ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN MOTIVASI KERJA PENYULUH PERTANIAN DI
KABUPATEN KARO
TESIS
Oleh
AJAREN
107039019/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN MOTIVASI KERJA PENYULUH PERTANIAN DI
KABUPATEN KARO
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Oleh :
AJAREN
107039019/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo Nama : Ajaren
NIM : 107039019
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)
Ketua Anggota
(Sri Fajar Ayu, S.P, M.M, DBA)
Ketua Program Studi, Dekan,
Telah diuji dan dinyatakan
LULUS
di depan Tim Penguji pada Jumat,
26 Juli 2013
Tim Penguji
Ketua
: Dr. Ir. Tavi Supriana, MS ---
Anggota
: 1. Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA ---
2. Ir. Iskandarini, MM, Ph.D ---
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN KARO
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber–sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Juli 2013. yang membuat pernyataan,
Ajaren
ABSTRAK
AJAREN, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA sebagai anggota)
Motivasi Kerja adalah dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan pribadi dan organisasi dalam rangka memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Motivasi kerja merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan untuk dapat merangsang upaya peningkatan kinerja. Motivasi kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang datang dari dalam diri seseorang maupun yang datang dari luar diri seseorang, sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja penyuluh pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah Uji Chi-Square dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo adalah faktor kematangan pribadi, faktor keinginan, faktor kepuasan kerja dan faktor kompensasi. Faktor yang paling erat hubungannya dengan motivasi kerja penyuluh pertanian PNS dan THL-TB PP adalah faktor keinginan (61,50%), faktor kompensasi (56,40%), faktor kematangan pribadi (51,65%) dan faktor kepuasan kerja (49,55%). Tingkat keeratan hubungan antara faktor kematangan pribadi dengan motivasi kerja lebih tinggi pada Penyuluh Pertanian PNS daripada penyuluh pertanian THL-TB PP, pada faktor keinginan tingkat keeratan hubungannya lebih tinggi pada Penyuluh Pertanian THL-TB PP, sedangkan pada faktor kepuasan kerja dan faktor kompensasi tingkat keeratannya hampir bersamaan antara penyuluh pertanian PNS dengan penyuluh pertanian THL-TB PP
ABSTRACT
AJAREN, The Analysis of the Factors Related to Work Motivation of the Agricultural Extension Worker in Karo District, under the supervision of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS (Chair) and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA (Member)
Work motivation is a drive arousing from the inside of somebody to do a job in achieving personal or organizational goals to meet their wants and needs. Work motivation is a factor which is very important to be paid attention to stimulate the attempt to improve performance. Work motivation is influenced by various both internal and external factors that the factors related to the work motivation need to be studied. The purpose of this study was to analyze the relationship between the factors influencing work motivation of the agricultural extension workers both civil servant and daily-based workers in Karo District. This study used primary and secondary data. The data obtained were analyzed through Chi-square test by using SPSS program.
The result of analysis showed that the factors related to work motivation of the agricultural extension workers in Karo District were personal maturity, desire, work satisfaction, and compensation. The factor with the closest relationship with work motivation of the agricultural extension workers both civil servant and daily-based workers were desire (61.50%), compensation (56.40%), personal maturity (51.65%), and work satisfaction (49.55%). The level of closeness between the factor of personal maturity and the factor of work motivation was higher in the agricultural extension workers in their capacity as civil servant than in those in their capacity as daily-based workers. The level of closeness of desire was higher in the agricultural extension workers in their capacity as daily-based workers, while the level of closeness between the factors of work satisfaction and compensation was almost the same between the agricultural extension workers both civil servant and daily-based workers.
RIWAYAT HIDUP
AJAREN, lahir pada tanggal 15 Januari 1966 di Tanjung Karo Kecamatan
Sei Bingai Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, anak kedua dari delapan
orang bersaudara, dari Ayahanda (Alm) Muhammat Sinuraya dan Ibunda Kata
Malem Br. Ginting.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1973 masuk Sekolah Dasar (SD) Negeri 050616 Namu Ukur, tamat
tahun 1979
2. Tahun 1979 masuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP)
Negeri Namu Ukur, tamat tahun 1982
3. Tahun 1982 masuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA) Negeri 2
Binjai, tamat tahun 1985
4. Tahun 1985 melanjutkan Pendidikan Si di Fakultas Pertanian Universitas
Darma Agung Medan, tamat tahun 1991
5. Tahun 2011 melanjutkan Pendidikan S2 di Program Studi Magister
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang
Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan
sebuah penelitian karya akhir yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten
Karo”.
Selama dalam penelitian dan penulisan Tesis ini penulis banyak
memperoleh bimbingan, arahan dan petunjuk dari Ibu Komisi Pembimbing
sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana,MS selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis
yang sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing
2. Ibu Sri Fajar Ayu,SP.M.M, DBA, selaku Anggota Komisi Pembimbing
Disamping itu bantuan moril dan material juga banyak penulis dapatkan dari
berbagai fihak sehingga pada kesempatan in juga penulis tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Pimpinan dan seluruh jajaran Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Karo yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian Tesis ini.
2. Rekan-rekan Mahasiswa Angkatan IV Program Studi Agribisnis Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan
3. Khususnya kepada Istri (Dra. Rostita Br. Tarigan) dan anak-anakku yang
tercinta : Imanuel Satria Sinuraya dan Rostianna Br. Sinuraya yang telah
banyak memberikan dorongan dan semangat di dalam menyelesaikan studi
Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan rahmatnya
kepada semua puhak yang telah membantu dalam penyelesaian Tesis ini. Semoga
Tesis ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak khususnya bagi peneliti di bidang
sumber daya manusia.
Medan, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 33
3.2. Metode Penentuan Sampel ... 34
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.4. Metode Analisis Data ... 35
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional... 36
3.5.1. Defenisi ... 36
3.5.2. Batasan Operasional ... 37
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 38
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 38
4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41
4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 42
4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 43
4.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan 44
V. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
5.1. Hubungan Faktor Kematangan Pribadi dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo .... 45
5.2. Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo .... 49
5.3. Hubungan Faktor Kelelahan dan Kebosanan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo .... 53
5.4. Hubungan Faktor Keinginan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo... 57
5.5. Hubungan Faktor Kepuasan Kerja dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo... 61
5.6. Hubungan Faktor Kompensasi dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo... 65
5.7. Hubungan faktor Peraturan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo... 69
5.8. Faktor yang Paling Erat Hubungannya dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo ... 72
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
6.1. Kesimpulan... 79
6.2. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Data Produktivitas (Kw/Ha) Berbagai Komoditi Sayuran dan
Buah-buahan di Kabupaten Karo Tahun 2008 – 2012 ... 7
2. Data Jumlah Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo Tahun 2010 – 2012 ... 34
3. Data Jumlah Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP Tahun 2012 di Kabupaten Karo ... 34
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 42.
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 43
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 44
9. Data Hubungan Faktor Kematangan Pribadi dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 45
10. Hasil Analisis Hubungan Faktor Kematangan Pribadi dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 46
11. Data Hubungan Faktor Kematangan Pribadi dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 47
12. Hasil Analisis Hubungan Faktor Kematangan Pribadi dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 48
13. Data Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 49
14. Hasil Analisis Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 50
16. Hasil Analisis Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 52
17. Data Hubungan Faktor Kelelahan dan Kebosanan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 53
18. Hasil Analisis Hubungan Faktor Kelelahan dan Kebosanan dengan
Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 54
19. Data Hubungan Faktor Kelelahan dan Kebosanan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 55
20. Hasil Analisis Hubungan Faktor Kelelahan dan Kebosanan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP
di Kabupaten Karo ... 56
21. Data Hubungan faktor Keinginan dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 57
22. Hasil Analisis Hubungan Faktor Keinginan dengan Motivasi
Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 58
23. Data Hubungan Faktor Keinginan dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 59
24. Hasil Analisis Hubungan Faktor Keinginan dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 60
25. Data Hubungan Faktor Kepuasan Kerja dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 61
26. Hasil Analisis Hubungan Faktor Kepuasan Kerja dengan Motivasi
Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 62
27. Data Hubungan Faktor Kepuasan Kerja dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 63
28. Hasil Analisis Hubungan Faktor Kepuasan Kerja dengan Motivasi
Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 64
29. Data Hubungan Faktor Kompensasi dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 65
30. Hasil Analisis Hubungan Faktor Kompensasi dengan Motivasi
31. Data Hubungan Faktor Kompensasi dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 67
32. Hasil Analisis Hubungan Faktor Kompensasi dengan Motivasi
Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 68
33. Data Hubungan Faktor Peraturan dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 69
34. Hasil Analisis Hubungan Faktor Peraturan dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 70
35. Data Hubungan Faktor Peraturan dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 70
36. Hasil Analisis Hubungan Faktor Peraturan dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 71
37. Faktor yang Paling Erat Hubungannya dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 73
38. Tingkat Keeratan Hubungan Faktor Kematangan Pribadi dengan
Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 74
39. Tingkat Keeratan Hubungan Faktor Kematangan Pribadi dengan
Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 74
40. Tingkat Keeratan Hubungan Faktor Keinginan dengan
Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo. ... 75
41. Tingkat Keeratan Hubungan Faktor Keinginan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 75
42. Tingkat Keeratan Hubungan Faktor Kepuasan Kerja dengan
Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 76
43. Tingkat Keeratan Hubungan Faktor Kepuasan Kerja dengan
Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo ... 76
44. Tingkat Keeratan Hubungan Faktor Kompensasi dengan
Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo ... 77
45. Tingkat Keeratan Hubungan Faktor Kompensasi dengan Motivasi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran ... 31
2. Struktur Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Hasil Uji Chi-Square untuk Penyuluh pertanian PNS
Kabupaten Karo... 82
2. Hasil Uji Chi-square untuk Penyuluh Pertanian THL-TB PP
Kabupaten Karo... 89
3. Data Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian PNS di Kabupaten Karo... 96
4. Data Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian THL-TB PP di Kabupaten Karo... 105
ABSTRAK
AJAREN, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA sebagai anggota)
Motivasi Kerja adalah dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan pribadi dan organisasi dalam rangka memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Motivasi kerja merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan untuk dapat merangsang upaya peningkatan kinerja. Motivasi kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang datang dari dalam diri seseorang maupun yang datang dari luar diri seseorang, sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja penyuluh pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah Uji Chi-Square dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo adalah faktor kematangan pribadi, faktor keinginan, faktor kepuasan kerja dan faktor kompensasi. Faktor yang paling erat hubungannya dengan motivasi kerja penyuluh pertanian PNS dan THL-TB PP adalah faktor keinginan (61,50%), faktor kompensasi (56,40%), faktor kematangan pribadi (51,65%) dan faktor kepuasan kerja (49,55%). Tingkat keeratan hubungan antara faktor kematangan pribadi dengan motivasi kerja lebih tinggi pada Penyuluh Pertanian PNS daripada penyuluh pertanian THL-TB PP, pada faktor keinginan tingkat keeratan hubungannya lebih tinggi pada Penyuluh Pertanian THL-TB PP, sedangkan pada faktor kepuasan kerja dan faktor kompensasi tingkat keeratannya hampir bersamaan antara penyuluh pertanian PNS dengan penyuluh pertanian THL-TB PP
ABSTRACT
AJAREN, The Analysis of the Factors Related to Work Motivation of the Agricultural Extension Worker in Karo District, under the supervision of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS (Chair) and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA (Member)
Work motivation is a drive arousing from the inside of somebody to do a job in achieving personal or organizational goals to meet their wants and needs. Work motivation is a factor which is very important to be paid attention to stimulate the attempt to improve performance. Work motivation is influenced by various both internal and external factors that the factors related to the work motivation need to be studied. The purpose of this study was to analyze the relationship between the factors influencing work motivation of the agricultural extension workers both civil servant and daily-based workers in Karo District. This study used primary and secondary data. The data obtained were analyzed through Chi-square test by using SPSS program.
The result of analysis showed that the factors related to work motivation of the agricultural extension workers in Karo District were personal maturity, desire, work satisfaction, and compensation. The factor with the closest relationship with work motivation of the agricultural extension workers both civil servant and daily-based workers were desire (61.50%), compensation (56.40%), personal maturity (51.65%), and work satisfaction (49.55%). The level of closeness between the factor of personal maturity and the factor of work motivation was higher in the agricultural extension workers in their capacity as civil servant than in those in their capacity as daily-based workers. The level of closeness of desire was higher in the agricultural extension workers in their capacity as daily-based workers, while the level of closeness between the factors of work satisfaction and compensation was almost the same between the agricultural extension workers both civil servant and daily-based workers.
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/SKPD berkewajiban
untuk mewujudkan visi dan misi organisasinya sehingga visi dan misi Pemerintah
dapat terwujud dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, setiap SKPD harus
meng-optimalkan seluruh sumberdaya yang dimilikinya untuk pencapaian visi dan
misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki
oleh suatu organisasi dapat dikategorikan menjadi empat jenis yaitu : (1)
Sumberdaya finansial, (2) Sumberdaya fisik, (3) Sumberdaya manusia dan (4)
Sumberdaya teknologi dan sistem. Sumberdaya yang paling penting dalam
organisasi adalah sumberdaya manusia dan merupakan elemen yang selalu ada
dalam setiap organisasi.
Sebahagian besar ekonom modern sepakat bahwa sumberdaya manusia
(human resource) merupakan faktor yang paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi bangsa yang bersangkutan.
Sumberdaya manusia merupakan modal dasar dan keyakinan suatu bangsa. Modal
fisik dan sumberdaya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat
pasif, manusialah agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal,
mengeksploitasi sumber-sumber daya alam, membangun berbagai macam
organisasi sosial, ekonomi dan politik serta melaksanakan pembangunan nasional.
Jadi jelaslah bahwa jika suatu negara tidak segera mengembangkan keahlian dan
pengetahuan rakyatnya dan tidak memanfaatkan potensi mereka secara efektif
tersebut tidak akan dapat mengembangkan apapun. Cara yang paling efektif dan
efesien dalam mengembangkan sumberdaya manusia adalah meningkatkan
pengetahuan rakyatnya melalui pemberian pelayanan pendidikan dan kesehatan
yang sebaik-baiknya. Pendidikan ini mencakup pendidikan formal dan
pendidikan non formal termasuk pelatihan dan penyuluhan. Di Indonesia
kegiatan penyuluhan telah memberikan kontribusi yang sangat sifnifikan.
Pembangunan pertanian dan perdesaan yang berhasil membawa Indonesia bebas
dari kelaparan, sehingga menjadi salah satu negara berkecukupan pangan
(Penghargaan FAO tahun 1985) merupakan salah satu bukti yang menonjol dari
kegiatan penyuluhan (Pambudy, 2003). Pembangunan pertanian yang
berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan,
papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja dan lapangan
berusaha; meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani, mengentaskan
masyarakat dari kemiskinan khususnya di perdesaan, meningkatkan pendapatan
nasional; serta menjaga kelestarian lingkungan. Untuk lebih meningkatkan peran
sektor pertanian diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, andal, serta
berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis sehingga pelaku
pembangunan pertanian mampu membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir
yang berdaya saing tinggi dan mampu berperan serta dalam melestarikan
lingkungan hidup sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan
penyuluhan di bidang pertanian (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2011).
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan maka mulai dari
tingkat pusat sampai dengan tingkat kabupaten dan kecamatan dibentuk instansi
yang menangani penyuluhan untuk semua tingkatan tersebut. Instansi pada
tingkat pusat dalam bentuk Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian. Instansi di tingkat provinsi dalam bentuk Badan Koordinasi
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, instansi di Tingkat kabupaten
dalam bentuk Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
sedangkan instansi di Tingkat Kecamatan dalam bentuk Balai penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan
penyuluhan dan kinerja penyuluh, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai
agar penyuluhan dapat diselenggarakan dengan efektif dan efisien. Penyuluhan
pertanian sangat perlu dilakukan karena penyuluhan pertanian tersebut dapat
berfungsi untuk :
a. Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha;
b. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber
informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat
mengembangkan usahanya;
c. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan
pelaku utama dan pelaku usaha;
d. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan
organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi,
e. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang
dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam
mengelola usaha;
f. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap
kelestarian fungsi lingkungan; dan
g. Melembagakan nilai -nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan
kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
Penyuluhan dapat dilakukan oleh penyuluh PNS, penyuluh swasta, dan/atau
penyuluh swadaya. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut
penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan
organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan
kegiatan penyuluhan (Mentan, 2008). Penyuluh swasta adalah penyuluh yang
berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam
bidang penyuluhan.
Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan
warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu
menjadi penyuluh. Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu (THL-TB) Penyuluh
Pertanian adalah tenaga bantu penyuluh pertanian yang direkrut oleh Kementerian
Pertanian selama kurun waktu tertentu dan melaksanakan tugas dan fungsinya
dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
Tingkat motivasi kerja penyuluh pertanian pada saat ini sangat berhubungan
erat dengan (1) Perubahan-perubahan organisasi penyuluhan. Pengorganisasian
bersikap agak negatif terhadap profesinya. Penyuluh Pertanian merasakan
profesinya sebagai kelinci percobaan, merasakan profesinya diremehkan sehingga
semangat kerjanya menurun, (2) Penghargaan terhadap penyuluh pertanian relatif
sangat rendah. Dulu penghargaan terhadap penyuluh pertanian sangat tinggi,
diperhatikan baik oleh pemerintah maupun oleh petani, (3) Tugas penyuluh
pertanian sebagai pengawal program-program pemerintah, dimana untuk
mempertemukan tujuan organisasi dengan kebutuhan kebanyakan petani, bukan
hal yang mudah sehingga dapat merusak dan menjauhkan hubungan antara
penyuluh pertanian dengan para petani. (4) Kegiatan penyuluh pertanian lapangan
bersifat rutin dari tahun ke tahun. Penyuluh pertanian sering merasa jenuh karena
yang dikerjakan itu-itu saja dari tahun ke tahun (Puspadi, 2003). Tingkat motivasi
kerja tersebut berdampak pada menurunnya kinerja Penyuluh Pertanian terutama
sejak berlakunya otonomi daerah, sehingga banyak penyuluh pertanian yang
beralih fungsi menjadi pejabat struktural atau tetap menjadi penyuluh pertanian
tetapi tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada awalnya Penyuluh
Pertanian merupakan aparat pusat yang bekerja di daerah untuk membantu petani
di pedesaan. Setelah mengalami perubahan bentuk kelembagaan dengan adanya
otonomi daerah, maka Penyuluh pertanian tersebut berubah statusnya menjadi
aparat Pemerintah Daerah yang bertugas membina petani di pedesaan (Siregar,
2010).
Dampak menurunnya motivasi kerja penyuluh pertanian juga terjadi di
Kabupaten Karo hal dapat terlihat dari adanya sebahagian para penyuluh pertanian
yang beralih status kepegawaiannya dari pegawai fungsional menjadi pegawai
ada sebanyak 59 orang tetapi pada tahun 2012 hanya tinggal sebanyak 45 orang.
Pengurangan jumlah penyuluh pertanian PNS tersebut sebahagian besar
disebabkan karena beralih fungsinya menjadi pegawai struktural, walaupun
sebahagian ada yang telah memasuki masa pensiun. Untuk menanggulangi
kekurangan jumlah penyuluh pertanian, Pemerintah Pusat melalui Kementerian
Pertanian mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 telah mengalokasikan
penyuluh pertanian dengan status Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu (THL-TB)
Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo sebanyak 93 orang yang penempatannya
tersebar di seluruh seluruh wilayah Kabupaten Karo. Dengan kondisi tersebut
maka Penyuluh Pertanian baik yang berstatus sebagai PNS maupun THL TB
Penyuluh Pertanian yang tersedia dibagi habis untuk membina seluruh desa-desa di
Kabupaten Karo, sehingga seorang Penyuluh Pertanian dapat mempunyai wilayah
binaan lebih dari 1 desa , bahkan bisa mencapai 2-3 desa binaan Penyuluh
Pertanian.
Disamping hal tersebut dampak lain yang diakibatkan dari penurunan
motivasi kerja penyuluh pertanian di Kabupaten Karo adalah terlihat dari kurang
maksimalnya para penyuluh pertanian memberikan penyuluhan kepada para
petani/kelompok tani dan gapoktan. Hal ini terbukti dari menurunnya
produktivitas berbagai komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Karo, seperti
komoditi sayuran (Bawang daun, Kentang, Petsei/Sawi, Wortel, Lobak dan Kol
Bunga) dan Buah-buahan (Jeruk, Advokat, Mangga, Sawo dan Jambu Air). Hal
Tabel 1. Data Produktivitas (Kw/Ha) Berbagai Komoditi Sayuran dan Buah buahan di Kabupaten Karo Tahun 2008 – 2012
No. Komoditi Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012*
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Karo, 2012 Data Tahun 2012* masih berupa Angka Sementara
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja penyuluh
pertanian di Kabupaten Karo. Pada Penelitian yang akan dilaksanakan penulis
mencoba menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja
Penyuluh Pertanian yang berstatus sebagai PNS dan yang berstatus sebagai THL
TB PP di Kabupaten Karo yaitu faktor kematangan pribadi, tingkat pendidikan,
kelelahan dan kebosanan, keinginan, kepuasan kerja, kompensasi dan peraturan.
Faktor kematangan pribadi merupakan faktor yang turut mempengaruhi motivasi
kerja seseorang. Orang yang telah matang kepribadiannya akan mempunyai
motivasi kerja yang lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhannya. Tingkat
pendidikan juga turut menentukan motivasi kerja seseorang. Seorang pegawai yang
mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan lebih termotivasi
karena sudah mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan
merupakan faktor yang dapat menurunkan kapasitas dan ketahanan kerja yang
berdampak pada menurunnya motivasi kerja. Keinginan merupakan salah satu
faktor pendorong bagi penyuluh di dalam melaksanakan tugasnya secara baik dan
memberikan hasil yang memuaskan. Faktor Kepuasan kerja juga dapat menjadi
pendorong bagi seorang penyuluh pertanian untuk bekerja secara maksimal.
Faktor kompensasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh untuk memberikan
dorongan kepada penyuluh pertanian untuk bekerja secara baik. Faktor peraturan
adalah faktor yang juga dapat meningkatkan motivasi kerja seorang penyuluh
pertanian, apabila peraturan tersebut dapat dilaksanakan dengan tidak ada
pengecualian sama sekali.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hubungan faktor kematangan pribadi dengan motivasi kerja
penyuluh pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
2. Bagaimana hubungan faktor tingkat pendidikan dengan motivasi kerja
penyuluh pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
3. Bagiamana hubungan faktor kelelahan dan kebosanan dengan motivasi kerja
penyuluh pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
4. Bagaimana hubungan faktor keinginan dengan motivasi kerja penyuluh
pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
5. Bagaimana hubungan faktor kepuasan kerja dengan motivasi kerja penyuluh
6. Bagaimana hubungan faktor kompensasi dengan motivasi kerja penyuluh
pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
7. Bagaimana hubungan faktor peraturan dengan motivasi kerja penyuluh
pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
8. Faktor apa yang paling erat hubungannya dengan motivasi kerja penyuluh
pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis :
1. Hubungan faktor kematangan pribadi dengan motivasi kerja penyuluh
pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
2. Hubungan faktor tingkat pendidikan dengan motivasi kerja penyuluh
pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
3. Hubungan faktor kelelahan dan kebosanan dengan motivasi kerja penyuluh
pertanian PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
4. Hubungan faktor keinginan dengan motivasi kerja penyuluh pertanian PNS
dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
5. Hubungan faktor kepuasan kerja dengan motivasi kerja penyuluh pertanian
PNS dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
6. Hubungan faktor kompensasi dengan motivasi kerja penyuluh pertanian PNS
dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
7. Hubungan faktor peraturan dengan motivasi kerja penyuluh pertanian PNS
dan THL TB PP di Kabupaten Karo.
8. Faktor yang paling erat hubungannya dengan motivasi kerja penyuluh
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan kepada Penyuluh Pertanian di dalam meningkatkan
motivasi kerjanya untuk pencapaian tujuan pribadi dan organisasi dimana
mereka bertugas.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak pemerintah serta pengambil
kebijakan lainnya dalam rangka penyusunan program dan kebijakan yang
berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja penyuluh pertanian
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti – peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Pembangunan pertanian merupakan strategi yang ditempuh oleh
Negara-negara sedang berkembang untuk meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakatnya. (Maunder, 1972 dalam Mugniesyah, 2006). Pembangunan
pertanian ke depan diharapkan dapat memberi kontribusi yang lebih besar dalam
rangka mengurangi kesenjangan dan memperluas kesempatan kerja, serta mampu
memanfaatkan semua peluang ekonomi yang terjadi sebagai dampak dari
globalisasi dan liberalisasi perkonomian dunia. Untuk mewujudkan harapan
tersebut diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas dan handal dengan
ciri-ciri mandiri, profesional, berjiwa wirausaha, mempunyai dedikasi, etos kerja,
disiplin dan moral yang tinggi serta berwawasan global, sehingga petani dan
pelaku usaha pertanian lain akan mampu membangun usahatani yang berdaya
saing tinggi. Salah satu upaya untuk meningkatkan SDM pertanian, terutama
SDM petani, adalah melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluhan adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas,efesiensi usaha, pendapatan dan ksejahteraannya serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk
mengubah perilaku sumberdaya manusia atau bersedia menerima ide-ide baru,
bukan hanya dengan mengubah pengetahuan mereka, tetapi juga sikap mental
konservatif, hal ini sangat perlu dilakukan karena manusia sebagai objek
penyuluhan seringkali curiga terhadap petugas penyuluhan yang berasal dari
pemerintah dan orang asing (Pambudy, 2003).
Penyelenggaraan penyuluhan pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung
jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Untuk keberhasilan pelaksanaan
penyuluhan maka pemerintah membentuk instansi pengelola dan pelaksana
penyuluhan di masing-masing tingkatan. Pada tingkatan kabupaten dibentuk
instansi Badan pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dengan
ujung tombaknya adalah para penyuluh pertanian yang ditempatkan pada
masing-masing desa/kelurahan. Agen penyuluhan (penyuluh pertanian) harus memiliki
pengetahuan teknis yang memadai untuk memecahkan masalah petani atau harus
mampu memperoleh suatu pengetahuan jika diperlukan serta informasi yang
diberikan harus cepat. Agen penyuluhan juga harus mampun mengendalikan
perasaannya karena dapat mempengaruhi hubungannya dengan petani (Van Den
Ban, 1999). Untuk kelancaran tugas penyuluh di dalam melaksanakan kunjungan,
pendampingan dan bimbingan kepada pelaku utama dan pelaku usaha, pemerintah
memberikan Biaya Operasional Penyuluh (BOP) bagi penyuluh pertanian yang
PNS maupun yang berstatus sebagai THL TB PP. Disamping biaya operasional
tersebut masing-masing penyuluh PNS diberikan tunjangan jabatan fungsional
penyuluh sesuai dengan jenjang pangkatnya masing-masing. Bagi penyuluh
pertanian PNS yang telah mendapat sertifikat profesi sesuai dengan kompetensi
kerja dan jenjang jabatan profesinya akan diberikan tunjangan profesi penyuluh
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pusat Penyuluhan
tergantung pada kemampuan dan motivasi masing-masing penyuluh pertanian di
dalam melaksanakan tugasnya.
Istilah motivasi, dalam kehidupan sehari-hari memiliki pengertian yang
beragam baik yang berhubungan dengan perilaku individu maupun perilaku
organisasi. Namun, apapun pengertiannya motivasi merupakan unsur penting
dalam diri manusia, yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau
pekerjaan manusia. Dasar utama pelaksanaan motivasi oleh seorang pimpinan
adalah pengetahuan dan perhatian terhadap perilaku manusia yang dipimpinnya
sebagai suatu faktor penentu keberhasilan organisasi. Motivasi merupakan suatu
keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada
pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu
perilaku guna mencapai kepuasan dirinya (Handoko, 2003). Ernest dalam Mangkunegara (2001), mengemukakan bahwa “Work motivation is defined as conditions which influence the arousal, direction, and maintenance of behaviors relevant in work setting”. Motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang
berhubungan dengan lingkungan kerja. Menurut Robin dalam Wibowo (2012)
motivasi adalah sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction) dan usaha terus-menerus (persistensi) individu menuju pencapaian tujuan. Secara operasional motivasi kerja dapat dirumuskan adalah suatu dorongan
yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan guna
mencapai tujuan pribadi dan organisasi dalam rangka memenuhi keinginan atau
2.2. Penelitian Terdahulu
Raika Gustisyah (067019113) dengan judul Tesis “ Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan
Kota Medan” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh kepuasan kerja, status dan tanggung jawab, kompensasi yang memadai,
lingkungan kerja, keinginan dan harapan pribadi terhadap motivasi kerja penyuluh
Perindustrian pada Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, daftar
pertanyaan (kuesioner) dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Kepuasan
kerja, status dan tanggungjawab, kompensasi yang memadai, lingkungan kerja,
keinginan dan harapan pribadi secara simultan mempunyai pengaruh yang
sifnifikan terhadap motivasi kerja penyuluh perindustrian dan perdagangan kota
medan dengan tingkat sifnifikan sebesar 0,000. Secara parsial kepuasan kerja,
status dan tanggungjawab, kompensasi yang memadai dan lingkungan kerja
berpengaruh terhadap motivasi kerja dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil
dari 0,05 (5%). Variabel kepuasan kerja dan lingkungan kerja merupakan variabel
yang dominan berpengaruh, sedangkan variabel keinginan dan harapan pribadi
dengan nilai signifikan 0,238 atau 23,8 % tidak berpengaruh pada motivasi kerja
Amelia Nani Siregar dan Tri Ratna Saridewi, Dosen Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Bogor (2010), Jurnal Penyuluhan Pertanian dengan judul :
Hubungan antara Motivasi Kerja dan Budaya Kerja dengan Kinerja Penyuluh
Pertanian di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara motivasi dan budaya kerja dengan kinerja
penyuluh pertanian di Kabupaten Subang, baik secara parsial maupun secara
bersama-sama. Disamping itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
kontribusi motivasi dan budaya kerja terhadap kinerja penyuluh pertanian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara motivasi
dengan kinerja penyuluh pertanian. Budaya kerja mempunyai hubungan yang
sangat kuat dengan kinerja penyuluh pertanian. Motivasi dan budaya kerja
mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kinerja penyuluh pertanian. Secara
parsial motivasi memberikan kontribusi sebesar 56% terhadap kinerja, sedangkan
budaya kerja berpengaruh 62% terhadap kinerja penyuluh pertanian. Secara
bersama-sama motivasi dan budaya kerja mempunyai efek sinergi sehingga
berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian sebesar 66%. Sebagian besar
(57,14%) penyuluh pertanian di Kabupaten Subang melaksanakan tugas karena
kebutuhan untuk berprestasi, 20,41% penyuluh pertanian bekerja karena kebutuhan
untuk berafiliasi dan hanya 4,08% penyuluh pertanian yang bekerja karena
kebutuhan akan jabatan, sedangkan penyuluh pertanian lainnya bekerja karena
2.3. Landasan Teori
Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan
Penyuluhan, Penyuluh dan motivasi. Menurut Meneth Ginting (2013) Penyuluhan
adalah suatu sistem pendidikan di luar ruangan sekolah, dimana tua dan muda
belajar dengan berbuat (Learning by doing). Penyuluhan secara sistematis adalah
suatu proses yang (1). Membantu petani menganalisis situasi yang sedang
dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan; (2). Membantu petani menyadarkan
terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut; (3).
Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu
masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki petani; (4). Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus
berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang
ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan; (5).
Membantu petani memutuskan pilihan tepat yang menurut pendapat mereka sudah
optimal; (6). Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya ;
dan (7). Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan
mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan”( Van Den Ban,
1999). Agar dapat melaksanakan tugasnya secara baik dan benar, maka seorang
Penyuluh Pertanian harus memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Mempunyai pengetahuan teknik tentang hal-hal yang akan disuluhkan
b. Mempunyai kecakapan mempergunakan tangan (skill) dalam hal yang akan
disuluhkan
c. Mempunyai pengetahuan tentang ilmu pendidikan dan penyuluhan
e. Mempunyai kecakapan menghadapi masyarakat
f. Mempunyai perhatian yang mendalam tentang keadaan masyarakat yang
diberi penyuluhan
g. Mempunyai sifat dan tabiat yang ramah, sopan santun, sabar, tabah, jujur,
suka menolong, suka menepati janji, mempunyai rasa tanggung jawab,
bijaksana, pandai mengeluarkan buha pikiran, toleran, berani membela
kebenaran, mempunyai perhatian terhadap sesama, mudah menyesuaikan diri
dan bekerja gembira. (Ginting, 2013).
Seorang penyuluh pertanian perlu diberikan motivasi kerja agar mereka
dapat bekerja secara baik untuk memberikan penyuluhan kepada sasaran
penyuluhan agar sasaran penyuluhan tersebut dapat meningkatkan pendapatannya
masing-masing yang berdampak pada pencapaian tujuan organisasi. Menurut
Mangkuprawira (2007), Motivasi merupakan dorongan yang membuat karyawan
melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu, motivasi itu
timbul tidak saja karena ada unsur di dalam dirinya, tetapi juga karena adanya
stimulus dari luar, seberapapun tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang, pasti
butuh motivasi, dengan perkataan lain potensi sumber daya manusia adalah sesuatu
yang terbatas, dengan demikian kinerja seseorang merupakan fungsi dari
faktor-faktor kemampuan dan motivasi dirinya. Motivasi dapat bersifat positif ataupun
negatif. Motivasi positif, bertujuan “mengurangi perasaan cemas” ( Anxiety Reducing Motivation ) dimana orang ditawari sesuatu yang bernilai (misalnya imbalan berupa uang, pujian, kemungkinan untuk menjadi karyawan tetap) apabila
kinerjanya memenuhi standar yang ditetapkan. Sebaliknya motivasi negatif atau
menggunakan ancaman hukuman (teguran-teguran, ancaman akan di PHK,
ancaman akan diturunkan pangkat dan sebagainya) andaikata kinerja orang yang
bersangkutan di bawah standard. Saydan dalam Sayuti (2007), menyebutkan motivasi kerja seseorang di dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari proses psikologis dalam diri
seseorang dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri ( environment factors ).
Faktor internal terdiri dari:
1.Kematangan Pribadi
Orang yang bersifat egois dan kemanja-manjaan biasanya akan kurang peka
dalam menerima motivasi yang diberikan sehingga agak sulit untuk dapat
bekerjasama dalam membuat motivasi kerja. Oleh sebab itu kebiasaan yang
dibawanya sejak kecil, nilai yang dianut dan sikap bawaan seseorang sangat
mempengaruhi motivasinya.
2. Tingkat Pendidikan
Seorang pegawai yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi
biasanya akan lebih termotivasi karena sudah mempunyai wawasan yang lebih luas
dibandingkan dengan karyawan yang lebih rendah tingkat pendidikannya,
demikian juga sebaliknya jika tingkat pendidikan yang dimilikinya tidak digunakan
secara maksimal ataupun tidak dihargai sebagaimana layaknya oleh manajer maka
hal ini akan membuat karyawan tersebut mempunyai motivasi yang rendah di
dalam bekerja.
3. Keinginan dan Harapan Pribadi
Seseorang mau bekerja keras bila ada keinginan dan harapan pribadi yang
4. Kelelahan dan Kebosanan
Faktor kelelahan dan kebosanan mempengaruhi gairah dan semangat kerja
yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi motivasi kerjanya.
5. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja mempunyai korelasi yang sangat kuat kepada tinggi
rendahnya motivasi kerja seseorang. Karyawan yang puas terhadap pekerjaannya
akan mempunyai motivasi yang tinggi dan comitted terhadap pekerjaannya. Tinggi rendahnya kepuasan karyawan dapat tercermin dari produktivitas kerjanya
yang tinggi, jarang absen, sanggup bekerja ekstra, tingkat turn over yang rendah dan sejumlah indikator positif lainnya yang bermuara pada peningkatan kinerja
perusahaan.
Faktor eksternal terdiri dari:
1. Kondisi Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di
sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Lingkungan pekerjaan meliputi tempat bekerja,
fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk
juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat tersebut.
2. Kompensasi yang Memadai
Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh
bagi perusahaan untuk memberikan dorongan kepada para karyawan untuk bekerja
secara baik. Menurut Mathis dan Jackson (2006), penghargaan nyata yang diterima
3. Supervisi yang Baik
Mathis dan Jackson (2006), menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan
oleh seseorang supervisor dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan
kepada orang lain (pegawai) untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian
dorongan ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang atau pegawai agar
mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari
orang tersebut. Oleh karena itu seorang supervisor dituntut pengenalan atau
pemahaman akan sifat dan karateristik bawahannya, suatu kebutuhan yang
dilandasi oleh motiv dengan penguasaan supervisor terhadap perilaku dan tindakan
yang dibatasi oleh motiv, maka supervisor dapat mempengaruhi bawahannya untuk
bertindak sesuai dengan keinginan organisasi. Mathis dan Jackson (2006), banyak
individu yang membangun hubungan yang akrab dengan rekan kerja, dalam survei
yang dilakukannya terhadap individu dengan berbagai usia dan yang bekerja
diberbagai industri, faktor yang disebutkan dengan sangat positif tentang bekerja
adalah hubungan dengan para rekan kerja. Seorang supervisor membangun
hubungan positif dan membantu motivasi karyawan dengan berlaku adil dan tidak
diskriminatif, yang memungkinkan adanya fleksibilitas kerja dan keseimbangan
bekerja memberi karyawan umpan balik yang mengakui usaha dan kinerja
karyawan dan mendukung perencanaan dan pengembangan karier untuk para
karyawan.
4. Ada Jaminan Karir (penghargaan atas prestasi)
Karir adalah rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang ditempati
seseorang sepanjang hidupnya. Para karyawan mengejar karir untuk dapat
untuk bekerja secara keras dengan mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk
perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa ada jaminan karir yang jelas dalam
melakukan pekerjaan. Hal ini akan dapat terwujud bila perusahaan dapat
memberikan jaminan karir untuk masa depan, baik berupa promosi jabatan,
pangkat, maupun jaminan pemberian kesempatan dan penempatan untuk dapat
mengembangkan potensi yang ada pada diri karyawan tersebut.
5. Peraturan yang Fleksibel
Faktor lain yang diketahui dapat mempengaruhi motivasi adalah didasarkan
pada hubungan yang dimiliki para karyawan dalam organisasi. Bidang-bidang
seperti kelayakan dari kebijakan manajemen, keadilan dari tindakan disipliner, cara
yang digunakan untuk memutuskan hubungan kerja dan peluang kerja semua akan
mempengaruhi retensi karyawan, apabila karyawan merasakan bahwa kebijakan
itu terlalu kaku atau diterapkan secara tidak konsisten, mereka akan cenderung
untuk mempunyai motivasi kerja yang rendah. Wahjosumidjo (1997),
berpendapat bahwa sistem dan peraturan yang ada pada suatu perusahaan dapat
mempengaruhi motivasi kerja karyawan, suatu peraturan yang bersifat melindungi
( protective ) dan diinformasikan secara jelas akan lebih memicu motivasi karyawan di dalam bekerja.
Wahjosumidjo (1997), menyatakan delapan sasaran dapat dicapai bila
karyawan diberi motivasi, yaitu mengubah perilaku karyawan sesuai dengan
keinginan perusahaan, meningkatkan gairah dan semangat kerja, meningkatkan
disiplin kerja, meningkatkan prestasi kerja, mempertinggi moral kerja karyawan,
meningkatkan rasa tanggung jawab, meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta
Pengukuran motivasi kerja dapat diketahui dengan melakukan survei dalam
mendiagnosis bidang masalah tertentu kepada karyawan, sebagai contoh, kuesioner
diberikan guna mengumpulkan ide untuk memperbaiki sistem penghargaan kinerja
atau untuk menentukan seberapa puas para karyawan dengan program tunjangan
mereka. Mathis (2006), menyatakan bahwa: salah satu jenis survei yang sering
dilakukan oleh banyak organisasi adalah survei sikap ( attitude survey ) yang berfokus pada perasaan dan keyakinan para karyawan tentang pekerjaannya dan
organisasi. Dengan berfungsi sebagai cara untuk mendapatkan data tentang cara
para karyawan memandang pekerjaan, supervisor mereka, rekan kerja mereka,
kebijakan dan praktik organisasional, pengembangan dan jaminan terhadap
karyawan serta lingkungan pekerjaan mereka. Survei ini dapat menjadi awal mula
untuk meningkatkan motivasi kerja pada periode waktu lebih lama. Murray dalam Mangkunegara (2001), menyatakan bahwa: pengukuran motivasi dapat dilakukan dengan melihat karakter orang sebagai berikut:
1. Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya;
2. Kreatif dan inovatif;
3. Melakukan sesuatu untuk mencapai kesuksesan;
4. Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan;
5. Selalu mencari sesuatu yang baru;
6. Berkeinginan menjadi orang terkenal atau menguasai bidang tertentu;
7. Melakukan pekerjaan yang sukar dengan hasil yang memuaskan;
8. Inisiatif kerja tinggi;
Robbins dalam Sayuti (2006), menyebutkan bahwa pengukuran motivasi kerja dapat dilakukan dengan melihat pada beberapa aspek antara lain sebagai
berikut:
1. Mempunyai sifat agresif;
2. Kreatif di dalam melaksanakan pekerjaan;
3. Mutu pekerjaan meningkat dari hari ke hari;
4. Mematuhi jam kerja;
5. Tugas yang diberikan dapat diselesaikan sesuai dengan kemampuan;
6. Inisiatif kerja yang tinggi dapat mendorong prestasi kerja;
7. Kesetiaan dan kejujuran;
8. Terjalin hubungan kerja antara karyawan dengan pimpinan;
9. Tercapai tujuan perorangan dan tujuan organisasi;
10. Menghasilkan informasi yang akurat dan tepat.
2.4. Teori Motivasi
Pada dasarnya teori motivasi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu teori isi dan
teori proses. Teori isi berkaitan dengan faktor yang ada dalam diri seseorang yang
memotivasinya. Yang termasuk kedalam Teori Isi adalah : Teori Hirarki
Kebutuhan dari Maslow, Teori Dua Faktor dari Herzberg, Teori ERG dari
Alderfer dan Teori Kebutuhan prestasi dari McClelland. Teori proses berkaitan
dengan bagaimana motivasi itu terjadi atau bagaimana perilaku itu digerakkan,
diarahkan dan dipelihara. Yang termasuk kedalam Teori Proses adalah Teori
Pengharapan dari Vroom, Teori Keadilan dari Adams, Teori Penguatan dari
Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki dalam Wibowo (2012) tentang teori
yang terkait dengan kinerja, mengatakan bahwa motivasi dapat diperoleh melalui :
a. Kebutuhan (Needs)
Kebutuhan menunjukkan adanya kekurangan fisiologis atau psikologis yang
menimbulkan perilaku. Manajer disarankan agar dapat memotivasi pekerja dengan
memusakan kebutuhannya. Teori motivasi yang terkait dengan kebutuhan adalah
teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut
Maslow kebutuhan manusia berjenjang dari kebutuhan fisiologi (physiological Need), kebutuhan keamanan (safety need), kebutuhan penerimaan (belongingness need), kebutuhan penghargaan (esteem need) dan kebutuahn aktualisasi diri ( self-actualization). Dalam menghadapi pemberhentian (downsizing) yang menyebabkan stres dan ketidakamanan kerja, organisasi dapat menjalankan
program dukungan dan pemotongan upah untuk membantu pekerja mengatasi
perasaan, emosi dan kepentingan finansial. Teori lainnya tentang kebutuhan
dikemukakan oleh McClelland, yang mengatakan bahwa adanya 3 kebutuhan
yaitu kebutuhan untuk berprestasi (the need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (the need for affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (the need for power). Implikasi yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan teori tersebut adalah memberikan pelatihan untuk meningkatkan motivasi berprestasi para pekerja serta
pelaksanaan seleksi untuk penempatan yang lebih baik. Orang dengan kebutuhan
berprestasi yang tinggi akan lebih tertarik pada perusahaan yang mempunyai
lingkungan dimana pembayaran diberikan berdasarkan kinerja. Kebutuhan akan
prestasi berhubungan secara positip dengan komitmen pada pencapaian tujuan
b. Kepuasan (Satisfaction)
Kepuasan kerja adalah respon yang bersifat mempengaruhi terhadap
berbagai segi pekerjaan seseorang. Teori yang terkait dengan kepuasan kerja
adalah Teori Dua Faktor (Two Faktor Theory) yang menganjurkan bahwa kepuasan (satisfaction) dan ketidak puasan (dissatisfaction) merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators dan hygiens factors.
Ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi di sekitar pekerjaan seperti kondisi
kerja, pengupahan, keamanan, kualitas pengawasan dan hubungan dengan orang
lain. Sedangkan kepuasan ditarik dari faktor yang terkait dengan pekerjaan itu
sendiri atau hasil langsung daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi dalam
pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk pengembangan diri dan
pengakuan. Menurut Herzberg dalam Miftah Thoha (2012) Kepuasan pekerjaan
selalu dihubungkan dengan isi jenis pekerjaan (job context) dan ketidakpuasan
bekerja selalu disebabkan karena hubungan pekerjaan tersebut dengan
aspek-aspek disekitar yang berhubungan dengan pekerjaan (job context). Karyawan yang
lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan
pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting. Teori lainnya
yang berkaitan dengan kepuasan kerja adalah Value Theory. Menurut teori ini
kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima individu
seperti yang diharapkannya. Semakin banyak orang yang menerima hasil akan
semakin puas dan semakin sedikit meneriam hasil akan kurang puas. Cara yang
paling efektif untuk memuaskan pekerja adalah dengan menemukan apa yang
Menurut Kreiner dan Kinicki dalam Wibowo (2012) terdapat 5 faktor yang
mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja yaitu :
- Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan yang
memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
- Perbedaan (Discrepanies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan
mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh
individu dari pekerjaan. Apabila harapan lebih besar dari apa yang diterima maka
orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan merasa puas apabila mereka
menerima manfaat diatas harapannya.
- Pencapaian Nilai (Value attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan yang memberikan
pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
- Keadilan (Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di
tempat kerja. Kepuasan merupakan hasil dari persepsi orang bahwa perbandingan
antara hasil kerja dan inputnya relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan
perbandingan antara keluaran dan masukan pekerjaan lainnya.
- Komponen Generik (Dispositional/genetic components
Kepuasan kerja merupakan fungsi dari sifat pribadi dan faktor genetik.
Menurut Greenberg dan Baron dalam Wibowo (2012), pedoman untuk
meningkatkan kepuasan kerja adalah membuat pekerjaan menyenangkan, orang
dengan minatnya dan menghindari kebosanan serta pekerjaan yang
berulang-ulang.
c. Keadilan (Equity)
Teori keadilan (Equity) adalah model motivasi yang menjelaskan bagaimana orang mengejar kejujuran dan keadilan dalam pertukaran sosial atau hubungan
memberi dan menerima. Komponen utama yang terkait dalam pertukaran adalah
input dan outcomes. Sebagai input adalah pekerja yang mengharapkan hasil
seperti pendidikan, pengalaman, ketrampilan dan usaha. Disisi outcomes adalah
organisasi yang mengusahakan pembayaran, tunjangan tambahan dan rekognisi.
Outcomes ini bervariasi sangat luas tergantung pada organisasi dan tingkatannya.
Teori ini menyatakan bahwa orang cenderung untuk selalu melihat rasio antara
beban kerja dengan penghargaan yang diterimanya. Bila seimbang antara
keduanya maka orang akan merasa puas, bila sebaliknya akan merasa tidak puas
atau kecewa. Akibat selanjutnya adalah menurunnya motivasi kerja. Disamping
itu juga orang akan membandingkan balas jasa yang diterima orang lain dengan
yang diterimanya untuk pekerjaan yang sama. Terdapat beberapa pelajaran dari
Teori Keadilan ini yaitu : Memberikan pelajaran kepada manajer tentang
bagaimana keyakinan dan sikap mempengaruhi kinerja, Menekankan perlunya
bagi manajer memberikan perhatian pada persepsi pekerja tentang apa yang jujur
dan adil, Manajer mendapatkan manfaat dengan memberikan kesempatan kepada
pekerja berpartisipasi dalam membuat keputusan tentang manfaat pekerjaan
penting, Pekerja harus diberi peluang mempertimbangkan keputusan yang
mempengaruhi kesejahteraan mereka, Pekerja lebih mungkin menerima dan
dan menghasilkan manfaat secara adil, Manajer dapat meningkatkan kerjasama
dan teamwork diantara anggota kelompok dengan memperlakukan mereka secara
jujur, Memperlakukan pekerja secara tidak adil dapat mengarah pada proses
pengadilan dan biaya sidang yang mahal, Manajer perlu memberi perhatian pada
iklan organisasi untuk keadilan
d. Harapan (Expectation)
Keinginan seseorang untuk menghasilkan (berproduksi) sangat tergantung
pada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan persepsi atas tindakan-tindakan
untuk mencapai tujuan tersebut. Produktivitas hasil yang dicapainya merupakan
alat pemuas bagi seseorang. Produktivitas adalah alat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Implikasi Teori Harapan (Expectation Theori) bagi para manajer adalah: Mempertimbangkan nilai hasil kerja, mengidentidikasi kinerja baik
sehingga perilaku yang sesuai dapat diberi penghargaan, memastikan bahwa para
pekerja dapat mencapai tingkat kinerja yang ditargetkan, menghubungkan hasil
yang diharapkan pada tingkat kinerja yang ditargetkan, memastikan bahwa
perubahan dalam hasil cukup besar untuk memotivasi usaha besar dan memonitor
ketidakadilan dalam sistem penghargaan. Sedangkan implikasi bagi organisasi
adalah menghargai orang untuk kinerja yang diharapkan dan tidak membuat
keputusan pengupahan sebagai rahasia, merancang pekerjaan menantang,
mengikat beberapa penghargaan pada penyelesaian kelompok untuk membangun
teamwork dan mendorong kerjasama, memberi penghargaan pada manajer atas
penciptaan, monitoring dan memelihara harapan dan hasil yang mengarah pada
wawancara atau kuesioner tanpa nama dan mengakomodasi perbedaan individual
dengan membangun fleksibilitas kedalam program motivasi.
e. Penetapan Tujuan (Goal Setting)
Tujuan adalah apa yang diusahakan untuk dicapai individu. Menurut
Locke, Goal Setting mempunyai empat mekanisme motivasional yaitu :
- Goal direct attention yaitu tujuan yang fokus pada satu perhatian pada apa yang relevan dan penting.
- Goal regulate effort, tujuan yang memotivasi untuk bertindak
- Goal increase persistence, pencapaian tujuan membutuhkan ketekunan. Orang yang tekun cenderung melihat hambatan sebagai tantangan yang harus
diatasi daripada sebagai alasan untuk gagal.
- Goal foster strategies and action plans, tujuan mendorong orang untuk mengembangkan strategi dan rencana aksi yang memungkinkan mencapai
tujuan mereka.
2.5. Kerangka Pemikiran
Kematangan Pribadi merupakan hasil akhir keselarasan antar fungsi-fungsi
fisik dan psikis sebagai pertumbuhan dan perkembangan, dimana individu dapat
mengaktualisasikan dirinya dengan memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas
dan potensi yang ada pada dirinya. Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan
yang dimiliki oleh seseorang. Kelelahan dan kebosanan merupakan faktor yang
dapat menurunkan kapasitas dan ketahanan kerja. Kelelahan dan kebosanan
tersebut pada umumnya disebabkan karena kebijakan pimpinan yang kurang
konsisten, kondisi fisik, volume kerja yang terlalu tinggi, rutinitas pekerjaan dan
seseorang dalam kehidupannya. Pada umumnya keinginan manusia adalah untuk
memenuhi kebutuhannya baik yang berupa kebutuhan dasar maupun kebutuhan
untuk dihargai oleh orang lain. Kepuasan Kerja adalah Kepuasan yang dinikmati
dalam pekerjaan. Kepuasan kerja bisa dalam bentuk penempatan kerja pada
wilayah yang sesuai dengan kemampuan, terjalinnya hubungan yang harmonis
dengan rekan kerja dan dengan masyarakat, kepuasan karena keberhasilan
masyarakat dan kepuasan karena adanya penghargaan dari pimpinan. Kompensasi
merupakan imbalan yang diterima sesuai dengan balas jasa yang diberikan dalam
pencapaian tujuan organisasi. Kompensasi dapat diberikan berdasarkan tingkat
pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan, pengalaman kerja dan peraturan yang
berlaku. Peraturan merupakan Ketentuan yang harus dilaksanakan di dalam
pelaksanaan tugas. Ketentuan yang dilaksanakan harus berdasarkan ketentuan
yang telah ada, pegawai yang melanggar ketentuan akan dikenakan sanksi dan
bagi pegawai yang mematuhi ketentuan diberikan penghargaan. Peraturan tersebut
akan memacu pegawai untuk bekerja maksimal demi tercapainya tujuan
Berdasarkan keterangan terdahulu, maka dapat digambarkan skema kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan penelitian-penelitian sebelumnya,
maka Hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan faktor Kematangan Pribadi dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo
2. Ada hubungan faktor Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian 1. PNS
2. THL-TB PP Kematangan Pribadi
Peraturan
Kelelahan dan Kebosanan
Keinginan
Kepuasan Kerja
Kompensasi
3. Ada hubungan faktor Kelelahan dan Kebosanan dengan Motivasi Kerja
Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo
4. Ada hubungan faktor Keinginan dengan Motivasi Kerja Penyuluh
Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo
5. Ada hubungan faktor Kepuasan Kerja dengan Motivasi Kerja Penyuluh
Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo
6. Ada hubungan faktor Kompensasi dengan Motivasi Kerja Penyuluh
Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo
7. Ada hubungan faktor Peraturan dengan Motivasi Kerja Penyuluh
Pertanian PNS dan THL-TB PP di Kabupaten Karo
8. Ada faktor yang mempunyai hubungan paling erat dengan motivasi kerja