• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reduksi Moral dan Reality Show” ( Analisis isi kuantitatif reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek di Trans TV).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Reduksi Moral dan Reality Show” ( Analisis isi kuantitatif reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek di Trans TV)."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

REDUKSI MORAL DAN REALITY SHOW

(Analisis Isi Kuantitatif Reduksi Moral dan Tayangan Reality Show

“Termehek-mehek” di TransTV)

SKRIPSI

Oleh:

SITI RAHAYU SIREGAR

050904024

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

(2)

ABSTRAKSI

Televisi merupakan salah satu bentuk media yang paling mudah dan paling murah digunakan. Idealnya, sebuah stasiun televisi mampu menayangkan hiburan yang mendidik, menghibur, dan memberikan informasi. Namun, pada kenyataannya banyak juga stasiun televisi yang melenceng, keluar dari yang semestinya demi memperoleh rating dan menarik minat tonton masyarakat. Hal ini menyebabkan berbagai macam cara dilakukan termasuk cara-cara menyuguhkan tayangan yang bisa menyebabkan berkurangnya (reduksi) moral si penonton.

Tayangan reality show “Termehek-mehek” dipilih karena jika dilihat dari sudut pandang rating, tayangan ini merupakan tayangan yang berada di posisi pertama untuk program tayangan reality show nasional.

Untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang reduksi moral ini digunakan metode analisis isi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis isi reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV. Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat

manifest (nyata). Dalam Analisis isi kuantitatif yang dipertimbangkan hanya “apa

yang dikatakan” (what) akan tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how). Dalam penelitian analisis isi kuantitatif digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduks i moral.

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur bagi Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Reduksi Moral dan Reality

Show” ( Analisis isi kuantitatif reduksi moral pada tayangan reality show

“Termehek-mehek di Trans TV) ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak meminta bantuan kepada banyak pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan juga memberikan masukan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Amir Purba, MA, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Hendra Harahap, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang memberikan bimbingan , masukan dan bantuan moril yang tak terhingga kepada penulis.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya dosen Ilmu Komunikasi. Terimakasih.

5. Ayahanda Erwin Syafi’i Siregar, SE dan Ibunda Subiyati yang tidak bosan-bosannya mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan kepada penulis, yang telah membesarkan dan membimbing dengan sepenuh hati dan kasih sayang yang tak ternilai.

(4)

7. Kak Cut, kak Ros, kak Maya dan kak Rotua yang banyak membantu penulis dalam proses administrasi dan informasi.

8. Teman-teman Ilmu Komunikasi stambuk 2005, terimakasih atas kebersamaannya.

9. Randa, Mona, Putri, Mei Mei, Muti, dan Airin serta terimakasih untuk dukungan-dukungan, semangat, canda, kritik, saran, kebersamaan dan persahabatannya selama kuliah di Ilmu Komunikasi USU.

10.Kepada teman-teman yang membantu yang tidak bisa penulis sebutkan namanya.

Penulis juga menghaturkan maaf atas semua kesalahan dan kekurangan yang telah penulis buat selama penulisan skripsi ini, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga saja skripsi ini berguna bagi orang yang membacanya.

Medan, September 2009 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAKSI... ... iii

KATA PENGANTAR ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ... x

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 7

I.3. Pembatasan Masalah ... 7

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS ... 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode dan Teknik Penelitian ... 26

III.1.1 Metode Penelitian... 26

III.1.2 Teknik Pengumpulan Data ... 30

III.2. Metode Pengukuran ... 32

(6)

III.2.2 Operasionalisasi Konsep... 33

III.2.3 Definisi Operasional ... 35

III.2.4 Penentuan Katagorisasi ... 36

III.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

III.4. Deskripsi Tayangan yang Mengandung Reduksi Moral ... 40

III.5. Cara Penentuan Populasi dan Sampel ... 41

III.6. Unit Analisis Data ... 42

III.7. Tahap Pengumpulan Data ... 43

III.8. Rencana dan Metode Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gambaran Umum Tayangan Reality Show “Termehek-mehek” ... 45

IV.2. Proses Pengumpulan Data ... 48

IV.3. Tingkat Reliabilitas... 49

IV.4. Analisis Tabel Tunggal ... 51

IV.4.1 Pelaku Reduksi Moral ... 57

IV.4.2 Tempat Penggambaran Reduksi Moral ... 59

IV.5. Kelemahan Penelitian ... 62

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan . ... 63

V.2. Saran-saran . ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... ... 68

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi operasionalisasi konsep

Tabel 2 Termehek-mehek sebagai program TV terfavorit versi ABI

(Anugerah Bintang Indonesia) 2008

Tabel 3 Penggambaran Reduksi Moral

Tabel 4 Bentuk Reduksi Moral “Tidak Menghormati Orang Tua”

Tabel 5 Bentuk Reduksi Moral “Berbohong”

Tabel 6 Bentuk Reduksi Moral “Mengganggu Ketertiban Umum”

Tabel 7 Bentuk Reduksi Moral “Melakukan Tindak Kekerasan Fisik”

Tabel 8 Bentuk Reduksi Moral “Melakukan Tindak Kekerasan Psikis”

Tabel 9 Bentuk Reduksi Moral “Membeberkan Aib”

Tabel 10 Pelaku Reduksi Moral

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

- Data yang Diteliti

- Lembar Koding Adegan Reduksi Moral

(9)

ABSTRAKSI

Televisi merupakan salah satu bentuk media yang paling mudah dan paling murah digunakan. Idealnya, sebuah stasiun televisi mampu menayangkan hiburan yang mendidik, menghibur, dan memberikan informasi. Namun, pada kenyataannya banyak juga stasiun televisi yang melenceng, keluar dari yang semestinya demi memperoleh rating dan menarik minat tonton masyarakat. Hal ini menyebabkan berbagai macam cara dilakukan termasuk cara-cara menyuguhkan tayangan yang bisa menyebabkan berkurangnya (reduksi) moral si penonton.

Tayangan reality show “Termehek-mehek” dipilih karena jika dilihat dari sudut pandang rating, tayangan ini merupakan tayangan yang berada di posisi pertama untuk program tayangan reality show nasional.

Untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang reduksi moral ini digunakan metode analisis isi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis isi reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV. Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat

manifest (nyata). Dalam Analisis isi kuantitatif yang dipertimbangkan hanya “apa

yang dikatakan” (what) akan tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how). Dalam penelitian analisis isi kuantitatif digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduks i moral.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Televisi dalam kehidupan manusia dipandang mampu menghadirkan

sebuah peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang

bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa

menghadirkan suatu efek sosial yang berisi perubahan nilai-nilai sosial dan

budaya manusia terutama televisi karena jika dibandingkan dengan radio dan surat

kabar, televisi terbilang yang paling cepat memberikan pengaruh pada kehidupan

manusia. Hal ini dikarenakan kekuatan audiovisual televisi yang bisa langsung

menyentuh segi-segi kejiwaan manusia. Dan ternyata fenomena inilah yang

dibaca oleh para kreator program televisi untuk menciptakan suatu program yang

berkaitan dengan kehidupan manusia, sekaligus bisa langsung menyentuh hati

pemirsanya, sehingga muncullah acara realita atau yang lebih dikenal dengan

nama reality show.

Reality show adalah salah satu jenis program acara televisi, dimana

pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi dengan skenario yang

menggunakan pemain dari khalayak umum biasa (buka

show menggunakan tema seperti tema-tema persaingan, kehidupan sehari-hari

seorang selebritis, pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status

seseorang dengan diberikan uang banyak. Pengecualiannya adalah bila acara

tersebut mengenai kehidupan artis, maka yang didokumentasikan adalah

(11)

kehidupan penyanyi rock Ozzy Osborne yang ditayangkan di salah satu stasiun

televisi Amerika. Di program ini diceritakan semua orang di keluarga Osborne

menjadi bintang (terkecuali seorang anaknya, yang menolak ikut). Konflik

keluarga yang terjadi dan makian ditampilkan apa adanya. Acara ini sukses di

Amerika.

Pertama kali ditayangkan, reality show ini konsepnya sederhana sekali

hanya memotret kehidupan orang awam (bukan selebriti) kemudian disiarkan dan

ditonton oleh orang banyak. Yang menjadi sorotan merasa senang dan yang

menonton merasa terhibur. Pada tahun 1980 Amerika membuat acara reality show

yang bertema kontes bakat. Dalam kontes ini semua orang berhak memamerkan

keahliannya. Siapa yang paling bagus, dialah yang menang. Namun hal ini

dianggap kurang bisa membuat emosi penonton terbawa dan dibuktikan dengan

respon penonton Amerika saat itu yang biasa-biasa saja terhadap reality show.

“Survivor” adalah ajang kompetisi pertama dalam bentuk reality show yang

mendapat sambutan luar biasa dari penonton Amerika.

Geliat reality show di Indonesia muncul ketika ditayangkannya suatu

program bertema cinta yang diberi nama “Katakan Cinta”. “Katakan Cinta”

adalah reality show pertama di Indonesia yang tayang sejak 19 Januari 2003 di

RCTI setiap hari Minggu pukul 16.30 WIB. Menurut data rating AC Nielsen,

lembaga riset internasional yang sekarang berganti nama menjadi AGB Nielsen,

“Katakan Cinta” adalah program reality show dengan shared audience mencapai

25% dari seluruh pemirsa televisi yang menyaksikan seluruh tayangan televisi

(12)

terfavorit dalam ajang Panasonic Awards 2003, dan nominator reality show

terfavorit Panasonic Awards 2004.

Kesuksesan RCTI menayangkan “Katakan Cinta” menggugah stasiun

televisi lain untuk membuat acara reality show serupa sebagai pesaing. Seperti

SCTV yang menayangkan Playboy Kabel, Kontak Jodoh dan Harap-Harap Cemas

(H2C). Ketika tema reality show bergerak dari tema cinta maka TPI muncul

dengan program Uka Uka, Trans TV dengan Dunia Lain, Anteve yang

menampilkan artis-artis ngamen untuk membantu kesulitan seseorang yang diberi

nama Selebriti Jam bahkan Metro TV tidak mau ketinggalan dengan

menayangkan The Scholar Indonesia.

Pada bulan Desember tahun 2003, Indosiar muncul dengan sebuah

tayangan reality show pertama yang bertemakan pencarian bakat yaitu Akademi

Fantasi Indosiar ( AFI) yang mengadopsi La Academia dari Meksiko. Acara ini

terbilang sangat sukses karena berdasarkan riset yang dilakukan oleh AGB

Nielsen di sepuluh kota besar yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang,

Yogyakarta, Medan, Palembang, Denpasar, Banjarmasin dan Makassar,

INDOSIAR mampu meraih channel share 18,4%, yang disusul SCTV dengan

17,2%, RCTI 17,1%, Trans TV 11,6% dan TPI 8,7%. Dan posisi nomor satu yang

berhasil diraih INDOSIAR ini berlangsung selama lima minggu berturut-turut.

Program ini juga mempelopori munculnya Indonesian Idol di RCTI yang juga

mengadopsi dari American Idol, Kontes Dangdut TPI di TPI, Selebriti Mendadak

Dangdut yang tayang di Anteve, serta Bintang Cari Bintang di Trans TV.

Secara umum terdapat beberapa penggolongan dari reality show, antara

(13)

1. Program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok

orang dengan sepengetahuan objek yang direkam. Contohnya : Minta Tolong,

Tantangan, dunia lain, atau Ekspedisi Alam Gaib, dan sebagainya.

2. Berisi rekaman tersembunyi atas perilaku orang yang mengejutkan, atau

dalam kondisi yang direkayasa, seperti tayangan Spontan, Jail, Paranoid,

Harap-Harap Cemas, Playboy Kabel, Termehek-mehek, Orang Ketiga, Mbikin Orang

Panik (MOP), dan sebagainya.

3. Program pencarian bakat melalui kompetisi tertentu. Contoh: Akademi

Fantasi Indosiar (AFI), Indonesian Idol, Kontes Dangdut TPI (KDI).

4. Program Amal (Charity), konsep yang disampaikan adalah menolong

orang lain. Contohnya : Uang Kaget, Rezeki Nomplok, Bedah Rumah, Jika Aku

Menjadi, Nikah Gratis.

Berdasarkan sebuah polling yang dilakukan salah satu situs internet,

reality show yang banyak mendapat perhatian publik adalah Termehek-mehek

yang ditayangkan di Trans TV. Bahkan Termehek-mehek berhasil menggeser

posisi sinetron Cinta Fitri di SCTV pada minggu ke- 47 tahun 2008 dengan

3.961.000 penonton di jam 18.15 WIB dan persentase rating 9,3 %. Reality show

ini juga dinobatkan menjadi Program Televisi Terfavorit versi Anugerah Bintang

Indonesia (ABI) 2008. Meskipun namanya terdengar aneh, “Termehek-mehek”

alias menangis tak kunjung henti tapi acara ini cukup menarik. Karena konsep

program acara ini yang berusaha memecahkan masalah pelapor (client). Masalah

dalam program “Termehek-mehek” biasanya seputar masalah pencarian anggota

keluarga yang hilang, menyingkap hubungan seseorang dengan lawan jenis yang

(14)

pelapor (client) tersebut. Masalah ini dipecahkan secara spekulatif dengan sistem

penyelidikan rahasia selama berhari-hari. Dan biasanya sepanjang pencarian,

acara ini diikuti konflik seperti perkelahian dengan pihak yang terkait dalam

pencarian yang diikuti dengan cacian dan makian bahkan sampai-sampai

perkelahian dan adakalanya pencarian-pencarian ini menyebabkan terganggunya

ketertiban di lingkungan sekitar lokasi pencarian dan perbuatan-perbuatan yang

tidak sesuai dengan norma lainnya.

Klimaks acara ini yaitu dengan menyingkap rahasia target penyelidikan

yang sangat dibutuhkan oleh si pelapor (client) tersebut, dan inilah yang menjadi

inti dari semua penyelidikaan program ini. Klimaks acara ini terkadang

memberikan kebenaran spekulasi si pelapor (client) terhadap target, namun

terkadang malah tidak membuktikan apa-apa. Hal tersebut memberikan efek

emosional terhadap si pelapor (client) baik bahagia ataupun sebaliknya.

Meski intinya adalah pencarian orang, acara ini banyak digemari sebab

“Termehek-mehek” yang tayang tiap hari Sabtu dan Minggu ini berisikan

pencarian orang yang sudah lama tidak kita ketahui kabar beritanya dan ini adalah

hal yang cukup sulit kalau dilakukan sendiri. Akan tetapi tim reality show ini

mampu mencari si target hingga ketemu. Meskipun terkadang akhir cerita ini

seringkali menyedihkan bahkan tanpa disadari si pelapor (client) harus menerima

konsekuensi kalau aibnya menjadi konsumsi publik, seperti kisah seorang wanita

bersuami yang mencari anak kandungnya hasil dari hubungan dengan mantan

kekasihnya, seorang cewek yang sudah terlanjur hamil dan mencari pacarnya yang

lari dari tanggungjawab, seorang kakak yang mencari adik kembarnya yang harus

(15)

yang tiba-tiba tidak memberikan kabar kepada orangtuanya di kampung namun

ternyata si kakak sudah menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK), serta seorang

kakak yang mencari adik laki-lakinya yang ternyata sudah menjual rumahnya dan

menggunakan uangnya untuk bermain judi. Akan tetapi tetap saja banyak orang

yang menggunakan jasa reality show ini untuk mengatasi masalah-masalahnya.

Disadari atau tidak kisah-kisah pencarian dengan “bumbu aib” dan tindakan yang

tidak sesuai dengan norma seperti ini bisa menyebabkan berkurangnya (reduksi)

moral baik pada diri si pelapor (client) maupun orang-orang yang terlibat dalam

pencarian tersebut.

Persoalannya timbul ketika

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merasa

tertarik untuk menganalisis bentuk-bentuk reduksi moral yang terdapat pada

tayangan reality show “Termehek-mehek” yang ditayangkan oleh Trans TV.

kemunculan reality show sebagai media

komunikasi publik diduga bisa berpotensi mereduksi nilai-nilai moral karena

norma masyarakat yang menjadi pegangan dalam menjalani hidup sebagai

manusia yang bermoral semakin diabaikan. Termasuk tayangan reality show

“Termehek-mehek” ini yang dianggap mampu mengubah realitas publik dan

(16)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana reduksi moral digambarkan dalam tayangan reality show

“Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV?

2. Siapa pelaku reduksi moral dalam tayangan reality show

“Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV?

3. Bentuk-bentuk reduksi moral seperti apa yang digambarkan dalam

tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans

TV?

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat

mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti.

Adapun pembatasan masalah tersebut adalah:

a. Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi kuantitatif.

b. Penelitian ini dilakukan pada tayangan reality show “Termehek-mehek”

yang ditayangkan Trans TV pada tanggal 02, 03, 09 dan 10 Mei 2009.

c. Penelitian ini terbatas hanya untuk mengamati penggambaran reduksi

moral, pelaku reduksi moral dan bentuk-bentuk reduksi moral yang

ditayangkan dalam tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun

(17)

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui penggambaran bentuk-bentuk reduksi moral pada

tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans

TV.

b. Untuk mengetahui pelaku reduksi moral pada tayangan reality show

“Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Dalam hal ini, manfaat penelitian yang dimaksud adalah:

a. Secara akademis, penelitian ini dapat memperluas dan memperkaya bahan

referensi, bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU,

khususnya di departemen Ilmu Komunikasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

penulis tentang metode penelitian analisis isi kuantitatif.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat menjadi sarana untuk

menambah pengetahuan penulis mengenai reduksi moral dalam tayangan

reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV.

d. Secara khusus penelitian ini penulis berikan untuk penikmat tayangan

(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media dihasilkan dan

menyampaikan pesan kemasyarakat luas dan proses dimana pesan-pesan tersebut

diperlihatkan, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh pemirsa. Pusat dari

studi komunikasi massa adalah media. Organisasi media menyebarkan

pesan-pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan masyarakat dan

mereka memberikan informasi secara bersamaan ke penonton yang beragam

secara luas, membuat media bagian dari kekuatan institusional masyarakat.

"Media" tentu saja, menyiratkan "mediasi" karena mereka muncul diantara

pemirsa dan dunia. McQuail menyarankan beberapa kiasan untuk menangkap ide

ini. Media adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat lingkungan

diluar kita, penafsir yang membantu kita memahami pengalaman, landasan atau

operator yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif yang meliputi

umpan balik pemirsa, papan arah yang disediakan dengan petunjuk dan arahan,

penyaring yang menyaring bagian-bagian pengalaman dan fokus pada yang lain,

cermin yang memantulkan diri kita kembali kepada kita, dan hambatan yang

memblokir kebenaran. Joshua Meyrowitz menambahkan tiga tambahan kiasan

media sebagai penyalur, media sebagai bahasa, dan media sebagai lingkungan

(Littlejohn , 2005: 324).

Menurut Berelson & Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk

mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan

(19)

adalah Harold D. Lasswell, yang mempelopori teknik symbol coding, yaitu

mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.

Metode analisis isi adalah metode yang digunakan untuk meriset atau

menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif serta isi

yang nyata. Sitematik berarti bahwa segala proses analisis harus tersusun melalui

proses yang sistematik, mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara

menganalisisnya, maupun kategori yang dipakai untuk menganalisis. Objek

berarti periset harus mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subjektif

sehingga hasil analisis benar-benar objektif dan bila dilakukan riset lagi oleh

orang lain maka hasilnya relatif sama serta yang diriset dan dianalisis adalah isi

yang tersurat (tampak).

Penggunaan analisis isi mempunyai beberapa manfaat atau tujuan yaitu:

a) Menggambarkan isi komunikasi, mengungkapkan kecenderungan yang

ada pada isi komunikasi baik melaui cetak maupun elektronik.

b) Membandingkan isi media dengan dunia nyata, melakukan pengujian

terhadap apa yang ada di dalam dengan situasi aktual yang ada di dunia

nyata.

c) Mendukung studi efek media massa, riset yang digunakan untuk melihat

apakah pesan-pesan di media massa tersebut menumbuhkan sikap-sikap

yang serupa di antara para penggunanya.

Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks

komunikasi yang bersifat manifest (nyata). Dalam Analisis isi kuantitatif yang

dipertimbangkan hanya “apa yang dikatakan” (what) akan tetapi tidak dapat

(20)

Analisis data pada riset kuantitatif berbeda dengan riset kualitatif karena

pada data riset kuantitatif datanya bentuk angka-angka, maka analisis datanya

berupa penghitungan melalui uji statistik. Sedangkan data pada riset kualitatif

tidak menggunakan uji statistik karena datanya berupa data kualitatif yaitu

kata-kata atau kalimat-kalimat, gambar-gambar dan bukan angka-angka. Jenis statistik

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif kuantitatif.

Dalam penelitian ini digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif

dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau

subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah

kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduksi moral dengan

menggunakan:

1. Unit tematik yaitu satuan berita, perhitungannya berdasarkan tema

peristiwa yang ditayangkan.

2. Unit referens yaitu rangkaian kata atau kalimat yang menunjukkan sesuatu

yang mempunyai arti sesuai kategori.

3. Uji sintaksis yaitu berupa simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata

atau simbol itu misalnya berapa kata atau adegan yang menggambarkan

reduksi moral dalam sebuah tayangan (kriyantono, 235: 2008).

Gans (1979) dan Gitlin (1980) mengelompokkan berbagai macam

perspektif yang dapat digunakan untuk melihat analisis isi kedalam beberapa

kategori :

1. Isi media merefleksikan realitas sosial dengan atau tanpa distorsi. Dimana

media massa menyampaikan gambaran realitas sosial secara akurat kepada

(21)

Young (1981) memperkirakan bahwa isi media bebas dari distorsi. The

Null Effects Mode menyatakan bahwa media massa menyediakan sebuah

representasi dari kenyataan dengan sedikit atau tanpa distorsi inilah alasan agar isi

bebas distorsi meskipun sangat berbeda dari tradisionalnya "wartawan sebagai

pemancar netral". Young percaya bahwa representasi hasil isi bukan karena

wartawan adalah netral dan pengamat mulia serta perekam dari realitas, tapi lebih

karena mereka didorong dan didesak oleh pasukan penyeimbang (misalnya, kaum

liberal versus konservatif, para pendukung kontrol senjata versus Asosiasi

Senapan Nasional) dalam memberikan pandangan yang cukup akurat tentang

dunia.

Media massa, kata Young, para simultan “membeli” pandangan dari

mereka yang memiliki kekuatan (berita) dan "menjual" pandangan mereka untuk

kelas pekerja. Hasil dari sistem pasar ini pembelian dan penjualan berita-

mengurangi distorsi pada isi media, karena isi yang menyimpang akan memilki

sebuah penonton potensial yang lebih kecil dan akan kurang menguntungkan

untuk para pemilik media. Dalam The Null Effects Theory media massa

dipandang sebagai mempunyai sedikit atau tidak berpengaruh pada perubahan

sosial. Kontrol terletak di dalam penonton-antara mengontrol dan kelas pekerja-

prosesor yang aktif informasi.

2. Isi media dipengaruhi oleh pekerja media, baik dari kehidupan sosialnya

dan sikapnya.

3. Isi media dipengaruhi oleh rutinitas media, hal ini berhubungan dengan

(22)

4. Isi media dipengaruhi oleh institusi sosial dan kekuatan lain. Hal ini

menggambarkan bahwa ada faktor eksternal antara komunikator dengan

organisasi media.

5. Isi media dipengaruhi oleh posisi ideologi. Hegemoni merupakan

pendekatan yang menyatakan bahwa media dipengaruhi oleh ideologi dan

kekuatan yang ada di masyarakat.

Isi media adalah dasar dari dampak media, sebagian besar, terbuka dan

dapat diakses untuk bagian studi yang paling jelas dari proses komunikasi massa,

tidak seperti di belakang layar keputusan-keputusan yang dibuat oleh produser,

penulis, dan editor dan perilaku konsumen media. Mempelajari isi membantu kita

menduga hal-hal tentang fenomena yang kurang terbuka dan terlihat, orang-orang

dan organisasi yang menghasilkan isi.

Ada beberapa cara yang bisa diandalkan untuk menentukan katagorisasi isi

media. Kita bisa membedakannya berdasarkan perbandingan audiens

(cendikiawan dengan audiens yang kurang terpelajar), efek khusus (pro atau anti

sosial) atau media yang digunakan (televisi, radio atau media cetak) dan masih

banyak lagi dan diantara begitu banyak cara yang digunakan untuk membedakan

isi media adalah berdasarkan penggunaan ataupun fungsi isi yang dirancang untuk

melayani masyarakat. Harold Lasswell (1948) mengidentifikasi tiga fungsi

penting isi media dalam melayani masyarakat:

1. Pemantau, isi berita adalah yang paling sesuai dengan fungsi pengawasan.

Wright (1986) menunjukkan bahwa berita menyediakan “peringatan”

tentang ancaman dan bahaya di dunia serta berguna untuk kehidupan

(23)

2. Korelasi, berkaitan dengan kegiatan propaganda. Isi korelatif mungkin

sebenarnya termasuk semua isi yang menafsirkan berita, walaupun hal ini

adalah yang paling sering dianggap komunikasi yang bermaksud mencoba

untuk membujuk. Lasswell memang tidak menyebutkan periklanan,

namun pertimbangan isi yg berhubung dengan periklanan dimana

memungkinkan konsumen untuk menghubungkan respon ataupun

tanggapan pada kebutuhan.

3. Transmisi, hampir semua bentuk isi mengirimkan yang dirasakan norma

masyarakat dalam beberapa acara. Hal ini dikarenakan hampir semua

media massa melakukan fungsi ini dalam beberapa acara mereka.

4. Hiburan, fungsi ini merupakan tambahan dari fungsi yang telah disebutkan

Lasswell dan dikemukakan oleh Wright (1986). Isi hiburan biasanya

berkaitan dengan apa yang memberikan kepuasan segera, relaksasi, dan

tangguh untuk audiens dan apa yang berada di bawah kontrol dari

produsen. Isi hiburan biasanya menghadirkan pengalaman manusia tetapi

hiburan tidak dirancang untuk menyampaikan peristiwa sebenarnya..

Dalam pandangan humanistik isi media dilihat sebagai bagian integral dari

budaya yang nyata, bukan sebagai sesuatu yang terpisah dari budaya itu. Budaya

dapat diaplikasikan dalam berbagai cara termasuk salah satunya dalam isi media.

Horace Newcomb (1982) berpendapat bahwa televisi bertindak sebagai sebuah

forum budaya. Hal ini bukan berarti isi hanya sebagai manifestasi budaya namun

isi media adalah bagian dan sumber dari budaya. Itulah sebabnya, isi media

mengambil unsur budaya, membesar-besarkannya, membingkai budaya

(24)

yang mengatakan budaya harus berubah, mengadaptasi dan memperbaiki maka isi

media harus dijadikan sebagai salah satu katalisator untuk rem atau perubahan itu.

Terkait dengan budaya pula, Benjamin Lee Whorf dan Edward Sapir

menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku, karakteristik

bahasa mempengaruhi proses kognitif kita, karena bahasa-bahasa di dunia sangat

berbeda-beda dalam karakteristik semantik dan strukturnya maka orang yang

menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara memandang

dan berpikir tentang dunia. Akibatnya orang yang menggunakan bahasa yang

berbeda akan melihat dunia secara berbeda pula (Tester, 1994: 85). Bahasa

mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin besar pula

perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat non

verbal. Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang pastinya memiliki perbedaan

budaya dengan bangsa lain di dunia ini, di Indonesia dikenal adanya norma yang

mengatur kehidupan bermasyarakat meskipun mungkin setiap orang memahami

norma secara berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu membuat manusia

menjadi manusia yang lebih baik. Dari asal katanya saja norm, yang artinya alat

tukang kayu untuk mengukur sudut atau siku-siku. Dari sinilah kita dapat

mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan. Jadi, norma adalah sesuatu

yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan

norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Norma

adalah aturan-aturan yang bersifat memerintah dan melarang.

Menurut Sony Keraf (1991), secara umum norma dikelompokkan menjadi

dua yaitu:

(25)

Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku atau tindakan

manusia dalam kelompok atau bidang tertentu. Seperti etika medis, etika

kedokteran, etika lingkungan, aturan main catur, aturan main bola, dan lain-lain.

Dimana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa

mengatur semua bidang.

2. Norma Umum

Norma umum bersifat universal yang artinya berlaku luas tanpa

membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma

umum menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Norma sopan santun, norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap

lahiriah seperti makan, minum, tata cara bertamu, menerima tamu, memberi

sambutan, tata cara berpakaian, dan lain-lain. Norma ini lebih berkaitan dengan

tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari..

b. Norma hukum, norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan

ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai

macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan

kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma

sopan santun lebih tegas dan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni

hukuman terhadap orang yaitu yang melanggar norma ini.

c. Norma moral, norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia,

norma moral menjadi tolak ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau

buruk. Norma ini tidak menilai manusia dari satu segi saja, melainkan dari segi

manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara

(26)

lebih mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi tugasnya,

menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebagai manusia dalam

profesi yang diembannya. Dalam hal ini dapat ditentukan baik buruknya

seseorang dalam kapasitasnya sebagai manusia.

Moral sendiri berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos

yang berarti adat kebiasaan. Moral adalah tingkah laku manusia sejajar dengan

ajaran, peraturan, adat dan agama yang ditetapkan oleh masyarakat. Ajaran,

peraturan, adat dan agama ini menentukan bagaimana harus hidup dan bertindak

agar menjadi manusia yang baik. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Nurudin, 2001) moral berarti ajakan baik-buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.

Moral menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut sebagai

orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang

bermoral. Maka, secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan

kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. Menurut Wiwit Wahyuning dalam

bukunya Mengkomunikasikan Moral, yang dikatakan orang bermoral adalah:

a. Setia, jujur dan dapat dipercaya.

b. Baik hati, penyayang, empatis, peka dan toleran.

c. Pekerja keras, bertanggung jawab dan memiliki disiplin diri.

d. Mandiri, mampu menghadapi tekanan kelompok.

e. Murah hati, memberi dan tidak mementingka n diri sendiri.

f. Memperhatikan dan memiliki penghargaan tentang otoritas yang sah,

peraturan dan hukum.

(27)

h. Menghargai kehidupan, kepemilikan, alam, orang yang lebih tua dan orang

tua.

i. Santun dan memiliki adab kesopanan.

j. Adil.

k. Murah hati dan pemaaf.

l. Pemberani.

m.Tenang, damai dan tenteram.

Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan

segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik

dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin itu sering kali

juga disebut hati. Orang yang baik mempunyai hati yang baik akan tetapi sikap

batin yang baik baru dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam

perbuatan lahiriah yang baik pula. Dengan kata lain, moral hanya dapat diukur

secara tepat apabila kedua seginya diperhatikan. Orang hanya dapat dinilai secara

tepat apabila hati maupun perbuatannya ditinjau bersama. Tanggung jawab

sebagai konsekuensi pelanggaran moral berbentuk tanggung jawab moral.

Terkait dengan tanggung jawab moral, media juga memiliki tanggung

jawab moral kepada masyarakat terutama televisi memiliki tanggung jawab moral

untuk memberikan pendidikan dengan cara yang benar, mendidik masyarakat agar

menjadi masyarakat yang cerdas dan bermoral selain fungsinya untuk menghibur.

Namun pada kenyataannya sebagian besar isi televisi termasuk kedalam kategori

hiburan yang mengkhawatirkan. Seperti halnya tayangan reality show, acara yang

dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai rekayasa realita ini adalah salah satu

(28)

berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak umum

biasa (tidak menggunakan

mengenai kehidupan artis, maka yang didokumentasikan adalah kehidupan nyata

bagaimana artis tersebut menjalani hari-harinya. Reality show biasanya

menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritis,

pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan

diberikan uang banyak.

Kemunculan program reality show “ Katakan Cinta” di RCTI pada

awal tahun 2003 menjadi pelopor tayangan reality show di berbagai stasiun

televisi swasta nasional di Indonesia dan di tahun yang sama tepatnya pada bulan

Desember Indosiar menayangkan suatu program reality show bertajuk pencarian

bakat yaitu Akademi Fantasi Indosiar (AFI) yang mengadopsi La Academia dari

Meksiko. Dan “Termehek-mehek” Trans TV yang berhasil menarik 3.961.000

penonton di jam tayangnya pukul 18.15 WIB yang dianggap cukup fantastis untuk

sebuah tayangan diluar sinetron.

Fenomena maraknya tayangan reality show di layar televisi sendiri tidak

lepas dari keuntungan yang akan didapat oleh media dari penayangan reality show

yang sedang digandrungi masyarakat, karena tiap spot (30 detik) iklannya bisa

dihargai 18 juta rupiah oleh produsen. Kebutuhan masyarakat untuk melepaskan

diri dari kenyataan hidup yang semakin tidak jelas juga merupakan salah satu

alasan yang membuat tayangan reality show semakin marak. Dalam

ketidakjelasan inilah reality show dianggap mampu memberikan kejelasan

sehingga reality show yang awalnya hanya untuk memberikan hiburan dijadikan

(29)

ajang pencarian bakat sebagian masyarakat menggantungkan harapannya karena

bagi sebagian masyarakat reality show dianggap bisa merubah kehidupan menjadi

lebih baik secara instan dan lewat tayangan reality show bertajuk charity

masyarakat digugah hatinya untuk melihat kenyataan hidup yang menimbulkan

perasaan senasib sepenanggungan yang disertai harapan untuk dapat dibantu juga

oleh tim reality show.

Kenyataan seperti ini sangat disayangkan karena harapan-harapan

masyarakat pada reality show memang hanya sebuah “harapan” saja. Karena

dengan nama reality show sebenarnya program tersebut bukanlah sebuah acara

realita karena sudah bisa dipastikan hampir seluruh tayangan reality show hanya

sebuah rekayasa dimana setiap adegannya sudah diatur dan mengikuti skenario

serta dibuat senyata mungkin untuk membawa emosi penonton. Namun, di luar

acara-acara yang memang diadegankan tadi ternyata ada beberapa program reality

show yang benar-benar realis yaitu program reality show yang “menelanjangi”

realitas-realitas yang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat seperti tentang

tingkah laku entah itu orang-orang biasa, atau justru berjuluk orang pemerintah.

Munculnya reality show sebagai media komunikasi publik diduga

berpotensi mereduksi (mengurangi) nilai-nilai moral dan mengikis identitas

masyarakat Indonesia. Program tersebut juga dianggap mampu mengubah realitas

publik dan menggantinya dengan realitas yang ada dalam reality show tersebut.

Sunardi dalam Strinati (2007) mengatakan bahwa media dan konsumsi

menggeser ikatan sosial yang semula mementingkan aspek moral dan ikatan

estetik. Dengan kehadiran reality show seperti Termehek-mehek dapat mengikis

(30)

Kehadiran reality show sebagai alternatif pilihan penonton Indonesia

dilihat selain memiliki dampak positif seperti:

1. Sesuai dengan tujuan semula dari reality show yaitu untuk hiburan, maka

tayangan reality show dapat memberikan aspek hiburan untuk melepaskan diri

dari permasalahan yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

2. Reality show dapat menumbuhkan rasa sosial dikalangan pemirsa terhadap

orang lain yang menderita yang ditampilkan dalam tayangan tersebut. Seperti

yang diharapkan dalam Charity Reality Show.

3. Menjadi salah satu jalan untuk mencapai cita-cita sebagian masyarakat menjadi

seorang bintang melalui Reality Show yang bertajuk kontes bakat atau pencarian

bintang.

4. Reality show membantu banyak masyarakat dalam memecahkan permasalahan

hidupnya seperti mencari orang yang sudah lama hilang atau tidak diketahui

keberadaannya.

Namun reality show juga memiliki dampak negatif seperti:

1. Popularitas peserta kontes adu bakat sangat tinggi pada saat kontes tersebut

berlangsung, tetapi setelah selesai popularitasnya menurun (untuk beberapa masih

dapat mempertahankan popularitas tersebut) dan popularitas yang tiba-tiba

melonjak tinggi secara psikologis dapat membuat peserta terlalu percaya diri, dan

semakin cepat meroket, dan ketika jatuhnya mereka pun akan cepat juga dan

terasa berat.

2. Reality show yang intinya membantu proses pencarian orang yang hilang

(31)

orang banyak yang tanpa disadari atau tidak tayangan-tayangan seperti ini bisa

berdampak pada berkurangnya (reduksi) moral pada masyarakat kita.

3. Semakin tingginya harapan masyarakat untuk dibantu tim reality show karena

banyaknya tayangan reality show yang bertemakan charity. Dan hal ini bertolak

belakang dengan nilai-nilai agama yang mengharuskan umatnya untuk selalu

berusaha selain berdo’a dan pasrah kepada Allah SWT.

Salah satu dampak negatif tayangan-tayangan reality show ini dapat dilihat

pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang merupakan besutan stasiun

televisi swasta Trans TV. Tayangan ini kini menjadi fenomena baru reality show

karena biasanya reality show tidak akan mengekspos lebih jauh kehidupan orang

atau privasinya namun pada acara ini penonton dapat menyaksikan dan mengikuti

kisah-kisah yang bisa dibilang sangat private yang menyangkut aib seseorang.

Terbukanya aib seseorang ini, sebetulnya bukan hanya keuntungan bagi si pelapor

karena akan dibantu tim reality show dibanding kasus yang tanpa “bumbu aib”,

tetapi juga kerugian bagi dirinya karena sebetulnya akan ada pihak-pihak lain

selain pelapor yang akan dirugikan, memang menjadi dilema bagi si pelapor

seperti dalam salah satu episode suatu acara pelapor adalah wanita yang hamil

minta pertanggungjawaban lelaki menghamilinya tetapi dari sini masyarakat akan

tahu bahwa dia pernah berbuat salah, “berhubungan di luar nikah” dan memang

semua orang pernah berbuat salah, tapi tidak semua orang tentunya ingin orang

tahu kesalahannya. Bahkan gambaran berkurangnya (reduksi) moral bisa kita

saksikan dalam tayangan ini seperti ketidaksopanan pada orang yang lebih tua,

kata-kata kotor dan kasar yang sudah menjadi bahasa sehari-hari untuk

(32)

memaki tantenya sendiri karena tidak memberitahukan keberadaan ibunya yang

menjadi target pencarian. Serta membuat keributan di kediaman orang dan banyak

lagi gambaran bentuk-bentuk reduksi moral lainnya yang mungkin akan di

temukan lewat penelitian ini.

Reality show ”Termehek-mehek” adalah program acara yang lebih

memfokuskan pada pencarian orang hilang, namun dalam banyak episode yang

terjadi adalah drama pengungkapan aib seseorang dan gambaran mulai

berkurangnya moral serta pegangan hidup manusia yaitu agama dalam

menjalankan kehidupan sehari-hari. Karena pada tayangan ini kita juga bisa

menyaksikan orang yang hilang ternyata sudah menjadi Pekerja Seks Komersil

(PSK), atau tukang kawin atau malah playboy

Hal ini merupakan salah satu dampak negatif media massa yang menjadi

indikasi mereduksinya nilai-nilai moral karena norma masyarakat yang tadinya

menjadi pegangan dalam menjalani hidup sebagai manusia yang bermoral

semakin diabaikan pada masyarakat kita. Hal lain yang ditimbulkan dari efek

media massa adalah moral dan ruang pribadi yang kini nyaris tak ada lagi, semua

hal bisa terungkap lewat media dan asal punya skandal serta berani membukanya,

semua orang bisa masuk televisi.

dan masih banyak kisah-kisah yang

lebih miris. Termehek-mehek juga menyajikan seorang pria beristri yang

menghamili cewek lain, justru malah kepergok sedang pacaran sama cewek lain

alias ada 3 cewek yang menjadi korban pria tersebut. Dan, anehnya pria ini

diekspos begitu saja di depan kamera. Jutaan mata pemirsa Indonesia

menyaksikan tayangan ini. Lewat tayangan reality show “Termehek-mehek” ini

(33)

Selain beberapa gambaran reduksi moral baik verbal maupun non verbal

yang sudah penulis jabarkan diatas, masih banyak lagi gambaran reduksi moral

baik verbal maupun non verbal yang tentunya tidak sesuai dengan norma moral

dan nilai-nilai keagamaan yang akan ditemukan penulis dalam tayangan reality

show “Termehek-mehek” sebagai bentuk gambaran reduksi moral baik verbal

maupun non verbal. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian ini, untuk

melihat seberapa banyak penggambaran reduksi moral yang terdapat pada

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III. 1. Metode dan Teknik Penelitian

III. 1. 1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain).

Penelitian ini menggunakan paradigma positivis yang memiliki tujuan

penelitian berupa ekplanasi, prediksi dan kontrol dimana posisi peneliti berada di

luar objek yang diteliti dan bersifat netral. Dikatagorikan ke dalam penelitian

analisis isi kuantitatif.

Menurut Wimmer dan Dominick (2000 : 136-138) ada beberapa manfaat

dari analisis isi, yaitu:

1. Menggambarkan isi komunikasi

Yaitu mengungkapkan kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik

melalui cetak maupun elektronik.

2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan.

3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata.

Yaitu melakukan pengujian terhadap isi media dengan kenyataan yang ada

dalam kehidupan yang nyata.

4. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok-kelompok tertentu di

(35)

5. Mendukung studi efek media massa.Yaitu penggunaan analisis isi ini

seringkali digunakan sebagai sarana untuk memulai riset efek media

massa.

Penelitian ini dikhususkan pada analisis isi tentang bentuk reduksi moral

pada sebuah tayangan reality show ”Termehek-mehek”. Analisis isi didefinisikan

oleh Kerlinger sebagai teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi yang

nyata, objektif, sistematis dan kuantitatif.

Objektifitas dicapai dengan menggunakan katagorisasi analisis yang

didefinisikan secara tepat sehingga orang yang berlainan akan dapat

menggunakannya untuk menganalisis hal yang sama dengan hasil yang sama juga.

Sistematik berarti analisis dirancang untuk memperoleh data yang relevan dengan

masalah atau hipotesis penelitian. Sedangkan kuantitatif berarti mencatat

nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai isi yang didefinisikan.

Satu hal lagi, dalam penelitian ini karena berkaitan dengan moral maka

penulis menambahkan beberapa metode penelitian yaitu:

1. Penulis menggunakan nilai-nilai keagamaan dalam menentukan

katagorisasi reduksi moral. Sehubungan dengan agama yang peneliti anut

adalah agama Islam maka batasan moral yang digunakan dalam penelitian

ini adalah batasan yang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Seperti:

Menghormati orang yang lebih tua sama artinya dengan memuliakan Allah

SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebagian tanda

memuliakan Allah, yaitu menghormati orang muslim yang sudah putih

(36)

April 2009, yang dikatakan orang yang lebih tua adalah orang yang lebih

tua dalam umur, pengalaman, pengetahuan, jabatan, atau pengaruh.

2. Penulis dalam menentukan katagorisasi juga berdasarkan budaya

ketimuran yang dijalankan di kehidupan bermasyarakat Indonesia pada

umumnya, seperti yang dikatakan Benjamin Lee Whorf dan Edward Sapir

bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku, karakteristik bahasa

mempengaruhi proses kognitif kita, karena bahasa-bahasa di dunia sangat

berbeda-beda dalam karakteristik semantik dan strukturnya maka orang

yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara

memandang dan berpikir tentang dunia. Akibatnya orang yang

menggunakan bahasa yang berbeda akan melihat dunia secara berbeda

pula. Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang pastinya memiliki

perbedaan budaya dengan bangsa lain di dunia ini, di Indonesia dikenal

adanya norma yang mengatur kehidupan bermasyarakat meskipun

mungkin setiap orang memahami norma secara berbeda-beda namun

intinya tetap sama yaitu membuat manusia menjadi manusia yang lebih

baik.

Dan salah satu norma yang dipakai dalam penelitian ini adalah moral.

Norma moral merupakan norma yang berkaitan dengan sikap dan perilaku

manusia sebagai manusia, norma moral menjadi tolak ukur untuk menilai

tindakan seseorang itu baik atau buruk. Norma ini tidak menilai manusia dari satu

segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma

moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Disini

(37)

manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan

menampilkan dirinya sebagai manusia dalam profesi yang diembannya. Dalam hal

ini dapat ditentukan baik buruknya seseorang dalam kapasitasnya sebagai

manusia.

Dari penentuan katagori analisis yang dijelaskan diatas maka penulis

melakukan pra-penelitian berupa pengamatan terlebih dahulu pada tayangan

“Termehek-mehek” mulai dari pertama kali muncul sampai sebelum penelitian ini

dilakukan. Hal ini dilakukan agar penulis dapat melihat perbuatan dan perkataan

yang masuk ke dalam katagori yang dalam penentuan katagorinya telah dipilih

oleh penulis, dan nantinya hasil pengamatan akan dijadikan pegangan untuk

menentukan katagorisasi bentuk-bentuk reduksi moral dalam penelitian yang

sebenarnya yaitu pada tayangan reality show “Termehek-mehek” tanggal 02, 03,

09 dan 10 Mei 2009. Adapun bentuk-bentuk reduksi moral yang penulis sering

temukan ketika pra-penelitian adalah:

 Tidak menghormati orang tua seperti dengan cara mengacungkan jari

telunjuk untuk menunjuk kearah wajah orang yang diajak bicara sementara

orang yang diajak bicara adalah tantenya.

 Banyaknya perkataan-perkataan yang kotor dan kasar, seperti makian.

 Berbohong misalnya kepada orang yang mencari informasi orang yang

dicari tentang orang yang sedang dicari tersebut.

 Mengganggu ketertiban umum, seperti: di salah satu episode dimana

Termehek-mehek syuting di stasiun kereta api untuk mencari orang dan

secara tidak langsung hal itu mengganggu jalannya aktifitas yang sedang

(38)

Karena berdasarkan Undang-undang Ketertiban Umum yang dikatakan

dengan Ketertiban Umum adalah suatu keadaan di mana Pemerintah dan

Rakyat dapat melakukan kegiatan secara tertib, teratur, nyaman, dan

tenteram. Dengan demikian perkataan dan perbuatan yang melanggar

ketertiban umum adalah segala perkataan dan perbuatan yang bisa

mengganggu ketertiban, keteraturan, dan kenyamanan serta ketenteraman

pemerintah ataupun rakyat dalam melakukan suatu kegiatan.

 Melakukan tindak kekerasan fisik, seperti memukul, menjambak, dan

menampar.

• Membeberkan aib orang atau sekelompok orang atau diri sendiri kepada

pihak yang tidak bersangkutan karena dalam hal ini reality show

“Termehek-mehek” ditayangkan lewat media.

Ini adalah bentuk-bentuk reduksi moral baik berupa perbuatan maupun

perkataan secara verbal ataupun non verbal yang telah penulis temukan dalam

pra-penelitian, yang hanya merupakan pengamatan dari sisi penulis pribadi tanpa

sistematika penelitian sebenarnya. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian

ini untuk melihat bentuk-bentuk reduksi moral yang ditayangkan dalam tayangan

reality show “Termehek-mehek” dengan sistematika penelitian yang sebenarnya.

III. 1. 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang dipakai berdasarkan tempat adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu kegiatan penelitian yang

dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik dari

(39)

hanya buku tetapi juga bahan-bahan dokumentasi yang lain yang

menyangkut penelitian seperti majalah, koran dan lain-lain. Penelitian

seperti ini sering juga disebut dengan penelitian dokumentasi (

documentary research).

2. Penelitian Lapangan (Field Research) adalah kegiatan penelitian di

lingkungan masyarakat tertentu baik lembaga- lembaga kemasyaraktan

maupun lembaga pemerintahan.

Berdasarkan pemakaian hasil yang diperoleh:

1. Penelitian murni (basic research) adalah penelitian yang diselenggarakan

dalam rangka memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan secara

teoritis.

2. Penelitian terapan (applied research) adalah penelitian yang diselenggarakan dalam rangka mengatasi masalah nyata dalam kehidupan,

berupa usaha menemukan dasar-dasar dan langkah perbaikan bagi suatu

aspek kehidupan yang dipandang perlu diperbaiki.

Berdasarkan tujuan penelitian:

1. Penelitian eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan

masalah-masalah baru. Masalah baru tersebut kemudian dibahas dan

(40)

2. Penelitian development yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.

III. 2. Metode Pengukuran

Penelitian ini menggunakan skala nominal, yaitu skala yang berisi gejala

yang hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah atau secara katagorik.

Penggolongan itu dapat dilakukan antara lain dalam bentuk jenis atau keadaan

yang dapat bervariasi menurut jumlah atau frekuensinya.

III. 2. 1. Kerangka Konsep

Konsep adalah gambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak di

teliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak tentang suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi

pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006 : 33).

Sedangkan kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran rasional yang

bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan

dicapai (Nawawi, 1995 : 40).

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

a. Tayangan reality show “Termehek-mehek” di Trans TV.

b. Katagorisasi reduksi moral, berdasarkan perbuatan dan perkataan baik

verbal ataupun non verbal yang bukan merupakan cerminan nilai-nilai

agama dan norma moral. Seperti:

• Tidak menghormati orang tua

(41)

• Mengganggu ketertiban umum.

• Melakukan tindak kekerasan

- Kekerasan Fisik

- Kekerasan Psikis

• Membeberkan aib seseorang

c. Analisis isi media, berdasarkan:

Pelaku dan tempat penggambaran reduksi moral.

Televisi merupakan media audio dan visual. Hal ini sangat membantu

dalam proses penelitian menggunakan analisis isi. Analisis isi hanya akan

melakukan analisis terhadap pesan-pesan yang tampak saja, karena itulah pesan

yang dianalisis adalah tayangan yang mengacu kepada katagorisasi perkataan atau

perbuatan yang tidak mencerminkan nilai-nilai agama dan norma moral yang

ditayangkan baik secara verbal maupun non verbal.

III. 2. 2. Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi konsep berguna untuk memudahkan kerangka konsep

dalam operasionalisasi. Adapun operasionalisasi konsep dalam penelitian ini

adalah:

• Tidak menghormati orangtua

1. Memotong pembicaraan orangtua

2. Menunjuk dengan jari ke arah orangtua ketika berbicara

3. Melakukan tindak kekerasan kepada orangtua

• Berbohong.

(42)

2. Berbohong mengenai sekelompok orang

• Mengganggu ketertiban umum.

1. Keributan

2. Kegaduhan

• Melakukan tindak kekerasan

- Kekerasan Fisik ;

1. Menampar

2. Mendorong

3. Menyakar

4. Menendang

5. Mencekik

- Kekerasan Psikis ;

1. Berkata dengan nada merendahkan.

2. Berkata dengan nada yang keras

3. Mengucapkan kata-kata kotor

• Membeberkan aib

1. Membeberkan aib diri sendiri

2. Membeberkan aib seseorang

3. Membeberkan aib sekelompok orang

III. 2. 3. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai

cara-cara untuk mengukur konsep-konsep. Definisi reduksi moral secara-cara umum yang

(43)

verbal ataupun non verbal yang dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok

orang yang menggambarkan menurunnya (reduksi) moral orang yang melakukan

perbuatan dan tindakan tersebut.

Tabel 1: Definisi Operasionalisasi Konsep

NO KONSEP DEFINISI

1 Tidak menghormati orangtua Tindakan yang tidak menghormati orang

yang lebih tua baik secara umur maupun

secara pengalaman yang dilakukan oleh

sesorang yang lebih muda dari orang

orangtua tersebut. Seperti memotong

pembicaraan orangtua yang sedang

berbicara baik berbicara kepada kita atau

dengan orang lain yang berada disekitar

kita, menunjuk-nunjuk ketika berbicara

dengan orang yang lebih tua, berbicara

dengan nada yang keras dan melakukan

tindak kekerasan baik fisik maupun psikis.

2

2

Berbohong Segala tindakan yang dilakukan seseorang

untuk menutupi sesuatu baik itu informasi

tentang seseorang ataupun sekelompok

orang yang diketahuinya dengan

(44)

3 Mengganggu ketertiban

umum

Segala perkataan dan perbuatan yang bisa

mengganggu ketertiban, keteraturan, dan

kenyamanan serta ketenteraman pemerintah

ataupun rakyat dalam melakukan suatu

kegiatan. Seperti membuat keributan dan

kegaduhan yang dapat mengganggu

jalannya kegiatan yang sedang berlangsung

di suatu tempat.

4 Melakukan tindak kekerasan Melakukan segala kegiatan yang bersifat

keras, atau melakukan perbuatan seseorang

/ sekelompok orang yang menyebabkan

cedera/ matinya orang lain atau/

menyebabkan kerusakan fisik/ barang orang

lain. Selain itu kekerasan juga diartikan

sebagai paksaan. Kekerasan yang dilakukan

bisa berupa kekerasan fisik maupun

kekerasan psikis.

5 Membeberkan aib Suatu kegiatan yang membeberkan sesuatu

yang dianggap sebagai aib yang tidak

pantas untuk diceritakan kepada orang lain

yang tidak berhubungan dengan aib

tersebut. Pembeberan aib ini berkaitan

(45)

orang.

III. 2. 4. Penentuan Katagorisasi

Yang dimaksud dengan reduksi moral dalam penelitian ini adalah semua

bentuk perbuatan dan perkataan baik verbal ataupun non verbal yang dilakukan

oleh seseorang ataupun sekelompok orang yang menggambarkan menurunnya

(reduksi) moral orang yang melakukan perbuatan dan tindakan tersebut. Berikut

ini adalah penjelasan katagori reduksi moral yang digunakan dalam penelitian

reduksi moral pada tayangan “Termehek-mehek” ini.

1. Tidak Menghormati Orangtua

Tidak menghormati orangtua dikatagorikan menjadi:

- Memotong pembicaraan orangtua, definisi ; ketika ada orangtua yang

sedang berbicara kepada kita ataupun orang yang berada di sekitar kita

lalu kita memotong pembicaraan orangtua yang sedang berbicara

tersebut.

- Menunjuk kearah orangtua ketika sedang berbicara, definisi ;

menunjuk-nunjuk dengan jari kearah orangtua ketika sedang berbicara

dengan orangtua tersebut.

- Melakukan tindak kekerasan kepada orangtua, definisi ; melakukan

tindakan keras yang bisa mengakibatkan orangtua tersebut terluka atau

cedera atau bergeser dari tempat berdirinya karena pukulan, cakaran,

tendangan, tamparan, cekikan, dan dorongan ataupu melakukan

(46)

nada merendahkan, berkata dengan nada yang keras, mengucapkan

kata-kata kotor.

2. Berbohong

Berbohong dikatagorikan menjadi:

- Berbohong mengenai seseorang, definisi ; Segala tindakan yang

dilakukan seseorang untuk menutupi sesuatu baik itu informasi tentang

seseorang yang diketahuinya dengan berpura-pura tidak mengetahui

informasi tersebut.

- Berbohong mengenai sekelompok orang, definisi ; Segala tindakan

yang dilakukan seseorang untuk menutupi sesuatu baik itu informasi

tentang sekelompok orang yang diketahuinya dengan berpura-pura

tidak mengetahui informasi tersebut.

3. Mengganggu ketertiban umum

Mengganggu ketertiban umum dikatagorikan menjadi:

- Keributan, definisi ; membuat suara keras yang berlebihan bukan di

tempatnya yang membuat orang teralihkan baik pandangan maupun

kegiatan dari orang yang mendengarnya.

- Kegaduhan, definisi ; membuat suasana gaduh yang berlebihan bukan

di tempatnya yang membuat orang teralihkan baik pandangan maupun

kegiatan dari orang yang mendengarnya.

4. Melakukan tindak kekerasan

Melakukan tindak kekerasan dibagi menjadi dua yaitu kekerasan fisik dan

kekerasan psikis.

(47)

- Menampar, definisi ; memukul dengan telapak tangan.

- Mendorong, definisi ; menolak dari bagian depan ataupun belakang.

- Menyakar, definisi ; meraup wajah dengan tangan.

- Menendang, definisi ; menyepak dengan kaki

- Mencekik, definisi ; memegang atau mencengkram leher.

Kekerasan psikis dikatagorikan menjadi:

- Berkata dengan nada merendahkan, definisi ; mengucapkan kata-kata

dengan bermaksud merendahkan.

- Berkata dengan nada yang keras, definisi ; mengucapkan kata-kata

dengan nada yang sangat keras lebih dari biasanya orang-orang

mengucapkan kata-kata yang dimaksud.

- Mengucapkan kata-kata kotor, definisi ; mengucapkan kata-kata yang

masuk kedalam katagori kata yang tidak pantas dan tidak sopan untuk

diucapkan.

5. Membeberkan aib

Membeberkan aib dikatagorikan menjadi:

- Membeberkan aib diri sendiri, definisi ; memberitahukan aib diri

sendiri kepada pihak lain.

- Membeberkan aib seseorang, definisi ; memberitahukan aib seseorang

kepada pihak lain.

- Membeberkan aib sekelompok orang, definisi ; memberitahukan aib

(48)

III. 3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah penyangan program acara sinetron di stasiun

televisi Trans TV. Hal ini berkaitan dengan posisi rating acara “Termehek-mehek”

yang tayang di Trans TV merupakan acara reality show yang mampu menjadi

rating pertama di Indonesia.

Objek penelitian adalah tayangan yang mengandung reduksi moral pada

tayangan reality show ”Termehek-mehek” di Trans TV.

III. 4. Deskripsi Tayangan yang Mengandung Reduksi Moral

Media massa terutama televisi sebenarnya tidak boleh mentransmisikan

segala bentuk tayangan yang mengandung nilai negatif bagi penonton baik

kekerasan ataupun tayangan yang bisa mengurangi (reduksi) moral apalagi sampai

merusak moral orang yang menontonnya. Hal ini terkait dengan fungsi kontrol

sosial media massa. Fungsi kontrol sosial bukan hanya dalam bentuk mengekspos

segala sesuatu, tetapi juga dalam bentuk tidak menginformasikan sesuatu yang

memiliki nilai negatif bagi orang yang mengkonsumsinya.

Salah satunya tayangan reality show yang penuh dengan emosionalitas

yang membuncah-buncah atau acara yang memberikan ruang bagi

individu-individu untuk berkonflik tentang masalah pribadi mereka di media televisi itu

bukanlah informasi, juga bukan pendidikan apalagi hiburan menurut fungsi isi

media yang sebenarnya.

Pengaruh negatif dari masalah-masalah privasi dan ekslusif itu semestinya

jangan sampai ditularkan kepada masyarakat luas karena bagaimanapun prilaku

(49)

dengan kuantitas dan kualitas yang banyak bisa membuat hal ini terkesan sebagai

prilaku massal yang nantinya akan sangat membahayakan moral generasi penerus

bangsa. Hal ini dikarenakan akan muncul suatu opini kalau hal-hal tersebut diatas

sebagai sesuatu yang lumrah untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

KH Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) pernah menyampaikan tausiah

bahwa keterpurakan bangsa di berbagai bidang saat ini sebetulnya bersumber dari

moral. Sebenarnya tidak ada krisis ekonomi jika ekonomnya bermoral, tidak ada

krisis politik jika politikusnya bermoral demikian juga tidak ada krisis budaya jika

budayawannya bermoral.(Analisa, 21 Juli 2009:21)

Sebenarnya bukan hanya reality show saja yang menayangkan tayangan

yang mengandung gambaran reduksi moral, tapi sinetron yang tayang hampir

setiap hari yang mengandung kebencian, iri, dengki, cemburu, sombong, makian,

bahkan sampai-sampai tidak mengakui orang tuanya hanya demi harta. Seperti

sinetron “Melati untuk Marvel” yang tayang di SCTV, dimana digambarkan

seorang perempuan rela melakukan apapun untuk mendapatkan lelaki pujaannya

seperti menyewa pembunuh bayaran untuk menyingkirkan wanita yang jadi pacar

pujaannya dan sebenarnya ini terlalu berlebihan karena belum tentu dalam

kehidupan sehari-hari ada perempuan yang hampir gila menghalalkan segala cara

demi seorang lelaki.

Reduksi moral secara sadar atau tidak sadar ada dalam tayangan video

klip, kita bisa mengetahuinya dengan membandingkan video klip tahun 80-an

seperti Rumpies dalam video klip “Nurlela” dengan video klip sekarang yang

(50)

Aura Kasih “Mari Bercinta” yang dari judul saja hal ini menggambarkan betapa

semakin lama semakin berkurangnya nilai moral dari waktu kewaktu.

III. 5. Cara Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memilki karakteristik tertentu di

dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995 : 141).

Populasi penelitian ini adalah keseluruhan tayangan reality show

“Termehek-mehek” pada bulan Mei 2009. Hal tersebut diambil dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Cara pengambilan sampel dengan

teknik purposive digunakan dalam situasi khusus atau penelitian yang

menggunakan sampel khusus. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive

dikarenakan dua alasan (Eriyanto, 1999 : 110), pertama, untuk menyeleksi kasus

yang bertujuan mendapatkan informasi khusus. Kedua, karena sampel sangat

spesifik yang disebabkan tema yang spesifik pula. Maka tayangan reality show

“Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV diperoleh dengan pertimbangan

tayangan ini memilki rating nomor satu untuk tayangan diluar sinetron dalam

skala nasional. Selain itu penelitian juga terbatas pada tanggal 02, 03, 09 dan 10

Mei 2009 yang merupakan tayangan yang menurut penulis sesuai dengan

(51)

III. 6. Unit Analisis Data

Unit analisis penelitian ini adalah item per-adegan baik audio maupun

visual yang merupakan gambaran dari reduksi moral yang terdapat pada tayangan reality show “Termehek-mehek” dan akan diteliti. Bentuk reduksi moral adalah

segala bentuk adegan baik verbal dan nonverbal yang terdapat pada tayangan

reality show “Termehek-mehek” yang ditayangkan oleh Trans TV pada tanggal

02, 03, 09 dan 10 Mei 2009.

III. 7. Tahap Pengumpulan Data

1. Penelitian ini menggunakan teknik field research berupa observasi,

dimana data dikumpulkan atau didokumentasikan dengan merekam

tayangan reality show “Termehek-mehek” yang telah ditentukan dengan

menggunakan video recorder. Data yang dikumpulkan berupa rekaman

reality show “Termehek-mehek” yang tayang pada tanggal 02 dan 03 Mei

2009 serta 09 dan 10 Mei 2009.

2. Alat pengumpulan data yang dipakai adalah catatan berkala (lembar

koding), yaitu pencatatan gejala secara berurutan dalam waktu tertentu

yang telah ditetapkan.

3. Kemudian hasil rekaman tersebut dicatat dan dikode dengan menggunakan

lembar koding untuk memasukkan frekuensi data-data yang telah

dikumpulkan sesuai dengan katagori yang telah ditetapkan sebelumnya.

Gambar

Tabel 1: Definisi Operasionalisasi Konsep
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4 : Bentuk Reduksi Moral “Tidak Menghormati Orang Tua”
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh ukuran perusahaan, rasio gearing , umur perusahaan, reputasi KAP, dan opini auditor terhadap ketepatan

karir sebab mereka telah memilih sekolah dengan bidang keilmuan tertentu. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang tidak yakin dengan pilihan.. karirya. Hal tersebut

Hal ini selari sebagaimana yang disebut oleh Bangash (2001) yang menyatakan bahawa tugas seorang pemimpin adalah mendidik orang-orang yang dipimpinnya supaya menjadi yang

1) Untuk menguji pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, dan Kebijakan Dividen secara simultan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa

lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada

Statistika deskriptif adalah teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis dan kemudian menarik inferensi

Kecakapan bersifat manusiawi disini merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dalam bekerja dengan team work atau kelompok kerja, yakni dalam bekerja sama

Sistem Voting Setuju-Tidak Setuju dikatakan bertukar kuat jika diberikan dua koalisi pemenang yang berbeda X dan Y, pertukaran satu pemilih dalam X tetapi tidak dalam Y