• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEANGGOTAAN KELOMPOK PHT ATAS SIKAP PETANI

TERHADAP FUNGISIDA PADA PENGENDALIAN PENYAKIT

TANAMAN KUBIS DI KABUPATEN KARO

(Studi Kasus Kec. Berastagi)

SKRIPSI

OLEH :

MHD. ARIFIN SIREGAR 060302004

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

M E D A N

(2)

PENGARUH KEANGGOTAAN KELOMPOK PHT ATAS SIKAP PETANI

TERHADAP FUNGISIDA PADA PENGENDALIAN PENYAKIT

TANAMAN KUBIS DI KABUPATEN KARO

(Studi Kasus Kec. Berastagi)

SKRIPSI

OLEH :

MHD. ARIFIN SIREGAR 060302004

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatra Utara, Medan

Disejui Oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Lahmuddin Lubis, MP) (Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr.) Ketua Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

M E D A N

(3)

ABSTRACT

Mhd.ArifinSiregar “Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas

Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)”, With

the conselling Mr. Ir. H. Lahmuddin Lubis, MP. as a leader and lader and

Mr. Ir. H. Mukhtar Iskandar Pinem, M.agr as aco-author.

The experiment was to know how IPM done by cabbage’s farmer of Karo,

how fungicide use by the farmer and how IPM increased income of karo’s farmer.

Corelation Coeficion Rank’s spearman was used as experiment method.

The experiment was conclude on Kabupaten Karo since 16 November 2010 Until

27 January2011.

The survey show there was significant influence between IPm information

resource to chemical fungicide, and there where no significant correlation with

IPM program application to chemical fungicide used, between IPM training to

chemical fungicide used.

From experiment survey,farmer not apply IPM all plant season because

they devend on climate so Karo’s farmer could’nt release from fungicide use

(4)

ABSTRAK

M. Arifin Siregar, “Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas

Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)” di

bawah bimbingan Ir. H. Lahmuddin Lubis, MP. selaku ketua dan

Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. selaku anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program PHT sudah

dilaksanakan petani tomat di Kabupaten Karo, untuk mengetahui apakah program

PHT berpengaruh pada sikap pada sikap prilaku petani terhadap fungisida, dan

untuk mengetahui apakah program PHT dapat meningkatkan pendaptan petani

Kubis di Kabupaten Karo.

Metodologi penelitian dengan menggunakan koefisien korelasi Rank’s

Sperman . Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo, mulai tanggal 16 November

2010 sampai 27 Januari 2011.

Survey penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi PHT signifikan

terhadap penggunaan fungisida, dan tidak signifikan antara lamanya telah

menerapkan PHT terhadap penggunaan fungisida, antara pendapat petani tentang

program PHT terhadap penggunaan fungisidaa.

Dari survey penelitian, hal ini dikarenakan ketergantungan petani terhadap

iklim sehingga petani kubis di karo belum dapat melepaskan ketergantungan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini

dengan sebaik baiknya.

Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah

Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada

Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec.

Berastagi )” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan praktek penelitian di Departemen Hama dan penyakit Tumbuhan Fakultas

Pertanian Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku Ketua komisi pembimbing dan Bapak

Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr. selaku anggota komisi pembimbing yang

telah banyak membantu menyelesaikan judul ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun Demi

kesempurnaan tulis ini.

Akhir Kata dari penulis mengucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat

bagi kita.

Medan, April 2011

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Mhd. Arifin Siregar, dilahirkan di P.siantar pada tanggal 09 juli 1987.

Merupakan anak pertama dari tujuh (7) bersaudara pasangan dari, ayahanda

Abdurrahim Siregar, dan ibunda Dakhniar Nasution.Spdi.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah:

- SD Muhammadiyah P.Siantar lulus tahun 2000

- MTs Negeri P.siantar lulus tahun 2003

- MA Negeri P.Siantar lulus tahun 2006

- Terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

Adapun kegiatan dan aktifitas pada masa perkuliahan adalah

- Tahun 2006- 2007 menjadi anggota HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

- Tahun 2007- 2011 menjadi anggota Mapalasu (Mahasiswa Pencinta Alam

Sumatera Utara)

- Tahun 2010-2010 Menjadi asisten Laboratorium Dasar Perlindunganhutan

- Tahun 2009-2010 mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN IV, Kebun

Pamela

- Tahun 2010-2010 menjadi PJS Ketua HMD Hama dan Penyakit Tumbuhan

- Tahun 2010-2011 Menjadi anggota SATMA PP(Satuan Mahasiswa Pemuda

Pancasila)

- Tahun 2010 – 2011 menjadi anggota IP-NU Sumut (Ikatan Pelajar Nahdalatul

(7)

- Tahun 2010-2011 menjadi anggota HIMAPSI (Himpunan Mahasiswa P.siantar

Simalungun)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR. ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL. ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN. ... 1

Latar belakang ... 1

Tujuan penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Pengendalian Hama Terpadu ... 4

Kegiatan PHT dalam Pemberdayaan Petani ... 6

Sistem Pengendalian Hama Terpadu ... 7

METODE PENELITIAN ... 7

Tempat Dan Waktu ... 9

Populasi dan Sampel ... 9

Pengumpulan Data ... 9

Analisis Data ... 10

Parameter Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

Sumber Informasi PHT. ... 12

Lamanya Telah Menerapkan PHT. ... 15

Pendapat Petani Tentang PHT ... 15

Manfaat Pelatihan PHT ... 16

Rata – rata Jawaban Responden Untuk Penerapan Program PHT ... 17

(9)

Rata – rata Jawaban Responden Untuk Variabel Y ... 18

Pengaruh Sumber Informas Informasi PHT (X1) Terhadap Penggunaan Fungisida... 19

Pengaruh Lamanya Menerapkan PHT (X2) Terhadap Penggunaan Fungisida... 20

Pengaruh Pendapat Petani Tentang PHT (X3) Terhadap Penggunaan Fungisida... 20

Pengaruh Manfaat Pelatihan PHT (X4) Terhadap Penggunaan Fungisida... 21

KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

Kesimpulan. ... 26

Saran. ... 27

(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1. Sumber Informasi PHT ... 14

2. Lamanya Telah Menerapkan PHT……….. ... 15

3. Pendapat Petani Tentang PHT... ... 16

4. Manfaat Pelatihan PHT... ... 17

5. Rata – rata Jawaban Responden Untuk Variabel X... ... 17

6. Variabel Penggunaan Fungisida... ... 18

7. Rata – rata Jawaban Responden Untuk Variabel Y... ... 18

8. Korelasi Rank Spearman’s X1 Terhadap Y... ... 19

9. Korelasi Rank Spearman’s X2 Terhadap Y... ... 20

10.Korelasi Rank Spearman’s X3 Terhadap Y... ... 21

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Daftar Isian Data ... 30

2. Karakteristik Petani Kubis Di Kabupaten Karo Kec. Berastagi……….. ... 37

3. Distribusi Skor Reponden Terhadap Kuisioner Variabel Bebas (X)... ... 38

4. Distribusi Skor Reponden Terhadap Kuisioner Variabel Bebas (Y)... ... 39

5. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel X... ... 40

6. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Y... .... 41

7. Analisis Rank X Terhadap Y... ... 42

8. Analisis Rank X1 Terhadap Y... ... 43

9. Analisis Rank X2 Terhadap Y... ... 44

10.Analisis Rank X3 Terhadap Y... ... 45

11.Analisis Rank X4 Terhadap Y... ... 46

12.Peta Kabupaten Karo... ... 47

(12)

ABSTRACT

Mhd.ArifinSiregar “Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas

Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)”, With

the conselling Mr. Ir. H. Lahmuddin Lubis, MP. as a leader and lader and

Mr. Ir. H. Mukhtar Iskandar Pinem, M.agr as aco-author.

The experiment was to know how IPM done by cabbage’s farmer of Karo,

how fungicide use by the farmer and how IPM increased income of karo’s farmer.

Corelation Coeficion Rank’s spearman was used as experiment method.

The experiment was conclude on Kabupaten Karo since 16 November 2010 Until

27 January2011.

The survey show there was significant influence between IPm information

resource to chemical fungicide, and there where no significant correlation with

IPM program application to chemical fungicide used, between IPM training to

chemical fungicide used.

From experiment survey,farmer not apply IPM all plant season because

they devend on climate so Karo’s farmer could’nt release from fungicide use

(13)

ABSTRAK

M. Arifin Siregar, “Pengaruh Keanggotaan Kelompok PHT Atas

Sikap Petani Terhadap Fungisida Pada Pengendalian Penyakit Tanaman Kubis Di Kabupaten Karo (Studi Kasus Kec. Brastagi)” di

bawah bimbingan Ir. H. Lahmuddin Lubis, MP. selaku ketua dan

Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. selaku anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program PHT sudah

dilaksanakan petani tomat di Kabupaten Karo, untuk mengetahui apakah program

PHT berpengaruh pada sikap pada sikap prilaku petani terhadap fungisida, dan

untuk mengetahui apakah program PHT dapat meningkatkan pendaptan petani

Kubis di Kabupaten Karo.

Metodologi penelitian dengan menggunakan koefisien korelasi Rank’s

Sperman . Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo, mulai tanggal 16 November

2010 sampai 27 Januari 2011.

Survey penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi PHT signifikan

terhadap penggunaan fungisida, dan tidak signifikan antara lamanya telah

menerapkan PHT terhadap penggunaan fungisida, antara pendapat petani tentang

program PHT terhadap penggunaan fungisidaa.

Dari survey penelitian, hal ini dikarenakan ketergantungan petani terhadap

iklim sehingga petani kubis di karo belum dapat melepaskan ketergantungan

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isu pelestarian lingkungan kini begitu kuat mempengaruhi aspek

kehidupan, sehingga segala usaha atau tindakan yang berkaitan dengan

pembangunan perlu memasukkan unsur pelestarian ke dalamnya. Berkaitan

dengan hal itu, tekhnologi pertanian yang banyak menimbulkan efek negatif

terhadap keseimbangan ekosistem perlu ditinjau kembali untuk dicarikan jalan

keluar atau penggantinya. Pertanian organik, pengendalian hama terpadu, dan

biopestisida merupakan cara-cara alternativ dalam menuju pertanian berwawasan

lingkungan (Warsana, 1998).

Kemajuan dalam bidang perlindungan tanaman juga belum banyak terjadi.

Serangan hama, penyakit dan gulma masih tetap menjadi faktor pembatas penting

dalam program peningkatan produksi pertanian. Berbagai jenis hama dan penyakit

tumbuhan belum dapat dikendalikan dengan mantap (Untung, 2003).

Salah satu tujuan pengelolaan lingkungan hidup menurut undang undang

adalah terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan

generasi sekarang dan yang mendatang. Berbagai cara yang dilakukan untuk

meminimalkan penggunaan pestisida kimiawi dalam mewujudkan pertanian

berwawasan lingkungan antara lain adalah pengendalian hama terpadu, pertanian

organik (Warsana, 1998).

Dalam usaha peningkatan produksi dan produktivitas pertanian sayuran

khususnya kubis, sering mengalami kerugian atau kerusakan akibat adanya

(15)

gulma. Selain gangguan OPT, masalah lain dalam penyediaan pangan adalah para

petani saat ini mengalami perubahan lingkungan strategis yang disebabkan oleh

globalisasi,liberalisasi perdagangan (pasar bebas), isu lingkungan, adanya

kerjasama regional dan internasional yang menuntut adanya peningkatan mutu

dan kontiunitas hasil pertanian, aman dikonsumsi dan man bagi lingkungan

(Untung, 1993).

Dalam upaya memperkecil kerugian ekonomi usaha tani kubis karena

serangan OPT, pada umumnya petani kubis menggunakan pestisida secara

intensif. Pestisida umumnya digunakan petani secara tunggal maupun secara

campuran dari berbagai jenis pestisida dengan konsentrasi penyemprotan yang

melebihi rekomendasi dan interval penyemprotan yang pendek

(Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran, 2001).

PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang

pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi

ekonomi dalam rangka pengelolaan agro-ekosistem yang berwawasan lingkungan

yang berkelanjutan. Sebagai sasaran teknologi PHT adalah : 1) produksi pertanian

mantap tinggi, 2) Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) Populasi

OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara ekonomi tidak merugikan dan

4) Pengurangan resiko pencemaran Lingkungan akibat penggunaan pestisida yang

berlebihan (Anonimus, 2004).

Dengan demikian maka program PHT pada tanaman Kubis diharapkan

akan membantu petani untuk bertani dengan cara yang sehat bagi petani itu

(16)

Tujuan Penelitian

- Untuk mengetahui apakah program PHT sudah dilaksanakn petani kubis di

Kabupaten Karo.

- Untuk mengetahui apakah program PHT berpengaruh pada sikap prilaku

petani terhadap fungisida

- Untuk mengetahui apakah program PHT dapat meningkatkan pendapatan

petani kubis di Kabupaten Karo.

Hipotesa Penelitian

− Program PHT di kabupaten Karo sudah dilaksanakan oleh petani kubis di

Kabupaten Karo.

− Penggunaan PHT menjadi alternatif pengurangan fungisida.

Kegunaan Penelitian

− Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Faultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

− Sebagai bahan informasi dan referensi bagi masyarakat dan pemerintah dalam

mengambil langkah selanjutnya dalam menjalankan program PHT agar lebih

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Hama Terpadu

Flint dan Robert (1981) mendefenisikan PHT adalah strategi pengendalian

hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas

alami seperti musuh alami dan cuaca serta mencari taktik pengendalian yang

menggunakan faktor-faktor ini seminimal mungkin. PHT memanfaatkan pestisida,

tetapi hanya setelah dilakukan pemantauan sistematik terhadap populasi hama dan

faktor pengendali hama menunjukkan perlunya penggunaan pestisida.

Penerapan PHT sebagai dasar kebijaksanaan perlindungan tanaman dari

serangan OPT ditegaskan melalui inpres no.3 tahun 1986, kemudian diperkuat

dengan undang-undang no. 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman dan

dilengkapi dengan peraturan pemerintah no.6 tahun 1995 tentang perlindungan

tanaman. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan pemerintah untuk

memasyarakatkan pemahaman PHT melalui pendidikan, penyuluhan, penyiapan

sarana tekhnologi serta penyiapan sistem pelayanan yang diperlukan untuk

penerapan PHT (Untung, 1993).

Dengan demikian keberhasilan dalam pengembangan dan penerapan PHT

sangat tergantung kepada tingkat pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan

dedikasi petugas seperti PPL dan PHP (Alimoeso dalam Rasahan, et. al. 1999).

Dengan keluarnya Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Budidaya

(18)

dengan cara Pengedalian Hama Terpadu (PHT). PHT meliputi empat prinsip

dasar, yaitu:

1. Tanaman budidaya yang sehat

Sasaran pengelolaan agro-ekosistem adalah produktivitas tanaman

budidaya. Pemilihan varietas, tanaman yang memperoleh cukup pemupukan,

pengairan, penyiangan gulma dan disertai pengolahan tanah yang baik sebelum

masa tanam adalah dasar bagi pencapaian hasil produksi yang tinggi. Budidaya

yang sehat dan kuat bagian program PHT.

2. Melestarikan dan Mendayagunakan fungsi musuh alami

Kekuatan unsur-unsur alami sebenarnya mampu mengendalikan lebih dari

99% hama kebanyakan lahan agar tetap berada pada jumlah yang tidak

merugikan. Tanpa disadari, sebenarnya semua petani bergantung pada kekuatan

alami yang sudah tersedia di lahannya masing-masing. PHT secara sengaja

mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami yang menjadi jaminan

pengendalian, serta memperkecil pemakaian pestisida berarti mendatangkan

keuntungan ekonomis kesehatan dan lingkungan tidak tercemar.

3. Pemantauan Lahan Secara Mingguan

Masalah hama tidak timbul begitu saja. Masalah ini timbul karena

kombinasi faktor-faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan populasi

hama. Kondisi lingkungan atau ekosistem sangat penting artinya dalam kaitannya

dengan timbulnya masalah ham. Dalam hal ini PHT menganjurkan pemantauan

lahan secara mingguan oleh petani sendiri untuk mengkaji masalah hama yang

(19)

berkembang. Pengendalian Hama Terpadu membantu petani untuk mempelajari

dan mempraktekkan keterampilan teknologi pengendalian hama.

4. Petani Menjadi Ahli PHT di Lahannya Sendiri

Pada dasarnya petani adalah penanggung jawab, pengelola dan penentu

keputusan di lahannya sendiri. Petugas dan orang-orang lain merupakan nara

sumber, pemberi informasi dan pemandu petani apabila diperlukan. Maka untuk

itu petani dilatih untuk AHLI PHT dilahannya sendiri. Dengan keahliannya itu

petani secara mandiri dan percaya diri mampu untuk melaksanakan dan

menerapkan prinsip teknologi PHT di lahannya sendiri. Sebagai ahli PHT petani

harus mampu menjadi pengamat, penganalisis ekosistem, pengambil keputusan

pengendalian dan sebagai pelaksana teknologi pengendalian sesuai dengan

prinsip-prinsip PHT.(Lubis, 2004).

Adapun tujuan umum pelaksanaan PHT di Indonesia menurut Oka (1995)

adalah (1). Memantapkan hasil dan tarap yang telah di capai oleh teknologi

pertanian maju, (2). Mempertahankan kelestarian lingkungan (3). Melindungi

kesehatan produsen dan konsumen, (4). Meningkatkan efesiensi pemasukan dalam

produksi, (5). Meningkatkan pendapatan /kesejahteraan petani.

Kegiatan PHT dan Pemberdayaan Petani

Didunia internasional Indonesia terkenal sebagai Negara berkembang

pertama yang telah berhasil menerapkan PHT ditingkat petani sehingga sekarang

telah dijadikan model bagi negara-negara lain dalam menerapkan dan

mengembangkan PHT sesuai dengan kondisi pertanaman, ekosistem, dan system

social ekonomi masyarakat. Prinsip pendidikan orang dewasa yang diwujudkan

(20)

diakui relevansi, efektivitas serta manfaatnya oleh banyak pihak sebagai

pendekatan pemberdayaan petani untuk kondisi petani di Negara perintis

penerapan SLPHT ada banyak jenis tanaman dan ekosistem termasuk tanaman

padi, palawija, sayuran dataran tinggi dan dataran rendah (Untung, 2002).

Dalam hal ini pelaksanaan pelatihan pada masyarakat tani dilaksanakan

oleh PHP yang disebut pemandu lapangan. Kepada anggota kelompok tani

diprogramkan sekolah lapangan PHT (SLPHT) yang dilatih oleh PHP dan PPL,

kemudian dilaksanakan kegiatan pelatihan pemandu (Oka, 1995).

Program SLPHT diarahkan untuk pengembangan SDM, sebagai model

penerapan PHT dengan sasaran terwujudnya SDM pelaku pelindungan yang

memiliki pengetahuan, kemampuan, kemauan untuk mengadakan pengendalian

OPT sesuai PHT secara mandiri (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Pasaribu (1998) faktor yang berpengaruh

terhadap tingkat partisipasi petani adalah tingakat pendidikan, sedangkan umur,

pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan tidak

menunjukkan suatu hubungan terhadap tingkat partisipasi petani SLPHT kubis di

Kabupaten Karo.

Sistem Pengendalian HamaTerpadu

Pendekatan penerapan dan pemasyarakatan PHT bertujuan untuk

mempertahankan produksi pada taraf tinggi, peningkatan penghasilan dan

kesejahteraan masyarakat, mempertahankan populasi OPT pada taraf

keseimbangan dengan musuh alaminya, melestarikan dan memanfaatkan

keanekaragaman hayati, membatas dan mengurangi penggunaan pestisida,

(21)

pestisida, dan mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan

(Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003).

Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan PHT adalah memadukan

semua teknik pengendalian OPT seperti pengendalian kultur teknis, penggunaan

varietas, pengendalian hayati, pengendalian mekanik, pengendalian sacara

kimiawi dan melaksanakannya dengan taktik yang memenuhi azas ekologi serta

(22)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kebun kubis milik petani, desa tambak lau

mulgap 1,dolot rakyat, sampun, ujung sampun, tongkoh, raya, gundaling 1,

gundaling 2, Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dengan ketinggian ± 1000 m

dpl. Penelitian di mulai pada bulan Desember 2010 sampai Januari 2011.

Pemilihan daerah ini sebagai lokasi penelitian adalah dengan pertimbangan bahwa

daerah ini telah lama melaksanakan program PHT. Selain itu daerah ini memiliki

banyak anggota kelompok tani dan anggota sekolah lapang PHT (SLPHT).

Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei. Pengambilan sampel

dilakukan dengan sistem acak. Adapun yang menjadi populasi dalm penelitian ini

adalah petani kubis yang merupakan alumni SLPHT di Kabupaten Karo

Kecamatan Berastagi. dengan cara mengambil sampel secara acak langsung

kepada alumni SLPHT tanpa melihat latar belakag petani. Jumlah sampel yang

diambil adalah 25 orang alumni SLPHT di Kecamatan Berastagi.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan petani kubis

dengan menggunakan daftar kuisioner. Data yang dibutuhkan antara lain tentang

(23)

kepemilikan, tanggapan petani terhadap PHT, tanggapan petani terhadap

penggunaan fungisida.

Analisis Data

Data dalam kuisioner dibuat secara kuantitif dengan bobot nilai 1-4

dengan 4 alternatif jawaban, dimana keseluruhan jawaban terhadap kuisioner di

klasifikasikan dengan 4 kategori sebagai berikut:

No. Keterangan Bobot Nilai

1 Angka 1 berarti sangat baik 4

2 Angka 2 dua berarti baik 3

3 Angka 3 tiga berarti cukup baik 2

4 Angka 4 empat berarti kurang baik 1

(Sumber: Tobing, 2009)

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari kuisioner, digunakan metode

dengan analisis kuantitatip korelasi guna mengetahui apakah ada hubungan antara

kontinuitas penerapan sistem PHT dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan

penyakit tanaman kubis.

Penelitian ini mencari sebab akibat dalam suatu gejala dan mencari

hubungan diantara berbagai faktor. Variable yang diduga sebagai penyebab atau

pendahulu dari variable yang lain disebut variable bebas (variable X). Variabel

yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang

mendahuluinya disebut variabel tidak bebas (variaabel Y).

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu penerimaan program PHT

sebagai variabel bebas (variabel X) dan penggunaan fungisida sebagai variabel

tidak bebas (variabel Y). Setiap variabel melingkupi beberapa parameter dan

(24)

yang terdiri dari empat parameter ( Sumber informasi PHT , lama menerapkan

PHT , pendapat petani tentag PHT , manfaat pelatihan PHT ) dan variabel tak

bebas ( Variabel Y ) terdiri dari empat parameter ( Sumber pengetahuan petani

tentang cara penggunaan fungisida. Pemahaman tentang dampak fungisida,

membaca dan memahami petunjuk penggunaan fungisida ).

Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik

pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi

merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik

bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel.

Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua teknik

korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson Product

Moment dan Korelasi Rank Spearman (Sarwono. 2006).

Pemerikssaan korelasi antra X (variabel bebas) dan Y ( variabel tidak

bebas) yang kedua duanya dalam bentuk skala ordinal maka digunakan koefisien

korelasi Ranks Sperrman’s sebagai berikut:

Keterangan :

rs = Koefisien korelasi Rank Sperman’s

di = Perbedaan pasangan yang di ranking

n = jumlah sampel

(Adiningsih, 2001).

(

1

)

6

1

12

2

=

n

n

di

r

n

(25)

Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka

dilakukan uji statistik-t, sebagai berikut:

Keterangan :

t = nilai t hitung

rs = koefisien korelasi

n = jumlah sampel

Untuk menguji apakah korelsi tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan uji

signifikan dengan uji statistic-t untuk tingkat signifikan = 0,5

t-hitung > t-tabel : Ha diterima dan Ho ditolak

t-hitung < t-tabel : Ho diterima dan Ha ditolak

( Adiningsih, 2001).

Parameter pengamatan

Penerimaan program PHT , terdiri dari 4 parameter yaitu :

1. Sumber informasi PHT

2. Lama menerapkan PHT

3. Pendapat petani tentang PHT

4. Manfaat pelatihan PHT

Penggunaan fungisida, terdiri dari 4 parameter yaitu :

1. Sumber pengetahuan petani tentang cara penggunaan fungisida

2. Waktu dan frekwensi penggunaan fungisida

2 2

1

2

r

n

r

t

s
(26)

3. Pemahaman tentang dampak fungisida

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari peneletian yang dilakukan di Kabupaten Karo, diperoleh hasil

penelitian sebagai berikut:

Sumber informasi PHT

Sumber informasi PHT merupakan parameter pertama dari penerimaan

program PHT. Tabel 1. Merupakan proporsi jawaban parameter sumber informasi

PHT.

Tabel 1. Sumber Informasi PHT

Jawaban angka Responden Bobot nilai Ranking F F x S %

4 0 0 0 1 4

3 6 18 23 2 3

2 15 30 39 3 1

1 29 29 38 4 2

Total 50 77 100

Ket: F : Frekwensi jawaban quisioner dari parameter 1(x1) S : Jawaban angka

Tabel 1. Menunjukkan proporsi jawaban pada jawaban pada bobot nilai 1

(kurang baik) sebesar 0%, bobot nilai 2 (cukup baik ) sebesar 23%, bobot nilai 3

(baik) sebesar 39% dan bobot nilai 4 (sangat baik) sebesar 38%. Dari jumlah

tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar petani mengetahui program PHT,

bahkan ada juga petani yang dapat menjelaskan tentang program PHT tersebut

(28)

penyuluhan maupun bertanya langsung ke Dinas Pertanian atau pengamat Hma

dan Penyakit (PHP) setempat.

Lamanya Telah Menerapkan PHT

Lamanya telah menerapkan PHT merupakan parameter kedua dari penerimaan

program PHT. Tabel 2. Menunjukkan proporsi jawaban parameter lamanya telah

menerapkan PHT

Tabel 2. Lamanya Telah Menerapkan PH T (Tahun)

Jawaban angka Responden Bobot nilai Ranking F F x S %

4 13 52 26 1 3

3 31 93 47 2 1

2 22 44 22 3 2

1 9 9 5 4 4

Total 75 198 100

Ket: F : Frekwensi jawaban quisioner dari parameter 2(x2) S : Jawaban angka

Tabel 2. Menunjukkan proporsi jawaban pada bobot nilai menunnjukkan 1

(kurang baik) sebesar 26%, bobot nilai 2 (cukup baik) sebesar 47%, bobot nilai

3(baik) sebesar 22% dan bobot nilai 4 (sangat baik ) sebesar 5%. Dari jumlah ini

dapat diketahui bahwa sebagian besar Alumni Sekolah Lapang (SLPHT) tidak

menerapkan program PHT pada musim tanam.

Pendapat Petani Tentang PHT

Pendapat petani tentang PHT merupakan parameter ke 3 dari penerimaan

program PHT. Tabel 3. Menunjukkan proporsi jawaban parameter pendapat petani

(29)

Tabel 3. Pendapat Petani Tentang PHT

Jawaban angka Responden Bobot nilai Ranking F F x S %

4 0 0 0 1 4

3 0 0 0 2 3

2 8 16 48 3 1

1 17 17 52 4 2

Total 25 33 100

Ket: F : Frekwensi jawaban quisioner dari parameter 3(x3) S : Jawaban angka

Tabel 3 menunjukkan proporsi jawaban pada bobot nilai menunjukkan 1

(kurang baik) sebesar 0%, bobot nilai 2 (cukup baik) sebesar 0%, bobot nilai 3

(baik ) sebesar 48% dan bobot nilai 4 sebesar 52%. Dari jumlah ini dapat

diketahui bahwa sebahagian petani berpendapat bahwa penerapan program PHT

memberikan manfaat dan dampak positif bagi makhluk hidup dan lingkungan,

karena program PHT mengurangi jumlah penggunaan pestisida dengan

menggunakan pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT) yang lebih

alami dan aman bagi kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warsana (1998)

yang menyatakan bahwa peran pestisida perlu diganti dengan suatu tekhnologi

yang berwawasan lingkungan antara lain pengendalian hama terpadu pada

tanaman organik.

Manfaat Pelatihan PHT

Manfaat pelathan PHT merupakan parameter keempat dari penerimaan

program PHT. Tabel 4. Menunjukkan proporsi jawaban parameter manfaat

(30)
[image:30.595.115.512.110.245.2]

Tabel 4. Manfaat Pelatihan PHT

Jawaban angka Responden Bobot nilai Ranking F F x S %

4 3 12 9 1 4

3 14 42 31 2 3

2 23 46 34 3 1

1 35 35 26 4 2

Total 75 135 100

Ket: F : Frekwensi jawaban quisioner dari parameter 4(x4) S : Jawaban angka

Tabel 3 menunjukkan proporsi jawaban pada bobot nilai menunjukkan

1(kurang baik) sebesar 9%, bobot nialai 2 (cukup baik) sebesar 31% dan bobobt

nilai 4 (sangat baik) sebesar 26%. Dari jumlah tersebut dapat diketahui bahwa

program PHT menekankan pada penggunaan pestisida seminimal mungkin dalam

mengendalikan OPT di lahan petani sehingga dampak residu pestisida tersebur

bagi makhluk hidup dan lingkungan akan berkuang, dengan demikian penerapan

program PHT cukup bermanfaat bagi petani.

Rata – Rata Jawaban Responden Untuk Penerimaan Program PHT (Variabel X)

Dari hasil survei yang dilakukan, diperoleh rata-rata jawaban responden

[image:30.595.112.511.586.634.2]

untuk variebel X seperti yang dapat dilihat pada table 5.

Tabel 5. Rata-rata Jawaban Responden Untuk Variabel X

Distribusi rata rata jawaban responden menurut bobot nilai

1 2 3 4 Total

7,1 % 22,67% 30,67% 39,56% 100,00%

Tabel 5. Menunjukkan proporsi jawaban tertinggi berada pada bobot nilai

4 (sangat baik) sebesar 39,56% dan terndah pada bobot nilai 1 yaitu (kurang baik)

sebesar 7,11 %. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan program PHT di

(31)

Variabel Penggunaan fungisida (variable Y)

[image:31.595.113.514.194.298.2]

Variabel penggunaan fungisida dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Variabel Penggunaan Fungisida Jawaban

(angka) (x)

Variable Y Bobot

nilai Ranking Y1 Y2 Y3 Y4 Yn Ynx %

4 1 11 6 12 30 120 18 1 3

3 12 4 5 77 98 294 45 2 1

2 25 2 15 3 45 90 14 3 4

1 37 33 49 33 152 152 23 4 2

Total 75 50 75 125 325 656 100

Tabel 6 menunjukkan proporsi jawaban pada bobot nilai (kurang baik)

sebesar 18 %, bobot nilai 2 (cukup baik) sebesar 45%, bobot nilai 3 (baik) sebesar

14 % dan bobot nilai 4(sangat baik) sebesar 23 %. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian petani kubis di Karo kurang memahami, peraturan penggunaandan cara

aplikasi Pestisida yang baik dan benar.

Rata-rata jawaban responden untuk variable Y

Rata-rata jawaban untuk variabel Y (Penggunaan Fungisida) dapat dilihat

[image:31.595.113.510.599.647.2]

pada tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Jawaban Responden Untuk Variabel Y

Distribusi Rata Rata Jawaban Responden Menurut Skor (%)

1 2 3 4 Total

9,23 % 30,15% 16,62% 44,00% 100,00%

Dari tabel 7. Menunjukkan proporsi jawaban responden tertinggi pada

bobot nilai 4 (sangat baik) yaitu 44.00% dan terendah pada bobot nilai 1 (kurang

baik) yaitu sebesar 9,23%. Hal ini menunjukkan bahwa pengunaan fungisida dan

(32)

mendapatkan, mengaplikasikan serta mengetahui dampak dari penggunaan

fungisida tersebut. Namun penggunaan pestisida dikalangan petani masih

melebihi dosis yang dianjurkan oleh pemerintah, hal ini dikarenakan keyakinan

petani terhadap pestisida yang mampu mengendalikan OPT dilahan mereka lebih

cepat dan hasilnya lebih nyata di bandingkan dengan pengendalian PHT.

Pengaruh Sumber informasi PHT (X1) Terhadap penggunaan Fungisida(Y)

Pengaruh sumber informasi PHT terhadap penggunaan fungisida

didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut :

Ho : Tidak ada pengaruh sumber informasi PHT terhadap penggunaan

fungisida

Ha : Ada pengaruh sumber informasi PHT terhadap penggunaan fungisida

Untuk mengetahui pengaruh antara informasi PHT terhadap penggunaan

[image:32.595.118.508.499.529.2]

fugisida dapat dilihat pada tabel 8. berikut :

Tabel 8. Korelasi Rank Spearman”s X1 terhadap Y

Koefisien korelasi t-uji t-tabel Keterangan

0.4116 2.116 2.060 Signifikan

Dari tabel dapat dilihat bahwa sumber informasi PHT bersifat signifikan

terhadap penggunaan fungisida dengan koefisien korelasi sebesar 0.4116 dapat

dilihat pada Lampiran 8. Dari tabel dapat dilihat bahwa uji lebih besar dari

t-tabel hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa alumni PHT.

Namun hanya beberapa petani saja yang mengetahui sebagaimana pengaplikasian

(33)

Pengaruh Lamanya Menerapkan PHT (X2) Terhadap Penggunaan Fungisida (Y).

Pengaruh lamanya telah menerapkan PHT terhadap penggunaan fungisida

didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh lamanya Telah menerapkan PHT terhadap penggunaan

fungisida

Ha : Ada pengaruh lamanya telah menerapkan PHT terhadap penggunaan

[image:33.595.120.508.333.362.2]

fungisida dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Tabel 9 korelasi Rank Spearman’s X2 Terhadap Y

Koefisien korelasi t-uji t-tabel Keterangan

0.3805 1.973 2.060 Tidak Signifikan

Dari tabel 9. Dapat dilihat bahwa lamanya telah menerapkan PHT bersifat

tidak signifikan terhadap penggunaan fungisida dengan koefisien korelasi sebesar

0.3805 dapat dilihat pada Lampiran 9 dan nilai t-uji lebih kecul dari t-tabel. Ini

berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani

tidak menerapkan sistem PHT di setiap musim tanamnya. Hal ini disebabkan oleh

adanya faktor iklim dan cuaca, dimana penggunaan fungifida yang dilakukan

oleh petani dipengaruhi oleh keadaan cuaca .

Pengaruh Pendapat Petani Tentang PHT (X3) Terhadap Penggunaan Fungisida(Y)

Pengaruh pendapat petani terhadap penggunaan fungisida didasarkan pada

hipotesis operasional sebagai berikut :

Ho : tidak ada pengaruh pendapat petani tentang PHT terhadap penggunaan

fungisida

(34)

Untuk mengetahui pengaruh pendapat petani terhadap fungisida dapat

dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10. Korelasi Rank Spearman’s X3 terhadap Y

Koefisien korelasi t-uji t-tabel Keterangan

0.0118 0.057 2.060 Tidak Signifikan

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pendapat petani terhadap PHT tidak

signifikan terhadap penggunaan fungisida dengan koefisien korelasi 0.0118 dapat

dilihat pada Lampiran 10 dan t-uji lebih kecil dari t-tabel. Ini berarti Ho diterima

dan Ha di tolak. Hasil analisis menunjukkan bahwa para petani tidak menerapkan

program PHT dan masih menggunakan fungisida di lahannya dalam

mengendalikan OPT. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari petani lain dan

banyaknya produk pestisida yang ditawarkan membuat petani lain sulit bertani

secara PHT.

Pengaruh Manfaat Pelatihan PHT (X4) Terhadap Penggunaan Fungisida (Y)

Pegaruh manfaat pelatihan PHT terhadap penggunaan fungisida

didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut

Ho : Tidak ada manfaat pelatihan PHT terhadap penggunaan fungisida

Ha : Ada pengaruh manfaat pelatihan PHT terhadap penggunaan fungisida

Untuk mengetahui pengaruh manfaat pelatihan PHT terhadap fungisida

[image:34.595.116.516.694.732.2]

dapat dilihat pada dilihat pada tabel 11. berikut:

Tabel 11. Korelasi Rank Spearman’s X4 terhadap Y

Koefisien korelasi t-uji t-tabel Keterangan

(35)

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa manfaat pelatihan PHT tidak signifikan

terhadap penggunaan fungisida dengan koefisien korelasi 0.0445 dapat dilihat

pada Lampiran 11 dan t-uji lebih kecil dari t-tabel, ini berarti Ho diterima dan Ha

ditolak. Hasil analisis menunjukkan bahwa pelatihan program PHT belum

sepenuhnya bermanfaat bagi para petani dalam hal mengendalikan OPT di lahan

mereka, hal ini dikarenakan pengendalian OPT dalam program PHT mengurangi

penggunaan fungisida seminimal mungkin dengan menggunakan pengendalian

seperti kultur tekhnis, pola tanam, pestisida hayati. Pengendalian dalam Program

PHT sangat lambat dalam mengendalikan OPT sehingga petani tetap

menggunakan pestisida yang lebih cepat dalam menggunakan OPT. fungisida,

dimana Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa petani SLPHT

tidak menerapkan program PHT dilahannya tetapi masih melakukan pengendalian

OPT secara konvensional.

Pembahasan

Perhatian dan kepedulian masyarakat akan pentingnya perlindungan

tanaman semakin meningkat dengan ditengarai semakin sering munculnya

pemberitahuan tentang OPT maupun anomaly iklim di berbagai media namun,

akurasi informasi yang disampaikan sering tidak sesuai dengan kenyataan di

lapangan. Oleh karena itu pengembangan sistem informasi yang cepat dan akurat

perlu menjadi prioritas terutama dengan kondisi jumlah SDM yang semakin

menurun. Kita akui bahwa saat ini masih banyak masalah, kendala, kelemahan

(36)

persaingan ketat. Salah satu kendala utama yang kita miliki adalah keterbatasan

kuantitas (jumlah) SDM baik para petugas lapangan, laboratorium, dan

administrasi serta SDM petani kelompok tani.

Walaupun petani aktif dalam mencari informasi dan mengetahui tentang

PHT. Sebahagian petani alumni SLPHT tidak menerapkan sistem PHT pada

setiap musim tanam. Adanya perbedaan karekteristik petani

berpengaruh terhadap lamanya petani dalam menerapkan PHT. Menurut hasil

penelitian Pasaribu (1998), faktor yang berpengaruh terhdap tingkat partisipasi

petani adalah tingkat pendidikan yang menunjukkan satu hubungan terhadap

tingkat partisipasi petani dalam menerapkan program PHT. Menurut Alimoeso

dalam Prasahan, et.al (1999) yang menyatakan bahwa keberhasilan dalam

pengembangan dan penerapan PHT sangat tergantung kepada tingkat

pengetahuan, pengalaman, keterampilan se rta kemauan petani untuk menerapkan

PHT dan pengetahuan, keterampilan serta dedikisi PPL dan PHP.

Penerapan sistim bertani secara PHT juga dipengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang petani dalam sikap dan mentalnya dalam bersosialisasi dan

bermasyarakat. Hal ini jelas tampak pada pengetahuan dan kepedulian seorang

petani terhadap lingkungan sekitarnya berbeda antara petani yang memiliki

tingkat pendidikan yang hanya tamatan SMP dengan yang sudah sempat

menginjakkan kaki di perkuliahan. Hal lain juga bagaimana seseorang petani bias

menerima dan menerapkan pengetahuan – pengetahuan baru yang baik dari

lingkungan sekitar dia hidup.

Menurut hasil wawancara beberapa petani berpendapat bahwa program

(37)

tetapi petani belum sepenuhnya melaksanakan pengendalian secara PHT, menurut

untung (1993) kesadaran, pengetahuan dan keterampilan petani terbatas, sehingga

mereka kurang memperhatikan dan melaksanakan perlakuan perlindungan

tanaman secara terpadu. Meskipun PHT telah diangkat sebagai kebijakan nasional

perlindungan tanaman, mnamun ketergantungan petani terhadap pestisida sangat

tinggi.

Program PHT berpengaruh positif terhadap penggunaan fungisida tetapi

tidak signifikan terhadap pengujian. Faktor pengalaman, pendidikan dan luas

lahan serta pencapaian produksi yang tinggi berpengaruh terhadap penerapan

program PHT . penggunaan fungisida dirasakan petani dapat mengendalikan OPT

secara cepat dan dapat meningkatkan produksi dibandingkan dengan menerapkan

system secara PHT, walaupun biaya yang dikeluarkan petani dengan

menggunakan fungisida lebih besar.

Sebahagian besar petani masih menerapkan pengendalian hama secara

konvensional yang mengutamakan pestisida kimia dan belum menerapkan PHT

secara menyeluruh. Akibatnya produk pertanian yang dihasilkan belum dapat

memenuhi standar batas maksimal residu estisida (BMRP) di suatu Negara.

Kurangnya keinginan petani untuk membaca dan memahami bagaimana

penggunaan pestisida yang baik dan benar serta menerapkan pertanian yang

berwawasan lingkungan mengakibatkan pemakaian fungisida semakin besar.

Akibat yang ditimbulkan dari pestisida tersebut berdampak negatif bagi makhluk

hidup dan lingkungan.

Waktu dan frekwensi penggunaan pestisida dari hasil survei menunjukkan

(38)

penyemprotan yang melebihi rekomendasi dan interval penyemprotan yang

pendek dan biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari, dengan interval

penyemprotan lebih dari 1 kali dalam seminggu.

Banyaknya jumlah merek dan jenis fungisida yang beredar di pasaran

membuat petani harus menambah pengetahuannya tentang fungisida tersebut, baik

(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sumber informasi PHT pada petani adalah sebagai berikut (ranking 1 sebesar

38% dan ranking 2 sebesar 39%) mengetahui tentang sistem PHT dan dapat

menjelaskan kepada petani lain

2. Karekteristik petani meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin dan luas lahan

berpengaruh terhadap penerapan sistem PHT.

3. Penerimaan program PHT di Kabupaten Karo Kecamatan Berastagi menurut

responden pada variabel X tergolong baik karena petani alumni Sekolah

Lapang PHT( SLPHT) mengetahui program PHT dan dapat menjelaskan

program PHT kepada petani lain.

4. Petani alumni SLPHT di Kabupaten Karo kecamatan Brastagi sebahagian

besar (bobot nilai 1 sebesar 9.23%, dan bobot nilai 4 sebesar (44.00%) masih

bertani secara konvensional hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya

penggunaan pestisida oleh petani yang melebihi rekomendasi pemerintah.

5. Banyaknya produk pestisida yang ditawarkan Membuat petani semakin sering

mencoba produk pesstisida tersebut sehingga sulit untuk menerapkan system

PHT di dalamnya

6. Faktor lain yang menyebabkan petani tidak menerapkan sistem PHT

dilahannya adalah kurang efektif dan lambatnya hasil yang didapat dari

(40)

Saran

Perlunya dilakukan pendekatan dan pemasyarakatan PHT yang lebih

dikalangan petani agar para petani dapat menerapkan pengendalian secara PHT

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. 2001. Statistik. BPFE. Yogyakarta.

Anonimus, 2004. Kebijakan Perlindungan tanaman. Available at: http//www.deptan.go.id/ditlintp/kebijakanperlindungantanaman.html Diakses tanggal 23 agustus 2010.

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura I Medan, 2000. Laporan

Tahunan

Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003. Pengendalian Hama Terpadu

(PHT) Suatu Rekayasa Tekhnologi Pengendalian OPT. Direktorat

Perlindungan Hortikultura, Jakarta.

Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1993. Prinsip

-prinsip Pemahaman Pengendalian Hama Terpadu (PHT) I.II.III.

Direktorat Bina Perlindungan Tanaman , Koperasi Daya Guna, Jakarta.

Flint, M.L and R. van den Bosch. 1981. Introduction to Intergrated Pest

Management. Plenum Press. New York.

Lubis, L., 2004. Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Kubis

(Brassica oleraceae L.) dan Kentang (Solanum tuberossum). Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Oka, Ida Nyoman, 1995. Pengendlian Hama Terpadu dan Implementasinya

Di Indonesia. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Pasaribu, B., 1998. Kegiatan Penerapan PHT pada Tanaman Sayuran di

Tingkat Petani Kabupaten Karo. Balai Besar Karantina Tumbuhan

Belawan. Medan.

Rasahan, C. Anwar, Hasibuan, Sinulingga, Wibowo, Musa, Darmowiyono, Alimoeso, Napitupilu, Winarno, 1999. Refleksi Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pustaka Harapan, Jakarta.

Sarwono. 2006. Teori Analisis Korelasi Mengenal Analisis Korelasi

Smith, R. F., 1983. Integrated Pest Management, New York and London Plemem Press.

(42)

,2002. Penerapan Konsep Pengendalian Haama terpadu

Sebagai Proses Pemberdayaan Petani. Abstrak Makalah Pada seminar

Nasional Rapat Koordinasi Wilayah III. Himpunan Mahasiswa Perlindungan Tanaman Indonesia, Universitas Brawijaya.

,2003. Optimalissasi Pemanfaatan Novel Technologies Dalam

berkelanjutan. Simposiun Nasional Perlindungan Tanaman Menuju Pertanian Berkelanjutan. Simposium Nasional Perlindungan Tanaman

Indonesia Yogyakarta.

Warsana, 1998. Menuju Pertanian Berwawasan Lingkungan. Balai Penelitian Sembawa, Palembang.

Wasiati dan Sukirno, 1998. Pengendalian Hama Terpadu, Direktorat Bina

Perlindungan Tanaman. Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan

(43)

Lampiran 1. Daftar Isian Data

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA FAKULTAS PERTANIAN

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

NO RESPONDEN

PENGARUH KEANGGOTAAN PETANI DALAM KELOMPOK PHT ATAS SIKAP PETANI TERHADAP FUNGISIDA PADA

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS DI KABUPATEN KARO (Studi Kasus Kab. Karo Kec. Berastagi).

MOHON DIISI SESUAI DENGAN KEADAAN YG SEBENARNYA

DATA PRIBADI

NAMA :

UMUR :

JENIS KELAMIN : 1. PRIA 2. WANITA PENDIDIKAN : 1. SD

2 . SLTP 3. SMA

(44)

I. PENERIMAAN PROGRAM PHT (Sebagai Variabel X) dengan 4 parameter

- SUMBER INFORMASI PHT (X1)

1. Apakah bapak /ibu mmengetahui tentang PHT

1. Mengetahui (dapat menjelaskan kepada orang lain )

2. Mengetahui

3. Kurang mengetahui

4. Tidak mengetahui

2. Jika bapak/ibu mengetahui dari mana sumber informasinya

1.Langsung dari petugas Dinas Pertanian

2. Dari petugas PHP lain

3. Menanyakan pada Dinas Pertanian

4. Media massa (radio, tv, surat kabar )

- LAMANYA TELAH MENERAPKAN PHT (X2 )

3. Apakah bapak/ibu menerapkan program PHT

1. Ya, setiap musim tanam

2. Kadang-kadang ( tidak setiapmusim tanam )

3. Pernah menerapkan pada waktu lampau

4. Tidak pernah

4. Berapa lama sudah menerapkan system PHT

1. Lebih dari 10 tahun

2. Antara 5-10 tahun

3. kurang 1-5 tahun

(45)

5. Berapa kali bapak ibu mengikuti kegiatan SLPHT

1. Lebih dari 3 kali

2. 3 kali

3. 2 kali

4. 1 kali

- PENDAPAT PETANI TENTANG PHT (X3)

6. Bagaimana pendapat bpak/ibu mengenai PHT

1. Sangat bagus

2. Bagus

3. Kurang bagus

4. Tidak bagus

- MANMANFAT PELATIHAN PHT (X4)

7. Apakah pelatihan dalam program PHT sudah cukup untuk menerapkan PHT di

lahan bapak/ibu

1. Sangat cukup

2. Cukup

3. Memadai

4. Kurang memadai

8. Apakah pelatihan PHT bermanfaat bagi bapak/ibu

1. Sangat bermanfaat

2. Kurang bermanfaat

3. Cukup bermanfaat

4. Tidak bermanfaat

(46)

1. Setahun sekali

2. 2 kali setahun

3. 3 kali setahun

4. 4 kali setahun

II. PENGGUNAAN FUNGISIDA (Sebagai variable Y) dengan 4 parameter

- SUMBER PENGETAHUAN PETANI TENTANG CARA-CARA PENGGUNAAN FUNGISIDA (Y1)

10. Dari siapa Bapak/ibu cara cara penggunaan fungisida

1. Dari petugas penyuluh pertanian

2. Melihat/ belajar dari petani lain

3. Dari toko pestisida

4. Dari perusahaan pestisida

12. Bagaiman cara penggunaan pestisida yang baik

1. Tidak di campur

2. Dicampur dua jenis fungisida

3. Dicampur fungisida dengan insectisida

4. Dicampur lebih dari dua jenis

- WAKTU DAN FREKUENSI PENGGUNAAN FUNGISIDA (Y2)

13. Berapa hari sekali bapak/ibu melakukan penyemprotan untuk penyakit

tanaman kubis

1. Berdasarkan pengamatan

(47)

3. 1kali dalam 1 minggu

4. Lebih dari 1 kali dalam 1 minggu

14. Pada saat kapan bapak/ibu melakukan penyemprotan pestisida

1. Melihat keadaan cuaca

2. Pagi hari

3. Siang hari

4. Pagi dan Sore hari, jika turun hujan setelah penyemprotan di pagi hari

- PEMAHAMAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN FUNGISIDA (Y3)

15. Menurut bapak/ibu apa pengaruh racun kimia terhadap penyakit tanaman

kubis

1. Serangan penyakit berkurang

2. Serangan penyakit tetap (tidak berubah)

3. Serangan penyakit akan semakin tinggi jika sering disemprot

4. Pestisida tidak berpengaruh terhadap penyakit

16. Apa alasan melakukan penyemprotan untuk penyakit tanaman kubis

1. Karena ada serangan penyakit pada tanaman tomat

2. Untuk berjaga jaga- saja

3. hanya kebiasaan saja

4. Tanaman kubis memeng harus disemprot

17. Bagaimana kemanjuran obat kimia terhadap penyakit tanaman kubis

1. Tidak semua obat manjur

2. Kemanjuran pestisida semakin berkurang

(48)

4.Semua pestisida manjur

18. Darimana bapak/ibu memperoleh jenis fungisida tersebut

1. Dari petugas penyuluh pertanian

2. Melihat/ belajar dari petani lain

3. Dari toko pestisida

4. Dari perusahaan pestisida

19. Bagaimana bentuk dari fungisida yang bapak/ibi gunakan

1. Cair

2. Granular

3. Powder

4. Emultion

20. Apa jenis fungisida yang dipakai untuk mengendalikan penyakit kubis

1. Fungisida kontak

2. Fungisida sistemik

3. Fungisida non sistemik

4. Tidak mengetahui

- KEBIASAAN PETANI MEMBACA DAN MEMAHAMI PETUNJUK PENGGUNAAN FUNGISIDA (Y4)

21. Apakah Bapak/ibu dapat membedakan ada pestisida palsu yang beredar

1. Mengetahui atau menemukannya sendiri

2. Mengetahui dari orang lain

3. Pernah mendengar

4. Tidak mengetahui

(49)

1. Dapat

2. Dapat tetapi hanya merek tertentu saja

3. Tidak

(50)

Lampiran 2. Data Karakteristik Petani No Nama Jenis

Kelamin

Umur (thn)

Pendidikan Luas lahan (ha)

1 Arie Gustin Tarigan L 68 SD <0.5

2 Belli Bukit L 67 SD <0.5

3 Ade Wilson Ginting L 50 SD <0.5

4 Lestina Br. Barus P 40 SLTP <0.5

5 Timanta Br. Surbakti P 50 SLTP 6 rante 6 Kristina Ulina Br.

Gtg

P 45 SD 5 rante

7 Sutrisna L 41 SLTP <0.5

8 Johana Br. Surbakti P 37 P.TINGGI <0.5

9 Rini handayani P 38 SMA <0.5

10 Mahmuddin Surbakti L 47 SLTP 1.5

11 Marlinus Surbakti L 58 SD 0.7

12 Sopianto Tarigan L 35 SMA <0.5

13 Anwir Dalimunthe L 34 SMA <0.5

14 Ndahita Kaban P 56 SLTP 1

15 Mulia Sembiring L 40 SMA 7rante

16 Martin S L 50 SLTP 0.6

17 Ali sinulingga L 39 SLTP <0.5

18 Giot Munthe L 57 SD <0.5

19 Heri Barus L 57 SD 4 rante

20 Abadi Surbakti L 51 SLTP 1

21 Budi Utomo surbakti L 39 SMA 1

23 Ponidi L 39 SMA <0.5

24 Dianto K L 35 SMA 5 rante

(51)

Lampiran 3. Distribusi Skor Responden Terhadap Kuisioner Variable Bebas (x)

Responden Nomor Kuisioner Variabel X

∑X

1 2 ∑X1 3 4 5 ∑X2 6 ∑X3 7 8 9 ∑X4

1 2 1 3 3 3 4 10 1 1 2 1 1 4 18

2 1 1 2 1 2 2 5 2 2 4 1 1 6 15

3 3 1 4 3 4 2 9 2 2 2 3 2 7 22

4 2 1 3 2 4 3 9 1 1 2 1 2 5 18

5 1 1 2 3 3 1 7 1 1 1 3 1 5 15

6 1 1 2 2 2 3 7 2 2 2 1 1 4 15

7 1 1 2 3 3 3 9 1 1 4 1 1 6 18

8 1 1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 4 10

9 1 1 2 1 3 3 7 1 1 2 1 2 5 15

10 1 2 3 3 2 3 8 1 1 1 3 2 6 18

11 1 2 3 2 3 1 6 2 2 4 3 1 8 19

12 1 2 3 3 3 2 8 1 1 2 1 1 4 16

13 2 2 4 3 4 3 10 2 2 3 3 1 7 23

14 3 1 4 2 2 2 6 1 1 2 1 2 5 16

15 1 1 2 2 2 3 7 1 1 1 1 1 3 13

16 2 3 5 4 4 3 11 1 1 3 3 1 7 24

17 1 2 3 4 4 4 12 1 1 2 1 2 5 21

18 3 1 4 2 2 3 7 2 2 1 3 2 6 19

19 1 1 2 2 3 3 8 2 2 2 3 1 6 18

20 2 2 4 3 2 3 8 1 1 3 1 2 6 19

21 3 1 4 2 4 1 7 1 1 3 1 2 6 18

22 1 2 3 2 4 1 7 1 1 1 3 2 6 17

23 1 2 3 2 3 3 8 1 1 2 1 2 5 17

24 3 1 4 2 4 3 9 1 1 2 1 1 4 18

(52)

Lampiran 4. Distribusi Skor Responden Terhadap Kuisioner Variable Tidak Bebas (Y)

Responden Nomor Kuisioner Variabel Y ∑Y 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 1 1 3 1 4 1 4 1 3 3 1 3 3 29

2 3 1 1 1 2 3 1 1 4 2 3 1 1 24

3 2 3 1 1 3 2 1 1 3 3 3 3 3 29

4 2 1 2 1 1 1 4 2 4 3 1 3 3 28

5 1 1 1 4 4 1 2 1 4 3 3 3 3 31

6 1 1 2 1 1 2 4 1 3 3 1 3 2 25

7 3 2 2 1 1 1 1 1 3 3 3 1 1 23

8 1 2 1 1 1 2 1 1 3 3 1 3 3 23

9 1 1 3 1 1 1 1 1 3 3 2 3 3 24

10 2 1 4 4 1 3 2 2 3 3 3 1 1 30

11 1 3 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 21

12 2 2 1 1 1 1 1 2 4 3 1 1 1 21

13 2 1 2 4 1 1 1 2 4 3 1 3 3 28

14 1 1 1 4 4 3 4 1 4 3 3 3 3 35

15 3 3 2 1 1 1 2 1 3 3 3 3 3 29

16 2 2 3 4 3 3 2 1 3 1 3 1 3 31

17 2 2 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 18

18 1 2 1 1 1 2 4 1 4 1 3 3 4 28

19 1 1 1 1 1 3 1 1 3 3 3 3 3 25

20 2 1 2 4 4 2 1 1 3 3 1 3 3 30

21 2 2 1 3 3 1 2 1 4 3 1 1 4 25

22 2 2 1 2 2 1 1 1 4 3 1 1 1 20

23 3 3 1 3 3 1 2 1 3 3 3 3 1 28

24 1 1 1 1 1 1 4 1 3 3 3 3 1 26

25 1 1 4 1 1 1 1 1 4 3 1 3 3 25

(53)

Lampiran 5. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel X Penerimaan Program PHT Nomor Kuisioner

Distribusi Jawaban Responden Menurut Bobot Nilai

Jumlah Responden

1 2 3 4

Sumber Informasi

PHT

1 0 2 6 14 25

0% 20% 24% 56% 100%

2 0 1 10 14 25

0% 4% 40% 56% 100%

Lama Menerapkan

PHT

3 2 9 11 3 25

8% 36% 44% 12% 100%

4 9 8 7 1 25

36% 32% 28% 4% 100%

5 2 14 4 5 25

8% 56% 16% 20% 100%

Pendapat Petani Tentang

PHT

6 0 0 8 17 25

0% 0% 32% 68% 100%

Manfat Pelatihan

PHT

7 3 4 12 6 25

12% 16% 48% 24% 100%

8 0 10 0 15 25

0% 40% 0% 60% 100%

9 0 0 11 14 25

0% 0% 44% 56% 100%

(54)

Lampiran 6. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Y

Pengunaan Fungisida

Nomor Kuisioner

Distribusi Jawaban Responden Menurut Bobot

Nilai

Jumlah Responden 1 2 3 4

Sumber Informasi PHT

10 0 4 9 12 25

0% 16% 36% 48% 100%

11 0 4 8 13 25

0% 16% 32% 52% 100%

12 1 4 8 12 25

4% 16% 32% 48% 100%

Waktu dan Frekwensi penggunaan Fungisida

13 7 0 0 18 25

28% 0% 00% 72% 100%

14 4 4 2 15 25

16% 16% 8% 60% 100%

Pemahaman Petani Terhadap Dampak Penggunaan Fungisida

15 0 5 5 15 25

0% 20% 20% 60% 100%

16 6 6 6 13 25

24% 24% 24% 52% 100%

17 0 4 4 21 25

0% 16% 16% 84% 100%

Kebiasaan petani membaca dan memahami petunjuk

penggunaan fungisida

18 10 15 0 0 25

40% 60% 0% 0% 100%

19 0 20 1 4 25

0% 80% 4% 16% 100%

20 0 12 1 12 25

0% 48% 4% 48% 100%

21 0 16 9 0 25

0% 64% 36% 0% 100%

22 2 14 1 8 25

8% 56% 4% 32% 100%

(55)

Lampiran 7. Analisis Rank X Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking

d d2 Variabel

X

Variabel Y

1 18 29 12 7 5 25

2 15 24 21.5 18.5 3 9

3 22 29 3 7 -4 16

4 18 28 12 10.5 1.5 2.25

5 15 31 21.5 2.5 19 361

6 15 25 21.5 15.5 6 36

7 18 23 12 20.5 -8.5 72.25

8 10 23 25 20.5 4.5 20.25

9 15 24 21.5 18.5 3 9

10 18 30 12 4.5 7.5 56.25

11 19 21 7 22.5 -15.5 240.25

12 16 21 18.5 22.5 -4 16

13 23 28 2 10.5 -8.5 72.25

14 16 35 18.5 1 17.5 306.25

15 13 29 24 7 17 289

16 24 31 1 2.5 -1.5 2.25

17 21 18 4.5 2.5 2 4

18 19 28 7 10.5 -3.5 12.25

19 18 25 12 15.5 -3.5 12.25

20 19 30 7 4.5 2.5 6.25

21 18 25 12 15.5 -3.5 12.25

22 17 20 16.5 24 -7.5 56.25

23 17 28 16.5 10.5 6 36

24 18 26 12 13 -1 1

25 21 25 4.5 15.5 -11 121

Jumlah 1794.3

Rs = 0,31

(56)

Lampiran 8. Analisis Rank X1 Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking

d d2 Variabel

X

Variabel Y

1 3 29 13.5 7 6.5 42.25

2 2 24 21.5 18.5 3 9

3 4 29 5.5 7 -1.5 2.25

4 3 28 13.5 10.5 3 9

5 2 31 21.5 2.5 19 361

6 2 25 21.5 15.5 6 36

7 2 23 21.5 20.5 1 1

8 2 23 21.5 20.5 1 1

9 2 24 21.5 18.5 3 9

10 3 30 13.5 4.5 9 81

11 3 21 13.5 22.5 -9 81

12 3 21 13.5 22.5 -9 81

13 4 28 5.5 10.5 -5 25

14 4 35 5.5 1 4.5 20.5

15 2 29 21.5 7 14.5 210.25

16 5 31 1 2.5 -1.5 2.25

17 3 18 13.5 2.5 11 121

18 4 28 5.5 10.5 -5 25

19 2 25 21.5 15.5 6 36

20 4 30 5.5 4.5 1 1

21 4 25 5.5 15.5 -10 100

22 3 20 13.5 24 -10.5 110.25

23 3 28 13.5 10.5 3 9

24 4 26 5.5 13 -7.5 56.25

25 4 25 5.5 15.5 -10 100

Jumlah 1529.8

rs = 0,4116

(57)

Lampiran 9. Analisis Rank X2 Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking

d d2 Variabel

X

Variabel Y

1 10 29 4 7 -3 9

2 5 24 24 18.5 5.5 30.25

3 9 29 7.5 7 0.5 0.25

4 9 28 7.5 10.5 -3 9

5 7 31 18 2.5 15.5 240.25

6 7 25 18 15.5 2.5 6.25

7 9 23 7.5 20.5 -13 169

8 3 23 25 20.5 4.5 20.25

9 7 24 18 18.5 -0.5 0.25

10 8 30 12 4.5 7.5 56.25

11 6 21 22.5 22.5 0 0

12 8 21 12 22.5 -10.5 110.25

13 10 28 4 10.5 -6.5 42.25

14 6 35 22.5 1 21.5 462.25

15 7 29 18 7 11 121

16 11 31 2 2.5 -0.5 0.25

17 12 18 1 2.5 -1.5 2.25

18 7 28 18 10.5 7.5 56.25

19 8 25 12 15.5 -3.5 12.25

20 8 30 12 4.5 7.5 56.25

21 7 25 18 15.5 2.5 6.25

22 7 20 18 24 -6 36

23 8 28 12 10.5 1.5 2.25

24 9 26 7.5 13 -5.5 30.25

25 10 25 4 15.5 -11.5 132.25

Jumlah 1610.0

rs = 0,3805

(58)

Lampiran 10. Analisis Rank X3 Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking

d d2 Variabel

X

Variabel Y

1 1 29 17 7 10 100

2 2 24 4.5 18.5 -14 196

3 2 29 4.5 7 -2.5 6.25

4 1 28 17 10.5 6.5 42.25

5 1 31 17 2.5 14.5 210.25

6 2 25 4.5 15.5 -11 121

7 1 23 17 20.5 -3.5 12.25

8 1 23 17 20.5 -3.5 12.25

9 1 24 17 18.5 -1.5 2.25

10 1 30 17 4.5 12.5 156.25

11 2 21 4.5 22.5 -18 324

12 1 21 17 22.5 -5.5 30.25

13 2 28 4.5 10.5 -6 36

14 1 35 17 1 16 256

15 1 29 17 7 10 100

16 1 31 17 2.5 14.5 210.25

17 12 18 17 2.5 14.5 210.25

18 2 28 4.5 10.5 -6 36

19 1 25 4.5 15.5 -11 121

20 1 30 17 4.5 12.5 156.25

21 1 25 17 15.5 1.5 2.25

22 1 20 17 24 -7 49

23 1 28 17 10.5 6.5 42.25

24 1 26 17 13 4 16

25 2 25 4.5 15.5 11 121

Jumlah 2569.3

rs = 0,0118

(59)

Lampiran 11. Analisis Rank X 4Terhadap Y No Responden Variabel X Variabel Y Data ranking

d d2 Variabel

X

Variabel Y

1 4 29 22 7 15 225

2 6 24 8.5 18.5 -10 100

3 7 29 3 7 -4 16

4 5 28 16 10.5 5.5 30.25

5 5 31 16 2.5 13.5 182.25

6 4 25 22 15.5 6.5 42.25

7 6 23 8.5 20.5 -12 144

8 4 23 22 20.5 1.5 2.25

9 5 24 16 18.5 -2.5 6.25

10 6 30 8.5 4.5 4 16

11 8 21 1 22.5 -21.5 462.25

12 4 21 22 22.5 -0.5 0.25

13 7 28 3 10.5 -7.5 56.25

14 5 35 16 1 15 225

15 3 29 25 7 18 324

16 7 31 3 2.5 0.5 0.25

17 5 18 16 2.5 13.5 182.25

18 6 28 8.5 10.5 -2 4

19 6 25 8.5 15.5 -7 49

20 6 30 8.5 4.5 4 16

21 6 25 8.5 15.5 -7 49

22 6 20 8.5 24 -15.5 240.25

23 5 28 16 10.5 5.5 30.25

24 4 26 22 13 9 81

25 5 25 16 15.5 0.5 0.25

Jumlah 248.3

rs = 0,0445

(60)

Foto Dokumentasi Penelitian

Gbr. 1. Kebun kubis Dengan Perlakuan PHT

Gbr. 2. Pemanenan kubis

(61)

Gambar

Tabel 1. Sumber Informasi PHT
Tabel 2. Lamanya Telah Menerapkan PH T (Tahun)
Tabel 3. Pendapat Petani Tentang PHT
Tabel 4. Manfaat Pelatihan PHT
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada model pembelajaran langsung terdapat suatu urutan pembelajaran atau yang biasa disebut juga dengan fase. Pada model pembelajaran langsung terdapat

In this research, we develop concept mapping between student characteristics and categories by Felder- Silverman Learning Style Model and appropriate content inside a

[r]

Elnusa is an integrated energy services company, with core competencies in the upstream oil and gas which include seismic services (geoscience services: land, marine and

[r]

ELNUSA is integrated energy services company that provides total solutions with core competencies in the upstream oil and gas are seismic services

Regresi logistik digunakan untuk menguji hubungan antara kondisi keuangan, opinion shopping , ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure dan

Oliver dalam Tjiptono (2005:387) mengemukakan bahwa loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk atau jasa yang