• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran pendidikan Agama pada masyarakat (Penamas) kementerian Agama kota Depok dalam pengembangan majelis Taklim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran pendidikan Agama pada masyarakat (Penamas) kementerian Agama kota Depok dalam pengembangan majelis Taklim"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

MAJELIS TAKLIM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelas Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

oleh :

Yunia Esa Susila NIM. 107053002131

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari tulisan saya ini merupakan hasil plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi yang sebesar-besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di kampus

Jakarta, ... juni 2011

(5)

Peran Pendidikan Agama pada Masyarakat (PENAMAS) Kementerian Agama Kota Depok dalam Pengembangan Majelis Taklim

Majelis Taklim Merupakan wadah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul. Dari pengertian terminologi tentang majelis ta’lim tersebut dapatlah dikatakan bahwa majelis adalah tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.

Dalam prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan agama Islam yang paling fleksibal dan tidak terikat oleh waktu. Fleksibelitas Majelis Taklim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat). Majelis taklim juga merupakan wahana interaksi dan komunikasi yang kuat antara masyarakat awam dengan para mualim, dan antara sesama anggota jamaah majelis taklim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.

Namun dalam aplikasinya, sering ditemukan berbagai permasalahan yang menjadi penghambat perkembangan Majelis Taklim itu sendiri, seperti; penerapan Manajemen yang tidak sesuai, pengelolaan dana yang belum profesional, bahkan sistem administrasi yang masih ‘kolot’ masih sering kita jumpai di Majelis Taklim-Majelis Taklim, di wilayah Kota Depok misalnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pendidikan Agama Pada Masyarakat (PENAMAS) Kementrian Agama Kota Depok memiliki Peran guna terciptanya Majelis Taklim yang Sesuai dengan ketentuan Manajemen Majelis Taklim sebagaimana mestinya.

Pembahasan dalam skripsi ini lebih terfocus kepada Peran PENAMAS Kemenrian Agama Kota Depok dalam pengembangan Majelis Taklim, peran PENAMAS yang pada intinya, peran merupakan satu tindakan yang berdasarkan pada tanggung jawab baik individu maupun lembaga, dalam skripsi ini, penulis juga membahas tentang Tugas, Wewenang, harapan dan Eksistensi PENAMAS dalam mengembangkan Majelis Taklim di Kota Depok.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif. Untuk melengkapi data yang diperlukan, penulis menggunakan langkah pengumpulan data di perpustakaan yang sudah disediakan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis juga melakukan Survey langsung ke Kantor Kementrian Agama Kota Depok, KUA kecamatan, dan sebagian Majelis Taklim di Kota Depok, dengan mencari data-data yang berhubungan dengan penelitian ini melalui wawancara dan observasi langsung. Penulis Juga menggunakan internet untuk melengkapi data dalam pembuatan skripsi ini.

Hasil dari penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui peran PENAMAS dalam pengembangan majelis taklim, PENAMAS melakukan pembenahan terhadap manajemen majelis taklim di Kota Depok, dengan melakukan pembinaan terhadap SDM majelis taklim, baik terhadap ustadz

maupun jama’ah. PENAMAS juga memberikan bantuan berupa buku-buku

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah SWT. Rabb semesta alam yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga diri ini masih dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Shalawat beriring salam tak lupa selalu terlimpah curah kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah memperkenalkan kita semua tentang islam, dan membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya iman dan Islam.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dukungan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini tidaklah terlalu berlebihan apabila penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, dan H. Mulkanasir, BA., S. Pd., MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan Manajemen Dakwah.

(7)

iii

kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan perlindungan-NYA.

4. Drs. Study Rizal MK, MA, selaku penguji I, Drs Sugiharto, MA, selaku penguji II yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi di jurusan Manajemen Dakwah.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis.

6. Kedua Orang Tua penulis yang telah memberi dukungan moril dan materil dengan membayar seluruh biaya perkuliahan penulis hingga saat ini, karna nasihat dan perjuangannyalah penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, terima kasih ummi, terima kasih ummi, terima kasih ummi, terima kasih bapak, do’akan ananda agar dapat berguna, bagi Nusa Bangsa dan

Agama.

7. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

iv

9. Ibu Hj. Aliyah, S. Pdi, MM selaku Koordinator Pelaksana Majelis Taklim, dan Ibu Siti Barkah Hasanah S. Pdi, selaku Penyuluh Agama Kecamatan Sukmajaya yang dengan keramahan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Kementrian Agama Dan Di Majelis Taklim – Majelis Taklim Terkait, yang telah memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan. Terimakasih banyak untuk semuanya.

10.Mohammad Ridhwan Lessy yang dengan sabarnya menemani, membantu dan banyak memberi saran selama penulisan skripsi ini, sampai dengan selesai. “syukron katsir yaa syauqiey”

11.Sahabat, Nadiatul Khairiyyah, tak lupa untuk kawan-kawan penulis pula, Ali Hanafiah, Isnaini, Junaidi Salam, Iin Irnawati, dan seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa Manajemen Dakwah angkatan 2007 yang penulis cintai.

Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, pengorbanan, do’a dan harapan kita semua mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi keluarga besar Jurusan Manajemen Dakwah pada khususnya.

Jakarta, …... Mei 2011

(9)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Peran ... 12

B. Pengertian Majelis Taklim ... 17

BAB III GAMBARAN UMUM PENAMAS A. Sejarah Penamas ... 22

B. Dasar-dasae berdirinya PENAMAS... 23

C. Visi Misi ... 25

D. Struktur Dan Tugas PENAMAS ... 26

(10)

B. Kendala PENAMAS dalam pengembangan Majlis Taklim

... 59

C. Capaian PENAMAS dalam Pengembangan Majelis Taklim ... 68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... vi

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Majelis Taklim merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan menggerakkan potensi umat Islam untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh, berkualitas, dan juga memiliki akhlak yang mulia. Upaya-upaya tersebut banyak dikembangkan dalam satu wadah yang sering disebut Majelis Taklim.

Majelis Taklim adalah wadah yang tepat untuk dijadikan pusat pembinaan umat Islam dimanapun keberadaannya dan sebagai wadah bagi umat Islam yang selalu ingin meningkatkan kualitas iman dan taqwanya, sesuai dengan fungsinya Majelis Taklim sebagai pusat pembinaan dan dakwah Islamiyah diharapkan akan semakin semarak dengan berbagai kegiatan yang dikembangkan secara profesional.

Sebagai lembaga dakwah sekaligus wadah pembinaan umat, Majelis taklim mempunyai beberapa fungsi diantaranya: (1) Wadah untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada jamaahnya, (2) Wadah yang memberi peluang kepada jamaah untuk tukar menukar pikiran, berbagi pengalaman, dalam masalah keagamaan. (3) Wadah yang dapat membina keakraban di antara sesama jama’ahnya, dan (4) Sebagai wadah informasi dan kajian keagamaan serta

kerjasama di kalangan umat.1

1

(12)

2

Harian Pikiran Rakyat, Majelis Taklim Kekuatan Dahsyat Kaum Ibu, Edisi, Cetak Minggu, 01 Oktober2006. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/ 102006/01/geulis/utama01.htm Ket: akses,19-01-2011.

3Harian Pikiran Rakyat, SBY, “Hidupkan Majelis Taklim”, edisi cetak, Sabtu 23 Juni 2007,

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/062007/23/0408.htm Ket. akses, 19-01-2011.

Majelis Taklim merupakan fenomena budaya religius yang tumbuh dan berkembang di tengah komunitas muslim Indonesia. Majelis taklim ini merupakan salah satu sarana dakwah dan pengembangan masyarakat, dan sekaligus lembaga dakwah yang memiliki peran strategis dan penting dalam pengembangan kehidupan beragama bagi masyarakat.

Dengan memperhatikan perkembangan dan eksistensi Majelis Taklim, maka Majelis Taklim sebagai lembaga pendidikan non fomal pada masa sekarang ini mempunyai kedudukan tersendiri dalam mengatur pelaksanaan pendidikan agama dalam rangka dakwah Islamiyah yang merupakan salah satu alat bagi pelaksanaan pendidikan seumur hidup (long life Education). Majelis Taklim merupakan institusi pendidikan yang sangat populer di kalangan masyarakat muslim. Karena itu Majelis Taklim banyak dibicarakan, ditulis, bahkan diteliti oleh kalangan akademisi, karena sifatnya yang sangat fenomenal. Di antara tulisan tentang Majelis Taklim seperti yang dimuat dalam Harian Pikiran Rakyat yang terbit pada hari Minggu 11 oktober 2006, disajikan tentang kegiatan kegiatan ibu-ibu dalam Majelis Taklim.2

Dalam harian yang sama (Harian Pikiran Rakyat) Edisi cetak sabtu 23 Juni 2007, Presiden Susilo Bambang Yudoyono, (SBY) mengajak seluruh muslim di Tanah Air untuk menghidupkan Majelis Taklim.3

(13)

menjadikan hal tersebut seperti : kurangnya tenaga pengajar, guru yang mengajar skillnya masih rendah, sehingga ketika menghadiri pengajian di Majelis Taklim kegiatan yang dilakukan adalah baca surah yasin dan tahlil bareng kemudian diakhiri dengan pengajian, kurangnya kesadaran pengurus Majelis Taklim dalam mengaktifkan anggotanya dengan cara membuat program bersama dan melibatkannya dalam kegiatan tersebut, minimnya keuangan yang menjadi salah satu faktor tidak dinamisnya aktivitas pembelajaran di Majelis Taklim.

Problematika Majelis Taklim di atas haruslah segera dipecahkan bersama-sama agar kegitas Di Majelis Taklim bisa dinamis. Supaya maksud dan tujuan didirikanya Majelis Taklim sebagai kontrol sosial masyarakat, sebagai wadah dalam meningkatkan wawasan serta meningkatkan kwalitas sumber daya manusia dapat terwujud.

Tentunya upaya-upaya tersebut harus didukung oleh institusi yang mempunyai wewengan dalam bidang keagamaan yaitu Kementerian Agama melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, maka peranan dari pemerintah adalah bagaimana membimbing tenaga-tenaga pengajar atau tenaga-tenaga yang akan mengoperasionalkan Majelis Taklim tersebut serta berupaya untuk mendirikan dan mengembembangkan Majelis Taklim.

(14)

Pada Masyarakat (PENAMAS) mengkonkritkan beberapa pekerjaannya melalui beberapa penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga penyuluh, tenaga penyuluh tersebut diambil dari kalangan akademisi maupun intelektual yang mempunyai simpati terhadap pengembangan Majelis Taklim yang digunakan sebagai wadah pengkajian agama islam.

Adapun beberapa tugas yang di jalankan oleh Pendidikan Agama Pada Masyarakat (PENAMAS) dilaksanakan langsung oleh penyuluh, baik penyuluh utama, madya maupun penyuluh honorer, secara umum penyuluh melakukan pembinaan yang kemudian dalam pembinaan tersebut terdapat beberapa Kegiatan yang meliputi: pembinaan tenaga pengajar (SDM) ustadz dan ustadzah, pembinaan ini di tujukan untuk memperbanyak generasi pengajar serta menambah kopetensi pengajar di Majelis Taklim, pembinaan kelembagaan, pembinaan ini ditujukan untuk mencetak tenaga-tenaga yang akan mengoperasionalkan Majelis Taklim, pembinaan kurikulum, pembinaan ini ditujukan untuk mencetak tenaga-tenaga yang akan merumuskan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan jamaah.

Dari uraian diatas mengenai problematika Majelis Taklim dan beberapa fungsi Majelis Taklim, yang membutuhkan peranan pemerintah untuk mensupport perkembangan dan kelangsungan kegiatan keagamaan dalam wadah Majelis Taklim tersebut, penelitian ini akan mengambil aspek peran lembaga pemerintah dalam pengembangan Majelis Taklim. Penelitian ini diberi judul “Peran Pendidikan Agama Pada Masyarakat (PENAMAS) Kementerian Agama

(15)

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, maka penelitian haruslah fokus agar tidak meluas dan dapat dengan jelas. Penelitian ini dibatasi meliputi: Tugas, wewenang, dan eksistensi PENAMAS dalam pengembangan Majelis Taklim Di Kota Depok.

2. Rumusan masalah

Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Majelis Taklim di Kota Depok sangatlah minim sarana dan prasarananya, dan ada upaya Kementerian Agama Kota Depok dalam mengatasi problematika tersebut melalui devisi Pendidikan Agama Masyarakat (PENAMAS), dapat di tarik kedalam beberapa pertanyaan yaitu:

a. Apa peran PENAMAS Kementrian Agama Kota Depok dalam pengembangan Majelis Taklim Di Kota Depok?

b. Kendala apa saja yang di hadapi PENAMAS dalam mengembangkan Majelis Taklim Di Kota Depok?

c. Apa saja Capaian PENAMAS dalam upaya mengembangkan Majelis Taklim di Kota Depok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian.

(16)

a. Mengetahui Peran Penamas dalam pengembangan Majelis Taklim di Kota Depok. Mengetahui Kendala yang di hadapi Penamas dalam pengembangan Majelis Taklim 2. Manfaat penelitian.

Beberapa manfaat yang akan dihasilkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis Diantaranya, adalah:

a. Akademis.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan tentang dakwah bagi khazanah keilmuan Islam, dan menjadi referensi bagi pelaksana pembinaan, dalam hal ini Penamas Kementerian Agama Kota Depok, serta dapat menjadi referensi bagi peminat dakwah yang selanjutnya akan menjadi bahan penelitian di Masa yang akan datang.

b. Praktis.

Penilitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan kontribusi serta menambah wawasan bagi kalangan praktisi dakwah dan aktifis dakwah, khususnya pengelola majelis taklim di Kota Depok agar konsisten memperjuangkan nilai-nilai dakwah islam terutama kepada masyarakat di Kota Depok serta masyarakat umum lainnya dalam berbagai aspek kehidupan.

(17)

1. Metode Penelitian.

a. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu kegiatan penilitian yang pencarian faktanya dilakukan dengan mengembangkan teori-teori yang ada serta melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai objek yang akan diteliti (field Research,).

b. Subyek Penelitian

Subyek Penelitian adalah penulis dan objek penelitian adalah divisi Pendidikan Agama Pada Masyarakat (PENAMAS) Kementrian Agama Kota Depok.

c. Teknik Penulisan.

Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah menggunakan “pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi,tesis,

dan disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (center for quality

depelopment and assurance) UIN syarif hidayatullah, 20074 d. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneletian ini dilakukan di Kantor Kementrian Agama Kota Depok Pada Divisi Pendidikan Agama Pada Masyarakat (PENAMAS), dan Majelis Taklim di Kecamatan Sukmajaya, salah satunya Majlis Taklim Al-hidayah, adapun waktu yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini adalah selama 5 (lima)

4

(18)

bulan, yaitu dari bulan januari sampai bulan mei 2011. Waktu lima bulan tersebut terbagi kedalam beberapa jenis penelitian.

2. Tekhnik Pengumpulan Data. a. Observasi

Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dan pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki.5 Pengamatan dilakukan secara langsung dilapangan untuk memperoleh data berkenaan dengan fokus penelitian seperti kegiatan dakwah bil lisan dan bil hal. Kecamatan (Penyuluh agama Kementerian Agama Kota Depok), dan beberapa Majelis Taklim yang mendapat pembinaan maupun tidak mendapat pembinaan oleh PENAMAS Kementerian Agama Kota Depok.

b. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan mengumpulkan data dengan cara tanya jawab atau komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi.6 Wawancara dilakukan dengan respondent utama yaitu Sub.Bag PENAMAS Kementerian Agama Kota Depok dan juga beberapa respondent lainnya yaitu, Majelis Taklim tertentu yang telah mendapatkan

5

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 1999), h. 83

6

(19)

pembinaan maupun yang belum mendapatkan pembinaan, guna melengkapi data-data yang diperlukan.

c. Studi Dokumentasi

Dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan pembinaan Majelis Taklim yang dilakukan oleh PENAMAS Kementerian Agama Kota Depok, dan beberapa kegiatan Majelis Taklim terkait. Baik berupa buku, tulisan lepas, dan tulisan yang berada di media massa serta foto kegiatan yang ada.

d. Tekhnik analisis data.

Dari data yang dikumpulkan, kemudian di telaah, dikritisi dan di interprestasikan. Adapun metode yang penulis gunakan dalam menelaah data adalah menggunakan analisis deskriptif analitik, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.

E. Tinjauan Pustaka

(20)

oleh Muntria Astuti mengenai Peran Majelis Taklim Pondok Pesantren Al-hidayah dalam perubahan perilaku keagamaan masyarakat Basmol Kembangan JAKBAR pada tahun 2005 lalu penelitian yang dilakukan oleh H.M. Bunyamin Yusuf, tentang Majelis taklim Masjid Agung “Jami” Jawa timur. Pada penelitian beliau mencoba mengungkap kegiatan-kegiatan Majelis Taklim, Guru dan Metode pengajaran, dan pengembangan wawasan jamaah.

H. Rosehan Anwar telah melakukan penelitian tentang Majelis Taklim

Ahlussunnah wal Jama’ah Kotamadya Palembang. Pada penelitian ini Rosehan

menelusuri antara lain,tentang materi keagamaan yang dibicarakan, lektur agama yang di pedomani, kapasitas dan kualitas pembimbing cara penyajian materi dan lainnya. Demikian juga banyak penelitian lain tentang Majelis Taklim yang belum sempat disajikan pada uraian ini.

Kajian, pembahasan dan tulisan-tulisan tentang Majelis Taklim tersebut mengisyaratkan bahwa Majelis Taklim menempati tempat tersendiri di hati ummat Islam, bahwa Majelis Taklim diharapkan memberikan harapan dan peluang yang sangat potensial untuk membina, membangun dan memberdayakan ummat Islam dalam berbagaiaspeknya, hususnya dalam masalah pengetahuan keagamaan.

F. Sistematika Penulisan.

Pada penulisan penelitan ini, untuk mengetahui secara menyeluruh tentang penulisan ini, ditulis dalam lima bab, yaitu:

(21)

tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Pada bab ini akan menjelaskan mengenai konsep-konsep atau landasar teori yang digunakan sebagai rujukan penelitian, yang meliputi pengertian peran, pengertian pengembangan dan pengertian Majelis taklim.

BAB III Pada bab ke tiga ini mencoba akan menjelaskan keadaan secara umum Majelis Taklim dan gambaran umum penamas kementerian agama kota Depok.

BAB IV Bab ini akan mengambarkan mengenai hasil penelitian sekaligus menjawab pertanyaan mengenai peran dan tindakan yang dilakukan oleh Penamas Kementerian Agama Kota Depok dan perannya dalam pengembangan Majelis Taklim di Kota Depok.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Peran

Secara Etimologi dalam kamus modern “peran” berarti : sesuatu yang menjadi kegiatan atau memegang pimpinan yang uatama, peran, memerankan, memainkan sesuatu, peran lakon, bagian utama.6

Sedangkan menurut tokoh, berbeda-beda argunent yang di utarakannya seperti: Menurut Jenning peran yaitu cara berinteraksi yang melibatkan tingkah laku individu dalam masyarakat, yang pada akhirnya ada proses penempatan status peranan seseorang dalam keluarga, organisasi atau lembaga, masyarakat, dan lain sebagainya.

Gibb dan Gordon mendefininsikan peran yaitu lahir dari interaksi masyarakat itu sendiri dengan memposisikan peran interaksi mereka dalam masyarkat, melalui partisipasi dalam memainkan peranan tertentu.7

Sedangkan menurut Gross. Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh david berry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.8

6

Poerwadarminta, WJS, kamus modern,(Jakarta:jembatan 1976),cet. Ke -2,h.473)

7

http://ireoga.org/adapt/module_kepemimpinan.htm ket. akses 25-Februari-2011 Oleh; Yunia Esa Susila pada pukul 23.45 WIB

8

(23)

Peran menurut ahli sosiologi seperti menurut Ralph Linton, yaitu The Dynamic Aspec Of Status. Seseorang menjalankan peranan manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya sedangkan suatu status adalah “ a collection of right and duhes” suau kumpulan hak dan kewajiban,

kewajiban tersebut tidak terlepas dari nilai-nilai maupun tanggung jawab sosial yang dimiliki oleh masyarakat baik secara individu maupun lembaga, tindakan tersebut merupakan implementasi dari fungsi manusia sebagai mahluk sosial.

Menurut David Berry harapan-harapan tersebut merupakan imbangan-imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Artinya diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat. Artinya diwajibkan, untuk melakukan hal hal yang diharapakan oleh masyarakat didalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan pekerjaan lainnya.

Teori Peran (role theory) adalah teori yang merupakan sebuah perpaduan berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu pada dasarnya peran tidak bisa dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan antara satu dengan lainnya, karnanya peran diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda.9 namun walaupun berbeda hal itu ada kaitannnya antara satu dengan lainnya, yaitu peran adalah satu tindakan yang berdasarkan pada tanggung jawab baik individu maupun lembaga.

Berbicara tentang peran, tentu tidak bisa dipisahkan dengan status (kedudukan) walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat

9

(24)

satu dengan yang lain. Peranan diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seorang dikatakan memiliki peran atau berperan karna dia memiliki status dalam masyarakat dan kemampunan baik secara moril maupun materiel. walaupun kedudukannya itu berbeda beda antara satu dengan yang lain, akan tetapi masing masing darinya berperan sesuai dengan statusnya.

Robert K. Merton dalam kajian tentang peran mempunyai pandangan yang berbeda dengan linton. Ia memperkenalkan konsep perangkat peranan (role set), yang didefinisikan sebagai “complememnt of role wich persone have by virtue of occupying a particular status” perlengkapan hubungan peranan yang dipunyai

seseorang karena memiliki status sosial tertentu.10

Bila ditinjau dari segi sosiologi, tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan (depedent) pada makhluk lain atau manusia lainnya disamping itu manusia memiliki jiwa sosial yaitu, sikap dan jiwa sosial itu yang pada prakteknya muncul sebagai peran, maka pada posisi semacam inilah peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam arti diharapkan baik itu sifat dan jiwa sosial masyarakat berkaitan dengan menjalankan peranannya yaitu; menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungannya) dimana beradapun.

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan yang

10

(25)

melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. “posisi seseorang dalam masyarakat yaitu (Social Position)”

merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. Jadi sesorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran.11

Didalam peranannya sebagaimana dikatakan david berry dalam bukunya yang berjudul Pokok – Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Terdapat dua macam harapan, yaitu; pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranan atau kewajiban-kewajibannya.

Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari masyarakat secaara individu maupun lembaga terhadap peran individu atau lembaga sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat, peran individu maupun lembaga mengandung merupakan satu tindakan yang mencoba mengimbangi atau usaha untuk menyama ratakan baik pengetahuan maupun lainnya sehinngga pengetahuan dan skil masyarakat dapat menyebar secara merata untuk mengikis adanya perkembangan baik pengetahuan maupun skil yang tidak merata. Dari upaya menyeimbangkan tersebut mengandung beberapa unsur pembelajaran-pembelajaran.

11

(26)

Berdasarkan kedudukan dan fungsinya Individu maupun lembaga dituntut memegang peranan yang diberikan masyarakat kepadanya, dalam hal ini peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat, misalnya peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat. Jadi peran adalah seperangkat tindakan atau perbuatan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat dalam suatu peristiwa atau keadaan yang sedang terjadi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Bila dikaitkan dengan pembahasan lansung dengan lembaga terhadap masyarakat dan lembaga, lembaga merupakan satu institusi yang didirikan oleh mayarakat maupun yang didirikan langsung oleh pemerintah, tentunya lembaga tersebut akan digunakan sesuai dengan tujuannya, baik itu tujuan masyarakat maupun tujuan lembaga, jika diterapkan pada lembaga pemerintah yaitu Kementrian Agama Kota Depok dalam mengembangkan Majelis Taklim.

(27)

membangun Majelis Taklim sebagai wadah dakwah Islamiah dalam pengembangan pendidikan agama masyarakat.

B. Pengertian Majelis Taklim

Secara Etimologi Majelis Taklim berasal dari dua suku kata, yaitu kata Majelis dan kata Taklim. Dalam bahasa Arab kata Majelis adalah bentuk isim makan (kata tempat) kata kerja dari “jalasa” yang artinya .tempat duduk, tempat

sidang, dewan12 Kata ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja

(‘Allama - Yu’allimu - Ta’liiman ) yang mempunyai arti ; pengajaran.13

Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian Majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.14 Dari pengertian Etimologi tentang majelis ta’lim di atas dapatlah dikatakan bahwa Majelis adalah tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.15

Menurut akar katanya, istilah Majelis Taklim tersusun dari gabungan dua kata : Majelis yang berarti (tempat) dan ta’lim yang berarti (pengajaran) yang berarti tempat pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami ajaran-ajaran islam sebagai sarana dakwah dan pengajaran agama.

Tujuan didirikannya Majelis Taklim menurut Dr. Hj. Tuty Alawiyah, ia merumuskan bahwa tujuan majelis ta’lim dari segi fungsinya, yaitu: pertama,

12

Ahmad warson munawwir, almunawwir kamus bahasa indonesia, (yogyakarta; Pustaka Progresif, 1997) cet. Ke-14 hal.202

13

Ibid; hal 1038. 14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10, h. 615

15

(28)

sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis ta’lim adalah menambah ilmu dan

keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama.

Kedua, sebagai kontak sosial maka tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jama’ahnya.16

M. Habib Chirzin secara spesifik mengatakan bahwa majelis ta’lim yang

diadakan oleh masyarakat pesantren-pesantren yang ada di pelosok pedesaan maupun perkotaan adalah:

a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang gaib

b. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan alam semesta.

c. Inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan optimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama.

d. Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat dan selaras.17

H. M. Arifin dalam buku Kapita Selekta Pendidikan Islam, beliau mengemukakan pendapatnya tentang tujuan Majelis Taklim sebagai berikut : Tujuan Majelis Taklim adalah mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia

16

Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim, (Bandung: Mizan, 1997), cet. Ke-1, h. 78

17

(29)

pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan batiniyahnya, duniawiyah dan ukhrawiyah secara bersamaan sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita.18

Tujuan Majelis taklim dilihat dari fungsinya : 1. Berfungsi sebagai tempat belajar 2. Berfungsi sebagai tempat kontak sosial 3. Berfungsi sebagai mewujudkan minat sosial

kedudukan Majelis Taklim adalah sebagai tempat lembaga pendidikan non-formal,dan berfungsi sebagai :

a. Membina dan mengembangkan ajaran islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.

b. Sebagai taman rekreasi rahaniyah, karena penyelenggaraannya yang santai.

c. Ajang berlangsungnya silaturahmi missal yang dapat menghidup-suburkan dakwah dan ukhuwah islamiyah.

d. Sebagai sarana dialog yang berkesinambungan antara para ulama dengan umat.

e. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat khususnya dan bangsa umumnya.

18

(30)

Fungsi Majelis Taklim adalah : 1. Meluruskan aqidah.

2. Memotivasi umat untuk beribadah kepada Allah SWT. 3. Amar ma’ruf nahi mungkar.

Menolak kebudayaan negative yang dapat merusak.

Dalam prakteknya, Majelis Taklim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibal dan tidak terikat oleh waktu. Majelis Taklim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata social, dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau malam. tempat pengajarannya pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushalla, gedung. Aula, halaman, dan sebagainya. Selain itu Majelis Taklim memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non-formal.

Fleksibelitas Majelis Taklim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat). Majelis taklim juga merupakan wahana interaksi dan komunikasi yang kuat antara masyarakat awam dengan para mualim, dan antara sesama anggota jamaah Majelis Taklim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.

(31)

Dari pengertian peran dan Majelis Taklim yang telah dijelaskan diatas, keduanya merupakan kesaling hubungan yang tidak terpisahkan, tanggung jawab sosial individu maupun lembaga akan tercermin dari beberapa kegiatan yang akan dilaksanakannya, didalam peran terdapat instrument dan management dakwah untuk mengefesiensikan pekerjaan serta memaksimalkan perannya.

(32)

BAB III

GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN AGAMA PADA MASYARAKAT

(PENAMAS) KEMENTRIAN AGAMA KOTA DEPOK

A. Sejarah Berdirinya PENAMAS Di Kementerian Agama Kota Depok

PENAMAS adalah satu devisi yang khusus menangani pendidikan agama dalam masyarakat sesuai dengan jumlah agama yang dianut oleh masyarkat Kota Depok yang meliputi agama islam, kristen, katolik hindu dan buda. Maka pendirian PENAMAS ini beriringan dengan berdirinya kementrian agama kota depok yang dibentuk pada tahun 2000, hal tersebut berdasarkan KMA No.30 tahun 2000, tentang : pembentukan Kantor Kementrian Agama Kota Depok, Dumai, Metro, Cilegon, Depok Dan Banjar Baru,Serta Kabupaten Aceh Singkil, Mandailing Natal, Toba Samosir, Lampung Timur , Way Kanan, Bengkayang Dan Luwu Utara. Kantor kementrian agama kota depok, merupakan instansi vertikal kementrian agama yang yang ada dibawah dan bertanggung langsung kepada kepala kantor wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat. Sumber: Petunjuk Perlaksanaan dan petunjukk teknis PENAMAS Th 2006.

Menurut Ibu Aliyah waktu di wawancarai Tentang Sejarah PENAMAS beliau mengatakan bahwa:

“PENAMAS ada berbarengan dengan Kantor Kementrian Agama Kota

(33)

sebagai koordinator pelaksana Majelis Taklim disini. Jadi ibu akan menjelaskan seputar Majelis taklim saja ya..”

Pendirian PENAMAS ini berdasarkan fungsi dan tujuan Kementrian Agama kota depok. Dalam satu agenda pengembangan pengetahuan agama islam pemerintah membentuk devisi Pendidikan Agama Masyarakat (PENAMAS) yang mempunyai tugas sesuai dengan fungsi dan tujuannya, maka PENAMAS mengkonkritkannya dalam program mengembangkan Majelis Taklim yang dijadikan sebagai wadah pengkajian ajaran keislaman.

B. Dasar-dasar berdirinya PENAMAS

Sebagai bagian dari Kementrian Agama Kota Depok, Menurut respondent ibu aliyah yang menjadi koordinator Majelis Taklim, beliau mengatakan bahwa:

“Penamas didirikan untuk memudahkan pekerjaan kementrian agama kota

depok dalam Mengembangkan Pendidikan Agama Masyarakat, secara khusus penamas mempunyai tugas yaitu mengembangkan Majelis taklim yang akan di jadikan pusat pengkajian agama pada masyarakat.”

Dasar-dasar didirikannya PENAMAS tidak terlepas dari tujuan umum Kementrian Agama Kota Depok mengarahkan pada:

1. Peningkatan pelayanan kehidupan beragama bagi mayarakat

2. Peningkatan pelaksana pendidikan dan pengembangan lembaga lemabaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan 3. Peningkatan disiplin pegawai

(34)

diatas. Maka Kemetrian Agama Kota Depok segera menangani masalah mendasar tersebut dengan baik. Dalam hal itu maka Kementrian Agama Kota Depok membentuk satu devisi Pendidikan Agama Masyarakat (PENAMAS) dengan harapan devisi tersebut dapat mengambil peranan sebagai pengembangan Majelis Taklim sesuai dengan program umum Kementrian Agama Kota Depok. (Sumber: Program Kerja Kementrian Agama Kota Depok 2010).

Menurut Ibu Aliah tentang dasar dasar berdirinya PENAMAS beliau mengatakan bahwa:

PENAMAS, bagian kecil dari Kementrian Agama, namun memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. PENAMAS (Pendidikan Agama Pada Masyarakat). Karna PENAMAS bersentuhan langsung dengan Masyarakat melalui Penyuluh-penyuluh yang sudah ditentukan Oleh Kantor Kementrian Agama. PENAMAS merupakan bagian dari Kementrian Agama Kota Depok yang secara khusus mempunyai program pengembangan Majelis Taklim Di Kota Depok.

C. Visi Misi PENAMAS

Visi Misi juga tidak terlepas dari tujuan umum serta visi misi Kementrian Agama Kota Depok, namun secara khusus PENAMAS mempunyai visi misi tersendiri tentunya lebih rigid lagi, visi misi tersebut seperti :

1. Visi

Visi PENAMAS mengacu kepada Visi Kementrian Agama Kota Depok “unggul dalam pelayanan dan bertanggung jawab untuk

(35)

2. Misi

Misi penamas ini mengacu pada misi yang dimiliki oleh kementrian agama kota depok yang berbunyi “Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan pendidikan keagamaan pada Masyarakat Pondok Pesantren serta pemberdayaan mesjid” Misi PENAMAS

diantaranya;

1. Menciptakan masyarakat yang Taat beragama dan berakhkul karimah. 2. Menciptakan Generasi Penerus Bangsa yang Agamis.

3. Meningkatkan kualitas Pelayanan dan Pendidikan Keagamaan kepada Masyarakat Pondok Pesantren serta Pemberdayaan Masjid

4. Meningkatkan kualitas mu’allim

5. Meningkatkan penerapan Manajemen Majelis Taklim 6. Menigkatkan Penerapan Manajemen Masjid.

Jangkauan wilayah yang di tanggani oleh PENAMAS dalam mengembangkan Majelis Taklim di Kota Depok meliputi:

1. Kecamatan Pancoran Mas 2. Kecamatan Sukmajaya 3. Kecamatan Sawangan 4. Kecamatan Cimanggis 5. Kecamatan Beji 6. Kec Limo19

19Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat “Himpunan peraturan

(36)

D. Struktur dan Tugas PENAMAS

1. Struktur

Guna mempermudah dan mengefesiensikan pekerjaan agar bisa berjalan dengan maksimal, maka beberapa pekerjaan haruslah dibagi-bagi kedalam sub-sub bagian yang nantinya akan menanggani secara khusus dan fokus, pembagian pekerjaan tersebut akan dibentuk satu struktur. Penamas dalam hal ini memiliki struktur untuk mempermudah pekerjaannya, struktur tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini.

(37)

a. Kepala Seksi (KASIE) P3M Tugasnya:

Mengontrol kegiatan di setiap bidang seperti bidang Kemesjidan, Majelis Taklim dan Penyuluh Pekapontren.

b. Bidang Kemesjidan Tugasnya:

Bertanggung jawab dalam Penyusunan klasifikasi masjid, megadakan kegiatan-kegiatan Di Masjid-Masjid

c. Bidang Majelis Taklim Tugasnya:

Bertanggung jawab atas pengembangan dan pelaksanaan kegiatan Di Majelis Taklim.

d. Bidang Penyuluh Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (PEKAPONTREN)

E. Program Umum PENAMAS dalam Pengembangan Majelis Taklim

Secara umum kegiatan atau program PENAMAS dalam pengembangan Majelis Taklim meliputi: pembinaan kelembagaan, pembinaan kurikulum dan pembelajaran dan yang terakhir adalah pembinaan ketenangan jamaah. Ketiga kegiatan umum tadi dalam pelaksanaanya dijabarkan dalam beberapa Tahapan kerja PENAMAS sebagai berikut:

1. Pembinaan Majelis Taklim.

(38)

a. Pendirian Majelis Taklim.

Pendirian Majelis Taklim umumnya didirikan oleh masyarakat-masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia non pemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Selain masyarakat, pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat mendirikan Majelis Taklim masyarakat sebagai pendiri Majelis Taklim dapat berupa individu, pengurus masjid, musholla, organisasi keagamaan, atau kelompok masyarakat lainnya.

Dalam hal Pendirian Lembaga, PENAMAS telah mendirikan Majelis Taklim dalam kurun waktu dari tahun 2000 sampai sekarang terdapat 1065 Majelis Taklim.Sumber: laporan KASIE PENAMAS Per Empat Tahun mulai dari tahun 2006 sampai sekarang.

b. Pengembangan Sarana dan Prasarana.

Kegiatan Majelis Taklim dapat diselenggarakan dimasjid, mushalla, balai pertemuan, aula instansi, rumah-rumah warga, dan lain-lain. Tempat kegiatan majelis taklim bersifat fleksibel, tidak terikat dengan tempat atau bangunan tertentu.

(39)

stasiun radio, ataupun media massa, misalnya; koran, majalah, dan buletin guna mensosialisasikan materi ajara atau ceramah yang disampaikan.

Selain itu, suasana lingkungan (kenyamanan) dan akses menuju tempat pengajaran atau majelis taklim perlu dipertimbangkan, agar jamaah bisa mengikutinya dengan nyaman dan mudah.

(40)

pun juga dengan bantuan operasional masjid metode atau prosesnya sama seperti pengadaan buku-buku keagamaan. (Sumber: laporan kegiatan PENAMAS tahun 2010)

Menurut Penyuluh PENAMAS melalui tenaga penyuluhnya telah Memberikan Bantuan Operasional Majelis Taklim. Mendistribusikan buku-buku keagamaan ke berbagai Majelis Taklim.

Sedangkan Menurut Jamaah Majelis Taklim H.j Siti Aisyah pimpinan Majelis Taklim nurul anwar mengatakan bahwa : penyuluh dari PENAMAS telah memberikan bantuan buku-buku keagamaan.

c. Pengembangan Peran dan Fungsi Lembaga.

Majelis Taklim diharapkan mampu memainkan peranan penting dalam mengemban misi dakwahnya membawa umat islam kearah kemajuan yang lebih baik sesuai dengan tuntutan syariat islam sebagai ummat terbaik (khairu ummah). Untuk mencapai tujuan tersebut, Majelis taklim diharapkan dapat memperbaiki pola dakwahnya dengan memperbaharui isi kandungan materi dan metode penyampaian dakwah yang dibawakan agar selain tetap selaras dengan tuntutan syariah, juga mampu membawa ummat islam dari ketertinggalannya dalam menghadapi tantangan modernitas yang semakin kompleks.

(41)

mutlak diperlukan. Pengembangan peran itu mencakup sembilan hal pokok utama, yaitu:

1) Memperkuat fungsi sebagai pengajaran Agama Islam secara luas, yang meliputi pengajian tentang pokok-pokok ajaran islam, kaitan islam dengan aktifitas dakwah dilapangan dan ilmu-ilmu umum terapan, seperti lingkungan, kesehatan dan kesenian, psikologi dan ilmu politik.

2) Meningkatkan fungsi Majelis Taklim dari tempat penyelenggaraan pengajian menjadi wahana melakukan kaderisasi ummat islam. Pengkaderan adalah suatu sistem untuk menyiapkan generasi yang akan datang.

(42)

4) Menjadikan Majelis Taklim sebagai pusat pengembangan keterampilan atau skill jamaah.

5) Meningkatkan peran pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan potensi ekonomi dan sosial.

6) Menjadikan Majelis Taklim sebagai wadah silaturrahim dan rekreasi rohani.

7) Mengembangkan fungsi sebagai pusat komunikasi dan informasi.

8) Mengembangkan peran sebagai tempat berkembangnya kultur atau budaya islam.

9) Menjadikan sebagai lembaga kontrol sosial. Dengan fungsi kontrol sosial ini, keberadaan Majelis Taklim menjadi semakin diperlukan ditengah-tengah masyarakat.

Dalam hal ini PENAMAS bekerjasama dengan Majelis Taklim yang ada (baik yang sudah dibentuk atau ditangani oleh penamas maupun Majelis Taklim yang belum ditangani oleh PENAMAS) mengadakan beberapa kegiatan untuk memperjelas fungsi serta eksistensi Majelis Taklim, mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga dan pengembangan potensi masyarakat dan penyuluhan-penyuluhan tentang pengoperasioanalkan fungsi dan struktur lembaga tersebut.

(43)

pembinaan kepada masyarakat melalui Peyuluh Utama pada pengajian bulanan di Kantor Kecamatan. Kadang PENAMAS mengusulkan guru Rawi yang mengajari lagam-lagam (naghom) baru untuk Barjanzi, meskipun untuk biaya, kami yang mengeluarkan, tapi kami sangat merasa terbantu. Dan itu membuat jamaah jadi bersemangat mengikuti pengajian, yang tadinya hanya berjumah 40an orang, sekarang jumlah jamaah bisa sampai 100 orang bahkan lebih, itu disetiap minggunya.

d. Pengelolaan Administrasi Lembaga.

Administrasi lembaga adalah kegiatan memberdayakan semua tenaga, biaya, dan fasilitas secara efektif dan efisien untuk menunjang tercapainya sebuah tujuan. Administrasi sangatlah penting dalam mengatur dan meningkatkan serta mengembangkan kinerja majelis taklim untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

(44)

Sumber daya pengurus, ustadzah, dan Jamaah sangat menetukan kegiatan majelis taklim. personel Majelis Taklim dapat dilihat dari latar belakang mereka dan bagaimana track record serta bagaimana personel itu melaksanakan kegiatan Majelis Taklim. semua ini akan mempengaruhi penyelenggaraan Majelis Taklim.

Agar bisa menjalankan administrasi dengan baik,majelis taklim hendaknya memperhatikan dan mengikuti kaidah atau prinsip prinsip sebagai berikut :

1) Administrasi harus praktis ( tidak ruwet ) dan dapat dikerjakan dengan mudah.

2) Administrasi harus bisa berfungsi sebaggai sumber informasi dari seluruh kegiatan majelis taklim

3) Administrasi harus dilaksanakan menurut sistem yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tentunya hal itu supaya masyarakat atau pengurus Majelis Taklim memahami dan menjalankan program pengadministrasian peranan penyluh sangalah penting.

Menurut laporan penamas, koordinator Pelaksana Majelis Taklim. H.j. Aliah.S.Pdi,MM. progam ini yang sering tidak berjalan, dikarenakan sumber daya manusianya sebagai pengelola Majelis tersebut dinilai masih rendah.

(45)

dikarenakan Sumber Daya Manusia dalam organisasi tersebut sangat terbatas,

Menurut Penyuluh mengatakan bahwa Pengurus dan Anggotanya mayoritas Ibu rumah tangga dan lansia, yang hanya mengikuti apa yang sudah menjadi kebiasaan dan budaya yang apa adanya, cukup dengan menghadiri dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh kiai/ustadz/mu’allim/guru, tidak ada keinginan

untuk memajukan organisasi, karena mereka pada umumnya hanya menganggap majelis taklim hanya tempat untuk ibadah, bukan untuk dipaksakan berkembang. Sehingga Majelis Taklim di kota Depok sulit berkembang seperti Majelis Taklim - Majelis Taklim di Kota-Kota Besar lainnya.

e. Penguatan Partisipasi Masyarakat dan Kerjasama.

keterlibatan masyarakat dalam kegiatan majelis taklim bersifat mutlak, karena tiada arti Majelis Taklim tanpa dukungan masyarakat. Hanya saja sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam Majelis Taklim, apakah hanya sekedar sebagai Jamaah, sementara terkait dengan pengambilan kebijakan dan pengelolaan tidak dilibatkan.

(46)

secara langsung dengan proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan kualitas dan untuk mencapai tujuan majelis taklim dalam kerangka pembangunan masyarakat indonesia.

Menurut Penyuluh minimnya kegiatan yang dilakukan Di Majelis Taklim juga mempengaruhi keterlibatan dan penguatan jamaah Majelis Taklim, kedepan memang harus di lakukan kegiatan secara rutin dan di cek perharinya.

f. Pembinaan dan Pengembangan Program.

Pembinaan Majelis Taklim terdiri dari pembinaan struktural dan fungsional.

1) Pembinaan struktural dilakukan oleh pembina yang memiliki hubungan struktural dengan majelis taklim. 2) Pembinaan fungsional dilakukan oleh pihak yang memiliki hubungan fungsional dengan majelis taklim.

2. Pembinaan Kurikulum dan Pembelajaran

Dalam program pembinaan kurikulum dan pembelajaran, di turunkan dalam bentukk program, program itu meliputi:

a. Paradigma keilmuan Majelis Taklim

(47)

katanya, khalifah disini sebagai wakil tuhan, untuk mengurus dan memanfaatkan apa yang ada dimuka bumi.

b. Muatan Kurikulum dan Pembelajaran

Materi atau bahan taklim adalah apa yang hendak diajarkan dalam Majelis Taklim. Dalam hal ini, materi taklim sebagaimana yang berjalan selama ini adalah ajaran islam dengan berbagai aspeknya. Biasanya materi atau bahan taklim sudah tersusun secara sistematis dalam bentuk kurikulum. Adapun, isi kurikulum adalah mata pelajaran, beriku bab dan bahasan yang tertuang didalamnya atau berupa judul atau pokok bahasan berikut sub judul sub pokok bahasan yang terdapat didalamnya.

Secara umum, materi atau bahan taklim dibagi menjadi dua kelompok, yaitu materi yang menyangkut ilmu ilmu agama, dan materi yang menyangkut pengetahuan atau wawasan keagamaan. Materi taklim yang berupa ilmu agama adalah materi yang secara langsung membahas atau membicarakan tentang dasar-dasar atau ajaran tentang suatu ilmu agama seperti tauhid, akidah, syari’ah,

fiqih, tafsir dan akhlak.

(48)

c. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan dalam Majelis Taklim adalah semua bahan bacaan yang mendukung atas suatu pokok bahasan. Bahan bacaan tidak hanya bersumber dari kitab kuning yang biasa digunakan pada lembaga pendidikan pesantren, tetapi juga dapat dikembangkan dari literatur kontemporer. Namun demikian kitab-kitab kuning yang biasa digunakan dipesantren itu hendaknya tetap dijadikan bahan rujukan. Literatur kontemporer sesungguhnya memiliki ruang yang sangat baik. Disamping dapat dijadikan sebagai bahan yang mendukung atas temuan temuan yang berdasarkan ilmu pengetahuan kekinian, juga dapat melengkapi pandangan pandangan alternatif. Oleh karenanya, mualim yang akan mengajar Di Majelis Taklim hendaknya tetap banyak mengakses bahan bahan yang beragam.

d. Metodologi Pembelajaran

(49)

dipertimbangkan terlebih dahulu dalam menentukan metode yang efektif dimajelis adalah :

1) Tujuan yang hendak dicapai oleh Majelis Taklim. 2) Materi yang akan disampaikan

3) Jamaah Majelis Taklim 4) Siuasi dan lingkungan 5) Fasilitas yang dimiliki

6) Kepribadian dan profesionalitas mualim.

Dalam prakteknya, banyak faktor yang menyebabkan mualim (pengajar) tidak selalu bisa menggunakan metode yang tepat. Faktor itu biasanya berupa situasi dan kondisi para Jamaah taklim. Sehingga mualim terpaksa menggunakan metode alternatif sesuai kondisi Jamaah saat itu. Begitu juga dalam satu kali pertemuan mualim tidak selalu menggunakan satu metode, tetapi bisa digunakan lebih dari satu metode sekaligus.

Dari sekian banyak metode, metode ceramah merupakan metode taklim yang paling membudaya dan dipraktekan oleh hampir semua majelis taklim yang ada. Berikut ini adalah beberapa metode yang sering digunakan dalam penyampaian materi taklim dimajelis taklim saat ini.

(50)

Metode diskusi adalah pembahasan suatu masalah melalui jalan diskusi melibatkan seluruh jamaah baik dari penyampaian masalah, pembahsan masalah, hingga solusi atu jawaban dari masalah yang muncul.

e. Sistem Evaluasi Pembelajaran

Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan kegiatan majelis taklim, perlu dilakukan penilaian ataupun evaluasi. Penilaian tidak saja dilakukan terhadap pengajaran (taklim), tetapi juga terhadap layanan atau penyelenggaraan. Penilaian yang baik dimulai dari penentuan terlebih dahulu kriteria keberhasilan. Kriteria keberhasilan sebaiknya disusun ketika memulai membuat perencanaan. Semakin banyak kriteria keberhasilan yang dimiliki, semakin besar pula tingkat keberhasilan yang dicapai, baik dalam pengajaran maupun dalam pelayanan majelis taklim.

Bagi majelis taklim, adanya penilaian ataupun evaluasi tersebut memiliki setidaknya dua keuntungan, yaitu :

1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai

2. Untuk memperbaiki program atau tata kerja. Hasil penilaian tidak untuk mencari kesalahan atau perdebatan, tetapi untuk perbaikan.20

20

(51)

3. Pembinaan Tenaga/Ustadz dan ketenagaan Jamaah.

Guru merupakan komponen utama sekalligus ujung tombak dunia pendidikan, termasuk dalam pendidikan keagamaan majelis taklim. Dalam pendidikan islam terdapat satu konsep yang menyatakan : “al-madat khoir min al-thariqat, wa khair al a-madat al-mu’allim”, atau materi itu lebih dipentingkan dari pada metode, dan sebaik baiknya materi adalah guru. Dengan kata lain, sebaik apapun materi maupun metode belajar, tetap ditentukan dengan keberadaan guru yang mengajarkan materi dengan metode yang baik. Oleh sebab itu kiai, ustadz, mu’allim dan guru majelis taklim bukan semata mata berperan sebagai pentransfer ilmu namun juga pembimbing pada Jamaah majelis taklim. Untuk menunjang keberhasilan peran kiai, ustadz, mu’allim dan guru majelis taklim dalam membimbing Jamaah nya itu sepantasnya pada diri mereka terpenuhi kompetensi kompetensi berikut ini :

a. Kompetensi Pedagogik

Adalah kemapuan mendidik dan mengelola taklim dimasyarakat yang meliputi : pemahaman terhadap peserta atau Jamaah, merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mengevaluasi hasil belajar, mendorong Jamaah untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pernyataan ini merupakan kaidah umum kompetensi pedagogik.

b. Kompetensi Kepribadian

(52)

berakhlakul karimah, serta bisa menjadi teladan bagi masyarakat. Pernyataan ini merupakan kaidah umum kompetensi kepribadian

c. Kompetensi Sosial

Adalah kemampuan kiai, ustadz, mu’allim dan guru majelis taklim

dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan Jamaah, dan masyarakat luas. Pernyataan ini merupakan kaidah umum kompetensi sosial.

d. Kompetensi Profesional

Adalah kemampuan kiai, ustadz, mu’allim dan guru Majelis Taklim dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkannya untuk membimbing Jamaah menjadi manusia seutuhnya yang soleh pribadinya dan soleh sosialnya. Pernyataan ini merupakan kaidah umum kompetensi profesional.21

Dalam pelaksanaan tindakan PENAMAS guna mengembangkan majelis taklim, ada program yang belum terlaksana dan ingin di wujudkan oeh penamas adalah, mengadakan pelatihan manajemen Majelis Taklim secara rutin setiap bulan, yang terdiri dari; pengelola Majelis Taklim sebagai peserta, para penyuluh dan orang-orang ahli di bidang manajemen majelis taklim sebagai pengisi materi. Kegiatan ini belum terlaksana dikarenakan dana yang belum memadai.

Program umum penamas dalam pengembangan Majelis Taklim, secara garis besar ada tiga hal pokok yaitu pembinaan kelembagaan (dalam hal ini

21

(53)

Majelis Taklim), pembinaan kurikulum dan pembinaan ketenagaan (Pengajar Ustadz Dan Jamaah).

Dalam program pengembangan Majelis Taklim PENAMAS mempunyai tugas yang meliputi 6 daerah yaitu: Kecamatan sukmajaya, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Beji, Kecamatan Limo. untuk mewujudkan tugas tersebut maka perlu adanya program konkrit.

Untuk menjalankan program-program tersebut diatas, maka PENAMAS menyiapkan tenaga-tenaga untuk memberi penyuluhan-penyuluhan tentang pembangunan Majelis Taklim, secara garis besar program tersebut adalah pembinaan, yang kemudian pembinaan tersebut di konkritkan dalam hal pembinaan kelembagaan, pembinaan kurikulum dan pembelajaran serta pembinaan ketenagaa, santri maupun jamaah Majelis Taklim.

Untuk mengintensifkan dan memaksimalkan peranannya dalam pengembangan Majelis Taklim Di Kota Depok, PENAMAS merekruit tenaga-tenaga penyuluh Pendidikan Agama Islam, perekrutan tersebut melalui prosedur sebagai berikut:

1. Kantor Kementrian Agama mengusulkan calon penyuluh Agama Islam pada tingkat provinsi kepada kanwil Depag Provinsi Jawa Barat berdasarkan kemampuan dan ilmu pengetahuanya maupun karena keteladan dalam pengamalan kagamaan sesuai kreteria.

(54)

wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan bimbingan dan penyuluhan agama dan pembangunan kepada masyarakat melallui bahasa agam, sedangkan tugas penyuluh Agama Honorer adalah membimbing umat beragama Islam dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Penyuluh agama honorer terdiri dari penyuluh Agama Muda, Madya dan Utama. Sumber: laporan kegiatan PENAMAS tahun 2010. (Sumber:Pedoman dan Petunjuk Tekhnik Penyuluh Agama Islam, yang diterbitkan oleh Kementrian Agama Kota Depok)

Dalam kurun waktu tahun 2006 sampai 2010 Jumlah penyuluh Agama PENAMAS Kementrian Agama Kota Depok terdapat 293 tenaga penyuluh, rinciannya sebagai berikut:

1. Jumlah penyuluh Agama berdasarkan status kepegawaian dan jenis kelamin

Penyuluh PNS

Non PNS /Penyuluh agama

honorer (PAH)

Islam Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

12 5 17 76 52 128

Jumlah 12 5 17 76 53 128

2. Jumlah penyuluh Agama PNS berdasarkan kualifikasi pendidikan

No Agama Kwalifikasi Pendidikan Jumlah

1 Islam SLTA D1 D2 D3 S1 S2 S3 17

- - - 1 16 - -

(55)

3. Jumlah penyuluh Agama Non-PNS atau penyuluh honorer berdasarkan kualifikasi pendidikan

No Agama Kwalifikasi pendidikan Jumlah

1 Islam SLTA D1 D2 D3 S1

S2

S3

- - - 4 88 - -

0 0 0 4 88 0 0 112

Sumber: Laporan Tahunan PENAMAS

Selain kelasifikasi berdasarkan kwalitas pendidikan dan jenis kelamin. terdapat kategori penyuluh agama yang bertugas terjun langsung ke Majelis Taklim, penyuluh itu sendiri dibagi menjadi tiga ketegori, yaitu:

1. Penyuluh Agama Utama. 2. Penyuluh Agama Muda. 3. Penyuluh Agama Madya.

Masing-masing penyuluh tadi memiliki kegiatan yang bervariasi, diantaranya :

a. Penyuluh agama utama memiliki tugas, diataranya adalah:

1. Mengelola data identifikasi potensi wilayah atau kelompok sasaran.

2. Menyusun rencana kerja operasional.

(56)

4. Mendiskusikan konsep materi atau penyuluhan sebagai penyaji.

5. Merumuskan materi bimbingan atau penyuluhan.

6. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka pada kelompok masyarakat perkotaan.

7. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok binaan khusus.

8. Menyusun instrumen pemantauan hasil pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan.

9. Menyusun instrumen evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan.

10. Mengumpulkan data pemantauan/evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan.

11. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan.

12. Melaksanakan konsultasi secara perorangan. 13. Melaksanakan konsultasi secara kelompok.

14. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok. 15. Menyusun konsep petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis

bimbingan atau penyuluhan.

(57)

17. Merumuskan petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis bimbingan atau penyuluhan.

18. Menyiapkan danmengolah bahan/data/informasi tentang kajian arah kebijkasanaan pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan

Menurut salah satu penyuluh utama yang bernama Siti Barkah Hasanah S, Ag, yang diwawancarai pada Jum’at 22 April 2011 pukul 14.00 – 16.00 WIB beliau mengatakan bahwa :

“Ada beberapa tugas aya sebagai penyuluh,tugas itu diantaranya:

1. Menyusun rencana kerja

2. Menyiapkan materi bimbingan/penyuluhan 3. Mengidentifikasi wilayah binaan,

4. Menyusun hasil pemantauan melalui laporan yang diberikan penyuluh honorer.

5. Melakukan konsultasi kepada PAH (Penyuluh Agama Honorer) yang berada dibawah binaan saya.”

b. Penyuluh agama muda memiliki tugas, diantaranya adalah:

1. Menyusun instrumen pengumpulan data potensi wilayah atau kelompok sasa'ran.

2. Menganalisa data potensi wilayah atau kelompok sasaran. 3. Menyusun rencana kerja tahunan.

(58)

5. Mendiskusikan konsep program sebagai pembahas. 6. Menyusun desain materi bimbingan atau penyuluhan. 7. Menyusun konsep tertulis materi bimbingan atau

penyuluhan dalam bentuk naskah.

8. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk leaflet.

9. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentu slide.

10. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan, dalam bentuk booklet.

11. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk rekaman/kasset.

12. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk rekaman video/film.

13. Mendiskusikan konsep materi bimbingan ataupenyuluhan dalam bentuk penyaji.

14. Merumuskan materi bimbingan atau penyuluhan.

15. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok generasi muda.

16. Melaksanakan bimbingan/penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok LPM.

(59)

18. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui pentas-entas pertunjukan sebagai sutradara.

19. Mengolah dan menganalisa data hasil pemantauan / evaluasi pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan.

20. Menurunkan hasil pemantauan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan.

21. Menyusun laporan mingguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan.

22. Melaksanakan konsultasi secara perorangan. 23. Melaksanakan konsultasi secara kelompok.

24. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan / kelompok. 25. Mengumpulkan bahan untuk penyusunan pedoman

bimbingan atau penyuluhan.

26. Mengolah dan menganalisa data bahan penyusunan pedoman bimbingan atau penyuluhan.

27. Mendiskusikan konsep pedoman bimbingan atau penyuluhan sebagai penyaji.

28. Mendiskusikan konsep pedoman bimbingan atau penyuluhan sebagai penyaji.

(60)

30. Menyiapkan dan mengolah bahan/ data/ informasi tentang pembangunan metode bimbingan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan.

31. Menyiapkan dan mengolah bahan/data/informasi tentang pengembangan metode bimbingan atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan.

Sumber : Pedoman Jutlak Jutnis pengembangan Majelis Taklim 2010

Menurut penyuluh muda yang bernama Muniyatull Fadiyah S.Sos.I mengatakan mengenai tugas penyuluh muda sebenarnya lumayan banyak, yang saya aplikasikan di lapangan baru beberapa point saja, misalnya; Penyusunan dan pengumpulan data potensi wilayah atau kelompok sasaran, jadi saya harus menentukan dulu, Majelis Taklim mana saja yang menjadi wadah untuk saya menyampaikan materi dan segala sesuatunya.

Setelah itu, saya harus mempelajari Majelis Taklim tersebut, baik itu kebiasaan masyarakatnya, kegiatan Majelis Taklimnya, dan lain sebagainya.

Membuat program kerja tahunan, itu wajib tuh neng!! Membuat susunan Materi bimbingan atau penyuluhan.

(61)

Menanyakan kepada jamaah bagaimana ustd. A atau ustd. B dalam menyampaikan materi dan lain-lain, supaya saya dapat menyampaikan keluhan maupun apresiasi jamaah.

Kaderisasi neng, nah itu yang sekarang sedang teteh galakkan di depok, kaderisasi anak2 muda yang berbakat, berpendidikan, dan islami pastinya. Supaya bisa meneruskan perjuangan dakwah kami.

Pendekatan kepada LPM itu penting neng, biarpun sekedar tegur sapa, atau bahkan diskusi bersama, karna LPM lah, pengelola & pelaksana masyarakat itu sendiri.

Masih banyak lagi neng tugas penyuluh, yang jelas, yang tadi teteh sebutkan itu tidak boleh di tinggalkan, supaya masyarakat terkontrol. c. Penyuluh Agama Madya memiliki tugas diantaranya adalah:

1. Merumuskan monografi potensi wilayah atau kelompok sasaran.

2. Menyususun rencana kerja tahunan. 3. Menyusun rencana kerja operasional.

4. Mendiskusikan konsep program sebagai narasumber.

5. Menyusun konsep materi bimbingan atau penyuluhan dalam bentuk naskah.

6. Mendiskusikan konsep materi bimbingan penyuluhan sebagai penyaji.

(62)

8. Mendiskusikan konsep materi bimbingan atau penyuluhan sebagai narasumber.

9. Merumuskan materi bimbingan atau penyuluhan.

10. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka pada kelompok cendikiawan.

11. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui media televisi.

12. Menyusun laporan minggguan pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan.

13. Melaksanakan konsultasi secara perorangan. 14. Melaksanakankonsultasi secara kelompok.

15. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/kelompok. 16. Menyusun konsep pedoman bimbingan atau penyuluhan. 17. Mendiskusikan konsep pedoman bimbingan atau

penyuluhan sebagai pembahas.

18. Mendiskusikan pedoman bimbingan atau penyuluhan sebagai narasumber.

19. Merumuskan pedoman bimbingan atau penyuluhan.

20. Mendiskusikan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bimbingan atau penyuluhan sebagai narasumber.

(63)

22. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan kajian arah kebijakan pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan.

23. Menyusun kerangka acuan tentang kajian arah kebijakan pengembangan bimbingan atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan.

24. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan kajian arah kebijakan pengmbangan bimbingan atau penyluhan yang bersifat pembaharuan.

25. Menyusun kerangka acuan tentang kajian arah kebijaksanaan pengembangan metode atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan.

26. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan pengembangan atau penyuluhan yang bersifat penyempurnaan.

27. Menyusun kerangka acuan pengembangan metode bimbingan atau penyuluhan yang berifat penyempurnaan. 28. Menganalisis data dan informasi dan merumuskan

pengembangan atau penyuluhan yang bersifat pembaharuan.

(64)

30. Menysusn tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan yang bersumber dari hadits.

31. Menyusun tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan yang bersumber dari kitab keagamaan.

32. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilimiyah di bidang penyuluhan agama.

(65)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Peran Pendidikan Agama pada Masyarakat (PENAMAS) Kementrian

Agama Kota Depok Dalam Pengembangan Majelis Taklim

Seperti yang dijelaskan david berry bahwa peran merupakan seperangkat harapan harapan yang dikenakan pada individu menempati kedudukan tertentu baik secara individu maupaun lembaga, dengan harapan memberi imbangan imbangan dari norma norma sosial dan mengimbangi adanya unevent development atau pengembangan yang tidak merata.

Ukuran dari peran terwujud dari beberapa kegiatan yang dilakkukan sehingga peran tersebut akan terlihat jelas apa saja perannya dan sejauh mana peran tersebut, Peran PENAMAS dalam pengembangan Majelis Taklim di kota depok di ukur dari beberapa kegiatannya dan capaian yang di perolehnya.

1. Pembinaan Majelis Taklim

Dalam pembinaan ini diturunkan dalam beberapa program yang lebih konkrit seperti:

a. Pendirian Majelis Taklim.

Gambar

Gambar 1 Tentang

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan masalah anggaran Kabid Kependudukan menagatakan bahvva untuk pernah menyatakan bah\va optimalisasi fungsi penganggaran sangat diperlukan demi tern ujudnya

Fitaloka studio belum mengimplementasikan Standar Akuntansi Keuangan pada laporan keuangannya, dimana UMKM ini hanya mencatat kas masuk dan keluar yang sangat sederhana

Sektor ekonomi di kecamatan Kedungbanteng yang dapat bersaing dengan baik dengan sektor ekonomi yang sama pada wilayah lainnya adalah sektor industri, listrik gas dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen program keagamaan rohis di Sekolah Menengah Atas (SMA) unggulan Palembang ketiga sekolah melakukan perencanaan di awal

Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Ariananda (2015) tentang stigma masyarakat terhadap penderita skizofrenia menghasilkan 5 tema, yaitu masyarakat menggambarkan

Sengketa Kewenangan Antara Lembaga Negara Yang Diatur Dalam UUD 1945 Dengan Lem- baga Negara Yang Diatur Dalam UU Atau PP Atau Perpres (Kep- pres) Atau Antar Lembaga Negara

wallichii memiliki persentase hidup di lapangan relatif rendah dengan yaitu 63 %, akan tetapi jenis ini memiliki pertumbuhan diameter yang paling tinggi dari 10 jenis tanaman yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris pengaruh Corporate Governance terhadap Return on Assets melalui Konservatisme Akuntansi pada perusahaan