Lampiran 1. Indikator Strategi Pengembangan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda
a. Faktor Internal
No Indikator Parameter Skor
1 Variasi Produk >5 macam 4
4 – 5 macam 3
2 – 3 macam 2
1 macam 1
2 Kualitas Produk Sangat baik 4
Baik 3
Cukup baik 2
Tidak baik 1
3 Produk Jadi Tepat waktu dan tepat jumlah 4
Tepat waktu dan tidak tepat jumlah 3 Tidak tepat waktu dan tepat jumlah 2 Tidak tepat waktu dan tidak tepat jumlah
1
4 Penguasaan terhadap budidaya karet
Sangat baik 4
Baik 3
Cukup baik 2
Kurang baik 1
5 Peningkatan Kinerja Pelayanan Sudah ada dan berjalan baik 4 Sudah ada dan tidak berjalan baik 3 Masih proses pembentukan 2
Tidak ada 1
6 Kebijakan Harga Ada kebijakan dan dijalankan 4
Ada kebijakan dan tidak dijalankan 3
Ada kebijakan harga 2
Tidak ada kebijakan harga 1
7 Program Pengembangan Ada program, rencana dan
dilaksanakan
4
Ada program dan dana 3
Ada perancangan program 2
Tidak ada program 1
8 Pelatihan Sekolah lapang 4
Ada pelatihan dan demplot 3 Ada pelatihan dan ceramah 2
Tidak ada pelatihan 1
9 Sarana Pendukung dan
Infrastruktur
Sangat memadai 4
Memadai 3
Cukup memadai 2
Tidak memadai 1
10 Penerapan Teknik dan Budidaya Menggunakan teknologi yang selalu diperbaharui
4
Menggunakan teknologi yang sudah ada
3
konvensional
Hanya secara konvensional 1
11 Luas Lahan > 750 ha 4
501-750 ha 3
251-500 ha 2
<250 ha 1
12 Permodalan 100% modal sendiri 4
75% modal sendiri 3
50% modal sendiri 2
0% modal sendiri 1
13 Serangan HPT < 30% 4
31-40% 3
41-50% 2
> 50% 1
14 Lama Usaha > 15 tahun 4
11-15 tahun 3
6-10 tahun 2
< 5 tahun 1
b. Faktor Eksternal
No Indikator Parameter Skor
1 Harga 5.000 – 7.500 4
7.501 – 10.000 3
10.001 – 12.500 2
>12.500 1
2 Kemitraan Ada dan berkelanjutan 4
Ada tetapi tidak berkelanjutan 3
Ada 2
Tidak ada 1
3 Ketersediaan Pasokan Sangat memadai 4
Memadai 3
Cukup Memadai 2
Tidak Memadai 1
4 Persaingan Sangat tinggi 4
Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
5 Permintaan produk Tinggi dan berkelanjutan 4
Tinggi tetapi tidak berkelanjutan 3 Rendah dan berkelanjutan 2 Rendah dan tidak berkelanjutan 1 6 Jarak pabrik ke gudang (jarak
aliran barang)
<100 km 4
101-200 km 3
201-300 km 2
Lampiran 2. Penilaian Skor Parameter Faktor Internal
Sampel Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 3 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4
Keterangan :
Parameter 1 : Variasi produk Parameter 2 : Kualitas produk Parameter 3 : Produk jadi
Parameter 4 : Penguasaan terhadap budidaya karet Parameter 5 : Peningkatan kinerja pelayanan Parameter 6 : Kebijakan harga
Parameter 7 : Program pengembangan Parameter 8 : Pelatihan
Parameter 9 : Sarana pendukung dan infrastruktur Parameter 10 : Penerapan teknik dan budidaya Parameter 11 : Luas lahan
Lampiran 3. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal
Sampel Parameter
1 2 3 4 5 6
1 1 4 4 4 4 2
Keterangan :
Parameter 1 : Harga Parameter 2 : Kemitraan
Parameter 3 : Ketersediaan pasokan Parameter 4 : Persaingan
Parameter 5 : Permintaan produk
Lampiran 4. Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Internal (IFAS)
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Kualitas Produk
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Produk Jadi
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Penguasaan terhadap Budidaya
Karet
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Peningkatan Kinerja Pelayanan
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Program Pengembangan
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Pelatihan
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan
Infrastrukur
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Luas Lahan
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Permodalan
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Serangan HPT
Variasi Produk 3 2 1 2 3 Lama Usaha
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Produk Jadi
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Penguasaan terhadap Budidaya
Karet
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Peningkatan Kinerja Pelayanan
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Program Pengembangan
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Pelatihan
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan
Infrastrukur
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Luas Lahan
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Permodalan
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Serangan HPT
Kualitas Produk 3 2 1 2 3 Lama Usaha
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Penguasaan terhadap Budidaya
Karet
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Peningkatan Kinerja Pelayanan
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Program Pengembangan
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan Infrastrukur
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Luas Lahan
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Permodalan
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Serangan HPT
Produk Jadi 3 2 1 2 3 Lama Usaha
Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Peningkatan Kinerja Pelayanan Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga
Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Program Pengembangan Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Pelatihan
Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan Infrastrukur
Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Luas Lahan
Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Permodalan Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Serangan HPT Penguasaan terhadap Budidaya Karet 3 2 1 2 3 Lama Usaha Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga
Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Program Pengembangan Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Pelatihan
Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan
Infrastrukur
Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Luas Lahan
Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Permodalan Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Serangan HPT Peningkatan Kinerja Pelayanan 3 2 1 2 3 Lama Usaha
Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Program Pengembangan
Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Pelatihan
Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan
Infrastrukur
Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya
Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Luas Lahan
Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Permodalan
Kebijakan Harga 3 2 1 2 3 Lama Usaha
Pelatihan 3 2 1 2 3 Sarana Pendukung dan
Infrastrukur
Pelatihan 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya
Pelatihan 3 2 1 2 3 Luas Lahan
Pelatihan 3 2 1 2 3 Permodalan
Pelatihan 3 2 1 2 3 Serangan HPT
Pelatihan 3 2 1 2 3 Lama Usaha
Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Penerapan Teknik dan Budidaya Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Luas Lahan
Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Permodalan Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Serangan HPT Sarana Pendukung dan Infrastrukur 3 2 1 2 3 Lama Usaha Penerapan Teknik dan Budidaya 3 2 1 2 3 Luas Lahan Penerapan Teknik dan Budidaya 3 2 1 2 3 Permodalan Penerapan Teknik dan Budidaya 3 2 1 2 3 Serangan HPT Penerapan Teknik dan Budidaya 3 2 1 2 3 Lama Usaha
Luas Lahan 3 2 1 2 3 Permodalan
Luas Lahan 3 2 1 2 3 Serangan HPT
Luas Lahan 3 2 1 2 3 Lama Usaha
Permodalan 3 2 1 2 3 Serangan HPT
Permodalan 3 2 1 2 3 Lama Usaha
Lampiran5. Penilaian Tingkat KepentinganFaktorEksternal (EFAS)
Harga 3 2 1 2 3 Kemitraan
Harga 3 2 1 2 3 Ketersediaan Pasokan
Harga 3 2 1 2 3 Persaingan
Harga 3 2 1 2 3 Permintaan Produk
Harga 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak
Aliran Barang)
Kemitraan 3 2 1 2 3 Ketersediaan Pasokan
Kemitraan 3 2 1 2 3 Persaingan
Kemitraan 3 2 1 2 3 Permintaan Produk
Kemitraan 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak
Aliran Barang)
Ketersediaan Pasokan 3 2 1 2 3 Persaingan
Ketersediaan Pasokan 3 2 1 2 3 Permintaan Produk
Ketersediaan Pasokan 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak Aliran Barang)
Persaingan 3 2 1 2 3 Permintaan Produk
Persaingan 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak
Aliran Barang)
Permintaan Produk 3 2 1 2 3 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak
Lampiran6. Hasil PenilaianFaktorInternal
Parameter A B C D E F G H I J K L M N
A 1 ½ 1/2 1/2 1 1/2 2 2 1 1 2 1 1 2
B 2 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2
C 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2
D 2 1 1/2 1 1 1/2 1 2 2 1 2 1 2 2
E 1 ½ 1/2 1 1 1/2 2 1 1 1/2 2 1 2 2
F 2 ½ 1 1/2 2 1 1/2 1 1 1 1/2 1/2 2 2
G 1/2 ½ 1/2 1 1/2 2 1 1 1 1 2 1 2 2
H 1/2 1/3 1/2 1/2 1 1 1 1 1/2 1 2 1/3 2 3
I 1 ½ 1/2 1/2 1 1 1 2 1 1/2 1 1/2 2 2
J 1 ½ 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1/2 1 2
K 1/2 ½ 1/2 1/2 1/2 2 1/2 1/2 1 1/2 1 1/2 ½ 2
L 1 1 1 1 1 2 1 3 2 2 2 1 2 3
M 1 1 1 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1 2 1/2 1 3
N 1/2 ½ 2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/3 1/2 1/2 ½ 1/3 1/3 1
Total 16 9,33 11,5 11,5 16 15,5 16 20,3
3
17,5 14 23 10,16
7
Lampiran7. Hasil PenilaianFaktorEksternal
Parameter A B C D E F
A 1 1 1 1 1/2 2
B 1 1 1/2 ½ 1 2
C 1 2 1 1 1 2
D 1 2 1 1 1 2
E 2 1 1 1 1 1
F ½ ½ 1/2 ½ 1 1
Lampiran 8.Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Internal (IFAS)
Rumus :
�
=
��
1∗
�
2∗
�
3… … … . . .
∗ �
� �Ket : X1=Nilai sel i untuk sampel 1 X2=Nilai sel i untuk sampel 2
Parameter A B C D E F G H I J K L M N Rata-rata
A 1 0,5 0,5 0,5 1 0,5 2 2 1 1 2 1 1 2 1.14
B 2 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1.71
C 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1.57
D 2 1 0,5 1 1 0,5 1 2 2 1 2 1 2 2 1.36
E 1 0,5 0,5 1 1 0,5 2 1 1 0,5 2 1 2 2 1.14
F 2 0,5 1 0,5 2 1 0,5 1 1 1 0,5 0,5 2 2 1.11
G 0,5 0,5 0,5 1 0,5 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1.14
H 0,5 0,33 0,5 0,5 1 1 1 1 0,5 1 2 0,33 2 3 1.05
I 1 0,5 0,5 0,5 1 1 1 2 1 0,5 1 0,5 2 2 1.04
J 1 0,5 1 1 2 1 1 1 2 1 2 0,5 1 2 1.21
K 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 2 0,5 0,5 1 0,5 1 0,5 0,5 2 0.79
L 1 1 1 1 1 2 1 3 2 2 2 1 2 3 1.64
M 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 1 2 0,5 1 3 0.96
N 0,5 0,5 2 0,5 0,5 0,5 0,5 0,33 0,5 0,5 0,5 0,33 0,33 1
0.61
X3=Nilai sel i untuk sampel 3 Xn=Nilai sel i untuk sampel n
Contoh perhitungan mencari nilai rata- ratageometris :
�
��=
√
1
1
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS)
Parameter A B C D E F Rata-rata
A 1 1 1 1 0,5 2 1,08
B 1 1 0,5 0,5 1 2 1
C 1 2 1 1 1 2 1,33
D 1 2 1 1 1 2 1,33
E 2 1 1 1 1 1 1,16
F 0,5 0,5 0,5 0,5 1 1 0,67
Total 6,5 7,5 5 5 5,5 10 6,57
Rumus:
�
=
��
1∗
�
2∗
�
3… … … . . .
∗ �
� �Ket : X1=Nilai sel i untuk sampel 1 X2=Nilai sel i untuk sampel 2 X3=Nilai sel i untuk sampel 3 Xn=Nilai sel i untuk sampel n
Contoh perhitungan mencari nilai rata- ratageometris :
�
��=
√
1
1
Lampiran 10. Normalisasi Bobot Faktor Internal
Parameter A B C D E F G H I J K L M N Rata-rata
A 0.06 0.05 0.04 0.04 0.06 0.03 0.13 0.10 0.06 0.07 0.09 0.10 0.05 0.07 0.07
B 0.13 0.11 0.09 0.09 0.13 0.13 0.13 0.15 0.11 0.14 0.09 0.10 0.05 0.07 0.11
C 0.13 0.11 0.09 0.17 0.13 0.06 0.13 0.10 0.11 0.07 0.09 0.10 0.05 0.07 0.10
D 0.13 0.11 0.04 0.09 0.06 0.03 0.06 0.10 0.11 0.07 0.09 0.10 0.10 0.07 0.08
E 0.06 0.05 0.04 0.09 0.06 0.03 0.13 0.05 0.06 0.04 0.09 0.10 0.10 0.07 0.07
F 0.13 0.05 0.09 0.04 0.13 0.06 0.03 0.05 0.06 0.07 0.02 0.05 0.10 0.07 0.07
G 0.03 0.05 0.04 0.09 0.03 0.13 0.06 0.05 0.06 0.07 0.09 0.10 0.10 0.07 0.07
H 0.03 0.04 0.04 0.04 0.06 0.06 0.06 0.05 0.03 0.07 0.09 0.03 0.10 0.10 0.06
I 0.06 0.05 0.04 0.04 0.06 0.06 0.06 0.10 0.06 0.04 0.04 0.05 0.10 0.07 0.06
J 0.06 0.05 0.09 0.09 0.13 0.06 0.06 0.05 0.11 0.07 0.09 0.05 0.05 0.07 0.07
K 0.03 0.05 0.04 0.04 0.03 0.13 0.03 0.02 0.06 0.04 0.04 0.05 0.03 0.07 0.05
L 0.06 0.11 0.09 0.09 0.06 0.13 0.06 0.15 0.11 0.14 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10
M 0.06 0.11 0.09 0.04 0.03 0.03 0.03 0.02 0.03 0.07 0.09 0.05 0.05 0.10 0.06
N 0.03 0.05 0.17 0.04 0.03 0.03 0.03 0.02 0.03 0.04 0.02 0.03 0.02 0.03 0.04
Lampiran 11. Normalisasi Bobot Faktor Eksternal
Parameter A B C D E F Rata-rata
A 0.15 0.13 0.20 0.20 0.09 0.20 0.16
B 0.15 0.13 0.10 0.10 0.18 0.20 0.14
C 0.15 0.27 0.20 0.20 0.18 0.20 0.20
D 0.15 0.27 0.20 0.20 0.18 0.20 0.20
E 0.31 0.13 0.20 0.20 0.18 0.10 0.19
F 0.08 0.07 0.10 0.10 0.18 0.10 0.10
Lampiran 12. Kuesioner Kondisi Rantai Pasok I.Idenditas Perusahaan
1. NamaPerusahaan :
2. Lama Berdirinya Perusahaan : 3. Status Perusahaan :
II. Kondisi Rantai Pasok
1. Apakah pengiriman order sesuai jadwal (Delivery Performance) ? a. Sesuai Jadwal
b. Tidak Sesuai Jadwal Alasan :
2. Bagaimana ketersediaan item yang diminta pelanggan (Fill Rate) ? a. Tersedia langsung
b. Tersedia tetapi menunggu c. Tidak tersedia
Alasan:
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh pelanggan dari mulai melakukan pemesanan sampai menerimanya (Order Fullfillment Leadtime) ?
a. 0 – 3 hari b. 4 – 7 hari c. > 7 hari Alasan :
4. Bagaimana kecepatan perusahaan dalam merespon perubahan pasar? a. Cepat
III. Strategi Pengembangan Kinerja Rantai Pasok PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda
Indikator Strategi Pengembangan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda a. Faktor Internal
No Indikator Parameter Skor
1 Variasi Produk >5 macam
4 – 5 macam 2 – 3 macam 1 macam
2 Kualitas Produk Sangat baik
Baik Cukup baik Tidak baik
3 Produk Jadi Tepat waktu dan tepat jumlah
Tepat waktu dan tidak tepat jumlah Tidak tepat waktu dan tepat jumlah Tidak tepat waktu dan tidak tepat jumlah
4 Penguasaan terhadap budidaya karet Sangat baik Baik
Cukup baik Kurang baik
5 Peningkatan Kinerja Pelayanan Sudah ada dan berjalan baik Sudah ada dan tidak berjalan baik Masih proses pembentukan Tidak ada
6 Kebijakan Harga Ada kebijakan dan dijalankan Ada kebijakan dan tidak dijalankan Ada kebijakan harga
Tidak ada kebijakan harga
7 Program Pengembangan Ada program, rencana dan
dilaksanakan
Ada program dan dana Ada perancangan program Tidak ada program
8 Pelatihan Sekolah lapang
Ada pelatihan dan demplot Ada pelatihan dan ceramah Tidak ada pelatihan
9 Sarana Pendukung dan Infrastruktur Sangat memadai Memadai
Cukup memadai Tidak memadai
10 Penerapan Teknik dan Budidaya Menggunakan teknologi yang selalu diperbaharui
ada
Menggunakan teknologi dan secara konvensional
Hanya secara konvensional
11 Luas Lahan > 750 ha
501-750 ha 251-500 ha <250 ha
12 Permodalan 100% modal sendiri
75% modal sendiri 50% modal sendiri 0% modal sendiri
13 Serangan HPT < 30%
31-40% 41-50% > 50%
14 Lama Usaha > 15 tahun
11-15 tahun 6-10 tahun < 5 tahun
b. Faktor Eksternal
No Indikator Parameter Skor
1 Harga 5.000 – 7.500 4
7.501 – 10.000 3
10.001 – 12.500 2
>12.500 1
2 Kemitraan Ada dan berkelanjutan 4
Ada tetapi tidak berkelanjutan 3
Ada 2
Tidak ada 1
3 Ketersediaan Pasokan Sangat memadai 4
Memadai 3
Cukup Memadai 2
Tidak Memadai 1
4 Persaingan Sangat tinggi 4
Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
5 Permintaan produk Tinggi dan berkelanjutan 4
Tinggi tetapi tidak berkelanjutan 3 Rendah dan berkelanjutan 2 Rendah dan tidak berkelanjutan 1 6 Jarak pabrik ke gudang (jarak aliran
barang)
<100 km 4
101-200 km 3
201-300 km 2
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Labuhanbatu Utara Dalam Angka. BPS. Sumatera Utara Besterfield, Dale. 2003. Total Quality Manajemen, Third Edition, Pearson, New Jersey.
Budiman, Haryanto. 2012. Budidaya Karet Unggul. Pustaka Baru Press. Yogyakarta Chandrasejaran, N. dan G. Raghuram. 2014. Agribussines Supply Chain Management.
CRC Press. Florida.
David, F.R. 2009. Manajemen Strategis. Salemba Empat. Jakarta
Dinas Perkebunan Sumatera Utara. 2015. Perkebunan dan Kehutanan.
www.sumutprov.go.id. Diakses pada 11 April 2016
Evizal, Rusdi. 2015. Manajemen dan Pengelolaan Kebun. Plantaxia. Yogyakarta
Ferrel, O.C dan D, Harline. 2005. Marketing Srategy. Thomson Corporation. South Western
Heizer, Jay dan Barry Render .2005. Manajemen Operasi. Jakarta : Salemba Empat
Jogiyanto, 2005, Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta
Kotler, P. 2004. Management Pemasaran. Prenhallinda. Jakarta
Marimin, Nurul M. 2011. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press. Bogor
Narinda, Naura. 2015. Analisis Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam Di PT BP. IPB. Bogor
Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya. Surabaya.
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sahaya, Willem. 2013. Sukses Supply Chain Management. In Media. Jakarta.
1) Rantai pasok komoditas karet tersinergi dengan baik.
2) Strategi yang digunakan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok karet adalah strategi SO.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yang artinya menurut Sudjana (2005) adalah pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti. Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Membang
Muda, Labuhan Batu Utara. Alasan pemilihan daerah penelitian ini adalah karena daerah penelitian merupakan salah satu sentra produksi komoditas karet, peneliti memiliki akses
ke daerah tersebut, serta waktu dan biaya penelitian.
3.2. Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive yang artinya menurut Sudjana (2005) adalah pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti.
Sampel pada penelitian ini adalah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Membang Muda, Labuhan Batu Utara. Responden PTPN III Membang Muda sebanyak
pengadaan dan penjualan PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III), kepala pabrik
Membang Muda PTPN III, kepala bagian tanaman kebunmembangmudaPTPN III,kepalabagiantanaman PTPN IIIdan kepala bagian teknik dan produksi PTPN III. Pengambilan sampel untuk PTPN III Kebun MembangMuda menggunakanteknik
purposive sampling yaitupertimbanganbahwa PTPN III MembangMudayang mengetahuitentangmeningkatankinerjarantaipasok.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi atau pengamatan langsung di obyek penelitian, serta
wawancara mendalam (indepth interview) denganresponden. Data sekunder diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara III, instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statisik Sumatera
Utara, dan literature yang mendukung.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk tujuan penelitian pertama yaitu dengan mendeskripsikan rantai pasok komoditi
karet, dijelaskan sesuai dengan keadaan yang ada di daerah penelitian. Dilakukan dengan mengidentifikasi pelaku-pelaku yang terlibat dalam rantai pasok karet serta hubungan yang
terjadi antara pelaku. Hubungan tersebut menunjukkan aliran informasi dan barang serta cara kerja yang terjadi dalam sistem.
Untuk tujuan penelitian kedua yaitu menganalisis strategi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja rantai pasokkaret di daerahpenelitiandengananalisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan internal maupun eksternal
perusahaan guna merumuskan faktor-faktor strategi. Identifikasi dengan analisis SWOT adalah sebagai berikut:
Kekuatan berupa sumber daya, keterampilan, atau keunggulan lain sampel terhadap
pesaing dan kebutuhan akan pasar. b)Weakness (Kelemahan internal)
Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan sampel dalam sumber daya,
keterampilan, atau kemampuan lain yang menghalangi kinerja efektif dari sampel tersebut. c)Opportunities (Peluang lingkungan eksternal)
Peluang merupakan situasi yang menguntungkan bagi sampel, baik dari segi segmen pasar, perubahan dalam keadaan bersaing, perubahan teknologi, hingga hubungan pembeli-pemasok.
d)Threats (Ancaman lingkungan eksternal)
Ancaman merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi sampel, yaitu berupa
rintangan-rintangan bagi posisi sekarang atau yang diinginkan.
Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis berada di posisi mana, dapat dilihat pada Gambar 4.
1. Mendukung Strategi Growth
2.Mendukung Diversifikasi 3. Mendukung Strategi
Turn-around
4. Mendukung Strategi Defensif
PELUANG
KEKUATAN KELEMAHAN
ANCAMAN
Gambar 4.Diagram Analisis SWOT
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, usaha ini masih memiliki kekuatan
dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka pangjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).
Kuadran 3 : Usaha menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada
kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal usaha sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih. Misalnya, Apple
menggunakan stratregi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri micro
computer .
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, usaha tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan penelitian/objek penelitian
Langkah yang paling awal dalam membuat SWOT adalah dengan menentukan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peran petani dalam pengembangan karet.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan karet pada PT.
Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda akan ditemukan beberapa variabel yang akan menentukan pengembangan dan peningkatan kinerja rantai pasok pada karet.
3) Menentukan faktor strategis
Setelah diperoleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan kinerja
rantai pasok karet, kemudian dipilih faktor-faktor yang secara signifikan dapat mempengaruhi pengembangan kinerja rantai pasok karet. Faktor ini disebut sebagai faktor strategis. Pemilihannya ditentukan berdasarkan pengamatan langsung ke lokasi
penelitian.
4) Klasifikasi faktor strategis menjadi faktor internal dan faktor eksternal
Setelah diketahui faktor-faktor strategis, selanjutnya diklasifikasikan menjadi 2 bagian,
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh PT. Perkebunan III Kebun Membang Muda terkait dalam
pengembangan kinerja rantai pasok karet, sedangkan faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda.
5) Penentuan faktor S,W,O, dan, T berdasarkan Skor
Setelah diklasifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian disusun kuisioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh penilaian setiap
faktor. Skor masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 sampai dengan 1. Setelah diperoleh skor setiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai ratarata aritmatika dari seluruh responden sehingga dapat ditentukan apakah faktor tersebut
(kekuatan dan kelemahan). Pada internal 1 dan 2 termasuk kelemahan, 3 dan 4 adalah
kekuatan. Pada eksternal 1 dan 2 termasuk ancaman, 3 dan 4 termasuk peluang. 6) Penentuan bobot
Setelah diperoleh skor tiap faktor kemudian dilakukan pembobotan setiap faktor.
Pembobotan ini dilakukan dengan cara teknik komparasi berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1998). Metode ini menggunakan
model Pairwise Comparision Scale yaitu dengan membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu hirarki berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor. Rincian nilai kepentingan tersebut ditentukan
berdasarkan kemampuan responden untuk membedakan nilai antar faktor yang dipasangkan. Semakin besar kemampuan responden untuk membedakan, maka akan
semakin rinci juga pembagian nilanya. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang ditemukan oleh Saaty (1998) dengan skala nilai yang dimodifikasi hanya menggunakan skala nilai 1 sampai 3 sebagai berikut:
1 = kedua faktor sama pentingnya
2 = satu faktor lebih penting dari pada faktor lainnya
3 = satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya 7) Matriks perbandingan seluruh faktor untuk tiap responden.
Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden
selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.
8) Matriks perbandingan seluruh faktor untuk seluruh responden
Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari seluruh responden dengan
�
=
���
1∗
�
2∗
�
3… … … . . .
∗ �
�Dimana :
n = Jumlah responden
X1 = Nilai faktor ke-i untuk responden 1 X2 = Nilai faktor ke-i untuk responden 2
X3 = Nilai faktor ke-i untuk responden 3 Xn = Nilai faktor ke-i untuk responden n 9) Normalisasi dan rata-rata bobot
Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai
inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis petani. 10)Menentukan skor terbobot dan prioritas
Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara
mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang akan diperoleh dalam tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana reaksi petani
terhadap faktor strategis eksternal dan faktor strategis internalnya. 11)Penyusunan strategi dengan menggunakan matriks SWOT
Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunkan matriks SWOT
Tabel. 6.Matriks SWOT INTERNAL EKSTERNAL
STRENGHTS (S)
Tentukan faktor – faktor kekuatan internal
WEAKNESS (W) Tentukan faktor – faktor kekuatan internal
OPPURTINITIES (O) Tentukan faktor peluang internal
STRATEGI S-O
Ciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI W-O
Ciptakan Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang TREAT (T) Tentukan faktor ancaman internal STRATEGI S-T
Ciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan
STRATEGI W-T
untuk mengatasi ancaman
kelemahan untuk menghindari peluang
Keterangan : 1) Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2) Strategi ST
Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3) Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
4) Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini maka dibuat
definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1. Definisi
2) Supply chain atau rantai pasok adalah semua kegiatan yang melibatkan semua pihak baik yang memproduksi maupun menyalurkan karet, mulai dari pemasok bahan baku sampai pada konsumen akhir.
3) Proses pengolahanadalah proses pengolahan kembali karet setelah dipanen di
perkebunan.
4) Pedagang perantara adalah pedagang yang menyampaikan produk karet ke tangan
konsumen.
5) Konsumen adalah orang yang membeli produk karet dari PTPN III.
6) Strength adalah kekuatan berupa sumber daya, keterampilan, atau keunggulan lain
sampel terhadap pesaing dan kebutuhan akan pasar.
7) Weakness adalah kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan sampel dalam
sumber daya, keterampilan, atau kemampuan lain yang menghalangi kinerja efektif dari sampel tersebut.
8) Opportunities adalah peluang merupakan situasi yang menguntungkan bagi sampel, baik dari segi segmen pasar, perubahan dalam keadaan bersaing, perubahan teknologi, hingga hubungan pembeli-pemasok.
9) Threats adalah ancaman merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi sampel, yaitu berupa rintangan-rintangan bagi posisi sekarang atau yang diinginkan.
10)Strategi rantai pasok adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang supply chain yang menciptakan rosnsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada supply chain tersebut.
3.5.2. Batasan Operasional
1) Sampel penelitian adalah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Membang Muda Kabupaten Labuhan batu Utara.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
Kebun Membang Muda terletak di Desa Perkebunan Membang Muda, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara. Kebun Membang Muda terletak ± 65 Km dari Kota
di Kebun Membang Muda adalah tanaman karet dengan luas areal = 1.394,60 Ha. Terdiri
dari 1.130,15 Ha (TBM) sedangkan untuk tanaman Kelapa Sawit Luas areal = 1.308,81 Ha
Sebagai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat disekitar Kebun Membang Muda untuk menjalin hubungan baik dan memastikan bahwa kebeadaan kegiatan di
[image:30.595.79.492.253.335.2]perkebunan tidak mengganggu aktifitas kehidupan sosial masyarakat disekitar Kebun Membang Mudah dengan mengidentifikasikan desa-desa disekitar.
Tabel 9. Desa-desa di Sekitar Kebun Membang Muda
No Nama Desa Luas (���) Jumlah Penduduk
1 Desa Parpaudangan 20 3.895
2 Kel. Aek Kanopan 2,46 14.087
3 Kel. Aek Kanopan Timur 6,06 6.750
4 Kel. Gunting Saga 10 6.422
4.2. Karakteristik Sampel
Sampel yang dimaksud disini adalah PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang
Muda. PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dengan komoditi karet dan kelapa sawit yang bertujuan
untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
PT. Perkebunan Nusantara III, termasuk di dalamnya Kebun Membang Muda juga memiliki beberapa sistem manajemen, untuk mendukung kelancaran bisnis perkebunan,
diantaranya:
1) Sistem Manajemen Mutu (SMM.ISO 9001:2008)
2) Sistem Manajemen Lingungan (SML.ISO 14001)
3) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 4) RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil)
5) Ls.Pro PUSTANI SNI Jakarta, setelah audit KAN (Komite Agreditasi Nasional)
1) Proactivity
2) Excellence
3) Team Work
4) Innovation
5) Responsibility
Kebun Membang Muda memilik Pabrik Pengolahan Karet (PPK). PPK Kebun Membang
Muda ada dua jenis pengolahan:
1) Pengolahan crumb rubber
a) Pabrik pengolahan crumb rubber mulai beroperasi pada tahun 1971 dengan hasil
produksi SIR 10 dan SIR 20
b) Desain dan standar pabrik adalah sebagai berikut:
Kapasitas olah pabrik : 30 ton kk/hari Kebutuhan air : 30 m3
Kebutuhan listrik : 200 kwh/ton kk /ton/kk
Kebutuhan solar : 56 liter/ton kk Pengeringan : thermal oil heater
Sasaran olah SIR 20 : 90%
SIR 10 : 10%
2) Pengolahan lateks pekat (LCB)
a) Pabrik pengolahan lateks pekat mulai beroperasi pada tahun 1972 dengan hasil produksi lateks pekat 88%, serum lump 7%, serum scunder 3%, sediment 1%, dan
losis 1%.
b) Desain dan standar pabrik adalah sebagai berikut: Kapasitas olah pabrik : 28 ton kk/hari
Kebutuhan listrik : 185 kwh/ton kk
4.3. Karakteristik Responden
No. Nama Posisi Umur
(Tahun) 1 Miswarindra Stafbagian pengadaan dan penjualan
PTPN III 45
2 Dewanta Manager Personalia 33
3 Erwin Lubis Masinis KepalaPabrik Membang Muda 54 4 Junaidi Wongso Manager KebunMembang Muda 52
5 Waris Staf bagiantanaman PTPN III 48
6 Abet N. Ginting Staf bagian teknik dan pengolahan PTPN
III 35
Rata-rata 44,5
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Rantai Pasok Komoditas Karet
Rantai pasok (supply chain) adalah seluruh kegiatan yang melibatkan berbagai pihak, baik yang memproduksi dan atau yang menyalurkan barang/jasa mulai dari pemasok bahan
pasokpada penelitian ini difokuskan hanya membahas mengenai sasaran rantai pasok,
struktur rantai pasokdan manajemen rantai pasok.
Struktur rantai pasok komoditas karet di daerah penelitian melibatkan pelaku-pelaku yang dibatasi mulai dari pemasok bahan baku, petani, pengolah karet,dimana setiap pihak saling
berinteraksi dan terdapat hubungan timbal balik. Dalam penelitian ini, industri pengolahankaret merupakan konsumen akhir.
Kolaborasi manajemenrantai pasokmerupakan bentuk kerjasama dari dua atau lebih perusahaan dalam kegiatan aliran barang yang mempunyai tujuan yang sama. Dalam manajemenrantai pasokdibahas mengenai kemitraan dan kesepakatan kontraktual. Adapun
tujuan dari sebuah kemitraan rantai pasok adalah untuk meningkatkan pendapatan yang merata di setiap pelaku rantai pasok.
5.1.1. Sasaran Rantai Pasok
Sasaran rantai pasok adalah tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan manajemen rantai pasok. Aspek ini menjelaskan tujuan utama dari rantai pasok karet yang dilakukan oleh
PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III) Kebun Membang Muda, di Labuhanbatu Utara. Sasaran rantai pasok dapat dilihat dari sisi sasaran pasar. Hasil dari analisis sasaran rantai
pasok akan menjadi salah satuaspek acuan apakah rantai pasok berjalan baik atau tidak.
Sasaran pasar produk karet di Kebun Membang Muda ditujukan untuk pasar domestik dan pasar internasional. Hal ini dikarenakan Kebun Membang Muda merupakan penghasil
getah karetyang tergabung dalam PT. Perkebunan Nusantara III yang memasok getah karet secara kontiniu, sehingga pasokan getah karet mampu memenuhi permintaan konsumen.
5.1.2. Struktur Rantai Pasok
karakteristik produk yang dihasilkan, dan jarak antara onfarm dan pasar. Anggota rantai
pasok adalah pihak-pihak yangterlibat dalam aliran produk, aliran finansial, dan aliran informasi. Anggota rantaipasok karet dalam penelitian ini terdiri dari pemasok bahan baku, bagian produksi PTPN III Kebun Membang Muda, bagian komersil PTPN III,dan
konsumen. Konsumen akhir merupakansumber informasi yang menjadi penentu kualitas dan kuantitas produk.
Gambar5. Struktur Rantai Pasok Karet Pemasok Bahan Baku
Pemasok bahan baku pada rantai komoditas karet merupakan pelaku yang tidak terlibat langsung dalam produksi karet namun berperan serta dalam proses produksi sebagai
penyedia bahan baku dan alat-alat pertanian. Bahan baku dalam hal ini meliputi bibit, pupuk, dan bahan kimia digunakan untuk menunjang kegiatan usahatani karet.
Pemasok bibit untuk Kebun Membang Muda adalah dari PTPN III itu sendiri. Bibit dipasok dariPusat Penelitian (Puslit) PTPN III di Sei Putih.
Untuk pemasok pupuk disajikan pada Tabel 10. Pengadaan pupuk dilakukan setiap enam bulan sekali.Jumlah terbesar yang pernah dipasok adalah 54.000 ton dan terkecil adalah
6.000 ton. Pengadaan pupuk dilakukan oleh kantor direksi PTPN III yang kemudian dikirim kepada Kebun Membang Muda sejumlah yang dibutuhkan kebun.
Pemasok Bahan Baku
Bagian Produksi PTPN III Kebun Memabang Muda
Bagian Komersil PTPN III
Tabel 10. Pemasok Pupuk PTPN III
No Pemasok No. Pemasok
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
CV. Bina Karya Pratama PT. Indograha Nusa Sarana PT. Dupan Anugerah Lestari PT. Betha Tri Adhi
PT. Sri Rezeki Fertilizer PT. Permata Agro Persada PT. Randhoetata Cemerlang PT. Saraswanti Anugerah Makmur PT. Dupan Anugerah Lestari PT. Pupuk Kalimantan Timur PT. Petrokimia Gresik
PT. Mest Indonesity
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
CV. Biogreen Mitra Sukses PT. Meroke Tetap Jaya PT. Dairi Naduma Karina PT. Permata Agro Persada PT. Darma Dwijaya PT. Bukit Prima Niaga PT. Petro Kimia Gresik PT. Mega Eltra
PT. Darma Dwijaya CV. Nusa Abadi Jaya PT. Galatta Lestarindo
[image:35.595.69.509.476.640.2]Untukpemasok bahan kimia disajikan pada Tabel 11. Pengadaan bahan kimia dilakukan oleh kantor direksi PTPN III yang kemudian dikirim kepada Kebun Membang Muda sejumlah yang dibutuhkan kebun.
Tabel 11. Pemasok Bahan Kimia PTPN III
No. Perusahaan Jenis Bahan Kimia Jumlah
1 PD. Mitra Jaya Heksa 7.880 kg
2 CV. Wira Lestari Herbisida Ally 20 WG 2.046 kg
3 PD. Kencana Agung Insektisida Orthene 75 SP 1.290 kg 4 CV. Gunung Agung Krakatau SM Therpentin 6.000 ltr 5 CV. Bima Sakti Redontisida Brodifalcum 0,005% 17.660 ltr 6 PT. Radiva Putra Agung Pupuk organik Humega liquid 125.500 ltr 7 CV. Persada Indonesia Herbisida Starane 480 EC 4.030 ltr 8 PT. Tritama Eka Mandiri Herbisida Glifosat 480/490SL 112.050 ltr 9 PT. Wahana Agro Fertila Fungisida Marfu-p 61.150 kg 10 CV. Anugerah Agung Abadi Fungisida Greemi-6 98.250 kg
Bagian Produksi PTPN III Kebun Membang Muda
Bagian produksi PTPN III Kebun Membang Muda merupakan pelaku dalam rantai yang
Kegiatan budidaya yang dilakukan adalah persiapan lahan, pengajiran dan pembuatan
lubang tanam, penanaman tanaman penutup tanah,penanaman karet,pemeliharaan tanaman, dan pemanenan.
Kegiatan pengolahan karet dilakukan setelah panen karet. Kegiatan pengolahan karet
dilakukan di Pabrik Pengolahan Karet (PPK) Kebun Membang Muda. Terdapat dua jenis pengolahan yang dilakukan di PPK Kebun Membang Muda, yaitu pengolahan crumb
[image:36.595.87.479.351.675.2]rubber produk SIR 10 dan SIR 20 dan pengolahan lateks pekat.Hasil produksi PPK Kebun Membang Muda disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12.Data Produksi Pabrik Pengolahan Karet Kebun Membang Muda No. Produk PPK KMMDA
Produksi (Kg.Karet Kering)
2013 2014 2015
1. Lateks Pekat
a) L. Pekat 2,066,597 2,486,003 2,609,863
(%) 88.60 88.75 87.57
b) Serum Lump 141,481 167,791 201,970
(%) 6.07 5.99 6.78
c) Serum Sekunder 47,183 56,873 60,076
(%) 2.02 2.03 2.02
d) Sediment 53,579 61,851 79,441
(%) 2.30 2.21 2.67
Total 2,308,840 2,772,518 2,951,350
(%) 98.99 98.98 99.03
Losis 23,596 28,710 28,951
(%) 1.01 1.02 0.97
Jumlah 2,332,436 2,801,228 2,980,301
(%) 100 100 100
2. Crumb Rubber
Low Grade
SIR-20 9,128,440 8,053,920 4,822,701
produksimenjadi kegiatan penentu keberhasilan usaha agribisnis, sehingga perlu
dijalankansecara efektif dan efisien. Efektivitas pada proses produksi dibutuhkan dalam halmulai dari alokasi sumberdaya yang tepat, perencanaan proses produksi yangbaik, hingga implementasi dengan baik dan benar. Efisiensi produksi dapatdicapai dengan
melakukan perencanaan dan proses produksi dengan tepat danmeminimumkan pemborosan yang terjadi selama proses produksi.
Kebun Membang Muda memproduksi dan langsung memasok ke perusahaan mitra. Sehingga, karet yang diproduksi dapat memenuhi kualitas yang diinginkan konsumen. Selain itu,cuaca di Labuhanbatu Utara tidak berubah dengan cepat dandapat diprediksi,
sehingga produk karet dapat dipasok ke perusahaan secara rutin.
Bagian Komersil PTPN III
Bagian komersil PTPN III terletak di kantor direksi di Medan. Distribusi merupakan bagian dari komersil. Distribusi dari Kebun Membang Muda ke pelanggan diatur oleh kantor direksi. Prosesnya yaitu calon pelanggan memesan produk melalui kantor direksi.
Setelah itu kantor direksi membuat delivery order atau ‘surat jalan’ yang ditujukan ke PTPN III Kebun Membang Muda. Setelah Kebun Membang Muda menerima delivery
order, bagian produksi memproduksi produk sesuai pesanan. Jangka waktu yang diberikan kantor direksi kepada Kebun Membang Muda sesuai dengan kapasitas olah PPK per harinya. Sesuai dengan jangka waktu yang telah diberikan, penyerahan produk dilakukan
di Kebun Membang Muda. Bagian komersil PTPN III melakukan penjemputan produk ke Kebun Membang Muda yang kemudian akan didistribusikan langsung ke pelanggan.
Konsumen
dengan kualifikasi yang diinginkan konsumen. Dalam rantai pasok karet, konsumen
melakukan pembelian melalui kantor direksi, memenuhi perjanjian sesuai kontrak dan berhak menerima dan memberikan informasi mengenai produk yang telah dibeli dan pelayanan yang diberikan pelaku rantai pasok sebelumnya.
Konsumen akhir produk karet merupakan konsumen yang kritis, sehingga kualitas menjadi alasan utama pembelian karet merek tertentu. Selain kualitas, konsumen juga
menginginkan karet selalu tersedia saat dibutuhkan dan harga produk yang terjangkau. Untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, dibutuhkan kolaborasi dan koordinasi yang baik antar pelaku rantai pasok.
5.1.3. Manajemen Rantai Pasok
Manajemen rantai pasok merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan produk hingga sampai konsumenyang dilakukan secara terintegrasi oleh pelaku-pelaku rantai pasok. Manajemenrantai pasok terdiri dari pemilihan mitra, kesepakatan kontraktual, sistemtransaksi, dan kolaborasi rantai pasok.
Pemilihan Mitra
Kerjasama kemitraan merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebihyang betujuan memberikan keuntungan satu sama lain. Pemilihan kemitraanadalah salah satu faktor yang
mendukung kesuksesan rantai pasok. Pemilihanmitra dalam rantai pasok karetyang terjalin adalah pemilihan mitra pada pemasok bahan baku.
Kemitraan PTPN III Kebun Membang Muda dengan pemasok bahan baku seperti pupuk, pestisida, dan alat pertanian diatur oleh kantor direksi atau bagian komersil, yaitu PTPN III pusat. Pemilihan mitra dilakukan dengan dua sistem, yaitu dengan penunjukan langsung
oleh perusahaan dan sistem pelelangan. Untuk pengadaan barang dengan pengeluaran < Rp 200.000.000 akan dilakukan penunjukkan langsung oleh perusahaan tanpa ada kriteria
pelelangan dilakukan sesuai dengan Rencana Anggaran Perusahaan (RAP), dilihat jumlah
kebutuhan seluruh kebun yang tergabung dalam peusahaan, kemudian dilakukan pelelangan secara online. Mitra pemasok bahan baku yang dipilih adalah yang menjual bahan baku dengan kuantitas terbanyak dengan harga terendah. Untuk bahan baku benih
diperoleh dari Pusat Penelitian (Puslit) PTPN III di Sei Putih.
Bagian Produksi tidak melakukan pemilihan mitra untuk memasarkan hasil produksinya
dikarenakan hasil produksi akan dijual apabila ada pesanan konsumen. Pemesanan konsumen dijembatani oleh PT. Karisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN). PTPN III harus menjalani kemitraan terlebih dahulu dengan PT. KPBN, kemudian PT. KPBN
yang akan mendata semua pembeli hasil perkebunan.
Kesepakatan Kontraktual
Kesepakatan kontraktual merupakan perjanjian, baik secara formal maupuninformal, antar pihak-pihak yang bermitra atau bekerja sama dengan tujuan menjaga integrasi rantai pasok, mendapatkan keuntungan, dan saling menutupiketerbatasan masing-masing pihak.
Kontrak berisi hal-hal yang telah disepakati antar pihak, diantaranya batasan dan tanggung jawab kedua pihak.
Kesepakatan petani dengan pemasok bahan baku dilakukan secara formal, yaitu secara tertulis. Hal-hal yang tercantum dalam kesepakaran adalah mutu produk, sistem pembayaran, sistem penyerahan, harga, dan batas waktu pembayaran dan penyerahan produk.
Sistem Transaksi
yang biasanya dilakukan dalam jangka waktu pendek, yaitu 1-2 hari. Waktu yang
dibutuhkan oleh konsumen dari mulai melakukan pemesanan sampai menerimanya sesuai dengan isi kontrak antara kedua pihak. Biasanya pembayaran dilakukan oleh konsumen selambat-lambatnya 15 hari setelah kontrak disahkan, kemudian perusahaan melakukan
penyerahan barang selambat-lambatnya 15 hari setelah dilakukan pembayaran oleh konsumen.Sistem transaksi yang berlaku antara PTPN III dan pelanggan dilakukan sesuai
kontrak, biasanya melalui transfer melalui bank.
Kolaborasi Rantai Pasok
Kolaborasi yang baik antara pelaku rantai pasok merupakan salah satu faktor tercapainya
tujuan rantai pasok, yakni memenuhi permintaan konsumen. Untuk memenuhi permintaan konsumen, dibutuhkan kolaborasi dalam pembagian informasi (information sharing)
secara timbal balik di setiap pelaku rantai pasok. Informasi diawali dari konsumen yang kemudian disampaikan kepada PTPN III,selanjutnya kepada pemasok bahan baku, dan berlaku kebalikannya.
5.2. Strategi Pengembangan di PT. Perkebunan III Kebun Membang Muda
5.2.1 Analisis Kondisi Eksisting dari Faktor-faktor Strategis Dianalisis dengan Menggunakan Skor
Faktor strategis yang mempengaruhi pengembangan komoditi dibagi atas faktor internal dan
eksternal.Faktor internal merupakan faktor yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda, sedangkan faktor eksternal
merupakan peluang dan ancaman yang diluar kendali dari PT. Perkebunan Nusantara III
Kebun Membang Muda.
Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam peningkatan kinerja rantai pasok
karet oleh PT. Perkebunan Nusantara III. Berikut hasil penelitian melalui kuisioner dan
[image:41.595.86.485.158.433.2]observasi yang dilakukan untuk menunjukkan skor faktor internal tersebut.
Tabel 13. Penentuan Skor Faktor Internal
No Uraian Skor Hasil Penilaian Sumber
Keterangan 1 Kualitas Produk 3 Kekuatan PTPN III 2 Produk Jadi 4 Kekuatan PTPN III
3 Penguasaan terhadap
Budidaya Karet 3 Kekuatan PTPN III 4 Kebijakan Harga 4 Kekuatan PTPN III
5 Peningkatan Kinerja
Pelayanan 4 Kekuatan PTPN III 6 Program Pengembangan 4 Kekuatan PTPN III
7 Sarana Pendukung dan
Infrastruktur 4 Kekuatan PTPN III 8 Luas Lahan 4 Kekuatan PTPN III 9 Permodalan 4 Kekuatan PTPN III 10 Serangan HPT 4 Kekuatan PTPN III 11 Lama Usaha 4 Kekuatan PTPN III
12 Penerapan Teknik dan
Budidaya 2 Kelemahan PTPN III 13 Variasi Produk 2 Kelemahan PTPN III 14 Pelatihan 2 Kelemahan PTPN III Sumber : Lampiran 2
Tabel 13 menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor internal yang mempengaruhi peningkatan
rantai pasok karet terdapat 11 kekuatan dan 3 kelemahan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Variasi Produk
Produk yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda memiliki 2 (dua) jenis produk yaitu Crumb Rubber dan Lateks Pekat.
Jenis karet Crumb Rubber yang diproduksi ada dua jenis yaitu SIR-10 dan SIR-20.SIR adalah Standard Indonesian Rubber, dimana Nilai PRI (Plasticity Retention Indexatau
mempunyai kadar kotoran maksimal 0,10 %, dan kadar abu maksimal 0,75 %. Nilai
PRI dapat memberikan gambaran mengenai ketahanan oksidasi dari karet yang bersangkutan dalam proses pengerjaan selanjutnya.
2) Kualitas Produk.
Kualitas produk `yang ada di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda memiliki kualitas produk yang sesuai dengan persepsi pelanggan.Produk yang
diproduksi harus sesuai dengan kualitas produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan karena pelanggan PT. Perkebunan Nusantara III merupakan pelanggan besar yang mempunyai kriteria kualitas produk sesuai dengan ISO 9001:2008. Kualitas
produk memang harus diutamakan dan diperhatian setiap perusahaan agar kepercayaan pelanggan untuk bermitra dengan perusahaan tersebut tetap terjalan.
3) Produk Jadi
Produk jadi yang dihasilkan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda adalah tepat waktu dan tepat jumlah.Tepat waktu yang dimaksud disini adalah produk
yang selesai harus sesuai waktu yang telah ditentukan pelanggan dan biasanya waktu dalam produk selesai dihasilkan tertulis pada kontrak yang telah disepakati antara pembeli dengan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda.Tepat jumlah
yang dimaksud disini adalah produk yang dihasilkan harus sesuai dengan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan). Jadi saat pembeli meminta jumlah produk,
kantor direksi yang mengatur pembelian produk mengirimkan delivery order kepada masing – masing kebun sesuai dengan kapasitas produksi yang dimiliki masing – masing kebun.
4) Penguasaan terhadap budidaya karet
Penguasaan terhadap budidaya karet yang dimiliki oleh para pekerja yang ada di PT.
Dimana para pekerja mengetahui bagaimana dalam budidaya karet dengan baik yang
dimulai dari pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, sampai proses penderesan. Karena penguasaan terhadap budidaya karet itu penting diketahui dengan baik karena pengetahuan tentang budidaya karet berpengaruh terhadap kualitas karet
yang berhubungan dengan kemitraan perusahaan yang akan dijalin.
5) Peningkatan Kinerja Pelayanan
Sejak PT. Perkebunan Nusantara III awal beroperasi kinerja pelayanan yang diterapkan oleh perusahaan bisa dikatakan sudah bagus.Seiring dengan lamanya perusahaan beroperasi kinerja pelayanan mengalami peningkatan jika dibandingkan dari awal
beroperasinya PTPN III.Program program yang mengenai kinerja pelayanan untuk ditingkatkan harus dibuat agar perusahaan mengalami perkembangan yang
signifikan.Program-program yang berhubungan dengan peningkatan kinerja pelayanan di buat oleh perusahaan sudah berjalan dengan yang diharapkan.
6) Kebijakan Harga
Setiap perusahaan harus membuat kebijakan harga produk perusahaan itu sendiri dimana maksudnya perusahaan menetapkan patokan harga jual produk yang dihasilkan,
agar perusahaan mendapat margin keuntungan.Dalam penetapan harga karet, PT. Perkebunan Nusantara III mengikuti harga Sicom Singapore dan harga Tocom Thailand.
7) Program Pengembangan
Untuk meningkatkan produksi karet, diperlukan adanya program yang dilakukan oleh pihak
yang memiliki kekuatan. Sehingga para petani yang berbudidaya karet dapat meningkatkan
produktivitas dan mutu karetnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada PTPN
III, terdapat program pengembangan karet yang telah dilaksanakan. Program ini adalah
8) Pelatihan
Pelatihan merupakan program yang dilakukan oleh PTPN III yang bertujuan untuk memberi arahan kepada para pekerja dalam hal budidaya dan pengolahan menjadi produk siap jual.Contoh pelatihan umumnya seperti Sekolah Lapang, Demplot,
Ceramah, dan pembekalan pekerja.Di PTPN III mengadakan pelatihan berupa ceramah dimana seperti kegiatan memberikan arahan atau tanya jawab kepada pekerja yang
melaksanakan budidaya karet. 9) Sarana Pendukung dan Infrastruktur
Sarana pendukung dan infrastruktur yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara III
sudah memadai dalam menunjang proses produksi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda. Prasarana transportasi merupakan salah satu pendukung untuk bisa
tumbuh dan berinteraksi dengan wilayah lain. Kondisi jalan menuju PT. Perkebunan Nusantara IIIsudahdiaspal dan jalan menuju lahan berupa jalan beraspal.
10)Penerapan Teknik dan Budidaya
Penerapan teknik dan budidaya yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda menggunakan teknologi dan secara konvensional.Teknologi
yang digunakan adalah teknologi yang standar dalam pengolahan getah karet dalam menghasilkan produk yang dipasarkan. Secara konvensional disini maksudnya adalah ada beberapa kegiatan yang diharuskan menggunakan teknologi sederhana seperti
cangkul,alat deres, dll.
11)Luas Lahan
Luas lahan yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda adalah seluas 1394,60 Ha. Luas lahan memiliki pengaruh terhadap jumlah hasil produksi, semakin luas lahan yang dimiliki semakin banyak juga hasil produksi.
Pemodalan adalah suatu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan.Tanpa
didukung pemodalan yang baik perusahaan tidak dapat berkembang atau berjalan dengan baik.Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana yang dimaksud dengan BUMN adalah Modal Perusahaan
mayoritas berasal dari pemerintah. Dan perusahaan PTPN III modal seluruhnya berasal dari pemerintah.
13)Serangan HPT
Faktor serangan hama penyakit merupakan faktor yang penting di dalam proses budidaya tanaman karet. Serangan Hama penyakit harus diatasi dan dikendalikan
seminimal mungkin agar volume dan mutu karet baik. Berdasarkan hasil wawancara, serangan hama penyakit di daerah penelitian adalah < 1% sehingga dapa dikatakan serangan hama penyakit terbilang kecil dan tidak menjadi salah satu faktor kelemahan
PTPN III.
14)Lama Usaha
Lama usaha juga merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan suatu perusahaan. Semakin lama suatu usaha perusahaan beroperasi maka perusahaan itu sudah mantap dalam menyusun strategi penjualan ataupun dalam pengendalian kendala
yang dialami suatu perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara, PT. Perkebunan Nusantara III telah berdiri sejak tahun 1996 yang artinya telah berdiri selama 20 tahun
sehingga dapat dikatakan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda tergolong lama beroperasi.
Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman dalam peningkatan kinerja rantai pasok karet
oleh PT. Perkebunan Nusantara III. Berikut hasil penelitian melalui kuisioner dan observasi
[image:46.595.89.485.171.297.2]yang dilakukan untuk menunjukkan skor faktor internal tersebut.
Tabel 14. Penentuan Skor Faktor Eksternal
No Uraian Skor Hasil Penilaian Sumber
Keterangan
1 Harga 1 Ancaman PTPN III
2 Jarak Pabrik ke Gudang
(Jarak Aliran Barang) 2 Ancaman PTPN III 3 Kemitraan 4 Peluang PTPN III 4 Ketersediaan Pasokan 4 Peluang PTPN III 5 Persaingan 4 Peluang PTPN III 6 Permintaan Produk 4 Peluang PTPN III Sumber : Lampiran 3
Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor eksternal yang mempengaruhi
peningkatan kinerja rantai pasok karet terdapat 4 peluang dan 2 ancaman. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Harga
Harga produk crumb rubber Sir 10 $1,44/kg (Rp. 18.720/kg) , harga produk crumb rubber Sir 20 $1,22/kg (Rp. 15.860/kg) , harga lateks pekat $1,59/liter (Rp.
20.670/liter) . Ancaman disini maksudnya hanya pengisian parameter saja, harga terus berfluktuatif. Selama PT. Perkebunan Nusantara III mampumemenuhi syarat yang
diminta oleh pembeli, PT. Perkebunan Nusantara III tidak perlu mengkhawatirkan hal ini.
2) Kemitraan
Kemitraan adalah merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebihyang bertujuan memberikan keuntungan satu sama lain. Pemilihan kemitraanadalah salah satu faktor
yang mendukung pengembangan usaha. Dalam hal kemitraan, PTPN III memiliki kemitraan dengan pembeli dan berkelanjutan. Namun dalam hal pemilihan
pembeli diatur oleh PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), dimana
PT. KPBN mengatur kemitraan dengan pembeli untuk seluruh PTPN. 3) Ketersediaan Pasokan
Dalam hal ketersediaan pasokan PT. Pekebunan Nusantara III Kebun Membang muda
sudah mampu memenuhi volume produk yang diminta oleh pembeli.Dan juga mampu
menepati batas waktu dalam pemenuhan permintaan produk sesuai dengan kontrak yang
telah disepakatai oleh kedua belah pihak.
4) Persaingan
Karet merupakan salah satu bahan baku yang banyak dibutuhkan yang dapat diolah
menjadi berbagai macam produk yang artinya permintaan karet cukup tinggi. Itu mengapa
permintaan karet di pasar dunia cukup tinggi.Namun, ketersediaan karet di pasar dunia
juga cukup tinggi, dikarenakan banyaknya negara produsen karet. Hal ini lah yang
menuntut PTPN III untuk mampu membaca perkembangan pangsa pasar dan persaingan
yang cukup tinggi.Dalam hal ini PTPN III sudah mampu bersaing dengan menjaga
kualitas, dan memenhui pasokan kebutuhan pasar karet.
5) Permintaan produk
Perrmintaan produk karet yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III tinggi
dimaana maksud permintaan produk yang tinggi, produk yang diminta mencapai
kapasitas maksimum produksi produk yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III
dan permintaan produk selalu berkelanjutan.
6) Jarak pabrik ke gudang ( Jarak aliran barang)
Jarak pabrik pengolahan produksi karet ke gudang penyimpanan sebelum dialirkan ke
pembeli cukup jauh, dimana pabrik pengolahan produksi berada di Aek Kanopan,
Labuhan Batu Utara sedangkan gudang penyimpanan berada di Belawan tetapi sejauh ini
hal mengenai jarak pabrik pengolahan produksi ke gudang penyimpanan tidak menjadi
5.2.2 Pembobotan Faktor – Faktor Strategis
Nilai penting dari faktor-faktor strategis dianalisis dengan menggunakan pembobotan.
Pembobotan dilakukan dengan menggunakan teknik komparasi berpasangan, berikut hasil
[image:48.595.88.482.238.456.2]pembobotan faktor - faktor internal disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 15. Tabel IFAS
No Faktor Internal Bobot
1 Variasi Produk 0.07
2 Kualitas Produk 0.11
3 Produk Jadi 0.10
4 Penguasaan Terhadap Budidaya Karet 0.08 5 Peningkatan Kinerja Pelayanan 0.07
6 Kebijakan Harga 0.07
7 Program Pengembangan 0.07
8 Pelatihan 0.06
9 Sarana Pendukung dan Infrastruktur 0.06 10 Penerapan Teknik dan Budidaya 0.07
11 Luas Lahan 0.05
12 Permodalan 0.10
13 Serangan HPT 0.06
14 Lama Usaha 0.04
Sumber : Lampiran 10
Tabel 15 menunjukkan kualitas produk memiliki bobot yang paling besar dari pada
fakor-faktor lain sebesar 0,11. Faktor ini merupakan fakor-faktor internal yang sangat penting, karena kualitas produk dapat menentukan reputasi perusahaan, semakin bagus kualitas produk
yang dihasilkan, maka dapat meningkatkan reputasi perusahaan, kualitas produk juga dapat meningkatkan pangsa pasar sehingga perusahaan yang menghasilkan produk dengan kualitas baik akan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Kemudian diikuti oleh faktor permodalan dan produk jadi yang memiliki bobot sebesar 0,10. Permodalan adalah hal yang krusial yang harus dipersiapkan sebelum membuka sebuah usaha. Banyaknya modal dapat mempengaruhi sentimasi pasar terhadap produk
Jadi merupakan faktor yang penting dikarenakan jumlah produk yang diproduksi harus
tepat jumlah sesuai anggaran perusahaan dan permintaan pasar, dan juga tepat waktu sesuai dengan kebutuhan. Untuk penguasaan terhadap budidaya karet dengan bobot 0,08, faktor ini cukup penting, dikarenakan para pekerja ataupun petani harus mengerti dan
menguasai bagaimana budidaya karet dimulai dari pengolahan tanah sampai proses pemanenan. Proses budidaya harus dilakukan dengan tepat agar hasil produksi dari
tanaman karet menjadi bagus dan memiliki kualitas yang sesuai dengan yang diinginkan,. Faktor peningkatan kinerja pelayanan, variasi produk, kebijakan harga, program pengembangan, penerapan teknik dan budidaya memiliki bobot sebesar 0,07.Salah satu
aspek penting dalam menjalankan usaha atau bisnis adalah pelayanan terhadap konsumen, untuk itu kinerja pelayanan harus selalu ditingkatkan agar konsumen selalu merasa puas
dan terus bermitra dengan perusahaan. Banyaknya variasi produk yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan berpengaruh terhadap luasnya cakupan konsumen untuk bekerja sama dengan perusahaan, semakin bervariasi produk yang dihasilkan maka semakin
banyak juga konsumen yang didapat. Suatu perusahaan yang ingin usahanya terus berjalan dengan baik, harus memilki suatu kebijakan harga yang tepat, dimana suatu kebijakan
harga berfungsi untuk menentukan harga dasar suatu produk yang dijual yang dibandingkan dengan harga pasar, agar harga produk yang dijual tetap bisa bersaing di pasar dan perusahaan mendapatkan keuntungan sesuai yang diinginan. Hal yang harus di
perhatikan suatu perusahaan adalah membuat program-program pengembangan agar terjadi peningkatan kinerja dalam perusahaan tesebeut.Program pengembangan yang
dijalankan harus di sesuaikan dengan perkembangan pasar yang terjadi.Dengan terus berkembangnya teknologi yang ada, perusahaan perkebunanjuga harus mengembangkan teknologi yang dimilikinya, khususnya dalam teknik dan budidaya.Hal ini bertujuan agar
pendukung dan infrastruktur, dan serangan HPT memiliki bobot sebesar 0,06. Pelatihan
pekerja ataupun karyawan merupakan faktor yang cukup penting, dikarenakan, agak perusahaan memiliki pekerja yang berkompeten.Memiliki pekerja yang berkompeten adalah faktor utama bagi perusahaan agar bisa mencapai tujuan perusahaan dengan resiko
yang minim. Aspek sarana pendukung dan infratruktur berhubungan dengan hasil produksi yang dihasilkan, oleh karena itu perusahaan yang memilki sarana pendukung dan
infrastruktur yang baik maka akan mendukung kinerja karyawan dalam proses pengelolaan produk yang akan dihasilkan. Faktor serangan hama dan penyakit tumbuhan adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dengan baik, karena faktor ini dapat mempengaruhi hasil
produksi tanaman. Langkah-langkah pengendalian serangan hama dan penyakit yang tepat, maka akan meminimalisir serangan hama dan penyakit tanaman.Faktor luas lahan
memiliki bobot sebesar 0,05. Dalam suatu perusahaan perkebunan, faktor luas lahan merupakan suatu faktor yang berpengaruh terhadap jumlah hasil produksi. Semakin luas lahan yang dimiliki suatu perusahaan perkebunan maka volume hasil panen yang di
hasilkan akan semakin tinggi. Faktor lama usaha memiliki bobot sebesar 0,04. Semakin lama suatu usaha beroperasi maka perusahaan tersebut dapat mengetahaui langkah-langkah
yang tepat dalam pencepaian target, penanggulangan resiko dalam pencapaian tujuan perusahaan.
[image:50.595.91.480.614.722.2]Perhitungan bobot faktor eksternal peningkatan produksi karet dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Tabel EFAS
No Faktor – Faktor Eksternal Bobot
1 Harga 0.16
2 Kemitraan 0.14
3 Ketersediaan Pasokan 0.20
4 Persaingan 0.20
5 Permintaan Produk 0.19
6 Jarak Pabrik ke Gudang (Jarak Aliran Barang) 0.10
Tabel 16 menunjukan faktor ketersediaan pasokan dan persaingan memiliki bobot yang
tertinggi sebesar 0,20. Faktor ketersediaan pasokan merupakan hal yang penting bagi perusahaan dalam pemenuhan permintaan produk, tanpa ketersediaan pasokan, proses distribusi barang ke pembeli tidak berjalan lancar. Faktor persaingan juga merupakan salah
satu faktor penting, dikarenakan bila perusahaan yang ingin bisnis atau usahanya tetap berlanjut maka perusahaan tersebut harus mengikuti persaingan yang ada. Faktor
permintaan produk memiliki bobot sebesar 0,19, Faktor permintaan produk adalah salah satu hal yang menjadikan perusahaan dapat menjalankan operasional usahaanya. Banyaknya permintaan produk akan berhubungan dengan banyaknya produk yang
dihasilkan sehingga semakin banyaknya produk yang diproduksi akan membuat perusahaan itu berkembang. Faktor harga memiliki bobot sebesar 0,16, Faktor harga satu
hal yang menjadi penentu yang rentan. Setiap perusahaan harus menyesuaikan harga setiap produk yang diualnya dengan harga yang berlaku di pasar. Penentuan harga jual juga di pengaruhi oleh biaya produksi, maka biaya-biaya produksi juga harus seefisien
mungkin agar harga jual produk tetap bisa memberikan keuntungan dan juga bisa bersaing di pasar. Faktor kemitraan memiliki bobot sebesar 0,14. Kemitraan dalam suatu
perusahaan harus dijalin dengan berbagai perusahaan yang berhubungan dengan produk yang dijual oleh perusahaan tersebut. Kemitraan juga berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan, karena apabila suatu perusahaan menjalin kemitraan dengan banyak
perusahaan lain , maka perusahaan tersebut akan berkembang secara pesat. Faktor jarak pabrik ke gudang (jarak aliran barang) memiliki bobot sebesar 0,10. Jarak pabrik ke
gudang (jarak aliran barang) menentukan kualitas barang yang dialirkan ke tangan pembeli. Jarak pabrik harus disesuaikan dengan ciri barang yang di produksi. Jarak berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, jika semakin jauh maka
5.2.3 Penentuan Strategi Peningkatan Produksi Karet Tabel 17. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal
Faktor Internal
Bobot Skor Skor Terbobot 1 Kekuatan
A Kualitas Produk 0,11 3 0,33
B Produk Jadi 0,10 4 0,4
C Penguasaan terhadap budidaya karet