UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN
SKRIPSI
AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN STUDI KASUS
PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA
Oleh :
Nama : Devi Syafitra
Nim : 080522153
Departemen : Akuntansi
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Akuntansi Aktiva
Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Studi Kasus PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara” , adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul
yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan Skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Medan, Februari 2011
Yang Membuat Pernyataan
Devi Syafitra
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini yang berjudul “Akuntansi Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laporan
Keuangan Studi Kasus PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan,
dorongan secara moril, masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si.,Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan
Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M,Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan serta penyelesaian
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak., selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak
Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembanding/Penguji II yang
5. Bapak Pimpinan serta seluruh Staff PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
Khususnya Bagian Akuntansi dan Keuangan yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Teristimewa untuk Ayah-Bunda tercinta Syafaruddin dan Mahyuni yang dengan sabar
dan penuh kasih sayang dalam membesarkan, mendidik, dan membimbing penulis
selama ini. Juga untuk kakak-kakakku kak Sri&bang Amin, Bang Dian&kak Ledy,
bang Dedi&kak Reni, Bang Jimmy, Kak Kiki, dan Adikku Yuda serta
keponakan-keponakanku yang tersayang atas dukungan dan doanya. Buat sahabat-sahabatku yang
telah mendampingiku dalam suka dan duka.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, namun diharapkan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Februari 2011
Penulis
Devi Syafitra
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap aktiva tetap yang diterapan oleh PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aktiva tetap, penarikan aktiva tetap, serta penyajian dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Sehingga penulis dapat membandingkannya dengan Standart Akuntansi Keuangan.
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kebijakan yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan supervisor bagian akuntansi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, telah menerapkan Standart Akuntansi Keuangan dengan baik terhadap aktiva tetap yang dimilikinya.
ABSTRACT
This research aim to obtain get clear pictue policy to plant asset applied by PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, like a way of acquirement of plant asset, method decrease of plant asset, expenditure after acquirement of plant asset, withdrawal of plant asset and also presentation of the plant asset in financial statement, so that writer can compare it with SAK.
In research, writer use descriptive method. Descriptive method is to collect, interpreting and clarifying data as according to occurrence which in fact. Data type the used is primary data and data of secondary got by writer from result direct interview with head and supervisor accounting of PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
Research having taken steps, writer obtain get result of research with one conclution that PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara have applied SAK to planr asset had by company.
DAFTAR ISI
A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap ... 6
B. Perolehan Aktiva Tetap ………. 8
C. Penyusutan Aktiva Tetap ……….. 12
D. Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap ………. 15
E. Penarikan Aktiva Tetap ………. 18
F. Pengertian Laporan Keuangan ……….. 21
G. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan ……... 22
H. Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….. 24
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ……….. 27
A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan ……….. a. Sejarah Singkat dan Aktivitas Perusahaan ……... b. Struktur Organisasi Perusahaan ………... 27 27 32 2. Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera ……… a. Penggolongan Aktiva Tetap ... b. Perolehan aktiva Tetap ……… c. Penyusutan Aktiva Tetap ………. d. Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap ……… e. Penarikan Aktiva Tetap ……… f. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan ………. g. Pengaruh aktiva tetap terhadap Laporan Keuangan ………..
4. Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap ……… 56
5. Penarikan Aktiva Tetap ……… 57
6. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan .. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 59
A. Kesimpulan ……… 59
B. Saran ……….. 60
DAFTAR PUSTAKA ………. 61
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Penyajian dan Pengaruh Aktiva Tetap dalam Neraca ……… 23
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….. 24
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ………. 26
Tabel 4.1 Masa Manfaat Aktiva Tetap menurut Jenis ... 47
Tabel 4.2 Jurnal Pembelian Tunai ... 51
Tabel 4.3 Jurnal Membeli dengan Angsuran ... 52
Tabel 4.4 Jurnal Pemberian atau Hibah ... 52
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
Lampiran 1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Wilayah Sumut ... 62
Lampiran 2 Neraca Konsolidasi ... ... 63
Lampiran 3 Laporan Laba Rugi Konsolidasi... ... 64
Lampiran 4 Rekapitulasi Aktiva Tetap Menurut Jenis... 65
Lampiran 5 Rekapitulasi Aktiva Tetap Menurut Fungsi... 66
Lampiran 6 Rekapitulasi Aktiva Tetap Menurut Fungsi... 67
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap aktiva tetap yang diterapan oleh PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aktiva tetap, penarikan aktiva tetap, serta penyajian dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Sehingga penulis dapat membandingkannya dengan Standart Akuntansi Keuangan.
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kebijakan yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan supervisor bagian akuntansi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, telah menerapkan Standart Akuntansi Keuangan dengan baik terhadap aktiva tetap yang dimilikinya.
ABSTRACT
This research aim to obtain get clear pictue policy to plant asset applied by PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, like a way of acquirement of plant asset, method decrease of plant asset, expenditure after acquirement of plant asset, withdrawal of plant asset and also presentation of the plant asset in financial statement, so that writer can compare it with SAK.
In research, writer use descriptive method. Descriptive method is to collect, interpreting and clarifying data as according to occurrence which in fact. Data type the used is primary data and data of secondary got by writer from result direct interview with head and supervisor accounting of PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
Research having taken steps, writer obtain get result of research with one conclution that PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara have applied SAK to planr asset had by company.
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor
produksi. Faktor produksi yang dimiliki perusahaan digunakan untuk dapat menghasilkan
output baik berupa barang maupun jasa. Faktor produksi ini antara lain berupa aktiva tetap
yang nilainya cukup material dalam menunjang kelancaran kegiatan perusahaan guna
pencapaian tujuan.
Aktiva tetap adalah salah satu elemen utama dari kekayaan perusahaan yang
berjumlah besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode. Penentuan besarnya
jumlah biaya penyusutan aktiva tetap ini merupakan masalah penting di dalam perusahaan,
karena besar kecilnya investasi yang tertanam didalam aktiva tetap mempengaruhi dan
efektifitas perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pada laporan keuangan
perusahaan tersebut. Menurut Mulyadi (2002:179) Aktiva tetap adalah “kekayaan
perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun,
dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual
kembali”.
Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi pengguna laporan
keuangan dalam rangka menilai kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Informasi laporan keuangan dianggap memiliki nilai kualitas informasi jika memenuhi dua
unsur yaitu dapat diandalkan (reliable) dan (relevance) bagi pengguna laporan keuangan.
Uniknya pencatatan Akuntansi Indonesia menganut sistem akuntansi konvesional
mengasumsikan bahwa harga-harga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi konvensional
tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun perubahan tingkat harga
khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli seperti pada periode
inflasi, maka laporan keuangan jika kita kembali kepada penjelasan di paragrap
sebelumnya secara ekonomis tidaklah relevan.
Semua aktiva tetap yang dipergunakan dalam perusahaan baik yang masih baru
maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan aktiva
tetap tersebut sesuai dengan yang direncanakan perusahaan. Aktiva tetap yang
dipergunakan lama kelamaan mengalami kerusakan, kehausan dan susut, baik karena
dipakai maupun karena pengaruh lama kecuali tanah. Oleh karena itu maka terhadap aset
tetap tersebut harus diadakan penyusutan sesuai dengan umur dan masa manfaatnya. PT
PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara bergerak di bidang pelayanan jasa bagi
masyarakat dan perusahaan tentunya memerlukan Aktiva tetap untuk mendukung
operasinya.
Aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mempunyai batas waktu
tertentu untuk tetap beroperasi secara layak pakai. Oleh karena itu aktiva tetap
memerlukan perbaikan-perbaikan dan pemeliharaan yang membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Dalam hal ini perlu suatu penetapan apakah pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan dengan aktiva tetap tersebut masuk kepada pengeluaran modal (Capital
Expenditure) atau pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditure). Pengeluaran modal
yaitu bila manfaat yang diperoleh lebih dari satu periode akuntansi dan pengeluaran
pendapatan yaitu bila manfaat yang diperoleh hanya dalam periode akuntansi yang
Akuntansi aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara itu sendiri
harus tepat dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, hal ini dibutuhkan untuk
menghindari salah saji dalam laporan keuangan. Aktiva tetap merupakan salah satu unsur
neraca yang mempunyai nilai yang material. Dalam laporan laba rugi biaya penyusutan
juga memberikan kontribusi biaya yang cukup besar.
Mengingat pentingnya peranan aktiva tetap dalam mencapai tujuan perusahaan dan
nilainya yang cukup materil maka sangat dibutuhkan suatu kebijakan terhadap aktiva tetap
yang meliputi penetapan harga perolehan, metode penyusutan, pengelompokan biaya,
pelepasan aktiva tetap serta bagaimana aktiva tetap tersebut berpengaruh dalam laporan
keuangan perusahaan tersebut sehingga penyajiannya di neraca telah sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah aktiva
tetap dengan judul “AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA
TERHADAP LAPORAN KEUANGAN STUDI KASUS PT PLN (Persero) WILAYAH SUMATERA UTARA”.
II. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang masalah diatas maka
penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana akuntansi aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara?
3. Apakah penyajian laporan keuangan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku?
III. Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akuntansi aktiva tetap
dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara telah diterapkan dengan baik dan benar sesuai dengan SAK.
B. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan atas penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti: memperoleh dan memberikan tambahan pengetahuan tentang
penerapan aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan.
2. Bagi manajemen: Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan penerapan aktiva tetap.
3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan dasar perbandingan dalam meneliti
masalah yang sama
IV. Kerangka Konseptual
Untuk meneyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis akan
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA
Perolehan Aktiva Tetap
Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap
Penyusutan Aktiva Tetap
Penarikan Aktiva Tetap
Pengaruh Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan sesuai SAK
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
akuntansi aktiva tetap yaitu pemilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi,
peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk menentukan :
a. Cara perolehan Aktiva Tetap
b. Pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan Aktiva Tetap
c. Metode penghitungan penyusutan aktiva tetap
d. Penarikan Aktiva Tetap
e. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan
Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan
secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan
jasa. Menurut PSAK No.16 (2004:5) aktiva tetap adalah : “Aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan
dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Untuk mengetahui
pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap, maka ada beberapa defenisi aktiva tetap yang
dikemukakan oleh beberapa ahli dibidang akuntansi maupun lembaga profesi akuntansi
seperti yang diuraikan di bawah ini :
Menurut Mulyadi (2002:179) aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang
memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.
Menurut Soemarso (2003:20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud (tangible asset)
yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan
perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4)
Nilainya cukup besar”.
Warren, dkk (2005:492) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap (fixed asset)
Dari semua penjelasan dan defenisi yang dikemukakan di atas aktiva tetap
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Mempunyai bentuk fisik
2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan
3. Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual
4. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari
satu tahun)
5. Memberi manfaat di masa yang akan datang.
Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut
pandang antara lain :
1. Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi : a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets)
Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang berwujud, atau
ada secara fisikserta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi
normal.
Aktiva tetap berwujud dibagi menjadi lima bagian, antara lain :
1) Tanah
2) Bangunan
3) Kendaraan
4) Mesin
5) Peralatan
b. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)
Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara
fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak
berwujud terdiri dari :
1) Paten
2) Hak Cipta dan Merek Dagang
3) Goodwill
2. Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan :
a. Depreciated plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan,
peralatan, mesin, inventaris fan lain-lain
b. Undepreciated plant assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti tanah.
B. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap
Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap. Cara
perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya
mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva
tetap. Harga perolehan tersebut mencakup seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan
aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan.
Menurut Smith and Skousen (1996:443) “ Biaya atau harga perolehan aktiva tetap
tidak hanya meliputi harga pembelian atau nilainya setaranya tetapi juga pengeluaran lain
yang diperlukan untuk memperoleh serta menyiapkan agar dapat digunakan sesuai dengan
Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara
antara lain :
1. Membeli dengan tunai
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang
yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran utnuk pembelian dan penyiapan
hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka
langsung dipotong harga faktur.
2. Membeli dengan angsuran
Perolehan aktiva tetap dengan angsuran pembayarannya dilakukan dikemudian hari
secara angsuran disertai bunga angsuran. Jurnalnya akan dibuat setiap akhir tahun sampai
masa angsuran aktiva yang dibeli habis.
3. Pertukaran
Pertukaran adalah perolehan aktiva tetap dengan menyerahkan aktiva tetap yang
dimiliki untuk dipertukarkan dengan aktiva tetap yang baru (baru disini bukan berarti
senantiasa belum pernah dipakai). Aktiva tetap yang ditukarkan dapat sejenis dan tidak
sejenis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap :
a. Harga perolehan aktiva yang dipertukarkan
b. Nilai buku aktiva tetap
c. Akumulasi penyusutan
d. Harga pasar yang wajar
e. Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah.
Dalam hal pertukaran ini Ikatan Akuntan Indonesia (2009:16.6) memberikan
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk
suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya pos semacam ini diukur pada
nilai wajar yang dilepaskan atau diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan
nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau
setara kas yang ditransfer.
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka perolehan aktiva tetap dalam pertukaran
pencatatannya dilakukan sebesar nilai wajar akitva yang diperoleh atau diserahkan. Dalam
hal ini, jika terdapat laba pertukaran, laba tersebut baru direalisasi apabila aktiva tetap
tersebut dijual sebaliknya jika terdapat kerugian atas pertukaran aktiva tetap, maka
kerugian tersebut diakui sebagai kerugian.
4. Sewa guna usaha / leasing
Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk
menggunakan aktiva yang dimiliki lessor adalah selama suatu periode waktu tertentu
dengan biaya periodik tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki aktiva tetap atau
yang memberikan sewa guna usaha. Sedangkan Lesse adalah perusahaan yang menyewa
guna usaha aktiva tetap.
Menurut Harahap (2002 : 170) defenisi Leasing sebagai berikut “Leasing adalah
suatu cara memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka
waktu tertentu”.
Sedangkan menurut Ikantan Akuntan Indonesia (2009 ; 30.1) dalam PSAK
memberikan defenisi leasing sebagai berikut :
“Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang-barang modal untuk digunkana oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu
perusahaan untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati”.
Sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat dikategorikan
sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva tetap dikapitalisasi
sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus
dibayar pada akhir masa sewa guna usaha.
5. Penerbitan surat-surat berharga
Dalam memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan
surat-surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut
dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi
atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pari atau nominal,
hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar jumlah pari dan selisihnya dicatat
sebagai agio atau disagio.
6. Membuat sendiri
Untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan atas
pertimbangan sendiri utnuk membuat aktiva tetap yang akan digunakan dengan beberapa
alasan seperti yang diungkapkan oleh Smith & Skousen yaitu (2003 : 447) “Untuk
menghemat biaya konstruksi, menggunakan fasilitas yang menganggur, untuk mencapai
kualitas konstruksi yang lebih tinggi”.
Biaya yang membentuk harga perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah
seluruh biaya-biya pembuatannya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tidak
langsung yang merupakan biaya operasi sehari-hari.
Apabila harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun sendiri lebih dari tinggi dari
7. Pemberian atau hibah.
Jika aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga
perolehan sebagai basis penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya
yang wajar. Kendatipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva
tetap tersebut. Tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap.
Dalam PSAK, Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 16.7) mengemukakan tentang
pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang
diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak
dengan mengkreditkan akun modal donasi”.
C. Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan
mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini
disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1. Faktor fisik
Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena cuaca.
2. Faktor fungsional
Faktor fungsional terjadi karena :
a. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi;
b. Perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan;
c. Kemajuan tegnologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi.
Adapun tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga
dikemukakan oleh Hongren, (2001 : 509) yaitu : “tujuan utama dari akuntasi penyusutan
kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena
pemakaiannya”
Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa
operasi seperti jam kerja atau unit output.
Jika melihat semua keterangan diatas dapat disimpulkan ada 3 faktor yang harus
diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode yaitu
1. Harga Perolehan
Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan
perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai;
2. Nilai residual atau nilai sisa
Nilai sisa adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah
tidak digunakan lagi.
3. Masa Manfaat
a. Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau
b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh
perusahaan.
Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk
menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang bersangkutan.
Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan;
2. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi biayanya dikenal
dengan deplesi;
Dalam Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(2009), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria sebagai berikut
1. Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation)
b. Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method)
c. Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda(declining/double
declining-balance-method)
2. Berdasarkan penggunaan :
a. Metode-jam-jasa (service-hour-method)
b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method)
3. Berdasarkan kriteria lainnya :
a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-composite-method)
b. Metode-anuitas (annuity-method)
c. Sistem-persediaan (inventory-system)
D. Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap
Selama penggunaan aktiva tetap ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Biaya
tersebut adalah biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, biaya reperasi, biaya penambahan,
biaya penggantian. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan agar aktiva tetap
yang digunakan dalam operasi perusahaan tetap dapat berfungsi dengan baik sesuai yang
diharapkan.
Kesalahan dalam pengelompokan biaya dapat mempengaruhi rencana perusahaan
dalam mencapai tujuan. Pengelompokan pengeluaran perlu dilakukan agar tidak terjadi
umur ekonomis aktiva tetap, memilih penyusutan yang tepat dan batasan tentang
pengeluaran pemeliharaan, perbaikan dan pengeluaran lainnya.
Menurut Baridwan (2004:272) mengklasifikasikan pengertian pengeluaran modal
dan pengeluaran pendapatan sebagai berikut:
1. Pengeluaran Modal (capital expenditure)
Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari
satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening
aktiva (dikapitalisasi).
2. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure)
Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dalam periode
akuntansi yagn bersangkutan. Oleh karena itu, pengeluaran ini dicatat dalam rekening
biaya.
Dalam praktek sangat sulit menentukan pengeluaran mana yang dianggap Revenue
Expenditure dan pengeluaran mana yang dianggap sebagai Capital Expenditur. Untuk
mengatasi kesuliran ini dalam akuntansi diberikan beberapa pedoman bagaimana untuk
membedakannya.
Menurut Harahap (2002:49) pedoman itu adalah sebagai berikut :
1. Segi Keuntungan
Jika pengeluaran itu memberikan untung selama lebih dari 1 tahun dalam arti
pengeluaran dapat menambah kegunaan aktiva itu maka dianggap sebagai Capital
Expenditure, sedangkan jika manfaatnya hanya dalam tahun yang bersangkutan
2. Kebiasaan
Jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin dikeluarkan
dalam periode tertentu maka dianggap sebagai Revenue Expenditure sedangkan jika
pengeluaran itu tidak lazim maka dianggap sebagai Capital Expenditure.
3. Jumlah
Jika pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting, biasanya dianggap
sebagai Capital Expenditur sedangkan jika pengeluaran itu relatif kecil maka dianggap
sebagai Revenue Expenditur.
Pengeluaran – pengeluaran modal setelah aktiva tersebut diakuisisi dapat berupa :
1. Penambahan pada Aktiva tetap
Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti
penambahan bangunan, ruang parker dan lain-lain. Pengeluaran-pengeluaran untuk
penambahan aktiva tetap ini merupakan pengeluaran modal untuk penambahan aktiva
tetap ini merupakan pengeluaran modal yang merupakan penambahan harga perolehan
aktiva tetap dan nilainya akan disusutkan sepanjang umur ekonomisnya. Biaya untuk
penambahan aktiva tetap yang ada harus didebit kea kun aktiva yang terkait.
2. Perbaikan Aktiva Tetap
Perbaikan merupakan perubahan-perubahan atas harta yang dilakukan untuk
meningkatkan atau menyempurnakan aktiva tetap yang bersangkutan. Sama halnya
seperti reperasi, perbaikan dengan biaya yang relatif kecil diperlakukan sebagai biaya
sedangkan perbaikan dengan biaya yang relative besar akan mendebit perkiraan aktiva
3. Reparasi
Reparasi adalah perbaikan yang dilakukan terhadap kerusakan aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan agar aktiva tetap tersebut tetap dapat menjalankan fungsinya.
Pengeluaran untuk reparasi yang hanya memberikan manfaat untuk satu periode
akuntansi diperlakukan sebagai biaya (pengeluaran pendapatan). Apabila reparasi yang
dilakukan merupakan reparasi luar biasa yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode akuntasi, maka pengeluaran untuk reparasi tersebut diperlakukannya sebagai
biaya dalam periode-periode yang menerima manfaat.
4. Apabila pengeluaran yang dilakukan mempeepanjang umur aktiva tetap atau
memperbesar nilai residunya, maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai prngurang
akumulasi penyusutan.
5. Pemeliharaan Aktiva Tetap
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktiva agar tetap
dalam kondisi baik. Contoh pemeliharaan berupa pengecatan gedung. Pemeliharaan ini
merupakan pos-pos biasa dan berulang-ulang serta tidak meningkatkan atau
menambah usianya, dan pengeluaran ini dicatat sebagai biaya.
6. Penggantian aktiva Tetap.
Pengganitan maksudnya adalahnpengeluaran yang dilakukan untuk mengganti aktiva
tetap atau suatu bagian dari aktiva tetap dengan unit yang baru yang sama tipenya.
Pengeluaran untuk penggantian ini dapat dikelompokkan pengeluaran atau merupakan
pengeluaran modal. Sama seperti pengeluaran untuk reparasi. Pengeluaran untuk
pengganti aktiva tetap yang nilainya relative kecil dibanding aktiva tetap secara
keseluruhan, maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai pengeluaran dan dibebankan
dilakukan memerlukan biaya yang cukup besar, maka pengeluaran tersebut
diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan harus dikapitalisasi dengan
menghapuskan harga perolehan dan akumulasi penyusutan aktiva tetap yang
bersangkutan.
E. Penarikan Aktiva Tetap
Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya oleh perusahaan baik secara
normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan penggunaanya dapat
disebabkan aktiva tetap sudah berakhir masa taksiran masa manfaatnya, aktiva tetap telah
rusak dan tidak dapt dipergunakan lagi.
Akibat yang timbul dari penghentian aktiva tetap ini adalah timbulnya kerugian
atapun keuntungan. Menurut PSAK no. 16 (2009) : “Keuntungan atau kerugian yang
timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau
kerugian dalam laporan laba rugi”.
Penghentian aktiva tetap dapat berpengaruh pada terganggunya proses produksi
untuk penggantian aktiva dengan yang baru. Proses produksi dapat terganggu apabila
ternyata aktiva tetap merupakan sarana yang vital bagi perusahaan. Pencatatan yang harus
dilakukan bila terjadi penghentian aktiva tetap adalah :
1. Meng-up date kan buku
Jumlah biaya penyusutan dari awal tahun buku berjalan sampai pada tanggal terjadinya
transaksi penarikan itu harus dicatat
2. Eliminasi
Dalam mencatat transaksi ini maka harus dihapuskan semua perkiraan yang berhubungan
Beberapa hal yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan penghetian aktiva
tetap adalah dengan :
1. Membuang aktiva tetap
Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan harus dihapuskan
dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga
perolehannya dan mendebet akumulasi penyusutan sampai saat penyingkirannya.
Apabila ada nilai sisanya, maka dicatat sebagai kerugian atas pelepasan aktiva.
Jurnal :
Akumulasi Penyusutan Aktiva tetap xxx
Aktiva Tetap xxx
2. Menjual aktiva tetap
Penyusutan yang terjadi selam periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan
terakhir dibuat dengan tanggal penjualan harus dicatatkan.
Jurnal :
a. Jika dijual dibawah nilai buku aktiva tetap
Kas/Piutang xxx
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap xxx
Rugi Penjualan Aktiva Tetap xxx
Aktiva Tetap xxx
b. Jika dijual diatas nilai buku aktiva tetap
Kas/piutang xxx
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap xxx
Laba Penjualan Aktiva Tetap xxx
3. Menukar aktiva tetap
Prosedur penukaran aktiva tetap sama dengan prosedur perolehannya yang dilakukan
melalui pertukaran seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
4. Hilang (Rusak)
Aktiva yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan juga merupakan salah satu
alasan penghentian aktiva tetap. Kerusakan aktiva tetap bias disebabkan oleh :
a. Kelalaian Pihak perusahan sendiri
b. Kerusakan akibat bencana alam (Force Majeur)
Jurnal :
Beban Penyusutan Aktiva Tetap xxx
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap xxx
(untuk mencatat beban penyusutan aktiva tetap yang hilang/rusak sampai tanggal
kehilangan/kerusakan aktiva tetap)
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap xxx
Rugi Kehilangan Aktiva Tetap xxx
Aktiva Tetap xxx
(untuk mencatat penghapusan aktiva tetap yang hilang/rusak)
5. Dipakai di luar operasi normal perusahaan
Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi. Contoh :
tanah yang dibeli yang tidak diperuntukkan untuk membangun pabrik atau bangungan
F. Pengertian Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat pengujian saja tetapi juga
sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan.
Dengan analisis tersebut, maka dapat membantu pihak yang berkepentingan dalam
mengambil keputusan. Jadi untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan serta
hasil-hasil yang telah dicapai hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan tersebut perlu
adanya laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009) adalah sebagai
berikut :
“Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses peloparan keuangan, meliputi neraca, laporan laba rugi , laporan perubahan modal (yang dapat disajikan dengan berbagai cara seperti misalnyanya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan atas laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari bagian Laporan Keuangan.”
Sedangkan pengertian Laporan Keuangan menurut Munawir dalam buku Analisa
Laporan Keuangan (2002:2) :
“Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut”.
Jadi laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi pihak bank
sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan kredit, disamping adanya
data yang bersifat non keuangan sebagai informasi yang dibutuhkan bank selaku debitur.
Misalnya akta pendirian, surat-surat izin yang masih berlaku , jaminan kredit, daftar isian
yang disediakan bank organisasi dan manajemen perusahaan , data realisasi usaha, dan
perusahaan sangat lah perlu untuk mengetahui kondisi perusahaan. Kondisi keuangan
perusahaan akan terlihat dari laporan keuang perusahaan yang bersangkutan.
G. Penyajian dan Pengaruh Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntasi Keuangan (2009) laporan keuangan yang lengkap terdiri
dari komponen-komponen berikut ;
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan.
Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca
dan berada pada sisi debit neraca. Menurut Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva
tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah :
1. “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global
Berikut ini peneliti akan mencoba membuat suatu contoh penyajian dan pengaruh
aktiva tetap dalam laporan keuangan
Neraca
Per 31 Desember 20xx
ASET KEWAJIBAN dan EKUITAS
Aset Lancar
Kas xxx
Investasi Jangka Pendek xxx
Piutang xxx
Inventaris Kantor xxx
Aset Tetap Tidak Berwujud xxx
Jumlah Aset Tetap xxx
Jumlah Aset xxx
Kewajiban Lancar xxx
Kewajiban Tak Lancar xxx
Ekuitas xxx
Jumlah Kewajiban
dan Ekuitas xxx
H. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu :
Nama Judul
Penelitian
Perumusan Masalah Hasil Penelitian
Ernie M.
sesuai dengan PSAK No.16
Bagaimana perlakuan
Akuntansi dalam hal
pengakuan dan pengukuran
aktiva tetap pada
perusahaan jasa angkutan
darat Antar Kota Antar
Propinsi di lingkungan
keuangan yang berlaku di
Indonesia.
Kebijakan perusahaan dalam menentukan
capital expenditure atau renenue expenditure dalam hal biaya
pemeliharaan dan perawatan, yaitu
dengan mengelompokkan dan
pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4
bagian.
Dalam menghitung penyusutan
perusahaan menggunakan metode Garis
Lurus.
Kebijakan perusahaan untuk masalah
penghentian aktiva tetap termasuk cara
penghentian, pengalokasian biaya yang
terjadi pada saat penghentian, dan
lain-lain sudah cukup baik.
Pada dasarnya, proses pengakuan awal
yang dilakukan oleh perusahaan terhadap
bus-busnya sudah memadai, namun
proses pencatatan dan perlakuan
akuntansi selama penggunaan aktiva
tetap yang belum sempurna
menimbulkan kesulitan dalam hal
pengukuran nilai aktiva tetap dalam
laporan keuangan perusahaan pada akhir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berbentuk deskriptif, yaitu
penelitian yang menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek
penelitian. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara
menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.
B. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan penulis adalah data sekunder, yang merupakan data
yang telah terdokumentasi yang diperoleh dari perusahaan. Seperti Sejarah Perusahaan,
Struktur Organisasi, Company Profil, Laporan Aktiva Tetap, Laporan Keuangan
Perusahaan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
a. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap bagian
akuntansi pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
b. Teknik kepustakaan, dalam hal ini penulis membaca dan mempelajari dan
mengumpulkan data sekunder mengenai teori-teori, konsep dasar akuntansi
khususnya yang berhubungan dengan aktiva tetap.
c. Teknik dokumentasi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap catatan dan
D. Teknik Analisis Data
Metode analisis yang dipakai penulis adalah Metode Deskriptif. Metode deskriptif
yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun,
menginterprestasikan serta menganalisanya sehinga diperoleh gambaran masalah yang
diteliti.
E. Jadwal Penelitian Tahapan
Penelitian
September Oktober November Desember Januari
Pengajuan Judul
Penyelesaian
Proposal
Bimbingan
Proposal
Seminar
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Penyelesaian
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Ringkas Perusahaan
Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia
mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di
bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan
sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan
perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang,setelah Belanda menyerah kepada
pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada
Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi
Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat
berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan
perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober
1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga
listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di
saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara
(PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara
(PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak
tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang.
Sesuai Undang-undang No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan
berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, berikut adalah rangkaian kegiatan
usaha Perusahaan:
1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup:
a. Pembangkitan tenaga listrik.
b. Penyaluran tenaga listrik.
c. Distribusi tenaga listrik.
d. Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik.
e. Pengembangan penyediaan tenaga listrik.
f. Penjualan Tenaga Listrik kepada konsumen.
2. Menjalankan usaha penunjang tenaga listrik yang mencakup:
b. Pembangunan dan pemasangan peralatanketenagalistrikan.
c. Pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan tenaga
listrik.
3. Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup:
a. Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
energi lainnya untuk kepentingan tenaga listrik.
b. Pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada
pembangkitan, transmisi, distribusi serta retail tenaga listrik.
c. Kegiatan perindustrian perangkat keras dan lunak di bidang
ketenagalistrikan dan peralatan lain terkait dengan tenaga listrik.
d. Kerja sama dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang
ketenagalistrikan baik dari dalam maupun luar negeri di bidang
pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi terkait
dengan ketenagalistrikan.
Kegiatan usaha Perusahaan dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Kegiatan Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Perusahaan sebagai induk perusahaan
termasuk diantaranya perencanaan pengembangan fasilitas tenaga listrik
(pembangkitan, transmisi dan distribusi secara umum) dan penunjangnya,
rencana pendanaan, pengembangan usaha, pengembangan organisasi dan
SDM. Kegiatan perencanaan dilakukan oleh induk Perusahaan yang
mencakup pokok kebijakan makro, sedangkan detilnya dilakukan oleh
2. Kegiatan Pembangunan
Kegiatan pembangunan yang mencakup konstruksi sarana penyediaan
tenaga listrik pembangkitan,transmisi dan gardu induk merupakan tugas
dari satuan organisasi konstruksi Proyek Induk, sementara itu pelaksanaan
pembangunan jaringan distribusi dilakukan oleh masing-masing unit
organisasi wilayah dan distribusi. Kegiatan pembangunan proyek
kelistrikan desa yang berasal dari pendanaan APBN adalah merupakan
tugas Pemerintah melalui Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi.
3. Kegiatan Usaha/Operasi
Kegiatan usaha berupa produksi tenaga listrik dihasilkan oleh pusat
pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari beberapa jenis pembangkit, yaitu
Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batubara, gas alam atau bahan
bakar minyak (BBM), Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), berbasis tenaga air
sebagai penggerak turbin, Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTGgas turbine)
berbasis gas alam atau BBM, Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
berbasis tenaga uap panas bumi dan Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
berbasis BBM.Selain itu, Perusahaan juga melakukan pembelian tenaga
listrik yang diproduksi oleh pusatpusat pembangkit tenaga listrik swasta
yang juga merupakan gabungan dari beberapa jenis pembangkit, yaitu
PLTU berbahan bakar batubara, Pusat Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU-combined cycle) berbasis gas alam atau BBM, PLTA berbasis tenaga air
sebagai penggerak turbin, PLTP berbasis tenaga uap panas bumi dan PLTD
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pusat pembangkit disalurkan ke gardu
induk melalui jaringan transmisi dengan berbagai tingkat tegangan seperti
Tegangan Ekstra Tinggi (500 kV) danTegangan Tinggi (150 dan 70 kV).
Semakin besar daya yang akan disalurkan melalui kawat transmisi
berukuran sama, semakin tinggi tegangan yang diperlukan. Tingkat
tegangan di gardu induk yang berkapasitas 500 kV atau 150 kV akan
diturunkan untuk tujuan distribusi kepada pelanggan.
Kategori pelanggan besar dilayani dengan jaringan tegangan tinggi sebesar
150 dan 70 kV dan jaringan menengah sebesar 20 kV, sementara untuk
pelanggan kecil, energi listrik disalurkan ke gardu distribusi melalui
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV dan selanjutnya di gardu
distribusi tegangan diturunkan ke tingkat 380/220 volt untuk kemudian
disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke sambungan rumah
(SR).
4. Kegiatan Riset & Penunjang Kegiatan yang dilakukan oleh satuan
organisasi penunjang mencakup :
a. Jasa Pendidikan dan Latihan PT PLN (Persero) yang bertugas untuk
menyelenggarakan berbagai pendidikan dan latihan di bidang teknik,
manajemen, keuangan dan administrasi umum.
b. Jasa Enjiniring PT PLN (Persero) yang bertugas memberikan dukungan
dalam studi kelayakan, desain dan supervisi konstruksi sarana
penyediaan tenaga listrik. untuk memberikan dukungan terhadap
c. Jasa Sertifikasi PT PLN (Persero) yang bertugas untuk memberikan
dukungan dalam sertifikasi produk peralatan listrik, sistem manajemen
mutu dan lingkungan bidang ketenagalistrikan serta kelayakan instalasi
tenaga listrik dan tera meter.
d. Jasa Manajemen Konstruksi PT PLN (Persero) yang bertugas untuk
memberikan dukungan dalam manajemen konstruksi lapangan untuk
konstruksi dan layanan perbaikan terutama pada sektor kelistrikan.
e. Jasa dan Produksi PT PLN (Persero) yang bertugas untuk memberikan
dukungan terhadap produksi dan layanan perbaikan terutamapada
sektor kelistrikan.
b. Struktur Organisasi 1) Manager
Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
a) Menjaga nama baik PT PLN (Persero) Cabang Lubuk Pakam;
b) Memimpin, mengurus dan mengelolah cabang Lubuk Pakam sesuai
dengan tugfas pokoknya dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya
guna dan hasil guna dari wilayah;
c) Mengusulkan dan melaksanakan tecana kerjadan anggaran yang
ditetapkan Direksi PLN;
d) Melaksanakan kebijakan umum dalam pengurus cabang Lubuk Pakam
yang telah digariskan oleh Direksi;
e) Menetapkan kebijaksanaan dibudang perencanaan, pembangunan dan
f) Menjaga agar laporan keungan cabang lubuk Pakam kerjanya tidak
menimbulkan kwalifikasi bagi auditor;
g) Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya dengan persetujuan Direksi
dalam rangka mengembangkan sarana penyediaan tenaga listrik.
2) Asman ( Asisten Manager) Teknik
Bertanggung jawab atas tersusunnya strategi, standarisasi dan penerapan
system pengelolaan jaringan distribusi dan pembangkit serta penerapan
manajemen lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan serta upaya
pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja, untuk
mendukung upaya pengasuhan tenaga listrik yang efektif, efesien dengan
tingkat mutu dan keandalan yang baik.
a) Menyusun dan membina penerapan systempengelolaan jaringan distribusi
dan pembangkit;
b) Menyusun rencana kegiatan konstruksi dan administrasi pekerjaan serta
membina penerapannya;
c) Menyusun kebijakan dan membina penerapan manajemen lingkungan
dan keselamatan ketenagalistrikan;
d) Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya;
e) Menyusun dan mengelolammanajeman mutu;
f) Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik;
3) Asman (Asisten Manager) Pengukuran dan Proteksi
Bertanggung jawab atas penyediaan tenaga listrik beserta kebutuhan
investasinya. Merencankan pengembangan system pembangkit, transmisi,
gardu induk, dan distribusi sesuai dengan standar, menciptakan kerangka
pelaksanaan kerja sehingga dapat mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik
yang efektif dan efesien dengan tingkat mutu serta keandalan yang baik dan
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
h) Menyusun dan memutahirkan RPTL;
i) Membuat perkiraan beban jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang;
j) Menyusun kebutuhan investasi untuk penyediaan tenaga listrik;
k) Membuat desain standar konstruksi jaringan distribusi;
l) Membuat desain standar konstruksi jaringan isolated;
m) Membuat pedoman untuk evaluasi kelayakan inveatasi;
n) Melakukan evaluasi sesuai pedoman kelayakan investasi dan penilaian
finansial;
o) Membuat, mengendalikan dan meriview rencana pengembangan sistem
ketenagalistrikan;
p) Membuat dan meriview standar pengembangan sistem dalam kaitannya
dengan pelayanan penyambungan;
q) Melaksanakan survey dan evaluasi kelayakan sistem tenaga listrik untuk
PB/PD pelanggan besar diatas 5 MVA;
s) Mengendalikan anggaran investasi dengan meperhatikan efisiensi kinerja
perusahaan;
t) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.
4) Asman (Asisten Manager) Niaga dan Pelayanan
Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari
penjualan tenaga listri, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada
kebutuhan pelanggan dan transaksi pembelian tenaga listrik yang memberikan
nilai tambah bagi Perusahaan, serta ketersediaan standar pelaksanaan kerja dan
tercapaianya interaksi kerja yang baik antar unit-unit pelaksana.
a). Menyusun,
i. Ketentuan dan strategi pemasaran
ii. Rencana penjualan energi dan rencana pendapatan;
b). Mengevaluasi harga jual energi listrik;
c). Menghitung biaya penyediaan tenaga lsitrik;
d). Menegosiasikan harga jual beli tenaga listrik;
e). Menyusun :
i. Strategi dan pengembangan pelayanan pelanggan;
ii. Standar dan produk pelayanan;
iii. Ketentuan data induk pelanggan (DIL) dan data induk saldo (DIS);
iv. Konsep kebijakan sestem informasi pelayanan pelanggan;
f). Melakukan pengendalian DIS dan opname saldo piutang;
g). Mengkoordinasikan pelaksanaan penagihan kepada pelanggan tertentu antara
h).Mengkaji pengelolaan pencatatan meter dan menyusun rencana
penyempurnaanya;
i). Menyusun mekanisme interaksi antar unit pelaksana.
j). Menyusun rencana pengembangan usaha baru serta pengaturannya;
k). Membuat ususlan RKAP yang terkait dengan bidangnya;
l). Menyusun dan mengelola manajemn mutu;
m).Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik;
n). Menyusun laporan manajemen di bidangnya.
5). Asman (Asisten Manager) Keuangan
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan anggaran dan
keuangn unit sesuai dengan prisnsip-prinsip manajemen keuangan yang baik,
pengelolaan pajak dan asuransi yang efektif serta penyajian laporan keuangan
dan akuntansi yang akurat dan tepat waktu.
a). Menyusun kebijakan anggaran dan proyeksi keuangan Perusahaan;
b. Menyusun Biaya perolehan (BPP) per titik transaksi dan atau perfungsi;
c. Mengendalikan anggaran investasi dan anggaran operasi;
d. Mengendalikan aliran kas pendapatan;
e. Mengendalikan aliran kas Pembiayaan;
f. Melakukan pengelolaan keuangan;
g. Melakukan analisis dan evaluasi laporan keuangan unit-unit;
h. Menyusun laporan keuangan konsolidasi;
i. Menyusun laporan rekonsiliasi keuangan;
k. Melakukan pengelolaan pajak asuransi;
l. Membuat RKAP besama bidang perencanaan dan bidang lainnya;
m. Menyusun dan mengelola manajemen mutu, menerapkan tata kelola
perusahaan, Menyusun laporan manajeman dibidangnya.
5.1 SPV (Supervisor) Anggaran dan Pendanaan
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan anggaran
unit sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, keuangan yang baik serta
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
a) Menyusun RKAP bersama bidang lain;
b) Menyusun cash budget untuk seluruh aktivitas (cash in dan cash
out);
c) Menetapkan dan melaksanakan pengendalian SKKO dan SKKO;
d) Memantau realisasi cash budget (anggaran tunai);
e) Mengevaluasi dan mengusulkan penetapan anggaran tunai unit-unit;
f) Memantau dan mengendalikan cash in dan cash out;
g) Memantau dan mengendalikan anggaran investasi dan operasi
dengan material PDP dan pemeliharaan;
h) Mengevaluasi perubahan alokasi pos anggaran;
i) Mengevaluasi dan mengajukan revisi anggaran;
j) mengevaluasi resiko yang timbul dari suatu aktivitas (Risk
Management);
k) Membuat laporan konsolidasi realisasi cash budget;
5.2 SPV (Supervisor) Pendapatan
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik, pengelolaan pajak dan
asuransi sesuai ketentuan yang berlaku serta menerapkan tata kelola
perusahaan yang baik;
a) Melaksanakan pengelolaan administrasi transfer pendapat;
b) Mengajukan permintaan droping anggaran tunai ke PLN Pusat;
c) Membuat perencanaan aliran kas pembiayaan AO/AI;
d) Melaksanakan droping kas pembiayaan ke unit (Imprest);
e) Melaksanakan pengendalian kas pembiayaan unit;
f) Melaksanakan rekonsiliasi kas, bank dan pendapatan;
g) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung pembayaran;
h) Melaksanakan pembayaran atas transaksi sesuai batas kewenangan
yang diberikan;
i) Melakukan rekonsiliasi piutang pegawai;
j) Memantau dan mengendalikan biaya operasional PPJJ
k) Melaksanakan ketentuan pembayaran pajak-pajak serta asuransi;
l) Memantau dan mengevaluasi Revenue Protection;
m) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan transfer pendapatan bank
receipt;
n) Membuat laporan perpajakan;
5.3 SPV (Supervisor) Akuntansi
Bertangung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan akuntasi unit
sesuaai dengan standar akuntasi keuangan, serta penyajian laporan
keuangan Standar Akuntasi Keuangan, serta penyajian laporan keuangan
Standar Akuntasi yang akurat dan tepat waktu serta menerapkan tata
kelola perusahaan yang baik.
a) Melaksanakan rekonsiliasi penerrimaan pendapatan dengan laporan
akuntasi;
b) Menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester dan
tahunan;
c) Menyusun laporan keuangan konsolidasi bulanan, triwulan,
semester dan tahunan;
d) Menyusun laporan keuangan konsolidasi keuangan PUKK/Bina
lingkungan;
e) Menyajikan data laporan konsolidasi keuangan listrik pedesaan;
f) Menyajikan data laporan proyek selesai ke Departemen (APBN)
g) Melaksanakan administrasi material PDP dan utang piutang;
h) Melaksanakan rekonsiliasi hutang piutang termasuk iuran pensiun;
i) Mengawasi pelaksanaan opname tisik kas bank kantor cabang dan
unit;
j) Menyusun biaya perolehan pokok (BPP) per titik traksaksi dan atau
per fungsi;
k) Melaksanakan pembinaan tata kelola akuntansi unit;
m) Melakukan inventarisasi asset (AY, PDP, Pesediaan, dan Piutang);
n) Mengelola administrasi asuransi dan penghapusan asset dan limbah;
o) Menyusun dan mengakaji pengembangn aplikasi sistem informasi
akuntansi termasuk sistem akuntasi manajemen;
p) Membuat laboran sesuais dengan bidang tugasnya.
5.3.1 Sub Bidang Akuntasi AT, Pdp dan Persediaan
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan akuntansi untuk
pembangunan dan pemugaran sarana penyediaan tenaga listrik serta
akuntansi aktiva tetap, akuntansi persediaan dan analisa keungan
akuntansi.
5.3.2 Sub Bidang Akuntasi Umum
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan akuntansi
umum dan pengusahaan sarana penyediaan tenaga listrik serta
menyusun laporan keuangannya.
6). Asman (Asisten Manager) SDM
Bertanggung jawab atas penyelnggaraan pengelolaan manajemen Sumber
Daya Manusia dan organisasi, administrasi kepegawaian dan hubungan
industrial, pengelolaan administrasi kesekretariatan, kominukasi masyarakat
dan hukum dan pengelolaan keamanan, sarana dan kelancaran kerja organisasi.
a). Mengelola :
ii. Pengembangan sumber daya manusia;
iii. Manajemen sumber daya manusia;
iv. Administrasi kepegawaian dan data pegawai.
b). Membina hubungan idustial;
c). Mengelola :
i. Mengelola sertifikasi asset;
ii. Dokumentasi dan perpustakaan;
iii. Administrasi kesekretariatan, protokol dan rumah tangga kantor
induk.
d). Megelola :
i. Komuikasi kemasyarakatan dan pelanggan;
ii. Fasilitas dan prasarana kerja;
iii. Sistem keamanan dan pengamanan kantor.
e). Megelola program bina / peduli lingkungan;
f). Melakukan advokasi hukum dan peraturan-peraturan perusahaan;
g). Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya;
h). Menyusun dan mengelola manajemen mutu;
i). Menyusunlaporan keuangan manajemen di bidangnya.
2. Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara a. Penggolongan Aktiva Tetap
Pengertian aktiva tetap menurut PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara pada
prinsipnya sama dengan pengertian yang terdapat pada Standar Akuntansi Keuangan
1. Mempunyai bentuk fisik;
2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan;
3. Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual;
4. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi /
lebih dari satu tahun);
5. Memberi manfaat dimasa yang akan datang.
Perusahaan mengelompokkan aktiva tetap yang dimilikinya atas dua bagian
besar yaitu :
1. Aktiva Tetap Menurut Fungsi
PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara membagi aktiva tetapnya
menurut fungsinya dengan tujuan mempermudah dalam hal pencatatannya selain
itu juga sebagai alat kontrol terhadap setiap fungsi atau bagian yang ada, sebab
banyak sekali jenis aktiva tetap yang dimiliki dan setiap fungsi membutuhkan
aktiva tetap seperti material cadang yang sama. Pembagian ini diperlukan demi
pengambilan keputusan yang tepat oleh pimpinan. aktiva tetap menurut
fungsinya terdiri atas :
140 Distribusi
160 Tul
171 Tatausaha
172 Gudang dan Persediaan
176 Wisma dan Rumah Dinas
2. Aktiva tetap Menurut Jenis
Pembagian aktiva tetap menurut jenis ini bertujuan sama dengan
pembagian aktiva tetap menurut fungsinya untuk mengetahui secara
keseluruhan jumlah aktiva tetap guna memperoleh gambaran yang jelas
tentang aktiva tetap yang dimilki. Aktiva tetap menurut jenisnya terdiri atas :
01 Tanah
02 Bangunan dan Kelengkapan Halaman
12 Jaringan Distribusi
13 Gardu Distribusi
14 Perlengkapan Lain-Lain Distribusi
15 Perlengkapan Pengolahan Data
17 Perlengkapan Telekomunasi
18 Perlengkapan Umum
19 Kendaraan Bermotor
b. Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara diperoleh dengan
beberapa cara yaitu :
1. Membeli dengan tunai
Aktiva tetap yang diperolah melalui pembelian tunai adalah tanah dan
perlengkapan umum. Aktiva tetap yang diperoleh secara tunai ini dicatat
berdasarkan harga perolehan yaitu seluruh biaya atau pengeluaran yang
2. Membuat sendiri
Aktiva tetap di perusahaan yang dibangun sendiri adalah bangunan dan
kelengkapan halaman. Ini dilakukan perusahaan untuk menghemat biaya
konstruksi, menggunakan fasilitan yang menganggur atau untuk mencapai
kwalitas konstruksi yang lebih tinggi.
Nilai perolehan aktiva tetap adalah sebesar jumlah seluruh biaya-biaya dan
beban-beban yang diperlukan untuk membangun sampai aktiva tetap tersebut
siap digunakan dalam operasi perusahaan.
3. Diterima dari satuan PLN lain
Sebagian aktiva tetap yang dimiliki perusahaan diterima dari satuan PLN
lain yang terdiri dari : saluran udara tegangan tinggi, kabel bawah tanah,
perlengkapan pengolah data, perlengkapan telekomunikasi, kendaraaan
bermotor dan alat-alat mobil serta material cadang. Nilai perolehannya
adalah sebesar jumlah nilai perolehan semula seperti yang telah tercatat
dalam perusahaan satuan PLN yang menyerahkan beserta akumulasi
penyusutannya dan biaya-biaya sehubungan dengan pemindahan aktiva tetap
tersebut, misalnya biaya pengangkutan dan biaya pembongkaran tidak
menambah nilai, tetapi biaya tersebut bibebankan sebagai biaya operasi.
4. Pemberian atau hibah.
Perusahaan pernah menerima hibah dari pihak lain yaitu tanah. nilai
perolehan aktiva tersebut adalah menurut harga pasar yang layak untuk
sebesar 10 % sesuai dengan ketentuan Dirjen Pajak. Jika harga pasarnya
tidak ada atau sulit diketahui, maka ditetapkan berdasarkan penilaian dan
penaksir yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
c. Penyusutan Aktiva Tetap
Dalam perhitungan penyusutan aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara menggunakan metode garis lurus yang diatur dalam SK No.054/DIRJ1988 dan
telah dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun. penyusutan dilakukan pada
semua aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, kecuali aktiva tetap tanah dan hak atas
tanah.
Perhitungan penyusutan aktiva tetap perusahaan adalah bulanan. Nilai awal
aktiva tetap ditetapkan sebesar harga perolehan aktiva tetap tersebut. Sedangkan nilai
residu adalah nol. Masa manfaat atau umur aktiva tetap yang telah ditetapkan PT.PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara, sedangkan aktiva tetap yang telah habis disusutkan
tidak disusutkan lagi. PT.PLN (Persero) telah menetapkan tarif penyusutannya untuk
aktiva tetapnya yang berlaku untuk seluruh wilayah. Adapun masa manfaat aktiva
tetap menurut jenisnya pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah