• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Tentang Rapat Umum Pemegang Saham Melalui Video Konferensi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Tentang Rapat Umum Pemegang Saham Melalui Video Konferensi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG RAPAT UMUM PEMEGANG

SAHAM MELALUI VIDEO KONFERENSI BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

Tesis

OLEH:

LILIA JAUHARA

087011064/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG RAPAT UMUM PEMEGANG

SAHAM MELALUI VIDEO KONFERENSI BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan

Oleh

LILIA JAUHARA

087011064/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : TINJAUAN YURIDIS TENTANG RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM MELALUI VIDEO KONFERENSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Nama Mahasiswa : LILIA JAUHARA Nomor Pokok : 080711064

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. Ketua

Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H, CN, M.Hum Anggota

Syahril Sofyan, S.H., M.Kn. Anggota

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Hukum

(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal: 23 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.Runtung, S.H., M.H.

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum.

2. Syahril Sofyan, S.H., M.Kn.

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N

(5)

DAFTAR PENGERTIAN ISTILAH ASING

1. Teleconference : Pertemuan berbasis elektronik scara langsung antara beberapa partisipan dengan menggunaka

sistem komunikasi berupa telepon.

2. Video Conference : Alat untuk pertemuan dengan menggunakan video.

3. Audio Conference : Alat untuk pertemuan dengan menggunakan suara

4. Cyber : Teknologi komunikasi dan pengendalian jarak jauh .

5. Cyber Notary : Teknologi komunikasi dalam notaris. 6. Legal subject : Subjek hukum.

7. Natuurlijk Persoon : Orang pribadi.

8. Whiteboard : Layar yang dipergunakan dalam video konferensi.

9. Recht Person : Badan hukum. 10.Code of etic : Kode etik.

11.Onderhand : Bawah tangan.

12.Ten overstaand : Akta yang dibuat dihadapan notaris. 13.Printer : Alat cetak.

14.Scanner : Alat pengalih elektronik. 15.Faksmile : Alat fax.

16.E-Mail : Alat surat elektronik.

(6)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM MELALUI VIDEO KONFERENSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Lilia Jauhara1

Runtung Sitepu2 T.Keizerina Devi Azwar3

Syahril Sofyan4

INTISARI

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan oleh suatu perseroan merupakan organ yang sangat penting dalam mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan perseroan. Dalam pasal 77 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 pelaksanaan RUPS selain dilakukan secara Konvensional dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan media elektronik seperti Telekonferensi, Video konferensi maupun sarana media elektronik lainnya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, dimana pengumpulan data diperoleh dari bahan kepustakaan dan kemudian dianalisis dengan metode analisis kualitatif. Dalam hal ini akan digunakan metode deduktif-induktif, dimana akan ditarik kesimpulan dari hal yang umum kepada hal yang khusus.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa pelaksanaan RUPS melalui video konferensi dapat dilakukan dimana seluruh pelaksanaan RUPS direkam dan hasil keputusannya dituangkan dalam Notulen/Risalah RUPS. Pembuatan Akta berita acara RUPS melalui video konferensi belum dapat dilakukan mengingat belum adanya peraturan lainnya yang mengatur kewenangan Notaris untuk itu, sehingga agar keputusan RUPS melalui video konferensi dapat mempunyai kekuatan hukum seperti akta berita acara RUPS, maka hasil keputusan RUPS melalui video konferensi dapat dituangkan dalam Akta Penegasan Keputusan Rapat (PKR). Adapun tanggung jawab Notaris terhadap Akta PKR yang dibuat dihadapan notaris berdasarkan Notulen/Risalah RUPS melalui Media video konferensi terbatas hanya pada kebenaran tanggal, waktu dan tempat dimana Akta PKR tersebut di buat dan ditandatangani.

Disarankan untuk mengantisipasi kebutuhan dunia bisnis, sebaiknya diterbitkan suatu peraturan tentang peranan Notaris untuk membuat akta Berita Acara RUPS melalui video koferensi sehingga tidak ada keraguan untuk para Notaris menerima tugas pembuatan akta Berita Acara RUPS melalui video koferensi.

Kata Kunci : Tinjauan Yuridis; Rapat umum Pemegang Saham; Video Konferensi

1

Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2

Dosen Pembimbing Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3

Dosen Pembimbing Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4

(7)

JURIDICAL REVIEW ON GENERAL SHAREHOLDERS MEETING THROUGH VIDEO CONFERENCE BY LAW NUMBER 40 YEAR 2007 REGARDING THE

COMPANY LIMITED

Shareholders General Meeting (SGM/Rapat Umum Pemegang Saham/RUPS) held by a company is a very important organ in taking a variety of policies related to the company. In Article 77 of Company Law No. 40 Year 2007 implementation of the GMS only provided Conventional can also be done by making use of electronic media such as teleconference, video conference or otherelectronic media facilities.

This study uses a normative juridical research. Where the collection of data obtained from the literature and then analyzed using qualitative analysis methods. In this case will use deductive-inductive method, which will be concluded from the general to the particular.

Based on research that has been done, it is known that the implementation of the RUPS through video conferencing can be done where the entire implementation of the RUPS was recorded and the results of its decisions contained in Minutes / Minutes of the RUPS. Deed Preparation Meeting event news through a video conference can not be made considering the absence of other regulations governing the authority of notary to it, so that resolution of the RUPS through video conferencing can have the force of such deed RUPS news events, the results of RUPS decisions through video conferencing can be poured in Deed of Confirmation of Meeting (PKR). The responsibilities of the Notary Deed PKR made before notary based Minutes/Minutes of RUPS via video conference media is restricted to the truth of the date, time and place where the deed of PKR is created and signed.

Advised to anticipate the needs of the business world, should be issued a regulation concerning the role of notary deed to make the RUPS via video conferences so that there is no doubt for the deed accept assignment deed making the RUPS through video conferences.

Keywords: Judicial Review; General Meeting of Shareholders; Video Conference

5

The student of Notary Magister, Faculty Law, University of North Sumatera

6

Consultant of Notary Magister, Faculty Law, University of North Sumatera

7

Consultant of Notary Magister, Faculty Law, University of North Sumatera

8

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan anugrah-Nya, dapat diselesaikan tesis yang berjudul “Tinjauan Yuridis Tentang Rapat Umum Pemegang Saham Melalui Video Konferensi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas”, di mana ini semua bukan karena kepintaran ataupun kemampuan tetapi dengan segala keterbatasan yang dimiliki, karena limpahan karunia-Nya sehingga menambah keyakinan dan kekuatan dalam penyelesaian studi ini.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan moril, masukan dan saran, sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.H., Ibu Dr. T.

Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum, dan Bapak Syahril Sofyan, S.H., M.Kn.,

atas kesediaannya memberikan bimbingan, petunjuk serta arahan demi kesempurnaan penulisan ini.

Kemudian juga, penulis tujukan kepada para dosen penguji di luar komisi pembimbing, yaitu yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad

Yamin, S.H., M.S., C.N., dan Bapak Syafnil Gani, S.H., M.Hum, yang telah

(9)

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH., MSc (CTM)., SpA(K)., selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., selaku Ketua Program Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Staf atas bantuan dalam memberikan kesempatan dan fasilitas sehingga dapat menyelesaikan studi pada Program Magister Kenotariatan (M.Kn.) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Para pegawai/karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selalu membantu dengan sepenuh hati dan memberi senyuman yang terbaik kepada penulis, terutama saran guna memperlancar manajemen administrasi yang dibutuhkan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang tercinta Bapak H. RUSLY ARIEF dan Ibu Hj. AMNAH MIRAZA, yang telah memberikan dorongan moril maupun materil terutama dukungan doa kepada saya, tak lupa juga abang dan kakak yang tersayang Riza Fauzi, SH, CN, Ir. Fachrul Amri, Msi, Rahmawati Azmi, SE, Ir. Harlan Syahry, Lailatul Qodrah, ST dan Mauliddin Shati, SH, SPN.

(10)

Akhir kata diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan tesis ini. Semoga tesis dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, 23 Agustus 2010 Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

I IDENTITAS PRIBADI

Nama : Lilia Jauhara, SH Tempat Tanggal Lahir : Medan, 27 Juni 1986

II ORANG TUA

Nama Ayah : H. Rusly Arief Nama Ibu : Hj. Amnah Miraza

III PEKERJAAN

Wiraswasta

IV PENDIDIKAN

1. SD : SD Negeri 060848 Medan 2. SLTP : SLTP Negeri 19 Medan 3. SMU : SMU Negeri 7 Medan

4. S-1 : Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara

(12)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ……….……...………...……… 1

A. Latar Belakang ………...….…………...…….. 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian ... 11

F. Kerangka Teori dan Konsep ... 12

1. Kerangka Teori ... 12 2. Kerangka Konsep ... 18 G. Metode Penelitian ... 22

BAB II PELAKSANAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM MELALUI VIDEO KONFERENSI ... 26

A. Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas ... ... 26

B. Rapat Umum Pemegang Saham berdasrkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 207 Tentang Perseroan Terbats …… ...……. 30

1. Rapat Umum Pemegang Saham Secara Konvensional ... 30

a. RUPS Tahunan ... 31

(13)

2. Rapat Umum Pemegang Saham

Melalui Video Konferensi ... ... 42 3. Tata Cara Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham

Melalui Video Konferensi ... 46 BAB III KEABSAHAN RAPAT UMUM PEMEMGANG SAHAM

MELALUI VIDEO KONFERENSI ... 59 A. Syarat Sah Rapat Umum Pemegang Saham

Melalui Video Konferensi ……..………..……....……… 59 1. Batasan Sarana Media Elektronik Dalam

Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham ... 59 2. Kehadiran Pemegang Saham Secara Elektronik ...

62

3. Tempat Pelaksanaan RUPS Melalui Video Konferensi ... 63

4. Tanda Tangan Dalam Notulen/Risalah Rapat Umum

Pemegang Saham Melalui Media Elektronik ... 67 B. Dokumen Elektronik dan Minuta Akta Notaris Sebagai Alat Bukti

Yang Diakui ... 71 1. Pengaturan Dokumen Elektronik Dalam Peraturan Hukum

Di Indonesia ... 71 2. Notulen/Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Melalui

Media Video Konferensi ... 73 3. Akta Notaris Sebagai Akta Otentik ...

81

BAB IV PERANAN NOTARIS TERHADAP RAPAT UMUM

PEMEGANG SAHAM YANG DILAKUKAN MELAUI VIDEO

KONFERENSI ... 88 A. Etika Profesi ...

(14)

B. Kode Etik Profesi Notaris ... 91 C. Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Berita Acara RUPS

Perseroan Terbatas ... 98 D. Tanggung Jawab Notaris Terhadap Rapat Umum Pemegang

Saham Melalui Video Konferensi ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

(15)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM MELALUI VIDEO KONFERENSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Lilia Jauhara1

Runtung Sitepu2 T.Keizerina Devi Azwar3

Syahril Sofyan4

INTISARI

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan oleh suatu perseroan merupakan organ yang sangat penting dalam mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan perseroan. Dalam pasal 77 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 pelaksanaan RUPS selain dilakukan secara Konvensional dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan media elektronik seperti Telekonferensi, Video konferensi maupun sarana media elektronik lainnya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, dimana pengumpulan data diperoleh dari bahan kepustakaan dan kemudian dianalisis dengan metode analisis kualitatif. Dalam hal ini akan digunakan metode deduktif-induktif, dimana akan ditarik kesimpulan dari hal yang umum kepada hal yang khusus.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa pelaksanaan RUPS melalui video konferensi dapat dilakukan dimana seluruh pelaksanaan RUPS direkam dan hasil keputusannya dituangkan dalam Notulen/Risalah RUPS. Pembuatan Akta berita acara RUPS melalui video konferensi belum dapat dilakukan mengingat belum adanya peraturan lainnya yang mengatur kewenangan Notaris untuk itu, sehingga agar keputusan RUPS melalui video konferensi dapat mempunyai kekuatan hukum seperti akta berita acara RUPS, maka hasil keputusan RUPS melalui video konferensi dapat dituangkan dalam Akta Penegasan Keputusan Rapat (PKR). Adapun tanggung jawab Notaris terhadap Akta PKR yang dibuat dihadapan notaris berdasarkan Notulen/Risalah RUPS melalui Media video konferensi terbatas hanya pada kebenaran tanggal, waktu dan tempat dimana Akta PKR tersebut di buat dan ditandatangani.

Disarankan untuk mengantisipasi kebutuhan dunia bisnis, sebaiknya diterbitkan suatu peraturan tentang peranan Notaris untuk membuat akta Berita Acara RUPS melalui video koferensi sehingga tidak ada keraguan untuk para Notaris menerima tugas pembuatan akta Berita Acara RUPS melalui video koferensi.

Kata Kunci : Tinjauan Yuridis; Rapat umum Pemegang Saham; Video Konferensi

1

Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2

Dosen Pembimbing Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3

Dosen Pembimbing Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4

(16)

JURIDICAL REVIEW ON GENERAL SHAREHOLDERS MEETING THROUGH VIDEO CONFERENCE BY LAW NUMBER 40 YEAR 2007 REGARDING THE

COMPANY LIMITED

Shareholders General Meeting (SGM/Rapat Umum Pemegang Saham/RUPS) held by a company is a very important organ in taking a variety of policies related to the company. In Article 77 of Company Law No. 40 Year 2007 implementation of the GMS only provided Conventional can also be done by making use of electronic media such as teleconference, video conference or otherelectronic media facilities.

This study uses a normative juridical research. Where the collection of data obtained from the literature and then analyzed using qualitative analysis methods. In this case will use deductive-inductive method, which will be concluded from the general to the particular.

Based on research that has been done, it is known that the implementation of the RUPS through video conferencing can be done where the entire implementation of the RUPS was recorded and the results of its decisions contained in Minutes / Minutes of the RUPS. Deed Preparation Meeting event news through a video conference can not be made considering the absence of other regulations governing the authority of notary to it, so that resolution of the RUPS through video conferencing can have the force of such deed RUPS news events, the results of RUPS decisions through video conferencing can be poured in Deed of Confirmation of Meeting (PKR). The responsibilities of the Notary Deed PKR made before notary based Minutes/Minutes of RUPS via video conference media is restricted to the truth of the date, time and place where the deed of PKR is created and signed.

Advised to anticipate the needs of the business world, should be issued a regulation concerning the role of notary deed to make the RUPS via video conferences so that there is no doubt for the deed accept assignment deed making the RUPS through video conferences.

Keywords: Judicial Review; General Meeting of Shareholders; Video Conference

5

The student of Notary Magister, Faculty Law, University of North Sumatera

6

Consultant of Notary Magister, Faculty Law, University of North Sumatera

7

Consultant of Notary Magister, Faculty Law, University of North Sumatera

8

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang melanda dunia sekarang sangat dirasakan oleh Indonesia yang demikian pesatnya telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung menyebabkan lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru yang berkaitan dengan teknologi informasi. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia yang mengharuskan diadakannya pengaturan tentang pengelolaan informasi dan transaksi elektronik yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan.

Pada awalnya manusia hanya melakukan komunikasi antara sesama manusia dengan saling berhadapan langsung. Komunikasi ini dinamakan komunikasi tanpa media (komunikasi langsung). Akan tetapi komunikasi langsung ini mengalami kendala ketika manusia tidak berada pada satu tempat yang sama, sehingga berkembanglah telekomunikasi.

(18)

(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku individu lain (berkomunikasi).9

Proses dalam melakukan telekomunikasi dimulai dengan cara yang sangat sederhana antara lain menggunakan media asap. Seseorang yang berada di tempat yang jauh menggunakan asap untuk menunjukkan keberadaan dirinya. Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini, komunikasi yang dilakukan manusia sudah semakin maju. Apalagi sejak ditemukannya teknologi digital, yang memungkinkan manusia untuk melakukan telekomunikasi dalam bentuk suara, gambar, tanda, kode, signal, atau intelegensi, baik yang melalui kabel, tanpa kabel atau sistem elektromagnetik lainnya.10

Perkembangan dunia telekomunikasi mengalami perluasan wilayah dengan ditemukannya teknologi internet sebagai sarana komunikasi. Percepatan inovasi sangat dimungkinkan karena internet memungkinkan terintegrasinya seluruh kemampuan berpikir dan daya imajinasi manusia ke dalam sebuah jaringan internet. Jaringan internet menjadi semacam jembatan penghubung telepatis dari manusia ke manusia lainnya dengan kecepatan cahaya menembus batas waktu dan batas negara.11

Teknologi Informasi (information technology) memegang peranan yang sangat penting, baik dimasa kini atau masa yang akan datang. Teknologi informasi diyakini membawa keuntungan dan kepentingan yang besar bagi negara-negara di dunia. Ada banyak hal yang membuat teknologi informasi begitu penting dan hal itu

9

Onong Uchjana Effend, Komunikasi Massa, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2003. h. 8.

10

Ibid.

11

(19)

dikarenakan bahwa teknologi informasi memacu pertumbuhan ekonomi dunia.12 Informasi dan teknologi komunikasi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, aspek ekonomi, sosial, maupun budaya. Perkembangan ini membawa konsekuensi yang penting serta mempengaruhi lalu lintas hukum.13

Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas untuk selanjutnya disebut sebagai UUPT yang menyatakan Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Perseroan terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum, dimana badan hukum ini disebut dengan “perseroan”. Istilah perseroan pada perseroan terbatas menunjuk pada cara penentuan modal pada badan hukum itu yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham dan istilah terbatas menunjuk pada batas tanggungjawab para persero atau pemegang saham, yaitu hanya terbatas pada jumlah nilai nominal dari semua saham-saham yang dimiliki.14

Organ perseroan terbatas sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) UUPT, bahwa Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Organ-organ tersebut mempunyai fungsi dan tugas masing-masing sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas maupun anggaran dasar perseroan. Antara organ-organ perseroan tersebut satu sama lain mempunyai hubungan organis maupun fungsional. Hubungan organis adalah hubungan yang berkaitan dengan keberadaan organ-organ tersebut, sedangkan

12

Ibid., h. 1.

13

Herlien Budiono, Kompilasi Hukum Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, h. 211.

14

(20)

hubungan fungsional adalah hubungan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi masing-masing organ sebagai penetap kebijakan, pelaksana kebijakan, pengawas atas pelaksanaan kebijakan dan lain-lain.maka Perseroan mutlak memerlukan direksi, komisaris dan menyelenggarakan RUPS.

RUPS tidak dapat dipisahkan dari perseroan. Melalui RUPS, para pemegang saham sebagai pemilik Perseroan melakukan kontrol terhadap kepengurusan yang dilakukan direksi maupun terhadap kekayaan serta kebijakan kepengurusan yang dijalankan menejemen perseroan.15 Secara umum menurut Pasal 1 angka 4 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menjelaskan bahwa RUPS sebagai organ perseroan mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris, namun dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas dan atau anggaran dasar Perseroan Terbatas yang bersangkutan.16

Akan tetapi, jika melihat pada bunyi kalimat “memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris”, maka apa dimaksud di dalam Pasal 1 butir 4 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 tersebut di atas sebenarnya kekuasaan RUPS adalah tidak mutlak. Artinya, kekuasaan tertinggi yang diberikan oleh undang-undang kepada RUPS tidak berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada direksi dan komisaris. Kekuasaan yang tertinggi yang dimiliki oleh RUPS hanya mengenai wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.

Perkembangan teknologi digital yang semakin pesat, membuat tidak sepantasnya lagi dipersyaratkan suatu tatap muka di antara pihak yang melakukan

15

M. Yahya Harahap, Hukum perseroan terbatas, sinar grafika, jakarta, 2009, h. 306.

16

(21)

kontrak, tetapi cukup memakai internet.17 Lahirnya UUPT, menampung aspirasi dan mengakomodasi perkembangan teknologi informasi dengan diterimanya media elektronik seperti teleconference atau video conference sebagai sarana untuk melakukan RUPS. Hal ini terdapat pada Pasal 77 ayat (1) UUPT yang berbunyi :

Selain penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, RUPS dapat juga dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat.

Dengan demikian pernyelenggaraan RUPS dapat dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, sehingga RUPS dapat dilakukan pemegang saham melalui media elektronik seperti telekonferensi, video telekonferensi atau sarana media elektronik lainnya.

Ciri spesifik media elektronik dalam pelaksanaan RUPS yang memiliki nuansa hukum yaitu pertemuan dimaksud harus memiliki dampak atau akibat hukum misalkan pertemuan tersebut merupakan suatu rapat untuk memutuskan sesuatu, atau media elektronik yang dilakukan dalam rangka memberikan suatu keterangan atau kesaksian.18

Pemanfaatan kecanggihan teknologi ini memungkinkan para pemegang

saham perusahaan tidak harus bertatap muka secara langsung atau face to face ketika melakukan RUPS, tetapi bertatap muka melalui video konferensi seperti layaknya bertatap muka secara langsung. Hal ini merupakan suatu langkah maju yang dapat mempermudah pelaksanaan RUPS.

17

Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, , h. 151.

18

(22)

Biasanya RUPS selalu dilaksanakan dengan secara berhadapan langsung secara fisik diantara para peserta rapat. Pihak yang tidak hadir dapat diwakili atau dikuasakan oleh pihak lain yang ditunjuk pihak yang bersangkutan. Hal ini dirasakan lebih simpel dan efisien karena para pihak yang mengikuti RUPS tidak perlu datang ke lokasi rapat, karena para pihak dapat saling melihat satu sama lain seakan-akan benar-benar hadir dalam rapat yang dihadiri secara fisik.19

Dengan diakuinya media video konferensi sebagai sarana pendukung pelaksanaan RUPS menimbulkan akibat hukum mulai dari pelasanaan RUPS melalui video konferensi itu sendiri hingga masalah keabsahan RUPS dan Notulen RUPS melalui media video konferensi. Karena apabila RUPS tersebut dilakukan melalui media video konferensi maka hasil keputusan rapatnya juga bersifat elektronik dimana dokumen yang merupakan notulen rapat merupakan dokumen elektronik. Dalam hal dokumen RUPS merupakan dokumen elektronik sudah pasti penandatangan para pemegang saham sebagai peserta dalam rapat tersebut ada juga yang bersifat elektronik yakni dengan memggunakan tanda tangan digital. Mengenai tanda tangan digital ini tidak mendapat pengaturan dalam UUPT tetapi hal ini diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Teknologi Elektronik, selanjutnya disebut sebagai UUITE.

Dalam Pasal 1 angka 12 UUITE disebutkan bahwa :

Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

19

(23)

Kendala yang nyata dari proses kecanggihan teknologi ini adalah bahwa data yang dihasilkan dari sebuah RUPS dengan menggunakan mekanisme elektronik tentu saja menghasilkan data elektronik pula, sehingga tidak memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, untuk selanjutnya disebut UUJN. Dimana UUJN mengharuskan kehadiran para pihak yang bersangkutan pada tempat dimana akta tersebut dibuat, sedangkan sampai saat ini belum ada aturan hukum yang mengatur tentang kewenangan notaris dalam dunia maya atau media internet.

RUPS yang diselenggarakan oleh suatu perseroan merupakan organ yang sangat penting dalam mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan perseroan, sehingga sesuai dengan Pasal 77 ayat (4) UUPT setiap penyelenggaraan RUPS harus dibuatkan risalah rapat (pernyataan keputusan rapat) yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS. Dalam prakteknya hasil RUPS dituangkan dalam suatu akta otentik yang dibuat dihadapan notaris. Notaris adalah pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diperintahkan oleh peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang membuat akta.

Penggunaan media elektronik seperti teknologi telekonferensi untuk melaksanakan RUPS memang lebih efisien juga efektif. Akan tetapi timbul permasalahan baru dalam hal pengesahan hasil RUPS yang harus dibuat dalam bentuk akta otentik. Hal ini terkait dengan syarat akta notaris yang harus memenuhi syarat-syarat :

(24)

3. pada tanggal tertentu

4. benar para penghadap memberikan keterangan sebagaimana tercantum dalam akta, atau benar terjadi keadaan sebagaimana tercantum dalam akta 5. benar ditandatangani olehpara penghadap untuk akta pihak (akta partij).20 Semua syarat ini adalah agar para penghadap dengan adanya tanda tangan dan keterangan (akta) dari notaris tidak dapat memungkiri fakta-fakta yang dituangkan dalam akta. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembuatan akta notaris melalui video konferensi adalah bahwa akta notaris merupakan bentuk tulisan yang dapat dibaca tetapi hingga saat ini belum ada aturan tentang kewenangan Notaris dalam hal media elektronik.

Akan tetapi kendalanya untuk menjadikan risalah RUPS melalui video konferensi itu sebagai akta otentik masih menimbulkan pandangan-pandangan baru dikalangan ahli hukum. Undang-undang memang dibuat untuk menghindari keraguan atas fakta hukum yang ada. Di satu sisi hal tersebut menjadi keunggulan UUPT, akan tetapi ketika dunia cyber atau dunia maya sudah merambah dunia notaril, maka Undang-undang ini belum dapat mengakomodasi perkembangan mengenai cyber notary.

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menulis tesis dengan judul : ”Tinjauan Yuridis Tentang RUPS Melalui video konferensi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah :

20

(25)

1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan RUPS melalui video konferensi ? 2. Bagaimana keabsahan RUPS Melalui video konferensi ?

3. Bagaimana peranan Notaris dalam RUPS Melalui video konferensi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pelaksanaan RUPS melalui video konferensi.

2. Untuk mengetahui keabsahan RUPS Melalui video konferensi.

3. Untuk mengetahui sejauh peranan Notaris dalam RUPS Melalui video konferensi.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat, antara lain : 1. Secara teoritis

a. Sebaigai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan perbandingan bagi praktisi yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan tentang RUPS Melalui video konferensi yang semakin berkembang di Indonesia.

(26)

tuntutan lapangan ilmu pengetahuan saat ini yang berkembang pesat, yang tidak hanya dalam lapangan teknologi informasi tetapi juga dalam lapangan hukum yang merupakan alat perlindungan hukum bagi para pihak.

c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum, terutama hukum Perusahaan dan Transaksi Elektronik, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pemegang saham mengenai kemungkinan dapat dimanfaatkannya teknologi telekonferensi untuk melaksanakan RUPS, sehingga RUPS dapat dilaksanakan dengan lebih efisien dan efektif.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pikiran untuk kentingan ilmu pengetahuan, para pengguna teknologi agar mengetahui sejauh mana perlindungan hukum yang diberikan negara, memberi manfaat bagi dunia perguruan tinggi khususnya dan masyarakat umumnya. Selain itu juga tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

E. Keaslian Penelitian

(27)

Maka berdasarkan hal tersebut pengkajian yang berkaitan dengan masalah tersebut belum pernah dilakukan, sehingga dengan demikian maka penelitian ini adalah asli.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka teori

Hukum tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial.21 Oleh karena itu, hukum tidak bersifat statis melainkan dinamis sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Hukum adalah ketentuan yang lahir dari dalam dan karena pergaulan hidup manusia, seperti juga lahir, berkembang dan begesernya bentuk pelaksanaan RUPS saat ini. Sebagaimana diketahui hukum di dalam kenyataannya selalu tertinggal di belakang masalah yang diaturnya.

Dalam ilmu hukum, subyek hukum (legal subject) adalah setiap pembawa atau penyandang hak dan kewajiban dalam hubungan-hubungan hukum. Hal ini sejalan dengan pengertian subyek hukum yaitu suatu yang dapat atau cakap melakukan perbuatan hukum atau melakukan perbuatan perdata atau membuat perikatan.22 Badan hukum adalah salah satu subyek hukum. Subyek hukum yang dikenal oleh para ahli hukum ada dua yaitu orang pribadi (natuurlijk persoon), dalam bahasa dan badan hukum (rechtspersoon atau legal entity). Badan hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan

21

Satjipto Raharjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1984, h. 99.

22

(28)

seperti seorang manusia serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan hakim.

Dalam teori Positivisme hukum adalah seperangkat perintah, baik langsung maupun tidak langsung dari pihak yang berkuasa kepada masyarakatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen dimana penguasanya adalah pihak tertinggi.23 Objek hukum yang dikaji dalam teori positivisme adalah norma hukum itu sendiri, sehingga dalam kaitannya dengan penulisan ini yang dikaji adalah norma hukum dari RUPS mealui video konferensi itu sendiri berdasarkan UUPT Nomor 40 Tahun 2007.

Secara teoritis terdapat beberapa teori yang mengupas pengertian badan hukum, yaitu sebagai berikut:

a. Teori Fiksi

Teori fiksi menyatakan bahwa badan hukum itu hanyalah merupakan suatu fiksi saja. Sebenarnya badan hukum itu semata-mata buatan negara saja, yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang mencipatakan dalam bayangannya suatu obyek hukum yang diperhitungkan sama dengan manusia.

Dalam teori ini dikemukakan bahwa Mereka diakui keberadaanya, tetapi bukan suatu pribadi nyata yang dinyatakan oleh hukum, yang dianggap sebagai orang.24

b. Teori Harta Kekayaan Bertujuan

23

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Nusamedia dan Nuansa, Bandung, 2006, h. 1.

24

(29)

Teori ini menganut pandangan bahwa pemisahan harta kekayaan badan hukum dengan harta kekayaan anggotanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Harta kekayaan ini menjadi milik dari perkumpulan yang bersangkutan, yang menyebabkan perkumpulan ini menjadi subyek hukum.

Menurut penganut teori ini hanya manusia yang dianggap sebagai orang, hukum bagaimanapun juga melindungi tujuan-tujuan lain selain memperhatikan kepentingan manusia. Harta kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan bukan merupakan milik setiap orang. Tetapi dianggap sebagai kepemilikan untuk tujuan yang pasti dan merupakan perlengkapan perusahaan untuk melindungi tujuan-tujuan tersebut.25

c. Teori Organ atau Teori Realis

Teori ini menyatakan bahwa badan hukum itu bukan khayalan, melainkan kenyataan yang ada seperti halnya manusia, yang mempunyai perlengkapan, selaras dengan anggota badan hukum manusia, karenanya badan hukum di dalam melakukan perbuatan hukum juga dengan perantaraan alat perlengkapannya, seperti pengurus, komisaris dan rapat anggota.

d. Teori Pemilikan Bersama

Teori ini berpandangan bahwa badan hukum tidak lain merupakan perkumpulan manusia yang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Itulah yang menyebabkan hak dan kewajiban badan hukum tersebut pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota secara bersama-sama. Jadi, sebenarnya badan hukum itu hanya konstruksi yuridis belaka.

Dalam prakteknya, badan hukum tidak mempunyai kehendak sendiri. Badan hukum hanya dapat melakukan perbuatan melalui perantaraan orang atau

25

(30)

orang yang duduk sebagai pengurus. Orang atau orang-orang yang menjadi pengurus tersebut bekerja tidak untuk dirinya sendiri melainkan untuk dan atas nama badan hukum tersebut. Oleh karena itu pengurus merupakan salah satu unsur badan hukum.

Ada 4 unsur badan hukum, yaitu: a. harta kekayaan terpisah b. tujuan yang ideal c. kepentingan

d. organisasi pengurus.26

Dalam melaksanakan kehendak badan hukum, pengurus badan hukum tunduk atau terikat pada hukum internal Anggaran Dasar dan hukum negara. Kedua hukum yang mengikat tersebut menghendaki keteraturan organisasi kepengurusan setiap badan hukum. Hukum negara memungkinkan suatu badan hukum dapat melakukan aktivitas hukum dengan subyek hukum lainnya, sedangkan Anggaran Dasar mengatur pembagian tugas dan tanggung jawab pengurus. Anggaran Dasar merupakan hukum tertinggi atau konstitusi dalam badan hukum. Anggaran Dasar kemudian dijabarkan dalam Anggaran Rumah Tangga. Dalam organisasi yang baik juga disediakan kode etik (code of etics) bagi pengurus dan anggota. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan kode etik penting bagi organisasi untuk menghadapi berbagai persoalan internal agar persoalan semacam itu tidak menjadi penyebab pendeknya usia organisasi.27

26

C.S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1985, h. 111.

27

(31)

Dalam sistem hukum Indonesia suatu badan hukum selain memenuhi empat unsur seperti disebutkan di atas juga harus didaftarkan sebagai badan hukum. Sebelum didaftarkan sebagai badan hukum, organisasi itu secara formal belum dapat diakui sah sebagai badan hukum. Perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus suatu badan hukum yang belum didaftarkan dianggap sebagai perbuatan pribadi pengurus. Sesuai tuntutan perkembangan modern, pendaftaran badan hukum sekurang-kurangnya dapat dilihat sebagai syarat formil, sedang empat syarat di atas disebut syarat materil.28 Meskipun pendaftaran badan hukum sebagai syarat formil, dalam praktek acapkali sahnya suatu badan hukum berkaitan dengan tanggung jawab hukum pengurus. Dalam hal perbuatan-perbuatan perdata tanggung jawab pengurus badan hukum yang sah sebatas tanggungjawab pengurus yang menjadi tanggung jawabnya menurut anggaran dasar atau anggaran rumah tangga. Sebaliknya jika badan hukumnya belum sah, maka tanggung jawab badan hukum bersifat pribadi dari orang-orang yang duduk sebagai pengurus.

Salah satu peranan hukum adalah untuk menyeimbangkan kepentingan-kepentingan yang ada di dalam hidup bermasyarakat. Roscoe Pound membedakan antara kepentingan pribadi yaitu kepentingan yang berkaitan dengan masalah-masalah kehidupan pribadi, kepentingan publik, yaitu tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan kehidupan bernegara, dan kepentingan sosial yaitu tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan kehidupan sosial.29 Melalui undang-undang perseroan terbatas, para pelaku ekonomi diharapkan dapat mampu berpartisipasi lebih

28

Ibid.

29

(32)

luas dalam pembangunan ekonomi nasional ditengah-tengah derasnya arus globalisasi dan persaingan bebas dalam perekonomian internasional. Dilihat dari ilmu hukum, undang-undang perseroan terbatas dapat berfungsi sebagai sarana dalam menyeimbangkan kepentingan-kepentingan dalam hidup bermasyarakat sebagaimana dikemukakan oleh Roscoe Pond.

Teori organ khusus mengenai alat-alat organ PT. Teori organ dianut dari teori positivisme. Hukum PT yang berlaku diIndonesia saat ini yakni UUPT Nomor 40 Tahun 2007 dalam pelaksanaanya berkaitan dengan UUITE Nomor 11 Tahun 2008 yang merupakan perkembangan hukum positif di bidang elektronik. RUPS merupakan organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan dewan komisaris. Mengingat keberadaan RUPS sangat penting dalam Perseroan Terbatas, maka segala keputusan dalam RUPS harus mengacu kepada aturan yang ada dalam Perseroan Terbatas. Aturan yang dimaksud selain peraturn perundang-undangan, anggaran dasar Perseroan Terbatas juga merupakan ketentuan lain yang berkaitan dengan bidang usaha Perseroan Terbatas tersebut.30 Pelaksanaan RUPS selain dilakukan secara konvensional dapat juga dilakukan melalui media elektronik. Sarana pelaksanaan RUPS ini mucul karena adanya kebutuhan yang semakin berkembang dalam bidang teknologi informasi. Dengan diakuinya media elektronik sebagai sarana pendukung pelaksanaan RUPS dalam UUPT hal ini berarti hasil keputusan RUPS itu merupakan dokumen elektronik. Notaris sebagai pejabat umum

30

(33)

yang berperan sebagai pencatat dalam pelaksanaan RUPS tersebut hingga pengambilan keputusan akhir dalam RUPS masih belum ada aturan yang jelas dalam hal RUPS tersebut dilaksanakan melalui video konferensi.

2. Kerangka konsep

Konsepsi berasal dari bahasa latin yaitu conceptio yang bermakna hal yang dimengerti. Sedangkan pengertian berasal dari kata defenitio yang bermakna perumusan yang pada hakekatnya merupakan suatu bentuk ungkapan pengertian disamping aneka bentuk lain yang dikenal dalam epistemologi atau teori ilmu pengetahuan.31 Dalam penelitian hukum, adanya kerangka konsepsi dan landasan teoritis menjadi syarat yang sangat penting. Dalam beberapa kerangka konsepsi diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan digunakan sebagai dasar penelitian hukum dan didalam landasan atau kerangkan teoritis diuraikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai sistem aneka teori.32

Suatu teori pada umumnya merupakan gambaran dari apa yang sudah pernah dilakukan penelititan atau diuraikan, sedangkan suatu konsepsi lebih bersifat subjektif dari konsepnya untuk sesuatu penelitian atau penguraian yang akan dirampung. Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.33

31

Soerjono Soekanto, Sri Mahmuji, Penelitian Hukum Normatif suatu tinjauan singkat, Rajawali Pers, 1995, hal. 7.

32

Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika Suatu Kompilasi, Rajagrafindo, Jakarta, 2005, h. 2.

33

(34)

Konsep atau kerangka konsepsi pada hakikatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang sering kali masih bersifat abstrak, namun demikian suatu kerangka konsepsi belaka kadang-kadang masih juga dirasakan abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang akan dapat pegangan konkrit dalam proses penelitian.34 Oleh karena itu, untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini diperlukan rumusan defenisis operasional yang berhubungan dengan istilah-istilah yang akan dipergunakan seperti UUPT Nomor 40 Tahun 2007, UUITE Nomor 11 Tahun 2008, UUJN Nomor 30 Tahun 2004, UUDP Nomor 8 Tahun 1997dan beberapa literatur.

Beberapa rumusan defenisi opersional berdasarkan pasal 1 angka 1 dan 3 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu :

1. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

2. RUPS, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.

Beberapa Rumusan defenisi operasional berdasarkan Pasal 1 angka 1, 3, 4 dan 5 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi Teknologi Informasi, yaitu :

1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang

34

(35)

telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

2. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makan atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

3. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.

4. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, berbunyi :

”Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.”

RUPS yang dilakukan melalui video konferensi masih menimbulkan penafsiran mengenai notulen rapatnya bagaimana jika dituangkan dalam akta autentik yang dibuat notaris. Dalam hal notulen rapat harus dibuat oleh Notaris berarti akta tersebut dibuat secara elektronik dan keabsahannya masih menimbulkan beberapa pandangan.

Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 7 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, berbunyi :

(36)

A. pitlo mengatakan bahwa akta adalah suatu surat yang ditandatangani diperbuat untuk sebagai bukti, untuk dipergunakan orang untuk keperluan siapa surat itu dipergunakan.35

Adapun beberapa syarat yang harus dipenuhi agar sesuatu dapat dikatakan sebagai akta, adalah :

a. Akta harus ditandatangani.

b. Pristiwa itu harus memuat pristiwa yang menjadi dasar dari sesuatu hak atau kontrak.

c. Akta diperuntukan sebagai alat bukti.36 Pasal 1869 KUHPerdata menyatakan :

Akta otentik adalah akta yang dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.

Akta yang dibuat oleh notaris dapat merupakan satu akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni notaris sendiri, di dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Akta yang dibuat sedemikian dan memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan dan yang dialaminya itu dinamakan akta yang dibuat “oleh” (door) notaris (sebagai pejabat umum). Akan tetapi akta notaris dapat juga berisikan suatu “cerita” dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain di hadapan notaris, artinya yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada notaris dalam menjalankannya jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang di hadapan notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu di hadapan notaris, agar keterangan atau perbuatan itu dikonstatir oleh notaris di dalam suatu akta otentik. Akta sedemikian dinamakan akta yang dibuat “dihadapan” (ten overstaan) notaris.37

Video konferensi (video conference) adalah seperangkat teknologi telekomunikasi interaktif yang memungkinkankan dua pihak atau lebih di lokasi

(37)

berbeda dapat berinteraksi melalui pengiriman dua arah audio dan video secara bersamaan.38

G. Metode Penelitian

Sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian dimulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah, sebagai berikut :

1. Sifat penelitian dan metode pendekatan

Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk menganalisis tentang RUPS yang dilakukan melalui video konferensi, maka jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis Normatif yaitu dengan meneliti bahan kepustakaan atau data skunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat pada praturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul dalam penelitian ini. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma yang dilakukan dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan.39 Mengutip istilah Ronald Dworkin, penelitian ini juga disebut penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as written in the book), maupun yang

38

http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_video

39

(38)

diputuskan oleh hakim melalui proses di pengadilan (law it is decided by the judge through judical prosess).40

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :

Data sekunder, data yang diperlukan untuk melengkapi data primer. Adapun data sekunder tersebut antara lain :

1) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang besifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari Peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.41 Peraturan perundang-undangan yang di kaitkan dalam penulisan tesis ini adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Teknologi Informasi Elektronik dan Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

2) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi, seperti: buku-buku bacaan hasil-hasil penelitian, artikel, majalah dan jurnal ilmiah hasil seminar atau pertemuan lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

3) Bahan hukum tertier

40

Bismar Nasution, Metode Penelititan Normatif Dan Perbandingan Hukum (Makalah Disampaikan Dalam Dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum Dan Hasil Penulisan Hukum Pada Makalah Akreditasi), (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Tanggal 18 Februari 2003), h. 1.

41

(39)

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup Bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti : kamus hukum, kamus umum, serta bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier diluar hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini. Beberapa tulisan dalam media internet juga turut menjadi bahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini. Pengggunaan secara layak (fair use) terhadap bahan-bahan huku yang diperoleh dari media internet untuk tujuan ilmiah.42

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan (library reseach) untuk mendapatkan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier yakni dengan meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan tesis ini, seperti buku-buku, majalah hukum, artikel-artikel dan bahan penunjang lainnya. Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen.

4. Analisis data

42

(40)
(41)

BAB II

PELAKSANAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM MELALUI VIDEO KONFERENSI

C. Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Organ PT terdiri dari RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris. Organ Perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan adalah RUPS. Setiap pemegang saham mempunyai hak untuk menghadiri RUPS. UUPT Nomor 40 Tahun 2007 mengatur tentang ketentuan yang menegaskan hak tersebut. Begitu juga dalam Anggaran Dasar Perseroan selanjutnya disebut AD, mengatur ketentuan perseroan harus mengadakan RUPS paling tidak satu kali dalam setahun. Pada dasarnya pemegang saham melakukan kontrol atas jalannya kepengurusan perseroan yang dilakukan Direksi.

Pada UUPT sebelumnya yakni Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 menganut pandangan klasik tentang kedudukan ketiga organ PT tesebut yakni kedudukannya berjenjang, dimana RUPS sebagai organ tertinggi.43 Tetapi menurut pandangan institusional, kedudukan ketiga organ tersebut tidak berjenjang serta tidak sederajat dan tidak ada satu organ lebih tinggi dari organ lain.44 Menurut Pasal 1 angka 4 jo Pasal 75 ayat (1) UUPT Nomor 40 Tahun 2007, RUPS sebagai organ PT

43

Rudi prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Disertai Dengan Ulasan Menurut UU No 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001, h. 22.

44

(42)

mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris namun dalam batas yang ditentukan oleh Undang-undang ini dan/atau AD Perseroan.

AD merupakan bagian dari Akta Pendirian PT dan hukum positif bagi PT tersebut yang apabila dilanggar akan mengakibatkan transaksi yang dibuat PT menjadi batal.45 Sebagai bagian dari Akta Pendirian, AD memuat aturan main dalam perseroan yang menentukan setiap hak dan kewajiban dari pihak-pihak dalam Anggaran Dasar, baik perseroan itu sendiri, pemegang saham maupun pengurus.

Berdasarkan Pasal 15 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 AD memuat sekurang-kurangnya :

1. Nama dan tempat kedudukan perseroan.

2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Jangka waktu berdirinya perseroan.

4. Besarnya jumlah modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor.

5. Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham.

6. Susunan, jumlah, dan nama anggota direksi dan komisaris. 7. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS.

8. Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi dan Komisaris.

9. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden.

Dalam prakteknya apabila hendak mendirikan sebuah PT para pendiri cukup mengutarakan keinginannya kepada Notaris, dan selanjutnya Notarislah yang akan memformulasikan atau merumuskan semua keinginannya dan kemudian dituangkan dalam Akta. Sehubungan dengan hal ini, biasanya notaris telah menyiapkan suatu konsep yang sebahagian sudah baku dan kemudian ditambah serta diubah sesuai

45

(43)

dengan kebutuhan yang dihadapi, baik merupakan hal-hal khusus yang merupakan kehendak para pendiri yang masih dimungkinkan atau sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku kemudian dirumuskan oleh Notaris menjadi suatu naskah yang secara hukum adalah benar dan sah.

Dalam proses pendiriran PT hal yang substansi untuk dijadikan perhatian adalah Anggaran Dasar perseroan dimana Anggaran Dasar pada awalnya merupakan suatu Akta Pendirian yang disepakati oleh para pendiri, untuk itu maka dapat disimpulkan bahwa :

a. AD merupakan bagian dari Akta Pendirian PT.

b. Sebagai bagaian dari akta pendirian, yang menentukan setiap hak dan kewajiban dari pihak-pihak dalam AD, baik perseroan itu sendiri, pemegang saham dan pengurus perseroan.

c. AD perseroan baru berlaku bagi pihak ketiga setelah akta pendirian perseroan disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham).

Kenyataan bahwa AD merupakan aturan main dalam Perseroan diperkuat oleh ketentuan Pasal 4 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 yang berbunyi :

(44)

menjadi Undang-undang bagi semua pihak. Walaupun demikian secara hirarkis, AD tidak dapat menyimpang dari ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi yang membentuknya. Hal ini berdasarkan rumusan Pasal 25 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 yang intinya secara implisit membatalkan setiap ketentuan AD yang bertentangan dengan UUPT Nomor 40 Tahun 2007. AD merupakan aturan main perseroan yang tidak hanya mengikat para pihak yang mengadakannya, tetapi juga pihak ketiga lainnya yang berhubungan hukum dengan perseroan, termasuk didalamnya para pemegang saham dam pengurus Perseroan.

Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS suatu PT harus ditentukan dalam AD. Cara penyelenggaran RUPS yang diatur dalam UUPT Nomor 40 tahun 2007 dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, sehingga RUPS dapat dilakukan para pemegang saham melalui telekonferensi, video konferensi atau sarana media teknologi lainnya. Meskipun hal ini dianggap baru dan rumit, tetapi dalam pelaksanaanya sudah terdapat beberapa PT yang menerapkan cara penyelenggaraan RUPS dalam AD PT dengan memanfaatkan sarana teknologi elektronik.

D. Rapat Umum Pemegang Saham Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1. Rapat Umum Pemegang Saham Secara Konvensional

(45)

perihal pertanggungjawaban Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan dalam menjalankan tugas dan fungsinya selama 1 (satu) tahun, program kerja untuk tahun ke depan, penunjukan akuntan publik dan lain-lain. RUPS Tahunan tersebut harus dilaksanakan maksimal 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir, yaitu selambat-lambatnya pada akhir bulan Juni tahun berikutnya. Sedangkan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) merupakan RUPS yang dapat dilaksanankan setiap waktu dan tergantung berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan.46

Yang berhak untuk memyelenggarakan RUPS pada dasarnya adalah Direksi Peseroan. Namun berdasarkan Pasal 79 ayat (2) UUPT Nomor 40 Tahun 2007 tidak menutup kemungkinan penyelenggaraan RUPS baik RUPS Tahunan dan RUPSLB dilakukan atas permintaan :

1. (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil. 2. Dewan Komisaris.

3.

a. RUPS Tahunan

Persiapan yang harus dilakukan oleh pimpinan rapat atau Direksi Perseroan dalam rangka menyelenggarakan RUPS Tahunan, minimal adalah sebagi berikut :

1) Menyusun Laporan Tahunan

Laporan Tahunan disusun sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (1) UUPT Nomor 40 tahun 2007 yang memuat sekurang-kurangnya :

46

(46)

1) Laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut.

2) Laporan mengenai kegiatan perseroan.

3) Laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

4) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha perseroan.

5) Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh dewan komisaris selama tahun buku yang baru lampau.

6) Nama anggota direksi dan dewan komisaris.

7) Gaji dan tunjangan bagi anggota direksi dan gaji honoraroum dan tunjangan bagi anggota Dewan Perseroan untuk tahun buku yang baru lampau.

Selanjutnya Laporan Tahunan tersebut ditandatangani oleh semua Anggota Direksi dan semua Anggota Dewan Komisaris yang menjabat pada tahun buku yang bersangkutan dan disediakan di kantor Perseroan sejak tanggal panggilan RUPS untuk dapat diperiksa oleh pemegang saham. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 67 ayat (1) UUPT Nomor 40 tahun 2007.

2) Melakukan Pemanggilan Kepada Para Pemegang Saham

(47)

Pemanggilan RUPS mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan, dan direksi wajib memberikan salinan bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersebut kepada pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta.

3) Cara pelaksanaan RUPS Tahunan

Pelaksanaan RUPS Tahunan pada hari, tanggal, jam dan tempat yang telah ditentukan sesuai panggilan, dpimpin oleh salah seorang Anggota Direksi perseroan.47 Sebelum RUPS tahunan dibuka dan dimulai, ketua RUPS berhak untuk

memeriksa jumlah saham perseroan sesuai buku daftar saham yang diadakan oleh direksi, yang hadir atau diwakili dalam RUPS, termasuk memeriksa keabsahan surat kuasa yang dibawa oleh masing-masing wakil pemegang saham yang menguasakan kehadirannya dalam RUPS sesuai ketentuan Pasal 85 UUPT Nomor 40 tahun 2007.

RUPS Tahunan dapat dilangsungkan jika dalam RUPS tersebut hadir atau diwakili lebih dari 1/2 (seperdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang telah dikeluarkan Perseroan sampai saat diadakannya RUPS sesuai ketuntuan Pasal 86 UUPT Nomor 40 Tahun 2007, atau sesuai dengan kuorum kehadiran yang

47

(48)

ditentukan lebih besar dalam AD Perseroan. Apabila kuorum kehadiran tersebut tidak tercapai, dapat diadakan pemanggilan RUPS kedua paling lambat 7 (tujuh) hari sebelu diadakannya RUPS kedua sesuai ketentuan Pasal 86 ayat (8) UUPT Nomor 40 Tahun 2007 .

RUPS kedua dapat dilangsungkan apabila tercapai kuorum kehadiran paling sedikit 1/3 (sepertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang telah dikeluarkan Perseroan sampai saat diadakannya RUPS atau sesuai dengan kuorum kehadiran untuk RUPS kedua yang ditentukan lebih besar dalam AD Perseroan. Apabila kuorum kehadiran dalam RUPS kedua juga tidak tercapai, maka perseroan melalui Direksi dapat memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga.

Setelah ketua RUPS yakin bahwa dalam RUPS Tahunan semua yang hadir dalam RUPS adalah benar para pemegang saham perseroan sesuai dengan buku/catatan daftar saham yang ada pada perseroan atau kuasanya masing-masing berdasarkan surat kuasa dan kuorum kehadiran dalam RUPS tidak tercapai sesuai ketentuan AD atau UUPT Nomor 40 Tahun 2007.48

Maka ketua RUPS membuka dan memulai RUPS Tahunan dan menyatakan :

a) Bahwa RUPS Tahunan dapat diselenggarakan dengan sah sesuai ketentuan UUPT Nomor 40 Tahun 2007 dan AD Perseroan.

48

(49)

b) Bahwa acara RUPS Tahunan ini sesuai dengan surat panggilan RUPS Tahunan yang telah diterima oleh para Pemegang Saham Perseroan RUPS Tahunan yang telah diterima oleh para pemegang saham perseroan yang akan membahasan mengambil keputusan mengenai persetujuan/pengesahan RUPS Tahunan atas semua dokumen dan laporan tahunan Perseroan

Pengambilan keputusan RUPS tahunan dipimpin oleh ketua RUPS dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan mengenai :

a) Hak suara atas setiap saham yang hadir dalam RUPS yakni dengan berpedoman pada ketentuan dalam Pasal 84 UUPT Nomor 40 Tahun 2007, yaitu :

(1) Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan lain.

(2) Hak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk: a. Saham Perseroan yang dikuasai sendiri oleh Perseroan;

b. Saham induk Perseroan yang dikuasai oleh anak perusahaannya secara langsung atau tidak langsung; atau

c. Saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.

b) Kuorum keputusan RUPS dengan berpedoman kepada Pasal 87 UUPT Nomor 40 Tahun 2007, yaitu

(1) Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. (2) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat

(50)

menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar.AD

Pada dasarnya setiap keputusan RUPS seyogyanya diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Apabila keputusan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan yang diambil akan menjadi sah jika disetujui lebih dari 1/2 (seperdua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan kecuali Undang-undang dan/atau AD menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar.

Pengambilan keputusan RUPS Tahunan seperti yang diuraikan diatas dalam prakteknya biasanya tidak ada kesulitan yang berarti, tidak banyak perdebatan diantara pemegang saham yang hadir sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk memutuskan segala sesuatu yang dibicarakan dalam RUPS sesuai kuorum yang dibutuhkan. Hal ini bisa terjadi karena semua dokumen dan bahan yang dibahas dalam RUPS telah disediakan sebelumnya oleh direksi sejak tanggal panggilan sampai dengan hari pelaksanaan RUPS, sehingga memungkinkan peserta RUPS dapat menelaah sebelumnya secara seksama segala sesuatu yang akan dibicarakan yang akan dibicarakan dan diputuskan dalam RUPS tahunan tersebut.

4) Pembuatan Dan Penandatanganan Notulen/Risalah RUPS

(51)

a) (Setiap penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan ditandatangani oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.

b) Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak disyaratkan apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan Akta Notaris.

Berpedoman pada Pasal 90 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 tersebut diatas, Risalah RUPS dapat dibuat dengan 2 cara yaitu :

a) Secara dibawah tangan (onderhand) yang dibuat dan disusun sendiri oleh direksi perseroan.

b) Secara akta notaris (akta otentik) yang dibuat dan disusun oleh notaris.

a) Penandatanganan Secara Di Bawah Tangan (Onderhand)

(52)

Dan setelah penandatanganan tersebut selesai maka selesailah seluruh rangkaian pelaksanaan RUPS Tahunan yang kemudian ditandai dengan pernyataan ketua rapat yang menutup RUPS Tahunan tersebut.

Notulen/Risalah RUPS dibawah tangan inilah yang tepat untuk dipilih dalam rangka pelaksanaan RUPS tahunan yang agenda atau acaranya khusus mengenai pemberian persetujuan dan pengesahan oleh RUPS atas laporan tahunan yang disampaikan oleh Direksi. Akan tetapi hal itu bukan berarti bahwa RUPS tahunan semacam itu tidak diperkenankan untuk menghadirkan seorang Notaris. Kehadiran seorang Notaris ini bertujuan agar Notulen/Risalah RUPS tersebut dapat dibuat dan disusun oleh Notaris dalam bentuk akta otentik. Pilihan ini sepenuhnya tergantung kepada penyelenggara RUPS tahunan PT yang bersangkutan yaitu Direksi dan/atau para pemegang saham.

b) Penandatanganan Dengan Akta Notaris

(53)

menghadiri dan menyaksikan jalannya RUPS agar Notaris dapat membuat berita acara mengenai segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam RUPS, asalkan tempat diadakannya RUPS masih diwilayah kerja Notaris yang bersangkutan.

RUPS yang dilaksanakan dengan menghadirkan Notaris tersebut, tata cara penyelenggaraannya tetap harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang termuat dalam AD PT dan/atau UUPT, dimana pimpinan RUPS tetap Direksi PT dengan memperhatikan anggaran dasar PT sedangkan Notaris berfungsi menjalankan kewajibannya untuk mendengar dan menyaksikan langsung jalannya RUPS sejak di buka hingga ditutupnya RUPS sehingga Notaris dapat menyusun dan membuat risalah RUPS yang dalam praktek disebut akta berita acara dalam bentuk yang sesuai dengan ketentuan Pasal 38 sampai Pasal 57 UUJN Nomor 30 Tahun 2004.

(54)

peserta rapat lebih dahulu meninggalkan ruang rapat. Berdasakan akta berita acara inilah notaris menerbitkan salinan akta.49

Salinan inilah yang harus disimpan Direksi sebagai salah satu dokumen perusahaan yang dapat dijadikan bukti tentang adanya pelaksanaan RUPS Tahunan pada hari, tanggal dan waktu yang disebutkan dalam Akta.

b. RUPS Luar Biasa (RUPSLB)

RUPSLB adalah RUPS yang pelaksanaanya tidak bersifat wajib dilaksanakan setiap tahun, akan tetapi dapat diadakan setiap waktu apabila kepentingan perseroan menghendaki untuk dilaksanakannya RUPS. Berdasarkan Pasal 78 ayat (4) UUPT Nomor 40 Tahun 2007 dengan agenda RUPS diluar laporan tahunan Direksi tetapi tidak terbatas pada :

1) Perubahan susunan anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris baik perubahan yang disebabkan karena adanya anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris yang telah atau akan berakhir masa jabatannya, mengudurkan diri, meninggal dunia, diberhentikan oleh RUPS, diberhentikan sementara oleh dewan komisaris, dimana perubahan tersebut harus dilaporkan kepada menteri hukum dan ham.

2) Perubahan AD terentu yang harus dimintakan persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM atau perubahan AD yang harus dilaporkan/diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM.

3) Persetujuan mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahan Perseroan.

4) Pembubaran, likuidasi dan berakhirnya status badan hukum Perseroan. RUPSLB diadakan untuk membahas dan mengambil keputusan yang timbul secara mendadak dan membutuhkan penanganan segera karena akan menghambat

49

(55)

operasionalisasi PT.50 RUPSLB merupakan rapat yang diselenggarakan untuk membahas hal-hal tertentu yang dianggap perlu oleh pemegang saham. Dalam setiap forum RUPS hanya dapat membicarakan agenda yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu para pemegang saham berhak untuk memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan Perseroan. RUPS tidak berhak untuk membicarakan apalagi sampai mengambil keputusan dalam mata acara lain, kecuali semua pemegang saham yang hadir dan/atau diwakili dalam RUPS tersebut menyetujui penambahan mata acara rapat. Dengan demikian keputusan atas mata acara yang ditambahkan harus disetujui dengan suara bulat.51

Adapun cara pelaksanaan RUPSLB sama dengan RUPS Tahunan. Persiapan yang harus dilakukan oleh Direksi Perseroan adalah dimulai dari menyusun bahan yang akan dibicarakan dalam RUPSLB, dimana Direksi harus mempersiapkan bahan-bahan yang akan dibicarakan dalam RUPSLB dan menyediakan di kantor Perseroan sejak tanggal pemanggilan RUPS sampai dengan diadakannya RUPSLB. Setelah Direksi menyusun bahan yang akan dibicarakan dalam RUPSLB, Direksi harus melakukan pemanggilan kepada para pemegng saham. Aturan mengenai tata cara pemaggilan kepada seluruh pemegang saham tetap berpedoman pada Pasal 79 ayat

50

Rachmadi Usman, Op Cit, h. 82

51

Referensi

Dokumen terkait

Akhlak siswa SMP Negeri 2 Songgom, brebes ini dilihat dan diukur dari beberapa indikator diataranya adalah akhlak manusia sebagai makhluk Allah, akhlak kepada ayah dan ibu,

Adapun hasil penelitian upaya pengembangan sikap sosial santri di Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Malang menunjukkan bahwa, 1 upaya pengembangan sikap sosial berupa program dan

Dalam akta pejabat (ambtelijke atau verbal acte), akta ini masih sah sebagai suatu alat pembuktian apabila ada satu atau lebih diantara penghadapnya tidak

a) Karya tulis ini ditulis sendiri tulisan asli saya sendiri tanpa bantuan orang lain selain pembimbing dan narasumber yang diketahui pembimbing. b) Karya tulis ini sebagian

Berdasarkan nilai komponen ragam (Tabel 3), diketahui bahwa perbedaan tinggi tanaman dan bobot 100 biji lebih dominan disebabkan oleh faktor genetik, dimana nilai

Dalam hal ini sarana gedung dan bangunan yang akan diadakan adalah satu paket pembuatan bak sampah, canopy, atap pompa, pos satpam dan penataan taman di Bogor, satu

Salah satu inovasi (ada metode bela,ar )aitu model (engembangan organisasi. Model ini merupakan model yang lebih berorientasi pada organisasi dari pada organisasi pada sistem

Penegak hukum dalam penelitian ini adalah mereka yang bertugas sebagai penyidik, jaksa, pengacara, dan hakim. Mereka memiliki tugas masing-masing tapi saling berhubungan