• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS KEBIJAKAN BANK INDONESIA MENGENAIPRINSIP KEHATI HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS YURIDIS KEBIJAKAN BANK INDONESIA MENGENAIPRINSIP KEHATI HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum

Minat Utama : Hukum Dan Kebijakan Publik

Oleh :

INGGAR WIDIYARTO NIM : S310906208

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU HUKUM KONSENTRASI KEBIJAKAN PUBLIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

ii

PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN

Disusun Oleh :

Nama : INGGAR WIDIYARTO NIM : S.310906208

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Dosen Pembimbing

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Pembimbing I Dr. Jamal Wiwoho,SH.,M.Hum. ……… ………… NIP. 131 658 560

Pembimbing II Winarno Budyatmojo, SH.,M.S. ……… ………… NIP. 131 658 559

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Hukum

(3)

iii

PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN

Disusun Oleh :

Nama : INGGAR WIDIYARTO NIM : S.310906208

Telah Disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof.Dr.H.Setiono, S.H.,M.S. ... ...

Sekretaris Dr.Hari Purwadi, S.H., M.Hum. ... ...

Anggota 1. Dr.Jamal Wiwoho, S.H.,M.Hum. ……….. …………

2. Winarno Budyatmojo,S.H.,M.S. ……….. …………

Mengetahui,

Ketua Program Studi Prof.Dr.H.Setiono,S.H,M.S. ……… Ilmu Hukum NIP. 130 345 735

(4)

iv Saya yang bertanda tangan dibawah ini ;

Nama : Inggar Widiyarto

NIM : S.310906208

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul ” Analisis Yuridis Kebijakan Bank Indonesia Mengenai Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit Perbankan ” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan di

dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Surakarta, Desember 2008 Yang membuat pernyataan,

(5)

v

Akhirnya, dengan kerja keras yang penulis lakukan, untuk menyelesaikan tesis ini, sebagai salah satu syarat kelulusan studi di Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret, telah terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan apa yang penulis inginkan. Hal tersebut mustahil tercapai tanpa bantuan dari pihak lain.

Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan tesis ini kepada :

1. Allah SWT...Penguasa langit dan bumi, karena kasihMu maka penulis bisa menyelesaikan apa yang menjadi cita-cita dan harapan dalam hidup ini.

2. Nabi besar Muhammad SAW...sebagai tauladan dalam mengisi kehidupan di dunia ini.

3. Kedua orang tuaku...Bapak Sumadi,SPd dan Ibu Sri Supadmi. Kedua orang yang telah memberikan cinta kasihnya selama ini kepada penulis. Yang telah memberikan segala-galanya.

4. Istriku tercinta...Pratiwi Agustin Sinaga, SH. Yang selalu menemani hari-hari penulis, yang telah memberikan segala kasih sayang dan cintanya, yang menenteramkan hati disaat sedih, yang membuat penulis menjadi seorang manusia yang lebih dewasa. Aku persembahkan tesis ini untukmu, pendamping hidupku.

5. Guru-guruku, mereka yang telah memberikanku ilmu yang bermanfaat, dari ketidaktahuanku diwaktu kecil hingga seperti saat ini.

(6)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah

dan karuniaNya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari, tanpa pertolongan dan ridho dari Nya sangat mustahil ini

semua bisa terselesaikan dengan baik. Untuk itu manusia wajib berusaha dan

berdoa, akan tetapi Allah SWT yang menentukan segala hasilnya.

Penulisan tesis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh

setiap mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Adapun Tesis ini berjudul Analisis Yuridis Kebijakan Bank Indonesia Mengenai Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit Perbankan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik

dan tepat waktu tanpa bantuan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

yang terhormat :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., PhD., selaku Direktur Program Pasca Sarjana yang

telah memberikan banyak fasilitas dan kesempatan dalam studi penulis di

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. H. Setiono, SH., M.S., selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

kemudahan dan fasilitas guna keperluan penulisan tesis ini dan petunjuk

(7)

vii

memberikan bantuan fasilitas guna keperluan penulisan tesis ini, serta saran

dan bimbingan yang berguna sebagai petunjuk dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr.Jamal Wiwoho,SH.,M.Hum. selaku pembimbing I dalam penulisan

tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis,

meluangkan waktu untuk memberikan koreksi terhadap penulisan tesis ini,

sehingga tesis ini dapat selesai dengan baik.

5. Bapak Winarno Budyatmojo, SH.,M.S. selaku pembimbing II dalam

penulisan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis, meluangkan waktu untuk memberikan koreksi terhadap penulisan

tesis ini, sehingga tesis ini dapat selesai dengan baik.

6. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberikan dorongan dan semangat,

serta doa yang tulus tak henti-hentinya kepada penulis, sehingga penulisan

tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Kakakku Indah Widiyasari dan

Wijanarko, adikku Irma Novitasari, serta keponakanku Jasmin Mutia Salina.

7. Istriku, pendamping hidupku yang tercinta. Wanita yang aku cintai dan

sayangi dengan setulus hati, ibu dari anak-anakku kelak. Yang tersayang

Pratiwi Agustin Sinaga, SH. yang telah banyak memberikan dorongan

semangat, dan tak lelah mengingatkanku untuk segera menyelesaikan

penulisan tesis ini. Aku persembahkan tesis ini untukmu. Dan untuk anakku

(8)

viii

8. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta khususnya Konsentrasi Hukum dan

Kebijakan Publik Angkatan September 2006, Vita ( atas segala bantuan dan dorongan semangat, serta kebersamaan yang kau berikan ), Siska ( Terima

kasih semuanya ), Lingga, Bu Tutik, Widi, Arif, Danang, Feri, Agus, Pak

Junizar, Pak Sugeng, Pak Waliyana, Pak Ismiyanto, Mas Aris, Pak Bambang

Hakim, Pak Bambang Winahyo, terima kasih atas bantuan tugas mata

kuliahnya, atas bantuan catatan-catatan kuliah, atas buku-bukunya, atas

kedatangan waktu seminar proposal, dan atas semua kebersamaan kita,

persahabatan yang tak harus terhenti seketika. Sampai bertemu kembali dilain

kisah dilain waktu..

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala

bantuannya yang telah diberikan kepada penulis hingga selesainya penulisan

tesis ini.

Semoga tesis yang masih jauh dari sempurna ini dapat menjadi referensi

yang bermanfaat bagi siapa saja, yang ingin mengkaji dan meneliti mengenai

Hukum dan Kebijakan Publik, khususnya mengenai dunia perbankan.

Surakarta, Desember 2008

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv A. Tinjauan Umum Tentang Hukum dan Teori Hukum ... 10

B. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Publik ... 16

C. Tinjauan Umum Tentang Perbankan dan Hukum Perbankan ... 20

D. Kerangka Berpikir ... 35

BAB. III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 41

C. Jenis Data ... 42

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 43

E. Tehnik Analisa Data ... 44

(10)

x

1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum

2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP Tahun 2003 Perihal

(11)

xi

Bank Indonesia Mengenai Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit Perbankan. Tesis : Program Pascasarjana Universitas sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini menganalisa mengenai kebijakan apakah yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sebagai langkah penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan. Selanjutnya, apakah yang menjadi persamaan dan perbedaan antara kebijakan tersebut dengan Undang-undang perbankan khususnya dalam hal penerapan prinsip kehati-hatian .

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif. Konsep hukum yang digunakan adalah konsep hukum yang kedua, dari pendapat Soetandyo Wignyosoebroto, yaitu hukum adalah norma-norma positif didalam sistem perundang-undangan hukum nasional. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka atau lazim disebut data sekunder. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara metode deduktif atau silogisme deduksi. Penulis memulai dari data-data yang bersifat umum ( premis mayor ), yakni mengenai pemberian kredit perbankan. Kemudian yang bersifat khusus ( premis minor ), yakni mengenai penerapan prinsip kehati-hatian. Untuk kemudian ditarik hubungan diantara keduanya, sebagai sebuah konklusi.

(12)

xii

Inggar Widiyarto. S.310906208. A Juridical Analysis of the Bank of Indonesia’s Policy on the Principles of Carefulness in the giving of Bank Credit. Thesis: Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2008.

This research investigates: (1) what policies are issued by the Bank of Indonesia as a foundation to apply the principles of carefulness in the giving of bank credit; and (2) what are the similarities and differences between the policies and the prevailing banking laws particularly in the application of the principles of carefulness.

This research is a normative legal one. It uses the second law concept as suggested by Soetandyo Wignyosoebroto, which says that a law is positive norms in the legislation system of national law. Data of the research were gathered through a library study, generally accepted as secondary data. The data were then analyzed by using a deductive method or deductive syllogism. The analysis was started from the general data (major premise), that is, the giving of the bank credit then was continued to the specific data (minor premise), that is, the application of the principles of carefulness. Finally, the relation between the two premises was drawn as conclusions.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam memasuki era globalisasi yang meliputi semua aspek kehidupan baik politik, sosial, budaya, dan ekonomi banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh suatu negara. Untuk memenuhi tuntutan tersebut tiap negara harus melaksanakan pembangunan agar dapat mensejajarkan diri dengan negara-negara lain. Begitu pula dengan Indonesia, usaha untuk memenuhinya terdapat dalam tujuan bangsa Indonesia seperti yang termaktub didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, yaitu sebagai berikut :

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan kesejahteraan umum

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

Tujuan tersebut dapat tercapai apabila dilaksanakan berdasarkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Salah satu bidang pembangunan nasional yang dilaksanakan adalah pembangunan dibidang ekonomi. Pembangunan nasional memerlukan sumber pendanaan yang tidak kecil guna mencapai sasaran-sasarannya. Sasaran ini terus diupayakan untuk ditingkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu.

(14)

Untuk itu upaya memperbaiki dan memperkuat sektor keuangan khususnya industri perbankan menjadi sangat penting.

Sektor perbankan memiliki peran yang sangat vital, antara lain sebagai pengatur urat nadi perekonomian nasional. ( William A Lovett, 1997:1 ) Lancarnya aliran uang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi. Dengan demikian, kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat penting menjadi sasaran akhir dari kebijakan-kebijakan disektor perbankan. Mengingat pentingnya fungsi perbankan, maka upaya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Bisnis perbankan merupakan bisnis yang penuh dengan resiko ( full risk business ), disamping menjanjikan keuntungan yang besar jika dikelola dengan baik dan prudent.

Prinsip kehati-hatian ( prudent banking principle ) adalah suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa Bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib bersikap hati-hati ( prudent ) dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya.( Rachmadi Usman, 2001:18 ) Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ” bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.”

(15)

orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat kebijakan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat. Selain itu, Bank dalam membuat kebijakan dan menjalankan kegiatan usahanya harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara konsisten dengan didasari oleh itikad baik. (www.bappenas.go.id., diakses 16 Juli 2007 )

Prinsip kehati-hatian juga ditegaskan dalam Pasal 29 ayat (2) Undang-undang Perbankan yang berbunyi : “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan Bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha Bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”. Dalam penjelasan Pasal 29 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dikatakan antara lain : “Di pihak lain, Bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan intern dalam rangka menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan Bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian”

(16)

Mulai dari undang-undang hingga peraturan yang bersifat teknis sudah cukup tersedia. Bahkan peraturan yang berhubungan dengan prinsip kehati-hatian ( prudent banking principle) sudah sangat memadai. Namun demikian kelengkapan peraturan saja tidaklah cukup untuk dijadikan ukuran bahwa perbankan nasional lepas dari segala permasalahan.( Mulhadi, 2005:3 )

Prinsip kehati-hatian itu harus dijalankan oleh Bank tidak hanya karena dihubungkan dengan kewajiban Bank untuk tidak merugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank, tetapi juga karena kedudukan Bank yang istimewa dalam masyarakat yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah penyimpan dana dari Bank itu saja.

Penerapan prinsip kehati-hatian serta kesehatan bank tidak dapat dilepaskan begitu saja dari aspek pengaturan berbagai pihak yang terlibat dalam kancah dunia perbankan. Ada kepentingan yang paling utama yang dimiliki oleh negara, dimana pengaturan masalah bank dapat dikatakan sebagai wujud dari adanya campur tangan negara di bidang perekonomian.

(17)

dilihat dari aspek kegiatan usaha langsung, maka pemerintah terjun secara langsung melakukan kegiatan perbankan dengan mendirikan bank pemerintah ( http://adln.lib.unair.ac.id, diakses 16 Juli 2007 )

Salah satu faktor yang membuat sistem perbankan nasional keropos adalah akibat perilaku para pengelola dan pemilik bank, yang cenderung mengeksploitasi dan atau mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam berusaha. Disamping faktor penunjang lain yakni lemahnya kontrol pengawasan dari pemerintah melalui Bank Indonesia. ( http://www.kompas.com, diakses 24 Juni 2007 )

Peranan sektor keuangan sebagai sumber pembiayaan pembangunan meningkat. Salah satu sektor keuangan yang memiliki peran cukup besar adalah perbankan. Perkembangannya ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan meningkat sebesar 14,1 persen dari sekitar Rp 698,7 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 787,1 triliun pada tahun 2006, dan mencapai Rp 794,7 triliun di bulan Maret 2007 ( http://www.bappenas.go.id, diakses 16 Juli 2007 ). Kredit menjadi sumber pendapatan terbesar bagi pihak kreditur, dalam hal ini adalah perbankan, dan juga merupakan salah satu penyebab utama perbankan menghadapi permasalahan atau risiko.

(18)

mengabaikan tentang arti pentingnya prinsip kehati-hatian dalam melakukan usahanya didalam penyaluran kredit.

Angka kredit macet ( non performing loan / NPL ) yang dialami perbankan nasional saat ini cukup tinggi, menurut ketentuan dari Bank Indonesia toleransi terhadap angka kredit macet dalam suatu Bank adalah 2 % sampai dengan 5 %.. Hal tersebut jelas menggambarkan betapa buruk dan rendahnya komitmen untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian di kalangan pelaku bisnis perbankan, khususnya mengenai kegiatan penyaluran dana kepada pihak ketiga.

Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian guna mengetahui sampai sejauh mana Bank Indonesia menerapkan prinsip kehati-hatian, dalam pengambilan kebijakan-kebijakan bagi perbankan nasional, khususnya mengenai pemberian kredit perbankan. Hal ini dilakukan dengan mencari tahu tentang kebijakan apa yang telah diambil atau dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sehubungan dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian sebagaimana diatur di dalam Undang-undang Perbankan, khususnya dalam pemberian kredit perbankan. Dan mencari apa sajakah yang menjadi persamaan dan perbedaan dari kebijakan tersebut, dengan ketentuan yang ada dalam Undang-undang Perbankan, kaitannya dengan penerapan prinsip kehati-hatian.

(19)

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah untuk mengidentifikasikan persoalan yang diteliti secara jelas, guna mencari jawaban atas persoalan yang ingin dipecahkan. Arti penting perumusan masalah adalah sebagai pedoman bagi tujuan dan manfaat penelitian dalam rangka mencapai kualitas yang optimal. Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan masalah yang ingin dikaji oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan apakah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan, sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan ?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian pasti mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai dari diadakannya penelitian tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan, sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan.

2. Persamaan dan perbedaan mengenai substansi dari kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan, dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat baik secara langsung ataupun tidak langsung kepada berbagai pihak, yang antara lain yaitu ;

(21)

dalam pembuatan atau perumusan kebijakan-kebijakan moneter, yang menyangkut kepentingan publik.

2. Mengetahui bagaimana Bank Indonesia selaku pemegang otoritas keuangan dan perbankan, menerapkan prinsip kehati-hatian didalam setiap aktifitas perbankan melalui kebijakan-kebijakannya, dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia telah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Perbankan.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Hukum dan Teori Hukum 1. Pengertian dan fungsi hukum

Memahami pengertian tentang hukum memang bukan suatu yang mudah, karena pengertian mengenai hukum ada bermacam-macam dan tergantung dari segi mana kita memandangnya.

Menurut Plato hukum adalah pikiran yang masuk akal (reason thought , logismos) yang dirumuskan dalam keputusan negara. ( Lili Rasjidi , 2001:18)

Di Indonesia hukum dikatakan merupakan : ( Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia, 1982:1344 ) “… rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan, baik yang tertulis, maupun yang tidak tertulis …., yang menentukan atau mengatur hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat. “

Hukum atau tata hukum ialah semua peraturan-peraturan hukum yang diadakan / atau diatur oleh negara atau bagian-bagiannya dan berlaku pada waktu itu seluruh masyarakat dalam negara itu. Jelasnya semua hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu dalam suatu tempat tertentu. ( C.S.T. Kansil, 1993:11 )

Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan peraturan atau kaedah dalam kehidupan bersama ; keseluruhan tentang tingkah laku yang berlaku dalam

(23)

suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. ( Sudikno Mertokusumo, 1986 :37 )

Ditinjau dari sudut ilmu politik, menurut Mahfud, MD. hukum merupakan suatu sarana dari elit yang memegang kekuasaan dan sedikit banyak dipergunakan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya, atau untuk serta mengembangkannya.( Mahfud MD. , 1999: 4 )

Menurut Lon L. Fuller dalam (Ronny Hanintyo Sumitro,1998:2 ) mengartikan hukum sebagai upaya untuk mempertahankan perilaku manusia dibawah perintah dari peraturan-peraturan. Beliau juga berpendapat bahwa untuk untuk mengenal hukum sebagai suatu sistem, maka harus dicermati apakah ia memenuhi delapan ( 8 ) azas atau principles of legality berikut ini ; ( Esmi Warassih, 2005:31 )

a. Sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan artinya ia tidak boleh mengandung sekedar keputusan-keputusan yang bersifat ad hoc

b. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan c. Peraturan tidak boleh berlaku surut

d. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti

e. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentangan satu sama lain

f. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan

(24)

h. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaan sehari-hari

Teori normatif tentang hukum dalam hal ini dikemukakan oleh Hans Kelsen. Teori Hans Kelsen yang bersifat dasar adalah konsepsi mengenai Grundnorm. Beliau, menyebutkan hukum memiliki suatu susunan berjenjang ( stufen theory ), menurun dari norma positif tertinggi sampai kepada perwujudan yang paling rendah. Hans Kelsen menamakan norma tertinggi tersebut sebagai Grundnorm ( norma dasar ), dan

Grundnorm pada dasarnya tidak berubah-ubah. Melalui Grundnorm inilah semua peraturan hukum disusun dalam satu kesatuan secara hirarkhis.( Esmi Warassih, 2005:32 ) Oleh karena itu , dalam susunan norma hukum tidak diperbolehkan adanya kontradiksi antara norma hukum yang lebih rendah dengan norma hukum yang lebih tinggi.

Suatu tata kaedah hukum merupakan sistem kaedah-kaedah hukum secara hirarkhis. Susunan kaidah-kaidah hukum dari tingkat terbawah keatas adalah sebagai berikut :

a. Kaedah hukum individual atau keadah hukum konkret dari badan-badan penegak atau pelaksana hukum, terutama pengadilan.

b. Kaedah hukum umum atau kaedah hukum abstrak di dalam undang-undang atau hukum kebiasaan.

c. Kaedah hukum dari Konstitusi.

(25)

fundamental atau dasar yang bukan merupakan kaedah hukum positif, oleh karena dihasilkan oleh pemikiran-pemikiran yuridis. Sahnya kaedah-kaedah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau ditentukan oleh kaedah-kaedah hukum yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi (Soerjono Soekanto, 1986 : 127-128).

Dari beberapa definisi hukum diatas, masih banyak lagi definisi hukum yang lain menurut para pakar hukum, jadi dapat disimpulkan bahwa hukum adalah alat atau sarana untuk mengatur dan menjaga ketertiban guna mencapai suatu masyarakat yang berkeadilan dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang berupa peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan memberikan sanksi bagi mereka yang melanggarnya, baik itu mengatur masyarakat ataupun aparat pemerintah sebagai penguasa.

Dalam pelaksanaanya hukum sebagai suatu norma, tentunya tidak selamanya dapat berjalan secara serasi dengan norma-norma yang ada didalam masyarakat dan seringkali menghadapi banyak benturan. Untuk itu diperlukan peran serta dari orang-orang yang ada di dalam masyarakat untuk menyesuaikan berlakunya hukum agar dapat berjalan dan menjalankan fungsinya terus menerus. Hukum sebagai sarana untuk mengatur perilaku manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya tentunya mempunyai suatu fungsi yang harus dijalankannya.

(26)

a. Memerintah, yaitu hukum termasuk mengendalikan perilaku ke dalam keinginan langsung melalui sanksi positif dan negatif.

b. Distribusi, yaitu hukum membantu dalam distribusi dalam rangka membatasi gap di dalam masyarakat.

c. Melindungi harapan, yaitu hukum mengungkapkan prediksi antara sejumlah subyek melalui apa yang diharapkan.

d. Konflik berkepanjangan, yaitu hukum membantu memisahkan beberapa subyek yang sedang konflik.

e. Nilai-nilai yang diwujudkan dalam gagasan, yaitu hukum berfungsi mengutarakan beberapa gagasan dalam suatu masyarakat.

Menurut Hoebel dalam (Esmi Warassih, 2005:26) fungsi hukum ada 4 (empat) , yaitu antara lain:

a. Menetapkan hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat, dengan menunjukkan jenis-jenis tingkah laku-tingkah laku apa yang diperkenankan dan apa pula yang dilarang;

b. Menentukan pembagian kekuasaan dan merinci siapa saja yang boleh melakukan paksaan serta siapakah yang harus mentaatinya dan sekaligus memilihkan sanksi-sanksinya yang tepat dan efektif;

c. Menyelesaikan sengketa;

(27)

Dengan melihat fungsi hukum tersebut, maka dapat dilihat, bahwa hukum sesungguhnya memang dipersiapkan sebagai suatu sarana untuk menangani proses-proses yang dikerjakan oleh manusia dalam sebuah masyarakat.

2. Tujuan hukum

Setelah diuraikan mengenai makna atau pengertian mengenai apa itu hukum, dan juga fungsi dari hukum tersebut diatas, maka hukum juga mempunyai tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh hukum itu sendiri. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa pandangan para ahli hukum mengenai apa tujuan dari hukum tersebut, antara lain yaitu ;

Dalam bukunya Esmi Warassih yang berjudul “ Pranata hukum sebagai telaah sosiologis “ menyebutkan beberapa tujuan hukum, antara lain :

Pertama, Teori Etis, hukum hanya semata-mata bertujuan mewujudkan keadilan. Isi hukum ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang apa yang adil dan tidak adil. Dengan perkataan lain, hukum bertujuan untuk merealisasikan atau mewujudkan keadilan.

Kedua, Teori Utilitas, menyatakan bahwa tujuan hukum adalah untuk menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya (the greatest good of the greatest number)

(28)

Demikian pula Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto mengatakan didalam bukunya :

“ bahwa tujuan hukum adalah demi kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi ” (Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto,1978:67)

Dalam pengertian filsafat hukum menurut Darji Darmodiharjo ( Darji Darmodiharjo,1999:151) hukum mempunyai dua (2) fungsi, yaitu :

a. Hukum berfungsi untuk mewujudkan ketertiban umum, yaitu suatu keadaan yang menyangkut penyelenggaraan kehidupan manusia dalam kehidupannya bersama-sama manusia lainnya.

b. Hukum berfungsi menciptakan rasa keadilan didalam masyarakat

Disamping ketertiban tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat pada zamannya “ (Satjipto Raharjo.1986:50)

B. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Publik 1. Pengertian tentang kebijakan publik

(29)

Menurut Thomas R. Dye, Kebijakan Publik adalah apa saja yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh pemerintah. “Public Policy is whatever to government choose to do or not to do.”( Thomas R.Dye,1978:3)

Carl Friedrich, memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.(Budi Winarno,2002:16).

Menurut Robert Eyestone, kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.(Robert Eyestone,1971:18)

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa : Kebijakan Publik memiliki implikasi sebagai berikut :

a. Bentuk awalnya adalah merupakan penetapan tindakan-tindakan pemerintah.

b. Kebijakan publik tidak cukup hanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau diimplementasikan secara nyata.

(30)

d. Pada akhirnya segala proses yang ada diatas adalah diperuntukkan bagi pemenuhan kepentingan masyarakat. (Setiono, 2006:2)

Untuk memahami berbagai definisi kebijakan publik, menurut Young dan Quinn ada baiknya kita membahas beberapa konsep kunci yang termuat dalam kebijakan publik, yakni :

a. Tindakan pemerintah yang berwenang

b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan

d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

e. Dan sebuah justifikasi yang dibuat oleh seseorang atau beberapa orang aktor (Edi Suharto, 2006:44)

Kebijakan publik yang lebih menekankan kepada proses nampaknya menjadi lebih populer daripada hukum. Namun sesungguhnya hukum keberadaannya tetap dibutuhkan oleh masyarakat modern. Sebab sebuah hasil persepakatan yang tidak memiliki kekuatan legalitas yang mengikat maka akan menimbulkan kerawanan terhadap terjadinya pelanggaran-pelanggaran beberapa pihak atas kesepakatan yang telah dicapai dalam proses kebijakan publik itu sendiri.

(31)

tentang kebijakan publik maka kendalanya kita harus membicarakan segala aspek yang ada di dalam hukum.

2. Hubungan antara hukum dan kebijakan publik

Penerapan hukum sangat tergantung pada kebijakan publik sebagai sarana yang dapat mensukseskan berjalannya penerapan hukum itu sendiri. Sebab dengan adanya kebijakan publik, maka pemerintah dengan masyarakat setempat akan mampu merumuskan apa saja yang harus dilakukan, agar penerapan hukum yang ada dapat berjalan dengan baik.

Hukum dan kebijakan publik merupakan variabel yang memiliki keterkaitan yang sangat erat, sehingga telaah tentang kebijakan pemerintah semakin dibutuhkan untuk dapat memahami peranan hukum saat ini. Kebutuhan tersebut semakin dirasakan seiring dengan semakin meluasnya peranan pemerintah memasuki bidang kehidupan manusia, dan semakin kompleksnya persoalan-persoalan ekonomi, sosial dan politik.

Dengan begitu secara tersirat sesungguhnya dapat terlihat bahwa kebijakan publik yang dibuat bukanlah bermaksud untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan hukum yang ada justru sebaliknya ia ingin berupaya agar aturan hukum itu dapat terselenggara dengan baik.

Pada dasarnya di dalam penerapan hukum tergantung pada empat unsur: (Setiono, 2006:6)

(32)

c. Masyarakat d. dan Budaya

Menurut Muhcsin dan Fadillah Putra, hubungan hukum dan kebijakan publik dari sudut pandang kebutuhan hukum ada dua keterkaitan. Keterkaitan yang pertama

adalah antara hukum dan kebijakan publik memiliki kesamaan, keterkaitan ini terutama terlihat pada proses pembentukan hukum dengan proses formulasi kebijakan publik, yakni keduanya sama-sama berangkat dari realita yang ada dalam masyarakat dan berakhir pada penetapan sebuah solusi atas realita tersebut.

Sedangkan keterkaitan yang kedua adalah bahwa produk hukum (Undang-undang) memerlukan sebuah kekuatan dan kemapanan dari kandungannya, dan untuk hal tersebut memerlukan sebuah cara yang sangat kuat untuk menuju pada hasil yang mapan pada substansi tersebut. Kebijakan publik sebagai sebuah proses ternyata sedikit banyak mampu memenuhi kebutuhan kemapanan hasil atau produk hukum (Undang-undang) tersebut. ( Ayub Torry Satriyokusumo, 2007:15).

C. Tinjauan Umum Tentang Perbankan Dan Hukum Perbankan 1. Tinjauan umum tentang perbankan

a. Pengertian perbankan

(33)

Apabila akan membicarakan tentang lembaga keuangan bank, ada dua istilah yang perlu dijelaskan terlebih dahulu, yaitu perbankan dan bank. Menurut Pasal 1, angka (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, pengertian perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada angka (2) pasal tersebut disebutkan pengertian bank, yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

Melihat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian perbankan bermakna lebih luas, dibanding pengertian bank. Sedangkan pengertian tentang bank yang lain yaitu ;

Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini sebagai media perantara ( Financial Intermediary ) antara debitur dengan kreditur. (Ruddy Tri Santoso, 1997:1)

(34)

b. Fungsi bank

Bank sebagai lembaga keuangan, mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut ; (Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, 2006:5)

1) Agent of trust, Bank adalah lembaga yang landasannya adalah kepercayaan. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uang akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.

2) Agent of development, Lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang.

(35)

jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

c. Jenis-jenis bank

Menurut fungsinya bank dibedakan menjadi ; (Abdulkadir Muhammad, 2004:36)

1) Bank Sentral, dalam hal ini adalah Bank Indonesia, yang mempunyai tugas sebagai lembaga negara yang berwenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai

lender of the last resort.

2) Bank Umum, yang berfungsi sebagai bank yang dapat menjalankan segala jenis usaha di bidang jasa perbankan.

3) Bank Perkreditan Rakyat, berfungsi sebagai bank yang menjalankan usaha di bidang jasa perbankan tidak termasuk jasa lalu lintas pembayaran, terutama untuk melayani usaha kecil dan rakyat pedesaan.

Sedangkan jenis - jenis bank yang disebutkan didalam Undang-Undang Nomor 7 Nomor 1992 jo.Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yaitu :

(36)

2) Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Tinjauan umum tentang Bank Indonesia

Didalam pembagian jenis-jenis bank, yang diuraikan didepan. Bahwa terdapat salah satu jenis bank yakni Bank Sentral. Bank sentral disini yang dimaksud adalah Bank Indonesia. Bank sentral dalam Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 tidak dikategorikan sebagai suatu jenis bank yang diaturnya, hal tersebut karena fungsi, tugas dan peranan bank sentral adalah sebagai otoritas moneter, serta melakukan pengawasan dan pembinaan bank.

Oleh karena itu bank sentral bukan merupakan jenis bank yang diatur dalam undang-undang ini, tetapi justru merupakan lembaga negara yang ikut bertanggung jawab atas dilaksanakannya Undang-Undang Perbankan dimaksud, sehingga diatur dengan undang-undang tersendiri.

Menurut Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.

a. Status Bank Indonesia

(37)

1) Bank sentral

Bank sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai

lender of the last resort. Bank sentral mempunyai tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dan tidak melakukan kegiatan intermediasi seperti yang dilakukan bank pada umumnya.

2) Lembaga negara independen

Sebagai lembaga negara yang independen, Bank Indonesia bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang Bank Indonesia.

3) Badan hukum publik

Bank Indonesia dinyatakan sebagai badan hukum dengan Undang-Undang Bank Indonesia. Dengan demikian terdapat kejelasan wewenang Bank Indonesia dalam mengelola kekayaan sendiri terlepas dari Anggaran dan Belanja Negara. Selain itu Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalm batas kewenangannya.

b. Tugas dan tujuan Bank Indonesia

(38)

guna mencapai tujuan dari Bank Indonesia, antara lain sebagai berikut ; (Budi Untung, 2000:20)

1) Memberikan ketentuan tentang kesehatan bank 2) Meminta penjelasan dan keterangan

3) Melakukan pemeriksaan buku-buku, berkas dan dokumen perbankan 4) Melakukan pemeriksaan secara berkala atau insidentil

5) Memberikan laporan kepada Dewan Moneter

6) Menetapkan persyaratan dan tata cara pemeriksaan bank

7) Meminta bank-bank untuk menyampaikan neraca, perhitungan laba rugi, serta laporan berkala lainnya

8) Menetapkan tata cara pembuatan dan pengumuman neraca, dan perhitungan laba rugi bank

9) Menetapkan pengecualian bagi bank-bank perkreditan rakyat untuk diaudit oleh akuntan publik

10) Melakukan tindakan-tindakan penyelamatan jika suatu bank membahayakan keselamatannya

11) Mencabut ijin suatu bank dan memerintahkan likuidasi

12) Meminta pemerintah untuk membentuk badan khusus dalam rangka penyehatan bank

(39)

nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dari perkembangan laju inflasi. Sedangkan kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukur dari nilai tukar dengan mata uang negara lain.

Kestabilan nilai rupiah ini sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

c. Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah

Dalam hubungannya dengan pemerintah Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas pemerintah. Sebagai pemegang kas pemerintah, Bank Indonesia menatausahakan rekening pemerintah, bertindak untuk dan atas nama pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan serta menyelesaikan kewajiban dan tagihan, dan kewajiban pemerintah terhadap pihak luar negeri.

Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia, dan atau mengundang Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan, dan keuangan yang berkaitan dengan tugas dari Bank Indonesia.

Bank Indonesia memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai RAPBN ( Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara ) serta kebijakan lainnya yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-surat hutang negara, pemerintah wajib terlebih dahulu untuk berkonsultasi dengan Bank Indonesia.

3. Tinjauan tentang hukum perbankan

(40)

beraneka ragam, seperti memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpan untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan (Abdurrachman A, 1991 :80)

Hukum perbankan Indonesia merupakan hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan yang berlaku di Indonesia. Hukum perbankan adalah sekumpulan peraturan yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain. (Muhamad Djumhana, 1993:10)

Adapun yang merupakan ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan adalah sebagai berikut : (Muhamad Djumhana, 1993 :10).

a. Asas-asas perbankan, seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan, hubungan, hak dan kewajiban bank;

b. Para pelaku bidang perbankan, seperti dewan komisaris, direksi dan karyawan, maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum pengelola, seperti PT Persero, Perusahaan Daerah, koperasi atau perseroan terbatas. Mengenai bentuk kepemilikan, seperti milik pemerintah, swasta, patungan dengan asing, atau bank asing.

(41)

d. Yang menyangkut dengan struktur organisasi yang yang berhubungan dengan bidang perbankan, seperti eksistensi dari Dewan Moneter, Bank Sentral, dan lain-lain.

e. Yang mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh bisnisnya bank tersebut, seperti pengadilan, sanksi, insentif, pengawasan, prudent banking, dan lain-lain.

Di dalam mempelajari tentang hukum perbankan, terdapat asas hukum mengenai lembaga keuangan dalam kegiatan operasionalnya, antara lain yaitu :

a. Asas Kepercayaan (fiduciary relation )

Asas kepercayaan adalah asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya. bank berusaha dari dana yang disimpan oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap orang perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. (Rachmadi Usman., 2001:16)

b. Asas Kerahasiaan ( confiential relation )

Adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala

sesuatu yang berhubungan dengan keuangan yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini untuk kepentingan bank itu sendiri karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya di bank.

(42)

c. Asas Kehati-hatian ( prudential relation )

Adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan pada bank. (Veronica Diaz,2006:11)

d. Asas Mengenal Nasabah ( know your customer priciples )

Asas ini merupakan salah satu asas dalam operasional bank yang dikedepankan sebagai sebuah asas yang patut untuk diperhatikan dan memiliki urgensi bagi pelaku bisnis bank agar bersikap lebih concern dalam mengenal nasabah yang bertransaksi dengan bank tersebut. (Veronica Diaz,2006:11)

4. Tinjauan umum tentang kredit

Dengan pemberian kredit, bank umum memberikan sumbangan yang penting terhadap perputaran roda ekonomi bangsa. kredit perbankan membantu tersedianya dana untuk membiayai kegiatan produksi nasional, penyimpanan bahan, pembiayaan kredit penjualan, transportasi barang, kegiatan perdagangan, dan sebagainya. ( Siswanto Sutojo, 1997:2 )

a. Pengertian kredit

Penyaluran dana ( fund lending ) adalah kegiatan usaha meminjamkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit ( hutang ). Menurut ketentuan Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 :

(43)

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. “

Kredit yang berasal dari kata dalam bahasa Romawi, yaitu ‘ credere ‘ yang artinya percaya ( Belanda : vertruwen ; Inggris : believe, trust, or confidenced ). (Mariam Darus Badrulzaman, 1985:21 ) dengan kata lain adalah mempercayakan uang atau barang kepada orang yang mampu mengembalikan.

b. Unsur-unsur kredit

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, secara yuridis dapat dirinci dan dijelaskan unsur-unsur kredit seperti berikut : ( Abdulkadir Muhammad , Rilda Muniarti, 2004:58)

1) penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank, atau

2) tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai pembiayaan, misalnya pembiayaan pembuatan rumah, pembelian kendaraan;

3) kewajiban pihak peminjam (debitur melunasi hutangnya menurut jangka waktu, disertai pembayaran bunga ;

4) berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam uang antara bank dan peminjam ( debitur ) dengan persyaratan yang disepakati bersama.

(44)

1) kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dan pihak Bank atas atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu.

2) waktu, adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasanya; jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana. 3) prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontraprestasi

pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga imbalan.

4) risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya

wanprestasi dan nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan

c. Prinsip-prinsip pemberian kredit

Didalam pemberian kredit perbankan, seharusnya bank berpedoman pada prinsip-prinsip seperti berikut : ( Erna Indriasari, 2005 :39 )

1) Prinsip kepercayaan

(45)

biasanya diberlakukan terhadap pemberian suatu kredit oleh karena itu timbul prinsip lain yang disebut kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ).

2) Prinsip kehati-hatian ( Prudent Banking Principle )

Prinsip kehati-hatian ini adalah suatu konkretisasi dari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian kredit. Untuk mewujudkan prinsip kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ) ini, dilakukan berbagai usaha pengawasan baik oleh bank itu sendiri (internal) maupun oleh pihak luar ( eksternal )

Keharusan adanya jaminan hutang dalam setiap pemberian kredit sebenarnya juga mempunyai tujuan agar kredit diberikan secara hati-hati, sehingga ada jaminan bahwa kredit yang bersangkutan akan dibayar kembali oleh pihak debitur. Prinsip kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ) ini diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, Pasal 8, Pasal 11, dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Prinsip 5 C, dalam dunia perbankan dikenal prinsip 5 C yang biasa disebut sebagai “ The Five of Credit Analysis ” , prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : (Budi Untung, 2000:123 )

a) Character ( sifat-sifat calon debitur ) b) Capital ( modal dasar dari calon debitur )

c) Capacity ( kemampuan untuk membayar kembali dari calon debitur ) d) Collateral ( jaminan yang disediakan oleh calon debitur )

(46)

Ada juga Prinsip 3 R, yang antara lain sebagai berikut ; ( Johannes Ibrahim,2004:100 )

a) Return ( hasil yang diperoleh )

Merupakan hasil yang diperoleh debitur, dalam hal ini kredit yang diberikan harus diantisipasi oleh calon kreditur ( bank ).

b) Repayment ( pembayaran kembali )

Kemampuan membayar dari pihak debitur juga mesti dipertimbangkan dan apakah kemampuan bayar tersebut sesuai dengan jadwal pembayaran kembali

c) Risk hearing ability ( kemampuan menangung risiko )

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya kemampuan debitur untuk menanggung risiko

d. Tujuan kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut : (Kasmir, 2004:105)

1) Mencari keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping juga untuk membesarka usaha bank tersebut.

(47)

Dengan dana tersebut ,maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.

3) Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor riil. D. Kerangka Berpikir

Sehubungan dengan masalah yang diteliti pada penelitian ini, maka dapat dibuat alur berpikir dari penulis sebagai berikut :

Untuk menunjang kondisi perekonomian nasional yang kuat, salah satu unsur yang mendukung terciptanya stabilitas perkonomian adalah usaha perbankan. Perbankan merupakan urat nadi perekonomian nasional saat ini. Perbankan melalui kegiatannya sebagai lembaga keuangan, yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, dan sebagai agent of development mempunyai tugas yang tidaklah mudah.

(48)

belum mengindahkan arti pentingnya prinsip kehati-hatian, didalam melakukan segala kegiatan usahanya yang penuh dengan resiko ( full risk business ).

Oleh karena itu, pemerintah melalui Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas keuangan dan perbankan, berusaha untuk membuat suatu kebijakan yang digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi perbankan nasional, dalam melakukan kegiatan usahanya, khususnya mengenai pemberian kredit. Kebijakan tersebut harus memuat mengenai prinsip kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ), yang merupakan prinsip dasar didalam menjalankan usaha perbankan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Adapun kebijakan tersebut tertuang didalam bentuk peraturan perundang-undangan, yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, seperti Peraturan Bank Indonesia, dan Surat Edaran Bank Indonesia.

Permasalahan yang muncul adalah kebijakan apakah yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sebagai penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Sedangkan permasalahan lainnya adalah berkaitan dengan apa yang menjadi persamaan dan perbedaan dari substansi kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia tersebut, dengan Undang-undang perbankan kaitannya dengan prinsip kehati-hatian.

(49)

KERANGKA BERPIKIR

Bagan 1. Kerangka Pemikiran Perekonomian Nasional

Perbankan Bank Indonesia

Kredit Perbankan

- PBI No.5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum

- SE BI No.5/21/DPNP Perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum

- UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan ( Pasal 2 )

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah. (Soerjono Soekanto, 2001: 1)

Metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak harus dipenuhi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Metodologi penelitian adalah suatu jalan untuk memecahkan masalah yang ada, dengan mengumpulkan, menyusun, serta mengolah data-data yang ada guna menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu penelitian ilmiah.

Metodologi, juga metodologie ( Kamus Bahasa Belanda, Wokowasito, 1999:401) artinya ilmu tentang metode-metode. Metodologi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999: 653 ) berarti ilmu tentang metode. Metode dalam arti yang umum berarti suatu studi yang logis dan sistematis tentang prinsip-prinsip yang mengarahkan suatu penelitian. Metodologi juga berarti cara ilmiah untuk mencari kebenaran. ( Setiono,2005:3 )

Adapun metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;

(51)

A. Jenis Penelitian

Dalam memilih atau menggunakan suatu metode tertentu harus jelas apa yang akan kita cari dan kita teliti, dalam hal ini apa yang kita maksud dengan hukum itu. Mengikuti pendapat Soetandyo Wignyosoebroto, ada lima konsep hukum yaitu ;

1. Hukum adalah asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal

2. Hukum adalah norma-norma positif didalam sistem perundang-undangan hukum nasional

3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim inconcreto, dan tersistematisasi sebagai jugde made law

4. Hukum adalah pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai variabel sosial yang empirik

5. Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial yang tampak dalam interaksi antar mereka

Dalam penelitian ini penulis mendasarkan pada konsep hukum yang kedua, yaitu bahwa hukum merupakan aturan-aturan atau norma-norma positif didalam sistem undangan hukum nasional. Yakni peraturan-peraturan perundang-undangan yang tertulis, dan berlaku di negara Indonesia.

(52)

dilakukan ( terutama ) terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder, sepanjang bahan-bahan hukum tersebut mengandung kaidah-kaidah hukum.( Bambang Sunggono, 2003:94 )

Sedangkan menurut sifatnya adalah penelitian deskriptif, yakni penelitian yang ditujukan atau dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya.( Setiono, 2005: 5 ) Dalam hal ini, yakni mengenai kebijakan apakah yang telah dikeluarkan Bank Indonesia, sehubungan dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

(53)

Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya berjudul “ Penelitian hukum normatif suatu tinjauan singkat “, penelitian hukum normatif mencakup yaitu ; ( Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001:14 )

1. Penelitian terhadap asas-asas hukum 2. Penelitian terhadap sistematika hukum

3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal 4. Perbandingan hukum

5. Sejarah hukum

Dalam hal ini, penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian normatif terhadap taraf sinkronisasi vertikal, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan kenyataan, sampai sejauh mana perundangan tertentu serasi secara vertikal. Pada penelitian terhadap taraf sikronisasi secara vertikal, maka yang ditelaah adalah perundang-undangan suatu bidang tertentu, didalam perspektif hierarkisnya. Sudah tentu bahwa telaah itu juga harus didasarkan pada fungsi masing-masing perundang-undangan tersebut, sehingga taraf keserasiannya akan tampak dengan jelas. ( Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001:76 )

B. Lokasi Penelitian

(54)

C. Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang normatif, oleh karena itu jenis data yang digunakan adalah data dari bahan-bahan pustaka, lazimnya disebut data sekunder. Di dalam penelitian hukum, data sekunder mencakup (Soerjono Soekanto, 1982: 52 ) :

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat, dan terdiri dari norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang telah dikodifikasi, yurisprudensi, traktat, dan bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku. Di dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah ;

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

(55)

6. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum

7. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP Perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum

Yang kedua adalah bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

Bahan hukum tersier, yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder ; contohnya adalah kamus besar bahasa Indonesia, kamus bahasa Belanda, dan kamus bahasa Inggris. D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi kepustakaan , yakni teknik pengumpulan data dilakukan dengan :

1. Fungsi katalog atau katalogisasi terhadap buku-buku, ataupun bahan hukum lainnya. Maksudnya mencari bahan pustaka, dengan melihat daftar yang memberikan informasi mengenai koleksi bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan (Soerjono Soekanto, 2001:45 )

2. Klasifikasi, maksudnya pengelompokan atau penggolongan bahan pustaka berdasarkan sifat-sifat khusus dari bahan pustaka yang menjadi koleksi suatu perpustakaan. ( Soerjono Soekanto, 2001:50 )

(56)

E. Teknik Analisa Data

Sebagai cara untuk memperoleh suatu kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan dasar yang telah dirumuskan, maka model dan teknik analisa data yang digunakan didalam penelitian ini adalah berdasarkan logika deduksi, dengan memperhatikan penafsiran hukum yang dilakukan serta asas-asas hukum yang berlaku pada ilmu hukum.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif , yang oleh Burhan Ashshofa disebut dengan silogisme deduksi. Burhan Ashshofa menyebutkan bahwa metode silogisme deduksi atau yang lebih dikenal dengan sebagai logika matematika terdiri dari tiga premis, yaitu umum ( mayor ), khusus ( minor ) dan sebagai kesimpulan ( konklusi ) (Burhan ashshofa, 2004:37). Penulis memulai dari data-data yang bersifat umum ( premis mayor ), kemudian yang bersifat khusus ( premis minor ). Untuk kemudian ditarik hubungan antara keduanya, sebagai sebuah konklusi.

Premis mayor :

“ bahwa, didalam salah satu usahanya sebagai financial intermediary, perbankan diharuskan untuk menyalurkan dana masyarakat yang terkumpul dalam bentuk simpanan, kepada pihak ketiga yang biasa disebut dengan pemberian kredit ( pinjaman ).. ”

Premis minor :

(57)

usahanya, dan juga harus berpedoman kepada Undang-undang perbankan, maupun peraturan-peraturan pelaksananya.”

Konklusi :

” Didalam pemberian kredit oleh perbankan, perbankan diharuskan untuk melaksanakan prinsip-prinsip kehati-hatian sesuai dengan aturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah maupun Bank Indonesia.

Mengenai pengertian mengenai Premis Mayor, Premis Minor, dan Konklusi diatas dapat digambarkan dengan keterangan bagan sebagai berikut :

Bagan 2. Metode Analisis Data Silogisme Deduksi menurut Burhan Ashshofa Premis Mayor ( Pemberian

kredit perbankan )

Premis Minor ( Penerapan Prinsip Kehati-hatian )

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sejalan dengan jenis penelitian ini, yakni penelitian hukum normatif, maka yang menjadi data utama dalam penelitian ini adalah data sekunder. Adapun data sekundernya berupa peraturan-peraturan perundang-undangan, yang berupa peraturan pelaksana dari peraturan perundang-undangan yang berada diatasnya. Dalam hal ini peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah ataupun wakilnya, yang dikeluarkan sebagai bentuk pelaksanaan daripada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Perkembangan perekonomian nasional maupun internasional yang senantiasa bergerak cepat disertai dengan tantangan-tantangan yang semakin luas, harus selalu diikuti secara tanggap oleh perbankan nasional dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi utamanya sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembagunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup masyarakat.

(59)

Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan suatu bentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perbankan, sebagai tindak lanjut dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pemerintah seperti dijelaskan didalam penjelasan sebelumnya.

Di dalam Undang-undang Perbankan diatur mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia perbankan, mulai dari definisi istilah-istilah perbankan, hingga kedalam seluk beluk pengaturan mengenai aktifitas perbankan pada umumnya, peranan Bank Indonesia sebagai bank sentral, maupun sanksi dan ketentuan pidana terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak perbankan.

Adapun penelitian ini mengkhususkan kepada penelitian terhadap kebijakan publik yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah Bank Indonesia, dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Yang berkaitan dengan penerapan Prinsip Kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ), sebagai salah satu asas penting dalam dunia perbankan, khususnya yang berkaitan dengan pengaturan mengenai kredit perbankan.

(60)

Dan juga diatur didalam Pasal 29 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang berbunyi : ” Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.”

Mengenai pengertian kredit diatur juga didalam Undang-undang Perbankan. Kredit merupakan salah satu usaha utama dalam dunia perbankan, yang berguna menjaga kelangsungan hidup bagi dunia perbankan. Kredit sebagai salah satu usaha perbankan, diatur di dalam Pasal 6 huruf B Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Bank Indonesia sebagai bank sentral, mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat strategis didalam dunia perbankan. Bank Indonesia selaku bank sentral mempunyai kewenangan sebagai wakil dari pemerintah dalam mengatur sistem perbankan nasional, dan juga mengadakan pembinaan dan pengawasan. Dengan jalan mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai segala sesuatu yang menyangkut mengenai operasional perbankan, kebijakan-kebijakan moneter, maupun ketentuan-ketentuan yang menjadi pedoman bagi para pelaku bisnis perbankan.

(61)

Dan juga didalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

Bank Indonesia sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, mempunyai tugas untuk menetapkan batas maksimum pemberian kredit perbankan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Hal tersebut merupakan bentuk pelaksanaan dari prinsip kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ) didalam pemberian kredit perbankan.

Sedangkan ketentuan perundang-undangan yang lain, yang memberikan kewenangan terhadap Bank Indonesia, guna melaksanakan prinsip kehati-hatian (

Prudent Banking Principle ) didalam pelaksanaan pemberian kredit perbankan tercantum didalam Pasal 29 ayat (5) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang berbunyi ; ” ketentuan yang wajib dipenuhi oleh bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan oleh Bank Indonesia ”.

Saat ini Bank Indonesia tengah melakukan penyempurnaan sistem pengawasan bank, dari sistem compliance ( kepatuhan pada regulasi ) menjadi pengawasan risiko ( risk based supervision ). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan bank sejak dini. (Mulhadi, 2005:10)

(62)

Undang-undang tentang Bank Indonesia tersebut diatas, Bank Indonesia mengeluarkan suatu peraturan perundang-undangan yang berisi pedoman pelaksanaan prinsip kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ) didalam usaha perbankan, yang didalamnya termasuk pula pengaturan mengenai kredit perbankan.

Pedoman pelaksanaan usaha perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tersebut, sebagai penerapan prinsip kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ) dimuat didalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, dan penjelasannya didalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP Tahun 2003 Perihal Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

Pengertian manajemen risiko didalam peraturan perundangan tersebut adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Adapun penegrtian risiko itu sendiri menurut Pasal 1 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, adalah potensi terjadinya suatu peristiwa ( events ) yang dapat menimbulkan kerugian bank.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Pengusaha Mikro/Jasa Layanan, dan untuk Kelompok Calon Wirausaha Baru maka metode pelaksanaan kegiatan terkait dengan tahapan atau langkah –langkah dalam

IPK Materi Indikator Soal Level kogniti f Bentuk Soal No Soal Menentukan dan menganalisi s ukuran pemusatan dan penyebaran data yang disajikan dalam bentuk tabel

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan Pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1) Aktivitas fisik yang biasa dilakukan oleh remaja obesitas di SMAN 1

Perbanyakan benih tanaman buah merah disarankan menggunakan bahan setek yang berasal dari tunas atau anakan, dengan media tanah : pupuk organik (2:1) atau tanah

Berdasarkan dari data yang diperoleh selama melakukan penelitian mengenai pengendalian sosial oleh guru dalam mengatasi pelanggaran tata tertib atribut sekolah di

Menggiring bola adalah gerakan lari dengan menggulirkan bola menggunakan kaki dari satu titik ke titik lain dengan bola tetap dalam penguasaan yang bertujuan

Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK NEGERI 2 CIMAHI MEMASUKI DUNIA INDUSTRI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |