• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI INDUSTRI KECIL KERAJINAN GITAR DALAM UPAYA PENYERAPAN TENAGA KERJA (Studi kasus pada masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI INDUSTRI KECIL KERAJINAN GITAR DALAM UPAYA PENYERAPAN TENAGA KERJA (Studi kasus pada masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KONTRIBUSI INDUSTRI KECIL KERAJINAN GITAR

DALAM UPAYA PENYERAPAN TENAGA KERJA

(Studi kasus pada masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo)

Skripsi

Oleh: Titin Lestari

K8406045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

KONTRIBUSI INDUSTRI KECIL KERAJINAN GITAR

DALAM UPAYA PENYERAPAN TENAGA KERJA

(2)

commit to user Oleh: Titin Lestari

K8406045

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

PERSETUJUAN

Skripsi ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(3)

commit to user

Surakarta, September 2010

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Basuki Haryono, M.Pd NIP. 19500 215 197501 1 002

Pembimbing II

Siany Indria L.,S.Ant.,M.Hum NIP. 19800 905 200501 2 002

(4)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Drs. H. MH. Sukarno, M.Pd ...

Sekretaris : Dra. Hj. Siti Rochani CH, M.Pd ...

Anggota I : Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd. ………

Anggota II : Siany Indria Liestyasari S.Ant, M.Hum ………

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 19600727 198702 1 001

(5)

commit to user

ABSTRAK

Titin Lestari, K8406045. KONTRIBUSI INDUSTRI KECIL KERAJINAN GITAR DALAM UPAYA PENYERAPAN TENAGA KERJA (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui alasan masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan industri kecil kerajinan gitar. (2) untuk mengetahui kontribusi industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap tenaga kerja. (3) untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif eksploratif dengan studi kasus terpancang tunggal. Teknik cuplikan menggunakan purposive

sampling dengan cara snowball. Sedangkan dalam pengumpulan data

menggunakan observasi langsung, wawancara dan dokumentasi. Trianggulasi sumber dan trianggulasi metode digunakan dalam teknik validitas data. Untuk teknik analisis data mengggunakan model analisis interaktif yang meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display) dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) alasan masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan industri kecil kerajinan gitar yaitu untuk memanfaatkan waktu luang yang di miliki petani selain bekerja disektor pertanian. Industri kecil kerajinan gitar yang berada di Desa Ngrombo merupakan akternatif mata pencaharian penduduk. Tindakan masyarakat pedesaan melakukan kegiatan industri yaitu untuk mecari jalan keluar dalam menghadapi terbatasnya lapangan kerja di sektor pertanian. (2) Keberadaan industri kecil kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo, merupakan bagian dari sektor informal. industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja dengan membuka lapangan kerja baru di sektor tersebut. Dari monografi Desa pada tahun 2009 tercatat 1180 orang atau 46 % dari total jumlah penduduk Desa Ngrombo bisa masuk ke dalam sektor industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo. (3) Usaha yang dilakukan para pengrajin dalam mengatasi harga bahan baku yang bergejolak yaitu dengan menekan jumlah produksi gitar. Sedangkan untuk pemasarannya yaitu dengan melakukan pemasaran secara langsung yaitu dimana pembeli datang secara lansung ke lokasi industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Strategi pemasaran yang lain yaitu dengan menjalin hubungan kerjasama dengan distributor. Untuk menambah wawasan kewirausahaan para pengrajin maka Pemerintah Desa setempat memberikan pembinaan-pembinaan tentang kewirausahaan bagi mereka.

(6)

commit to user

ABSTRAC

Titin Lestari, K8406045. Contribution Of Small Industry of Guitar Craft To Absorb Of Manpower (A Case Study of Society in Ngrombo Village, District of Baki, Regency of Sukoharjo ). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, 2010.

The objective of research is: (1) to know the reason of Ngrombo Village society to development small industry of guitar craft. (2) to know contribution of small industri of guitar craft to absorb of man power. (3) to know method of problem solving which hamper way of small industry of guitar craft in Ngrombo Village, District of Baki, Regency of Sukoharjo.

This research used a descriptive qualitative explorative method. technique of display use sampling purposive with use snowball. Techniques of collecting data nature use direct observation, documentation and interview. Triangulation data is used of data validity in this research. For technique analyze data which used in this research model analyze interactive covering four component that is data collecting, data discount ( reduction), presentation data (display) and withdrawal of conclusion and also its verification.

Based on the result of research, can be concluded that: (1) the reason of Ngrombo Village society to development small industry of guitar craft are to use of farmer society leisure in agriculture sector. Small industri of guitar craft in Ngrombo Village is a alternatif labour. The Action of Village society in industry activity is to get way out side in to stand of limited field work in agriculture sector. (2) small industry of guitar craft in Ngrombo Village are part of informal sector. Small industry of guitar craft in Ngrombo Village give a contribution towards absorption man power with to open a new field work in this sector. From the Ngrombo Village monographic 2009 notes 1180 man power or 46 % from totally Ngrombo Village society can enter in small industry of guitar craft in Ngrombo Village. (3) the effort was doing the guitar craftman to brave cost of raw material whic violently are with press the total guitar production. Even though for the marketing the guitar production are by direct wich buyer coming on industry of guitar craft location in Ngrombo Village. The other of marketing strategy marketing by connected with distributor. To add of knowledge about bussines for Guitar craftmans so the goverment give a direction about bussines to him.

(7)

commit to user

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

( Q.S. Ar Rad :11 )

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Alam Nasyrah : 6)

(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :  Bapak dan Ibu tercinta atas doa restu

dan pengorbanannya selama ini.  Keluargaku untuk semangatnya

dalam memahami hidup

 Teman teman Sos-Ant’06 ( Pamrih,

Lia, Maria, dan Retno)  Almamaterku

(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya dan kemudahan dalam penyelesain skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah berjalan dengan mudah, akan tetapi banyak hambatan yang menyertainya. Oleh karena itu sudah sepantasnya peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang peneliti hormati:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2. Drs. H. Saiful Bachri, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta;

3. Drs. H. MH Sukarno, M. Pd selaku Ketua Program Studi Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas

Sebelas Maret Surakarta;

4. Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan berbagai masukan demi kelancaran skripsi ini. 5. Siany Indria Liestyasari, S.Ant M.hum, selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulisan skripsi ini hingga selesai.

6. Atik Catur Budiati, S. Sos, M. A selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang berhubungan dengan kegiatan studi selama peneliti menempuh studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;

7. Segenap Bapak / Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama di bangku kuliah ;

(10)

commit to user

8. Bapak Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukoharjo, beserta

9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Peneliti menyadari akan adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pembaca semuanya.

Peneliti

(11)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 8

A. Tinjauan Pustaka... 8 a. Konsep Industri...

8

b. Klasifikasi Industri...………. 10

c. Manfaat Industri...……….

13

(12)

commit to user

d. Konsep Industri Kecil...……….

14

e. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Sektor Informal…….… 19

f. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Subtitusi Sektor Pertanian 26

g. Tenaga Kerja... 30

h. Tenaga Kerja Di Pedesaan... 34

i. Kaitan Sektor Industri Kecil dan Sektor Informal Rumah

Tangga dalam Penyerapan Tenaga Kerja... 36

B. Penelitian Yang Relevan... 40

B. Kerangka Berfikir... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 44

B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 46

C. Sumber Data... 48

D. Teknik Cuplikan... 50

E. Teknik Pengumpulan Data... 51

F. Validitas Data... 53

G. Analisis Data... 55

H. Prosedur Penelitian... 58

BAB IV SAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN .. 59

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 59

B. Sajian Data... 64

C. Analisis Data... 85

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 99

(13)

commit to user

A. Simpulan... 99

B. Implikasi... 101

C. Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA... 103

LAMPIRAN... 105

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1: Waktu dan kegiatan penelitian………. 45

2. Tabel 2 : Jumlah Penduduk Pelaku Industri Kecil Kerajinan Gitar... 77

(14)

commit to user

(15)

commit to user DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 . Rumah Sebagai Lokasi Industri Kecil Kerajinan Gitar... 69

(16)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1. Interview Guide 105

2. Field Note 109

3. Surat Rekomendasi Research dari Bappeda Sukoharjo... 153 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 154... 5. Surat Permohonan Ijin Menyusun Research Kepada Rektor UNS... 155 6. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada PD I... 156

7. Curriculum Vitae 157...

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Populasi penduduk Indonesia saat ini cukup besar. Pada tahun 2009 tercatat jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 230 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan 1,33 % per tahunnya. Perlu untuk diketahui bahwa penduduk merupakan sumber angkatan kerja. Setiap tahunnya pertumbuhan penduduk Indonesia yang selalu meningkat tentunya juga akan diikuti peningkatan pada jumlah angkatan kerja. Dari total jumlah penduduk Indonesia tersebut, yang merupakan angkatan kerja jumlahnya cukup besar yaitu sejumlah 113,74 juta jiwa atau 49, 45 % dari jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu negara Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang begitu melimpah.

(http://www.antaranews.com/view/?i=1244043378&c=EKB&s=MAK)

Salah satu wilayah di kepulauan Indonesia yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi berada di pulau Jawa. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai penduduk cukup besar. Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 32,63 juta jiwa atau 14% dari total jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah penduduk tersebut 16,69 juta jiwa atau 51,14% di antaranya merupakan angkatan kerja (BPS : Jawa Tengah Dalam Angka 2009). Tentunya jumlah angkatan kerja yang cukup besar tersebar ke dalam berbagai wilayah Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah.

Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu wilayah Kabupaten di Jawa Tengah nampaknya tidak luput pula perhatiannya dalam masalah angkatan kerja. Penduduk Sukoharjo yang berjumlah 826 ribu jiwa, 569 ribu jiwa atau 68% di antaranya berada pada usia kerja dan sebagian besar terkonsentrasi di wilayah pedesaan (Sukoharjo dalam Angka 2009). Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo yang berpenduduk 2545 jiwa dengan jumlah angkatan kerja

(18)

commit to user

pedesaan di Kabupaten Sukoharjo dapat dikatakan mempunyai potensi sumber daya manusia yang melimpah.

Desa Ngrombo yang merupakan wilayah pedesaan tidak lepas dari karakteristik desa pada umumnya. Kehidupan di pedesaan erat hubungannya dengan alam, mata pencaharian tergantung pada alam serta terikat pada alam. Umumnya sebagian besar angkatan kerja di pedesaan mengambil bagian dalam kegiatan bertani. Dari jumlah total angkatan kerja tersebut yang bekerja di sektor pertanian tercatat ada 460 jiwa atau 27,7%. Pegawai sektor formal (PNS, TNI, POLRI, Guru, Dokter) sebesar 73 jiwa atau 4,4%. Tercatat yang paling tinggi adalah angka pada pekerja tidak tetap (pekerja yang menggunakan sebagian jam kerja pada sektor pertanian dan sektor non pertanian) mencapai 746 jiwa atau 45,2% dan sedang mencari pekerjaan 75 jiwa atau 4,5%. Sedangkan untuk yang lain bekerja pada sektor informal (Pengusaha, Karyawan perusahaan swasta, usaha mandiri, penata laksana rumah tangga (PRT)) sebesar 303 jiwa atau 18,28% (Monografi Desa Ngrombo, Data Ketenagakerjaan 2009).

Dari data tersebut dapat terlihat bahwa sebagian masyarakat yang termasuk angkatan kerja cukup besar tingkatnya pada pekerja tidak tetapnya. Melihat karakteristik Desa Ngrombo, diasumsikan bahwa pekerja tidak tetap merupakan pekerja yang menggunakan sebagian jam kerjanya pada waktu-waktu tertentu pada sektor pertanian dan di waktu lain mereka bekerja diluar sektor tersebut.

Berbicara tentang angkatan kerja di pedesaan, tentunya juga tidak bisa

terlepas dari karakter umum angkatan kerja di daerah pedesaan. Pada umumnya angkatan kerja di daerah pedesaan mempunyai kualitas kerja yang rendah. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bambang Tri Cahyono(1986:8), “angkatan kerja yang sebagian besar berada di pedesaan pada umumnya mempunyai ciri-ciri tingkat pendidikan rendah, ketrampilan rendah dan mobilitas antar sektor dan regional juga rendah”. Adanya ciri-ciri angkatan kerja di pedesaan demikian ini maka kesempatan kerja yang terbuka di luar sektor pertanian akan sangat terbatas.

(19)

commit to user

Ngrombo. Ada beberapa hal yang menjadi faktor berkurangnya daya serap sektor pertanian terhadap angkatan kerja di pedesaan, antara lain sebagai berikut:

1. adanya sistem mekanisasi dalam pertanian, yaitu penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani, sehingga mengurangi jumlah tenaga manusia yang digunakan dalam pengolahan di bidang pertanian.

2. menyempitnya lahan pertanian di pedesaan, dikarenakan lahan pertanian sudah banyak yang beralih fungsi menjadi lahan bangunan dan rumah penduduk.

3. banyak generasi muda yang mulai tidak tertarik untuk meneruskan usaha orang tuanya pada sektor pertanian.

4. kurangnya pembangunan ekonomi yang dilakukan di wilayah pedesaan, sehingga penduduk desa lebih memilih mencari peruntungan di kota daripada melakukan usaha di pedesaan.

Dari beberapa faktor di atas menyebabkan banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada sektor pertanian. Lapangan kerja dalam sektor pertanian di pedesaan menjadi terbatas. Di sisi lain, secara absolut pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja semakin meningkat dengan pesat dan kenaikan ini tidak sebanding

dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor lain, sehingga terjadilah kelebihan tenaga kerja di Desa Ngrombo.

(20)

commit to user

jika tidak ada pembukaan lapangan kerja baru di luar sektor pertanian yang bisa memberikan kesempatan untuk bekerja lebih maksimal. Mereka yang tidak

bekerja dan tidak terserap dalam lapangan kerja ini dimungkinkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara manusiawi.

Untuk mempertahankan kehidupan, manusia senantiasa melakukan berbagai usaha dan upaya. Kembali pada permasalahan terbatasnya lapangan pekerjaan di Desa Ngrombo, penduduk Desa Ngrombo mulai berusaha mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi baru di luar sektor pertanian. Pengembangan kesempatan kerja yang dipandang mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memberi tambahan pendapatan keluarga sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup menjadi suatu prioritas yang utama. Salah satu upaya masyarakat Desa Ngrombo dalam pengembangan kesempatan kerja yaitu membuka usaha pada sektor industri.

Bentuk industri yang paling sesuai untuk daerah pedesaan adalah bentuk industri kecil ataupun industri rumah tangga dan kerajinan. Hal yang mendasari hal tersebut yaitu industri kecil ataupun industri rumah tangga dan kerajinan di pedesaan merupakan sutau kegiatan “marjinal” yang berpangkal tolak dari “kultur tani” (Irsan Azhary Saleh,1986:55). Artinya pola subsistem ini hampir dipastikan merupakan tautologi dari sifat sambilan atau musiman yang umumnnya melekat pada masyarakat petani, mengingat masih terdapat pula masyarakat yang melakukan kegiatan dalam sektor pertanian di Desa Ngrombo. Seperti yang telah diketahui bahwa kegiatan dalam sektor pertanian tidak dilakukan secara intens.

Saat musim panen mungkin akan banyak tenaga kerja yang terserap dalam sektor ini. Namun di waktu lain saat kegiatannya tidak begitu produktif hampir bisa dipastikan bahwa sektor ini tidak begitu maksimal dalam menyerap tenaga kerja di Desa Ngrombo. Sifat musiman dalam sektor pertanian kadang memaksa masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi di luar itu, dan salah satunya yaitu bekerja pada sektor industri.

(21)

commit to user

memiliki keterampilan teknis dan manajerial yang tinggi di luar sektor pertanian. Selain keterampilan yang masih rendah, tingkat investasi di pedesaan tergolong

masih rendah pula. Mengingat karakteristik di pedesaan tersebut tidak memungkinkan pengembangan industri berskala besar maka alternatif terbaik dari pengembangan industri di pedesaan adalah pengembangan industri kecil.

Masyarakat Desa Ngrombo mulai mencoba mengembangkan Industri kecil kerajinan gitar. Industri kecil kerajinan gitar tersebut selanjutnya mulai dikembangkan oleh masyarakat Desa Ngrombo dan menjadi alternatif pekerjaan utama. Saat ini di Desa Ngrombo merata pada setiap rukun tetangganya terdapat usaha industri kecil kerajinan gitar. Melihat potensi tenaga kerja yang begitu besar di desa itu yaitu 746 jiwa atau 45,2% dari total angkatan kerja di desa itu yang tidak bisa terserap secara maksimal dalam sektor pertanian, maka diharapkan keberadaan industri kecil kerajinan gitar dapat memberikan kontribusinya dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja yang berlebih di desa tersebut. Bekerja pada sektor industri kecil kerajinan gitar, masyarakat Desa Ngrombo berharap untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup serta industri tersebut mampu menjadi lapangan kerja baru.

Industri kecil kerajinan gitar di desa ngrombo pada mulanya berproduksi dalam skala kecil atas permintaan dari masyarakat lokal saja. Namun lama- kelamaan, industri ini mulai meningkatkan produksinya karena banyak permintaan dari masyarkat lokal maupun pada masyarakat di luar daerah bahkan sampai pada luar negeri. Pada saat industri ini mulai berkembang dan memperluas

pasar distribusinya, kebutuhan akan tenaga kerja dalam proses produksinyapun akan meningkat. Maka secara tidak langsung industri ini telah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di wilayah tersebut. Melihat kesempatan yang begitu bagus, maka masyarakat mulai serius menekuni kerajinan gitar tersebut. Dalam pertumbuhannya usaha ini mengalami berbagai masalah, mulai dari masalah faktor produksi sampai pada masalah pemasaran. Namun sejak adanya usaha pembinaan dari pemerintah usaha ini secara perlahan–lahan mampu menjadi alternatif pekerjaan yang cukup menjanjikan.

(22)

commit to user

lebih dalam dengan melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Industri kecil Kerajinan Gitar dalam Upaya Penyerapan Tenaga Kerja (studi kasus pada

masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo).

B. Rumusan Masalah

Setelah mempelajari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Mengapa Masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan Industri kecil kerajinan gitar?

2. Bagaimana Kontribusi Industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap tenaga kerja yang ada di Desa Ngrombo Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo ? 3. Bagaimana cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya Industri kecil

kerajinan gitar di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui alasan Masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan Industri kecil kerajinan gitar.

2. Untuk mengetahui kontribusi Industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap tenaga kerja yang ada di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

3. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya Industri kecil di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(23)

commit to user

b. Mampu mendorong adanya penelitian sejenis serta bisa digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan bisa memberi acuan kepada pemerintah dalam mengadakan pelatihan kerja kepada industri kecil kerajinan gitar Desa Ngrombo sebagai upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pengembangan industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo Kecamatanm Baki, Kabupaten Sukoharjo.

(24)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Industri

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang mempunyai penduduk dengan jumlah yang cukup besar. Sebagian masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian. Seiring perkembangan zaman kegiatan utama penduduk pada sektor pertanian mengalami kemajuan yang pesat karena terjadinya mekanisasi pertanian, akan tetapi dari mekanisasi pertanian tersebut membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap lapangan kerja di sektor pertanian yaitu makin menyempitnya lapangan kerja ,di samping itu juga dipicu dengan penyempitan lahan pertanian yang disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian ke industri maupun perumahan penduduk. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Soediono (1998:301) :

”..pertambahan luas untuk tanaman pangan tidak dapat diharapkan secara terus menerus, lebih-lebih di Jawa kejenuhan/ambang batas untuk pertanian pangan sudah sangat didekati. Bahkan ada perkiraan bahwa luasan itu berkurang dengan 10.000 ha pertahun, karena tanah berubah penggunaanya untuk pemukiman/ perluasan kota, aneka prasarana, rekreasi dan sebagainya...”

Kondisi ini mendorong masyarakat melakukan kegiatan di luar sektor pertanian, dan salah satunya yaitu mengembangkan usaha dalam sektor industri. Bentuk industri yang berkembang di masyarakat mulai dari home industri dan atau industri kecil sampai pada industri raksasa yang bermodalkan besar.

(25)

commit to user

juga membuatnya (homo faber). Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai taraf kecerdasan tertentu dan dapat menyerasikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, manusia sebenarnya adalah makhluk yang cerdas (homo sapiens) dan juga makhluk industrial (homo industrialis).

Sebenarnya kata industri berasal dari bahasa latin industria yang berarti ketrampilan dan penuh sumber daya; dengan demikian manusia industrial merupakan makhluk yang terampil dan penuh sumber daya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa secara etimologis industri senantiasa dilakukan manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan bantuan alat-alat tertentu. Dalam perkembangannya industri diartikan sebagai kegiatan produksi untuk menghasilkan barang atau jasa.

Istilah industri itu sendiri memiliki beberapa pengertian. Industri menurut Soerjono Soekanto (1987:1) adalah “penerapan cara-cara yang kompleks dan canggih terhadap produksi itu, yang secara emplisit berarti penggunaan mesin-mesin, dipergunakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi”. Pengertian yang lain tentang industri dikemukakan oleh Dumairy (1996:227) “industri mempunyai dua arti, pertama industri dapat berarti himpunan perusahaan sejenis”. Dalam konteks ini bisa diartikan misalnya industri kosmetika, berarti himpunan perusahaan penghasil produk-produk kosmetik, industri tekstil mempunyai maksud himpunan pabrik atau perusahaan tekstil. Lebih lanjut lagi Dumairy mengartikan industri sebagai “sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi” dalam hal ini industri bertujuan menambah nilai guna suatu barang menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

(26)

commit to user

barang yang lebih tinggi penggunaannya termasuk kegiatan usaha rancang bangun dan rekayasa industri”. Kedua pengertian tersebut menunjukkan bahwa industri merupakan unit usaha produksi dengan tujuan untuk mengubah nilai guna suatu barang dan meningkatkan manfaat barang tersebut. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan industri adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan produktif atau kegiatan untuk menghasilkan barang yang lebih tinggi nilainya. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.

Untuk mengetahui secara lebih jelas tentang konsep industri, maka diperlukan juga penjelasan mengenai klasifikasi industri terutama yang berada di Indonesia.

2. Klasifikasi Industri

Berbagai macam industri terdapat dalam kehidupan masyarakat, untuk itulah diperlukan penggolongan dan pengklasifikasian industri tersebut, yaitu sebagai berikut.

Dumairy (1996:232) mengelompokkan jenis industri berdasarkan sebagai berikut :

1) pengelompokkan berdasarkan keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan pemerintah membagi sektor industri pengolahan menjadi tiga sub sektor yaitu :

a) Sub sektor industri pengolahan non migas, b) Sub sektor pengilangan minyak bumi,

c) Sub sektor pengolahan gas alam cair

2) untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri serta berkaitan dengan administrasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan , Industri Indonesia digolongkan berdasarkan arus produknya menjadi :

a) industri hulu,

1) Industri kimia dasar,

2) Industri mesin logam dasar dan elektronika, b) Industri Hilir ,

1) Aneka industri , 2) Industri Kecil .

(27)

commit to user

merubah bentuk baik secara mekanis maupun kimiawi dari bahan organik atau anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan mesin atau dengan tangan, baik dibuat di pabrik atau pada rumah tangga, termasuk perakitan bagian-bagian suku cadang barang-barang industri di pabrik seperti perakitan mobil dan alat elektronik. Sedangkan untuk sub sektor pengilangan minyak bumi yaitu dimana komoditi minyak bumi yang dicakup di sini adalah semua hasil pengilangan minyak yang dihasilkan oleh perusahaan pengilangan.

Untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri serta berkaitan dengan administrasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan membagi industri menjadi industri hulu dan industri hilir. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya

hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya:

industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

Industri hulu terbagi menjadi dua yaitu; 1) Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan

menerapkan teknologi maju, 2) Industri mesin logam dasar dan elektronika,

Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi

mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Untuk Industri hilir, yaitu

industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang

yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya:

industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri

meubeler. Industri ini dapat dibedakan menjadi : 1) Aneka industri dimana

Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam

barang kebutuhan hidup sehari-hari, 2) Industri Kecil Industri, industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi

sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri

kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

Selain itu Burger dalam Dawam Raharjo (1986 : 169) membedakan tiga jenis industri :

(28)

commit to user

pekerjaan sambilan

2) Industri kecil yang sudah memakai sistem kerja upahan tetapi umumnya belum memakai mesin dengan tenaga kerja kurang dari 50 orang

3) Industri pabrik yang sudah memakai mesin dengan tenaga kerja lebih dari 50 orang.

Ketiga jenis industri di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Industri rumah

tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang.

Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari

anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah

tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri

kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan. Untuk industri kecil

dapat dijelaskan sebagai industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil,

teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan

keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas

(berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri makanan ringan.

Sedangkan Industri pabrik yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara

kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan

khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit

and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan

industri pesawat terbang.

Pengelompokan tentang jenis industri yang ada di Indonesia yaitu pembagian jenis industri yang biasa dipergunakan dalam sensus industri adalah pembagian berdasar jumlah tenaga kerjanya. Klasifikasi industri menurut BPS (2005:228) berdasarkan skala penggunaan tenaga kerjanya dan tanpa melihat modal usahanya dibagi menjadi 4 yaitu :

1) Industri besar : pekerja 100 orang lebih 2) Industri sedang : pekerja 20 – 90 orang 3) Industri kecil : pekerja 5 – 19 orang 4) Industri Rumah tangga : pekerja kurang dari 5 orang

Source : BPS (2005:228)

(29)

commit to user

menggunakan pengelompokkan tentang jenis industri yang di dasarkan pada skala penggunaan tenaga kerja sebagai acuannya. Sehingga terdapat empat jenis industri yang terdiri dari industri besar, industri sedang, industri kecil, dan industri rumah tangga.

Berbagai jenis dan pengelompokan industri di atas tentunya akan membawa pengaruh pada sendi-sendi kehidupan penduduk. Tidak kalah pentingnya perlu dijelaskan juga mengenai menfaat yang didapat dari adanya pengembangan sektor industri dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat.

3. Manfaat Industri Pedesaan

Kehadiran industri di tengah-tengah kehidupan masyarakat pedesaan telah membawa perubahan–perubahan sosial yang cukup berarti. Pola mata pencaharian penduduk pun mengalami perubahan yang cukup signifikan. Berkurangnya kegiatan penduduk dalam sektor pertanian menunjukkan bahwa golongan generasi muda cenderung meninggalkan kegiatan dalam bidang pertanian. Selain hilangnya kesempatan untuk bekerja sebagai petani karena tanah garapan sudah berkurang juga adanya kesempatan bekerja di luar sektor pertanian. Ini berarti peluang kerja pada ekonomi bebas meningkat sejalan dengan adanya industri. Jadi dapat dikatakan bahwa kawasan industri telah membuka lapangan kerja baru bagi penduduk setempat meskipun usaha tergolong kecil. Peluang-peluang ekonomi yang terbuka bersamaan dengan perkembangan industri tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi masyarakat sekitar industri pedesaan.

Dengan adanya pengembangan industri banyak manfaat yang didapatkan. Menurut Irsan Azhary (1986:5) manfaat industri adalah sebagai berikut :

a) terpenuhinya kebutuhan masyarakat, baik itu sandang, pangan dan papan, b) terciptanya lapangan kerja baru, semakin banyak jumlah industri yang

dibangun maka banyak pula tenaga kerja yang diserap terutama pada industri padat karya.

c) meningkatkan devisa negara,

d) dapat meningkatkan pendapatan perkapita,

e) dapat ikut serta mendukung pembangunan nasional di bidang ekonomi terutama sektor industri .

(30)

commit to user

peningkatan devisa negara. Dengan berkembangnnya industri, masyarakat semakin meningkat pendapatan perkapitanya, hal ini dapat terjadi karena masyarakat yang tadinya tidak bekerja terserap dalam sektor industri tersebut. Ini menunjukkan bahwa dengan adanya industri masyarakat mempunyai peluang yang besar untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pada akhirnya penciptaan lapangan kerja merupakan jawaban dari masalah keterbatasan lapangan pekerjaan yang ada dewasa ini khusunya di daerah pedesaan yang berkurang kegiatannya di sektor pertanian.

Cukup jelas nampaknya uraian mengenai konsep industri yang berkaitan mengenai pengertian, dan manfaat serta berbagai macam klasifikasi industri yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Salah satu bentuk industri yang berkembang di Indonesia adalah industri kecil pedesaan. Berkaitan dengan hal itu dalam penelitian ini akan lebih difokuskan pada sektor industri kecil yang tumbuh di wilayah pedesaan.

4. Konsep Industri Kecil

Industri kecil merupakan bagian dari struktur perekonomian Indonesia. Selain industri besar dan sedang, eksistensi industri kecil juga mempunyai pengaruh yang berarti dalam struktur perekonomian. Keberadaan industri kecil dalam perekonomian Indonesia terutama dalam kaitan penyerapan tenaga kerja atau pengangguran bisa dikatakan mempunyai pengaruh yang cukup berarti.

(31)

commit to user

“satuan-satuan industri kecil dengan tenaga kerja 5-19 orang atau kegiatan rumah tangga yang telah memiliki arti ekonomis”. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa industri kecil merupakan unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi dengan jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang.

Karakteristik industri kecil adalah bahwa industri kecil membutuhkan

masih sangat sederhana”. Karakteristik industri kecil tersebut karena sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pengganti kegiatan di sektor pertanian dan hanya untuk mengisi waktu luang atau kosong sebagai upaya untuk menambah penghasilan. Maka pada umumnya persebaran industri kecil ini biasanya terdapat di daerah pedesaan.

(32)

commit to user

Lebih lanjut lagi identitas dan ciri-ciri industri kecil dan rumah tangga dijelaskan oleh Irsan Azhary (1986:21) sebagai berikut :

a) dilakukan dirumah pada sektor pertanian karena menyempitnya lahan pertanian, industri kecil mulai melebarkan usaha untuk mengembangkan usahanya.

Kemunculan industri kecil tidak terlepas dari sejarah perindustrian di negara Indonesia. Pada awalnya industrialisasi di Indonesia sudah dimulai pada masa penjajahan Belanda, tepatnya setelah pemerintah kolonial Belanda mengintrodusir sistem tanam paksa (cultivation system) pada 1830-an. Pada periode ini sejumlah industri seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan rokok kretek telah ditemukan. Pada masa Orde Baru arah pembangunan politik menuju pada industrialisasi. Jadi secara sengaja pemerintah bermaksud merombak struktur ekonomi Indonesia, dari yang berbasis pertanian ke yang berbasis industri. Menurut Dawam Rahardjo (1986:228)

“industrialisasi sendiri dalam implementasinya didasarkan pada 4 argumentasi yaitu, argumentasi keunggulan komparatif, argumentasi keterkaitan industrial, argumentasi penciptaan lapangan kerja dan argumentasi loncatan teknologi. Negara yang industrialisasinya didasarkan pada penciptaan kesempatan (emploiment creation) niscaya akan lebih memprioritaskan pengembangan industri-industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukannnya bertumpu pada industri-industri yang padat karya dan industri-industri kecil”.

Indonesia sendiri bentuk industri yang berkembang kebanyakan adalah kelompok industri kecil.

(33)

commit to user

(34)

commit to user

( http://www.ekonomirakyat.org/edisi_10/artikel_3.htmhttp://www.ekonomirakyat

.org/edisi_10/artikel_3.htm).

Dasar pemikiran yang lebih luas di balik ketetapan politik pemerintah untuk memberi kesempatan, melindungi, mendorong, bahkan membina dengan penyediaan berbagai fasilitas khusus atau tersendiri kepada sektor industri kecil, bahwa industri kecil tidak membutuhkan modal yang begitu banyak, bisa memanfaatkan sumber-sumber yang dapat diperoleh dengan mudah, hanya menggunakan teknologi yang dapat dikuasai dengan ketrampilan tangan serta dapat dikelola dengan management yang sederhana, maka faktor-faktor ini semua lebih mudah penciptaan dan pengembangan lapangan kerja. Di sini kemampuan sektor industri untuk menyerap tenaga kerja antara lain tidak diukur dengan besar kecilnya modal yang dibutuhkan orang atau perusahaan.

“pembinaan pengusaha kecil jelas merupakan usaha yang perlu terus-menerus dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya golongan ekonomi lemah. Pembinaan itu semestinya dimulai dari apa yang dimiliki pengrajin itu sendiri untuk mengembangkan potensi yang ada. kunci pembinaan usaha kecil dewasa ini terletak di bidang pemasaran yang bertujuan agar hasil produksi industri kecil dapat terjual. (Hadi Prayitno,1987:70) ”

Tidak kurang pentingnya bahwa industri kecil juga memberi manfaat sosial (social benefits) yang sangat berarti bagi struktur perekenomian Indonesia. Selanjutnya oleh Mubyarto (1985:216), industri kecil yang sebagian berada di memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara efisien dan murah.

(35)

commit to user

masalah pengangguran yang merupakan kerawanan sosial secara struktural yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia.

Seperti diketahui bahwa setiap usaha tidak akan lepas dari kendala-kendala. dalam perkembangannya usaha kecil pun juga mengahadapi berbagai kendala. Kendala yang sering dihadapi oleh pengusaha kecil menurut Irsan Azhary (1986:32):

a) pemasaran yang kurang lancar diakibatkan karena persaingan dari barang atau bahan pengganti sejenis yang harganya lebih murah

b) model barang yang dihasilkan relatif kurang bervariasi

c) bahan baku untuk jenis-jenis barang tertentu sangat sulit untuk diperoleh karena masih tergantung dengan negara lain.

Lebih lanjut lagi (Maryatmo dan Sri Susilo (1996:3) menjelaskan bahwa kendala dalam industri kecil yaitu kendala yang bersifat baik internal maupun secara eksternal.

”Kendala internal terutama berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Karena keterbatasan sumber daya tersebut maka mereka kurang mampu memanfaatkan peluang yang ada, baik akses pasar, akses terhadap sumber pembiayaan dan akses terhadap teknologi. Lebih lanjut lagi kendala eksternal adalah berkaitan dengan iklim usaha yang kurang kondusif terhadap perkembangan usaha kecil. Selama ini terkesan bahwa berbagai kebijaksanaan lebih banyak berpihak kepada sektor usaha besar, sehingga berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah lebih banyak dinikmati oleh usaha besar ”

(36)

commit to user

lingkungan domestik yang terbatas. Atas dasar ini modal yang diperlukan tidak seberapa, sehingga akan memberikan peluang kepada pengusaha kecil. Selain karena beberapa alasan tersebut industri kecil merupakan sektor baru di luar sektor formal yaitu sektor informal yang mempunyai andil berarti dalam menjawab masalah kesempatan kerja yang terjadi akhir-akhir ini.

5. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Sektor Informal

Keberadaan sektor informal tidak dapat dilepaskan dari proses pembangunan. Kehadiran sektor informal dipandang sebagai gejala transisi dalam proses pembangunan di negara berkembang. Sektor informal dinilai harus dilalui dalam menuju tahapan modern. Selain itu juga adanya sektor informal merupakan gejala adanya ketidakseimbangan kebijaksanaan pembangunan. Kehadiran sektor informal dipandang sebagai akibat kebijaksanaan pembangunan yang dalam banyak hal lebih berat pada sektor modern (perkotaan) atau industri besar daripada sektor tradisional atau pertanian. Sektor informal akan terus hadir dalam proses pembangunan selama sektor tradisional tidak mengalami perkembangan atau dalam hal ini justru mengalami kemunduran. Perkembangan sektor informal tergantung pada sifat kebijaksanaan pembangunan. Selama kebijaksanaan pembangunan cenderung menguntungkan sektor modern dan sektor tradisional hanya dipandang sebagai penyedia bahan baku bagi sektor modern maka sektor informal akan ada dan cenderung bertambah (Tajdudin Noer Effendi,1995:73).

Konsep sektor informal muncul dalam konsep keterlibatan pakar-pakar internasional dalam perencanaan pembangunan dunia ke-3. gejala ini muncul setelah kelahiran negara maju dan setelah berakhirnya perang dunia ke- II. Pada waktu itu muncullah gagasan di tingkat internasional maupun nasional untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi pada negara-negara yang dimaksud.

Jean Breman (1979) dalam Manning dan Effendi (1996:138) menyatakan istilah sektor informal pertama kali dikemukakan oleh Hart pada tahun 1971 dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang tidak terorganisir. Keith Hart seorang Antropolog Inggris adalah orang pertama kali yang melontarkan gagasan sektor informal.

(37)

commit to user

konsep sektor informal pada dasawarsa 1970-an hingga saat ini, perdebatan sektor informal masih juga belum mencapai kesepakatan sektor informal sebagai berikut “cara bekerja yang mempunyai ciri-ciri tertentu”. Ciri–ciri yang dimaksud adalah : i) mudah dimasuki, ii) pemakaian sumber-sumber daya lokal, iii) pemilikan oleh keluarga, iv) berskala lecil, v) padat karya dan pemakaian teknologi sederhana, vi) ketrampilan yang dimiliki di luar sistem pendidikan formal, vii) bergerak di pasar kompetitif dan tidak berada di badan pengaturan resmi. Kegiatan- kegiatan yang bercirikan tersebut yang kemudian dinobatkan sebagai sebuah sektor informal. Sthurman dalam Manning dan Effendi (1996:90) mengemukakan istilah sektor informal biasanya digunakan untuk mengajukan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil karena ,

a. umumnya mereka berasal dari kalangan miskin,

b. sebagai suatu manifestasi dari suatu pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang,

c. bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk memperoleh keuntungan,

d. umumnya mereka berpendidikan sangat rendah, e. mempunyai ketrampilan rendah,

f. umumnya dilakukan oleh para migran

dari ciri-ciri tersebut dapat digambarkan bahwa usaha itu berupaya menciptakan kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan untuk dirinya sendiri. Menurut Setrhurman sendiri bahwa konseptualisasi sektor informal yang tersebut di atas walaupan bermanfaat tapi belum dapat memecahkan masalah definisi. Hal itu karena masih diperlukannya beberapa definisi untuk menentukan batasan sektor ini dari sudut pandang operasional maupun penelitian.

Jean Breman dalam Manning dan Effendi (1996:139), tanpa memberikan batasan istilah yang jelas tetapi membedakan sektor formal dan informal yang menunjuk pada suatu sektor ekonomi masing-masing dengan konsistensi dan dinamika strukturnya sendiri. Sektor formal digunakan dalam pengertian pekerjaan yang permanen meliputi :

a. sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan yang merupakan bagian dari suatu struktur pekerjaan yang terjalin dan amat terorganisir,

(38)

commit to user

kegiatan- kegiatan perekonomian yang memenuhi kriteria itu kemudian dimasukkan dalam istilah sektor informal yaitu suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang seringkali tercakup dalam istilah umum “usaha mandiri”.

Tajdudin Noer Effendi (1995:74) memberikan pengertian tentang sektor informal yaitu sektor informal diartikan sebagai “pekerja yang berusaha sendiri tanpa buruh, berusaha sendiri dengan buruh tak tetap, atau dibantu tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar”. Ini menekankan bahwa keberadaan sektor informal tampak dalam perannya sebagai penyerap tenaga kerja. Adapun ciri-ciri yang dikemukakan mengenai sektor informal adalah sebagai berikut :

a. kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik , karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal.

b. pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha .

c. pola kegiatan berusaha tidak beraturan baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.

d. pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.

e. unit usaha mudah keluar masuk dari subsektor ke lain subsektor. f. teknologi yang digunakan bersifat tradisional.

g. modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil.

h. untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja . i. pada umumnya unit usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri

usahanya dan kalau mengerjakan, buruh berasal dari keluarga.

j. sumber dana modal usaha pada umumnya dari tabungan sendiri atau dari lembaga keungan yang tidak resmi.

k. hasil produski atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan kota atau desa yang berpenghasilan rendah tetapi kadang-kadang juga yang berpenghasilkan menengah.

(39)

commit to user

penggunaan tekhnologi sederhana, tidak terikat waktu kerja. Dengan demikian cara pandang tersebut tentunya sektor informal lebih menitikberatkan kepada suatu proses memperoleh penghasilan yang dinamis dan bersifat kompleks. Di samping aspek-aspek di atas, sektor informal dapat dilihat dari dampak dari berkembangnya sektor tersebut yaitu diantaranya mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, kemampuan menyerap angkatan kerja yang sekaligus menjadi katup pengaman terhadap pengangguran dan kerawanan sosial, membantu menambah penghasilan keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Berdasarkan berbagai pendapat seperti telah diuraikan di atas maka ciri-ciri kegiatan sektor informal dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. manajemennya sederhana, b. tidak memerlukan ijin usaha, c. padat karya,

d. tingkat produktifitas rendah,

e. tingkat pendidikan formal relatif rendah, f. penggunaan teknologi sederhana,

g. sebagian besar pekerja adalah keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga, h. mudahnya keluar masuk usaha,

i. sedikitnya dukungan dari pemerintah.

(40)

commit to user

kerja. Sehingga melahirkan pengangguran terdidik. Tidak menutup kemungkinan karena alasan tersebut memaksa mereka untuk masuk dalam sektor informal

Dari berbagai uraian konsep sektor informal tersebut di atas maka keberadaan industri kecil di pedesaan dapat digolongkan sebagai sektor informal. Usaha kecil merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dan penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Mengingat bahwa industri kecil pedesaan modal usahanya dari tabungan sendiri, tidak membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi, namun lebih pada belajar dari pengalaman atau ketrampilan, teknologi yang digunakan lebih banyak menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang tradisional serta tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri atau kerabat dekat. Maka ciri dari industri kecil tersebut nampaknya mempunyai persamaan dengan ciri dari kegiatan dalam sektor informal. Sektor informal lebih fleksibel, kelenturan ini dapat dilihat pula pada produk yang dihasilkan oleh kelompok sektor informal ini.

Terpenuhinya syarat–syarat industri kecil sebagai sebuah bagian sektor informal dikarenakan bahwa industri kecil mempunyai ciri- ciri sebagai berikut :

a. dilakukan di rumah sendiri, b. tidak memerlukan ijin usaha,

c. umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha pada sektor pertanian,

d. teknologi yang digunakan relatif sederhana,

e. tenaga kerja berasal dari lingkungan keluarga dan kerabat, f. pendidikan formal tenaga kerja yang relatif rendah,

dari berbagai karakteristik dari industri kecil yang memenuhi syarat sebagai sebuah usaha sektor informal, maka keterkaitan industri kecil dan sektor informal begitu kental. Sehingga dari hal itu dapat dikatakan bahwa keberadaan industri kecil kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo merupakan bagian dari usaha sektor informal.

(41)

commit to user

lapangan kerja dan peluang berusaha merupakan manifestasi dari tidak sebandingnya pertumbuhan angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang ada, serta keterbatasan sektor formal untuk menampung kelebihan tenaga kerja. perpindahan ke sektor informal merupakan solusi di tengah sempitnya kesempatan kerja di sektor formal. Untuk itu diperlukan penanganan yang intensif mengenai perkembangan sektor informal dewasa ini. Dengan demikian sektor ini dapat lebih berfungsi sebagai peluang untuk berusaha dan menciptakan kesempatan kerja bagi penganggur.

Bukan hal baru bila dikatakan sektor informal memegang peran penting dalam menyerap tenaga kerja, bahkan lebih penting dibanding sektor formal. Karena itu, keberhasilan penyerapan tenaga kerja yang kerap kali digembor-gemborkan pemerintah sebetulnya lebih banyak disumbang sektor informal. Ironisnya, pemerintah sering kali lalai perhatiannya terhadap sektor tersebut karena dianggap kurang penting peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Bekerja di sektor informal relatif lebih mudah. Pendirian usaha di sektor tersebut tidak memerlukan banyak persyaratan administrasi, relatif sedikit modal, serta keuntungan yang menjanjikan. Di sisi lain, pemerintah tidak boleh berdiam diri. Kiranya perlu memberikan insentif atau bantuan pada pekerja sektor informal, terutama mengenai akses ke permodalan, pemasaran, bimbingan manajerial, dan peningkatan keterampilan, sehingga pekerjaan di sektor informal bisa menjanjikan bagi golongan masyarakat yang tidak terserap di sektor formal, serta pekerja yang terdepak di sektor formal.

(42)

commit to user

bisa diserap semua di sektor formal. Hanya saja, bila tenaga kerja yang diserap di sektor formal lebih sedikit dibanding sektor informal, maka pemerintah perlu waspada dan mengambil langkah-langkah untuk mengeremnya.

Keberadaan industri kecil pedesaan yang merupakan bagian dari sektor informal tidak bisa terlepaskan dari tindakan mayarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan yang pekerjaan utamanya dalam sektor pertanian mempunyai inisiatif untuk mengisi waktu luang atau senggang antara musim tanam sampai musim panen dengan melakukan kegiatan di luar sektor pertanian, dan salah satunya yaitu bekerja pada sektor industri kecil. Industri kecil di sini dapat dilihat sebagai pengganti (subtituen) mata pencaharian pokok penduduk dalam waktu senggang di sektor pertanian. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan penghasilan tambahan guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Selain hal tersebut juga dikarenakan untuk mengatasi kondisi kelebihan tenaga kerja dalam waktu-waktu tertentu.

6. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Subtitusi Sektor Pertanian

Di daerah pedesaan Indonesia, sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja terutama di daerah luar pulau Jawa. Tetapi proses pembangunan telah mengakibatkan terjadinya pergeseran tenaga kerja yang cukup berarti dari sektor pertanian ke sektor lainnya. Pergeseran kesempatan kerja ini akibat pengaruh tekanan penduduk (terutama di Jawa) dan pola penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang begitu bervariasi, baik menurut jenis komoditi maupun menurut waktu (musim). Ini menandakan bahwa pergeseran tenaga kerja ke luar sektor pertanian terutama disebabkan faktor push (dorongan) dari sektor tersebut.

(43)

commit to user

Teknik produksi mereka masih dualistis, yaitu adanya teknologi baru pada skala terbatas di samping adanya proses produksi tradisional yang tidak tersentuh oleh perubahan. Sebelum mengenal teknologi modern dalam mengolah lahan pertanian, masih banyak digunakan tenaga manusia dalam pengolahan lahan pertanian. Sehingga sistem produksinya bersifat padat karya pada waktu itu.

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Terutama pada perannya dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian juga memiliki surplus tenaga kerja yang penting bagi pengembangan industrialisasi. Salah satu cara yang dimungkinkan dapat berjalan tanpa menganggu produktivitas dalam sektor pertanian, yaitu dengan memanfaatkan waktu luang tenaga kerja dalam sektor pertanian tersebut melalui pengembangan usaha dalam bidang industri.

Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian. Pada umumnya kegiatan ekonomi ditujukan untuk mendapatkan penghasilan. Begitu juga dengan industri kecil yang berkembang di masyarakat pedesaan dilakukan untuk memperoleh tambahan penghasilan masyarakat petani karena kegiatannya dalam sektor pertanian tidak memberikan penghasilan yang tetap dan kurang bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini dikarenakan petani tidak mempunyai kegiatan di luar sektor pertanian pada waktu-waktu senggang mereka dalam kelangsungan kegiatan produksi di sektor pertanian. Hal ini memaksa petani pedesaan untuk melakukan kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian untuk menambah penghasilan mereka. Salah satunya yaitu bekerja pada sektor industri.

(44)

commit to user

sebagai penghasilan tambahan semata. Masyarakat pada mulanya juga menganggap bahwa bekerja pada sektor industri kecil dan kerajinan hanya sebagai pekerjaan sampingan yang mungkin terpaksa mereka lakukan karena adanya beberapa faktor penyebab misalnya, gagal panen, selain itu juga karena faktor banyaknya waktu luang yang tersisa dalam proses pengolahan dalam pertanian. Karena hal tersebut maka masyarakat petani pedesaan mempunyai alternatif untuk melakukan kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian yaitu di sektor industri kecil. Dari berbagai uraian di atas dapat di simpulakan sementara bahwa keberadaan industri kecil pedesaan juga dapat dikatakan sebagai kegiatan subtituen (pengganti) kegiatan sektor pertanian

Tindakan dalam mengembangkan industri kecil kerajinan gitar merupakan keputusan yang diambil dari hasil pemikiran sendiri dengan cara dan jalan yang mereka pilih. Ini menekankan bahwa apa yang mereka lakukan mempunyai tujuan yang jelas sesuai dengan interpretasi mereka masing-masing. Sejalan dengan pernyataan tersebut Pip Jones menjelaskan bahwa :

“hampir semua tindakan manusia adalah produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran. Hampir semua yang kita lakukan adalah hasil dari memilih tindakan dengan suatu cara tertentu bukan cara lain. Ini adalah pilhan purposif atau berorientasi pada tujuan. Kita memilih diantara banyak pilihan karena kita manusia, kita mampu mengarah pada tujuan atau hasil dan mengambil tindakan untuk mencapainya. Oleh karena itu hampir semua tindakan manusia adalah tindakan yang di sengaja: kita mengambil tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki” (Pip Jones, 2009:25)

Dilihat dari segi sasarannya dimana yang menjadi sasaran tindakan sosial si aktor dapat berupa individu atau sekumpulan orang, hal ini dikarenakan tindakan mereka dilakukan untuk menambah penghasilan sehingga dapat berpengaruh kepada kesejahteraan individu yang kemudian secara tidak langsung akan berpengaruh juga kepada orang lain yaitu anggota keluarga khususnya dan masyarakat pada umumnya.

(45)

commit to user

mengungkapkan “secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretatif understanding) tindakan sosial serta hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal”. Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasarnya. Pertama konsep tindakan sosial. Kedua konsep tentang penafsiran dan pemahaman. Konsep yang terakhir ini menyangkut metode untuk menerangkan yang pertama”. Tindakan sosial yang dimaksud Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata di arahkan kepada orang lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat “subyektif” yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu, atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa, ataupun berupa persetujuan secara pasif dari situasi tertentu. Selanjutnya oleh Weber, Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Sejalan dengan hal tersebut Weber menyatakan sebagai berikut :

“tindakan-tindakan yang tercakup dalam sifat kelaziman rasional ia nilai secara khas sebagai tipe yang paling bisa dipahami, dan perbuatan manusia ekonomis adalah contoh utamanya. Tindakan-tindakan yang kurang rasional oleh Weber digolonglan, kaitannya dengan pencarian “tujuan-tujuan absolut sebagai berasal dari sentimen berpengaruh (affectuall sentiment), atau sebagai tradisional. Karena tujuan absolut dipandang oleh sosiologi sebagai data yang terberi (given), maka sebuah tindakan bisa menjadi rasional dengan mengacu pada sarana yang digunakan” (Max Weber , 2009:66)

(46)

commit to user

juga kepada orang lain yaitu anggota keluarga khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Dalam memahami motif dari tindakan sosial yang dilakukan oleh si aktor terdapat dua cara yang disarankan oleh Weber yaitu 1) dengan melalui membedakannya dalam empat tipe. Semakin rasional tindakan itu semakin mudah dipahami, ke empat tipe tersebut yaitu :

a) Zwerk Rational.

Yakni tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami. Kurang atau tidak rasional.

d) Traditional Action

Tindakan yang didasarkan pada atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja (Ritzer, 2004: 40-41).

(47)

commit to user 7. Tenaga Kerja

Indonesia mempunyai potensi sumber daya manusia yang begitu melimpah. Oleh karena itu faktor penduduk sebagai pencerminan manusia Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang dimiliki oleh Rakyat dan bangsa Indonesia.

Sebagian besar angkatan kerja di Indonesia , seperti halnya dengan negara berkembang lainnya masih berat pada sektor sektor pertanian dan umumnya struktur ekonomi ditandai oleh adanya dualisme antara sektor modern dan tradisional. Namun di sini terjadi perubahan, penyerapan angkatan kerja pada sektor pertanian menjadi menurun. Sebaliknya presentase angkatan kerja di sektor-sektor non pertanian meningkat terutama di sektor industri, jasa dan perdagangan, (Wirosuhardjo,1986:307). Karena proses yang lambat dalam pertumbuhannya, mengakibatkan berkembang pesatnya sektor non pertanian, salah satunya sektor Industri. Untuk daerah pedesaan sendiri yang kental pada sektor pertanian inipun mulai mengembangkan sektor industri. Sektor indusri pedesaan ini umumnya adalah industri kecil dan rumah tangga. Dan sektor industri kecil dan rumah tangga disini mampu menjadi penyedia dalam menampung angkatan kerja yang sudah tidak bisa lagi tertampung pada sektor pertanian.

Membahas masalah ketenagakerjaan tidak dapat melepaskan diri dari pendekatan atau konsep yang dipergunakan dalam perumusan dan pengukuran mengenai apa yang disebut bekerja. Menurut SAKERNAS , mereka yang disebut bekerja ialah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam sehari (termasuk pekerja keluarga tanpa upah, yang membantu suatu usaha), (Wirosuhardjo, 1986 : 203).

(48)

commit to user

menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan. Selanjutnya dari sini muncul definisi tenaga kerja. Secara umum orang yang melakukan kegiatan bekerja dapatlah dikatakan sebagai tenaga kerja. Namun pengertian tenaga kerja lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut. Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja menjelaskan bahwa “Tenaga kerja adalah tiap orang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.”

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa tenaga kerja di sini diartikan sebagai tenaga kerja yang bekerja di luar maupun didalam hubungan kerja dengan alat produksi adalah tenaganya sendiri, baik fisik maupun pikiran. Ciri khas dari hubungan kerja diatas adalah ia bekerja atas perintah orang lain dengan menerima imbalan atau upah .

Wirosuhardjo (1986:193) mengartikan tenaga kerja sebagai berikut, “tenaga kerja merupakan jumlah seluruh penduduk yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka , dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Sedangkan definisi tenaga kerja menurut BPS adalah Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa”. Dari definisi itu dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja itu terdiri dari orang yang akan melakukan pekerjaan atau orang yang masih atau akan mencari pekerjaan.

Lebih jauh lagi, tenaga kerja menurut BPS dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1) Skilled Labour

Yaitu tenaga kerja yang melalui proses pendidikan yang dibuktikan dengan adanya sertifikat .

2) Unskilled Labour

Gambar

Tabel 1: Waktu dan kegiatan
Tabel 2. Waktu Dan Kegiatan Penelitian
Gambar 2. Analisis Data Kualitatif Menurut Milles Dan Huberman (1992:20)
Gambar 1. Rumah sebagai lokasi kegiatan produksi kerajinan gitar

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa modal tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil di Kabupaten Sukoharjo, sehingga H

Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian tentang pengaruh modal, nilai produksi dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil di

Luciana Intan S.N, 2003 Industri Kecil dan Peranannya dalam Memberikan kesempatan kerja bagi Masyarakat (Studi kasus di Kecamatan Jebres Kota Surakarta). Universitas

PERAN INDUSTRI KECIL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA UNTUK MENDORONG PENGEMBNGAN.. WILAYAH DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa modal dan tingkat upah berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan genteng di Desa Karanggeneng Kecamatan

Potensi Kerja Pada Usaha Gula Kelapa dan Konstribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga Di Desa Lohjejer Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Soeyono dan Sulistyowati 437

Sesuai dengan ketiga lokasi yang sudah diteliti, ditemukan bahwa di tiap desa dan kecamatan mempunyai UMKM yang dapat menyerap tenaga kerja 3-100 orang tergantung

Isi dari materi yang disampaikan dapat dirangkum bahwa terdapat beberapa jenis sampah yang ada di masyarakat Desa Mancasan, diantaranya adalah sampah dapur, sampah kaleng, sampah