• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB. Selayang II Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB. Selayang II Medan Tahun 2015"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

78

Dinkes Kota Medan. 2014. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2013. Medan. Dinkes Provinsi Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Sumatera Utara.

Medan

Dinkes Provinsi Sumatera Utara. 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara. Medan.

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006. Laporan Kajian Kebijakan Penanggulangan (Wabah) Penyakit Menular (Studi Kasus DBD). Jakarta.

Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF. EGC : Jakarta.

Fathonah. 2009. Studi Kapasitas Manajemen Program Progaram Pencegahan dan Pemberantasan DBD Di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Tesis Universitas Indonesia Jakarta

Hadinegoro. 2004. Demam Berdarah Dengue. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Handayani, Sri. 2011. Analisis Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas PONED Kabupaten Kendal. Tesis Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Herdiansyah, H. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu

Sosial. Salemba Humanika : Jakarta.

Indiriani, R.A. 2014. Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Pusat Data dan Suerveilans Epidemiologi. Volume 2, Jakarta.

(2)

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta Jakarta.

Mahsyum, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Cetakan Pertama. BPPE : Yogyakarta.

Notoamodjo. Soekidjo. 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Pratamawati, D.A. 2012. Peran Juru Pantau Jentik dan Sistem Kewaspadaan

Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.

Rahayuningsih S R. 2005. Demam Berdarah Dengue (DBD) Pencegahan dan Pengobatannya. Paper. Tanjung Sari. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran.

Sambo F, Hasanuddin Ishak dan Agus Bintara. 2010-2012. Implementasi Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue dalam Menurunkan Insiden DBD Berbasis Kelurahan di Kota Makasar Periode 2010-2012. Jurnal. Makasar: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin

Sriwulandari, wiwit.2009. Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penaggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Tahun 2008. Skripsi. Surakarta : Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik. Univeersitas Sebelas Maret.

Sungkar, Saleha. 2007. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue : Sebuah Tantangan yang Harus Dijawab. Jurnal. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Surbagus, Amin. 2007. Analisis Terhadap Kebijakan Pemberantasan Sarang Nymuk (PSN) dalam Upaya Penaggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal kesehatan Surya Medika Yogyakarta. Yogyakkarta

(3)

Tanjung. W.A. 2015. Analisis Implementasi Program P2M Dalam Pencegahan DBD di Puskesmas Sambas Kecamatan Sibolga Kota Sibolga Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Tenaga Kesehatan.

WHO. 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Penerbit EGC. Jakarta.

(4)

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM P2M DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS PB SELAYANG II TAHUN 2015

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Asal Instansi : Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan 1. Fogging

a. SDM : Menurut Bapak/ Ibu siapa saja yang terlibat dalam pelaksananaa fogging? Bagaiman ketersedian SDM tersebut dari segi jumlah?

b. Uang : Dari mana saja sumber dana yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan fogging? berapa besar dana yang di butuhkan untuk tiap kegiatan? Apakah dana tersebut sudah mencukupi untuk pelaksanaan kegiatan?

c. Material dan Alat : Menurut Bapak/Ibu bagaimana kelengkapan material dan alat dalam pelaksaan fogging di Puskesmas PB selayang II?

(5)

PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM P2M DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS PB SELAYANG II TAHUN 2015

Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Asal Instansi : Tanggal Wawancara : 2. Abatesasi

a. SDM : Menurut Bapak/ Ibu siapa saja yang terlibat dalam melaksanakan Abatesasi ?

b. Uang : Menurut Bapak/ Ibu dari mana saja sumber dana yang yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Abatesasi?

c. Material dan Alat : Menurut Bapak/Ibu bagaimana kelengkapan material dan alat dalam pelaksaan Abatesasi di Puskesmas PB selayang II?

(6)

PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM P2M DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS PB SELAYANG II TAHUN 2015

Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Asal Instansi : Tanggal Wawancara : 3. Gerakan PSN

a. SDM : Menurut Bapak/ Ibu siapa yang terlibat dalam pelaksanaan program PSN ?

b. Uang: Menurut Bapak/ Ibu dari mana saja sumber dana yang yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan PSN ?

c. Material dan Alat : Menurut Bapak/Ibu bagaimana kelengkapan material dan alat dalam pelaksaan Gerakan PSN ?

(7)

PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM P2M DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS PB SELAYANG II TAHUN 2015

Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Asal Instansi : Tanggal Wawancara : 4. Pemeriksaan Jentik

a. SDM : Bagaimana ketersediaan kader/ jumantik dari segi jumlah di wilayah kerja Puskesmas PB selayang II?

b. Uang : Menurut Bapak/ Ibu bagaimana ketersediaan dana atau honor kader/ jumantik dalam pelaksanaan tiap kegiatan ?

c. Material dan Alat : Apa saja bahan dan alat yang di butuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut?

(8)

PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM P2M DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS PB SELAYANG II TAHUN 2015

Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Asal Instansi : Tanggal Wawancara : 5. Penyuluhan

a. SDM : Menurut Bapak/ Ibu siapa saja yang terlibat dalam melaksanakan Penyuluhan?

b. Uang : Menurut bapak/ ibu ?

c. Material dan Alat : Menurut Bapak/Ibu bagaimana kelengkapan material dan alat dalam pelaksaan penyuluhan? Apa saja yang di butuhkan untuk melaksanakan penyuluhan ?

(9)

Lampiran 2

HASIL WAWANCARA MENDALAM ( IN-DEPTH INTERVIEW) PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM

P2M DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS PB SELAYANG II

TAHUN 2015 1. Fogging

1.1 SDM yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Fogging Dalam Upaya Menurunkan Angka DBD di Puskesmas PB Selayang II

Tabel 1. Pernyataan Informan tentang SDM yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Fogging Dalam Upaya Menurunkan Angka DBD

Informan Pernyataan

Informan 1 “ fogging yang dilakukan dimasyarakat ada 2 yaitu fogging fokus dan fogging massal yang terlibat untuk melaksanakan kegiatan fogging itu kan dek ada dari dinas kesehatan yaitu petugas kesehatan lingkungan yang bertugas untuk mengawasi berlangsungnya kegiatan fogging kemudian pekerja fogging sudah terlatih. Yah kalo misalkan dari segi jumlah tenaganya dalam kegiatan ini sudah cukup dek. Kalo dia dalam pelaksanaan fogging biasanya pengawas kegiatannya ada 1 orang dari dinas kesehatan kemudian pekerjanya ada 1 orang dek

Informan 2 Kan biasanya yang melakukan fogging itukan dek sudah ada dari dinas kesehatan ya itu dia petugas kesehatan lingkungannya kemudian nanti pelaksana foggingnya dek.

Informan 3 Kalo biasanya yang mengadakan fogging itu kan dek dari dinas kesehatan nanti yang melakukannnya

1.2 Uang/Dana yang Tersedia Dalam Upaya Pelaksanaan Fogging

Tabel 2. Pernyataan Informan Tentang Uang/Dana yang Tersedia dalam Pelaksanaan Fogging

Informan Pernyataan

(10)

anggaran Insektisida ( Icon 25 EC) =600.000 solar = Rp100.000 Premium = Rp 5.000 untuk gaji pekerja Rp. 200.000 untuk 1 orang dan biaya lain-lain Rp.150.000. Informan 2 Dananya dari APBD dan BOK

Informan 3 Dari APBD dek

1.3 Material dan Alat Kelengkapan Material dan Alat yang Digunakan Untuk Pelaksanaan Fogging di Puskesmas PB Selayang II

Tabel 3. Pernyataan Informan Tentang Kelengkapan Material dan Alat yang Digunakan Untuk Pelaksanaan Fogging di Puskesmas PB Selayang II

Informan Pernyataan

Informan 1 Kalo mengenai kelengkapan material kan sudah lengkaplah menurut saya dek, kan sudah tersedia tuh obat fogging ada malation, bensin,solar dan alatnya mesin swingfog juga ada.

Informan 2 Kalo kelengkapan untuk pelaksanaan fogging menurut saya sudah lengkaplah dek

Informan 3 Sudah lengkaplah dek kalo material dan bahannya

1.4 Metode Cara Pelaksanaan Program Kerja Fogging Untuk Menurunkan Angka DBD

Tabel 4. Pernyataan Informan Tentang Metode/Cara Pelaksanaan Program Kerja Fogging Untuk Menurunkan Angka DBD

Informan Pernyataan

Informan 1 Jika kasus ada biasanya kan dari rumah sakit ada surat pengantar yang menyatakan ada pasien yang terkena DBD kemudian di tindak lanjut dengan melakukan (PE) oleh petugas Puskesmas dan di lingkungan kerja di puskesmas yang bersangkutan. Kemudian pada PE di berikan penyuluhan kemudian pemberian abatesasi/larvasida kemudian ketika di temukan jentik dalam radius 100 mya langsung kami fogging.

Informan 2 Ya kalo misalkan ada kasus ya adalah orang puskesmas untuk melakukan PE yang turun perawat sama bagian kesling kalau dokter gak perlu turun lagi lah itu.

(11)

100 m muka depan kita pantau itu apakah ada jentik itu kalau kita ternyata dapat jentik dalam beberapa penduduk atau dalam bak kamar mandi itu sudah di nyatakan KLB nah jika terdapat 1 rumah kita dapatkan nyamuk itu sudah kita fogging

2. Abatesasi

2.1 SDM yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program Abatesasi Dalam Upaya Menurunkan Angka DBD di Puskesmas PB Selayang II

Tabel 5. Pernyataan Informan Tentang SDM yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Abatesasi dalam Upaya Menurunkan Angka DBD di Puskesmas PB Selayang II

Informan Pernyataan

Informan 2 “ dalam melakukan pendisistribusian bubuk abate ini dek kami lakukan ketika ingin melaksanakan kegiatan seperti ketika kegiatan posyandu dimasyarakat pada kegiatan PSN melalui 3M Plus pada saat gotong royong dan pada saat kunjungan ke rumah warga untuk melakukan pemeriksaan jentik nanti kita juga bekerja sama dengan lintas sektor yaitu petugas kesehatan lingkungan dan kepal lingkungannya dalanm pendistribusian bubuk abate ini. Kalau ketersediannya kadang ada kadang tidak, biasanya kami mendapat itu ada 2 tong.

Informan 3 Ada itu dek nanti orang puskesmasnya biasanya perawat dan dek kadang datang ke sini untuk membagikan bubuk abate tapi kalo saya takut juga dek memakai bubuk abate itu karena gak tau saya gimana cara memakainya, tapi kadang ada juga itu nanti yang datang kesini menjual bubuk abate 3 bungkus 1000 itu sering dek”

2.2 Uang Sumber Dana yang Digunakan untuk Melaksanakan Kegiatan Abatesasi?

Tabel 6. Pernyataan Informan Tentang Sumber Dana yang Digunakan untuk Melaksanakan Kegiatan Abatesasi?

Informan Pernyataan

Informan 1 Dari BOK dan APBD

(12)

Informan 3 Dari APBD yah kalo menurut saya sebagai pemegang progaran DBD dananya masih kurang dek, soalanya kadang yang ada tersedia disini bubuk abatenya.

2.3 Material dan Alat : Kelengkapan Material dan Alat Dalam Pelaksaan Abatesasi

Tabel 7. Pernyataan Informan Tentang Kelengkapan Material dan Alat dalam Pelaksanaan Abatesasi

Informan Pernyataan

Informan 2 Menurut saya dek kalo untuk abatesasi itu sudah lengkap lah bahan dan alatnya kan bubuknya sudah tersedia di sini ya tinggal membagikan aja ke masyarakat kalo mengenai alatnya kan udah ada sendok untuk pengaduk bubuk abate.

Informan 3 Kalo saya kan dek sebagai pemegang program DBD kalo mengenai bubuk abate saya liat kadang tersedia itu bubuk abatenya ya kalo ada disini ya kita bagikan ke masyarakat.

2.4 Metode : Pelaksanaan Program Abatesasi

Tabel 8. Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Abatesasi

Informan Pernyataan

Informa 3 Kalo program abatesasi ya kita lakukan itu dek kalo misalkan tersedia nanti disini bubuk abatennya kita bagikan nanti ke masyarakat nanti itu kan. Nanti bubuk abate itu kita bagikan di acara posyandu, waktu pemeriksaan jentik berkala, kemudian di waktu penyuluhan dan PSN.

Informan 4 Ada itu dek nanti orang puskesmas kadang datang ke sini untuk membagikan bubuk abate tapi kalo saya takut juga dek memakai bubuk abate itu karena gak tau saya gimana cara memakainya, tapi kadang ada juga itu nanti yang datang kesini menjual bubuk abate 3 bungkus 1000 itu sering dek.

(13)

3. Gerakan PSN

3.1 SDM yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program PSN ? Tabel 9. SDM yang Terlibat dalam Pelaksanaan PSN

Informan Pernyataan

Informan 3 Ya kalo yang terlibat dalam melaksanakan PSN ini kan dek ya pemegang progaram DBD kemudian ada nanti tenaga kesling tenaga kesehatan yang lain juga ikut dek kemudian masyarakatnya lah dek.

3.2 Metode : Pelaksanaan Program PSN Dalam Upaya Menurunkan Angka DBD

Tabel 10. Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Program PSN di Wilayah Kerja Puskesmas PB.selayang II

Informan Pernyataan

Informan 1 Kalau menurut saya dek programnya sudah bagus cuman pelaksanaan program kerja di Puskesmas itu kinerjanya kurang baik hal ini disebabkan belum adanya program kerja tetap dalam pelaksanaan PSN”

Informan 2 “Pelaksanaan program ini memang sudah kami buat yaitu seminggu sekali pada saat gotong royong kegiatan ini dinamakan dengan kegitan jumat bersih tetapi tidak terlaksana dengan maksimal dek tapi rencana kami kedepannya program yang belum terlaksana akan tetap dilaksanakan dengan kebijakan yang terbaru”

Informan 3 Aduh dek... setau saya program pelaksaan DBD ini belum berjalan maksimal karena sampai saat ini masih tinggi angka DBD nya.

Tabel 11. Pernyataan Informan Terhadap Permasalahan atau Kendala dalam melakukan kegiatan PSN

Informan Pernyataan

Informan 2 Kalo kendalanya dek... itu dia susah untuk mengajak masyarakatnya untuk melakukan PSN dek karena mungkin sebagian gak menganggap itu penting.

Informan 3 Masalahnya dek banyak masyarakatnya yang kurang aktif dalam melakukan PSN karena sibuk dek.

(14)

diajak untuk kegiatan PSN ada aja halangannnya, kemudian sebagian masyarakat ada yang pergi pagi pulang sore jadi gak sempat lah dia dek untuk ngurusin PSN jadi untuk mengatasi ini seharusnya pihak puskesmas lebih meningkatkan koordinasi dan pengawasan agar program ini berjalan.

Tabel 12. Pernyataan Informan Terhadap Hasil Kegiatan yang Sudah Dilakukan Selama di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II

Informan Pernyataan

Informan 2 Hasilnya menurut saya ya belum maksimal juga dek. Informan 3 Perubahannya masih sedikit lah dek karena belum di

jalankan dengan baik

Informan 5 Kalo hasilnya saya lihat yah belum maksimal lah dek kan masih belum terlaksana dengan baik dek PSN nya karena kadang kan gak sempat untuk melakukan kegiatan itu dek

Informan 6 Ya kalo sampe sekarang saya lihat dek ada masih tinggi juga masyarakat yang kena DBD

4. Pemeriksaan Jentik

4.1 SDM : Bagaimana Ketersediaan Kader Jumantik dari Segi Jumlah di Wilayah Puskesmas PB. Selayang II

Tabel 13. Pernyataan Informan terhadap Ketersediaan Kader Jumantik dari Segi Jumlah di Wilayah Puskesmas PB. Selayang II

Informan Pernyataan

Informan 3 Ya klo misalakan ketersediannya dari segi jumlah menurut saya kan dek sudah cukup ada yaitu 2 orang yang sudah diberi pelatihan khusus untuk jumantik dek. Informan 4 Mennurut saya kader/jumantiknya masih kurang dek

(15)

4.2 Uang : Ketersediaan Dana atau Honor Kader/Jumantik dalam Pelaksanaan Kegiatan

Tabel 14. Pernyataan Informan Terhadap Ketersediaan Dana atau Honor Kader/Jumantik dalam Pelaksanaan Kegiatan

Informan Pernyataan

Informan 2 Kalo anggaran untuk honor jumantik menurut saya dana yang disediakan sudah cukup dek gajinya 600 cairnya . Informan 3 Ketersedian dana yang di berikan untuk gaji honor

jumantik ya itulah dia dek gaji yang diberkan untuk mereka 100 perbulannnya dek.

4.3 Material Kelengkapan Material dan Alat yang Digunakan Untuk Pelaksanaan Pemeriksaan Jentik di Puskesmas PB Selayang II

Tabel 15. Pernyatan Informan Terhadap Kelengkapan Material dan Alat yang Digunakan Untuk Pelaksanaan Pemeriksaan Jentik di Puskesmas PB Selayang II

Informan Pernyataan

Informan 2 Menurut saya dek kalo untuk kelengkapan material alat dan bahan untuk pemeriksaan jentik sudah lengkaplah dek.

Informan 3 Lengkap dek kan ada senter, botol plastik, kemudian botol sampel, buku saku, dll.

Informan 4 Lengkap dek

4.3 Metode

Tabel 16. Pernyataan Informan Terhadap Permasalahan atau Kendala dalam Pemeriksaan Jentik Berkala

Informan Pernyataan

Informan 3 Ya kalo kendalanya itu dia dek kadang kan pas mau turun kelapangn hujan, kemudian pas nanti kita mau datang kerumah masyarakatnya untuk memeriksa jentik orangnya gak ada di rumah

Informan 4 Ya kendalanya kan kurangnya pelatihan yang di berikan terhadap kader/ jumantik kemudian tidak ada protap untuk kegiatan ini

(16)

Tabel 17. Pernyataan Informan Tentang Pelatihan yang diberikan terhadap Kader Jumantik

Informan Pernyataan

Informan 5 Pelatihan ya ada tapi jarang lah dek, kadang 2 kali kadang 3 kali, yang di bahas ya mengenai DBD tadi, ya mengenai angka kasus gitu, disitu kadang sekalian pencairan honornya cuman kalo kita bawa laporan kalau belum siap yah gak di kasih. Disitu kadang kan mepet kali waktunya jadi kadang pernah la itu kami akali datanya kami isi aja asal-asal karena kan pencairan honor sekali 6 bulan ya supaya dapat duit cepat ya gitulah biar cepat cair.orang itu kan gak mau nerima laporan kalau sebulan aja pun gak siap. Gajinya 600 tapi cainrnya satu kali 6 bulan dek.

5. Penyuluhan

5.1 SDM : yang Terlibat dalam Melakukan Penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II

Tabel 18. Pernyataan Informan Tentang SDM yang Terlibat dalam Melakukan Penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II

Informan Pernyataan

Informan 4 Kalo yang terlibat dalam melakukan penyuluhan ini ya saya sendiri dek sebagai pemegang progrmnya kemudian dibantu oleh tenaga kesehatan lain dari promkes

Informan 5 Ya saya lihat tenaga kesehatannya dek ada perawat dek kemudian bidan

Informan 6 Ada pemegang program sama perawat dek.

5.2 Material : Kelengkapan Material dan Alat dalam Melaksanakan Program Penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II Tabel 19. Pernyataan Informan Tentang Kelengkapan Material dan Alat

dalam Melaksanakan Program Penyuluhan di Wilayah uKerja Puskesmas PB. Selayang II

Informan Pernyataan

(17)

Tabel 20. Metode : Pelaksanaan Penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II

Informan Pernyataan

Informan 3 Pelaksanaannya ya nanti kan kita turun itu ke lapangan dek sekali seminggu disitu nanti kita kasih penyuluhan kemudian di waktu kegiatan posyandu juga,waktu pemeriksaan jentik juga dek.

(18)
(19)
(20)
(21)

78

Dinkes Kota Medan. 2014. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2013. Medan. Dinkes Provinsi Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Sumatera Utara.

Medan

Dinkes Provinsi Sumatera Utara. 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara. Medan.

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006. Laporan Kajian Kebijakan Penanggulangan (Wabah) Penyakit Menular (Studi Kasus DBD). Jakarta.

Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF. EGC : Jakarta.

Fathonah. 2009. Studi Kapasitas Manajemen Program Progaram Pencegahan dan Pemberantasan DBD Di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Tesis Universitas Indonesia Jakarta

Hadinegoro. 2004. Demam Berdarah Dengue. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Handayani, Sri. 2011. Analisis Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas PONED Kabupaten Kendal. Tesis Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Herdiansyah, H. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu

Sosial. Salemba Humanika : Jakarta.

Indiriani, R.A. 2014. Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Pusat Data dan Suerveilans Epidemiologi. Volume 2, Jakarta.

(22)

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta Jakarta.

Mahsyum, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Cetakan Pertama. BPPE : Yogyakarta.

Notoamodjo. Soekidjo. 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Pratamawati, D.A. 2012. Peran Juru Pantau Jentik dan Sistem Kewaspadaan

Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.

Rahayuningsih S R. 2005. Demam Berdarah Dengue (DBD) Pencegahan dan Pengobatannya. Paper. Tanjung Sari. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran.

Sambo F, Hasanuddin Ishak dan Agus Bintara. 2010-2012. Implementasi Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue dalam Menurunkan Insiden DBD Berbasis Kelurahan di Kota Makasar Periode 2010-2012. Jurnal. Makasar: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin

Sriwulandari, wiwit.2009. Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penaggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Tahun 2008. Skripsi. Surakarta : Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik. Univeersitas Sebelas Maret.

Sungkar, Saleha. 2007. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue : Sebuah Tantangan yang Harus Dijawab. Jurnal. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Surbagus, Amin. 2007. Analisis Terhadap Kebijakan Pemberantasan Sarang Nymuk (PSN) dalam Upaya Penaggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal kesehatan Surya Medika Yogyakarta. Yogyakkarta

(23)

Tanjung. W.A. 2015. Analisis Implementasi Program P2M Dalam Pencegahan DBD di Puskesmas Sambas Kecamatan Sibolga Kota Sibolga Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Tenaga Kesehatan.

WHO. 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Penerbit EGC. Jakarta.

(24)

51

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang Pelaksananaan Manajemen Program P2M dalam pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB Selayang II Medan Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian di lakukan di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II, dengan pertimbangan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2015 yang memiliki jumlah kasus sebanyak 121 kasus.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian Dilakukan Pada Bulan November 2015 sampai dengan selesai.

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia

(25)

a. Pegawai bidang pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan

b. Kepala puskesmas PB Selayang II

c. Penanggung Jawab Program DBD Puskesmas PB Selayang II d. Kader Jumantik

e. Masyarakat yang pernah menderita DBD f. Kepala Lingkungan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu :

1. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.

2. Data sekunder deperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, Puskesmas PB selayang II dan referensi buku-buku serta hasil penelitian yang berhubungan dengan Pelaksananaan Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue.

3.5 Triangulasi

(26)

3.6 Analisis Data

(27)

54 4.1.1 Data Geografis

Puskesmas PB. Selayang II terletak di jalan Bunga Wijaya Pasar VI Gg . Puskesmas Kecamatan Medan Selayang. Dengan luas wilayah kerja : 2.379 Ha, adapun yang menjadi batas wilayah Puskesmas PB. Selayang II adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru Sebelah Timur : berbatasan dengan Medan Johor

Sebelah Barat : berbatasan dengan Medan sunggal Sebelah Selatan : berbatasan dengan Medan Tuntungan

Wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II terdiri dari 6 kelurahan yaitu : Kelurahan PB. Selayang, Kelurahan PB. Selayang II, Kelurahan Tanjung Sari, Kelurahan Asam Kumbang, Kelurahan Beringin, Kelurahan Sempakata.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II Tahun 2015

No. Kelurahan Jumlah

Jiwa

Jumlah Lingkungan

Luas Wilayah

1 Tanjung Sari 39455 14 520

2 PB.Selayang I 14001 10 180

3 PB.Selayang II 29358 17 690

4 Asam Kumbang 21409 10 400

5 Beringin 9612 6 79

6 Semapakata 11177 6 510

Jumlah 125.014 63 2379

(28)

Tabel 4.2 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II Tahun 2015

No Kelurahan Praktek

Dokter Posyandu

Rumah Sakit

Klinik/Balai

Pengobatan Apotik Toko

Obat Puskesmas

1 T. Sari 4 9 1 8 6 1 1 Pustu

2 PB.Sel I 2 7 1 1

3 PB.Sel II 4 10 2 5 2 1Induk

4 As.

Kumbang 2 7 1 1 1 Pustu

5 Beringin 6 5 2 4

6 Sempakata 4 1 1

Jumlah 18 42 3 18 11 5 3

Sumber : Puskesmas PB. Selayang II Tahun 2015

Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas PB.Selayang II Tahun 2015

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 4

2 Dokter Gigi 2

3 Skm (Sarjana Kesehatan Masyarakat) 4

4 Perawat Gigi 1

5 D3 Kebidanan 5

6 Sarjana Pertanian 1

7 Sarjana Keperawatan 2

8 SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) 4

9 D3 Farmasi 1

10 D3 Analis 1

11 LPCK (Latihan Cepat Pekerja Kesehatan) 1

12 SAA 3

13 SPPH 1

14 Tata Usaha 1

4.2 Karakteristik Informan

(29)

Tabel 4.4 Karakteristik Informan No Informan Jenis

Kelamin

Umur

Tahun Pendidikan Jabatan 1 Reni Fitria

Ningsih

Perempuan 34 Tahun S1 Pegawai Bidang

PMK Dinas

Kesehatan Kota Medan

2 Dr. Zainab Mahyuni

Perempuan 46 Tahun S1 Kepala Puskesmas 3 Murni Manurung

S.Kep. Ners

Perempuan 47 Tahun S1 Penanggung Jawab Program DBD

4 Suramlah Perempuan 43 Tahun SMA Jumantik

5 Nico Laki-laki 25 Tahun SMA Masyarakat yang pernah menderita DBD

6 Misnan Laki-laki 48Tahun S1 Kepala

Lingkungan

4.3 Fogging

Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD yang dilaksanakan pada saat terjadi penularan DBD melalui penyemprotan insektisida daerah sekitar kasus DBD yang bertujuan memutus rantai penularan penyakit. 4.3.1 Pelaksanaan Fogging

4.3.1.1 SDM yang Terlibat dalam Pelaksanaan Fogging Dalam Upaya Menurunkan angka DBD di puskesmas PB. Selayang II

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh mengenai SDM yang terlibat dalam pelaksanaan Fogging dalam upaya menurunkan angka DBD di Puskesmas PB. Selayang II adalah sebagai berikut :

(30)

cukup dek. Kalo dia dalam pelaksanaan fogging biasanya pengawas kegiatannya ada 3 orang dari dinas kesehatan kemudian pekerjanya ada 1 orang dek.

(Informan 1) “Kan biasanya yang melakukan fogging itu kan dek sudah ada dari dinas kesehatan ya itu dia petugas kesehatan lingkungannya kemudian nanti pelaksana foggingnya dek’’

(Informan 2)

Hasil wawancara yang di peroleh mengenai SDM yang terlibat dalam pelaksanaan fogging adalah petugas kesehatan lingkungan sebagai supervisior yang bertugas sebagai pengawas berlangsungnya kegiatan fogging kemudian 5 orang pelaksana fogging yang sudah terlatih.

4.3.2 Dana

Adapun sumber Dana yang yang tersedia dalam pelaksanaan Fogging adalah sebagai berikut :

Berikut ini kutipan informan :

“ dana untuk fogging sudah cukup dek dengan dananya itu berasal dari BOK dan APBD untuk kegiatan fogging dengan luas wilayah 5.340 m2 menggunakan dana sebesar 1.000.000 dengan rincian anggaran Insektisida ( Icon 25 EC) =600.000solar = Rp100.000 Premium = Rp 50.000 untuk gaji pekerja Rp. 200.000 untuk 1 orang dan biaya lain-lain Rp.150.000

(Informan 1)

“Dananya dari APBD dan BOK

(Informan 2)

(31)

4.3.3 Material dan Alat

Adapaun upaya yang dilakukan dalam mendukung hasil kegiatan pelaksanaan fogging DBD adalah kelengkapan material dan Alat untuk pelaksanaan fogging di wilayah Puskesmas PB. Selayang II.

Berikut kutipan dari informan :

Kalo mengenai kelengkapan material kan sudah lengkaplah menurut saya dek, kan sudah tersedia tuh obat fogging ada malation, bensin, solar dan alatnya mesin swingfog juga”

(Informan 1)

Menurut pernyataan di atas bahwa salah satu upaya untuk mendukung hasil kegiatan fogging dalam menurunkan angka DBD salah satunya adalah kelengkapan material dan alat seperti tersedianya obat fogging, bensin, dan alat mesin swingfog.

4.3.4 Metode

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II pelaksanaan program fogging untuk menurunkan DBD adalah sebagai berikut:

Jika kasus ada biasanya kan dari rumah sakit ada surat pengantar yang menyatakan ada pasien yang terkena DBD kemudian di tindak lanjut dengan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) oleh petugas Puskesmas dan di lingkungan kerja di puskesmas yang bersangkutan. Kemudian pada Penyelidikan Epidemiologi (PE) di berikan penyuluhan kemudian pemberian abatesasi / arvasida kemudian ketika di temukan jentik dalam radius 100 m ya langsung kami fogging”

(Informan 1)

“Langkah pertama kita turun ke lapangan ke kepling dulu turun baru kerumah yang terkena DBD ke rumahnya sementara kita periksa apakah ada jentik DBD setelah itu kita pantau lagi dalam radius 100 m kiri 100 m kanan 100 m muka depan kita pantau itu apakah ada jentik itu kalau kita ternyata dapat jentik dalam beberapa penduduk atau dalam bak kamar mandi itu sudah di nyatakan KLB nah jika terdapat 1 rumah kita dapatkan nyamuk itu sudah kita fogging”

(32)

Menurut pernyataan informan diatas, bahwa metode pelaksanaan untuk kegiatan fogging yaitu dengan melakukan PE / Penyelidikan Epidemiologi oleh petugas puskesmas ke lingkungan kerja kemudian apabila di temukan jentik di lingkungan rumah warga dengan raius100 m kiri kanan, muka depan maka sudah di lakukan fogging.

4.4 Abatesasi

Pemberian serbuk abatate pada tempat- tempat yang digenani air seperti bak mandi, jambangan bunga dan sebagainya dengan tujuan membunuh jentik-jentik nyamuk.

4.4.1 Metode Pelaksanaaan Program Abatesasi

Berdasarkan hasil wawancara yang di peroleh dari informan tentang pelaksanaan pemberian abatesasi di lapangan adalah sebagai berikut :

Berikut kutipan informan :

“ dalam melakukan pendisistribusian bubuk abate ini dek kami lakukan ketika ingin melaksanakan kegiatan seperti ketika kegiatan posyandu dimasyarakat pada kegiatan PSN melalui 3M Plus pada saat gotong royong dan pada saat kunjungan ke rumah warga untuk melakukan pemeriksaan jentik nanti kita juga bekerja sama dengan lintas sektor yaitu petugas kesehatan lingkungan dan kepal lingkungannya dalanm pendistribusian bubuk abate ini. Kalau ketersediannya kadang ada kadang tidak, biasanya kami mendapat itu ada 2 tong.

(Informan 3)

“Ada itu dek nanti orang puskesmasnya biasanya perawat dan dek kadang datang ke sini untuk membagikan bubuk abate tapi kalo saya takut juga dek memakai bubuk abate itu karena gak tau saya gimana cara memakainya, tapi kadang ada juga itu nanti yang datang kesini menjual bubuk abate 3 bungkus 1000 itu sering dek”

(Informan 7)

(33)

puskesmas kemudian masih adanya masyarakat yang takut untuk menggunakan bubuk abate karena tidak tahu cara pemakaiannya serta masih terdapat penjualan bubuk abate di lapangan .

4.5 Gerakan PSN

Kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD di tempat-tempat perkembang biakannya.

4.5.1 Metode Pelaksanaan Program PSN Dalam Upaya Menurunkan Angka DBD

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh mengenai pelaksanann program PSN dalam upaya menurunkan angka DBD di wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II adalah sebagai berikut :

Kalau menurut saya dek programnya sudah bagus cuman pelaksanaan program kerja di Puskesmas itu kinerjanya kurang baik hal ini disebabkan belum adanya program kerja tetap dalam pelaksanaan PSN”

(Informan 1)

Pelaksanaan program ini memang sudah kami buat yaitu seminggu sekali pada saat gotong royong kegiatan ini dinamakan dengan kegitan jumat bersih tetapi tidak terlaksana dengan maksimal dek tapi rencana kami kedepannya program yang belum terlaksana akan tetap dilaksanakan dengan kebijakan yang terbaru”

(Informan 2)

(34)

4.5.2 Permasalahan atau Kendala Dalam Melakukan Kegiatan PSN di Masyarakat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa permasalahan atau kendala dalam melakukan PSN di masyarakat adalah sebagai berikut :

“Masalahnya ya kan dek kadang kalo masyarakatnya diajak untuk kegiatan PSN ada aja halangannnya, kemudian sebagian masyarakat ada yang pergi pagi pulang sore jadi gak sempat lah dia dek untuk ngurusin PSN jadi untuk mengatasi ini seharusnya pihak puskesmas lebih meningkatkan koordinasi dan pengawasan agar program ini berjalan.

(Informan 6)

Menurut pernyataan diatas, bahwa permasalahan atau kendala dalam melakukan kegiatan PSN adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan PSN dek.kemudian karena kesibukan masyarakat sehingga tidak sempat untuk mengikuti kegiatan PSN jadi seharusnya pihak Puskesmas lebih meningkatkan koordinasi dan pengawasan agar program ini berjalan.

4.6 Pemeriksaan Jentik Berkala

Pemeriksaan tempat-tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau tugas pemantau jentik (jumantik)

4.6.1 SDM : Ketersediaan Kader Jumantik dari Segi Jumlah di Wilayah Puskesmas PB. Selayang II

Berdasarkan hasil wawancara yang di peroleh mengenai ketersediaan jumantik dari segi jumlah di wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II adalah sebagai berikut :

“Ya kalo misalkan ketersediannya dari segi jumlah menurut saya sudah cukup anggota jumantiknya yang dilantik itu ada 2 orang dek.

(35)

Hasil wawancara yang di peroleh dari informan tentang ketersediaan kader/ jumantik dari segi jumlah di wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II masih kurang karena ruang lingkup kerjanya yang luas.

4.6.2 Ketersediaan Dana atau Honor Kader / Jumantik dalam Pelaksanaan Kegiatan

Berdasarkan hasil wawancara yang di peroleh dari informan mengenai honor kader / jumantik dalam pelaksanaan kegiatan

“Kalo anggaran untuk honor jumantik menurut saya dana yang disediakan sudah cukup dek, untuk anggota jumantik tadi dek. Kalo anggota jumantiknya ada 5 orang dek Mengenai honor yang di berikan 600 ribu dan cairnya sekali dalam 6 bulan dek

(Informan 2)

Hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai ketersediaan dana atau honor kader / jumantik dalam pelaksanaan kegiatan bahwa anggaran untuk kader jumantik sudah cukup untuk anggota yang sudah dilantik.

4.6.3 Pernyataan Informan Tentang Pelatihan yang Diberikan Terhadap Kader Jumantik

“Pelatihan ya ada tapi jarang lah dek, kadang 2 kali kadang 3 kali dalam setahun, yang di bahas ya mengenai DBD tadi, mengenai cara pengambilan sampelnya ya mengenai angka kasus gitu, disitu kadang sekalian pencairan honornya cuman kalo kita bawa laporan kalau belum siap yah gak di kasih. Disitu kadang kan mepet kali waktunya jadi kadang pernah la itu kami akali datanya kami isi aja asal-asal karena kan pencairan honor sekali 6 bulan ya supaya dapat duit cepat ya gitulah biar cepat cair, orang itu kan gak mau nerima laporan kalau sebulan aja pun gak siap.gajinya 600 tapi cairnya 1 kali 6 bulan dek.

(Informan 5)

(36)

yang dibahas dalam pelatihan tersebut yaitu mengenai cara pengambilan sampel, dan mengenai angka kasus.

4.7 Penyuluhan

Upaya pemberian informasi kepada masyarakat dalam rangka untuk menurunkan angka DBD.

4.7.1 SDM yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Penyuluhan

Dalam pelaksanaan penyuluhan peran tenaga kesehatan sangat mendukung dalam upaya menurunkan angka DBD adapaun yang berperan dalam pelaksanaan penyuluhan adalah sebagai berikut :

“Kalo yang terlibat dalam melakukan penyuluhan ini ya saya sendiri dek sebagai pemegang programnya kemudian dibantu oleh tenaga kesehatan lain dari promkes, dan ibu-ibu yang sudah kita latih jadi anggota jumantik.

(Informan 4)

“Ya saya lihat tenaga kesehatannya dek ada perawat, kemudian bidan dek”

(Informan 5)

Hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai SDM yang terlibat dalam melaksanakan penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II adalah pemegang program, ibu ibu yang sudah dilantik menjadi anggota jumantik, perawat, bidan dan tenaga kesehatan dari promkes.

(37)

“Yaa belum lengkaplah dek karena untuk melakukan penyulahan belum tersedia proyektor, leptop dan mikrofon ya kalo melakukan kita itu menngunakan poster dan leaflet”

(Informan 3)

Menurut informan, kelengkapan material dan bahan dalam melaksanakan penyuluhan masih kurang lengkap karena belum tersedianya mikrofon, leptop, dan proyektor.

4.7.3 Metode : Pelaksanaan Penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bawa kegiatan Pelaksanaan Penyuluhan Di wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II.

“Pelaksanaannya ya nanti kan kita turun itu ke lapangan dek sekali seminggu disitu nanti kita kasih penyuluhan kemudian di waktu kegiatan posyandu juga, waktu pemeriksaan jentik juga dek”

(Informan 3)

(38)

65 5.1.1 Fogging .

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa fogging dilakukan d jika kasus ada dan biasanya ada surat pengantar yang menyatakan ada pasien yang terkena DBD kemudian di tindak lanjut dengan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) oleh petugas Puskesmas dan di lingkungan kerja di Puskesmas yang bersangkutan. Kemudian pada Penyelidikan Epidemiologi (PE) di berikan penyuluhan, pemberian abatesasi/larvasida dan ketika ditemukan jentik dalam radius 100 m maka langsung dilakukan fogging.

Menurut sungkar (2007) menyatakan bahwa pengasapan harus diikuti abatesasi dan PSN, larva Aedes aegypty tidak dapat di berantas dan akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa. Larvasida yang digunakan untuk abatesasi (temefos) yang mempunyai efek residu selama 2-3 bulan. Jadi jika tidak dilakukan empat kali abatesasi maka selama setahun populasi nyamuk akan terkontrol dan dapat ditekan serendah-rendahnya.

(39)

kegiatan fogging kemudian pekerja foggingnya satu orang tenga ahli yang sudah terlatih.

5.1.2 Abatesasi

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Informan menyatakan bahwa pemberian abate di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II sudah di lakukan yaitu ketika ada kasus DBD dan ketika Posyandu. Pelaksana abatesasi adalah petugas puskesmas.

Adapun kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas terkait dengan program abatesasi yaitu pemberian bubuk abate ketika turun ke lapangan kemudian ketika ada posyandu. Keberhasilan program abatesasi tidak terlepas dari kerja sama pemerintah dan masyarakat khususnya petugas puskesmas dan kader jumantik sebagai ujung tombak pelaksanaan. Namun pemberian bubuk abate harus sesuai dengan dosis dan frekuensi pemberiannya dan di lakukan secara rutin sehingga dapat membunuh vektor jentik nyamuk Aedes aegypti. Diwilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II, tidak jarang terdapat penjual bubuk abate dengan harga 10.000 untuk mendapatkan 3 bungkus bubuk abate.

Abatesasi sudah berjalan di masyarakat akan tetapi belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi mengenai abate oleh petugas kepada masyarakat sehingga masyarakat masih ada yang belum tahu mengenai manfaat abate dan di temukannya abate di perjual belikan.

5.1.3 Gerakan PSN

(40)

seminggu pada hari jumat, dan kegiatan ini dinamakan jumat bersih tetapi program pelaksanaan yang di lakukan belum berjalan secara maksimal hal ini dikarenakan belum adanya program tetap dari puskesmas dalam melaksanakan kegiartan PSN kemudian masih kurangnya pengawasan dan koordinasi dari pihak Puskesmas sehingga mengakibatkan program ini kurang berjalan dengan lancar.

Analisis terhadap kebijakan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) dalam upaya penanggulangan DBD di wilayah Provinsi di Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan bahwa koordinasi dalam penanggulangan DBD masih belum berjalan lancar. Dinyatakan bahwa perhatian dan upaya yang besar dari dinas kesehatan terhadap pemberantasan penyakit DBD khususnya PSN DBD tidak diimbangi secara serius dan penuh tanggung jawab oleh instansi lain sehingga peran serta sektor terkait lainnya belum dapat mendukung secara optimal dalam pelaksanaan PSN DBD ( Surbagus, 2007 )

Berdasarkan hasil penelitian, kurangnya partisipasi masyarakat dapat dilihat dari ketidak ikutsertaan masyarakat dalam upaya pelaksanaan PSN karena berbagai alasan, dan tidak jarang pula ada masyarakat yang tidak bersedia rumahnya diperiksa jentik. Hal ini merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka DBD di wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II.

(41)

5.1.4 Pemeriksaan Jentik

Berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian ini, kegiatan pemeriksaan jentik berkala memang ada di lakukan akan tetapi jadwalnya tidak tertentu. Kenyataan di lapangan petugas jumantik juga sering melakukan manipulasi data, namun secara umum peran jumantik sudah cukup maksimal akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan ketika mereka turun ke lapangan untuk memeriksa jentik ke rumah warga biasanya mereka tidak memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat mengenai DBD dan pencegahannya motivasi pada masyarakat juga jarang di berikan padahal sangat penting sekali untuk selalu di berikan dan diingatkan kepada masyarakat tentang pencegahan DBD.

Menurut Pratamawati (2012), menyatakan bahwa peran jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini hasil pemantauan kepadatan vektor. Peran jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini DBD karena berfungsi memantau keberadaan serta menghambat perkembangan awal dari vektor penularan DBD. Keaktifan kader jumantik dalam memantau lingkungannya merupakan langkah penting dalam mencegah meningkatnya kasus DBD. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan motivasi jumantik melalui motivasi yang di berikan oleh dinas kesehatan setempat.

(42)

5.1.5 Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga kesehatan di Puskesmas PB. Selayang II, Pemberian informasi tentang DBD dilakukan melalui penyuluhan yang di lakukan di Posyandu dan ketika turun ke lapangan dalam melakukan Pemeriksaan Epidemiologi yaitu kunjungan ke rumah penderita DBD.

Kenyataan di lapangan kegiatan penyuluhan yang di lakukan di Posyandu dan kunjungan kerumah-rumah warga ataupun ke rumah penderita DBD tidak terprogram dengan baik. Kegiatan dilakukan secara insidentil apabila ditemukan masalah atau ada kegiatan tertentu bukan kegiatan yang di rencanakan dari awal baik dalam hal materi, waktu pelaksanaan maupun pelakasanaan kegiatan.

(43)

Terkait dengan DBD, informasi yang di berikan selama ini masih kurang lengkap terbukti dengan adanya masyarakat yang masih tidak mau menggunakan bubuk abate dan juga melaksanakan PSN karena menganggap tidak perlu. Selama ini informasi yang diberikan hanya sebatas apa penyebab penyakit DBD dan gejalanya, tetapi belum menyampaikan tentang bagaimana cara pencegahan yang dilakukan untuk menanggulangi DBD.

Kader mempunyai tugas yang mulia, kader diharapkan dapat berperan sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat, penggerak masyarakat untuk melakasanakan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat seperti mendatangi posyandu dan melaksanakan hidup bersih dan sehat. Disamping itu kader juga dapat berperan sebagai yang pertama kali menemukan jika ada masalah kesehatan di daerahnya dan segera melaporkan ke tenaga kesehatan setempat. Kader merupakan penghubung antara masyarakat dengan tenaga kesehatan karena kader selalu berada di tengah-tengah masyarakat (Kepmenkes RI, 2011).

Namun kader juga memiliki keterbatasan dalam hal penanganan kasus DBD. Adanya pengakuan dari kader jumantik bahwa mereka sudah mendapat pelatihan. Banyak hal yang disampaikan ketika pelatihan akan tetapi tidak semua dapat diserap jika yang disampaikan sudah 100%, yang diterima hanya 70%. Kader jumantik memiliki tanggung jawab yang berat dalam tugas yang diembannya, manipulasi data pun terkadang sering di lakukan.

5.2 SDM (Tenaga Kesehatan)

(44)

kesehatan yang untuk jenis tertentu memiliki kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang bertanggung jawab pada pelaksanaan program P2M dalam pencegahan DBD yaitu dokter, kesehatan lingkungan perawat dan petugas jumantik.

Agar program pencegahan DBD dapat berjalan secara maksimal, peran dari tenaga kesehatan sangat di butuhkan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanan program pencegahan DBD bukan hanya tanggung jawab petugas DBD saja akan tetapi lintas sektor juga akan terlibat. Petugas DBD tidak mampu mengatasi permasalahan DBD tanpa adanya kerjasama/koordinasi dengan lintas sektor lainnya.

Menurut Handoko (2003), Dalam mencapai tujuannya, sebuah organisasi memerlukan koordinasi tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi.

(45)

5.3 Dana

Dalam pelaksanaan sebuah program, dana merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting dalam keberhasilan program. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan menyatakan dana yang yang tersedia dalam pencegahan DBD di Puskesmas merupakan dana yang berasal dari APBD dan BOK.

Dalam pelaksanaan program pencegahan di Puskesmas PB Selayang II dana yang di pakai jika penyuluhan ke masyarakat berasal dari dana BOK, tetapi dana yang di tujukan untuk fogging honor petugas kesehatan dan honor jumantik itu berasal dari dana APBD yang di kelola oleh Dinas Kesehatan Kota Medan.

Dana dari Puskesmas berasal dari BOK seharusnya tidak berupa dana untuk penyuluhan saja. Penyuluhan juga memerlukan lcd, alat pengeras suara kemudian seharusnya Puskesmas PB Selayang II juga seharusnya memiliki laboratorium untuk memeriksa DBD dan membuat anggaran dana untuk pelakasanaan program P2M dalam pencegahan serta pengajuan proposal ke Dinas Kesehatan Kota Medan agar mengalokasikan dana operasional untuk membantu keterbatasan biaya operasional program P2M dalam pencegahan DBD di Puskesmas PB. Selayang II.

(46)

Menurut hasil penelitian yang ada di Puskesmas PB. Selayang II bahwa dana yang yang di berikan untuk pelaksanaan program penanggulangan DBD masih kurang, hal ini dapat dilihat dari penyebaran bubuk abate yang belum merata dan tidak jarangnya di temukan penjual bubuk abate, kemudian fasilitas dalam melakukan kegiatan penyuluhan yang belum memadai seperti belum tersedianya Lcd, dan proyektor.

5.4 Material dan Alat.

Material adalah seluruh bahan yang di gunakan pada pelaksaan program DBD. Dalam mendukung pelaksanaan Program P2M dalam pencegahan DBD di Puskesmas PB. Selayang II material yang di butuhkan adalah seperti ketersediaan bubuk abate, ketersedian bahan fogging seperti temephos, tenthion, profuxor, dan feniration.

Hasil penelitian Mursyd dalam Indriani (2014), menyatakan bahwa pelaksanaan suatu program selalu membutuhkan suatu material yang mendukung sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilaksakan di Puskesmas PB Selayang II di dapat bahwa material di puskesmas PB selayang II belum cukup memadai yaitu penyebaran serbuk abate yang belum merata, dan tidak jaranggnya di temukan penjual abate.

(47)

faktor penentu kinerja sebuah kebijakan. Implementor harus mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan agar program berjalan dengan lancar. Sekalipun memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, jika tanpa sumber yang memadai, maka kebijakan hanya tinggal di kertas dokumen saja.

Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II bahwa bahan yang di gunakan untuk pelaksanaan kegiatan fogging sudah cukup memadai karena sudah tersedianya alat mesin fogging, senter untuk pemeriksaan jentik, obat untuk pelaksanaan fogging seperti temephos, tenthion, profuxor, dan feniration namun untuk persedian abate belum cukup.

5.5 Metode

Menurut hasil wawancara dengan informan pelaksanaan Program P2M dalam pencegahan DBD di Puskesmas PB. Selayang II belum berjalan maksimal. Penyuluhan yang telah di lakukan selama ini belum terprogram dengan baik. Hal ini dapat terlihat dengan tingginya angka DBD di wilayah kerja Puskesmas PB. Selayang II.

(48)

mengakibatkan data yang di buat oleh jumantik belum akurat karena kurangnya pengawasan yang dilakukan, Dinas Kesehatan hanya menilai laporan yang di buat oleh jumantik.

Gerakan PSN yang dilakukan di masyarakat kurang berjalan dengan lancar di karenakan oleh kurangnya kepedulian masyarakat terhadap DBD hal ini dapat di lihat dari masih banyaknya masyarakat yang tidak mau ikut dalam kegiatan gotong royong, kemudian gerakan 3M yang ada di masyarakat belum terlaksana dengan baik.

Fogging sudah terlaksana di masyarakat. Fogging ada dua yaitu fogging

fokus yaitu fogging yang di lakukan dengan cara pemberantasan nyamuk DBD dengan cara pengasapan terfokus pada daerah tempat di temukannya tersangka/penderita DBD dan fogging yang di lakukan sebelum dan sesudah musim hujan di lokasi rawan DBD.

(49)

76

1. Pelaksanaan Manajemen Program P2M dalam Pencegahan DBD di Puskesmas PB Selayang II belum Maksimal di lakukan. Hal ini di karenakan dana yang masih minim kemudian tenaga kesehatan yang masih belum maksimal dalam mel;aksanakan tugasnya, sarana dan prasarana yang kurang memadai hanya ada (Abate)

2. Penyuluhan yang dilakukan belum maksimal, karena belum merupakan program rutin dan belum terjadwal

3. Gerakan PSN belum maksimal dilaksanakan, karena kegiatan gotong royong di masyarakat belum merupakan program rutin dan kurangnya keterlibatan masyarakat dalam menggerakkan 3M.

4. Penyebaran abatesasi yang belum merata karena kurangnya monitoring dan Evaluasi

5. Pemantauan Jentik berkala belum Maksimal. Juru Pemantau Jentik belum maksimal melaksanakan tugasnya karena kurangnya pengawasan, kurangnya motivasi.

(50)

6.2 Saran

a. Diharapkan agar mengadakan pelatihan kepada petugas kesehatan maupun kader jumantik.

b. Diharapkan agar melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja petugas dilapangan secara khusus dan berkelanjutan

c. Agar melengkapi sarana dan prasarana puskesmas seperti laboratorium dan alat mesin fogging

d. Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor baik dengan kelurahan, kecamatan, dan dinas kesehatan.

e. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat sehingga masyarakat memiliki kesadaran dan pengetahuan dalam pencegahan DBD.

f. Jumantik agar lebih aktif dalam menemukan kasus dan melakukan pemeriksaan jentik secara berkala di rumah warga.

(51)

10 2.1.1 Definisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No.75 Tahun 2014).

2.1.2 Wilayah Kerja

Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya. Puskesmas di kategorikan menjadi :

a. Puskesmas kawasan perkotaan b. Puskesmas kawasan pedesaan

c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil (Permenkes RI No.75 tahun 2014).

2.1.3 Visi dan Misi Puskesmas

Visi Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Indikator utama kecamatan yang sehat yaitu :

1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat

(52)

4. Derajat kesehatan penduduk 006Becamatan (Depkes RI, 2004). Misi Puskesmas, yaitu :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Permenkes RI No.75 Tahun 2014). 2.1.4 Prinsip Penyelenggraan, Tugas Fungsi dan wewenang

2.1.4.1 Prinsip Penyelenggaraan

Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas meliputi : a. Paradigma sehat

b. Pertanggungjawaban wilayah c. Kemandirian masyarakat d. Pencatatan

e. Teknologi tepat guna

f. Keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes RI No.75 Tahun 2014). 2.1.4.2 Tugas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes RI No.75 tahun 2014).

(53)

penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan, dan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat public goods seperti promosi kesehatan dan penyehatan lingkungan (Depkes RI, 2004).

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

2. Pelayanan kesehatan masyarakat yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar diselenggrakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

3. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan (Depkes RI, 2004).

3.1.4.3Fungsi dan Wewenang

Puskesmas menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang di perlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan mayarakat dalam bidang kesehatan

(54)

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan h. Melaksanakan pencacatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan, dan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit (Permenkes RI No.75 tahun 2014).

2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwewenang untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan dasar secara konferhensif, berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif

c. Menyelenggarakn pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, kelompok dan masyarakat

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas, dan pengunjung

e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsif koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi

(55)

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan

h. Melaksanakan peningkatankompetensi Tenaga Kesehatan

i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembina fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, dan

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan (Permenkes RI No.75 tahun 2014).

2.1.5 Upaya Puskesmas

2.1.5.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Tingkat Pertama 1) Pelayanan promosi kesehatan

2) Pelayanan kesehatan lingkungan

3) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana 4) Pelayanan gizi dan

5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit 2.1.5.2 Upaya Kesehatan Perorangan Tingkat Pertama

1. Rawat jalan

2. Pelayanan gawat darurat

3. Pelayanan satu hari (one day care) 4. Home care, dan

(56)

2.2 Demam Berdarah

2.2.1 Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke dalam peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang

seluruh kelompok umur, penyakit ini berhubungan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Depkes RI, 2013).

2.2.2 Sejarah Perkembangan DBD

Epidemi fengue selama tiga abad terakhir diketahui terjadi di daerah

beriklim tropis, sub tropis dan sedang di seluruh dunia. Epidemi pertama dengue tercatat tahun 1935 di wilayah India Barat Prancis, walaupun penyakit serupa dengan dengue telah dilaporkan terjadi di Cina sejak 992 SM. Selama abad ke-18, -19, dan awal abad ke-20 epidemi penyakit yang menyerupai dengue tercatat menyerang seluruh dunia baik di wilayah tropis maupun maupun di beberapa daerah beriklim sedang. Rush kemungkinan telah menjelskan penyakit dengue

ketika ia menulis tentang ” break-borne fever ” yang terjadi di Philadelphia tahun

(57)

Kejadian luar biasa (KLB) penyakit dengue serupa dengan Dengue Hemoragic Fever (DHF) yang dicatat pertama kali terjadi di Australia tahun 1897 penyakit perdarahan serupa juga berhasil dicatat pada tahun 1928 saat terjadi epidemi di Yunani dan kemudian di Taiwan tahun 1931. Epidemi DHF pertama yang berhasil di pastikan, dicatat di Filipina antara tahun 1953-1954. Selanjutnya, KLB besar DHF yang mengakibatkan banyak kematian terjadi di sebagian besar negara Asia Tenggara, termasuk India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand juga Singapura, Kamboja, Cina, Laos, Malaysia, Kaledonia Baru, Palau, Filipina, Tahiti, dan Vietnam di wilayah Pasifik Barat. Selama 20 tahun terakhir, terjadi peningkatan yang tajam pada insidensi dan penyebaran DHF secara geografis, dan beberapa negara Asia Tenggara, sekarang epidemi terjadi setiap tahun (WHO, 2004).

2.2.3 Etiologi dan Penularan

Penyakit DBD di sebabkan oleh virus dengue dari kelompok albovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabkan oleh artropoda.Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae.

Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes albovictus (di daerah pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegyti adalah :

1. Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih

(58)

3. Jarak terbang ± 100m

4. Nyamuk betina bersifat multi biters (menggigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat)

5. Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi (Widoyono, 2008).

Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit oarng lain maka virus dengue akan berpindah bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue.Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu (Widoyono, 2008). 2.2.4 Siklus Nyamuk Aaedes Aegypti

Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti :

Telur Jentik Kepompong Nyamuk Perkembangan telur sampai menjadi nyamuk kurang lebih 9-10 hari. 2.2.4.1 Telur

a. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir

b. Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm c. Telur ditempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan d. Telur itu akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang 2 hari setelah

(59)

2.2.4.2 Jentik

a. Jentik kecil yang menetas dari telur itu akan tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,5-1 cm

b. Jentik Aedes aegypti akan selalu bergerak aktif dalam air. Geraknya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernapas (mengambil udara kemudian turun, kembali kebawah dan seterusnya) c. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.

Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air

d. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong (Depkes RI, 2007).

2.2.4.3 Kepompong

a. Berbentuk seperti koma b. Geraknya lamban

c. Sering berada di permukaaan air

d. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa (Depkes RI, 2007). 2.2.5 Patogenesis

Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk, virus memasuki aliran darah manusia untuk kemudian berplikasi atau memperbanyak diri. Sebagai perlawanan tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya akan terbentuk kompleks virus- antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya.

(60)

dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah, berak darah), saluran pernapasan (mimisan, batuk darah), organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering mengakibatkan kematian (Widoyono, 2008).

2.2.6 Gejala dan Tanda

Pasien DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut : 1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas

2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah hitam.

3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal:150.000-300.000 �L). Hematokrit meningkat (normal:pria <45,dan wanita <40 )

4. Badan dingin, gelisah, tidak sadar, (DSS, Dengue Shock Syndrome) (Widoyono, 2008).

2.2.7 Diagnosis DBD

Terdapat empat gejala utama DBD, yaitu de

Gambar

Tabel 8. Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Abatesasi
Tabel 18.  Pernyataan Informan Tentang SDM yang Terlibat dalam Melakukan Penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas PB
Tabel 4.1  Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II Tahun 2015
Tabel 4.2 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas PB. Selayang II Tahun 2015
+5

Referensi

Dokumen terkait

a) Pengembangan hak milik penguasaan dari pemerintah Republik Indonesia kepada Horrison &amp; Crossfield Ltd terhadap perkebunan yang pernah di kelolanya. b) Melakukan kerja

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor : 54 Tahun 2010 dan perubahannya Nomor : 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah,

Concerning with those problems in the teaching of writing which seem that the use of product approach is the most common way in teaching writing and it does not help

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak,

World Bank Indonesia Tetapkan CAT BKN Sebagai Top 10 World Bank Global Report on Public Sector Performance.. Sistem aplikasi ​ Computer Assisted Test (CAT) yang sudah didirikan

Konsep normatif agama mengenai budaya tidak saja mencoba memahami, melukiskan, dan mengakui keunikan-keunikannya, tetapi agama juga mempunyai konsep pembenahan

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak,

Kinerja campuran HRS-WC iller abu am pas tebu berdasarkan pengujian dengan alat Marshall yaitu, (1)KAO campuran sebesar 7,25%; (2) stabilitas campuran meningkat dan