• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Barat"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Barat

(2)

Lampiran 3. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Helvetia

(3)
(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aryawan, M. S., Zain, A., Arianingsih, I. dkk. 2014. Analisis Penyebaran Pohon Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kelompok Hutan Produksi Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Jurnal Warta Rimba Issn: 2406-8373 Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72 Juni 2014.

Aini, A. 2007. Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya. STMIK Amikom. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2013. Kota Medan Dalam Angka. Medan Dahlan, Endes N. 2006. Hutan Kota : Untuk Pengelolaan Dan Peningkatan

Kualitas Lingkungan Hidup. Universitas Indonesia. Jakarta

Enda, J dan Novizan. 2002.Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. AgoMedia Pustaka. Jakarta

Hakim, R. 2002. Arsitektur Lansekap : Manusia, Lingkungan dan Alam. Universitas Trisakti. Jakarta

Hutagalung, Annie N. 2015. Analisis Kualitas Pohon di Beberapa Jalur Hijau Kota Pematang Siantar. Skripsi. Fakultas Pertanian USU. Medan

Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectonagrandis) Dan Eucalyptus (Eucalyptuspellita) Pada Kawasan Hutan Wanagama. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Mangold, R. 1997. Forest Health Monitoring: Field Methods Guide.United States Department of Agriculture Forest Service. Washington.

Miardini, Arina. 2006. AnalisisKesehatanPohon DiKebun Raya Bogor.

DepartemenKonservasiSumberdayaHutan Dan EkowisataFakultasKehutananInstitutPertanian Bogor. Bogor

Nasrullah, N. 2005. Bahan Kuliah Tanaman Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Noviady, I. dan Rivai, R. R. 2015. Identifikasi Kondisi Kesehatan Pohon Peneduh di Kawasan Ecopark, Cibinong Science Center-Botanic Gardens. Jurnal Penelitian Pros Sem Nas Masy Biodiv Indonvolume 1, nomor 6, September 2015.

Pemerintah Kota Medan [Pemko Medan]. 2016. Selayang Pandang Kota Medan. Diakses dari: pemko.medan.go.id

(5)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 63. 2002. Tentang Hutan Kota. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

Peraturan Menteri Kehutanan. P.03/MenHut-V/2004. Tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota sebagai Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Prahasta, W. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika. Penerbit: Informatika. Bandung

Phelps, J., Hariyanti, P., Sinaga A. C., dan Dermawan A. 2014. Valuasi Lingkungan di Indonesia : Implikasi pada Kebijakan di Kehutanan, Pertanggung-jawaban Hukum dan Estimasi Kerugian Negara. Brief No. 32. Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)

Pranoto, S. A. 2009. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Hutan Rakyat Desa Selopuro, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor

Widyastuti, S. M. Sumardi. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Stalin, dkk. 2013. Analisis Kerusakan Pohn di Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak. Jurnal Unta. Universitas Tanjung Pura.

Sunu, P. 2001. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang.

USDA Forest Service. 2001. Forest Health Monitoring to Monitor the Sustainability of-Indonesian Tropical Rain Forest. SEAMEO BIOTROP. Indonesia.

(6)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis

Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kota Medan terletak antara 3o30’-3o43’ Lintang Utara dan 98o35’-98o44’ Bujur Timur. Topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung denganSelat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota atau negara maju seperti Pulau Penang, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa barang/jasa yang relatif besar (Pemko Medan, 2016).

Iklim

Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2.000-2.500 mm per tahun. Suhu udara kota Medan menurut stasiun Sampali pada tahun 2010 berkisar antara 32,30oC-33,90oC dan suhu maksimum berkisar antara 32,72oC-34,47oC. Kelembapan udara di wilayah kota Medan rata-rata 74,67-80 % dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,81 m/detik, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 123,89 mm. Hari hujan di kota Medan pada tahun 2012 rata-rata per bulan 15,25 hari dengan curah hujan rata-rata perbulannya 133,75 mm (BPS Kota Medan, 2013).

Letak Administratif

(7)

bagian Utara Provinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administrasi wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjangwilayah Utaranya berbatasan dengan Selat Malaka.

No Kecamatan Luas Area (Km2) Persentase

(Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2013)

Demografi

(8)
(9)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Agustus 2016yang berlokasi di Jalur HijauKecamatan Medan Barat, Medan Baru, Kecamatan Helvetia, Medan Petisah dan Medan Sunggal di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara (Gambar 1 dan Tabel 1). Kemudian pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen HutanTerpadu, Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas SumateraUtara.

Gambar 1. Lokasi Penelitian Medan Bagian Barat

Tabel 1. Nama Jalan Arteri di 5 Kecamatan Medan Bagian Barat

No Nama Jalan Fungsi Jalan Kecamatan

(10)

5 Jl. Yos Sudarso Arteri Primer Medan Barat 6 Jl. Tengku Amir Hamzah Arteri Sekunder Medan Barat 7 Jl. Putri Hijau Arteri Sekunder Medan Barat 8 Jl. Adam Malik Arteri Sekunder Medan Barat 9 Jl. Kpt. Muslim Arteri Sekunder Medan Helvetia 10 Jl. Jend Gatot Subroto Arteri Primer Medan Petisah 11 Jl. Let.Jend. Jamin Ginting Arteri Primer Medan Baru

Alat dan Data

Alat yang digunakan yakni: GPS(Global Positioning System), kameradigital, binokuler, pita meter,hagameter, kertas label, tally sheet, alat tulis,kuesioner,pengolah peta ArcGIS 10.2.2, serta MS Word dan MS Excell. Datapenelitian berupa data peta Kota Medan, peta batasadministrasi Kota Medan, dan peta jalan Kota Medan.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas 2 kelompok data yaitu: 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperlukan untuk menjawab tujuanpenelitian, data ini diperlukan untuk mendapatkan Nilai Indeks Kerusakaan. Data diperoleh berdasarkan hasil observasi danpengamatan langsung di lapangan antara lain: jenis pohon, diameter, tinggi total, kondisi kerusakan pohon dan koordinat pohon.

2. Data Sekunder

(11)

lainnya yangdiperoleh dari akses internet, kunjungan perpustakaan, maupun dari instansiterkait lainnya yang sesuai dengan objek penelitian.

Prosedur Penelitian

1. Dilakukan pengamatan di jalur hijau jalan arteri yang sudah ditentukan. Pengamatan pohon dilakukan secara menyeluruh atau berupa sensus sepanjang jalan

2. Setiap pohon yang diamati dicatat diameter, tinggi dan kondisinya. Pengukuran diameter dan tinggi ini diperlukan untuk mengetahui indikator pertumbuhannya. Pohon yang sehat dan mati tidak dihitung karena tidak termasuk pohon yang mengalami kerusakan. Dalam metode Forest Health Monitory (FHM), tanda dan gejala kerusakan dicatat berdasarkan definisi kerusakan tersebut dapat mematikan pohon atau mempengaruhi kemampuan hidup jangka panjang pohon tersebut. Pengamatan pohon dilakukan pada seluruh sisi dimulai dari akar sampai ke daun dan pucuk/tunas pohon. Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga kerusakan. Ketika ada kerusakan yang berganda terjadi di tempat yang sama maka hanya kerusakan paling parah yang ditulis. Data kerusakan pohon yang digunakan untuk mengetahui indikator kerusakan pohon adalah lokasi, tipe kerusakan dan nilai ambang batas keparahan

(12)

Analisis Data

Penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria berdasarkan metode Forest Health Monitoring (FHM). Data yang dididapatkan melalui rumus dari penilaian kerusakan yang dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Data yang diperoleh dari penilaiankerusakan dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Hasil perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas sedang dan kelas berat) (Noviady dan Rivai 2015)

NIK =�(Xi. Yi. Zi) �

�=1

Keterangan:

NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon Xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan

Yi : Nilai bobot pada bagian/lokasi pohon yang mengalami kerusakan Zi : Nilai bobot pada keparahan kerusakan

Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:

• Kelas sehat : 0 – < 5 • Kelas kerusakan ringan : 6 – 10 • Kelas kerusakan sedang : 11 – 15 • Kelas kerusakan berat : 16 – > 21

(13)

Akar & batang bagian

Akar terbuka & tunggak (01) Tabel 2. Kode dan Tipe Kerusakan

No TipeKerusakan Kodetipekerus

akan 2 Busukhati, tubuhbuah (badanbuah),

danindikatorlapuklanjut

2

Nihil*

3 Luka terbuka 3 20%

4 Eksudasi (Resinosisdangummosis) 4 20% 5 Batangpatahkurangdari 0.91 m 11 Nihil

6 Malformasi 12 Nihil

7 Akarpatahataumatikurangdari 0.91 cm 13 20% 8 Hilangnyaujungdominan (matiujung) 21 1% 9 Cabangpatahataumati 22 20% 10 Brumpadacabangataudaerahdalamtajuk 23 20%

11 Kerusakandaun 24 20%

12 Daunberubahwarna (tidakhijau) 25 30% 13 Dan lain-lain

*) 20% untuk akar kurang dari 0,91 cm dari batang atau cabang Sumber: USDA Forest Service (2001)

(14)

Tabel 3. Kode dan Lokasi Kerusakan

Kode Keterangan

0 Sehat (Tidakadakerusakan)

1 Akar (terbuka) dantunggak (dengantinggi 30 cm di ataspermukaantanah)

2 Akardanbatangbagianbawah

3 Bagian bawah batang

(setengahbagianbawahdaribatangantaratunggakdandasartajukhidup)

4 Bagianbawahdanbagianatasbatang

5 Bagianatasbatang (setengahbagianatasdaribatangantaratunggakdandasartajukhidup)

6 Batangtajuk (batangutama di dalamdaerahtajukhidup di atasdasartajukhidup)

7 Cabang (lebihbesar 2.54 cm

padatitikpercabanganterhadapbatangutamaataubatangtajukdidalamdaerahtajukhidup)

8 Kuncupdan tunas (pertumbuhantahunterakhir)

9 Daun

Sumber: USDA Forest Service (2001)

Tabel 4. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan

Kode Kelas

Sumber: USDA Forest Service (2001)

Tabel 5. Bobot Indeks Kerusakan Pohon

No TipeKerusakan LokasiKerusakan KelasKeparahan

Kode Bobot Kode Bobot Kode Bobot

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan

.

Jalur Hijau sendiri dapat diartikan sebagai sejumlah pohon yang ditanam pada pinggir jalan yang berguna sebagai peneduh, penyerap polusi, pengarah dan pembentuk pandangan pada jalan. Pada penelitian ini terdapat beberapa jenis-jenis pohon yang ada di jalur hijau seperti Pterocarpus indiscus, Swietenia mahagoni, Swietenia macrophylla, Mangivera indica, Mimusops elengi, Polyalthia longifolia, Pareserianthes falcataria, dan Podocarpus elongatus dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau Medan Bagian Barat

No Jenis Nama Latin Jumlah Persentase

1 Angsana Pterocarpus indiscus 1232 53,29% 2 Mahoni Swietenia mahagoni 439 18,99% 3 Mahoni daun lebar Swietenia macrophylla 478 20,67% 4 Mangga Mangivera indica 9 0,39% 5 Tanjung Mimusops elengi 9 0,39% 6 Glodokan Polyalthia longifolia 60 2,60% 7 Sengon Paraserianthes falcataria 1 0,04% 8 Melur Podocarpus elongatus 1 0,04%

(16)

Gambar 3. Persentase Kelas Kerusakan

Jenis-jenis pohon berdasarkan kelas kerusakan dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini:

Tabel 7. Kelas Kerusakan Berdasarkan Jenis Pohon Di Medan Bagian Barat

Jalur hijau pada Medan Bagian Barat didominasi oleh jenis angsana (Pterocarpus indicus) dengan 1232 pohon dan mengalami kerusakan terbanyak pada kelas ringan dengan 655 kerusakan. Mahoni (Swietenia mahagoni) dan mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla)juga mengalami kerusakn terbanyak pada kelas ringan dengan 219 dan 180 kerusakan.

(17)

Kanker

Pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan ditemukan 10 tipe kerusakan dari 13 tipe kerusakan yang dikemukakan oleh Mangold (1997). Dari 10 tipe kerusakan itu, tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah tipe kerusakan vandalisme yaitu sebesar 34%, sedangkan yang paling sedikit dijumpai adalah cabng patah, eksudasi, daun berubah warna dan malformasi yaitu sebesar 1%. Persentase tipe kerusakan pohon dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Persentase Tipe Kerusakan

(18)

Akar terbuka &

Sebanyak 2312 pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan bagian pohon yang paling banyak mengalami kerusakan adalah pada batang bagian bawah yaitu sebesar 48%, sedangkan yang paling sedikit mengalami kerusakan adalah pada bagian akar dan tunggak yaitu sebesar 0%.

Gambar 5. Persentase Lokasi Kerusakan

Bagian pohon yang paling banyak mengalami kerusakan adalah bagian batang bagian bawah. Ini dikarenakan mudah dijangkau manusia berbeda dengan penelitian Miardini (2006) dan penelitian Stalin (2013). Penelitian Miardini (2006) yang menemukan bagian pohon yang paling banyak dijumpai adalah bagian akar dan tunggak. Itu disebabkan karena pada penelitian Miardini banyak pohon yang berumur ratusan tahun dan mudah tumbang ketika angin datang. Sedangkan penelitian Stalin (2013) lokasi kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah pada bagian cabang karena terkena konk dan lapuk lanjut.

(19)

kerusakan vandalisme pada lokasi 3 (batang bagian bawah) yaitu sebanyak 1079 pohon, demikian secara keseluruhan tipe kerusakan terbanyak terjadi pada lokasi 3 (batang bagian bawah) sebanyak 1775 kerusakan. Tipe kerusakan yang paling sedikit dijumpai adalah tipe kerusakan malformasi pada lokasi 2 (akar terbuka dan tunggak) yaitu sebanyak 1 pohon dan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kombinasi tipe kerusakan dengan lokasi kerusakan

No. Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Jlh

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Kanker 7 150 457 130 46 14 - - - 804 2 Lapuk lanjut 2 177 127 61 18 127 13 - - 525

3 Luka Terbuka 3 44 96 30 4 3 - - - 180 4 Eksudasi - 7 6 8 2 - - - - 23

5 Malformasi - 1 10 14 22 2 2 - - 51 6 Cabang patah atau mati - - - 62 - - 62

7 Brum Pada cabang - - - 508 - - 508 8 Kerusakan daun - - - 669 669

9 Daun berubah warna - - - 50 50 10 Vandalisme - 10 1079 392 12 1 1 - - 1495

Total 12 389 1775 635 104 147 586 - 719 4367

Tipe Kerusakan Kanker

(20)

Sebanyak 2312 pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan, tipe kerusakan kanker yang dijumpai sebanyak 18%. Menurut Mangold (1997) penyakit kanker ini lebih sering disebabkan oleh jamur. Kanker menyerang pada bagian berkambium sehingga mematikan fungsi pengangkutan unsur hara dan penyaluran nutrisi. Kerusakan kanker ini paling banyak dijumpai pada lokasi batang bagian bawah yaitu sebanyak 457 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi akar terbuka dan tunggak yaitu sebanyak 7 pohon. Peta sebarang penyakit kanker ini dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b) (c)

Gambar 7. Tipe kerusakan kanker pada (a) Polyalthia longifolia, (b) Swietenia mahagoni dan (c) Pterocarpus indicus

(21)

dijumpai pada lokasi bagian akar terbuka dan tunggak yaitu sebanyak 2 pohon. Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Peta sebaran tipe kerusakan lapuk lanjut Medan Bagian Barat

(a) (b)

Gambar 9. Tipe kerusakan busuk hati, tubuh buah dan indikator lapuk lanjut pada (a) Pterocarpus indicus dan (b) Swietenia macrophylla.

Tipe Kerusakan Luka Terbuka

(22)

Medan ini. Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras.Tipe kerusakan luka terbuka paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah batang sebanyak 96 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi bagian akar terbuka dan tunggak dan bagian tajuk yaitu sebanyak 3 pohon. Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Peta sebaran tipe kerusakan luka terbuka Medan Bagian Barat

(a) (b)

(23)

Tipe Kerusakan Malformasi

Gambar 12. Peta sebaran tipe kerusakan malformasi Medan Bagian Barat

Tipe kerusakan malformasi dijumpai sebanyak 1% dari total pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan.. Malformasi akan menghambat pertumbuhan sehingga tanaman yang seharusnya normal simetris menjadi tidak simetris. Tipe kerusakan ini paling banyak dijumpai pada lokasi bagian atas batang sebanyak 22 pohon dan paling sedikit dijumpai pada akar dan bagian bawah batang yaitu sebanyak 1 pohon. Peta sebaran kerusakan malformasi dapat dilihat pada Gambar 12.

(a) (b)

(24)

Tipe Kerusakan Eksudasi

Gambar 14. Peta sebaran tipe kerusakan eksudasi Medan Bagian Barat

Tipe kerusakan eksudasi di jumpai sebanyak 1% dari total pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Eksudasi yang dijumpai disebabkan karena luka akibat benda tajam yang kemudian mengeluarkan getah pada bagian pohon yang terluka.Tipe kerusakan eksudasi ini paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah dan bagian atas batang sebanyak 8 pohon dan paling sedikit dijumpai pada bagian atas batang sebanyak 2 pohon. Peta sebaran kerusakan eksudasi dapat dilihat pada Gambar 14.

(25)

Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati

Gambar 16. Peta sebaran tipe kerusakan cabang patah Medan Bagian Barat

Tipe kerusakan cabang patah atau mati dijumpai sebanyak 1% dari total pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Cabang patah ini terjadi kibat lapuk dan gejala yang terlihat adalah daun yang berguguran. Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 62 pohon pada lokasi bagian cabang. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 16.

(a) (b)

(26)

Tipe Kerusakan Brum pada Cabang

Gambar 18. Peta sebaran kerusakan brum cabang Medan Bagian Barat

Tipe kerusakan brum dijumpai sebanyak 12% dari total pohon yang diteliti

pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Brum berlebihan ini terjadi akibat dari pemangkasan pemeliharaan. Cabang yang telah di

pangkas dan mengakibatkan tumbuh cabang baru yang bergerombolan. Jika di

biarkan maka akan terjadi persaingan cahaya matahari untuk fotosintesis.Tipe

kerusakan brum paling banyak dan hanya dijumpai pada lokasi bagian cabang

sebanyak 508 pohon. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 18.

(a) (b)

(27)

Tipe Kerusakan Daun

Gambar 20. Peta sebaran tipe kerusakan daun Medan Bagain Barat

Tipe kerusakan daun dijumpai sebanyak 16% dari total pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Gejala yang terlihat adalah adanya bercak daun dan gejala gosong. Kerusakan daun ini juga disebabkan oleh polutan udara yang dihasil dari kendaraan bermotor. Hampir semua polutan udara penyebab kerusakan tumbuhan berupa gas, meskipun beberapa jenis partikel debu juga dapat mengakibatkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap tumbuhan (Widyastuti, dkk, 2004). Tipe kerusakan daun dijumpai sebanyak 669 pohon pada lokasi bagian daun. Peta sebaran kerusakan daun dapat dilihat pada Gambar 21

(a) (b)

(28)

Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna

Gambar 22. Peta sebaran tipe daun berubah warna Medan Bagian Barat

(29)

Gambar 23. Tipe kerusakan daun berubah warna pada pohon angsana

Tipe Kerusakan Vandalisme

Tipe kerusakan vandalisme paling banyak dijumpai yaitu sebesar 34% dari 2312 pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Tipe kerusakan ini juga disebabkan oleh manusia yang menempeli spanduk maupun poster-poster pada pohon yang berada di pinggiran jalan kota Medan. Manusia menempelkan spanduk dan poster pada pohon ini menggunakan paku sehingga melukai pohon. Tipe kerusakan vandalisme paling banyak dijumpai pada lokasi banyak bagian bawah batang yaitu sebanyak 1079 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi batang tajuk bagian cabang sebanyak 1 pohon. Peta sebaran kerusakan vandalisme dapat dilihat pada Gambar 24.

(a) (b) (c)

(30)

Gambar 25. Peta sebaran tipe vandalisme Medan Bagian Barat

Pada penelitian ini tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah tipe kerusakan vandalisme yaitu sebanyak 34%, berbeda dengan penelitian Miardini (2006) dan penelitian Stalin (2013) yang menemukan tipe kerusakan yang paling banyak adalah tipe kerusakan lapuk lanjut. Ini dikerenakan pada penelitian ini dilakukakan pada hutan kota dan banyak kegiatan advertising atau periklanan dengan menempelkan menggunakan paku atau kawat dan sejenisnya. Sedangkan pada penelitian Miardini (2006) dilakukan di Kebun Raya Bogor tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pemakuan pohon/vandalisme.

Tindakan Pemeliharaan

1. Pengendalian kimiawi dengan fungisida atau bakterisida

(31)

bermacammacam misalnya dengan cara penyemprotan, pengolesan dn fumigasi (Widyastuti, dkk, 2004).

2. Tindakan Penyiraman

Jalur hijau terdapat pada sisi kanan dan kiri serta pertengahan jalan arteri membuat ruang tumbuh sempit dan perolehan unsur hara dari tanah juga terbatas. Sehingga diperlukan penyiraman untuk mensuplai unsur hara dsri tanah. Penyiraman dilakukan bila hujan tidak turun selama beberapa hari dan harus lebih sering pada musim kemarau.

3. Tindakan Pemangkasan

Saat pemangkasan pohon menyebabkan kerusakan baru sepertibrum atau cabang berlebihan. Perawatan yang dilakukan adalah dengan memangkas kembali cabang yang terserang brum dan melakukan perawatan luka pada batang yangdilakukan dengan cara menyayat daerah tepi luka dengan bentuk elif dan sejajardengan aliran hara pohon. Bagian yangbaru dipotong tersebut kemudian diberifungisida atau ditutup dengan lilin danmalam atau paraffin cair. Hal inidimaksudkan untuk mencegah penguapan dan penyakit. Perlindunganluka dilakukan 4-6 bulan sekali (Stalin, dkk. 2013)

4. Pemupukan

(32)

5. Tindakan Pembersihan

Sampah-sampah yang berasal dari masyarakat sekitar ataupun dedaunan selalu dibersihkan. Sampah yang dikumpulkan dan dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Karena sampah sampah yang ada di sekitar jalan arteri kota akan mengurangi keindahan.

6. Pencegahan dan Penanganan Pengerusakan Pohon

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis pohon yang berada di 11 jalur hijau pada 5 kecamatan Medan Bagian Barat didominasi oleh Angsana (Pterocarpus indiscus), yang terbanyak kedua adalah Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla), dan yang paling sedikit Sengon (Pareserianthes falcataria), danMelur (Podocarpus elongatus.

2. Kelas kerusakan pada jalur hijau Medan Bagian Barat terdapat, 46 pohon sangat sehat, 975 pohon sehat, 1114 pohon yang mengalami kerusakan ringan, 168 pohon sedang, dan 9 pohon yang telah mati. Tipe kerusakan pada jalur hijau Medan Bagian Barat dijumpai sebanyak 10 tipe. Tipe kerusakan paling banyak adalah kerusakan vandalisme dengan 34% dan kemudian adalah kanker dengan 18% dan paling sedikit adalah malformasi, cabang patah, daun berubah warna dan luka terbuka dengan 1% kerusakan.Lokasi kerusakan terdapat pada jalur hijau Medan Bagian Barat yang terparah adalah bagian bawah batang dengan 1775 kerusakan dan paling sedikit terjadi pada akar terbuka dan tunggak dengan 12 kerusakan saja.

(34)

Saran

(35)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Kota

Definisi hutan kota (Urban Forest) menurut Fakuara (1987) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya (Miardini, 2006).

Menurut PP No. 63 tahun 2002 Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai Hutan Kota oleh pejabat yang berwewenang dengan tujuan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/MENHUT-V/2004 Bagian Ke-enam, tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota sebagai Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, antara lain disebutkan bahwa luas minimal hutan kota adalah 0,25 ha dalam satu kesatuan hamparan yang kompak (menyatu), agar tanaman dapat membentuk iklim mikro.

Bentuk dan Struktur Hutan Kota

Menurut Dahlan (1992) dalam Miardini (2006), hutan kota memiliki beberapa bentuk, yaitu:

1. Jalur Hijau

(36)

liaryang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan, sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.

2. Taman Kota

Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.

3. Kebun dan Halaman

Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan suatu kebanggaan tertentu. Halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya.

4. Kebun Raya,

Hutan Raya dan Kebun Binatang Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.

5. Hutan Lindung

(37)

daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.

6. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan

Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan.

Struktur hutan kota ditentukan oleh keanekaragaman vegetasi yang ditanam sehingga terbangun hutan kota berlapis-lapis dan berstrata baik secara vertikal maupun horizontal yang meniru hutan alam. Struktur hutan kota, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan yang menyusun hutan kota. Dapat diklasifikasikan menjadi hutan kota yang:

a) Berstrata dua, yaitu komunitas tumbuh-umbuhan hutan kota hanya terdiri dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya.

b) Berstrata banyak, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota selain terdiri dari pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit, ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat tidak beraturan dengan strata, serta komposisi mengarah meniru komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam.

(38)

Kerusakan pada Pohon

Kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh patogen, serangga, polusi udara dan kondisi alamiah lain serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pohon. Untuk monitoring kesehatan pohon, tanda-tanda dan gejala-gejala kerusakan dicatat, didefenisikan, apakah kerusakan dapat mematikan pohon atau memberi pengaruh jangka panjang terhadap kemampuan bertahan dari pohon (Irwanto, 2006).

Kerusakan tanaman atau bagian tanaman tidak hannya disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman. Disamping faktor genetik, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti ketersediaan air dan unsur hara, perubahan suhu, kelembapan udara, dan intensitas cahaya. Selain itu ada juga Organisme pengganggu tanaman. Organisme perusak tanaman dikelompokkan menjadi 3 golongan:

1. Hewan atau binatang pengganggu dan perusak tanaman misalnya serangga, moluska, dan mamalia

2. Penyakit yang disebabkan oleh jasad mikro seperti jamur, bakteri dan virus

3. Gulma yaitu tanaman yang tidak diharapkan kehadirannya pada suatau area pertanian

(Enda, J dan Novizan, 2002).

(39)

pokok dan pada bagian tajuk. Batang pokok merupakan lokasi yang mempunyai nilai kerusakan lebih tinggi dibanding bagian tanaman yang lain, makin dekat dengan permukaan tanah nilai kerusakan lebih tinggi. Keparahan merupakan faktor lain yang menentukan nilai penting suatu kerusakan dan batas minimalnya ditentukan berdasarkan atas proporsi bagian tanaman yang rusak. Kanker batang yang lebar luka terbesarnya lebih dari 20% lingkar batang tempat kanker terjadi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman selanjutnya (Irwanto, 2006).

Karakteristik dan Kesehatan Pohon

Tanamanakantumbuhdenganbaikbilatanaman yang dipilihtolerandenganlingkungantempatpenanaman. Metodepenanaman yang

benarakanmenyiapkantempat yang menjamindenganbaikpertumbuhanakardantajuk. Pemeliharaan

yangtepatakanmenjaminpertumbuhandengankecepatan yang normal, terhindardarigangguanhamapenyakitdanvandalisme. Sebaliknyajikafaktor-faktor

yang menentukanpertumbuhantersebuttidaktepat, makatanamanakantumbuhlamban, tidakmenampilkansifatfisik yang diinginkan,

danbahkantanamanakansewaktuwaktutumbang (Nasrullah, 2005).

(40)

perkembangnan tanaman dan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil (Enda, J dan Novizan, 2002).

Menurut Mangold (1997) dalam Miardini (2006), definisi kerusakan yang terdapat pada pohon dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Kanker

Kanker mungkin dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan kematian kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh agen penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang. 2. Busuk Hati

(41)

basah. Penyakit busuk ini meyerang akar, batang, kuncup dan buah (Pracaya, 2003).

3. Luka Terbuka

Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).

4. Resinosis atau gumosis

Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang. 5. Batang patah kurang dari 0,91 m

Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91 m dari batang baik karena galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/ rusak pada daerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).

6. Malformasi

Malformasi (perubahan bentuk) ialah berubah bentuk tanaman atau alat serta organnya.

7. Akar Patah atau Mati

(42)

Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.

9. Cabang Patah atau mati

Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau batang tajuk di luar daerah tajuk hidup tidak dikodekan.

10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.

Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif dan organ yang bergerombol tidak normal.

11. Kerusakan kuncup daun atau tunas

Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.

12. Perubahan warna daun

Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.

Sistem Informasi Geografis

(43)

seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan GIS dengan sistem informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna untuk berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi. Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Develompment (Aini, 2007).

Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri atas data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisis informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biayayang diperlukan (Prahasta, 2009).

Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pemetaan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan

(44)

Salah satu fungsi tools SIG yang paling powerful dan mendasar adalah integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang memadukan layers data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data secara matematis dengan melakukan operasi-operasi terhadap atribut-atribut tertentu dari datanya (Prahasta, 2009).

(45)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.Dalamkota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kotadidirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Padakenyataaannya kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak dimensi.Manusia dapat mencatat dan menganalisanya dari berbagai perspektif sepertimoral, sejarah manusia, hubungan timbal balik antara manusia dengan habitatnya,pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan politik, dan berbagai kenyataan darikehidupan manusia (Zoer’aini, 2007).

Hutan kota memiliki manfaat yang sangat besar terhadap lingkungan perkotaan, baik ekologi maupun ekonomi. Hilangnya ekosistem atau sumberdaya lingkungan merupakan masalah ekonomi, karena hilangnya ekosistem berarti hilangnya kemampuan ekosistem tersebut menyediakan barang dan jasa (Pranoto, 2009).

(46)

Pada umumnya ruang terbuka hijau didominasi oleh tanaman dantumbuhan, dimana unsur ini banyak berpengaruh terhadap kualitas udara perkotaan. Tanaman dapat menciptakan iklim makro yaitu adanya penurunan suhu sekitar, kelembaban yang cukup dan kadar O2 yang bertambah. Hal ini karena ada proses asimilasi dan evapotranspirasi dari tanaman disamping itu, tanaman juga menyerap/ mengurangi CO2 yang dihasilkan kendaraan bermotor, industri dan sebagainya (Hakim, 2002).

Menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan, telah dilakukan penelitian dalam mengembangkan penghijauan yang efektif, dirancang kearah terbentuknya struktur ekologis yang berfungsi melestarikan lingkungan yang nyaman, sehat dan estetis berbentuk hutan kota yang memenuhi kaidah lensekap perkotaan (Zoer’aini, 2007).

Penghijauan merupakan salah satu upaya yang saat ini perlu dilakukan untuk mengimbangi pembangunan yang berlebihan di wilayah perkotaan.Penghijauan yang banyak dijumpai biasanya dalam bentuk jalur hijau,yaitu penanaman pohon di ruas jalan baik itu di sebelah kiri jalan, sebelah kanan jalan maupun bagian tengah jalan.Penghijauan di jalur hijau dengan pepohonanharus memberi dampak yang positif dan tidak mengganggu pengguna jalan.Kondisi pepohonan harus dalam keadaan baik dan sehat agar memberi kenyamanan bagi pengguna jalan (Hutagalung, 2015).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(47)

2. Untuk mengetahuijenis kerusakan pohon pada jalur hijau Kota Medan Bagian Barat.

3. Untuk memetakan sebaran kesehatan pohon pada jalur hijau Kota Medan Kota Medan Bagian Barat.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Sebagai bahan informasi sebaran kesehatan bagi pihak pengelola dan pemerintah untuk pengembangan jalur hijau dan agar dapat diketahui pohon yang mana yang tidak layak tumbuh lagi di jalur hijau, agar tidak mengganggu pengguna jalan Kota Medan.

(48)

ABSTRAK

INDRA ELIESER PERMANA SEMBIRING: Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Barat. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan RIDWANTI BATUBARA.

Penelitian ini dilakukan di 11 jalur hijau pada 5 Kecamatan Kota Medan. Yang bertujuan untuk mengetahui jenis pohon, jenis kerusakan pohon dan memetakan sebaran kesehatan pohon. Dalam penentuan kesehatan pohon, penelitian ini menggunakan standart Forest Health Monitoring (FHM) untuk mendapatkan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) dengan kriteria sehat, ringan, sedang dan berat. Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran kesehatan pohon adalah salah satu teknik untuk pemeliharaan pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Barat. Proses pembuatan peta sebaran kesehatan pohon dilakukan dengan menggunakan ArcGis 10.2.2.

Hasil penelitian menunjukkan jenis pohon yang di jumpai di jalur hijau Kota Medan Bagian Barat sebanyak 13 pohon. Pohon yang paling banyak dijumpai adalah pohon Angsana (Pterocarpus indicus). Kriteria kerusakan yang mendominasi adalah kelas kriteria ringan. Kerusakan-kerusakan terjadi berasal dari kegiatan aktivitas manusia atau patogen/jamur pada pohon seperti vandalisme dan kanker. Sebaran pohon yang paling banyak ditemukan di Jalan Gatot Subroto dengan 292 pohon.

Kata Kunci: Jalur Hijau, Kesehatan Pohon, Sistem Informasi Geografis (SIG),

(49)

ii

ABSTRACT

INDRA ELIESER PERMANA SEMBIRING: The Analysis of Tree Health at Green Line of Western Medan. Advised by RAHMAWATY AND RIDWANTI BATUBARA.

This research was conducted in 11 green line on five subdistricts in Medan with aims to know the type of tree, type of damage of the tree and to map the disseminating of the health of the tree. In determining the tree health, this research used Standart Forest Health Monitoring (FHM) to get the index score of the tree damage (NIK) that requires health, mild, moderate and weight as the criterias. The use of Geographic Information System (SIG) in determining the disseminating the health of the tree is one of the tree cultivation technique in the western green line Medan. The process of the map of tree health disseminating was done by using ArcGis 10.2.2.

The finding showed 13 types of trees in the western green line Medan. The most frequently found is Angsana tree (Pterocarpus indicus). The most dominant criteria of the damage is mild criteria. The damages caused by the human activity or Patogen/ Fungi on the tree such as Vandalism and Cancer. The disseminating of the tree most frequently found on Gatot Subroto street with the total number as 292 trees.

(50)

ANALISIS KESEHATAN POHON

DI JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN BARAT

SKRIPSI

INDRA ELIESER PERMANA SEMBIRING 121201081

MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(51)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Kesehatan Pohon Di Jalur Hijau Kota Medan vvvvvvviBagian Barat

Nama : Indra Elieser Permana Sembiring

NIM : 121201081

Program studi : Kehutanan

DisetujuiOleh KomisiPembimbing

Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph. D. Ridwanti Batubara, S.Hut.,M.P

Ketua Anggota

Mengetahui

(52)

ABSTRAK

INDRA ELIESER PERMANA SEMBIRING: Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Barat. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan RIDWANTI BATUBARA.

Penelitian ini dilakukan di 11 jalur hijau pada 5 Kecamatan Kota Medan. Yang bertujuan untuk mengetahui jenis pohon, jenis kerusakan pohon dan memetakan sebaran kesehatan pohon. Dalam penentuan kesehatan pohon, penelitian ini menggunakan standart Forest Health Monitoring (FHM) untuk mendapatkan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) dengan kriteria sehat, ringan, sedang dan berat. Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran kesehatan pohon adalah salah satu teknik untuk pemeliharaan pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Barat. Proses pembuatan peta sebaran kesehatan pohon dilakukan dengan menggunakan ArcGis 10.2.2.

Hasil penelitian menunjukkan jenis pohon yang di jumpai di jalur hijau Kota Medan Bagian Barat sebanyak 13 pohon. Pohon yang paling banyak dijumpai adalah pohon Angsana (Pterocarpus indicus). Kriteria kerusakan yang mendominasi adalah kelas kriteria ringan. Kerusakan-kerusakan terjadi berasal dari kegiatan aktivitas manusia atau patogen/jamur pada pohon seperti vandalisme dan kanker. Sebaran pohon yang paling banyak ditemukan di Jalan Gatot Subroto dengan 292 pohon.

Kata Kunci: Jalur Hijau, Kesehatan Pohon, Sistem Informasi Geografis (SIG),

(53)

ii

ABSTRACT

INDRA ELIESER PERMANA SEMBIRING: The Analysis of Tree Health at Green Line of Western Medan. Advised by RAHMAWATY AND RIDWANTI BATUBARA.

This research was conducted in 11 green line on five subdistricts in Medan with aims to know the type of tree, type of damage of the tree and to map the disseminating of the health of the tree. In determining the tree health, this research used Standart Forest Health Monitoring (FHM) to get the index score of the tree damage (NIK) that requires health, mild, moderate and weight as the criterias. The use of Geographic Information System (SIG) in determining the disseminating the health of the tree is one of the tree cultivation technique in the western green line Medan. The process of the map of tree health disseminating was done by using ArcGis 10.2.2.

The finding showed 13 types of trees in the western green line Medan. The most frequently found is Angsana tree (Pterocarpus indicus). The most dominant criteria of the damage is mild criteria. The damages caused by the human activity or Patogen/ Fungi on the tree such as Vandalism and Cancer. The disseminating of the tree most frequently found on Gatot Subroto street with the total number as 292 trees.

(54)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Porsea pada tanggal 22 April 1994 dari ayah Jakup Sembiring dan ibu Rusmani br. Manurung. Penulis merupakan putra ketiga dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Swasta Indorayon pada tahun 2000, dan pendidikan tingkat Sekolah Dasar Swasta Bonapasogit Sejahtera tahun 2006, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama Swasta Bonapasogit Sejahtera tahun 2009, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 1 Balige 2012 dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara melalui jalur tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada semester VII memilih minat studi Manajemen Hutan.

(55)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan rahmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudu l “Analisis Kesehatan Pohon Di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis pohon dan jenis kerusakan pohon sesuai standarForesth Helath Monitoring (FHM) di Kota Medan

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta (Jakup Sembiring dan Rusmani br. Manurung) yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini serta selalu memberi dukungan, doa dan motivasi untuk tetap semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Rahmawaty S.Hut., M.Si., Ph.D dan Ridwanti Batubara S.Hut., M.P selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberi masukan dan saran berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Kakanda Sri Nasriati Sembiring, abangda Denni Putra Roli Sembiring dan adinda Daniel Pranata Sembiring atas dukungan dan doanya kepada penulis. 4. Teman-teman satu tim penelitian (Ely Hanna Sembiring, Poltak Panjaitan dan

Adi Putra Sinaga).

5. Teman-teman kampus yang motivasi dan semangat dalam kegiatan skripsi ini, Chrisrovorus S. Situmorang, Geby A Napitupulu dan lain lain,

(56)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2016

(57)

vi

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Kerusakan pada Pohon ... 7

Karakteristik dan Kesehatan Pohon ... 8

Sistem Informasi Geografis... 11

Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pemetaan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan ... 12

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 14

Letak Geografis... 14

Iklim ... 14

Letak Administratif ... 14

Demografi ... 15

METODE PENELITIAN ... 17

Waktu dan Tempat ... 17

Alat dan Data ... 18

Prosedur Penelitian ... 19

Analisis Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

Tipe Kerusakan Kanker ... 27

Tipe Kerusakan Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut ... 28

Tipe Kerusakan Luka Terbuka ... 29

Tipe Kerusakan Malformasi ... 31

Tipe Kerusakan Eksudasi ... 32

(58)

Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati ... 33

Tipe Kerusakan Brum pada Cabang ... 34

Tipe Kerusakan Daun... 35

Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna ... 36

Tipe Kerusakan Vandalisme ... 37

Tindakan Pemeliharaan ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

Kesimpulan ... 41

Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(59)

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Lokasi Penelitian Medan Bagian Barat ... 17

2. Kode Lokasi Untuk Indikator Kerusakan (USDA Forest Service, 2001) ... 21

3. Persentase Kelas Kerusakan... 24

4. Persentase Tipe Kerusakan ... 25

5. Persentase Lokasi Kerusakan ... 26

6. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Kanker Medan Bagian Barat... 27

7. Tipe Kerusakan Kanker Pada (a) Polyalthia longifolia, (b) Swietenia mahagoni Dan (c) Pterocarpus indicus ... 28

8. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Lapuk Lanjut Medan Bagian Barat ... 29

9. Tipe Kerusakan Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut Pada (a) Pterocarpus indicus dan (b) Swietenia macrophylla ... 29

10. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Luka Terbuka Medan Bagian Barat... 30

11. Tipe Kerusakan Luka Terbuka pada (a) Swietenia mahagonidan (b) Swietenia macropylla ... 30

12. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Malformasi Medan Bagian Barat ... 31

13. Tipe Kerusakan Malformasi pada Pohon (a) Angsana dan (b) Mahoni ... 31

14. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Eksudasi Medan Bagian Barat ... 32

15. Tipe Kerusakan Eksudasi pada Pohon Mahoni ... 32

16. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Cabang Patah Medan Bagian Barat ... 33

17. Tipe Kerusakan Cabang Patah pada Pohon (a) Angsana, (b) Saga ... 33

18. Peta Sebaran Kerusakan Brum Cabang Medan Bagian Barat... 34

19. Tipe Kerusakan Brum Cabang pada Pohon (a) Angsana, (b) Mahoni.... 34

(60)

21. Tipe Kerusakan Daun pada Pohon (a) Angsana dan (b) Mahoni ... 35 22. Peta Sebaran Tipe Daun Berubah Warna Medan Bagian Barat ... 36 23. Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna pada Pohon Angsana ... 37 24. Tipe Kerusakan Vandalisme Yang Diakibatkan Akibat dari

(61)

x

DAFTAR TABEL

1. Nama Jalan Arteri di 5 Kecamatan Medan Bagian Barat... 17

2. Kode dan Tipe Kerusakan ... 21

3. Kode dan Lokasi Kerusakan ... 22

4. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan ... 22

5. Bobot Indeks Kerusakan Pohon ... 22

6.Jenis Tanaman yang Diperoleh pada Jalur Hijau Medan Bagian Barat ... 23

7. Kelas Kerusakan Berdasarkan Jenis Pohon di Medan Bagian Barat ... 24

(62)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Barat... 45

2. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Baru ... 45

3. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Helvetia ... 46

4. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Sunggal ... 46

5. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Petisah ... 47

6. Penilaian Kesehatan Pohon Medan Bagian Barat ... 47 Halaman

Gambar

Tabel 1. Nama Jalan Arteri di 5 Kecamatan Medan Bagian Barat
Gambar 2. Kode lokasi untuk indikator kerusakan (USDA Forest Service, 2001)
Tabel 3. Kode dan Lokasi Kerusakan
Tabel 6.  Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau Medan Bagian Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan jenis pohon yang dijumpai di jalur hijau sebanyak 9 pohon.Pohon yang paling banyak dijumpai adalah pohon mahoni (Swietenia mahagoni).Kualitas pohon di

Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti,

Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Hutan Rakyat Desa Selopuro, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Jawa

Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran kesehatan pohon adalah salah satu teknik untuk pemeliharaan pohon di Jalur Hijau Kota Medan

Jalan arteri primer dan jalan arteri sekunder yang ada di Kota Medan bagian utara merupakan salah satu jalur yang padat kendaraan terutama pada

Valuasi Ekonomi Sumber daya Hutan dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Hutan Rakyat Desa Selopuro, Kecamatan Batu warno, Kabupaten Wonogiri, Jawa

Kondisi Jalan Irian Barat di Kecamatan Medan Timur yang Tidak terdapat Pohon..

Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka