STANDAR PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI
LANJUT USIA OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
(UPTD) PANTI ASUHAN BUDI LUHUR NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial
Oleh:
WIN HALLY SULUBERE NIM : 060902027
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Win Hally Sulubere
Nim : 060902027
Departemen : Ilmu kesejahteraan Sosial
Judul : STANDAR PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
BAGI LANJUT USIA OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) PANTI ASUHAN BUDI LUHUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MEDAN, DESEMBER 2010 PEMBIMBING
Drs. Edward, M.SP Nip : 195509211 98503 1 003
KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Hairani Siregar, S.Sos, M.SP Nip : 19710927 199801 2 001
DEKAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Nip : 19680525 199203 1 002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Telah Diuji dan dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Tim Penguji
Ketua Penguji : ( )
Reader/Penguji I : ( )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Win Hally Sulubere, 060902027, Standar Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Nanggroe Aceh Darussalam.
(Skripsi ini berisi 6 Bab, 90 Halaman, 2 Gambar, 37 Tabel, 18 Kepustakaan dan Lampiran)
ABSTRAK
Lanjut usia merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis berada di tengah-tengah masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi penyebab ketelantaran lanjut usia, misalnya masalah sosial ekonomi, dan keluarga yang tidak bertanggung jawab akan kewajiban memenuhi kebutuhan para orang tua lanjut usianya. Sangat diakui bahwa sebagian besar ketelantaran lanjut usia berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi sosial ekonomi keluarga, sehingga para anak atau keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan orang tua lanjut usia. Ketelantaran ini yang menyebabkan para lanjut usia tidak dapat menikmati hari tuanya secara wajar sebagaimana para lanjut usia yang masih memiliki keluarga yang berkecukupan serta memiliki keadaan ekonomi yang baik. Penanganan masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik melalui sistem sosial panti dan non-panti. Salah satu cara yang dilakukan untuk menanggulangi hal ini adalah dengan adanya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur yang bersedia menampung para lanjut usia yang terlantar, dimana fasilitas yang diberikan sama seperti lanjut usia lainya.
Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Budi Luhur Jl. Lebe Kader No. 36 Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dimana pengolahan data dilakukan secara manual, data dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara, dan kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan tujuan untuk memperinci data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehingga akan diperoleh jawaban yang dominan dan dianalisis melihat kecenderungan data tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum standar pelayanan kesejahteraan sosial yang dijalankan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Asuhan Budi Luhur bagi para lanjut usia sangat membantu dan bermanfaat untuk kehidupan dan masa-masa hari tua para lanjut usia tersebut. Walaupun masih ada sedikit beberapa kekurangan yang belum terealisasi dengan baik namun secara keseluruhan pelayanan sosial di Panti Asuhan Budi Luhur Kab Aceh Tengah sudah cukup memenuhi standar kesejahteraan sosial bagi lanjut usia.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat dan salam pada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk melalui Al-Quran dan Hadist
sebagai pedoman hidup penulis untuk membedakan mana yang hak dan mana yang
bathil.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun
skripsi ini berjudul : Standar Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia
oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Nanggroe Aceh Darussalam.
Dalam skripsi ini penulis banyak menyadari bahwa masih terdapat beberapa
kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan serta bimbingan hingga
selesainya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Sp, selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
3. Bapak Drs. Edward, MSp, selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan perhatian secara ikhjlas untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dari persiapan hingga penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Ali Husin, selaku pimpinan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur yang membantu penulis dalam penelitian
untuk bahan skripsi di Panti tersebut.
5. Rekan-rekan di Panti Asuhan Budi Luhur Kab Aceh Tengah seperti : kak Sri,
kak Farida, kak Iwardatika, bang Syamsuardi dan yang lainnya yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Buat kedua orang tua saya yaitu mami dan papa yang sangat saya cintai dunia
akhirat, yang selalu memberi semangat kepada saya untuk menyelesaikan
skripsi ini agar kelak meraih impian saya serta selalu mendoakan saya agar
saya bisa menjadi manusia yang berguna buat masyarakat, amin.
7. Buat adik kandung saya Fenny Nurlita yang juga selalu memberikan semangat
dan dukungan kepada saya agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga adik
saya pun diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam menyelesaikan jenjang
Dokter gigi di Unsyiah Banda Aceh, Amin.
8. Buat calon tunangan saya Yuni Bhekty yang tidak pernah bosan-bosannya
mendoakan saya untuk menjadi orang yang dapat membanggakan kedua orang
tua saya, amin. Tidak lupa saya juga akan selalu mendoakan adik kandung
saya yaitu Fenny Nurlita dan calon tunangan saya Yuni Bhekty yang
sama-sama sedang menyelesaikan skripsi di fakultas Kedokteraan Gigi Unsyiah
9. Buat semua teman-teman kessos ’06 Beni, Halim, feri, Erwin yang telah
memberi banyak bantuan kepada saya dan teman-teman yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
10.Semua teman dan semua pihak yang sudah mau ikhlas membantu dan
memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan baik dari
segi pelaksanaan, penyampaian dan penulisannya. Penulis sangat berterima kasih atas
kritik dan saran yang disampaikan terhadap tulisan ini. Akhir kata, kepada Allah SWT
penulis mohon ampun maupun atas kesalahan selama penyusunan skripsi ini dari
perbuatan yang tidak diridhoinya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Medan, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan... 1
1.2 Perumusan Masalah... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian... 9
1.4 Sistematika Penulisan ... 10
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial... 12
2.1.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial... 12
2.1.2 Pengertian Usaha Kesejahteraan Sosial... 15
2.2 Pelayanan Sosial... 16
2.2.1 Pengertian Pelayanan Sosial ... 16
2.2.2 Fungsi Pelayanan Sosial... 20
2.3 Pengertian Lanjut Usia... 22
2.4 Pelayanan Sosial Lanjut Usia... 24
2.4.1 Kebutuhan Dasar Lanjut Usia... 24
2.4.2 Kebijakan dan Strategi Pelayanan Sosial Lanjut Usia... 27
2.4.3 Model Pelayanan Sosial Lanjut Usia... 29
2.4.4 Pelembagaan Lanjut Usia... 33
2.5 Kerangka Berfikir... 35
2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional... 36
2.6.1 Defenisi Konsep... 36
2.6.2 Defenisi Operasional... 37
Bab III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... 39
3.2 Lokasi Penelitian... 39
3.3 Populasi dan Sampel ... 39
3.3.1 Populasi... 39
3.3.2 Sampel... 40
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 40
3.5 Teknik Analisa Data... 41
4.2 Struktur Organisasi Lembaga... 46
4.3 Sumber Dana Lembaga dan Pengelolaan Panti... 50
4.3.1. Sumber Dana Lembaga... 50
4.3.2. Visi dan Misi Lembaga... 50
4.3.3. Sarana dan Prasarana Lembaga... 51
Bab V : ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Responden... 54
5.1.1. Kebutuhan Pelayanan Panti... 61
5.1.2. Fasilitas Pelayanan... 65
5.1.3. Keahlian Pengurus Panti Asuhan Budi Luhur... 77
5.1.4. Dukungan Perilaku Lanjut Usia Yang Ada di Panti... 82
Bab VI : PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 87
6.2 Saran... 88
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi responden berdasarkan tingkat usia ... 54
2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin... 54
3. Distribusi responden berdasarkan agama ... 55
4. Distribusi responden berdasarkan suku bangsa ... 56
5. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 56
6. Distribusi responden berdasarkan sudah berapa lama tinggal di Panti. 57 7. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang keberadaan Panti ini sebelumnya ... 58
8. Distribusi responden berdasarkan siapa yang membawa ke Panti ini.. 59
9. Distribusi responden berdasarkan apakah masih memiliki saudara... 60
10. Distribusi responden berdasarkan bagaimana tanggapan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan setiap hari di Panti ini ... 61
11. Distribusi responden berdasarkan apakah menu makanan yang disediakan memenuhi syarat empat sehat lima sempurna ... 61
12. Distribusi responden berdasarkan tanggapan mengenai pelayanan kebutuhan sandang (pakaian) yang diterima dari UPTD Panti Asuhan Budi Luhur ... 62
13. Distribusi responden berdasarkan tanggapan mengenai pemenuhan kebutuhan papan yang diterima di Panti ... 63
14. Distribusi responden berdasarkan respon Panti jika sakit ... 63
15. Distribusi responden berdasarkan bila bapak/ibu sakit parah apakah di bawa ke dokter ... 64
16. Distribusi responden berdasarkan fasilitas kamar tidur di UPTD Panti Asuhan Budi Luhur ini nyaman untuk digunakan ... 65
17. Distribusi responden berdasarkan fasilitas ibadah di Panti ini bisa untuk digunakan ... 66
18. Distribusi responden berdasarkan apakah fasilitas kamar mandi bisa untuk digunakan ... 67
19. Distribusi responden berdasarkan apakah UPTD Panti Asuhan Budi Luhur ini memiliki tempat pelatihan keterampilan ... 68
20. Distribusi responden berdasarkan bagaimana partisipasi bapak/ibu terhadap pelatihan keterampilan tersebut ... 69
21. Distribusi responden berdasarkan kegiatan keterampilan yang disukai. 70 22. Distribusi responden berdasarkan pendapat mengenai sarana pendukung keterampilan ... 71
23. Distribusi responden berdasarkan sudah atau belum mendapat pelatihan keterampilan ... 72
25. Distribusi responden berdasarkan berapa kali pendidikan
keterampilan diberikan dalam seminggu ... 74 26. Distribusi tanggapan responden tentang Panti sebagai tempat
bimbingan rohani ... 75 27. Distribusi responden berdasarkan frekuensi bimbingan rohani yang
bapak/ibu terima selama di Panti ... 76 28. Distribusi pendapat responden terhadap sikap pekeja sosial/pengurus
Panti ... 77 29. Distribusi responden berdasarkan apakah para pkerja sosial Panti
dapat memberikan pelayanan yang baik bagi para lansia di Panti ini . 78 30. Distribusi responden berdasarkan apakah para pengurus Panti sampai
memukul apabila bapak/ibu melanggar peraturan ... 79 31. Distribusi responden berdasarkan suka atau tidak sukanya bapak/ibu
akan sikap pekerja sosial dalam membina lanjut usia ... 80 32. Distribusi responden apakah mendapat sikap yang tidak adil dari
Panti ... 81 33. Distribusi responden berdasarkan mematuhi peraturan yang ada ... 82 34. Distribusi responden berdasarkan keperdulian dengan lingkungan
Panti sebagai tempat tinggal ... 83 35. Distribusi responden apabila keluar dari Panti ini masih tetap peduli
dengan panti ini ... 84 36. Distribusi responden berdasarkan kesulitan yang dialami bapak/ibu
untuk mau berbagi dengan pengurus Panti yang ada disini... 85 37. Distribusi responden berdasarkan pekerja sosial/pengurus Panti untuk
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Bagan Alir Pemikiran ... 36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Win Hally Sulubere, 060902027, Standar Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Nanggroe Aceh Darussalam.
(Skripsi ini berisi 6 Bab, 90 Halaman, 2 Gambar, 37 Tabel, 18 Kepustakaan dan Lampiran)
ABSTRAK
Lanjut usia merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis berada di tengah-tengah masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi penyebab ketelantaran lanjut usia, misalnya masalah sosial ekonomi, dan keluarga yang tidak bertanggung jawab akan kewajiban memenuhi kebutuhan para orang tua lanjut usianya. Sangat diakui bahwa sebagian besar ketelantaran lanjut usia berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi sosial ekonomi keluarga, sehingga para anak atau keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan orang tua lanjut usia. Ketelantaran ini yang menyebabkan para lanjut usia tidak dapat menikmati hari tuanya secara wajar sebagaimana para lanjut usia yang masih memiliki keluarga yang berkecukupan serta memiliki keadaan ekonomi yang baik. Penanganan masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik melalui sistem sosial panti dan non-panti. Salah satu cara yang dilakukan untuk menanggulangi hal ini adalah dengan adanya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur yang bersedia menampung para lanjut usia yang terlantar, dimana fasilitas yang diberikan sama seperti lanjut usia lainya.
Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Budi Luhur Jl. Lebe Kader No. 36 Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dimana pengolahan data dilakukan secara manual, data dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara, dan kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan tujuan untuk memperinci data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehingga akan diperoleh jawaban yang dominan dan dianalisis melihat kecenderungan data tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum standar pelayanan kesejahteraan sosial yang dijalankan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Asuhan Budi Luhur bagi para lanjut usia sangat membantu dan bermanfaat untuk kehidupan dan masa-masa hari tua para lanjut usia tersebut. Walaupun masih ada sedikit beberapa kekurangan yang belum terealisasi dengan baik namun secara keseluruhan pelayanan sosial di Panti Asuhan Budi Luhur Kab Aceh Tengah sudah cukup memenuhi standar kesejahteraan sosial bagi lanjut usia.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Lingkaran kehidupan manusia dilihat dari penggolongan umur terdiri dari
empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia.
Khususnya bagi mereka yang tergolong dalam lanjut usia mempunyai pemahaman
yang dapat dilihat dari beberapa aspek. Misalnya aspek fisik ditandai dengan umur
yang tergolong tua dan kondisi tubuh yang lemah dibandingkan dengan masa
kanak-kanak atau dewasa.
Proses penuaan ditandai dengan tahapan menurunnya kemampuan
mempertahankan homeostasis tubuh dan penurunan fungsi fisiologis yang beragam
pada berbagai sistem. Terpaut dengan waktu yang menjurus pada proses degeneratif
yang berakhir dengan kematian. Gejala umum dari penuaan yaitu menurunnya
kemampuan tubuh dan mudah terserang penyakit. Misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan dan sebagainya.
Beberapa tahun lalu muncul dua ilmu spesialisasi baru yaitu gerontologi dan
geriartry. Gerontologi merupakan suatu cabang ilmu spesialisasi yang mempelajari
tentang proses menjadi tua dan masalah yang dihadapi lanjut usia. Berdasarkan
gerontologi lanjut usia terbagi dalam dua golongan yaitu young old yang berumur
65-74 tahun, old-old yang berumur di atas 75 tahun. Dilihat dari segi kesehatan terbagi
dua kelompok yaitu; pertama, kelompok yang sehat dan tidak sakit-sakitan (well old);
kedua, kelompok yang menderita penyakit dan memerlukan pertolongan medis
psikiatris (sick old). Sedangkan dalam dunia kedokteran berkembang spesialisasi
geriartry yang memperhatikan lanjut usia dari aspek medis atau fisik, aspek kejiwaan
Usia lanjut merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dielakkan dan
berpengaruh pada kehidupan fisik, mental, sosial dan spiritual. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Pengertian Lanjut
Usia adalah orang, baik pria maupun wanita yang telah berumur 60 tahun ke atas.
Kadang-kadang dalam kehidupan usia lanjut ada yang merasa sejahtera (well being)
dan masih ada yang tidak sejahtera. Rasa sejahtera berkaitan dengan taraf kesehatan
jiwa dan pemenuhan kebutuhan spiritual lanjut usia (Departemen Sosial RI, 2002b).
Sebelum orang memasuki dalam kategori lanjut usia terjadi masa transisi
karena perubahan-perubahan pada tubuh yang menyertai proses penuaan, merosotnya
kondisi fisik dan kematian. Perasaan ini akan semakin memuncak manakala yang
bersangkutan sering sakit-sakitan, kehilangan orang atau kawan yang dicintainya.
Kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan menimbulkan sikap menyerah pada
keadaan yang pasif dan menunggu nasib.
Di Indonesia ditinjau dari aspek hukum pernah diterbitkan pertama kali
peraturan perundang-undangan tentang lanjut usia yaitu Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Peraturan
tersebut diikuti dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor HUK.
3-1-50/107 Tahun 1971 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Ada
pun pengertian orang jompo tertulis dalam Pasal 1 ayat (1) yang berbumyi:
Seorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo setelah yang bersangkutan mencapai
umur 55 tahun.
Peraturan tersebut dijadikan sebagai acuan untuk Pegawai Negeri Sipil yang
akan memasuki usia pensiun, sehingga ia harus berhenti dari pekerjaannya. Sejak itu
masyarakat pembatasan usia kerja tersebut dijadikan sebagai batasan untuk
menggolongkan seseorang sebagai lanjut usia.
Setelah lebih tiga dasawarsa, peraturan perundang-undangan tersebut diganti
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Khususnya dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas.
Kemudian diterbitkan peraturan pendukung yang lebih rendah sebagai
pelaksanaan undang-undang tersebut berupa keputusan Menteri Sosial RI, meskipun
demikian belum ada pengaruh yang berarti dalam pelaksanaannya, misalnya usia
pensiun masih tetap 55 tahun. Sebagai tambahan dalam peraturan tersebut terdapat
tiga pokok keputusan yakni; pertama, lanjut usia dikelompokkan menjadi dua yaitu
lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial; kedua, adanya perbedaan jenis
pelayanan sosial yang dilakukan; ketiga, adanya hukum pidana bagi yang tidak
melakukan pelayanan sosial terhadap lanjut usia.
Sebagian masyarakat ada yang menyatakan, bahwa orang yang mengalami
lanjut usia mendapat berkah dan rahmat dari Tuhan karena diberi umur panjang
mengalami seluruh lingkaran kehidupan dengan berbagai kenikmatan yang
diperolehnya. Oleh karena itu, banyak lanjut usia secara terus menerus mendekatkan
diri kepada Tuhan dengan harapan semua yang telah diperolehnya dapat berguna bagi
dirinya dan orang lain. Pengalaman hidupnya menjadi contoh bagi generasi penerus
atau generasi muda dalam memanfaatkan hidup ini secara baik dan bijaksana.
Sebagian lagi dikaitkan berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama makin terpenuhinya kebutuhan rohani dan jasmani serta pemenuhan gizi.
umur seseorang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan
ilmuan yang dapat melakukan perekayasaan untuk memperpanjang usia.
Abad ini sudah ada ahli yang dapat merekayasa penampilan dengan cara
operasi kulit, penyuntikan hormon dan terapi medis lainnya. Ada yang senang dengan
menggunakan ramuan tradisional supaya tetap awet muda. Termasuk ada yang
percaya, hanya dengan memakan sayuran atau vegetarian dapat memperlambat proses
penuaan.
Tugas Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Dinas
Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tengah sebagai instansi
pemerintah untuk melakukan pelayanan social bagi lanjut usia. Adapun tujuan yang
akan dicapai yaitu; meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dan melembaganya lanjut
usia dalam kehidupan bangsa agar dapat menjalin hari tuanya dalam suasana aman,
tenteram dan sejahtera lahir dan batin. Kebijakan teknis secara umum yang
dilaksanakan dengan; meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dalam
masyarakat; membangun dan mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan
sosial bagi lanjut usia; meningkatkan dan memperluas aksesibilitas bagi kesejahteraan
sosial lanjut usia; meningkatkan dan memantapkan peran kelembagaan lanjut usia
bagi peningkatan kualitas pelayanan sosial lanjut usia.
Sebagai upaya mencapai kebijakan tersebut, maka ditempuh berbagai kegiatan
pokok pelayanan sosial lanjut usia antara lain; pelayanan sosial lanjut usia dalam panti
dan luar panti; pembinaan dan pemberdayaan lembaga atau organisasi sosial yang
peduli terhadap lanjut usia; meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha bagi
kesejahteraan lanjut usia; serta melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap berbagai
Dilihat dari karakteristik lanjut usia (Departemen Sosial; 1999: 46-47; 2000
2-3) dapat dibagi lagi menjadi tiga kategori yaitu lanjut usia tidak terlantar, lanjut usia
terlantar dan lanjut usia rawan terlantar. Lanjut usia yang tidak terlantar artinya
mendapat pelayanan yang memadai, baik dari lingkungan keluarga maupun dari
lingkungan masyarakat. Pelayanan dan perhatian yang diperoleh memenuhi ketentuan
sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan masing-masing.
Khususnya lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih yang karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik
secara rohani dan jasmani maupun sosial. Kelompok inilah yang menjadi perhatian
UPTD Panti Asuhan Budi Luhur untuk dilakukan pelayanan sosial dalam panti dan
luar panti.
Ciri-cirinya lanjut usia terlantar :
1. Usia 60 tahun ke atas (laki-laki atau perempuan), pendidikan tamat SD atau
kurang;
2. Makan hanya dua kali sehari atau kurang, hanya mampu makan makanan
berprotein rendah kurang dari empat kali dalam seminggu;
3. Pakaian yang dimiliki kurang empat potong;
4. Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan, ada atau tidak ada
keluarga atau sanak saudara atau orang lain yang mau dan mampu
mengurusnya.
Lanjut usia yang hanya memenuhi satu kriteria digolongkan dalam kategori tidak
terlantar. Lanjut usia yang memenuhi dua kriteria digolongkan rawan terlantar.
Berdasarkan data tersedia, tahun 2000 jumlah lanjut usia di Propinsi Aceh
terlantar sebanyak 134.304 orang dan lanjut usia rawan terlantar berjumlah 182. 800
waktu dan pengembangan yang lebih baik dalam menanggulangi permasalahan yang
dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat (Dinas Sosial; Prov NAD).
Sehubungan dari data tersebut, kondisi tersebut dipengaruhi perubahan
administrasi pemerintahan. Penerapan otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 telah
menyebabkan peralihan wewenang pengelolaan panti sosial lanjut usia. Semula
terdapat 46 panti sosial lanjut usia yang secara langsung dikelola Departemen Sosial,
tetapi sekarang tinggal dua yang masih dikelola dan masih menggunakan dana yang
bersumber dari APBN. Sebagian besar diserahkan dan dikelola pemerintah daerah
provinsi yang menggunakan dana yang bersumber dari APBD.
Di Indonesia, perhatian terhadap lanjut usia memiliki nilai sejarah. Peringatan
Hari Lanjut Usia Nasional ditetapakan tiap tanggal 29 Mei. Pada tanggal 29 Mei 1945
dalam sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) telah mempercayakan Bapak Dr. KRT Radjiman Widiodiningrat
(almarhum). Seorang anggota yang paling tua untuk memimpin sidang pertama.
Berdasarkan pengalaman dan pandangan yang luas, maka dalam kata pembukaannya
mengemukakan perlunya dasar filosofi Negara Indonesia. Saat itulah timbul ide
falsafah bangsa Indonesia adalah Pancasila. Peristiwa ini dianggap penting yang
merupakan pencerminan kepribadian yang luhur. Kearifan ini dapat dijadikan suri
tauladan bagi segenap generasi penerus, sehingga perlu diperingati secara nasional
(Departemen Sosial;1996).
Perhatian terhadap lanjut usia secara nasional dan internasional sudah dimulai
secara sosial budaya yang ditunjukkan seluruh suku bangsa di Indonesia. Pengesahan
secara nasional dimulai dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965
dengan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor HUK 3-1-50/107 Tahun 1971
tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo.
Peraturan tersebut diperbaharui tahun 1998 dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Sebelumnya sudah
diterbitkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor
15/KEP/Menko/IX/1994 tentang Panitia Nasional Pelembagaan Lanjut Usia dalam
Kehidupan Bangsa. Berikutnya terbit Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor
10/HUK/1998 tentang Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia. Makin dipertegas lagi
melalui Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut
Usia.
Secara internasional berawal dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor
45/206 Tahun 1991, tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Lanjut Usia
Internasional (International Day for the Elderly) yang merupakan bentuk perhatian
dunia terhadap penduduk lanjut usia. Penetapan ini berdasarkan “Vienna Plan for
Action on Aging” tahun 1982 yang memuat kesepakatan mengajak bangsa-bangsa lain
yang belum melaksanakan agar menetapkan hari bagi lanjut usia. Dilandasi kenyataan
di seluruh dunia terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang
(Departemen Sosial RI, 2004a:32).
Setelah berawal dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 45/206
Tahun 1991, peningkatan partisipasi terhadap lanjut usia yaitu dengan muncul ajakan
dalam suatu pertemuan ESCAP tahun 1998 di Macau yang mendukung perlu
kemudahan atau aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia. Dukungan
dibicarakan dalam pertemuan The Second World Assembly on Ageing (SWAA) tahun
2002 di Madrid, Spanyol.(Jayaputra, 2005-27).
Penanganan masalah kesejahteraan sosial lanjut usia melalui sistem panti
adalah dimana asuhan diberikan kepada para lanjut usia yang sangat terlantar atau pun
dikarenakan keadaan keluarga yang sudah tidak sanggup lagi untuk menghidupi para
lanjut usia yang mereka miliki. Asuhan dalam panti adalah sebagai pengganti dari
keluarga lajut usia sehingga para lanjut usia merasa lebih terjamin hidup. Dimana
pelayanan yang diberikan berupa penyediaan fasilitas-fasilitas, pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan, bimbingan rohani serta keterampilan dimana diharapkan para lanjut
usia tersebut mengembangkan kegiatan mereka dimasa tua mereka secara optimal.
Dari pengertian kesejahteraan lanjut usia tersebut pada dasarnya selalu
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang bersifat rohaniah melalui keluarga
sendiri maupun asuhan khususnya. Misalnya kesempatan memperoleh ketenagan
rohani dimasa tua serta sosialisasi pada umumnya. Kemudian pemenuhan kebutuhan
jasmaniah seperti kesehatan dan kebutuhan fisik lainnya serta santunan atau
peningkatan kemampuan berfungsi sosial bagi lanjut usia yang mengalami masalah
sosial.
Dalam hal ini keluarga adalah orang yang pertama bertanggung jawab atas
terwujudnya kesejahteraan lanjut usia. Akan tetapi tidak semua keluarga dapat
menjalankan peranannya. Oleh sebab itu, untuk menyelamatkan lanjut usia terlantar,
maka ditempuh dengan jalan memasukkan lanjut usia terlantar tersebut ke Panti
Asuhan atau Panti Jompo, agar mereka dapat menjalankan sisa hidup mereka tanpa
dirasai beban hidup. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Panti Jompo berfungsi dalam
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan Masalah adalah langkah yang penting untuk membatasi masalah
yang akan diteliti. Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto,
1992:47). Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan suatu
masalah yaitu bagaimanakah pemberian pelayanan sosial yang baik oleh Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tengah terhadap lanjut usia.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh Dinas
Sosial Transmigrasi dan Tenaga Kerja oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah
Panti Asuhan Budi Luhur kepada lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia
terlantar.
2. Untuk mengetahui bagaimana standar pelayanan sosial bagi lanjut usia yang
dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Asuhan Budi Luhur
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Aceh Tengah.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, melatih diri dalam mengembangkan pemahaman kemampuan
berfikir penulis melalui penulisan karya ilmiah tentang pelayanan sosial bagi
lanjut usia di (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Kabupaten Aceh Tengah
dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah di Departemen
Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
2. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi UPTD Panti Asuhan Budi Luhur
Kabupaten Aceh Tengah untuk menjadikan Panti ini yang terbaik dalam
pembinaan lanjut usia. Secara khusus, pemerintah, maupun pihak-pihak luar
secara umum melalui intervensi pelayanan sosial terhadap lanjut usia.
3. Secara Akademis, dapat menjadi masukkan bagi pengembangan Ilmu
Kesejahteraan Sosial secara nyata melalui bentuk-bentuk pelayanan sosial,
baik dalam lembaga-lembaga tertentu maupun dalam masyarakat luas.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang pengertian lanjut usia, pelayanan sosial,
model pelayanan sosial lanjut usia, kebijakan dan strategi pelayanan
sosial lanjut usia, kerangka berpikir, defenisi konsep dan defenisi
operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa
data.
BAB IV : DESKRIPSI DAN LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran tentang lokasi penelitian secara umum
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian
beserta analisanya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial 2.1.1 Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan
manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan
menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah:
“Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman
lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
serta kewajiban sesuai dengan Pancasila” (RI, 1974).
Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan
metodologi untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu,
kelompok, keluarga maupun masyarakat.
Adapun pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa ahli:
1. Harorld L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux
Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha
pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu
individu-individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang
memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh
kemampuan-kemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan
sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Arthur Dunham
Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang
terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan diri dari segi sosial
melalui pemberian bantuan kepada orang yang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak,
kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan
dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi
perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok,
komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas, pelayanan ini
mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.
3. Walter A. Friedlander
Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari
pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk membantu
individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai standar kehidupan
dan kesehatan yang memuaskan serta hubungan-hubungan perorangan dan
sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan
dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan
keluarga maupun masyarakat.
4. Alfred J. Khan
Kesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang
tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar
seperti kesehatan, pendidikan kesejahteraan dengan tujuan meningkatkan
menggunakan pelayanan-pelayanan maupun lembaga-lembaga yang ada pada
umumnya serta membantu mereka yang mengalami kesulitan dan dalam
pemenuhan kebutuhan mereka.
5. Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan
membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan
lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui
teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud agar memungkinkan
individu-individu, kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian diri
mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan
kerja sama untuk memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.
Kesejahteraan sosial sebagai fungsi terorganisir adalah kumpulan kegiatan
yang bermaksud untuk memungkinkan individu-individu, keluarga-keluarga dan
komunitas-komunitas menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh
perubahan kondisi-kondisi tidak baik. Tetapi di samping itu, secara luas kecuali
bertanggung jawab terhadap pelayanan-pelayanan khusus, kesejahteraan sosial
berfungsi lebih lanjut ke bidang yang lebih luas di dalam pembangunan sosial suatu
negara.
Pada pengertian yang lebih luas, kesejahteraan sosial dapat memainkan
peranan penting dalam memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan
menggerakkan sumber-sumber daya manusia serta sumber-sumber material yang ada
di suatu negara agar dapat berhasil menanggulangi kebutuhan-kebutuhan sosial yang
ditimbulkan oleh perubahan, dengan demikian dapat berperan serta dalam pembinaan
2.1.2 Usaha Kesejahteraan Sosial
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974, usaha-usaha
kesejahteraan sosial adalah semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukan untuk
mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan
sosial (Sumarnonugroho, 1987:39).
Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai
kegiatan yang secara konkret berusaha menjawab kebutuhan ataupun
masalah-masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dapat
diarahkan pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Beberapa contoh dari
usaha kesejahteraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah:
a. Beberapa tipe unit usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung
memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktifitas individu,
kelompok ataupun masyarakat, contohnya adalah pelayanan konseling
pada generasi muda dan lain-lain.
b. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau
meminimalisir hambatan (beban) yang dapat dihadapi oleh para pekerja
(yang masih produktif).
c. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan
dampak negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehidupan keluarga dan
masyarakat atau membantu mereka agar dapat mengidentifikasi dan
mengembangkan “pemimpin” dari suatu komunitas lokal.
Beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial, antara lain:
2. Usaha kesejahteraan sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas
masyarakat perkotaan yang modern.
3. Kesejahteraan sosial mengarah kespesialisasi, sehingga lembaga
kesejahteraan sosialnya juga menjadi terspesialisasi.
4. Usaha kesejahteraan sosial menjadi sangat luas.(Sumarnonugroho,1987)
2.2. Pelayanan Sosial
2.2.1 Pengertian Pelayanan Sosial
Pelayanan dalam istilah kesejahteraan sosial diartikan suatu upaya atau usaha
pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun
non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri. Pelayanan bermakna
adanya usaha atau kegiatan untuk menolong, adanya orang yang akan ditolong berupa
barang, uang, tenaga dan bantuan lainnya (Jayaputra, 2005:11).
Jadi pelayanan kesejahteraan sosial yaitu semua bentuk kegiatan pelaksanaan
yang dilakukan secara profesional. Kesejahteraan itu sendiri merupakan sistem yang
terorganisir dari pelayanan-pelayanan individu dan kelompok untuk mencapai taraf
hidup dan kesehatan. Relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka
menggabungkan kemampuan dalam meningkatkan kesejahteraan yang selaras dengan
kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.
Sedangkan istilah “sosial” berasal dari bahasa latin: socius yang berarti kawan
atau teman. Manusia lahir dengan apa adanya kemudian mulai hidup dengan saling
membina kesetia kawanan. Menurut Dr. J. A. Ponsioen, sosial dapat diartikan sebagai
suatu indikasi daripada kehidupan bersama makhluk manusia, umpamanya dalam
kebersamaan rasa, berfikir, bertindak dan dalam hubungan antara manusia, baik
dapat diartikan sebagai suatu sikap saling membantu, saling tolong-menolong, saling
tenggang rasa dan saling kesetiakawanan antara satu individu dengan individu yang
lain, baik dalam memenuhi suatu kebutuhan maupun memecahkan suatu
masalah-masalah/persoalan-persoalan yang dialami secara bersamam-sama dalam kehidupan
sehari-hari.
Jadi pelayanan sosial berarti usaha pemberian bantuan atau pertolongan pada
orang lain, baik materi maupun non-materi agar orang tersebut dapat mengatasi
masalahnya sendiri (Suparlan, 1983:76).
Pelayanan sosial dipahami secara luas dan secara sempit. Pelayanan sosial
dalam pengertian luas mencakup pelayanan yang diperuntukkan bagi orang banyak
atau kepentingan orang banyak yang memerlukan waktu lebih dari satu hari.
Pelayanan yang dilakukan antara lain meliputi pendidikan, kesehatan, pelayanan
kerja, perumahan dan lain-lain (Jayaputra, 2005:38).
Sedangkan pelayanan sosial dalam arti sempit sama dengan pelayanan sosial
yang dilakukan secara khusus untuk perseorangan atau kelompok tertentu yang
menggunakan waktu kurang dari enam jam. Pelayanan yang bersifat khusus antara
lain terhadap lanjut usia terlantar, anak terlantar dan penyandang cacat. Pelayanan
sosial terhadap lanjut usia dapat dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha yang peduli terhadap lanjut usia.
Secara konseptual terdapat dua pendekatan pelayanan sosial terhadap lanjut
usia yaitu pendekatan berbasis lembaga dan berbasis masyarakat. Pendekatan
berbasis lembaga disebut juga pendekatan dalam panti. Pendekatan yang memberikan
pelayanan antara lain pengasramaan, permakanan, agama, kesehatan, pakaian,
pendidikan, relasi sosial, keterampilan dan rekreasi. Pendekatan berbasis masyarakat
keluarga dan perorangan. Mereka diharapkan mempunyai kemauan dan kemampuan
untuk memberikan pelayanan sosial lanjut usia (Rudito, 2003:38).
Pelayanan terhadap lanjut usia terbagi dua program yaitu program pokok dan
program penunjang. Khususnya program pokok antara lain tentang kesejahteraan
sosial, jaminan sosial, sumber daya manusia lanjut usia, kesehatan, kesempatan kerja,
pembinaan kerohanian dan keagamaan, bina keluarga lanjut usia, peningkatan sarana
dan fasilitas khusus, peningkatan partisipasi keluarga dan masyarakat, organisasi
sosial, dunia usaha, dan pembinaan antar generasi (Departemen Sosial RI, 2005:39).
Pelayanan terhadap lanjut usia yang sudah dilakukan pemerintah dan dunia
usaha dalam kemudahan untuk sarana dan prasarana. Kegiatan yang dimaksud seperti
pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) seumur hidup bagi tiap orang yang sudah
memasuki lanjut usia. Pengurangan harga (reduksi) harga tiket atau karsis penumpang
bagi lanjut usia yang menggunakan angkutan darat milik PT. Kereta Api dan bus antar
kota antar provinsi dari Perum DAMRI; angkutan laut untuk seluruh kapal
penumpang milik PT. PELNI; angkutan udara dari maskapai penerbangan PT. Garuda
Indonesia dan PT. Merpati. Pelayanan kesehatan secara cuma-cuma di tiap Puskesmas
dan penyediaan sarana khusus bagi lanjut usia seperti di rumah sakit dan pertokoan
(Departemen Sosial RI, 2005:39-40).
Sedangkan program penunjang terdiri dari pendataan dan perencanaan,
pendidikan dan pelatihan, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan peraturan
perundang-undangan, penelitian dan pengembangan, serta peningkatan organisasi dan
tata kerja. Program ini sudah dilakukan oleh lembaga pemerintah dan masyarakat
yang peduli terhadap lanjut usia. Berbagai kegiatan yang sudah terbentuk seperti
Perhimpunan Gerontologi Indonesia (PERGERI), Pusat Kajian tentang Lanjut Usia di
Dalam pelayanan sosial lanjut usia yang terpenting dilakukan oleh masyarakat
baik yang dilakukan dalam panti maupun luar panti. Pembinaan melalui luar panti
memungkinkan masyarakat untuk ikut serta dalam pelayanan lanjut usia, karena
pemerintah sampai saat ini memiliki keterbatasan antara lain jumlah dana yang
tersedia kurang seimbang dengan kebutuhan pelayanan sosial lanjut usia, pelayanan
sosial lanjut usia yang belum optimal dan terbatasnya pengetahuan masyarakat
tentang pelayanan lanjut usia (Departemen Sosial; 2002a: 50-51).
Di masyarakat mereka perlu bersosialisasi dengan melakukan berbagai
kegiatan sosial seperti kegiatan keagamaan, kesehatan dan olahraga agar mereka tidak
terasing dari lingkungannya. Apabila mereka hidup terasing, tidak ada yang mengurus
atau tidak berpenghasilan, maka mereka mempunyai masalah sosial yang pada
akhirnya berpotensi terlantar. Oleh karena itu, perlu pemberdayaan lanjut usia agar
mereka tetap melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sistem nilai budaya bangsa Indonesia masih memegang teguh semangat
kekeluargaan yang menempatkan orang tua atau lanjut usia pada posisi yang
terhormat. Lingkungan keluarga merupakan wahana yang terbaik bagi lanjut usia
untuk memperhatikan dan merawat orang tua. Nilai-nilai tersebut perlu dipertahankan
agar keluarga tetap berfungsi sebagai wahana utama bagi pelembagaan lanjut usia
(Jayaputra, 2005:2).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa dengan demikian bangsa
Indonesia masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang juga menempatkan orang
tua dan lanjut usia sebagai panutan dan yang patut dihormati dan dihargai. Dikaitkan
dihormati dan kewajiban bagi mereka yang lebih muda untuk menghormati yang lebih
tua.
2.2.2 Fungsi Pelayanan Sosial
Mengenai fungsinya maka Pelayanan sosial berfungsi untuk menciptakan
integrasi sosial. Arief, Gosita, membuat peryataan bahwa:
“Fokus kebijakan sosial adalah pada lembaga-lembaga yang menciptakan integrasi
dan menghindari perpecahan atau keterasingan. Pelayanan sosial melibatkan dari
dalam bidang-bidang tingkah laku dan hubungan manusia yang berada di luar hak-hak
timbal balik dan tanggung jawab keluarga serta kerabat dalam masyarakat modern.
Pelayanan sosial mendorong terciptanya “pemberian pertolongan secara anonym” dan
tanggung jawab yang berasal dari karakter manusia, tidak melalui kontak”. (Muhidin,
1992:41).
Pelayanan sosial telah dan mungkin akan diklasifikasikan dalam berbagai cara,
tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Mengemukakan
fungsi dari pelayanan sosial adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat.
2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi.
3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian
sosial.
4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan
pembangunan.
5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar
Richard M. Titmuss mengemukakan bahwa pelayanan sosial ditinjau dari
perspektif masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk
lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk
masa sekarang dan untuk masa yang akan datang.
2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk
melindungi masyarakat.
3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai
suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.
4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai
program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat pelayanan sosial
misalnya kompensasi kecelakaan industri dan sebagainya.(Suparlan,1983)
Selanjutnya menurut Suparlan (1983:35), menyatakan bahwa fungsi-fungsi
pelayanan sosial ditinjau dari segi pandangan masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan atau bantuan dalam bentuk uang atau barang yang dimaksudkan
untuk menambah kesejahteraan perorangan, keluarga, kelompok baik untuk
jangka panjang maupun untuk jangka pendek.
b. Pelayanan atau bantuan dalam bentuk uang atau barang yang dimaksudkan
untuk melindungi masyarakat.
c. Pelayanan atau bantuan dalam bentuk uang atau barang yang dimaksudkan
sebagai investasi di dalam diri orang yang penting artinya guna mewujudkan
2.3. Pengertian Lanjut Usia
Ada dua pengertian yang selama ini digunakan untuk menyebut orang yang
berusia lanjut yaitu jompo dan lanjut usia. Sesuai yang tertulis dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2001), jompo artinya tua sekali dan sudah lemah fisiknya; tua
renta, uzur. Tua renta menunjukkan ada orang yang sudah tua sekali dan tidak bergigi
atau tidak bertenaga lagi. Uzur menunjukkan kondisi lemah badan karena sudah tua,
sering sakit-sakitan atau berpenyakit.
Tahun 1980, PBB menyatakan bahwa usia 60 tahun sebagai usia peralihan ke
golongan usia lanjut dari populasi. Akan tetapi, dari sudut pandang kesehatan kerja,
indikasi masalah-masalah yang terkait dengan umur muncul lebih awal.
Penurunannya beragam dalam usia 30-40 tahun merupakan fase awal penuaan.
Demikian pula International Labour Organization (ILO) melihat secara fungsional,
pada usia 45 tahun ke atas. Secara umum, bersamaan dengan bertambahnya usia
beberapa kemampuan fisiologis ikut menurun dan biasanya dinilai pada usia 30-45
tahun (Sa’abah; 2001: 18-19).
Istilah jompo tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang
Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Pengertian orang jompo ialah setiap orang yang
berhubungan dengan lanjutnya usia, tidak mempunyai tenaga atau tidak berdaya
mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor HUK 3-1-50/107 Tahun 1971 tentang
Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo.
Ciri-ciri orang jompo disebutkan yaitu:
1. yang bersangkutan telah mencapai umur 55 tahun;
2. tidak mempunyai pekerjaan atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri;
Pengertian lanjut usia, tercantum dalam kamus Besar Bahasa Indonesia yang
sama, bahwa lanjut usia itu tua, sudah berumur atau tidak muda lagi. Kata yang sama
mempunyai padanan seperti usia lanjut artinya adalah tahapan masa tua dalam
perkembangan individu atau mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Sama juga
pengertiannya berusia yang disebut juga sudah tua.
Istilah lanjut usia tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Lanjut usia terbagi dua yaitu; lanjut
usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa; lanjut usia tidak potensial adalah
lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
Perbedaan istilah jompo dan lanjut usia dapat dilihat dari penggunaan istilah
masing-masing. Istilah jompo memang sudah lama digunakan dalam percakapan
sehari-hari. Jika ditinjau dari ciri-cirinya, maka jompo dalam bahasa Indonesia
mempunuai makna yang sama dengan beberapa istilah dalam bahasa daerah lainnya
seperti ureng tuha (Aceh); tetue (Gayo); ngamatua (Batak); kuwowo atau kamituwo
(Jawa); sepuh (Sunda); bapu (Gorontalo), tomatoa (Bugis/Makassar).
Istilah lanjut usia sering juga disamakan dengan usia lanjut seperti yang selalu
digunakan Departemen Kesehatan. Istilah lanjut usia mulai digunakan untuk
menekankan dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkenaan dengan pelayanan
terhadap lanjut usia. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia tersebut dibedakan antara lanjut usia
Usaha peningkatan ditujukan kepada lanjut usia potensial dan tidak potensial.
Artinya pelayanan yang dilakukan sesuai dan memadai.
Lanjut usia potensial meliputi;
1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
2. Pelayanan kesehatan;
3. Pelayanan kesempatan kerja;
4. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;
5. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam menggunakan fasilitas,
sarana dan prasarana umum;
6. Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
7. Bantuan sosial.
Sedangkan lanjut usia tidak potensial meliputi;
1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
2. Pelayanan kesehatan;
3. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana
dan prasarana umum;
4. Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
5. Perlindungan Sosial.
2.4. Pelayanan Sosial Lanjut Usia 2.4.1 Kebutuhan Dasar Lanjut Usia
Pelayanan terhadap lanjut usia memperhatikan kondisi lanjut usia secara fisik,
psikis dan sosial. Diketahuinya kondisi lanjut usia, maka pemenuhan kebutuhan
mereka dapat siseleksi seperti makanan, tempat tidur atau ruang tidurnya. Selain itu
maupun luar panti. Diperkirakan hampir tiap lanjut usia mempunyai kebutuhan yang
berbeda dan tergantung dari umur atau pengalaman yang dimiliki.
Kebutuhan dasar bagi lanjut usia diarahkan terwujudnya kesejahteraan sosial
lanjut usia yaitu terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial.
Kebutuhan tersebut dimaksudkan dalam rangka menopang kelangsungan hidup
organisme manusia, dengan kata lain lanjut usia yang hidup sejahtera apabila dapat
memenuhi ketiga kebutuhan dasar tersebut (Departemen Sosial RI; 2000: 15-20).
Kebutuhan dasar lanjut usia sebagai berikut;
1. Kebutuhan jasmani atau fisik dan disebut juga biologik atau fisiologik
merupakan kebutuhan vital, jika tidak terpenuhi, maka manusia terancam
yang dapat menimbulkan kegoncangan keseimbangan mental. Kebutuhan
jasnani antara lain pelayanan pemenuhan kesehatan, makanan dan gizi,
perumahan, sandang, olah raga dan alat bantu.
Pemenuhan kebutuhan fisik biologik sangat diperlukan lanjut usai karena
mengalami perubahan anatomik dan fisiologik mulai menjadi tua,
sehingga fisik cenderung menurun.
1) Proses pergantian sel lambat.
2) Mudahnya komplikasi berbagai penyakit.
3) Proses penyembuhan sakit relatif lambat.
2. Kebutuhan Mental dan psikis
Aspek psikis atau mental terjadinya kemunduran intelegensia dan emosi.
Kebutuhan psikis atau mental spiritual dimaksudkan membantu lanjut usia
agar memiliki sikap mental yang positif bagi diri sendiri, keluarga dan
lingkungannya. Kebutuhan psikis meliputi pelayanan konseling dan
dengan Tuhan, dekat dengan teman mempunyai hubungan baik dengan
lingkungannya. Sebagai salah satu cara mendekatkan diri dengan Tuhan,
lanjut usia diajak beribadah, menghadiri pengajian dan upacara-upacara
keagamaan atau upacara-upacara lainnya. Hal tersebut diperlukan karena
lanjut usia mengalami kemunduran, maka sering merasa rendah diri,
hilang kepercayaan diri. Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan
pelayanan dari organisasi sosial dan masyarakat sekitarnya dengan
mengajak mereka dalam kegiatan organisasi sosial. Selain itu,
menempatkan lanjut usia pada tempat yang terhormat.
3. Kebutuhan Sosial dan Ekonomi
Biasanya masa tua ditandai dengan kemampuan sosial dan finansial nilai
menurun, timbul masalah psiko sosial pada lanjut usia dapat menyebabkan
depresi, sehingga banyak yang mengalami ketergantungan sosial dan
ekonomi. Kebutuhan sosial diperlukan dalam rangka mendekatkan diri
sesama manusia. Ketidakterlibatan lanjut usia dalam masyarakat
dipengaruhi kemunduran kondisi fisik dan psikis, sehingga merasa tidak
berguna dalam masyarakat.
Mengurangi hal tersebut perlu diberi pelayanan sosial dari lembaga
masyarakat dengan cara mengajak mereka dalam kegiatan kemasyarakatan,
mengurangi rasa cemas dan melakukan hubungan sosial dengan kelompok segala
umur. Pendekatan dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut
usia di luar lingkungan keluarga. Pelayanan sosial lanjut usia dapat memberikan kesan
bagi lanjut usia merasa dirinya semakin tua dan berguna. Kebutuhan sosial antara lain
pelayanan bimbingan sosial, rekreasi, sosialisasi dan perlindungan. Sedangkan
Bentuk pelayanan terhadap kesempatan kerja, membantu Usaha Ekonomis Produktif
(UEP) dan masuk dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB).
2.4.2. Kebijakan dan Strategi Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pada dasarnya penduduk lanjut usia dibedakan menjadi dua macam yaitu
lanjut usia potensial dan lanjut usia yang tidak potensial. Lanjut usia yang potensial
adalah mereka yang tidak mempunyai gangguan fisik, mental dan sosial, sehingga
masih dapat diberdayakan dan dikembangkan. Sedangkan lanjut usia yang tidak
potensial adalah mereka yang mengalami berbagai gangguan fisik, mental dan sosial,
sehingga memerlukan pelayanan khusus.
Hakekat pelayanan sosial lanjut usia sesungguhnya bertujuan pada kaedah
pekerjaan sosial profesional, hak azasi lanjut usia, keterpaduan dan aksesibilitas, serta
partisipasi. Prinsip pelayanan meerupakan nilai-nilai dasar sebagai segala sesuatu
dengan memberikan pelayanan terbaik bagi lanjut usia.
Kebijakan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi UPTD Panti Asuhan
Budi Luhur dalam pengembangan kesejahteraan sosial lanjut usia secara umum yaitu:
1. Pembinaan, peningkatan dan pengembangan peran keluarga, masyarakat
lingkungan setempat, organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat dan para
pengusaha dalam mewujudkan pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan
bangsa;
2. Peningkatan pembinaan para lanjut usia dalam kegiatan-kegiatan usaha
ekonomis produktif terarah pada pemantapan kemandirian sosial ekonomi
3. Peningkatan pelayanan kesejahteraan lanjut usia di UPTD Panti Asuhan Budi
Luhur dan luar panti secara multidisiplin dalam keterpaduan antar profesi,
lintas sektoral maupun lintas program yang dilakukan secara komprehensif.
Ada lima strategi dalam pelayanan sosial lanjut usia yaitu:
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan diartikan sebagai peningkatan profesionalisme dan kinerja
pelaku pelayanan sosial lanjut usia. Termasuk aparatur pemerintah pusat dan
daerah, organisasi sosial, masyarakat dan dunia usaha serta penerima
pelayanan untuk mencegah dan mengantisipasi masalah yang dihadapi.
Kemudian mewujudkan aspirasi dan harapan untuk meningkatkan kualitas
hidup lanjut usia.
2. Kemitraan
kemitraan yaitu kerjasama, kepedulian, kesetaraan, kebersamaan dan jaringan
kerja untuk menumbuh kembangkan kemanfaatan timbal balik antara
pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan
pelayanan sosial bagi lanjut usia.
3. Partisipasi
Partisipasi meliputi prakarsa, peran aktif dan keterlibatan lanjut usia serta
seluruh unsur masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan sosial bagi lanjut
usia.
4. Advokasi
Advokasi meliputi pendampingan, konsultasi dan perlindungan dalam rangka
5. Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial yaitu proses bantuan pertolongan, perlindungan, bimbingan,
santunan dan perawatan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia.
2.4.3 Model Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Model pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan di Indonesia terbagi
dua yaitu:
1. Pelayanan Sosial Dalam Panti:
Pelayanan dalam panti, dalam hal ini UPTD Panti Asuhan Budi Luhur
merupakan unit pelaksana teknis yang memberikan pelayanan sosial terhadap lanjut
usia. Jenis pelayanan sosial yang diberikan yaitu berupa pemberian penampungan,
jaminan hidup, pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang, bimbingan
sosial, mental dan agama, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan
diliputi ketenteraman lahir dan batin agar dapat menikmati taraf hidupnya secara
wajar. Penyantunan dan pelayanan sosial dalam panti diperuntukkan bagi lanjut usia
terlantar.
Prinsip pelayanan dalam panti;
1) Memberikan pelayanan yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
lanjut usia,
2) Melaksanakan hak asasi lanjut usia,
3) Memberikan kesempatan kepada lanjut usai untuk mendapatkan hak
menentukan pilihan bagi dirinya sendiri,
4) Memberikan pelayanan yang didasarkan pada kebutuhan sesungguhnya,
5) Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga
6) Menciptakan suasana kehidupan dalam panti yang bersifat kekeluargaan,
7) Menjamin terlaksananya pelayanan bagi para lanjut usia secara terus
menerus serta meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak,
8) Menerapkan pendekatan antar disiplin dan antar profesi,
9) Memasyarakatkan infofmasi tentang aksesibilitas bagi lanjut usia agar
dapat memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana
serta perlindungan sosial dan hukum.
2. Pelayanan Sosial Luar Panti:
Pelayanan luar panti atau non panti melalui penyantunan di lingkungan
keluarga dan masyarakat merupakan suatu kegiatan yang terencana dan
berkesinambungan kepada lanjut usia terlantar yang berada di lingkungannya. Para
lanjut usia diberikan bantuan penghidupan agar terpenuhi kebutuhan hidupnya secara
layak, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketenteraman
lahir dan batin.
Prinsip pelayanan luar panti yaitu;
1) Memberikan pelayanan yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
lanjut usia,
2) Melaksanakan dan mewujudkan hak azasi lanjut usia,
3) Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk mendapatkan hak
menentukan pilihan bagi dirinyasendiri,
4) Memberikan pelayanan yang didasarkan pada kebutuhan sesungguhnya,
5) Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga
6) Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan
sarana dan prasarana dalam kehidupan keluarga, perlindungan sosial dan
hukum,
7) Mengupayakan agar keluarga mendapatkan informasi, pengetahuan,
keterampilan tentang pelayanan lanjut usia,
8) Memperdayakan keluarga agar mampu memberikan pelayanan terbaik
kepada lanjut usia,
9) Keluarga berkewajiban melindungi hak dan milik pribadi lanjut usia,
10)Pengembangan wawasan, strategi dan teknik dalam pelayanan terhadap
lanjut usia yang berbasiskan keluarga.
Model pelayanan sosial lanjut usia luar panti antara lain:
1) Pelayanan Sosial di Rumah Sendiri
Pelayanan sosial di rumah sendiri (Home Care Services) adalah
bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan di rumah atau di
lingkungan keluarga sendiri. Tujuannya membantu keluarga dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi anggotanya untuk memenuhi
kebutuhan dan memecahkan masalah lanjut usia. Sekaligus memberi
kesempatan kepada lanjut usia untuk tetap tinggal dalam keluarganya.
2) Pelayanan Sosial di Keluarga Pengganti
Pelayanan sosial di keluarga pengganti (Foster Care Service) adalah
pelayanan sosial kepada lanjut usia di luar keluarga sendiri dan di luar
lembaga. Lanjut usia tinggal bersama keluarga lain sebagai pengganti
keluarga sendiri karena keluarganya tidak dapat memberikan pelayanan
kebutuhan dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia dan
keluarganya.
3) Pelayanan Sosial melalui Usaha
Pelayanan sosial melalui usaha dimaksudkan pelayanan untuk lanjut
usia yang bersifat sosial ekonomis yang dapat dilakukan secara
perorangan atau kelompok. Tujuannya sebagai upaya memberdayakan
lanjut usia potensial untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi atau
membantu mengatasi masalah ekonomi yang dialami lanjut usia.
Pelayanan melalui usaha secara perorangan yaitu Usaha Ekonomis
Produktif (UEP) dengan sasaran lanjut usia yang bersangkutan. Jenis
usahanya yang mudah dilakukan sendiri seperti peternakan unggas,
jualan kelontong dan tanaman hias. Sedangkan secara kelompok yaitu
Kelompok Usaha Bersama (KUB) kegiatan yang melalui kelompok.
Jenis usahanya antara lain ternak unggas, ikan, kambing, sapi atau hewan
sejenisnya, pembuatan kue dan lain-lain.
4) Pelayanan Sosial lainnya
Jenis pelayanan sosial lainnya yaitu:
a. Pelayanan Peningkatan Gizi
Pelayanan peningkatan gizi lanjut usia adalah pelayanan yang
dilaksanakan di lingkungan RT/RW dalam satu kelurahan.
Tujuannya untik pemenuhan kebutuhan permakanan dan peningkatan
gizi lanjut usia yang tidak mampu, sasarannya yaitu lanjut usia yang
tidak mampu. Di kabupaten Aceh tengah khususnya di Takengon
Keluarga (Pusaka) dan Kelompok Kerja Kesejahteraan Sosial Usaha
Masyarakat (Pokja Kesuma).
b. Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi adalah pelayanan tentang lanjut usia yang
dilakukan suatu lembaga yang menyediakan informasi tentang lanjut
usia. Tujuannya untuk memberikan informasi kepada berbagai pihak
yang membutuhkan data dan informasi tentang lanjut usia.
Sasarannya yaitu lanjut usia, keluarga dan masyarakat.
2.4.4 Pelembagaan Lanjut Usia
Pelembagaan lanjut usia bertujuan; terbina kualitas dan meningkatnya
pemberdayaan para lanjut usia di berbagai bidang pembangunan; meningkatnya
kualitas hidup dan kesejahteraan para lanjut usia dalam tata kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa serta nilai keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yanag Maha Esa; meningkat dan berkembangnya kegiatan
pembinaan lanjut usia dan melembaganya pembinaan oleh keluarga, masyarakat dan
organisasi sosial.
Program pokok:
1. Kesejahteraan
Bertujuan untuk meningkatkan kualitas penghidupan dan kehidupan lanjut
usia dengan memelihara dan meningkatkan taraf kesejahteraan sosial
mereka serta melembagakan usaha kesejahteraan sosial bagi lanjut usia.
2. Jaminan Sosial
Bertujuan untuk memelihara, memberi perlindungan dan meningkatkan
Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan para lanjut usia dengan menanamkan pola hidup sehat.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Bertujuan memberikan kesempatan bagi para lanjut usia yang berpotensi
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
4. Kesempatan Kerja
Bertujuan untuk membina dan mendayagunakan para lanjut usia yang
potensial sesuai dengan kemampuan pengetahuan dan pengalamannya.
5. Membina Kerohanian dan Keagamaan
Bertujuan untuk membina, meningkatkan dan memantapkan iman dan
ketaqwaan sesuai dengan agamanya.
6. Bina Keluarga Lanjut Usia
Bertujuan untuk menggalakkan, membina dan meningkatkan peranan
keluarga dalam memberikan pelayanan terhadap lanjut usia.
7. Peningkatan Sarana bagi Lanjut Usia
Bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi para lanjut usia untuk
melaksanakan kegiatan sehari-hari
8. Pembinaan Antar Generasi
Bertujuan untuk memelihara, memperkuat dan memasyarakatkan
nilai-nilai budaya bangsa yang menghormati, menghargai para lanjut usia.
9. Penyelenggaraan Hari Lanjut Usia Nasional
Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab bersama
seluruh masyarakat dalam upaya pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan