UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENUMBUHKEMBANGKAN KARAKTER
SISWA PADA KELARUTAN
Oleh :
Rizka Afriani NIM 4113131062
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENUMBUHKEMBANGKAN KARAKTER
SISWA PADA KELARUTAN
Rizka Afriani (4113131062)
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada hubungan antara karakter dengan hasil belajar kimia siswa dengan model kooperatif berbasis masalah yang menggunakan bahan ajar yang dikembangkan pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Dari hasil penelitian juga dapat diketahui apakah hasil belajar siswa lebih tinggi dari nilai KKM atau tidak. Sampel penelitian sebanyak satu kelas sampel yang diberi perlakuan menggunakan bahan ajar dengan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah. Penelitian ini menggunakan instrument test yang telah diujicobakan dan telah valid. Data hasil belajar siswa diuji normalitas dan homogenitasnya, hasil yang didapat dari kelompok sampel homogen dan berdistribusi normal. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji r dan diperoleh thitung = 5,087 sedangkan ttabel = 2,423. Karena thitung > ttabel pada taraf 5%, maka Ho ditolak. Sedangkan untuk uji korelasi atau uji r diperoleh diperoleh rhitung = 0,669 sedangkan rtabel = 0,308 dengan kontribusi karakter terhadap hasil belajar sebesar 44,71%. Dengan demikian korelasi positif dari karakter terhadap hasil belajar serta hasil belajar kimia siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang didukung bahan ajar lebih besar dari pada nilai KKM yaitu 75. Peningkatan hasil belajar siswa dihitung dan didapatkan persen keberhasilan belajar siswa sebesar 71,74%. Dengan melihat peningkatan hasil belajar menggunakan bahan ajar yang diajarkkan dengan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan, maka diharapkan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran kimia.
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Tabel Tetapan Hasil Kali Kelarutan Pada Suhu 250 C 26 Tabel 3.1 Klasifikasi Analisis Validitas Isi 36
Tabel 3.2 Tabel Rancangan Penelitian 39
Tabel 3.3 Tabel Penolong Untuk Uji Normalitas 44
Tabel 3.4 Kriteria Validitas 46
Tabel 3.5 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi 49 Tabel 4.1 Analisis Kisi-Kisi Instrument Soal 53 Tabel 4.2 Tabel Kriteria Soal yang Digunakan Setelah Di Uji 54 Tabel 4.3 Penilaian Kualitas Bahan Ajar Menurut Dosen dan Guru Kimia 55 Tabel 4.4 Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Siswa 56 Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Post-test dan Karakter 58
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Sampel 58
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Skema Desain Langkah-Langkah Bahan Ajar 41 Gambar 3.2 Skema Desain Penelitian Hasil Belajar dan Karakter 42 Gambar 3.3 Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Uji Pihak Kanan 47
Gambar 4.1 Digram Hasil Rata-Rata Pre-test dan Post-test Sampel 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus 69
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 71 Lampiran 3a Kisi-Kisi Instrumen Tes (sebelum Divalidasi) 81 Lampiran 3b Kisi-Kisi Instrumen Tes (Sesudah Divalidasi) 82 Lampiran 4a Instrumen Tes (Sebelum Divalidasi) 83
Lampiran 4b Instrumen Tes (Sesudah Divalidasi) 90 Lampiran 5a Kunci Jawaban (Sebelum Divalidasi) 94 Lampiran 5b Kunci Jawaban (Sesudah Divalidasi) 95 Lampiran 6 Instrument Test Penilaian Bahan Ajar 96 Lampiran 7 Penilaian Kualitas Bahan Ajar 112
Lampiran 8 Lembar Analisis Masalah 1 128
Lampiran 9 Lembar Analisis Masalah 2 131
Lampiran 10 Lembar Analisis Masalah 3 139
Lampiran 11 Lembar Validasi Isi Instrument Penelitian 145 Lampiran 12 Tabel Validasi Isi Instrument Penelitian 160
Lampiran 13 Perhitungan Validitas Isi 161
Lampiran 14 Perhitungan Relliabieitas 163
Lampiran 15 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 165
Lampiran 16 Perhitungan Daya Beda 166
Lampiran 17 Perhitungan Distruktor 167
Lampiran 18 Rekapitulasi Analisis Instrument Test 169
Lampiran 19 Data Penelitian 170
Lampiran 20 Uji Normalitas Data 171
Lampiran 21 Uji Homogenitas Data 172
Lampiran 22 Rubrik Penilaian Karakter 174
Lampiran 23 Pengukuran Karakter Siswa 176
Lampiran 24 Uji Normalitas Data Karakter 178 Lampiran 25 Uji Homogenitas Data Karakter 179 Lampiran 26 Data Peningkatan Hasil Belajar 181
Lampiran 28 Uji Korelasi 185 Lampiran 29 Tabel Nilai-Nilai Chi Kuadrat 187 Lampiran 30 Tabel Nilai-Nilai Untuk Distribusi t 188 Lampiran 31 Tabel Nilai-Nilai r Product Moment 189
Lampiran 32 Bahan Ajar 190
Lampiran 33 Jadwal Kegiatan Penelitian 225
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sedangkan fungsi pendidikan itu sendiri seperti yang tertuang dalam pasal 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan kehidupan bangsa tetap harus dilandasi oleh kemampuan, watak, atau karakter dalam koridor peradaban yang bermartabat. Dengan demikian fungsi pendidikan menurut undang-undang Sisdiknas Tahun 2003 itu adalah untuk membentuk karakter serta peradaban kehidupan bangsa yang bermarrtabat (Prayitno dan Manullang, 2010).
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas. Ketidakefektifan kurikulum 2013 yang telah diterapkan membuat pemerintah mengembalikan kurikulum lama yaitu kurikulum 2006 (KTSP) untuk sebagian besar sekolah di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan kurikulum 2013.
pembelajaran kimia saat ini yang lebih banyak memaksa siswa untuk menghapal sebagian besar konsep kimia, tanpa adanya kesempatan untuk lebih memahami konsep melalui pengalaman belajar lain, seperti kerja ilmiah. Kerja ilmiah ini dibutuh untuk mengasah perkembangan psikomotor dan afektif siswa. Dengan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional, siswa akan menjadi pembelajar pasif dan diduga kepedulian siswa terhadap masalah dalam kehidupan sehari-hari yang relevan tidak akan muncul (Kurniawati dan Amarlita, 2013).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMAN 1 Tanjung Morawa selama ini masih menggunakan proses pembelajaran kimia dengan cara yang monoton dengan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher
centered approach). Dan dari hasil pengamatan peneliti disekolah SMAN 1 Stabat
didapat hasil rata-rata ulangan harian siswa yang masih berada dibawah KKM yaitu 64. Dimana KKM untuk pelajaran kimia yaitu 75. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan proses belajar mengajar perlu pengalaman pemecahan masalah. Dengan pendekatan yang diterapkan oleh guru tersebut, menyebabkan masih belum tercapainya efektivitas pembelajaran kimia di sekolah. Di samping itu, sumber belajar yang ada umumnya hanya menyajikan sebatas materi yang ada dibuku. Peserta didik masih bergantung pada pendidik dalam proses pemahamannya. Peserta didik enggan ketika diminta untuk mempelajari sendiri materi dalam buku. Adanya permasalahan ini mendorong perlunya sumber belajar.
Bahan ajar yang ada saat ini kurang memperhatikan karakter dan lebih banyak mengarahkan siswa untuk hanya menguasai materi. Selain itu, bahan ajar yang ada kurang dapat menghubungkan wawasan lingkungan dengan materi (Kurniawati dan Amarlita, 2013). Dan lagi buku ajar yang digunakan terutama buku kimia belum ada yang memasukkan nilai-nilai karakter dalam rumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar.
3
energi yang menyertai perubahan materi. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007) menjelaskan bahwa dijadikannya mata pelajaran kimia sebagai bagian dari kurikulum pendidikan menengah, menunjukkan bahwa kimia mempunyai nilai pendidikan disamping aplikasinya menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Seringkali keberadaan kimia dalam kurikulum sekolah karena ilmu tersebut dipandang menjadi pondasi untuk mempelajari berbagai bidang ilmu dan teknologi di perguruan tinggi. Pandangan ini yang melandasi pemikiran pengembang kurikulum dan pengajar kimia untuk merancang materi pelajaran sangat akademik-teoritik serta bercakupan luas karena harus meliput semua pengetahuan dasar kimia. Salah satu materi dalam pelajaran kimia yaitu: materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Kompetensi kimia kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) sulit dipahami , karena pemahaman peserta didik sebatas pada menghafalkan konsep dan mengaplikasikan langsung konsep yang dipelajari, sehingga diharapkan kreativitasnya juga berkembang (Setiyono, 2011).
Menyadari hal tersebut, perlu adanya suatu perubahan dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi kimia lebih mudah, lebih bermakna, dan pembelajaran yang menekankan kesempatan siswa untuk berlatih, mengulang dan berargumentasi. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang dikembangkan dengan bahan ajar yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter. Karakter menetukan kualitas moral dan arah dari setiap generasi muda dalam mengambil keputusan dan tingkah laku. Karena itu karakter merupakan bagian integral yang harus dibangun, agar generasi mudamemiliki sikap dan pola piker yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar (Prayitno dan Manullang, 2010).
masalah yang dihadapi, sehingga kemampuan siswa baik kognitif, afektif dan psikomotorik dapat berkembang (Suharta dan Luthan, 2013). Dengan demikian maka pengetahuan siswa akan bertambah sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan meningkat. Dalam tahapan kooperatif berbasis masalah siswa dituntut untuk beraktivitas seperti pada tahapan kelima yaitu siswa mempresentasikan hasil kerja mereka, diikuti dengan pertanyaan dan jawaban. Maka dari aktivitas-aktivitas inilah karakter komunikatif akan muncul.
Pada penelitian yang dilakukan Ivatul Laily Kurniawati dan Dhamas Mega Amarlita (2013) yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Kimia Siswa Kelas X Dalam Materi Hidrokarbon” didapat bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang mengalami pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah adalah 83,5 % dengan ketuntasan belajar siswa menjadi 100%. Untuk penelitian “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kimia Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) dengan Pendekatan SETS Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa” yang dilakukan Fiengky Priyo setiyono menunjukkan adanya peningkatan kreativitas peserta didik dari awal pembelajaran sebesar 46,3% dan di akhir pembelajaran 66,4%.. Sedangkan pada penelitian yang berjudul “Application of Cooperative Problem-Based Learning Model to Develop Creativity and Foster Democracy, and Improve Student Learning Outcomes in Chemistry in High
School” yang dilakukan Suharta dan Putri Lynna A. Luthan (2013) menunjukkan
bahwa model pembelajaran ini bisa meningkatkan hasil belajar siswa dari 84,1% menjadi 86,4%.
5
1.2Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Proses belajar mengajar kimia masih dengan cara yang monoton dengan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach).
2. Sumber belajar yang ada umumnya hanya menyajikan sebatas materi saja. 1.3Rumusan Masalah
Masalah yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria BSNP (Badan Standard Nasional Pendidikan)?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang didukung bahan ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan?
3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang didukung bahan ajar yang dikembangkan dapat menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, kerja sama dan komunikatif siswa?
4. Apakah hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah lebih besar dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75?
5. Apakah ada hubungan antara karakter dengan hasil belajar siswa? 1.4Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah diantaranya:
1. Pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah.
2. Bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar yang telah dibuat.
3. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI semester II SMAN 1 Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2014/2015
4. Materi pokok yang diajarkan adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan.
1.5Tujuan Penelitian
Adapun mengenai tujuan penelitian yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah bahan ajar yang dibuat sesuai dengan BSNP (Badan Standard Nasional Pendidikan).
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang didukung bahan ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan.
3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang didukung bahan ajar yang dikembangkan dapat menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, kerja sama dan komunikatif siswa. 4. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran
kooperatif berbasis masalah lebih besar dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75.
5. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakter dengan hasil belajar siswa.
1.6Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan dan pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang calon guru.
2. Bagi guru kimia, sebagai masukkan untuk menambah wawasan guru untuk meningkatkan hasil belajar kimia serta karakter siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dibantu dengan bahan ajar yang telah dirancang sendiri sebelumnya.
3. Bagi siswa diharapkan agar penelitian ini mampu membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkembangkan karakter siswa dengan penerapan bahan ajar serta model pembelajaran ini.
7
1.7Defenisi Operasional
Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan pada penelitian pengembangan ini diantaranya:
1. Model pembelajaran kooperatif berbasis masalah adalah suatu kombinasi dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran berbasis masalah yang menerapkan tantangan pada siswa untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga kemampuan siswa baik kognitif, afektif dan psikomotorik dapat berkembang.
2. Bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar berkualitas yang mengintegrasikan pendidikan karakter dan telah divalidasi oleh validator sesuai kriteria BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
3. Hasil belajar adalah hasil kegiatan belajar siswa yang menggambarkan penguasaan terhadap bahan ajar yang mencakup aspek kognitif yang terdiri dari C1 (hafalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis) dan dinyatakan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
4.
Rasa ingin tahu adalah upaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang telah dibaca, dilihat, dan didengar. Karakter rasa ingin tahu siswa dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian dengan beberapa indikator yang meliputi mengikuti proses pembelajaran dengan antusias dan aktif, mengerjakan tugas dengan baik, aktif mencari sumber belajar, dan termotivasi untuk selalu bertanya sesuai dengan materi yang dibahas.5. Kerja sama adalah tindakan berkelompok dimana anggota-anggotanya saling mendukung untuk mencapai suatu hasil mufakat. Karakter kerja sama siswa dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian dengan beberapa indikator yang meliputi ingin memberi bantuan pada orang lain, dapat dipercaya dalam tindakan, keterlibatan dalam memberikan pendapat, dan kemampuan dalam memberikan solusi.
64 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, perhitungan data dan pengujian hipotesis, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria BSNP (Badan Standard
Nasional Pendidikan).
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang
didukung bahan ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang
didukung bahan ajar yang dikembangkan dapat menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, kerja sama dan komunikatif siswa.
4. Hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah lebih besar dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
5. Ada hubungan antara karakter dengan hasil belajar siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian, maka peneliti mempunyai beberapa saran :
1. Diharapkan kepada guru bidang studi kimia untuk dapat menerapkan model pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah dan didukung bahan ajar yang dikembangkan karena mampu meningkatkan hasil belajar kimia secara optimal serta menumbuhkembangkan karakter siswa khususnya pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai
66
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, T., (2011), Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hukum Newton Di Kelas Viii Smp
Tunas Harapan Sayurmatinggi.Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan.
Arikunto, S., (2012), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Kedua), Penerbit
PT Bumi Aksara, Jakarta
Arsyad, Azhar., (2013), Media Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta
Borg, WR dan Gall, Meredith D., (1983) Educational Research an Introduction (4th ed), Longman Inc, New York
Chang, Raymond., (2005), Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2,
Erlangga, Jakarta
Dimyanti dan Mudijiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Hamalik, Oemar, (2008)., Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar., (2009)., Proses Belajar Mengajar, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Hamdani., (2011)., Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung.
Johari,J.M.C. dan Rachmawati,M.,(2009). Kimia SMA Jilid 2 Kelas XI. Jakarta:
Esis.
Kementrian Pendidikan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, (2011), Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Karakter, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemdiknas
Makmur, “Pengembangan Bahan Ajar”, 13 Januari 2015,
http://blogspotpendidikan.blogspot.com/2012/03/pengembangan-bahan-ajar.html
Kurniawati, Ivatul L. dan Dhamas Mega Amarlita., (2013), Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Kimia Siswa Kelas X Dalam
Magdalena, Octaviany, Sri Mulyani dan Elvi Susanti VH., (2014), Pengaruh Pembelajaran model Problem Based Learning dan Inquiry terhadap prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Kreativitas Verbal pada Materi Hukum Dasar Kimia Kelas X SMAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran
2014/2015, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 3: 162-169
Meltzer. David E., (2002), The Relationship Between Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: a Possible “Hidden Variable in Diagnostic Pretest score, American Journal Physics, 70 (12); 1259-1268
Muslich, Masnur., (2011), Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, Bumi Aksara, Jakarta Prawiradilaga, Dewi Salma,
(2008), Prinsip Disain Pembelajaran, Kencana, Jakarta
Parning dan Horale., (2005), Buku Kimia 2B, Yudhistira, Jakarta
Partana, C.F., dan Wiyarsi, A., (2009), Mari Belajar Kimia Untuk Sma-Ma Kelas XI IPA, Penerbit SIC, Jakarta
Prayitno dan Manullang, Belferik., (2010), Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa, Penerbit Pascasarjana, Unimed
Purba, M., (2006), Kimia Untuk SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga, Jakarta
Retnowati, Priscilla., (2008), Seribu Pena Kimia SMA Jilid 2 Kelas XI. Erlangga,
Jakarta
Sagala, Syaiful., (2012), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Jakarta
Setiyono, Fiengky P., (2011) Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kimia Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) dengan Pendekatan SETS
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa,
Jurnal PP Vol 1:149-158
Silitonga, P.M., (2009), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA,
Universitas Negeri Medan, Medan.
Sriyono, (2010), Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Melalui Integrasi Mata Pelajaran, Pengembangan dan Budaya Sekolah,
68
Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung
Sudrajat, A., (2013), Pengembangan Perangkat Asesmen Kompetensi Praktikum Kimia Analitik Dasar Berbasis Task With Student Direction (TWSD) Bagi
Mahasiswa Calon Guru., Disertasi, UPI, Bandung
Sugiyono., (2008), Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta
Suharta dan Luthan,P.L.A., (2013), Application Of Cooperative Problem-Based Learning Model To Developcreativity And Foster Democracy, And
Improve Student Leaning Outcomes Inchemistry In High Scool. Journal Of
Education And Practice, 4 : 55-60
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana., (2007), Media Pembelajaran, CV. Wacana
Prima, Bandung
Svehla,G., (1979), Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media Pustaka
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, (2007), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,
PT.IMTIMA,Bandung
Trianto., (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta
Sunarya, Yayan, (2012), Kimia Dasar 2, Yrama Widya, Bandung
Yusof, K. M., Syed A. H. S. H., Mohammad Z. J., Nor, F. H., (2010), Cooperative Problem Based Learning (CPBL) A Practical PBL Model for Engineering
Education, Regional Centre for Engineering Education, Universiti
Teknologi Malaysia, Johor Baru, Malaysia
Zuhaili, Zain., (2013), Resume Buku Evaluasi PAI Prof. Dr. Suharsimi Arikunto,