepatan angin meningkat maka CPUE berkurang (Gambar 10).

CPUE tertinggi tahun 2011-2013 cenderung terjadi saat musim peralihan 2 yaitu bulan September ketika kecepatan angin berkisar 3-4 knot. CPUE terendah pada tahun 2011dan 2013 terjadi pada musim barat (Desember dan Januari) ketika kecepatan angin sebesar 5 knot, sedangkan CPUE terendah tahun 2012 terjadi pada bulan November ketika kecepatan angin sebesar 5 knot.

Sumber: BMKG, 2015 (diolah)

Gambar 10 Hubungan kecepatan angin dengan CPUE tahun 2011-2013

(25)

15

Hubungan temperatur dengan produktivitas (CPUE)

Berdasarkan profil temperatur udara pada penjelasan sebelumnya dapat dilihat bahwa temperatur udara maksimum terjadi pada bulan September sedangkan perubahan temperatur udara pada bulan lainnya tidak begitu signifikan berkisar antara 33°C-34°C. Temperatur sangat berpengaruh dengan hasil tangkapan karena beberapa hewan laut hidup dalam batas-batas suhu yang tertentu (Nontji 2007). Kondisi oseanografi khususnya suhu dapat mengalami fluktuasi baik harian maupun musiman dan dapat ditemui adanya kondisi yang ekstrim. Sumberdaya ikan pelagis kecil bergantung pada kondisi tersebut, sehingga ketika terjadi perubahan kondisi lingkungan menyebabkan ikan akan merespon dengan menghindar dari lingkungan yang tidak sesuai, respon ini menunjukan bahwa pada sumberdaya ikan terdapat batas-batas toleransi terhadap perubahan berbagai kondisi lingkungan (Jalil 2010) sehingga berpengaruh terhadap jumlah trip dan hasil tangkapan yang diperoleh.

Sumber: BMKG, 2015 (diolah)

Gambar 11 Hubungan temperatur dengan CPUE tahun 2011-2013

Hubungan antara temperatur dengan CPUE pada tahun 2011-2013 (Gambar 11) cenderung berbanding lurus, artinya pada saat temperatur meningkat CPUE meningkat begitupun sebaliknya apabila temperatur rendah produktivitas menurun. Pada bulan Juni ke Juli tahun 2011 ketika temperatur meningkat dari 33°C ke 33,4°C maka CPUE meningkat dari 158,5 kg/unit menjadi 207,8 kg/unit.

Hubungan curah hujan dengan produktivitas (CPUE)

(26)

16

penyinaran relatif rendah dan permukaan laut yang lebih bergelombang mengurangi penetrasi panas ke dalam air laut, hal inilah yang mengakibatkan suhu permukaan mencapai minimum dan berpengaruh terhadap hasil tangkapan (Rasyid 2010). Hubungan antara curah hujan dan CPUE dapat dilihat pada Gambar 12. Hubungan antara curah hujan dengan CPUE berlawanan, ketika curah hujan tinggi maka CPUE rendah begitupun sebaliknya, seperti pada bulan Maret 2013 ketika curah hujan mencapai 108 mm dan CPUE 266,4 kg/unit, sedangkan curah hujan bulan April turun menjadi 26 mm dan CPUE meningkat menjadi 304,2 kg/unit.

Sumber: BMKG, 2015 (diolah)

Gambar 12 Hubungan curah hujan dengan CPUE tahun 2011-2013

Produktivitas (CPUE) nelayan cantrang di PPP Asemdoyong meningkat pada musim peralihan 2 (September s/d November) dan menurun pada musim barat (Desember s/d Februari). Pada saat kecepatan angin dan curah hujan di PPP Asemdoyong tinggi maka CPUE rendah dan sebaliknya. Hal ini tidak terjadi pada temperatur, apabila temperatur tinggi maka CPUE meningkat dan ketika temperatur rendah maka CPUE rendah.

Pendapatan nelayan

(27)

17 Tabel 4 Perbandingan penerimaan nelayan cantrang saat cuaca baik dan buruk

Jenis Biaya Cuaca Baik Cuaca Buruk

Jumlah (Rp/trip) Jumlah (Rp/tahun)

Investasi 342.200.000 342.200.000

Biaya Tetap 572.607 380.240

Biaya Variabel 5.807.000 1.007.000

Total Biaya (TC) 6.379.607 1.387.240

Total Penerimaan (TR) 15.000.000 2.000.000

Pendapatan/ Keuntungan (π) 8.620.393 612.760

Adanya perubahan cuaca yang terjadi di PPP Asemdoyong mengakibatkan berkurangnya hari melaut yang mengakibatkan berkurangnya hasil tangkapan dan menyebabkan perbedaan pendapatan yang diperoleh saat cuaca baik dan buruk. Pendapatan yang diperoleh pada saat cuaca baik adalah Rp. 8.620.393,-/kapal/trip sedangkan Rp. 612.760,-/kapal/trip pada saat cuaca buruk. Meskipun pendapatan pada saat cuaca buruk tidak sebagus saat cuaca baik, nelayan di PPP Asemdoyong tetap mempertahankan profesinya sebagai nelayan karena terbatasnya pendidikan yang dimiliki sedangkan kebutuhan ekonomi harus selalu terpenuhi. Mengingat menangkap ikan merupakan satu-satunya kegiatan ekonomi yang selama ini mereka andalkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mereka cenderung untuk tetap melaut dan membagi resiko usaha bersama (Wiyono 2008). Meskipun sering dirugikan saat cuaca buruk ketika melakukan kegiatan penangkapan, institusi formal seperti bank dan koperasi tidak menjadi alternatif pilihan, karena hambatan birokrasi atau besarnya resiko yang harus ditanggung lembaga formal tersebut (Mulyadi 2007). Apabila penghasilan nelayan tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarganya, nelayan di PPP Asemdoyong lebih memilih meminjam ke tetangga atau pemilik kapal karena birokrasi yang mudah serta tanpa bunga.

Adaptasi Nelayan Cantrang

(28)

18

Gambar 13 Persentase pemilihan jenis adaptasi nelayan cantrang dalam memenuhi kebutuhannya

Pengurangan hari trip adalah berkurangnya waktu operasi penangkapan nelayan cantrang dari yang biasanya tiga hari menjadi satu hari saja tergantung keadaan cuaca dan informasi yang diperoleh dari nelayan lain. Pengurangan jumlah trip dilakukan oleh 26% responden yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini guna menekan biaya (cost) yang digunakan dalam operasi penangkapan.

Cara adaptasi yang kedua adalah tidak mencari penghasilan. Berdasarkan data responden yang diperoleh, persentase responden yang memilih jenis adaptasi ini sebagai alternatif dalam memenuhi kebutuhannya adalah 57%. Nelayan yang memilih tidak mencari penghasilan dengan alasan memanfaatkan waktu luangnya untuk beristirahat bahkan untuk bercengkrama dengan keluarga dan warga sekitar dan menunggu hingga cuaca kembali memungkinkan untuk melakukan operasi penangkapan.

Persentase responden cara adaptasi ketiga yang mengganti profesinya sebesar 10%. Dalam hal ini mengganti profesi adalah perpindahan profesi ke bidang selain nelayan seperti bertani, budidaya ikan, membuat kerupuk ikan dan kuli bangunan. Nelayan menjadikan pindah pekerjaan bukan strategi adaptasi yang utama, karena begitu kuatnya ketergantungan nelayan terhadap kegiatan penangkapan ikan, maka nelayan akan tetap menjadi nelayan dan mengharap sistem penunjang yang ada di lingkungannya sebagai alternatif yang bisa membantu (Wiyono 2008).

Jenis adaptasi keempat yaitu membetulkan alat tangkap dengan persentase 7%. Dalam hal ini membetulkan alat tangkap merupakan kegiatan yang sering dilakukan nelayan saat cuaca tidak mendukung untuk melakukan operasi penangkapan disamping itu agar pada saat cuaca mendukung, alat tangkap yang sebelumnya rusak dapat digunakan kembali.

26%

57% 10%

7%

Mengurangi hari trip Tidak mencari penghasilan

(29)

19

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1) Cuaca baik terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) dan cuaca buruk terjadi pada musim barat (Desember s/d Februari).

2) Keadaan cuaca khususnya angin, temperatur dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap produktivitas (CPUE) dan pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong.

3) Terdapat empat tipe adaptasi yang kerap dilakukan nelayan cantrang pada saat cuaca tidak mendukung usaha penangkapan yaitu mengurangi hari trip, tidak mencari penghasilan, berganti profesi dan membetulkan alat tangkap.

Saran

1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan tema adaptasi nelayan terhadap cuaca buruk dengan menambahkan faktor oseanografi seperti arus dan gelombang.

2) Mengadakan kegiatan-kegiatan untuk nelayan yang tidak mencari penghasilan pada saat cuaca tidak mendukung seperti membuat kerajinan tangan berbahan baku limbah cangkang kerang simping.

3) Tersedia data atau informasi cuaca yang jelas di PPP Asemdoyong dan adanya penyuluhan tentang peringatan cuaca buruk agar tidak melaut.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang N. 2006. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Cantrang dan Rawai Dasar Pantai Utara Jawa Tengah. Semarang (ID): Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. 14hlm.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. BMKG: Jakarta (ID).

Hutabarat S, Stewart ME. 2014. Pengantar Oseanografi. Jakarta (ID): UI-Press. 159 hlm.

Jalil AR. 2010. Distribusi suhu permukaan pada musim barat-timur terkait dengan fishing ground ikan pelagis kecil di perairan Spermonde (ID). Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan. 20(1): 1-7.

_______. 2103. Distribusi kecepatan arus pasang surut pada muson peralihan barat-timur terkait hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan Spermonde (ID). Jurnal Ilmu Kelautan. 2(1): 26-32.

Jamal B. 2014. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan. Jurnal Ilmiah. Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya: Malang (ID). 19 hlm.

(30)

20

Lekatompessy HS, Nessa MN, Arief AA. 2013. Strategi adaptasi nelayan pulau-pulau kecil terhadap perubahan ekologis. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin: Makassar (ID).15 hlm.

Mulyadi. 2007. Ekonomi Kelautan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. 223 hlm.

Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. 544 hlm. Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Jakarta (ID): Djambatan. 368 hlm.

Patriana R. 2011. Pola Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim. [Skripsi]. Bogor (ID). Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. 138 hlm. Pet-Soede C, W.L.T. van Densen, J.G. Hiddink, S. Kuyl, M.A.M. Machiels. 2001.

Can fishermen allocate their fishing effort in space and time on the basis of their catch rates? An example from Spermonde Archipelago, SW Sulawesi (ID). Fisheries Management and Ecologi, (8), 15-36.

[PPP] Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong. 2011. Laporan Tahunan Pelabuhan

Perikanan Pantai Asemdoyong. Pemalang (ID). PPP Asemdoyong.

[PPP] Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong. 2012. Laporan Tahunan Pelabuhan

Perikanan Pantai Asemdoyong. Pemalang (ID). PPP Asemdoyong.

[PPP] Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong. 2013. Laporan Tahunan Pelabuhan

Perikanan Pantai Asemdoyong. Pemalang (ID). PPP Asemdoyong.

Prakarsa G, Boesono H, Ayunita NND. 2014. Analisis bioekonomi perikanan untuk cumi-cumi (Loligo sp) yang tertangkap dengan cantrang di TPI Tanjungsari Kabupaten Rembang (ID). Journal of Fisheries Utilization Management and Technology. 3(2):19-28.

Rindayati H, Susilawati I, Hendrarto B. 2013. Adaptasi Nelayan Perikanan Tangkap Pulau Moro Karimun Kepulauan Riau Terhadap Perubahan Iklim. Prosiding. Magister Ilmu lingkungan. Fakultas Ekonomi. Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan. Universitas Diponegoro: Semarang (ID). 8 hlm. Septiana Y. 2003. Manajemen pengembangan agribisnis pembesaran ikan cupang

di Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri (ID). Jurnal Manajemen Agribisnis. 13(1):1-4.

Simbolon D. et al. 2009. Pembentukan Daerah Penangkapan Ikan. Penerbit Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (ID).

Umar H. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Thesis Bisnis. Jakarta (ID): Rajawali Press. 242 hlm.

Wahyudi D. 2010. Pola adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim dan cuaca pada perikanan Cantrang di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 83 hlm.

Wibisono MS. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta (ID): Grasindo. 226 hlm. Wiyono ES, Yamada S, Tanaka E, Kitakado T. 2006. Dynamics of Fishing Gear

Allocation by Fishers in Small-Scale Coastal Fisheries of Pelabuhanratu Bay (ID). Fisheries Management and Ecology, (13), 185-195.

(31)

21 Lampiran 1 Dokumentasi penelitian

Kegiatan penyortiran hasil tangkapan Blong air dan palka pada kapal cantrang

Alat tangkap cantrang

(32)

22

Lampiran 2 Pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong saat cuaca baik

No

Total Biaya Tetap 572.607

3) Biaya Variabel

(1) BBM 600 Liter/trip 6.400 3.840.000

(2) Pelumas 2 Liter/trip 30.000 60.000

(3) Es 40 Balok 20.000 800.000

(4) Bekal makanan 600.000

(5) Rokok 18 Bungkus 17.000 306.000

(6) Retribusi 1 Trip 1.000

Total Biaya Variabel 5.807.000

TOTAL BIAYA 6.379.607

TOTAL PENERIMAAN 15.000.000

Pendapatan (per trip) 8.620.393

(33)

23 Lampiran 3 Pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong saat cuaca buruk

Uraian Unit Satuan Harga

Total Biaya Tetap 380.240

3) Biaya Variabel

(1) BBM 60 Liter/trip 6.400 384.000

(2) Pelumas

(3) Es 1 Balok 20.000 20.000

(4) Bekal makanan 300.000

(5) Rokok 6 Bungkus 17.000 102.000

(7) Retribusi 1.000

Total Biaya Variabel 1.007.000

TOTAL BIAYA 1.387.240

TOTAL PENERIMAAN 2.000.000

Pendapatan (per trip) 612.760

(34)

24

Lampiran 4 Data Arah Angin Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013

Bulan

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (diolah)

Lampiran 5 Data Kecepatan Angin Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013

Bulan

Periode 2009-2013 (knot) Rata-rata kecepatan

(35)

25 Lampiran 6 Data Temperatur Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013

Bulan

Periode 2009-2013 (°C) Rata-rata temperatur

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (diolah)

Lampiran 7 Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013

Bulan

Periode 2009-2013 (mm) Rata-rata curah

(36)

26

Lampiran 8 Data Produksi Cantrang di PPP Asemdoyong Tahun 2011-2013

Bulan

Periode 2009-2013 (Kg) Rata-rata produksi bulanan

2011 2012 2013

Januari 221.865 382.344 483.362 362.524

Februari 286.758 513.015 499.956 433.243

Maret 399.526 392.008 528.625 440.053

April 527.630 461.703 567.154 518.829

Mei 455.894 356.499 402.287 404.893

Juni 355.311 315.697 392.006 354338

Juli 359.563 441.790 458.702 420.018

Agustus 299.729 275.838 312.738 296.102

September 264.360 485.752 449.846 399.986

Oktober 260.132 372.324 403.496 345.317

November 151.983 194.925 273.456 206.788

Desember 107.534 304.731 283.821 232.029

TOTAL 3.690.285 4.496.626 5.055.449 4.414.120

Sumber: Laporan Tahunan PPP Asemdoyong (diolah)

Lampiran 9 Jumlah Trip Cantrang di PPP Asemdoyong Tahun 2011-2013

Bulan

Periode 2011-2013 (Unit) Rata- rata Jumlah trip

(37)

27 Lampiran 10 Nilai Catch Per Unit Effort (CPUE)

Bulan Periode 2011-2013 (Kg/Unit) Rata- rata CPUE

2011 2012 2013

Januari 196,3 246,9 218,8 220,7

Februari 186,2 371,4 251,3 269,6

Maret 199,3 294,3 266,4 253,3

April 195,4 263,9 304,2 254,5

Mei 164,9 245,3 299,9 236,7

Juni 158,5 220,2 315,8 231,6

Juli 207,8 295,9 341,8 281,8

Agustus 241,3 293,4 263,6 266,1

September 271,9 495,1 315,4 360,8

Oktober 226,2 375,3 393,2 331,6

November 143,7 192,6 276,4 204,2

Desember 132,9 220,8 284,9 212,9

TOTAL 2324,8 3515,8 3532,4 3124,3

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 3 Juli 1993 dari ayah Achmad Ariyanto dan ibu T. Sartinah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara, dengan kakak perempuan bernama Dwika Ratnaningtyas. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 11 Kota Tangerang dan pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Daerah Penangkapan Ikan pada tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga pernah aktif sebagai Badan Pengurus Harian (BPH) sebagai Sekretaris II Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) 2012/2013 dan Sekretaris I pada tahun 2013/2014. Tugas akhir dalam pendidikan

tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Dampak Perubahan

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Tabel 1 Kecepatan angin menurut Skala Beaufort
Gambar 2 Alat tangkap cantrang
Gambar 3 Kapal cantrang di PPP Asemdoyong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian terhadap pengalaman 7 orang informan menunjukkan 2 tema untuk pengalaman praktek klinik, yaitu: (1) perasaan senang perawat baru dalam praktek klinik,

Berdasarkan hasil iju coba yang dilakukan dengan memberikan data-data dan melakukan evaluasi terhadap aplikasi rancang bangun sistem informasi (Study kasus PKIS

(1) Dengan Peraturan Bupati ini, Pemerintah Daerah memberikan dispensasi pelayanan pencatatan kelahiran bagi penduduk WNI di daerah yang lahir sebelum diberlakukannya

Dengan disepakati perjanjian jual beli duku dengan sistem ijon, timbullah hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang mengadakannya, dimana hak warga masyarakat

Tahapan penelitian pada Gambar 3, dijelaskan sebagai berikut: Tahap pertama: mengidentifikasi masalah dan pengumpulan data, yaitu mengidentifikasi masalah-masalah yang akan

Hasil penelitian menunjukkan pada umumnya profil intuisi siswa SMA dalam memecahkan masalah turunan adalah sebagai berikut: (1) Intuisi affirmatory subjek field dependent

1" Melakukan Melakukan  simulasi asuhan  simulasi asuhan keperaatan #engan kasus gangguan system muskuluskeletal pa#a berbagai tingkat usia keperaatan #engan kasus

Data yang dibutuhkan meliputi proses pembuatan tampar, foto alat pintal tampar pandan yang lama, data pengamatan produktivitas, foto postur kerja, data kuesioner pendahuluan,