• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Dakwah Dalam Film Ayat- Ayat Cinta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Wacana Dakwah Dalam Film Ayat- Ayat Cinta"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

DALAltl FILM AYAT- A.YA.T (;INTA.

Oleh:

ZeidMaftuh

NIJM:104051001927

O|イセO|O|QGセ@ エェᄋイャ|イセエヲスセ@ LJJN S"'(J\t-!JfJ GN\ャO|スサO|ヲᄋ|MイOセ|@

JUlliJSAN KOMUNIKASI DAN I»EN\'IAHAN JI.SLAM

l<'AKULTAS DAKWAU DAN .KOlHllJNIKASI

llJIN SYAHIF Jl.IJl.DAYATULLAH

JJAKAltTA

(2)

DALAM FILM AYAT-AYAT CINTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos,I)

Oleh:

Zeid Maftuh NIM: 104051001927

Pembimbing:

ii

M. Hum.

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKW AH DAN KOMUNIKASI

lfIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HII>AYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul "Analisis Wacana Dakwah Dalam Film Ayat-Ayat Cinta'', telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada hari Kamis, tanggal 19 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Program Strata 1 (S-1) pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Ketua Merangkap Anggota.

Dr. Murodi, MA NIP: 150 254 102

Penguji I

DR. Arief Subhan, MA NIP: 150 262 442

Jakarta 2008

Sidang Mnnaqosyalt

Sekretaris Merangkap Anggota

Anggota

Pembimbiug

Mulkanasir, BA, S.Pd, M NIP: 150 210 638

Penguji II

(4)

Dengan ini saya menyatakan:

I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(5)

Oleh : Zeid Maftnh (104051001927)

Film Ayat-Ayat Cinta (AAC) merupakan salah satu. film ber-genre Drama Religius Roman/Percintaan yang mengusung tema seputar perjuangan seorang mahasiswa Indonesia yang bemama Fahri bin Abdullah Shiddiq yang telah tujuh tahun menempuh pendidikan di Al-Azhar Mesir. Dalam kehidupannya sebagai seorang mahasiswa dia menemui banyak seka!i tantangan dan lika liku dalam kehidupannya, namun semua itu ia hadapi dengan keikhlasan dan kesabaran.

Kemudian yang menjadi pertanyaan utama adalah bagaimana konstruksi wacana dakwah yang terdapat dalam film Ayat-Ayat Cinta (AAC) yang ditulis oleh Salman Aristo dan Ginatri S.Noer?. Selaajutnya akan melahirkan sub-question mengenai pesan-pesan dakwah apa saja yang terdapat dalam film Ayat-Ayat Cinta (AAC) ini?.

Metode yang digunakan adalah analisis wacana dari model Teun A. Van Dijk. Dalam model Van Dijk ada tiga dimensi yang menjadi objek penelitianuya, yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan juga konteks sosial. Kognisi sosial adalah pandangan atau pemahaman komunikator terhadap film ' yang dibuatnya. Sedangkan konteks sosial adalah pandangan atau pemahaman komunikator terhadap situasi yang melatar belakangi dibuatnya film tersebut. Sedangkan dimensi teks adalah susunan struktur teks yang terdapat dalam film ini.

Jika dianalisa, secara umum sang komunikator dalam film Ayat-Ayat Cinta ini hendak mengkonstruksi tema besar yakni tentang keikhlasan dan kesabaran seorang hamba Tuhan terhadap ujian dan cobaan yang dihadapinya. Dalam film ini juga tertangkap kesan kuat mengeiJai hubungan seorang manusia terhadap Tuhannya, dan juga hubungan antar sesama manusia. Kemudian agar lebih menggugah emosi para penonton, disisipkan kata/kalimat melalui referensi al-Qur'an dan Hadits.

(6)

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya yang telah diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir jaman.

Skripsi ini disusun sebagai tugas terakhir selama menempuh jenjang pendidikan di perguruan tinggi dan juga sebagai persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos, I) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini dapat tersetesaikan alas dukungan dan bantuan serta bimbingan semua pihak, oleh karena itu penutis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

I. Dr. H. Murodi, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, DR. Arif Subhan MA, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Drs. Study Rizal L.K,MA, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Wahidin Saputra M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, dan Umi Musyarofah, MAsebagai Sekretaris Jurusan. 3. Dra. Asriati Jamil, M.Hum, sebagai IPembimbing Skripsi, dengan

(7)

bantuan keilmuan bagi penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 5. Ketua beserta staf Perpustakaan Utama dan Fakultas Dakwah yang telah

memberikan pelayanan bagi penulis dalam mencari referensi.

6. Ayahanda Mukhtar Ghozaly Syah dan Ibunda Siti Romdhon yang selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi yang tak terhingga serta dukungan moril clan materil.

Hanya doa dan harapan yang penulis sampaikan, semoga skripsi ini

bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini semoga mendapat balasan dari Allah SWT, Amien Ya Rabbal A'lamien.

(8)

SURAT PENGESAHAN PEMBIMBING .••...•....••..•...•...•...•...•...•.• i

SURAT PENGESAHAN P ANITIA UJIAN ... ii

SURAT PERNY AT AAN ...•....•••....•...•...••....•...••...••....•....•....•. iii

ABSTRAK .•..•••...•••....•.•..•••...•.•...•...•.••••.•.•.••...••....••....•...••..•... .iv

KATA PENGANTAR ...•...•....•....•....••...••....•... v

Jl)AFT AR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masai ah ... 01

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 04

C. Tujuan Penelitian ... 04

D. Manfaat Penelitian ... 05

E. Tinjauan Teoritis ... 06

F. Metodologi Penelitian ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II: DAKWAH MELALUI FILM A. Film Sebagai Media Dakwah ... 17

I. Pengertian, Sejarah dan Perkembangan Film ... 17

2. Jenis-Jenis Film ... 28

3. Unsur-Unsur Sebual1 Film ... 29

4. Pengertian dan Ruang Lingkup Dakwah ... 30

5. Dakwah Melalui Audio-Visual.. ... .44

(9)

I. Pengaruh Film dalam Kehidupan ... .49

2. Konsepsi Struktur Van Dijk dalam Film ... .54

BAB III: PROFIL RUMAH PRODUKSI FILM AYAT-AYAT CINTA A. Profil Ru mah Produksi MD Entertainment ... 65

B. Faktor Penghambat dan Pendukung Film Ayat-Ayat Cinta ... 67

C. Kru dan Para Pemain Film Ayat-Ayat Cinta ... 71

D. Sinopsis Film Ayat-Ayat Cinta ... 73

BAB IV : ANALISIS A. Konteks Sosial (Agama, Ekonomi dan Budaya) Film Ayat-Ayat Cinta ... 76

B. Kognisi Sosial Film Ayat-Ayat Cinta ... 80

C. Teks Film Ayat-Ayat Cinta ... 82

I. Struktur Makro dalam Film Ayat-Ayat Cinta ... 82

2. Superstruktur Film Ayat-Ayat Cinta ... 84

3. Struktur Mikro Film Ayat-ayat Cinta ... 85

D. Muatan Dakwah Film Ayat-Ayat Cinta ... 99

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 107

B. Saran-Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA

(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi komunikasi dan infommsi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Salah satu contohnya adalah perkembangan perfilman. Dalam perjalanan sejarahnya film saat ini sudah meajadi industri yang sangat besar serta

menguntungkan. Film merupakan bentuk dari media massa yang dapat menyebarkan pesan dengan keunggulan teknisnya.

Dan seiring dengan adanya modemitas yang berpengaruh pula dalam dunia perfilman, munculah film-film layar lebar yang diputar di bioskop-bioskop

yang semakin banyak digandrungi oleh masyarakat. Jika diperhatikan perkembangan film yang diputar tersebut, mayoritas banyak film luar dan dalam negeri yang mengetengahkan tema, pertikaian, perselisihan keluarga, percintaan, kemegahan dan kemewahan serta kekerasan yang tidak sama sekali memasukan nilai-nilai religius di dalamnya.

Lajunya perkembangan jaman memacu tingkat kemajuan ilmu dan teknologi komunikasi sebagai sarana yang dapat menghubungkan suatu masyarakat di satu tempat dengan masyarakat lain di tempat lain. Dan kecanggihan teknologi yang ikut mempengaruhi aspek kehidupan manusia.

Di Indonesia, film sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Film berfungsi sebagai media informasi, hiburan, pendidikan dan penerangan. Film juga berperan sebagai pengalaman dan nilai yang dapat memenuhi kebutuhan

yang bersifat spiritual, yaitu keindahan dan transedental.1

1 Aep Kusnavvan.

'Ko111unikasi dan Penyiaran !s/a1n'. (Bandung: Benang Merah Press,

(11)

Sebagai primadona media, film memberikan imbas yang luar biasa bagi kehidupan masyarakat. Bahkau kehadirannya yang massif dengan bau

kapitalistiknya yang kental, langsung tidak langsung berpengarnh kepada prilaku dan pola pikir masyarakat Indonesia. Apalagi dalam deretan media informasi, media ini memiliki daya penetrasi bagi para penontonnya. 2

Menurut guru besar Universitas Hasanudin dan para staf pengajarnya,

Anwar Arifin dan Azwar Hasan dalam pekan Apresiasi dan Diskusi Film di Ujung Pandang. mengatakan, bahwa dari sudut pandang teori lmmunikasi, khususnya

filmologi, diakui bahwasannya film sangat potensial untuk mempengarnhi perilaku penonton. Hal ini disebabkan kekuatan clan keunikannya sebagai media, efektif mengantarkan pesan secara mengesankan. Kekuatan pengaruhnya, mampu mengiringi penonton pada situasi identitas optik clan identitas psikologik.3

Kemajuan teknologi saat ini, dimana media massa yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah seperti radio, internet, televisi, bahkan

film dapat memberikan kemudahan bagi para juru clakwah untuk dapat menyampaikan pesannya. Dengan adanya penggunaan media tersebut, maka jangkauan dakwah tidak lagi memiliki batas baik mang maupun waktu.

Oleh karena itu, seyogyanya para pelaku dakwah mampu menggiring clan melakukan inovasi dakwah melalui media film layar lebar sebagai salah satu instrumen, terlebih nilai efektivitas dan multi efek yang mampu dihasilkan dari

media layar lebar. Disisi lain film sangat efektif dalam menimbulkan emosi, sikap,

2

Penctrasi media televisi (sinetron dan film) rnencapai 90, 7'7h, radio 39%, surat kabar

29,8o/o, majalah 22,4%, internet 8,8%, dan orang yang menonton bioskop sebesar 15% (Data Media Index-Nielsen Media Research 2006).

3

Artikel: Pekan Diskusi dan Apresisi Film Indonesia di Ujung Pandang 23-25 Oktober

1995. dengan terna 'Pe1nberdayaan Fi/111 Jndonesia; Suatu Upaya Men1aha111i Realitas Masyarakat

Indonesia'. (kerjasama Universitas I-lassanuddin & Direktorat Pembinaan Film dan Rekaman

(12)

akhlak, dan peri!aku manusia. Karena sesunggunya dakwah bukan sebatas dialog

lisan dan tulisan saja. Namun, merupakan dialog atau kegiatan amal seni,

intelektual dan budaya.

Dari fenomena tersebut, dakwah sebagai salah satu aktivitas komunikasi

harus mampu memanfaatkan media massa yang telah maju untuk menyampaikan

pesan-pesan dakwah, tanpa hams mengurangi makna dan tujuannya. Oleh karena

itu, para praktisi dakwah dituntut untuk bisa berinovasi melalui media alternatif

dalam menyampaikan kebenaran Islam. Karena itu pesan dakwah harus dilakukan

dengan berbagai cara sesuai kemampuar1, keahlian dan keterampilan

masing-masing.

Hal inilah yang dilakukan oleh seorang Sutradara Setiawan Hanung

Bramautyo4, beserta penulis skenario Salman Aristo5 clan Ginatri S. Noer,6

yang mencoba berkreasi dalam film yang berjudul 'Ayat-Ayat Cinta'. Film

garapannya itu diangkat dari novel fenomenal 'Ayat-Ayat Cinta', karya

Habiburrabman El-Sbirazy7• Novel ini merupakan salah satu novel terlaris

(Best Seller) di Indonesia8, sehingga berhasil meraih penghargaan 'The Most

Favorite Book 2005', clan juga peraih 'Pena Award Novel Terp!{ji Nasional' di

tahun yang sama.

4 Lahir di Yogyakarta 1 Oktober 1975. Peraih Sutradara Terbaik diajang Festival Film

Indonesia (FF!) di Pekan Baru, Riau tahun 2007. Dan diajang yang sama ia jug a meraih Sutradara Terbaik lewat film arahannyan, 'Brownies' (untuk Piala Citra - film layar lebar tahun 2006)

5 Jakarta, 13 April 1976. Penulis Skenario film Jomblo, Catalan Akhir Sekolah,

Brownies, Cinta Silver, Ayat-Ayat Cinta & Laskar Pclangi.

6

Jakarta, 15 Desember 1979. Penulis Skenario film Kuntilanak, Jalangkung.

7 Lahir di Semarang 30 September 1976. Sarjana Al-Az/lar University Cairo. Founder dan

pengasuh utama Pesantren Karya dan Wirausaha Basmala Indonesia. la juga dikenal secara

nasiottal sebagai da'I, novelis dan penyair. 8

(13)

Berdasarkan pemaparan di atas, maim penulis memilih judul: "Analisis Wacana Dakwab Dalam Film Ayat-Ayat Cint:a".

R Batasan dan Rnmnsan Masalah

1. Batasan Masalah

Peneliti bermaksud mengungkap tentang pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam skrip film Ayat-Ayat Cinta, dan lingkup dibatasi pada muatan dakwah dalam film Ayat-Ayat Cinta.

2. Rumusan Masalah

Adapun pokok masalah yang akan diangkat secara umum adalah bagaimana pesan dakwah yang terkandung dalam skrip film ini? Untuk menelusuri permasalahan tersebut, maka penulis akan dituntun oleh pertanyaan minor (sub-question) sebagai berikut:

a. Bagaimana skrip film Ayat-Ayat Cinta bila dilihat dari konteks sosial (agama, ekonomi, budaya), dan kognisi sosial (kondisi sosial)?

b. Bagaimana teks (strnktur makro, super strnktur, dan strnktur mikro) dalam film ini?

c. Bagaimana muatan dakwah dalam skrip film Ayat-Ayat Cinta?

C. Tnjnan Penelitian

(14)

penulis rumuskan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk dapat mengetahui film Ayat-Ayat Cinta bila dilihat dari konteks sosial (agama, ekonomi clan budaya), serta kognisi sosial (kondisi sosial).

b. Untuk dapat mengetahui teks ( struktur makro, super struktur , dan struktur mikro) dalam film tersebut.

c. Serta dapat mengetahui muatan unsur dak11;ah dalam film Ayat-Ayat Cinta.

Analisis ini terdiri dari pengumpulan data, analisis data dan pemaparan hasil analisis. Pengolahan data yang digunakan sebagai bahan analisis wacana diambil dari model Teun A. Van Dijk. Model ini meliputi elemen seperti topik, skema, latar, detail, maksud, bentuk kalimat, leksikon, dan eセᄋ。ヲゥウN@

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

I. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan wacana keilmuan dakwah, terutama analisis film.

2. Manfaat praktis

(15)

berdakwah di era informasi lebih dimanfaatkan dan dipergunakan secara

optimal.

E. Tinjauan Teoritis

Secara etimologi, istilah wacana sepetti yang dikutip oleh Mulyana berasal dari bahasa sansekerta waclwak/vak, yang memiliki arti 'be:rkata' atau 'berucap'. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ana yang berada di belakang adalah bentuk szifiks (akhiran) yang bermakna membendakan (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat dia1tikan sebagai perkataan atau tuturan. Dalam kamus bahasa Jawa Kuno- Indonesia karangan Wojowasito terdapat kata waca berarti baca, wacaka berarti mengucapkan dan kata wacana berarti perkataan.9

Dalam kamus bahasa Indonesia Kontemporer terdapat tiga makna dari kata wacana. Pertama, percakapan; ucapan; tutur. Kedua, ke:seluruhan cangkupan

yang merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar yang realisasinya merupakan bentuk karangan yang utuh. 10

lstilah wacana dikenalkan dan digunakan ofeh para ahli bahasa indonesia dan di negara-negara berbahasa melayu sebagai bentuk te1jemahan dari istilah bahasa lnggris 'Discourse·. kata Discourse sendiri, berasal dari bahasa Latin yaitu

'Diskursus' yang berarti 'lari kian-kemari'. Kata itu di tumnkan menjadi 'Dis'

( dari/dalam arah yang berbeda) dan Currer (lari). 11

9 Mulyana, 'Kajian Wacana: Teori, Metode & Ap/ikasi .Prinsip-Prinsip Analisis

Wacana '. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 3.

10 Peter Salim & Yenny Salim, 'Ka111us Besar Bahasa Indonesia Konte1nporer '. (Jakarta:

Modem English Press, 2002), edisi ke-3. h. 1709. 11

(16)

Sedangkan secara tenninologi, istilah wacana memiliki arti yang sangat

luas, luasnya makna wacana dikarenakan perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut, mulai dari studi Bahasa, Psikologi,

Sosiologi, Politik, Komunikasi dan Sastra.12

Berikut beberapa pengertian wacana menurut 「・ィセイ。ー。@ pendapat. Henry Guntur Tarigan sebagaimana yang dikutip oleh Mulyana mengatakan, bahwa: 'wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki koherensi yang baik, mempunyai awal clan akhiran yang jelas, berkesinambungan dan dapat disampaikan secara lisan dan tulisan' .13

Menurut pendapat di atas, apa yang dinamakan wacana bukan hanya

sesuatu yang tertulis namun juga lisan. Bisa disimpulkan terdapat dua wacana, wacana lisan dan wacana tulisan. Wacana lisan melibatkan partisipasinya secara langsung dalam satu situasi dan konteks yang sama, disamping itu diperlukan daya simak yang tinggi karana wacana lisan sulit diulang tepat sama dengan ukuran yang pertama, juga melibatkan unsur kebiasaan atau pengetahuan yang telah diketahui bersama. Sedangkan wacana tulis biasanya menggunakan bahasa

baku, dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit-unit kebahasaanya dan mempunyai unsur kebahasaan yang lengkap (tidak ada pengulangan bagiannya).14

Sejalan dengan Henry Guntur, Samsuri dalam bukunya Alex Sobur juga

per

pendapat bahwa wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang

peristiwa komunikasi, baik komunikasi lisan maupun tulisan, yang terdiri at11s

12

Eriyanto, 'Ana/isis Wacana: Pe11ga11tar Analisis Teks Media'. (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi, Aksara, 2006), cctakan ke-5, h. I.

13

Mulyana, 'Kajian Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana'. H. 6.

14

(17)

seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara satu kalimat

d engan yang am. I . 15

Karena wacana merupakan peristiwa komunikasi seperti dijelaskan di atas, maka sebuah wacana tidak hanya terdiri dari kalimat yang gramatikal, tapi sebuah wacana harus memberikan interpretasi yang bermakna bagi pembaca dan pendengamya. lni berarti, kalimat-kalimat yang digunakan oleh pembicara

maupun penulis bukan hanya sesuai dengan susunan gramatikal, tapi juga kalimat-kalimat tersebut harus berhubungan secam logis dan kontekstual.16

Sebetulnya, banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli. Eriyanto dalam buku Analisis Wacana-nya,

misalnya, menyajikan model-model analisis wacana yang dikembangkan oleh Roger Fowler (1979). Theo Van Leeuwen (1986), Sara Mills (1992), Norman Fairclough (1998), dan Teun A. Van Dijk (1998)17•

Model analisis Roger Fowler melalui Pendekatan yang dikenal sebagai

critical linguistic mengenai struktur dan fungsi bahasa.. Fungsi dan struktur bahasa itu menyediakan alat untuk dikomunikasikan kepada khalayaknya. Critical Linguistic terutama dikembangkan dari teori linguistik, yang melihat bagaimana tata bahasa/grammar tertentu dan pilihan kosakata tertentu membawa implikasi dan ideologi tertentu.

Sedangkan model Theo van Leeuwen membuat suatu model analisis yang secara umum menampilkan bagimana peristiwa dan aktor sosial ditampilkan

dalam media. Ada dua pusat perhatian. Pertama, proses pengeluaran (exclusion). Kedua, proses pemasukan (inclusion).

15

Alex Sobur, 'Ana/isis Teks Media·. (Bandung: Rosdakarya, 2001), cet ke-2, h. IO.

16

Jos Daniel Parcra, 'Teori Semantik '. (Jakarta: Erlangga, 2004), edisi ke-2. h. 219.

17 Alex Sobur,

(18)

Model Sara Mills yang titik perhatiannya pada perspektif Feminisme, gagasan Sara Mills berbeda dengan model critical linguistic yang memusatkan

perhatiannya pada struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruhnya dalam pemaknaan khalayak. Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi aktor ditampilkan dalam teks.

Sedangkan titik perhatian dari model Norman Fairclough adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan untuk melihat bagaimana pemakai bahasa membawa nilai ideologis tertentu dibutuhkan analisis menyeluruh, analisis yang dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu, dan secara umum diintegrasikan pada perubahan

um urn.

Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa para ahli tersebut, penulis menggunakan model Tenn A. Van Dijk, karena model ini adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini dimungkinkan karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dapat dipakai secara praktis.

Model yang dipakai oleh Van Dijk ini disebut sebagai 'kognisi sosial'. Tsti !ah ini sebenamya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Namun pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurutnya, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada anlisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari

(19)

bagaimana suatu teks diperoduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan

kenapa teks bisa semacam itu. 18

Melalui berbagai karyanya, Van Dijk membuat kerangka analisis wacana

yang dapat didayagunakan. Ia melihat suatu wacana terdiri atas berbagai

tingkatan/struktur, yang masing-masing bagian saling mendukung.

la membaginya dalam tiga tingkatan.

Tingkatan pertama dinamakan struktur makro, ini merupakan makna

global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu

teks. Terna wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu

peristiwa. dalam istilah perfilman istilah ini dikenal dengan tema.

Tingkatan yang kedua adalah superstruktur yang disebut kerangka suatu

teks; bagaimana struktnr dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.

Dalam istilah perfilman disebut struktur cerita.

Kemudian tingkatan yang ketiga struktur mikro adalah makna wacana

yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,

parafrase yang dipakai dan sebagainya. Struktur ini terbagi menjadi empat

elemen. Elemen semantik dapat diamati melalui tematik. Elemen sintaksis,

diamati melalui dialog atau adegan. Elemen stalistik atau gaya bahasa yang

digunakan, dan elemen retoris dapat dilihat melalui gaya dan gambar yang

mengalami pengulangan-pengulangan dalam sebuah adegan. Berikut ini tebel

elemen Van Dijk.

(20)

Tabel. 1: Elemen Wacana Van Dijk

Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen

Struktur Makro TEMATIK Topik

(Apa yang dikatakan)

Superstruldur SKEMATIK Skema

(Bagimana pendapat disusun dan dirangkai?)

Struktur Mikro SEMANTIK Latar, detail, maksud,

(Makna yang ingin ditekankanDalam teks berita) praanggapan,

Struktur mikro SINTAKSIS Bentuk kalimat,

(Bagaimana pendapat disampaikan ?) kata ganti. koherensi

Struktur Mikro STALISTIK Leksikon

(Pilihan kata apa yang dipakai?)

Struktur Mikro RETORJS Gratis, Ekspresi,

(Bagaimana & dengan cara apa penekanan dilakukan) Metafora

セセセセセセセMMセセセセセセセセセセセセセセᄋセセセセセセMM

F.

Metodologi Penelitian

I. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendek11tan kualitatif dengan menggunakan analisis wacana (discourse analysis),. yakni bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks semata, tetapi juga bagaimana pesan

itu

disampaikan. [image:20.595.61.441.50.512.2]
(21)

Untuk itu penulis menggunakan metodologi analisis wacana (discourse

analysis), yaitu studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah

mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.18 Model yang digunakan oleh

penulis adalah model Van Dijk, dimana penelitian wacana tidak hanya pada

teks semata, tetapi bagimana suatu teks diproduksi. Inti analisis Van Dijk

menggabungkan tiga dimensi. teks, kognisi sosial, dan konteks.

Analisis wacana film ayat-ayat cinta ini dapat dilihat melalui tabel di

bawah ini:

Idcntifikasi Psik.ologis

New Experience

Nuansn dan Pildran

Realitas Kultur, Kode, Konvensi, ldeologi

Duta

Tabel.2

Film Ayat-Ayat Cinta

i---,

1 Bagaimana pesan :

dakwah dalam

! Ayat-Ayat Cinta

セMMMMMMMMMMMMMMM

i---i

: 1. Kontek Sosial セ@

: 2. Kognisi Sosial : : 3. Teks : L---l

QMMMMMMMMMMMMMMMMセ@

1. Slrul1ur Makro (Tematik) 2. Super Struktur

(Slrematik)

3. Struk1ur Mikro (Semantik,

'

'

' '

'

'

1 Sintaksis, Stalistik, '

, __ - - - -_ _ _ _ 1

Pesun Dakwah

18 Alex Sobur,

'Analisis Teks Media'. h. 72.

[image:21.595.74.430.194.695.2]
(22)

Dalam proses menonton film, penonton kerap menyamakan atau meniru

seluruh pribadinya. Dengan salah seorang pemeran dalam film, hal ini disebut dengan identifikasi psikologis. Ketika film tersebut dapat memberikan solusi cerdas, serta bijak dalam melihat suatu pennasalahan yang mungkin sedang dialami oleh penontonya, maka sisi pengetahuan dan nuansa pikiran yang barn tentang nilai-nilai kemanusiaan, agama, dan lain-iainnya yang bersifat umum akan

bertambah.

'

Lebih jauh, film dapat dijadikan sebagai duta bagi seiuruh umat manusia, memberikan tauladan dan contoh yang baik kepada pemirsanya agar melakukan hal-hal yang beJ'sifat positif, seperti: tidak melakukan pelanggaran hukum, saling menghormati, saling berbagi, menyayangi dan Iain sebagainya, tanpa mereka merasa digurui yang selanjutnya pesan itu akan membentuk karakter penonton.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan karena merupakan sumber yang stabil dan berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, hasil pengkajian dokumen. Dengan demikian dokumentasi akan membuka kest:mpatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

(23)

b. Wawancarallnterview

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan dan menguatkan data.

Penulis mengajukan pertanyaan kepada sutradara Setiawan Hanung

Bramantyo, serta penulis skenario Salman Aristo dan Ginatri S. Noer.

3. Teknik Analisis Data

Analisa wacana lebih melihat kepada isi pesan yang akan diteliti. Unsur

penting dalam analisis wacana adalah kepaduaan dan kesatuaan serta

penafsiran penulis skenario.

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang

bersifat Deskriptif Analisis, yaitu penelitian yang memberikan gambaran

secara objektif, dengan menggambarkan dan mewacanakan pesan-pesan

dakwah dalam film Ayat-Ayat Cinta.

Dalam hal ini, wacana film Ayat-Ayat Cinta meliputi konteks sosial,

kognisi sosial dan teks skenario. Menganalisis super struktur yang mencakup

skematik yang ada dalam film tersebut. Terakhir adalah struktur mikro yang

meliputi semantik, sintaksis, retoris yang terdapat dalam film Ayat-Ayat

Cinta.

G. Sistematika Penulisan

Berdasarkan penelitian diatas, maka sistematika penulisan dalam

pembahasan ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Terdiri dari Pendahnluan, yang memaparkan latar belakang

(24)

Bab II

Bab !IT

Bab IV

penelitian dengan sejumlah tujuan, clan tentunya manfaat penelitian itu sendiri, dan agar tetap fokus penulis

memberikan batasan dan rumusan masalah. Namun tak kalah penting penulis menuliskan tinjauan teoritis dan juga

metodologi penelitian sebagai kerangka berpikir bagi penulis. Dan juga sistematika penulisan.

: Sebagai elaborasi mengenai film sebagai media pesan dakwah, pada bab dua ini akan dijelaskan mengenai pengertian film, sejarah juga perkembangannya. Selnin itu juga penulis memberikan gambaran mengenai jenis dan unsur-unsur dalam film. Dan juga pengertian dan ruang lingkup dakwah dan memberikan gambaran dakwab melalui audio-visual, serta pengaruh film dalam kehidupan. Kemudian Penulis juga menggabungkan istilah-istilah film dengan teori wacana Van Dijk. Semua akan dibahas dalam landasan teoritis.

Untuk mengenal sasaran objek yang akan diteliti. Bab ini membahas tentang profit rumah produksi (production house)

MD Entertainment, visi misi serta iujuannya. Kemudian

faktor apa saja yang menghambat dan mendukung rnengenai pembuatan film Ayat-Ayat Cinta, serta para kru dan para pemain dari film Ayat-Ayat Cinta, dan terakhir gambaran sinopsis film Ayat-Ayat Cinta.

(25)

Bab V

dilanjutkan dengan kognisi sosial film ayat-ayat cinta.

Setelah itu menganalisis teks pada film ayat-ayat cinta, yang mengulas tentang bentuk kalimat, gaya bahasa yang digunakan, dan teknik penyampaian pesan, serta gambar yang dimunculkan dalam film Ayat-Ayat Cinta. Setelah itu menyajikan muatan dak:wah yang terdapat dalam film

terse but.

Akhirnya, penulis menutup penelitian skripsi ini dengan

(26)

DAKWAH MELALUI FILM

A. Film Sebagai Media Dakwah

I. Penge1tian, Sejarah dan Perkembangan Film.

a. Pengertian Film

Film merupakan salah satu bagian dari audiovisual yang berarti suatu

cara menyampaikan dan sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Dalam kamus besar bahasa Indonesia secara fisik istilah film adalah lakon (cerita), gambar hidup. Sedangkan secara etimologi film adalah susunan gambar yang berada dalam Selluloid, kemudian diputar dan bisa ditafsirkan

dengan berbagai makna. 19

Secara fisik istilah film berarti selaput tipis yang dibuat selluloid untuk tempat gambar yang negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop ). Selaput tip is tersebut terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan pertama disebut Jelatin, sebagai bahan pelindung, Lapisan kedua disebut Emulsi, sebagai bahan kimia yang peka terhadap cahaya), dan lapisan ketiga disebut Landasan, sebagai bahan dasar yang sifatnya tipis, lentur dan transparan.

Film adalah fenomena sosial, psikologi dan estetika yang komplek, film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi kata-kata dan musik. Jadi film adalah produksi yang multi dime•nsional dan sangat kompleks.20

19

Gatot Prakoso, 'Film Pinggiran-Anto/ogi Film Pendek, Eksperimental & Documenter, FFTV - f KJ dengan YLP '. (Jakarta: Fatwa Press, 1997), h. 22.

20

[image:26.595.73.437.40.638.2]
(27)

b. Sejarah diin Perkembangan Film

Film pertama yang sudah merupakan bentuk seperti kita kenal sekarang ini, dibuat sekitar masa peralihan abad ke XIX abad ke-XX. Sedangkan prinsip teoritisnya sudah dikenal sejak tahun 65 sebelum masehi. Setelah

dipaparkan oleh RM. Soetarto dalam sebuah atiikelnya, yaitu:

Seorang yang bernama Titus Lucretius Corus pada tahun 65 SM. Sudah menulis tentang 'ide' gambar bergerak dalam suatu tulisan dengan judul

'De Return Nature' yang artinya sebagai berikut: " ... Janganlab dipikirkan dan diherankan bahwa gambar-gambar seolah-olah bergerak dan muncul menurut suatu susunan dan waktu, kaki-kakinya dan tangan-tangannya digunakan untuk menghilang dan berbagai penggantinya munculah yang lain tersusun dengan cara yang lain pula. Dan sekarang tiap gerakat1 seolab-olab berubah karena anda harus mengerti bahwa ha! itu berlaku dengan kecepatan yang luar biasa.21

Sedangkan untuk penemuan alat-alat film barn kemudian pada abad

Renaissance saling bermunculan atau ditemukan. Seperti keterangan Drs. Nazarudin SB, sebagai berikut ini:

'Film muncul menjadi salah satu aspek daripada kebudayaan manusia bermula dari ukuran Renaissance tatkala seorang peluk.is bernama Leonardo Da Vinci menciptakon gambar Monalisa, kemudian memasukon alat pembuat Joto yang sekorang disebut Camera Abscure, a/at ini sangat sederhana sekali. Pada tahun 1602 seorang bangsa Jennan bemama Von Kirchner berhasil menemukan proyektor Joto melalui kaca. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1822 Maybridge berhasil membuat rangkaian Joto.Joto dari kuda yang be1pacu di kota California. Teknik perangkaian Joto ini disempurnakan oleh seorang bangsa Perancis bemama Reynoud pada tahun 1880 dengan a/at yang disebut Praxinaskop, dimana rangkaianJoto-foto yang diproyehikan itu terlihat bergerak. Setelah Eastman pada tahun I 888 menemukon Celloloid, mako a/at koca yang tadinya dipakai sebagai a/at penerus sinar proyektor

21

(28)

digantikan dengan pita-pita celluloid.. Pemakaian celluloid ini r;khirnya berkembang sampai terwujud menjadi rol-rolan, dan pada tahun 1895 oleh Lumiere dari Francis, dimulailah pemakaian Sinemato;;rafi dengan penonton yangjumlahnya kurang !ebih sebanyak 30 orang '.22

Melihat kutipan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penemuan-penemuan alat-alat film itu mengambil beberapa proses penyempurnaan, hingga meajadi rol yang siap diputar untuk diperlihatkan kepada para penonton. Begitu pula dalam ha! peralihan dari film hitam putih menjadi film berwarna. Seperti yang telah dipaparkan oleh A. Margija Mangunhardjana dalam bukunya yang berjudul 'M<mgenal Film' adalah

sebagai berikut:

Sekitar tahun 1900-an film masih berwama hitam putih itu mulai dipoles dengan warna disana sini. Teknik warna itu masih primiti£ Film hitam putih yang sudah selesai diproses, satu persatu dibe1i warna cat dengan jari. Kemudian pada tahun 1905 orang mulai mengenal suatu teknik warna yang

sudah agak maju.

Teknik itu prinsipnya menggunakan System Stenail yang setengah otomatik. Pada tahun berikutnya 1906, produser film G. Albert Smith berhasil mendapatkan hak paten atau teknik memberi warna yang barn, teknik ini disebut 'Cinemacolor'. Sedangkan pada tahun 1915, H.T. Kolmun dengan sebuah team dari Institute Tekhnology Massachusettes, Cambridge memulai teknik warna film yang betul-betul tehnicolor, akhirnya sekitar tahun 1950,

dengan datangnya film layar lebar, muncullah berbagai nama seperti De Luxe

22

(29)

Color, Metrocolor, yang semakin menembah semarak wama film-film yang

kita tonton. 23

Namun, film sebagai alat komunikasi massa baru dimulai pada tahun 1901, ketika Ferdinand Zecca membuat film The Story of a Crime di Prancis dan Edward S Porter membuat film 111e Life of an American Fireman tahun 1902. Film bicara baru diperkenalkan kepada umum pada tahun 1927 di Amerika Serikat, tetapi belum disempumakan.

Demikianlah sejarah lahimya film, yang berawal pada teori-teori tahun sebelum masehi dan berkembang setelah kurun Renaissance hingga menjadi

[image:29.595.75.438.154.592.2]

bentuk film yang sering kita saksikan sekarang ini. Walaupun begitu sampai saat ini para ahli sejarah belum mendapatkan kata sepakat mengenai siapakah sebenamya yang menjadi penemu utama dari "Cinematography" ataupun gambar hidup yang bisu "Silent Motion Picture".

A). Tahap Percobaan

Sebelum tahun 1928, diseluruh dunia pembuatan film masih merupakan film bisu. Kemudian setelah beberapa tahun barulah dimulai pembuatan film bicara setelah ditemukan alat-alat untuk itu.

Di Indonesia, orang pertama kali membuat film bisu dan beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1931, barulah dibuat film bicara. Menurut H. Misbah Yusa Biran, yang paling berjasa mempercepat proses dimulainya pembuatan film film bicara di ne:geri ini adalah berkat usaha Lemmens dan Moris, dua orang Belanda peg.awai PTT dan stasiun

23

(30)

radio di Bandung. Mereka mengadakan eksperimen pada tahun 1930

membuat alat penghasil suara dalam kamera lama dengan meniru Single

System Camera.

Pada saat Wong bersaudara datang dari Shanghai ke pulau Jawa

sekitar tahun 1925-1926, saat itu di Bandung sudah ada pembuatan film

yang dimiliki oleh Kruger, ia sendiri yang melakukan pembuatannya.

Film-film bisu yang merupakan hasil produksi mereka antara lain: 'Lily

Van Java' yang merupakan film Wong bersaudara pertama dengan isi

cerita sekitar permainan teknis, lalu film 'Si Tjonat' dengan tema action,

sedangkan Kruger sebagai produser film dengan tema kehidupan bumi

putra, misalnya 'Loetong Kasaroeng', 'Atma F'enangkap Ikan' dan

lainnya, seperti yang diungkapkan H. Misbah Yusa Biran sebagai

berikut:

Pada tahun 1927 Kruger memproduser film:filmnya. Sekedar dari judul judul filmnya bisa dilihat bahwa wilayah dari tema-tema yang diambil adalah kehidupan pribumi lapisan bawah, kecuali 'Loetong Kasaroeng '. 24

Sedangkan hasil produksi film bicara antara. lain: 'Boenga Raos

dari Tjikembang', Sam Pek Eng Tay', 'Delapan Siloeman Tikoes',

'Ouw Phe Tjoa'. Kesemuanya selain 'Boenga Raos dari Tjikembang'

adalah film dengan tema tragedi yang diambil dari cerita Tiongkok

Klasik.

Berdasarkan uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan, bahwa

pembuatan film masih meraba-raba. Jadi pada pokoknya belum ada

bentuk cerita yang bisa dijadikan patokan untuk mencapai publik film

24

(31)

negeri ini. Y akni maksudnya tentu publik film di Indonesia terhadap film

buatan dalam negeri. Hal ini memang mempunyai pengertian yang khusus, misalnya, cerita-cerita Tiongkok yang disuguhkan lebih banyak mencapai publik Cina.

B ). Tahap Pemantapan dan Pengembangan Industri I

Kalau pada tahap pertarna pembuat film masih bersifat meraba-raba dan hasilnya pun kurang memuaskan. Maka tahap kedua mulailah keadaan produksi meningkat. Sebagai film pertama yang cukup laris adalah 'Terang Bulan' buah karya Albert Balink dlan Wong bersaudara, diperoduksi oleh perusahaan ANIF pada tahun 1936-1937.

Pada film inilah ditemukan bintang cemerlang Rukiah seorang penyanyi keroncong dan Raden Muckhtar. Sedanr,lrnn isi ceritanya tak ubanya seperti kehidupan di pulau Hawaii.

Berdasarkan film inilah pembuat film telah melihat, bahwa film

semacam ini yang disengai publik. Seperti di jelaskan H. Misbah Yusa Biran berikut ini:

Film 'Terang bu/an ' merupakan tiiik tolak perkembang 'panen' sekitar tahun 1940. demikian pula film ini memberikan pengaruh yang luas sebagai karya kreatif di masa mendatang dalam usaha mencapai publik.25

Umumnya publik film saat itu masih sederhana. Hal itu dapat dimaklumi karena rakyat Indonesia masih dalam keadaan terjajah. Jadi

publik menginginkan cerita-cerita yang mudah dicerna tanpa ada alasan-alasan yang rumit.

(32)

C). Tahap Pemantapan Kesadaran dan Pengembangan Industri II Seperti yang telah penulis katakan bahwa saat pendudukan Jepang, keadaan pembuatan film cerita menjadi terhenti. Satu-satunya perusahaan dipegang oleh Jepang yang memprpoduksi film-film berita

mingguan sebagai a!at propaganda. Sedangkan orang-orang tonil yang berada di film, kembali lagi ke profesi semula yaitu menjadi orang tonil kembali.

Setelah keadaan keamanan pulih kembali, kemudian bangkit kembali perusahaan-perusahaan film milik orang-orang Tiongkok. Bahkan produser pribumi dengan modal sendiri yang sangat terbatas ikut tampil, yakni, Usmar Ismail dengan perusahaan PERFINI (Perusahaan Film Nasional Indonesia) dengan Djamaludin Malik melalui perusahaannya PERSARI (Perseroan Artis Film Indonesia). Usmar yang lebih mengandalkan modal utama bakat dan kemauan dalam berbagai kesulitan berhasil melahirkan filmnya yang pertama 'Darah dan Do'a'

(The Long March) pada tahun 1950. Film inilah yang menandai dibuatnya film nasional pertama dengan menggunakan modal pribumi

dan dengan tema yang murni memperlihatkan perjuangan nasional. Film yang shooting pertama pada 30 Maret 1950 itu, kini dicatat dan disepakati oleh orang-orang perfilman sebagai Hari Film Nasionai.26

Orang-orang yang taraf pengetahuannya seperti yang sebelumnya

dan tambah lagi orang-orang baru yang masih taraf belajar, membuat hasil produksi mulai berkurang lagi mutunya. Akibatnya, banyak

26

Tony Ryanto, 'Film Indonesia Sudah Tun1buh '. (Jakarta: Pcrsatuan Pcrusahaan Film

(33)

kritikan-kritikan yang dilontarkan. Pada tahun 1952 dalam keadaan membingungkan itu, orang-orang film kembali membuat film untuk

dikonsumsi orang kebanyakan. Maka bemmnculanlah film-film jenis cerita 1001 malam.

Keadaan selanjutnya tidak menguntungkan bagi perkembangan film Indonesia. Sebab produksi yang kian lama kian meningkat tidak mendapat pemutaran di bioskop-bioskop. Hal itu dikarenakan banyaknya film import yang membanjiri pasaran film.

Terkuru11g oleh situasi yang kian memburuk itu, akhimya PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia) mengamhil langkah yang tidak disangka sebelumnya. Yaitu tindakan serentak menutup semua studio film pada tanggal 19 Maret 1957. Gerakan PPFI dengan penutup studio temyata berhasil membuka mata pemerintahan. Setelah memulai beberapa perundingan, maka pada 26 April 1957 PPFI mengumumkan membuka kembali studio-studio anggotanya, setelah menerima janji perbaikan pada pemerintah.

Demikianlah pada tahap ini ditandai penutupan studio-studio film. Sedangkan tema dan cerita pada tahap ini masih berkisar pada cerita 1001 malam clan perjuangannya.

D). Tahap Politik

(34)

menjadi lesu. Namun Djamaludin Malik tidak kehabisan akal untuk membangkitkan gairah orang perfilman. Seperti kutipan di bawah ini:

'Untuk menghangatkan suasana, Djamaludin Malik menyelenggarakan Festival Film pada tahun .1960. tapi itu hanya merupakan ramai-ramai sesaat. Keadaan kembali suram lagi. Ketika quota import diturunkan pada tahun 1961, produksi tampak menaik sampai 37 film. Tapi tahun 1962 turun lagi me'?iadi 12film saja.27

Jadi, pada tahap ini merupakan masa kerdil bagi produksi film nasional. Terna dan cerita yang diproduksi menurut kehendak sang pembeli atau pembuat film. Sedangkan film yang bertemakan pendidikan, penerangan atau dakwah. Hampii dikatakan tidak ada, kalaupun ada masih belum memuaskan

Namun yang perln dicatat pada tahap ini adalah dikeluarkannya

Penpres I/1964 oleh pemerintah untuk mengadakan pembinaan terhadap perfilman Indonesia, yang sudah tentu disambut gembira oleh orang-orang perfilman nasional' .28

E). Tahap Pemgembangan lndustri llI

Kalau pada tahap politik dunia perfilman Indonesia mengalami

masa kerdil dalam produksi, maka setelah masa tersebut berlalu, produksi film Indonesia semakin menaik dan nmlai menampakkan eksistensinya sebagai media masa yang pengaruhnya sangat universal.

Sebelumnya telah disebutkan bahwa pemerintah telah mengeluarkan undang-undang No. l/PPNPS/1964 tentang "Pembinaan Perfihnan'', maka manifestasi pelaksanaannya baru pada tahun 1967,

27

Tony Ryanto, 'Film Indonesia Sudah Tumbuh ·. 20th. (Jakarta: Pintar Press, Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), h. 38

28

(35)

yaitu setelah Iahimya SK Menteri Penerangan No. 71/SK/Menpen/1967,

tentang pemamfaatan film import untuk kepentingan produksi film dan

rehabilitas perfilman Nasional.

Sejak tahun 1967 produksi film Nasional mulai membaik dan

muncullah berbagai jenis dan tema film, yang pemutarannya tidak

mengecewakan penonton. Seperti keterangan Tony Ryanto di dalam

artikelnya berikut ini:

Film Usmar Ismail yang berjudul 'Krisis' merupakan surprise, karena dalam pemutarannya dapat bertahan selama 35 hari non-stop. Baru setelah Lieliek Suc{jio menyelesaikan filmnya yang berjudul

"Si Djampang Menljari Naga Hitam" (1967), peifilman Nasional tampak lahir kembali. Dan untuk pertama kali, orang Indonesia melihat film Indonesia dalam Cinemascope dan tatawarna ...... Latu Turino

Junaidy membuat "Bernafas Dalam Lumpur". Untuk pertama kali penonton melihat sebuah film yang bertemakan sex dengan dialog yang cukup realistis, sementara film itu sendiri dibuat dalam Cinemascope dan tatawarna. Bersmna dengan "Si Djampang", Asrul Sani membuat sebuahfilm drama artistic berjudul "Apa Yang Klm Cari Palupi", dan film ini dinyatakan sebuah film terbaik dalam Festival Film Asia ke 16

tahun 1970 di Jakarta. Ka/au "Bernafas Dalam Lumpur" memperlihatkan kepada Asia bahwa Indonesia mampu membuat film komersi/, maka "Palupi" memper/ihatkan kepandaian Indonesia membuat film kaliber internasiona/. 29

Melihat suksesnya "Bernafas Dalam Lumpur'', maka ha! itu

mendorong produser Iain untuk membuat film ウGセュ。」。ュ@ itu. Namun

pada pokoknya sejak itu produksi film nasional rneningkat. Film dari

berbagai jenis bermunculan seperti: 'Penganti Remaja', 'Benteng

Betawi', 'Si Buta dari Gua Hantu', 'Pendekar Sumur Tujuh', 'Athies',

'Dikejar Dosa', 'Hamidah', 'Tarzan Kota', 'Ratapm1 dan Rintihan' dan

sebagainya.

(36)

Pada tahun 1975 keadaan produksi menurun, hal itu disebabkan

pembuatan film yang asal jadi sehingga mengurangi mutu. Sedangkan penonton semakin kritis. Namun pada tahun berikutnya keadaan mutu

film membaik dan mulailah orang-orang film me:ngambil bahan cerita dari novel-novel, seperti: 'Karmila', 'Cintaku di: Kampus Biru', dan sebagainya.

Pada saat belakang ini terlihat orang-orang film mulai membuat film-film pendidikan atau yang bertemakan dakwah, seperti: 'Menanti Kelahiran', 'Al-Kautsar', 'Ridho Allah', dan sebaginya. Hal ini sangat menggembirakan sekali. Mudah-mudahan saja usaha tersebut akan berjalan dan meningkat terus baik kualitas maupun kuantitas.

Akhimya, setelah mengamati perkembangan perfilman Indonesia, penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa pada dasarnya film yang banyak dibuat sejak tahun 1967 sampai sekarang adalah tema atau jenis komedi rumah tangga.

Sejarah film dunia mengajarkan perkembangan film bisu, yang lalu

mampu mencangkok teknologi suara, dan jadi film bersuara (1927), mengakibatkan jumlah penonton meningkat dua kali lipat, demikian juga kemampuan film mencangkok tekhnologi stereo dan do/by, memberi

nilai tambah psikologi hiburan pada indrustri film. Juga meluaskan kemampuan ekspresi pada film seni.

Sejarah film Indonesia menunjukan, unsur-unsur cangkokan dan komunal dari film tak mengalami pertumbuhan berarti. Akibatnya,

(37)

perkembangan tekhnologi media dan seni lainnya seperti Televisi, seni

rnpa dan lain-lain, masyarakat Indonesia tak mendapatkannya di film Indonesia yang harusnya mencangkok dan menghimpun perkembangan unsur-unsur itu. Akibatnya, film hiburan Indonesia kehilangan aspek-aspek psikologi tontonan. Disisi lain, film seni kehilangan kekuatan unsur estetika dan ekspresinya.30

2. Jenis-Jenis Film

Genre atau jenis film ada bermacam ragam. Sebenamya tidak ada maksud tersendiri dengan pemisahan tersebut, namun secara tidak langsung dengan hadimya film-film dengan karakter tertentu, memunculkan pengelompokan tersebut. Terdapat beberapa jenis film yaitu:

h. 28.

• Film Roman/Drama, adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang hebat, mengandung konflik, pergolakan, clash atau benturan

antara dua orang atau lebih. Sifat drama: romence, tragedi, komedi. • Film Misteri!Horror, mengupas te1jadinya fonomena mistis yang

menimbulkan rasa heran, takjub, dan takut.

• Film Dokumenter, Film yang berisi tentang dokumentasi dari kisah kehidupan nyata, atau juga berisi tentang dokumentasi dari kehidupan di luar itu, misalnya tentang kehidupan satwa, dokumeentasi perang.

• Film Realisme, film yang mengadung relevansi dengan kehidupan sehari-hari.

30

(38)

• Film Sejarah, melukiskan kehidupan tokoh tersohor dan peristiwanya.

• Film Perang, menggambarkan peperangan atau situasi di dalamnya atau setelahnya.

• Film Futuristic, menggambarkan masa depan secara khayali. = Film Anak, mengupas tentang dunia anak.

• Film Kamm, cerita bergambar yang diawali dari media cetak, yang diolah sebagai cerita bergambar, bukan saja sebagai st01y board

melainkan gambar yang sanggup bergerak dengan tcknik animation

atau single stroke operation.

• Film Adventure, film pertarungan. Tergolong film klasik. • Film Seks/Porno, menampilkan erotisme.

3. Unsur Unsur Dalam Sebuah Film

Terdapat beberapa yang menjadi unsur dalam sebuah film, yaitu : • Title/Judul.

Crident Tittle (meliputi: produser, km, artis, dan lain-lain) • Terna Film, sebuah inti cerita yang terdapat dalam sebuah film. • Intrik, yaitu usaha pemeranan oleh pemain dalam menceritakan

adegan yang telah disiapkan dalam naskah untuk mencapai tujuan yang diingginkan oleh sutradara.

(39)

Plot, adalah alur cerita, plot terbagi dua: I. alur maju; cerita yang disampaikan pada masa sekarang atau yang akan datang. 2. plot mundur, cerita yang mengkisahkan tentang kejadian pada masa

lampau.

Million/Setting, yaitu latar belakang kejadian dalam sebuah film. Latar belakang ini bisa berbentuk waktu, tempat, perlengkapan, aksesoris dan lain-lainnya.

Synopsis ringkasan cerita, biasanyjl _berbentuk naskah.

Trailer (bagian film yang menarik dari film) • Karakter. Penokohan para pemain.

4. Pengertian Dan Ruang Lingkup Dakwah a. Pengertian Dakwah

Secara bahasa ( etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa arab

;; _JC.l

,JC.l:l , le.i

yang berarti 'menyeru, memanggil, mengajak' .31 Pengertian dakwah secara istilah adalah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan pengertian dakwah menurut Quraish Shihab yakni seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepacla situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. 32

31 Prof. Dr. I-I. Mahmud Yunus, "Te1jen1ahan Kan1us Arab-Indonesia'. (Jakarta: P'f.

Hidakarya Agung. 2001), h. 127.

32 Qurash Shihab, 'Membumikan Al-Qur 'an; Fungsi & Peran Wahyu da/am Kehidupan

(40)

Syeikh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin

memberikan definisi dakwah sebagai upaya mendorong manusia agar melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk , menyurnh mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.33 Pengaplikasian dakwah sendiri yang berawal dari peningkatan, pemahaman keagamaan seseorang,

dan dilanjutkan kepada peningkatan pengamalannya dliberbagai kehidupan. Dakwah dikatakan sebagai proses, karena dakwah merupakan sebagai usaha untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan yang lebih baik menurnt tolak ukur Islam. Dakwah sebagai peristiwa adalah aktualisasi iman manusia-manusia beriman yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan dalam bidang kemasyarakatan dalam usaha mewujudkan ajaran Islam, pada semua segi kehidupan manusia.34

Menurnt Let Jen H. Sudirman, dakwah adalah suatu usaha untuk merealisasikan ajaran Islam ke dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat untuk memperoleh keridhoan Allah SWT.35

Prof. Dr. Zakiah Derajat dalam bukunya Pendidikan Agama Dalam Pendidikan Mental, mengemukakan dakwah dalam arti yang luas yaitu,

33

Ali Mahfudz, 'Hidayatul Mursyidi11'. (Beirut: Daar Al-Masyri<J, 1987), h. 21 34

Amirullah Ahmad, 'Dakwah Islam dan Transformasi Sosial '. (Yogyakarta: PLP2M, 1985), h. 2

35 Sudirman, 'Problematika Dakwah Islam di Indonesia'. (Jakarta: Pusat Dakwah Islam

(41)

semua kegiatan atau aktifitas yang bertujuan membawa peningkatan

kepada orang yang menjadi sasaran dakwah.36

b. Sejarah Dakwah

Sebagian ulama (jumhur) cenderung berpendapat bahwa wahyu

yang pertama yaitu surat Al-'Alaq yang diterima Rasulullah melalui

malaikat Jibril adalah merupakan permulaan darii sejarah dimulainya

dakwah. Dengan demikian wahyu pertama yang diterima oleh Rasul

langsung beliau sampaikan kepada istrinya yang kemudian diceritakan

oleh Waraqah bin Naufal walaupun secara formal belum bisa dikatakan

dengan dakwah. Akan tetapi, secara informal itu sudah dapat

dikategorikan sebagai dakwah. Sebab Rasul sudah menyampaikan dan

memberitahukannya kepada orang lain, walaupun masih dalam lingkungan

terbatas.37

Jadi, dari sejak awalnya Islam telah merupakan agama dakwah,

baik dalam teori maupun praktek. Sebagaiman kehidupan Rasul

mencontohkan ajaran yang sama dan Rasul sendiri bertindak selaku

pimpinan dakwah Islam dalam waktu yang lama yang telah berhasil

menarik banyak penganut dari kaum kafirin.38

36 Zakiah Derajat, 'Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental'. (Jakarta: Bulan

Bintang, 1982), Cet. Ke-I, h. 58

37

Basrah Lubis, 'Pengantar I/mu Dakwah '. (Jakarta: CV. Tursina, 1993), h. 27-34.

38

(42)

c. Hukum Dakwah

Pada dasamya yang menjadi Iandasan hukum kewajiban d;ikwah adalah Al-Qur' an dan Al-Had its yang di dalamnya banyak menerangkan ha! tersebut, sebagaimana finnan Allah dalam surat Ali-Tmran ayat 110:

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untttk manttsia,

menyem kepada yang ma'nef dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah. "(Q.S. A!i-Imran: 110)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menunjukkan tentang kewajiban dakwah sehingga dakwah suatu hal yang wajib. Hal ini bisa dilihat dari lafadznya. Menurut Ahmad Syafi'I Ma'arif dalam bukunya 'Islam Dan Politik Upaya Membingkai Peradaban', mengatakan bahwa

dakwah adalah dakwah yang bertujuan untuk memancing dan mengharapkan potensi manusia agar eksistensi mereka punya makna di hadapan Tuhan dan sejarah.39

Adapun hadits Nabi yang memerintahkan untuk berdakwah:

"Dari Abdttflah bin Amm bin '.!!sh r.a, ber.kata: bersabda Nabi

SAW.· "Sampaikanlah ajaranku walau satu qyat''.(FI.RBukhary)

39

(43)

d. Prinsip-Prinsip Dakwah

Prinsip mengandung arti dasar atau asas kebenaran yang menjadi pokok dasarnya berpikir, bertindak dan sebagainya. Pada esensinya dakwah adalah meletakkan prinsipnya pada al-Qur' an dan Al-Hadits. Menurut H. A. Hasanuddin bahwa prinsip dakwah selalu terbuka pada kesempatan yang luas untuk melakukan jihad.

Secara tersurat prinsip-prinsip dakwah terdapat dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 125, yang di dalamnya terdapat tiga ha! penting sebagai acuan dalam melakukan dakwah. Pertama, 、Qセョァ。ョ@ hikmah. Dalam berdakwah yang hams terlebih dahulu dilakukan adalah dengan cara hikmah, yakni dengan memperhatikan tingkat pelajaran yang akan dijelaskan kepada objek dakwah setiap kalinya (berdakwah).

Kedua, dengan memberikan pelajaran yang baik (mau 'idhah hasanah). Pelajaran dengan baik dan indah yang dilakukan oleh da'i/da'iah akan masuk dengan baik pula, serta akan menyelami sebuah perasaan dengan lemah lembut dan akan menerima kesejukan terhadap para objek dakwah.

(44)

e. Unsur-Unsur Dakwah

Adapun yang dimaksud dengan unsur dakwah adalah unsur-unsur yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur-unsur tersebut adalah subjek dakwah (da'i), objek dakwah (mad'u), sasaran dakwah, metode dakwah, media dakwah, materi dak:wah, serta tujuan dakwah.

f. Subjek Dakwah

Adapun yang dimaksud da'I adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik lisan, tulisan ataupun perbuatan, baik secara individual atau kelompok lembaga. Da'I disebut kebanyakan orang dengan sebutan muballigh (orang yang menyampaikan ajaran Islam).

Dalam Alqur'an dan Sunnah terdapat penjelasan tentang amar ma'ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untulc membawa bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik berupa tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individn dan masyarakat dapat memahaminya.40

Hal ini Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menyatakan pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang da'i, dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh.

Da'i juga harus tahu apa yang disajikan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia. Juga metode-metode untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng. Berkaitan dengan hal-hal ilmu dan keterampilan khusus,

(45)

memang kewajiban berdakwah terpikul di pundak orang-orang tertentu.

Seperti dalam surat An-Nahl ayat 43 yang berbunyi:

"Dan kami tidak mengutus sebe!um kamu, kecua!i orang-orang

!e!aki yang kami beri 1val?Ju kepada mereka maka hertat!Jalah kepada

orangyang memptrnyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

"

(Q.S. An-Nahl· 4 3)

Menurut Siddiqi Amin, da'i atau muballigh dan pengelola dakwah seperti ormas dakwah. Untuk melakukan aktifitas-aktifitas sebagai da'i agar mempunyai kredibilitas dalam berdakwah dan ilmu pengetahuan.

Maka bagi da'i harus memperhatikan syarat-syarat tertentu:

• Syarat yang bersifat akidah. Para da'i harus yakin bahwa agama Islam dengan segenap ajaran-ajarannya itu benar.

Mereka harus beriman terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak ormng lain untuk ikut beriman. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 285:

Artinya:

"Rasul te!ah beriman kepada A!-_Qur'an yang ditunmkan

kepadaf!Ja dari T11han1!Ja, demikian pula orang-orangyang

beriman. "(Q.S. A!-Baqarah:285)

Ayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW adalah orang

(46)

seorang da'i yang hendak mengajak anggota masyarakatnya untnk memelnk agama Islam, hendalmya ia benar-benar

meyakini kebenaran agama yang dipeluknya dengan sikap, perilakn dan ncapan-ncapan yang selaras dengan ajaran-ajaran Islam.

• Syarat bersifat ibadah. Komunikasi terns menerus dengan Allah SWT bagi seorang da'i merupakan suatu kewajiban yang harus terns menerus. Tidak hanya komunikasi yang bersifat ibadah-ibadah fardhu belaka tetapi juga ibadah-ibadah sunnah lainnya terutama sholat taha]ud.

• Syarat yang bersifat akhlakul karimah. Para da'i dituntut untuk

membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bersifat amoral, seperti hasud, takabur dan sebagainya. Serta harus mengisi hatinya dengan sifa-sifat sabar, syukur dan lainnya.

• Syarat yang bersifat ilmiah. Para da' i harus mempunyai kemampuan ilmiah yang luas lagi mendalam, terutama yang menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak.

• Syarat yang bersifat jasmani. Selayak:nya mempunyai kondisi fisiknya baik dan sehat.

• Syarat yang bersifat kelancaran bicara. Sebagai da'i yang lebih layak menggunakan bahasa kata-k:ata untuk menyampaikan pesannya tentang kebenaran Islam dan ajaran-ajarannya,

(47)

bicara yang lancar lagi fasih seirama dengan aturan-aturan

logika yang cepat diterima aka! dan mampu menembus dan

menyentuh perasaan para pendengarnya.

• Syarat yang bersifat mujahadah. Artinya para da'i hendaknya

mempunyai semangat berdedikasi kepada masyarakatnya di

jalan Allah SWT dan semangat berjuang untuk menegakkan

kebenaran, yaitu kalimatu/lah hiyul ulya. Dalam ha! ini para

da'i diharapkan menjadi contoh sebagai mujahid yang baik,

melalui perjuangan dan pengorbanannya sebagai uakti dan

ujian atas kadar keimanannya.41

g. Objek Dakwah (mad'u)

Mad'u adalah objek dakwah yaitu manusia, mulai dari individu,

keluarga, kelompok, golongan, kaum ataupun massa. Setiap orang yang

normal biasanya mempunyai cita-cita agar mempunyai kebahagiaan

hidup, dengan demikian pesan dakwah mesti mengarah kepada persoalan

hidup manusia seluruhnya.42

Manusia yang menjadi audiens yang akan diajak secara kaffah,

mereka yang bersifat heterogen, dari sudut ideologi, misalnya atheis,

animis, musyrik, munafik, bahkan ada juga musliim, tetapi fasik atau

penyandang dosa dan maksiat, dari sudut lain juga berbeda baik

intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan dan lain-lainnya.43

41

M. Masyur Amin, 'Dakwah Islam dan Pesan Moral'. (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997), Cet. Ke-1, h. 70-71

42

Jamaluddin Kafie, 'Psiko/og Dakwah'. (Surabaya: Offset Indah, 1993), h. 32 43

(48)

h. Sasaran Dakwah

Dakwah tidak lepas dari sasaran dakwah, yakni mad'u. Sasaran

dakwah adalah sekelompok manusia yang sangat membutuhkan da'i

untuk membimbing mereka mengenai ajaran-ajaran Islam. Beberapa

sasaran dakwah adalah:

• Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari

segi sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota

besar, dan kota kecil, serta masyarakat di daerah marginal di

kota-kota besar.

• Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari

struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah, dan

keluarga.

• Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dari

segi sosial kultur berupa golongan priyayi, abangan dan

santri.

• Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat

dilihat dari segi profesi bernpa golongan petani, pedagang,

seminar buruh.

• Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat

dilihat dari segi usia bernpa golongan aniak-anak, remaja dan

orang tua.

• Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari

segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan miskin

(49)

• Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi kelamin berupa golongan wanita dan pria.

• Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan lain-lain.

i. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah adalah hanyalah Al-Qur' an dan Sunnah. Al-Qur'an merupakan sumber utama, ia merupakan materi pokok yang harus disampaikan melalui dakwah dengan bahasa yang dimengerti oleh masyarakat. Sebagai pedoman hidup, dalam Al-Qur'an terkandung secara lengkap petunjuk, pedoman, hukum, sejarah serta prinsip-prinsip. Sumber kedua, dalam hal ini yang menjadi materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan materi dakwah Islam.

j. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari kata ''meta" (melalui) dan

"hodos" Galan, cara).44 Dengan demikian kita dapat mengartikan bahwa metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus dillalui untuk mencapai suatu tujuan. Bentuk-bentuk metode dakwah seperti dikutip dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 125:

44

(50)

421

':f

erulah (manttsia) kepada jalan Ttthanm.11 dengan hikmah dan

pelqjaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang haik.

"

(Q,S. An-Nahl :125)

Di dalam ayat tersebut dijelaskan ada tiga 1rtetode dalam

berdakwah, yakni: I. Al-Hikmah

Kata "Hikmah" dalam Al-Qur'an 、ゥウQセ「オエォ。ョ@ sebanyak 20 kali, baik dalam bentu hati, ruh maupun ma'rifat. Bentuk masdarnya "hukma" yang diartikan secara makna aslinya adalah menregah. Al-Hikmah juga berarti tali kekang pada binatang

sebagaimana dijelaskan dalam kitab Misbalml Munir .45

Hikmah memiliki pengertian yang bennacam-macam, antara lain:

• Ahmad Al-Mustofa Al··Maraghi mengatakan hikmah

adalah perkataan yang tegas yang disertai dengan dalil-dalil yang memperjelas kebenaran dan menghilangkan keraguan.

• Marsekan Fatwa mengatakan hikmah adalah dakwah dengan memperhatikan situasi clan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka hingga di dalam menjalankan ajaran Islam tidak merasa terpaksa atau keberatrnn.46

45

Depag, 'Al-Qur'an dan Terjemah'. (Semarang: Kumud Asmoro Grasindo, 1994), h. 46

(51)

2. Mauidzat Hasanah

Ada beberapa ahli tafsir mengemukakan kata mauidzat

diantaranya adalah Al-Tabrani, 'ungkapan yang telah dijadikan Allah sebagai hu]ah (argumen) dalam kitab-Nya'. Fakhr Din al-Razi, 'dalil-dalil yang dzanny (diyakini kebenarannya)'. Sayyid

Qutub, 'sesuatu yang masuk ke dalam hati yang lembut dan orang mendapat pelajaran itu merasakan mendapat peringatan halus yang mendalam'. Thaba'thabai, 'suatu penjelasan yang dapat

melunakkanjiwa melembutkan hati'.

3. Mujadalah

Secara etimologi kata mujadalah berasal dari kata jadala,

artinya berbantah-bantahan, bermusuhan, bertengkar. Dalam Al-Qur' an terdapat kata mujadalat, pada umumnya arti kata-kata tersebut mengarah kepada perbuatan yang negatif, kecuali pada

surat an-Nahl ayat 125 dan surat Al-Ankabut ayat 46.

k. Media Dakwah

Dalam semua aktifitas kehidupan manusia, media merupakan bagian yang

Gambar

Tabel. 1: Elemen Wacana Van Dijk
Film Tabel.2 Ayat-Ayat Cinta
gambar yang berada dalam Selluloid, kemudian diputar dan bisa ditafsirkan
gambar hidup yang bisu "Silent Motion Picture".
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada tiga aktor yang terlibat dalam praktik kemitraan di SMKN 2 Yogyakarta, yaitu Pemerintah yang diwakili oleh SMKN 2 Yogyakarta dan beberapa jurusan yang ada,

Kamar dengan satu tempat tidur, dengan satu kamar mandi di dalam dengan ketentuan mana yang lebih besar antara harga terendah atau maksimum 750 / hari (Maks 150 hari per tahun

Penelitian ini bertujuan untuk membuat membran kitosan yang digunakan untuk mengolah limbah cair dari industri penyamakan kulit untuk menurunkan kadar krom,

Peningkatan berat kering tajuk dan berat akar serta berat 100 biji sejalan dengan peningkatan hasil padi baik varietas IR 66 maupun varietas Martapura pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau seberapa kuatkah hubungan antara Produk, Harga, dan Promosi dengan keputusan konsumen membeli

Puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ ANALISIS

Menyetujui Laporan Tahunan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dan mengesahkan Laporan Keuangan Tahunan Konsolidasian Perseroan

“Rakaian Mahapatih, sekarang kalian aku utus untuk mencari orang yang dapat mengalahkan makhluk raksasa yang membawa putri kesayangan ku Dewi Sekar Nitra dan jika