PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN PADA KEGIATAN
WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
SKRIPSI
Oleh :
Melyana Anggraini 061201022 / Manajemen Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
MELYANA ANGGRAINI : Penilaian Kualitas Lingkungan pada Kegiatan Wisata Alam di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan SITI LATIFAH
Kegiatan kepariwisataaan alam selain menimbulkan dampak positif juga dapat menyebabkan dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Kawasan Ekowisata Tangkahan, Kabupaten Langkat pada November 2010-Januari 2011 dengan menganalisis kualitas air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan serta sampah padat yang berada pada jalur trekking dan kawasan sepanjang kedua sungai, dimulai dari Pantai Kupu-kupu, muara hingga di tepi Sungai Batang Serangan. Parameter yang diuji untuk kualitas air adalah suhu, pH, BOD, COD, TSS dan TDS, sedangkan sampah padat dengan membaginya atas sampah organik dan sampah anorganik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air untuk keenam parameter dari kedua sungai tersebut masih sesuai dengan baku mutu berdasarkan PP No 82 tahun 2001. Kawasan sepanjang sungai merupakan areal yang memiliki jumlah sampah organik dan anorganik terbanyak bila dibandingkan dengan jalur trekking lainnya. Sampah anorganik adalah jenis sampah terbanyak yang ditemukan di kawasan penelitian.
ABSTRACT
MELYANA ANGGRAINI : Environmental Quality Assessment of Nature Tourism Activities in the Area of Ecotourism Tangkahan. Under the supervision of PINDI PATANA and SITI LATIFAH
Activities other than natural tourism positive impact can also cause negative impacts of environmental degradation. Therefore, a research had been conducted at the Area of Ecotourism Tangkahan, Langkat in Novmber 2010 – January 2011 by analyzing the water quality of Buluh River and Batang Serangan River, as well as solid waste found in the route for trekking and the area along the Butterfly Coast, the estuary to the Batang Serangan River attack. The water quality parameters analysed, i.e. temperature, pH, BOD, COD, TSS and TDS, while the share of solid waste with organic waste and inorganic waste.
The results showed that the water quality for the sixth parameters of the two rivers ard still in accordance with the standard of quality based on PP No 82 tahun 2001. The area along the river is an area that has a number of organic and inorganic waste when compared with most other trekking route. Inorganic waste ever found in the area of research.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kupang pada tanggal 04 Mei 1988 dari ayah T. Purba, SE dan ibu R. Kembaren. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2006, penulis lulus dari SMA Negeri 4 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva, sebagai asisten praktikum Geodesi dan Kartografi pada tahun ajaran 2007/2008. Penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen (UKM KMK) USU.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Penilaian Kualitas Lingkungan pada Kegiatan Wisata Alam di Kawasan Ekowisata Tangkahan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua yang terus memberi dukungan moril maupun materil kepada penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada komisi pembimbing yaitu Pindi Patana, S.Hut, M.Sc dan Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D yang telah banyak memberi masukan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian penelitian ini, dan juga kepada para rekan-rekan yang telah membantu penulis dengan tulus ikhlas untuk menyelesaikan hasil penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih terdapat kekurangan. Menyadari hal itu, maka penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2011
DAFTAR ISI
Metode Indeks Pencemaran... 10
Sampah Padat ... 11
Pembagian Sampah Padat ... 11
Karakteristik Sampah ... 12
Kawasan Ekowisata Tangkahan (KET) ... 12
Dampak Kegiatan Wisata Alam ... 14
Regresi Linier Sederhana ... 15
Sistem Informasi Geografis ... 16
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 17
Bahan dan Alat ... 18
Pengumpulan Data ... 18
Lokasi Pengambilan Sampel ... 19
Biochemical Oxygen Demand (BOD) ... 26
Chemical Oxygen Demand (COD) ... 26
Padatan tersuspensi (TSS) ... 27
Padatan terlarut total (TDS) ... 28
Kualitas Air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan ... 28
Analisis Sampah ... 29
Perilaku Pengunjung dalam Pembuangan Sampah... 35
Penanganan Sampah oleh Pihak Pengelola ... 36
Model Penduga Jumlah Sampah... 38
Family trek ... 38
Youth trek ... 39
Adventure trek ... 40
Kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan ... 41
Uji Beda Rata-rata ... 42
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44
Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
DAFTAR TABEL
No. Hlm.
1. Koordinat sampel air ... 24
2. Hasil analisis laboratorium kualitas air ... 24
3. Status mutu (kualitas) air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan. 29 4. Jumlah sampah organik dan anorganik di KET ... 30
5. Rekapitulasi sampah organik dan anorganik ... 31
6. Jumlah sampah untuk setiap jenisnya ... 32
7. Perilaku pengunjung... 35
DAFTAR GAMBAR
No. Hlm.
1. Peta jalur trekking di kawasan ekowisata Tangkahan ... 17
2. Peta sebaran sampah di jalur Family trek ... 33
3. Peta sebaran sampah di jalur Youth trek ... 33
4. Peta sebaran sampah di jalur Adventure trek ... 34
5. Peta sebaran sampah di kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan ... 34
6. Sebaran data pada jalur Family trek ... 39
7. Sebaran data pada jalur Youth trek ... 40
8. Sebaran data pada jalur Adventure trek ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hlm.
1. Perhitungan status mutu air hulu Sungai Buluh ... 48
2. Perhitungan status mutu air hulu Sungai Batang Serangan ... 49
3. Perhitungan status mutu air muara ... 50
4. Perhitungan status mutu air hilir ... 51
5. Hasil pemeriksaan kualitas air ... 52
6. Output SPSS Family trek ... 53
7. Output SPSS Youth trek ... 54
8. Output SPSS Adventure trek... 55
9. Output SPSS kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan ... 56
10.Hasil perhitungan beda rata-rata ... 57
11.Kuisioner ... 58
12.Tabulasi kuisioner ... 62
13.Data jumlah pengunjung KET ... 65
14.Titik sebaran sampah pada jalur Family trek... 67
15.Titik sebaran sampah pada jalur Youth trek ... 69
16.Titik sebaran sampah pada jalur Adventure trek ... 71
17.Titik sebaran sampah pada kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan ... 74
18.Potensi KET ... 76
19.Gambar sampel air dan sampah serta aktifitas penelitian ... 77
ABSTRAK
MELYANA ANGGRAINI : Penilaian Kualitas Lingkungan pada Kegiatan Wisata Alam di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan SITI LATIFAH
Kegiatan kepariwisataaan alam selain menimbulkan dampak positif juga dapat menyebabkan dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Kawasan Ekowisata Tangkahan, Kabupaten Langkat pada November 2010-Januari 2011 dengan menganalisis kualitas air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan serta sampah padat yang berada pada jalur trekking dan kawasan sepanjang kedua sungai, dimulai dari Pantai Kupu-kupu, muara hingga di tepi Sungai Batang Serangan. Parameter yang diuji untuk kualitas air adalah suhu, pH, BOD, COD, TSS dan TDS, sedangkan sampah padat dengan membaginya atas sampah organik dan sampah anorganik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air untuk keenam parameter dari kedua sungai tersebut masih sesuai dengan baku mutu berdasarkan PP No 82 tahun 2001. Kawasan sepanjang sungai merupakan areal yang memiliki jumlah sampah organik dan anorganik terbanyak bila dibandingkan dengan jalur trekking lainnya. Sampah anorganik adalah jenis sampah terbanyak yang ditemukan di kawasan penelitian.
ABSTRACT
MELYANA ANGGRAINI : Environmental Quality Assessment of Nature Tourism Activities in the Area of Ecotourism Tangkahan. Under the supervision of PINDI PATANA and SITI LATIFAH
Activities other than natural tourism positive impact can also cause negative impacts of environmental degradation. Therefore, a research had been conducted at the Area of Ecotourism Tangkahan, Langkat in Novmber 2010 – January 2011 by analyzing the water quality of Buluh River and Batang Serangan River, as well as solid waste found in the route for trekking and the area along the Butterfly Coast, the estuary to the Batang Serangan River attack. The water quality parameters analysed, i.e. temperature, pH, BOD, COD, TSS and TDS, while the share of solid waste with organic waste and inorganic waste.
The results showed that the water quality for the sixth parameters of the two rivers ard still in accordance with the standard of quality based on PP No 82 tahun 2001. The area along the river is an area that has a number of organic and inorganic waste when compared with most other trekking route. Inorganic waste ever found in the area of research.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pariwisata adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan melakukan perjalanan (travel) (Kodhyat, 1996). Berdasarkan hal itu maka perjalanan yang dikategorikan sebagai kegiatan wisata dapat dirumuskan sebagai perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan mendapatkan “upah“ (Hunziker dan Krapf dalam Kodhyat, 1996).
Potensi alam juga menjadi daya tarik tersendiri dalam kegiatan wisata, termasuk di dalamnya adalah alam fisik, fauna dan floranya. Banyak wisatawan tertarik oleh kegiatan yang dapat dilakukan di alam terbuka sambil mencari ketenangan di tengah alam yang iklimnya nyaman, suasananya tenteram, pemandangannya indah dan terbuka luas (Soekadijo, 1997). Keadaan seperti ini tentunya didukung dengan adanya lingkungan yang terjaga kealamiannya.
Menurut hukum permintaan wisata, kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari suguhan-suguhan alamiah. Dengan demikian, pemeliharaan terhadap kualitas lingkungan menjadi syarat mutlak bagi daya tahan terhadap kompetisi pemilihan tujuan wisata oleh wisatawan. Jika kualitas suatu daerah tujuan wisata menurun, maka tempat tersebut cenderung diabaikan (Mihalic, 2000 dalam Hakim, 2004).
Salah satu kawasan wisata yang sedang berkembang saat ini adalah kawasan ekowisata Tangkahan (KET). Keberadaan kawasan wisata Tangkahan saat ini sudah banyak dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Potensi akan keanekaragaman hayati dan non hayati yang tinggi, dengan keindahan panorama alamnya yang sangat khas adalah andalan utama yang ditawarkan oleh daerah tujuan wisata ini.
Pertambahan jumlah kunjungan lokal maupun mancanegara yang cukup pesat setiap tahunnya di kawasan ini tentunya memberikan peranan dalam daya tampung lingkungan dengan jumlah pengunjung. Jumlah kunjungan lokal di tahun 2003 sebesar 2.243 orang kemudian meningkat menjadi 20.000 orang di tahun 2009 menunjukkan pertambahan yang besar. Kenaikan jumlah pengunjung ini tentunya harus diiringi dengan kesiapan pengurus dalam mengelola kawasan untuk meminimalkan setiap perubahan yang mungkin terjadi.
menganalisis jumlah sampah pada tiga jalur trekking yang berada pada kawasan hutan Tangkahan serta kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan di kawasan ekowisata Tangkahan berdasarkan kualitas air dan sampah padat.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan data penyebaran sampah yang terdapat di sepanjang jalur
trekking kawasan ekowisata Tangkahan.
2. Memberikan data tentang kualitas air pada Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan di kawasan ekowisata Tangkahan.
3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pengelolaan kawasan ekowisata Tangkahan oleh pihak yang berwenang.
Perumusan Masalah
1. Sejauh mana kegiatan ekowisata berdampak pada kualitas lingkungan kawasan ekowisata Tangkahan?
2. Bagaimana kualitas air di Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan kawasan ekowisata Tangkahan?
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Lingkungan
Menurut Mihalic (2000) dalam Hakim (2004), kualitas lingkungan meliputi kualitas bentang alam atau pemandangan alamiah, yang kualitasnya dapat menurun karena aktivitas manusia. Keindahan dan kenyamanan daerah tujuan wisata, seperti keindahan pemandangan alam, struktur hidrologi alamiah seperti air terjun dan sungai, air bersih, udara segar, dan keanekaragaman spesies, kualitasnya bisa memburuk karena aktivitas manusia, tidak terkecuali aktivitas wisata itu sendiri.
Kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari industri wisata. Bagi pengembang dan penyelenggara kegiatan wisata, kualitas lingkungan harus mendapat perhatian utama. Wisata adalah industri yang terkait dengan tujuan wisata (tourism destination) dengan karakter-karakter keindahan, keseimbangan, natural, kesehatan dan kualitas lingkungan yang terjamin (Hakim, 2004).
Lingkungan suatu destinasi (DTW = Daerah Tujuan Wisata) adalah faktor penentu gerak orang dari suatu tempat ke tempat lain. Konsep konservasi sekarang lebih daripada melindungi sumber daya alam, tetapi juga penggunaannya secara rasional dari sumber daya alam. Dalam pengembangan pariwisata preservasi dari integrasi lingkungan dari pemandangan indah alami dan buatan, jenis liar dan komunitas-komunitas alami khususnya adalah penting agar supaya dipertahankan sebagai atraksi wisata (Hadinoto, 1996).
dan banjir akan menyebabkan perubahan kualitas lingkungan. Daya lenting lingkungan adalah kemampuan lingkungan itu untuk memulihkan diri secara alamiah. Misalnya pencemaran ringan suatu perairan oleh bahan organik dengan jumlah terbatas tidak akan menimbulkan masalah karena perairan ini mampu memulihkan kualitasnya secara alamiah (Manik, 2009).
Kegiatan Wisata Alam
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan rekreasi (Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990). Pengaturan pengusahaan pariwisata alam berprinsip kepada pembangunan dan pengembangan yang berwawasan lingkungan atau ramah terhadap lingkungan, yaitu dengan ketentuan bahwa pemanfaatan hanya terbatas pada zona pemanfaatan di dalam Taman Nasional atau blok pemanfaatan Taman Wisata Alam dan Tahura serta pemanfaatan terbatas pada kawasan konservasi lainnya. Dengan mengklasifikasikan seperti di atas maka diharapkan akan dapat menghindari dan memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan alam (Suwantoro, 1997).
Tangkahan merupakan daerah penyangga pada kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Bukit Barisan (TNGLBB). Kegiatan atau aktivitas pengunjung yang dapat dilakukan di dalam kawasan penyangga adalah penelitian, pariwisata, sosial budaya, pendidikan dan latihan. Penelitian adalah aktivitas dalam suatu usaha pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk tujuan konservasi. Adapun kegiatan pariwisata terutama ditujukan kepada wisata alam. Sosial budaya adalah aktivitas pengunjung dalam usaha memenuhi adat-istiadat ataupun keagamaan seperti ziarah. Pendidikan dan pelatihan adalah aktivitas pengunjung yang ditujukan pada upaya menumbuhkan dan mengembangkan agar pengunjung mengenal dan mengetahui alam dan lingkungannya (Peraturan Pemerintah No. 68, 1998).
Kualitas Air
Klasifikasi mutu air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 dalam Manik (2009) ditetapkan menjadi empat kelas, yaitu :
1. Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaran/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Masing-masing kelas air mempunyai kriteria sendiri, yaitu parameter mutu (kualitas) air untuk kelas satu, dua, tiga, dan empat. Suatu badan air dapat diketahui kualitas airnya (tercemar atau tidak) melalui analisis contoh air di laboratorium dan membandingkannya dengan kriteria mutu air dari setiap kelas air (Manik, 2009).
Persyaratan Fisik untuk Air
Beberapa karakteristik atau indikator kualitas air yang disarankan untuk dikaji dalam analisis pemanfaatan sumber daya air adalah :
1. Suhu air. Jenis, jumlah dan keberadaan flora dan fauna akuatis seringkali berubah dengan adanya perubahan suhu air, terutama oleh adanya kenaikan suhu di dalam air. Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi dan pada gilirannya memerlukan lebih banyak oksigen di dalam perairan tersebut (Asdak, 2007).
3. TDS (Total Dissolved Solid) adalah jumlah padatan terlarut (mg) dalam satu liter air. Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air dan mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Makin tinggi nilai TDS, makin berat tingkat pencemaran perairan (Manik, 2009).
Persyaratan Kimia untuk Air
Berdasarkan PP No 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, parameter kimia dalam pengujian kualitas air yaitu :
1. pH air. pH air biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran
dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji. Pada aliran air (sungai) alamiah, pembentukan pH dalam aliran air tersebut sangat ditentukan oleh reaksi karbon dioksida. Besarnya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator adanya keseimbangan unsur-unsur kimia. Air yang pH-nya tinggi umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi (Manik, 2009). 2. Gas terurai. Keberadaan dan besar atau kecilnya muatan oksigen di dalam air
dapat dijadikan indikator ada atau tidaknya “pencemaran” di suatu perairan, dan oleh karenanya, pengukuran besarnya Biochemical Oxygen Demand
(BOD) dan/atau Chemical Oxygen Demand (COD) perlu dilakukan untuk
jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi (Wardhana, 2004).
Pencemaran Air
Masuknya bahan yang tidak diinginkan ke dalam air (oleh kegiatan manusia dan atau secara alami) yang mengakibatkan turunnya kualitas air tersebut sehingga tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya disebut dengan pencemaran air. Pencemaran air tidak hanya menimbulkan dampak negatif terhadap makhluk hidup, tetapi juga mengakibatkan “gangguan” secara estetika. Bahan pencemar yang masuk ke suatu perairan biasanya merupakan limbah suatu aktivitas (Manik, 2009).
Menurut Wardhana (2004), berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Komponen pencemar air tersebut dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bahan buangan padat
Bahan buangan padat yang dimaksudkan di sini adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar (butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil).
2. Bahan buangan organik
buangan yang termasuk ke dalam kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat menaikkan populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya populasi mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup kemungkinannya untuk berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia.
3. Bahan buangan anorganik
4. Bahan buangan olahan bahan makanan 5. Bahan buangan cairan berminyak 6. Bahan buangan zat kimia
7. Bahan buangan berupa panas
Metode Indeks Pencemaran
Sumitomo dan Nemerow (1970), Universitas Texas, A.S., dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (2003) mengusulkan suatu indeks yang berkaitan dengan senyawa pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukan. Indeks ini dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran (Pollution Index) yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai.
berbagai kelompok parameter kualitas yang independent dan bermakna (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, 2003).
Sampah Padat
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya, berasal dari suatu aktivitas dan bersifat padat (Chandra, 2006).
Makin meningkatnya kunjungan kepariwisataan di suatu daerah, makin besar pula bahaya pencemaran. Pencemaran yang paling nampak ialah oleh sampah padat. Meningkatnya jumlah wisatawan akan membawa peningkatan pula pada jumlah sampah yang diproduksi antara lain sampah bungkus makanan, sisa-sisa makanan dan bungkus film yang berupa kertas, plastik, daun pisang, tongkol dan kulit buah-buahan (Soemarwoto, 1983).
Pembagian Sampah Padat
Sampah padat dalam Chandra (2006) dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut :
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya yaitu sampah organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur dan buah serta sampah anorganik, misalnya logam, pecah-belah, dan abu.
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk yaitu mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya serta sampah yang sulit membusuk, misalnya plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.
Karakteristik Sampah
Mukono (1999) menyatakan bahwa karakteristik sampah dapat dibedakan menjadi :
1. Garbage, merupakan jenis sampah yang terdiri dari sisa potongan hewan atau
sayur-sayuran yang berasal dari proses pengolahan, persiapan, pembuatan, dan penyediaan makanan yang sebagian besar terdiri dari bahan yang mudah membusuk, lembab dan mengandung sejumlah air.
2. Rubbish, merupakan sampah yang mudah atau susah terbakar. Sampah yang
mudah terbakar umumnya terdiri dari zat organik, seperti kertas, sobekan kain, kayu, plastik, dll. Sedangkan sampah yang sukar terbakar sebagian besar berupa zat anorganik seperti logam, kaleng dan gelas.
3. Ashes (abu), merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar.
4. Dead animal (bangkai binatang), yaitu bangkai binatang yang mati karena
bencana alam atau penyakit
Kawasan Ekowisata Tangkahan (KET)
LPT (2006) menerangkan bahwa secara umum cakupan wilayah
pengembangan kawasan ekowisata Tangkahan meliputi wilayah administratif desa Namo Sialang dan desa Sungai Serdang dengan perincian sebagai berikut :
jiwa (1513 KK) dengan tingkat kepadatan penduduk 31 jiwa/km2
- Desa Sungai Serdang : luas 149,90 km2 (14.990 ha), jumlah penduduk 3.327 jiwa (840 KK) dengan tingkat kepadatan penduduk 22 jiwa/km2 dengan tingkatan pertumbuhan penduduk 1,5%-2 % dengan rata-rata 6-7 jiwa/KK dimana di dalam luasan 2 desa administratif desa seluas 29.790 Ha tersebut terdapat:
a) Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan resort BB-TNGL (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser) Tangkahan seluas 17.500 Ha.
b) Wilayah Hak Guna Usaha (HGU) PTPN II Kebun Kuala Sawit seluas 6.752,70 Ha.
Letak kawasan ekowisata Tangkahan sendiri terletak pada koordinat 03˚37΄45” – 03˚44΄45˝ LU s.d 098˚00΄00˝ - 098˚06΄45˝ BT dan berada pada wilayah Resort Tangkahan dan sebagian masuk dalam wilayah Resort Cinta Raja, bagian Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah administratif Kabupaten Langkat (LPT, 2006).
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, kawasan ekowisata Tangkahan berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi (45⁰ – 900). Suhu udara rata-rata di kawasan ini antara 21,10C – 27,50C dengan kelembaban udara berkisar antara 80 – 100%. Musim hujan di daerah ini berlangsung merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti. Curah hujan rata-rata 200–320 mm pertahun (LPT, 2006).
Tangkahan pada pada jam – jam tertentu dengan biaya Rp. 15.000. Akan tetapi transportasi menuju ke lokasi Tangkahan dapat ditempuh dengan ojek maupun mobil charteran setiap setengan jam dengan menggunakan bus tersebut apabila hanya sampai lokasi simpang Namu Unggas (8 kilometer sebelum Tangkahan).
Dampak Kegiatan Wisata Alam
Menurut Fandeli (1995) perkembangan sektor wisata alam yang sangat pesat telah banyak memberikan dampak positif dan dampak negatif. Pada umumnya dampak positif terjadi pada komponen sosial ekonomi, sedangkan dampak negatif pada umumnya terjadi pada komponen sosial budaya dan komponen lingkungan fisik dan biotis.
tersebut terakumulasi di lingkungan tanpa dapat diuraikan (Nebel and Wright, 2000 dalam Hakim, 2004).
Selain itu dampak terhadap hidupan liar juga memberikan pengaruh-pengaruh negatif, seperti (1) pengambilan secara illegal terhadap satwa dan kematian satwa, (2) pembersihan habitat, (3) perubahan komposisi tumbuhan, (4) mengurangi produktivitas tumbuhan, (5) mengubah struktur tumbuhan, (6) polusi, (7) emigrasi satwa, (8) mengurangi daya reproduksi satwa, (9) habituasi, (10) munculnya perilaku stereotip, (11) penyimpangan pola makan satwa, (12) penyimpangan perilaku sosial, (13) meningkatnya predasi, (14) modifikasi pola-pola aktivitas, dan (15) mengubah struktur komunitas (Reynolds dan Braithwaite, 2001 dalam Hakim, 2004).
Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi menurut Hartono (2008) digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linier sederhana terdiri dari satu variabel dependent dan satu variabel independent. Persamaan regresinya adalah :
Y = a + bX
dimana :
Y = variabel dependent (variabel terikat/dipengaruhi) X = variabel independent (variabel bebas/memengaruhi) a = Konstanta regresi
Keselarasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai r2. Semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1, maka model regresi semakin baik. Jika nilai r2 sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya, jika r2 sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X dan Y (Sarwono, 2008).
Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem basis data yang bersifat spasial dan memberikan kemudahan bagi pengguna maupun pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan yang akan diambil. Hal ini dimungkinkan karena kemampuan SIG untuk memproses dan menganalisis data dengan cepat, dan dapat dipresentasikan dalam format geografis (Awalin dan Bangun, 2003).
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di kawasan ekowisata Tangkahan Kab. Langkat yang meliputi Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan serta jalur trekking yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser resort Tangkahan, sedangkan analisis sampel air dilaksanakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan USU, Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010 s.d Januari 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air, label, sampel sampah padat, lembar kuisioner, tally sheet dan peta kawasan penelitian. Sedangkan alat yang digunakan adalah botol plastik, pHmeter, thermometer, alat tulis, kamera, timbangan, kantongan plastik, peralatan pendukung lainnya, GPS, software SPSS 16.0 serta perangkat lunak GIS.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang langsung diperoleh di lapangan maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Data primer yang langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, pH, jumlah dan titik sampah di setiap jalur pengamatan serta hasil kuisioner terhadap pengunjung. Data sifat fisik air yang diamati adalah suhu air, TSS (Padatan Teruspensi atau Total Suspended Solid) dan TDS (Padatan Terlarut atau Total
Dissolved Solid) serta sifat kimia air yang diamati yaitu pH, BOD (Biochemical
Oxygen Demand); dan COD (Chemical Oxygen Demand), dimana hasilnya
diperoleh dari laboratorium Puslit USU.
Lokasi Pengambilan Sampel
1. Pengujian kualitas air
Lokasi pengambilan sampel air sungai menurut Hadi (2007) dilakukan pada :
1. Lokasi 1 : Lokasi pengambilan sampel air sungai diambil pada daerah hulu atau sumber air alamiah, yaitu lokasi yang belum tercemar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas awal air sungai.
2. Lokasi 2 : Lokasi pengambilan sampel air sungai diambil pada daerah yang potensial terkontaminasi. Pengambilan sampel dilakukan di daerah muara sungai yang menjadi tempat pertemuan aliran dua sungai tersebut. 3. Lokasi 3 : Lokasi pengambilan sampel air sungai diambil pada daerah hilir. Tujuannya untuk mengetahui kualitas air sungai secara keseluruhan. Apabila data hasil pengujian di daerah hilir dibandingkan dengan data untuk daerah hulu, evaluasi tersebut dapat menjadi bahan kebijakan pengelolaan air sungai secara terpadu.
2. Sampah
Lokasi pengambilan sampel sampah dilakukan pada sepanjang jalur
trekking (3 jalur) dengan membagi panjang pengamatan setiap 100 m dan lebar
Prosedur Kerja
1. Pengujian kualitas air
Pengambilan sampel air menggunakan jenis sampel gabungan
(composite sample) dengan prosedur sebagai berikut (Hadi,2007) :
1. Persiapan alat pengambilan sampel. 2. Pembilasan alat dengan sampel air.
3. Pengambilan sampel air sebanyak 1 liter sebagai bahan analisis, dimana sampel tersebut berasal dari bagian kiri, tengah dan kanan badan sungai dan kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik yang telah diberi label. 4. Pengukuran unsur pH dan suhu.
5. Pemeriksaan sampel air di laboratorium.
2. Sampah
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel sampah padat pada jalur penelitian adalah :
1. Pengumpulan. Setiap sampah yang ditemui di sepanjang jalur pengamatan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kantongan plastik atau karung goni.
2. Pemilahan. Pada tahap ini sampah yang sudah terkumpul kemudian dipisahkan kembali menjadi sampah organik atau anorganik.
3. Pencucian. Pencucian dilakukan untuk memisahkan kotoran yang melekat pada sampah.
Analisis Data
1. Pengujian kualitas air
Parameter yang diperoleh melalui sifat fisik air dan sifat kimia air kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) (Kementerian Lingkungan Hidup, 2006), dimana :
2
) / ( ) /
( 2 2
R
M Ci Lij
Lij Ci
Pij = +
Keterangan :
Pij = Indeks pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi
dari Ci/Lij
Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku
mutu suatu peruntukan air (j)
Ci = Menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh
dari analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari alur sungai
(C1/Lij) M = Nilai Ci/Lij maksimum
(C1/Lij) R = Nilai Ci/Lij rata-rata
dengan evaluasi terhadap nilai PI adalah :
a. 0 – Pij – 1,0 = memenuhi baku mutu b. 1,0 < Pij – 5,0 = cemar ringan
2. Sampah
Data sampah di setiap jalur diolah menggunakan software SPSS 16.0 dengan melakukan uji regresi linier sederhana dengan persamaan regresinya :
Y = a + bX dimana :
Y = Total sampah X = Jumlah pengunjung a = Konstanta regresi b = Intersep
Kemudian data total sampah organik dan anorganik yang diperoleh dari masing-masing jalur diuji dengan menggunakan hipotesis beda dua rata-rata.
3. Pengunjung
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode
purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan
cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Tangkahan dalam waktu satu tahun.
dimana : n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi
e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Air
Analisis badan air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan dilakukan dengan mengambil sampel air di bagian hulu, muara dan hilir. Koordinat untuk masing-masing titik pengambilan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Koordinat sampel air
No Lokasi Koordinat
Ket : 1 = Daerah pertemuan Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan (dekat Visitor Center) 2 = Daerah akhir aliran sungai (Batu Gersing)
Parameter pengamatan yang digunakan dalam penentuan kualitas air di kedua sungai ini terdiri atas enam (6) parameter, yang meliputi pengukuran temperatur, pH, Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS), Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS). Hasil analisis air yang dikeluarkan oleh laboratorium Puslit USU untuk nilai parameter terdapat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil analisis laboratorium kualitas air
Temperatur
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa suhu badan sungai tertinggi terdapat pada daerah muara yang merupakan tempat pertemuan aliran sungai Buluh dan sungai Batang Serangan, yaitu sebesar 19⁰C. Sedangkan suhu terendah dari badan sungai yaitu sebesar 16⁰C yang terdapat pada bagian hulu dari sungai Buluh. Lokasi hulu Sungai Buluh memiliki suhu yang paling rendah dikarenakan aliran sungai ini berasal dari dalam hutan dengan kondisi tutupan tajuk yang rapat. Berbeda dengan lokasi hulu Sungai Buluh, hulu Sungai Batang Serangan memiliki tutupan tajuk yang cukup renggang sehingga suhunya lebih tinggi daripada hulu Sungai Buluh. Sedangkan di bagian muara memiliki suhu tertinggi karena merupakan tempat menyatunya kedua aliran sungai dan terbuka dari tutupan tajuk.
Derajat keasaman (pH)
Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air (Fardiaz, 1992). Berdasarkan pengukuran diperoleh hasil bahwa nilai terbesar untuk parameter BOD terdapat di hilir Sungai Batang Serangan yaitu 0,3534 mg/L, sedangkan nilai BOD terendah terdapat di hulu Sungai Batang Serangan yaitu sebesar 0,1928 mg/L. Nilai BOD dari kedua sungai ini masih sangat memenuhi baku mutu air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 yang menetapkan batas nilai BOD adalah 3 mg/L. Kawasan tersebut dikatakan tercemar apabila nilai BOD yang terdapat pada badan air tersebut > 3 mg/L. Nilai BOD dari kedua sungai yang diperoleh tergolong kecil sehingga menandakan bahwa beban perairan di kedua sungai tidaklah besar.
Chemical Oxygen Demand (COD)
tersebut masih berada pada kondisi memenuhi baku mutu (kondisi baik) karena nilainya < 25 mg/L.
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS)
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen, misalnya tanah liat dan bahan-bahan organik tertentu serta menyebabkan kekeruhan air. Secara kenampakan fisik warna Sungai Batang Serangan lebih keruh dibandingkan dengan Sungai Buluh, yang menandakan bahwa di sungai ini mengandung banyak padatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis laboratorium yang memberikan nilai untuk daerah hilir Sungai Batang Serangan memiliki nilai terbesar untuk pengamatan TSS, yaitu sebesar 38 mg/L dan bagian hulu juga lebih besar nilainya daripada hulu Sungai Buluh yaitu senilai 16 mg/L. Kondisi sungai yang keruh dikarenakan keterlambatan arus dari daerah hulu sungai sendiri yang berasal dari daerah rawan erosi berdasarkan bekas terjadinya penebangan liar atau illegal loging. Selain itu sungai ini juga memiliki tingkat lumpur, tanah dan pasir yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sungai Buluh.
bawah atau < 50 mg/L sehingga kadar TSS untuk sungai Buluh dan sungai Batang Serangan masih di bawah baku mutu, yang menandakan bahwa kondisi badan air masih dalam keadaan baik.
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS)
TDS adalah jumlah padatan terlarut yang terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air dan mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 menyatakan bahwa untuk perairan alami standar nilai TDS yang berlaku adalah 1000 mg/L. Nilai TDS terbesar terdapat pada daerah muara sungai yang merupakan tempat pertemuan aliran kedua sungai tersebut sebesar 280 mg/L, dan nilai terkecil terdapat pada daerah hulu Sungai Batang Serangan yaitu sebesar 166 mg/L. Berdasarkan hasil tersebut maka untuk sungai Buluh dan sungai Batang Serangan nilai TDS-nya masih berada di bawah baku mutu, yang berarti bahwa kondisi sungai berdasarkan parameter TDS masih dalam keadaan baik.
Kualitas Air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan
gabungan Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan. Nilai Indeks Pencemaran (IP) pada setiap lokasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Status mutu (kualitas) air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan
No Lokasi Nilai IP Keterangan
1 Hulu Sungai Buluh 0,51 memenuhi baku mutu
2 Hulu Sungai Batang Serangan 0,50 memenuhi baku mutu
3 Muara 0,66 memenuhi baku mutu
4 Hilir 0,88 memenuhi baku mutu
*Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran
Daerah hilir sebagai daerah terakhir aliran kedua sungai tentunya menjadi bagian yang menampung semua padatan ataupun bahan-bahan lainnya yang berasal dari hulu kedua sungai. Selain padatan yang berasal dari alam, daerah ini juga menampung buangan akhir yang berasal dari tempat penginapan yang ada di seputaran kawasan Ekowisata Tangkahan. Selain itu juga pemanfaatan di daerah hilir oleh masyarakat untuk melayani keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan sebagainya tentunya juga ikut andil dalam peningkatan beberapa nilai parameter pengukuran analisis air.
Analisis Sampah
Analisis sampah organik dan anorganik dilakukan di sepanjang jalur
trekking yang berada di kawasan ekowisata Tangkahan. Jalur trekking yang
Tabel 4. Jumlah sampah organik dan anorganik di KET
Pgmpln ke1
Tgl2 Family trek Youth trek Tgl Adventure trek Tgl Kaw. Sepanjang sungai Organik Anorganik JP3 Organik Anorganik JP Organik Anorganik JP Organik Anorganik JP 1 10/11 21,2 357,0 4 35,6 210,8 2 11/11 195,5 214,9 5 12/11 875,5 838,0 35
= Tanggal pengumpulan
3
Waktu pengumpulan sampah yang dilakukan selama 20 kali atau selama 60 hari menunjukkan bahwa untuk kawasan jalur trekking, jalur Adventure trek memiliki jumlah sampah organik dan anorganik terbesar bila dibandingkan dengan dua jalur lainnya. Total sampah organik adalah 2.375,8 gram dan sampah anorganik 12.032 gram. Selain karena jumlah pengunjung yang lebih banyak dari jalur lainnya, faktor jarak tempuh juga memegang peranan dalam buangan sampah. Jarak yang cukup jauh mengharuskan pengunjung untuk membawa perbekalan lebih banyak, yang berpotensi menghasilkan sampah. Kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan yang berada di luar jalur
trekking juga merupakan tempat dengan konsentrasi sampah yang cukup besar.
Hal ini dikarenakan kawasan sungai menjadi pintu awal dimana pengunjung melakukan aktivitas.
Total buangan sampah di jalur trekking dan kawasan sepanjang sungai secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi sampah organik dan anorganik
Jalur Sampah Organik
(gr)
Sampah Anorganik
(gr)
Family trek 1.729,6 7.189,9
Youth trek 669,2 4.245,7
Adventure trek 2.375,8 12.032,0
Kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan
35.619,1 71.603,7
Total sampah (gr) 40.393,7 94.945,8
Total sampah (kg) 40,4 94,9
organik lebih mudah didegradasi dan menyatu kembali dengan lingkungan alam. Tetapi pada kenyataan yang dijumpai di lapangan jumlah sampah anorganik lebih banyak daripada sampah organik.
Perincian besar nilai sampah organik dan anorganik berdasarkan jenisnya pada kawasan penelitian selanjutnya ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah sampah untuk setiap jenisnya
Jalur Ket : * Sisa nasi, lauk-pauk, bungkus nasi dari daun, makanan ringan, kulit buah-buahan.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampah anorganik jenis plastik mendominasi dari segi jumlah bila dibandingkan dengan sampah anorganik jenis lainnya, yaitu sebesar 37.019 gram atau 37 kg. Setiap aktifitas pengunjung tidak dapat lepas dari plastik, baik itu berupa bungkus rokok, botol minuman mineral, bungkus sampo, makanan ringan, bungkus mie instant, maupun jenis plastik lainnya yang menjadi kebutuhan pengunjung dapat dengan mudah dijumpai sehingga menjadi penyebab meningkatnya keberadaan sampah plastik.
minuman sebagai penambah tenaga disinyalir menjadi alasan sampah kaleng juga cukup banyak ditemukan di daerah jalur trekking.
Peta sebaran sampah pada ketiga jalur trekking dan kawasan sepanjang sungai Buluh dan sungai Batang Serangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Peta sebaran sampah di jalur Family trek
Gambar 4. Peta sebaran sampah di jalur Adventure trek
Perilaku Pengunjung dalam Pembuangan Sampah
Perilaku pengunjung dalam membuang sampah dapat ditunjukkan dari hasil wawancara kepada para pengunjung KET sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perilaku pengunjung
No Perilaku n Persentase
(%)
1 Membuang sembarangan 58 58
2 Membuang di tempat tersembunyi/menghanyutkan ke sungai
24 24
3 Mengantongi sampah hingga menemukan tempat sampah
18 18
Total 100 100
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui perilaku pengunjung wisata dalam membuang sampah di KET masih memprihatinkan. Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara terhadap 100 orang pengunjung yang dijadikan responden. Pengunjung yang sadar dan membuang pada tempatnya sebanyak 18 pengunjung (18%), 58 orang (58%) membuang sampah di sembarang tempat, sedang yang membuang di tempat tersembunyi sebanyak 24 orang (24%). Perilaku pengunjung seperti ini menambah beban lingkungan yang cukup besar.
Keberadaan sampah di dalam kawasan wisata dapat menjadi ancaman bagi daerah wisata tersebut. Keadaan ini juga dapat dilihat pada kawasan wisata alam Sangkima di Taman Nasional Kutai seperti penelitian Sari (2008). Aktifitas pengunjung seperti melakukan kegiatan vandalisme dan membuang sampah sembarangan juga menjadi ancaman pengembangan kawasan tersebut.
terkonsentrasi pada satu lokasi saja memiliki potensi menimbulkan gangguan terhadap kawasan yang berasal dari sampah pengunjung.
Hal di atas berbanding terbalik dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nainggolan (2006) pada kawasan yang sama. Hasil yang diperoleh bahwa sikap pengunjung sangat mendukung usaha pelestarian kawasan yang ditunjukkan dengan patuh membuang sampah pada tempatnya. Wisatawan yang bersedia untuk membuang sampah pada tempatnya berkisar 67,82% dan 32,18% lainnya membuang pada tempat yang tersembunyi atau menghanyutkannya ke sungai. Dengan demikian terdapat penurunan kesadaran pengunjung untuk ikut serta menjaga kebersihan kawasan wisata.
Penanganan Sampah oleh Pihak Pengelola
Sektor pariwisata merupakan bagian integral dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang diharapkan dapat mampu memberikan kontribusi
terhadap laju pembangunan. Arah pembangunan dalam sektor pariwisata di Indonesia
tertuang dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2004 yakni :
mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat
interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis,
ergonomis, sosial budaya, hemat energi, dan melestarikan alam, serta tidak merusak
lingkungan (Suarna, 2008).
jalur trekking, di pinggir pantai Sungai Batang Serangan dan di tempat yang pasti dilewati oleh pengunjung bila akan memasuki kawasan di seberang Sungai Batang Serangan. Selain itu badan pengelola kawasan (LPT) sendiri juga mempunyai program monitoring jalur dimana salah satunya meliputi pembersihan jalur
trekking dan pantai yang dilakukan setiap bulannya.
Penanganan lingkungan melalui pengendalian sampah yang dilakukan oleh pihak pengelola sendiri sebenarnya sudah cukup maju bila dibandingkan dengan pengelola kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Penelitian yang dilakukan oleh Muntasib dan Mulyadi (1997) di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon menunjukkan bahwa tidak adanya tempat sampah yang disediakan di titik-titik kunjungan seperti taman-taman, dekat pantai dan dekat obyek wisata. Selain itu belum adanya kegiatan kebersihan yang terprogram, dan hanya dibersihkan apabila ada tamu saja.
Pengelompokan sampah juga sudah dibagi atas sampah organik dan sampah anorganik, sehingga di setiap titik pengumpulan sampah terdiri dari dua kotak sampah untuk kedua jenis sampah tersebut. Pihak pengelola juga telah menerima bantuan alat kebersihan dari Dinas Pariwisata Tingkat II Kabupaten Langkat berupa tempat sampah berbentuk tong dan kereta sorong/gledekan untuk pengangkutan sampah ke tempat pembuangan sampah besar. Pemilahan sampah sendiri berdasarkan jenisnya merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjadikan sampah lebih bernilai ekonomis dan ekologis.
Dengan kata lain pengelolaan sampah di kawasan ini juga sudah mematuhi peraturan yang dianjurkan oleh pemerintah. Hal ini juga senada dengan pernyataan dari Suarna (2008) yang menyatakan juga bahwa undang-undang tentang pengelolaan sampah telah menegaskan berbagai larangan seperti membuang sampah tidak pada tempat yang ditentukan dan disediakan, membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis, serta melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di TPA.
Model Penduga Jumlah Sampah
Family trek
Berdasarkan perhitungan diperoleh persamaan regresi untuk jalur Family
trek sebagai berikut :
Y = - 355,361 + 222,593 X
Setelah dilakukan pengumpulan data sampah selama 20 kali pengumpulan dan jumlah pengunjung sebanyak 72 orang diperoleh total sampah organik 1,729,6 gram dan sampah anorganik 7.189,9 gram. Dari persamaan regresi diatas dimana Y adalah total sampah organik dan anorganik dan X adalah jumlah pengunjung, diperoleh kesimpulan bahwa bila jumlah pengunjung yang masuk ke dalam jalur Family trek lebih dari atau sama dengan 2 orang maka dapat diasumsikan sampah total yang diperoleh sebesar 89,82 gram.
Berdasarkan uji kenormalan data dapat dilihat bahwa untuk model regresi
Family trek menunjukkan penyebaran data di sekitar garis lurus, yang berarti
Gambar 6. Sebaran data pada jalur Family trek
Youth trek
Persamaan regresi yang diperoleh untuk jalur Youth trek adalah sebagai berikut :
Y = - 89,596 + 191,624 X
Setelah dilakukan pengumpulan data sampah selama 20 kali pengumpulan dan jumlah pengunjung sebanyak 35 orang diperoleh total sampah organik 669,2 gram dan sampah anorganik 4.245,7 gram. Dari persamaan regresi diatas dimana Y adalah total sampah organik dan anorganik dan X adalah jumlah pengunjung, diperoleh kesimpulan bahwa bila jumlah pengunjung yang masuk ke dalam jalur
Youth trek lebih dari atau sama dengan 1 orang maka dapat diasumsikan sampah
total yang diperoleh sebesar 102,028 gram. Sebaran data sampel untuk jalur Youth
trek juga tersebar di sekitar garis lurus dan mengikuti arah garis lurus seperti
Gambar 7. Sebaran data pada jalur Youth trek
Adventure trek
Berdasarkan perhitungan diperoleh persamaan regresi untuk jalur
Adventure trek sebagai berikut :
Y = - 915,932 + 389,601 X
Gambar 8. Sebaran data di jalur Adventure trek
Kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan
Model penduga jumlah sampah pada kawasan kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan yang diperoleh adalah :
Y = 1863,542 + 14,198 X
Gambar 9. Sebaran data di kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan
Uji Beda Rata-rata
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa beda rata-rata antara sampah organik dan sampah anorganik di jalur penelitian adalah seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Kisaran perbedaan sampah organik dan sampah anorganik
No Jalur Pengamatan Kisaran Perbedaan
1 Family trek - 417,72 < (µ1 - µ2) < - 128,30
2 Youth trek - 254,16 < (µ1 - µ2) < - 103,48
3 Adventure trek - 856,81 < (µ1 - µ2) < - 108,80
4 Kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan
- 36957,08 < (µ1 - µ2) < -
35012,11
Adventure trek yang kisarannya antara 108,80 gram sampai 856,81 gram untuk
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kegiatan wisata alam yang dilakukan di kawasan ekowisata Tangkahan pada jalur trekking dan kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan berpotensi menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan dilihat dari sudut estetika berkaitan dengan jumlah sampah yang ditemukan. 2. Kualitas air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan untuk enam parameter
yaitu pH, temperatur, BOD, COD, TSS dan TDS masih memenuhi baku mutu lingkungan berdasarkan PP No 82 Tahun 2001.
3. Kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan merupakan daerah yang memiliki jumlah sampah organik dan anorganik terbanyak bila dibandingkan dengan ketiga jalur trekking lainnya, yaitu 35,6 kg untuk sampah organik dan 71,6 kg untuk sampah anorganik.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Awalin, L.M dan Bangun, M.S. 2003. Pembuatan dan analisa sistem informasi geografis distribusi jaringan listrik. Makara, Teknologi Vol 7.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Damardjati, R.S. 2001. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Fandeli, C. 1995. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Fatihulbar. 2008. Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Kawasan Hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ginting, Y., A.H. Dharmawan, dan S. Sekartjakrarini. 2010. Interaksi komunitas lokal di Taman Nasional Gunung Leuser : Studi kasus Kawasan Ekowisata Tangkahan, Sumatera Utara. Sodality 4:39-58.
Gunarso, P., et. al , 2003. Modul pelatihan dasar-dasar pengelolaan data dan sistem informasi geografis. Malinau Research Forest, Malinau.
Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hadinoto, K. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Bayumedia Publishing. Jawa Timur. Hartono. 2008. SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Hasan, M. I. 2001. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Bumi Aksara. Jakarta.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32. 1990. Pengelolaan Kawasan Lindung.
Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Lembaga Pariwisata Tangkahan. 2006. Rencana Pengelolaan Kawasan Ekowisata Tangkahan Tahun 2006-2011. Tangkahan.
Manik, K. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerbit Djambatan. Jakarta. Mukono, H. J. 1999. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Airlangga
University Press. Surabaya.
Muntasib, E.K.S.H dan Mulyadi, K. 1997. Manajemen wisata alam dan kelestarian badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Media
Konservasi Edisi Khusus, 1997:83-86.
Nainggolan, K. 2006. Perilaku wisatawan di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18. 1994. Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68. 1998. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Prahasta, E. 2007. Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView. Informatika. Bandung.
Prasetyo, B dan Lina M.J. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sari, N. 2008. Peluang pengembangan usaha ekowisata Kawasan Wisata Alam Sangkima di Taman Nasional Kutai. Analisis Kebijakan Kehutanan
5:153-164.
Sarwono, J. 2008. Statistik itu Mudah Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Soekadijo, R. G. 1997. Anatomi Pariwisata. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suarna, I. W. 2008. Model penanggulangan masalah sampah perkotaan dan perdesaan. Makalah Dies Natalis Universitas Udayana. 3-6 September 2008. Bali.
Sumanto, 1990. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Andi Offset. Yogyakarta.
Suwantoro, G. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan status mutu air hulu Sungai Buluh. No Parameter Satuan Hasil
karena pada baku mutu memiliki rentang, maka nilai C1/L1X :
Lampiran 2. Perhitungan status mutu air hulu Sungai Batang Serangan.
karena pada baku mutu memiliki rentang, maka nilai C1/L1X :
Lampiran 3. Perhitungan status mutu air muara
karena pada baku mutu memiliki rentang, maka nilai C1/L1X :
Lampiran 4. Perhitungan status mutu air hilir
karena pada baku mutu memiliki rentang, maka nilai C1/L1X :
Lampiran 6. Output SPSS Family trek
Variabel yang dipilih/Dihapus
Model Variabel yang dipilih
Variabel yang
dihapus Metode 1
Jumlah pengunjunga . Enter a. SemuaVariabel yang dipilih. b. Variabel Terikat: Total sampah
Model Penjumlahan a. Penduga: (Konstanta), Jumlah pengunjung
b. Variabel Terikat: Total sampah
ANOVAb
Model Total Kuadrat df Kuadrat Rata-rata F Sig. 1 Regresi
2120647.874 1 2120647.874 169.767 .000a
Sisa a. Variabel Terikat: Total sampah
Lampiran 7. Output SPSS Youth trek
Variabel yang dipilih/Dihapus
Model Variabel yang dipilih
Variabel yang
dihapus Metode 1
Jumlah pengunjunga . Enter a. SemuaVariabel yang dipilih. b. Variabel Terikat: Total sampah
Model Penjumlahan
Model R R2 Perkiraan R2 Estimasi Std. Eror
1
.902a .813 .803 80.24025
a. Penduga: (Konstanta), Jumlah pengunjung
b. Variabel Terikat: Total sampah
Lampiran 8. Output SPSS Adventure trek
Variabel yang dipilih/Dihapus
Model Variabel yang dipilih
Variabel yang
dihapus Metode 1
Jumlah pengunjunga . Enter a. SemuaVariabel yang dipilih. b. Variabel Terikat: Total sampah
Model Penjumlahan
Model R R2 Perkiraan R2 Estimasi Std. Eror 1
.923a .852 .844 233.1281 a. Penduga: (Konstanta), Jumlah pengunjung
b. Variabel Terikat: Total sampah
Lampiran 9. Output SPSS kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan
Variabel yang dipilih/Dihapus
Model Variabel yang dipilih
Variabel yang
dihapus Metode 1
Jumlah pengunjunga . Enter a. SemuaVariabel yang dipilih. b. Variabel Terikat: Total sampah
Model Penjumlahan
Model R R2 Perkiraan R2 Estimasi Std. Eror
1
.981a .963 .961 1045.5297 a. Penduga: (Konstanta), Jumlah pengunjung
b. Variabel Terikat: Total sampah
Lampiran 10. Hasil perhitungan beda rata-rata
Family trek
–
(86,48 – 359,495) – (2,02)(71,64) < (µ1 - µ2) < (86,48 – 359,495) + (2,02)(71,64)
-273,015 – 144,7128 < (µ1 - µ2) < - 273,015 + 144,7128
-417,7278 < (µ1 - µ2) < -128,3022
Youth trek
(33,46 – 212,28) – (2,02)(37,30) < (µ1 - µ2) < (33,46 – 212,28) + (2,02)(37,30)
-178,82 – 75,34 < (µ1 - µ2) < -178,82 + 75,34
-254,16 < (µ1 - µ2) < - 103,48
Adventure trek
(118,79 – 601,6) - (2,02)(185,15) < (µ1 - µ2) < (118,79 – 601,6) + (2,02)(185,15)
-482,81 - 374,003 < (µ1 - µ2) < -482,81 + 374,003
-856,813 < (µ1 - µ2) < -108,807
Kawasan sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan
(35619,1–71603,7)–(2,02)(481,43) < (µ1-µ2) < (35619,1–71603,7)+(2,02)(481,43)
-35984,6 – 972,4886 < (µ1 - µ2) < -35984,6 + 972,4886
Lampiran 11. Kuisioner
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Asal (Kota) :
B. Tujuan Wisata
1. Seberapa sering anda datang ke tempat ini?
A. Sering (...) kali C. Tidak sering (...) kali
B. Tidak terlalu sering (...) kali D. Tidak pernah sama sekali
2. Apa tujuan anda datang ke tempat ini?
A. Penelitian C. Camping
B. Rekreasi D. Pendidikan
3. Berapa lama anda menghabiskan waktu di kawasan ekowisata ini?
A. < dari 1 minggu C. < dari 1 bulan
B. > dari 1 minggu D. > dari 1 bulan
4. Darimana anda memperoleh informasi mengenai tempat ini?
A. Iklan televisi C. Teman
B. Travel D. Internet
5. Objek apa yang paling anda sukai dari tempat ini?
A. Sungai C. Hutan
B. Gajah D. Goa Kelelawar
6. Berapa banyak anda menghabiskan uang dikawasan ini selama melakukan kunjungan?
A. + 50.000 C. + 1000.000
B. + 500.000 D. + 2000.000
A. Ya B. Tidak
C. Aktivitas
1. Jenis kegiatan apa yang anda lakukan di tempat ini?
A. Trekking D. Penelitian satwa dan fauna
B. Berkemah E. Lain-lain...
C. Mandi di sungai
2. Apakah anda mengetahui dan memahami peraturan berkunjung di Tangkahan?
A. Ya
B. Tidak
(Jika jawaban anda Ya, lanjut ke pertanyaan 12)
3. Darimana anda mengetahui peraturan tersebut?
A. Papan informasi C. Teman
B. Pemandu D. Dll...
4. Jika anda sudah mengetahui peraturan tersebut, apakah anda mematuhinya?
A. Ya
B. Kadang-kadang
C. Tidak sama sekali
5. Perbekalan makanan seperti apa yang anda bawa saat melakukan kunjungan ke kawasan ini?
A. Makanan ringan (snack) C. Minuman botol
B. Bahan pangan D. Minuman kaleng
6. Apakah pengurus setempat pernah memberitahu anda mengenai aturan pembuangan sampah?
A. Ya B. Tidak
7. Apakah anda menjumpai sampah di sepanjang jalur trekking ini?
A. Ya B. Tidak
8. Apakah anda pernah meninggalkan sampah di sepanjang jalur trekking?
A. Pernah B. Tidak
9. Apakah anda pernah membuang sampah ke sungai?
10. Kegiatan apa yang pernah anda lakukan di sekitar sungai ini?
A. Mandi C. Dll...
B. Mencuci
11. Apa yang akan anda lakukan apabila ingin membuang sampah tetapi pada saat itu tidak
menemukan tempat sampah?
A. Membuang sembarangan
B. Membuang di tempat tersembunyi
C. Membawa/mengantongi sampah tersebut sampai menemukan tempat sampah
12. Apa yang anda lakukan dengan sampah yang dihasilkan oleh kelompok/keluarga anda?
A. Ditinggalkan begitu saja
B. Dibakar
C. Dikumpulkan dan dibuang ke tempat yang sudah disediakan
D. Dibuang ke pinggir hutan
13. Keadaan lingkungan yang bagaimana yang anda harapkan dari kawasan ekowisata ini?
A. Bersih B. Kotor
14. Apakah anda merasa nyaman berada di kawasan dengan sampah yang berserakan?
A. Ya B. Tidak
15. Apakah anda setuju apabila ditetapkan larangan untuk tidak membuang sampah di kawasan
hutan, pantai dan sungai?
A. Ya B. Tidak
16. Menurut anda bagaimana ketersediaan jumlah tempat sampah di kawasan ini?
A. Banyak C. Kurang
B. Cukup D. Sangat kurang
17. Bagaimana pendapat anda mengenai lingkungan sekitar ekowisata Tangkahan?
A. Sangat alami C. Tidak alami
B. Alami D. Tidak alami sama sekali
18. Menurut anda apakah sarana dan prasarana di kawasan ini sudah memadai?
B. Kurang, yang harus ditambah : 1...
2...
19. Apakah selama melakukan kunjungan anda ditemani pemandu?
A. Ya B. Tidak
20. Bagaimana menurut anda pelayanan petugas ekowisata Tangkahan?
A. Memuaskan
B. Kurang memuaskan
C. Tidak memuaskan
21. Secara umum, bagaimana kesan anda setelah melakukan kunjungan ke kawasan Tangkahan?
A. Puas, alasan...
B. Cukup puas, alasan...
C. Tidak puas, alasan...
22. Saran anda untuk pengembangan ekowisata Tangkahan?
A. Peningkatan kemampuan pemandu
B. Melakukan diskusi konservasi pada pengunjung
Lampiran 12. Tabulasi Kuisioner
No Variabel Jumlah Pengunjung
n %
Tujuan Wisata
1 Frekuensi Kunjungan
Sering 3 3
Tidak terlalu sering 18 18
Tidak sering 64 64
Tidak pernah sama sekali 43 43
2 Tujuan Kedatangan
Penelitian 5 5
4 Sumber Informasi Tangkahan
Iklan televisi 0 0
7 Rencana Kedatangan Kembali
Ya 100 100
2 Pengetahuan Peraturan Berkunjung
Ya 74 74
Tidak 26 26
3 Sumber Peraturan Berkunjung
Papan informasi 58 58
Pemandu 42 42
Teman 0 0
Lain-lain 0 0
4 Kepatuhan Terhadap Peraturan
Tidak sama sekali 0 0
5 Jenis Perbekalan Makanan
Makanan ringan 54 54
Bahan pangan 46 46
Minuman botol 28 28
Minuman kaleng 19 19
6 Pemberitahuan Aturan Pembuangan Sampah oleh Pengurus
Ya 65 65
Tidak 35 35
7 Sampah Dijumpai di Jalur Trekking
Ya 84 84
Tidak 16 16
8 Meninggalkan Sampah di Jalur
Pernah 61 61
Tidak 39 39
9 Membuang Sampah ke Sungai
Ya 76 76
Tidak 24 24
10 Kegiatan yang Dilakukan di Sekitar Sungai
Mandi 92 92
Mencuci 0 0
Lain-lain 8 8
11 Sikap Terhadap Sampah
Membuang sembarangan 58 58 Membuang di tempat tersembunyi 24 24 Mengantongi sampah 18 18
12 Sikap Terhadap Sampah Kelompok
Ditinggalkan 37 37
Dibakar 18 18
Dibuang ke tempat sampah 26 26 Dibuang ke pinggir hutan 19 19
13 Keadaan Lingkungan yang Diharapkan
Bersih 100 100
Kotor 0 0
14 Rasa Nyaman Dengan Kawasan Bersampah
Ya 0 0
Tidak 100 100
15 Penetapan Larangan Membuang Sampah
Ya 100 100
Tidak 0 0
16 Ketersediaan Tempat Sampah
Banyak 6 6
Cukup 23 23
Kurang 41 41
Sangat kurang 12 12
17 Lingkungan Sekitar Ekowisata Tangkahan
Sangat alami 63 63
Alami 27 27
Tidak alami 10 10
Tidak alami sama sekali 0 0
18 Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Sudah 15 15
Kurang 85 85
19 Keterlibatan Pemandu dalam Kunjungan
Tidak 79 79
20 Pelayanan Pemandu
Memuaskan 82 82
Kurang memuaskan 18 18
Tidak memuaskan 0 0
21 Kesan Setelah Kunjungan
Puas 93 93
Cukup puas 7 7
Tidak puas 0 0
22 Saran Pengembangan Kawasan
Peningkatan kemampuan pemandu 81 81 Melakukan diskusi konservasi 6 6
Lampiran 13. Data jumlah pengunjung KET
0 5000 10000 15000 20000 25000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
N
u
m
b
e
r
o
f
V
is
it
o
r
Recources :Lembaga Pariwisata Tangkahan
NUMBER OF DOMESTIC VISIT IN TANGKAHAN
Lampiran 14. Titik sebaran sampah pada jalur Family trek
Lanjutan jalur Family trek
Lampiran 15. Titik sebaran sampah pada jalur Youth trek
Lanjutan jalur Youth trek
Lampiran 16.Titik sebaran sampah pada jalur Adventure trek