• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Personal Hygiene dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Keluhan Kesehatan pada Pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Personal Hygiene dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Keluhan Kesehatan pada Pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP

KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2012

TESIS

Oleh

LISTAUTIN 107032153/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCES OF LANDFILL ENVIRONMENT, PERSONAL HYGIENE, AND BODY MASS INDEX (BMI) ON SCAVENGERS’

HEALTH COMPLAINT AT KELURAHAN TERJUN, MEDAN MARELAN SUBDISTRICT, IN 2012

THESIS

By

LISTAUTIN 107032153/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP

KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Sumatera Utara

Oleh LISTAUTIN 107032153/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN

KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2012 Nama Mahasiswa : Listautin

Nomor Induk Mahasiswa : 107032153

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S) (Ir. Evi Naria, M.Kes) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada tanggal : 13 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S Anggota : 1. Ir.Evi Naria, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP

KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

(7)

ABSTRAK

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah area yang berfungsi untuk mengurangi permasalahan jumlah sampah, namun permasalahan akan terjadi apabila proses di TPA dikelola dengan cara tidak baik dan benar. Kondisi ini mengakibatkan pencemaran lingkungan yang menimbulkan gangguan kesehatan pada sistem pernafasan, sistem pencernaan dan penyakit kulit.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan TPA sampah,

personal higiene dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap keluhan kesehatan pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi penelitian yaitu seluruh pemulung yang bekerja di TPA sampah dengan jumlah sampel 82 orang yang diambil dengan cara Purposive Sampling dan objek penelitian adalah udara ambien yang mengandung hidrogen sulfida dan metan. Untuk analisis data dilakukan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan paparan terhadap cahaya matahari (p=0,033), zat kimia hidrogen sulfida (p=0,014), lama kerja (p=0,039), kebersihan kulit (p=0,016), kebersihan tangan, kuku dan kaki (p=0,026) dan alat pelindung diri (p=0,001) dengan keluhan kesehatan. Variabel yang tidak ada pengaruh adalah paparan terhadap bau-bauan (p=0,384), kontak dengan vektor (p=0,369), kebersihan rambut (p=0,422) dan IMT (p=0,353) dengan keluhan kesehatan. Hasil uji regresi logistik berganda variabel yang paling dominan berpengaruh adalah personal hygienedengan nilai Exp (β) 8.152.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh personal hygiene terhadap keluhan kesehatan pemulung.

Disarankan kepada pemulung agar lebih memperhatikan personal hygiene

yaitu kebersihan kulit dengan cara mandi menggunakan peralatan sendiri, mengganti pakaian kerja setiap hari, tidak menggunakan pakaian yang memiliki daya serap rendah dan kaku.

Kata Kunci : Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Personal Hygiene, IMT, Keluhan Kesehatan, Pemulung

(8)

ABSTRACT

TPA (landfill) is area which is functioned to reduce the problems of waste capacity, but the problem will actually arise if the landfill is managed with good and true. This kind of management will cause environmental pollution which eventually will bring about health problem in respiratory system, digestion system, and skin disease.

The aim of the research was to analyze the related of landfill environment, personal hygiene, and Body Mass Index (BMI)on the scavengers’ health complaint at Kelurahan Terjun, Medan Marelan Subdistrict. The research used descriptive method with cross sectional design. The population was 82 scavengers who did their activities at the landfill, and the samples were obtained with purpose sampling method. The object were ambience which contained hydrogen sulfide and methane. The data were analyzed by conducting multiple logistic regression tests.

The results of the research showed that there were the influences of the exposition of the sunlight (p=0.033), chemical substance hydrogen sulfide (p=0.014), work duration (p=0.039), hand, nail, and foot cleanliness (p=0.026), and body protection device (p=0.001) to the health complaint. The variables which did not have any related on the health complaint were the exposition of odors (p=0.384), contact with vectors (p=0.369), hair cleanliness (p=0.422), and BMI (p=0.353). The most dominant influence of the result of multiple logistic regression tests was the personal hygiene with the Exp (β) of 8.152.

Conclusions of this research is an influence of personal hygiene on their health as scavengers.

Recommended to those scavengers to keep care personal hygiene on the skin cleanliness more, sugested everybody to have shower routinely and use own utensils, change working clothes every day, wearing always the clothes with good absorption and comfortable to use.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya, atas ridho Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “Pengaruh Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Personal Hygiene dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Keluhan Kesehatan pada Pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012”.

Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari bahwa terselesainya tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku ketua program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.

(10)

dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. dr. Surya Dharma, M.P.H dan dr. Taufik Ashar, M.K.M selaku komisi penguji tesis yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis untuk penyempurnaan tesis ini..

7. Seluruh dosen dan staf Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu kelancaran administrasi selama pendidikan hingga penyelesaian penulisan tesis ini.

8. Pulungan Harahap, S.H, M.Si selaku kepala camat medan marelan dan Dr. Dra. Indah Anggraini, M.Si selaku Kepala Balai Teknik Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit Menular Medan.

9. Ayahanda Alm. Jamzaini atas semua jasa dan pengorbanannya dan ibunda Alm. Siti Aisyah, dengan penuh kasih sayang mengiringi setiap langkah penulis dengan doa serta perhatian yang tiada tara hingga akhir hayatnya dalam memberikan motivasi penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

(11)

11. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan dukungan moril dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis, oleh karena itu masukan dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat dan bagi kita semua.

Medan, September 2012 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Listautin dilahirkan pada tanggal 05 Oktober 1986 di Teluk Nilau Jambi, beragama islam, anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan ayahanda Jamzaini dan ibunda Siti Aisyah.

Riwayat pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 11 Teluk Nilau pada tahun 1992 – 1998, sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) Kuala Tungkal pada tahun 1998 – 2001, sekolah Madrasah Aliah Negeri (MAN) Model Jambi pada tahun 2001 – 2004, pendidikan D-III Akademi Keperawatan Prima Jambi pada tahun 2004 – 2007, pendidikan D-III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Medan pada tahun 2008 – 2010, S1 Keperawatan Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Medan pada tahun 2008 – 2010.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Sampah ... 10

2.1.1. Pengertian Sampah ... 10

2.1.2. Jenis Sampah ... 10

2.1.3. Sumber Sampah………. ... 11

2.1.4. Pengelolaan Sampah ... 13

2.1.5. Pengaruh Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan ... 16

2.2. Keluhan Kesehatan ... 20

2.2.1. Sistem Pernafasan ... 21

2.2.2. Sistem Pencernaan ... 25

2.2.3. Penyakit Kulit ... 26

2.3. Pemulung dan Keluhan Kesehatan ... 28

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Kesehatan ... 28

2.4.1. Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah... 29

2.4.2. Zat kimia ... 37

2.4.3. Lama Kerja ... 39

2.4.4. Personal Hygiene ... 39

2.4.5. Alat Pelindung Diri ... 43

2.5. Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 46

2.6. Landasan Teori ... 48

(14)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 53

3.1. Jenis Penelitian ... 53

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

3.3. Populasi dan Sampel ... 53

3.3.1. Populasi ... 53

3.3.2. Sampel ... 54

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 55

3.4.1. Data Primer ... 55

3.4.2. Data Sekunder ... 58

3.4.3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 58

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 60

3.5.1. Variabel ... 60

3.5.2. Definisi Operasional ... 61

3.6. Metode Pengukuran ... 63

3.6.1. Variabel Independen ... 63

3.6.2. Variabel Dependen ... 67

3.7. Metode Analisis Data ... 68

3.7.1. Analisa Univariat ... 68

3.7.2. Analisa Bivariat ... 68

3.7.3. Analisa Multivariat ... 68

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 70

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 70

4.1.1. Kondisi Geografis ... 70

4.1.2. Kondisi Kependudukan... 70

4.1.3. Penyakit Terbesar ... 71

4.2. Analisa Univariat ... 72

4.2.1. Karakteristik Responden ... 72

4.2.2. Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah... 73

4.2.3. Zat Kimia ... 77

4.2.4. Lama Kerja ... 79

4.2.5. Personal Hygiene ... 80

4.2.6. Alat Pelindung Diri ... 83

4.2.7. Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 84

4.2.8. Keluhan Kesehatan ... 85

4.3. Analisa Bivariat ... 87

4.3.1. Analisis Hubungan Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Keluhan Kesehatan ... 88

4.3.2. Analisis Hubungan Zat Kimia dengan Keluhan Kesehatan ... 91

(15)

4.3.4. Analisis Hubungan Personal Hygiene dengan

Keluhan Kesehatan ... 93

4.3.5. Analisis Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Kesehatan ... 96

4.3.6. Analisis Hubungan IMT dengan Keluhan Kesehatan ... 97

4.4. Analisa Multivariat ... 98

BAB 5. PEMBAHASAN ... 103

5.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 103

5.2. Hubungan Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Berdasarkan Paparan Cahaya Matahari dengan Keluhan Kesehatan ... 103

5.3. Hubungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Berdasarkan Paparan terhadap Bau-Bauan dengan Keluhan Kesehatan ... 105

5.4. Hubungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Berdasarkan Kontak dengan Vektor dengan Keluhan Kesehatan ... 106

5.5. Hubungan Zat Kimia Hidrogen Sulfida (H2S) dengan Keluhan Kesehatan ... 107

5.6. Hubungan Zat Kimia Metan (CH4) dengan Keluhan Kesehatan ... 108

5.7. Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kesehatan ... 108

5.8. Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Kesehatan ... 109

5.9. Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Tangan,Kuku dan Kaki dengan Keluhan Kesehatan ... 110

5.10. Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Rambut dengan Keluhan Kesehatan ... 111

5.11. Hubungan APD dengan Keluhan Kesehatan... 111

5.12. Hubungan IMT dengan Keluhan Kesehatan ... 112

5.13. Variabel yang Paling Dominan Berpengaruh terhadap Keluhan Kesehatan ... 113

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 115

6.1. Kesimpulan ... 115

6.2. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Kategori Ambang Batas Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 48

3.1. Nilai Cronbach Alpha dan Tingkat Reliabilitas ... 59

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 64

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 67

4.1. Penyakit Terbesar Puskesmas Terjun kecamatan Medan Marelan ... 71

4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 72

4.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 73

4.4. Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Paparan terhadap Cahaya Matahari di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 73

4.5. Distribusi Berdasarkan Kategori Paparan terhadap Cahaya Matahari di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 74

4.6. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Paparan terhadap Bau-bauan di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 74

4.7. Distribusi Berdasarkan Kategorik Paparan terhadap Bau-bauan di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 75

4.8. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kontak dengan Vektor di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 75

(17)

4.10. Distribusi Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah

di TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 ... 77 4.11. Hasil Pemantauan Udara Ambient di TPA Sampah Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 77 4.12. Distribusi Pengukuran Zat Kimia Gas Hidrogen Sulfida (H2S) dan

Gas Metan (CH4) di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan ... 78 4.13. Distribusi Kategori Zat Kimia Gas Hidrogen Sulfida (H2S) pada

lokasi I Tempat Responden Bekerja di TPA sampah kelurahan

Terjun kecamatan medan marelan ... 78 4.14. Distribusi Kategori Zat Kimia Gas Metan (CH4) pada Lokasi I

Tempat Responden Bekerja di TPA Sampah Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan ... 79 4.15. Distribusi Lama Kerja Responden di TPA Sampah Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 79 4.16. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kebersihan Kulit di

TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 80 4.17. Distribusi Berdasarkan Kategori Mengenai Personal Hygiene

pada Kebersihan Kulit di TPA Sampah Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan ... 81 4.18. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Personal Hygiene

Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku di TPA

Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 81 4.19. Distribusi Berdasarkan Kategori Mengenai Personal Hygiene

pada Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku di TPA Sampah

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 82 4.20. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Personal Hygiene

Berdasarkan Kebersihan Rambut di TPA Sampah Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 82 4.21. Distribusi Berdasarkan Kategori Mengenai Personal Hygiene

pada Kebersihan Rambut di TPA Sampah Kelurahan Terjun

(18)

4.22. Distribusi Personal Hygiene pada Responden di TPA Sampah

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 83 4.23. Distribusi Alat Pelindung Diri Responden di TPA Sampah

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 84 4.24. Distribusi Berdasarkan Kategori Mengenai Alat Pelindung Diri

Responden di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan ... 84 4.25. Distribusi Jawaban Responden Mengenai IMT di TPA Sampah

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 85 4.26. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keluhan Kesehatan di

TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 85 4.27. Distribusi Berdasarkan Kategori Keluhan Kesehatan di TPA

Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 87 4.28. Hubungan Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Berdasarkan Paparan terhadap Cahaya Matahari, Paparan terhadap Bau-Bauan, dan Kontak dengan Vektor dengan Keluhan Kesehatan

Pemulung di TPA Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 88 4.29. Hubungan Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah

dengan Keluhan Kesehatan Pemulung di TPA Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan ... 90 4.30. Hubungan Zat Kimia Hidrogen Sulfida (H2S) dengan Keluhan

Kesehatan Pemulung di TPA Sampah Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan ... 91 4.31. Hubungan Zat Kimia Gas Metana (CH4) dengan Keluhan

Kesehatan Pemulung di TPA Sampah Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan ... 92 4.32. Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kesehatan Pemulung

di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 93 4.33. Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Kulit,

Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku, dan Kebersihan Rambut dengan Keluhan Kesehatan Pemulung di TPA Sampah

(19)

4.34. Hubungan Personal Hygiene dengan Keluhan Kesehatan Pemulung di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan ... 96 4.35. Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Kesehatan

Pemulung di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan ... 97 4.36. Hubungan IMT dengan Keluhan Kesehatan Pemulung

di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 98 4.37. Hasil Uji Regresi Logistik Lingkungan Tempat Pembuangan

Akhir Sampah, Lama Kerja, personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri terhadap Keluhan Kesehatan Pemulung

di TPA Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 100 4.38. Pengaruh Lama Kerja, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri

terhadap Keluhan Kesehatan Pemulung di TPA Sampah

(20)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Makanisme Pemaparan Faktor-Faktor Lingkungan ... 29

2.2. Faktor Penyebab Gizi Kurang ... 47

2.3. Kerangka Teori 1 ... 49

2.4. Kerangka Teori 2 ... 51

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 122

2. Surat Balasan Penelitian dari Kecamatan Medan Marelan ... 123

3. Surat Balasan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1 Medan ... 124

4. Surat Balasan dari Badan Meterologi Klimatologi Geofisika Medan ... 126

5. Kuesioner Penelitian ... 127

6. Master Data ... 134

7. Hasil Print Out Analisis Data (Univariat, Bivariat dan Multivariat) ... 137

(22)

ABSTRAK

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah area yang berfungsi untuk mengurangi permasalahan jumlah sampah, namun permasalahan akan terjadi apabila proses di TPA dikelola dengan cara tidak baik dan benar. Kondisi ini mengakibatkan pencemaran lingkungan yang menimbulkan gangguan kesehatan pada sistem pernafasan, sistem pencernaan dan penyakit kulit.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan TPA sampah,

personal higiene dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap keluhan kesehatan pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi penelitian yaitu seluruh pemulung yang bekerja di TPA sampah dengan jumlah sampel 82 orang yang diambil dengan cara Purposive Sampling dan objek penelitian adalah udara ambien yang mengandung hidrogen sulfida dan metan. Untuk analisis data dilakukan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan paparan terhadap cahaya matahari (p=0,033), zat kimia hidrogen sulfida (p=0,014), lama kerja (p=0,039), kebersihan kulit (p=0,016), kebersihan tangan, kuku dan kaki (p=0,026) dan alat pelindung diri (p=0,001) dengan keluhan kesehatan. Variabel yang tidak ada pengaruh adalah paparan terhadap bau-bauan (p=0,384), kontak dengan vektor (p=0,369), kebersihan rambut (p=0,422) dan IMT (p=0,353) dengan keluhan kesehatan. Hasil uji regresi logistik berganda variabel yang paling dominan berpengaruh adalah personal hygienedengan nilai Exp (β) 8.152.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh personal hygiene terhadap keluhan kesehatan pemulung.

Disarankan kepada pemulung agar lebih memperhatikan personal hygiene

yaitu kebersihan kulit dengan cara mandi menggunakan peralatan sendiri, mengganti pakaian kerja setiap hari, tidak menggunakan pakaian yang memiliki daya serap rendah dan kaku.

Kata Kunci : Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Personal Hygiene, IMT, Keluhan Kesehatan, Pemulung

(23)

ABSTRACT

TPA (landfill) is area which is functioned to reduce the problems of waste capacity, but the problem will actually arise if the landfill is managed with good and true. This kind of management will cause environmental pollution which eventually will bring about health problem in respiratory system, digestion system, and skin disease.

The aim of the research was to analyze the related of landfill environment, personal hygiene, and Body Mass Index (BMI)on the scavengers’ health complaint at Kelurahan Terjun, Medan Marelan Subdistrict. The research used descriptive method with cross sectional design. The population was 82 scavengers who did their activities at the landfill, and the samples were obtained with purpose sampling method. The object were ambience which contained hydrogen sulfide and methane. The data were analyzed by conducting multiple logistic regression tests.

The results of the research showed that there were the influences of the exposition of the sunlight (p=0.033), chemical substance hydrogen sulfide (p=0.014), work duration (p=0.039), hand, nail, and foot cleanliness (p=0.026), and body protection device (p=0.001) to the health complaint. The variables which did not have any related on the health complaint were the exposition of odors (p=0.384), contact with vectors (p=0.369), hair cleanliness (p=0.422), and BMI (p=0.353). The most dominant influence of the result of multiple logistic regression tests was the personal hygiene with the Exp (β) of 8.152.

Conclusions of this research is an influence of personal hygiene on their health as scavengers.

Recommended to those scavengers to keep care personal hygiene on the skin cleanliness more, sugested everybody to have shower routinely and use own utensils, change working clothes every day, wearing always the clothes with good absorption and comfortable to use.

(24)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah atau kesehatan tersebut. Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Blum (1974) yaitu faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melakukan aktivitas memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu menghasilkan bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan sampah (Sarudji dan Keman, 2010).

(25)

semakin menumpuk karena tempat untuk menampung sampah kurang dan semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak (Chandra, 2007).

Sampah apabila tidak dilelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh

yang besar terhadap kesehatan. Pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak

langsung. Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia

dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh

adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah

dan menularkannya kepada manusia (Adnani, 2011).

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 jiwa, masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta dan Semarang. Salah satu masalah kesehatan tersebut berkaitan dengan sampah. Sampah diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya eksternalitas negatif terhadap kegiatan perkotaan. Hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara open dumping yaitu sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di lapangan atau jurang tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Sistem pembuangan seperti itu menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga dapat menjadi tempat perkembangbiakan agent penyakit menular (Sudradjat, 2006).

(26)

(H2S) dan gas metan (CH4) yang bersifat racun bagi tubuh, gangguan pada

pencernaan seperti diare yang disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit dan penyakit kulit yang disebabkan beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak di dalam sampah (Soemirat, 2009).

Keluhan utama yang muncul pada gangguan sistem pernafasan adalah batuk, sesak nafas dan nyeri dada. Batuk merupakan gejala utama pada penyakit sistem pernafasan. Sesak nafas (dispnea) merupakan suatu persepsi terhadap kesulitan untuk bernafas atau nafas pendek. Nyeri dada adalah salah satu keluhan rasa tidak nyaman yang merupakan gejala suatu penyakit yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru (Somantri, 2009).

Penyakit dan gangguan sistem pencernaan bervariasi, namun biasanya memiliki gejala yang sama kemudian mengarah ke salah satu jenis penyakit. Salah satu gangguan sistem pencernaan adalah diare. Diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan tinja berbentuk cair. Diare perlu diwaspadai karena diare dapat merupakan salah satu gejala penyakit yang serius seperti kanker usus dan usus buntu

(appendicitis) (Aesculapius, 2002).

Penyakit kulit merupakan penyakit pada bagian tubuh paling luar dengan gejala berupa gatal-gatal dan kemerahan yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab misalnya bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, faktor kebersihan diri dan lain-lain (Budiono, 2011).

(27)

pekerjaan seorang pemulung memiliki risiko yang sangat tinggi untuk tertularnya penyakit karena pemulung bekerja di lingkungan yang tidak kondusif. Selain itu dipengaruhi juga dengan gizi yang kurang serta akses pelayanan kesehatan yang rendah (Junaedi, 2007).

Pemulung mempunyai jam kerja yang sangat panjang, bahkan tidak mengenal waktu. Pemulung menghabiskan waktunya di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS), pada pukul 06.00 WIB pemulung sudah pergi ke TPA untuk mencari sampah sampai pukul 12.00 WIB kembali ke gubuk untuk istirahat makan siang, selanjutnya kembali bekerja 13.00-17.00 WIB bahkan ada yang kembali lagi pukul 19.00 WIB dan bekerja sampai malam hingga pagi selama mereka masih merasa sehat dan mempunyai tenaga (Sinaga, 2008).

Faktor yang dapat menimbulkan suatu penyakit terdiri atas agent penyakit, manusia dan lingkungannya seperti yang dikemukakan oleh Gordon (1950) bahwa

agent adalah penyebab penyakit seperti bakteri, virus, parasit dan jamur yang merupakan penyebab penyakit infeksius. Agent dapat berupa zat kimia dan radiasi atau panas. Sedangkan manusia adalah sebagai tempat persinggahan penyakit, dan lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit (Timmreck, 2004).

(28)

hidup tidak sehat dapat disebut sebagai faktor risiko kesehatan dan komponen lingkungan yang tidak baik merupakan faktor risiko terjadinya penyakit. Lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit apabila dalam komponen lingkungan tersebut mengandung satu atau lebih agent penyakit seperti mikroorganisme, senyawa kimia maupun energi yang diradiasikan.

Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) adalah suatu areal yang menampung sampah dari hasil pengangkutan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun langsung dari sumbernya dengan tujuan akan mengurangi permasalahan kapasitas atau timbunan sampah yang ada di masyarakat umumnya. Permasalahan terjadi karena sampah tidak diproses atau diolah dengan baik dan dianggap selesai dengan cara open dumping (Suyono dan Budiman, 2010).

Hasil penelitian Meirinda (2008), pada titik 0 meter TPA sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan diperoleh konsentrasi polutan gas SO2, H2S, NH3 dan CH4 yang melebihi baku mutu. Hal ini didukung oleh penelitian Sianipar (2009), tentang risiko paparan hidrogen sulfida (H2S) rata-rata konsentrasi H2S udara ambien melebihi baku mutu yaitu 0,0290 mg/m3 dan standar Integrated Risk Information Sistem (IRIS) serta memiliki risiko terhadap gangguan kesehatan pada masyarakat yang tinggal di TPA sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan.

(29)

melakukan pekerjaan, setiap orang membutuhkan tenaga yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Apabila banyaknya makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan mengalami gangguan kesehatan (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).

Hasil penelitian Kurniawati (2006) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tinea pedis (jamur pada kaki) mengatakan bahwa, faktor lingkungan yaitu penggunaan sumber air untuk keperluan sehari-hari dan praktik kebersihan diri mempengaruhi kejadian tinea pedis pada pemulung sampah di TPA Jatibarang Semarang.

Provinsi sumatera utara, lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)

tersebar pada 26 Kabupaten dan Kota. TPA sampah tersebut berstatus sebagai TPA

sampah lokal yang melayani pengelolaan sampah di masing-masing Kabupaten atau

Kota. Berdasarkan jumlah kabupaten atau kota, maka jumlah TPA sampah di Provinsi

Sumatera Utara sebanyak 26 unit. Identifikasi di lapangan menunjukan berdasarkan TPA

sampah yang dijadikan sampel yang dipantau yaitu TPA Terjun dan TPA Namo Bintang

dengan jumlah pemulung sebanyak 10.400 orang yang tersebar pada kedua TPA sampah

tersebut. Risiko kesehatan dan kecelakaan kerja pemulung sangat tinggi, hal ini terlihat

dari pola kerja yang dilakukan oleh pemulung belum sepenuhnya memahami pentingnya

alat perlindungan kerja dan alat perlindungan tubuh untuk mengatasi risiko terganggunya

kesehatan. Di sisi lain tempat tinggal pemulung hanyalah gubuk yang menyebabkan

(30)

Berdasarkan survai pendahuluan yang dilakukan penulis di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan, penulis memperoleh data pada tanggal 16 Februari 2012 bahwa tahun 2011 ada 3 jenis penyakit yang berhubungan dengan sampah yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebagai penyakit yang terbesar di Puskesmas Terjun yaitu sebanyak 2778 kasus, diare yang merupakan urutan nomor 2 dari 10 penyakit terbesar sebanyak 1661 kasus dan penyakit kulit sebanyak 117 kasus yang merupakan penyakit urutan ke 9 dari 10 penyakit terbesar. Selain itu penulis melakukan survai lapangan ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di Kelurahan Terjun Kecematan Medan Marelan diketahui bahwa jumlah pemulung yang datang bekerja sebanyak 203 orang dengan karakteristik umur yang beraneka ragam dan kebiasaan pola hidup yang tidak sehat seperti tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu pada saat wawancara mengenai keluhan penyakit, keluhan yang sering dirasakan adalah batuk, nyeri dada, sesak nafas, diare, gatal-gatal dan kulit kemerahan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh lingkungan tempat pembuangan akhir sampah, personal hygiene dan Indeks Massa Tubut (IMT) terhadap keluhan kesehatan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2012.

1.2. Permasalahan

(31)

perkembangbiakan vektor penyebab penyakit, salah satu kelompok yang berisiko mengalami keluhan kesehatan adalah pemulung yang bekerja di tempat pembuangan akhir sampah. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini adalah lingkungan tempat pembuangan akhir sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan didukung rendahnya personal hygiene serta tingginya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sampah.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan tempat pembuangan akhir sampah, personal hygiene dan IMT terhadap keluhan kesehatan pada pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2012.

1.4. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada pengaruh lingkungan tempat pembuangan akhir sampah, personal hygiene dan IMT terhadap keluhan kesehatan pada pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2012.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam penanganan

(32)

1.5.2. Bagi puskesmas

Sebagai bahan masukan kepada puskesmas Terjun tentang keluhan kesehatan

pada pemulung di TPA sampah sehingga di masa yang akan datang akan ada

suatu program kesehatan yang dapat menjangkau para pemulung.

1.5.3. Bagi pemulung

Sebagai informasi dan sumbangan pemikiran bagi pemulung untuk

memperhatikan personal hygiene dan menambah pengetahuan para pemulung

tentang risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan sampah.

1.5.4. Ilmu pengetahuan

(33)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah

2.1.1. Pengertian Sampah

Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam container

yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau berbagai barang yang dibuang karena berlebihan (Sarudji dan Keman, 2010).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008, mengartikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia. Berdasarkan batasan-batasan tersebut menunjukkan bahwa sampah merupakan hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna (Adnani, 2011).

2.1.2. Jenis Sampah

Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), sampah padat dibagi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:

a. Sampah yang bersifat anorganik. Contohnya: logam-logam, pecahan gelas dan abu.

(34)

2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar:

a. Sampah yang mudah dibakar. Contohnya: kertas, karet, plastik, kain-kain dan kayu.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar. Contohnya: kaleng-kaleng, sisa-sisa potongan besi, gelas dan abu.

3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk:

a. Sampah-sampah yang tidak membusuk. Contohnya: plastik, kaleng-kaleng, pecahan gelas, karet dan abu.

b. Sampah-sampah yang mudah membusuk. Contohnya: potongan-potongan daging, sisa-sisa makanan, sisa-sisa daun-daunan, buah-buahan, kertas dan lain-lain.

2.1.3. Sumber Sampah

Menurut Chandra (2007), sampah berasal dari beberapa sumber yaitu sebagai berikut:

1. Permukiman penduduk

Sampah di suatu permukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering

(35)

2. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sisa makanan (garbage), sampah kering (rubbish), sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya.

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud yaitu tempat hiburan dan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan misalnya rumah sakit dan puskesmas, kompeks militer, gedung pertemuan, pantai tempat hiburan dan sarana pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan

Yang termasuk industri berat dan ringan yaitu industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau proses bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya. 5. Pertanian

(36)

2.1.4. Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah adalah suatu bidang kegiatan yang berkaitan dengan pengaturan terhadap sumber sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai, baik dari segi kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan berbagai pertimbangan lingkungan lainnya dengan memperhatikan sikap masyarakat (Sarudji dan Keman, 2010).

Menurut Adnani (2007), pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi pembatasan sumber sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:

1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan sifat sampah.

(37)

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.

3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah.

5. Proses akhir sampah dalam bentuk pengambilan sampah dan residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Menurut Suyono dan Budiman (2011), pengurangan sampah dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Reuse yaitu pemanfaatan kembali sampah secara langsung tanpa melalui proses daur ulang misalnya pengumpulan koran bekas, proses ini biasanya dilakukan oleh para pemulung.

2. Recycling (daur ulang) yaitu pemanfaatan bahan buangan untuk diproses kembali menjadi barang yang sama atau menjadi bentuk lain. Proses ini juga biasanya dilakukan oleh para pemulung.

(38)

untuk mengetahui perlakuan sampah-sampah tersebut sesuai fungsinya. Sampah yang berbahaya perlu penanganan secara khusus. Biasanya sampah berbahaya penanganannya disesuaikan Undang-Undang atau peraturan yang berlaku. Namun pada sampah yang tidak bisa diolah atau diproses secara khusus dibuang dengan cara

sanitary landfill. Akan tetapi kenyataan di lapangan yang terjadi adalah dilakukan dengan cara open dumping.

Menurut Chandra (2007), tahap pemusnahan sampah terdapat beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:

1. Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik, dalam metode ini pemusnahan dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis.

2. Incineration atau insenerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.

3. Composting yaitu pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh bakteri-bakteri tertentu, proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk.

(39)

5. Discharge to sewers yaitu sampah dihaluskan kemudian dimasukan kedalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif jika sistem pembuangan air limbah dilakukan dengan baik.

6. Dumping

Dumping yaitu sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau TPA sampah sampai sampah tersebut penuh dan pembuangan sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru (Chandra, 2007).

Dumping merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai di negara berkembang. Biasanya dimanfaatkan untuk menutup tanah, rawa dan jurang, sampah hanya dibuang dan ditumpuk saja tanpa penutupan. Sistem ini terbagi menjadi dua macam yaitu open dumping (penumpukan terbuka) dan sea dumping (penumpukan di laut), metode ini menimbulkan masalah pencemaran (Kusnoputranto dan Susanna, 2000).

2.1.5. Pengaruh Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan

(40)

dapat menjadi sarang kecoa seperti halnya dapat menyebarluaskan bibit penyakit (Machfoedz, 2008).

Binatang lain yang senang berkembang biak di dalam sampah padat atau yang bersembunyi di dalam sampah misalnya kelabang dan luwing yang dapat menyemprotkan cairan dari mulutnya sampai 75 cm, apabila cairan ini mengenai mata dapat mengakibatkan buta. Sampah padat yang bertumpuk di atas tanah yang lembab juga merupakan tempat yang baik bagi cacing-cacing tertentu yang bisa membahayakan kesehatan seperti halnya cacing cambuk dan cacing gelang (Machfoedz, 2008).

Menurut Adnani (2011), pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokan menjadi dua yaitu:

1. Pengaruh langsung

Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun, sampah yang bersifat korosif terhadap tubuh, sampah karsinogenik, teratogenik dan sebagainya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga dan sampah industri.

2. Pengaruh tidak langsung

(41)

dipakai sarang lalat, nyamuk dan tikus. Lalat merupakan vektor dari berbagai macam penyakit saluran pencernaan seperti diare, typus, kholera dan sebagainya. Nyamuk Aedes aegypty yang hidup dan berkembang biak di lingkungan yang pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng dengan genangan air), sedangkan tikus disamping merusak harta benda masyarakat juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pes dan leptospirosis serta penyakit bawaan sampah lainnya seperti keracunan gas metan (CH4), hidrogen sulfida (H2S) dan sebagainya.

Zat kimia yang dihasilkan sampah berupa gas hidrogen sulfida (H2S) yang terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri. Gas ini Tidak berwarna tetapi mempunyai ciri berbau khas seperti telur busuk dan merupakan jenis gas beracun. Gas ini bersifat iritan bagi paru-paru dan efek utamanya melumpuhkan pusat pernafasan. Efek fisik gas H2S terhadap manusia tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah lamanya seseorang berada di lingkungan paparan H2S, frekuensi seseorang terpapar, besarnya konsentrasi H2S dan daya tahan seseorang terhadap paparan H2S. Efek gas H2S berupa gejala sakit kepala atau pusing, batuk, sesak nafas, kulit terasa perih dan kehilangan kemampuan membau. Pada konsentrasi yang tinggi mengakibatkan kehilangan kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu 30-1 jam dan pada konsentrasi lebih dari 700 PPM kehilangan kesadaran dengan cepat dan berlanjut kematian (Anonimous, 2001).

(42)

Apabila secara tidak sengaja menghirup gas metan berakibat terjadinya ganggunan pernafasan, dalam konsentrasi yang tinggi dan berkepanjangan memiliki dampak buruk yaitu kematian. Gas metan apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kebakaran (Sukandarrumidi, 2006).

Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), pengelolaan sampah yang tidak baik memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan seperti:

1. Menyebabkan estetika lingkungan menjadi tidak indah dilihat akibat adanya tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat. 2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu

yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk sangat tinggi maka dapat menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat.

3. Adanya debu-debu dapat mengganggu mata dan pernafasan.

4. Risiko terjadinya kebakaran (baik sengaja maupun tidak) dan asap yang ditimbulkan dapat mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara. Selain itu berpotensi menyebabkan kebakaran yang luas dan membahayakan penduduk sekitar.

5. Risiko terjadinya pencemaran udara karena meningkatnya konsentrasi debu, asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.

(43)

dekomposisi biologis dari sampah yang berupa cairan organik dapat mencemari air permukaan ataupun air tanah menjadi dangkal.

7. Dihasilkannya asam organik dari sampah yang dibuang ke badan air serta kemungkinan timbulnya banjir akibat timbunan sampah yang berpotensi untuk menyebabkan kerusakan fasilitas masyarakat, antara lain kerusakan jalan, jembatan, saluran air, fasilitas saringan dan pengolahan air kotor.

Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut, keadaan lingkungan yang tidak bersih akan mengurangi daya tarik bagi orang lain terutama turis asing untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

2.2. Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan baik karena penyakit akut ataupun penyakit kronis (Saryono dan Widianti, 2011).

(44)

manusia. Sumber penyakit atau agent masuk kedalam tubuh melalui tiga cara yaitu sistem pernafasan, sistem pencernaan dan melalui permukaan kulit (Achmadi, 2008). 2.2.1. Sistem Pernafasan

Manusia menghirup udara dan oksigen yang di dalamnya terdapat debu, bakteri, virus, spora, jamur dan lain-lain. Sistem pernafasan berawal dari hidung, tenggorokan, bronkus, cabang-cabang bronkhioli hingga akhirnya alveoli dilengkapi dengan sistem pertahanan tubuh (Achmadi, 2011).

Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan dalam mengubah sumber energi menjadi energi serta membuang CO2 sebagai sisa metabolisme. Sistem pernafasan manusia terdiri atas beberapa organ yang dapat mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau penyakit yang dapat mengakibatkan terganggunya proses pernafasan. Penyebabnya bisa karena infeksi kuman, bakteri, virus, asap rokok, debu atau polutan udara. Tingkat polusi yang tinggi akan menyebabkan banyak sekali gangguan pernafasan (Budiono, 2011).

(45)

Menurut Somantri (2009), pernafasan pada manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini:

1. Lingkungan

Pada lingkungan yang panas terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan darah mengalir ke kulit sehingga akan meningkatkan jumlah kehilangan panas dari permukaan tubuh.

2. Aktivitas dan istirahat

Latihan atau kegiatan akan meningkatkan laju respirasi dan menyebabkan peningkatan suplai serta kebutuhan oksigen dalam tubuh.

3. Kesehatan

Seorang yang sehat sistem pernafasan secara normal menyediakan oksigen bagi kebutuhan tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat mempengaruhi oksigenasi dalam darah.

4. Gaya hidup

Orang yang perokok atau terpapar polusi udara dapat mengindikasikan adanya gangguan paru-paru.

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan sistem pernafasan adalah sebagai berikut:

1. Batuk

(46)

tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Batuk dapat dibedakan dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronik. Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari berturut-turut disebut batuk kronik atau batuk kronik berulang (Zein, 2010).

Gangguan pernafasan harus tetap diwaspadai karena dapat berupa gejala penyakit yang lebih serius. Adanya batuk terus-menerus, dahak bercampur darah, dan timbul rasa sakit atau nyeri dada merupakan gejala yang mengarah ke penyakit kanker paru-paru (Budiono, 2011).

2. Nyeri dada

Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan yang berfungsi menukar oksigen dalam sistem karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin, proses ini dikenal sebagai respirasi atau pernafasan. Seseorang yang tinggal di lingkungan dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi lebih rentan mengalami gangguan pernafasan (Budiono, 2011).

(47)

Nyeri dada yang berkaitan dengan paru, nyeri terasa tajam dan menusuk. Sedangkan nyeri yang berkaitan dengan jantung biasanya dimulai dari daerah dada bagian tengah kemudian menyebar ke bagian leher dan dagu. Rasa nyeri tersebut dapat pula menjalar ke bahu hingga ke lengan kiri bagian dalam. Nyeri dada juga dapat disebabkan gangguan pada oesophagus dan lambung. Nyeri biasanya berasal dari ulu hati yang kemudian dirasakan di dada bagian dalam dan disertai adanya mual dan muntah (Anonimous, 2003).

3. Sesak Nafas

Sesak nafas adalah suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi subjektif merasakan ketidaknyamanan bernafas yang terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor fisiologi, psikologi, sosial dan lingkungan. Sesak nafas biasanya disertai dengan keluhan batuk dan nyeri dada (Zein, 2010).

(48)

2.2.2. Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan sangat penting dalam menunjang kesehatan, sistem pencernaan memproses apa yang kita makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi dan energi untuk berfungsi dengan baik. Sistem pencernaan meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar hingga anus. Penyakit dan gangguan sistem pencernaan bervariasi, namun biasanya memiliki gejala yang serupa lalu mengarah ke salah satu jenis penyakit. Perlu diwaspadai apabila buang air besar yang disertai adanya darah karena merupakan salah satu gejala penyakit yang lebih serius (Shanty, 2011).

Diare adalah gangguan yang terjadi ketika adanya perubahan konsistensi feses dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare ababila feses cair dan buang air besar tiga kali atau lebih. Diare disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit dan protozoa. Diare dapat mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di negara berkembang dan erat hubungannya dengan lingkungan yang tidak higienis (Depkes RI, 2009).

Menurut Depkes RI (2006), penularan diare dapat terjadi melalui air yang terkontaminasi bakteri, melalui vektor penyakit, melalui tangan yang kontak dengan bakteri dan melalui tanah yang terkontaminasi. Faktor risiko yang paling dominan menimbulkan diare adalah:

(49)

kualitas jumlah air yang digunakan oleh masyarakat, kuantitas air serta sumber air bersih yang digunakan.

2. Pembuangan kotoran, berupa jamban yang digunakan oleh masyarakat yang memenuhi syarat antara lain kotoran manusia tidak mencemari lingkungan, tidak mencemari air dan tanah, tidak terjamah oleh manusia dan vektor.

3. Pembuangan air limbah yang berasal dari industri dan rumah tangga.

4. Pembuangan sampah apabila pengelolaan sampah tidak memenuhi persyaratan. 2.2.3. Penyakit Kulit

Menurut Sitorus (2008), penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Beberapa penyebab penyakit kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia, sinar matahari, virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptes scabiei).

1. Gatal-gatal

(50)

a. Kulit berkeringat, gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila kulit berkeringat. Gatal-gatal juga dapat timbul karena kulit terkena benda plastik terlalu lama atau terkena kain sintesis.

b. Pakaian, bila gatal-gatal disebabkan oleh pakaian atau sejenisnya dianjurkan untuk menjaga kebersihan pakaian atau segera mengganti pakaian. Pakaian yang kotor akan disenangi oleh bakteri yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan. c. Alergi, beberapa kasus gatal-gatal disebabkan oleh alergi. Walaupun bukan

merupakan faktor dominan, namun hal ini tidak dapat dibiarkan. Alergi dapat terjadi karena terhirup debu, bulu hewan dan pakaian.

Upaya yang penting dalam pencegahan adalah pola hidup yang baik. Pengobatan akan sia-sia diberikan apabila tidak disertai dengan menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan, kaki atau mandi secara teratur dua kali sehari (Sitorus, 2008).

2. Kulit kemerahan

(51)

2.3. Pemulung dan Keluhan Kesehatan

Pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencari barang yang sudah tidak dipakai lagi. Orang yang bekerja dalam proses pemulungan atau sebagai pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pencari sampah. Masyarakat pemulung adalah sebuah komunitas yang unik dan berbeda dengan masyarakat umum lainnya (Damanhuri dan Padmi, 2010).

Faktor risiko terganggunya kesehatan pemulung pada umumnya seringkali ditemukan keluhan sakit perut, sakit kepala dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Sakit perut yang diderita diduga disebabkan pencemaran bakteri sampah pada makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pemulung. Sedangkan sakit kepala disebabkan oleh terhirupnya gas metan dan bau busuk yang mencemarai TPA yang timbul akibat proses pembusukan sampah (Sinaga, 2008).

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Kesehatan

(52)

2.4.1. Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya serta suasana yang terbantuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut (Soemirat, 2009).

[image:52.612.115.521.394.578.2]

Menurut Mulia (2005), lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia jika manusia tersebut terpapar (exposed) dengan lingkungan yang tercemar terutama pada tingkat yang tidak dapat ditoleransi keberadaannya. Pada dasarnya pemaparan faktor-faktor lingkungan tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 2.1. Mekanisme Pemaparan Faktor-Faktor Lingkungan (Moeler, 1992 dalam Mulia).

Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor

Saluran pernafasan Kulit

Saluran pencernaan saluran pencernaan

Saluran pencernaan kulit Makanan

air

udara

(53)

fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008).

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) adalah suatu area yang menampung sampah hasil pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun langsung dari sumbernya (bak atau tong sampah) dengan tujuan untuk mengurangi permasalahan kapasitas atau timbunan sampah yang ada di masyarakat umumnya. Sebenarnya setelah sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat mengurangi permasalahan yang ada di masyarakat, namun permasalahan baru akan terjadi di tempat pembuangan akhir yang pada akhirnya juga akan merugikan masyarakat. Permasalahan akan terjadi apabila proses yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini dianggap sudah selesai dengan cara open dumping

(dibuang pada areal atau lahan terbuka dan dibiarkan berproses sendiri) tanpa ada proses lebih lanjut. Sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan memberikan dampak, baik dari segi estetika maupun gangguan lain seperti pencemaran lingkungan dan terjadinya gangguan kesehatan serta bencana atau kecelakaan (Suyono dan Budiman, 2010).

(54)

1. Paparan terhadap cahaya matahari

Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Sumber cahaya berasal dari pencahayaan buatan seperti lampu pijar dan lampu pelepasan listrik dan pencahayaan alam yang bersumber dari sinar matahari. Sinar matahari adalah suatu pajanan penting bagi orang yang bekerja di lingkungan terbuka atau di luar gedung (Subaris dan Haryono, 2008).

Menurut Achmadi (2011), dalam pengertian umum sinar matahari adalah sekumpulan gelombang (spektrum) elektromagnetik dengan berbagai ragam panjang gelombang dan frekuensi. Sinar matahari merupakan pancaran radiasi dari matahari atau solar radiation. Bumi memiliki atmosfer yang bisa berfungsi sebagai filter, agar sinar matahari tidak secara utuh mengenai permukaan bumi terutama sinar matahari yang mengandung ultraviolet.

(55)

terbakar, serta merusak sel-sel kulit. Akibatnya, mekanisme regenerasi sel-sel akan rusak. Apabila kulit terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam intensitas yang cukup tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit dini) di samping pengaruh faktor lain seperti polusi dan asap rokok (Moeljosoedarmo, 2008).

Dampak tidak langsung dari sinar matahari yang paling banyak terjadi adalah kanker kulit. Penduduk yang memiliki kulit berwarna lebih tahan terhadap bahaya kanker kulit dibanding penduduk kulit putih. Perilaku pemajanan mempengaruhi distribusi dan kejadian penyakit kanker (Achmadi, 2011).

Tenaga kerja di luar gedung memiliki risiko yang tinggi untuk mendapatkan efek dari sinar matahari namun ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk melindungi kulit agar tidak terasa panas, terbakar, kemerahan atau berwarna coklat yaitu menggunakan pelindung seperti menggunakan krim pelindung cahaya matahari maupun menggunakan pakaian yang tepat seperti memakai baju lengan panjang, celana panjang, topi dengan penutup leher, menggunakan kacamata gelas atau kacamata plastik dan membatasi waktu pemaparan (Moeljosoedarmo, 2008).

2. Paparan terhadap bau-bauan

(56)

yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman (Sedarmayanti, 2009).

Hubungan bau-bauan dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja. Bau-bauan merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga menggambarkan hygiene (kebersihan) lingkungan pada umumnya. Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklarifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada, sehingga pengukurannya masih bersifat subjektif. Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa karena telah terjadi penyesuaian. Penyesuaian penciuman apabila indra penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus. Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar (Notoatmodjo, 2003).

(57)

3. Kontak dengan vektor

Vektor adalah jenis serangga yang dapat memindahkan atau menularkan suatu penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan

(susceptible host). Binatang pengganggu umumnya merupakan binatang mengerat yang dapat merusak tanaman, harta benda, makanan dan yang lebih penting lagi dapat merusak induk semang (host) bagi beberapa penyakit tertentu. Induk semang adalah suatu media yang paling baik untuk hidup dan berkembang biaknya bibit penyakit menular di dalam tubuh host tersebut kemudian setelah dewasa atau matang akan menularkan kepada host lain melalui gigitan, sengatan, sekresi atau kotoran dari host

terifeksi tersebut (Suyono dan Budiman, 2010). a. Nyamuk

Nyamuk adalah vektor mekanis penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus. Jenis nyamuk terdiri dari nyamuk Anopheles, Culicini (nyamuk Culex dan Aedes) dan Aedes aegypti. Beberapa jenis penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yaitu malaria, filariasis, demam kuning, Dengue Haemoragic Fever (DHF), cikungunya dan encephalitis (Chandra, 2006).

Sesuai siklus hidupnya nyamuk hidup nyamuk harus dekat dengan air,

(58)

b. Lalat

Lalat merupakan vektor mekanis bakteri patogen, protozoa, dan telur serta larva cacing. Keberadaan lalat erat hubungannya dengan sampah, oleh karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Sampah yang mudah membusuk merupakan media tempat berkembangbiaknya lalat terutama sampah organik yang mudah membusuk, baunya merangsang lalat untuk hinggap. Lalat sering kali memuntahkan makanannya, oleh sebab itu kemungkinan terjadinya penularan penyakit dapat melalui aktivitas memuntahkan makanan dan disamping itu bulu-bulu kaki lalat sanggup membawa jutaan kuman berbahaya (Sarudji dan Keman, 2010).

Luasnya penularan penyakit yang disebabkan oleh lalat di alam sulit ditentukan. Lalat dipandang sebagai vektor penyakit tifus abdominalis, salmonellosis, kolera, disentri basiler, amoeba, tuberkulosis, antrak, frambusia, konjungtivitis dan lainnya (Chandra, 2006).

c. Binatang pengerat (rodent)

(59)

1. Penyakit pes

Penyakit pes mulanya adalah penyakit tikus dan pinjalnya yang disebabkan oleh Yersinia pestis. Vektor ini menjadi inefektif setelah menggigit binatang yang darahnya mengandung penyebab penyakit pes. Bakteri tumbuh dan terdapat dalam saluran makanan pinjal itu sendiri sehingga hal ini akan membahayakan siapa saja yang digigit karena darah yang dihisap sebagian masuk melalui luka gigitannya sambil membawa Yersinia pestis.

2. Murine typhus

Murine typhus ditularkan dari tikus ke manusia oleh Xenopsylla cheopsis

(kutu tikus). Pinjal yang telah menggigit tikus yang menderita Murine typhus

adalah pinjal yang infeksius. Pinjal infeksius bila menggigit manusia pada waktu menghisap darah pinjal yang infeksius ini berdefekasi. Kotoran pinjal masuk kedalam saluran darah melalui luka gigitan atau luka bekas di garuk atau luka oleh sebab lainnya.

3. Leptospirosis

Seseorang terinfeksi penyakit ini karena kontak dengan air atau makanan yang terkontaminasi oleh kotoran atau urin tikus. Disamping itu penularan juga dapat melalui luka gigitan tikus yang menderita penyakit tersebut. 4. Salmonela

(60)

makanan yang terkontaminasi oleh kotoran tikus yang mengandung salmonela.

d. Kecoa

Kecoa sebagai vektor penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan melalui makanan atau penyakit saluran pencernaan. Kecoa dapat beradaptasi dengan ekologi manusia dengan baik. Kecoa hidup pada saluran air kotor, toilet bagian luar, pepohonan atau di lingkungan dapur dan juga kamar mandi. Karena sifatnya ini kecoa dapat berperan sebagai carrier dari penyakit diare, disentri, typoid dan polio (Sarudji dan Keman, 2010).

2.4.2. Zat Kimia

Sampah yang mudah membusuk memerlukan pengelolaan yang cepat, baik dalam pengumpulan maupun pembuangannya karena pembusukan sampah akan menghasilkan zat kimia berupa gas. Gas yang dihasilkan oleh sampah adalah:

1. Hidrogen sulfida (H2S)

(61)

merupakan sarang penyebar penyakit atau sarang berkembang biaknya penyakit (Sukandarrumidi, 2006).

Menurut Soemirat (2009), hidrogen sulfida lebih berat daripada udara sehingga H2S sering terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah. Hidrogen sulfida bersifat iritan bagi paru-paru dan digolongkan ke dalam asphyixiant. Aspiksia adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas karbondioksida. Aspiksia terjadi apabila konsentrasi gas pencemar tinggi sehingga bersifat akut karena efek utama H2S adalah melumpuhkan pusat pernafasan sehingga pada konsentra

Gambar

Gambar 2.1.  Mekanisme Pemaparan Faktor-Faktor Lingkungan (Moeler, 1992 dalam Mulia).
Gambar 2.2.  Faktor
Gambar 2.3. Kerangka Teori 1
Gambar 2.4. Kerangka Teori 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Sebaran Spesies Nematoda

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Sebaran Spesies Nematoda

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah, inayah dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang berjudul

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi dengan judul

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan mengharapkan ridho yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tesis yang berjudul

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, petunjuk, dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “DAMPAK

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan tesis yang berjudul: