KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Metode penelitian... 5
E. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Wakaf 1. Pengertian Wakaf Dan sejarah wakaf uang ... 9
2. Dasar Hukum Dan Macam-macamnya ... 14
3. Strategi Pengelolaan Dan pengembangan Wakaf ... 25
B. Strategi 1. Pengertian Strategi ... 28
2. Tujuan Strategi ... 29
3. Elemen Dari Strategi Yang Berhasil ... 30
BAB III : GAMBARAN UMUM BAITUL MÂL MUAMALAT A. Sejarah Singkat dan Perkembangan ... 32
D. Produk-produk BMM... 40
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Strategi Pengelolaan Wakaf Uang
Baitul Maal Muamalat ... 42 B. Prosedur Penyetoran Wakaf Uang Melalui
Baitul Mal Muamalat ... 48 C. Perkembangan Wakaf Tunai Pada
Baitul Maal Muamalat ... 58
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 59 B. Saran... 62
PRODUKTIF PADA BAITUL MÂL MUAMALAT
Skripsi
Di ajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
Badru Rochmat
NIM : 206046103815
KONSENTRASI MUAMALAT(EKONOMI ISLAM)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PRODUKTIF PADA BAITUL MÂL MUAMALAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk MemenuhiSalah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)
Oleh
Badru Rochmat NIM: 206046103815
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Abd. Wahab Abd Muhaimin, LC, MA Drs. H. Hamid Farihi, MA NIP: 19500811989031001 NIP: 195811191986031001
KONSENTRASI MUAMALAT (EKOMOMI ISLAM) PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Badru Rochmat
NIM : 206046103815
Prodi/Jurusan : Muamalat/Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Strategi Pengelolaan Wakaf Uang Secara Produktif Pada Baitul Mâl Muamalat
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Agustus 2010
Badru Rochmat
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan nikmat yang tak dapat terukur yang dikaruniakan-Nya pada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada kekasih Allah SWT junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. beserta keluarga, para sahabat hingga para pengikutnya.
Walaupun masih dirasakan terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dalam penyusunan kata-kata maupun dalam penyajiannya, tetapi penulis telah berusaha untuk memberikan yang terbaik sesuai dengan bimbingan dari Dosen beserta saran-saran. Bentuk nyata skripsi ini, bukan hanya karena buah dari kerja keras penulis, akan tetapi banyak pihak yang ikut membantu, mendoakan serta memberikan dorongan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., M.A., M.M.
2. Ketua Jurusan Muamalat Dr. Euis Amalia, M.Ag., dan Sekretaris Jurusan H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H, terima kasih atas bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulis menempuh masa studi.
Hamid Farihi, MA., yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, pemikiran dan semangat kepada penulis di tengah kepadatan kegiatan beliau, semoga Allah SWT mempermudah setiap gerak langkah perjuangan beliau dan senantiasa melimpahkan kebaikan, amin.
4. Dosen penguji, Dr. H.A.Juaini Syukri .LC.MA dan Abdurrauf. LC. MA, yang telah sabar, memberikan waktu,pikiran,dan masukan seta pengarahan kepada penulis sehingga skrpisi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Manajer Baitul Mâl Muamalat, dan Ibu Narti,Bapak Priyo yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dengan memberikan informasi dan data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap Staff Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis.
7. Pimpinan Perpustakaan baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas dan bantuan untuk mendapatkan referensi yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.
8. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, terima kasih yang tak terhingga banyaknya atas segala dukungan dalam kesabaran, keikhlasan, perhatian dan kasih sayang yang tak terbatas, senantiasa memotivasi dan menguatkan penulis disaat lelah dan lemah hingga dalam do’a tak pernah berhenti memohon pada-Nya untuk memberikan yang terbaik untuk penulis.Adik-adik dan keponakan ku tersayang,
vi karena menjadikan hidup terasa amat berharga.
9. Semua sahabat-sahabat yang selalu mendo’a kan, memberikan kasih sayang, dan dukungan yang selalu ikhlas membantu dan menemani penulis, Perbankan Syariah-A angkatan 2006 dan keluarga besar Perbankan Syariah angkatan 2006, terima kasih atas warna-warni yang telah kalian berikan dalam hari-hari penulis. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih kepada kalian semua.
Semoga bantuan dari semua pihak bernilai amal sholeh di sisi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam.
Jakarta, 9 Agustus 2010 M 29 Sya’ban 1431 H
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Di kalangan umat Islam, wakaf yang sangat populer adalah masih
terbatas pada persoalan tanah dan bangunan yang diperuntukkan untuk tempat
ibadah dan pendidikan serta belakangan baru ada wakaf yang terbentuk tunai atau
wakaf benda bergerak yang manfaatnya untuk kepentingan pendidikan, riset,
rumah sakit, pemberdayaan ekonomi lemah dan lain-lainnya. Wakaf uang bagi
umat Islam Indonesia memang masih relative baru. Hal ini biasa dilihat dari
peraturan yang melandasinya. Majelis Ulama Indonesia baru memberikan
fatwanya pada pertengahan Mei 2002. Di Indonesia sudah ada beberapa lembaga
yang telah melaksanakan wakaf uang, minimal dalam tataran pelaksanaan wakaf
dalam bentuk uang, seperti PB Mathla’ul Anwal dengan “Dana Firdaus”, Tabung
wakaf dari dompet Dhuafa Republika, Bank Muamalat Indonesia dengan institusi
barunya “Baitul Mal Muamalat”. Pemerintahan Kota Bekasi dan Universitas
Indonesia. Walaupun dalam pelaksanaannya, pengelolaan wakaf uang masih
belum maksimal, sehingga sampai saat ini belum dirasakan secara nyata oleh
masyarakat banyak. Tapi, paling tidak upaya untuk memberdayakan wakaf uang
sudah mulai digiatkan dengan segala keterbatasannya.1
1
Departement Agama RI, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, (Jakarta:Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007) hal 8.
Secara Ekonomi, wakaf uang sangat potensial untuk dikembangkan di
Indonesia, karena dengan model wakaf ini daya jangkau mobilisasinya akan jauh
lebih merata kepada sebagian anggota masyarakat dibandingkan dengan model
wakaf-wakaf tradisional-konvensional yaitu dalam bentuk harta fisik yang
biasanya dilakukan oleh keluarga yang terbilang relatife mampu. Munculnya
bank-bank syariah, khususnya yang dimotori oleh bank-bank konvensional
dihampir pelosok tanah air memberikan angin besar dan optimisme tinggi bagi
umat Islam, termasuk didalamnya pengelolaan harta atau dana wakaf secara
produktif. Untuk harta wakaf yang berbentuk harta tak bergerak seperti tanah dan
bangunan, pihak bank syariah biasa menjadikannya sebagai agunan atau jaminan
peminjam sejumlah dana dalam rangka pengembangan harta wakaf yang lain.
Sedangkan dalam bentuk tunai atau uang, pihak bank langsung bisa mengelola,
mengembangkan dan menyalurkan harta wakaf yang dipercayakan kepada bank
syariah.2
Dalam pengelolaan harta produktif, pihak yang paling berperan untuk
berhasil atau tidaknya pemanfaatan harta wakaf, yaitu seseorang atau sekelompok
orang dan badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif atau orang yang
mewakafkan hartanya untuk mengelola wakaf. Walaupun dalam kitab-kitab Fiqih
Ulama tidak mencantumkan nadzir wakaf sebagai salah satu rukun wakaf, karena
wakaf merupakan ibadah terbaru atau pemberian yang bersifat sunnah. Namun
2
demikian, setelah memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat
dari hasil wakaf, maka keberadaan Nadzir professional sangat dibutuhkan, bahkan
menempati peran sentral. Sebab dipundak nadzirlah tanggung jawab dan
kewajiban memelihara, menjaga dan mengembangkan wakaf serta menyalurkan
hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf.3
Berkaitan dengan Latar Belakang Masalah diatas, penulis tertarik
menulis skripsi dengan judul “Strategi Pengelolaan Wakaf Uang Secara
Produktif Pada Baitul Mâl Muamalat.” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari persepsi yang berbeda sehubungan dengan
penelitian yang penulis lakukan, dan agar pembahsan skripsi ini terarah maka
penulis memandang perlu untuk melakukan pembatasan masalah-masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini. Penulis memfokuskan permasalahannya sekitar
strategi pengelolaan wakaf uang secara produktif pada Baitul Mâl Muamalat,
Prosedur Penyetorannya dan perkembangan wakaf uang dalam
pengelolaannya.Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan sebagi
berikut:
1. Bagaimana strategi pengelolaan wakaf uang secara produktif pada Baitul Mâl
Muamalat?
2. Bagaimana prosedur penyetoran wakaf uang pada Baitul Mâl Muamalat?
3
3. Bagaimana perkembangan Wakaf uang pada Baitul Mâl Muamalat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulisan skripsi ini disamping bertujuan untuk menyelesaikan
perkuliahan di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
guna mendapatkan gelar kesarjanaan syariah, penulis memiliki tujuan, yaitu:
1. Mengetahui strategi pengelolaan wakaf uang secara produktif pada Baitul
Mâl Muamalat.
2. Untuk mengetahui Prosedur penyetoran wakaf uang melalui Baitul Mâl
Muamalat.
3. Mengetahui Perkembangan wakaf uang pada Baitul Mâl Muamalat.
Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah :
1. Bagi akademis, untuk menambah literatur wakaf supaya lebih dikembangkan
sebaik mungkin.
2. Bagi penulis, menambah wawasan dan pemahaman tentang pengelolaan
wakaf uang secara produktif.
3. Bagi masyarakat, untuk peningkatan kesejahteraan umat terutama bagi
masyarakat yang kurang mampu dan menambahkan kepercayaan masyarakat
untuk mewakafkan harta atau uang yang dimiliki untuk kemaslahatan.
4. Bagi Baitul Mâl muamlat, untuk meningkatkan pengelolaan terhadap wakaf
D. Metode Penelitian
Untuk penelitian skripsi ini, penulisan menggunakan metode sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulisan menggunakan jenis data kualitatif, yang datanya
diperoleh dari hasil wawancara, respon yang berkaitan dengan masalah yang
penulis kemukakan, yaitu strategi pengelolaan wakaf tunai secara produktif.
Penelitian ini menggunakan metode deskriftif analisis, yakni berusaha
menyajikan fakta-fakta yang objektif sesuai dengan kondisi dan situasi yang
sebenarnya terjadi pada saat penelitian dilakukan, artinya penulis berusaha
memberikan gambaran mengenai pengelolaan wakaf uang secara produktif
pada Baitul Mal Muamalat.
2. Sumber Data
Data yang penulis peroleh adalah Data Primer dan Data Sekunder. Data
Primer bersumber dari wawancara pada pihak-pihak terkait, yaitu pihak dari
Baitul Mâl Muamalat. Sedangkan Data Sekunder penulis peroleh dari
literature-literatur lain seperi Al-Qur’an, hadis, Undang-Undang No. 41 Tahun
2004 tentang wakaf, makalah-makalah wakaf, brosur-brosur dan lain-lain
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian kepustakaan (Libary Research), yaitu dengan membaca
literatur-literatur yang ada diperpustakaan yang berhubungan erat dengan
masalah pengelolaan wakaf uang secara produktif guna merumuskan teori,
pendapat, definisi dan lain-lain.
b. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian langsung terjun
kelapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pokok
permasalahan dengan menggunakan tehnik sebagai berikut:
1) Dokumentasi, yaitu menyelidiki dokumen-dokumen tertulis untuk
memperoleh data, seperti berkas-berkas, arsip, internet, majalah dan
lain-lain.
2) Wawancara/Interview, yaitu pengembilan data dengan menggunakan
Tanya jawab yang ditujukan kepada pihak Bank mengenai strategi
pengelolaan wakaf uang secara produktif pada Baitul Mâl muamalat .
3) Observasi, yang merupakan sebuah proses penelitian secara mendalam
untuk mengetahui strategi pengelolaan wakaf uang secara produktif
pada Baitul Mâl Muamalat
Adapun kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah:
a. Nufzatut Saniah (204046102960), Pengaruh wakaf Produktif terhadap
Ekonomi Islam (SEI), (Jakarta, Program Studi Ekonomi Islam atau
Muamalat Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009). Dalam kajian yang terdapat di dalam
skripsi saudari Nuzatut Saniah, membahas mengenai pengaruh wakaf
produktif terhadap peningkatan ekonomi di Pesantren Darunnajah Jakarta.
b. Siti Istianah (103044228125), Pengelolaan dan Pengembangan Tanah
wakaf Produktif Dalam Perpekstif Undang-Undang No. 41 Yahun 2004,
(Kajian terhadap asjid Jami’ daarul Adzkaar Diwilayah KUA Cilandak
Jakarta Selatan). Strata I Sarjana ekonomi Islam (SEI), (Jakarta, Program
Studi Administrasi Keperdataan Islam Jurusan Ahwalusy Aksahiyyah
Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Syarif Hidayatullah, 2008. dalam
kajian yang terdapat dalam skripsi ini saudari Siti Istianah, membahas
mengenai penerapan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 di Masjid Jami’
Daarul Adzkar tentang pengembangan tanah wakaf produktif.
E. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan
Pada Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, kajian pustaka, metode dan teknik penulisan dan
BAB II Pembahasan
Memuat pengertian wakaf, dasar hukum wakaf, macam-macam wakaf,
Perundang-undangan wakaf, pengertian wakaf uang, sejarah wakaf uang.
BAB III Gambaran Umum Baitul Mâl Muamalat
Berisi segala hal yang berkaitan dengan Baitul Mâl Muamalat mulai dari
sejarah singkat Baitul Mâl Muamalat, visi dan misi, kapabilitas Baitul
Mâl Muamalat dan strukur kelembagaan, Produk-produk Baitul Mâl
Muamalat.
BAB IV Analisa Pembahasan
Berisi tentang Analisis pengelolaan wakaf uang secara produktif dan
prosedur penyetoran wakaf uang pada Baitul Mậl Muamalat
BAB V Penutup
LANDASAN TEORI
A. WAKAF1. Pengertian Wakaf Dan Sejarah Wakaf Uang
Kata wakaf atau wacf berasal dari bahasa arab “waqafa”.Asal kata
“waqafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau diam ditempat atau tetap
berdiri. Kata “Waqafa-Yaqifu-Waqfan” sama artinya dengan “Habasa-Yahbisu
-Tahbisan”1. Kata Al-Waqf dalam bahasa arab mengandung beberapa
pengertian,yaitu:
ا
او
ا
ﻰ
ﻮ
2
Artinya, Menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindahkan.
Menurut istilah Ahli Fiqih.
Para ahli fiqih berbeda pendapat dalam mendefinisikan wakaf menurut
istilah, sehingga mereka berbeda pula dalam memandang hakekat wakaf itu
sendiri. Berbagai pandangan tentang wakaf itu sendiri menurut istilah sebagai
berikut:
1
Drs. Peter Salim. M.A, STANDARD INDONESIAN-ENGLISH DICTIONARY, (Jakarta: Modern English Press, 1993) h.893
2
Depatermen Agama RI, Fikih Wakaf, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, 2003) h.1
a. Abu Hanifah
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik
siwakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.
Berdasarkan definisi itu maka kepemilikan harta wakaf tidak lepas dari
siwakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh
menjualnya. Jika siwakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat
ahli waris. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah, ”menyumbangkan
manfaatnya”. Karena itu mazhab Hanafi mendefinisikan wakaf adalah:
”Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap
sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak
kebajikan (sosial), baik sekarang maupun akan datang”, seperti wakaf buah
kelapa.
b. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan
harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakif tersebut
mencegah wakaf melakukan tindakan yang dapat melepaskan
kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif
berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik
kembali wakafnya.
Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan
harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif. Setelah sempurna prosedur
perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang
diwakafkan.. Seperti: perlakuan pemilik dengan cara memindahkan
kepemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran (tukar-menukar)
atau tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan tersebut tidak dapat
diwarisi oleh ahli warisnya. Wakif menyalurkan manfaat harta yang
diwakafkannya kepada mauquf ’alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah
yang mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran
sumbangannya tersebut. Apabila wakif melarangnya, maka Qadli berhak
memaksanya agar memberikannya kepada mauquf alaih, karena itu mazhab
Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah : ”Tidak melakukan suatu tindakan
atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan
menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial).
d. Mazhab Imamiyah
Mazhab lain sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi
kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu milik mauquf alaih (yang
diberi wakaf), meskipun mauquf alaih tidak berhak melakukan suatu
tindakan atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau mengibahkannya.3
3
Pengertian wakaf uang, sejak awal perbincangan tentang wakaf
kerap diarahkan kepada benda wakaf yang tidak bergerak, sedangkan wakaf
benda bergerak baru mengemuka belakangan. Diantara wakaf benda
bergerak yang ramai diperbincangkan belakangan adalah wakaf yang
dikenal dengan Cash waqf. Cash Waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai,
namun kalau menilik objek barangnya, yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau
cash waqf diterjemahkan dengan wakaf uang. Wakaf uang adalah wakaf
yang dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum
dalam bentuk tunai/uang. Hukum wakaf uang telah menjadi perhatian para
‘fuqaha (juris Islam). Beberapa sumber menyebutkan bahwa wakaf uang
telah dipraktekkan oleh masyarakat yang menganut mazhab Hanafi. Cara
melakukan wakaf uang (mewakafkan uang), menurut mazhab Hanafi, ialah
dengan menjadikannya modal usaha dengan cara mudharabah atau
mubadha’ah. Sedangkan keuntungannya disedekahkan kepada pihak wakaf.
Ibn Abidin mengemukakan bahwa wakaf uang yang dikatakan merupakan
kebiasaan yang berlaku di masyarakat adalah kebiasaan yang berlaku di
wilayah romawi, sedangkan di negri lain wakaf uang bukan merupakan
kebiasaan . Karena itu Ibn Abidin berpandangan bahwa bahwa wakaf uang
tidak boleh atau tidak sah. Yang juga berpandangan bahwa wakaf uang tidak
boleh adalah mazhab Syafe’i. Menurut Al-Bakri,mazhab Syafe’i tidak
membolehkan wakaf uang, karena dirham dan dinar (baca”uang”) akan
lenyap ketika dibayarkan sehingga tidak ada lagi wujudnya. Perbedaan
wujud uang. Apakah wujud uang itu setelah digunakan atau dibayarkan,
masih ada seperti semula, terpelihara dan dapat menghasilkan keuntungan
lagi pada waktu yang lama?. Namun kalau melihat perkembangan sistem
perekonomian yang berkembang sekarang, sangat memungkinkan untuk
melaksanakan wakaf uang . Misalnya uang yang diwakafkan itu dijadikan
modal usaha seperti yang dikatakan oleh mazhab Hanafi. Atau
diinvestasikan dalam wujud saham atau deposito, atau yang lebih tepatnya
nilai uang tetap terpelihara dan menghasilkan keuntungan dalam waktu yang
lama.4
Sejarah wakaf uang, praktik wakaf telah dikenal sejak awal Islam,
bahkan masyarakat sebelum Islam telah mempraktekkan sejenis wakaf, tapi
dengan nama lain, bukan wakaf. Karena praktek sejenis wakaf telah ada di
masyarakat sebelum Islam, tidak terlalu menyimpang kalau wakaf dikatakan
sebagai kelanjutan dari praktek masyarakat sebelum Islam. Sedangkan
wakaf tunai (uang) mulai dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir.
a. Wakaf Uang secara umum
Praktek sejenis wakaf di masyarakat sebelum Islam dibuktikan
dengan adanya tempat ibadah yang di bangun diatas tanah yang
pekarangannya dikelola dan hasilnya untuk membiayai perawatan dan honor
yang merawat tempat ibadah tersebut. Mesjid Al-haram di Mekkah dan
masjid Al-Aqsa misalnya telah dibangun diatas tanah yang bukan milik
4
siapapun, tetapi milik Allah. Kedua mesjid itu dimanfaatkan untuk
kemashlahatan umat. Praktek semacam ini sebelum Islam telah dikenal
praktek sosial dan diantara praktek-praktek sosial itu adalah praktek
menderma sesuatu dari seseorang demi kepentingan umum atau dari satu
orang untuk semua keluarga.5
b. Wakaf Uang
Mengenai wakaf uang secara Wahbah Zuihaili menjelaskan bahwa
ulama mazhab maliki memperbolehkan wakaf uang, mengingat manfaat uang
masih dalam cakupan hadis nabi Muhammad SAW dan benda sejenis yang
diwakafkan oleh para sahabat, seperti Baju perang,binatang, dan harta lainnya
serta hal tersebut mendapat pengakuan dari Rasulullah SAW. Secara Qiyas,
wakaf uang dianalogikan dengan baju perang dan binatang. Qiyas ini telah
memenuhi syarat ‘illah (sebab persamaan) terdapat dalam qiyas dan yang
diqiyaskan (maqis dan maqis ‘alaih). Sama-sama benda bergerak dan tidak
kekal, yang mungkin rusak dalam waktu tertentu, bahkan wakaf uang jika
dikelola secara professional memungkinkan uang yang diwakafkan kekal
selamanya.6
2. Dasar Hukum Dan Macam-macam Wakaf a. Dasar Hukum
1) Al-qur’an
5
Depatermen Agama RI, Pedoman pengelolaan Wakaf Tunai, h.6-7 6
Didalam Al-qur’an tidak disebutkan secara eksplisit, jelas, serta
tegas tentang wakaf. Al-qur’an hanya menyebutkan dalam artian umum,
bukan khusus menggunakan kata wakaf. Tetapi para ulama fikih
menjadikan ayat-ayat umum itu sebagai dasar hukum wakaf dalam Islam ,
seperti ayat-ayat yang membicarakan tentang kebaikan shadaqah, infak
dan amal jariyah. Para ulama menafsirkan bahwa wakaf sudah tercakup
dalam cakupan ayat tersebut diantaranya:
) ا : 77 (
Artinya:“Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan, ”(QS:Al-Hajj:77)
☺
⌧
) لا ﺮ ن : 92 (Artinya:“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafsirkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahui.”(QS:Ali Imran:92)
Artinya:“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan seratus biji . Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah maha kuasa (karunianya) lagi maha mengetahui.”(QS:Al-Baqarah:261)
2) Sunnah Rasulullah SAW
Al-qur’an menyebutkan secara umum, tetapi dalam hadis ada
yang menyebutkan secara khusus dan umum. Dasar hukum wakaf yang
sama dengan hadis yang berkenaan dengan shadaqah jariyah. Adapun
ketentuan dalam hadis yang dapat dijadikan hukum wakaf, yaitu:
أ
ه
ﺮ
ﺮ
ة
أ
ن
ر
ﻮ
ل
ﷲا
ﻰ
ﷲا
و
لﺎ
:
إذ
تﺎ
ا
ا
د
م
إ
ﻄ
إ
ﺛ
ث
،
ﺪ
ﺔ
رﺎ
ﺔ
ا
،
و
ا
و
و
ﺪ
ﺎ
ﺪ
ﻮ
)
اور
(
7Artinya:Dari Abu Hurairah ra,, Sesungguhnya Rasulullah SAW. Bersabda: ”Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR.Muslim)
Ada hadis yang lebih tegas menggambarkan dianjurkannya
ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk mewakafkan
tanahnya yang ada di Khaibar:
لﺎ ﺎ ﻬ
ﷲا
ر
ﺮ
ا
:
ا
بﺎ
ﺮ
أ
ر
ً
ﺎ
ﺨ
ﺮ
ﺎ
ا
ﻰ
ﷲا
ﻰ
و
ﺄ
ﺮ
ﻬ
ﺎ
لﺎ
:
رﺎ
ﻮ
ل
إ
ﷲا
أ
أ
ر
ً
ﺎ
7Artinya:“Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra memperoleh sebidang tanah dikhaibar, kemudian menghadap kepada rasulullah untuk memohon petunjuk. Umar berkata: Ya Rasulullah, saya mendapatkan apakah yang tanah dikhaibar, saya belum pernah mendapatkan harta yang sebaik itu, maka engkau perintahkan kepadaku? Rasulullah menjawab, Bila kamu suka, kamu tahan A (pokoknya) tanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian umar melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak pula diwariskan. Berkata ibnu umar: Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta”. (HR.Muslim)9
b. Macam-Macam Wakaf
Bila ditinjau dari segi peruntukkan ditunjukkan kepada siapa
wakaf itu, maka wakaf dapat dibagi menjadi dua (2) macam:
1) Wakaf Ahli
Yaitu Wakaf yang ditunjukkan kepada orang-orang tertentu,
seseorang atau lebih, keluarga si wakif atau bukan. Wakaf seperti ini juga
disebut Wakaf Dzurri. Apabila ada seseorang yang mewakafkan sebidang
8
Darussalam, Hadis Shahih Muslim, (Riyadh-Arab Saudi : Darussalam) h.717 9
tanah kepada anaknya , lalu kepada cucunya , wakafnya sah dan yang
berhak yang mengambil manfaatnya adalah mereka yang ditunjuk dalam
pernyataan wakaf. Wakaf jenis ini (wakaf ahli/dzurri) kadang-kadang juga
disebut wakaf ‘alal aulad, yaitu wakaf yang diperuntukan bagi
kepentingan dan jaminan social dalam lingkungan keluarga (family),
lingkungan kerabat sendiri. Dalam satu segi, wakaf (dzurri) ini baik sekali
, karena si wakif akan mendapat dua kebaikan dari amal ibadah wakafnya
, juga kebaikan dari silaturahmi terhadap keluarga yang diberikan harta
wakaf. Akan tetapi, pada sisi lain wakaf ahli ini sering menimbulkan
masalah , seperti: Bagaimana kalau anak cucu yang sudah tidak ada lagi
(punah)? Siapa yang berhak mengambil manfaat benda (harta wakaf) itu?
Sebaliknya, bagaimana jika anak cucu siwakif yang menjadi tujuan wakaf
itu berkembang cara meratakan pembagian hasil harta wakaf?
Pada perkembangan selanjutnya, wakaf ahli untuk saat ini
dianggap kurang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan umum,
karena sering menimbulkan kekaburan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan wakaf oleh keluarga yang diserahi harta wakaf. Di beberapa
negara tertentu seperti : Mesir, Turki, Maroko dan Aljazair, wakaf untuk
keluarga (ahli) telah dihapuskan, karena pertimbangan dari berbagai segi,
tanah-tanah wakaf dalam bentuk ini dinilai tidak produktif. Untuk itu,
dalam pandangan KH.Ahmad Azhar Basyir,MA. Bahwa keberadaan jenis
2) Wakaf Khairi
Yaitu, Wakaf yang secara tegas untuk kepentingan keagaman
atau kemasyarakatan (kebajikan umum), seperti wakaf yang
diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan,
rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya. Dalam tinjauan
penggunaanya, wakaf jenis ini jauh lebih banyak manfaatnya
dibandingkan dengan jenis wakaf ahli, karena tidak terbatasnya
pihak-pihak yang mengambil manfaat. Dan jenis wakaf inilah yang
sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan itu sendiri secara
umum. Dalam jenis ini juga, si wakif dapat mengambil manfaat dari harta
yang diwakafkan itu, seperti wakaf masjid maka si wakif boleh saja
beribadah disana, atau mewakafkan sumur, maka si wakif boleh
mengambil air dari sumur tersebut sebagaimana yang telah pernah
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabat Ustman bin Affan.
Secara substansinya, wakaf inilah yang merupakan salah satu segi dari
cara membelanjakannya (memanfaatkan) harta dijalan Allah SWT. Dan
tentunya dilihat manfaat kegunaannya merupakan salah satu sarana
pembangunan, baik dibidang keagamaan, khususnya peribadatanya,
perokonomian, kebudayaan, kesehatan, keamanan dan sebagainya.10
c. Perundang-undangan Wakaf
10
1) Undang-undang No.5 tahun 1960 tanggal 24 september 1960 tentang
peraturan tentang dasar pokok-pokok agraria. Pasal 49 ayat (1)
memberikan isyarat bahwa “ perwakafan tanah milik dilindungi dan
diatur dengan peraturan pemerintah ”.
2) Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 tahun 23 maret tahun 1961
tentang pendaftaran tanah, karena peraturan ini berlaku umum, maka
terkena juga didalamnya mengenai pendaftaran tanah wakaf.
3) Peratuan Pemerintah No. 38 tahun 1963 tentang penunjukan
badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah,
dikeluarkan PP No.30 tahun 1963 ini sebagai salah satu realisasi dari
apa yang dimaksud oleh pasal 21 ayat (2) UUPA yang berbunyi: ”Oleh
pemerintah ditetapakan badan-badan hukum yang dapat mempunyai
hak milik dan syarat-syaratnya.”
4) Peraturan pemerintah No.28 Tahun 1977 tanggal 17 mei 1977 tentang
perwakafan milik tanah.
5) Peraturan Mentri Dalam Negri No.6 tahun 1977 tanggal 26 november
1977 tentang tata pendaftaran tanah mengenai perwakafan tanah milik.
6) Peraturan Mentri Agama No.1 Tahun 1978 tentang peraturan
pelaksanaan peraturan pemerintah No.28 Tahun 1977 tanggal 10
januari 1978 tentang perwakafan tanah milik.
7) Peraturan Mentri Dalam Negri No.12 Tahun 1978 tanggal 3 agustus
tanah badan-badan hukum tertentu pada peraturan Mentri Dalam Negri
No.2 tahun 1978.
8) Instruksi Bersama Mentri Agama dan Mentri Dalam Negri No.1 tahun
1978 tanggal 23 januari 1978 tentang pelaksanaan peraturan
pemerintah No.28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik.
9) Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,
No/Kep/D/75/787 tanggal 18 april 1978 tentang formulir dan
fenomena pelaksanaan peratutran-peraturan tentang perwakafan tanah
milik.
10)Keputusan Mentri Agama No.73 tahun 1978 tanggal 9 agustus 1978
tentang pendelegasian wewenang kepala-kepala kantor wilayah
Depatermen Agama provinsi atau setingkat diseluruh wilayah Negara
Indonesia untuk mengangkat atau memberhentikan setiap kepala
kantor urusan agama kecamatan sebagai pejabat pembantu ikrar wakaf
(PPAIW).
11)Instruksi Mentri Agama No.3 tahun 1979 tanggal 19 juni 1979
tentang pelaksanaan keputusan Mentri Agama No.73 tahun 1978.
12)Surat Direktorat Jendral Bimbingan Islam dan Urusan haji No.
D11/5/Ed/14/980 tanggal 25 juni 1980 tentang pemakaian bermaterai
dengan lampiran surat Dirjen pajak No. 5-624/Pj. 331/1980 tanggal 29
materai, dan jenis formulir nama yang dikenal Bea materai dan berapa
besar Bea materainya.
13)Surat Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji No.D11/1981 tanggal 16 april 1961 tentang peruntukan
pemberian nomor pada formulir perwakafan tanah.
14)Surat Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji No.D11/Ed/07/1981 Kepala gubernur, kepala Daerah Tingkat 1
diseluruh Indonesia, tentang pendaftaran perwakafan tanah milik dan
permohonan keinginan pembebasan dari semua pembebanan biaya.11
15)Undang-undang Republik Indonesia No.41 Tahun 2006 Tentang
Wakaf.12
16)Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.42 Tahun 2006, Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf.13
d. Syarat Dan Rukun Wakaf
1) Wakif (Pemberi Wakaf)
Persyaratan seorang calon wakif agar sah adalah harus memiliki
kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam
11
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di indonesia ,(Jakarta:Ciputat press,2005) h.83-85
12
Depatermen Agama RI, Proses Lahirnya UU.No.41 Tahun Wakaf ,(Jakarta:Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,2006) h.272
13
membelanjakan atau memanfaatkan hartanya, kecakapan bertindak
disini meliputi empat(4) kriteria, yaitu:
1) Merdeka
2) Berakal Sehat
3) Dewasa (Baligh)
4) Tidak berada dibawah pengampuan (boros/lalai).14
2) Mauquf ‘Alaih ( Yang Diberi Wakaf )
Mauquf ‘Alaih diisyaratkan harus hadir sewaktu penyerahan
wakaf, harus ahli untuk memiliki harta yang diwakafkan, tidak orang
yang durhaka terhadap Allah SWT, dan orang yang menerima wakaf itu
harus jelas tidak diragui kebenarannya.15
3) Mauquf Bih (Harta Wakaf)
Benda yang diwakafkan disebut dengan mauquf bih. Sebagai
obyek wakaf, mauquf bih merupakan hal yang sangat penting dalam
perwakafan. Namun demikian, harta yang diwakafkan tersebut bisa
dipandang sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Benda harus memiliki nilai guna.
14
Depatermen Agama RI, Paradigma Baru Wakaf Diindonesia ,(Jakarta:Proyek Pengembangan Zakat dan Wakaf,Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan haji,2005) h.32
15
2) Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi akad
wakaf.
3) benda tetap atau bergerak yang dibenarkan untuk diwakafkan.
4) Benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik sempurna
(Al-milik At-tamm) siwakif ketika terjadi akad wakaf.16
4) Shigat (Ikrar Wakaf)
Pernyataan wakif yang merupakan tanda yang penyerahan barang
atau benda yang diwakafkan itu, dapat dilakukan dengan lisan atau
tulisan. Dengan pernyataan itu, tanggallah hak wakif atas benda yang
diwakafakan. Benda itu kembali menjadi hak milik mutlak Allah yang
dimanfaatkan oleh orang atau orang-orang yang tersebut dalam ikrar
wakaf tersebut. Karena tindakan mewakafkan sesuatu itu dipandang
sebagai perbuatan hukum sepihak. Maka dengan pernyataan wakif yang
merupakan ijab, perwakafan telah terjadi. Pernayataan dari mauquf
‘alaih yakni orang atau orang-orang yang berhak menikmati hasil wakaf
itu tidak diperlukan. Dalam wakaf hanya ada ijab tanpa qabul.17
5) Nazhir (Pengelola Harta Wakaf)
Persyaratan nazhir wakaf itu adalah diungkapkan sebagi berikut:
16
Depatermen Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta:Proyek peningkatan Zakat Dan Wakaf,2003) h.44
17
a) Syarat Moral, yaitu: Pertama, Paham tentang hukum wakaf
dan zis, baik dalam tinjauan syariah maupun
perundang-undangan Negara RI. Kedua, Jujur, Amanah, dan adil sehingga
dapat percaya dalam proses pengelolaan dan pentasharrufan
kepada sasaran wakaf.
b) Syarat Manajemen: yaitu, Pertama: Mempunayi kapabilitas
yang baik dalam leadership. Kedua: mempunyai kecerdasan
yang baik secara intelektual sosial dan pemberdayaan.
c) Syarat Bisnis, yaitu: Pertama: Mempunyai Keinginan. Kedua:
Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan.
Ketiga, Mempunyai ketajaman melihat peluang usaha
sebagaimana layaknya enterpreunership.18
3. Strategi Pengelolaan Dan Pengembangan wakaf a.Pengelolaan Wakaf Tradisional
Dalam Periode ini, wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran yang
murni dimasukkan dalam kategori ibadah Mahdhah (pokok), Yaitu
kebanyakan benda-benda wakaf diperuntukkan untuk kepentingan
pembangunan fisik. Seperti Mesjid, musholla, Pesantren, kuburan,
yayasan dan sebagainya. Sehingga keberadaan wakaf belum memberikan
18
konstribusi sosial yang lebih luas karena hanya untuk kepentingan yang
bersifat konsumtif.19
b. Pengelolaan Wakaf Semi-Profesional
Periode Semi-Profesional adalah masa dimana pengelolaan wakaf
secara umum sama dengan periode tradisional, namun pada masa ini
sudah mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara produktif,
meskipun belum maksimal. Sebagai contoh adalah pembangunan
mesjid-mesjid yang letaknya startegis dengan menambah gedung untuk
pertemuan, pernikahan, seminar, dan acara lainnya seperti masjid sunda
kelapa, masjid pondok indah, mesjid At-taqwa pasar minggu, masjid
Ni’matul ittihad pondok pinang (semunya di jakarta) dan lain-lain. Selain
hal tersebut juga sudah mulai dikembangkannya pemberdayaan
tanah-tanah wakaf untuk bidang pertanian, pendirian usaha-usaha kecil seperti
toko-toko ritel, koperasi, penggilingan padi, usaha bengkel dan sebagainya
yang hasilnya untuk kepentingan pengembangan dibidang pendidikan
(pondok pesantren), meski pola pengelolaannya masih dikatakan
tradisional. Pola pemberdayaan wakaf seperti ini sudah oleh pondok
pesantren Assalam gontor, ponorogo. Adapun secara khusus
mengembangkan wakaf untuk kesehatan dan pendidikan seperti yang
dilakukan oleh yayasan wakaf Sultan Agung, secara intensif terhadap
19
pengembangan pemikiran Islam modern seperti yang dilakukan oleh
yayasan wakaf Paramadina dan seterunya.20
c. Pengelolaan Wakaf Profesional
Periode pengelolaan wakaf secara professional ditandai dengan
pemberdayaan potensi masyarakat secara produktif, keprofesionalan yang
dilakukan meliputi aspek: Manjemen, SDM kenadziran, pola
kemitrausahan, bentuk benda seperti uang, saham, dan surat berharga
lainnya, dukungan political Will pemerintah secara penuh salah satunya
lahirnya UU Wakaf. Dalam mengelola wakaf secara professional paling
tidak, ada tiga filosofi dasar yang yang ditekankan ketika kita hendak
memberdayakan wakaf secara produktif, Pertama pola manajemennya
harus dalam bingkai “ Proyek terintegrasi”, bukan bagian dari biaya yang
terpisah-pisah. Dengan bingkai proyek, sesungguhnya dana wakaf akan
dialokasikan untuk program-program pemberdayaan dengan segala
macam biaya yang terangkum didalamnya. Kedua, Asas kesejahteraan
Nadzir, sudah terlalu lama nadzir diposisikan kerja asal-asalan alias lillahi
ta’ala (atau dalam pengertiannya sisa waktu dan bukan perhatian utama).
Oleh karena itu saatnya kita menjadikan nadzir sebagai profesi yang
memberikan harapan kepada lulusan terbaik umat dan profesi yang
memberikan kesejahteraan, bukan saja di akhirat, tetapi juga di dunia. Dan
20
Alhamdulillah, di Indonesia sesuai dengan undang-undang No.41 tahun
2004 tentang wakaf, Nadzir mendapatkan 10% dari hasil bersih
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. Ketiga, Asas
Transparansi dan Accountabilitas dimana badan wakaf dan lembaga yang
dibantunya harus melaporkan tiap tahun akan proses pengelolaan dana
kepada umat dalam bentuk autided financial report termasuk kewajaran
dari masing-masing pos biayanya.21
B. STRATEGI
1. Pengertian Strategi
J L Thompson (1995) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk
mencapai sebuah hasil akhir: ‘Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran
organisasi. Ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi
kompetitif untuk masing-masing aktivitas. Sementara itu, strategi Fungsional
mendorong secara langsung strategi kompetitif’. Bennet (1996)
menggambarkan strategi sebagai arah yang dipilih organisasi untuk diikuti
dalam mencapai misinya’. Mintzberg menawarkan lima kegunaan dari kata
strategi , yaitu :
a. Sebuah rencana – suatu arah tindakan yang di inginkan secara sadar;
b. Sebuah cara – suatu manuver spesifik yang dimaksudkan untuk mengecoh
lawan atau kompetitor;
21
c. Sebuah pola – dalam suatu rangkaian tindakan;
d. Sebuah posisi – suatu cara menempatkan organisasi dalam sebuah
lingkungan;
e. Sebuah perspektif – suatu cara yang terintegrasi dalam memandang
dunia.22
Strategi adalah pusat dan inti yang khas dari manajemen strategik.
Strategi mengacu pada perumusan tugas, tujuan, dan sasaran organisasi;
strategi kebijakan dan program pokok untuk mencapainya; dan metode yang
dibutuhkan untuk menjamin bahwa strategi telah diimplementasikan untuk
mencapai tujuan akhir organisasi.23
2. Tujuan Strategi
Strategi dalam pemasaran bertujuan untuk mencari atau menciptakan Kondisi paling menguntungkan untuk menjual produk. Beberapa Komponen dalam
strategi pemasaran antara lain :
a. Menentukan segmen pasar, yaitu menentukan siapa yang paling mungkin
dan memastikan menjadi pangsa pasar dari produk yang kita jual.
b. Menetapkan target penjualan, yaitu merencanakan berupa jumlah produk
yang paling optimal masuk ke segmen pasar. Misalnya produk kita
souvenir pernikahan, segmen pasarnya adalah orang yang punya hajat
22
Sandra Oliver, Strategi Public Relations. Penerjemah Sigit Purwanto (Jakarta: Erlangga, 2007) hal. 2.
23
pernikahan, maka kita harus mentarget jumlah maksimal pada bulan-bulan
orang melakukan pernikahan.
c. Memberikan pemahaman pasar terhadap produk, yaitu upaya agar sedapat
mungkin keunggulan produk kita mampu membentuk imej di masyarakat,
sehingga produk kita mudah di kenal dan dikenang. Misalnya, orang
senang sepeda motor merk Honda, karena keiritannya. Jadi penekanan
pembentukan imej adalah sesuatu kelebihan yang ada pada produk kita
dibanding produk lain.
Dari tiga komponen tersebut dapat diaplikasikan menjadi strategi yang kita
susun sehingga siap bersaing di pasar dengan kompetitor lain. Jadikanlah
pasar sebagai obyek penentu agar mereka membeli, membeli, dan membeli
lagi produk yang kita hasilkan, sehingga produk tersebut akan semakin
dikenal di pasar.24
3. Elemen Dari Sebuah Strategi Yang Berhasil
Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa jika suatu straegi harus
berhasil dalam mewujudkan efisiensi dan pemerataan yang optimum dalam
menggunakan sumber daya yang terbatas maka ia harus mengandung tiga
elemen: (a) sebuah mekanisme filter yang memungkinkan individu memilih
antara penggunaan tidak terbatas terhadap sumber daya-sumber daya dalam
suatu cara tertentu sehingga klaim-klaim agregat tidak melebihi penawaran
24
yang ada dan sasaran-sasaran sosioekonomi dalam sistem itu dapat
direalisasikan, (b) sebuah mekanisme yang dapat memberikan motivasi
kepada individu untuk menggunakan miliknya yang terbaik menurut
kehendak mekanisme filter tersebut dengan mengabaikan apakah hal itu akan
memberikan maslahat kepada kepentingan mereka atau kepentingan
masyarakat, dan (c) restrukturisasi sosioekonomi untuk membantu
mentransfer sumber daya-sumber daya terbatas dari satu penggunaan kepada
penggunaan yang lain sehingga pemerataan dan efisiensi optimum dapat
diwujudkan.
Strategi yang diajukan di atas tidak cukup diperlengkapi dengan tiga
elemen pokok saja, tetapi selayaknya menyuntikkan pula suatu dimensi moral
ke dalam sistem ekonomi. Setiap sistem ekonomi yang mempunyai
jawaban-jawaban sekuler terhadap pertanyaan metafisika yang disebutkan di atas, arti
dan tujuan hidup, kepemilikan yang sebenarnya dan tujuan sumber daya yang
terbatas serta hak-hak dan kepentingan individu dalam masyarakat, tidak akan
dapat memberikan motivasi efektif serta restrukturisasi sosioekonomi.25
25
GAMBARAN UMUM BAITUL MAL MUAMALAT
A. Sejarah Baitul Mâl Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Sejak mulai beroperasi pada tahun 1992, bank muamalat ikut serta berperan aktif ikut mempromosikan pendirian dan pengembangan industri perbankan dan bisnis keuangan syariah lainnya seperti :
1. Asuransi syariah pertama (takaful)
2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) termasuk dengan suntikan bantuan modal
dan teknis
3. Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (PINBUK) yang kemudian
mendirikan lebih dari 3.000 baitul mal wat tamwil (BMT)
4. Bisnis pegadaian syariah (alrahnu), beraliansi dengan PT.Pegadaian (persero)
5. Muamalat Institut (MI) untuk mengembangkan, meningkatkan dan menyebarluaskan
pengetahuan seputar perbankan dan keuangan syariah
6. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat)
7. Baitulmaal Muamalat (BMM) sebagai social wing bank muamalat dalam
mengumpulkan dan menyalurkan ZIS, temasuk zakat bank muamalat melalui
beberapa program dan pengembangan usaha mikro.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong)
sosial dan keuangan mikro Indonesia. Hal ini terlihat dari program kerja yang menitikberatkan pada pemberdayaan usaha mikro melalui Program komunitas Usaha mikro Muamalat Berbasis Masjid (KUM3), Pengembanagn Keuangan Mikro Syariah (LKMS), Penjaminan Anak Yatim (Kafala dan ISS) dan Penangan bencana dan Recovery wilayah Bencana (ATM).
Sepak terjang BMM yang semakin luas, masif dengan volume kerja terus menggelembung, semakin dipercaya baik oleh lembaga pemerintah, swasta atau lembaga luar negri. Diantaranya Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan Islamic Developement Bank (IDB).
Saat ini dengan potensi jaringan yang tersebar diseluruh wilayah indonesia, BMM mengoptimalisasikan sumber daya penghimpunan untuk diformulasikan kedalam program-program pemberdayaan yang secara nyata membantu kehidupan masyarakat yang memerlukan bantuan dan secara efektif dapat mewujudkan pencapaian visi lembaga.
B. VISI BAITUL MÂL MUAMALAT
Menjadi motor penggerak program kemandirian Ekonomi rakyat menuju terwujudnya tatanan masyarakat yang peduli.
MISI
1. Melaksanakan program-program pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat secara integral dan komperhensif.
KAPABILITAS
1. Pengelolaan keluarga miskin serta unit bisnis dalam mata rantai ekonomi mikro.
2. Pengembangan lembaga keuangan syariah nasional.
3. Penanganan bencana dan recovery infrastuktur sosial pasca bencana nasional. 4. Penjaminan anak yatim (Pendidikan, pembinaan, dan kehidupan sehari-hari).
C. STRUKTUR KELEMBAGAAN
Struktur Kelembagaan Pengelolaan DanaWakaf adalah sebagai berikut:
Wali Yang Mewakili Kepentingan Wakif
(Wali Waqif)
Auditor Independent Para Wakif
NADZIR
Pelaksana Administrasi Dana Wakaf Manajer Pendayagunaan
Dana Wakaf
Manfaat Manfaat Principal
Pengguna Dana Wakaf
Keterangan:
Wakif : Suatu lembaga atau perorangan yang mengamanahkan sejumlah uang tunai kepada Nadzir (pengelola dana wakaf) untuk diinvestasikan kepada sektor produktif yang maslahat bagi umat.
Nazhir : Suatu lembaga atau perorangan yang bertindak sebagai pengelola dana wakaf, dalam hal ini Baitul Mâl Muamalat (BMM) sebagai manajer pendayagunaan Dana wakaf dan PT. Bank Muamalat Indonesia, TBK sebagai pelaksana administrasi Dana wakaf.
Wali Wakif : Suatu organisasi yang dibentuk oleh wakif untuk mewakili kepentingan para wakif dalam memonitor pengelolaan dana wakaf.
Manager pendayagunaan
Pelaksana Administrasi
Dana Wakaf : Suatu lembaga atau perorangan, dalam hal ini adalah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, yang melakukan
pengadministrasian pengelolaan dana wakaf yang dilakukan oleh manager pendayagunaan Dana Wakaf (BMM).
Pengguna Dana Wakaf
Restricted : Pengguna dana wakaf yang secara spesifik ditunjuk
langsung oleh wakif dengan persetujuan nadzir. Pengguna Dana Wakaf
Unrestricted : Pengguna dana wakaf yang penunjukannya ditentukan oleh
nadzir.
Manfaat (Benefit) : Hasil yang diperoleh dari investasi dana wakaf yang selanjutnya diberikan kepada yang berhak menerimanya (mauquf ’alaih).
Mauquf ’alaih
Restricted : Mauquf alaiah yang spesifik ditunjuk oleh wakif dan disetujui oleh nadzir.
Mauquf ’alaih
Unrestricted : Mauquf alaih yang tidak secara spesifik ditunjuk oleh wakif, namun wakif memilih mauquf alaih yang telah diajukan oleh nadzir.
D. PRODUK-PRODUK BAITUL MÂL MUAMALAT 1. Shar-E Peduli
Shar-E Peduli adalah program sosial yang difasilitasi oleh kartu shar-E dimana nasabah atau deposan menahan kemudian menginfaqkan bagi hasil dari tabungannya selama 1 (satu) tahun untuk program pemberdayaan masyarkat miskin dalam bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
2. IZI infaq
3. IDEaS ...for perfect life
IDEaS (Infaq Dua Enam Satu) merupakan sebuah gerakan untuk membumikan Al-Baqarah ayat 261 dan saling mengingatlkan kepada sesama akan fadillah berinfaq, bagi kehidupan yang lebih baik (the perfect life), didunia dan akhirat. Melalui IDEaS 261 diharapkan potensi infaq masyarkat dapat dikelola. Selling point yang dimunculkan dari program ini adalah menguatnya transparansi dalam pengelolaan dana sosial masyarakat, baik dalam aspek penghimpunan maupun penggunaan. Hal ini dimungkinkan dengan mengedepankan aspek pengelolaan keuangan yang transparan melalui Bank Muamalat.
4. WAQTUMU
Wakaf Tunai Muamalat (waQtumu) dimunculkan sebagai produk inovatif yang menyuguhkan kemudahan dalam berwakaf, disamping mengubah mindstream muwakif dari wakaf atas fix asset menuju wakaf uang.
Melalui waQtumu, potensi wakaf diharapkan lebih dapat digarap karena munculnya kemudahan terutama besaran, pengelolaan dan fleksibilitas.
HASIL PENELITIAN
A. Strategi Pengelolaan Wakaf Uang Pada Baitul Mâl Muamalat 1. Pengelolaan Dana Wakaf
Wakif melepaskan (baik untuk jangka waktu tertentu maupun selamanya) kepemilikannya atas harta yang semula dimilkinya, untuk dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat/mauquf ‘alaih. Dengan dilepasnya kepemilikan tersebut, maka harta wakaf harta tersebut menjadi “Milik Allah“.Untuk menjaga keberlangsungan manfaat dari harta wakaf tersebut, maka pengelolaan harta wakaf tersebut dipercayakan kepada Wali/Nadzir.
Dalam hal Wakaf tersebut berupa uang tunai, maka harta wakaf tersebut dikelola oleh Nadzir yang terdiri dari dua pihak, yaitu Manajer Pendayagunaan Dana Wakaf - Selanjutnya disebut manajer – dan Pelaksana Administrasi Dana Wakaf – Selanjutnya disebut pelaksana administrasi –
yang menyelenggarakan kerja sama pengelolaan dana wakaf. Dalam kontrak tersebut, Pelaksana Adiministrasi akan melakukan pengadministrasian penerimaan dana wakaf dan pencatatan aktifitas pengelolaan dana/investasi berikut penyaluran keuntungannya. Sedangkan Manajer bertugas untuk melakukan pemilihan jenis-jenis investasi sesuai dengan amanat wakif dan mengelolanya secara profesional. Dengan demikian, harta wakaf tersebut bukan merupakan kewajiban/liability maupun asset/kekayaan manajer. Oleh
karena itu, seluruh harta wakaf tersebut harus dipisahkan dari kekayaan manager pendayagunaan Dana wakaf dan dicatat secara tersendiri.1
2. Ketentuan Pengelolaan Dana Wakaf a. Pendirian Nadzir
1) Pengelolaan dana wakaf diawali dengan pembuatan kontrak kerjasama pengelolaan dana wakaf antara PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Selaku Pelaksana Administrasi dan Baitul Mâl Muamalat sebagai Manajer, dimana kedua belah pihak secara bersama-sama sepakat untuk menjadi nadzir.
2) Manajer dan Pelaksana Administrasi secara bersama-sama bertanggung jawab atas penerimaan dan pengelolaan dana wakaf, serta melaporkannya kepada wakif.
b. Penyerahan Dana Wakaf
1) Dana wakaf berasal dari lembaga/perorangan yang diperoleh secara halal, dan berniat untuk menyerahkan sejumlah dana sebagai wakaf kepada pihak-pihak yang ditentukan melalui nadzir.
2) Penyerahan dana dilakukan oleh pihak yang cakap secara hukum. 3) Penyerahan dana wakaf kepada nadzir didasarkan atas kepercayaan
antar pihak dan oleh karena itu, apabila terdapat kerugian atau berkurangnya pokok dana wakaf, maka nadzir tidak bertanggung
1
jawab dan tidak pula dapat dituntut di muka pengadilan sepanjang hal tersebut bukan diakibatkan oleh kecurangan/moral hazard.
4) Berdasarkan ditentukan atau tidak ditentukannya mauquf alaih, dana wakaf yang diserahkan dapat dikategorikan sebagai dana wakaf restricted (untuk mauquf alaih tertentu) maupun un-restricted (mauquf alaih sesuai pilihan yang diajukan nadzir).2
c. Penerbitan Sertifikat Bukti Wakaf
1) Sertifikat Bukti wakaf diterbitkan oleh Nadzir
2) Sertifikat Bukti Wakaf merupakan kontrak antara Nadzir dan Wakif, dimana Wakif mengamanahkan sejumlah uang sebagai wakaf, untuk dikelola pada sektor-sektor yang diinginkan wakif atau sektor produktif yang penetapannya diserahkan kepada nadzir, dan apabila terdapat keuntungan dari pengelolaan dana tersebut akan diberikan kepada pihak-pihak yang telah ditetapkan.
3) Sertifikat Bukti wakaf bukan merupakan surat berharga yang dapat diperjual-belikan, tetapi bisa dipindah tangankan.
4) Sertifikat Bukti Wakaf dapat diterbitkan secara atas nama.
5) Penerbitan sertifikat tersebut dapat diinisiasi (atas inisiatf) oleh nadzir ataupun calon mauquf alaih atau calon pengguna dana wakaf yang memerlukan dukungan dana wakaf.
2
6) Sertifikat Bukti Wakaf yang penerbitannya diinisiasi oleh calon Mauquf alaih/calon pengguna dana wakaf harus terlebih dahulu dievaluasi oleh underwritter (Yang dalam hal ini adalah calon Manajer) baik secara best effort basis maupun full-commotment.
7) Sertifikat Bukti Wakaf tersebut dapat ditujukan untuk Mauquf alaih yang sudah ditetapkan oleh wakif (restricted) maupun tidak ditetapkan (un-restricted).3
d. Pengelolaan Dana Wakaf
1) Nadzir akan menyalurkan dana yang terimanya (pokok/principle) kepada pengguna dana wakaf.
2) Apabila pengguna dana wakaf telah ditetapkan oleh wakif, maka nadzir akan meneruskan dana tersebut kepada pengguna dana wakaf yang ditunjuk.
3) Apabila wakif tidak menentukan pengguna dana wakaf, maka nadzir akan melakukan kerjasama dengan/meneruskannya kepada pihak-pihak yang menurut nadzir berhak dan layak untuk menerima/memanfaatkan dana wakaf secara produktif.
4) Penetapan pengguna dana wakaf tersebut didasarkan kepada kebijakan penyaluran dana wakaf yang sudah ditetapkan oleh nadzir.
5) Disamping pokok/principle dana wakaf, Nadzir juga akan menyalurkan manfaat yang dihasilkan
3
6) Manfaat tersebut disalurkan pada sektor-sektor yang telah ditetapkan, bernilai sosial atau pemberdayaan ekonomi ummat atau keluarga wakif.4
e. Pengalihan dan Pemutusan Kontrak Pengelolaan Dana Wakaf.
1) Kontrak pengelolaan dana wakaf dapat dibatalkan baik atas permintaan wakif, melalui Wali Wakif, maupun Nadzir.
2) Pemutusan oleh wakif dapat dilakukan jika wakif menilai ada bukti bahwa nadzir tidak amanah dalam mengelola dana wakaf.
3) Apabila pemutusan kontrak dilakukan atas inisiatif wakif, maka Nadzir akan mengembalikan harta wakaf yang dinisbatkan kepada wakif, dan wakif akan mengembalikan Sertifikat Bukti Wakaf.
4) Apabila pemutusan kontrak tersebut terjadi atas permintaan nadzir, maka Nadzir harus memindahkan seluruh amanat wakafnya kepada Nadzir lain. Pemindahan tersebut mencakup seluruh asset yang dinisbatkan kepada wakif yang berada dalam pengelolaannya.
5) Dalam hal tidak terdapat Nadzir lain, maka amanat wakaf tersebut diserahkan kepada pemerintah (cq. Dept. Agama)
6) Sebelum dilakukan pemutusan kontrak pengelolaan dana wakaf, maka wakif, melaui wali wakif, dan Nadzir harus melakukan musyawarah untuk mufakat.5
4
Baitul Maal Muamalat, Pedoman Wakaf Tunai Muamalat, h.8 5
Skema Pengelolaan DanaWakaf adalah sebagai berikut:
Wali Yang Mewakili Kepentingan Wakif
(Wali Waqif)
Auditor Independent Para Wakif
NADZIR
Pelaksana Administrasi Dana Wakaf Manajer Pendayagunaan
Dana Wakaf
Manfaat Manfaat Principal
Mauquf Alaihi Pengguna Dana Wakaf
Aliran dana wakaf
Dana wakaf Pengelolaan Dana Wakaf Manfaat Wakaf Pokok Dana Wakaf
B. Prosedur Penyetoran Wakaf Uang Pada Baitul Mâl Muamalat. 1. Penerimaan Dana Wakaf
a. Pada saat pendaftaran Wakif mengisi dan menyertakan dokumen-dokumen seperti Aplikasi Pendaftaran Akad Wakaf tunai dan Identitas diri berupa foto copy KTP/SIM (2 lembar)
b. Aplikasi Pendaftaran Akad Wakaf Tunai merupakan dokumen yang dibuat dalam tiga lembar manifold, yaitu: Lembar ke- 1 (asli) untuk Wakif
(putih),Lembar ke- 2 untuk penerima/CS-BMI (merah muda) dan Lembar ke- 3 untuk BMM (kuning)
c. Dana Wakaf minimal sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah)
d. Wakif dapat menyetorkan dana wakaf dengan melalui setoran tunai, pemindahbukuan maupun melalui Kliring.
e. Wakif menyetorkan dana secara tunai ke Teller dengan menggunakan Slip setoran wakaf yang dibuat dalam tiga lembar manifold, yaitu: Lembar ke- 1 untuk Tiket Kredit (putih), Lembar ke- 2 untuk Copy Teller (Merah muda) dan Lembar ke- 3 untuk Penyetor/Wakif (hijau)
f. Atas penyerahan dana tersebut Wakif akan menerima Sertifikat dengan nominal sesuai dengan dana yang diserahkan.
2. Penerbitan dan Penyerahan Sertifikat Bukti Wakaf
b. Ada satu jenis Sertifikat Bukti Wakaf, Yaitu: Sertifikat Wakaf Tunai Muamalat.
c. Sertifikat Bukti Wakaf diterbitkan dengan nominal sesuai dengan dana yang diserahkan.
d. Sertifikat Bukti Wakaf restricted dan Unrestricted hanya dapat diterbitkan sebesar kebutuhan dana, dalam jumlah tidak terbatas, dengan nilai minimal Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
e. Sertifikat Bukti Wakaf dicetak dengan nomor registasi, nama dan nominal blanko.
f. Sertifikat Bukti wakaf akan dikeluarkan apabila sudah terdapat calon wakif yang menyatakan komitmennya.
g. Dalam hal Sertifikat bukti wakaf belum terdistribusi maka akan disimpan oleh Pelaksana Administrasi Dana Wakaf.
h. Sertifikat Bukti Wakaf yang dikeluarkan dinyatakan sah apabila ditandatangani oleh pejabat Nadzir yang berwenang.
3. Prosedur Penerimaan Dana Wakaf a. Customer Service
1) Jelaskan kepada wakif syarat- syarat yang harus dipenuhi dalam penerimaan wakaf.
2) Mintakan kepada wakif untuk mengisi dan menyerahkan: a) Akad Wakaf Tunai
c) Identitas diri berupa foto copy KTP/SIM sebanyak 2 lembar
1) Periksa kelengkapan data diisi oleh Wakif, bila kurang lengkap mintakan kepada Wakif untuk melengkapi data–data yang diperlukan.
2) Lakukan input Data Wakif ke sistem komputer 3) Distribusikan Akad Wakaf Tunai kepada:
a) Lembar ke- 1 untuk Wakif (putih)
b) Lembar ke - 2 untuk Penerima/CS-BMI (Merah muda) c) Lembar ke- 3 untuk BMM (Kuning)
4) Mintakan kepada Wakif untuk menyetorkan dana wakaf ke Teller b. Teller
1) Terima setoran dari Wakif beserta dana wakaf 2) Periksa kelengkapan data pada slip setoran
3) Input transaksi sesuai dengan prosedur yang berlaku dengan jurnal Db. Kas/Rekening Nasabah
Kr. Rekening Wakaf Tunai (301.0046.15 a.n Dana Kelolaan wakaf ). 4). Distribusikan slip Setoran :
a) Lembar ke- 1 untuk Tiket Kredit (Putih)
b) Lembar ke- 2 untuk Copy Teller (Merah Muda) c) Lembar ke- 3 untuk Penyetor/Wakif (hijau) c. Pelaksana Administrasi Dana Wakaf (BMM)
3) Mengambil dan menerima Akad Wakaf Tunai lembar ke- 3 dari CS/Teller
4) Bandingkan data pada Akad Wakaf Tunai dengan data pada slip setoran
5) Terbitkan Sertifikat Bukti Wakaf
6) Distribusikan Sertfikat Bukti Wakaf kepada wakif melalui CS 7) File Aplikasi Akad Wakaf Tunai lenbar ke-3
d. Customer Service
1) Terima Sertifikat Bukti dari Pelaksana Administrasi Dana Wakaf 2) Bandingkan Data dengan dokumen-dokumen berikut yang ada pada
wakif:
a) Aplikasi Akad Wakaf Tunai lembar ke- 1 b) Slip setoran lembar ke- 3
3) Berikan Sertifikat Bukti Wakaf kepada Wakif
4) Mintakan kepada Wakif untuk menandatangani buku Tanda Terima Penyerahan Sertifikat Bukti Wakaf
5) Input Kode Rekening penerima manfaat dana wakaf
1. Analisa Data Wakif Dalam Produk Wakaf Tunai Muamalat
[image:60.612.113.531.233.551.2]Baitul Mâl Muamalat mengalami berbagai perubahan dalam jumlah Wakif yang menyetorkan dana wakafnya ke produk waQtumu (wakaf tunai muamalat), terhitung dari tahun 2002 hingga Bulan April 2009 jumlah peserta Wakaf tunai muamalat berjumlah 327 wakif, diantarnya sebagai berikut :
Tabel 4.1 DATA MUWAKIF WAKAF TUNAI MUMALAT
30- APRIL-2009
TAHUN PESERTA NOMINAL
2002 8 16,688,917
2003 18 18,723,009
2004 19 19,931,613
2005 42 101,350,353
2006 55 60,334,967
2007 84 84,157,614
2008 70 42,431,091
2009 31 13,129,595
TOTAL 327 356,747,163
Sumber:Laporan Tahunan 2002-2009
peningkatan wakif yang menyetorkan dana wakafnya ke BMM. Mulai dari tahun 2002 yang berjumlah 8 wakif dengan jumlah nominal 16,688,917, meningkat pada tahun 2003 yaitu 18 wakif dengan jumlah nominal 18,723,009. Pada tahun 2004 jumlah wakif bertambah menjadi 19 wakif dengan jumlah nominal 19,931,613, meningkat pesat pada tahun 2005 yaitu dengan bertambahnya jumlah wakif menjadi 42 dengan nominal 101,350,353. Pada tahun 2006 jumlah wakif mengalami peningkatan kembali dengan menjadi 55 wakif dengan nominal 60,334,967, meningkat kembali pada tahun 2007 menjadi 84 wakif dengan nominal 84,157,614. Pada tahun 2008 mengalami penurunan wakif yang menyetorkan dan wakafnya yaitu 70 wakif dengan jumlah nominal 42,431,091, dan pada 30 april 2009 31 wakif yang sudah menyetorkan dana wakafnya dengan nominal 13,.129,595. dan total semua jumlah nominal wakaf uang yang terkumpul yaitu 356,747,163. 2. Analisa Data Penghimpunan Dana dan Penggunaan Dana Wakaf dari
tahun 2004-2007
[image:61.612.113.533.164.522.2]Sumber dana wakaf dan Penggunaan Dana wakaf pada setiap tahun mengalami perubahan, adapun rincian perkembangannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Tahun 2004-2007
Keterangan 2004 2005 2006 2007 Sumber Dana 30,777,854 106,101,350 60,334,967 100,658,848 Penggunaan Dana 9,428,000 - 8,227,500 -
Sumber:Laporan Keuangan,2004-2007 Keterangan :
wakaf yang termanfaatkan adalah 8,227,500 yang terdiri dari rinciannya pada tabel 4.3 . Pada tahun 2007 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana wakaf yang terkumpul adalah 103,133,848 (Bruto), 2,475,000 (Transfer antar dana), 100,658.848 (Netto). Dan Laporan Atas keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 sumber dana wakaf terdiri dari Dana wakaf sebesar Rp.78,550,076. Wakaf Bangunan sebesar Rp.100,000. Wakaf Pendidikan Rp.696,650. Bagi hasil sebesar Rp.21,212,122. Penerimaan transfer antar dana sebesar Rp.2,475,000 dengan total semua adalah Rp.103,133,848. Dan Laporan Saldo Dana wakaf pada 31 Desember 2007 keteranganya sebagai berikut Saldo Awal 224,675,059 dengan penambahan 103,083,848. Dan jumlah Saldo akhir adalah 327,758,907.
Tabel 4.3