PENGARUH KEANGGOTAAN KELOMPOK PHT ATAS SIKAP PETANI
TERHADAP FUNGISIDA PADA PENGENDALIAN PENYAKIT
TANAMAN KUBIS DI KABUPATEN KARO
(Studi Kasus Kec. Berastagi)
SKRIPSI
OLEH :
MHD. ARIFIN SIREGAR 060302004
HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
M E D A N
PENGARUH KEANGGOTAAN KELOMPOK PHT ATAS SIKAP PETANI
TERHADAP FUNGISIDA PADA PENGENDALIAN PENYAKIT
TANAMAN KUBIS DI KABUPATEN KARO
(Studi Kasus Kec. Berastagi)
SKRIPSI
OLEH :
MHD. ARIFIN SIREGAR 060302004
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatra Utara, Medan
Disejui Oleh Komisi Pembimbing
(Ir. Lahmuddin Lubis, MP) (Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr.) Ketua Anggota
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
M E D A N
ABSTRACT
Mhd.ArifinSiregar “Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas
Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)”, With
the conselling Mr. Ir. H. Lahmuddin Lubis, MP. as a leader and lader and
Mr. Ir. H. Mukhtar Iskandar Pinem, M.agr as aco-author.
The experiment was to know how IPM done by cabbage’s farmer of Karo,
how fungicide use by the farmer and how IPM increased income of karo’s farmer.
Corelation Coeficion Rank’s spearman was used as experiment method.
The experiment was conclude on Kabupaten Karo since 16 November 2010 Until
27 January2011.
The survey show there was significant influence between IPm information
resource to chemical fungicide, and there where no significant correlation with
IPM program application to chemical fungicide used, between IPM training to
chemical fungicide used.
From experiment survey,farmer not apply IPM all plant season because
they devend on climate so Karo’s farmer could’nt release from fungicide use
ABSTRAK
M. Arifin Siregar, “Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas
Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)” di
bawah bimbingan Ir. H. Lahmuddin Lubis, MP. selaku ketua dan
Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. selaku anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program PHT sudah
dilaksanakan petani tomat di Kabupaten Karo, untuk mengetahui apakah program
PHT berpengaruh pada sikap pada sikap prilaku petani terhadap fungisida, dan
untuk mengetahui apakah program PHT dapat meningkatkan pendaptan petani
Kubis di Kabupaten Karo.
Metodologi penelitian dengan menggunakan koefisien korelasi Rank’s
Sperman . Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo, mulai tanggal 16 November
2010 sampai 27 Januari 2011.
Survey penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi PHT signifikan
terhadap penggunaan fungisida, dan tidak signifikan antara lamanya telah
menerapkan PHT terhadap penggunaan fungisida, antara pendapat petani tentang
program PHT terhadap penggunaan fungisidaa.
Dari survey penelitian, hal ini dikarenakan ketergantungan petani terhadap
iklim sehingga petani kubis di karo belum dapat melepaskan ketergantungan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini
dengan sebaik baiknya.
Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah
“Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada
Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec.
Berastagi )” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan praktek penelitian di Departemen Hama dan penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku Ketua komisi pembimbing dan Bapak
Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr. selaku anggota komisi pembimbing yang
telah banyak membantu menyelesaikan judul ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun Demi
kesempurnaan tulis ini.
Akhir Kata dari penulis mengucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat
bagi kita.
Medan, April 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Mhd. Arifin Siregar, dilahirkan di P.siantar pada tanggal 09 juli 1987.
Merupakan anak pertama dari tujuh (7) bersaudara pasangan dari, ayahanda
Abdurrahim Siregar, dan ibunda Dakhniar Nasution.Spdi.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah:
- SD Muhammadiyah P.Siantar lulus tahun 2000
- MTs Negeri P.siantar lulus tahun 2003
- MA Negeri P.Siantar lulus tahun 2006
- Terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.
Adapun kegiatan dan aktifitas pada masa perkuliahan adalah
- Tahun 2006- 2007 menjadi anggota HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)
- Tahun 2007- 2011 menjadi anggota Mapalasu (Mahasiswa Pencinta Alam
Sumatera Utara)
- Tahun 2010-2010 Menjadi asisten Laboratorium Dasar Perlindunganhutan
- Tahun 2009-2010 mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN IV, Kebun
Pamela
- Tahun 2010-2010 menjadi PJS Ketua HMD Hama dan Penyakit Tumbuhan
- Tahun 2010-2011 Menjadi anggota SATMA PP(Satuan Mahasiswa Pemuda
Pancasila)
- Tahun 2010 – 2011 menjadi anggota IP-NU Sumut (Ikatan Pelajar Nahdalatul
- Tahun 2010-2011 menjadi anggota HIMAPSI (Himpunan Mahasiswa P.siantar
Simalungun)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR. ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL. ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN. ... 1
Latar belakang ... 1
Tujuan penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Pengendalian Hama Terpadu ... 4
Kegiatan PHT dalam Pemberdayaan Petani ... 6
Sistem Pengendalian Hama Terpadu ... 7
METODE PENELITIAN ... 7
Tempat Dan Waktu ... 9
Populasi dan Sampel ... 9
Pengumpulan Data ... 9
Analisis Data ... 10
Parameter Pengamatan ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12
Sumber Informasi PHT. ... 12
Lamanya Telah Menerapkan PHT. ... 15
Pendapat Petani Tentang PHT ... 15
Manfaat Pelatihan PHT ... 16
Rata – rata Jawaban Responden Untuk Penerapan Program PHT ... 17
Rata – rata Jawaban Responden Untuk Variabel Y ... 18
Pengaruh Sumber Informas Informasi PHT (X1) Terhadap Penggunaan Fungisida... 19
Pengaruh Lamanya Menerapkan PHT (X2) Terhadap Penggunaan Fungisida... 20
Pengaruh Pendapat Petani Tentang PHT (X3) Terhadap Penggunaan Fungisida... 20
Pengaruh Manfaat Pelatihan PHT (X4) Terhadap Penggunaan Fungisida... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ... 23
Kesimpulan. ... 26
Saran. ... 27
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1. Sumber Informasi PHT ... 14
2. Lamanya Telah Menerapkan PHT……….. ... 15
3. Pendapat Petani Tentang PHT... ... 16
4. Manfaat Pelatihan PHT... ... 17
5. Rata – rata Jawaban Responden Untuk Variabel X... ... 17
6. Variabel Penggunaan Fungisida... ... 18
7. Rata – rata Jawaban Responden Untuk Variabel Y... ... 18
8. Korelasi Rank Spearman’s X1 Terhadap Y... ... 19
9. Korelasi Rank Spearman’s X2 Terhadap Y... ... 20
10.Korelasi Rank Spearman’s X3 Terhadap Y... ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Daftar Isian Data ... 30
2. Karakteristik Petani Kubis Di Kabupaten Karo Kec. Berastagi……….. ... 37
3. Distribusi Skor Reponden Terhadap Kuisioner Variabel Bebas (X)... ... 38
4. Distribusi Skor Reponden Terhadap Kuisioner Variabel Bebas (Y)... ... 39
5. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel X... ... 40
6. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Y... .... 41
7. Analisis Rank X Terhadap Y... ... 42
8. Analisis Rank X1 Terhadap Y... ... 43
9. Analisis Rank X2 Terhadap Y... ... 44
10.Analisis Rank X3 Terhadap Y... ... 45
11.Analisis Rank X4 Terhadap Y... ... 46
12.Peta Kabupaten Karo... ... 47
ABSTRACT
Mhd.ArifinSiregar “Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas
Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)”, With
the conselling Mr. Ir. H. Lahmuddin Lubis, MP. as a leader and lader and
Mr. Ir. H. Mukhtar Iskandar Pinem, M.agr as aco-author.
The experiment was to know how IPM done by cabbage’s farmer of Karo,
how fungicide use by the farmer and how IPM increased income of karo’s farmer.
Corelation Coeficion Rank’s spearman was used as experiment method.
The experiment was conclude on Kabupaten Karo since 16 November 2010 Until
27 January2011.
The survey show there was significant influence between IPm information
resource to chemical fungicide, and there where no significant correlation with
IPM program application to chemical fungicide used, between IPM training to
chemical fungicide used.
From experiment survey,farmer not apply IPM all plant season because
they devend on climate so Karo’s farmer could’nt release from fungicide use
ABSTRAK
M. Arifin Siregar, “Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas
Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)” di
bawah bimbingan Ir. H. Lahmuddin Lubis, MP. selaku ketua dan
Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. selaku anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program PHT sudah
dilaksanakan petani tomat di Kabupaten Karo, untuk mengetahui apakah program
PHT berpengaruh pada sikap pada sikap prilaku petani terhadap fungisida, dan
untuk mengetahui apakah program PHT dapat meningkatkan pendaptan petani
Kubis di Kabupaten Karo.
Metodologi penelitian dengan menggunakan koefisien korelasi Rank’s
Sperman . Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo, mulai tanggal 16 November
2010 sampai 27 Januari 2011.
Survey penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi PHT signifikan
terhadap penggunaan fungisida, dan tidak signifikan antara lamanya telah
menerapkan PHT terhadap penggunaan fungisida, antara pendapat petani tentang
program PHT terhadap penggunaan fungisidaa.
Dari survey penelitian, hal ini dikarenakan ketergantungan petani terhadap
iklim sehingga petani kubis di karo belum dapat melepaskan ketergantungan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Isu pelestarian lingkungan kini begitu kuat mempengaruhi aspek
kehidupan, sehingga segala usaha atau tindakan yang berkaitan dengan
pembangunan perlu memasukkan unsur pelestarian ke dalamnya. Berkaitan
dengan hal itu, tekhnologi pertanian yang banyak menimbulkan efek negatif
terhadap keseimbangan ekosistem perlu ditinjau kembali untuk dicarikan jalan
keluar atau penggantinya. Pertanian organik, pengendalian hama terpadu, dan
biopestisida merupakan cara-cara alternativ dalam menuju pertanian berwawasan
lingkungan (Warsana, 1998).
Kemajuan dalam bidang perlindungan tanaman juga belum banyak terjadi.
Serangan hama, penyakit dan gulma masih tetap menjadi faktor pembatas penting
dalam program peningkatan produksi pertanian. Berbagai jenis hama dan penyakit
tumbuhan belum dapat dikendalikan dengan mantap (Untung, 2003).
Salah satu tujuan pengelolaan lingkungan hidup menurut undang undang
adalah terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan yang mendatang. Berbagai cara yang dilakukan untuk
meminimalkan penggunaan pestisida kimiawi dalam mewujudkan pertanian
berwawasan lingkungan antara lain adalah pengendalian hama terpadu, pertanian
organik (Warsana, 1998).
Dalam usaha peningkatan produksi dan produktivitas pertanian sayuran
khususnya kubis, sering mengalami kerugian atau kerusakan akibat adanya
gulma. Selain gangguan OPT, masalah lain dalam penyediaan pangan adalah para
petani saat ini mengalami perubahan lingkungan strategis yang disebabkan oleh
globalisasi,liberalisasi perdagangan (pasar bebas), isu lingkungan, adanya
kerjasama regional dan internasional yang menuntut adanya peningkatan mutu
dan kontiunitas hasil pertanian, aman dikonsumsi dan man bagi lingkungan
(Untung, 1993).
Dalam upaya memperkecil kerugian ekonomi usaha tani kubis karena
serangan OPT, pada umumnya petani kubis menggunakan pestisida secara
intensif. Pestisida umumnya digunakan petani secara tunggal maupun secara
campuran dari berbagai jenis pestisida dengan konsentrasi penyemprotan yang
melebihi rekomendasi dan interval penyemprotan yang pendek
(Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran, 2001).
PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang
pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi
ekonomi dalam rangka pengelolaan agro-ekosistem yang berwawasan lingkungan
yang berkelanjutan. Sebagai sasaran teknologi PHT adalah : 1) produksi pertanian
mantap tinggi, 2) Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) Populasi
OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara ekonomi tidak merugikan dan
4) Pengurangan resiko pencemaran Lingkungan akibat penggunaan pestisida yang
berlebihan (Anonimus, 2004).
Dengan demikian maka program PHT pada tanaman Kubis diharapkan
akan membantu petani untuk bertani dengan cara yang sehat bagi petani itu
Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui apakah program PHT sudah dilaksanakn petani kubis di
Kabupaten Karo.
- Untuk mengetahui apakah program PHT berpengaruh pada sikap prilaku
petani terhadap fungisida
- Untuk mengetahui apakah program PHT dapat meningkatkan pendapatan
petani kubis di Kabupaten Karo.
Hipotesa Penelitian
− Program PHT di kabupaten Karo sudah dilaksanakan oleh petani kubis di
Kabupaten Karo.
− Penggunaan PHT menjadi alternatif pengurangan fungisida.
Kegunaan Penelitian
− Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Faultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
− Sebagai bahan informasi dan referensi bagi masyarakat dan pemerintah dalam
mengambil langkah selanjutnya dalam menjalankan program PHT agar lebih
TINJAUAN PUSTAKA
Pengendalian Hama Terpadu
Flint dan Robert (1981) mendefenisikan PHT adalah strategi pengendalian
hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas
alami seperti musuh alami dan cuaca serta mencari taktik pengendalian yang
menggunakan faktor-faktor ini seminimal mungkin. PHT memanfaatkan pestisida,
tetapi hanya setelah dilakukan pemantauan sistematik terhadap populasi hama dan
faktor pengendali hama menunjukkan perlunya penggunaan pestisida.
Penerapan PHT sebagai dasar kebijaksanaan perlindungan tanaman dari
serangan OPT ditegaskan melalui inpres no.3 tahun 1986, kemudian diperkuat
dengan undang-undang no. 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman dan
dilengkapi dengan peraturan pemerintah no.6 tahun 1995 tentang perlindungan
tanaman. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan pemerintah untuk
memasyarakatkan pemahaman PHT melalui pendidikan, penyuluhan, penyiapan
sarana tekhnologi serta penyiapan sistem pelayanan yang diperlukan untuk
penerapan PHT (Untung, 1993).
Dengan demikian keberhasilan dalam pengembangan dan penerapan PHT
sangat tergantung kepada tingkat pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
dedikasi petugas seperti PPL dan PHP (Alimoeso dalam Rasahan, et. al. 1999).
Dengan keluarnya Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Budidaya
dengan cara Pengedalian Hama Terpadu (PHT). PHT meliputi empat prinsip
dasar, yaitu:
1. Tanaman budidaya yang sehat
Sasaran pengelolaan agro-ekosistem adalah produktivitas tanaman
budidaya. Pemilihan varietas, tanaman yang memperoleh cukup pemupukan,
pengairan, penyiangan gulma dan disertai pengolahan tanah yang baik sebelum
masa tanam adalah dasar bagi pencapaian hasil produksi yang tinggi. Budidaya
yang sehat dan kuat bagian program PHT.
2. Melestarikan dan Mendayagunakan fungsi musuh alami
Kekuatan unsur-unsur alami sebenarnya mampu mengendalikan lebih dari
99% hama kebanyakan lahan agar tetap berada pada jumlah yang tidak
merugikan. Tanpa disadari, sebenarnya semua petani bergantung pada kekuatan
alami yang sudah tersedia di lahannya masing-masing. PHT secara sengaja
mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami yang menjadi jaminan
pengendalian, serta memperkecil pemakaian pestisida berarti mendatangkan
keuntungan ekonomis kesehatan dan lingkungan tidak tercemar.
3. Pemantauan Lahan Secara Mingguan
Masalah hama tidak timbul begitu saja. Masalah ini timbul karena
kombinasi faktor-faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan populasi
hama. Kondisi lingkungan atau ekosistem sangat penting artinya dalam kaitannya
dengan timbulnya masalah ham. Dalam hal ini PHT menganjurkan pemantauan
lahan secara mingguan oleh petani sendiri untuk mengkaji masalah hama yang
berkembang. Pengendalian Hama Terpadu membantu petani untuk mempelajari
dan mempraktekkan keterampilan teknologi pengendalian hama.
4. Petani Menjadi Ahli PHT di Lahannya Sendiri
Pada dasarnya petani adalah penanggung jawab, pengelola dan penentu
keputusan di lahannya sendiri. Petugas dan orang-orang lain merupakan nara
sumber, pemberi informasi dan pemandu petani apabila diperlukan. Maka untuk
itu petani dilatih untuk AHLI PHT dilahannya sendiri. Dengan keahliannya itu
petani secara mandiri dan percaya diri mampu untuk melaksanakan dan
menerapkan prinsip teknologi PHT di lahannya sendiri. Sebagai ahli PHT petani
harus mampu menjadi pengamat, penganalisis ekosistem, pengambil keputusan
pengendalian dan sebagai pelaksana teknologi pengendalian sesuai dengan
prinsip-prinsip PHT.(Lubis, 2004).
Adapun tujuan umum pelaksanaan PHT di Indonesia menurut Oka (1995)
adalah (1). Memantapkan hasil dan tarap yang telah di capai oleh teknologi
pertanian maju, (2). Mempertahankan kelestarian lingkungan (3). Melindungi
kesehatan produsen dan konsumen, (4). Meningkatkan efesiensi pemasukan dalam
produksi, (5). Meningkatkan pendapatan /kesejahteraan petani.
Kegiatan PHT dan Pemberdayaan Petani
Didunia internasional Indonesia terkenal sebagai Negara berkembang
pertama yang telah berhasil menerapkan PHT ditingkat petani sehingga sekarang
telah dijadikan model bagi negara-negara lain dalam menerapkan dan
mengembangkan PHT sesuai dengan kondisi pertanaman, ekosistem, dan system
social ekonomi masyarakat. Prinsip pendidikan orang dewasa yang diwujudkan
diakui relevansi, efektivitas serta manfaatnya oleh banyak pihak sebagai
pendekatan pemberdayaan petani untuk kondisi petani di Negara perintis
penerapan SLPHT ada banyak jenis tanaman dan ekosistem termasuk tanaman
padi, palawija, sayuran dataran tinggi dan dataran rendah (Untung, 2002).
Dalam hal ini pelaksanaan pelatihan pada masyarakat tani dilaksanakan
oleh PHP yang disebut pemandu lapangan. Kepada anggota kelompok tani
diprogramkan sekolah lapangan PHT (SLPHT) yang dilatih oleh PHP dan PPL,
kemudian dilaksanakan kegiatan pelatihan pemandu (Oka, 1995).
Program SLPHT diarahkan untuk pengembangan SDM, sebagai model
penerapan PHT dengan sasaran terwujudnya SDM pelaku pelindungan yang
memiliki pengetahuan, kemampuan, kemauan untuk mengadakan pengendalian
OPT sesuai PHT secara mandiri (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Pasaribu (1998) faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat partisipasi petani adalah tingakat pendidikan, sedangkan umur,
pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan tidak
menunjukkan suatu hubungan terhadap tingkat partisipasi petani SLPHT kubis di
Kabupaten Karo.
Sistem Pengendalian HamaTerpadu
Pendekatan penerapan dan pemasyarakatan PHT bertujuan untuk
mempertahankan produksi pada taraf tinggi, peningkatan penghasilan dan
kesejahteraan masyarakat, mempertahankan populasi OPT pada taraf
keseimbangan dengan musuh alaminya, melestarikan dan memanfaatkan
keanekaragaman hayati, membatas dan mengurangi penggunaan pestisida,
pestisida, dan mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan
(Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003).
Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan PHT adalah memadukan
semua teknik pengendalian OPT seperti pengendalian kultur teknis, penggunaan
varietas, pengendalian hayati, pengendalian mekanik, pengendalian sacara
kimiawi dan melaksanakannya dengan taktik yang memenuhi azas ekologi serta
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di kebun kubis milik petani, desa tambak lau
mulgap 1,dolot rakyat, sampun, ujung sampun, tongkoh, raya, gundaling 1,
gundaling 2, Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dengan ketinggian ± 1000 m
dpl. Penelitian di mulai pada bulan Desember 2010 sampai Januari 2011.
Pemilihan daerah ini sebagai lokasi penelitian adalah dengan pertimbangan bahwa
daerah ini telah lama melaksanakan program PHT. Selain itu daerah ini memiliki
banyak anggota kelompok tani dan anggota sekolah lapang PHT (SLPHT).
Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei. Pengambilan sampel
dilakukan dengan sistem acak. Adapun yang menjadi populasi dalm penelitian ini
adalah petani kubis yang merupakan alumni SLPHT di Kabupaten Karo
Kecamatan Berastagi. dengan cara mengambil sampel secara acak langsung
kepada alumni SLPHT tanpa melihat latar belakag petani. Jumlah sampel yang
diambil adalah 25 orang alumni SLPHT di Kecamatan Berastagi.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan petani kubis
dengan menggunakan daftar kuisioner. Data yang dibutuhkan antara lain tentang
kepemilikan, tanggapan petani terhadap PHT, tanggapan petani terhadap
penggunaan fungisida.
Analisis Data
Data dalam kuisioner dibuat secara kuantitif dengan bobot nilai 1-4
dengan 4 alternatif jawaban, dimana keseluruhan jawaban terhadap kuisioner di
klasifikasikan dengan 4 kategori sebagai berikut:
No. Keterangan Bobot Nilai
1 Angka 1 berarti sangat baik 4
2 Angka 2 dua berarti baik 3
3 Angka 3 tiga berarti cukup baik 2
4 Angka 4 empat berarti kurang baik 1
(Sumber: Tobing, 2009)
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari kuisioner, digunakan metode
dengan analisis kuantitatip korelasi guna mengetahui apakah ada hubungan antara
kontinuitas penerapan sistem PHT dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyakit tanaman kubis.
Penelitian ini mencari sebab akibat dalam suatu gejala dan mencari
hubungan diantara berbagai faktor. Variable yang diduga sebagai penyebab atau
pendahulu dari variable yang lain disebut variable bebas (variable X). Variabel
yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang
mendahuluinya disebut variabel tidak bebas (variaabel Y).
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu penerimaan program PHT
sebagai variabel bebas (variabel X) dan penggunaan fungisida sebagai variabel
tidak bebas (variabel Y). Setiap variabel melingkupi beberapa parameter dan
yang terdiri dari empat parameter ( Sumber informasi PHT , lama menerapkan
PHT , pendapat petani tentag PHT , manfaat pelatihan PHT ) dan variabel tak
bebas ( Variabel Y ) terdiri dari empat parameter ( Sumber pengetahuan petani
tentang cara penggunaan fungisida. Pemahaman tentang dampak fungisida,
membaca dan memahami petunjuk penggunaan fungisida ).
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik
pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi
merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik
bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel.
Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua teknik
korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson Product
Moment dan Korelasi Rank Spearman (Sarwono. 2006).
Pemerikssaan korelasi antra X (variabel bebas) dan Y ( variabel tidak
bebas) yang kedua duanya dalam bentuk skala ordinal maka digunakan koefisien
korelasi Ranks Sperrman’s sebagai berikut:
Keterangan :
rs = Koefisien korelasi Rank Sperman’s
di = Perbedaan pasangan yang di ranking
n = jumlah sampel
(Adiningsih, 2001).
(
1
)
6
1
122
−
−
=
∑
n
n
di
r
n
Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka
dilakukan uji statistik-t, sebagai berikut:
Keterangan :
t = nilai t hitung
rs = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Untuk menguji apakah korelsi tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan uji
signifikan dengan uji statistic-t untuk tingkat signifikan = 0,5
t-hitung > t-tabel : Ha diterima dan Ho ditolak
t-hitung < t-tabel : Ho diterima dan Ha ditolak
( Adiningsih, 2001).
Parameter pengamatan
Penerimaan program PHT , terdiri dari 4 parameter yaitu :
1. Sumber informasi PHT
2. Lama menerapkan PHT
3. Pendapat petani tentang PHT
4. Manfaat pelatihan PHT
Penggunaan fungisida, terdiri dari 4 parameter yaitu :
1. Sumber pengetahuan petani tentang cara penggunaan fungisida
2. Waktu dan frekwensi penggunaan fungisida
2 2
1
2
r
n
r
t
s3. Pemahaman tentang dampak fungisida
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari peneletian yang dilakukan di Kabupaten Karo, diperoleh hasil
penelitian sebagai berikut:
Sumber informasi PHT
Sumber informasi PHT merupakan parameter pertama dari penerimaan
program PHT. Tabel 1. Merupakan proporsi jawaban parameter sumber informasi
PHT.
Tabel 1. Sumber Informasi PHT
Jawaban angka Responden Bobot nilai Ranking F F x S %
4 0 0 0 1 4
3 6 18 23 2 3
2 15 30 39 3 1
1 29 29 38 4 2
Total 50 77 100
Ket: F : Frekwensi jawaban quisioner dari parameter 1(x1) S : Jawaban angka
Tabel 1. Menunjukkan proporsi jawaban pada jawaban pada bobot nilai 1
(kurang baik) sebesar 0%, bobot nilai 2 (cukup baik ) sebesar 23%, bobot nilai 3
(baik) sebesar 39% dan bobot nilai 4 (sangat baik) sebesar 38%. Dari jumlah
tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar petani mengetahui program PHT,
bahkan ada juga petani yang dapat menjelaskan tentang program PHT tersebut
penyuluhan maupun bertanya langsung ke Dinas Pertanian atau pengamat Hma
dan Penyakit (PHP) setempat.
Lamanya Telah Menerapkan PHT
Lamanya telah menerapkan PHT merupakan parameter kedua dari penerimaan
program PHT. Tabel 2. Menunjukkan proporsi jawaban parameter lamanya telah
menerapkan PHT
Tabel 2. Lamanya Telah Menerapkan PH T (Tahun)
Jawaban angka Responden Bobot nilai Ranking F F x S %
4 13 52 26 1 3
3 31 93 47 2 1
2 22 44 22 3 2
1 9 9 5 4 4
Total 75 198 100
Ket: F : Frekwensi jawaban quisioner dari parameter 2(x2) S : Jawaban angka
Tabel 2. Menunjukkan proporsi jawaban pada bobot nilai menunnjukkan 1
(kurang baik) sebesar 26%, bobot nilai 2 (cukup baik) sebesar 47%, bobot nilai
3(baik) sebesar 22% dan bobot nilai 4 (sangat baik ) sebesar 5%. Dari jumlah ini
dapat diketahui bahwa sebagian besar Alumni Sekolah Lapang (SLPHT) tidak
menerapkan program PHT pada musim tanam.
Pendapat Petani Tentang PHT
Pendapat petani tentang PHT merupakan parameter ke 3 dari penerimaan
program PHT. Tabel 3. Menunjukkan proporsi jawaban parameter pendapat petani
Tabel 3. Pendapat Petani Tentang PHT
Jawaban angka Responden Bobot nilai Ranking F F x S %
4 0 0 0 1 4
3 0 0 0 2 3
2 8 16 48 3 1
1 17 17 52 4 2
Total 25 33 100
Ket: F : Frekwensi jawaban quisioner dari parameter 3(x3) S : Jawaban angka
Tabel 3 menunjukkan proporsi jawaban pada bobot nilai menunjukkan 1
(kurang baik) sebesar 0%, bobot nilai 2 (cukup baik) sebesar 0%, bobot nilai 3
(baik ) sebesar 48% dan bobot nilai 4 sebesar 52%. Dari jumlah ini dapat
diketahui bahwa sebahagian petani berpendapat bahwa penerapan program PHT
memberikan manfaat dan dampak positif bagi makhluk hidup dan lingkungan,
karena program PHT mengurangi jumlah penggunaan pestisida dengan
menggunakan pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT) yang lebih
alami dan aman bagi kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warsana (1998)
yang menyatakan bahwa peran pestisida perlu diganti dengan suatu tekhnologi
yang berwawasan lingkungan antara lain pengendalian hama terpadu pada
tanaman organik.
Manfaat Pelatihan PHT
Manfaat pelathan PHT merupakan parameter keempat dari penerimaan
program PHT. Tabel 4. Menunjukkan proporsi jawaban parameter manfaat
Tabel 4. Manfaat Pelatihan PHT
Jawaban angka Responden Bobot nilai Ranking F F x S %
4 3 12 9 1 4
3 14 42 31 2 3
2 23 46 34 3 1
1 35 35 26 4 2
Total 75 135 100
Ket: F : Frekwensi jawaban quisioner dari parameter 4(x4) S : Jawaban angka
Tabel 3 menunjukkan proporsi jawaban pada bobot nilai menunjukkan
1(kurang baik) sebesar 9%, bobot nialai 2 (cukup baik) sebesar 31% dan bobobt
nilai 4 (sangat baik) sebesar 26%. Dari jumlah tersebut dapat diketahui bahwa
program PHT menekankan pada penggunaan pestisida seminimal mungkin dalam
mengendalikan OPT di lahan petani sehingga dampak residu pestisida tersebur
bagi makhluk hidup dan lingkungan akan berkuang, dengan demikian penerapan
program PHT cukup bermanfaat bagi petani.
Rata – Rata Jawaban Responden Untuk Penerimaan Program PHT (Variabel X)
Dari hasil survei yang dilakukan, diperoleh rata-rata jawaban responden
[image:30.595.112.511.586.634.2]untuk variebel X seperti yang dapat dilihat pada table 5.
Tabel 5. Rata-rata Jawaban Responden Untuk Variabel X
Distribusi rata rata jawaban responden menurut bobot nilai
1 2 3 4 Total
7,1 % 22,67% 30,67% 39,56% 100,00%
Tabel 5. Menunjukkan proporsi jawaban tertinggi berada pada bobot nilai
4 (sangat baik) sebesar 39,56% dan terndah pada bobot nilai 1 yaitu (kurang baik)
sebesar 7,11 %. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan program PHT di
Variabel Penggunaan fungisida (variable Y)
[image:31.595.113.514.194.298.2]Variabel penggunaan fungisida dapat dilihat pada tabel 6 berikut :
Tabel 6. Variabel Penggunaan Fungisida Jawaban
(angka) (x)
Variable Y Bobot
nilai Ranking Y1 Y2 Y3 Y4 Yn Ynx %
4 1 11 6 12 30 120 18 1 3
3 12 4 5 77 98 294 45 2 1
2 25 2 15 3 45 90 14 3 4
1 37 33 49 33 152 152 23 4 2
Total 75 50 75 125 325 656 100
Tabel 6 menunjukkan proporsi jawaban pada bobot nilai (kurang baik)
sebesar 18 %, bobot nilai 2 (cukup baik) sebesar 45%, bobot nilai 3 (baik) sebesar
14 % dan bobot nilai 4(sangat baik) sebesar 23 %. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian petani kubis di Karo kurang memahami, peraturan penggunaandan cara
aplikasi Pestisida yang baik dan benar.
Rata-rata jawaban responden untuk variable Y
Rata-rata jawaban untuk variabel Y (Penggunaan Fungisida) dapat dilihat
[image:31.595.113.510.599.647.2]pada tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Jawaban Responden Untuk Variabel Y
Distribusi Rata Rata Jawaban Responden Menurut Skor (%)
1 2 3 4 Total
9,23 % 30,15% 16,62% 44,00% 100,00%
Dari tabel 7. Menunjukkan proporsi jawaban responden tertinggi pada
bobot nilai 4 (sangat baik) yaitu 44.00% dan terendah pada bobot nilai 1 (kurang
baik) yaitu sebesar 9,23%. Hal ini menunjukkan bahwa pengunaan fungisida dan
mendapatkan, mengaplikasikan serta mengetahui dampak dari penggunaan
fungisida tersebut. Namun penggunaan pestisida dikalangan petani masih
melebihi dosis yang dianjurkan oleh pemerintah, hal ini dikarenakan keyakinan
petani terhadap pestisida yang mampu mengendalikan OPT dilahan mereka lebih
cepat dan hasilnya lebih nyata di bandingkan dengan pengendalian PHT.
Pengaruh Sumber informasi PHT (X1) Terhadap penggunaan Fungisida(Y)
Pengaruh sumber informasi PHT terhadap penggunaan fungisida
didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut :
Ho : Tidak ada pengaruh sumber informasi PHT terhadap penggunaan
fungisida
Ha : Ada pengaruh sumber informasi PHT terhadap penggunaan fungisida
Untuk mengetahui pengaruh antara informasi PHT terhadap penggunaan
[image:32.595.118.508.499.529.2]fugisida dapat dilihat pada tabel 8. berikut :
Tabel 8. Korelasi Rank Spearman”s X1 terhadap Y
Koefisien korelasi t-uji t-tabel Keterangan
0.4116 2.116 2.060 Signifikan
Dari tabel dapat dilihat bahwa sumber informasi PHT bersifat signifikan
terhadap penggunaan fungisida dengan koefisien korelasi sebesar 0.4116 dapat
dilihat pada Lampiran 8. Dari tabel dapat dilihat bahwa uji lebih besar dari
t-tabel hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa alumni PHT.
Namun hanya beberapa petani saja yang mengetahui sebagaimana pengaplikasian
Pengaruh Lamanya Menerapkan PHT (X2) Terhadap Penggunaan Fungisida (Y).
Pengaruh lamanya telah menerapkan PHT terhadap penggunaan fungisida
didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh lamanya Telah menerapkan PHT terhadap penggunaan
fungisida
Ha : Ada pengaruh lamanya telah menerapkan PHT terhadap penggunaan
[image:33.595.120.508.333.362.2]fungisida dapat dilihat pada tabel 9 berikut
Tabel 9 korelasi Rank Spearman’s X2 Terhadap Y
Koefisien korelasi t-uji t-tabel Keterangan
0.3805 1.973 2.060 Tidak Signifikan
Dari tabel 9. Dapat dilihat bahwa lamanya telah menerapkan PHT bersifat
tidak signifikan terhadap penggunaan fungisida dengan koefisien korelasi sebesar
0.3805 dapat dilihat pada Lampiran 9 dan nilai t-uji lebih kecul dari t-tabel. Ini
berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani
tidak menerapkan sistem PHT di setiap musim tanamnya. Hal ini disebabkan oleh
adanya faktor iklim dan cuaca, dimana penggunaan fungifida yang dilakukan
oleh petani dipengaruhi oleh keadaan cuaca .
Pengaruh Pendapat Petani Tentang PHT (X3) Terhadap Penggunaan Fungisida(Y)
Pengaruh pendapat petani terhadap penggunaan fungisida didasarkan pada
hipotesis operasional sebagai berikut :
Ho : tidak ada pengaruh pendapat petani tentang PHT terhadap penggunaan
fungisida
Untuk mengetahui pengaruh pendapat petani terhadap fungisida dapat
dilihat pada tabel 10 berikut :
Tabel 10. Korelasi Rank Spearman’s X3 terhadap Y
Koefisien korelasi t-uji t-tabel Keterangan
0.0118 0.057 2.060 Tidak Signifikan
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pendapat petani terhadap PHT tidak
signifikan terhadap penggunaan fungisida dengan koefisien korelasi 0.0118 dapat
dilihat pada Lampiran 10 dan t-uji lebih kecil dari t-tabel. Ini berarti Ho diterima
dan Ha di tolak. Hasil analisis menunjukkan bahwa para petani tidak menerapkan
program PHT dan masih menggunakan fungisida di lahannya dalam
mengendalikan OPT. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari petani lain dan
banyaknya produk pestisida yang ditawarkan membuat petani lain sulit bertani
secara PHT.
Pengaruh Manfaat Pelatihan PHT (X4) Terhadap Penggunaan Fungisida (Y)
Pegaruh manfaat pelatihan PHT terhadap penggunaan fungisida
didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut
Ho : Tidak ada manfaat pelatihan PHT terhadap penggunaan fungisida
Ha : Ada pengaruh manfaat pelatihan PHT terhadap penggunaan fungisida
Untuk mengetahui pengaruh manfaat pelatihan PHT terhadap fungisida
[image:34.595.116.516.694.732.2]dapat dilihat pada dilihat pada tabel 11. berikut:
Tabel 11. Korelasi Rank Spearman’s X4 terhadap Y
Koefisien korelasi t-uji t-tabel Keterangan
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa manfaat pelatihan PHT tidak signifikan
terhadap penggunaan fungisida dengan koefisien korelasi 0.0445 dapat dilihat
pada Lampiran 11 dan t-uji lebih kecil dari t-tabel, ini berarti Ho diterima dan Ha
ditolak. Hasil analisis menunjukkan bahwa pelatihan program PHT belum
sepenuhnya bermanfaat bagi para petani dalam hal mengendalikan OPT di lahan
mereka, hal ini dikarenakan pengendalian OPT dalam program PHT mengurangi
penggunaan fungisida seminimal mungkin dengan menggunakan pengendalian
seperti kultur tekhnis, pola tanam, pestisida hayati. Pengendalian dalam Program
PHT sangat lambat dalam mengendalikan OPT sehingga petani tetap
menggunakan pestisida yang lebih cepat dalam menggunakan OPT. fungisida,
dimana Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa petani SLPHT
tidak menerapkan program PHT dilahannya tetapi masih melakukan pengendalian
OPT secara konvensional.
Pembahasan
Perhatian dan kepedulian masyarakat akan pentingnya perlindungan
tanaman semakin meningkat dengan ditengarai semakin sering munculnya
pemberitahuan tentang OPT maupun anomaly iklim di berbagai media namun,
akurasi informasi yang disampaikan sering tidak sesuai dengan kenyataan di
lapangan. Oleh karena itu pengembangan sistem informasi yang cepat dan akurat
perlu menjadi prioritas terutama dengan kondisi jumlah SDM yang semakin
menurun. Kita akui bahwa saat ini masih banyak masalah, kendala, kelemahan
persaingan ketat. Salah satu kendala utama yang kita miliki adalah keterbatasan
kuantitas (jumlah) SDM baik para petugas lapangan, laboratorium, dan
administrasi serta SDM petani kelompok tani.
Walaupun petani aktif dalam mencari informasi dan mengetahui tentang
PHT. Sebahagian petani alumni SLPHT tidak menerapkan sistem PHT pada
setiap musim tanam. Adanya perbedaan karekteristik petani
berpengaruh terhadap lamanya petani dalam menerapkan PHT. Menurut hasil
penelitian Pasaribu (1998), faktor yang berpengaruh terhdap tingkat partisipasi
petani adalah tingkat pendidikan yang menunjukkan satu hubungan terhadap
tingkat partisipasi petani dalam menerapkan program PHT. Menurut Alimoeso
dalam Prasahan, et.al (1999) yang menyatakan bahwa keberhasilan dalam
pengembangan dan penerapan PHT sangat tergantung kepada tingkat
pengetahuan, pengalaman, keterampilan se rta kemauan petani untuk menerapkan
PHT dan pengetahuan, keterampilan serta dedikisi PPL dan PHP.
Penerapan sistim bertani secara PHT juga dipengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang petani dalam sikap dan mentalnya dalam bersosialisasi dan
bermasyarakat. Hal ini jelas tampak pada pengetahuan dan kepedulian seorang
petani terhadap lingkungan sekitarnya berbeda antara petani yang memiliki
tingkat pendidikan yang hanya tamatan SMP dengan yang sudah sempat
menginjakkan kaki di perkuliahan. Hal lain juga bagaimana seseorang petani bias
menerima dan menerapkan pengetahuan – pengetahuan baru yang baik dari
lingkungan sekitar dia hidup.
Menurut hasil wawancara beberapa petani berpendapat bahwa program
tetapi petani belum sepenuhnya melaksanakan pengendalian secara PHT, menurut
untung (1993) kesadaran, pengetahuan dan keterampilan petani terbatas, sehingga
mereka kurang memperhatikan dan melaksanakan perlakuan perlindungan
tanaman secara terpadu. Meskipun PHT telah diangkat sebagai kebijakan nasional
perlindungan tanaman, mnamun ketergantungan petani terhadap pestisida sangat
tinggi.
Program PHT berpengaruh positif terhadap penggunaan fungisida tetapi
tidak signifikan terhadap pengujian. Faktor pengalaman, pendidikan dan luas
lahan serta pencapaian produksi yang tinggi berpengaruh terhadap penerapan
program PHT . penggunaan fungisida dirasakan petani dapat mengendalikan OPT
secara cepat dan dapat meningkatkan produksi dibandingkan dengan menerapkan
system secara PHT, walaupun biaya yang dikeluarkan petani dengan
menggunakan fungisida lebih besar.
Sebahagian besar petani masih menerapkan pengendalian hama secara
konvensional yang mengutamakan pestisida kimia dan belum menerapkan PHT
secara menyeluruh. Akibatnya produk pertanian yang dihasilkan belum dapat
memenuhi standar batas maksimal residu estisida (BMRP) di suatu Negara.
Kurangnya keinginan petani untuk membaca dan memahami bagaimana
penggunaan pestisida yang baik dan benar serta menerapkan pertanian yang
berwawasan lingkungan mengakibatkan pemakaian fungisida semakin besar.
Akibat yang ditimbulkan dari pestisida tersebut berdampak negatif bagi makhluk
hidup dan lingkungan.
Waktu dan frekwensi penggunaan pestisida dari hasil survei menunjukkan
penyemprotan yang melebihi rekomendasi dan interval penyemprotan yang
pendek dan biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari, dengan interval
penyemprotan lebih dari 1 kali dalam seminggu.
Banyaknya jumlah merek dan jenis fungisida yang beredar di pasaran
membuat petani harus menambah pengetahuannya tentang fungisida tersebut, baik
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sumber informasi PHT pada petani adalah sebagai berikut (ranking 1 sebesar
38% dan ranking 2 sebesar 39%) mengetahui tentang sistem PHT dan dapat
menjelaskan kepada petani lain
2. Karekteristik petani meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin dan luas lahan
berpengaruh terhadap penerapan sistem PHT.
3. Penerimaan program PHT di Kabupaten Karo Kecamatan Berastagi menurut
responden pada variabel X tergolong baik karena petani alumni Sekolah
Lapang PHT( SLPHT) mengetahui program PHT dan dapat menjelaskan
program PHT kepada petani lain.
4. Petani alumni SLPHT di Kabupaten Karo kecamatan Brastagi sebahagian
besar (bobot nilai 1 sebesar 9.23%, dan bobot nilai 4 sebesar (44.00%) masih
bertani secara konvensional hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya
penggunaan pestisida oleh petani yang melebihi rekomendasi pemerintah.
5. Banyaknya produk pestisida yang ditawarkan Membuat petani semakin sering
mencoba produk pesstisida tersebut sehingga sulit untuk menerapkan system
PHT di dalamnya
6. Faktor lain yang menyebabkan petani tidak menerapkan sistem PHT
dilahannya adalah kurang efektif dan lambatnya hasil yang didapat dari
Saran
Perlunya dilakukan pendekatan dan pemasyarakatan PHT yang lebih
dikalangan petani agar para petani dapat menerapkan pengendalian secara PHT
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S. 2001. Statistik. BPFE. Yogyakarta.
Anonimus, 2004. Kebijakan Perlindungan tanaman. Available at: http//www.deptan.go.id/ditlintp/kebijakanperlindungantanaman.html Diakses tanggal 23 agustus 2010.
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura I Medan, 2000. Laporan
Tahunan
Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003. Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) Suatu Rekayasa Tekhnologi Pengendalian OPT. Direktorat
Perlindungan Hortikultura, Jakarta.
Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1993. Prinsip
-prinsip Pemahaman Pengendalian Hama Terpadu (PHT) I.II.III.
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman , Koperasi Daya Guna, Jakarta.
Flint, M.L and R. van den Bosch. 1981. Introduction to Intergrated Pest
Management. Plenum Press. New York.
Lubis, L., 2004. Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Kubis
(Brassica oleraceae L.) dan Kentang (Solanum tuberossum). Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Oka, Ida Nyoman, 1995. Pengendlian Hama Terpadu dan Implementasinya
Di Indonesia. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Pasaribu, B., 1998. Kegiatan Penerapan PHT pada Tanaman Sayuran di
Tingkat Petani Kabupaten Karo. Balai Besar Karantina Tumbuhan
Belawan. Medan.
Rasahan, C. Anwar, Hasibuan, Sinulingga, Wibowo, Musa, Darmowiyono, Alimoeso, Napitupilu, Winarno, 1999. Refleksi Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pustaka Harapan, Jakarta.
Sarwono. 2006. Teori Analisis Korelasi Mengenal Analisis Korelasi
Smith, R. F., 1983. Integrated Pest Management, New York and London Plemem Press.
,2002. Penerapan Konsep Pengendalian Haama terpadu
Sebagai Proses Pemberdayaan Petani. Abstrak Makalah Pada seminar
Nasional Rapat Koordinasi Wilayah III. Himpunan Mahasiswa Perlindungan Tanaman Indonesia, Universitas Brawijaya.
,2003. Optimalissasi Pemanfaatan Novel Technologies Dalam
berkelanjutan. Simposiun Nasional Perlindungan Tanaman Menuju Pertanian Berkelanjutan. Simposium Nasional Perlindungan Tanaman
Indonesia Yogyakarta.
Warsana, 1998. Menuju Pertanian Berwawasan Lingkungan. Balai Penelitian Sembawa, Palembang.
Wasiati dan Sukirno, 1998. Pengendalian Hama Terpadu, Direktorat Bina
Perlindungan Tanaman. Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan
Lampiran 1. Daftar Isian Data
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
NO RESPONDEN
PENGARUH KEANGGOTAAN PETANI DALAM KELOMPOK PHT ATAS SIKAP PETANI TERHADAP FUNGISIDA PADA
PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS DI KABUPATEN KARO (Studi Kasus Kab. Karo Kec. Berastagi).
MOHON DIISI SESUAI DENGAN KEADAAN YG SEBENARNYA
DATA PRIBADI
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN : 1. PRIA 2. WANITA PENDIDIKAN : 1. SD
2 . SLTP 3. SMA
I. PENERIMAAN PROGRAM PHT (Sebagai Variabel X) dengan 4 parameter
- SUMBER INFORMASI PHT (X1)
1. Apakah bapak /ibu mmengetahui tentang PHT
1. Mengetahui (dapat menjelaskan kepada orang lain )
2. Mengetahui
3. Kurang mengetahui
4. Tidak mengetahui
2. Jika bapak/ibu mengetahui dari mana sumber informasinya
1.Langsung dari petugas Dinas Pertanian
2. Dari petugas PHP lain
3. Menanyakan pada Dinas Pertanian
4. Media massa (radio, tv, surat kabar )
- LAMANYA TELAH MENERAPKAN PHT (X2 )
3. Apakah bapak/ibu menerapkan program PHT
1. Ya, setiap musim tanam
2. Kadang-kadang ( tidak setiapmusim tanam )
3. Pernah menerapkan pada waktu lampau
4. Tidak pernah
4. Berapa lama sudah menerapkan system PHT
1. Lebih dari 10 tahun
2. Antara 5-10 tahun
3. kurang 1-5 tahun
5. Berapa kali bapak ibu mengikuti kegiatan SLPHT
1. Lebih dari 3 kali
2. 3 kali
3. 2 kali
4. 1 kali
- PENDAPAT PETANI TENTANG PHT (X3)
6. Bagaimana pendapat bpak/ibu mengenai PHT
1. Sangat bagus
2. Bagus
3. Kurang bagus
4. Tidak bagus
- MANMANFAT PELATIHAN PHT (X4)
7. Apakah pelatihan dalam program PHT sudah cukup untuk menerapkan PHT di
lahan bapak/ibu
1. Sangat cukup
2. Cukup
3. Memadai
4. Kurang memadai
8. Apakah pelatihan PHT bermanfaat bagi bapak/ibu
1. Sangat bermanfaat
2. Kurang bermanfaat
3. Cukup bermanfaat
4. Tidak bermanfaat
1. Setahun sekali
2. 2 kali setahun
3. 3 kali setahun
4. 4 kali setahun
II. PENGGUNAAN FUNGISIDA (Sebagai variable Y) dengan 4 parameter
- SUMBER PENGETAHUAN PETANI TENTANG CARA-CARA PENGGUNAAN FUNGISIDA (Y1)
10. Dari siapa Bapak/ibu cara cara penggunaan fungisida
1. Dari petugas penyuluh pertanian
2. Melihat/ belajar dari petani lain
3. Dari toko pestisida
4. Dari perusahaan pestisida
12. Bagaiman cara penggunaan pestisida yang baik
1. Tidak di campur
2. Dicampur dua jenis fungisida
3. Dicampur fungisida dengan insectisida
4. Dicampur lebih dari dua jenis
- WAKTU DAN FREKUENSI PENGGUNAAN FUNGISIDA (Y2)
13. Berapa hari sekali bapak/ibu melakukan penyemprotan untuk penyakit
tanaman kubis
1. Berdasarkan pengamatan
3. 1kali dalam 1 minggu
4. Lebih dari 1 kali dalam 1 minggu
14. Pada saat kapan bapak/ibu melakukan penyemprotan pestisida
1. Melihat keadaan cuaca
2. Pagi hari
3. Siang hari
4. Pagi dan Sore hari, jika turun hujan setelah penyemprotan di pagi hari
- PEMAHAMAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN FUNGISIDA (Y3)
15. Menurut bapak/ibu apa pengaruh racun kimia terhadap penyakit tanaman
kubis
1. Serangan penyakit berkurang
2. Serangan penyakit tetap (tidak berubah)
3. Serangan penyakit akan semakin tinggi jika sering disemprot
4. Pestisida tidak berpengaruh terhadap penyakit
16. Apa alasan melakukan penyemprotan untuk penyakit tanaman kubis
1. Karena ada serangan penyakit pada tanaman tomat
2. Untuk berjaga jaga- saja
3. hanya kebiasaan saja
4. Tanaman kubis memeng harus disemprot
17. Bagaimana kemanjuran obat kimia terhadap penyakit tanaman kubis
1. Tidak semua obat manjur
2. Kemanjuran pestisida semakin berkurang
4.Semua pestisida manjur
18. Darimana bapak/ibu memperoleh jenis fungisida tersebut
1. Dari petugas penyuluh pertanian
2. Melihat/ belajar dari petani lain
3. Dari toko pestisida
4. Dari perusahaan pestisida
19. Bagaimana bentuk dari fungisida yang bapak/ibi gunakan
1. Cair
2. Granular
3. Powder
4. Emultion
20. Apa jenis fungisida yang dipakai untuk mengendalikan penyakit kubis
1. Fungisida kontak
2. Fungisida sistemik
3. Fungisida non sistemik
4. Tidak mengetahui
- KEBIASAAN PETANI MEMBACA DAN MEMAHAMI PETUNJUK PENGGUNAAN FUNGISIDA (Y4)
21. Apakah Bapak/ibu dapat membedakan ada pestisida palsu yang beredar
1. Mengetahui atau menemukannya sendiri
2. Mengetahui dari orang lain
3. Pernah mendengar
4. Tidak mengetahui
1. Dapat
2. Dapat tetapi hanya merek tertentu saja
3. Tidak
Lampiran 2. Data Karakteristik Petani No Nama Jenis
Kelamin
Umur (thn)
Pendidikan Luas lahan (ha)
1 Arie Gustin Tarigan L 68 SD <0.5
2 Belli Bukit L 67 SD <0.5
3 Ade Wilson Ginting L 50 SD <0.5
4 Lestina Br. Barus P 40 SLTP <0.5
5 Timanta Br. Surbakti P 50 SLTP 6 rante 6 Kristina Ulina Br.
Gtg
P 45 SD 5 rante
7 Sutrisna L 41 SLTP <0.5
8 Johana Br. Surbakti P 37 P.TINGGI <0.5
9 Rini handayani P 38 SMA <0.5
10 Mahmuddin Surbakti L 47 SLTP 1.5
11 Marlinus Surbakti L 58 SD 0.7
12 Sopianto Tarigan L 35 SMA <0.5
13 Anwir Dalimunthe L 34 SMA <0.5
14 Ndahita Kaban P 56 SLTP 1
15 Mulia Sembiring L 40 SMA 7rante
16 Martin S L 50 SLTP 0.6
17 Ali sinulingga L 39 SLTP <0.5
18 Giot Munthe L 57 SD <0.5
19 Heri Barus L 57 SD 4 rante
20 Abadi Surbakti L 51 SLTP 1
21 Budi Utomo surbakti L 39 SMA 1
23 Ponidi L 39 SMA <0.5
24 Dianto K L 35 SMA 5 rante
Lampiran 3. Distribusi Skor Responden Terhadap Kuisioner Variable Bebas (x)
Responden Nomor Kuisioner Variabel X
∑X
1 2 ∑X1 3 4 5 ∑X2 6 ∑X3 7 8 9 ∑X41 2 1 3 3 3 4 10 1 1 2 1 1 4 18
2 1 1 2 1 2 2 5 2 2 4 1 1 6 15
3 3 1 4 3 4 2 9 2 2 2 3 2 7 22
4 2 1 3 2 4 3 9 1 1 2 1 2 5 18
5 1 1 2 3 3 1 7 1 1 1 3 1 5 15
6 1 1 2 2 2 3 7 2 2 2 1 1 4 15
7 1 1 2 3 3 3 9 1 1 4 1 1 6 18
8 1 1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 4 10
9 1 1 2 1 3 3 7 1 1 2 1 2 5 15
10 1 2 3 3 2 3 8 1 1 1 3 2 6 18
11 1 2 3 2 3 1 6 2 2 4 3 1 8 19
12 1 2 3 3 3 2 8 1 1 2 1 1 4 16
13 2 2 4 3 4 3 10 2 2 3 3 1 7 23
14 3 1 4 2 2 2 6 1 1 2 1 2 5 16
15 1 1 2 2 2 3 7 1 1 1 1 1 3 13
16 2 3 5 4 4 3 11 1 1 3 3 1 7 24
17 1 2 3 4 4 4 12 1 1 2 1 2 5 21
18 3 1 4 2 2 3 7 2 2 1 3 2 6 19
19 1 1 2 2 3 3 8 2 2 2 3 1 6 18
20 2 2 4 3 2 3 8 1 1 3 1 2 6 19
21 3 1 4 2 4 1 7 1 1 3 1 2 6 18
22 1 2 3 2 4 1 7 1 1 1 3 2 6 17
23 1 2 3 2 3 3 8 1 1 2 1 2 5 17
24 3 1 4 2 4 3 9 1 1 2 1 1 4 18
Lampiran 4. Distribusi Skor Responden Terhadap Kuisioner Variable Tidak Bebas (Y)
Responden Nomor Kuisioner Variabel Y ∑Y 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 1 1 3 1 4 1 4 1 3 3 1 3 3 29
2 3 1 1 1 2 3 1 1 4 2 3 1 1 24
3 2 3 1 1 3 2 1 1 3 3 3 3 3 29
4 2 1 2 1 1 1 4 2 4 3 1 3 3 28
5 1 1 1 4 4 1 2 1 4 3 3 3 3 31
6 1 1 2 1 1 2 4 1 3 3 1 3 2 25
7 3 2 2 1 1 1 1 1 3 3 3 1 1 23
8 1 2 1 1 1 2 1 1 3 3 1 3 3 23
9 1 1 3 1 1 1 1 1 3 3 2 3 3 24
10 2 1 4 4 1 3 2 2 3 3 3 1 1 30
11 1 3 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 21
12 2 2 1 1 1 1 1 2 4 3 1 1 1 21
13 2 1 2 4 1 1 1 2 4 3 1 3 3 28
14 1 1 1 4 4 3 4 1 4 3 3 3 3 35
15 3 3 2 1 1 1 2 1 3 3 3 3 3 29
16 2 2 3 4 3 3 2 1 3 1 3 1 3 31
17 2 2 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 18
18 1 2 1 1 1 2 4 1 4 1 3 3 4 28
19 1 1 1 1 1 3 1 1 3 3 3 3 3 25
20 2 1 2 4 4 2 1 1 3 3 1 3 3 30
21 2 2 1 3 3 1 2 1 4 3 1 1 4 25
22 2 2 1 2 2 1 1 1 4 3 1 1 1 20
23 3 3 1 3 3 1 2 1 3 3 3 3 1 28
24 1 1 1 1 1 1 4 1 3 3 3 3 1 26
25 1 1 4 1 1 1 1 1 4 3 1 3 3 25
Lampiran 5. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel X Penerimaan Program PHT Nomor Kuisioner
Distribusi Jawaban Responden Menurut Bobot Nilai
Jumlah Responden
1 2 3 4
Sumber Informasi
PHT
1 0 2 6 14 25
0% 20% 24% 56% 100%
2 0 1 10 14 25
0% 4% 40% 56% 100%
Lama Menerapkan
PHT
3 2 9 11 3 25
8% 36% 44% 12% 100%
4 9 8 7 1 25
36% 32% 28% 4% 100%
5 2 14 4 5 25
8% 56% 16% 20% 100%
Pendapat Petani Tentang
PHT
6 0 0 8 17 25
0% 0% 32% 68% 100%
Manfat Pelatihan
PHT
7 3 4 12 6 25
12% 16% 48% 24% 100%
8 0 10 0 15 25
0% 40% 0% 60% 100%
9 0 0 11 14 25
0% 0% 44% 56% 100%
Lampiran 6. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Y
Pengunaan Fungisida
Nomor Kuisioner
Distribusi Jawaban Responden Menurut Bobot
Nilai
Jumlah Responden 1 2 3 4
Sumber Informasi PHT
10 0 4 9 12 25
0% 16% 36% 48% 100%
11 0 4 8 13 25
0% 16% 32% 52% 100%
12 1 4 8 12 25
4% 16% 32% 48% 100%
Waktu dan Frekwensi penggunaan Fungisida
13 7 0 0 18 25
28% 0% 00% 72% 100%
14 4 4 2 15 25
16% 16% 8% 60% 100%
Pemahaman Petani Terhadap Dampak Penggunaan Fungisida
15 0 5 5 15 25
0% 20% 20% 60% 100%
16 6 6 6 13 25
24% 24% 24% 52% 100%
17 0 4 4 21 25
0% 16% 16% 84% 100%
Kebiasaan petani membaca dan memahami petunjuk
penggunaan fungisida
18 10 15 0 0 25
40% 60% 0% 0% 100%
19 0 20 1 4 25
0% 80% 4% 16% 100%
20 0 12 1 12 25
0% 48% 4% 48% 100%
21 0 16 9 0 25
0% 64% 36% 0% 100%
22 2 14 1 8 25
8% 56% 4% 32% 100%
Lampiran 7. Analisis Rank X Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking
d d2 Variabel
X
Variabel Y
1 18 29 12 7 5 25
2 15 24 21.5 18.5 3 9
3 22 29 3 7 -4 16
4 18 28 12 10.5 1.5 2.25
5 15 31 21.5 2.5 19 361
6 15 25 21.5 15.5 6 36
7 18 23 12 20.5 -8.5 72.25
8 10 23 25 20.5 4.5 20.25
9 15 24 21.5 18.5 3 9
10 18 30 12 4.5 7.5 56.25
11 19 21 7 22.5 -15.5 240.25
12 16 21 18.5 22.5 -4 16
13 23 28 2 10.5 -8.5 72.25
14 16 35 18.5 1 17.5 306.25
15 13 29 24 7 17 289
16 24 31 1 2.5 -1.5 2.25
17 21 18 4.5 2.5 2 4
18 19 28 7 10.5 -3.5 12.25
19 18 25 12 15.5 -3.5 12.25
20 19 30 7 4.5 2.5 6.25
21 18 25 12 15.5 -3.5 12.25
22 17 20 16.5 24 -7.5 56.25
23 17 28 16.5 10.5 6 36
24 18 26 12 13 -1 1
25 21 25 4.5 15.5 -11 121
Jumlah 1794.3
Rs = 0,31
Lampiran 8. Analisis Rank X1 Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking
d d2 Variabel
X
Variabel Y
1 3 29 13.5 7 6.5 42.25
2 2 24 21.5 18.5 3 9
3 4 29 5.5 7 -1.5 2.25
4 3 28 13.5 10.5 3 9
5 2 31 21.5 2.5 19 361
6 2 25 21.5 15.5 6 36
7 2 23 21.5 20.5 1 1
8 2 23 21.5 20.5 1 1
9 2 24 21.5 18.5 3 9
10 3 30 13.5 4.5 9 81
11 3 21 13.5 22.5 -9 81
12 3 21 13.5 22.5 -9 81
13 4 28 5.5 10.5 -5 25
14 4 35 5.5 1 4.5 20.5
15 2 29 21.5 7 14.5 210.25
16 5 31 1 2.5 -1.5 2.25
17 3 18 13.5 2.5 11 121
18 4 28 5.5 10.5 -5 25
19 2 25 21.5 15.5 6 36
20 4 30 5.5 4.5 1 1
21 4 25 5.5 15.5 -10 100
22 3 20 13.5 24 -10.5 110.25
23 3 28 13.5 10.5 3 9
24 4 26 5.5 13 -7.5 56.25
25 4 25 5.5 15.5 -10 100
Jumlah 1529.8
rs = 0,4116
Lampiran 9. Analisis Rank X2 Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking
d d2 Variabel
X
Variabel Y
1 10 29 4 7 -3 9
2 5 24 24 18.5 5.5 30.25
3 9 29 7.5 7 0.5 0.25
4 9 28 7.5 10.5 -3 9
5 7 31 18 2.5 15.5 240.25
6 7 25 18 15.5 2.5 6.25
7 9 23 7.5 20.5 -13 169
8 3 23 25 20.5 4.5 20.25
9 7 24 18 18.5 -0.5 0.25
10 8 30 12 4.5 7.5 56.25
11 6 21 22.5 22.5 0 0
12 8 21 12 22.5 -10.5 110.25
13 10 28 4 10.5 -6.5 42.25
14 6 35 22.5 1 21.5 462.25
15 7 29 18 7 11 121
16 11 31 2 2.5 -0.5 0.25
17 12 18 1 2.5 -1.5 2.25
18 7 28 18 10.5 7.5 56.25
19 8 25 12 15.5 -3.5 12.25
20 8 30 12 4.5 7.5 56.25
21 7 25 18 15.5 2.5 6.25
22 7 20 18 24 -6 36
23 8 28 12 10.5 1.5 2.25
24 9 26 7.5 13 -5.5 30.25
25 10 25 4 15.5 -11.5 132.25
Jumlah 1610.0
rs = 0,3805
Lampiran 10. Analisis Rank X3 Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking
d d2 Variabel
X
Variabel Y
1 1 29 17 7 10 100
2 2 24 4.5 18.5 -14 196
3 2 29 4.5 7 -2.5 6.25
4 1 28 17 10.5 6.5 42.25
5 1 31 17 2.5 14.5 210.25
6 2 25 4.5 15.5 -11 121
7 1 23 17 20.5 -3.5 12.25
8 1 23 17 20.5 -3.5 12.25
9 1 24 17 18.5 -1.5 2.25
10 1 30 17 4.5 12.5 156.25
11 2 21 4.5 22.5 -18 324
12 1 21 17 22.5 -5.5 30.25
13 2 28 4.5 10.5 -6 36
14 1 35 17 1 16 256
15 1 29 17 7 10 100
16 1 31 17 2.5 14.5 210.25
17 12 18 17 2.5 14.5 210.25
18 2 28 4.5 10.5 -6 36
19 1 25 4.5 15.5 -11 121
20 1 30 17 4.5 12.5 156.25
21 1 25 17 15.5 1.5 2.25
22 1 20 17 24 -7 49
23 1 28 17 10.5 6.5 42.25
24 1 26 17 13 4 16
25 2 25 4.5 15.5 11 121
Jumlah 2569.3
rs = 0,0118
Lampiran 11. Analisis Rank X 4Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking
d d2 Variabel
X
Variabel Y
1 4 29 22 7 15 225
2 6 24 8.5 18.5 -10 100
3 7 29 3 7 -4 16
4 5 28 16 10.5 5.5 30.25
5 5 31 16 2.5 13.5 182.25
6 4 25 22 15.5 6.5 42.25
7 6 23 8.5 20.5 -12 144
8 4 23 22 20.5 1.5 2.25
9 5 24 16 18.5 -2.5 6.25
10 6 30 8.5 4.5 4 16
11 8 21 1 22.5 -21.5 462.25
12 4 21 22 22.5 -0.5 0.25
13 7 28 3 10.5 -7.5 56.25
14 5 35 16 1 15 225
15 3 29 25 7 18 324
16 7 31 3 2.5 0.5 0.25
17 5 18 16 2.5 13.5 182.25
18 6 28 8.5 10.5 -2 4
19 6 25 8.5 15.5 -7 49
20 6 30 8.5 4.5 4 16
21 6 25 8.5 15.5 -7 49
22 6 20 8.5 24 -15.5 240.25
23 5 28 16 10.5 5.5 30.25
24 4 26 22 13 9 81
25 5 25 16 15.5 0.5 0.25
Jumlah 248.3
rs = 0,0445
Foto Dokumentasi Penelitian
Gbr. 1. Kebun kubis Dengan Perlakuan PHT
Gbr. 2. Pemanenan kubis