KARAKTERISTIK PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB)
YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2009-2010
SKRIPSI
Oleh :
HALIMAH
071000175
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2009-2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
HALIMAH
071000175
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang proporsi kasus baru sekitar 5,4%-5,8%. Di RS Santa Elisabeth Medan proporsi tertinggi penderita pada kelompok umur 41-50 tahun 23,8%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita NPB rawat inap di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh data penderita NPB rawat inap tahun 2009-2010 yaitu 140 penderita, besar sampel sama dengan populasi (total sampling). Data dianalisa dengan uji Chi-square, uji t dan Anova.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita NPB pada umur ≥65 tahun 36,4%, perempuan 60,7%, batak 58,6%, Islam 51,4%, SLTA 50,7%, pekerjaan IRT 34,3%, kawin 79,3%, asal Kota Medan 78,5%, tidak ada riwayat cedera/trauma 72,9%, NPB Mekanikal 77,1%, penatalaksanaan medis konservatif 100%, lama rawatan rata-rata 7,21 hari, Askes 69,3%, PBJ 64,3%. Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh tidak ada perbedaan bermakna antara proporsi umur (p=0,564), jenis kelamin (p=0,158), jenis pekerjaan (p=0,521), lama rawatan rata-rata (p=0,844) berdasarkan klasifikasi NPB, lama rawatan rata-rata-rata-rata sembuh secara bermakna lebih lama daripada pulang berobat jalan (PBJ) dan pulang atas permintaan sendiri (p=0,024), tidak terdapat perbedaan bermakna antara proporsi klasifikasi NPB (p=0,804), sumber biaya (p=0,117) berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
Kepada masyarakat sejak usia dini diharapkan membiasakan diri dengan sikap tubuh yang baik dan rutin mengkonsumsi kalsium dan vitamin D sesuai kebutuhan. Kepada penderita NPB yang PBJ agar rutin melakukan fisioterapi. Diharapkan pihak RSU Dr.Pirngadi Medan melengkapi pencatatan berat badan dan tinggi badan pada kartu status.
ABSTRACT
Low back Pain (LBP) is a symptom or sigh and not a specific disease. At the hospital of Jakarta, Yogyakarta and Semarang, the proportion of new cases around 5,4% -5,8% with the highest frequency at the age of 45-65 years. At St. Elisabeth hospital in Medan the highest proportion of patients is in the age 41-50 years 23,8%.
To know the characteristic of LBP patients who was hospitalized in Dr. Pirngadi Hospital Medan in 2009-2010 is used descriptive research with case series design. Population was all LBP patients who had hospitalized in 2009-2010, 140 LBP patients, sample size equal to the population (total sampling). Data analyzed had done by using Chi square test, t-test, and anova.
The result showed the highest proportion of patients age ≥65 years 36,4%, female 60,7%, batak 58,6%, Islam 51,4%, senior high school education 50,7%, housewife 34,3%, married 79,3%, live in Medan 78,5%, no wounded history/trauma 72,9%, Mechanical LBP classification 73,5%, conservative medical treatment 100%, average length of stay 7,21 hari, Askes 69,3%, outpatient control 64,3% Based on statistic analyzed, there was no difference between proportion of age (p=0,564), gender (p=0,158), occupational (p=0,521), the average length of stay (p=0,844) based on LBP classification, length of stay of recovered pasien longer than outpatient control and outpatient by request (p=0,024), there was no differences between proportion of LBP classification (p=0,804) and cost source based (p=0,117) on outpatient condition.
To elder age community to familiarize themselves with good posture and regular dietary intake of calcium and vitamin D as needed. To outpatient control is expected to do regular physiotherapy. Dr.Pirngadi Hospital Medan is expected to complete the recording of body weight and height on the medical records.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : HALIMAH
Tempat/ Tanggal Lahir : Pangkalan Berandan, 28 Juli 1988
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 6 (enam) dari 7 (tujuh) bersaudara
Nama Ayah : Alm. Ahmad Basri
Nama Ibu : Alinur
Alamat Rumah : Jl Kartini No.55 Pangkalan Berandan, Kecamatan
Babalan, Kabupaten Langkat
Riwayat Pendidikan : 1. 1994-2000 : SD Negeri No. 050749 Babalan
2. 2000-2003 : SLTP Dharma Patra UP.I T. Lagan
3. 2003-2006 : SMA Negeri 1 Babalan
4. 2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman Organisasi/UKM : 1. HMI Komisariat FKM USU
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Karakateristik Penderita Nyeri Punggung Bawah (NPB) yang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes selaku Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen
Pembimbing II yang dengan sabar membimbing, memberikan masukan, saran dan
kritik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Ibu drh. Hiswani, M. Kes selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar
membimbing, memberikan masukan, saran dan kritik kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Penguji I atas
5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Penguji II atas masukan, saran, dan
kritik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Dr. Ir., Evawani Yunita Aritonang, M. Kes selaku Dosen Penasehat
Akademik.
7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
8. Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, Kepala Bagian Rekam Medik
beserta seluruh pegawai yang telah memberikan izin kepada penulis dalam
pelaksanaan penelitian.
9. Bapak (Alm. Ahmad Basri) dan Ibu (Alinur) tercinta, abang (Junaidi Tanjung,
Budi, S.Pd, dan Ivandi, Amd), kakak (Novia Delisma,S.Pd, Agustina Sarih, S.Pt,
dan Marni), adik (Aminah, S.Hi), dan keponakan tersayang (Luthfi Rasyid, Mitha
Azzura, Rasya Aditya Ikhsan, Fazira Salsabila, Kholila Zein, Zain Athanivan
Basri) yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang tak terhingga,
untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Seluruh rekan-rekan mahasiswa Kesehatan Masyarakat USU khususnya
anak-anak angkatan 2007, dan teman-teman di peminatan Epidemiologi (Valen, Siska,
Yopa, Sania, Rini, Vince, Surya, dan yang tak disebutkan satu persatu) atas
kebersamaannya selama mengikuti pendidikan di FKM USU.
11.Sobat-sobatku Shanty, Rima, Yana, Karlina, Fatimah, Zuhrina serta teman-teman
SMANSABA atas segala doa, perhatian dan dukungannya selama ini kepada
12.Kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan moral dan moril kepada penulis dalam menyelesaikan
Skripsi ini dan juga selama penulis mengikuti pendidikan di FKM USU.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Akhir kata penulis
berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Medan, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN………. i
ABSTRAK... ………. ii
1.3. Tujuan Penelitian……….. 5
1.3.1. Tujuan Umum ………..…... 5
2.3. Asal dan Sifat Nyeri Punggung Bawah……… 10
2.3. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah ………... 12
2.3.1. Klasifikasi Menurut Penyebab………. 12
2.3.2. Diagnosis Banding ………. 19
2.4. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah ………... 20
2.4.1. Distribusi Nyeri Punggung Bawah ……….. 20
2.4.2. Determinan Nyeri Punggung Bawah ………... 21
2.5. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah ……….. 27
4.1. Desain Penelitian ……… 40
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 40
4.2.1. Lokasi Penelitian ……… 40
4.2.2. Waktu Penelitian ……… 40
4.3. Populasi dan Sampel ……….. 40
4.3.1. Populasi ……….…. 40
4.3.2. Sampel ……… 41
4.4. Metode Pengumpulan Data ………. 41
4.5. Teknik Analisa data ………. 41
BAB 5. HASIL PENELITIAN……… 42
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 42
5.2. Deksriptif………. 44
5.2.1. Sosiodemografi………. 44
5.2.2. Status Obesitas……….. 46
5.2.3. Riwayat Cedera/ Trauma……….. 47
5.2.4. Klasifikasi NPB……… 47
5.2.5. Penatalaksanaan Medis………. 49
5.2.6. Lama Rawatan Rata-rata……….. 50
5.2.7. Sumber biaya... ……… 51
5.2.8. Keadaan Sewaktu Pulang………. 52
5.3. Analisa Statistik.. ………... 53
5.3.1. Umur Berdasarkan Klasifikasi NPB……… 53
5.3.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi NPB. ………. 53
5.3.3. Jenis Pekerjaan Penderita Berdasarkan Klasifikasi NPB…. 54 5.3.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi NPB……. 55
5.3.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi NPB... 55
5.3.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang……… 56
5.3.7. Klasifikasi NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang…. 58 5.3.8. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang. …... 59
BAB 6. PEMBAHASAN……….………. 60
6.1. Deksriptif……….. 60
6.1.1. Distribusi Proporsi Berdasarkan Sosiodemografi…………. 60
6.1.2. Riwayat Cedera/ Trauma……….. 69
6.1.3. Klasifikasi NPB ………... 70
6.1.4. Penatalaksanaan Medis………. 73
6.1.5. Lama Rawatan Rata-rata………... 75
6.1.4. Keadaan Sewaktu Pulang………. 78
6.2. Analisa Statistik………... 79
6.2.1. Umur Berdasarkan Klasifikasi NPB………. 79
6.2.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi NPB……… 80
6.2.3. Jenis Pekerjaan Penderita Berdasarkan Klasifikasi NPB…. 82 6.2.3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Klasifikasi NPB….. 83
6.2.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang……… 85
6.2.5. Klasifikasi NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang…. 86 6.2.6. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang……. 88
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN………... 90
7.1. Kesimpulan ……….. 90
7.2. Saran………. 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN: Master Data Print Out SPSS
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 44
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Sosiodemografi Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawinan, dan Daerah Asal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Tahun 2009-2010 ... 45 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat
Inap Berdasarkan Riwayat Cedera/ Trauma di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 47
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 48
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 49
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 49 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat
Inap Berdasarkan Rincian Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 50
Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-rata (Hari) Penderita Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 51
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 51
Tabel 5.11.Distribusi Proporsi Umur Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 53
Tabel 5.12.Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 54
Tabel 5.13.Distribusi Proporsi Jenis Pekerjaan Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 55
Tabel 5.14.Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010. ... 56
Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 57
Tabel 5.16.Distibusi Proporsi Klasifikasi NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun
2009-2010 ... 58 Tabel 5.17.Distibusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Tulang Belakang (Kolumna Vertebralis) ... 10
Gambar 2.1. Struktur Kolumna Vertebralis Lumbal ... 10
Gambar 6.1. Diagram Bar Distibusi Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 60
Gambar 6.2. Diagram Bar Distibusi Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 63
Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 64
Gambar 6.4. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 65
Gambar 6.5. Diagram Bar Distibusi Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 66
Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 67 Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap
Berdasarkan Daerah Asal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 68
Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Cedera/ Trauma di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 69
Gambar 6.9. Diagram Bar Distibusi Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum
Gambar 6.10. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap
Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 72
Gambar 6.11. Diagram Bar Distibusi Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 73
Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Rincian Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 74
Gambar 6.13. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber biaya di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 76
Gambar 6.14. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber biaya (Askes, Jamkesmas, Jamkesda, JPKMS, dan Umum) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2009-2010 ... 77
Gambar 6.15. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 78
Gambar 6.16. Diagram Batang Proporsi Umur Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 79
Gambar 6.17. Diagram Batang Proporsi Jenis Kelamin Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 81
Gambar 6.18.Diagram Batang Proporsi Jenis Pekerjaan Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 82
Gambar 6.19.Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun
Gambar 6.20.Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... ... 85
Gambar 6.21. Diagram Batang Klasifikasi NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 ... 87
ABSTRAK
Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang proporsi kasus baru sekitar 5,4%-5,8%. Di RS Santa Elisabeth Medan proporsi tertinggi penderita pada kelompok umur 41-50 tahun 23,8%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita NPB rawat inap di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh data penderita NPB rawat inap tahun 2009-2010 yaitu 140 penderita, besar sampel sama dengan populasi (total sampling). Data dianalisa dengan uji Chi-square, uji t dan Anova.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita NPB pada umur ≥65 tahun 36,4%, perempuan 60,7%, batak 58,6%, Islam 51,4%, SLTA 50,7%, pekerjaan IRT 34,3%, kawin 79,3%, asal Kota Medan 78,5%, tidak ada riwayat cedera/trauma 72,9%, NPB Mekanikal 77,1%, penatalaksanaan medis konservatif 100%, lama rawatan rata-rata 7,21 hari, Askes 69,3%, PBJ 64,3%. Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh tidak ada perbedaan bermakna antara proporsi umur (p=0,564), jenis kelamin (p=0,158), jenis pekerjaan (p=0,521), lama rawatan rata-rata (p=0,844) berdasarkan klasifikasi NPB, lama rawatan rata-rata-rata-rata sembuh secara bermakna lebih lama daripada pulang berobat jalan (PBJ) dan pulang atas permintaan sendiri (p=0,024), tidak terdapat perbedaan bermakna antara proporsi klasifikasi NPB (p=0,804), sumber biaya (p=0,117) berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
Kepada masyarakat sejak usia dini diharapkan membiasakan diri dengan sikap tubuh yang baik dan rutin mengkonsumsi kalsium dan vitamin D sesuai kebutuhan. Kepada penderita NPB yang PBJ agar rutin melakukan fisioterapi. Diharapkan pihak RSU Dr.Pirngadi Medan melengkapi pencatatan berat badan dan tinggi badan pada kartu status.
ABSTRACT
Low back Pain (LBP) is a symptom or sigh and not a specific disease. At the hospital of Jakarta, Yogyakarta and Semarang, the proportion of new cases around 5,4% -5,8% with the highest frequency at the age of 45-65 years. At St. Elisabeth hospital in Medan the highest proportion of patients is in the age 41-50 years 23,8%.
To know the characteristic of LBP patients who was hospitalized in Dr. Pirngadi Hospital Medan in 2009-2010 is used descriptive research with case series design. Population was all LBP patients who had hospitalized in 2009-2010, 140 LBP patients, sample size equal to the population (total sampling). Data analyzed had done by using Chi square test, t-test, and anova.
The result showed the highest proportion of patients age ≥65 years 36,4%, female 60,7%, batak 58,6%, Islam 51,4%, senior high school education 50,7%, housewife 34,3%, married 79,3%, live in Medan 78,5%, no wounded history/trauma 72,9%, Mechanical LBP classification 73,5%, conservative medical treatment 100%, average length of stay 7,21 hari, Askes 69,3%, outpatient control 64,3% Based on statistic analyzed, there was no difference between proportion of age (p=0,564), gender (p=0,158), occupational (p=0,521), the average length of stay (p=0,844) based on LBP classification, length of stay of recovered pasien longer than outpatient control and outpatient by request (p=0,024), there was no differences between proportion of LBP classification (p=0,804) and cost source based (p=0,117) on outpatient condition.
To elder age community to familiarize themselves with good posture and regular dietary intake of calcium and vitamin D as needed. To outpatient control is expected to do regular physiotherapy. Dr.Pirngadi Hospital Medan is expected to complete the recording of body weight and height on the medical records.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak
memberi andil terhadap perubahan gaya hidup, hal ini memacu semakin
meningkatnya penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit dari penyakit
menular ke penyakit tidak menular dikenal dengan istilah Transisi Epidemiologi.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, mengalami beban ganda akibat dari
transisi epidemiologi. Hal ini disebabkan karena penyakit infeksi belum dapat diatasi
secara tuntas sementara penyakit tidak menular terus meningkat.1
Penyakit tidak menular masing-masing memiliki gejala-gejala klinis yang
beragam. Beberapa penyakit memiliki gejala klinis yang sama. WHO (2003) dalam
laporannya yang dimuat dalam WHO Technical Report Series Nomor 919 yang
berjudul "The Burden of Musculoskeletal Conditions at The Start of The New
Millenium" menyatakan terdapat kira-kira 150 jenis gangguan muskoloskeletal yang
diderita manusia, mengakibatkan nyeri, inflamasi berkepanjangan dan disabilitas,
sehingga menyebabkan gangguan psikologik sosial penderita. Nyeri punggung bawah
(Low Back Pain) yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara keluhan
nyeri. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO
sebagai dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010). Penyakit
gangguan muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di
Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya merupakan keluhan atau
gejala bukan merupakan penyakit spesifik.3 NPB hampir dialami oleh setiap orang
selama hidupnya dan sering dianggap sebagai gangguan yang tidak serius. 4 NPB
tidak hanya mengindikasikan buruknya kualitas hidup seseorang, tapi juga
menunjukkan penurunan produktivitas kerja, meningkatkan absen ketidakhadiran dan
mempercepat terjadinya pensiun. 5
NPB merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. NPB telah
dideskripsikan sebagai “kondisi masalah kesehatan sederhana yang paling mahal”.
Pada tahun 2007 di Belanda, nyeri punggung mengakibatkan kerugian sebesar €3534
juta, dan menyebabkan kehilangan waktu kerja sebanyak 6.057.140 hari. 6 Pada tahun
1997 NPB dilaporkan berdampak pada perindustrian di Amerika sebesar $171 juta.
Kebanyakan kejadian NPB dikaitkan dengan jenis pekerjaan seperti mengangkat, dan
hasilnya adalah setengah dari biaya kompensasi NPB. 7
Berdasarkan penelitian Picavet dan Schouten (2001) yang dilakukan pada
8.000 orang sampel yang berumur 25 tahun ke atas di Belanda dengan desain
penelitian kohort, hampir tiga perempat (proporsi 74,5%) penduduk Belanda yang
berumur 25 tahun ke atas dilaporkan menderita nyeri muskoskeletal dalam 12 bulan
terakhir dengan prevalensi 53,9%, dan 44,4% dilaporkan menderita nyeri punggung
bawah terakhir lebih dari 3 bulan. Ranking dari bagian-bagian nyeri yang paling
banyak dilaporkan secara berurutan adalah: 1) punggung bawah (22,2%); 2) bahu
(15,1%); 3) leher (14,3%); 4) lutut (11,7%); 5) pergelangan/tangan (9,3%); 6)
punggung atas (7,4%); 7) pinggul (6,2%); 8) siku (5,3%); 9) kaki (5,0%); 10)
Jarang sekali orang yang tidak pernah mengalami NPB. Belum lagi dihitung
berapa besar biaya yang diperlukan untuk berobat dan berapa pula besarnya waktu
yang tidak produktif karena harus rawat inap. 9 NPB merupakan keluhan yang paling
banyak dikonsultasikan pada dokter umum. 10
Menurut Cohen (2001) Insiden NPB di Amerika Serikat 5%. NPB merupakan
1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar
antara 7,6-37%. Pada penderita NPB dewasa tua di Amerika Serikat, NPB dapat
mengganggu aktivitas fisik sehari-hari pada 40% penderita, dan gangguan tidur 20%.
Sebagian besar penderita (75%) akan mencari pertolongan medis, 25% di antaranya
perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut. 3 NPB merupakan penyebab paling
sering yang membatasi aktivitas penduduk pada usia <45 tahun (dengan prevalensi
45%), urutan ke-2 untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke-5 untuk
alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk
dilakukannya tindakan operasi.4
Penelitian di Spanyol oleh Fernandez et al (2009) pada orang dewasa
diperoleh prevalensi NPB adalah 19,9%. NPB lebih banyak terjadi pada perempuan
(67,5%) daripada laki-laki (33,5%). Penderita NPB dari kelompok umur 31-50 tahun
1,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan kelompok umur 16-30 tahun. 11
Prevalensi NPB pada anak-anak dan remaja sangat beragam tergantung pada
usia dari partisipan yang diteliti dan jenis metode penelitian yang dilakukan. Watson
(2002) melaporkan prevalensi anak-anak sekolah berumur 11-14 tahun dalam
prevalensi menderita NPB pada anak-anak sekolah berumur 12-17 tahun adalah
sebesar 26% di Swiss. 12
Menurut Veerapen et al (2007) sekitar 11,6% dari 2.600 populasi di daerah
semirural Malaysia didiagnosa mengalami masalah nyeri punggung bawah.5
Menurut Meliala (2004) dalam penelitiannya di 14 rumah sakit pendidikan
Indonesia, yang dilakukan kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) Perdossi pada bulan
Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total
kunjungan) dimana 1.598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819
orang (18,37%) adalah penderita NPB. 3 Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan
Semarang proporsi kasus baru sekitar 5,4%–5,8% dengan frekuensi terbanyak pada
usia 45-65 tahun. 13
Berdasarkan penelitian Purba, J.S dan Ashwin, M. Rumawas (2006) yang
dilakukan pada 742 orang sampel yang berobat di poliklinik Neurologi RSCM selama
bulan Mei 2002, diketahui bahwa dari 742 orang pengunjung poliklinik nyeri tersebut
ditemukan 116 orang penderita NPB dengan persentase 15,6%. Dari jumlah ini 76 di
antaranya mewakili kelompok jenis kelamin wanita dengan proporsi 65,5% dan
penderita pria terdiri dari 40 orang (34,5%).Dari penderita NPB ternyata kelompok
umur antara 41-60 tahun (umur produktif) menduduki persentase paling tinggi
dibanding kelompok umur lainnya. Jumlah penderita NPB di sini mendapat urutan
kedua (15,6%) sesudah sefalgia yang mencapai 258 penderita dengan persentase
34,8%. 14
Hasil penelitian yang telah dilakukan Ginting, N. (2010) di Rumah Sakit
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004–2009. Proporsi tertinggi penderita
NPB berdasarkan umur adalah kelompok umur 41-50 tahun 23,8%. Berdasarkan jenis
kelamin proporsi tertinggi adalah perempuan 63,9%. 15
Berdasarkan data dari survei pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diperoleh 140 data penderita NPB yang dirawat
inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009–2010. Pada tahun 2009
diperoleh 67 data penderita (proporsi 47,9%) dan tahun 2010 diperoleh 73 data
penderita (proporsi 52,1%).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
karakteristik penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2009 – 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita NPB yang rawat inapdi Rumah
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan
sosiodemografi, yang meliputi : umur, jenis kelamin, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, daerah asal.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan status
obesitas
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan
riwayat cedera/trauma
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan klasifikasi
NPB
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan
penatalaksanaan medis
f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita NPB.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan sumber
biaya.
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan keadaan
sewaktu pulang
i. Untuk mengetahui proporsi umur penderita NPB berdasarkan klasifikasi
NPB
j. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin penderita NPB berdasarkan
klasifikasi NPB
k. Untuk mengetahui proporsi jenis pekerjaan penderita NPB berdasarkan
l. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis penderita NPB berdasarkan
klasifikasi NPB
m. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata penderita NPB berdasarkan
klasifikasi NPB
n. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata penderita NPB berdasarkan
keadaan sewaktu pulang
o. Untuk mengetahui proporsi klasifikasi NPB berdasarkan keadaan sewaktu
pulang.
p. Untuk mengetahui proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu
pulang.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
tentang karakteristik penderita NPB yang rawat inap sehingga dapat
mendukung upaya perawatan dan pengobatan penderita NPB.
1.4.2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) dan menambah pengetahuan peneliti tentang NPB.
1.4.3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk penelitian yang akan datang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Nyeri Punggung Bawah 16, 17, 3
Dalam bahasa kedokteran Inggris, nyeri pinggang dikenal sebagai “low back
pain”. Nyeri Punggung Bawah atau Nyeri Pinggang (Low Back Pain) adalah nyeri di
daerah lumbosakral dan sakroiliaka.
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau
keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain, atau
sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah
(referred pain). NPB pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan
merupakan penyakit spesifik.
Masalah NPB meliputi banyak aspek, bukan hanya penderitaan akibat nyeri
yang dialami, tapi juga menimbulkan pemborosan ekonomi dan peningkatan biaya
kesehatan.
2.2. Anatomi Punggung Bagian Bawah 16, 18, 17
Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri
atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan
satu sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak
begitu kokoh dan terdiri atas masing-masing arkus vertebra dengan lamina dan
interspinal, ligament intertansversa dan ligament flavum. Pada prosesus spinosus dan
transverses melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra.
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari
segmen anterior dan posterior.
a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga
badan. Segmen ini meliputi korpus vertebrata dan diskus intervebralis yang
diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior di bagian depan dan
limentum longitudinale posterior di bagian belakang. Sejak dari oksiput,
ligament ini menutup seluruh bagian belakang diskus. Mulai L1 gamen ini
menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligament hanya tinggal separuh
asalnya.
b. Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus
spinosus. Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan
diperkuat oleh ligament serta otot.
Struktur lain yang tak kalah pentingnya dalam persoalan NPB adalah discus
intervertebra. Di samping berfungsi sebagai penyangga beban, discus berfungsi pula
sebagai peredam kejut. Diskus ini terbentuk oleh annulus fibrosus yang merupakan
anyaman serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas
dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra, sedemikian rupa hingga
terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan
Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L1 sampai seluruh
tulang sacrum dan otot-otot sekitarnya. Dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1.1. Tulang Belakang Gambar 2.1.. Struktur Kolumna (Kolumna Vertebralis) Vertebralis Lumbal
2.3. Asal dan Sifat Nyeri Pinggang 18, 19
Nyeri punggung bawah dapat dibagi dalam enam jenis, yaitu:
2.3.1. Nyeri punggung lokal.
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah
dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Dapat berasal dari bagian-bagian di
bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, artikulasio
2.3.2. Iritasi pada radiks.
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan terasa pada
dermatom yang bersangkutan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya
perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan proses
desak ruang yang bias terletak pada foramen intervertebra atau dalam
kanalis vertebra.
2.3.3. Nyeri acuan somatik
Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan di bagian
lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di
bagian-bagian lebih dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
2.3.4. Nyeri acuan
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau di
dalam ruang panggul yang dirasakan di daerah punggung.
2.3.5. Nyeri karena iskemia.
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens
yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke
paha. Biasanya disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta
atau pada arteria iliaka komunis.
2.3.6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan
2.4. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah 2.4.1. Klasifikasi Menurut Penyebabnya
Nyeri punggung bawah menurut penyebabnya diklasifikasikan sebagai
berikut: 18
a. NPB traumatik 17
Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah punggung
bawah, semua unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena oleh trauma.
a.1. Trauma pada unsur miofasial
Setiap hari beribu-ribu orang mendapat trauma miofasial, mengingat
banyaknya pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi kesehatan
badan yang kurang optimal. Juga di kalangan sosial yang serba cukup atau
berlebihan keadaan tubuh tidak optimal karena kegemukan, terlalu banyak
duduk dan terlalu kaku karena tidak mengadakan gerakan-gerakan untuk
mengendurkan urat dan ototnya. NPB jenis ini disebabkan oleh lumbosakral
strain dan pembebanan berkepanjangan yang mengenai otot, fasia dan atau
ligament.
a.2. Trauma pada komponen keras
Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di vertebrata torakal
bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapat terjadi juga pada
kondisi tulang belakang yang patalogik. Karena trauma yang ringan (misal
jatuh terduduk dari kursi pendek), kolumna vertebralis yang sudah
Akibat trauma dapat terjadi spondilolisis atau spondilolistesis. Pada
spondilolisis istmus pars interartikularis vertebrae patah tanpa terjadinya
korpus vertebra. Spondilolistesis adalah pergeseran korpus vertebra setempat
karena fraktur bilateral dari istmus pars interartikularis vertebra.
Pergeserannya diderajatkan sampai IV. Kalau hanya 25% dari korpus vertebra
yang tergeser ke depan, maka spondolistesisnya berderajat I. Pada
pergeserannya secara mutlak, keadaannya dikenal sebagai spondilolistesis
derajat IV. Pada umumnya spondilolistesis terjadi pada L.4 atau L.5.
b. NPB akibat proses degeneratif 17, 19 b.1. Spondilosis
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi pada korpus
vertebra berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligament yang
menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain.
Dulu proses ini dikenal sebagai osteoatritis deformans, tapi kini dinamakan
spondilosis.
Pada spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang, penyempitan
discus dan osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan penyempitan
dariforamina intervetebralis.
b.2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus
intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek yang dapat disusul dengan
pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai discus intervertebralis L5-S1
dan L4-L5.
b.3. Osteoatritis
Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ialah
kartilago artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoatritis. Pada osteoatritis
terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi berulang-ulang selama
bertahun-tahun. Terbatasnya pergerakan sepanjang kolumna vertebralis pada
osteoatritis akan menyebabkan tarikan dan tekanan pada otot-otot/ ligament
pada setiap gerakan sehingga menimbulkan NPB.
b.4. Stenosis Spinal
Vertebrata lumbosakralis yang sudah banyak mengalami penekanan,
penarikan, benturan dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari seseorang,
sudah tentu akan memperlihatkan banyak kelainan degeneratif di sekitar
discus intervertebralis dan persendian fasetal posteriornya. Pada setiap tingkat
terdapat tiga persendian, yaitu satu di depan yang dibentuk oleh korpus
vertebra dengan discus intervertebralis dan dua di belakang yang dibentuk
oleh prosesus artularis superior dan inferior kedua korpus vertebra yang ada di
atas dan di bawah discus intervertebralis tersebut. Kelainan degeneratif yang
terjadi di sekitar ketiga persendian itu berupa osteofit dan profilerasi jaringan
kapsel persendian yang kemudian mengeras (hard lesion). Bangunan
degeneratif itu menyempitkan lumen kanalis intervertebralis setempat dan
c. NPB akibat penyakit inflamasi 17, 19,20 c.1. Artritis rematoid
Artritis rematoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian
tulang. Sendi yang terjangkit mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi mengalami kerusakan. Akibat
sinovitis (radang pada sinovium) yang menahun, akan terjadi kerusakan pada
tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan ligament di sendi.
c.2. Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari poliartritis
rematoid yang juga didapatkan di tempat lain. Rasa nyeri timbul akibat
terbatasnya gerakan pada kolumna vertebralis , artikulus sakroiliaka, artikulus
kostovertebralis dan penyempitan foramen intervertebralis.
d. NPB akibat gangguan metabolisme 17
Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh
menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral tulang
disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, dengan akibat
menurunnya kekuatan tulang, sehingga terjadi kecenderungan tulang mudah
patah. Menurunnya massa tulang dan memburuknya arsitektur jaringan tulang ini,
berhubungan erat dengan proses remodeling tulang. Pada proses remodeling,
tulang secara kontinyu mengalami penyerapan dan pembentukan. Hal ini berarti
bahwa pembentukan tulang tidak terbatas pada fase pertumbuhan saja, akan tetapi
untuk pembentukan tulang disebut osteoblas, sedangkan osteoklas bertanggung
jawab untuk penyerapan tulang.
Pembentukan tulang terutama terjadi pada masa pertumbuhan. Pembentukan dan
penyerapan tulang berada dalam keseimbangan pada individu berusia sekitar 30 -
40 tahun. Keseimbangan ini mulai terganggu dan lebih berat ke arah penyerapan
tulang ketika wanita mencapai menopause. Pada osteoporosis akan terjadi
abnormalitas bone turnover, yaitu terjadinya proses penyerapan tulang lebih
banyak dari pada proses pembentukan tulang. Peningkatan proses penyerapan
tulang dibanding pembentukan tulang pada wanita pascamenopause antara lain
disebabkan oleh karena defisiensi hormon estrogen, yang lebih lanjut akan
merangsang keluarnya mediator-mediator yang berpengaruh terhadap aktivitas sel
osteoklas, yang berfungsi sebagai sel penyerap tulang. Jadi yang berperan dalam
terjadinya osteoporosis secara langsung adalah jumlah dan aktivitas dari sel
osteoklas untuk menyerap tulang, yang dipengaruhi oleh mediatormediator, yang
mana timbulnya mediator-mediator ini dipengaruhi oleh kadar estrogen.
NPB pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan
oleh osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau radikular
merupakan keluhan. Dalam hal itu terdapat fraktur kompresi yang menjadi
komplikasi osteoporosis tulang belakang.
e. NPB akibat neoplasma 17 e.1. Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra dapat
Hemangioma merupakan tumor yang berada di dalam kanalis vertebralis dan
dapat membangkitkan NPB. Meningioma merupakan suatu tumor intadural
namun ekstramedular. Tumor ini dapat menjadi besar sehingga menekan pada
radiks-radiks. Maka dari itu tumor ini seringkali membangkitkan nyeri hebat
pada daerah lumbosakral.
e.2. Tumor maligna
Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan sekunder.
Tumor primer yang sering dijumpai adalah mieloma multiple. Tumor
sekunder yaitu tumor metastatik mudah bersarang di tulang belakang, oleh
karena tulang belakang kaya akan pembuluh darah. Tumor primernya bisa
berada di mama, prostate, ginjal, paru dan glandula tiroidea.
f. NPB akibat kelainan kongenital 17, 19
Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebra lumbalis merupakan variasi
anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu
adanya 4 bukan 5 korpus vertebra lumbalis. Pada lumbalisasi “lumbosakral
strain” lebih mudah terjadi oleh karena adanya 6 ruas lumbosakral, bagian lumbal
kolum vertebral seolah-olah menjadi lebih panjang, hingga tekanan dan tarikan
pada daerah lumbal pada tiap gerakan lebih besar daripada orang normal. Beban
yang lebih berat pada otot-otot dan ligament sering menimbulkan NPB.
g. NPB sebagai referred pain17, 20
Walaupun benar bahwa NPB dapat dirasakan seorang penderita ulkus peptikum,
penyakit visceral menghasilkan juga nyeri abdominal dengan manifestasi
masing-masing organ yang terganggu.
NPB yang bersifar referred pain memiliki ciri-ciri khas yaitu:
g.1 Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah
g.2. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal, yakni
tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri isometrik dan
motalitas punggung tetap baik. Walaupun demikian sikap tubuh
mempengaruhi bertambah atau meredanya referred pain.
g.3. Referred pain lumbal ada kalanya merupakan ungkapan dini satu-satunya
penyakit visceral.
g.4. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral mengungkapkan
adanya keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred
pain di daerah lumbal.
h. NPB psikoneurotik 17
Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula bermanifestasi
sebagai nyeri punggung karena menegangnya otot-ototnya. NPB karena problem
psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB
karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik
dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada
kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai
dengan penemuan gangguan fisiknya.
Ada 3 jenis keluhan NPB pada penderita psikoneurotik. Yang pertama ialah
pinggangnya merupakan ungkapan penderitaan mentalnya kepada dunia luar.
Yang kedua ialah seorang pengeluh . Dalam hidupnya banyak waktu terbuang
untuk merengek rengek saja. Letaknya nyerinya berubah ubah, misal di kepala,
lain kali perutnya kembung, punggung bawah sakit dan seterusnya. Penyakitnya
adalah sekaligus hobinya. Dan yang ketiga adalah seorang yang dengan
keluhannya hendak memperoleh uang ganti rugi. Dan sakit pinggangnya dikenal
sebagai NPB kompensantorik.
j. Infeksi 13
Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus). NPB yang disebabkan
infeksi kronik misalnya spondilitis TB.
2.4.2. Diagnosis Banding 21
Berdasarkan penyebab NPB yang telah dijelaskan, masing-masing penyebab
tersebut dapat dikategorikan kedalam beberapa diagnosis banding antara lain:
a. NPB Mekanikal
NPB akibat kondisi mekanik antara lain: kongenital, degeneratif, trauma dan
gangguan mekanik, dan gangguan metabolik.
b. NPB Nonmekanikal
NPB akibat kondisi nonmekanik antara lain: radang, tumor, infeksi, dan
c. NPB Penyakit Viseral
NPB karena penyakit viseral adalah penyakit yang berhubungan dengan organ
pelvis dan alat-alat dalam lain misal nephrolitiasis, pyelenopritis, aortic
anyeurym, dll.
2.5. Epidemiologi NPB 2.5.1. Distribusi NPB a. Menurut Orang 22, 13
Pada umumnya sekitar 70-80% orang dewasa diestimasikan akan pernah
menderita Nyeri Punggung Bawah dalam hidup mereka. Insidensi nyeri pinggang di
negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar
merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik.
Hasil penelitian Perdossi (2001) pada 44 pasien penderita NPB di Jakarta
diketahui bahwa kelompok umur pria yang sering menderita NPB adalah kelompok
umur 30-39 tahun, sedangkan pada wanita adalah kelompok umur 50-59 tahun.
Berdasarkan penelitian Tavafian SS, et al (2004) pada 101 wanita penderita
NBP di Iran diperoleh umur rata-rata wanita yang menderita NPB adalah 44 tahun
dengan berat badan rata-rata 69 kg.
b. Menurut Tempat dan Waktu
Nyeri Punggung Bawah adalah masalah yang banyak dihadapi oleh banyak
negara dan menimbulkan banyak kerugian.16 Berdasarkan data dari penelitian Picavet
dan Schouten (2001) untuk melihat prevalensi nyeri muskoletal (termasuk NPB) pada
1998 adalah sebesar 56%, Norwegia pada tahun 1997 sebesar 21,6%, Spanyol pada
tahun 1999 sebesar 23,7%, dan di Belanda pada tahun 2001 adalah sebesar 26,9%
dari total populasi. 8
Pada tahun 1998, prevalensi penderita NPB di Inggris adalah 40% dalam 1
tahun terakhir. Ada sedikit peningkatan dibandingkan tahun 1996 dengan prevalensi
NPB 35%. Pada tahun 1992 prevalensi NPB hanya 10%. 38
Menurut Altinel Levent, et al (2008), prevalensi penduduk Turki menderita
NPB adalah 51% selama hidup mereka. 37
Di Rumah sakit Dr. Kariadi Semarang, proporsi pasien baru yang berkunjung
di Divisi Rehabilitasi Medik pada tahun 1995 adalah sebanyak 20% (276 orang)
dengan keluhan NPB dengan 5 orang harus menjalani operasi. Pada bulan Mei tahun
2000 di tempat yang sama didapatkan 52 penderita (5%) NPB dari 1092 pasien baru
yang berkunjung di RS ini. 23
Menurut Harsono (1991) di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito,
penderita NPB meliputi kurang dari 5,5% dari jumlah pengunjung, sementara
proporsi NPB rawat inap 8-9%. 24
2.5.2. Determinan Nyeri Punggung Bawah
Faktor pencetus untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas,
pekerjaan, faktor psikososial, riwayat cedera punggung sebelumnya, aktivitas/
a. Usia
Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya NPB, sehingga biasanya
diderita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya
terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda.
Penelitian telah memperlihatkan bahwa resiko dari NPB meningkat pada
pasien yang semakin tua, tetapi ketika mencapai usia sekitar 65 tahun resiko
akan berhenti meningkat. Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda
sudah terkena NPB. Bahkan anak-anak dan remaja saat ini ini semakin
beresiko mengalami nyeri punggung akibat menghabiskan terlalu banyak
waktu membungkuk di depan komputer atau membawa tas sekolah yang berat
dari dan ke sekolah. 6
Dalam penelitian Louw, Q.A, et al (2007) di Afrika ditemukan bahwa
populasi yang paling banyak menderita NPB meliputi kelompok usia pekerja/
produktif (48%). Kelompok usia sekolah yang menderita NPB adalah 15%
dari total penderita NPB. Prevalensi anak-anak dan remaja untuk menderita
NPB adalah 33% sedangkan prevalensi orang dewasa menderita NBP adalah
50%. 39
Menurut penelitian Jones, G.T (2004) di Inggris ditemukan bahwa pada
anak-anak dan remaja memiliki resiko yang sama seperti orang dewasa dalam
menderita NPB dengan prevalensi 70-80%. Walaupun banyak kasus
anak-anak yang dilaporkan aktivitas sehari-harinya terhambat karena menderita
NPB, namun gangguan serius/parah jarang ditemukan sehingga konsultasi
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri
punggung bawah sampai umur 60 tahun. Namun pada kenyataannya jenis
kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya NPB, karena pada wanita
keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan
tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan
terjadinya NPB.
Berdasarkan penelitian Altinel, Levent, et al (2007) di Turki didapatkan
bahwa prevalensi NPB pada perempuan adalah 63,2% dan pada laki-laki
sebesar 33,8% setidaknya satu kali dalam hidup mereka untuk menderita
NPB. 37
c. Obesitas
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya NPB
lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat,
sehingga dapat memungkinkan terjadinya NPB.
Obesitas dapat diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh)
dengan rumus BB(kg)/TB2(m). WHO telah menetapkan standar obesitas pada
orang Asia yaitu dengan ukuran IMT ≥ 25kg/m2. 40
Inggris memiliki prevalensi obesitas yang pertumbuhannya paling cepat di
negara Barat dan hal ini mungkin berperan terhadap masalah punggung pada
kali lipat dalam 25 tahun terakhir. Tiga perempat orang Inggris memiliki berat
badan berlebih. 25
Menurut penelitian Putri Perdani (2010) dengan desain penelitian kasus
kontrol terhadap 110 responden didapat orang yang mempunyai postur tubuh
piknik beresiko 6,9 kali (OR=6,9 ) untuk timbulnya nyeri punggung bawah.
Dengan adanya berat badan berlebih, terutama beban ekstra di daerah perut
dapat menyebabkan tekanan pada daerah tersebut meningkat. 26
d. Pekerjaan
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang,
gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja
statis. Oleh karena itu, riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam
penelusuran penyebab NPB.
Berdasarkan penelitian Punnet Laura, et al (2005) dengan desain Kohort pada
1.404 subjek, diperoleh bahwa kategori pekerjaan pekerja sales (RR=1,38)
operator (RR=2,39), pekerja pelayanan jasa (RR=2,67), dan petani (RR=5,17)
memiliki hubungan dalam menimbulkan NPB. 33
e. Faktor Psikososial
Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko NPB.
Kecemasan, depresi, stress, tanggung jawab, ketidakpuasan kerja, mental,
stress di tempat kerja dapat menempatkan orang-orang pada peningkatan
Menurut penelitian Muto Shigeki et al (2005) di Jepang pada 975 subjek yang
bekerja sebagai guru sekolah dengan desain penelitian cross sectional
didapatkan bahwa jumlah kasus guru berjenis kelamin pria yang menderita
NPB dan mengalami depresi dalam pekerjaannya ada sebanyak 58 kasus
(59,2% dibandingkan dengan jumlah subjek pria seluruhnya), sedangkan guru
perempuan penderita NPB yang mengalami depresi dalam pekerjaan ada
sebanyak 121 kasus (59,9% dibandingkan dengan jumlah seluruh guru wanita
yang diteliti). Berdasarkan penelitian tersebut, kasus NPB yang dilaporkan
dengan gejala depresi jumlahnya lebih banyak (proporsi 60%) dibandingkan
dengan yang tidak mengalami depresi. 34
f. Riwayat cedera/trauma
Satu-satunya alat prediksi terbaik NPB adalah riwayat cedera/trauma.
Seseorang yang pernah mengalami cedera/trauma sebelumnya beresiko untuk
mengalami NPB dikarenakan faktor kekambuhan atau karena cedera tersebut
berlangsung kronis. 41
g. Aktivitas/ olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab NPB yang sering tidak disadari
oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
seseorang seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang
salah dapat menyebabkan NPB. Misalnya seorang pelajar/ mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi tidur
Posisi mengangkat beban dengan berdiri lalu langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah.
Selain sikap tubuh yang salah yang sering kali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1
jam sehari, melakukan aktivitas dengan duduk yang monoton lebih dari 2 jam
dalam sehari, dapat pula meningkatkan resiko timbulnya NPB.
Pada penelitian Putri Perdiani (2010) dengan desain penelitian kasus kontrol
terhadap 110 responden didapat bahwa posisi duduk memiliki hubungan yang
bermakna dengan nyeri punggung bawah (OR= 6,01), orang yang mempunyai
posisi duduk beresiko 6,01 kali untuk timbulnya NPB. 26
h. Merokok
Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan
perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke
cakram dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan
pembuluh darah arteri.
Menurut penelitian Sarnad, Nurul I, dkk (2010) di Malaysia ditemukan bahwa
perokok beresiko 1,32 kali (OR=1,32) untuk menderita NPB dibandingkan
2.6. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah 2.6.1. Pencegahan Primer 16, 28, 20
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat (tetap memiliki faktor resiko) agar tetap sehat atau mencegah orang
yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:
a. Lakukan aktivitas yang cukup yang tidak terlalu berat
b. Selalu duduk dalam posisi yang tepat.”Duduk harus tegap, sandaran tempat duduk
harus tegak lurus, tidak boleh melengkung. Posisi duduk berarti membebani
tulang belakang 3-4 kali berat badan, apalagi duduk dalam posisi yang tidak tepat.
Sementara pada posisi berdiri, punggung hanya dibebani satu setengah kali berat
badan normal.
c. Jangan terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu setengah jam hingga
dua jam. Setelah itu, sebaiknya berdiri dan lakukan peregangan dan duduk lagi
lima menit kemudian.
d. Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titik berat
badan agar seimbang pada kaki. Saat bekerja di rumah atau di kantor, pastikan
permukaan pekerjaan berada pada ketinggian yang nyaman untuk bekerja.
e. Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik, misalnya yang memiliki matras (kasur)
yang kuat (firm), sehingga posisi tidur tidak melengkung. Yang paling baik
adalah tidur miring dengan satu bantal di bawah kepala dan dengan lutut yang
dibengkokkan. Bila tidur terlentang sebaiknya diletakkan bantal kecil di bawah
f. Lakukan olah raga teratur. Pilih olah raga yang berfungsi menguatkan otot-otot
perut dan tulang belakang, misalnya sit up. Postur tubuh yang baik akan
melindungi dari cedera sewaktu melakukan gerakan, karena beban disebarkan
merata keseluruh bagian tulang belakang.
g. Berjalan rileks dengan sikap tubuh tegak.
h. Bila mengendarai mobil, jok mobil jangan terlalu digeser ke belakang hingga
posisi tungkai hampir lurus.
i. Kenakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.
j. Jangan mengangkat dengan membungkuk. Angkat objek dengan menekuk lutut
dan berjongkok untuk mengambil objek. Jaga punggung lurus dan terus dekatkan
objek ke tubuh. Hindari memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik mendorong
daripada menarik ketika harus memindahkan benda berat. Minta bantuan orang
lain bila mengangkat benda yang berat.
k. Jaga nutrisi dan diet yang tepat untuk mengurangi dan mencegah berat badan
berlebihan, terutama lemak di sekitar pinggang. Diet harian yang cukup kalsium,
fosfor, dan vitamin D membantu menjaga pertumbuhan tulang baru.
l. Berhenti merokok. Merokok mengurangi aliran darah ke tulang punggung bagian
bawah dan menyebabkan cakram tulang belakang mengalami degenerasi.
2.6.2. Pencegahan Sekunder 30, 24, 31
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghindarkan komplikasi dan
dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan
pengobatan yang cepat dan tepat.
a. Diagnosis Klinis NPB
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis,
pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
a.1. Anamnesis
Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan dengan organ
lain yang terletak di dalam rongga perut serta rongga pelvis, dan juga
mengingat banyaknya faktor penyebab NPB, maka anamnesis terhadap setiap
keluhan NPB akan merupakan sederetan daftar pertanyaan yang harus
diajukan kepada penderita atau pengantarnya. Daftar pertanyaan tersebut
diharapkan dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal yang terlewatkan
dalam anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah terjadi secara
akut atau kronis, disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung,
mengalami gangguan tidur, menstruasi atau libido, disertai nyeri pada tungkai
atau menjalar ke tungkai, diperberat oleh batuk/bersin, memiliki riwayat
tuberkulosis, keganasan/operasi tumor, kencing batu, klaudikasio intermitten,
bekerja dengan sikap yang salah atau mengejan kuat, memiliki perasaan
cemas atau gelisah, memiliki riwayat demam atau gangguan buang air
kecil/besar, atau memiliki rasa kesemutan pada tungkai.
Anamnesis NPB mempunyai kerangka acuan tertentu minimal harus meliputi
b) Penyebaran nyeri
c) Sifat nyeri
d) Pengaruh aktivitas terhadap nyeri
e) Pengaruh posisis tubuh atau anggota tubuh
f) Trauma
g) Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya
h) Obat-obat analgetika yang pernah diminum
i) Kemungkinan adanya proses keganasan
j) Riwayat menstruasi
k) Kondisi mental/emosional
a.2. Pemeriksaan Umum
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Inspeksi
b) Palpasi dan perkusi
c) Pemeriksaan tanda vital (vital sign)
a.3. Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologik meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks
fisiologik dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk
menentukan apakah sarafnya ada yang mengalami kelainan.
a.4. Pemeriksaan dengan alat-alat
Yang dimaksud dengan pemeriksaan alat-alat disini ialah neuroimaging
dengan menggunakan alat-alat seperti foto polos vertebra lumbosakral, Bone
Resonance Imaging), ultrasonografi, biopsi tertutup vertebra lumbal,
densitometri tulang.
b. Pengobatan NPB
Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi NPB: konservatif dan operatif.
a. Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), mobilisasi, medikamentosa,
fisioterapi, dan traksi pelvis.
1) Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama
beberapa hari dengan sikap tertentu. Tidur di atas tempat tidur dengan alas
keras dan atau bisa juga dengan posisi semi Flowler. Posisi ini berguna
untuk mengelimir gravitasi, mempertahankan kurvatura anatomi vertebra,
relaksasi otot, mengurangi hiperlordosis lumbal, dan mengurangi tekanan
intradiskal.
2) Mobilisasi, pada fase permulaan, mobilisasi dilakukan dengan bantuan
korset. Manfaat pemakaian korset adalah untuk membatasi gerak,
mengurangi aktivitas otot (relaksasi otot), membantu mengurangi beban
terhadap vertebra dan otot paraspinal, dan mendukung vertebra dengan
peninggian tekanan intra abdominal. Mobilisasi sebaiknya dimulai dengan
gerakan-gerakan ringan untuk jangka pendek. Kemudian diperberat dan
diperlama.
3) Pada medikamentosa, ada dua jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah
obat yang bersifat simtomatik dan yang bersifat kausal.
memperbaiki sirkulasi lokal, merelaksasi otot, memperbaiki extensibilitas
jaringan ikat.
5) Traksi pelvis, bermanfaat untuk relaksasi otot, memperbaiki lordosis serta
memaksa penderita melakukan tirah baring total. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa traksi tidak bermanfaat untuk meregangkan discus yang menyempit.
Traksi pelvis dilarang dilakukan jika ada infeksi tulang, keganasan tulang,
adanya kompresi mielum. Beban yang umum digunakan berkisar antara
10-25 kg.
b. Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif selama 2-3 minggu
tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik.
2.6.3. Pencegahan Tersier 16, 32
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi dan
mengadakan rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik
dan menolong penderita NPB agar lebih memperhatikan cara mengatasi masalah dan
dapat menjalani kehidupan yang lebih normal.
a. Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita NPB menghindari pekerjaan
atau aktivitas berat.
b. Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan, atau stress yang
dapat memicu atau memperberat kembali terjadinya NPB.
c. Bagi penderita NPB yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan diet
d. Untuk mengurangi dissabilitas dan perbaikan fungsional direkomendasikan
dengan program back exercise.
e. Membiasakan diri dengan postur tubuh dan sikap tubuh yang benar.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Model Kerangka Konsep
3.2. Defenisi Operasional Variabel
3.2.1. Penderita nyeri punggung bawah adalah pasien yang dinyatakan berdasarkan
diagnosa dokter menderita gejala NPB pada kartu status dan dirawat inap di
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010. Karakteristik Penderita Nyeri
Punggung Bawah
1. Faktor sosiodemografi Umur
Jenis kelamin Suku
Agama Pendidikan Pekerjaan
Status perkawinan Daerah asal 2. Status obesitas
3. Riwayat cedera/ trauma 4. Klasifikasi NPB
5. Penatalaksanaan medis 6. Lama rawatan rata-rata 7. Sumber biaya
3.2.2. Sosiodemografi yang meliputi:
a. Umur adalah usia penderita NPB rawat inap dan dicatat sesuai dengan
yang ada di dalam kartu status. Umur dikategorikan menjadi: 38
1. 16-24 tahun 2. 25-44 tahun 3. 45-54 tahun 4. 55-64 tahun 5. ≥65 tahun
Selanjutnya untuk analisa statistik, umur penderita NPB dikategorikan
menjadi: 37
1. ≤40 tahun 2. 41-65 tahun 3. >65 tahun
b. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita NPB dan
dicatat pada kartu status. Dikategorikan atas:
1. Laki-laki 2. Perempuan
c. Suku adalah keterangan mengenai asal kebudayaan penderita NPB yang
terdapat di dalam kartu status. Dikategorikan atas:
1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Minang 5. Aceh 6. Nias 7. Karo
d. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita NPB yang terdapat
2. Kristen Katholik 3. Kristen Protestan 4. Hindu
5. Budha
e. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah
ditempuh dan berhasil diselesaikan penderita NPB yang terdapat pada
kartu status.
Dikategorikan atas:
1. Tidak sekolah 2. SD/ sederajat 3. SLTP/ sederajat 4. SLTA/ sederajat
5. Akademi/ Perguruan tinggi
f. Pekerjaan adalah jenis kegiatan/ aktivitas penderita NPB yang dilakukan
di luar atau di dalam rumah sesuai dengan yang tercatat di dalam kartu
status.
Dikategorikan atas:
1. Pegawai Negeri Sipil 2. TNI/ Polri
3. Wiraswasta
4. Ibu Rumah Tangga 5. Petani
6. Pelajar/ Mahasiswa 7. Tidak bekerja
Selanjutnya untuk analisa statistik, klasifikasi jenis pekerjaan dikategorikan menjadi: 29
1. Pekerjaan Ringan : pegawai negeri sipil, dan tidak bekerja.
g. Status Perkawinan adalah predikat yang dimiliki penderita NPB sesuai
yang tercatat dalam kartu status. Dikategorikan atas:
1. Belum kawin 2. Kawin
3. Janda 4. Duda
h. Daerah asal adalah tempat tinggal penderita NPB yang terdapat pada kartu
status.
1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan
3.2.3. Status obesitas adalah kondisi seseorang yang mempunyai kumpulan lemak berlebih yang dapat mengganggu kesehatan dengan Indeks Massa Tubuh (BB/(TB²)) ≥25kg/m² (WHO). 40Dikategorikan atas:
1. Obesitas (apabila BMI ≥25kg/m²) 2. Tidak obesitas (apabila BMI ≤25kg/m²)
3.2.4. Riwayat cedera/ trauma adalah adanya pernah tidaknya seseorang mengalami
cedera/trauma sesuai dengan yang tercatat pada kartu status. Dikategorikan
atas:
1. Pernah
2. Tidak pernah
3.2.5. Klasifikasi NPB adalah jenis NPB yang diderita oleh penderita yang
diidentifikasi berdasarkan penyebabnya sesuai yang tercatat dalam kartu
status. Dikategorikan atas:
1. NPB traumatik