ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
Skripsi
Oleh :
NURLIA ALDILARACHMA 104081002582
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh :
Nurlia Aldilarachma NIM: 104081002582
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP: 150 317 955 NIP: 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh :
Nurlia Aldilarachma NIM: 104081002582
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP: 150 317 955 NIP: 150 368 746
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP: 131 474 891
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Kamis Tanggal 07 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Nurlia Aldilarachma NIM:
104081002582 dengan judul Skripsi ”ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MAB Ketua Sekretaris
Daftar Riwayat Hidup
PERSONAL
Nama Nurlia Aldilarachma
Alamat Komp. Puri Dewata Indah Blok. E3 No. 4
Cipondoh – Tangerang 15141
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 19 November 1986
Agama Islam
Status Belum kawin
Phone 021-5540950 / 085691540095
Email aldilarachma@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2004-2008
SMUN 2 Tangerang : 2001-2004
SLTPN 1 Tangeranag : 1998-2001
SDN Poris Plawad 3, Cipondoh - Tangerang TK. Tunas Cempaka Sari, Sukapura - Jakarta Utara
: :
1992-1998 1990-1992 PENGALAMAN ORGANISASI
Ketua Radio Sekolah SMUN 2 Tangerang
Staff Div. Keuangan Simpanan KOPMA UIN Jakarta Div. Keuangan Simpanan KOPMA UIN Jakarta
Ang. Div. Litbang BEM Fakultas Ekonomi UIN Jakarta Kabid. PSDA KOPMA UIN Jakarta
Magang Pada Divisi Marketing and Promotion PT. Garuda Indonesia
ABSTRACK
The aim of this research is to examine corporate performance’s characteristic that executing merger and acquisition that’s figured by financial ratio. Liquidity ratio, activity ratio, leverage and profitabiity is the financial ratio which is used in this research (Payamta, 2004).
This research is using firm sample that executing merger and acquisition during 1999-2005 by purposive sampling method and firm that doesn’t execute merger and acquisition by matched pair method. Financial statement is got from IDX and the list of the firm that executing merger and acquisition is got from BAPEPAM.
The method that’s used to see the difference of corporate performance between before and after executing merger and acquisition is Wilcoxon Signed Rank Test, while to see the difference of corporate performance between the firm that executing merger and acquisition and the firm that doesn’t is using Mann-Whitney Test and Independent Test, and to examine financial ratio benefit hypothesis is using logistic regression method.
The result of this research show that there’s no significant difference of corporate performance between before and after merger and acquisition and between the firm that executing merger and acquisition and the firm that doesn’t, and the last this research find out that on the whole the characteristic of the firm that executing merger and acquisition can be measured by financial ratio. There’s no difference on ratio that is used between the firm that execuitng merger an acqusition and the firm that doesn’t.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji karateristik kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Rasio keuangan yang digunakan dalam peneitian ini adalah rasio keungan yang digunakan oleh Payamta (2004) meliputi rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabiltas.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada periode 1999-2005 dengan metode purposive sampling dan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dengan metode matched pair. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, sedangkan daftar perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi diperoleh dari Badan Pengawas Pasar Modal.
Metode yang digunakan untuk melihat perbedaan antara sebelum dan sesudah perusahaan tersebut melakukan merger dan akuisisi adalah Uji Wilcoxon Signed Rank Test, sedangkan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akusisi adalah Uji Mann-Whitney Test dan Uji Independent Test, dan untuk menguji hipotesis manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi digunakan metode regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi, begitu pula dengan penelitian yang menggunakan metode regresi logistik bahwa secara keseluruhan karateristik perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio-rasio yang digunakan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Kata Kunci : Rasio Keuangan, Merger dan Akusisi, Uji Wilcoxon Signed Rank Test, Uji Mann-Whitney Test, Uji Independent Test, Regresi Logistik.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji hanya milik Allah dan kepada-Nyalah tempat memohon pertolongan serta ampunan. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah yang tiada sekutu-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulnya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah padanya dan keluarganya, sahabatnya juga kepada para pengikutnya yang baik hingga akhir kelak.
Dipenghujung sapa ini, dilembar yang berharga ini dengan segala kerendahan hati dan kebesaran jiwa, izinkan saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang Allah anugrahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terwujud dan terselesaikan :
1. Kedua orang tua ku, Ayahanda Ali Mahmudi, SE dan Ibunda Nurbaety tercinta yang telah memberikan segala dorongan mental, Spiritual, perhatian dan kasih sayang serta tak pernah putus mendoakan ananda dalam menggapai cita dan kebahagiaan. Kedua adikku tersayang Billy Yanuardi dan Nurma Gusnita yang telah memberikan semangat dan dorongannya.
2. Bapak Prof. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang baru semoga dapat membuat fakultas ini menjadi jauh lebih berkembang daripada saat ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku ketua jurusan manajemen dan selaku pembimbing 1 dan Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku pembimbing 2, yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen penguji kompre Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, Bapak Prof. Abdul Hamid, MS dan Bapak Indo Yama Nasarudin SE, MAB, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran selama ujian.
5. Seluruh dosen FEIS yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang luas kepada penulis selama perkuliahan.
7. Santi, Titi, Novi, Tiar, Reni, Harni, Citra, Lista, Niar, Nanin, Prita, Lilik, Syarifah, Chika, Rahman, Dodo, Dede, Didi, Fauzi, Wildan, Deden, Yayan, Yunus, Fadli, Caesar n khususnya Vandy,, Makacih yach buat semangat, perhatian, bantuan dan doa nya selama ini dan selama gw nyusun skripsi ini.. Gw ceneng banget bisa kenal n jadi teman lo’ smua,,keep contact yach friend...
8. Semua teman-teman ku tersayang di Kost LCW n’ LCI (Suliz, As3, Hon2, Sancil, Desi, Vea, Elin, Emma, Osa, Selly, Hilda, Ulfah, Endah, Biah n K’Uus ), Mnj Keu B’07 dan KOPMA UIN ’04-’08 (Miftah, Hendro, Ceu2, Tia, Siti, Mira, Anton, Hadi, K’Windy, K’Fahru, K’Agus n temen2 kopma yg lain, maaf y g bs ditulis smua) yang telah memberikan warna dalam hidup ku hingga saat ini, semoga pertemanan ini tidak akan pernah berakhir...
9. Terakhir, buat yang selalu menanyakan ”gimana skripsinya?” dan selalu mendoakan ”semoga cepet lulus!”, terima kasih ya...
Akhir kata, mohon maaf kepada seluruh pembaca bila penulisan skripsi ini jauh dari rasa memuaskan. Namun, penulis dengan segala keterbatasan hanya bisa berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin...
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, Desember 2008
DAFTAR ISI
D. Teknik Pengambilalihan ... 18
E. Alasan yang Melatarbelakangi Merger dan Akuisisi ... 19
F. Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi ... 21
G. Analisis Kinerja Keuangan ... 23
H. Penelitian Terdahulu ... 29
I. Kerangka Pemikiran ... 33
J. Perumusan Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 39
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39
B. Metode Penentuan Sampel ... 39
C. Metode Pengumpulan Data ... 43
D. Metode Analisis Data ... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ... 56
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63
B. Sejarah Merger dan Akuisisi ... 65
C. Analisis Statistik Deskriptif ... 66
D. Analisis Hipotesis Pertama ... 73
E. Analisis Hipotesis Kedua ... 80
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 95
A. Kesimpulan ... 95
B. Implikasi ... 96
C. Keterbatasan dan Saran Penelitian ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
DAFTAR TABEL
No. TABEL HALAMAN
3.1 Proses pemilihan sampel ... 41
3.2 Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi ... 42
3.3 Perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi ... 42
4.1 Deskripsi data sampel penelitian sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi ... 67
4.2 Deskripsi data sampel penelitian perusahaan yang melakukan dan tidak melakukan merger dan akuisisi ... 70
4.3 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi ... 75
4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi ... 76
4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi ... 78
4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi ... 79
4.7 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Semirnov Test ... 82
4.8 Hasil Uji Mann-whitney Test ... 84
4.9 Hasil Uji Independent Sample Test ... 84
4.10 Hasil Uji Hipotesis 2 ... 85
DAFTAR GAMBAR
NO. GAMBAR HALAMAN
2.1 Kerangka pemikiran hipotesis 1 ... 36 2.2 Kerangkan pemikiran hipotesis 2 dan hipotesis 3 ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi Lampiran 2 : Peruhasaan yang Tidak Melakukan Merger dan Akuisisi Lampiran 3 : Daftar Rasio Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan
Akuisisi
Lampiran 4 : Daftar Rasio Keuangan yang Melakukan dan Tidak Melakukan Merger dan Akuisisi
Lampiran 5 : Hasil SPSS Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Lampiran 6 : Hasil SPSS Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Lampiran 7 : Hasil SPSS Uji Independent Sample Test Lampiran 8 : Hasil SPSS Uji Mann-Whitney Test
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha antar perusahaan-perusahaan
yang ada semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu
mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau bahkan
berkembang lebih besar. Perusahaan dituntut untuk dapat memanfatkan
sumber daya yang tersedia seefektif dan seefisien mungkin agar dapat
mempertahankan ekssistensi dan meningkatkan kinerja perusahaannya di
dalam persaingan usaha yang semakin ketat itu. Seiring dengan derasnya
derap globalisasi saat ini, dimana aktivitas ekonomi tidak hanya terbatas pada
lingkungan domestik tetapi juga lingkungan internasional. Gejolak ekonomi
yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja
perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.
Persaingan lingkungan bisnis yang semakin kompetitif membuat
perusahaan saling bersaing untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan perusahaannya, dan hanya perusahaan yang memiliki keunggulan
bersainglah (Competitive Advantage) yang bisa bertahan. Agar perusahaan
dapat berhasil dan sukses menghadapi persaingan maka perusahaan harus
memiliki strategi yang tepat dan menguntungkan. Salah satu usaha untuk
menjadi perusahaan-perusahaan yang besar dan kuat dapat melalui ekspansi.
yaitu dengan menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi,
menambah divisi baru ataupun terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam
perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting. Sedangkan ekspansi eksternal yaitu dengan mengembangkan perusahaan yang
telah ada ataupun membeli perusahaan yang telah ada.
Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah untuk
memperoleh sinergi, strategic opportunities, meningkatkan efektifitas dan
mengeksploitasi mispricing di pasar modal (Foster, 1994 dalam Payamta, 2004). Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah
mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Keputusan untuk merger dan akuisisi
bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat tetapi merger dan
akuisisi harus menjadikan dua ditambah dua menjad lima. Nilai tambah yang
dimaksud tersebut lebih bersifat jangka panjang dibanding nilai tambah yang
hanya bersifat sementara saja. Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu
merger dan akuisisi tidak bisa dilihat beberapa saat setelah merger dan akuisisi
terjadi, tetapi diperlukan waktu yang relatif panjang. Sinergi yang terjadi
sebagai akibat penggabungan usaha bisa berupa turunnya biaya rata-rata per
unit karena naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa
kenaikan modal.
Keputusan merger dan akuisisi selain membawa manfaat juga tidak
terlepas dari permasalahan (Suta, 1992 dalam Payamta, 2004), diantaranya
biaya untuk melaksanakan merger dan akuisisi sangat mahal, dan hasilnya pun
akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan
dari acquiring company apabila stukturisasi dari akuisisi melibatkan cara
pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman. Permasalahan yang lain adalah
kemungkinan adanya corporate culture, sehingga berpengaruh pada sumber
daya manusia yang akan dipekerjakan. Jemison dan Sitkin dalam Aminul
Amin (2000) mengungkapkan bahwa kinerja merger dan akuisisi yang
mengecewakan muncul dari tidak adanya perhatian yang cukup sebelum
merger dan akuisisi terhadap masalah perencanaan integrasi pasca merger dan
akuisisi karena tekanan untuk deal secepatnya. Selain itu sering kali
perusahaan pengakuisisi tidak cukup tahu tentang potensi perusahaan yang
dibeli (acquiring firm).
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di
Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan
akuisisi semakin banyak dilakukan. Di Indonesia isu merger dan akuisisi
hangat dibicarakan baik oleh para pengamat ekonomi, ilmuan, maupun
praktisi bisnis sejak tahun 1990-an. Pada periode 1989-1992 saja telah terjadi
32 kasus merger dan akuisisi terhadap 79 perusahaan (Santoso, 1992) dalam
Payamta (2004). Pada dasarnya merger dan akuisisi merupakan upaya
restrukturisasi perusahaan serta dimaksudkan untuk memperoleh manfaat dan
sinergi dalam permodalan, manajemen, teknologi, sumber-sumber daya, dan
Lebih lanjut Kwik Kian Gie (1992:13) dalam Payamta (2000)
mengemukakan bahwa manfaat merger dan akuisisi adalah komplementaris,
pooling kekuatan, mengurangi persaingan dan menyelamatkan perusahaan
dari kebangkrutan. Strategi merger dan akuisisi dipandang sebagai salah satu
alternatif yang dapat memacu pertumbuhan bisnis perusahaan / kelompok
usaha secara signifikan, alasan lain yang paling sering dikemukakan disini
adalah bahwa merger dan akuisisi lebih efisien dibandingkan harus
membangun unit bisnis sendiri.
Penelitian mengenai merjer dan akuisisi di Indonesia pertama kali
dilakukan oleh Alimin yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
merger di Indonesia (1993:28), yaitu: peningkatan skala ekonomi,
pengamanan bahan baku, perluasan pasar, penghematan pajak, pemanfaatan
kapasitas hutang, peningkatan laba dan pengurangan persaingan. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa semua faktor tersebut signifikan kecuali
faktor pengamanan bahan baku dan pemanfaatan kapasitas hutang. Penelitian
lain yang dilakukan di Indonesia antara lain oleh Sutrisno (1998) yang
didukung oleh pendapat Gurendrawati dan Sudibyo (1999) dalam Windarti
(2002) dengan menghitung rata-rata volume perdagangan saham pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menggunakan metode
purchase dan pooling of interest. Yuyatmoko dan Na’im (2000) dalam
Windarti (2002) melakukan studi tentang pengaruh akuisisi terhadap
perubahan return saham dan kinerja perusahaan publik. Payamta (2001) dalam
sesudah melakukan merger dan akuisisi. Kustiawan (2001) dalam Windarti
(2002) meneliti tentang pengaruh metode pembayaran dalam bentuk kas dan
saham terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
Selain itu banyak penelitian telah dilakukan untuk menginvestasikan
pengaruh merger terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu
konsisten. Caves (1989) dalam Payamta (2004) menemukan bahwa merger
dan takeover berpengaruh positif terhadap efisiensi ekonomi, karena adanya sinergi dan perubahan terhadap kontrol perusahaan dan pangsa pasarnya.
Penelitian Caves (1989) dalam Payamta (2004) dikonfirmasi oleh Berkowitch
dan Narayanan (1993), Eun, Kolodny dan Scheraga (1996) dan Zhang (1998)
yang juga menunjukkan merger dan akuisisi berpengaruh positif terhadap
shareholder perusahaan bidder dan target. Yudyatmoko dan Na’im (2000) dalam Payamta (2004) menunjukkan merger dan akuisisi tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang
dilakukan, kita dapat melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangan. Beberapa penelitian mengenai
pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan di Indonesia
diantaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja
keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio
keuangan dan return saham di sekitar peristiwa terjadi. Hasil penelitiannya
merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan
abnormal return saham sebelum pengumuman merger dan akuisisi positif,
namun setelah pengumuman merger dan akuisisi justru negatif. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widjanarko (2006) yang
menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari kinerja keuangan
perusahaan yang diproksikan dari rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi.
Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran
kas perusahaan dan informasi lainya yang berkaitan dengan laporan keuangan
dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dengan melakukan analisis
laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan
(Zainudin dan Hartono, 1999) dalam Windarti (2002). Mahfoedz (1994) dalam
Windarti (2002) menyatakan bahwa di Indonesia rasio keuangan bermanfaat
untuk mengevaluasi kinerja perusahaan yang diatur oleh pemerintah, dan dari
sudut pandang eksternal rasio keuangan digunakan untuk memutuskan apakah
membeli saham perusahaan, memberikan pinjaman berupa kas atau untuk
memprediksi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
Rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja secara umum
terbagi dalam empat kategori yaitu: (1) rasio likuiditas, (2) rasio aktivitas, (3)
rasio leverage dan (4) rasio profitabilitas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Pada kinerja perusahaan yang
dampak marginal yang positif (Theodossiou, 1996) dalam Windarti (2002)
artinya bahwa pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
diharapkan dapat memenuhi kewajiban jangka pendek. Palepu (1986) dalam
Windarti (2002) memperoleh hasil yang sebaliknya, dengan menggunakan
model logit rasio likuiditas menunjukkan hasil yang negatif dan tidak
signifikan. Sebaliknya Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) menguji antara
persahaan yang melakukan merger, perusahaan target dan perusahaan non
merger menunjukkan rasio likuiditas yang positif tetapi tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan dari ketiganya. Payamta (2001) melakukan
pengujian dengan menggunakan rasio likuiditas yang berupa current ratio dan quick ratio pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, hasilnya menunjukkan bahwa current ratio satu tahun sesudah melakukan merjer dan
akuisisi hasilnya berbeda dengan current ratio satu tahun sebelumnya.
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana efektivitas penggunaan aktiva dengan melihat tingkat aktivitas aktiva
tersebut. Rasio aktivitas sering diproksikan dengan turnover ratio. Rasio ini menunjukkan hasil yang positif pada perusahaan yang melakukan akuisisi
(Theodossiou et.al, 1996) dalam Windarti (2002) artinya bahwa perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi akan lebih efektif dalam memanfaatkan
aktiva tetapnya. Hasil penelitian Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) juga
menunjukkan hubungan yang positif antara perusahaan pengakuisisi,
perusahaan target dan perusahaan yang tidak melakukan merger tetapi tidak
sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan rasio total asset turnover dan fixed asset turnover memberikan indikasi berbeda tetapi
sifatnya hanya temporer dan tidak konsisten, karena pada pengujian
selanjutnya dengan menggunakan uji manova hasilnya tidak signifikan.
Rasio leverage menggambarkan sruktur modal perusahaan yang
berhubungan dengan gabungan antara debt-equity, dimana perusahaan yang menggunakan utang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage.
Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusaahan akan
semakin tinggi beban tetapnya. Financial leverage diharapkan mempunyai
dampak marginal uang negatif pada perusahaan yang melakukan akuisisi,
karena perusahaan pengakuisisi dengan tingkat leverage yang tinggi akan meningkatkan debt ratio perusahaan pengakuisisi melebihi struktur modal
optimal yang dihasilkan pada saat nilai pasar menurun (Theodossiou et.al,
1996) dalam Windarti (2002). Penelitian Sorensen (2000) dalam Windarti
(2002) juga menunjukkan hasil yang positif signifikan, dan meningkatnya
leverage dihubungkan dengan tingginya kinerja abnormal setelah melakukan merger dan financial leverage antara perusahaan yang melakukan merger
berbeda dengan perusahaan yang tidak melakukan merger. Penelitian yang
dilakukan di Indonesia berkaitan dengan financial leverage antara lain
dilakukan oleh Yudyamoko dan Na’im (2000) dalam Windarti (2002) menguji
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan laba
(keuntungan). Semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan maka semakin
tinggi rasio profitabilitas. Menurut foster (1986) dalam Windarti (2002) ada
tiga rasio yang diilustrasikan dalam rasio profitabilitas yaitu profit margin, return on equity (ROE), return on asset / investment (ROA/ROE). ROE merupakan proksi dari kinerja manajerial. Rasio ini diharapkan mempunyai
hubungan yang positif pada perusahaan yang melakukan akuisisi artinya
bahwa rasio net income to fixed assets semakin tinggi maka pada perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi akan mendapakan laba yang lebih tinggi
(Theodossiou et.al, 1996) dalam Windarti (2002), hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian Sorensen (2000). Hasil penelitian Payamta (2001)
menunjukkan bahwa ROI dan ROE memberikan indikasi yang berbeda untuk
tahun sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi, namun perbedaan
tersebut sifatnya hanya temporer dan tidak signifikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini akan menganalisis
kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi yang diproksikan
dengan empat rasio keuangan yang digunakan oleh Payamta (2004) yaitu rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Sebagai
pembanding terhadap kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
maka dalam penelitian ini akan digunakan sampel pembanding yaitu
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah dengan maksud agar
hasil yang dicapai akan memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penggabungan perusahaan dalam penelitian ini terbatas pada
penggabungan usaha jenis merger dan akuisisi.
2. Ukuran kinerja keuangan perusahaan publik digambarkan oleh Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Fixed Asset Turn Over (FATO), Total Asset Turn Over (TATO), Debt to Total Asset Ratio (DTAR), Debt to Equity Ratio (DTER), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin
(NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE).
3. Perusahaan-perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan publik dan melakukan merger dan akusisi pada
periode 1999-2005 dan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi sebagai perusahaan pembanding.
4. Data keuangan yang digunakan adalah dua dan satu tahun sebelum dan
satu dan dua tahun sesudah aktivitas merger dan akuisisi.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka penelitian ini bermaksud menguji kembali dengan menggunakan sampel
pembanding dan melakukan perbandingan antara perusahaan yang melakukan
akuisisi. Dan berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum melakukan
merger dan akuisisi dengan sesudah melakukan merger dan akuisisi?
(Uji Beda)
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan
merger dan akuisisi? (Uji Beda)
3. Apakah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan
(rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas) memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi? (Regresi Logistik)
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara
sebelum melakukan merger dan akuisisi dengan sesudah melakukan
merger dan akuisisi
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan
3. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan yang
diproksikan dengan rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio leverage, dan rasio profitabilitas) memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
b. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan yang akan melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi akan menjadi lebih diuntungkan,
dirugikan atau tidak terpengaruh sama sekali kinerjanya.
2. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu ekonomi khususnya dalam bidang
manajemen keuangan dan pasar modal yang telah diperoleh selama
perkuliahan dalam menganalisis perusahaan publik yang melakukan
merger dan akuisisi.
3. Bagi Akademik
Memberikan sedikit kontribusi keilmuan yang diharapkan mampu
memberikan manfaatnya didalam dunia pendidikan atau akademis
maupun dalam dunia praktisi.
4. Bagi Masyarakat / Calon Investor
Dapat membantu para pengambil keputusan perusahaan publik yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Gambaran Umum Penggabungan Usaha a. Pengertian Penggabungan Usaha
Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akutansi
Keuangan (PSAK No. 22 Tahun 2004), penggabungan usaha merupakan
suatu bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi
satu entitas ekonomi karena suatu perusahaan menyatu dengan perusahaan
lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan, atau alasan lainnya.
Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh
perusahaan lain atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan. (Gie, 1992
dalam Payamta, 2004), menyatakan bahwa praktik bisnis modern istilah
merger dan akuisisi sering digunakan untuk saling menggantikan. Menurut
Haderi Yunus dan Hernanto (2000:224) dalam Siti Maryam (2007)
menjelaskan tentang pengertian penggabungan usaha adalah usaha untuk
menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke
b. Bentuk – Bentuk Penggabungan Usaha
Menurut Beams (1998:3) dalam Siti Maryam (2007), penggabungan
usaha dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Merger
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian
hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum,
sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
2. Akuisisi
Akuisisi adalah pengambil-alihan kepemilikan atau pengendalian atas
saham atau aset perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan
pengambil-alih atau yang diambil-alih tetap eksis sebagai badan hukum
yang terpisah.
3. Konsolidasi
Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perusahaan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan
baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.
B.Merger
a. Pengertian Merger
Merger adalah penggabungan dari dua atau lebih perusahaan menjadi
satu kesatuan yang terpadu. Perusahaan yang dominan dibanding dengan
perusahaan yang lain akan tetap mempertahankan identitasnya, sedangkan
Menurut Zaki Baridwan (1992) dalam Siti Maryam (2007)
mendefinisikan merger secara lebih terperinci, yaitu “terjadi bila suatu
perusahaan mengeluarkan saham untuk ditukarkan dengan seluruh saham
biasa perusahaan lainya. Pemegang saham perusahaan yang mengambil-alih
dan perusahaan yang diambil-alih tidak lagi merupakan perusahaan yang
berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari perusahaan yang mengambil-alih”.
Menurut Payamta (2001:243) dalam Siti Maryam (2007) definisi
merger adalah “merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan
dimana satu perusahaan tetap hidup sedangkan perusahaan yang lainya
dilikuidasi. Harta dan kewajiban perusahaan yang dilikuidasi diambil-alih
oleh perusahaan yang masih berdiri dan meneruskan usahanya. Perusahaan
yang terus hidup tersebut harus berbentuk perseroan terbatas.
Menurut Abdul Muin (2003:5) dalam Firman (2006) mengumumkan
pengertian merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang
kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan
hukum, sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27
Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambil-alihan
Perseroan Terbatas mendefinisikan merger adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabngkan diri dengan
perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang
b. Jenis-jenis Merger
1. Merger Vertikal
Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda level atau tingkat
operasional atau kombinasi suatu perusahaan dengan retailer maupun
supliernya. Tujuan perusahaan untuk memiliki sebagian atau seluruh
saham perusahaan retailer dan suplier adalah untuk mengamankan posisi
perusahaan. Contoh : Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan
perusahaan peternakan ayam
2. Merger Horizontal
Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level operasi atau
bisnis yang sama. Contoh : pabrik komputer gabung dengan pabrik
komputer atau bank merger dengan bank.
3. Merger Konglomerasi
Merger antara perusahaan-perusahaan yang bisnisnya tidak berhubungan
atau tidak ada hubungan. Bertujuan untuk meningkatkan profit
perusahaan dari berbagai sumber atau unit bisnis. Contoh : perusahaan
pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan operator telepon
seluler nirkabel atau perusahan rokok mengakuisisi perusahan susu. Dari
segi divesifikasi, merger konglomerasi ini yang paling memberikan
C.Akuisisi
Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau
oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga
ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh
pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan
lain-lain.
Menurut Abdul Muin (2003:8) dalam Firman (2006) akuisisi diartikan
sebagai pengambil-alihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau
aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik
perusahaan pengambil-alihan atau yang diambil-alih tetap eksis sebagai
badan hukum yang terpisah.
Menurut Zaki Baridwan (1992) dalam Siti Maryam (2007) akuisisi
adalah “bila suatu perusahaan dapat membeli sebagian saham perusahaan
lain, bila saham yang dibeli lebih dari 50% saham biasa, maka perusahaan
yang sahamnya dibeli disebut dengan anak perusahaan, dan hubungannya
disebut afiliasi”.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia No. 27
Tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan dan pengambil-alihan
perseroan terbatas mendefinisikan akuisisi adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil-alih
baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat
D. Teknik Pengambilalihan
Sebuah merger dan akuisisi dapat terjadi melalui salah satu dari
beberapa cara. Proses itu biasanya berawal ketika sebuah perusahaan
mengumumkan ingin membeli perusahaan lain pada suatu harga tertentu.
Setelah melalui berbagai negosiasi, pemilik atau dewan direksi perusahaan
kedua setuju menjualnya dan perusahaan tersebut dengan segera diambil alih
oleh pemiliknya. Terkadang, suatu perusahaan sadar bahwa perusahaanya
kemungkinan besar merupakan target pengambil-alihan dan tidak dapat
mencegah hak tersebut. Oleh karenanya, perusahaan tersebut mencari pembeli
yang diinginkannya dan sebagai hasilnya minta untuk dibeli. Pada kedua
skenario tersebut, akuisisi disebut sebagai pengambil-alihan bersahabat
(Friendly Take Over) karena perusahaan yang dibeli menyambut baik merger
tersebut.
Namun demikian, kadangkala perusahaan target menolak diambilalih
oleh pihak lain dalam kasus seperti itu, sebuah perusahaan berkeinginan untuk
tetap independen atau mungkin menyatakan bahwa tawaran pembeli terlalu
rendah atau pembeli potensial tidak sesuai dengan perusahaan itu. Namun,
calon pembeli mungkin akan bertahan. Calon pembeli, sebagai contoh,
kemungkinan menawarkan untuk membeli saham perusahaan target di pasar
terbuka, biasanya pada harga premium. Jika dapat mencapai kuantitas saham
yang cukup, maka calon pembeli tersebut akan memperoleh kontrol atas
Dalam hal itu, akuisisi tersebut disebut sebagai penambil-alihan tidak sehat
(Hostile Take Over).
E. Alasan yang Melatarbelakangi Merger dan Akuisisi
Terdapat banyak alasan yang melatar belakangi perusahaan melakukan
kegiatan merger dan akuisisi, antara lain:
1. Sinergi
a. Operating Economies terjadi dari ”economies of scale” pada manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi. Economies Of Scale
menyebabkan biaya-biaya yang ditanggung per unit produk dapat
diturunkan.
b. Financial Economies termasuk biaya transaksi keuangan yang lebih
rendah, posisi keuangan yang lebih kuat dan rating yang lebih baik dari
para analisis sekuritas.
c. Differential Efficiency adalah kondisi dimana manajemen di satu perusahaan tidak efisien, bila manajemen diganti setelah merger,
perusahaan ini akan memiliki kinerja yang lebih baik.
d. Increased Market Power adalah meningkatnya kekuatan pasar suatu perusahaan setelah merger karena berkurangnya persaingan (jumlah
perusahaan sejenis).
2. Pertimbangan Pajak
Perusahaan yang memiliki laba besar (sehingga harus membayar pajak
lain yang memiliki penghasilan sebelum pajak yang negatif (rugi).
Tujuannya adalah untuk dapat segera memanfaatkan kerugian tersebut
untuk mengurangi pajak penghasilan. Misalnya, perusahaan A memiliki
EBT (earnings before tax) Rp. 1 milyar. Perusahaan B dapat membawa
kerugian tersebut untuk mengurangi pajak penghasilan (bila EBT positif) di
tahun-tahun mendatang (hingga lima tahun kedepan). Bila perusahaan A
mengakuisisi B, perusahaan A dapat langsung menikmati efek pengurangan
pajak (tax saving) ini karena EBT perusahaan A setelah merger atau akuisisi akan menjadi 0 (dari RP. 1 milayar – Rp. 1 milyar).
3. Membeli aktiva dibawah biaya penggantian (replacement cost)
Misalnya, bila kita yakin bahwa membeli suatu unsur pengeboran
minyak yang mudah beroperasi lebih murah daripada melakukan
pengeboran (membangun) dari awal, kita akan melakukan akuisisi.
4. Diversifikasi
Dengan merger diharapkan penghasilan perusahaan menjadi lebih
stabil. Ingat bahwa diversifikasi membawa efek pengurangan resiko bisnis
atau pengurangan fluktuasi keuntungan. Keuntungan ini lebih nyata
dinikmati oleh karyawan, suplier maupun pelanggan perusahaan. Bagi
pemegang saham? Untuk perusahaan publik, keuntungan masih
dipertanyakan karena pemegang saham secara pribadi dapat melakukan
diversifikasi secara mudah yaitu dengan menjual sebagian sahamnya dan
fluktuasi penghasilan juga akan menguntungkan pemegang obligasi karena
resiko bahwa pokok pinjaman dan bunga tidak terbayar menjadi lebih kecil.
5. Insetif pribadi manajemen perusahaan
Tidak jarang suatu merger terjadi karena lebih didorong oeh keinginan
pribadi manajemen perusahaan untuk memdapat keuntungan bagi mereka
sendiri. Seperti diketahui, setelah merger perusahaan akan menjadi lebih
besar, sehingga manajemen dapat memperoleh kompensasi dan kekuasaan
yang lebih besar. Selain itu, perusahaan menjadi lebih sulit untuk
diambil-alih perusahaan lain karena ukurannya membesar (dibutuhkan dana yang
lebih banyak untuk melakukan itu). Pada dasarnya tidak ada seorang
manajer perusahaan yang mengharapkan perusahaannya diambil-alih
karena ia dapat kehilangan pekerjaannya atau minimal berkurang
kekuasaannya.
F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi
Hamid (1998) dalam Ida (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan merger dan akuisisi umumnya
dipengaruhi oleh motif ekonomis, strategis, politis atau prestis.
1. Motif Ekonomis
Motif Ekonomis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi
untuk mendapatkan keuntungan ekonomis (jangka pendek maupun jangka
produk), mutu bahan baku terjamin (mempertahankan kualitas produk),
memperoleh berbagai sinergi bagi perusahaan sejenis, dan lain-lain.
2. Motif Srategis
Motif Srategis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi
untuk mendapatkan posisi srategis (dalam pengertian luas). Misalnya,
untuk mendapatkan pasar srategis dilakukan dengan mengambil-alih
perusahaan yang mempunyai lokasi srategis, baik srategis bahan baku
maupun konsumen dan sebagainya.
3. Motif Politis
Motif Politis adalah penggabungan usaha perusahaan dilakukan
karena adanya muatan politis di dalamnya, baik politis perusahaan maupun
politis negara. Misalnya akuisitor melakukan akuisisi dengan perusahaan
target untuk mendapatkan legalitas, sehingga perusahaan tersebut dapat
dikendalikan sebagai suatu kesatuan dengan badan usaha akuisitor. Politis
negara misalnya perusahaan melakukan merger dan akuisisi atas kehendak
undang-undang yang tujuannya untuk kepentingan orang banyak atau
disebut dengan statutory merger.
4. Motif Prestis
Motif Prestis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk
perusahaan target semata-mata hanya berdasarkan prestis yang dapat
menunjukkan kepada siapa saja bahwa perusahaan akuisitor memang
”bonafit” dan dapat ”dipercaya”. Tujuan akhirnya adalah dapat mengakses
Faktor-faktor lain perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah :
1. Sinergi adalah kemampuan lebih (nilai tambah) perusahaan gabungan,
2. Tambahan modal kerja, biasanya yang sifatnya jangka pendek,
3. Meningkatkan penjualan seperti, pengambil-alihan perusahaan target yang
memproduksi produk sejenis atau berlainan atau mengambil-alih
perusahaan target yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk,
4. Memungkinkan perluasaan pinjaman,
5. Memperoleh keunggulan manajemen profesional,
6. Mendapatkan kompetisi yang lebih efektif dan mengurangi kompetisi,
7. Meningkatkan efisiansi, seperti murahnya bahan baku, proses produksi,
pendistribusian, dan lain-lain,
8. Mengurangi risiko dibandingkan dengan memasuki industri baru,
9. Pemanfaatan kapasitas hutang yaitu perusahaan target dapat memenuhi
keterbatasan hutang pihak akuisitor,
10.Memecah-mecah resiko. Dengan penggabungan aset risiko bisnis menjadi
tersebar kebeberapa pemegang saham yang melakukan penggabungan.
G. Analisis Kinerja Keuangan. a. Pengertian Kinerja Keuangan.
Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001). Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang
diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Berdasarkan
manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai
perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan
untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan
akuisisi.
b. Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan
alat yang memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat
menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa
neraca dan laporan laba rugi. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Rasio Likuiditas.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran
likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Current Ratio.
Current Ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang
diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk
menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan
kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi
tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin.
Perhitungan Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Current Asset Current Ratio =
Current Liabilities
b. Quick Ratio.
Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan
dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi
kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Current Asset - Inventory Quick Ratio =
Current Liabilities
2) Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan
dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif
perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Fixed Asset Turn Over.
Fixed Asset Turn Over mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turn over, berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien. Untuk
mengukur besarnya fixed asset turn over dihitung dengan rumus
Sales Fixed Asset Turn Over =
Net fixed asset
b. Total Asset Turn Over.
Total asset turn over mengukur perputaran semua aktiva.
Dengan kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam
penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik
manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah
rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola
aktivanya. Untuk menghitung total asset turn over digunakan rumus
sebagai berikut:
Sales Total Asset Turn Over =
Total asset
3) Rasio Leverage.
Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total
aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan,
yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila
pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata
lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana
dari pihak luar atau kreditor.
a. Debt to Total Asset Ratio.
Debt to Total Asset Ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih
semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam
peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih
menyukai rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang
diharapkan. Untuk mengukur besarnya debt to total asset dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Asset Ratio =
Total asset
b. Debt to Total Equity Ratio.
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang dengan modal
sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin
sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang
sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi
tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk
membayar hutang. Perhitungan debt to equity ratio dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Eequity Ratio ' =
Owner s equity
4) Rasio Profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol
penerimaannya rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam
a. Operating Profit Margin.
Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang
dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini,
semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan
hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan operating profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Operating profit Operating Profit Margin =
Sales
b. Net Profit Margin.
Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau
pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan
turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap
perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi.
Untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai berikut:
Net profit Net Profit Margin =
Sales c. Return On Investment.
Return On Investment mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah
menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang buruk
penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung Return On Investment digunakan rumus sebagai berikut:
Net profit Return On Investment =
Total asset
d. Return On Equity.
Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam
perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen
kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang
tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh
dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung
Return OnEquity digunakan rumus sebagai berikut;
Net profit Return On Equity =
Owner s equity
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai merjer dan akuisisi di Indonesia pertama kali
dilakukan oleh Alimin yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
merger di Indonesia (1993:28), yaitu: peningkatan skala ekonomi,
pengamanan bahan baku, perluasan pasar, penghematan pajak, pemanfaatan
kapasitas hutang, peningkatan laba dan pengurangan persaingan. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa semua faktor tersebut signifikan kecuali
Ravenscraft dan Scherer (1998:101-116) dalam Payamta (2004)
melakukan penelitian terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan
Ravenscraft dan Scherer ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur di
Amerika Serikat yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi selama periode
1975-1977. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian mereka ada dua,
yaitu bahwa perusahaan target tidak mendapatkan laba dan bahwa merger
memperbaiki profitabilitas secara rata-rata. Profitabilitas sebelum merger
diukur dengan rasio laba operasi (sebelum bunga dan pajak serta biaya luar
usaha) terhadap aset pada akhir periode. Sedangkan profitabilitas setelah
merger diukur dengan tiga rasio, yaitu: 1. Laba operasi / aset pada akhir tahun,
2. Rasio laba operasi / penjualan, dan 3. Rasio arus kas / penjualan. Hasil
penelitian mereka menunjukkan hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan
kerena ketiadaan dukungan statistik, sedangkan pada hipotesis kedua
disimpulkan tidak terdapat kenaikan yang signifikan terhadap profitabilitas
setelah merger. Bahkan tujuh atau delapan tahun setelah merger, profitabilitas
perusahaan target menurun tajam bila dibandingkan dengan profitabilitas
sebelum merger.
Analisa yang dilakukan oleh Kanto Santoso (1992:1-19) terhadap
aktivitas merger dan akuisisi PT. Indocement Tunggal Perkasa, jika dilihat
dari kriteria hasil investasi yang diharapkan oleh pemodal yang bijaksana,
kinerja, emiten dan pemilik perusahaan hasilnya adalah tidak menguntungkan.
pasca akuisisi lebih kecil atau menurun bila dibandingkan dengan tanpa
akuisisi.
Widjanarko (2006) meneliti perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi pada tahun 1998-2002. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas dan leverage. Penelitian ini menyimpulkan penyebab kemungkinan tidak signifikan karena
cara merger dan akuisisi dan pemilihan perusahaan target yang salah.
Palepu (1986) dalam Windarti (2002) melakukan studi dengan menggunakan
analisis klasifikasi dengan memfokuskan hubungan antara karaterstik
keuangan perusahaan dan akuisisi yang dimungkinkan pada periode tersebut.
Penelitian ini melakukan modifikasi metodologi untuk mengatasi beberapa
kelemahan pada penelitian sebelumnya yaitu menggunakan estimasi model
binomial logit. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan target
dikarateristikkan dengan pertumbuhan yang rendah dan leverage yang rendah,
sedangkan rasio likuiditas tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan
antara perusahaan target dan non target. ROE sebagai proksi dari manajemen
yang efisien adalah tidak signifikan.
Penelitian Theoudossiou et.al (1996) dalam Windarti (2002) mempunyai
tujuan utama untuk menguji kembali faktor ekonomi yang mempengaruhi
keputusan keuangan perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang menjelang
melakukan akuisisi. Sedangkan insider control dan financial leverage secara negatif dihubungkan dengan perusahaan yang melakukan akuisisi.
Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) berusaha untuk mengidentifikasi
motif merger dengan menguji karateristik keuangan perusahaan yang
melakukan merger pada tahun 1990-an. Hasilnya menunjukkan bahwa
perusahaan pengakuisisi biasanya sukses mengembangkan bisnisnya dengan
akuisisi eksternal.
Windarti (2002) melakukan pengujian terhadap perusahaan sebelum dan
sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan pada rasio pertumbuhan, berarti ada perbedaan kinerja perusahaan
antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
Selain itu pengujian yang menggunakan sampel kontrol yaitu perusahaan yang
tidak melakukan merger dan akuisisi dibandingkan dengan perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi. Hasil keseluruhan tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi dengan perusahan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Dan
pengujian terakhir untuk melihat pengaruh kinerja perusahaan pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan kinerja perusahaan
yang tidak melakukan merger dan akuisisi, secara keseluruhan juga tidak
I. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
kinerja perusahaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan
tersebut melakukan merger dan akuisisi. Penelitian ini juga menganalisis
apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang signifikan antara
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang
tidak melakukan merger dan akuisisi. Dan penelitian ini juga untuk melihat
apakah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio-rasio keuangan
memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi.
Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara kinerja perusahaan
sebelum melakukan merger dan akuisis dengan sesudah melakukan merger
dan akuisisi pada hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini digunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test, pengujian ini digunakan untuk menguji dua
sampel yang berhubungan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Jika probabilitas > 0,05 maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika
probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan antara dua sampel tersebut.
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
non parametrik. Menurut Manurung (1996) dalam Payamta (2004) data yang
ada di Bursa Efek Indonesia tidak menceminkan data yang terdistribusi secara
normal, sehingga dengan metode statistik non parametrik lebih sesuai dalam
Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara kinerja perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi dengan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi dalam penelitian ini sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui metode statistik yang akan digunakan, jika data berdistribusi
normal maka uji statistik parametrik yang akan digunakan dan sebaliknya jika
data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yang akan
digunakan. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas ini adalah dengan melihat
probabilitas asymp. Sig (2-tailed), jika probabilitas asymp. Sig (2-tailed)
> 0,05 maka data mempunyai distribusi normal dan sebaliknya jika < 0,05
maka data mempunyai distribusi yang tidak normal. Selanjutnya hipotesis
kedua (H2) ini akan diuji menggunakan Uji Independent Sample Test jika data berdistribusi normal dan Uji Mann-Whitney Test jika data berdistribusi
tidak normal, pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak
berhubungan (independent) antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Jika
probabilitas > 0,05 maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika
probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan antara dua sampel tersebut.
Selain itu pada hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini menggunakan
regresi logistik untuk menguji pengaruh rasio keuangan secara keseluruhan
terhadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Uji regresi logistik
menggunakan dummy dan memiliki variabel independen yang diukur dengan
skala rasio (Windarti, 2002). Sebelum melakukan uji regresi logistik terlebih
dahulu akan dilakukan pengujian dengan menggunakan metode backward stepwise (conditional) dan metode enter dalam regresi logistik, pada tahap ini
akan dilakukan pembuangan terhadap variabel yang paling tidak signifikan
sampai diperoleh regresi yang paling baik (Puspita 2002) dalam Windarti
(2002).
Untuk memperjelas jalannya penelitian ini, maka penulis membuat
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Hipotesis 1
Laporan Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi
Profitabilitas Bursa Efek Indonesia
Rasio Keuangan Laporan Keuangan
Sebelum Merger dan Akuisisi
Leverage
Likuiditas Aktivitas
Uji Wilcoxon Signed Ranks Test
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Hipotesis 2 dan Hipotesis 3
Bursa Efek Indonesia
Rasio Keuangan
Likuiditas Aktivitas Leverage Profitabilitas
Regresi Logistik
Interpretasi Uji Normalitas
Mann-Whitney Test Independent
Sample Test
Interpretasi Laporan Keuangan
Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi
Laporan Keuangan Perusahaan yang Tidak Malakukan Merger dan
J. Perumusan Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Tingkat kinerja perusahaan pada masa sesudah merger dan akuisisi
berbeda dengan kinerja perusahaan pada masa sebelum merger
dan akuisisi.
H2 : Tingkat kinerja perusahaan pada perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi berbeda dengan kinerja perusahaan pada
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.
H3 : Tingkat rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
leverage, dan rasio profitabilitas) antara perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi berbeda dengan perusahaan yang
tidak melakukan merger dan akuisisi.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian bersifat studi kasus dengan cara mengumpulkan, mempelajari,
menganalisis dan mengintegrasikan variabel-variabel dari hasil publikasi
Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian dan diolah berdasarkan
kriteria-kriteria pengambilan sampel yang ditentukan peneliti.
Objek penelitian terbatas pada perusahaan publik yang melakukan merger
dan akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 1999
sampai dengan tahun 2005. Adapun variabel kinerja keuangan yang digunakan
untuk menganaisis perbedaan tersebut adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio leverage, dan rasio profitabilitas.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan aktivitas merger dan
akuisisi, dan perusahaan publik tersebut mengumumkan aktivitasnya tersebut
pada periode 1999-2005. Jadi merger dan akuisisi dilakukan setelah perusahaan
publik tersebut listing di Bursa Efek Indonesia terlebih dahulu.
Dipilihnya periode waktu merger dan akuisisi antara 1999-2005 adalah
karena krisis yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang
sampai saat ini belum berakhir menjadi alasan perusahaan untuk melakukan