PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG
MANIS (Zea mays sacharata Sturt.) PADA BERBAGAI
KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK
SKRIPSI
OLEH :
MHD SADLI NASUTION 060301029
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG
MANIS (Zea mays sacharata Sturt.) PADA BERBAGAI
KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK
SKRIPSI
OLEH :
MHD SADLI NASUTION 060301029/AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt pada berbagai kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik Nama : Mhd Sadli Nasution
NIM : 060301029
Departemen : Budidaya Pertanian Program studi : Agronomi
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS. Ketua
Ferry Ezra Sitepu, SP., MP. Anggota
Mengetahui,
Ir. T. Sabrina, M. Agr., Sc., Ph.D Ketua Departemen Agroekoteknologi
ABSTRAK
MHD SADLI NASUTION: Pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik., dibimbing oleh HAPSOH dan FERRY EZRA SITEPU.
Kondisi lahan pertanian sekarang ini cukup memprihatinkan dimana tidak sedikit tanah pertanian yang sudah rusak oleh karena penggunaan lahan dan pupuk kimia secara terus menerus yang menyebabkan produktivitasnya juga menurun. Pemberian pupuk kimia harus diimbangin dengan pemberian pupuk organik. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah kandungan bahan organik tanah yang semakin lama semakin berkurang. Tanah yang kandungan bahan organiknya rendah akan berkurang kemampuannya mengikat pupuk kimia sehingga efisiensinya juga akan menurun. Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, Guano, night soil, tepung tulang tepung ikan, tepung dara dan kascing. Kascing adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan yang dilakukan oleh cacing tanah yang berupa campuran kotoran cacing tanah dengan sisa-sisa media atau pakan selama budidaya cacing tersebut. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2011 menggunakan rancang acak kelompok non faktorial dengan 6 perlakuan, yaitu K1: pupuk kascing 100% (80 g/tanaman); K2: pupuk kascing 75% (60 g/tanaman) + pupuk N, P, K 25% (0,25 g/tanaman urea, 0,12 g/tanaman TSP, 0,12 g/tanaman KCL); K3: pupuk kascing 50% (40 g/tanaman) + pupuk N, P, K 50% (0,5 g/tanaman urea, 0,25 g/tanaman TSP, 0,25 g/tanaman KCL); K4: pupuk kascing 25% (20 g/tanamn) + pupuk N, P, K 75% (0,75 g/tanaamn urea, 0,35 g/tanaman TSP, 0,35 g/tanaman KCL); K5: pupuk N, P, K 100% (1 g/tanaman urea, 0,50 g/tanaman TSP, 0,5o g/tanaamn KCL); K6: kompos pembanding 100% (80 g/tanaman) / kascing + (5% Rock Phosphat). Parameter yang diamti adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas daun (cm2), umur berbunga (hari), umur panen (hari), bobot basah akar (g), bobot basah batang atas (g), bobot kering akar (g), bobot kering batang atas (g), panjang tongkol (cm), produksi per sampel (g), produksi per plot (g).
Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata terhadap semua parameter terkecuali luas daun bendera, umur berbungan dan umur panen.
Kata kunci: jagung, pupuk organik, kascing
ABSTRACT
MHD SADLI NASUTION: Growth and production of sweet corn at the some combination of organic and anorganic fertilize, supervised by HAPSOH and FERRY EZRA SITEPU.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Perdagangan pada tanggal 16 Mei 1988 dari ayah
Drs. Syafruddin Nasution, dan ibu N Lubis. Penulis merupakan putra sulung
dari empat bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Pematang Sianatar dan
pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universita Sumatera Utara
melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis memilih program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten
Laboratorium Dasar Agronomi (2010-2011) dan juga anggota Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul ”Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik.”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua yang telah banyak memberi dukungan kepada penulis baik
moril maupun materil. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada
Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS., sebagai ketua komisi pembimbing dan
Ferry Ezra Sitepu, SP., MP., sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
memberi banyak saran dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini. Serta kepada sdri Femmy Kusuma Wardhani yang membantu
penulis.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di departemen Budidaya Pertanian, serta semua
teman-teman angkatan 2006 program studi Agronomi dan adik-adik angkatan 2010
program studi Agroekoteknologi yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Penulis
Diameter batang (cm) ... 15
Luas daun bendera (cm2) ... 15
Umur berbunga (hari) ... 15
Umur panen (hari) ... 15
Bobot basah akar (g) ... 16
Bobot basah batang atas (g) ... 16
Bobot kering akar (g) ... 16
Bobot kering batang atas (g) ... 16
Panjang tongkol (cm) ... 16
Produksi per sampel (g) ... 16
Produksi per plot (g) ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17
Pembahasan ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34
Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
LAMPIRAN ... 37
DAFTAR TABEL
NO. Hal.
1. Rataan tinggi tanaman jagung 2, 4, 6 MST(cm) ... 17
2. Rataan diameter batang jagung 2, 4, 6 MST (batang) ... 20
3. Rataan luas daun jagung (cm2) ... 21
4. Rataan umur berbunga jagung (hari) ... 22
5. Rataan umur panen jagung (hari) ... 22
6. Rataan bobot basah akar jagung (g) ... 23
7. Rataan bobot basah batang atas jagung (g) ... 24
8. Rataan bobot kering akar jagung (g) ... 25
9. Rataan bobot kering batang atas jagung (g) ... 26
10. Rataan panjang tongkol jagung (g) ... 27
11. Rataan produksi jagung per sampel (g) ... 28
DAFTAR GAMBAR
NO. Hal.
1. Histogram tinggi tanaman jagung 2 MST ... 18
2. Histogram tinggi tanaman jagung 4 MST ... 18
3. Histogram tinggi tanaman jagung 6 MST ... 19
4. Histogram diameter batang jagung 2 MST ... 20
5. Histogram diameter batang jagung 4 MST ... 20
6. Histogram diameter batang jagung 6 MST ... 21
7. Histogram bobot basah akar jagung ... 24
8. Histogram bobot basah batang atas jagung ... 25
9. Histogram bobot kering akar jagung ... 26
10. Histogram bobot kering batang atas jagung ... 27
11. Histogram panjang tongkol jagung ... 28
12. Histogram produksi jagung per sampel ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
NO. Hal.
1. Deskripsi jagung varietas sweet boy ... 37
2. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 2 MST (cm) ... 38
3. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 2 MST ... 38
4. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 4 MST (cm) ... 38
5. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 4 MST ... 38
6. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 6 MST (cm) ... 39
7. Sidik ragan tinggi tanaman jagung 6 MST ... 39
8. Data pengamatan diameter batang jagung 2 MST (cm) ... 39
9. Sidik ragam diameter batang jagung 2 MST ... 39
10. Data pengamatan diameter batang jagung 4 MST (cm) ... 40
11. Sidik ragam diameter batang jagung 4 MST ... 40
12. Data pengamatan diameter batang jagung 6 MST (cm) ... 40
13. Sidik ragam diameter batang jagung 6 MST ... 40
14. Data pengamatan luas daun jagung (cm2) ... 41
15. Sidik ragam luas daun jagung ... 41
16. Data pengamatan umur berbunga jagung (hari) ... 41
17. Sidik ragam umur berbunga jagung ... 41
18. Data pengamatan umur panen jagung (hari) ... 42
19. Sidik ragam umur panen jagung ... 42
20. Data pengamatan bobot basah akar jagung (g) ... 42
21. Sidik ragam bobot basah akar jagung ... 42
23. Sidik ragam bobot basah batang atas jagung ... 43
24. Data pengamatan bobot kering akar jagung (g) ... 43
25. Sidik ragam bobot basah kering akar jagung ... 43
26. Data pengamatan bobot kering batang atas jagung (g) ... 44
27. Sidik ragam bobot kering batang atas jagung ... 44
28. Data pengamatan panjang tongkol (cm) ... 44
29. Sidik ragam panjang tongkol ... 44
30. Data pengamatan produksi per sampel (g) ... 45
31. Sidik ragam produksi per sampel ... 45
32. Data pengamatan produksi per plot (g) ... 45
33. Sidik ragam produksi per plot ... 45
34. Perhitungan pupuk ... 46
35. Foto lahan peneltian ... 47
ABSTRAK
MHD SADLI NASUTION: Pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik., dibimbing oleh HAPSOH dan FERRY EZRA SITEPU.
Kondisi lahan pertanian sekarang ini cukup memprihatinkan dimana tidak sedikit tanah pertanian yang sudah rusak oleh karena penggunaan lahan dan pupuk kimia secara terus menerus yang menyebabkan produktivitasnya juga menurun. Pemberian pupuk kimia harus diimbangin dengan pemberian pupuk organik. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah kandungan bahan organik tanah yang semakin lama semakin berkurang. Tanah yang kandungan bahan organiknya rendah akan berkurang kemampuannya mengikat pupuk kimia sehingga efisiensinya juga akan menurun. Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, Guano, night soil, tepung tulang tepung ikan, tepung dara dan kascing. Kascing adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan yang dilakukan oleh cacing tanah yang berupa campuran kotoran cacing tanah dengan sisa-sisa media atau pakan selama budidaya cacing tersebut. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2011 menggunakan rancang acak kelompok non faktorial dengan 6 perlakuan, yaitu K1: pupuk kascing 100% (80 g/tanaman); K2: pupuk kascing 75% (60 g/tanaman) + pupuk N, P, K 25% (0,25 g/tanaman urea, 0,12 g/tanaman TSP, 0,12 g/tanaman KCL); K3: pupuk kascing 50% (40 g/tanaman) + pupuk N, P, K 50% (0,5 g/tanaman urea, 0,25 g/tanaman TSP, 0,25 g/tanaman KCL); K4: pupuk kascing 25% (20 g/tanamn) + pupuk N, P, K 75% (0,75 g/tanaamn urea, 0,35 g/tanaman TSP, 0,35 g/tanaman KCL); K5: pupuk N, P, K 100% (1 g/tanaman urea, 0,50 g/tanaman TSP, 0,5o g/tanaamn KCL); K6: kompos pembanding 100% (80 g/tanaman) / kascing + (5% Rock Phosphat). Parameter yang diamti adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas daun (cm2), umur berbunga (hari), umur panen (hari), bobot basah akar (g), bobot basah batang atas (g), bobot kering akar (g), bobot kering batang atas (g), panjang tongkol (cm), produksi per sampel (g), produksi per plot (g).
Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata terhadap semua parameter terkecuali luas daun bendera, umur berbungan dan umur panen.
Kata kunci: jagung, pupuk organik, kascing
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung manis adalah sayuran yang disukai karena rasanya enak, kandungan
karbohidrat, protein, vitamin serta kadar gulanya relatif tinggi tetapi kandungan
lemaknya rendah. Selain untuk sayuran, jagung manis dikonsumsi setelah direbus atau
dibakar (Iskandar, 2008).
Kondisi lahan pertanian saat ini cukup memprihatinkan dimana tidak
sedikit tanah pertanian yang sudah rusak oleh karena penggunaan lahan dan
pupuk kimia secara terus-menerus yang menyebabkan produktivitas jagung
menurun. Penberian pupuk kimia harus diimbangi dengan pemberian pupuk
organik. Pupuk kimia berperan menyediakan nutrisi dalam jumlah yang besar
bagi tanaman, sedangkan bahan organik cenderung berperan menjaga fungsi
tanah agar unsur hara dalam tanah mudah di manfaatkan oleh tanaman untuk
menyerap unsur hara yang disediakan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia
dan bahan organik secara seimbang akan meningkatkan produktivitas tanah
sehingga mendukung pertumbuhan tanaman jagung (Indriani, 2004)
Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah, kandungan bahan organik
dalam tanah semakin lama semakin berkurang, bahan organik sering disebut
sebagai bahan penyangga tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik
rendah akan berkurang kemampuannya mengikat pupuk kimia sehingga
efisiensinya menurun akibat sebagian besar pupuk hilang melalui pencucian,
Pupuk organik mempunyai beberapa keunggulan, yaitu dapat
meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah, memperbaiki struktur
tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas
kehidupan biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah.
Pupuk organik mengandung asam humus yang membantu membebaskan
unsur-unsur yang terikat, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Pupuk organik
terdiri pupuk kandang, pupuk kascing, pupuk hijau, guano, night soil, tepung
tulang, tepung ikan dan tepung darah (Hasibuan, 2006).
Kascing adalah kompos yang di peroleh dari hasil perombakan
bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Kascing merupakan
campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media atau pakan dalam budidaya
cacing tanah.Oleh karena itu kascing merupakan pupuk organik yang ramah
lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos
lain yang kita kenal selama ini (http:vermikompos.com, 2010).
Kandungan nutrisi kascing (N, P dan K) dapat mencapai dua kali lipat
dibandingkan dengan kompos (kotoran ayam dankotoran kerbau) dan kascing
juga lebih kaya akan zat pengatur tumbuh (ZPT) tanaman dan mikroba tanah.
Keseluruhan kandungan bahan-bahan kascing,kimiawi maupun hayati
membuat jumlah nutrisi yang tersedia dan dapat diserap tanaman jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kompos biasa (http://mygreenfarm.com, 2010).
Aktivitas cacing tanah ini secara konstan dapat meningkatkan pH pada
tanah asam.Ini karena, cacing dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk
kalsium karbonat (CACO3) atau dolomite pada lapisan di bawah permukaan
tanah.Cacing juga dapat menurunkan pH pada tanah yang berkadar garam
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi jagung manis
(Zea mays saccharata Sturt.) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan
anorganik.
Hipotesa Penelitian
Kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai bahan informasi bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah
perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku
pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini
merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat. Akar
penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan
membantu penyerapan hara. Akar ini tumbuh di atas permukaan tanah,
tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke
tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Batang jagung manis berbantuk padat (solid). Batang mempunyai jumlah
ruas antara 8-21 ruas tetapi pada umumnya 14 ruas. Tinggi batang bergantung
pada varietasnya, yang normal antara 2-3 meter. Penampang batang 2-3 cm,
dimana kelopak daun membungkus batang (Tobing, dkk, 1995).
Daun memiliki lebar agak seragam dan tulang daunnya terlihat
jelas dengan banyak tulang daun kecil sejajar dengan panjang daun.
Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat panjang
batang utama. Lembar daun berselang-seling dan bentuknya seperti rumput
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jagung manis memiliki bunga jantan dan betina yang terpisah dalam
satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga
dari suku poaceae yang disebut floret. Pada jagung manis, dua floret dibatasi
karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku diantara
batang dan pelepah daun. Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2-5
hari lebih awal dari bunga betinanya (protandri)
Biji jagung letaknya teratur, berbaris pada tongkol sesuai dengan
letakbunga. Biji dibungkus oleh perikarp yang terdiri dari embrio dan
endosperm. Embrio terdiri dari plumula, radikula, dan skutellum. Bentuk biji
ada yang bulat,berbentuk gigi sesuai dengan varietasnya. Warna biji bervariasi
antara lain kuning, putih, merah/orange dan merah hampir hitam (Tobing, dkk,
1995).
Kandungan gizi jagung manis menurut
pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi jagung manis
No Zat Gizi (Tiap 100 g bahan) Jagung manis
1. Energi (cal) 96.0
2. Protein (g) 3.5
3. Lemak (g) 1.0
4. Karbohidrat (g) 22.8
5. Kalsium (mg) 3.0
6. Fosfor (mg) 11.1
7. Besi (mg) 0.7
8. Vitamin A (SI) 400
9. Vitamin B (mg) 0.15
10. Vitamin C (mg) 12.0
Syarat Tumbuh
Iklim
Walaupun asal tanaman jagung manis berada di daerah tropis tetapi
karena banyak sekali tipe-tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya sehingga
jagung manis dapat menyebar luas dan dapat tumbuh baik pada berbagai iklim
(Tobing, dkk, 1995).
Untuk pertumbuhannya tanaman jagung Manis dapat hidup baik pada suhu
antara 26,5 - 29,50C. Bila suhu diatas 29,50C maka air tanah cepat menguap
sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Sedangkan suhu
dibawah 16, 50C akan mengurangi kegiatan respirasi (Irfan, 1999).
Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar 250-500
mm pertahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka yang di atas akan
menurunkan produksi. Air banyak dibutuhkan pada waktu perkecambahan dan
setelah berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan
vegetatif dibanding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai
kuning, air tidak diperlukan lagi. Idealnya tanaman jagung manis
membutuhkan curah hujan 100-125 mm perbulan dengan distribusi merata
(Tobing, dkk, 1995).
Kekurangan air dalam waktu singkat pada umumnya dapat di toleransi
dan hanya berpengaruh kecil terhadap perkembangan biji. Namun, kekurangan
air yang berkepanjangan setelah penyerbukan dapat secara nyata menurunkan
bobot kering biji. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan biji sebagian disokong
oleh mobilisasi asimilat yang tersimpan di batang (Rubatzky dan Yamaguchi,
Tanaman jagung manis menghendaki penyinaran sinar matahari yang
penuh. Di tempat-tempat yang teduh, pertumbuhan jagung manis akan merana
dan tidak mampu membentuk tongkol (Najiyati dan Danarti, 1995).
Tanah
Jagung manis dapat tumbuh pada beragam jenis tanah, sehingga hal
utama yang menyebabkan produksi tidak baik pada pertanaman di daerah
tropis adalah produktivitas tanah yang rendah. Untuk meingkatkan produksi
dapat dilakukan dengan pembukaan areal baru (Leagreid, et all, 1999).
Pada tanah berpasir, tanaman jagung manis hibrida bisa tumbuh dengan
baik dengan syarat kandungan unsur hara tersedia dan mencukupi. Pada tanah
berat atau sangat berat, misalnya tanah grumosol, jagung manis hibrida masih
dapat tumbuh dengan baik dengan syarat tata air (drainase) dan tata udara
(aerasi) diperhatikan. Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami jagung
manis hibrida adalah tanah lempung berdebu, lempung berpasir atau lempung
(Warisno, 1998).
Tanaman jagung manis tidak membutuhkan persyaratan yang khusus
karena tanaman ini dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah bila tanah
tersebut subur, gembur, kaya akan bahan organik dan drainase maupun aerase
baik. Jagung manis dapat tumbuh pada semua jenis tanah , dengan syarat
drainase baik serta persediaan humus dan pupuk tercukupi. Keasaman tanah
Pupuk Kascing
Kascing adalah kotoran atau feses cacing tanah.Istilah lain dari cascing adalah
atau kasting dan vermicast atau vermicompost.Kascing mengandung unsure hara yang
lengkap,baik unsure makro maupun mikro,yang berguna bagi pertumbuhan tanaman
(Agritekno.com, 2010).
Penggunaan kompos dapat memberikan beberapa manfaat yaitu
menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan
tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase
dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar
tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah (Isnaini, 2006).
Hasil dari vermincomposting disebut dengan vermikompos (kascing).
Vermikompos mengandung nitrogen; fosfor; mineral; hormon auksin, giberelin dan
sitokinin; serta beberapa enzim protease, lipase, selulase dan kitinase yang cukup
tinggi. Jenis cacing tanah yang biasa digunakan pada pembutan kompos adalah
Lumbricus rubellus. Cascing jenis ini dapat hidup dalam populasi yang padat.
Lumbricus rubellus sering ditemukan di bawah timbunan dedaunan atau timbunan
kotoran ternak. Cacing ini tidak hidup jauh di dalam tanah seperti jenis cacing
lainnya, tetapi lebih sering hidup di lapisan yang mendekati permukaan tanah
(Djuarnani,dkk,2005).
Menurut (2010) kascing memiliki beberapa
keunggulan, yaitu:
1. Kascing mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P,
K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang
digunakan.Kascing merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah.Dengan adanya
menguraikan bahan organik dengan lebih cepat.Oleh karena itu selain dapat
meningktkan kesuburan tanah,kascing juga dapat membantu proses penghancuran
limbah organik.
2. Kascing berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu
menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan
pH tanah.
3. Kascing mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%.Hal ini karena
struktur kascing yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan
menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.
4. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut.Cacing tanah
berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. Yaitu dengan
bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut
terdapat di dalam kascing sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk
dibawa ke seluruh bagian tanaman.
Kascing berasal dari kotoran hewan yang diurai oleh cacing. Cacing akan
memakan habis seluruh kotoran yang tersedia. Lumbricus rebellus mampu
meningkatkan kadar unsur hara pada kotoran sapi jauh melebihi hasil penguraian
dengan bakteri. Sebagai contoh hasil uji lab kadar N sebesar 1,79% jauh dibandingkan
dengan kompos yang hanya 0,09%. Kascing juga mempunya kelebihan lain yaitu
kandungan hormon dan antibiotik. Kedua kandungan ini berasal dari tubuh cacing.
Hormon dalam kascing sangan baik dalam pertumbuhan tanaman (Agritekno.com,
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu
Penelitian direncanakan dilahan Fakulktas Pertanian Universitas Sumatera
Utara dengan ketinggian ± 25 meter diatas di atas permukan laut. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2011.
Bahan dan alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung
Varietas Sweet Boy (Lampiran 1), pupuk kascing, pupuk rock phosphate, top soil,
pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, insektisida Decis 2 cc/l, fungsida Dithane M-45
2 cc/l, polibeg 10 kg.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini adalah Leaf
Area meter (LAM), cangkul, gembor, meteran, handsprayer, kalkulator, timbangan
analitik.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)
dengan 6 perlakuan 4 ulangan. Sebagai perlakuan adalah dosis pupuk kascing,
pupuk N,P,K dengan 5 taraf, yaitu :
K1 : pupuk kascing 100% (80 g/tanaman)
K2 : pupuk kascing 75% (60 g/tanaman) + pupuk N,P,K 25% (0,25
g/tanaman Urea, 0,12 g/tanaman TSP,0,12 g/tanaman KCl
K3 : pupuk kascing 50% ( 40 g /tanaman) + pupuk N,P,K 50% (0,50
K4 : pupuk kascing 25% (20 g/tanaman) + pupuk N,P,K 75% (0,75
g/tanaman Urea, 0,35 g/tanaman TSP, 0,35 g/tanaman KCl
K5 : pupuk N,P,K 100% (1g/tanaman Urea, 0,50 g/tanaman TSP, 0,50
g/tanaman KCl)
K6 : kompos pembanding (100%) (80 g/tanaman)/kascing+(5%Rock Phosfat)
Jumlah ulangan : 4 ulangan
Jumlah plot/blok : 6 plot
Jumlah plot seluruhnya : 24 plot
Panjang plot : 200 cm
Lebar plot : 100 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jumlah polibeg /plot : 4 polibeg
Jumlah tanaman/polibeg : 1 tanaman
Jumlah sampel/plot : 3 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 72 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 96 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yijk = μ + ρi + αj + Єij
Dimana:
µ = Nilai tengah
ρi = Pengaruh blok ke-i
αj = Pengaruh pemberian pupuk kascing pada taraf ke-j
Єij = Pengaruh galat pada blok ke-i komposisi pupuk N,P,K pada taraf ke-j
Jika dari sidik ragam diperoleh efek komposisi pupuk kascing yang berbeda
nyata akan dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan lahan
Areal pertanaman yang digunakan, dibersihkan dari gulma dan
sampah-sampah. Dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 200 cm x 100 cm, parit
pembatas blok dengan ukuran 50 cm dan parit pembatas plot dengan ukuran
30 cm.
Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil. Sebelum
dimasukkan ke dalam polibeg, media terlebih dahulu dibersihkan dari sampah
atau kotoran lain, kemudian media yang telah bersih dikeringanginkan.
Penanaman
Pada setiap polibeg yang telah disiapkan, dilakukan pembuatan lubang
tanam dengan cara menugal sedalam 3–5 cm. Setiap lubang ditanam dua biji
jagung lalu ditutup dengan tanah.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan hanya sebagai pupuk dasar yaitu dengan dosis
1,0 g Urea/tanaman, 0,5 g TSP/tanaman dan 0,3 g KCL/tanaman diberikan
setelah tanaman berumur 3 hari setelah tanam. Pupuk ditaburkan disekeliling
tanaman.
Pengaplikasian Kascing
Pengaplikasian pupuk kascing dilakukan pada saat tanaman berumur 7
hari setelah tanam. Pupuk kascing dibenamkan kedalam lubang tanam dengan
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor, dilakukan dua kali
sehari, setiap pagi dan sore hari namun disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Penyiangan
Penyiangan areal penanaman dilakukan dengan cara manual dan dengan
menggunakan cangkul. Pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST, dengan cara
memotong satu tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dengan pisau. Di
setiap polibeg ditinggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya jagur.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
dengan merek dagang Sepin dengan dosis 1 g/liter air. Pengendalian dilakukan
pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur 7 MST.
Panen
Panen dilakukan pada saat jagung manis menunjukkan kriteria panen yaitu
rambut tongkol berwarna kecoklatan dan kelobot berwarna kuning dan jika
kelobot dikupas biji berwarna kuning mengkilap. Panen dilakukan dengan cara
memutar tongkol berikut kelobotnya atau dengan mematahkan tangkai buah
Pengamatan Parameter
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman mulai diukur dari leher akar sampai ujung daun
tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada saat
tanaman berumur 2 MST dengan interval 2 minggu sekali sampai muncul bunga
jantan 75%, yaitu hingga umur 7 MST.
Diameter batang (mm)
Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat tanaman berumur 2
MST dengan interval dua minggu sekali sampai muncul bunga jantan 75%,
yaitu hingga umur 7 MST. Pengukuran diameter batang dilakukan sebanyak 2
kali dari sisi yang berbeda.
Luas daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan Leaf Area Meter
(LAM) daun yang diukur merupakan daun ke-6 dengan cara bagian daun
dipotong dari pangkal daun kemudian daun yang diukur diletakan pada bidang
ukur LAM setelah itu dilakukan proses scaning dan dicatat data yang muncul.
Umur berbunga (hari)
Diamati umur berbunga dari masing-masing perlakuan, dengan kriteria
tanaman sampel telah mengeluarkan bunga jantan (malai) secara sempurna.
Umur panen (hari)
Diamati umur panen dari masing-masing perlakuan, dilakukan pada saat
Bobot basah akar (g)
Ditimbang bobot segar akar tanaman sampel, setelah akar dibersihkan
dari tanah yang menempel dan dipisahkan dari tajuknya. Pengukuran
dilakukan setelah panen.
Bobot basah batang atas (g)
Ditimbang bobot basah dari batang atas tanaman, setelah batang atas
dipisahkan dari akar, malai dan tongkol jagung. Pengukuran dilakukan setelah
panen.
Bobot kering akar (g)
Dilakukan dengan cara mengovenkan akar tanaman pada suhu 700 selama 24
jam, kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.
Bobot kering batang atas (g)
Dilakukan dengan cara mengovenkan akar tanaman pada suhu 700 selama 24
jam, kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.
Panjang tongkol (cm)
Diukur panjang tongkol dari masing-masing sampel dengan
menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan setelah tongkol dibersihkan
dari kelobotnya.
Produksi per sampel (g)
Dihitung bobot seluruh produksi tanaman sampel. Perhitungan
dilakukan setelah panen dan dibersihkan setiap tongkol jagung dari kelobotnya.
Produksi per plot (g)
Dihitung bobot seluruh produksi per plot percobaan. Perhitungan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2 – 33) menenjukkan bahwa
kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata terhadap
parameter tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah akar, bobot basah
batang atas, bobot kering akar, bobot kering batang atas, panjang tongkol,
produksi per sampel, produksi per plot dan memberikan pengaruh yang tidak
nyata terhadap parameter luas daun, umur berbunga dan umur panen.
1. Tinggi tanaman (cm)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari tinggi tanaman pada 2, 4 dan
6 MST dan dapat dilihat pada Lampiran 2 - 7. Hasil analisi sidik ragam
menunjukkan bahwa pemberian berbagai kombinasi pupuk organik dan pupuk
anorganik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Rataan
tinggi tanaman pada 2, 4 dan 6 MST data dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman jagung (cm) 2, 4 dan 6 MST pada berbagai kombinas pupuk organik dan anorganik
Perlakuan Tinggi tanaman (cm)
2 MST 4 MST 6 MST
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 1 diketahui bahwa pada 2 MST rataan tinggi tanaman
tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (47,67a cm) dan terendah terdapat pada
terdapat pada perlakuan K2 (96,64a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan
K6 (61,41b cm). Pada 6 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada
perlakuan K1 (156,69a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan K6
(113,99b cm).
Gambar 1. Histogran tinggi tanaman jagung 2 MST
Gambar 2. Histogram tinggi tanaman jagung 4 MST
Gambar 3. Histogram tinggi tanaman jagung 6MST
2. Diameter batang (cm)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari diameter batang pada 2, 4
dan 6 MST dan dapat dilihat pada Lampiran 8 - 13. Hasil analisi sidik ragam
menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk
anorganik berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Rataan diameter
batang pada 2, 4 dan 6 MST data dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan diameter batang jagung 2, 4 dan 6 MST (cm) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik
Perlakuan Diameter batang (cm)
2 MST 4 MST 6 MST
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada 2 MST rataan diameter batang (cm)
terlebar terdapat pada perlakuan K1 (0.71a cm) dan terendah terdapat pada
terdapat pada perlakuan K1 (1,57a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan
K6 (0,86b cm). Pada 6 MST rataan diameter batang (cm) tertinggi terdapat pada
perlakuan K1 (1,97a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan K6 (1,59a cm).
Gambar 4. Histogram diameter batang jagung 2 MST
Gambar 5. Histogram diameter batang jagung 4 MST
Gambar 6. Histogram diameter batang jagung 6 MST
3. Luas daun (cm2)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari luas daun bandera (cm2)
dapat dilihat dari Lampiran 14 - 15. Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh
tidak nyata terhadap luas daun bender. Rataan luas daun bendera dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan luas daun bendera jagung (cm2) pada pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Luas daun (cm2)
K1
Dari Tabel 3 diketahui bahwa rataan luas daun bendera (cm2) tertinggi
terdapat pada perlakuan K2 (399.61 cm2) sedangkan yang terendah terdapat
pada perlakuan K4 (341.97 cm2).
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari umur berbunga (hari)
dapat dilihat dari Lampiran 16 - 17. Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh
tidak nyata terhadap parameter umur berbunga. Rataan umur panen dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan umur berbunga jagung (hari) pada pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Umur berbunga (hari)
K1
Dari Tabel 4 diketahui bahwa rataan umur berbunga (hari) tertinggi
terdapat pada perlakuan K1 (66,00 hari) sedangkan yang terendah terdapat
pada perlakuan K5 (65,42 hari).
5. Umur panen (hari)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari umur panen (hari) dapat
dilihat dari Lampiran 18 - 19. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa
pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh tidak
nyata terhadap parameter umur panen. Rataan umur panen dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Rataan umur panen jagung (hari) pada pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Umur panen (hari)
K2
Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan umur panen (hari) tertinggi terdapat
pada perlakuan K1 (75,75 hari) sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan K4, K5 dan K6 (75,00 hari).
6. Bobot basah akar (g)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari bobot basah akar (g)
dapat dilihat dari Lampiran 20 - 21. Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap bobot basah akar. Rataan bobot basah akar dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot basah akar jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Bobot basah akar (g)
K1
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 6 diketahui bahwa rataan bobot basah akar (g) tertinggi
terdapat pada perlakuan K2 (250,83a g) sedangkan yang terendah terdapat pada
Gambar 7. Histogram bobot basah akar jagung
7. Bobot basah batang atas (g)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari bobot basah batang atas
(g) dapat dilihat dari Lampiran 19 - 20. Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap bobot basah batang atas. Rataan bobot basah batang atas dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot basah batang atas jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Bobot basah batang atas (g)
K1
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 6 diketahui bahwa rataan bobot basah akar (g) tertinggi
terdapat pada perlakuan K2 (166,24a g) sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan K5 (135,07b g).
Gambar 8. Histogram bobot basah batang atas jagung
8. Bobot kering akar (g)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari bobot kering akar (g)
dapat dilihat dari Lampiran 24 - 25. Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap bobot kering akar. Rataan bobot kering akar dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Rataan bobot kering akar jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Bobot kering akar (g)
K1
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 8 diketahui bahwa rataan bobot kering akar (g) tertinggi
terdapat pada perlakuan K2 (135,32a g) sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan K5 (99,89b g).
Gambar 9. Histogram bobot kering akar jagung
9. Bobot kering batang atas (g)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari bobot kering batang atas
(g) dapat dilihat dari Lampiran 26 - 27. Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap bobot kering batang atas (g). Rataan bobot basah akar dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan bobot kering batang atas jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Bobot kering batang atas (g)
K1
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan bobot kering batang atas (g)
tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (86,51a g) sedangkan yang terendah
terdapat pada perlakuan K5 (65,85b g).
Gambar 10. Histogram bobot kering batang atas jagung
10. Panjang tongkol (cm)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari panjang tongkol (cm)
dapat dilihat dari Lampiran 28 - 29. Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap panjang tongkol. Rataan panjang tongkol dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Rataan panjang tongkol jagung (cm) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Panjang tongkol (cm)
K1
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 10 diketahui bahwa rataan panjang tongkol (cm) tertinggi
terdapat pada perlakuan K3 (19,22a cm) sedangkan yang terendah terdapat
pada perlakuan K5 (15,52d cm).
Gambar 11. Histogram panjang tongkol jagung
11. Produksi per sampel (g)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per sampel (g)
dapat dilihat dari Lampiran 30 - 31. Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap produksi per sampel. Rataan produksi per sampel dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan produksi per sampel jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Produksi per sampel (g)
K1
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 11 diketahui bahwa rataan produksi per sampel (g) tertinggi
terdapat pada perlakuan K2 (156,01a g) sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan K5 (54,51e g).
Gambar 12. Histogram produksi jagung per sampel
12. Produksi per plot (g)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per plot (g)
dapat dilihat dari Lampiran 32 - 33. Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap produksi per plot. Rataan produksi per plot dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Rataan produksi jagung per plot (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik
Perlakuan Produksi per plot (g)
K1
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 12 diketahui bahwa rataan produksi per plot (g) tertinggi
terdapat pada perlakuan K2 (564,41a g) sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan K5 (270,13f g).
Gambar 13. Histogram produksi jagung per plot
Pembahasan
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
K1 K2 K3 K4 K5 K6
perlakuan
p
rodu
ks
i
pe
r pl
o
t
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Pada Berbagai Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik.
Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3-33) menunjukan bahwa
pemberian beberapa kombinasi terhadap pemberian pupuk organik dan
anorganik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm),
diameter batang (cm), bobot basah tajuk atas (g), bobot kering tajuk atas (g),
bobot basah dan tajuk bawah (g), bobot kering dan tajuk bawah (g), panjang
tongkol (cm), produksi per sampel (g),produksi per plot (g). Tetapi berpengaruh
tidak nyata terhadap parameter luas daun (cm2), umur berbunga (hari), umur
panen (hari).
Pemberian pupuk kascing hingga dosis 80 g/tanaman masih
meningkatkan parameter tinggi tanaman dan diameter batang yang berarti
penambahan dosis pupuk organik (kascing) masih dapat meningkatkan tinggi
tanaman dan diameter batang. Hal ini karena semakin banyak bahan organik
yang terdapat dalam tanah, maka ketersediaan unsur hara dalam tanah juga
akan meningkat, sehingga memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Hasibuan
(2006) yang menyatakan bahwa bahan organik dapat meningkatkan
ketersediaan unsur-unsur hara bermanfaat. Bahan organik mengandung asam
humus yang membantu membebaskan unsur-unsur yang terikat, sehingga
mudah diserap oleh tanaman.
Pemberian pupuk kascing hingga dosis 80 g/tanaman masih
meningkatkan parameter panjang tongkol, diameter tongkol, produksi per
sampel dan produksi per plot. Hal ini berarti penambahan dosis pupuk kascing
kascing dengan dosis yang berbeda akan mendapatkan panjang tongkol,
diameter tongkol, produksi per sampel dan produksi per plot yang berbeda,
dimana semakin banyak dosis pupuk kascing yang diaplikasikan ke tanah, maka
semakin tinggi kandungan unsur haranya dan semakin terpenuhi kebutuhan
tanaman akan unsur hara. Pupuk kascing mengandung unsur hara seperti N, P,
K, dan C-Organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Pertumbuhan tanaman yang
semakin baik akan meningkatkan pertumbuhan panjang tongkol, diameter
tongkol, produksi per sampel dan produksi per plot pada tanaman jagung
dimana unsur hara tersebut diserap tanaman untuk mendukung proses
fotosintesis dan pembentukan sel atau pembesaran sel tanaman yang secara
langsung berpengaruh meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Dari hasil uji Duncan dengan taraf 5% pada parameter produksi per
sampel menunjukan perbedaan yang nyata. Dilihat dari notasi hurufnya dimana
tertinggi ada pada K2 (156,01a) dan terendah ada pada K5 (54,51e). Perbedaan
hasil yang didapat ini diduga karena ketersediaan unsur hara dan serapan hara
tersebut oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan penimbunan bahan
makanan pada K2 (kombinasi 75% kascing dan 25% NPK) sesuai dan pas
untuk pertanaman jagung. Sesuai dengan http://vermikompos.com (2010) yang
menyatakan beberapa keunggulan kascing salah satunya adalah kascing
merupakam sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya nutrisi tersebut
mikrroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan
bahan organik lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan
kesuburan tanah, kascing juga dapat membantu memperbaiki kemampuan
menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki
Bobot basah akar dan bobot kering akar juga terlihat perbedaan yang
nyata antara pemberian pupuk kascing dengan dosis 100% per tanaman dengan
75%, 50%, 25%, dan tanpa kascing (N,P,K 100%). Hal ini diduga karena
kemampuan kascing memperbaikikeadaan tanah. Karena faktor tanah juga
sangat mempengaruhi pertumbuhan akar dan sistem perakaran. Semakin tinggi
kandungan bahan organik tanah, maka semakin bagus sifat fisik dan kimia
tanah tersebut, sehingga semakin bagus untuk pertumbuhan akar. Apabila
pertumbuhan akar semakin bagus maka perkembangan tajuk tanaman juga
akan semakin bagus sehingga dapat meningkatkan produksi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Isnaini (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan
kompos dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara
makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur
dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi
mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kombinasi pupuk organik dan anorganik memberikan pengaruh yang nyata
pada pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)
pada parameter tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah akar, bobot
basah batang atas, bobot kering akar, bobot kering batang atas, panjang
tongkol, produksi per sampel, produksi per plot.
2. Kombinasi pupuk organik dan anorganik memberikan pengaruh tidak nyata
pada pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)
pada parameter luas daun, umur berbunga, umur panen.
3. Perlakuan terbaik yang ada di penelitian ini yaitu menggunakan 75% kascing
(60 g/tanaman) dan 25% N, P, K (0,25 g/tanaman Urea, 0,12 g/tanaman TSP,
0,12 g/tanaman KCL) ditinjau dari banyaknya hasil produksi tertinggi serta
nilai ekonomis harga dan ramah lingkungan.
Saran
Dari hasil penelitian ini disarankan menggunakan kombinasi perlakuan
K2 dimana menggunakan pupuk organik (kascing) 75% dan pupuk anorganik
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2007. Jagung. Dikutip dari www.wikipedia.org/wiki/jagung/html, Tanggal diakses15 September 2007 .
Djuarnani, N., Kristian, dan B.S. Setiawan, 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.
http://agritekno.com., 2010. Pupuk Kascing Tingkatkan Hasil Pertanian. Diakses pada tanggal 16 September 2010
http://mygreenfarm.com., 2010. Ramahnya kascing terhadap lingkungan. Diakses pada tanggal 16 september 2010
http://vermikompos.com., 2010. Vermikompos. Diakses tanggal 14 September 2010
http://litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/publikasi/deskripsipadi.pdf, 2010. Deskripsi varietas padi. Diakses pada tanggal 30 September 2010
Iskandar, D., 2008. Pengaruh Dosis Pupuk N, P dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis di Lahan Kering Dikutip dari http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=jsti&id=15. Tanggal Diakses 10 Oktober 2008. 2 pages.
Hasibuan, B. E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian USU. Medan
Indriani, Y. H. 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta
Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap Pengolahan Tanah dan Kerapatan Tanam pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 7, 13.
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi wacana. Yogyakarta.
Lengreid, M. Bockman, O.C and O Kaarstad, 1999. Agriculture Fertilizers and The Environment. CABI Publishing, New York.
Musnamar, E. I. 2007. Pupuk Organik Cair Padat Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Najiyati, S. dan Danarti. 1995. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahmi, A. dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik C Super ACI terhadap Pertumbuhan dan
ejournal.unud.ac.id/abstrak/judul%202(2).pdf Diakses Tanggal 10 Oktober 2008. 2 pages.
Rubatzky, V. E. and Yamaguchi, 1998. World Vegetables. Van Nostrand Reinhold A division of International Thompson Publishing.
Tobing, M.P.L, Ginting, O. Ginting, S dan R.K Damanik, 1995. Agronomi Tanaman Makanan I. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Lampiran 1. Deskripsi Jagung Manis Varietas Sweet Boy
(http://litbang.deptan.go.id)
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
Nomor : 456/ Kpts / SR. 120/ 12/ 2005
Tanggal : 26 Desember 2005
Golongan varietas : Hibrida silang tunggal F 2139 X M 2139 Umur mulai berbunga : ± 45 hari setelah tanam
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 184 cm
Bentuk malai (tessel) : Agak terkulai
Warna sekam (glume) : Hijau pucat
Warna malai (anther) : Kuning pucat
Warna rambut : Kuning
Ukuran tongkol : Panjang = 18,9 cm dan diameter = 4,8 cm Jumlah tongkol per tanaman : 2
Warna biji : Kuning cerah dan mengkilat
Baris biji : lurus terisi penuh
Jumlah baris biji : 14- 16 baris
Lampiran 2. Data pengamatan tinggi tanaman jagung (cm) 2 MST
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 3. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 2 MST
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 4. Data pengamatan tinggi tanaman jagung (cm) 4 MST
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 5. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 4 MST
Lampiran 6. Data pengamatan tinggi tanaman jagung (cm) 6 MST
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 7. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 6 MST
SK dB JK KT Fhit Ftab5%
Lampiran 8. Data pengamatan diameter batang jagung (cm) 2 MST
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 9. Sidik ragam diameter batang jagung 2 MST
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
Lampiran 11. Sidik ragam diameter batang jagung 4 MST
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 12. Data pengamatan diameter batang jagung (cm) 6 MST
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 13. Sidik ragam diameter batang jagung 6 MST
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 14. Data pengamatan luas daun jagung (cm2)
I II III IV
Lampiran 15. Sidik ragam luas daun jagung
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 16. Data pengamatan umur berbunga jagung (hari)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 17. Sidik ragam umur berbunga jagung
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 18. Data pengamatan umur panen jagung (hari)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
K1 76.00 76.00 76.00 75.00 303.00 75.75
Lampiran 19. Sidik ragam umur panen jagung
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 20. Data pengamatan bobot basah akar jagung (g)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 21. Sidik ragam bobot basah akar jagung
SK dB JK KT Fhit Ftab5%
Lampiran 22. Data pengamatan bobot basah batang atas jagung (g)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
K2 152.99 158.98 180.38 172.62 664.97 166.24
Lampiran 23. Sidik ragam bobot basah batang atas jagung
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 24. Data pengamatan bobot kering akar jagung (g)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 25. Sidik ragam bobot kering akar jagung
SK dB JK KT Fhit Ftab5%
Lampiran 26. Data Pengamatan Bobot kering batang atas jagung (g)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
K1 66.81 82.29 71.93 77.00 298.02 74.51
K3 78.17 71.63 74.31 75.35 299.46 74.87
Lampiran 27. Sidik ragam bobot kering batang atas jagung
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 28. Data pengamatan panjang tongkol jagung (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 29. Sidik ragam panjang tongkol jagung
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 30. Data pengamatan produksi per sampel jagung (g)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
K1 107.11 95.14 67.75 70.50 340.50 85.12
K2 145.94 141.64 162.75 173.72 624.06 156.01
K4 120.60 116.43 136.55 135.50 509.09 127.27
K5 49.24 50.06 57.43 61.30 218.03 54.51
K6 71.31 66.73 71.24 75.73 285.01 71.25
Total 591.36 571.48 609.88 636.10 2408.82
Rataan 98.56 95.25 101.65 106.02 100.37
Lampiran 31. Sidik ragam produksi per sampel jagung
SK dB JK KT Fhit Ftab5%
Lampiran 32. Data pengamatan produksi per plot jagung (g)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Lampiran 33. Sidik ragam per plot jagung
Lampiran 34. Perhitungan Pupuk
Jumlah Populasi = Luas lahan
Jarak tanam
= 10000 m
20,2m x 0,2m
= 10000m
20,04m
2= 250000 jumlah populasi
Jumlah populasi
Dosis anjuran
Urea = 210
= 0,0084 Kg/ha
250000
= 0,84 g/tanaman
= 1 g/tanaman
TSP = 125
= 0,005
250000
= 0,50 g/tanaman
Lampiran 35. Foto lahan penelitian