• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak Di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak Di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF PADA ANAK DI KLINIK MALARIA RAYON PANYABUNGAN

KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000032

WARTIKA SYILVIANA HASIBUAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF PADA ANAK DI KLINIK MALARIA RAYON PANYABUNGAN

KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2009

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 061000032

WARTIKA SYILVIANA HASIBUAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l:

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF PADA ANAK DI KLINIK MALARIA RAYON PANYABUNGAN

KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 061000032

WARTIKA SYILVIANA HASIBUAN

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 4 Agustus 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH)

NIP. 194904171979021001 NIP. 196501121994022001 (drh. Hiswani, M.Kes.)

Penguji II Penguji III

(Prof. dr. Nerseri Barus, MPH)

NIP. 194508171973022001 NIP. 195908181985032002 (drh. Rasmaliah, M.Kes.)

Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(4)

ABSTRAK

Malaria adalah suatu penyakit yang agent infeksinya protozoa dari genus Plasmodium sp. Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles sp yang infektif. AMI di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 36,34 per 1.000 penduduk. API tahun 2008 4,02 per 1.000 penduduk. Di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009, penderita malaria dengan parasit positif pada anak tercatat sebanyak 1.510 penderita.

Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif pada anak di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi 1.510 data penderita dan sampel berjumlah 316 data penelitian yang diambil secara Systematic Random Sampling. Data dianalisa dengan uji Chi-square.

Hasi penelitian didapat proporsi penderita malaria parasit positif pada anak berdasarkan umur termuda 3 bulan dan tertua 14 tahun, proporsi penderita terbanyak umur 5-9 tahun (36,1%), laki-laki (52,8%), Plasmodium falciparum (99,7%), jumlah leukosit normal (89,2%), gejala demam (sensitivitas 100%), gejala demam, menggigil, sakit kepala, mual/muntah, batuk (52,5%), gejala berat (79,7%), status gizi baik (80,4%), ACT dan non-ACT sama besarnya (50%), dan pemeriksaan berhenti (60,4%).

Proporsi jumlah leukosit meningkat secara bermakna lebih tinggi pada anak umur 5-14 tahun dibanding anak umur <5 tahun (88,2% vs 11,8%; p=0,001). Proporsi gejala ringan secara bermakna lebih tinggi pada anak umur 5-14 tahun dibanding anak umur <5 tahun (79,7% vs 20,3%; p=0,001). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan jumlah leukosit (p=0,270), jenis kelamin dengan gejala (p=0,542), status gizi dengan gejala (p=0,156), jumlah leukosit dengan gejala (p=0,340), gejala batuk dengan jumlah leukosit (p=0,067).

Untuk Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dan Klinik Malaria Rayon Panyabungan sebaiknya meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi tentang pemeriksaan dan pengobatan malaria hingga sembuh. Orangtua meningkatkan perlindungan terhadap anak terutama usia 5-9 tahun dari penyakit malaria karena siapa saja bisa tertular tidak terkecuali anak dengan status gizi baik. Kepada pihak Klinik Malaria diharapkan melengkapi pencatatan pemeriksaan Splenomegali dan kadar Hb dalam darah.

(5)

ABSTRACT

Malaria is a disease whereby the infection agent is the protozoa from the genus Plasmodium species. The spread or transmission of the disease is via the infected female Anopheles sp mosquito. Annual Malaria Incidence at District of Mandailing Natal show that in 2008 36,34/1.000 of popoulation. Annual Parasite Incidence show that in 2008 4,02/1.000 of population. Records at the Malaria Clinic, Rayon Panyabungan, District of Mandailing Natal show that in 2009, 1.510 patients amongst children contracted malaria with positive parasites.

To identify the characteristics of the malaria patients amongst children with positive parasites recorded in 2009 at the Malaria Clinic, Rayon Panyabungan, Mandailing Natal, a descriptive research is carried out built on a case series design. Out of the 1.510 population, a sample of 316 data was taken based on the Systematic Random Sampling. These sample data is analyzed using the Chi-square test.

Based on the analysis, the youngest child that contracted malaria with positive parasites is 3 months and the oldest is 14 years old. The biggest proportion amongst patients recorded are in the 5–9 years old range (36,1%), male (52,8%), Plasmodium falciparum (99,7%), normal leukocyte count (89,2%), 100% of the sample record some kind of fever (sensitivity), 52% recorded some symptoms of fever, chills, headache, nausea/vomiting and cough, severe symptoms (79,7%), 80,4% good nutritional status. ACT and non-ACT are recorded to be similar at 50%, and the check stopped at 60,4%.

The statistical test established, increased proportion leukocyte count was significantly higher in children aged 5-14 years than children <5 years (88,2% vs 11,8%; p=0,001) and proportion of mild symptoms were significantly higher in children aged 5-14 years than children <5 years (79,7%% vs 20,3%; p=0,001). However, no significant difference proportions were recorded between sex and leukocyte count (p=0,270), sex and symptoms (p=0,542), nutritional status and symptoms (p=0,156) and leukocyte count and symptoms (p=0,340), symptom of cough and leukocyte count (p=0,067).

The Malaria Control Centre and Malaria Clinic should counselling on prevention of malaria about the checkup and treatment of malaria until cured. Parents further enchance the protection of children especially ages 5-9 years from malaria because anyone can catch no exception to children with good nutrional status. The Malaria Clinic is expected to complete the recording of splenomegali and Hb in blood.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wartika Syilviana Hasibuan Tempat/ Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 30 Juli 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 1 dari 4 Bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Imam Bonjol Gg. Mesjid, Kel. Aek Tampang, Padangsidimpuan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 15/142431 Padangsidimpuan 2. Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 1 Padangsidimpuan 3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 2 Padangsidimpuan 4. Tahun 2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak Di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tulisan ini penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta Miswardin Hasibuan, S.Sos dan Ibunda tersayang Hartima Lubis, yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik penulis dengan kasih sayang, terima kasih atas kesabaran, dukungan dan doa yang penulis terima selama ini.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku dosen pembimbing I dan Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah sabar membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

(8)

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Wali/Penasehat Akademik yang telah setia membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di FKM USU. 4. Kepala Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal,

Bapak Arifin Fauzi Lubis, S.Si., Apt., M.M beserta staf kantor maupun klinik yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

5. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

6. Ibu Ratna yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 7. Kepada Adik-adikku tersayang Sellyma Nora Hasibuan, Emil Salim Hasibuan

dan Aynun Nazmi Hasibuan yang sama-sama berjuang untuk membahagiakan Orang Tua dan meraih cita-cita, serta sanak keluarga yang telah memberikan dorongan semangat dan doa selama mengikuti pendidikan ini.

8. Buat sahabat-sahabatku terkasih (En, Desi, Tri, Yuni, Widya, Riri, Icha, Ayu, Mira, Dely, Umi dan Ade) terimakasih telah mau mendengarkan keluh kesah penulis selama menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas dukungan, waktu dan doanya, semoga persaudaraan kita tak lekang oleh waktu.

(9)

10.Serta semua pihak yang telah berjasa yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun agar kedepannya bisa menjadi lebih baik. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Agustus 2010 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.3.2. Determinan Penyakit Malaria ... 14

2.4. Siklus Hidup Plasmodium ... 21

2.7. Diagnosa atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium ... 29

(11)

Daerah Malaria... 41

2.11.1. Parameter Pengukuran Epidemiologi Malaria ... 41

2.11.2. Stratifikasi Daerah Malaria ... 43

5.2. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak. 57 5.2.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 57

5.2.7. Pemeriksaan Hasil Akhir Pengobatan ... 62

5.3. Analisa Statistik ... 63

5.3.1. Umur Berdasarkan Jumlah Leukosit ... 63

5.3.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Jumlah Leukosit ... 64

5.3.3. Umur Berdasarkan Gejala ... 65

5.3.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Gejala ... 65

5.3.5. Status Gizi Berdasarkan Gejala ... 66

5.3.6. Jumlah Leukosit Berdasarkan Gejala ... 67

5.3.7. Gejala Batuk Berdasarkan Jumlah Leukosit ... 68

BAB 6 PEMBAHASAN ... 69

6.1. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak. 69 6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 69

(12)

6.1.3. Jumlah Leukosit ... 73

6.1.4. Gejala ... 74

6.1.5. Status Gizi ... 78

6.1.6. Jenis Pengobatan ... 79

6.1.7. Pemeriksaan Hasil Akhir Pengobatan ... 81

6.2. Analisa Statistik ... 83

6.2.1. Umur Berdasarkan Jumlah Leukosit ... 83

6.2.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Jumlah Leukosit ... 84

6.2.3. Umur Berdasarkan Gejala ... 85

6.2.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Gejala ... 87

6.2.5. Status Gizi Berdasarkan Gejala ... 88

6.2.6. Jumlah Leukosit Berdasarkan Gejala ... 89

6.2.7. Gejala Batuk Berdasarkan Jumlah Leukosit ... 91

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

7.1. Kesimpulan ... 93

7.2. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Data Penelitian

Lampiran 2 : Output Data Distribusi dan Uji Chi-Square Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

(13)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1. Sel Darah Putih Normal ………. 29

Tabel 2.2. Perbedaan Antara Malaria Berat pada Orang Dewasa dan pada Anak-anak ………... 33

Tabel 2.3. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum ... 38

Tabel 2.4. Pengobatan Lini Kedua Malaria Falciparum ... 38

Tabel 2.5. Pengobatan Malaria Vivax ... 39

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 57

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Jenis Parasit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 58

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Jumlah Leukosit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 59

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 59

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 60

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 60

(14)

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Jenis Pengobatan di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 61 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada

Anak Berdasarkan Pemeriksaan Hasil Akhir Pengobatan di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 62 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria dengan Parasit Positif

pada Anak Berdasarkan Jumlah Leukosit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 63 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria dengan

Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Jumlah Leukosit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 64 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria dengan Parasit Positif

pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 65 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria dengan

Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 65 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Status Gizi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 66 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Jumlah Leukosit Penderita Malaria dengan

Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ... 67 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Gejala Batuk Penderita Malaria dengan Parasit

(15)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1. Siklus Hidup Plasmodium ... 23 Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 ………. 69 Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Jenis Parasit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 ………. 71 Gambar 6.3. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Jumlah Leukosit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 ……….. 73 Gambar 6.4. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 ……….. 74 Gambar 6.5. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 ……….. 76 Gambar 6.6. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 ……….. 77 Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Status Gizi di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 ……….. 78 Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Jenis Pengobatan di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 ……….. 79 Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Pemeriksaan Hasil Akhir Pengobatan di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 .. 81 Gambar 6.10. Diagram Bar Proporsi Umur Penderita Malaria dengan Parasit

(16)

Gambar 6.11. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Jumlah Leukosit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun

2009 …..……….. 84

Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Umur Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 ………. 85 Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria dengan

Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 .. 87 Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Status Gizi Penderita Malaria dengan Parasit

Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009………. 88 Gambar 6.15. Diagram Bar Proporsi Jumlah Leukosit Penderita Malaria dengan

Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 .. 89 Gambar 6.16. Diagram Bar Proporsi Gejala Batuk Penderita Malaria dengan

Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Jumlah Leukosit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun

(17)

ABSTRAK

Malaria adalah suatu penyakit yang agent infeksinya protozoa dari genus Plasmodium sp. Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles sp yang infektif. AMI di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 36,34 per 1.000 penduduk. API tahun 2008 4,02 per 1.000 penduduk. Di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009, penderita malaria dengan parasit positif pada anak tercatat sebanyak 1.510 penderita.

Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif pada anak di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi 1.510 data penderita dan sampel berjumlah 316 data penelitian yang diambil secara Systematic Random Sampling. Data dianalisa dengan uji Chi-square.

Hasi penelitian didapat proporsi penderita malaria parasit positif pada anak berdasarkan umur termuda 3 bulan dan tertua 14 tahun, proporsi penderita terbanyak umur 5-9 tahun (36,1%), laki-laki (52,8%), Plasmodium falciparum (99,7%), jumlah leukosit normal (89,2%), gejala demam (sensitivitas 100%), gejala demam, menggigil, sakit kepala, mual/muntah, batuk (52,5%), gejala berat (79,7%), status gizi baik (80,4%), ACT dan non-ACT sama besarnya (50%), dan pemeriksaan berhenti (60,4%).

Proporsi jumlah leukosit meningkat secara bermakna lebih tinggi pada anak umur 5-14 tahun dibanding anak umur <5 tahun (88,2% vs 11,8%; p=0,001). Proporsi gejala ringan secara bermakna lebih tinggi pada anak umur 5-14 tahun dibanding anak umur <5 tahun (79,7% vs 20,3%; p=0,001). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan jumlah leukosit (p=0,270), jenis kelamin dengan gejala (p=0,542), status gizi dengan gejala (p=0,156), jumlah leukosit dengan gejala (p=0,340), gejala batuk dengan jumlah leukosit (p=0,067).

Untuk Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dan Klinik Malaria Rayon Panyabungan sebaiknya meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi tentang pemeriksaan dan pengobatan malaria hingga sembuh. Orangtua meningkatkan perlindungan terhadap anak terutama usia 5-9 tahun dari penyakit malaria karena siapa saja bisa tertular tidak terkecuali anak dengan status gizi baik. Kepada pihak Klinik Malaria diharapkan melengkapi pencatatan pemeriksaan Splenomegali dan kadar Hb dalam darah.

(18)

ABSTRACT

Malaria is a disease whereby the infection agent is the protozoa from the genus Plasmodium species. The spread or transmission of the disease is via the infected female Anopheles sp mosquito. Annual Malaria Incidence at District of Mandailing Natal show that in 2008 36,34/1.000 of popoulation. Annual Parasite Incidence show that in 2008 4,02/1.000 of population. Records at the Malaria Clinic, Rayon Panyabungan, District of Mandailing Natal show that in 2009, 1.510 patients amongst children contracted malaria with positive parasites.

To identify the characteristics of the malaria patients amongst children with positive parasites recorded in 2009 at the Malaria Clinic, Rayon Panyabungan, Mandailing Natal, a descriptive research is carried out built on a case series design. Out of the 1.510 population, a sample of 316 data was taken based on the Systematic Random Sampling. These sample data is analyzed using the Chi-square test.

Based on the analysis, the youngest child that contracted malaria with positive parasites is 3 months and the oldest is 14 years old. The biggest proportion amongst patients recorded are in the 5–9 years old range (36,1%), male (52,8%), Plasmodium falciparum (99,7%), normal leukocyte count (89,2%), 100% of the sample record some kind of fever (sensitivity), 52% recorded some symptoms of fever, chills, headache, nausea/vomiting and cough, severe symptoms (79,7%), 80,4% good nutritional status. ACT and non-ACT are recorded to be similar at 50%, and the check stopped at 60,4%.

The statistical test established, increased proportion leukocyte count was significantly higher in children aged 5-14 years than children <5 years (88,2% vs 11,8%; p=0,001) and proportion of mild symptoms were significantly higher in children aged 5-14 years than children <5 years (79,7%% vs 20,3%; p=0,001). However, no significant difference proportions were recorded between sex and leukocyte count (p=0,270), sex and symptoms (p=0,542), nutritional status and symptoms (p=0,156) and leukocyte count and symptoms (p=0,340), symptom of cough and leukocyte count (p=0,067).

The Malaria Control Centre and Malaria Clinic should counselling on prevention of malaria about the checkup and treatment of malaria until cured. Parents further enchance the protection of children especially ages 5-9 years from malaria because anyone can catch no exception to children with good nutrional status. The Malaria Clinic is expected to complete the recording of splenomegali and Hb in blood.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat terus ditingkatkan salah satunya melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang saat ini masih merupakan masalah kesehatan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. 1,2

Salah satu program pemberantasan penyakit menular di Indonesia adalah pemberantasan penyakit malaria. Malaria merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi ancaman di daerah tropis dan subtropis yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah kematian lebih dari satu juta orang setiap tahunnya.3

Malaria adalah suatu penyakit yang agent infeksinya protozoa dari genus

Plasmodium sp. Malaria pada manusia dapat disebabkan Plasmodium malariae,

Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, dan Plasmodium ovale. Penularan

(20)

transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar darah penderita malaria serta dari ibu hamil kepada bayinya.4

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kematian dan kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja.5

Menurut The United Nations Children’s Fund (UNICEF) (2007) diperkirakan 3 milyar orang (setengah dari populasi dunia) hidup di daerah endemis malaria. Malaria selalu terdapat di 107 negara dengan wilayah tropik dan subtropik salah satunya sub-Sahara Afrika. Antara 350 juta sampai 500 juta kasus malaria klinis terjadi setiap tahun yang menyebabkan satu juta kematian. Menurut World Health

Organization (WHO) tahun 2006, terdapat 247 juta kasus malaria di dunia (91% atau

230 juta disebabkan oleh Plasmodium falciparum) dan 881 ribu orang termasuk anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria, 90% kematian terjadi di Afrika dan 4% di Asia (termasuk Eropa Timur), 85% kematian terjadi pada anak dibawah 5 tahun. 6,7

Proportionate Mortality Ratio (PMR) anak-anak di bawah umur 5 tahun di

dunia pada tahun 2000 hingga 2003, malaria menempati urutan ke empat (8%) sebagai penyebab kematian setelah neonatal (37%), pneumonia (19%) dan diare (17%). Kemudian menyusul campak (4%), AIDS (3%), kecelakaan (3%) dan penyebab lainnya (10%).6

(21)

1.000 penduduk, Sri Langka 0,33per 1.000 penduduk dan Bangladesh 0,56per 1.000 penduduk.8

Di Indonesia pada tahun 2004 Annual Malaria Incidence (AMI) 21,20 per 1.000 penduduk, tahun 2005 AMI mencapai 24,75 per 1.000 penduduk, tahun 2006 AMI 23,96 per 1.000 penduduk, tahun 2007 AMI menurun menjadi 19,67 per 1.000 penduduk dan tahun 2008 AMI menurun kembali menjadi 18,82 per 1.000 penduduk. Untuk API tahun 2004 dan tahun 2005 masing-masing 0,15 per 1.000 penduduk, tahun 2006 meningkat menjadi 0,19 per 1.000 penduduk, kemudian tahun 2007 dan 2008 turun menjadi 0,16 per 1.000 penduduk. Kasus malaria di Indonesia secara umum menunjukkan kecenderungan menurun, namun masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat.9

Kejadian penyakit malaria di luar Jawa-Bali yang ditunjukkan dengan angka

Parasite Rate (PR) 5,52% pada tahun 1993 menurun pada tahun 1995 menjadi 4,18%

yang kemudian meningkat kembali pada tahun 1997 menjadi 4,78%.10

Penelitian Idun (2008) di Rumah Sakit Umum Daerah Karimun, Kabupaten Karimun pada tahun 2005-2006, dari 273 penderita malaria parasit positif terdapat 175 (64,10%) penderita malaria falciparum pada anak-anak, dengan proporsi pada kelompok umur anak <1 tahun 18 orang (10,28%), 1-4 tahun 83 orang (47,43%), 5-9 tahun 54 orang (30,86%), 10-14 tahun 20 orang (11,43%).11

(22)

atau AMI 7,7 per 1.000 penduduk, dan tahun 2008 turun menjadi 91.609 kasus atau AMI 7,02 per 1.000 penduduk.12

Di Sumatera Utara, tahun 1987 oleh team Asahan Health Improvement

Project dalam Lubis (2004), melakukan Malariometry Survey (MS) pada 8.248

anak-anak sekolah dasar (7-8 tahun) terdapat 1.420 splenomegali dengan Spleen Rate (SR) 17,2% dan 787 parasitemia dengan PR 9,5% yang terdiri dari 359 Plasmodium

falciparum dan 18 mixed dengan proporsi (47,90%), 399 Plasmodium vivax dengan

proporsi (50,69%) dan 11 tidak teridentifikasi (1,39%).13

Menurut laporan Dinas Kesehatan Tk. II Kabupaten Tapanuli Selatan, dari hasil pemeriksaan darah saat survey malariometrik tahun 1996-1997, diperoleh Infant

Parasite Rate (IPR) pada kelompok umur 0-1 tahun 22,22% yaitu 10 sediaan positif

malaria dari 45 sediaan darah yang diperiksa, sedangkan PR untuk umur 0-9 tahun 10,66% yaitu 200 sediaan darah positif malaria dari 4.824 sediaan darah.14

(23)

Penelitian Nasution (2005) di Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2004, proporsi anak umur 1-11 tahun yang menderita malaria 46,73% yaitu 828 penderita dari 1.772 penderita malaria klinis.16

Menurut data survei awal yang diperoleh di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal diketahui bahwa penderita malaria dengan parasit positif pada anak tahun 2009 tercatat sebanyak 1.510 penderita.

Berdasarkan uraian data-data di atas perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita malaria dengan parasit positif pada anak di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif pada anak di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif pada anak di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009. 1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan umur dan jenis kelamin.

(24)

c. Untuk mengetahui distribusi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan jumlah leukosit.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan gejala.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan status gizi.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan jenis pengobatan.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan pemeriksaan hasil akhir pengobatan.

h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan jumlah leukosit. i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan jumlah

leukosit.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan gejala.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan gejala. l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status gizi berdasarkan gejala. m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jumlah leukosit berdasarkan gejala. n. Untuk mengetahui perbedaan proporsi gejala batuk berdasarkan jumlah

(25)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal dalam upaya pencegahan dan pemberantasan malaria khususnya malaria pada anak.

1.4.2. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal dalam program pencegahan dan pemberantasan malaria.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Anak

Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak

dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi

permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara

dan lembaga internasional. Department of Child and Adolescent Health and

Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20

tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan

anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. WHO (2003), mendefinisikan

anak-anak antara usia 0–14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi

besar.17

Menurut Badan Pusat Statistik, komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur terdiri dari penduduk berusia muda (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun) dan usia tua (≥65 tahun). 9

(27)

2.2. Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium bentuk aseksual yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang infektif.19

Malaria ialah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronis, yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium dan ditandai dengan demam yang dapat meningkat hingga 410C atau lebih tinggi dengan atau tanpa gejala menggigil, anemia dan splenomegali.Malaria positif adalah penderita dengan gejala malaria dan dalam darahnya ditemukan parasit Plasmodium melalui pemeriksaan mikroskopis.20,21

2.3. Epidemiologi Penyakit Malaria 2.3.1. Distribusi Penyakit Malaria

a. Menurut Orang

(28)

plasenta sewaktu partus. Gambaran histologik infeksi aktif berupa plasenta yang berwarna hitam/abu-abu, eritrosit terinfeksi pada sisi maternal.22,23

Plasenta selain sebagai sumber makanan bagi janin, juga mempunyai fungsi sebagai protective barrier dari berbagai kelainan yang terdapat dalam darah ibu sehingga parasit malaria akan ditemukan di plasenta bagian maternal dan hanya dapat masuk ke sirkulasi janin bila terdapat kerusakan plasenta. Prevalensi malaria plasenta biasanya ditemukan lebih tinggi daripada malaria pada sediaan darah tepi wanita hamil, hal ini karena plasenta merupakan tempat parasit bermultiplikasi.23

Biasanya infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan akan tetapi yang paling berisiko adalah ibu hamil, karena dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin.21

Data Steketee dkk dalam Suparman (2005), tentang pengaruh buruk malaria pada kehamilan di daerah endemis malaria (Sub-Sahara Afrika) tahun 1985-2000 cukup tinggi. Resiko anemi 3-15%, BBLR 13-70%, dan kematian neonatal 3-8%. 23

Wanita hamil, terutama gravida pertama, tampak sangat rentan terhadap infeksi malaria. Pada daerah geografis endemis Plasmodium falciparum, ditemukan angka serangan 4-12 kali lebih besar daripada angka serangan pada wanita tidak hamil. Angka serangan yang lebih tinggi pada wanita hamil mungkin disebabkan sebagian hilangnya imunitas selama kehamilan.

(29)

Jika ditemuka n perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan atau pada berbagai golongan umur sebenarnya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti aktivitas, imunitas dan status gizi.21

Penelitian Balyan (2003), di Desa Aek Badak Jae Kecamatan Angkola Jae Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 1999-2001, proporsi penderita malaria menurut jenis kelamin tertinggi pada laki-laki sekalipun tidak begitu menyolok yaitu 50,76% pada laki-laki dan 49,24% pada perempuan.25

Penelitian Idun (2008) di RSUD Karimun, Kabupaten Karimun tahun 2005-2006, terdapat 273 penderita malaria parasit positif, 144 orang (52,75%) laki-laki dan 129 orang (47,25%) perempuan.11

Penelitian Nasution (2005) di Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal tahun 2004 terdapat 1.772 penderita malaria, 770 orang (43,45%) laki-laki dan 1.002 orang (56,55%) perempuan, kelompok umur 1-5 tahun 482 orang (27,20%), 6-11 tahun 346 orang (19,52%), 12-18 tahun 174 orang (9,82%), 19-55 tahun 702 orang (39,62%) dan ≥56 tahun 68 orang (3,84%).16

b. Menurut Tempat

(30)

Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai

dari daerah yang beriklim dingin, subtropik sampai ke daerah tropik. Plasmodium

falciparum jarang sekali terdapat di daerah yang beriklim dingin, namun paling sering

ditemukan pada wilayah beriklim tropis. Wilayah penyebaran Plasmodium malariae hampir sama dengan Plasmodium falciparum, meskipun lebih jarang terjadi dan dengan distribusi yang sporadik. Dari semua jenis spesies Plasmodium pada manusia,

Plasmodium ovale paling jarang ditemukan, termasuk di wilayah Afrika yang

beriklim tropis dan sekali-sekali ditemukan di kawasan Pasifik Barat.

Di Indonesia penyakit malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1800 meter di atas permukaan laut. 26

Tidak dijumpai lagi daerah endemis malaria di negara-negara yang mempunyai iklim dingin dan subtropis, akan tetapi malaria masih menjadi penyebab utama masalah kesehatan masyarakat di beberapa negara tropis dan subtropis; transmisi malaria yang tinggi dijumpai di daerah pinggiran hutan di Amerika Selatan (Brasil), Asia Tenggara (Thailand dan Indonesia) dan di seluruh Sub-Sahara Afrika.3

Tahun 2008, diperkirakan 243 juta kasus malaria diseluruh dunia. Sebagian besar (85%) terjadi di wilayah Afrika, kemudian diikuti wilayah Asia Tenggara (10%) dan wilayah Mediterania (4%). Diantaranya mengalami kematian sekitar 863.000 orang, 89% terjadi di wilayah Afrika, 6% di wilayah Mediterania dan 5% di Asia Tenggara.27

(31)

1.000 penduduk, Nusa Tenggara Timur 100,4 per 1.000 penduduk, Maluku Utara 67,24per 1.000 penduduk dan Sulawesi Tenggara 6,92per 1.000 penduduk. Untuk kawasan Indonesia bagian barat API masih cukup tinggi antara lain di Provinsi Jambi 13,55 per 1.000 penduduk, Bangka Belitung 11,18per 1.000 penduduk dan Sumatera Utara 7,24 per 1.000 penduduk.28

Di Provinsi luar Jawa-Bali, tahun 2008 AMI tertinggi di Papua Barat, yaitu 167,47 per 1.000 penduduk, diikuti Nusa Tenggara Timur 104,10 per 1.000 penduduk, Papua 84,74 per 1.000 penduduk dan Maluku Utara 51,42 per 1.000 penduduk. Untuk wilayah Jawa dan Bali, API tertinggi di Provinsi Jawa Timur yaitu 0,71 per 1.000 penduduk diikuti Jawa Barat 0,58 per 1.000 penduduk, yang terendah di Porvinsi Banten dan D.I. Yogyakarta yaitu masing-masing sebesar 0,03 per 1.000 penduduk.9

Penyebaran malaria di Provinsi Sumatera Utara dibagi ke dalam dua daerah yaitu daerah endemis dan daerah non endemis. Yang termasuk ke dalam daerah endemis adalah Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Nias, Tapanuli Tengah, Asahan, Labuhan Batu dan Deli Serdang.29

c. Menurut Waktu

(32)

Verde melaporkan hanya 2 kematian di tahun 2008. Sementara di Zimbabwe, kasus malaria positif mengalami peningkatan dari 16.990 kasus di tahun 2004 menjadi 92.900 kasus di tahun 2008.27

Hampir di seluruh wilayah tanah air angka kesakitan malaria menunjukan

trend yang menurun. Angka kesakitan malaria yang diukur dengan API pada tahun

2000 yaitu 0,81per 1.000 penduduk, tahun 2001 menjadi 0,62 per 1.000 penduduk, tahun 2002 menjadi 0,47per 1.000 penduduk, tahun 2003 menurun menjadi 0,22per 1.000 penduduk, dan tahun 2004 menjadi 0,14 per 1.000 penduduk. Begitu juga angka kesakitan malaria yang diukur dengan AMI pada tahun 2000 yaitu 31,09per 1.000 penduduk, tahun 2001 menjadi 26,20per 1.000 penduduk, tahun 2002 menjadi 22,27per 1.000 penduduk, tahun 2003 menjadi 21,80per 1.000 penduduk dan tahun 2004 menurun menjadi 21,20per 1.000 penduduk.9

Data tersebut di atas kecenderungan penurunan angka kesakitan malaria selama 5 tahun dapat diperkirakan sebesar kurang lebih 50%, namun tidak disertai dengan penurunan jumlah kejadian luar biasa (KLB) malaria yang terjadi. Selama tahun 2001-2005 kejadian luar biasa malaria terjadi di 15 provinsi meliputi 30 kabupaten di 93 desa dengan jumlah penderita hampir 20.000 orang dengan 389 kematian dan Case Fatality Rate (CFR) 1,95%.30,31

2.3.2. Determinan Penyakit Malaria

(33)

a. Host

a.1. Host Intermediate (Manusia)

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi oleh agent (parasit/Plasmodium) dan merupakan tempat berkembang biaknya agent. Faktor-faktor instrinsik yang mempengaruhi kerentanan host terhadap

agent, antara lain :17,21,26,32,

a.1.1. Usia

Anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa terhadap infeksi parasit malaria karena daya tahan tubuhnya (imun) lebih rendah dari pada orang dewasa. WHO (2000), melaporkan bahwa sekitar satu juta anak-anak di bawah lima tahun meninggal karena Plasmodium falciparum di Afrika. Kebanyakan disebabkan karena malaria serebral dan anemia.

a.1.2. Ras

Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria. Misalnya, di Afrika di mana prevalensi dari

hemoglobin S (Hb S) cukup tinggi, penduduknya ternyata lebih tahan

terhadap akibat dari infeksi Plasmodium falciparum. Hb S terdapat pada penderita dengan kelainan darah yang merupakan penyakit turunan/herediter yang disebut sickle cell anaemia.

a.1.3. Cara Hidup

(34)

a.1.4. Status Gizi

Anak-anak yang gizinya kurang baik dan tinggal di daerah endemis malaria lebih rentan terhadap infeksi malaria.

a.1.5. Kekebalan/Immunitas

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi dua, yakni kekebalan tidak spesifik (non-spesific resistance) dan kekebalan spesifik (spesific resistance). Kekebalan tidak spesifik adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Untuk kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber yaitu genetik dan kekebalan yang diperoleh (acquired immunity). Kekebalan yang bersumber dari genetik biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit) dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Kekebalan yang diperoleh (acquired immunity) ini diperoleh dari luar tubuh anak. Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu, kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi, yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen penyakit. Kekebalan pasif diperoleh dari ibu melalui plasenta dan dapat juga diperoleh melalui serum anti bodi. Kekebalan pasif hanya bersifat sementara.

a.2. Host Defenitive (Nyamuk Anopheles)

(35)

sangat menentukan dalam proses penularan malaria disamping faktor lain seperti : umur nyamuk, kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit, frekuensi menggigit manusia dan siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur.23

b. Agent ( Parasit/Plasmodium)

Parasit/Plasmodium hidup di dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk. Parasit/Plasmodium hidup dalam tubuh nyamuk dalam tahap daur seksual (pembiakan melalui kawin) dan hidup dalam tubuh manusia pada daur aseksual (pembiakan tidak kawin, melalui pembelahan diri).

Agent penyebab malaria dari genus Plasmodium, familia Plasmodiidae, dan

dari Orde Coccidiidae. Penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini ada empat macam Plasmodium yaitu :

b.1. Plasmodium falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. b.2. Plasmodium vivax, penyebab penyakit malaria tertiana. b.3. Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.

b.4. Plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.

(36)

c. Environment (Lingkungan)

Environment adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk akan berkembang biak bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Faktor lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :21,26, 33

c.1. Lingkungan Fisik c.1.1. Suhu Udara

Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pengaruh suhu terhadap masa inkubasi ekstrinsik berbeda bagi tiap spesies. Pada suhu yang melebihi 320C, parasit dalam tubuh nyamuk akan mati, meskipun dalam tubuh manusia parasit dapat tetap hidup pada suhu 400C.

c.1.2. Kelembaban Udara

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit serta pola istirahat nyamuk. Tingkat kelembaban 63%, merupakan angka yang paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk.

c.1.3. Hujan

(37)

(breeding places). Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya Anopheles.

Menurut Stasiun Klimatologi Gabe Hutaraja, Kabupaten Mandailing Natal, curah hujan relatif rata-rata di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 mencapai 2.990 mm/tahun.

c.1.4. Angin

Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar rumah adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk.

c.1.5. Sinar Matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.

An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh, sebaliknya An. hyrcanus spp

lebih menyukai tempat yang terbuka. An. barbirostris dapat hidup baik ditempat teduh maupun di tempat terang.

c.1.6. Arus Air

An. barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir

sedikit. An. minismus menyukai tempat perindukan yang alirannya cukup deras dan An. letifer di tempat yang airnya tergenang.

c.2. Lingkungan Kimiawi

(38)

ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup di tempat yang asam /pH rendah.26

c.3. Lingkungan Biologik

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan makhluk hidup lain.

Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax

spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di

suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang hewan tersebut diletakkan di luar rumah, tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah.26

c.4. Lingkungan Sosial Budaya

Faktor ini terkadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk/repellent yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat akan mempengaruhi angka kesakitan malaria.23

(39)

2.4. Siklus Hidup Plasmodium

Siklus hidup Plasmodium berlangsung pada manusia dan nyamuk. Di dalam tubuh manusia yang merupakan hospes perantara, terjadi siklus hidup aseksual yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap skizogoni, tahap skizogoni eksoeritositik, tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni. Tahap skizogoni preeritrositik dan skizogoni eksoeritrositik berlangsung di dalam sel-sel hati, sedangkan tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni berlangsung di dalam sel-sel eritrosit.

Pada tahap skizogoni preeritrositik, stadium sprozoit yang masuk bersama gigitan nyamuk, mula-mula masuk dan berkembang biak di dalam jaringan sel-sel parenkim hati. Tahap skizogoni preeritrositik berlangsung selama 8 hari pada

Plasmodium vivax, 6 hari pada Plasmodium falciparum dan 9 hari pada Plasmodium

ovale. Lamanya tahap ini pada Plasmodium malariae sukar ditentukan. Siklus

preeritrositik di dalam jaringan hati pada Plasmodium falciparum hanya berlangsung satu kali, sedangkan pada spesies lainnya siklus ini dapat berlangsung berulang kali. Keadaan ini disebut skizogoni eksoeritrositik yang merupakan sumber pembentukan stadium aseksual parasit yang menjadi penyebab terjadinya kekambuhan pada malaria vivax, malaria ovale dan malaria malariae.

Tahap skizogoni eritrositik berlangsung di dalam sel darah merah (eritrosit). Tahap ini berlangsung selama 48 jam pada Plasmodium vivax, Plasmodium

falciparum dan Plasmodium ovale, sedangkan pada Plasmodium malariae

berlangsung setiap 72 jam. Pada tahap ini akan terjadi bentuk-bentuk trofozoit, skizon dan merozoit. Bentuk-bentuk tersebut mulai dijumpai 12 hari sesudah terinfeksi

(40)

Multiplikasi malaria pada tahap skizogoni eritrositik akan menyebabkan pecahnya sel eritrosit yang menyebabkan terjadinya demam yang khas pada gejala klinik malaria.

Sesudah tahap skizogoni eritrositik berlangsung beberapa kali, sebagian dari merozoit akan berkembang menjadi bentuk gametosit. Perkembangan ini terjadi di dalam eritrosit yang terdapat di dalam kapiler-kapiler limpa dan sumsum tulang. Tahap ini disebut tahap gametogoni yang berlangsung selama 96 jam. Gametosit tidak menyebabkan gangguan klinik pada penderita malaria, sehingga penderita dapat bertindak sebagai karier malaria.

Di dalam tubuh nyamuk Anopheles yang bertindak sebagai hospes definitive, berlangsung siklus hidup seksual (sporogoni). Bentuk gametosit yang terhisap bersama darah manusia, di dalam tubuh nyamuk akan berkembang menjadi bentuk gamet dan akhirnya menjadi bentuk sporozoit yang infektif bagi manusia.

Di dalam lambung nyamuk terjadi proses awal pematangan parasit. Dari satu mikrogametosit akan terbentuk 4-8 mikrogamet, dan dari satu makrogametosit akan terbentuk satu makrogamet. Fusi antara mikrogamet dengan makrogamet akan menghasilkan zigot yang dalam waktu 24 jam akan berkembang menjadi ookinet.

(41)

Pada gambar di bawah ini (Gambar 2.1.) dapat dilihat daur hidup Plasmodium dalam tubuh nyamuk dan dalam tubuh manusia.

Gambar 2.1. Siklus Hidup Plasmodium

2.5. Penularan Penyakit Malaria

(42)

2.5.1. Penularan Secara Alamiah

Penularan malaria yang berlangsung secara alamiah yaitu melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain.21

2.5.2. Penularan yang Tidak Alamiah a. Malaria Bawaan (Kongenital)

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan, karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta. Malaria kongenital dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :23,36

a.1. True Congenital Malaria (acquired during pregnancy)

Pada malaria kongenital ini sudah terjadi kerusakan plasenta sebelum bayi dilahirkan. Parasit malaria ditemukan pada darah perifer bayi dalam 48 jam setelah lahir dan gejalanya ditemukan pada saat lahir atau 1-2 hari setelah lahir.

a.2. False Congenital Malaria (acquired during labor)

Malaria kongenital ini paling banyak dilaporkan dan terjadi karena pelepasan plasenta diikuti transmisi parasit malaria ke janin. Gejala-gejalanya muncul 3-5 minggu setelah bayi lahir.

b. Secara Mekanik

(43)

oleh transfusi darah yang didonor seorang donor darah terinfeksi, tetapi asimtomatik.23,36

2.6. Gejala

Gejala klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium, daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur penderita, keadaan kesehatan dan nutrisi. Gejala-gejala permulaan malaria sering tidak spesifik dan serupa dengan gejala yang terjadi pada penderita penyakit virus sistemik. Malaria berat pada anak, biasanya menimbulkan gejala berupa kelemahan, anemia, pembesaran limpa dan hati. Demam selalu dijumpai tetapi bervariasi, muntah, nyeri perut dan diare juga sering dijumpai. Tanda dan gejala batuk pada anak-anak dengan malaria berat juga sangat umum terjadi. 3,37,38

2.6.1. Demam

(44)

Suatu paroksisme biasanya terdiri atas tiga stadium yang berurutan yakni stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage), stadium berkeringat (sweating stage). Paroksisme ini biasanya jelas pada orang dewasa, namun pada anak dan bayi paroksisme ini makin jarang pada yang usianya masih muda, kebanyakan bereaksi sebagai kejang.

Serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi (intrinsik). Masa inkubasi ini bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit, paling pendek pada Plasmodium falciparum dan paling panjang pada Plasmodium malariae. Masa inkubasi ini juga tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya, tingkat imunitas penderita dan cara penularan. Penularan yang bukan alamiah seperti melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas penerima darah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi Plasmodium falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, Plasmodium vivax setelah 16 hari, dan Plasmodium malariae setelah 40 hari atau lebih. Setelah lewat masa inkubasi, maka gejala demam terlihat dalam tiga stadium, biasanya lebih sering terjadi pada anak besar dan orang dewasa, yaitu :36

a. Stadium Dingin (Cold Stage)

(45)

b. Stadium Demam (Hot Stage)

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, mual serta muntah seringkali terjadi. Nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 410C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2-4 jam. Demam disebabkan oleh karena pecahnya sizon darah yang telah matang dan masuknya merosoit darah kedalam aliran darah.

Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sizon-sizon dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga timbul demam setiap hari ketiga terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada Plasmodium malariae, fenomena tersebut setiap 72 jam (setiap hari keempat), sehingga disebut malaria kuartana. Pada Plasmodium

falciparum setiap 24-48 jam. Serangan demam diikuti oleh periode laten yang

lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.

c. Stadium Berkeringat (Sweating Stage)

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan menurun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak, pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain. Stadium ini berlangsung antara 2-4 jam.

(46)

semua stadium ditemukan pada penderita, sehingga defenisi malaria klinis seperti di atas hanya dipakai sebagai pedoman untuk penemuan penderita di daerah yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium.

2.6.2. Pembesaran Limpa (Splenomegali)

Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa membesar. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama-kelamaan konsisten limpa menjadi keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik, limpa akan kembali normal.37,39,40

2.6.3. Anemia

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Plasmodium

falciparum menginfeksi seluruh stadium sel darah merah sehingga anemia dapat

terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh

Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae umunya terjadi pada keadaan kronis. 39

(47)

2.6.4. Leukositosis

Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peran utama leukosit atau sel darah putih. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh dari berbagai infeksi ; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Variasi kecil dalam jumlah leukosit tidak mempunyai arti klinik, tetapi adanya infeksi dalam tubuh meningkatkan leukosit sampai 20.000 bahkan 40.000 per mm3 darah. Terjadinya leukositosis merupakan indikator prognosis buruk penyakit malaria.41

Sel darah putih (leukosit) dibagi menjadi dua kelompok besar fagosit dan limfosit. Granulosit yang mencakup tiga jenis sel, neutrofil, eosinofil dan basofil bersama-sama dengan monosit merupakan fagosit. Limfosit sel prekursornya dan sel plasma membentuk populasi imunosit. Normal hanya sel fagosit matang dan limfosit yang ditemukan dalam darah tepi.42

Tabel 2.1. Sel Darah Putih Normal42 Leukosit Total

Bayi Baru Lahir 10,00 - 25,0 x 103/µL <1 tahun 6,00 - 18,0 x 103/µL 1-3 tahun 6,00 - 17,0 x 103/µL 4-7 tahun 6,00 -15,0 x 103/µL 8-12 tahun 4,50 - 13,5 x 103/µL Dewasa 4,00 - 11,0 x 103/µL

2.7. Diagnosa atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium

(48)

dan pemeriksaan fisik, maka diagnosa malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Kasus malaria yang didiagnosis hanya berdasarkan gejala dan tanda klinis disebut kasus tersangka malaria atau malaria klinis. Sampai saat ini diagnosis pasti malaria berdasarkan ditemukannya parasit malaria dalam sediaan darah secara mikroskopik.40

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan dengan membuat sediaan darah hapus tipis dan darah tebal kemudian dilakukan pewarnaan preparat. Pewarnaan darah tipis untuk melihat perubahan bentuk eritrosit, dapat dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1.000 sel darah merah, dan pewarnaan darah tebal untuk melihat

Plasmodium. Pewarnaan darah tebal merupakan cara terbaik untuk menemukan

parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Hitung parasit pada sediaan darah tebal dapat dilakukan dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit.

Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatip tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatip maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit.37

(49)

6 jam sampai 3 hari berturut-turut. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemuka n parasit maka diagnosis malaria disingk irkan.39

Pengambilan darah penderita malaria dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut :21

a. Siapkan peralatan yang dibutuhkan antara lain : kaca sediaan (KS) yang bersih, bebas lemak serta dibungkus, lanset yang steril, buku/catatan pengambilan darah, kapas, dan alkohol 70%.

b. Sobeklah kertas pembungkus KS dan keluarkan satu KS setiap kali diperlukan. Ingat jangan menyentuh permukaan KS.

c. Pegang jari manis/tengah kiri pasien dan bersihkan ujung jari itu dengan kapas beralkohol. Gosok jari itu sampai bersih lalu bersihkan ulang dengan kapas kering.

d. Tusuk ujung jari agak dipinggir dengan cepat. Pada bayi umur 6-12 bulan, bagian yang akan ditusuk adalah ujung jempol kaki dan bayi yang kurang dari 6 bulan sebaiknya bagian yang akan ditusuk adalah tumit kaki.

e. Tetes darah pertama dilap dengan kapas kering untuk menghindarkan sel darah pembeku (trombosit) terdapat pada sediaan darah (SD) dan agar SD terbebas dari alkohol.

f. Tekan ujung jari sampai tetes darah kedua yang agak besar keluar.

(50)

h. Ambil 2-3 tetes darah sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Letakkan tetes darah berikutnya di ujung KS untuk pembuatan etiket.

i. Letakkan KS yang sudah berisi darah di atas meja dan bersihkan jari pasien dengan kapas kering.

j. Segeralah buat SD sebelum darah menggumpal.

2.8. Komplikasi Malaria

Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO (2000), didefenisikan sebagai infeksi Plasmodium

falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut antara lain : malaria

serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran. Penilaian derajat kesadaran pada anak-anak dilakukan berdasarkan Blantyre Coma Scale ≤3, atau koma lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam. Acidemia/acidosis dengan pH darah <7,25 atau plasma bikarbonat <15 mmol/liter. Komplikasi lain ditandai dengan anemia berat dengan Hb <5 g/dl atau hematokrit <15% pada keadaan parasit >10.000/µ l.37,38

(51)

Terjadi perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut. Diagnosa dengan post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada jaringan otak. 39,43

Tabel 2.2. Perbedaan antara Malaria Berat pada Orang Dewasa dan Pada Anak-anak36,38

Tanda dan Gejala Anak-anak Dewasa

Batuk

Hipoglikemia Sebelum Pengobatan Edema Paru

(52)

a. Pencegahan Terhadap Parasit (Pengobatan Profilaksis)

Usaha pencegahan yang dilakukan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan profilaksis yang bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria, sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Pengobatan perorangan ini dilakukan oleh masing-masing individu yang memerlukan pencegahan terhadap penyakit malaria selama ia berada di daerah malaria dan beberapa waktu sesudah meninggalkan daerah itu. Oleh karena itu keberhasilan usaha ini tergantung pada sikap disiplin si pemakai obat.

Pencegahan Plasmodium vivax dilakukan dengan minum klorokuin 5 mg/kgBB/minggu diminum satu minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin lebih dari 3-6 bulan. Efek samping yang mungkin terjadi gangguan saluran cerna, sehingga dianjurkan minum obat setelah makan.

Pencegahan Plasmodium falciparum dapat digunakan doksisiklin. Dosis

doksisiklin 1,5 mg/kgBB/hari selama tidak lebih dari 4-6 minggu, dan tidak dapat

diberikan kepada anak-anak <8 tahun dan ibu hamil.39 b. Pencegahan Terhadap Vektor/Gigitan Nyamuk

Pencegahan terhadap vektor/gigitan nyamuk, antara lain :21

(53)

b.2. Membersihkan tempat sarang nyamuk, dengan cara membersihkan semak belukar disekitar rumah, tidak membiarkan pakaian yang bergantungan di dalam kamar dan mengalirkan genangan-genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk anopheles.

b.3. Membunuh nyamuk dewasa (dengan penyemprotan insektisida)

b.4.Membunuh jentik-jentik dengan menebarkan ikan pemakan jentik dan membunuh jentik dengan menyemprot larvasida.

2.9.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau suatu perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan, yang ditujukan kepada mereka yang sudah tertular oleh parasit penyebab malaria atau menderita malaria positif.21

Pencegahan sekunder pada penderita malaria dapat dilakukan beberapa cara antara lain :

a. Active Case Detection (ACD) dan Passive Case Detection (PCD)

(54)

paling tidak memperlambat perkembangan penyakit, ketidakmampuan, gangguan atau kematian.21,44

b. Pengobatan Malaria

Tujuan pengobatan malaria secara umum adalah untuk mengurangi angka kesakitan, mencegah kematian, menyembuhkan penderita dan mengurangi kerugian akibat sakit. Selain itu, upaya pengobatan mempunyai peranan penting lainnya yaitu mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari seseorang yang mengidap penyakit kepada orang-orang sehat lainnya.45

Ada beberapa cara dan jenis pengobatan terhadap tersangka atau penderita malaria antara lain pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal. Pengobatan malaria klinis diberikan berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria tersebut. Pengobatan radikal diberikan kepada penderita malaria positif berdasarkan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh penderita baik di hati maupun di eritrosit. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapatkan kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.21

Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan memakai obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi Plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain itu artemisinin juga bekerja membunuh

Plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit. Juga efektif terhadap semua

(55)

Golongan obat yang termasuk ACT adalah Artesunat, Artemeter, Artemisin,

Dihidroartemisinin, Artheether dan Asam artelinik. Untuk pemakaian obat golongan

artemisinin harus disertai/dibuktikan dengan pemeriksaan parasit yang positif. Bila malaria klinis/tidak ada hasil pemeriksaan parasitologik yang tetap maka menggunakan obat non-ACT.

Golongan obat yang termasuk non-ACT yaitu Klorokuin Difosfat/sulfat,

Sulfadoksin-pirimetamisin, Kina sulfat, Primakuin. Penggunaan obat-obat non-ACT

terhadap malaria dilaporkan telah resisten di seluruh provinsi di Indonesia, namun beberapa daerah masih cukup efektif dengan obat-obat non-ACT seperti klorokuin dan Sulfadoksin pirimetamin (kegagalannya masih kurang 25%). Apabila pola resistensi masih rendah dan belum terjadi multiresistensi, dan belum tersedianya obat golongan artemisinin dapat menggunakan obat standar yang dikombinasikan. Contoh kombinasi ini adalah sebagai berikut : Kombinasi klorokuin +

sulfadoksin-pirimetamin (SP), kombinasi SP + kina, kombinasi klorokuin + doksisiklin/tetrasiklin,

kombinasi SP + doksisiklin/tetrasiklin, kombinasi kina + doksisiklin/tetrasiklin. Pemakaian obat-obat kombinasi ini juga harus dilakukan monitoring respon pengobatan sebab perkembangan resistensi terhadap obat malaria berlangsung cepat dan meluas.37

c. Pengobatan Khusus

Pengobatan malaria klinis pada anak-anak dapat diberikan pada hari I yaitu

klorokuin basa dengan dosis 10 mg/kgBB dan primakuin 0,75 mg/kgBB, hari II

klorokuin basa 10 mg/kgBB, hari III klorokuin basa 5 mg/kgBB. Bila dengan

(56)

diberikan kina 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 7 hari. Apabila pada hari IV setelah pengobatan lini kedua, penderita tetap demam segera dirujuk untuk mendapatkan diagnosis yang pasti.34

Bila pada pemeriksaan laboratorium sediaan darah ditemukan Plasmodium

falciparum, maka obat pilihan yang digunakan adalah :

Lini Pertama : tablet Artesunat + tablet Amodiakuin + tablet Primakuin Tabel 2.3. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum39,46

Hari Jenis Obat

Jumlah Tablet Perhari Menurut Kelompok Umur 0-1

Semua pasien (kecuali anak usia <1 tahun) diberikan tablet Primakuin dengan dosis 0,75 mg basa/kgBB/oral. Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua.

Lini Kedua : tablet Kina + tablet Tetrasiklin/Doksisiklin + tablet Primakuin. Tabel 2.4. Pengobatan Lini Kedua Malaria Falciparum39,46

Hari Jenis Obat

(57)

Pemberian Kina selama 7 hari, pada anak usia <1 tahun harus berdasarkan berat badan, diberikan 3 kali sehari dengan dosis 10mg/kgBB/kali. Doksisiklin tidak diberikan pada anak usia <8 tahun, Doksisiklin diberikan 2 x 1 tablet/hari selama 7 hari, bila tidak ada Doksisiklin dapat digunakan Tetrasiklin. Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak umur <12 tahun, Tetrasiklin diberikan dengan dosis 4 x 1 tablet/hari selama 7 hari. Primakuin tidak boleh diberikan pada anak usia <1 tahun.

Bila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Plasmodium vivax, maka diberikan pengobatan yang sesuai pada Lini Pertama : tablet Klorokuin + tablet

Primakuin.

Tabel 2.5. Pengobatan Malaria Vivax39,46

Hari Jenis Obat

Jumlah Tablet Perhari Menurut Kelompok Umur 0-1

Primakuin diberikan selama 14 hari, dan sama dengan pengobatan

falciparum, Primakuin tidak boleh diberikan kepada anak usia <1 tahun.39,46

2.9.3. Pencegahan Tertier

Gambar

Gambar 2.1. Siklus Hidup Plasmodium
Tabel 2.2. Perbedaan antara Malaria Berat pada Orang Dewasa dan Pada
Tabel 2.4.
Tabel 2.5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kelebihan yang dapat digunakan sebagi tolak ukur keberhasilan tindakan pada pra siklus antara: (a) Materi yang diberikan dapat disajikan lebih terarah dan

Analisis Vegetasi dan Keanekaragaman Ikan di Perairan Kawasan Mangrove Desa Lubuk Kertang Kabupaten Langkat Sumatera Utara.. Dibawah bimbingan HASAN SITORUS dan INDRA

Peserta didik dapat memahami tentang: - pengertian populasi dan sampel - penyajian data dalam tabel, diagram,.

The value identity related to the identity of political parties based on ideology or party platform, the social base of supporters, and the members

Pengaruh Level Pemberian Energi dan Protein Pakan Terhadap Persentase Berat Karkas dan Bagian-bagiannya Pada Ayam Potong.. Fakultas Teknologi

- persamaan kuadrat - fungsi kuadrat - matriks - program linear - pola bilangan/barisan - deret aritmetika

Moore, berupa komposisi jajaran kolom-kolom dan balok dengan tampilan berbagai langgam masa lampau yang sudah cukup akrab dikenal masyarakat setempat sebagai ikon suatu era atau