• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pengembangansupply Chain Komoditas Karet Di Pt. Perkebunan Nusantara Iii Kebun Membang Muda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pengembangansupply Chain Komoditas Karet Di Pt. Perkebunan Nusantara Iii Kebun Membang Muda"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Indikator Strategi Pengembangan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda

a. Faktor Internal

No Indikator Parameter Skor

1 Variasi Produk >5 macam 4

4 – 5 macam 3

2 – 3 macam 2

1 macam 1

2 Kualitas Produk Sangat baik 4

Baik 3

Cukup baik 2

Tidak baik 1

3 Produk Jadi Tepat waktu dan tepat jumlah 4

Tepat waktu dan tidak tepat jumlah 3 Tidak tepat waktu dan tepat jumlah 2 Tidak tepat waktu dan tidak tepat jumlah

1

4 Penguasaan terhadap budidaya karet

Sangat baik 4

Baik 3

Cukup baik 2

Kurang baik 1

5 Peningkatan Kinerja Pelayanan Sudah ada dan berjalan baik 4 Sudah ada dan tidak berjalan baik 3 Masih proses pembentukan 2

Tidak ada 1

6 Kebijakan Harga Ada kebijakan dan dijalankan 4

Ada kebijakan dan tidak dijalankan 3

Ada kebijakan harga 2

Tidak ada kebijakan harga 1

7 Program Pengembangan Ada program, rencana dan

dilaksanakan

4

Ada program dan dana 3

Ada perancangan program 2

Tidak ada program 1

8 Pelatihan Sekolah lapang 4

Ada pelatihan dan demplot 3 Ada pelatihan dan ceramah 2

Tidak ada pelatihan 1

9 Sarana Pendukung dan

Infrastruktur

Sangat memadai 4

Memadai 3

Cukup memadai 2

Tidak memadai 1

10 Penerapan Teknik dan Budidaya Menggunakan teknologi yang selalu diperbaharui

4

Menggunakan teknologi yang sudah ada

3

(2)

konvensional

Hanya secara konvensional 1

11 Luas Lahan > 750 ha 4

501-750 ha 3

251-500 ha 2

<250 ha 1

12 Permodalan 100% modal sendiri 4

75% modal sendiri 3

50% modal sendiri 2

0% modal sendiri 1

13 Serangan HPT < 30% 4

31-40% 3

41-50% 2

> 50% 1

14 Lama Usaha > 15 tahun 4

11-15 tahun 3

6-10 tahun 2

< 5 tahun 1

b. Faktor Eksternal

No Indikator Parameter Skor

1 Harga 5.000 – 7.500 4

7.501 – 10.000 3

10.001 – 12.500 2

>12.500 1

2 Kemitraan Ada dan berkelanjutan 4

Ada tetapi tidak berkelanjutan 3

Ada 2

Tidak ada 1

3 Ketersediaan Pasokan Sangat memadai 4

Memadai 3

Cukup Memadai 2

Tidak Memadai 1

4 Persaingan Sangat tinggi 4

Tinggi 3

Sedang 2

Rendah 1

5 Permintaan produk Tinggi dan berkelanjutan 4

Tinggi tetapi tidak berkelanjutan 3 Rendah dan berkelanjutan 2 Rendah dan tidak berkelanjutan 1 6 Jarak pabrik ke gudang (jarak

aliran barang)

<100 km 4

101-200 km 3

201-300 km 2

(3)

Lampiran 2. Penilaian Skor Parameter Faktor Internal

Sampel Parameter

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 2 3 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4

Keterangan :

Parameter 1 : Variasi produk Parameter 2 : Kualitas produk Parameter 3 : Produk jadi

Parameter 4 : Penguasaan terhadap budidaya karet Parameter 5 : Peningkatan kinerja pelayanan Parameter 6 : Kebijakan harga

Parameter 7 : Program pengembangan Parameter 8 : Pelatihan

Parameter 9 : Sarana pendukung dan infrastruktur Parameter 10 : Penerapan teknik dan budidaya Parameter 11 : Luas lahan

(4)

Lampiran 3. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal

Sampel Parameter

1 2 3 4 5 6

1 1 4 4 4 4 2

Keterangan :

Parameter 1 : Harga Parameter 2 : Kemitraan

Parameter 3 : Ketersediaan pasokan Parameter 4 : Persaingan

Parameter 5 : Permintaan produk

(5)

Lampiran 4. Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Internal (IFAS)

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Kualitas Produk

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Produk Jadi

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Penguasaan terhadap Budidaya

Karet

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Peningkatan Kinerja Pelayanan

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Program Pengembangan

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Pelatihan

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan

Infrastrukur

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Luas Lahan

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Permodalan

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Serangan HPT

Variasi Produk 3 2 1 2 3 Lama Usaha

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Produk Jadi

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Penguasaan terhadap Budidaya

Karet

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Peningkatan Kinerja Pelayanan

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Program Pengembangan

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Pelatihan

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan

Infrastrukur

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Luas Lahan

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Permodalan

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Serangan HPT

Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Lama Usaha

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Penguasaan terhadap Budidaya

Karet

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Peningkatan Kinerja Pelayanan

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Program Pengembangan

(6)

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan Infrastrukur

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Luas Lahan

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Permodalan

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Serangan HPT

Produk Jadi 3 2 1 2 3 Lama Usaha

Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Peningkatan Kinerja Pelayanan Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga

Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Program Pengembangan Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Pelatihan

Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan Infrastrukur

Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Luas Lahan

Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Permodalan Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Serangan HPT Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Lama Usaha Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga

Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Program Pengembangan Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Pelatihan

Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan

Infrastrukur

Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Luas Lahan

Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Permodalan Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Serangan HPT Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Lama Usaha

Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Program Pengembangan

Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Pelatihan

Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan

Infrastrukur

Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya

Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Luas Lahan

Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Permodalan

(7)

Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Lama Usaha

Pelatihan 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan

Infrastrukur

Pelatihan 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya

Pelatihan 3 2 1 2 3 Luas Lahan

Pelatihan 3 2 1 2 3 Permodalan

Pelatihan 3 2 1 2 3 Serangan HPT

Pelatihan 3 2 1 2 3 Lama Usaha

Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Luas Lahan

Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Permodalan Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Serangan HPT Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Lama Usaha Penerapan Teknik dan Budidaya 3 2 1 2 3 Luas Lahan Penerapan Teknik dan Budidaya 3 2 1 2 3 Permodalan Penerapan Teknik dan Budidaya 3 2 1 2 3 Serangan HPT Penerapan Teknik dan Budidaya 3 2 1 2 3 Lama Usaha

Luas Lahan 3 2 1 2 3 Permodalan

Luas Lahan 3 2 1 2 3 Serangan HPT

Luas Lahan 3 2 1 2 3 Lama Usaha

Permodalan 3 2 1 2 3 Serangan HPT

Permodalan 3 2 1 2 3 Lama Usaha

(8)

Lampiran5. Penilaian Tingkat KepentinganFaktorEksternal (EFAS)

Harga 3 2 1 2 3 Kemitraan

Harga 3 2 1 2 3 Ketersediaan Pasokan

Harga 3 2 1 2 3 Persaingan

Harga 3 2 1 2 3 Permintaan Produk

Harga 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak

Aliran Barang)

Kemitraan 3 2 1 2 3 Ketersediaan Pasokan

Kemitraan 3 2 1 2 3 Persaingan

Kemitraan 3 2 1 2 3 Permintaan Produk

Kemitraan 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak

Aliran Barang)

Ketersediaan Pasokan 3 2 1 2 3 Persaingan

Ketersediaan Pasokan 3 2 1 2 3 Permintaan Produk

Ketersediaan Pasokan 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak Aliran Barang)

Persaingan 3 2 1 2 3 Permintaan Produk

Persaingan 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak

Aliran Barang)

Permintaan Produk 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak

(9)

Lampiran6. Hasil PenilaianFaktorInternal

Parameter A B C D E F G H I J K L M N

A 1 ½ 1/2 1/2 1 1/2 2 2 1 1 2 1 1 2

B 2 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2

C 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2

D 2 1 1/2 1 1 1/2 1 2 2 1 2 1 2 2

E 1 ½ 1/2 1 1 1/2 2 1 1 1/2 2 1 2 2

F 2 ½ 1 1/2 2 1 1/2 1 1 1 1/2 1/2 2 2

G 1/2 ½ 1/2 1 1/2 2 1 1 1 1 2 1 2 2

H 1/2 1/3 1/2 1/2 1 1 1 1 1/2 1 2 1/3 2 3

I 1 ½ 1/2 1/2 1 1 1 2 1 1/2 1 1/2 2 2

J 1 ½ 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1/2 1 2

K 1/2 ½ 1/2 1/2 1/2 2 1/2 1/2 1 1/2 1 1/2 ½ 2

L 1 1 1 1 1 2 1 3 2 2 2 1 2 3

M 1 1 1 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1 2 1/2 1 3

N 1/2 ½ 2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/3 1/2 1/2 ½ 1/3 1/3 1

Total 16 9,33 11,5 11,5 16 15,5 16 20,3

3

17,5 14 23 10,16

7

(10)

Lampiran7. Hasil PenilaianFaktorEksternal

Parameter A B C D E F

A 1 1 1 1 1/2 2

B 1 1 1/2 ½ 1 2

C 1 2 1 1 1 2

D 1 2 1 1 1 2

E 2 1 1 1 1 1

F ½ ½ 1/2 ½ 1 1

(11)

Lampiran 8.Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Internal (IFAS)

Rumus :

=

��

1

2

3

… … … . . .

∗ �

� �

Ket : X1=Nilai sel i untuk sampel 1 X2=Nilai sel i untuk sampel 2

Parameter A B C D E F G H I J K L M N Rata-rata

A 1 0,5 0,5 0,5 1 0,5 2 2 1 1 2 1 1 2 1.14

B 2 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1.71

C 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1.57

D 2 1 0,5 1 1 0,5 1 2 2 1 2 1 2 2 1.36

E 1 0,5 0,5 1 1 0,5 2 1 1 0,5 2 1 2 2 1.14

F 2 0,5 1 0,5 2 1 0,5 1 1 1 0,5 0,5 2 2 1.11

G 0,5 0,5 0,5 1 0,5 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1.14

H 0,5 0,33 0,5 0,5 1 1 1 1 0,5 1 2 0,33 2 3 1.05

I 1 0,5 0,5 0,5 1 1 1 2 1 0,5 1 0,5 2 2 1.04

J 1 0,5 1 1 2 1 1 1 2 1 2 0,5 1 2 1.21

K 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 2 0,5 0,5 1 0,5 1 0,5 0,5 2 0.79

L 1 1 1 1 1 2 1 3 2 2 2 1 2 3 1.64

M 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 1 2 0,5 1 3 0.96

N 0,5 0,5 2 0,5 0,5 0,5 0,5 0,33 0,5 0,5 0,5 0,33 0,33 1

0.61

(12)

X3=Nilai sel i untuk sampel 3 Xn=Nilai sel i untuk sampel n

Contoh perhitungan mencari nilai rata- ratageometris :

��

=

1

1

(13)

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS)

Parameter A B C D E F Rata-rata

A 1 1 1 1 0,5 2 1,08

B 1 1 0,5 0,5 1 2 1

C 1 2 1 1 1 2 1,33

D 1 2 1 1 1 2 1,33

E 2 1 1 1 1 1 1,16

F 0,5 0,5 0,5 0,5 1 1 0,67

Total 6,5 7,5 5 5 5,5 10 6,57

Rumus:

=

��

1

2

3

… … … . . .

∗ �

� �

Ket : X1=Nilai sel i untuk sampel 1 X2=Nilai sel i untuk sampel 2 X3=Nilai sel i untuk sampel 3 Xn=Nilai sel i untuk sampel n

Contoh perhitungan mencari nilai rata- ratageometris :

��

=

1

1

(14)

Lampiran 10. Normalisasi Bobot Faktor Internal

Parameter A B C D E F G H I J K L M N Rata-rata

A 0.06 0.05 0.04 0.04 0.06 0.03 0.13 0.10 0.06 0.07 0.09 0.10 0.05 0.07 0.07

B 0.13 0.11 0.09 0.09 0.13 0.13 0.13 0.15 0.11 0.14 0.09 0.10 0.05 0.07 0.11

C 0.13 0.11 0.09 0.17 0.13 0.06 0.13 0.10 0.11 0.07 0.09 0.10 0.05 0.07 0.10

D 0.13 0.11 0.04 0.09 0.06 0.03 0.06 0.10 0.11 0.07 0.09 0.10 0.10 0.07 0.08

E 0.06 0.05 0.04 0.09 0.06 0.03 0.13 0.05 0.06 0.04 0.09 0.10 0.10 0.07 0.07

F 0.13 0.05 0.09 0.04 0.13 0.06 0.03 0.05 0.06 0.07 0.02 0.05 0.10 0.07 0.07

G 0.03 0.05 0.04 0.09 0.03 0.13 0.06 0.05 0.06 0.07 0.09 0.10 0.10 0.07 0.07

H 0.03 0.04 0.04 0.04 0.06 0.06 0.06 0.05 0.03 0.07 0.09 0.03 0.10 0.10 0.06

I 0.06 0.05 0.04 0.04 0.06 0.06 0.06 0.10 0.06 0.04 0.04 0.05 0.10 0.07 0.06

J 0.06 0.05 0.09 0.09 0.13 0.06 0.06 0.05 0.11 0.07 0.09 0.05 0.05 0.07 0.07

K 0.03 0.05 0.04 0.04 0.03 0.13 0.03 0.02 0.06 0.04 0.04 0.05 0.03 0.07 0.05

L 0.06 0.11 0.09 0.09 0.06 0.13 0.06 0.15 0.11 0.14 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10

M 0.06 0.11 0.09 0.04 0.03 0.03 0.03 0.02 0.03 0.07 0.09 0.05 0.05 0.10 0.06

N 0.03 0.05 0.17 0.04 0.03 0.03 0.03 0.02 0.03 0.04 0.02 0.03 0.02 0.03 0.04

(15)

Lampiran 11. Normalisasi Bobot Faktor Eksternal

Parameter A B C D E F Rata-rata

A 0.15 0.13 0.20 0.20 0.09 0.20 0.16

B 0.15 0.13 0.10 0.10 0.18 0.20 0.14

C 0.15 0.27 0.20 0.20 0.18 0.20 0.20

D 0.15 0.27 0.20 0.20 0.18 0.20 0.20

E 0.31 0.13 0.20 0.20 0.18 0.10 0.19

F 0.08 0.07 0.10 0.10 0.18 0.10 0.10

(16)

Lampiran 12. Kuesioner Kondisi Rantai Pasok I.Idenditas Perusahaan

1. NamaPerusahaan :

2. Lama Berdirinya Perusahaan : 3. Status Perusahaan :

II. Kondisi Rantai Pasok

1. Apakah pengiriman order sesuai jadwal (Delivery Performance) ? a. Sesuai Jadwal

b. Tidak Sesuai Jadwal Alasan :

2. Bagaimana ketersediaan item yang diminta pelanggan (Fill Rate) ? a. Tersedia langsung

b. Tersedia tetapi menunggu c. Tidak tersedia

Alasan:

3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh pelanggan dari mulai melakukan pemesanan sampai menerimanya (Order Fullfillment Leadtime) ?

a. 0 – 3 hari b. 4 – 7 hari c. > 7 hari Alasan :

4. Bagaimana kecepatan perusahaan dalam merespon perubahan pasar? a. Cepat

(17)

III. Strategi Pengembangan Kinerja Rantai Pasok PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda

Indikator Strategi Pengembangan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda a. Faktor Internal

No Indikator Parameter Skor

1 Variasi Produk >5 macam

4 – 5 macam 2 – 3 macam 1 macam

2 Kualitas Produk Sangat baik

Baik Cukup baik Tidak baik

3 Produk Jadi Tepat waktu dan tepat jumlah

Tepat waktu dan tidak tepat jumlah Tidak tepat waktu dan tepat jumlah Tidak tepat waktu dan tidak tepat jumlah

4 Penguasaan terhadap budidaya karet Sangat baik Baik

Cukup baik Kurang baik

5 Peningkatan Kinerja Pelayanan Sudah ada dan berjalan baik Sudah ada dan tidak berjalan baik Masih proses pembentukan Tidak ada

6 Kebijakan Harga Ada kebijakan dan dijalankan Ada kebijakan dan tidak dijalankan Ada kebijakan harga

Tidak ada kebijakan harga

7 Program Pengembangan Ada program, rencana dan

dilaksanakan

Ada program dan dana Ada perancangan program Tidak ada program

8 Pelatihan Sekolah lapang

Ada pelatihan dan demplot Ada pelatihan dan ceramah Tidak ada pelatihan

9 Sarana Pendukung dan Infrastruktur Sangat memadai Memadai

Cukup memadai Tidak memadai

10 Penerapan Teknik dan Budidaya Menggunakan teknologi yang selalu diperbaharui

(18)

ada

Menggunakan teknologi dan secara konvensional

Hanya secara konvensional

11 Luas Lahan > 750 ha

501-750 ha 251-500 ha <250 ha

12 Permodalan 100% modal sendiri

75% modal sendiri 50% modal sendiri 0% modal sendiri

13 Serangan HPT < 30%

31-40% 41-50% > 50%

14 Lama Usaha > 15 tahun

11-15 tahun 6-10 tahun < 5 tahun

b. Faktor Eksternal

No Indikator Parameter Skor

1 Harga 5.000 – 7.500 4

7.501 – 10.000 3

10.001 – 12.500 2

>12.500 1

2 Kemitraan Ada dan berkelanjutan 4

Ada tetapi tidak berkelanjutan 3

Ada 2

Tidak ada 1

3 Ketersediaan Pasokan Sangat memadai 4

Memadai 3

Cukup Memadai 2

Tidak Memadai 1

4 Persaingan Sangat tinggi 4

Tinggi 3

Sedang 2

Rendah 1

5 Permintaan produk Tinggi dan berkelanjutan 4

Tinggi tetapi tidak berkelanjutan 3 Rendah dan berkelanjutan 2 Rendah dan tidak berkelanjutan 1 6 Jarak pabrik ke gudang (jarak aliran

barang)

<100 km 4

101-200 km 3

201-300 km 2

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Labuhanbatu Utara Dalam Angka. BPS. Sumatera Utara Besterfield, Dale. 2003. Total Quality Manajemen, Third Edition, Pearson, New Jersey.

Budiman, Haryanto. 2012. Budidaya Karet Unggul. Pustaka Baru Press. Yogyakarta Chandrasejaran, N. dan G. Raghuram. 2014. Agribussines Supply Chain Management.

CRC Press. Florida.

David, F.R. 2009. Manajemen Strategis. Salemba Empat. Jakarta

Dinas Perkebunan Sumatera Utara. 2015. Perkebunan dan Kehutanan.

www.sumutprov.go.id. Diakses pada 11 April 2016

Evizal, Rusdi. 2015. Manajemen dan Pengelolaan Kebun. Plantaxia. Yogyakarta

Ferrel, O.C dan D, Harline. 2005. Marketing Srategy. Thomson Corporation. South Western

Heizer, Jay dan Barry Render .2005. Manajemen Operasi. Jakarta : Salemba Empat

Jogiyanto, 2005, Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta

Kotler, P. 2004. Management Pemasaran. Prenhallinda. Jakarta

Marimin, Nurul M. 2011. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press. Bogor

Narinda, Naura. 2015. Analisis Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam Di PT BP. IPB. Bogor

Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya. Surabaya.

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sahaya, Willem. 2013. Sukses Supply Chain Management. In Media. Jakarta.

(20)

1) Rantai pasok komoditas karet tersinergi dengan baik.

2) Strategi yang digunakan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok karet adalah strategi SO.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yang artinya menurut Sudjana (2005) adalah pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti. Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Membang

Muda, Labuhan Batu Utara. Alasan pemilihan daerah penelitian ini adalah karena daerah penelitian merupakan salah satu sentra produksi komoditas karet, peneliti memiliki akses

ke daerah tersebut, serta waktu dan biaya penelitian.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive yang artinya menurut Sudjana (2005) adalah pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti.

Sampel pada penelitian ini adalah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Membang Muda, Labuhan Batu Utara. Responden PTPN III Membang Muda sebanyak

(21)

pengadaan dan penjualan PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III), kepala pabrik

Membang Muda PTPN III, kepala bagian tanaman kebunmembangmudaPTPN III,kepalabagiantanaman PTPN IIIdan kepala bagian teknik dan produksi PTPN III. Pengambilan sampel untuk PTPN III Kebun MembangMuda menggunakanteknik

purposive sampling yaitupertimbanganbahwa PTPN III MembangMudayang mengetahuitentangmeningkatankinerjarantaipasok.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi atau pengamatan langsung di obyek penelitian, serta

wawancara mendalam (indepth interview) denganresponden. Data sekunder diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara III, instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statisik Sumatera

Utara, dan literature yang mendukung.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk tujuan penelitian pertama yaitu dengan mendeskripsikan rantai pasok komoditi

karet, dijelaskan sesuai dengan keadaan yang ada di daerah penelitian. Dilakukan dengan mengidentifikasi pelaku-pelaku yang terlibat dalam rantai pasok karet serta hubungan yang

terjadi antara pelaku. Hubungan tersebut menunjukkan aliran informasi dan barang serta cara kerja yang terjadi dalam sistem.

Untuk tujuan penelitian kedua yaitu menganalisis strategi yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kinerja rantai pasokkaret di daerahpenelitiandengananalisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan internal maupun eksternal

perusahaan guna merumuskan faktor-faktor strategi. Identifikasi dengan analisis SWOT adalah sebagai berikut:

(22)

Kekuatan berupa sumber daya, keterampilan, atau keunggulan lain sampel terhadap

pesaing dan kebutuhan akan pasar. b)Weakness (Kelemahan internal)

Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan sampel dalam sumber daya,

keterampilan, atau kemampuan lain yang menghalangi kinerja efektif dari sampel tersebut. c)Opportunities (Peluang lingkungan eksternal)

Peluang merupakan situasi yang menguntungkan bagi sampel, baik dari segi segmen pasar, perubahan dalam keadaan bersaing, perubahan teknologi, hingga hubungan pembeli-pemasok.

d)Threats (Ancaman lingkungan eksternal)

Ancaman merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi sampel, yaitu berupa

rintangan-rintangan bagi posisi sekarang atau yang diinginkan.

Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis berada di posisi mana, dapat dilihat pada Gambar 4.

1. Mendukung Strategi Growth

2.Mendukung Diversifikasi 3. Mendukung Strategi

Turn-around

4. Mendukung Strategi Defensif

PELUANG

KEKUATAN KELEMAHAN

ANCAMAN

(23)

Gambar 4.Diagram Analisis SWOT

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung

kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, usaha ini masih memiliki kekuatan

dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka pangjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

Kuadran 3 : Usaha menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada

kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal usaha sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih. Misalnya, Apple

menggunakan stratregi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri micro

computer .

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, usaha tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan penelitian/objek penelitian

Langkah yang paling awal dalam membuat SWOT adalah dengan menentukan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peran petani dalam pengembangan karet.

(24)

Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan karet pada PT.

Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda akan ditemukan beberapa variabel yang akan menentukan pengembangan dan peningkatan kinerja rantai pasok pada karet.

3) Menentukan faktor strategis

Setelah diperoleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan kinerja

rantai pasok karet, kemudian dipilih faktor-faktor yang secara signifikan dapat mempengaruhi pengembangan kinerja rantai pasok karet. Faktor ini disebut sebagai faktor strategis. Pemilihannya ditentukan berdasarkan pengamatan langsung ke lokasi

penelitian.

4) Klasifikasi faktor strategis menjadi faktor internal dan faktor eksternal

Setelah diketahui faktor-faktor strategis, selanjutnya diklasifikasikan menjadi 2 bagian,

yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh PT. Perkebunan III Kebun Membang Muda terkait dalam

pengembangan kinerja rantai pasok karet, sedangkan faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda.

5) Penentuan faktor S,W,O, dan, T berdasarkan Skor

Setelah diklasifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian disusun kuisioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh penilaian setiap

faktor. Skor masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 sampai dengan 1. Setelah diperoleh skor setiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai ratarata aritmatika dari seluruh responden sehingga dapat ditentukan apakah faktor tersebut

(25)

(kekuatan dan kelemahan). Pada internal 1 dan 2 termasuk kelemahan, 3 dan 4 adalah

kekuatan. Pada eksternal 1 dan 2 termasuk ancaman, 3 dan 4 termasuk peluang. 6) Penentuan bobot

Setelah diperoleh skor tiap faktor kemudian dilakukan pembobotan setiap faktor.

Pembobotan ini dilakukan dengan cara teknik komparasi berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1998). Metode ini menggunakan

model Pairwise Comparision Scale yaitu dengan membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu hirarki berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor. Rincian nilai kepentingan tersebut ditentukan

berdasarkan kemampuan responden untuk membedakan nilai antar faktor yang dipasangkan. Semakin besar kemampuan responden untuk membedakan, maka akan

semakin rinci juga pembagian nilanya. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang ditemukan oleh Saaty (1998) dengan skala nilai yang dimodifikasi hanya menggunakan skala nilai 1 sampai 3 sebagai berikut:

1 = kedua faktor sama pentingnya

2 = satu faktor lebih penting dari pada faktor lainnya

3 = satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya 7) Matriks perbandingan seluruh faktor untuk tiap responden.

Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden

selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.

8) Matriks perbandingan seluruh faktor untuk seluruh responden

Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari seluruh responden dengan

(26)

=

��

1

2

3

… … … . . .

∗ �

Dimana :

n = Jumlah responden

X1 = Nilai faktor ke-i untuk responden 1 X2 = Nilai faktor ke-i untuk responden 2

X3 = Nilai faktor ke-i untuk responden 3 Xn = Nilai faktor ke-i untuk responden n 9) Normalisasi dan rata-rata bobot

Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai

inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis petani. 10)Menentukan skor terbobot dan prioritas

Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara

mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang akan diperoleh dalam tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana reaksi petani

terhadap faktor strategis eksternal dan faktor strategis internalnya. 11)Penyusunan strategi dengan menggunakan matriks SWOT

Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunkan matriks SWOT

Tabel. 6.Matriks SWOT INTERNAL EKSTERNAL

STRENGHTS (S)

Tentukan faktor – faktor kekuatan internal

WEAKNESS (W) Tentukan faktor – faktor kekuatan internal

OPPURTINITIES (O) Tentukan faktor peluang internal

STRATEGI S-O

Ciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI W-O

Ciptakan Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang TREAT (T) Tentukan faktor ancaman internal STRATEGI S-T

Ciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan

STRATEGI W-T

(27)

untuk mengatasi ancaman

kelemahan untuk menghindari peluang

Keterangan : 1) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2) Strategi ST

Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3) Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

4) Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini maka dibuat

definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Definisi

(28)

2) Supply chain atau rantai pasok adalah semua kegiatan yang melibatkan semua pihak baik yang memproduksi maupun menyalurkan karet, mulai dari pemasok bahan baku sampai pada konsumen akhir.

3) Proses pengolahanadalah proses pengolahan kembali karet setelah dipanen di

perkebunan.

4) Pedagang perantara adalah pedagang yang menyampaikan produk karet ke tangan

konsumen.

5) Konsumen adalah orang yang membeli produk karet dari PTPN III.

6) Strength adalah kekuatan berupa sumber daya, keterampilan, atau keunggulan lain

sampel terhadap pesaing dan kebutuhan akan pasar.

7) Weakness adalah kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan sampel dalam

sumber daya, keterampilan, atau kemampuan lain yang menghalangi kinerja efektif dari sampel tersebut.

8) Opportunities adalah peluang merupakan situasi yang menguntungkan bagi sampel, baik dari segi segmen pasar, perubahan dalam keadaan bersaing, perubahan teknologi, hingga hubungan pembeli-pemasok.

9) Threats adalah ancaman merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi sampel, yaitu berupa rintangan-rintangan bagi posisi sekarang atau yang diinginkan.

10)Strategi rantai pasok adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang supply chain yang menciptakan rosnsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada supply chain tersebut.

3.5.2. Batasan Operasional

1) Sampel penelitian adalah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Membang Muda Kabupaten Labuhan batu Utara.

(29)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Kebun Membang Muda terletak di Desa Perkebunan Membang Muda, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara. Kebun Membang Muda terletak ± 65 Km dari Kota

(30)

di Kebun Membang Muda adalah tanaman karet dengan luas areal = 1.394,60 Ha. Terdiri

dari 1.130,15 Ha (TBM) sedangkan untuk tanaman Kelapa Sawit Luas areal = 1.308,81 Ha

Sebagai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat disekitar Kebun Membang Muda untuk menjalin hubungan baik dan memastikan bahwa kebeadaan kegiatan di

[image:30.595.79.492.253.335.2]

perkebunan tidak mengganggu aktifitas kehidupan sosial masyarakat disekitar Kebun Membang Mudah dengan mengidentifikasikan desa-desa disekitar.

Tabel 9. Desa-desa di Sekitar Kebun Membang Muda

No Nama Desa Luas (���) Jumlah Penduduk

1 Desa Parpaudangan 20 3.895

2 Kel. Aek Kanopan 2,46 14.087

3 Kel. Aek Kanopan Timur 6,06 6.750

4 Kel. Gunting Saga 10 6.422

4.2. Karakteristik Sampel

Sampel yang dimaksud disini adalah PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang

Muda. PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dengan komoditi karet dan kelapa sawit yang bertujuan

untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

PT. Perkebunan Nusantara III, termasuk di dalamnya Kebun Membang Muda juga memiliki beberapa sistem manajemen, untuk mendukung kelancaran bisnis perkebunan,

diantaranya:

1) Sistem Manajemen Mutu (SMM.ISO 9001:2008)

2) Sistem Manajemen Lingungan (SML.ISO 14001)

3) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 4) RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil)

5) Ls.Pro PUSTANI SNI Jakarta, setelah audit KAN (Komite Agreditasi Nasional)

(31)

1) Proactivity

2) Excellence

3) Team Work

4) Innovation

5) Responsibility

Kebun Membang Muda memilik Pabrik Pengolahan Karet (PPK). PPK Kebun Membang

Muda ada dua jenis pengolahan:

1) Pengolahan crumb rubber

a) Pabrik pengolahan crumb rubber mulai beroperasi pada tahun 1971 dengan hasil

produksi SIR 10 dan SIR 20

b) Desain dan standar pabrik adalah sebagai berikut:

Kapasitas olah pabrik : 30 ton kk/hari Kebutuhan air : 30 m3

Kebutuhan listrik : 200 kwh/ton kk /ton/kk

Kebutuhan solar : 56 liter/ton kk Pengeringan : thermal oil heater

Sasaran olah SIR 20 : 90%

SIR 10 : 10%

2) Pengolahan lateks pekat (LCB)

a) Pabrik pengolahan lateks pekat mulai beroperasi pada tahun 1972 dengan hasil produksi lateks pekat 88%, serum lump 7%, serum scunder 3%, sediment 1%, dan

losis 1%.

b) Desain dan standar pabrik adalah sebagai berikut: Kapasitas olah pabrik : 28 ton kk/hari

(32)

Kebutuhan listrik : 185 kwh/ton kk

4.3. Karakteristik Responden

No. Nama Posisi Umur

(Tahun) 1 Miswarindra Stafbagian pengadaan dan penjualan

PTPN III 45

2 Dewanta Manager Personalia 33

3 Erwin Lubis Masinis KepalaPabrik Membang Muda 54 4 Junaidi Wongso Manager KebunMembang Muda 52

5 Waris Staf bagiantanaman PTPN III 48

6 Abet N. Ginting Staf bagian teknik dan pengolahan PTPN

III 35

Rata-rata 44,5

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Rantai Pasok Komoditas Karet

Rantai pasok (supply chain) adalah seluruh kegiatan yang melibatkan berbagai pihak, baik yang memproduksi dan atau yang menyalurkan barang/jasa mulai dari pemasok bahan

(33)

pasokpada penelitian ini difokuskan hanya membahas mengenai sasaran rantai pasok,

struktur rantai pasokdan manajemen rantai pasok.

Struktur rantai pasok komoditas karet di daerah penelitian melibatkan pelaku-pelaku yang dibatasi mulai dari pemasok bahan baku, petani, pengolah karet,dimana setiap pihak saling

berinteraksi dan terdapat hubungan timbal balik. Dalam penelitian ini, industri pengolahankaret merupakan konsumen akhir.

Kolaborasi manajemenrantai pasokmerupakan bentuk kerjasama dari dua atau lebih perusahaan dalam kegiatan aliran barang yang mempunyai tujuan yang sama. Dalam manajemenrantai pasokdibahas mengenai kemitraan dan kesepakatan kontraktual. Adapun

tujuan dari sebuah kemitraan rantai pasok adalah untuk meningkatkan pendapatan yang merata di setiap pelaku rantai pasok.

5.1.1. Sasaran Rantai Pasok

Sasaran rantai pasok adalah tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan manajemen rantai pasok. Aspek ini menjelaskan tujuan utama dari rantai pasok karet yang dilakukan oleh

PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III) Kebun Membang Muda, di Labuhanbatu Utara. Sasaran rantai pasok dapat dilihat dari sisi sasaran pasar. Hasil dari analisis sasaran rantai

pasok akan menjadi salah satuaspek acuan apakah rantai pasok berjalan baik atau tidak.

Sasaran pasar produk karet di Kebun Membang Muda ditujukan untuk pasar domestik dan pasar internasional. Hal ini dikarenakan Kebun Membang Muda merupakan penghasil

getah karetyang tergabung dalam PT. Perkebunan Nusantara III yang memasok getah karet secara kontiniu, sehingga pasokan getah karet mampu memenuhi permintaan konsumen.

5.1.2. Struktur Rantai Pasok

(34)

karakteristik produk yang dihasilkan, dan jarak antara onfarm dan pasar. Anggota rantai

pasok adalah pihak-pihak yangterlibat dalam aliran produk, aliran finansial, dan aliran informasi. Anggota rantaipasok karet dalam penelitian ini terdiri dari pemasok bahan baku, bagian produksi PTPN III Kebun Membang Muda, bagian komersil PTPN III,dan

konsumen. Konsumen akhir merupakansumber informasi yang menjadi penentu kualitas dan kuantitas produk.

Gambar5. Struktur Rantai Pasok Karet Pemasok Bahan Baku

Pemasok bahan baku pada rantai komoditas karet merupakan pelaku yang tidak terlibat langsung dalam produksi karet namun berperan serta dalam proses produksi sebagai

penyedia bahan baku dan alat-alat pertanian. Bahan baku dalam hal ini meliputi bibit, pupuk, dan bahan kimia digunakan untuk menunjang kegiatan usahatani karet.

Pemasok bibit untuk Kebun Membang Muda adalah dari PTPN III itu sendiri. Bibit dipasok dariPusat Penelitian (Puslit) PTPN III di Sei Putih.

Untuk pemasok pupuk disajikan pada Tabel 10. Pengadaan pupuk dilakukan setiap enam bulan sekali.Jumlah terbesar yang pernah dipasok adalah 54.000 ton dan terkecil adalah

6.000 ton. Pengadaan pupuk dilakukan oleh kantor direksi PTPN III yang kemudian dikirim kepada Kebun Membang Muda sejumlah yang dibutuhkan kebun.

Pemasok Bahan Baku

Bagian Produksi PTPN III Kebun Memabang Muda

Bagian Komersil PTPN III

(35)
[image:35.595.86.484.73.351.2]

Tabel 10. Pemasok Pupuk PTPN III

No Pemasok No. Pemasok

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

CV. Bina Karya Pratama PT. Indograha Nusa Sarana PT. Dupan Anugerah Lestari PT. Betha Tri Adhi

PT. Sri Rezeki Fertilizer PT. Permata Agro Persada PT. Randhoetata Cemerlang PT. Saraswanti Anugerah Makmur PT. Dupan Anugerah Lestari PT. Pupuk Kalimantan Timur PT. Petrokimia Gresik

PT. Mest Indonesity

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.

CV. Biogreen Mitra Sukses PT. Meroke Tetap Jaya PT. Dairi Naduma Karina PT. Permata Agro Persada PT. Darma Dwijaya PT. Bukit Prima Niaga PT. Petro Kimia Gresik PT. Mega Eltra

PT. Darma Dwijaya CV. Nusa Abadi Jaya PT. Galatta Lestarindo

[image:35.595.69.509.476.640.2]

Untukpemasok bahan kimia disajikan pada Tabel 11. Pengadaan bahan kimia dilakukan oleh kantor direksi PTPN III yang kemudian dikirim kepada Kebun Membang Muda sejumlah yang dibutuhkan kebun.

Tabel 11. Pemasok Bahan Kimia PTPN III

No. Perusahaan Jenis Bahan Kimia Jumlah

1 PD. Mitra Jaya Heksa 7.880 kg

2 CV. Wira Lestari Herbisida Ally 20 WG 2.046 kg

3 PD. Kencana Agung Insektisida Orthene 75 SP 1.290 kg 4 CV. Gunung Agung Krakatau SM Therpentin 6.000 ltr 5 CV. Bima Sakti Redontisida Brodifalcum 0,005% 17.660 ltr 6 PT. Radiva Putra Agung Pupuk organik Humega liquid 125.500 ltr 7 CV. Persada Indonesia Herbisida Starane 480 EC 4.030 ltr 8 PT. Tritama Eka Mandiri Herbisida Glifosat 480/490SL 112.050 ltr 9 PT. Wahana Agro Fertila Fungisida Marfu-p 61.150 kg 10 CV. Anugerah Agung Abadi Fungisida Greemi-6 98.250 kg

Bagian Produksi PTPN III Kebun Membang Muda

Bagian produksi PTPN III Kebun Membang Muda merupakan pelaku dalam rantai yang

(36)

Kegiatan budidaya yang dilakukan adalah persiapan lahan, pengajiran dan pembuatan

lubang tanam, penanaman tanaman penutup tanah,penanaman karet,pemeliharaan tanaman, dan pemanenan.

Kegiatan pengolahan karet dilakukan setelah panen karet. Kegiatan pengolahan karet

dilakukan di Pabrik Pengolahan Karet (PPK) Kebun Membang Muda. Terdapat dua jenis pengolahan yang dilakukan di PPK Kebun Membang Muda, yaitu pengolahan crumb

[image:36.595.87.479.351.675.2]

rubber produk SIR 10 dan SIR 20 dan pengolahan lateks pekat.Hasil produksi PPK Kebun Membang Muda disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12.Data Produksi Pabrik Pengolahan Karet Kebun Membang Muda No. Produk PPK KMMDA

Produksi (Kg.Karet Kering)

2013 2014 2015

1. Lateks Pekat

a) L. Pekat 2,066,597 2,486,003 2,609,863

(%) 88.60 88.75 87.57

b) Serum Lump 141,481 167,791 201,970

(%) 6.07 5.99 6.78

c) Serum Sekunder 47,183 56,873 60,076

(%) 2.02 2.03 2.02

d) Sediment 53,579 61,851 79,441

(%) 2.30 2.21 2.67

Total 2,308,840 2,772,518 2,951,350

(%) 98.99 98.98 99.03

Losis 23,596 28,710 28,951

(%) 1.01 1.02 0.97

Jumlah 2,332,436 2,801,228 2,980,301

(%) 100 100 100

2. Crumb Rubber

Low Grade

SIR-20 9,128,440 8,053,920 4,822,701

(37)

produksimenjadi kegiatan penentu keberhasilan usaha agribisnis, sehingga perlu

dijalankansecara efektif dan efisien. Efektivitas pada proses produksi dibutuhkan dalam halmulai dari alokasi sumberdaya yang tepat, perencanaan proses produksi yangbaik, hingga implementasi dengan baik dan benar. Efisiensi produksi dapatdicapai dengan

melakukan perencanaan dan proses produksi dengan tepat danmeminimumkan pemborosan yang terjadi selama proses produksi.

Kebun Membang Muda memproduksi dan langsung memasok ke perusahaan mitra. Sehingga, karet yang diproduksi dapat memenuhi kualitas yang diinginkan konsumen. Selain itu,cuaca di Labuhanbatu Utara tidak berubah dengan cepat dandapat diprediksi,

sehingga produk karet dapat dipasok ke perusahaan secara rutin.

Bagian Komersil PTPN III

Bagian komersil PTPN III terletak di kantor direksi di Medan. Distribusi merupakan bagian dari komersil. Distribusi dari Kebun Membang Muda ke pelanggan diatur oleh kantor direksi. Prosesnya yaitu calon pelanggan memesan produk melalui kantor direksi.

Setelah itu kantor direksi membuat delivery order atau ‘surat jalan’ yang ditujukan ke PTPN III Kebun Membang Muda. Setelah Kebun Membang Muda menerima delivery

order, bagian produksi memproduksi produk sesuai pesanan. Jangka waktu yang diberikan kantor direksi kepada Kebun Membang Muda sesuai dengan kapasitas olah PPK per harinya. Sesuai dengan jangka waktu yang telah diberikan, penyerahan produk dilakukan

di Kebun Membang Muda. Bagian komersil PTPN III melakukan penjemputan produk ke Kebun Membang Muda yang kemudian akan didistribusikan langsung ke pelanggan.

Konsumen

(38)

dengan kualifikasi yang diinginkan konsumen. Dalam rantai pasok karet, konsumen

melakukan pembelian melalui kantor direksi, memenuhi perjanjian sesuai kontrak dan berhak menerima dan memberikan informasi mengenai produk yang telah dibeli dan pelayanan yang diberikan pelaku rantai pasok sebelumnya.

Konsumen akhir produk karet merupakan konsumen yang kritis, sehingga kualitas menjadi alasan utama pembelian karet merek tertentu. Selain kualitas, konsumen juga

menginginkan karet selalu tersedia saat dibutuhkan dan harga produk yang terjangkau. Untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, dibutuhkan kolaborasi dan koordinasi yang baik antar pelaku rantai pasok.

5.1.3. Manajemen Rantai Pasok

Manajemen rantai pasok merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan produk hingga sampai konsumenyang dilakukan secara terintegrasi oleh pelaku-pelaku rantai pasok. Manajemenrantai pasok terdiri dari pemilihan mitra, kesepakatan kontraktual, sistemtransaksi, dan kolaborasi rantai pasok.

Pemilihan Mitra

Kerjasama kemitraan merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebihyang betujuan memberikan keuntungan satu sama lain. Pemilihan kemitraanadalah salah satu faktor yang

mendukung kesuksesan rantai pasok. Pemilihanmitra dalam rantai pasok karetyang terjalin adalah pemilihan mitra pada pemasok bahan baku.

Kemitraan PTPN III Kebun Membang Muda dengan pemasok bahan baku seperti pupuk, pestisida, dan alat pertanian diatur oleh kantor direksi atau bagian komersil, yaitu PTPN III pusat. Pemilihan mitra dilakukan dengan dua sistem, yaitu dengan penunjukan langsung

oleh perusahaan dan sistem pelelangan. Untuk pengadaan barang dengan pengeluaran < Rp 200.000.000 akan dilakukan penunjukkan langsung oleh perusahaan tanpa ada kriteria

(39)

pelelangan dilakukan sesuai dengan Rencana Anggaran Perusahaan (RAP), dilihat jumlah

kebutuhan seluruh kebun yang tergabung dalam peusahaan, kemudian dilakukan pelelangan secara online. Mitra pemasok bahan baku yang dipilih adalah yang menjual bahan baku dengan kuantitas terbanyak dengan harga terendah. Untuk bahan baku benih

diperoleh dari Pusat Penelitian (Puslit) PTPN III di Sei Putih.

Bagian Produksi tidak melakukan pemilihan mitra untuk memasarkan hasil produksinya

dikarenakan hasil produksi akan dijual apabila ada pesanan konsumen. Pemesanan konsumen dijembatani oleh PT. Karisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN). PTPN III harus menjalani kemitraan terlebih dahulu dengan PT. KPBN, kemudian PT. KPBN

yang akan mendata semua pembeli hasil perkebunan.

Kesepakatan Kontraktual

Kesepakatan kontraktual merupakan perjanjian, baik secara formal maupuninformal, antar pihak-pihak yang bermitra atau bekerja sama dengan tujuan menjaga integrasi rantai pasok, mendapatkan keuntungan, dan saling menutupiketerbatasan masing-masing pihak.

Kontrak berisi hal-hal yang telah disepakati antar pihak, diantaranya batasan dan tanggung jawab kedua pihak.

Kesepakatan petani dengan pemasok bahan baku dilakukan secara formal, yaitu secara tertulis. Hal-hal yang tercantum dalam kesepakaran adalah mutu produk, sistem pembayaran, sistem penyerahan, harga, dan batas waktu pembayaran dan penyerahan produk.

Sistem Transaksi

(40)

yang biasanya dilakukan dalam jangka waktu pendek, yaitu 1-2 hari. Waktu yang

dibutuhkan oleh konsumen dari mulai melakukan pemesanan sampai menerimanya sesuai dengan isi kontrak antara kedua pihak. Biasanya pembayaran dilakukan oleh konsumen selambat-lambatnya 15 hari setelah kontrak disahkan, kemudian perusahaan melakukan

penyerahan barang selambat-lambatnya 15 hari setelah dilakukan pembayaran oleh konsumen.Sistem transaksi yang berlaku antara PTPN III dan pelanggan dilakukan sesuai

kontrak, biasanya melalui transfer melalui bank.

Kolaborasi Rantai Pasok

Kolaborasi yang baik antara pelaku rantai pasok merupakan salah satu faktor tercapainya

tujuan rantai pasok, yakni memenuhi permintaan konsumen. Untuk memenuhi permintaan konsumen, dibutuhkan kolaborasi dalam pembagian informasi (information sharing)

secara timbal balik di setiap pelaku rantai pasok. Informasi diawali dari konsumen yang kemudian disampaikan kepada PTPN III,selanjutnya kepada pemasok bahan baku, dan berlaku kebalikannya.

5.2. Strategi Pengembangan di PT. Perkebunan III Kebun Membang Muda

5.2.1 Analisis Kondisi Eksisting dari Faktor-faktor Strategis Dianalisis dengan Menggunakan Skor

Faktor strategis yang mempengaruhi pengembangan komoditi dibagi atas faktor internal dan

eksternal.Faktor internal merupakan faktor yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda, sedangkan faktor eksternal

merupakan peluang dan ancaman yang diluar kendali dari PT. Perkebunan Nusantara III

Kebun Membang Muda.

(41)

Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam peningkatan kinerja rantai pasok

karet oleh PT. Perkebunan Nusantara III. Berikut hasil penelitian melalui kuisioner dan

[image:41.595.86.485.158.433.2]

observasi yang dilakukan untuk menunjukkan skor faktor internal tersebut.

Tabel 13. Penentuan Skor Faktor Internal

No Uraian Skor Hasil Penilaian Sumber

Keterangan 1 Kualitas Produk 3 Kekuatan PTPN III 2 Produk Jadi 4 Kekuatan PTPN III

3 Penguasaan terhadap

Budidaya Karet 3 Kekuatan PTPN III 4 Kebijakan Harga 4 Kekuatan PTPN III

5 Peningkatan Kinerja

Pelayanan 4 Kekuatan PTPN III 6 Program Pengembangan 4 Kekuatan PTPN III

7 Sarana Pendukung dan

Infrastruktur 4 Kekuatan PTPN III 8 Luas Lahan 4 Kekuatan PTPN III 9 Permodalan 4 Kekuatan PTPN III 10 Serangan HPT 4 Kekuatan PTPN III 11 Lama Usaha 4 Kekuatan PTPN III

12 Penerapan Teknik dan

Budidaya 2 Kelemahan PTPN III 13 Variasi Produk 2 Kelemahan PTPN III 14 Pelatihan 2 Kelemahan PTPN III Sumber : Lampiran 2

Tabel 13 menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor internal yang mempengaruhi peningkatan

rantai pasok karet terdapat 11 kekuatan dan 3 kelemahan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Variasi Produk

Produk yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda memiliki 2 (dua) jenis produk yaitu Crumb Rubber dan Lateks Pekat.

Jenis karet Crumb Rubber yang diproduksi ada dua jenis yaitu SIR-10 dan SIR-20.SIR adalah Standard Indonesian Rubber, dimana Nilai PRI (Plasticity Retention Indexatau

(42)

mempunyai kadar kotoran maksimal 0,10 %, dan kadar abu maksimal 0,75 %. Nilai

PRI dapat memberikan gambaran mengenai ketahanan oksidasi dari karet yang bersangkutan dalam proses pengerjaan selanjutnya.

2) Kualitas Produk.

Kualitas produk `yang ada di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda memiliki kualitas produk yang sesuai dengan persepsi pelanggan.Produk yang

diproduksi harus sesuai dengan kualitas produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan karena pelanggan PT. Perkebunan Nusantara III merupakan pelanggan besar yang mempunyai kriteria kualitas produk sesuai dengan ISO 9001:2008. Kualitas

produk memang harus diutamakan dan diperhatian setiap perusahaan agar kepercayaan pelanggan untuk bermitra dengan perusahaan tersebut tetap terjalan.

3) Produk Jadi

Produk jadi yang dihasilkan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda adalah tepat waktu dan tepat jumlah.Tepat waktu yang dimaksud disini adalah produk

yang selesai harus sesuai waktu yang telah ditentukan pelanggan dan biasanya waktu dalam produk selesai dihasilkan tertulis pada kontrak yang telah disepakati antara pembeli dengan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda.Tepat jumlah

yang dimaksud disini adalah produk yang dihasilkan harus sesuai dengan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan). Jadi saat pembeli meminta jumlah produk,

kantor direksi yang mengatur pembelian produk mengirimkan delivery order kepada masing – masing kebun sesuai dengan kapasitas produksi yang dimiliki masing – masing kebun.

4) Penguasaan terhadap budidaya karet

Penguasaan terhadap budidaya karet yang dimiliki oleh para pekerja yang ada di PT.

(43)

Dimana para pekerja mengetahui bagaimana dalam budidaya karet dengan baik yang

dimulai dari pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, sampai proses penderesan. Karena penguasaan terhadap budidaya karet itu penting diketahui dengan baik karena pengetahuan tentang budidaya karet berpengaruh terhadap kualitas karet

yang berhubungan dengan kemitraan perusahaan yang akan dijalin.

5) Peningkatan Kinerja Pelayanan

Sejak PT. Perkebunan Nusantara III awal beroperasi kinerja pelayanan yang diterapkan oleh perusahaan bisa dikatakan sudah bagus.Seiring dengan lamanya perusahaan beroperasi kinerja pelayanan mengalami peningkatan jika dibandingkan dari awal

beroperasinya PTPN III.Program program yang mengenai kinerja pelayanan untuk ditingkatkan harus dibuat agar perusahaan mengalami perkembangan yang

signifikan.Program-program yang berhubungan dengan peningkatan kinerja pelayanan di buat oleh perusahaan sudah berjalan dengan yang diharapkan.

6) Kebijakan Harga

Setiap perusahaan harus membuat kebijakan harga produk perusahaan itu sendiri dimana maksudnya perusahaan menetapkan patokan harga jual produk yang dihasilkan,

agar perusahaan mendapat margin keuntungan.Dalam penetapan harga karet, PT. Perkebunan Nusantara III mengikuti harga Sicom Singapore dan harga Tocom Thailand.

7) Program Pengembangan

Untuk meningkatkan produksi karet, diperlukan adanya program yang dilakukan oleh pihak

yang memiliki kekuatan. Sehingga para petani yang berbudidaya karet dapat meningkatkan

produktivitas dan mutu karetnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada PTPN

III, terdapat program pengembangan karet yang telah dilaksanakan. Program ini adalah

(44)

8) Pelatihan

Pelatihan merupakan program yang dilakukan oleh PTPN III yang bertujuan untuk memberi arahan kepada para pekerja dalam hal budidaya dan pengolahan menjadi produk siap jual.Contoh pelatihan umumnya seperti Sekolah Lapang, Demplot,

Ceramah, dan pembekalan pekerja.Di PTPN III mengadakan pelatihan berupa ceramah dimana seperti kegiatan memberikan arahan atau tanya jawab kepada pekerja yang

melaksanakan budidaya karet. 9) Sarana Pendukung dan Infrastruktur

Sarana pendukung dan infrastruktur yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara III

sudah memadai dalam menunjang proses produksi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda. Prasarana transportasi merupakan salah satu pendukung untuk bisa

tumbuh dan berinteraksi dengan wilayah lain. Kondisi jalan menuju PT. Perkebunan Nusantara IIIsudahdiaspal dan jalan menuju lahan berupa jalan beraspal.

10)Penerapan Teknik dan Budidaya

Penerapan teknik dan budidaya yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda menggunakan teknologi dan secara konvensional.Teknologi

yang digunakan adalah teknologi yang standar dalam pengolahan getah karet dalam menghasilkan produk yang dipasarkan. Secara konvensional disini maksudnya adalah ada beberapa kegiatan yang diharuskan menggunakan teknologi sederhana seperti

cangkul,alat deres, dll.

11)Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda adalah seluas 1394,60 Ha. Luas lahan memiliki pengaruh terhadap jumlah hasil produksi, semakin luas lahan yang dimiliki semakin banyak juga hasil produksi.

(45)

Pemodalan adalah suatu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan.Tanpa

didukung pemodalan yang baik perusahaan tidak dapat berkembang atau berjalan dengan baik.Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana yang dimaksud dengan BUMN adalah Modal Perusahaan

mayoritas berasal dari pemerintah. Dan perusahaan PTPN III modal seluruhnya berasal dari pemerintah.

13)Serangan HPT

Faktor serangan hama penyakit merupakan faktor yang penting di dalam proses budidaya tanaman karet. Serangan Hama penyakit harus diatasi dan dikendalikan

seminimal mungkin agar volume dan mutu karet baik. Berdasarkan hasil wawancara, serangan hama penyakit di daerah penelitian adalah < 1% sehingga dapa dikatakan serangan hama penyakit terbilang kecil dan tidak menjadi salah satu faktor kelemahan

PTPN III.

14)Lama Usaha

Lama usaha juga merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan suatu perusahaan. Semakin lama suatu usaha perusahaan beroperasi maka perusahaan itu sudah mantap dalam menyusun strategi penjualan ataupun dalam pengendalian kendala

yang dialami suatu perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara, PT. Perkebunan Nusantara III telah berdiri sejak tahun 1996 yang artinya telah berdiri selama 20 tahun

sehingga dapat dikatakan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda tergolong lama beroperasi.

(46)

Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman dalam peningkatan kinerja rantai pasok karet

oleh PT. Perkebunan Nusantara III. Berikut hasil penelitian melalui kuisioner dan observasi

[image:46.595.89.485.171.297.2]

yang dilakukan untuk menunjukkan skor faktor internal tersebut.

Tabel 14. Penentuan Skor Faktor Eksternal

No Uraian Skor Hasil Penilaian Sumber

Keterangan

1 Harga 1 Ancaman PTPN III

2 Jarak Pabrik ke Gudang

(Jarak Aliran Barang) 2 Ancaman PTPN III 3 Kemitraan 4 Peluang PTPN III 4 Ketersediaan Pasokan 4 Peluang PTPN III 5 Persaingan 4 Peluang PTPN III 6 Permintaan Produk 4 Peluang PTPN III Sumber : Lampiran 3

Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor eksternal yang mempengaruhi

peningkatan kinerja rantai pasok karet terdapat 4 peluang dan 2 ancaman. Hal tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Harga

Harga produk crumb rubber Sir 10 $1,44/kg (Rp. 18.720/kg) , harga produk crumb rubber Sir 20 $1,22/kg (Rp. 15.860/kg) , harga lateks pekat $1,59/liter (Rp.

20.670/liter) . Ancaman disini maksudnya hanya pengisian parameter saja, harga terus berfluktuatif. Selama PT. Perkebunan Nusantara III mampumemenuhi syarat yang

diminta oleh pembeli, PT. Perkebunan Nusantara III tidak perlu mengkhawatirkan hal ini.

2) Kemitraan

Kemitraan adalah merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebihyang bertujuan memberikan keuntungan satu sama lain. Pemilihan kemitraanadalah salah satu faktor

yang mendukung pengembangan usaha. Dalam hal kemitraan, PTPN III memiliki kemitraan dengan pembeli dan berkelanjutan. Namun dalam hal pemilihan

(47)

pembeli diatur oleh PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), dimana

PT. KPBN mengatur kemitraan dengan pembeli untuk seluruh PTPN. 3) Ketersediaan Pasokan

Dalam hal ketersediaan pasokan PT. Pekebunan Nusantara III Kebun Membang muda

sudah mampu memenuhi volume produk yang diminta oleh pembeli.Dan juga mampu

menepati batas waktu dalam pemenuhan permintaan produk sesuai dengan kontrak yang

telah disepakatai oleh kedua belah pihak.

4) Persaingan

Karet merupakan salah satu bahan baku yang banyak dibutuhkan yang dapat diolah

menjadi berbagai macam produk yang artinya permintaan karet cukup tinggi. Itu mengapa

permintaan karet di pasar dunia cukup tinggi.Namun, ketersediaan karet di pasar dunia

juga cukup tinggi, dikarenakan banyaknya negara produsen karet. Hal ini lah yang

menuntut PTPN III untuk mampu membaca perkembangan pangsa pasar dan persaingan

yang cukup tinggi.Dalam hal ini PTPN III sudah mampu bersaing dengan menjaga

kualitas, dan memenhui pasokan kebutuhan pasar karet.

5) Permintaan produk

Perrmintaan produk karet yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III tinggi

dimaana maksud permintaan produk yang tinggi, produk yang diminta mencapai

kapasitas maksimum produksi produk yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III

dan permintaan produk selalu berkelanjutan.

6) Jarak pabrik ke gudang ( Jarak aliran barang)

Jarak pabrik pengolahan produksi karet ke gudang penyimpanan sebelum dialirkan ke

pembeli cukup jauh, dimana pabrik pengolahan produksi berada di Aek Kanopan,

Labuhan Batu Utara sedangkan gudang penyimpanan berada di Belawan tetapi sejauh ini

hal mengenai jarak pabrik pengolahan produksi ke gudang penyimpanan tidak menjadi

(48)

5.2.2 Pembobotan Faktor – Faktor Strategis

Nilai penting dari faktor-faktor strategis dianalisis dengan menggunakan pembobotan.

Pembobotan dilakukan dengan menggunakan teknik komparasi berpasangan, berikut hasil

[image:48.595.88.482.238.456.2]

pembobotan faktor - faktor internal disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 15. Tabel IFAS

No Faktor Internal Bobot

1 Variasi Produk 0.07

2 Kualitas Produk 0.11

3 Produk Jadi 0.10

4 Penguasaan Terhadap Budidaya Karet 0.08 5 Peningkatan Kinerja Pelayanan 0.07

6 Kebijakan Harga 0.07

7 Program Pengembangan 0.07

8 Pelatihan 0.06

9 Sarana Pendukung dan Infrastruktur 0.06 10 Penerapan Teknik dan Budidaya 0.07

11 Luas Lahan 0.05

12 Permodalan 0.10

13 Serangan HPT 0.06

14 Lama Usaha 0.04

Sumber : Lampiran 10

Tabel 15 menunjukkan kualitas produk memiliki bobot yang paling besar dari pada

fakor-faktor lain sebesar 0,11. Faktor ini merupakan fakor-faktor internal yang sangat penting, karena kualitas produk dapat menentukan reputasi perusahaan, semakin bagus kualitas produk

yang dihasilkan, maka dapat meningkatkan reputasi perusahaan, kualitas produk juga dapat meningkatkan pangsa pasar sehingga perusahaan yang menghasilkan produk dengan kualitas baik akan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Kemudian diikuti oleh faktor permodalan dan produk jadi yang memiliki bobot sebesar 0,10. Permodalan adalah hal yang krusial yang harus dipersiapkan sebelum membuka sebuah usaha. Banyaknya modal dapat mempengaruhi sentimasi pasar terhadap produk

(49)

Jadi merupakan faktor yang penting dikarenakan jumlah produk yang diproduksi harus

tepat jumlah sesuai anggaran perusahaan dan permintaan pasar, dan juga tepat waktu sesuai dengan kebutuhan. Untuk penguasaan terhadap budidaya karet dengan bobot 0,08, faktor ini cukup penting, dikarenakan para pekerja ataupun petani harus mengerti dan

menguasai bagaimana budidaya karet dimulai dari pengolahan tanah sampai proses pemanenan. Proses budidaya harus dilakukan dengan tepat agar hasil produksi dari

tanaman karet menjadi bagus dan memiliki kualitas yang sesuai dengan yang diinginkan,. Faktor peningkatan kinerja pelayanan, variasi produk, kebijakan harga, program pengembangan, penerapan teknik dan budidaya memiliki bobot sebesar 0,07.Salah satu

aspek penting dalam menjalankan usaha atau bisnis adalah pelayanan terhadap konsumen, untuk itu kinerja pelayanan harus selalu ditingkatkan agar konsumen selalu merasa puas

dan terus bermitra dengan perusahaan. Banyaknya variasi produk yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan berpengaruh terhadap luasnya cakupan konsumen untuk bekerja sama dengan perusahaan, semakin bervariasi produk yang dihasilkan maka semakin

banyak juga konsumen yang didapat. Suatu perusahaan yang ingin usahanya terus berjalan dengan baik, harus memilki suatu kebijakan harga yang tepat, dimana suatu kebijakan

harga berfungsi untuk menentukan harga dasar suatu produk yang dijual yang dibandingkan dengan harga pasar, agar harga produk yang dijual tetap bisa bersaing di pasar dan perusahaan mendapatkan keuntungan sesuai yang diinginan. Hal yang harus di

perhatikan suatu perusahaan adalah membuat program-program pengembangan agar terjadi peningkatan kinerja dalam perusahaan tesebeut.Program pengembangan yang

dijalankan harus di sesuaikan dengan perkembangan pasar yang terjadi.Dengan terus berkembangnya teknologi yang ada, perusahaan perkebunanjuga harus mengembangkan teknologi yang dimilikinya, khususnya dalam teknik dan budidaya.Hal ini bertujuan agar

(50)

pendukung dan infrastruktur, dan serangan HPT memiliki bobot sebesar 0,06. Pelatihan

pekerja ataupun karyawan merupakan faktor yang cukup penting, dikarenakan, agak perusahaan memiliki pekerja yang berkompeten.Memiliki pekerja yang berkompeten adalah faktor utama bagi perusahaan agar bisa mencapai tujuan perusahaan dengan resiko

yang minim. Aspek sarana pendukung dan infratruktur berhubungan dengan hasil produksi yang dihasilkan, oleh karena itu perusahaan yang memilki sarana pendukung dan

infrastruktur yang baik maka akan mendukung kinerja karyawan dalam proses pengelolaan produk yang akan dihasilkan. Faktor serangan hama dan penyakit tumbuhan adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dengan baik, karena faktor ini dapat mempengaruhi hasil

produksi tanaman. Langkah-langkah pengendalian serangan hama dan penyakit yang tepat, maka akan meminimalisir serangan hama dan penyakit tanaman.Faktor luas lahan

memiliki bobot sebesar 0,05. Dalam suatu perusahaan perkebunan, faktor luas lahan merupakan suatu faktor yang berpengaruh terhadap jumlah hasil produksi. Semakin luas lahan yang dimiliki suatu perusahaan perkebunan maka volume hasil panen yang di

hasilkan akan semakin tinggi. Faktor lama usaha memiliki bobot sebesar 0,04. Semakin lama suatu usaha beroperasi maka perusahaan tersebut dapat mengetahaui langkah-langkah

yang tepat dalam pencepaian target, penanggulangan resiko dalam pencapaian tujuan perusahaan.

[image:50.595.91.480.614.722.2]

Perhitungan bobot faktor eksternal peningkatan produksi karet dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Tabel EFAS

No Faktor – Faktor Eksternal Bobot

1 Harga 0.16

2 Kemitraan 0.14

3 Ketersediaan Pasokan 0.20

4 Persaingan 0.20

5 Permintaan Produk 0.19

6 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak Aliran Barang) 0.10

(51)

Tabel 16 menunjukan faktor ketersediaan pasokan dan persaingan memiliki bobot yang

tertinggi sebesar 0,20. Faktor ketersediaan pasokan merupakan hal yang penting bagi perusahaan dalam pemenuhan permintaan produk, tanpa ketersediaan pasokan, proses distribusi barang ke pembeli tidak berjalan lancar. Faktor persaingan juga merupakan salah

satu faktor penting, dikarenakan bila perusahaan yang ingin bisnis atau usahanya tetap berlanjut maka perusahaan tersebut harus mengikuti persaingan yang ada. Faktor

permintaan produk memiliki bobot sebesar 0,19, Faktor permintaan produk adalah salah satu hal yang menjadikan perusahaan dapat menjalankan operasional usahaanya. Banyaknya permintaan produk akan berhubungan dengan banyaknya produk yang

dihasilkan sehingga semakin banyaknya produk yang diproduksi akan membuat perusahaan itu berkembang. Faktor harga memiliki bobot sebesar 0,16, Faktor harga satu

hal yang menjadi penentu yang rentan. Setiap perusahaan harus menyesuaikan harga setiap produk yang diualnya dengan harga yang berlaku di pasar. Penentuan harga jual juga di pengaruhi oleh biaya produksi, maka biaya-biaya produksi juga harus seefisien

mungkin agar harga jual produk tetap bisa memberikan keuntungan dan juga bisa bersaing di pasar. Faktor kemitraan memiliki bobot sebesar 0,14. Kemitraan dalam suatu

perusahaan harus dijalin dengan berbagai perusahaan yang berhubungan dengan produk yang dijual oleh perusahaan tersebut. Kemitraan juga berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan, karena apabila suatu perusahaan menjalin kemitraan dengan banyak

perusahaan lain , maka perusahaan tersebut akan berkembang secara pesat. Faktor jarak pabrik ke gudang (jarak aliran barang) memiliki bobot sebesar 0,10. Jarak pabrik ke

gudang (jarak aliran barang) menentukan kualitas barang yang dialirkan ke tangan pembeli. Jarak pabrik harus disesuaikan dengan ciri barang yang di produksi. Jarak berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, jika semakin jauh maka

(52)
[image:52.595.89.481.100.427.2]

5.2.3 Penentuan Strategi Peningkatan Produksi Karet Tabel 17. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal

Faktor Internal

Bobot Skor Skor Terbobot 1 Kekuatan

A Kualitas Produk 0,11 3 0,33

B Produk Jadi 0,10 4 0,4

C Penguasaan terhadap budidaya karet

Gambar

Gambar 4.
Tabel. 6.Matriks SWOT
Tabel 9. Desa-desa di Sekitar Kebun Membang Muda
Tabel 10. Pemasok Pupuk PTPN III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Perangkat Lunak Pengambilan Keputusan dalam Menentukan Kombinasi Jumlah Produksi yang Optimal dengan Menggunakan Metode Fuzzy (Studi Kasus: PT. Zuwikkrama

1. Ini berarti bahwa sebanyak 78 penduduk yang berada pada usia tidak produktif ditanggung oleh 100 orang penduduk usia yang produktif. Luasan lahan yang diteliti adalah

Pengambilan sampel. Metode yang digunakan adalah line transect dengan belt transect terintegrasi. Burung yang diamati berada pada rute dan di kanan kiri dari

Tulisan ini bermaksud untuk membahas dan meninjau ide-ide mereka dalam rangka membangun pendekatan tata bahasa manayang paling efektif untuk belajar dan

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari.. dukungan, bantuan serta bimbingan dari

Isolat bakteri Rhizobium pengikat nitrogen sudah telah terbukti meningkatkan produktivitas tanaman, karena bakteri ini merupakan mikroba yang kompatibel dengan tanaman

Dengan menggunakan analisis chi square, terdapat hubungan yang nyata antara variabel tingkat intensitas interaksi penyuluh dan petani dengan variabel sikap dan

Jalur Ujian Tulis Tahun 2014 Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan pada tanggal 10 Agustus