• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara(Studi Di Polresta Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara(Studi Di Polresta Medan)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PEMUTASIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

(Studi di Polresta Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

IRFAN MUNANDAR 100200399

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PROSEDUR PEMUTASIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

(Studi di Polresta Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

IRFAN MUNANDAR 100200399

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

SURIA NINGSIH, SH., M.Hum NIP. 196002141987032002

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M.Hum Amsali Sembiring, SH., M.Hum NIP. 196002141987032002 NIP. 19670509199302001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

PROSEDUR PEMUTASIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

(Studi di Polresta Medan) *Irfan Munandar

**Suria Ningsih ***Amsali Sembiring

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana pemutasian berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara di lingkungan Polresta Medan. Bagaimana prosedur pemutasian di lingkungan Polresta Medan. Apa hambatan dalam pemutasian dilingkungan Polresta Medan.

Penelitian hukum normatif meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, taraf sinkronisasi hukum. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris atau biasa disebut penelitian yuridis empiris.

Cara Pengajuan Mutasi Anggota Kepolisian, Dalam rangka pembinaan pegawai Polri, organisasi melakukan serangkaian kegiatan penempatan (mutasi) pegawai. Mutasi pegawai dapat berlangsung di internal Polda namun dapat juga terjadi antar Polda dan Mabes Polri. Kegiatan penempatan (mutasi) pegawai Polri berpedoman pada sejumlah aturan dan berdasar berbagai pertimbangan yang relevan. Proses mutasi anggota Polri ini bisa terjadi sebab keinginan anggota Polri itu sendiri, maupun sebab kebijakan manajemen organisasi kepolisian. Baik mutasi atas dasar keinginan anggota Polri sendiri maupun keinginan atasan, umumnya memiliki tujuan nan pasti, yakni buat pembinaan dan pengembangan kualitas anggota Polri agar menjadi lebih bertanggung jawab kepada korps di loka ia ditugaskan. Hambatan dalam pemutasian dilingkungan Polresta Medan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Hambatan yang ditemui dalam pemutasian di lingkungan kepolisian antara lain jumlah personil polri masih kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Medan dan luas wilayah yang sangat jauh antara polsek yang satu dengan yang lainnya. Masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan tugas anggota Polri. Upaya yang dilakukan Polri dalam mengatasi pemutasian dilingkungan Kepolisian Republik Indonesia Kota Medan. Kata Kunci : Prosedur Pemutasian, Aparatur Sipil Negara

Kata Kunci : Pengujian, Kendaraan, Umum * Mahasiswa Fakultas Hukum USU

** Dosen Pembimbing I / sekaligus Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat allah SWT , yang telah mencurahkan nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi diberikan kepada penulis sehingga dengan kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skipsi ini. Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi untuk mencapai gelar kesarjanaan USU Medan untuk menyusun skripsi dalam hal ini penulis memilih judul Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (Studi di Polresta Medan)

Penulis menyadari bahwa di dalam menyusun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam uraian disana-sini yang jauh dari kesempurnaan, mengingat ilmu pengetahuan penulis yang masih terbatas, namum penulis dengan berlapang hati menerima saran-saran yang membangun.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada para dosen pengasuh yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum USU Medan, baik yang secara langsung maupun yang tidak langsung telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan, demikian juga kepada staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Hukum USU Medan yang telah mendidik, mengajar dan membantu penulis semenjak memasuki penguruan tinggi sampai selesai.

(5)

-data dan bahan-bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih Kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU, atas kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendididkan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum USU.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Bapak Amsali Sembiring, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan dengan sabar membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.

7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 8. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik penulis.

(6)

10.Teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stambuk 2010 khususnya kepada Amed, Fery, Barran, Akbar Sitepu, Brovin, Tero, Pareja, Alda, Suman, Isak, Dek Wir dan Zaki.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis seraya minta maaf sekaligus sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan dan kemanfaatannya

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak dan semoga doa kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan berlipat dari Tuhan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Maret 2015 Hormat Saya

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D.Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 12

G.Sistematika Penulisan ... 16

BAB II PEMUTASIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA ... 18

A. Pengertian Mutasi ... 18

B. Tujuan Pelaksanaan Mutasi ... 20

C. Syarat-syarat Mutasi ... 23

D. Permasalahan Dalam Mutasi Jabatan ... 25

E. Akibat Yang Terjadi Apabila Polisi Yang Dilantik Dalam Jabatan Tidak Memenuhi Kriteria Yang disyaratkan Peraturan Perundang-Undangan ... 27

BAB III PROSEDUR PEMUTASIAN DI LINGKUNGAN POLRESTA MEDAN ... 30

(8)

B. Mutasi / Rotasi di Lingkungan Kepolisian Negara

Republik Indonesia ... 44

C. Prosedur Pemutasian di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia... 44

BAB IV HAMBATAN DALAM PEMUTASIAN DILINGKUNGAN POLRESTA MEDAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA ... 65

A. Hambatan Yang Ditemui Dalam Pemutasian Dilingkungan Kepolisian Republik Indonesia ... 65

B. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi Pemutasian Dilingkungan Kepolisian Republik Indonesia ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Pembangunan pada hakekatnya adalah kesadaran atau keinsyafan untuk melakukan kegiatan memperbaiki, mendirikan bahkan menumbuhkan serta meningkatkan daya upaya yang mengarah kepada keadaan yang lebih baik dengan dilandasi oleh semangat, kemauan dan tekad yang tinggi yang bertujuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya.

Indonesia adalah negara hukum, dimana hukum yang dijabarkan oleh pemerintah melalui pembentukan aturan perundang-undangan memiliki peran yang sangat penting didalam mengatur, mengarahkan kehidupan masyarakatnya agar menciptakan tatanan kehidupan yang teratur, adil, sejahtera dan damai. Salah satu upaya vital yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan kehidupan bernegara serta bermasyarakat yang teratur, adil, damai dan sejahtera adalah dengan cara menegakkan berlakunya aturan hukum materiil dalam masyarakat Negara dengan menggunakan aparat-aparat hukumnya.

(10)

Penegakan hukum mengandung pilihan dan kemungkinan ketika dihadapkan dengan suatu kenyataan yang kompleks dalam penerapannya.

Faktor ekonomi, politik, social, dan budaya mempunyai pengaruh yang besar terhadap efektivitas dan efisiensi penegakan hukum, mulai dari pembuat aturan perundang-undangannya, aturan perundang-undangnya sendiri, aparat penegak hukumnya dan masyarakat.

Aparat penegak hukum memiliki peran yang penting sebagai jembatan pelaksanaan suatu aturan agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sosial, dimana dalam kenyataannya, dapat dikaji sejauh manakah pelaksanaan itu dapat diterapkan. Didalam proses pelaksanaan mekanisme hukum, timbul dua variable penting, yaitu hak dan kewajiban. Dimana pelaksanaan hukum pada masyarakat berlaku secara umum kepada setiap warga Negara, dengan adil, proporsional dan tidak diskriminatif.1

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.2

Tujuan tersebut baru dapat dicapai apabila pembangunan nasional dilaksanakan secara menyeluruh dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya bukan manusia, serta pelaksanaan pembangunan disegala bidang,

1

diakses tanggal 1Februari 2015. 2

(11)

terencana, terarah, bertahap dan berkesinambungan. Salah satu bidang tersebut adalah pembangunan manusia seutuhnya. Dalam hal ini keberhasilan pembangunan tergantung pada aspek manusianya yakni sebagai pemimpin, pelaksana dan pengelola sumber daya yang ada dalam nagara, yang dalam hal ini adalah di Lingkungan Polresta Kota Medan.

Dalam menjalankan tugasnya tidaklah mudah berhadapan denganmasyarakat, polisi dihadapkan pada tanggung jawab yang besar. Polisi kadangkala merasakan hubungan yang kurang baik terhadap masyarakat yang dilayaninya. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat merupakan hal yang sulit di dapat, karena memerlukan proses terutama adanya komunikasi dan kontak sosial, waktu serta kemauan masing-masing anggota polisi. Masyarakat masihmengharapkan peningkatan peran dan tugas polisi sebagai pengayom, pelindung, dan pelayanan masyarakat serta sebagai penegak hukum yang bersih3

Dalam kedudukannya yang tidak begitu mudah berhadapan dengan masyarakat, polisi dihadapkan pada pertanggung-jawaban secara umum dan khusus. Polisi merasakan adanya hubungan yang kurang baik dengan masyarakat yang dilayaninya. Dipercaya oleh masyarakat merupakan hal yang sulit didapat, karena memerlukan proses terutama adanya komunikasi dan kontak sosial, waktu serta kemauan masing-masing anggota polisi. Komunikasi merupakan sarana paling dasar dan penting saat berbicara tentang pencitraan suatu institusi yaitu Kepolisian. Bagaimana dengan citra Polisi, terkait dengan kemampuan komunikasi Polisi itu sendiri. Apalagi dengan adanya paradigma baru kepolisian

3

(12)

sekarang bahwa Polisi sekarang sudah menjadi Polisi sipil, dimana tidak ada lagi sikap arogan. Yang hasilnya dapat kita lihat perananan kepolisian di masyarakat.. Latar belakang penelitian ini adalah adanya pembahasan tentang peran serta tanggung jawab polisi di masyarakat.4

Kegiatan memutasi anggota Polri dari satu loka dinas ke lokasi dinas lain disebut mutasi Polri. Akan tetapi, mutasi sebenarnya tak selamanya sama dengan pemindahan. Mutasi Polri meliputi kegiatan memindahkan anggota Polri, pengoperan tanggung jawab, pemindahan status atau jabatan Polri, dan sejenisnya.

Mutasi Polri bisa diartikan sebagai kegiatan pemindahan personel Polri dari suatu jabatan ke jabatan lain, atau antar daerah. Mutasi ini dilakukan dalam ruang lingkup organisasi kepolisian dan pelaksanaannya harus sinkron dengan undang-undang yang berlaku.

5

Dalam rangka pembinaan pegawai Polri, organisasi melakukan serangkaian kegiatan penempatan (mutasi) pegawai. Mutasi pegawai dapat berlangsung di internal Polda namun dapat juga terjadi antar Polda dan Mabes Polri. Kegiatan penempatan (mutasi) pegawai Polri berpedoman pada sejumlah aturan dan berdasar berbagai pertimbangan yang relevan.

6

Berdasarkan uraian tersebut, mutasi bisa didefinisikan sebagai berikut. Mutasi ialah kegiatan organisasi Kepolisian Republik Indonesia dan berhubungan

4

tanggal 11 Januari 2015 5

Hasil wawancara dengan Sonny Wilfrid Siregar, selaku Kepala Kepolisian Resort Medan Kabag Sumda, tanggal 17 Februari 2015

6

(13)

dengan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan jabatan ke situasi tertentu. Tujuannya, agar para anggota Polri nan bersangkutan memperoleh kepuasan kerja nan mendalam, dan bisa memberikan prestasi kerja dan maksimal kepada Kepolisian Republik Indonesia.

Berdasarkan latar belakang di atas maka tertarik memilih judul Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (Studi di Polresta Medan)

I. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, yaitu adanya hubungan antara mutasi kerja dengan semangat kerja, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemutasian berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara di lingkungan Polresta Medan?

2. Bagaimana prosedur pemutasian di lingkungan Polresta Medan? 3. Apa hambatan dalam pemutasian dilingkungan Polresta Medan ?

J. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah

(14)

b. Untuk mengetahui prosedur pemutasian di lingkungan Polresta Medan c. Untuk mengetahui hambatan dalam pemutasian dilingkungan Polresta

Medan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis

Memberikan perkembangan pemikiran dalam ilmu hukum pada umumnya, dan pada hukum administrasi negara pada khususnya.

b. Manfaat praktis

Memberikan pengetahuan pemikiran bagi para pihak yang memiliki kepentingan dalam penelitian ini dan melatih penulis dalam mengungkapkan adanya semacam permasalahan tertentu secara sistematis dan berusaha memecahkan permasalahan yang ada tersebut dengan metode ilmiah yang baik.

K. Keaslian Penulisan

(15)

Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui pemikiran penulis, referensi dari peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum, internet, bantuan dari pihak-pihak yang berkompeten dalam bidangnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

L. Tinjauan Pustaka

1. Kepolisian Republik Indonesia

‘Kepolisian’ dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian diartikan sebagai segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia sedangkan Pejabat Kepolisian Negara adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum kepolisian.

Peraturan kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Kekuasaan Kepolisian dalam Institusi Polisi Modern

(16)

norma hukum ini memiliki daya ikat bagi tiap individu; serta kemungkinan untuk dijatuhkannya sanksi bagi individu yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma hukum.

Tugas untuk mengawasi dan memelihara agar norma-norma hukum undang-undang tersebut terpelihara dengan baik dalam masyarakat merupakan tugas utama yang diemban oleh lembaga kepolisian. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa terjadi suatu pengkhususan dari fungsi yang semula meliputi semua bidang kenegaraan menjadi fungsi yang khusus memelihara keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat. Sifat dari tugas polisi adalah:7

a. Preventif (sifat mencegah), yaitu menjaga jangan sampai terjadi perbuatan atau kelalaian yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan.

b. Represif (sifat memberantas) yaitu mencari dan menyelidiki peristiwa-peristiwa yang telah mengganggu ketertiban dan keamanan. Disebut juga justitionele atau rechterlijke taak der politie karena berhubungan dengan pengadilan.

3. Tugas dan Wewenang Polri Menurut UU Kepolisian

Undang-undang Kepolisian menyebutkan bahwa tugas pokok kepolisian Negara Repubik Indonesia adalah:8

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum; dan

7

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,Jakarta: PN Balai

Pustaka, 1982, hal. 337 8

(17)

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Penjelasan dari Pasal 13 tersebut menyebutkan bahwa rumusan pasal tersebut tidak didasarkan pada suatu urutan prioritas, artinya ketiga-tiganya sama penting. Dalam pelaksanaannya pun tugas pokok yang akan dikedepankan sangat tergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan.

Dalam UU Kepolisian, keamanan dan ketertiban masyarakat diartikan sebagai: “suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.9

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:10

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

9Ibid.

10Ibid

(18)

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. Memelihara ketertiban dan menjami kemanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap sema tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan / atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan / atau pihak yang berwenang;

(19)

k. Tugas utama polisi untuk menegakkan hukum berhubungan dengan peran polisi sebagai salah satu bagian dari system peradilan pidana Indonesia.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, polisi berwenang untuk:11 a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri untuk

11Ibid

(20)

diserahkan kepada penuntut umum; dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

‘Tindakan lain” yang dimaksud adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:12

a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;

c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya; d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan

menghormati hak asasi manusia

M. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian hukum normatif meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, taraf sinkronisasi hukum13

2. Sifat penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris atau biasa disebut penelitian yuridis empiris. Dalam penelitian ini, hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati di dalam kehidupan nyata.

Sifat penelitian dari skripsi ini lebih mengarah kepada sifat penelitian deskriptif yakni penelitian secara umum termasuk pula di dalamnya penelitian ilmu hukum, penelitian deskriptif bertujuan untuk menentukan ada tidaknya

12Ibid

., Pasal 16 ayat (2) 13

Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan

(21)

hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran secara tepat mengenai Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (Studi di Polresta Medan), menggunakan sifat penelitian deskriptif dikarenakan sudah terdapatnya ketentuan peraturan perundang-undangan, literatur maupun jurnal yang cukup memadai mengenai permasalahan yang diangkat.

3. Data dan sumber data

Data maupun sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, antara lain sebagai berikut:

a. Data Primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu baik dari responden maupun informan. Data pimer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap pihak terkait dalam hal ini yaitu kepada Polresta Medan serta pihak-pihak lain yang terlibat.

b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari instrument hukum nasional, terdiri dari :

(22)

b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

c) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia

d) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Mutasi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

2) Bahan hukum sekunder dari penelitian ini yakni bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer Beberapa Masalah Atau Kendala Dalam Pembayaran Dan Pemungutan Pajak Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara bahan hukum sekunder yang digunakan antara lain: pendapat para pakar hukum, karya tulis hukum yang termuat dalam media massa; buku-buku hukum (text book), serta jurnal-jurnal hukum yang membahas mengenai Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

3) Bahan hukum tersier yang penulis gunakan berupa kamus hukum dan ensiklopedia.

4. Teknik pengumpulan data

(23)

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengenai studi kepustakaan dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan peneliti. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dan mendukung permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

5. Analisis data

Dalam penelitian ilmu hukum aspek empiris dikenal dua model analisis yakni, analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian hukum empiris dengan jenis pendekatan penelitian deskriptif, maka teknis analisis data yang penulis lakukan dalam skripsi ini adalah teknis analisis data kualitatif atau disebut deskriptif kualitatif. Keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistimatis, digolongkan dalam pola dan tema, diketagorisasikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas data.

Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistimatis.

(24)

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PEMUTASIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

Bab ini akan membahas mengenai Pengertian Mutasi, Tujuan Pelaksanaan Mutasi, Syarat-syarat Mutasi, Permasalahan Dalam Mutasi Jabatan dan Akibat Yang Terjadi Apabila Polisi Yang Dilantik Dalam Jabatan Tidak Memenuhi Kriteria Yang diSyaratkan Peraturan Perundang-Undangan

BAB III PROSEDUR PEMUTASIAN DI LINGKUNGAN POLRESTA MEDAN

(25)

Republik Indonesia dan Prosedur Pemutasian di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

BAB IV HAMBATAN DALAM PEMUTASIAN DILINGKUNGAN

POLRESTA MEDAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

(26)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

BAB II

PEMUTASIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

F. Pengertian Mutasi

Pengertian mutasi dalam kamus saku Bahasa Indonesia yakni: pemindahan pegawai dari satu jabatan ke jabatan lain; perubahan dalam bentuk; kualitas atau sifat lain.14

Mutasi jabatan atau pemindahan jabatan meliputi segala perubahan jabatan seorang pegawai dalam arti umum. Perubahan posisi jabatan/tempat/pekerjaan disini masih dalam level yang sama dan juga tidak diikuti perubahan tingkat wewenang dan tanggung jawab, status, kekuasaan dan pendapatnya yang berubah dalam mutasi jabatan hanyalah bidang tugasnya.

Salah satu bentuk dari pengembangan karir pegawai adalah mutasi pegawai. Kata mutasi atau pemindahan oleh sebagian masyarakat sudah dikenal, baik dalam lingkungan maupun di luar lingkungan perusahaan (pemerintahan). Mutasi dalah kegiatan memindahkan tenaga kerja dari satu tempat tenaga kerja ke tempat kerja lain. Akan tetapi mutasi tidak selamanya sama dengan pemindahan. Mutasi meliputi kegiatan memindahkan tenaga kerja, pengoperan tanggung jawab, pemindahan status ketenagakerjaan, dan sejenisnya. Adapun pemindahan hanya terbatas pada mengalihkan tenaga kerja dari satu tempat ke tempat lain.

15

14

Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty dalam

http://www.bimbingan.org/teori-analisismenurut-para-ahli.htm, diakses tanggal 1 Februari 2015 15

Malayu,S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi

(28)

Mutasi adalah kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status ketenagakerjaan tenaga kerja ke situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan prestasi kerja yang semaksimal mungkin kepada perusahaan.16

Mutasi adalah kegiatan memindahkan pegawai dari unit/bagian yang kelebihan tenaga ke unit/bagian yang kekurangan tenaga atau yang memerlukan. Mutasi atau pemindahan pegawai dapat terjadi karena keinginan sendiri dan dapat pula karena keinginan perusahaan.17

a. Keinginan pegawai sendiri terjadi karena

1) Pegawai yang bersangkutan merasa tidak sesuai dengan bidang tugasnya atau jabatannya;

2) Pegawai yang bersangkutan merasa tidak dapat bekerja sama dengan teman sekerjanya atau dengan atasannya;

3) Pegawai yang bersangkutan merasa bahwa tempat atau lingkungan kerja tidak sesuai dengan kondisi fisik atau keinginannya.

b. Keinginan perusahaan terjadi karena:

1) Perusahaan ingin menunjukkan kepada pegawai yang bersangkutan bahwa mutasi tersebut bukan merupakan hukuman, melainkan upaya untuk menjamin kelangsungan pekerjaan pegawai tersebut;

16

Sastrohadisuwiryo, B. Siswanto. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta : Bumi

Aksara, 2002, hal 247

(29)

2) Perusahaan ingin meyakinkan pegawai bahwa ia tidak akan diberhentikan karena kekurangmampuan atau kekurangcakapan pegawai yang bersangkutan;

3) Perusahaan ingin menghindari rasa jenuh pegawai pada jenis pekerjaan, jabatan, maupun tempat kerja yang sama.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa mutasi adalah pemindahan jabatan satu ke jabatan lain dengan disertai perubahan status, upah maupun tanggung jawabnya. Dari uraian tersebut tampak bahwa mutasi atau pemindahan pegawai sangat penting dan perlu dilakukan, baik dilihat dari kepentingan pegawai maupun kepentingan perusahaa

Mutasi di dalam sebuah perusahaan bukanlah hukuman. Di masyarakat sering dipahami bahwa mutasi merupakan suatu bentuk hukuman dalam bidang kepegawaian. Anggapan demikian terutama datang dari pegawai yang merasa kurangmampu, kurangcakap atau kurang berhasil dalam menjalankan tugas serta pegawai yang merasa melakukan kesalahan. Anggapan demikian tentu saja tidak selalu benar. Terlepas dari sebab-sebab yang sesungguhnya ada, diadakannya mutasi bukanlah suatu hukuman jabatan. Mutasi adalah suatu hal yang wajar dalam setiap organisasi atau instansi, baik pemerintah maupun swasta

G. Tujuan Pelaksanaan Mutasi

(30)

Biro ini, kerja yang melaksanakan tugas adalah biro pembinaan karier atau disingkat Biro Binkar.

Didasarkan atas dasar pelaksanaan mutasi sebagaimana dikemukakan Hasibuan dengan tujuan berikut

1. Mutasi adalah memindahkan karyawan dari satu pekerjaan lain yang dianggap setingkat atau sejajar.

2. Untuk pelaksanaan harus didasarkan atas pertimbangan matang, sebab bila tidak demikian, mutasi yang dilakukan itu bukannya merupakan tindakan yang menguntungkan, tetapi justru merugikan perusahaanorganisasi kerja.

3. Pada prinsipnya mutasi dilaksanakan agar kita dapat melaksanakan prinsip “orang tepat pada tempat yang tepat "karena pada saat penempatan pertama hal ini sulit dilaksanakan.18

Menurut Eko Prasojo dengan membangun system merit dalam birokrasi publik berarti menjadikan kompetensi dan kinerja sebagai ukuran utama penilaian aparatur negara. Ukuran ini harus dijadikan sebagai dasar dalam proses seleksi dan rekrutmen, remunerasi, hingga mutasi maupun promosi jabatan. bukan sebaliknya berdasarkan pada hubungan-hubungan kekeluargaan, pertemanan, dan afiliasi politik. Kepegawaian negara hanya akan berfungsi secara profesional dan independen jika kompetensi dan kinerja menjadi dasar dalam semua pengukuran. Ini berarti pemerintah harus melakukan perombakan secara fundamental terhadap sistem kepegawaian Negara.19

18

Malayu, S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta:

Bumi Aksara.2005. hal. 102 19

Prasojo, Eko. Reformasi Kedua (Melanjutkan Estafet Reformasi). Jakarta :Salemba

(31)

Tujuan khusus mutasi jabatan, yaitu :20

1. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan jabatan yang ada di dalam organisasi, sehingga dapat menjamin terjadinya kondisi ketenagakerjaan yang stabil. Stabilitas ketenagakerjaan akan terwujud apabila penempatan tenaga kerja dalam suatu organisasi dapat dilakukan secara tepat

2. Menempatkan dan menambah wawasan, memperluas wawasan dan pengetahuan merupakan kebutuhan yang perlu mendapat perhatian dalam suatu organisasi. Dengan demikian tenaga kerja yang ada, wawasan dan pengetahuannya tidak terbatas atau terpaku hanya pada suatu bidang tertentu.

3. Menghilangkan kejenuhan terhadap suatu jabatan, apabila seorang tenaga kerja terus-menerus dari tahun ke tahun memegang jabatan yang sama, maka akan menimbulkan tenaga kerja yang bersangkutan terjebak pada rutinitas kerja dan menurunkan gairah serta semangat kerjanya. Untuk itu perlu terus diupayakan adanya penyegaran-penyegaran

Mutasi Polri bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya proses pembinaan karier personel yang terencana, terarah, objektif, dan berkeadilan. Sehingga akan berimplikasi positif terhadap peningkatan kualitas kinerja personel dalam menjalankan tugasnya sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.

20

(32)

Selain tujuan tadi, sebenarnya prinsip dasar diadakannya pemutasian terhadap anggota Polri merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari semangat Reformasi 1998. Di sana, termasuk di dalamnya, perlu kiranya melakukan pembinaan dan peremajaan organisasi yang beorientasi pada peningkatan kualitas, baik sebagai anggota Polri maupun dalam struktur kelembagaan. 21

H. Syarat-syarat Mutasi

Semangat yang terkandung dalam reformasi, pada awalnya sempat memberikan secercah harapan buat Polri untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Struktur organisasi disusun dengan baik dan cermat, hanya saja kemudian menimbulkan masalah-masalah baru.

Bukan salah publik, dalam hal ini pihak akademisi membuat suatu penilaian terhadap kinerja kepolisian yang belum menampakkan tanda-tanda ke arah perbaikan yang tegas. Walau kemudian, tidak serta merta terus menyalahkan institusi ini, karena pada bagian lainnya, ada oknum-oknum kepolisian yang pasti mempunyai niat yang tidak baik dalam merusak citra institusi tersebut.

Adapun syarat-syarat agar pelaksanaan mutasi jabatan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan tidak menimbulkan permasalahan baru bagi organisasi. persyaratan-persyaratan tersebut antara lain:22

21

Hasil wawancara dengan Sonny Wilfrid Siregar, selaku Kepala Kepolisian Resort Medan Kabag Sumda, tanggal 17 Februari 2015

22

Bambang Wahyudi, Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Sulita, 1996. hal.

(33)

1. Setiap mutasi yang dilakukan hendaknya jangan sampai dirasakan sebagai suatu hukuman bagi tenaga kerja yang bersangkutan. Oleh karena itu, hendaknya organisasi melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kerja yang bersangkutan sebelum mutasi dilaksanakan. Hal tersebut penting untuk meyakinkan bahwa pemindahan merupakan sesuatu yang bersifat rutin, wajar atau biasa dalam kehidupan suatu organisasi, serta ditujukan semata-mata demi kepentingan organisasi. mengurangi kejenuhan/kebosanan dari seorang tenaga kerja

2. Hendaknya mutasi dilakukan untuk memperkuat kerjasama kelompok. Untuk itu, suatu organisasi harus sungguh-sungguh mempertimbangkan dan melakukan seleksi dengan ketat setiap tenaga kerja yang dipindahkan apabila setelah pelaksanaan mutasi personal ternyata justru menimbulkan konflik, maka jelas mutasi tersebut mengalami kegagalan

3. Mengurangi kejenuhan/kebosanan dari seorang tenaga kerja. Seorang tenaga kerja yang secara terus menerus barada dalam satu jabatan dapat menimbulkan kejenuhan atau kebosanan terhadap tugas jabatannya. Adanya mutasi diharapkan mampu menjadi jalan keluar dari suasana tersebut

(34)

I. Permasalahan dalam Mutasi Jabatan

Dalam organisasi kepolisian digunakan sistem hierarki yang bertujuan untuk menjaga agar perintah dari atas dapat dilaksanakan dengan baik dan juga sebagai sistem pengendalian. Hierarki berbanding lurus dengan karier, ditandai dengan pangkat.

Mutasi Polri dapat diartikan sebagai kegiatan pemindahan personel Polri dari suatu jabatan ke jabatan lain, atau antar daerah. Mutasi ini dilakukan dalam ruang lingkup organisasi kepolisian yang pelaksanaannya harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Kegiatan memindahkan anggota Polri dari satu tempat dinas ke tempat dinas lain disebut mutasi Polri. Akan tetapi, mutasi sebenarnya tidak selamanya sama dengan pemindahan. Mutasi Polri meliputi kegiatan memindahkan anggota Polri, pengoperan tanggung jawab, pemindahan status atau jabatan Polri, dan sejenisnya.

Berdasarkan uraian tersebut, mutasi dapat didefinisikan sebagai berikut. Mutasi adalah kegiatan organisasi Kepolisian Republik Indonesia yang berhubungan dengan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan jabatan ke situasi tertentu. Tujuannya, agar para anggota Polri yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam, dan dapat memberikan prestasi kerja yang maksimal kepada Kepolisian Republik Indonesia.

Perjalanan karier dari BINTARA:

(35)

4. Brigadir Polisi Kepala (BRIPKA), setelah 5 tahun menjadi 5. Ajun Inspektur Dua (AIPDA), setelah 2 tahun menjadi

6. Ajun Inspektur Satu (AIPTU). Ini adalah pangkat tertinggi di golongan BINTARA

Perjalanan karier dari BINTARA:23

1. Brigadir Polisi Dua (BRIPDA), setelah 4 tahun menjadi 2. Brigadir Polisi Satu (BRIPTU), setelah 4 tahun menjadi 3. BRIGADIR, setelah 4 tahun menjadi

4. Brigadir Polisi Kepala (BRIPKA), setelah 5 tahun menjadi 5. Ajun Inspektur Dua (AIPDA), setelah 2 tahun menjadi

6. Ajun Inspektur Satu (AIPTU). Ini adalah pangkat tertinggi di golongan BINTARA.

Permasalahan yang harus dihadapi dalam mutasi jabatan antara lain:24 1. Formasi kepegawaian dalam organisasi. Suatu kebijaksanaan mutasi

jabatan seringkali tidak dapat dilaksanakan karena tidak tersedianya formasi pegawai. Misalnya, karena seluruh formasi kepegawaian yang ada telah terisi penuh.

2. Adanya anggapan atau pandangan yang bersifat etis/moral terhadap suatu mutasi jabatan yang seringkali merugikan, khususnya bagi tenaga kerja yang bersangkutan. Misalnya, pandangan bahwa tanaga kerja yang dipindahkan berarti dihukum, tidak berpakai lagi, atau merugikan orang lain. Kesulitan dalam menentukan standar untuk mutasi jabatan. seringkali

23Ibid

. hal 181

24Ibid

(36)

pelaksana kebijaksaan mutasi jabatan mengalami kesulitan dalam menentukan secara objektif dasar penilaian yang akan menjadi dasar mutasi seseorang.

J. Akibat Yang Terjadi Apabila Polisi Yang Dilantik Dalam Jabatan Tidak Memenuhi Kriteria Yang disyaratkan Peraturan Perundang-Undangan

Cara Pengajuan Mutasi Anggota Kepolisian, Dalam rangka pembinaan pegawai Polri, organisasi melakukan serangkaian kegiatan penempatan (mutasi) pegawai. Mutasi pegawai dapat berlangsung di internal Polda namun dapat juga terjadi antar Polda dan Mabes Polri. Kegiatan penempatan (mutasi) pegawai Polri berpedoman pada sejumlah aturan dan berdasar berbagai pertimbangan yang relevan.25

Untuk mutasi antar Polda dan Mabes Polri dengan biaya sendiri antara lain di atur sebagai berikut:

1. Waktu lama dinas di Polda setempat:

a. Mutasi dari Polda Luar Jawa ke Polda Jawa minimal berdinas 8 tahun; b. Mutasi antar Polda di Jawa minimal 8 tahun

c. Mutasi dari Polda Jawa ke Polda Luar Jawa minimal berdinas 6 tahun; d. Hal tersebut di atas dikecualikan bagi PNS wanita & Polwan yang

telah berkeluarga karena pertimbangan mengikuti dinas suami;

25

(37)

e. Adanya alasan psikologis dan atau kesehatan dapat dipertimbangkan oleh pimpinan yang berwenang untuk menyimpangi kala waktu minimal di atas.

2. Kelengkapan berkas administrasi usulan mutasi dengan biaya sendiri: a. Surat permohonan dari anggota yang disahkan oleh Kasatker/Kasatwil

(bermeterai 6000);

b. Daftar Riwayat Hidup singkat;

c. Fotokopi Skep pengangkatan I & Skep pangkat terakhir; Fotokopi akte menikah bagi yang sudah berkeluarga;

d. Surat persetujuan & kesanggupan suami/istri untuk mengikuti kepindahan bila dikabulkan (bermeterai 6000);

e. Surat pernyataan tidak menuntut biaya & perumahan dinas di tempat tugas baru;

f. Surat keterangan belum menikah bagi yang belum berkeluarga;

g. Menyertakan surat keterangan kesehatan dari Biddokkes Polda bila kepindahan karena alasan sakit.

Para Kasatker/Kasatwil seyogianya tidak memberikan rekomendasi usul mutasi kepada anggotanya jika syarat administrasi tidak terpenuhi dan atau anggota tersebut sedang dalam permasalahan hukum sampai dengan adanya penyelesaian secara tuntas

Akibat yang terjadi apabila polisi yang dilantik dalam jabatan tidak memenuhi kriteria yang disyaratkan peraturan perundang-undangan antara lain:26

(38)

1. Apabila personil tersebut sedang bermasalah dengan hukum sebagai tersangka melakukan pelanggaran pidana, sisiplin, kodetik. Polri sehingga akan menjadi masalah atau hambatan bila di mutasikan sehingga si pemutasi tidak bisa dipindahkan.

(39)

BAB III

PROSEDUR PEMUTASIAN DI LINGKUNGAN POLRESTA MEDAN

D. Gambaran Umum Polresta Medan 1. Sejarah Polresta Medan

Sebagai lembaga yang dikedepankan dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat, Polri harus mampu beradaptasi dengan setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Khususnya Kepolisian Resort Kota Medan, sebagai pedoman ke depan telah dirumuskan visi dan misi sebagai berikut:27

1) Visi Polresta Medan

Terwujudnya stabilitas keamanan dan ketertiban di wilayah hukum Polresta Medan dengan melaksanakan kemitraan dan kerjasama dengan instansi terkait dan masyarakat

2) Misi Polresta Medan

a. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, tanggap dan tidak diskriminatif demi mewujudkan rasa aman melalui kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat kota Medan.

b. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat sepanjang waktu di seluruh wilayah hukum Polresta Medan serta mengefektifkan fungsi

27

(40)

perpolisian masyarakat dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan masing-masing

c. Memelihara keamanan dan ketertiban di wilayah hukum Polresta Medan untuk menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran arus orang dan barang.

d. Meningkatkan kerjasama internal Polri dan kerjasama dengan aparat penegak hukum pada instansi terkait serta komponen masyarakat.

e. Mengembangkan Perpolisian Masyarakat (Polmas) di wilayah hukum Polresta Medan yang berbasis kepada masyarakat patuh hukum (Law Abiding Citizen).

f. Menegakkan hukum di wilayah hukum Polresta Medan secara professional, objektif, proporsional, transparan, dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan.

g. Mengolah sumber daya Polresta Medan.

(41)

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polsek) adalah kesatuan terkecil yang setingkat dengan kecamatan, yang bertugas untuk mengemban seluruh tugas pokok kepolisian samapai ke tingkat Desa, terutama untuk melindungi dan melayani masyarakat. Sementara itu pos polisi adalah struktur organisasi fungsional dan merupakan unsur terbawah dan paling kecil yang berada di bawah Polsek.28

2. Struktur Organisasi Polrestabes Medan

BKPM dan FKPM merupakan bagian dari BINMAS atau pembinaan masyarakat. FKPM akan terjun kedalam masyarakat secara langsung dan bersama masyarakat akan memecahkan masalah yang ada serta melakukan pencegahan. Ketika diadakan pelaporan mingguan kepada BKPM maka, masalah besar yang bukan merupakan cakupan dari FKPM akan diutarakan di sana, kemudian akan dilanjutkan dengan menyerahkan laporanke BINMAS. BINMAS akan membawa laporan tersebut dalam rapat di Polres dan akan diputuskan bagian apa yang akan menanganai masalah tersebut seperti narkoba, intel, kriminal atau lainnya

Wilayah hukum Polrestabes Medan memiliki luas wilayah 156.649,48 Ha, dengan batas-batas antara lain sebagai berikut :29

b. Timur berbatasan dengan Polres Deli Serdang a. Utara berbatasan dengan Selat Malaka

c. Selatan berbatasan dengan Polres Tanah Karo d. Barat berbatasan dengan Polres Langkat

28

Satulayanan.net/layanan/kantor-polisi-terdekat/tentang-struktur-kepolisian), diakses tanggal 12 Januari 2015

29

(42)

Hal tersebut tentunya menjadikan Wilayah hukum Poltabes Medan adalah titik lintas yang strategis. Kepolisian Resor Kota Besar Medan memiliki 15 Polisi Sektor antara lain:

a. Polsek Hamparan Perak b. Polsek Medan Barat c. Polsek Helvetia d. Polsek Sunggal e. Polsek Medan Baru f. Polsek Kutalimbaru g. Polsek Pancur Batu h. Polsek Deli Tua i. Polsek Patumbak j. Polsek Medan Kota k. Polsek Medan Area l. Polsek Medan Timur m. Polsek Percut Sei Tuan n. Polsek Medan Labuhan o. Polsek Belawan.

(43)

cara kerjanya juga sesuai dengan fungsi penugasan tersebut. walaupun sebenarnya dalam fungsi penugasan itu ada kesamaan yaitu setiap satuan mempunyai fungsi preventif namun tidak tercantum.30

1) Nico Afrita, S.IK, SH., M.H, Kapolresta Medan adalah pimpinan Polresta Medan yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolresta Medan mempunyai fungsi sebagai berikut

Berikut ini adalah Struktur Organisasi Polrestabes Medan. Berdasarkan bagan diatas, akan dijelaskan tugas masing masing bagian secara garis besar, sebagai berikut :

a. Penjabaran lebih lanjut kebijaksanaan pelaksanaan Kapolri dan pembinaan teknis dari Pembina Fungsi, sesuai dengan bidang fungsinya masing-masing serta sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada para Kabag dan para Kasat Fungsi.

b. Melaksanakan lebih lanjut perintah operasi khusus terpadu yang bersifat terpusat maupun mandiri kewilayahan serta operasi Kamtibmas sesuai kebutuhan, dengan didukung perkiraan keadaan Intelijen Polresta (Prinlak) ditingkatkan ke Satuan Kewilayahan Polresta Medan, hasil pelaksanaannya dilaporkan kepada Kapolri melalui Waka Polri

c. Melaksanakan administrasi dan perawatan personil, materil dan logistik, termasuk pelayanan keuangan, kesejahteraan dan hak-hak prajurit serta meningkatkan pembinaan kemampuan dan penggunaan kekuatan untuk menunjang tugas-tugas operasional kepolisian.

(44)

2) Y. Hondawantri, SH., MH, Waka Polresta Medan adalah pembantu utama Polresta Medan yang bertanggung jawab kepada Kapolresta Medan. Waka Polresta Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Melaksanakan dan menjabarkan semua kebijaksanaan serta perintah/petunjuk Kapolresta Medan dibidang Operasional dalam bentuk piranti lunak (Proja, Juklap, Jukmin dan Protap) maupun tulisan dinas berupa Surat, TR dan sebagainya untuk didistribusikan kepada Satuan Fungsi maupun Polsek/ta

b. Mengkoordinir Para Kabag dan Kasat Fungsi dalam melaksanakan Operasi baik yang bersifat terpadu maupun mandiri dan pelaksaaan administrasi personil, logistik dan anggaran serta melakukan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan operasional

c. Mengajukan saran untuk melaksanakan Operasi Kepolisian Mandiri Kewilayahan terutama dalam penanggulangan kasus-kasus menonjol.

d. Melaporkan semua kegiatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

e. Menerima petunjuk dan perintah dalam rangka pelaksanaan fungsi dan peranan Komando dan Pengendalian dalam situasi krisis maupun dalam pelaksanaan Operasi Kepolisian dan pada kasus-kasus tertentu

(45)

ops dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh Kasubbag Bin Ops, Kasubbag Dalops dan Kasubbag Humas yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Kabag Ops Polresta Medan yang meliputi

a. Menyelenggarakan dan melaksanakan pembinaan data/informasi Polresta Medan dan jajaran.

b. Menyelenggarakan pekerjaan/ kegiatan staf dalam managemen operasional khususnya yang bersifat terpadu baik antar fungsi operasional maupun yang secara bersama melibatkan komponen lain dari kekuatan pertahanan dan keamanan negara.

c. Melaksanakan pengkajian masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang operasional Polresta Medan.

4) Sonny Wilfrid Siregar, Kabag Ren atau Kepala Bagian Perencanaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Kapolresta Medan dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Polresta Medan. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajibannya sehari-hari dibantu oleh Kepala Sub Bagian Progar dan Kepala Sub Bagian DalGar, yang meliputi bidang tugas

a. Memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan fungsi perencanaan dan anggaran di lingkungan Polresta Medan.

(46)

d. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan dan penyajian data / informasi baik yang berkenaan dengan aspek pembinaan maupun operasional untuk kepentingan perencanaan Program dan Anggaran.

e. Menyiapkan dan menyusun laporan tentang pelaksanaan Program dan Anggaran serta laporan sesuai dengan fungsinya

f. Memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan fungsi perawatan personil dilingkungan Mapolresta

g. Melaksanakan pembinaan rohani, mental, Ideologi dan tradisi / kejuangan pada tingkat Mapolresta dan melaksanakan peraturan pembinaan mental di lingkungan Polresta Medan.

h. Membantu pelaksanaan fungsi penyaluran dan penyediaan lapangan kerja 5) Sony Siregar, Kabag Sumda, adalah unsur pembantu pimpinan dan pelaksanan

pada Mapolresta Medan yang bertugas memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan fungsi perencanaan dan anggaran, personil, Logistik dan latihan serta menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi tersebut di lingkungan dan yang dipusatkan pada tingkat Mapolrestadalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok Polresta Meda

(47)

a. Memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan fungsi perencanaan dan anggaran, personil, logistik dan latihan pada tingkat Polresta maupun Polsek jajaranya.

b. Menyusun rencana Program Kerja dan Anggaran Mapolresta serta memadukan penyusunan rencana Program Kerja dan Anggaran Mapolresta dan Polsek jajarannya.

c. Memadukan dan mengawasi pelaksanaan Program Kerja dan Anggaran Polresta jajarannya.

d. Menyelenggarakan administrasi anggaran Polresta Medan. e. Menyelanggarakan administrasi personil Polresta Medan.

f. Menyelenggarakan perawatan personil yang meliputi pembinaan rohani, mental ideologi dan tradisi, pembinaan penyaluran dan penyediaan lapangan kerja.

g. Menyelanggarakan latihan antara Fungsi / Satuan, drill pasukan, penataran dan ceramah di lingkungan Polresta.

h. Menyelenggarakan pembinaan administrasi logistik di lingkungan Polresta.

i. Mengumpulkan, dan mengolah dan menyajikan data dan informasi yang menyangkut aspek pembinaan.

j. Penyusun dan menyiapkan laporan-laporan yang berkenaan dengan fungsi pembinaan

(48)

Pelayanan Pengaduan dan Penindakan Kode Etik yang disingkat dengan P3D dilingkungan Poltabes serta menyelenggarakan dan melaksananakan Fungsi tersebut yang bersifat terpusat pada tingkat Wilayah / antar Polsek dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasional pada tingkat Polresta Medan dan jajaran. Dalam melaksanakan tugasnya Seksi Propam menyelenggarakan Fungsi:

a) Memelihara tata tertib dan Kode Etik personil di lingkungan Polresta Medan.

b) Melakukan tindakan penegakkan Kode Etik bagi personil Polresta Medan yang melakukan pelanggaran displin.

7) Kasi Propam adalah unsur pelaksana pada tingkat Polresta Medan yang bertugas memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan Fungsi Pelayanan Pengaduan dan Penindakan Kode Etik yang disingkat dengan P3D dilingkungan Poltabes serta menyelenggarakan dan melaksananakan Fungsi tersebut yang bersifat terpusat pada tingkat Wilayah / antar Polsek dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasional pada tingkat Polresta Medan dan jajaran. Dalam melaksanakan tugasnya Seksi Propam menyelenggarakan Fungsi:

a) Memelihara tata tertib dan Kode Etikpersonil di lingkungan Polresta Medan.

(49)

8) Kasat Bimmas adalah unsur pelaksanan pada tingkat Mapolresta yang bertugas membina dalam batas kewenangannya menyelenggarakan bimbingan masyarakat dan pembinaan kemitraan dalam lingkungan Polresta. Dalam pelaksanaan tugasnya Sat Bimmas menyelenggarakan Fungsi :

a. Penyelenggaraan managemen bimbingan masyarakat yang meliputi penyuluhan masyarakat, pembinaan ketertiban masyarakat, pembinaan / pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-undangan, tumbuh kembangnya peran serta masyarakat dalam pembinaan keamanan dan ketertiban serta terjadinyta hubungan Polri danmasyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian. b. Pembinaan hubungan kerja sama dengan organisasi / lembaga / tokoh

sosial kemasyarakatan dan instansi pemerintah khusunya pemerintah daerah dalam kontek otonomi daerah dalam upaya meningkatkan kesadaran ketaatan warga masyarakat pada hukum dan peraturan perundang-undangan, terbinanya ketertiban masyarakat, pengembangan pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri dan masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri dan masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian

(50)

serta menyelenggarakan Fungsi tersebut yang bersifat terpusat pada tingkat Wilayah / antar Polresta Medan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Operasional pada tingkat Polresta Medan. Dalam pelaksanaan tugasnya Sat Intelkam menyelenggarakan Fungsi :

a. Melaporkan semua informasi penting kepada Kapolresta Medan secara cepat dan tepat sebagai bahan pertimbangan dalam rangka memelihara serta meningkatkan dinamika Operasional Kepolisian.

b. Menyusun Kirka dan Prediksi tentang situasi Kamtibmas maupun masalah-masalah khusus yang menonjol dan memberikan saran kepada Kabag Ops untuk menyelenggarakan Operasi Mandiri Kepolisian.

c. Mengelola sumber daya manusia yang tersedia secara optimal serta meningkatkan kemampuan dan daya gunanya.

d. Menjabarkan dan menindaklanjuti setiap kebijakan Pimpinan.

e. Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan satuan organisasi Polresta Medan maupu n dalam hubungannya dengan Instansi Pemerintah dan lembaga lainnya.

f. Membina dan menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional Polresta Medan dan peringatan dini bagi seluruh jajaran Polresta Medan. g. Memberikan pelayanan dalam bentuk surat ijin/ keterangan yang

(51)

politik masyarakat dan surat keterangan rekaman kejahatan (SKCK/ Criminal Record) pada warga masyarakat yang membutuhkan serta melakukan pengawasan/pengamanan atas pelaksanaannya.

h. Menyelenggarakan kegiatan operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning) termasuk melalui pemberdayaan seluruh personel dalam mengemban fungsi intelijen.

i. Menyelenggarakan kegiatan pengumpulan, penyimpanan dan pemutakhiran biodata tokoh formal/informal organisasi sosial/masyarakat/politik/ pemerintah.

j. Menyelenggarakan dokumentasi dan penganalisaan terhadap perkembangan lingkungan strategik serta penyusunan produk intelijen baik untuk kepentingan pimpinan maupun untuk mendukung kegiatan operasi intelijen.

k. Menyusun perkiraan intelijen keamanan dan penyajian hasil analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.

(52)

a) Melaksanakan perintah-perintah pelaksanaan operasi khusus dibidang Lalu Lintas baik secara terpadu maupun mandiri.

b) Melaksanakan dan memperhatikan bimbingan teknis dari Pembina Fungsi, termasuk melaksanakan Kamtibcar Lantas di wilayahnya sesuai dengan tugasnya

c) Mengelola sumber daya yang tersedia secara optimal serta meningkatkan kemampuan dan daya gunanya.

d) Menyelenggarakan Administrasi, Registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi.

(53)

E. Mutasi / Rotasi di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia 1. Pembentukan Dewan Pertimbangan Karir (DPK)

a. Surat perintah tugas (sprint) 1) Kapolres sebagai ketua 2) Wakapolres sebagai wakil 3) Kabag Sumda sebagai sekretaris 4) Kasat Intel sebagai anggota 5) Kasat Propam sebagai anggota 6) Kasat Propos sebagai anggota 7) Kasat Was sebagai anggota 2. Surat telegram (ST)

3. Penghadapan kepada personil polri yang dimutasikan

a) Prosedur Pemutasian di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Proses mutasi anggota Polri ini bisa terjadi sebab keinginan anggota Polri itu sendiri, maupun sebab kebijakan manajemen organisasi kepolisian. Baik mutasi atas dasar keinginan anggota Polri sendiri maupun keinginan atasan, umumnya memiliki tujuan nan pasti, yakni buat pembinaan dan pengembangan kualitas anggota Polri agar menjadi lebih bertanggung jawab kepada korps di loka ia ditugaskan.31

31

Hasil wawancara dengan Sonny Wilfrid Siregar, selaku Kepala Kepolisian Resort Medan Kabag Sumda, tanggal 17 Februari 2015

(54)

Disadari, setiap anggota Polri merupakan salah satu unsur terpenting dari organisasi kepolisian nan harus dibina dan dikembangkan. Hasrat dan keinginan anggota Polri buat mutasi dari satu bagian ke bagian lain terutama disebabkan anggota Polri merasa kurang mampu bekerjasama dengan kolega.

Bisa jadi, sebab tugas dan pekerjaannya kurang sinkron dengan kualifikasi, kondisi fisik, dan keinginan nan diharapkannya. Ada beberapa jenis mutasi nan ada dalam tubuh organisasi kepolisian, yakni:

a. Mutasi jabatan merupakan mutasi dan dilakukan dalam rangka pemindahan anggota Polri dari suatu jabatan ke jabatan nan lain, baik nan sifatnya meningkat atau promosi, setara maupun demosi.

b. Mutasi antar daerah merupakan mutasi nan dilakukan dalam rangka pemindahan anggota Polri antar Polda atau antar satuan induk organisasi di lingkungan Mabes Polri atau dari Polda ke Mabes Polri, atau sebaliknya tanpa menunjuk jabatan.

c. Mutasi jabatan bersifat promosi, merupakan mutasi nan dilakukan dalam rangka pemindahan anggota Polri, dari suatu jabatan ke jabatan lain nan tingkatannya lebih tinggi.

d. Mutasi jabatan bersifat setara merupakan mutasi nan dilakukan dalam rangka pemindahan anggota Polri dari suatu jabatan ke jabatan lain nan tingkatannya sejajar.

(55)

Sebagai sebuah organisasi nan menangani masalah keamanan, Kepolisian Republik Indonesia mempunyai biro-biro kerja nan melaksanakan tugas di bawah induk organisasi kepolisian, dalam hal ini ialah Kapolri. Untuk masalah mutasi Polri ini, biro kerja nan melaksanakan tugasnya ialah Biro Pembinaan Karier atau disingkat Biro Binkar.

Adapun visi dan misi Biro Binkar nan juga dapat kita artikan sebagai visi dan misi dari aplikasi mutasi Polri. Visinya sendiri ialah mewujudkan Biro Binkar Polri nan prima dalam penyelenggaraan sistem pembinaan karier personal Polri. Sementara misinya sendiri terdapat beberapa uraian, sebagai berikut.

a. Mewujudkan pengembangan karier personal Polri sinkron dengan kebutuhan kompetensi secara bergerak maju dan terintegrasi.

b. Mewujudkan perencanaan jalur karier personel Polri sinkron potensi dan kompetensi nan dibutuhkan.

c. Mewujudkan penyelenggaraan penugasan spesifik personal Polri sinkron kompetensi buat kebutuhan pengembangan karier maupun organisasi. d. Mewujudkan pembangunan infrastruktur nan efektif buat pembinaan

karier personal Polri.

(56)

Dasar-dasar pemikiran diambilnya kebijakan Mutasi Polri ialah sebagai berikut.

a. Mutasi dilakukan agar penempatan anggota Polri pada jabatan/penugasan nan tepat sinkron dengan pengalaman tugas nan dimiliki, serta mempertimbangkan arah pemanfaatan anggota Polri nan disesuaikan dengan kemampuan dan bakatnya nan dimiliki.

b. Mutasi dilakukan agar setiap anggota Polri mempunyai kesempatan nan sama dalam hal aplikasi mutasi, promosi jabatan, nan pelaksanaannya didasarkan atas evaluasi mental kepribadian, kinerja/prestasi kerja, serta pertimbangan kualifikasi pendidikan dan lamanya berdinas di loka tersebut.

c. Mutasi dilakukan atas kebijkan pengutamaan kepentingan organisasi, namun tetap memperhatikan kepentingan individu dalam hal ini kepentingan anggota Polri itu sendiri.

d. Mutasi dilakukan atas pertimbangan antar wilayah/satuan kerja anggota Polri (tour of area) dan harus memenuhi syarat administrasi, masa dinas dan memperhatikan DSP/riil satuan kerja tujuan.

Mutasi dikepolisian terdiri terdiri atas: a. kepentingan organisasi; dan b. permohonan Anggota.

(57)

pembinaan karier, pemberian pengalaman dan wawasan, serta peningkatan kemampuan Anggota yang bersangkutan.

Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk TOD atau TOA. Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai oleh negara.

Mutasi berdasarkan permohonan Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dilaksanakan atas permohonan Anggota dengan tetap mengutamakan kepentingan organisasi.

Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan apabila anggota:

a. mengalami sakit/cacat tetap/permanen atau sakit kritis yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan medis lengkap;

b. mengikuti kepindahan suami/istri yang bekerja Polri;

c. memiliki alasan penting lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b tidak dapat diberikan apabila suami/istri sedang mengikuti pendidikan kurang dari 1 (satu) tahun. Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibiayai:

a. sendiri; atau

b. negara apabila memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Sifat Mutasi terdiri atas:

(58)

Mutasi bersifat Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a merupakan pengangkatan atau pemindahan Anggota yang dilakukan dari satu jabatan ke jabatan lain yang tingkatannya lebih tinggi.

Mutasi bersifat setara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b merupakan pengangkatan atau pemindahan Anggota dari satu jabatan ke jabatan lain yang tingkatannya sejajar. Mutasi bersifat demosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c merupakan pemindahan Anggota dari satu jabatan ke jabatan lain yang tingkatannya lebih rendah serta dapat juga diberhentikan dari jabatannya.

Persyaratan Mutasi untuk kepentingan organisasi bagi Perwira Tinggi (Pati) Polri terdiri atas:

a. pelaksanaan Mutasi jabatan Pati Polri mengutamakan kepentingan organisasi dan tidak tergantung lama waktu menjabat;

b. mutasi jabatan dalam rangka promosi Brigjen Pol telah menduduki jabatan KBP eselon II A atau eselon II B1 sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan; dan

c. memiliki latar belakang pendidikan Sespimti/Lemhannas dan atau yang sederajat.

Persyaratan Mutasi untuk kepentingan organisasi bagi Perwira Menengah (Pamen) Polri terdiri atas:

(59)

b. pelaksanaan Mutasi jabatan Kasatwil dengan lama waktu menjabat sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun atau sesuai kebutuhan organisasi;

c. mutasi jabatan dalam rangka promosi ke Kombes Pol eselon II B3 sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun telah menduduki jabatan AKBP eselon III A1; dan

d. mutasi jabatan dalam rangka promosi ke AKBP eselon III A2 sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun telah menduduki jabatan Kompol eselon III B1 kecuali bagi personel yang telah memiliki pendidikan pengembangan Sespimmen Polri.

Persyaratan Mutasi kepentingan organisasi bagi Perwira Pertama (Pama) Polri terdiri atas:

a. Pelaksanaan Mutasi jabatan Perwira Pertama (Pama) diutamakan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman melalui penugasan silang antar Satfung/Satwil, dengan lama waktu bertugas sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun atau sesuai kebutuhan organisasi; dan

b. Pelaksanaan mutasi Perwira Pertama pada jabatan Kapolsek/Kasatfung dengan lama bertugas sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun atau sesuai kebutuhan organisasi.

Persyaratan Mutasi untuk kepentingan organisasi bagi Brigadir terdiri atas:

(60)

b. Tidak mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok pada kesatuan yang ditingggalkan; dan

c. Memperhatikan Daftar Susunan Personel (DSP) dan jumlah riil Anggota pada Satfung/Satwil asal dan tujuan.

d. Anggota yang Mutasi dalam rangka pensiun diupayakan dapat ditempatkan pada Satfung/Satwil terdekat dengan alamat/domisili anggota. e. Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan

sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum masa pensiun.

Anggota yang mengikuti pendidikan maupun kursus reguler dengan waktu pendidikan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan, dibebaskan dari jabatannya. Persyaratan Mutasi berdasarkan permohonan Anggota:

a. Diutamakan apabila telah ada calon pengganti;

b. Tidak mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok kesatuan yang akan ditingggalkan;

c. Formasi tempat tugas yang baru memungkinkan untuk dapat diisi oleh pemohon;

d. Faktor fisik/kesehatan dan psikis dari anggota, serta pertimbangan lainnya yang dipandang perlu; dan

e. Mendapat persetujuan dari atasannya.

(61)

a. Masa kerja; dan b. Administrasi.

Persyaratan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a sebagai berikut:

a. bagi Pamen Polri, sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun atau sesuai kebutuhan organisasi;

b. bagi Pama Polri, sekurang-kurangnya:

1. 2 (dua) tahun untuk yang bertugas di lembaga pendidikan dan Satker Mabes Polri atau sesuai kebutuhan organisasi; dan

2. 5 (lima) tahun untuk yang bertugas di satuan kewilayahan atau sesuai kebutuhan organisasi;

c. bagi Brigadir Polri:

1. 10 (sepuluh) tahun, Mutasi Brigadir dari Polda di luar pulau Jawa (Polda Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Bali) ke Polda di pulau Jawa;

(62)

3. 6 (enam) tahun, Mutasi Brigadir antar Polda di pulau Jawa dan keluar pulau Jawa (Polda Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Bali) atau antar Polda di luar pulau Jawa; dan

4. 4 (empat) tahun, Mutasi Brigadir dari Polda di Pulau Jawa ke Polda di luar Pulau Jawa (Polda Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bengkulu, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, dan Papua) atau Mutasi Brigadir dari Satfung tingkat Mabes Polri ke seluruh Polda dan antar Satfung tingkat Mabes Polri.

(1) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b terdiri atas:

a. usulan/rekomendasi Kasatfung/Kasatwil;

b. surat permohonan pindah dari Anggota yang bersangkutan disertakan alasan-alasannya;

c. fotokopi Keputusan pengangkatan pertama yang dilegalisir oleh pejabat fungsi SDM;

(63)

e. fotokopi Keputusan pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat fungsi SDM;

f. fotokopi Skep/Kep penempatan pertama yang dilegalisir pejabat fungsi SDM (bagi Brigadir Polri);

g. daftar riwayat hidup yang dilegalisir pejabat fungsi SDM;

h. dokumen lain yang berkaitan dengan kondisi fisik, psikis, kesehatan, dan lain-lain yang berkaitan;

i. surat pernyataan istri/suami Anggota bahwa bersedia untuk mengikuti kepindahan tersebut; dan

j. surat pernyataan kesanggupan Mutasi dengan biaya sendiri.

(2) Khusus Brigadir, selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan fotokopi Ijazah kelulusan dari Sekolah Kepolisian Negara (SPN) yang dilegalisir oleh pejabat fungsi SDM.

Persyaratan Mutasi berdasarkan permohonan Anggota dengan bi

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan bagaimana dapat mendesain bangunan yang menggunakan struktur baja dengan metode SRMPK untuk mendapatkan penampang

Memiliki keterampilan melaksanakan operasi proses pencelupan pada bahan yang terbuat dari serat sintetik dengan penuh tanggung jawab serta memiliki kemampuan penguasaan

bahwa untuk menjamin efektivitas dan keberlanjutan pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil yang didanai dari Dana Alokasi Khusus Nonfisik Dana Pelayanan

Dalam hal sumberdaya kewenangan, tampak mengemuka tentang kewenangan besar Kepala Desa yang mendominasi arah pelaksanaan kebijakan, sehingga tenaga Pendamping Desa

Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Peneliti mitra dari PT dengan kelaster riset Mandiri atau lembaga/pusat penelitian ternama, dengan minimal memiliki 5 artikel di journal internasional bereputasi sebagai PP atau

Pengumpulan bahan Keterangan untuk Keperluan deteksi dini (early detection) dan peringatan dini ( early warning ). Mencari data dan bahan keterangan disetiap kegiatan