REDUKSI MORAL DAN REALITY SHOW
(Analisis Isi Kuantitatif Reduksi Moral dan Tayangan Reality Show
“Termehek-mehek” di TransTV)
SKRIPSI
Oleh:
SITI RAHAYU SIREGAR
050904024
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
ABSTRAKSI
Televisi merupakan salah satu bentuk media yang paling mudah dan paling murah digunakan. Idealnya, sebuah stasiun televisi mampu menayangkan hiburan yang mendidik, menghibur, dan memberikan informasi. Namun, pada kenyataannya banyak juga stasiun televisi yang melenceng, keluar dari yang semestinya demi memperoleh rating dan menarik minat tonton masyarakat. Hal ini menyebabkan berbagai macam cara dilakukan termasuk cara-cara menyuguhkan tayangan yang bisa menyebabkan berkurangnya (reduksi) moral si penonton.
Tayangan reality show “Termehek-mehek” dipilih karena jika dilihat dari sudut pandang rating, tayangan ini merupakan tayangan yang berada di posisi pertama untuk program tayangan reality show nasional.
Untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang reduksi moral ini digunakan metode analisis isi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis isi reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV. Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat
manifest (nyata). Dalam Analisis isi kuantitatif yang dipertimbangkan hanya “apa
yang dikatakan” (what) akan tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how). Dalam penelitian analisis isi kuantitatif digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduks i moral.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur bagi Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Reduksi Moral dan Reality
Show” ( Analisis isi kuantitatif reduksi moral pada tayangan reality show
“Termehek-mehek di Trans TV) ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak meminta bantuan kepada banyak pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan juga memberikan masukan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Amir Purba, MA, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Drs. Hendra Harahap, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang memberikan bimbingan , masukan dan bantuan moril yang tak terhingga kepada penulis.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya dosen Ilmu Komunikasi. Terimakasih.
5. Ayahanda Erwin Syafi’i Siregar, SE dan Ibunda Subiyati yang tidak bosan-bosannya mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan kepada penulis, yang telah membesarkan dan membimbing dengan sepenuh hati dan kasih sayang yang tak ternilai.
7. Kak Cut, kak Ros, kak Maya dan kak Rotua yang banyak membantu penulis dalam proses administrasi dan informasi.
8. Teman-teman Ilmu Komunikasi stambuk 2005, terimakasih atas kebersamaannya.
9. Randa, Mona, Putri, Mei Mei, Muti, dan Airin serta terimakasih untuk dukungan-dukungan, semangat, canda, kritik, saran, kebersamaan dan persahabatannya selama kuliah di Ilmu Komunikasi USU.
10.Kepada teman-teman yang membantu yang tidak bisa penulis sebutkan namanya.
Penulis juga menghaturkan maaf atas semua kesalahan dan kekurangan yang telah penulis buat selama penulisan skripsi ini, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga saja skripsi ini berguna bagi orang yang membacanya.
Medan, September 2009 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAKSI... ... iii
KATA PENGANTAR ... ... iv
DAFTAR ISI ... ... vii
DAFTAR TABEL ... ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ... x
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 7
I.3. Pembatasan Masalah ... 7
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
BAB II URAIAN TEORITIS ... 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode dan Teknik Penelitian ... 26
III.1.1 Metode Penelitian... 26
III.1.2 Teknik Pengumpulan Data ... 30
III.2. Metode Pengukuran ... 32
III.2.2 Operasionalisasi Konsep... 33
III.2.3 Definisi Operasional ... 35
III.2.4 Penentuan Katagorisasi ... 36
III.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 39
III.4. Deskripsi Tayangan yang Mengandung Reduksi Moral ... 40
III.5. Cara Penentuan Populasi dan Sampel ... 41
III.6. Unit Analisis Data ... 42
III.7. Tahap Pengumpulan Data ... 43
III.8. Rencana dan Metode Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gambaran Umum Tayangan Reality Show “Termehek-mehek” ... 45
IV.2. Proses Pengumpulan Data ... 48
IV.3. Tingkat Reliabilitas... 49
IV.4. Analisis Tabel Tunggal ... 51
IV.4.1 Pelaku Reduksi Moral ... 57
IV.4.2 Tempat Penggambaran Reduksi Moral ... 59
IV.5. Kelemahan Penelitian ... 62
BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan . ... 63
V.2. Saran-saran . ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... ... 68
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi operasionalisasi konsep
Tabel 2 Termehek-mehek sebagai program TV terfavorit versi ABI
(Anugerah Bintang Indonesia) 2008
Tabel 3 Penggambaran Reduksi Moral
Tabel 4 Bentuk Reduksi Moral “Tidak Menghormati Orang Tua”
Tabel 5 Bentuk Reduksi Moral “Berbohong”
Tabel 6 Bentuk Reduksi Moral “Mengganggu Ketertiban Umum”
Tabel 7 Bentuk Reduksi Moral “Melakukan Tindak Kekerasan Fisik”
Tabel 8 Bentuk Reduksi Moral “Melakukan Tindak Kekerasan Psikis”
Tabel 9 Bentuk Reduksi Moral “Membeberkan Aib”
Tabel 10 Pelaku Reduksi Moral
DAFTAR LAMPIRAN
- Data yang Diteliti
- Lembar Koding Adegan Reduksi Moral
ABSTRAKSI
Televisi merupakan salah satu bentuk media yang paling mudah dan paling murah digunakan. Idealnya, sebuah stasiun televisi mampu menayangkan hiburan yang mendidik, menghibur, dan memberikan informasi. Namun, pada kenyataannya banyak juga stasiun televisi yang melenceng, keluar dari yang semestinya demi memperoleh rating dan menarik minat tonton masyarakat. Hal ini menyebabkan berbagai macam cara dilakukan termasuk cara-cara menyuguhkan tayangan yang bisa menyebabkan berkurangnya (reduksi) moral si penonton.
Tayangan reality show “Termehek-mehek” dipilih karena jika dilihat dari sudut pandang rating, tayangan ini merupakan tayangan yang berada di posisi pertama untuk program tayangan reality show nasional.
Untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang reduksi moral ini digunakan metode analisis isi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis isi reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV. Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat
manifest (nyata). Dalam Analisis isi kuantitatif yang dipertimbangkan hanya “apa
yang dikatakan” (what) akan tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how). Dalam penelitian analisis isi kuantitatif digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduks i moral.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Televisi dalam kehidupan manusia dipandang mampu menghadirkan
sebuah peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang
bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa
menghadirkan suatu efek sosial yang berisi perubahan nilai-nilai sosial dan
budaya manusia terutama televisi karena jika dibandingkan dengan radio dan surat
kabar, televisi terbilang yang paling cepat memberikan pengaruh pada kehidupan
manusia. Hal ini dikarenakan kekuatan audiovisual televisi yang bisa langsung
menyentuh segi-segi kejiwaan manusia. Dan ternyata fenomena inilah yang
dibaca oleh para kreator program televisi untuk menciptakan suatu program yang
berkaitan dengan kehidupan manusia, sekaligus bisa langsung menyentuh hati
pemirsanya, sehingga muncullah acara realita atau yang lebih dikenal dengan
nama reality show.
Reality show adalah salah satu jenis program acara televisi, dimana
pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi dengan skenario yang
menggunakan pemain dari khalayak umum biasa (buka
show menggunakan tema seperti tema-tema persaingan, kehidupan sehari-hari
seorang selebritis, pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status
seseorang dengan diberikan uang banyak. Pengecualiannya adalah bila acara
tersebut mengenai kehidupan artis, maka yang didokumentasikan adalah
kehidupan penyanyi rock Ozzy Osborne yang ditayangkan di salah satu stasiun
televisi Amerika. Di program ini diceritakan semua orang di keluarga Osborne
menjadi bintang (terkecuali seorang anaknya, yang menolak ikut). Konflik
keluarga yang terjadi dan makian ditampilkan apa adanya. Acara ini sukses di
Amerika.
Pertama kali ditayangkan, reality show ini konsepnya sederhana sekali
hanya memotret kehidupan orang awam (bukan selebriti) kemudian disiarkan dan
ditonton oleh orang banyak. Yang menjadi sorotan merasa senang dan yang
menonton merasa terhibur. Pada tahun 1980 Amerika membuat acara reality show
yang bertema kontes bakat. Dalam kontes ini semua orang berhak memamerkan
keahliannya. Siapa yang paling bagus, dialah yang menang. Namun hal ini
dianggap kurang bisa membuat emosi penonton terbawa dan dibuktikan dengan
respon penonton Amerika saat itu yang biasa-biasa saja terhadap reality show.
“Survivor” adalah ajang kompetisi pertama dalam bentuk reality show yang
mendapat sambutan luar biasa dari penonton Amerika.
Geliat reality show di Indonesia muncul ketika ditayangkannya suatu
program bertema cinta yang diberi nama “Katakan Cinta”. “Katakan Cinta”
adalah reality show pertama di Indonesia yang tayang sejak 19 Januari 2003 di
RCTI setiap hari Minggu pukul 16.30 WIB. Menurut data rating AC Nielsen,
lembaga riset internasional yang sekarang berganti nama menjadi AGB Nielsen,
“Katakan Cinta” adalah program reality show dengan shared audience mencapai
25% dari seluruh pemirsa televisi yang menyaksikan seluruh tayangan televisi
terfavorit dalam ajang Panasonic Awards 2003, dan nominator reality show
terfavorit Panasonic Awards 2004.
Kesuksesan RCTI menayangkan “Katakan Cinta” menggugah stasiun
televisi lain untuk membuat acara reality show serupa sebagai pesaing. Seperti
SCTV yang menayangkan Playboy Kabel, Kontak Jodoh dan Harap-Harap Cemas
(H2C). Ketika tema reality show bergerak dari tema cinta maka TPI muncul
dengan program Uka Uka, Trans TV dengan Dunia Lain, Anteve yang
menampilkan artis-artis ngamen untuk membantu kesulitan seseorang yang diberi
nama Selebriti Jam bahkan Metro TV tidak mau ketinggalan dengan
menayangkan The Scholar Indonesia.
Pada bulan Desember tahun 2003, Indosiar muncul dengan sebuah
tayangan reality show pertama yang bertemakan pencarian bakat yaitu Akademi
Fantasi Indosiar ( AFI) yang mengadopsi La Academia dari Meksiko. Acara ini
terbilang sangat sukses karena berdasarkan riset yang dilakukan oleh AGB
Nielsen di sepuluh kota besar yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Medan, Palembang, Denpasar, Banjarmasin dan Makassar,
INDOSIAR mampu meraih channel share 18,4%, yang disusul SCTV dengan
17,2%, RCTI 17,1%, Trans TV 11,6% dan TPI 8,7%. Dan posisi nomor satu yang
berhasil diraih INDOSIAR ini berlangsung selama lima minggu berturut-turut.
Program ini juga mempelopori munculnya Indonesian Idol di RCTI yang juga
mengadopsi dari American Idol, Kontes Dangdut TPI di TPI, Selebriti Mendadak
Dangdut yang tayang di Anteve, serta Bintang Cari Bintang di Trans TV.
Secara umum terdapat beberapa penggolongan dari reality show, antara
1. Program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok
orang dengan sepengetahuan objek yang direkam. Contohnya : Minta Tolong,
Tantangan, dunia lain, atau Ekspedisi Alam Gaib, dan sebagainya.
2. Berisi rekaman tersembunyi atas perilaku orang yang mengejutkan, atau
dalam kondisi yang direkayasa, seperti tayangan Spontan, Jail, Paranoid,
Harap-Harap Cemas, Playboy Kabel, Termehek-mehek, Orang Ketiga, Mbikin Orang
Panik (MOP), dan sebagainya.
3. Program pencarian bakat melalui kompetisi tertentu. Contoh: Akademi
Fantasi Indosiar (AFI), Indonesian Idol, Kontes Dangdut TPI (KDI).
4. Program Amal (Charity), konsep yang disampaikan adalah menolong
orang lain. Contohnya : Uang Kaget, Rezeki Nomplok, Bedah Rumah, Jika Aku
Menjadi, Nikah Gratis.
Berdasarkan sebuah polling yang dilakukan salah satu situs internet,
reality show yang banyak mendapat perhatian publik adalah Termehek-mehek
yang ditayangkan di Trans TV. Bahkan Termehek-mehek berhasil menggeser
posisi sinetron Cinta Fitri di SCTV pada minggu ke- 47 tahun 2008 dengan
3.961.000 penonton di jam 18.15 WIB dan persentase rating 9,3 %. Reality show
ini juga dinobatkan menjadi Program Televisi Terfavorit versi Anugerah Bintang
Indonesia (ABI) 2008. Meskipun namanya terdengar aneh, “Termehek-mehek”
alias menangis tak kunjung henti tapi acara ini cukup menarik. Karena konsep
program acara ini yang berusaha memecahkan masalah pelapor (client). Masalah
dalam program “Termehek-mehek” biasanya seputar masalah pencarian anggota
keluarga yang hilang, menyingkap hubungan seseorang dengan lawan jenis yang
pelapor (client) tersebut. Masalah ini dipecahkan secara spekulatif dengan sistem
penyelidikan rahasia selama berhari-hari. Dan biasanya sepanjang pencarian,
acara ini diikuti konflik seperti perkelahian dengan pihak yang terkait dalam
pencarian yang diikuti dengan cacian dan makian bahkan sampai-sampai
perkelahian dan adakalanya pencarian-pencarian ini menyebabkan terganggunya
ketertiban di lingkungan sekitar lokasi pencarian dan perbuatan-perbuatan yang
tidak sesuai dengan norma lainnya.
Klimaks acara ini yaitu dengan menyingkap rahasia target penyelidikan
yang sangat dibutuhkan oleh si pelapor (client) tersebut, dan inilah yang menjadi
inti dari semua penyelidikaan program ini. Klimaks acara ini terkadang
memberikan kebenaran spekulasi si pelapor (client) terhadap target, namun
terkadang malah tidak membuktikan apa-apa. Hal tersebut memberikan efek
emosional terhadap si pelapor (client) baik bahagia ataupun sebaliknya.
Meski intinya adalah pencarian orang, acara ini banyak digemari sebab
“Termehek-mehek” yang tayang tiap hari Sabtu dan Minggu ini berisikan
pencarian orang yang sudah lama tidak kita ketahui kabar beritanya dan ini adalah
hal yang cukup sulit kalau dilakukan sendiri. Akan tetapi tim reality show ini
mampu mencari si target hingga ketemu. Meskipun terkadang akhir cerita ini
seringkali menyedihkan bahkan tanpa disadari si pelapor (client) harus menerima
konsekuensi kalau aibnya menjadi konsumsi publik, seperti kisah seorang wanita
bersuami yang mencari anak kandungnya hasil dari hubungan dengan mantan
kekasihnya, seorang cewek yang sudah terlanjur hamil dan mencari pacarnya yang
lari dari tanggungjawab, seorang kakak yang mencari adik kembarnya yang harus
yang tiba-tiba tidak memberikan kabar kepada orangtuanya di kampung namun
ternyata si kakak sudah menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK), serta seorang
kakak yang mencari adik laki-lakinya yang ternyata sudah menjual rumahnya dan
menggunakan uangnya untuk bermain judi. Akan tetapi tetap saja banyak orang
yang menggunakan jasa reality show ini untuk mengatasi masalah-masalahnya.
Disadari atau tidak kisah-kisah pencarian dengan “bumbu aib” dan tindakan yang
tidak sesuai dengan norma seperti ini bisa menyebabkan berkurangnya (reduksi)
moral baik pada diri si pelapor (client) maupun orang-orang yang terlibat dalam
pencarian tersebut.
Persoalannya timbul ketika
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merasa
tertarik untuk menganalisis bentuk-bentuk reduksi moral yang terdapat pada
tayangan reality show “Termehek-mehek” yang ditayangkan oleh Trans TV.
kemunculan reality show sebagai media
komunikasi publik diduga bisa berpotensi mereduksi nilai-nilai moral karena
norma masyarakat yang menjadi pegangan dalam menjalani hidup sebagai
manusia yang bermoral semakin diabaikan. Termasuk tayangan reality show
“Termehek-mehek” ini yang dianggap mampu mengubah realitas publik dan
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana reduksi moral digambarkan dalam tayangan reality show
“Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV?
2. Siapa pelaku reduksi moral dalam tayangan reality show
“Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV?
3. Bentuk-bentuk reduksi moral seperti apa yang digambarkan dalam
tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans
TV?
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah tersebut adalah:
a. Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi kuantitatif.
b. Penelitian ini dilakukan pada tayangan reality show “Termehek-mehek”
yang ditayangkan Trans TV pada tanggal 02, 03, 09 dan 10 Mei 2009.
c. Penelitian ini terbatas hanya untuk mengamati penggambaran reduksi
moral, pelaku reduksi moral dan bentuk-bentuk reduksi moral yang
ditayangkan dalam tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui penggambaran bentuk-bentuk reduksi moral pada
tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans
TV.
b. Untuk mengetahui pelaku reduksi moral pada tayangan reality show
“Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Dalam hal ini, manfaat penelitian yang dimaksud adalah:
a. Secara akademis, penelitian ini dapat memperluas dan memperkaya bahan
referensi, bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU,
khususnya di departemen Ilmu Komunikasi.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
penulis tentang metode penelitian analisis isi kuantitatif.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat menjadi sarana untuk
menambah pengetahuan penulis mengenai reduksi moral dalam tayangan
reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV.
d. Secara khusus penelitian ini penulis berikan untuk penikmat tayangan
BAB II
URAIAN TEORITIS
Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media dihasilkan dan
menyampaikan pesan kemasyarakat luas dan proses dimana pesan-pesan tersebut
diperlihatkan, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh pemirsa. Pusat dari
studi komunikasi massa adalah media. Organisasi media menyebarkan
pesan-pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan masyarakat dan
mereka memberikan informasi secara bersamaan ke penonton yang beragam
secara luas, membuat media bagian dari kekuatan institusional masyarakat.
"Media" tentu saja, menyiratkan "mediasi" karena mereka muncul diantara
pemirsa dan dunia. McQuail menyarankan beberapa kiasan untuk menangkap ide
ini. Media adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat lingkungan
diluar kita, penafsir yang membantu kita memahami pengalaman, landasan atau
operator yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif yang meliputi
umpan balik pemirsa, papan arah yang disediakan dengan petunjuk dan arahan,
penyaring yang menyaring bagian-bagian pengalaman dan fokus pada yang lain,
cermin yang memantulkan diri kita kembali kepada kita, dan hambatan yang
memblokir kebenaran. Joshua Meyrowitz menambahkan tiga tambahan kiasan
media sebagai penyalur, media sebagai bahasa, dan media sebagai lingkungan
(Littlejohn , 2005: 324).
Menurut Berelson & Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk
mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan
adalah Harold D. Lasswell, yang mempelopori teknik symbol coding, yaitu
mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
Metode analisis isi adalah metode yang digunakan untuk meriset atau
menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif serta isi
yang nyata. Sitematik berarti bahwa segala proses analisis harus tersusun melalui
proses yang sistematik, mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara
menganalisisnya, maupun kategori yang dipakai untuk menganalisis. Objek
berarti periset harus mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subjektif
sehingga hasil analisis benar-benar objektif dan bila dilakukan riset lagi oleh
orang lain maka hasilnya relatif sama serta yang diriset dan dianalisis adalah isi
yang tersurat (tampak).
Penggunaan analisis isi mempunyai beberapa manfaat atau tujuan yaitu:
a) Menggambarkan isi komunikasi, mengungkapkan kecenderungan yang
ada pada isi komunikasi baik melaui cetak maupun elektronik.
b) Membandingkan isi media dengan dunia nyata, melakukan pengujian
terhadap apa yang ada di dalam dengan situasi aktual yang ada di dunia
nyata.
c) Mendukung studi efek media massa, riset yang digunakan untuk melihat
apakah pesan-pesan di media massa tersebut menumbuhkan sikap-sikap
yang serupa di antara para penggunanya.
Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks
komunikasi yang bersifat manifest (nyata). Dalam Analisis isi kuantitatif yang
dipertimbangkan hanya “apa yang dikatakan” (what) akan tetapi tidak dapat
Analisis data pada riset kuantitatif berbeda dengan riset kualitatif karena
pada data riset kuantitatif datanya bentuk angka-angka, maka analisis datanya
berupa penghitungan melalui uji statistik. Sedangkan data pada riset kualitatif
tidak menggunakan uji statistik karena datanya berupa data kualitatif yaitu
kata-kata atau kalimat-kalimat, gambar-gambar dan bukan angka-angka. Jenis statistik
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif kuantitatif.
Dalam penelitian ini digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif
dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau
subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah
kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduksi moral dengan
menggunakan:
1. Unit tematik yaitu satuan berita, perhitungannya berdasarkan tema
peristiwa yang ditayangkan.
2. Unit referens yaitu rangkaian kata atau kalimat yang menunjukkan sesuatu
yang mempunyai arti sesuai kategori.
3. Uji sintaksis yaitu berupa simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata
atau simbol itu misalnya berapa kata atau adegan yang menggambarkan
reduksi moral dalam sebuah tayangan (kriyantono, 235: 2008).
Gans (1979) dan Gitlin (1980) mengelompokkan berbagai macam
perspektif yang dapat digunakan untuk melihat analisis isi kedalam beberapa
kategori :
1. Isi media merefleksikan realitas sosial dengan atau tanpa distorsi. Dimana
media massa menyampaikan gambaran realitas sosial secara akurat kepada
Young (1981) memperkirakan bahwa isi media bebas dari distorsi. The
Null Effects Mode menyatakan bahwa media massa menyediakan sebuah
representasi dari kenyataan dengan sedikit atau tanpa distorsi inilah alasan agar isi
bebas distorsi meskipun sangat berbeda dari tradisionalnya "wartawan sebagai
pemancar netral". Young percaya bahwa representasi hasil isi bukan karena
wartawan adalah netral dan pengamat mulia serta perekam dari realitas, tapi lebih
karena mereka didorong dan didesak oleh pasukan penyeimbang (misalnya, kaum
liberal versus konservatif, para pendukung kontrol senjata versus Asosiasi
Senapan Nasional) dalam memberikan pandangan yang cukup akurat tentang
dunia.
Media massa, kata Young, para simultan “membeli” pandangan dari
mereka yang memiliki kekuatan (berita) dan "menjual" pandangan mereka untuk
kelas pekerja. Hasil dari sistem pasar ini pembelian dan penjualan berita-
mengurangi distorsi pada isi media, karena isi yang menyimpang akan memilki
sebuah penonton potensial yang lebih kecil dan akan kurang menguntungkan
untuk para pemilik media. Dalam The Null Effects Theory media massa
dipandang sebagai mempunyai sedikit atau tidak berpengaruh pada perubahan
sosial. Kontrol terletak di dalam penonton-antara mengontrol dan kelas pekerja-
prosesor yang aktif informasi.
2. Isi media dipengaruhi oleh pekerja media, baik dari kehidupan sosialnya
dan sikapnya.
3. Isi media dipengaruhi oleh rutinitas media, hal ini berhubungan dengan
4. Isi media dipengaruhi oleh institusi sosial dan kekuatan lain. Hal ini
menggambarkan bahwa ada faktor eksternal antara komunikator dengan
organisasi media.
5. Isi media dipengaruhi oleh posisi ideologi. Hegemoni merupakan
pendekatan yang menyatakan bahwa media dipengaruhi oleh ideologi dan
kekuatan yang ada di masyarakat.
Isi media adalah dasar dari dampak media, sebagian besar, terbuka dan
dapat diakses untuk bagian studi yang paling jelas dari proses komunikasi massa,
tidak seperti di belakang layar keputusan-keputusan yang dibuat oleh produser,
penulis, dan editor dan perilaku konsumen media. Mempelajari isi membantu kita
menduga hal-hal tentang fenomena yang kurang terbuka dan terlihat, orang-orang
dan organisasi yang menghasilkan isi.
Ada beberapa cara yang bisa diandalkan untuk menentukan katagorisasi isi
media. Kita bisa membedakannya berdasarkan perbandingan audiens
(cendikiawan dengan audiens yang kurang terpelajar), efek khusus (pro atau anti
sosial) atau media yang digunakan (televisi, radio atau media cetak) dan masih
banyak lagi dan diantara begitu banyak cara yang digunakan untuk membedakan
isi media adalah berdasarkan penggunaan ataupun fungsi isi yang dirancang untuk
melayani masyarakat. Harold Lasswell (1948) mengidentifikasi tiga fungsi
penting isi media dalam melayani masyarakat:
1. Pemantau, isi berita adalah yang paling sesuai dengan fungsi pengawasan.
Wright (1986) menunjukkan bahwa berita menyediakan “peringatan”
tentang ancaman dan bahaya di dunia serta berguna untuk kehidupan
2. Korelasi, berkaitan dengan kegiatan propaganda. Isi korelatif mungkin
sebenarnya termasuk semua isi yang menafsirkan berita, walaupun hal ini
adalah yang paling sering dianggap komunikasi yang bermaksud mencoba
untuk membujuk. Lasswell memang tidak menyebutkan periklanan,
namun pertimbangan isi yg berhubung dengan periklanan dimana
memungkinkan konsumen untuk menghubungkan respon ataupun
tanggapan pada kebutuhan.
3. Transmisi, hampir semua bentuk isi mengirimkan yang dirasakan norma
masyarakat dalam beberapa acara. Hal ini dikarenakan hampir semua
media massa melakukan fungsi ini dalam beberapa acara mereka.
4. Hiburan, fungsi ini merupakan tambahan dari fungsi yang telah disebutkan
Lasswell dan dikemukakan oleh Wright (1986). Isi hiburan biasanya
berkaitan dengan apa yang memberikan kepuasan segera, relaksasi, dan
tangguh untuk audiens dan apa yang berada di bawah kontrol dari
produsen. Isi hiburan biasanya menghadirkan pengalaman manusia tetapi
hiburan tidak dirancang untuk menyampaikan peristiwa sebenarnya..
Dalam pandangan humanistik isi media dilihat sebagai bagian integral dari
budaya yang nyata, bukan sebagai sesuatu yang terpisah dari budaya itu. Budaya
dapat diaplikasikan dalam berbagai cara termasuk salah satunya dalam isi media.
Horace Newcomb (1982) berpendapat bahwa televisi bertindak sebagai sebuah
forum budaya. Hal ini bukan berarti isi hanya sebagai manifestasi budaya namun
isi media adalah bagian dan sumber dari budaya. Itulah sebabnya, isi media
mengambil unsur budaya, membesar-besarkannya, membingkai budaya
yang mengatakan budaya harus berubah, mengadaptasi dan memperbaiki maka isi
media harus dijadikan sebagai salah satu katalisator untuk rem atau perubahan itu.
Terkait dengan budaya pula, Benjamin Lee Whorf dan Edward Sapir
menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku, karakteristik
bahasa mempengaruhi proses kognitif kita, karena bahasa-bahasa di dunia sangat
berbeda-beda dalam karakteristik semantik dan strukturnya maka orang yang
menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara memandang
dan berpikir tentang dunia. Akibatnya orang yang menggunakan bahasa yang
berbeda akan melihat dunia secara berbeda pula (Tester, 1994: 85). Bahasa
mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin besar pula
perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat non
verbal. Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang pastinya memiliki perbedaan
budaya dengan bangsa lain di dunia ini, di Indonesia dikenal adanya norma yang
mengatur kehidupan bermasyarakat meskipun mungkin setiap orang memahami
norma secara berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu membuat manusia
menjadi manusia yang lebih baik. Dari asal katanya saja norm, yang artinya alat
tukang kayu untuk mengukur sudut atau siku-siku. Dari sinilah kita dapat
mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan. Jadi, norma adalah sesuatu
yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan
norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Norma
adalah aturan-aturan yang bersifat memerintah dan melarang.
Menurut Sony Keraf (1991), secara umum norma dikelompokkan menjadi
dua yaitu:
Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku atau tindakan
manusia dalam kelompok atau bidang tertentu. Seperti etika medis, etika
kedokteran, etika lingkungan, aturan main catur, aturan main bola, dan lain-lain.
Dimana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa
mengatur semua bidang.
2. Norma Umum
Norma umum bersifat universal yang artinya berlaku luas tanpa
membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma
umum menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Norma sopan santun, norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap
lahiriah seperti makan, minum, tata cara bertamu, menerima tamu, memberi
sambutan, tata cara berpakaian, dan lain-lain. Norma ini lebih berkaitan dengan
tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari..
b. Norma hukum, norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan
ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai
macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan
kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma
sopan santun lebih tegas dan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni
hukuman terhadap orang yaitu yang melanggar norma ini.
c. Norma moral, norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia,
norma moral menjadi tolak ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau
buruk. Norma ini tidak menilai manusia dari satu segi saja, melainkan dari segi
manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara
lebih mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi tugasnya,
menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebagai manusia dalam
profesi yang diembannya. Dalam hal ini dapat ditentukan baik buruknya
seseorang dalam kapasitasnya sebagai manusia.
Moral sendiri berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos
yang berarti adat kebiasaan. Moral adalah tingkah laku manusia sejajar dengan
ajaran, peraturan, adat dan agama yang ditetapkan oleh masyarakat. Ajaran,
peraturan, adat dan agama ini menentukan bagaimana harus hidup dan bertindak
agar menjadi manusia yang baik. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Nurudin, 2001) moral berarti ajakan baik-buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.
Moral menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut sebagai
orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang
bermoral. Maka, secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan
kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. Menurut Wiwit Wahyuning dalam
bukunya Mengkomunikasikan Moral, yang dikatakan orang bermoral adalah:
a. Setia, jujur dan dapat dipercaya.
b. Baik hati, penyayang, empatis, peka dan toleran.
c. Pekerja keras, bertanggung jawab dan memiliki disiplin diri.
d. Mandiri, mampu menghadapi tekanan kelompok.
e. Murah hati, memberi dan tidak mementingka n diri sendiri.
f. Memperhatikan dan memiliki penghargaan tentang otoritas yang sah,
peraturan dan hukum.
h. Menghargai kehidupan, kepemilikan, alam, orang yang lebih tua dan orang
tua.
i. Santun dan memiliki adab kesopanan.
j. Adil.
k. Murah hati dan pemaaf.
l. Pemberani.
m.Tenang, damai dan tenteram.
Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan
segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik
dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin itu sering kali
juga disebut hati. Orang yang baik mempunyai hati yang baik akan tetapi sikap
batin yang baik baru dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam
perbuatan lahiriah yang baik pula. Dengan kata lain, moral hanya dapat diukur
secara tepat apabila kedua seginya diperhatikan. Orang hanya dapat dinilai secara
tepat apabila hati maupun perbuatannya ditinjau bersama. Tanggung jawab
sebagai konsekuensi pelanggaran moral berbentuk tanggung jawab moral.
Terkait dengan tanggung jawab moral, media juga memiliki tanggung
jawab moral kepada masyarakat terutama televisi memiliki tanggung jawab moral
untuk memberikan pendidikan dengan cara yang benar, mendidik masyarakat agar
menjadi masyarakat yang cerdas dan bermoral selain fungsinya untuk menghibur.
Namun pada kenyataannya sebagian besar isi televisi termasuk kedalam kategori
hiburan yang mengkhawatirkan. Seperti halnya tayangan reality show, acara yang
dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai rekayasa realita ini adalah salah satu
berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak umum
biasa (tidak menggunakan
mengenai kehidupan artis, maka yang didokumentasikan adalah kehidupan nyata
bagaimana artis tersebut menjalani hari-harinya. Reality show biasanya
menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritis,
pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan
diberikan uang banyak.
Kemunculan program reality show “ Katakan Cinta” di RCTI pada
awal tahun 2003 menjadi pelopor tayangan reality show di berbagai stasiun
televisi swasta nasional di Indonesia dan di tahun yang sama tepatnya pada bulan
Desember Indosiar menayangkan suatu program reality show bertajuk pencarian
bakat yaitu Akademi Fantasi Indosiar (AFI) yang mengadopsi La Academia dari
Meksiko. Dan “Termehek-mehek” Trans TV yang berhasil menarik 3.961.000
penonton di jam tayangnya pukul 18.15 WIB yang dianggap cukup fantastis untuk
sebuah tayangan diluar sinetron.
Fenomena maraknya tayangan reality show di layar televisi sendiri tidak
lepas dari keuntungan yang akan didapat oleh media dari penayangan reality show
yang sedang digandrungi masyarakat, karena tiap spot (30 detik) iklannya bisa
dihargai 18 juta rupiah oleh produsen. Kebutuhan masyarakat untuk melepaskan
diri dari kenyataan hidup yang semakin tidak jelas juga merupakan salah satu
alasan yang membuat tayangan reality show semakin marak. Dalam
ketidakjelasan inilah reality show dianggap mampu memberikan kejelasan
sehingga reality show yang awalnya hanya untuk memberikan hiburan dijadikan
ajang pencarian bakat sebagian masyarakat menggantungkan harapannya karena
bagi sebagian masyarakat reality show dianggap bisa merubah kehidupan menjadi
lebih baik secara instan dan lewat tayangan reality show bertajuk charity
masyarakat digugah hatinya untuk melihat kenyataan hidup yang menimbulkan
perasaan senasib sepenanggungan yang disertai harapan untuk dapat dibantu juga
oleh tim reality show.
Kenyataan seperti ini sangat disayangkan karena harapan-harapan
masyarakat pada reality show memang hanya sebuah “harapan” saja. Karena
dengan nama reality show sebenarnya program tersebut bukanlah sebuah acara
realita karena sudah bisa dipastikan hampir seluruh tayangan reality show hanya
sebuah rekayasa dimana setiap adegannya sudah diatur dan mengikuti skenario
serta dibuat senyata mungkin untuk membawa emosi penonton. Namun, di luar
acara-acara yang memang diadegankan tadi ternyata ada beberapa program reality
show yang benar-benar realis yaitu program reality show yang “menelanjangi”
realitas-realitas yang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat seperti tentang
tingkah laku entah itu orang-orang biasa, atau justru berjuluk orang pemerintah.
Munculnya reality show sebagai media komunikasi publik diduga
berpotensi mereduksi (mengurangi) nilai-nilai moral dan mengikis identitas
masyarakat Indonesia. Program tersebut juga dianggap mampu mengubah realitas
publik dan menggantinya dengan realitas yang ada dalam reality show tersebut.
Sunardi dalam Strinati (2007) mengatakan bahwa media dan konsumsi
menggeser ikatan sosial yang semula mementingkan aspek moral dan ikatan
estetik. Dengan kehadiran reality show seperti Termehek-mehek dapat mengikis
Kehadiran reality show sebagai alternatif pilihan penonton Indonesia
dilihat selain memiliki dampak positif seperti:
1. Sesuai dengan tujuan semula dari reality show yaitu untuk hiburan, maka
tayangan reality show dapat memberikan aspek hiburan untuk melepaskan diri
dari permasalahan yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
2. Reality show dapat menumbuhkan rasa sosial dikalangan pemirsa terhadap
orang lain yang menderita yang ditampilkan dalam tayangan tersebut. Seperti
yang diharapkan dalam Charity Reality Show.
3. Menjadi salah satu jalan untuk mencapai cita-cita sebagian masyarakat menjadi
seorang bintang melalui Reality Show yang bertajuk kontes bakat atau pencarian
bintang.
4. Reality show membantu banyak masyarakat dalam memecahkan permasalahan
hidupnya seperti mencari orang yang sudah lama hilang atau tidak diketahui
keberadaannya.
Namun reality show juga memiliki dampak negatif seperti:
1. Popularitas peserta kontes adu bakat sangat tinggi pada saat kontes tersebut
berlangsung, tetapi setelah selesai popularitasnya menurun (untuk beberapa masih
dapat mempertahankan popularitas tersebut) dan popularitas yang tiba-tiba
melonjak tinggi secara psikologis dapat membuat peserta terlalu percaya diri, dan
semakin cepat meroket, dan ketika jatuhnya mereka pun akan cepat juga dan
terasa berat.
2. Reality show yang intinya membantu proses pencarian orang yang hilang
orang banyak yang tanpa disadari atau tidak tayangan-tayangan seperti ini bisa
berdampak pada berkurangnya (reduksi) moral pada masyarakat kita.
3. Semakin tingginya harapan masyarakat untuk dibantu tim reality show karena
banyaknya tayangan reality show yang bertemakan charity. Dan hal ini bertolak
belakang dengan nilai-nilai agama yang mengharuskan umatnya untuk selalu
berusaha selain berdo’a dan pasrah kepada Allah SWT.
Salah satu dampak negatif tayangan-tayangan reality show ini dapat dilihat
pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang merupakan besutan stasiun
televisi swasta Trans TV. Tayangan ini kini menjadi fenomena baru reality show
karena biasanya reality show tidak akan mengekspos lebih jauh kehidupan orang
atau privasinya namun pada acara ini penonton dapat menyaksikan dan mengikuti
kisah-kisah yang bisa dibilang sangat private yang menyangkut aib seseorang.
Terbukanya aib seseorang ini, sebetulnya bukan hanya keuntungan bagi si pelapor
karena akan dibantu tim reality show dibanding kasus yang tanpa “bumbu aib”,
tetapi juga kerugian bagi dirinya karena sebetulnya akan ada pihak-pihak lain
selain pelapor yang akan dirugikan, memang menjadi dilema bagi si pelapor
seperti dalam salah satu episode suatu acara pelapor adalah wanita yang hamil
minta pertanggungjawaban lelaki menghamilinya tetapi dari sini masyarakat akan
tahu bahwa dia pernah berbuat salah, “berhubungan di luar nikah” dan memang
semua orang pernah berbuat salah, tapi tidak semua orang tentunya ingin orang
tahu kesalahannya. Bahkan gambaran berkurangnya (reduksi) moral bisa kita
saksikan dalam tayangan ini seperti ketidaksopanan pada orang yang lebih tua,
kata-kata kotor dan kasar yang sudah menjadi bahasa sehari-hari untuk
memaki tantenya sendiri karena tidak memberitahukan keberadaan ibunya yang
menjadi target pencarian. Serta membuat keributan di kediaman orang dan banyak
lagi gambaran bentuk-bentuk reduksi moral lainnya yang mungkin akan di
temukan lewat penelitian ini.
Reality show ”Termehek-mehek” adalah program acara yang lebih
memfokuskan pada pencarian orang hilang, namun dalam banyak episode yang
terjadi adalah drama pengungkapan aib seseorang dan gambaran mulai
berkurangnya moral serta pegangan hidup manusia yaitu agama dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Karena pada tayangan ini kita juga bisa
menyaksikan orang yang hilang ternyata sudah menjadi Pekerja Seks Komersil
(PSK), atau tukang kawin atau malah playboy
Hal ini merupakan salah satu dampak negatif media massa yang menjadi
indikasi mereduksinya nilai-nilai moral karena norma masyarakat yang tadinya
menjadi pegangan dalam menjalani hidup sebagai manusia yang bermoral
semakin diabaikan pada masyarakat kita. Hal lain yang ditimbulkan dari efek
media massa adalah moral dan ruang pribadi yang kini nyaris tak ada lagi, semua
hal bisa terungkap lewat media dan asal punya skandal serta berani membukanya,
semua orang bisa masuk televisi.
dan masih banyak kisah-kisah yang
lebih miris. Termehek-mehek juga menyajikan seorang pria beristri yang
menghamili cewek lain, justru malah kepergok sedang pacaran sama cewek lain
alias ada 3 cewek yang menjadi korban pria tersebut. Dan, anehnya pria ini
diekspos begitu saja di depan kamera. Jutaan mata pemirsa Indonesia
menyaksikan tayangan ini. Lewat tayangan reality show “Termehek-mehek” ini
Selain beberapa gambaran reduksi moral baik verbal maupun non verbal
yang sudah penulis jabarkan diatas, masih banyak lagi gambaran reduksi moral
baik verbal maupun non verbal yang tentunya tidak sesuai dengan norma moral
dan nilai-nilai keagamaan yang akan ditemukan penulis dalam tayangan reality
show “Termehek-mehek” sebagai bentuk gambaran reduksi moral baik verbal
maupun non verbal. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian ini, untuk
melihat seberapa banyak penggambaran reduksi moral yang terdapat pada
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III. 1. Metode dan Teknik Penelitian
III. 1. 1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain).
Penelitian ini menggunakan paradigma positivis yang memiliki tujuan
penelitian berupa ekplanasi, prediksi dan kontrol dimana posisi peneliti berada di
luar objek yang diteliti dan bersifat netral. Dikatagorikan ke dalam penelitian
analisis isi kuantitatif.
Menurut Wimmer dan Dominick (2000 : 136-138) ada beberapa manfaat
dari analisis isi, yaitu:
1. Menggambarkan isi komunikasi
Yaitu mengungkapkan kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik
melalui cetak maupun elektronik.
2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan.
3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata.
Yaitu melakukan pengujian terhadap isi media dengan kenyataan yang ada
dalam kehidupan yang nyata.
4. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok-kelompok tertentu di
5. Mendukung studi efek media massa.Yaitu penggunaan analisis isi ini
seringkali digunakan sebagai sarana untuk memulai riset efek media
massa.
Penelitian ini dikhususkan pada analisis isi tentang bentuk reduksi moral
pada sebuah tayangan reality show ”Termehek-mehek”. Analisis isi didefinisikan
oleh Kerlinger sebagai teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi yang
nyata, objektif, sistematis dan kuantitatif.
Objektifitas dicapai dengan menggunakan katagorisasi analisis yang
didefinisikan secara tepat sehingga orang yang berlainan akan dapat
menggunakannya untuk menganalisis hal yang sama dengan hasil yang sama juga.
Sistematik berarti analisis dirancang untuk memperoleh data yang relevan dengan
masalah atau hipotesis penelitian. Sedangkan kuantitatif berarti mencatat
nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai isi yang didefinisikan.
Satu hal lagi, dalam penelitian ini karena berkaitan dengan moral maka
penulis menambahkan beberapa metode penelitian yaitu:
1. Penulis menggunakan nilai-nilai keagamaan dalam menentukan
katagorisasi reduksi moral. Sehubungan dengan agama yang peneliti anut
adalah agama Islam maka batasan moral yang digunakan dalam penelitian
ini adalah batasan yang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Seperti:
Menghormati orang yang lebih tua sama artinya dengan memuliakan Allah
SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebagian tanda
memuliakan Allah, yaitu menghormati orang muslim yang sudah putih
April 2009, yang dikatakan orang yang lebih tua adalah orang yang lebih
tua dalam umur, pengalaman, pengetahuan, jabatan, atau pengaruh.
2. Penulis dalam menentukan katagorisasi juga berdasarkan budaya
ketimuran yang dijalankan di kehidupan bermasyarakat Indonesia pada
umumnya, seperti yang dikatakan Benjamin Lee Whorf dan Edward Sapir
bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku, karakteristik bahasa
mempengaruhi proses kognitif kita, karena bahasa-bahasa di dunia sangat
berbeda-beda dalam karakteristik semantik dan strukturnya maka orang
yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara
memandang dan berpikir tentang dunia. Akibatnya orang yang
menggunakan bahasa yang berbeda akan melihat dunia secara berbeda
pula. Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang pastinya memiliki
perbedaan budaya dengan bangsa lain di dunia ini, di Indonesia dikenal
adanya norma yang mengatur kehidupan bermasyarakat meskipun
mungkin setiap orang memahami norma secara berbeda-beda namun
intinya tetap sama yaitu membuat manusia menjadi manusia yang lebih
baik.
Dan salah satu norma yang dipakai dalam penelitian ini adalah moral.
Norma moral merupakan norma yang berkaitan dengan sikap dan perilaku
manusia sebagai manusia, norma moral menjadi tolak ukur untuk menilai
tindakan seseorang itu baik atau buruk. Norma ini tidak menilai manusia dari satu
segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma
moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Disini
manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan
menampilkan dirinya sebagai manusia dalam profesi yang diembannya. Dalam hal
ini dapat ditentukan baik buruknya seseorang dalam kapasitasnya sebagai
manusia.
Dari penentuan katagori analisis yang dijelaskan diatas maka penulis
melakukan pra-penelitian berupa pengamatan terlebih dahulu pada tayangan
“Termehek-mehek” mulai dari pertama kali muncul sampai sebelum penelitian ini
dilakukan. Hal ini dilakukan agar penulis dapat melihat perbuatan dan perkataan
yang masuk ke dalam katagori yang dalam penentuan katagorinya telah dipilih
oleh penulis, dan nantinya hasil pengamatan akan dijadikan pegangan untuk
menentukan katagorisasi bentuk-bentuk reduksi moral dalam penelitian yang
sebenarnya yaitu pada tayangan reality show “Termehek-mehek” tanggal 02, 03,
09 dan 10 Mei 2009. Adapun bentuk-bentuk reduksi moral yang penulis sering
temukan ketika pra-penelitian adalah:
Tidak menghormati orang tua seperti dengan cara mengacungkan jari
telunjuk untuk menunjuk kearah wajah orang yang diajak bicara sementara
orang yang diajak bicara adalah tantenya.
Banyaknya perkataan-perkataan yang kotor dan kasar, seperti makian.
Berbohong misalnya kepada orang yang mencari informasi orang yang
dicari tentang orang yang sedang dicari tersebut.
Mengganggu ketertiban umum, seperti: di salah satu episode dimana
Termehek-mehek syuting di stasiun kereta api untuk mencari orang dan
secara tidak langsung hal itu mengganggu jalannya aktifitas yang sedang
Karena berdasarkan Undang-undang Ketertiban Umum yang dikatakan
dengan Ketertiban Umum adalah suatu keadaan di mana Pemerintah dan
Rakyat dapat melakukan kegiatan secara tertib, teratur, nyaman, dan
tenteram. Dengan demikian perkataan dan perbuatan yang melanggar
ketertiban umum adalah segala perkataan dan perbuatan yang bisa
mengganggu ketertiban, keteraturan, dan kenyamanan serta ketenteraman
pemerintah ataupun rakyat dalam melakukan suatu kegiatan.
Melakukan tindak kekerasan fisik, seperti memukul, menjambak, dan
menampar.
• Membeberkan aib orang atau sekelompok orang atau diri sendiri kepada
pihak yang tidak bersangkutan karena dalam hal ini reality show
“Termehek-mehek” ditayangkan lewat media.
Ini adalah bentuk-bentuk reduksi moral baik berupa perbuatan maupun
perkataan secara verbal ataupun non verbal yang telah penulis temukan dalam
pra-penelitian, yang hanya merupakan pengamatan dari sisi penulis pribadi tanpa
sistematika penelitian sebenarnya. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian
ini untuk melihat bentuk-bentuk reduksi moral yang ditayangkan dalam tayangan
reality show “Termehek-mehek” dengan sistematika penelitian yang sebenarnya.
III. 1. 2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang dipakai berdasarkan tempat adalah:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik dari
hanya buku tetapi juga bahan-bahan dokumentasi yang lain yang
menyangkut penelitian seperti majalah, koran dan lain-lain. Penelitian
seperti ini sering juga disebut dengan penelitian dokumentasi (
documentary research).
2. Penelitian Lapangan (Field Research) adalah kegiatan penelitian di
lingkungan masyarakat tertentu baik lembaga- lembaga kemasyaraktan
maupun lembaga pemerintahan.
Berdasarkan pemakaian hasil yang diperoleh:
1. Penelitian murni (basic research) adalah penelitian yang diselenggarakan
dalam rangka memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan secara
teoritis.
2. Penelitian terapan (applied research) adalah penelitian yang diselenggarakan dalam rangka mengatasi masalah nyata dalam kehidupan,
berupa usaha menemukan dasar-dasar dan langkah perbaikan bagi suatu
aspek kehidupan yang dipandang perlu diperbaiki.
Berdasarkan tujuan penelitian:
1. Penelitian eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan
masalah-masalah baru. Masalah baru tersebut kemudian dibahas dan
2. Penelitian development yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
III. 2. Metode Pengukuran
Penelitian ini menggunakan skala nominal, yaitu skala yang berisi gejala
yang hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah atau secara katagorik.
Penggolongan itu dapat dilakukan antara lain dalam bentuk jenis atau keadaan
yang dapat bervariasi menurut jumlah atau frekuensinya.
III. 2. 1. Kerangka Konsep
Konsep adalah gambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak di
teliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak tentang suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi
pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006 : 33).
Sedangkan kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran rasional yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan
dicapai (Nawawi, 1995 : 40).
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah:
a. Tayangan reality show “Termehek-mehek” di Trans TV.
b. Katagorisasi reduksi moral, berdasarkan perbuatan dan perkataan baik
verbal ataupun non verbal yang bukan merupakan cerminan nilai-nilai
agama dan norma moral. Seperti:
• Tidak menghormati orang tua
• Mengganggu ketertiban umum.
• Melakukan tindak kekerasan
- Kekerasan Fisik
- Kekerasan Psikis
• Membeberkan aib seseorang
c. Analisis isi media, berdasarkan:
Pelaku dan tempat penggambaran reduksi moral.
Televisi merupakan media audio dan visual. Hal ini sangat membantu
dalam proses penelitian menggunakan analisis isi. Analisis isi hanya akan
melakukan analisis terhadap pesan-pesan yang tampak saja, karena itulah pesan
yang dianalisis adalah tayangan yang mengacu kepada katagorisasi perkataan atau
perbuatan yang tidak mencerminkan nilai-nilai agama dan norma moral yang
ditayangkan baik secara verbal maupun non verbal.
III. 2. 2. Operasionalisasi Konsep
Operasionalisasi konsep berguna untuk memudahkan kerangka konsep
dalam operasionalisasi. Adapun operasionalisasi konsep dalam penelitian ini
adalah:
• Tidak menghormati orangtua
1. Memotong pembicaraan orangtua
2. Menunjuk dengan jari ke arah orangtua ketika berbicara
3. Melakukan tindak kekerasan kepada orangtua
• Berbohong.
2. Berbohong mengenai sekelompok orang
• Mengganggu ketertiban umum.
1. Keributan
2. Kegaduhan
• Melakukan tindak kekerasan
- Kekerasan Fisik ;
1. Menampar
2. Mendorong
3. Menyakar
4. Menendang
5. Mencekik
- Kekerasan Psikis ;
1. Berkata dengan nada merendahkan.
2. Berkata dengan nada yang keras
3. Mengucapkan kata-kata kotor
• Membeberkan aib
1. Membeberkan aib diri sendiri
2. Membeberkan aib seseorang
3. Membeberkan aib sekelompok orang
III. 2. 3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai
cara-cara untuk mengukur konsep-konsep. Definisi reduksi moral secara-cara umum yang
verbal ataupun non verbal yang dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok
orang yang menggambarkan menurunnya (reduksi) moral orang yang melakukan
perbuatan dan tindakan tersebut.
Tabel 1: Definisi Operasionalisasi Konsep
NO KONSEP DEFINISI
1 Tidak menghormati orangtua Tindakan yang tidak menghormati orang
yang lebih tua baik secara umur maupun
secara pengalaman yang dilakukan oleh
sesorang yang lebih muda dari orang
orangtua tersebut. Seperti memotong
pembicaraan orangtua yang sedang
berbicara baik berbicara kepada kita atau
dengan orang lain yang berada disekitar
kita, menunjuk-nunjuk ketika berbicara
dengan orang yang lebih tua, berbicara
dengan nada yang keras dan melakukan
tindak kekerasan baik fisik maupun psikis.
2
2
Berbohong Segala tindakan yang dilakukan seseorang
untuk menutupi sesuatu baik itu informasi
tentang seseorang ataupun sekelompok
orang yang diketahuinya dengan
3 Mengganggu ketertiban
umum
Segala perkataan dan perbuatan yang bisa
mengganggu ketertiban, keteraturan, dan
kenyamanan serta ketenteraman pemerintah
ataupun rakyat dalam melakukan suatu
kegiatan. Seperti membuat keributan dan
kegaduhan yang dapat mengganggu
jalannya kegiatan yang sedang berlangsung
di suatu tempat.
4 Melakukan tindak kekerasan Melakukan segala kegiatan yang bersifat
keras, atau melakukan perbuatan seseorang
/ sekelompok orang yang menyebabkan
cedera/ matinya orang lain atau/
menyebabkan kerusakan fisik/ barang orang
lain. Selain itu kekerasan juga diartikan
sebagai paksaan. Kekerasan yang dilakukan
bisa berupa kekerasan fisik maupun
kekerasan psikis.
5 Membeberkan aib Suatu kegiatan yang membeberkan sesuatu
yang dianggap sebagai aib yang tidak
pantas untuk diceritakan kepada orang lain
yang tidak berhubungan dengan aib
tersebut. Pembeberan aib ini berkaitan
orang.
III. 2. 4. Penentuan Katagorisasi
Yang dimaksud dengan reduksi moral dalam penelitian ini adalah semua
bentuk perbuatan dan perkataan baik verbal ataupun non verbal yang dilakukan
oleh seseorang ataupun sekelompok orang yang menggambarkan menurunnya
(reduksi) moral orang yang melakukan perbuatan dan tindakan tersebut. Berikut
ini adalah penjelasan katagori reduksi moral yang digunakan dalam penelitian
reduksi moral pada tayangan “Termehek-mehek” ini.
1. Tidak Menghormati Orangtua
Tidak menghormati orangtua dikatagorikan menjadi:
- Memotong pembicaraan orangtua, definisi ; ketika ada orangtua yang
sedang berbicara kepada kita ataupun orang yang berada di sekitar kita
lalu kita memotong pembicaraan orangtua yang sedang berbicara
tersebut.
- Menunjuk kearah orangtua ketika sedang berbicara, definisi ;
menunjuk-nunjuk dengan jari kearah orangtua ketika sedang berbicara
dengan orangtua tersebut.
- Melakukan tindak kekerasan kepada orangtua, definisi ; melakukan
tindakan keras yang bisa mengakibatkan orangtua tersebut terluka atau
cedera atau bergeser dari tempat berdirinya karena pukulan, cakaran,
tendangan, tamparan, cekikan, dan dorongan ataupu melakukan
nada merendahkan, berkata dengan nada yang keras, mengucapkan
kata-kata kotor.
2. Berbohong
Berbohong dikatagorikan menjadi:
- Berbohong mengenai seseorang, definisi ; Segala tindakan yang
dilakukan seseorang untuk menutupi sesuatu baik itu informasi tentang
seseorang yang diketahuinya dengan berpura-pura tidak mengetahui
informasi tersebut.
- Berbohong mengenai sekelompok orang, definisi ; Segala tindakan
yang dilakukan seseorang untuk menutupi sesuatu baik itu informasi
tentang sekelompok orang yang diketahuinya dengan berpura-pura
tidak mengetahui informasi tersebut.
3. Mengganggu ketertiban umum
Mengganggu ketertiban umum dikatagorikan menjadi:
- Keributan, definisi ; membuat suara keras yang berlebihan bukan di
tempatnya yang membuat orang teralihkan baik pandangan maupun
kegiatan dari orang yang mendengarnya.
- Kegaduhan, definisi ; membuat suasana gaduh yang berlebihan bukan
di tempatnya yang membuat orang teralihkan baik pandangan maupun
kegiatan dari orang yang mendengarnya.
4. Melakukan tindak kekerasan
Melakukan tindak kekerasan dibagi menjadi dua yaitu kekerasan fisik dan
kekerasan psikis.
- Menampar, definisi ; memukul dengan telapak tangan.
- Mendorong, definisi ; menolak dari bagian depan ataupun belakang.
- Menyakar, definisi ; meraup wajah dengan tangan.
- Menendang, definisi ; menyepak dengan kaki
- Mencekik, definisi ; memegang atau mencengkram leher.
Kekerasan psikis dikatagorikan menjadi:
- Berkata dengan nada merendahkan, definisi ; mengucapkan kata-kata
dengan bermaksud merendahkan.
- Berkata dengan nada yang keras, definisi ; mengucapkan kata-kata
dengan nada yang sangat keras lebih dari biasanya orang-orang
mengucapkan kata-kata yang dimaksud.
- Mengucapkan kata-kata kotor, definisi ; mengucapkan kata-kata yang
masuk kedalam katagori kata yang tidak pantas dan tidak sopan untuk
diucapkan.
5. Membeberkan aib
Membeberkan aib dikatagorikan menjadi:
- Membeberkan aib diri sendiri, definisi ; memberitahukan aib diri
sendiri kepada pihak lain.
- Membeberkan aib seseorang, definisi ; memberitahukan aib seseorang
kepada pihak lain.
- Membeberkan aib sekelompok orang, definisi ; memberitahukan aib
III. 3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah penyangan program acara sinetron di stasiun
televisi Trans TV. Hal ini berkaitan dengan posisi rating acara “Termehek-mehek”
yang tayang di Trans TV merupakan acara reality show yang mampu menjadi
rating pertama di Indonesia.
Objek penelitian adalah tayangan yang mengandung reduksi moral pada
tayangan reality show ”Termehek-mehek” di Trans TV.
III. 4. Deskripsi Tayangan yang Mengandung Reduksi Moral
Media massa terutama televisi sebenarnya tidak boleh mentransmisikan
segala bentuk tayangan yang mengandung nilai negatif bagi penonton baik
kekerasan ataupun tayangan yang bisa mengurangi (reduksi) moral apalagi sampai
merusak moral orang yang menontonnya. Hal ini terkait dengan fungsi kontrol
sosial media massa. Fungsi kontrol sosial bukan hanya dalam bentuk mengekspos
segala sesuatu, tetapi juga dalam bentuk tidak menginformasikan sesuatu yang
memiliki nilai negatif bagi orang yang mengkonsumsinya.
Salah satunya tayangan reality show yang penuh dengan emosionalitas
yang membuncah-buncah atau acara yang memberikan ruang bagi
individu-individu untuk berkonflik tentang masalah pribadi mereka di media televisi itu
bukanlah informasi, juga bukan pendidikan apalagi hiburan menurut fungsi isi
media yang sebenarnya.
Pengaruh negatif dari masalah-masalah privasi dan ekslusif itu semestinya
jangan sampai ditularkan kepada masyarakat luas karena bagaimanapun prilaku
dengan kuantitas dan kualitas yang banyak bisa membuat hal ini terkesan sebagai
prilaku massal yang nantinya akan sangat membahayakan moral generasi penerus
bangsa. Hal ini dikarenakan akan muncul suatu opini kalau hal-hal tersebut diatas
sebagai sesuatu yang lumrah untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
KH Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) pernah menyampaikan tausiah
bahwa keterpurakan bangsa di berbagai bidang saat ini sebetulnya bersumber dari
moral. Sebenarnya tidak ada krisis ekonomi jika ekonomnya bermoral, tidak ada
krisis politik jika politikusnya bermoral demikian juga tidak ada krisis budaya jika
budayawannya bermoral.(Analisa, 21 Juli 2009:21)
Sebenarnya bukan hanya reality show saja yang menayangkan tayangan
yang mengandung gambaran reduksi moral, tapi sinetron yang tayang hampir
setiap hari yang mengandung kebencian, iri, dengki, cemburu, sombong, makian,
bahkan sampai-sampai tidak mengakui orang tuanya hanya demi harta. Seperti
sinetron “Melati untuk Marvel” yang tayang di SCTV, dimana digambarkan
seorang perempuan rela melakukan apapun untuk mendapatkan lelaki pujaannya
seperti menyewa pembunuh bayaran untuk menyingkirkan wanita yang jadi pacar
pujaannya dan sebenarnya ini terlalu berlebihan karena belum tentu dalam
kehidupan sehari-hari ada perempuan yang hampir gila menghalalkan segala cara
demi seorang lelaki.
Reduksi moral secara sadar atau tidak sadar ada dalam tayangan video
klip, kita bisa mengetahuinya dengan membandingkan video klip tahun 80-an
seperti Rumpies dalam video klip “Nurlela” dengan video klip sekarang yang
Aura Kasih “Mari Bercinta” yang dari judul saja hal ini menggambarkan betapa
semakin lama semakin berkurangnya nilai moral dari waktu kewaktu.
III. 5. Cara Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memilki karakteristik tertentu di
dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995 : 141).
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan tayangan reality show
“Termehek-mehek” pada bulan Mei 2009. Hal tersebut diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Cara pengambilan sampel dengan
teknik purposive digunakan dalam situasi khusus atau penelitian yang
menggunakan sampel khusus. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive
dikarenakan dua alasan (Eriyanto, 1999 : 110), pertama, untuk menyeleksi kasus
yang bertujuan mendapatkan informasi khusus. Kedua, karena sampel sangat
spesifik yang disebabkan tema yang spesifik pula. Maka tayangan reality show
“Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV diperoleh dengan pertimbangan
tayangan ini memilki rating nomor satu untuk tayangan diluar sinetron dalam
skala nasional. Selain itu penelitian juga terbatas pada tanggal 02, 03, 09 dan 10
Mei 2009 yang merupakan tayangan yang menurut penulis sesuai dengan
III. 6. Unit Analisis Data
Unit analisis penelitian ini adalah item per-adegan baik audio maupun
visual yang merupakan gambaran dari reduksi moral yang terdapat pada tayangan reality show “Termehek-mehek” dan akan diteliti. Bentuk reduksi moral adalah
segala bentuk adegan baik verbal dan nonverbal yang terdapat pada tayangan
reality show “Termehek-mehek” yang ditayangkan oleh Trans TV pada tanggal
02, 03, 09 dan 10 Mei 2009.
III. 7. Tahap Pengumpulan Data
1. Penelitian ini menggunakan teknik field research berupa observasi,
dimana data dikumpulkan atau didokumentasikan dengan merekam
tayangan reality show “Termehek-mehek” yang telah ditentukan dengan
menggunakan video recorder. Data yang dikumpulkan berupa rekaman
reality show “Termehek-mehek” yang tayang pada tanggal 02 dan 03 Mei
2009 serta 09 dan 10 Mei 2009.
2. Alat pengumpulan data yang dipakai adalah catatan berkala (lembar
koding), yaitu pencatatan gejala secara berurutan dalam waktu tertentu
yang telah ditetapkan.
3. Kemudian hasil rekaman tersebut dicatat dan dikode dengan menggunakan
lembar koding untuk memasukkan frekuensi data-data yang telah
dikumpulkan sesuai dengan katagori yang telah ditetapkan sebelumnya.