LABUHAN DELI SEBAGAI PUSAT PEMERINTAHAN KESULTANAN DELI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : BAYU SATRIA
3121121001
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
BAYU SATRIA. NIM 3121121001. LABUHAN DELI SEBAGAI PUSAT PEMERINTAHAN KESULTANAN DELI. SKRIPSI. JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai kegiatan di Labuhan Deli sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Deli dan apa yang menjadi penyebab sehingga terjadi perpindahan pusat pemerintahan yang dilakukan Kesultanan Deli. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui study pustaka, wawancara dan observasi. Untuk menganalisis data dilakukan beberapa tahapan yaitu dengan menemukan berbagai sumber baik itu primer maupun sekunder, kemudian dialakukan verifikasi sumber yaitu pengujian terhadap keaslian atau ketepatan sumber tersebut dan menyusunnya atau dikategorikan sesuai dengan topik permasalahan. Tahap selanjutnya dalam proses penelitian ini adalah historiografi yang akan menghubungkan berbagai data yang diperoleh menjadi suatu kesimpulan yang akan menganalisis Labuhan Deli sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Deli. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, Tuanku Panglima Pasutan yang berinisiatif memindahkan pusat pemerintahan pada tahun 1728, penyebab utama perpindahan pusat pemerintahan Kesultanan Deli adalah faktor ekonomi dan faktor politik, hal tersebut dikarenakan pada saat itu keramaian Selat Malaka mampu memberikan keuntungan jika pusat pemerintahan lebih dekat dengan pesisir pantai dan berperan sebagai pintu gerbang tol transportasi yang melalui jalur sungai Deli sedangkan faktor politiknya adalah untuk mempermudah dalam mengawasi kasawan taklukan Deli. Selanjutnya pembangunan dilakukan agar mampu mendukung jalannya pemerintahan sebagai fasilitas Sultan maupun masyarakat, seperti Istana, Rumah Ibadah dan Dermaga. Kemudian kondisi jalannya pemerintahan di Labuhan Deli diawali dengan perpecahan dalam keluarga Sultan yang memunculkan kesultanan Serdang, perkembangan pesat terjadi ketika Sultan Mahmud Al-Rasyid Perkasa Alamsyah menjalin kerja sama dengan dengan Belanda dalam bidang perkebunan pada 22 agustus 1862. Dampak dari kerjasama ini dengan berbagai kemajuannya membuat Labuhan Deli tidak layak lagi dijadikan pusat pemerintahan, maka pada tahun 1888 Sultan Makmum Al-Rasyid Perkasa Alamsyah memindahkan pusat pemerintahan ke Medan.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan pada Allah Subhana wa Ta’ala, Tuhan semesta alam, yang masih memberikan saya nikmat kesehatan dan waktu yang membuat saya mampu menyelesaikan Skripsi dan Penelitian dengan judul : “Labuhan Deli Sebagai Pusat Pemerintahan Kesultanan Deli”, dengan tujuan untuk meraih gelar
sarjana Pendidikan. Serta nikmat-nikmat hidup yang tak terhingga yang masih diberikan hingga sekarang. Semoga kita selalu diberikan berkah yang melimpah dan selalu dalam ridho serta lindungan-Nya.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, Penulis tetap bersyukur telah melalui banyak hal dan belajar banyak hal pula. Meskipun hasil penelitian dan tulisan ini masih banyak kekurangan dan masih belum sempurna. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada suluruh pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua saya, Ayahanda Almarhum Ponimin dan Ibunda Karni. Terima kasih atas segala perhatiannya yang salalu memberikan nilai-nilai kehidupan sedari kecil hingga sekarang. Semoga kebahagiaan selalu diberikan kepada kalian baik di dunia maupun akhirat kelak, dan Semoga Rahmat Allah selalu tercurah kepada kalian. Aamiin.
iii
3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya, sekali lagi terima kasih pak atas semua bimbingan, arahan, dan ilmu-ilmunya semoga selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan Allah Subhana wa Ta’ala. 5. Bapak Syahrul Nizar,S.Hum, M.A selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Sejarah.
6. Bapak Dr. Hidayat, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik saya, terima kasih bapak atas semua bimbingan, nasehat dan ilmu-ilmunya semoga selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan Allah Subhana wa Ta’ala.
7. Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan serta ilmu-ilmu yang berharga. Semoga selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan Allah Subhana wa Ta’ala.
8. Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan serta ilmu-ilmu yang berharga. Semoga selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan Allah Subhana wa Ta’ala.
iv
10.Kepada Keluarga besar saya yang berada dikecamatan Medan Marelan dan Pabupaten Purworejo. Semoga kita semua selalu diberikan berkah dan nikmat yang tak terhingga oleh Allah Subhana wa Ta’ala. Aamiin.
11.Kepada seluruh Guru di SD NEGERI 064999, SMP NEGERI 20 MEDAN dan SMA NEGERI 3 MEDAN, tanpa kalian tiada mungkin saya sampai dengan ke jenjang yang lebih lanjut seperti saat ini. Semoga bapak/ibu Guru semua selalu diberikan berkah dan nikmat yang tak terhingga oleh Allah Subhana wa Ta’ala.
12.Kepada Narasumber H. Amir Tanjung, Ahmad Faruni, Tengku Moharsyah Nazmi dan Daniel Perret, yang memberikan saya banyak informasi dan membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga para narasumber selalu diberikan kesehatan dan berkah dari yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aamiin.
13.Sahabat-sahabat ku tercinta A Reguler 2012, Imam, Hendro, Wido, Niko, Wendi, Wira, Amli, Jatmiko, Damson, Dela, Ela, Lely, Susan, Frieda, Novi, Omy, Tria Anggi, Yosepha, Cendana, Afni, Arifin, Rioby, Desi, Yeni, Dhiah, Neneng, Zein, Tria Devi, Mada, Dyna, Eva, Dewi, Lastrika, Jelita, Sister dan Almarhumah Elvi Rezeki (Terimalah ia disisimu dan ampuni semua dosanya Ya Allah). Terima Kasih telah mempercayaiku menjadi ketua kelas hingga akhir. Semoga segala urusan dunia akhirat kita dipermudah oleh yang Maha Kuasa.
v
Mimin, Darliani, Adi Sutrisno, Nisa, Duma, Hilda, Ica, Wahida, Yulinda, Fariza, Hasanah, Ulfa, Vivi . Sukses selalu untuk kita.
15.Bang Yusfiandi dan Ibu Neti yang memberikan tempat tinggal selama saya menjadi orang perantauan di Stabat. semoga kalian selalu diberi kesehatan dan selalu dalam lindungan Allah Subhana wa Ta’ala.
16.Sahabat Sekolah Alumni SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN 2012 yang masih berkarya Amar, Jovie, Didi, Agy, Thahrun, Reza, Pendi, Panji, Fauzan, Rizal, Surya, Dahlel, Iqbal, Alvin, Imam, Mbah dan seluruh penghuni 12 IPS 3.
Semoga dengan selesainya Skripsi ini mampu menjadi sumber penelitian dan bacaan yang berguna bagi semua kalangan untuk menambah informasi dan wawasan. Sekali lagi terima Kasih atas bantuan dan bimbingannya kepada semua pihak yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga kita semua selalu dalam Ridho Allah Subhana wa Ta’ala.Aamiin.
Medan, 28 Juli 2016 Penulis
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 25
4.2 Sejarah Singkat Medan Labuhan ... 27
4.3 Terbentunya Pusat Pemerintahan di Labuhan Deli ... 31
4.3.1 Istana.……….…… 32
4.3.2 Masjid……….…. ... 34
4.3.3 Dermaga……… 39
4.4 Faktor Pendukung Labuhan Deli Sebagai Pusat Pemerintahan .. 42
4.4.1. Faktor Ekonomi………. 42
4.4.2. Faktor Politik……….. 51
4.5. Kondisi Jalannya Pemerintahan Kesultanan Deli Di Labuhan…. 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Kesimpulan..……… ... 67
5.2 Saran..……… ... 70
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Informan
Lampiran 2 : Pedoman Wawancara
Lampiran 3 : Hasil Wawancara Dengan Informan
Lampiran 4 : Peta Kecamatan Medan Labuhan, Peta Hasil Penelitian Dan Letak Makam Tuanku Sultan Pasutan
Lampiran 5 : Foto Bersama Informan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Kota Labuhan Deli berada di pesisir Sumatera Timur dimana letaknya menghadap ke Selat Malaka dan dialiri oleh sungai Deli yang membelah Kota Medan. Hal ini menjadikan kawasan ini sebagai pintu gerbang sebelum memasuki kawasan Medan jika menggunakan transportasi air. Keadaan selat Malaka yang ramai membuat tidak sedikit kapal dari para pedagang yang mencoba peruntungan memasuki kawasan ini. Di dukung dengan keadaan sungai Deli yang mempermudah untuk memasuki kawasan ini dengan arus yang tenang, terbukti sampai saat ini masih banyak kapal berukuran kecil masuk ke kawasan Kota Labuhan Deli.
2
Kota Labuhan Deli dipilih sebagai pusat pemerintahan setelah sebelumnya berpindah-pindah dari satu kawasan ke kawasan lainnya. Diawali oleh Deli Tua yang menjadi cikal bakal Kesultanan Deli yang dikenal juga dengan Kerajaan Aru. Kemudian mengalami perpindahan dimasa kepemimpinan Tuanku Panglima Perunggit, memindahkan pusat pemerintahan Kesultanan Deli ke daerah Padang Datar yang saat ini dikenal dengan Kota Medan. Tidak berhenti di situ, perpindahan pusat pemerintahan pun terjadi ketika Raja Deli ketiga yakni Tuanku Panglima Padrap yang memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan Pulau Berayan (Takari,dkk 2012:76). Namun perpindahan pusat pemerintahan ke Kota Labuhan Deli yang dilakukan oleh Tuanku Panglima Pasutan seakan merupakan perpindahan terakhir yang dilakukan, dikarenakan hal tersebut tidak dilakukan oleh pemegang tahta tertinggi di Kesultanan Deli selanjutnya.
Kesultanan Deli mengalami perpindahan pusat pemerintahan selama masa aktifnya. Perpindahan ini dilakukan oleh kesultanan Deli disebabkan berbagai faktor yang mendukung agar jalannya pemerintahan lebih baik. Pantaslah jika dapat dikatakan bahwasanya perpindahan pusat pemerintahan ini dilakukan sebagai strategi politik, untuk lebih mudah memerintah Kesultanan Deli dan kawasan-kawasan taklukannya (Takari,dkk 2012:76). Wajar bila hal tersebut dilakukan jika dilihat daerah taklukan Kesultanan Deli yang cukup luas. Sebagai bentuk menjaga kekuasaan politik dari gangguan kerajaan lain.
3
keuntungan dari penjualan berbagai komoditi dan mempermudah dalam memerintah kawasan Kesultanan Deli serta kawasan taklukannya. Jika aspek yang menjadi pendukung utama terbentuknya pusat pemerintahan tidak dapat terpenuhi di suatu tempat, maka harus lah segera mencari suatu tempat yang lebih tepat. Hal ini lah yang terjadi oleh Kesultanan Deli yang mengalami perpindahan pusat pemerintahan, sebagai sentral kegiatan politik dan ekonomi sebagai penopang kegiatan masyarakat.
Setelah didapatkan suatu kawasan yang tepat dalam membangun pusat pemerintahan, maka perpindahan pun dilakukan oleh Kesultanan Deli. Labuhan dipilih sebagai kawasan yang memenuhi aspek kebutuhan Kesultanan Deli sebagai pusat pemerintahan. Pembangunan baik itu secara fisik maupun non fisik dilakukan sedemikian rupa sebagai proses terbentuknya pusat pemerintahan yang kelak sebagai sarana pendukung segala tujuan dari Kesultanan Deli. Keadaan fisik yang berupa bangunan sudah nampak jelas sebagai penopang berbagai kegiatan pemerintahan maupun masyarakat dan pembangunan secara non fisik yang meliputi beberapa peraturan dalam kehidupan masyarakat di Kota Labuhan Deli, baik itu dari kalangan Istana maupun dari kalangan masyarakat kebanyakan atau rakyat biasa.
4
di kawasan ini hidup berdampingan selama waktu yang tidak sebentar. Pembangunan ini lah merupakan faktor pendukung jalannya suatu pemerintahan karena memberikan segala kebutuhan masyarakatnya.
Terlepas dari berbagai strategi politik yang dilakukan Kesultanan Deli dalam menjalankan pemerintahannya, saat ini Kesultanan Deli sudah menjadi identitas bagi Kota Medan. Kesultanan Deli sangat identik dengan Kota Medan, dimana kawasannya merupakan daerah taklukan Kesultanan Deli. Diawali oleh lambang Kesultanan Deli dan Kota Medan yang menjadikan Tembakau Deli sebagai simbol penting yang harus dimasukkan kedalamnya. Bahkan suatu simbol Pariwisata Kota Medan saat ini adalah Istana Maemon. Jauh sebelum Kesultanan Deli menempatkan suatu pusat pemerintahan di kawasan yang saat ini dikenal dengan Kota Maksum, Kota Labuhan Deli sempat menjadi Pusat pemerintahannya. Kesultanan Deli lebih lama menjadikannya sebagai pusat pemerintahan dibandingkan dengan Kota Maksum, seakan melupakan kawasan Kota Labuhan Deli.
5 1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dikemukakan bebrapa identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Proses terbentuknya suatu pusat pemerintahan Kesultanan Deli di Kota Labuhan Deli
2. Faktor yang menyebabkan Kota Labuhan Deli sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Deli
3. Sarana pemerintahan Kesultanan Deli di Kota Labuhan Deli
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah bahwa kajian tentang Kesultanan Deli memiliki kajian yang cukup luas, oleh karena itu peneliti perlu membuat pembatasan agar lebih terfokus pada: “Kota Labuhan Deli sebagai Pusat Pemerintahan Kesultnan Deli”
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana proses terbentuknya pusat pemerintah Kesultanan Deli di Kota Labuhan Deli ?
6
3. Bagaimana sarana Pemerintahan Kesultanan Deli di Kota Labuhan Deli ?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan Kota Labuhan Deli sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Deli
2. Untuk mengetahui proses terbentuknya pusat pemerintahan Kesultanan Deli di Kota Labuhan Deli
3. Untuk mengetahui sarana Pemerintahan Kesultanan Deli di Kota Labuhan Deli
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai
Kota Labuhan Deli sebagai Pusat Pemerintahan Kesultanan Deli
2. Memberikan pengalaman dan wawasan kepada peneliti dalam penulisan karya ilmiah
3. Sebagai penambah informasi kepada penelitian yang relevan di masa yang akan datang
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses terbentunya pusat pemerintahan di Labuhan Deli diawali karena Pulau Brayan dianggap tidak tepat lagi dengan sebab tertentu, seperti letaknya yang kurang strategis dan jauh dari laut atau selat Malaka yang saat itu sangai ramai dengan berbagai kegiatan perniagaan sekaligus dapat dijadikan pintu gerbang tol kepabean atau pajak setiap kapal yang akan masuk ke pulau Sumatera lewat sungai Deli.
2. Hal yang menjadi faktor penyebab utama perpindahan pusat pemerintahan Kesultanan Deli adalah faktor ekonomi dan faktor politik, dimana kedua faktor penting tersebut mampu mendukung jalannya pemerintahan Kesultanan Deli sampai dengan tahun 1888 di Labuhan Deli.
68
pendukung pemerintahan, fasilitas masyarakat seperti tempat ibadah yaitu Masjid Al-Osmani, fasilitas perekonomian seperti pasar yang dikenal di kawasan ini dengan nama Pekan dan fasilitas transportasi air seperti dermaga atau pelabuhan.
4. Awalnya Labuhan Deli hanya dihuni oleh masyarakat melayu, namun karena pesatnya kegiatan perniagaan memngundang berbagai bangsa untuk datang dalam mencari komoditi yang dibutuhkan, hal ini membuat masyarakat disini menjadi multi etnis yang meliputi bangsa pribumi seperti melayu, karo, bata dan meliputi bangsa asing seperti cina, india, arab.
5. Aktivitas ekonomi di Labuhan Deli sangat ramai, meliputi perdagangan komoditi seperti rempah-rempah, kuda, kelapa, kapas, candu dan padi. Setelah kerja sama dengan Belanda terjadi, hasil dari perkebunan tembakau mendominasi dan menjadi komoditi yang termasyur ke seluruh penjuru dunia. Sedangkan untuk mengisi kas kerajaan, segala kegiatan ekonomi berupa pemungutan pajak bagi pelayaran yang melintasi dermaga Labuhan Deli. Untuk beberapa komoditi penting juga dikenakan pajak cukup besar, seperti candu yang sangat marak di kawasan ini hingga terdapat pajak (pasar) arak yang di dalamnya terdapat rumah candu.
69
Melayu. Hal tersebut berlaku tidak hanya di Labuhan Deli, melainkan semua kawasan yang menjadi taklukan Deli. Keputusan untuk menjalin kerja sama dengan Belanda yang pertama kali dilakukan oleh Deli terjadi di Labuhan Deli, kebijakan politik ini yang membuat Deli terkenal dengan tanaman tembakaunya.
7. Aktivitas agama yang paling menonjol di kasawan ini adalah kegiatan agama islam dan agama budha. Agama islam yang menjadi pegangan dalam menjalankan roda pemerintahan oleh Sultan Deli ternyatu menyatu dengan unsur politik, ekonomi dan membentuk interaksi dalam masyarakat. Hal tersebut terlihat ketika peran masjid tidak hanya sebatas tempat ibadah, melainkan interaksi antara Sultan dengan masyarakat sering terjalin ketika acara keagamaan tertentu dan kegiatan ekonomi yang terlihat adalah ketika pekan ( pasar ) yang terbentuk ketika hari jumat setelah umat muslim ibadah sholat jumat. Sedangkan bangunan Vihara Dewi Murni muncul ketika mulai banyak buruh yang didatangkan dari China yang akan bekerja di perkebunan tembakau Deli.
70 5.2. Saran
Kota yang terlupakan sangat tepat bagi Labuhan Deli, nilai sejarah yang panjang harusnya mampu membuat kawasan ini dijadikan salah satu kunjungan pariwisata bercita rasa sejarah. Peninggalan yang masih ada mampu menceritakan kawasan yang sempat ramai pada masanya dibandingkan dengan kawasan lainnya. Bangunan-bangunan pertokoan, tempat ibadah dan suasana kawasan pesisir yang ada sampai saat ini masih dapat dirasakan bagi setiap orang yang datang. Namun jika disertai dengan penjelasan, baik itu berupa tulisan semacam prasasti maupun penjelasan yang disampaikan oleh Guide wisata sangat membuat kawasan ini lebih menarik.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Basundoro, Purnawan. 2012. Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Claessen, H.J.M. 1987. Antropologi Politik Suatu Orientasi. Surakarta : Erlangga Deli Gids, 1938. Medan
Gottschalk, Louis.1983. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-PRESS
Hariyono, Paulus. 2011. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta: Bumi Aksara Husny, Tengku H.M Lah. 1978. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya
Penduduk Melayu-Pesisir Deli Sumatera Timur. 1612-1950. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kartodirdjo, Sartono. 1977. Masyarakat Kuno dan Kelompok-Kelompok Sosial. Jakarta: Bhatara Karya Aksara
Koestoro, Lucas Partanda, dkk. 2013. Berita Penelitian Arkeologi No. 28: Medan, Kota Pesisir Timur Sumatera dan Peninggalan Tuanya. Medan :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Arkeologi Medan Meuraxa, Dada. 1973. Sejarah Kebudayaan Suku-Suku di Sumatera Utara.
Medan: SASTERAWAN
72
Profil dan Ekspose kecamatan Medan Labuhan, Pemerintah Kota Medan 2013
Sinar, Tuanku Luckman. 2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang
Sinar, Tuanku Luckman. 1986. Sari Serdang 2. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sinar, Tuanku Luckman. 1994. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu
Syafiie, Inu Kencana. 2013. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: Refika Aditama
Takari, Muhammad, B.S., A. Zaidan, dan Dja’far, Fadlin Muhammad. 2012. Sejarah Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakatnya. Medan: USU