i
STRATEGI MITIGASI RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
BANK MUAMALAT INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
MUTIA SARAYATI NIM. 1111046100030
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Juli 2015
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban studinya. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW. beserta para
keluarga dan sahabatnya.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang
terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala
kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan, baik berupa sapaan moril, kritik,
masukan, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan pemikiran
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis secara khusus mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A, selaku ketua Pogram Studi Muamalat (Hukum
Ekonomi Islam)
3. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH., dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan masukan saran mengenai proposal penelitian skripsi.
4. Ibu Ir. Rr. Tini Anggraeni, ST, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta kesabarannya
untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasihat kepada penulis dalam
5. Seluruh dosen serta civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum,
serta Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Bapak Amin Syafi’i selaku Commercial Financing Risk Manager, Risk
Management Division, Bank Muamalat Indonesia, serta pimpinan dan karyawan
Perpustakaan Muamalat Institute yang telah mengijinkan penulis melakukan
penelitian dan membantu memperoleh data
8. Kedua orang tua penulis, yaitu bapak Yosep Hermawan Mustopa dan Ibu Neneng
Badriah, yang telah memberikan banyak motivasi bagi penulis untuk secepatnya
menyelesaikan skripsi ini. Setiap pesan dan nasihat yang disampaikan selalu
memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis. Tak lupa juga, kakak dan adik
penulis yang merupakan anugerah yang telah Allah SWT. berikan, yaitu Tiara
Saraya dan Mustika Dianaty.
9. Kru Mass Banking Division, KPO Bank Muamalat Indonesia, yaitu Ibu Oktaviani
Moersalin, Ibu Hafni, Mba Riasti, Mba Elok, dan yang lain yang tidak dapat
disebutkan semua, serta Mba Puput dan Mba Anggi dari Small and Medium
pengalaman selama 3 bulan penulis melakukan praktek magang di Kantor Pusat
Bank Muamalat Indonesia.
10.Sahabat-sahabat penulis yang selalu mendukung dan memotivasi penulis untuk
segera menyelesaikan skripsi ini, yaitu Imam Syuhada, Elsa Nissa Afifah, Suci
Hanifa, dan Elis Sri Ramdhani, dan sahabat lainnya dari PS A 2011.
11.Teman-teman seperjuangan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa/i Perbankan Syariah angkatan 2011
yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam skripsi ini. Terima kasih
atas semua kenangan yang tidak terlupakan, semoga silaturahim kita dapat tetap
terjalin sampai kapanpun.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT mencatatnya
sebagai amal dan membalasnya dengan yang lebih baik. Selain itu, penulis akui
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar harapan
penulis munculnya saran untuk menunjang kesempurnaan atas skripsi ini di waktu
mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan.
Aamiin.
Jakarta, Juli 2015
vii ABSTRAK
MUTIA SARAYATI, NIM 1111046100030, Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia, Strata Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan tujuan untuk mengetahui strategi mitigasi risiko pembiayaan musyarakah yang diterapkan Bank Muamalat. Pembiayaan musyarakah merupakan salah satu pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang memiliki risiko tinggi karena termasuk kedalam Natural Uncertainty Contract (NUC) dan sering munculnya permasalahan principal-agent, sehingga diperlukan pengelolaan risiko guna meminimalisir risiko pembiayaan yang melekat pada pembiayaan musyarakah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh berasal dari hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan pihak Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan serta sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan musyarakah pada pembiayaan produktif BMI menggunakan dua jenis akad yaitu musyarakah permanen dan musyarakah mutanaqisah. Kedua, risiko pembiayaan musyarakah yang dihadapi Bank Muamalat antara lain risiko investasi, risiko operasional, dan risiko kepatuhan. Dan strategi mitigasi risiko pembiayaan musyarakah BMI diantaranya terdapat penetapan limit segmen pembiayaan dan syarat tertentu dalam pemberian pembiayaan, evaluasi mendalam pada usaha dan karakter nasabah yang dibiayai, pengikatan jaminan utama berupa fixed asset dan personal guarantee, menggunakan sistem bagi hasil revenue sharing; monitoring berkala, meningkatkan kompetensi karyawan, dan penggunaan risk tools berupa Muamalat Early Warning System (MEWS) dan Internal Customer Rating.
viii ABSTRACT
MUTIA SARAYATI, NIM 1111046100030, Risk Mitigation Strategy of
Musharakah Financing on PT. Bank Indonesia, Bachelor’s Degree (BA), Department
of Sharia Banking, Study Program of Muamalat, Faculty of Law and Sharia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
This research conducted in PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) with purpose to determine how risk mitigation strategy of musharakah financing conducted by Bank Muamalat. Musharakah financing is a form of partnership which is based on profit and loss sharing has high risk because it comes under Natural Uncertainty Contract (NUC) and related with principal-agent problem, so that required the risk management in order to minimalizing the financing risk that stick on musharakah financing.
This research used qualitative descriptive analysis technique. Source of data that used are primary data and secondary data. The primary data obtained from research result by direct interview with the side of Bank Muamalat Indonesia. Meanwhile the secondary data obtained from the company documents and other sources that related with the research.
The first research result shows that the application of musharakah financing in Bank Muamalat productive financing using two types of contract which is Musharakah and Diminishing of Musharakah. Second, the risks of musharakah financing that faced by Bank Muamalat such as investment risk, operational risk, and compliance risk. And then, the risk mitigation strategy of musharakah financing in Bank Muamalat there are defining the segmentation limit of financing and certain terms, in-depth evaluation on business and client characteristics, first collateral binding in form of fixed asset and personal guarantee, using revenue sharing system, periodic monitoring, upgrade employee competence, and utilization of risk tools that are Muamalat Early Warning System (MEWS) and Internal Costumer Rating.
ix
B. Identifikasi Masalah ... 8
D. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Manajemen Risiko Bank Syariah ... 13
1. Pengertian Risiko ... 13
2. Jenis-jenis Risiko ... 13
3. Manajemen Risiko ... 16
B. Pembiayaan Musyarakah... 20
1. Pengertian Pembiayaan ... 20
2. Pengertian Musyarakah ... 21
3. Jenis-jenis Musyarakah ... 22
4. Pembiayaan Musyarakah ... 25
C. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah ... 28
1. Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah ... 28
D. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 33
E. Review Studi Terdahulu ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38
B. Jenis Penelitian ... 38
C. Sumber Data Penelitian ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ... 39
E. Metode Analisis Data ... 41
G. Kerangka Konsep ... 42
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 44
A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia ... 44
B. Penerapan akad Musyarakah pada Pembiayaan Produktif Bank Muamalat Indonesia ... 57
1. Implementasi Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia ... 57
2. Proses Pembiayaan Musyarakah ... 61
3. Kendala Penerapan Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia .... 69
C. Analisis Risiko Pembiayaan Musyarakah ... 70
D. Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia ... 75
E. Proses Manajemen Risiko Bank Muamalat Indonesia ... 81
F. Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat ... 88
BAB V PENUTUP ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 108
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan BUS dan UUS berdasarkan Akad Tahun 2008-
September 2014 ... 4
Tabel 1.2 Komposisi Pembiayaan berdasarkan Akad pada BMI, BSM, dan BRIS
Tahun 2011-2013 ... 6
Tabel 2.1 Perbandingan Studi Terdahulu ... 34
Tabel 4.1 Penggunaan Akad-akad Pembiayaan secara Umum ... 51
Tabel 4.2 Jumlah Penyaluran Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia Tahun
2010-2014 ... 52
Tabel 4.3 Pendapatan Penyaluran Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Tahun
2010- 2014 ... 54
Tabel 4.4 Penggunaan Akad Pembiayaan Musyarakah dan Musyarakah
Mutanaqisah ... 59
Tabel 4.5 Sumber Data dan Informasi yang Diperlukan pada Pelaksanaan OTS... 64
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko ...18
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Musyarakah ...28
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...42
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Komposisi Pembiayaan Murabahah dan Musyarakah Bank Muamalat
Indonesia Tahun 2013-2014 ... 56
Grafik 4. 2 Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan Musyarakah ... 71
Grafik 4. 3 Kualitas Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Periode 2011-2014 . 72
Grafik 4. 4 Pendapatan Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Periode
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim kini semakin mengenal
ekonomi syariah. Semakin banyak masyarakat menyadari bahwa perlunya
lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan syariah sebagai alternatif
terhadap sistem konvensional. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan,
berperan dalam kegiatan perekonomian masyarakat yang berfungsi sebagai
fasilitas penunjang dalam melakukan transaksi keuangan. Menurut Peraturan
Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas
pembayaran.
Perbankan syariah mulai dikenal masyarakat sejak berdirinya bank syariah
pertama di Indonesia yang dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia pada
tahun 1991. Keterpurukan ekonomi Indonesia akibat krisis ekonomi pada
tahun 1997 membuat perbankan syariah semakin berkembang. Pasca krisis,
perbankan syariah masih dapat berdiri sedangkan sebagian besar bank
konvensional dilikuidasi akibat sistem konvensional yang menerapkan suku
bunga.1 Nilai suku bunga melonjak membuat nasabah peminjam tak mampu
mengembalikan pinjaman dan menimbulkan terjadinya negative spread. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sistem bank konvensional belum menunjukkan
performan yang baik dalam memacu pertumbuhan sektor riil di Indonesia.
Secara formal berdirinya bank syariah baru diatur dengan UU No. 10
Tahun 1998 amandemen dari UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang
pengelolaannya berdasarkan prinsip bagi hasil. Dalam UU No. 10 Tahun 1998
secara tegas membedakan bank yang pengelolaannya secara konvensional
dengan secara syari’ah. Lalu disempurnakan dengan Undang-undang
tersendiri dengan lahirnya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Tujuan perbankan syariah identik dengan sistem ekonomi Islam. Sistem
ekonomi Islam merupakan sistem yang adil dan seksama serta berupaya
menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya pada satu kelompok saja, tetapi
tersebar kepada seluruh masyarakat.2 Bank syariah memiliki perbedaan
dengan bank konvensional khususnya dalam aktivitas pembiayaan. Bank
syariah memiliki beberapa metode yang berbeda yang penerapannya
tergantung pada tujuan dari pihak yang mengajukan pembiayaan itu sendiri.
Sistem pembiayaan bank syariah berdasarkan prinsip syariah terbagi
menjadi tiga yaitu pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah
dan musyarakah, pembiayaan jual beli berdasarkan prinsip murabahah,
istishna’, dan as-salam, dan pembiayaan sewa-menyewa berdasarkan prinsip
ijarah (sewa murni) dan ijarah muntahiya bit-tamlik (sewa beli atau dengan
hak opsi.3
Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan
landasan bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Secara syariah,
prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank
Islam berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan
pengusaha yang meminjam dana.4
Dalam pembiayaan bank syariah, bagi hasil adalah akad kerjasama antara
bank sebagai pemilik modal dengan nasabah sebagai pengelola modal untuk
memperoleh keuntungan yang diperoleh berdasarkan nisbah yang disepakati.5
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan
dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam
produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan
yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan
3 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. 160
4Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani), h. 137
yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia
tanpa terkecuali.6
Namun demikian, dari sisi bank syariah, menurut data BI menunjukkan
per September 2014 pembiayaan perbankan syariah berakad murabahah
tercatat Rp 112,288 triliun atau 59,76% dari total pembiayaan. Sementara
pembiayaan berakad mudharabah dan musyarakah porsinya masing-masing
hanya 7,35% dan 23,4% atau senilai Rp13,802 triliun dan Rp 42,83 triliun.
Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Akad Tahun 2008-September 2014
(dalam Milyar Rupiah)
Akad 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sept
2014
Mudharabah 6.205 6.597 8.631 10.229 12.023 13.625 13.802
Musyarakah 7.411 10.412 14.624 18.960 27.667 39.874 42.830
Murabahah 22.486 26.321 37.508 56.365 88.044 110.565 112.288
Sumber : Statistika Perbankan Syariah September 2014, diolah
Pada tabel 1.1 terlihat bahwa pembiayaan dengan prinsip bagi hasil masih
rendah, jauh dibawah pembiayaan murabahah. Hingga bulan September
2014, terjadi perbedaan yang sangat besar antara komposisi pembiayaan yang
diberikan dengan akad mudharabah ataupun musyarakah dengan akad
murabahah. Total pembiayaan bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah
total pembiayaan dengan jual beli dengan akad murabahah. Hal ini
menunjukkan bahwa banyak bank syariah yang belum siap untuk
menyalurkan pembiayaan dalam bentuk akad pembiayaan bagi hasil.
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil seperti mudharabah dan
musyarakah memang memiliki risiko yang relatif tinggi dari jenis akad
pembiayaan lainnya. Kedua pembiayaan tersebut merupakan bagi dari kontrak
NUC (Natural Uncertainty Contracts) yakni akad dalam bisnis yang tidsk
memberikan kepastin pendapatan (return), baik dari segi jumlah(amount)dan
waktunya (timing) bergantung pada hasil investasi.
Pada kontrak mudharabah dan musyarakah terdapat hubungan antara
pihak pemilik modal (principal/bank) dan pengelola usaha (agent/nasabah)
dimana kedua pihak tersebut melakukan kerjasama saling mencampurkan
asetnya menjadi satu kesatuan dan menanggung risiko bersama-sama untuk
mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, dalam kontrak ini terdapat
hubungan keagenan atau kemitraan.
Dalam hubungan kemitraan, menuntut adanya transparansi bagi kedua
belah pihak dan adanya saling percaya yang tinggi antar nasabah dengan
bank. Namun bank tidak dapat menyalurkan pembiayaan begitu saja kepada
nasabah atas dasar kepercayaan, karena selalu ada risiko bahwa pembiayaan
tidak digunakan sebagaimana mestinya untuk memaksimalkan keuntungan
kedua pihak. Jika salah satu pihak (terutama nasabah) tidak menyampaikan
secara transaparan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendapatan
usaha maka akan muncul permasalahan asymmetric information dimana akses
sebagai pengelola usaha mengetahui segala informasi yang tidak diketahui
bank.
Asymmetric information yang terjadi dalam kontrak keuangan biasanya
berbentuk adverse selection dan moral hazard. Sadr dan Iqbal mengatakan
adverse selection terjadi pada kontrak utang ketika peminjam memiliki
kualitas yang tidak baik atas kredit diluar batas ketentuan keuntungan tertentu
dan moral hazard terjadi ketika melakukan penyimpangan atau menimbulkan
risiko yang lebih besar dalam kontrak.7 Adverse selection merupakan
permasalahan ex ante yang terjadi sebelum pembiayaan diberikan dan timbul
ketika pemilik dana (bank syariah) memilih entrepreneur yang akan diberikan
pembiayaan.8 Sedangkan moral hazard merupakan permasalahan yang timbul
ketika mudharib menggunakan pembiayaan yang diterimanya tidak sesuai
dengan yang diperjanjikan.9
Tabel 1.2
Komposisi Penyaluran Pembiayaan berdasarkan Akad pada BMI, BSM, dan BRIS (Tahun 2011-2013)
Akad BMI BSM BRIS
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
Murabahah 45.72% 49.68% 47.61% 53.84% 61.56% 65.81% 58.52% 60.89% 61.90%
Mudharabah 6.96% 6.21% 5.41% 12.72% 9.55% 7.75% 6.65% 8.06% 7.06%
Musyarakah 37.16% 39.58% 45.44% 14.78% 14.16% 14.54% 12.52% 16.36% 22.78%
Sumber: Laporan Tahunan Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan BRI Syariah, diolah
7 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 367 8 Tarsidin, Bagi Hasil: Konsep dan Analisis, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 2010), h. 43
Berdasarkan data tabel diatas, menunjukkan bahwa dari ketiga bank
syariah yang memiliki aset terbesar seperti Bank Syariah Mandiri, BRI
Syariah, dan Bank Muamalat Indonesia dari tahun 2011 hingga 2013 masih
didominasi oleh pembiayaan murabahah. Akan tetapi, pembiayaan
musyarakah yang berbasis bagi hasil sudah mulai cukup banyak digunakan
oleh ketiga bank tersebut dan rata-rata mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Adapun data tersebut menunjukkan Bank Muamalat Indonesia (BMI)
memiliki komposisi pembiayaan musyarakah yang lebih besar dibandingkan
dengan BUS lainnya. Besarnya komposisi pembiayaan musyarakah BMI tiap
tahunnya tidak jauh berbeda dengan pembiayaan murabahah yang
disalurkannya. Pada tahun 2011 BMI memiliki komposisi pembiayaan
musyarakah sebesar 37.16%, tahun 2012 sebesar 39.58%, dan 2013 sebesar
45.44%. Sedangkan BUS lainnya, komposisi pembiayaan musyarakah hanya
mencapai 14-23%. Hal ini menunjukkan bahwa BMI mampu menyalurkan
pembiayaan musyarakah lebih banyak dan mampu menghadapi risiko yang
melekat pada pembiayaan tersebut. Karena semakin banyak dana yang
disalurkan, maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi bank, khususnya
pada risiko kredit/ pembiayaan musyarakah.
Pengelolaan risiko pembiayaan merupakan hal utama yang paling penting
dalam keberlangsungan usaha Bank Syariah. Risiko pembiayaan yang
pengelolaannya dapat berdampak pada peningkatan NPF (Non Performing
Financing). Tingginya tingkat NPF akan berpengaruh pada menurunnya
pendapatan yang diterima oleh bank dan bagi hasil yang diterima oleh para
deposan bank syariah tersebut.
Dengan demikian, berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka
penulis tertarik untuk meneliti mitigasi risiko pembiayaan musyarakah pada
usaha produktif yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia tersebut dengan
judul “Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat
Indonesia”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa
identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana penerapan pembiayaan musyarakah yang sudah diterapkan
bank syariah selama ini?
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi kendala penerapan pembiayaan
musyarakah?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan
musyarakah?
4. Risiko apa saja yang dihadapi dalam penerapan pembiayaan dengan akad
5. Apa yang menjadi risiko utama pada pembiayaan dengan akad
musyarakah?
6. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan musyarakah Bank Muamalat
Indonesia?
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, terdapat pembatasan masalah pada tingginya tingkat
risiko pembiayaan musyarakah karena erat kaitannya dengan hubungan
kemitraan dan pentingnya pengelolaan risiko pembiayaan tersebut yang akan
berpengaruh pada keberlangsungan usaha Bank Syariah.
Fokus masalah yang dikaji terletak pada risiko kredit/pembiayaan
musyarakah dan strategi mitigasi risiko pembiayaan musyarakah yang
dilakukan Bank Muamalat Indonesia (BMI). Adapun rumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pembiayaan Musyarakah pada pembiayaan
produktif Bank Muamalat Indonesia?
2. Apa saja risiko-risiko yang dihadapi Bank Muamalat dalam
pembiayaan Musyarakah?
3. Bagaimana strategi mitigasi risiko pembiayaan Musyarakah yang
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui penerapan pembiayaan musyarakah pada pembiayaan
produktif Bank Muamalat Indonesia
b. Mengidentifikasi risiko pembiayaan Musyarakah yang dihadapi Bank
Muamalat Indonesia
c. Mengetahui strategi mitigasi risiko pembiayaan Musyarakah Bank
Muamalat Indonesia
2. Manfaat penelitian
a. Bagi Penulis
Memberikan wawasan pengetahuan mengenai implementasi dan upaya
meminimalisir risiko pembiayaan Musyarakah pada penyaluran
pembiayaan produktif bank syariah
b. Bagi Akademisi
Menambah literatur mengenai manajemen risiko pembiayaan
musyarakah ataupun pembiayaan lainnya yang menggunakan prinsip
bagi hasil pada Bank Umum Syariah maupun Lembaga Keuangan
Syariah lainnya.
c. Bagi Lembaga/ Perusahaan
Diharapkan dapat menjadi referensi bagi lembaga keuangan syariah
risiko yang tepat dalam pengelolaannya. Serta dapat memberikan
alternatif sistem lembaga keuangan yang menjunjung tinggi aspek
keadilan dan mampu menggerakan perekonomian sektor riil di
Indonesia.
d. Bagi Masyarakat
Dapat membantu masyarakat dalam memahami konsep dan penerapan
pembiayaan syariah terutama pada pembiayaan musyarakah.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini disajikan teori terkait tinjauan literatur dan
teori-teori yang berkaitan dengan Manajemen Risiko Bank Syariah,
pembiayaan Musyarakah, Manajemen Risiko Pembiayaan
Musyarakah, dan Teori Keagenan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian,
jenis penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang hasil analisa data, pembahasan hasil
analisa dan jawaban-jawaban atas perumusan masalah yang
terdiri dari penerapan pembiayaan musyarakah Bank
Muamalat Indonesia, kendala penerapan pembiayaan
musyarakah, analisis risiko pembiayaan musyarakah, analisis
risiko pembiayaan musyarakah, risiko-risiko yang dihadapi
Bank Muamalat dalam pembiayaan musyarakah, dan strategi
mitigasi risiko pembiayaan musyarakah Bank Muamalat.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari
rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Risiko Bank Syariah
1. Pengertian Risiko
Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang
memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan
kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif.
Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang
kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara
itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian
risiko baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian sendiri
dapat berupa kerugian financial dan non financial.10
Dan menurut Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No.
5/8/PBI/2003 menyatakan bahwa yang dimaksud risiko adalah potensi
terjadinya suatu peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian bank.
2. Jenis-jenis Risiko
Berikut adalah jenis-jenis risiko yang ada pada bank syariah. Risiko
kegiatan usaha bank syariah mencakup risiko kredit (risiko pembiayaan),
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko operasional, risiko
hukum, risiko reputasi, risiko strategik, risiko kepatuhan, risiko imbal
hasil (rate of return risk), dan risiko investasi (equity investment risk).11
a. Risiko Kredit
Adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang
disepakati
b. Risiko Pasar
Adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat
perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari
aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan
c. Risiko Likuiditas
Adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau
aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank
d. Risiko Operasional
Adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang
kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional bank
e. Risiko Hukum
Adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis
f. Risiko Reputasi
Adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder
yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank
g. Risiko Strategik
Adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan strategik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis
h. Risiko Kepatuhan
Adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku, serta prinsip syariah.
i. Risiko Imbal Hasil (rate of return risk)
Adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan
bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil
yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi
j. Risiko Investasi (equity investment risk)
Adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah
yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss
sharing
3. Manajemen Risiko
a. Pengertian Manajemen Risiko
Menurut James A.F Stoner, manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen
juga merupakan suatu ilmu pengetahuan ataupun seni. Seni adalah
suatu pengetahuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata
lain, seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman,
pengamatan, dan pelajaran, serta kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan manajemen.12
Risiko merupakan ketidakpastian yang akan muncul pada setiap
aktivitas organisasi. Dalam hal ini suatu organisasi memerlukan
pengelolaan risiko yang baik melalui manajemen rsiko agar dapat
mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Manajemen risiko adalah
serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko
yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.13
Menurut PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bank Indonesia, bank wajib menerapkan manajemen risiko
secara efektif. Penerapan manajemen risikosekurang-kurangnya
mencakup :
1) Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi
2) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko, serta sistem informasi manajemen risiko
4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
b. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko adalah tahapan-tahapan melalui mana
sebuah perusahaan memastikan bahwa risiko yang dihadapinya adalah
sesuai dengan risiko yang diinginkan, dibutuhkan, atau direncanakan
supaya terjadi.
Gambar 2.1
Proses Manajemen Risiko
Pada gambar 2.1, tahapan manajemen risiko dimulai dari (1)
Identifikasi risiko dan penentuan besarnya toleransi terhadap risiko,
(2) Pengukuran risiko, (3) Memantau dan melaporkan risiko, (4)
Mengendalikan risiko, (5) dan akhirnnya mengkaji ulang, mengaudit,
menstel, dan meluruskan kembali, kemudian kembali kepada tahapan
(1) dan seterusnya secara berkesinambungan ibarat cincin yang tidak
pernah putus.14
14 Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko: Konsep, Kasus, dan Implementasi, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), h. 59-60
Identify risk and determine
tolerance
Measure Risk
Monitor anad report risk Control
risk
Overseas, audit tune,
Sebagai sebuah proses, kerangka kerja manajemen risiko pada
dasarnya terbagi dalam tiga tahapan kerja.15
1) Identifikasi risiko, adalah rangkaian proses pengenalan yang
seksama atas risiko dan komponen risiko yang melekat pada
suatu aktivitas atau transaksi yang diarahkan kepada proses
pengukuran dan pengelolaan risiko yang tepat. Identifikasi
risiko adalah pondasi dimana tahapan lainnya dalam proses
manajemen risiko dibangun
2) Pengukuran risiko, adalah rangkaian proses yang dilakukan
dengan tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat yang
ditimbulkan suatu risiko, baik secara individual maupun
portofolio, terhadap tingkat kesehattan dan kelangsungan
usaha. Pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut
akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan
berhasil guna
3) Pengelolaan risiko, pada dasarnya adalah rangkaian proses
yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang
dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Secara
kuantitatif untuk meminimalisasi risiko ini dilakukan dengan
menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada turunnnya
hasil ukur yang diperoleh dari proses pengukuuran risiko.
B. Pembiayaan Musyarakah
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh satu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.16 Pembiayaan
merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat terbagi menjadi dua
yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif. 17
a. Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
b. Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis dipakai untuk
memenuhi kebutuhan.
2. Pengertian Musyarakah
Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General in The
Muslim School Trust, secara bahasa al-syirkah berarti al-ihktilath
(percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara
masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah lain
dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.18
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.19 Dalam Musyarakah,
para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha
tertentu dan bekerja sama mengelola usaha tersebut. Modal yang ada
harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau
dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya.20
Rukun dari akad yang harus dipenuhi dalam musyarakah, ada
beberapa, yaitu :21
18
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), Edisi 3, h. 150
19Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan Mahkamah
Syar’iyah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, Ed.1), h. 79 20Sri Nurhayati, loc. cit., h. 150
a. Pelaku akad, yaitu para mitra usaha
b. Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan
(ribh); dan
c. Sighah, yaitu Ijab dan Qabul
3. Jenis-jenis Musyarakah
Dalam terminologi fiqih Islam, syirkah terbagi menjadi dua jenis,
yaitu :
a. Syirkah al-milk atau syirkah amlak atau syirkah kepemilikan, yaitu
kepemilikan bersama dua pihak atau lebih, dari suatu properti.22
Syirkah al-milk mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership)
yang keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh
kepemilikan bersama atas suatu kekayaan (aset). Misalnya dua orang
atau lebih menerima warisan/hibah/wasiat sebidang tanah atau harta
kekayaan atau perusahaan baik yang dapat dibagi atau tidak dapat
dibagi-bagi.23
b. Syirkah al-‘aqd atau syirkah akad, yang berarti kemitraan yang terjadi
karena adanya kontrak bersama, atau usaha komersial bersama.24
Setiap mitra dapat berkontribusi modal/dana dan atau dengan bekerja,
serta berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat
dianggap kemitraan yang sesungguhnya, karena pihak yang
22 Ibid., h. 49
bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk membuat suatu
kerjasama investasi dan berbagi keuntungan dan risiko. Berbeda
dengan syirkah al-milk, dalam kerja sama jenis ini setiap mitra dapat
bertindak setbagai wakil dari pihak lainnya. Syirkah Al-‘Uqud dapat
dibagi menjadi sebagai berikut :25
1) Syirkah Abdan
Syirkah Abdan (Syirkah fisik), disebut juga syirkah ‘amal
(syirkah kerja) atau syirkah shanaa’i (syirkah para tukang) atau
syirkah taqabbul (syirkah penerimaan). Syirkah abdan adalah
bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dari kalangan
pekerja/professional dimana mereka sepakat untuk bekerjasama
mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi penghasilan yang
diterima.
2) Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh adalah kerjasama antara dua pihak dimana
masing-masing pihak sama sekali tidak menyertakan modal dan
menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
Masing-masing mitra menyumbangkan nama baik, reputasi, credit
worthiness, tanpa menyetorkan modal
3) Syirkah ‘Inan
Adalah bentuk kerjasama dimana posisi dan komposisi
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam
modal maupun pekerjaan. Setiap mitra bertindak sebagai kuasa
dari kemitraan tersebut, tetapi bukan merupakan penjamin bagi
mitra usaha lainnya. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi pada
para mitra sesuai kesepakatan sedangkan kerugian akan dibagi
secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
4) Syirkah Muwafadhah
Syirkah Muwafadhah adalah bentuk kerjasama dimana posisi dan
komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus sama, baik
dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun resiko
kerugian. Konsekuensinya, setiap mitra sepenuhnya bertanggung
jawab atas tindakan-tindakan hukum dan komitmen dari para mitra
lainnya dalam segala hal yang menyangkut kemitraan
Adapun bentuk-bentuk musyarakah antara lain:
a. Musyarakah Permanen
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap
b. Musyarakah Menurun/MusyarakahMutanaqisah
Musyarakah Menurun adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap
kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan
pada saat akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik
penuh usaha musyarakah tersebut.
4. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan bagi hasil dalam bentuk musyarakah diatur dalam UU
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (13) secara eksplisit
disebutkan bahwa musyarakah merupakan salah satu dari produk
pembiayaan pada perbankan syariah.
Musyarakah juga telah diatur dalam ketentuan Fatwa DSN No.
08/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000. Intinya Fatwa DSN
tersebut menyebutkan bahwa kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan dan usaha terkadang memerlukan dana dari pihak lain,
antara lain melalui pembiayaan musyarakah yaitu pembiayaan
berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung sesuai dengan
kesepakatan.26
Ketentuan secara teknis mengenai aplikasi akad musyarakah ini telah
diatur dalam PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam kegiatan penyaluran dana dalam
bentuk pembiayaan musyarakah berlaku persyaratan paling kurang
sebagai berikut:
a. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha
dengan bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang untuk
membiayai suatu kegiatan usaha tertentu
b. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan Bank sebagai mitra
usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tuga dan
wewenang yang disepakati
c. Bank berdasarkan kesepakatan dengan nasabah dapat menunjuk
nasabah untuk mengelola usaha
d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang
e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka barang
yang diserahkan harus dinilai secara tunai berdasarkan kesepakatan
f. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian
keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Bank dan
nasabah
g. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama sesuai kesepakatan
h. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam
bentuk nisbah yang disepakati
i. Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut
porsi modal masing-masing, kecuali jika terjadi kecurangan, lalai, atau
menyalahi perjanjian dari salah satu pihak
j. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka
waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak
berlaku surut
k. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang (tiering) yang
besarnya berbeda-beda berdasarkan kesepakatan pada awal akad
l. Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode bagi untung
atau rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan
(revenue sharing)
m. Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan
Nisbah X% Nisbah Y% Modal A%
Modal B%
n. Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode akad
atau dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk (cash in
flow) usaha
o. Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko
apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat
dalam akad karena kelalaian dan atau kecurangan
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan Musyarakah27
C. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah
1. Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah
Investasi atau bisnis yang dijalankan melalui aktivitas pembiayaan
adalah aktivitas yang selalu berkaitan dengan risiko. Persoalannya adalah
27 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), h. 216
Pembiayaan Musyarakah
Bank Syariah Nasabah
Proyek/Usaha
Pembagian Hasil Usaha
bagaimana investasi atau bisnis dalam pembiayaan tersebut mengandung
risiko yang minimal. Risiko tersebut dapat diminimalkan dengan
melakukan manajemen risiko secara baik. Manajemen risiko ini dapat
diawali dengan melakukan penyaringan (screening) terhadap calon
nasabah dan proyek yang akan dibiayai. Jika pembiayaan telah
direalisasikan, pengendalian risiko pembiayaan dapat dilakukan dengan
memberikan perlakuan (treatment) yang sesuai dengan karakter nasabah
maupun proyek.
Manajemen risiko pembiayaan di bank syariah sangat berkaitan
dengan risiko karakter nasabah dan risiko proyek. Risiko karakter
berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan karakter nasabah.
Sementara risiko proyek berkaitan dengan karakter proyek yang
dibiayai.28
Risiko karakter nasabah dapat dilihat dari aspek skill, reputations, dan
origins. Ketiga faktor tersebut dapat dianalisis menjadi sub faktor sebagai
berikut : 29
1) Faktor skill (keterampilan), meliputi kefamiliaran terhadap pasar,
mampu mengoreksi risiko bisnis, mampu melakukan usaha yang
berkelanjutan, mampu mengartikulasikan bahasa bisnis
2) Faktor reputasi (reputation), meliputi track record sebagai
karyawan, memiliki track record sebagai pengusaha,
direkomendasikan oleh sumber terpercaya, dapat dipercaya,
memiliki jaminan usaha
3) Faktor asal-usul (origins), meliputi memiliki hubungan keluarga
atau persahabatan dengan investor, sebagai pebisnis yang sukses,
berasal dari kelas sosial terpandang
Sementara risiko proyek yang dibiayai dapat dilihat dari ciri-ciri atau
atribut proyek. Ciri-ciri atau atribut proyek yang harus diperhatikan untuk
meminimalkan risiko adalah : 1) Sistem informasi akuntansi (pelaporan);
(2) Tingkat return proyek; (3)Tingkat risiko proyek; (4) Biaya
pengawasan; (5) Kepastian hasil dari proyek; (6) Klausul kesepakatan
proyek; (7) Jangka waktu kontrak; (8) Arus kas perusahaan; (9) Jaminan
yang disediakan; (10) Tingkat kesehatan proyek; dan (11) Prospek proyek
2. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah
Risiko terkait pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Contracts
(NUC) adalah mengindentifikasi dan menganalisis dampak dari seluruh
risiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang diambil sudah
memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan berbasis Natural
Penilaian risiko ini mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu (a) Business Risk
(risiko bisnis yang dibiayai,(b) Shrinking Risk (risiko berkurangnya nilai
pembiayaan mudharabah/musyarakah), dan (c) Character Risk (risiko
karakter buruk mudharib).30
a. Business Risk adalah risiko yang terjadi pada First Way Out yang
dipengaruhi oleh :31
1) Industry risk yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang
ditentukan oleh karakteristik masing-masing jenis usaha yang
bersangkutan dan kinerja keuangan jenis usaha yang
bersangkutan (industry financial standard)
2) Faktor negatif lainnya yang mempengaruhi perusahaan
nasabah, seperti kondisi grup usaha, keadaan force majeure,
permasalahan hukum, pemogokan, kewajiban off balance sheet
(L/C import, bank garansi), market risk (forex risk, interest
risk, security risk), riwayat pembayaran (tunggakan
kewajiban), dan restrukturisasi pembiayaan.
b. Shrinking risk adalah risiko yang terjadi pada second way out yang
dipengaruhi oleh :
30 https://sharianomics.wordpress.com/2010/12/09/risiko-terkait-pembiayaan-berbasis-natural-uncertainty-contracts-nuc/, diakses pada 17 Februari 2015
1) Unusual Business Risk yaitu risiko bisnis yang luar biasa yang
ditentukan oleh penurunan drastis pada tingkat penjualan bisnis
yang dibiayai, harga jual barang/jasa dari bisnis yang dibiayai,
dan harga barang/jasa dari bisnis yang dibiayai
2) Jenis bagi hasil yang dilakukan, apakah profit and loss sharing
atau revenue sharing
3) Disaster risk yaitu keadaan force majeure yang dampaknya
sangan besar terhadap bisnis nasabah yang dibiayai bank.
c. Character risk yaitu risiko yang terjadi pada third way out yang
dipengaruhi oleh hal berikut
1) Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai
bank.
2) Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah
dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank tidak lagi sesuai
dengan kesepakatan.
3) Pengelolaan internal perusahaan seperti manajemen,
organisasi, teknis produksi, dan keuangan, yang tidak
dilakukan secara professional sesuai standar pengelolaan yang
D. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memahami dan
memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi
pada saat melakukan kontrak (perikatan). Teori keagenan meramalkan jika
agen memiliki keunggulan informasi dibandingkan prinsipal (information
asymmetry) dan kepentingan agen dan prnsipal berbeda, maka akan terjadi
principal-agent problem dimana agen akan melakukan tindakan yang
menguntungkan dirinya namun merugikan prinsipal.
Ada dua macam bentuk masalah keagenan terdapat dalam hubungan
antara principal dan agen, yaitu :32
1. Pilihan buruk (adverse selection). Pilihan buruk terjadi manakala
principal tidak mengetahui mengenai kemampuan agen, dan oleh
sebab itu mereka bisa terjerumus membuat pilihan yang buruk
mengenai agen
2. Bencana moral (moral hazard). Bencana moral terjadi manakala
kontrak sudah disetujui oleh principal dan agen, namun pihak agen
yang sadar memiliki keunggulan (informasi) tidak memenuh
persyaratan (term) kontrak tersebut.
E. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan, terdapat beberapa jurnal maupun
skripsi yang berkaitan dengan manajemen risiko pembiayaan. Adapun hasil
studi review terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diantaranya:
menilai tingkat
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu
pada segi jenis pembiayaan dan obyek penelitian. Pada penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui strategi Bank Syariah dalam meminimalisir
risiko pembiayaan musyarakah, dengan studi pada Bank Muamalat Indonesia
menyalurkan pembiayaan musyarakah lebih banyak dibandingkan dengan
BUS lainnya.
Selain itu, dalam penelitian ini membahas mengenai penerapan
pembiayaan musyarakah, risiko pembiayaan musyarakah yang dihadapi bank
dan strategi mitigasi risiko pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah pembiayaan musyarakah PT. Bank Muamalat
Indonesia, yang terletak di Gedung Arthaloka, Jalan Jenderal Sudirman
Kav.2, Jakarta. Penelitian ini difokuskan kepada risiko kredit/pembiayaan dan
upaya mitigasi risiko pembiayaan musyarakah Bank Muamalat Indonesia
(BMI).
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Bogdan dan
Taylor (1992:21-22) meyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau
tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.33
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi obyek
yang alami. Disini peneliti merupakan instrumen kunci. Teknik pengumpulan
data dilakukan secara gabungan. Data yang dihasilkan bersifat deskriptif dan
analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian ini lebih menekankan
makna daripada generalisasi.34
33 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 1
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1) Data Primer, merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian
lapangan dengan melalui wawancara langsung antara peneliti dengan
pihak Bank Syariah.
2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
perusahaan yang berkaitan dengan pembahasan, literatur, serta sumber
lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.
Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah data yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan pihak yang terkait pada manajemen risiko
pembiayaan, yakni Bapak Amin Syafi’i sebagai Commercial Financing Risk
Manager, KPO Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari arsip dokumen yang didapat dari hasil saat wawancara, saat penulis
melakukan magang di Bank Muamalat Indonesia, laporan tahunan Bank
Muamalat, serta studi literatur lainnya. Data yang diperoleh berupa data
komposisi penyaluran pembiayaan musyarakah, produk-produk pembiayaan
yang ada pada Bank Muamalat Indonesia, prosedur penerapan pembiayaan
musyarakah, dan data penyaluran dana pembiayaan Bank Muamalat
D. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian
pokok adalah pengamatan atau observasi dan wawancara mendalam atau
in-depth interview.35Pengumpulan data dapat ditempuh dengan berbagai metode
diantaranya yaitu, penggunaan bahan dokumen, observasi/pengamatan,
wawancara, penggunaan pengalaman individu, kuesioner (angket), dan
penggunaan projective test.36 Adapun penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang diteiti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan buka
perkiraan.37 Pada studi dokumentasi, dokumen-dokumen yang diperoleh
penulis dari Bank Muamalat Indonesia dan studi kepustakaaan untuk
memperoleh pengetahuan dan memahami teori mengenai pembiayaan
musyarakah, manajemen risiko pembiayaan musyarakah, serta upaya
mitigasi risiko untuk meminimalisir risiko pembiayaan Musyarakah.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi
jawaban atas pertanyaan.38 Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa
yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana
pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui
melalui observasi.39
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung
kepada narasumber dari Bank Muamalat Indonesia yang kompeten dan
berwenang dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Kemudian
jawaban dari narasumber atas pertanyaan yang diajukan dicatat dan
direkam yang kemudian didokumentasikan apa yang didapat dari hasil
wawancara tersebut.
E. Metode Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Dengan metode analisis
deskriptif kualitatif, data yang diperoleh baik dari wawancara maupun studi
dokumen akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan mengkaji,
memaparkan, menelaah dan menjelaskan data-data yang diperoleh mengenai
prosedur pembiayaan musyarakah, risiko yang dihadapi dalam pembiayaan
musyarakah, serta mitigasi risiko pembiayaan musyarakah Bank Muamalat
Indonesia (BMI).
38 Ibid, h. 127
F. Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Bank Syariah memiliki aktivitas pembiayaan yang berbeda dengan Bank
Konvensional. Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik
umum dan landasan bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Namun
data perbankan syariah yang menunjukkan masih rendahnya komposisi
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah.
Hingga September 2014, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil selalu Rendahnya Komposisi Pembiayaan dengan Prinsip Bagi
Hasil di Perbankan Syariah Indonesia
Pembiayaan Musyarakah
Risiko Pembiayaan Musyarakah
Termasuk kategori NUC dan muncul permasalahan
Principal Agent
Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia
dibawah 50% pembiayaan murabahah (jual beli). Hal ini dikarenakan
pembiayaan tersebut memiliki risiko yang tinggi karena pembiayaan bersifat
Natural Uncertainty Contracts (NUC) dan terkait dengan masalah principal
agent. Adapun salah satu bank syariah yang memiliki komposisi pembiayaan
musyarakah yang berbasis bagi hasil dengan komposisi yang lebih banyak
dibandingkan dengan bank syariah lainnya yaitu Bank Muamalat Indonesia.
Banyaknya pembiayaan yang disalurkan, menggambarkan bahwa BMI
berani menerima risiko pembiayaan yang melekat pada pembiayaan
musyarakah. Pengelolaan risiko kredit/pembiayaan ini sangat penting untuk
dikelola dengan baik, karena akan mempengaruhi pada tingkat pembiayaan
bermasalah dan bagi hasil yang akan dibagikan kepada para deposan. Dengan
demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi mitigasi risiko
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia
1. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia
Gagasan pendirian Bank Muamalat berawal dari lokakarya Bunga
Bank dan Perbankan yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia pada
18-20 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Ide ini berlanjut dalam
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia di HOTEL Sahid Jaya,
Jakarta, pada 22-25 Agustus 1990 yang diteruskan dengan pembentukan
kelompok kerja untuk mendirikan bank murni syariah pertama di
Indonesia.
Realisasinya dilakukan pada 1 November 1991 yang ditandai dengan
penandatanganan akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk di
Hotel Sahid Jaya berdasarkan Akte Notaris Nomor 1 Tanggal 1 November
yang dibuat di Notaris Yudo Paripurno, S.H. dengan izin Menteri
Kehakiman Nomor C2.2413.T..01.01 Tanggal 21 Maret 1992/Berita
Negara Republik Indonesia Tanggal 28 April 1992 Nomor 34.
Pada saat penandatanganan akte pendirian ini diperoleh komitmen dari
berbagai pihak untuk membeli saham sebanyak Rp 84 miliar. Kemudian
dana dari masyarakat Jawa Barat senilai Rp 106 miliar sebagai wujud
dukungan mereka.
Dengan modal awal tersebut dan berdasarkan surat Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 1223/MK.013/1991 tanggal 5 November 1991 serta
izin usaha yang berupa Keputusan Mernteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 430/kmk.013/1992 Tanggal 24 April 1992, Bank Muamalat mulai
beroperasi pada 1 Mei 1992 bertepatan dengan 27 Syawal 1412 H. Pada
27 Oktober 1994, Bank Muamalat mendapat keprcayaan dari Bank
Indonesia sebagai Bank Devisa.
Beberapa tahun yang lalu Indonesia dan beberapa negara di Asia
Tenggara pernah mengalami krisis moneter yang berdampak terhadap
perbankan nasional yang menyebabkan timbulnya kredit macet pada
segmen korporasi. Bank Muamalat pun ikut terimbas dampak tersebut.
Tahun 1998, angka Non Performing financing (NPF) Bank Muamalat
sempat mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp
105 miliar dan ekuitas mencapai titik terendah hingga Rp 39,3 miliar atau
kurang dari sepertiga modal awal.
Kondisi tersebut telah mengantarkan Bank Muamalat memasuki era
baru dengan keikutsertaan Islamic Development Bank (IDB), yang
berkedudukan di Jeddah Saudi Arabia, sebagai salah satu pemegang
saham luar negeri yang resmi diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang
Dalam kurun waktu 1999-2002 Bank Muamalat terus berupaya dan
berhasil memperbaiki kinerja dari rugi menjadi laba. Hasil tersebut tidak
lepas dari upaya dan dedikasi segenap karyawan dengan dukungan
kepemimpinan yang kuat, strategi usaha yang tepat, serta kepatuhan
terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Pada tahun 2009 Bank Muamalat memulai proses transformasi salah
satunya dengan membuka kantor cabang internasional pertamanya di
Kuala Lumpur, Malaysia dan tercatat sebagai bank pertama dan
satu-satunya dari Indonesia yang membuka jaringan bisnis di Malaysia. Dan
pada tahun 2012 tepat pada milad yang ke-20 tahun, Bank Muamalat
meluncurkan logobaru (rebranding) dengan tujuan menjadi bank syariah
yang Islamic, Modern, dan Profesional.
Proses transformasi yang dijalankan Bank Muamalat membawa hasil
yang positif dan signifikan terlihat dari aset Bank Muamalat yang tumbuh
dari tahun 2008 sebesar Rp 12,6 triliun menjadi Rp 54,6 triliun di tahun
2013.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar
b. Misi
Menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
stakeholder.
3. Produk Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
a. Konsumen
1) KPR Muamalat iB
KPR Muamalat iB adalah produk pembiayaan yang akan
membantu Anda untuk memiliki rumah (ready stock/bekas),
apartemen, ruko, rukan, kios maupun pengalihan take-over KPR
dari bank lain.
2) Auto Muamalat
Automuamalat adalah produk pembiayaan yang akan
membantu Anda untuk memiliki kendaraan bermotor. Produk ini
adalah kerjasama Bank Muamalat dengan Al-Ijarah Indonesia
Finance (ALIF).
3) Pembiayaan Umroh Muamalat
Pembiayaan Umroh Muamalat adalah produk pembiayaan
yang akan membantu mewujudkan impian Anda untuk beribadah