• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Tampan Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Tampan Pekanbaru"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PARTISIPASI IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU KELURAHAN

TAMPAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI PEKANBARU

TESIS

OLEH

SITI AISYAH HARAHAP 097032099/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF SOCIAL SUPPORT ON THE PARTICIPATION OF MOTHERS WHO HAD CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN THE

ACTIVITIES OF POSYANDU (THE INTEGRATED SERVICE POST) AT TAMPAN VILLAGE PAYUNG SEKAKI HEALTH CENTER

PEKANBARU

THESIS

BY

SITI AISYAH HARAHAP 097032099/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PARTISIPASI IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU KELURAHAN

TAMPAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI PEKANBARU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI AISYAH HARAHAP 097032099/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH DUKUNGAN SOSIALTERHADAP PARTISIPASI IBU BALITA DALAM

KEGIATAN POSYANDU DI KELURAHAN TAMPAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI PEKANBARU

Nama Mahasiswa : Siti Aisyah Harahap Nomor Induk Mahasiswa : 097032099

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Drs. Badaruddin, M.Si ) Ketua

( Drs. Amru Nasution, M.Kes) Anggota

Ketua Program Studi

( Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si )

Dekan

( Dr. Drs. Surya Utama, M.S )

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 12 September 2011

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. Dr. Drs. Badaruddin, M.Si Anggota : 1. Drs. Amru Nasution, M.Kes

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

(6)

SURAT PERNYATAAN

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PARTISIPASI IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU KELURAHAN

TAMPAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI PEKANBARU

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2011

(7)

ABSTRAK

Cakupan partisipasi ibu balita di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki tahun 2009 adalah 53,87%. Kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Tampan masih tergolong rendah dan strata posyandu masih madya, kegiatan utamanya kurang dari 50%, belum ada program tambahan serta belum adanya dana sehat.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan) terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan tipe

explanatory research yang dilakukan di Kelurahan Tampan wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru sejak bulan Desember 2010 sampai dengan Agustus 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang berkunjung ke posyandu bulan Maret tahun 2011 sebanyak 290 orang, dan sampel 134 orang pengambilan sampel dengan metode simple random sampling.

Hasil penelitian ini diperoleh 51,4% variasi variabel dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan informasi berpengaruh terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu dengan koefisien regresi pada tingkat kuat. Variabel paling besar pengaruhnya terhadap penentuan partisipasi ibu balita adalah variabel dukungan instrumental.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Pekanbaru untuk dapat lebih melengkapi sarana ataupun alat-alat seperti timbangan, meteran, KMS, kursi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu dan agar meningkatkan pembinaan kepada kader agar lebih professional dalam memantau tumbuh kembang anak serta membangun kemitraan masyarakat untuk meningkatkan dukungan dan memanfaatkan posyandu secara optimal.

(8)

ABSTRACT

The coverage of participation of mothers with children under five-years old in the integrated service post in the working area of Payung Sekaki Health Center in 2009 was 53.87%. The visit of the mothers with children under five-years old in Tampan Village is still low and the stratum of integrated service post was still in average level, its activity was less than 50%.

The purpose of this research was to analyze the influence of social support (emotional support, instrumental support, informational support, and reward support) on the participation of mothers with children under five-years old in the activities of the integrated service post in Tampan Village, in the working area of Payung Sekaki Health Center, Pekanbaru.

The type of the research was a survey with explanatory research type which was conducted in Tampan Village, in the working area of Payung Sekaki Health Center, Pekanbaru from December 2010 to August 2011. The population of this study were 290 mothers with children under five years old who visited the the integrated service post in March 2011, and 134 of them were selected to be the sample for this study through simple random sampling method.

The result of this study showed that emotional, instrumental,and information support had influence on the participation of the mothers with children under five-years old for 51.4% respectively in the activities of the integrated service post with strong regression coefficient. The variable which had the biggest influence on the determination of participation of mothers with children under five years old was instrumental support.

It is recommended that the Health Service at Pekanbaru is suggested to provide more facilities or equipment such as scales, meter, health progress report (KMS), chairs needed in the implementation of the integrated service post and to improve the development of cadres in order to make them professional in monitoring the growth and development of child and to build partnership with community members to improve the support and to get the optimal use of the integrated service post.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisam tesis ini dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Tampan Pekanbaru”

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

(10)

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku Sekretaris Program Studi S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

6. Prof. Dr. Drs. Badaruddin, M.Si selaku pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian memberikan bimbingan dan arahan terus menerus sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis ini

7. Drs. Amru Nasution, M.Kes selaku pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian memberikan bimbingan dan arahan terus menerus sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis ini

8. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku pembanding satu yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

9. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes selaku pembanding dua yang telah bersedia untuk memberikan masukan dan saran demi menyempurnakan tesis ini. 10.R. Sakhnan, S.K.M, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kementerian Kesehatan

Pekanbaru yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.

11.Drg. Stahati selaku Kepala Puskesmas Payung Sekaki dan staf yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

(11)

13.Orang tuaku tercinta Alm. H. Sarbaini Harahap dan Hj. Masturo atas pengorbanan dan kasih sayangnya yang tiada pernah berhenti sampai akhir hayatnya.

14.Kader Posyandu dan Ibu-ibu Balita di Kelurahan Tampan yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

15.Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis untuk berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini hingga selesai.

Hanya Allah SWT yang senatiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, September 2011

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Siti Aisyah Harahap yang dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 25 April 1976, anak ke tujuh dari delapan bersaudara. Penulis telah menikah dan dikarunia satu orang putri, bertempat tinggal di Kota Pekanbaru.

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 006 Pekanbaru pada Tahun 1988, selanjutnya menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 05 Pekanbaru Tahun 1991, kemudian melanjutkan SMA Negeri 03 Pekanbaru tamat pada tahun 1994, Tahun 2007 menamatkan D III Keperawatan USU Medan dan Melanjutkan D IV Keperawatan USU Medan tamat pada Tahun 2002.

(13)

DAFTAR ISI

1.2. Permasalahan ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Konsep Partisipasi... 11

2.2. Konsep Dukungan Sosial ... 23

2.3. Konsep Dasar Posyandu... 26

2.4. Landasan Teori... 37

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 38

BAB 3. METODE PENELITIAN... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.3. Populasi dan Sampel ... 40

3.4. Metode Pengumpulan Data... 42

3.5. Variabel dan Definisi Operasional... 45

3.6. Metode Pengukuran ... 46

3.7. Metode Analisis Data... 47

BAB 4. HASILPENELITIAN………. ... 50

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 50

4.2. Analisis Univariat ... 53

4.3. Analisis Bivariat ... 61

(14)

BAB 5. PEMBAHASAN... 66

5.1 Dukungan Emosional ... 68

5.2 Dukungan Instrumental ... 71

5.3 Dukungan Informasi... 75

5.4 Penghargaan ... 79

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 80

6.1 Kesimpulan... 80

6.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Jumlah Kunjungan Balita di Posyandu Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Bulan Desember

Tahun 2010 ... 8 2.1. Langkah-langkah Penyelenggaraan Posyandu ... 32 3.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 44 4.1. Tingkat Pendidikan Perempuan di Kelurahan Tampan Kota

Pekanbaru Tahun 2010... 51 4.2. Jenis Pekerjaan Perempuan di Kelurahan Tampan Kota

Pekanbaru Tahun 2010... 52 4.3. Jenis Fasilitas Kesehatan Perempuan di Kelurahan Tampan Kota

Pekanbaru Tahun 2010... 52 4.4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu, umur

Balita, Pekerjaan dan Pendidikan Ibu Balita di Kelurahan

Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2010... 53 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan

Emosional di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas

Payung Sekaki Pekanbaru ... 55 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan

Instrumental di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas

Payung Sekaki Pekanbaru ... 56 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan Informasi

di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki

Pekanbaru... 57 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan

Penghargaan di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas

(16)

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Partisipasi Ibu di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki

Pekanbaru... 59 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan Sosial

dan Partisipasi Ibu Balita di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja

Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru ... 60 4.11. Hasil Uji Korelasi Antara Dukungan Sosial (Dukungan

Emosional, Dukungan Instrumental, Dukungan Informasi dan Dukungan Penghargaan) terhadap Partisipasi Ibu Balita di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki

Pekanbaru... 61 4.12. Hasil Regresi Prasyarat Uji Regresi Linier Berganda... 63 4.13. Hasil Regresi Dukungan Sosial (Dukungan Emosional,

Dukungan Instrumental, Dukungan Informasi dan Dukungan Penghargaan) terhadap Partisipasi Ibu Balita di Kelurahan

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden... 88

2. Kuesioner Penelitian ... 89

3. Hasil Pengolahan Data Penelitian... 93

4. Surat Izin Penelitian ... 107  

(19)

ABSTRAK

Cakupan partisipasi ibu balita di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki tahun 2009 adalah 53,87%. Kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Tampan masih tergolong rendah dan strata posyandu masih madya, kegiatan utamanya kurang dari 50%, belum ada program tambahan serta belum adanya dana sehat.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan) terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan tipe

explanatory research yang dilakukan di Kelurahan Tampan wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru sejak bulan Desember 2010 sampai dengan Agustus 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang berkunjung ke posyandu bulan Maret tahun 2011 sebanyak 290 orang, dan sampel 134 orang pengambilan sampel dengan metode simple random sampling.

Hasil penelitian ini diperoleh 51,4% variasi variabel dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan informasi berpengaruh terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu dengan koefisien regresi pada tingkat kuat. Variabel paling besar pengaruhnya terhadap penentuan partisipasi ibu balita adalah variabel dukungan instrumental.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Pekanbaru untuk dapat lebih melengkapi sarana ataupun alat-alat seperti timbangan, meteran, KMS, kursi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu dan agar meningkatkan pembinaan kepada kader agar lebih professional dalam memantau tumbuh kembang anak serta membangun kemitraan masyarakat untuk meningkatkan dukungan dan memanfaatkan posyandu secara optimal.

(20)

ABSTRACT

The coverage of participation of mothers with children under five-years old in the integrated service post in the working area of Payung Sekaki Health Center in 2009 was 53.87%. The visit of the mothers with children under five-years old in Tampan Village is still low and the stratum of integrated service post was still in average level, its activity was less than 50%.

The purpose of this research was to analyze the influence of social support (emotional support, instrumental support, informational support, and reward support) on the participation of mothers with children under five-years old in the activities of the integrated service post in Tampan Village, in the working area of Payung Sekaki Health Center, Pekanbaru.

The type of the research was a survey with explanatory research type which was conducted in Tampan Village, in the working area of Payung Sekaki Health Center, Pekanbaru from December 2010 to August 2011. The population of this study were 290 mothers with children under five years old who visited the the integrated service post in March 2011, and 134 of them were selected to be the sample for this study through simple random sampling method.

The result of this study showed that emotional, instrumental,and information support had influence on the participation of the mothers with children under five-years old for 51.4% respectively in the activities of the integrated service post with strong regression coefficient. The variable which had the biggest influence on the determination of participation of mothers with children under five years old was instrumental support.

It is recommended that the Health Service at Pekanbaru is suggested to provide more facilities or equipment such as scales, meter, health progress report (KMS), chairs needed in the implementation of the integrated service post and to improve the development of cadres in order to make them professional in monitoring the growth and development of child and to build partnership with community members to improve the support and to get the optimal use of the integrated service post.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia (UUD 1945, pasal 28 ayat 1 dan UU Kes. No. 36 Tahun 2010) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan, karena kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta.

(22)

masyarakat. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat apabila peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti imunisasi, pemantauan timbangan balita, pemeriksaan ibu hamil dan keluarga berencana meningkat (Depkes RI, 2006).

Data dari Sekretaris Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat adanya kejadian luar biasa (KLB) pada akhir tahun 2000 seperti penyakit polio, KEP, Gizi buruk, dan lain-lain yang melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia. Data Depkes 2005-2006 jumlah kasus gizi buruk hingga saat ini masih memprihatinkan. Tercatat jumlah anak balita yang terkena gizi buruk melonjak dari 1,8juta (2005) menjadi 2,3 juta anak (2006). Dalam kurun waktu itu, lebih dari lima juta balita terkena gizi kurang, bahkan 10% berakhir dengan kematian (Bapeda Jabar, 2006). Prevalensi (temuan kasus berbanding jumlah balita) pun cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dan secara nasional, sebanyak 110 kabupaten/kota di Indonesia mempunyai prevalensi gizi kurang (termasuk gizi buruk) di atas 30%, yang menurut World Health Organization (WHO) dikelompokkan sangat tinggi (Nurhayati, 2007).

(23)

Dari data dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2009), angka kematian bayi (AKB) di Kota Pekanbaru tahun 2009 sebesar 77/1000. Angka kematian balita pada tahun 2009 mencapai 11/1000. Angka kematian ibu tahun 2009 mencapai 31/1000. Sementara status gizi balita di Kota Pekanbaru dari 111.860 balita terdapat status gizi berada pada bawah garis merah (BGM) 521 balita, balita yang datang ke posyandu untuk ditimbang hanya 74.523 balita dan berat badan yang naik 66.182 balita. Indikator status gizi masyarakat adalah status gizi bayi dan balita, semakin baik gizi bayi dan balita maka semakin baik pula derajat kesehatan bayi dan balita. Penyakit yang sering diderita balita adalah penyakit diare terdapat 3.771 kasus, Pneumonia pada balita 2.228 kasus dan campak 326 kasus.

Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat. Pentingnya keberadaan posyandu ditengah-tengah masyarakat yang merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sebagai pelaksana sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan. Disamping itu wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana tukar menukar informasi dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri.

(24)

diperlukan dukungan partisipasi masyarakat terutama ibu balita. Partisipasi sebagaimana diungkapkan Ema Wibowo (2006), adalah suasana dimana orang dalam (insider) aktif berinisiatif, merencanakan dan melaksanakan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan orang luar (outsider) lebih banyak berperan sebagai pendamping dan penasehat karenanya pendekatan partisipasi haruslah bertujuan mendukung inovasi lokal menghargai perbedaan dan kesulitan pihak lain, serta mengutamakan peningkatan kemampuan lokal. Untuk dapat membentuk posyandu yang dapat bertahan kelangsungannya diperlukan juga dukungan sosial sehingga masyarakat terutama ibu balita terdorong aktif ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan dapat menikmati hasil dari program posyandu tersebut.

Menurut Adisasmita (2006), dengan adanya partisipasi masyarakat perencanaan program posyandu diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program yang disusun sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti dalam penyusunan program ditentukan prioritas, dengan demikian pelaksanaan program tersebut akan terlaksana secara efektif dan efisien. Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan kesehatan yang dalam hal ini khususnya pemanfaatan posyandu. Kehadiran ibu di posyandu dengan membawa balitanya sangat mendukung tercapainya salah satu tujuan posyandu yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan balita.

(25)

budaya di masyarakat kita di mana peranan bapak/suami sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan, maka umumnya anggota keluarga lainnya sangat kecil inisiatifnya. Hal ini juga terlihat pada kader setempat agar dapat melakukan semua kegiatan di posyandu, sehingga dalam pelaksanaannya saling membantu dan dapat memberikan motivasi kepada ibu yang mempunyai balita agar senatiasa patuh/mau dalam melakukan kunjungan ke posyandu.

Menurut Mikkelsen (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu: faktor sosial yaitu dilihat dari adanya ketimpangan sosial masyarakat untuk berpartisipasi, adanya dukungan sosial terhadap individu. Menurut Taylor (2009), dukungan kepada ibu balita dapat diberikan oleh keluarga/suami, kader dan petugas kesehatan dalam bentuk-bentuk dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penilaian agar ibu balita mau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu dan dapat menikmati hasil dari program posyandu tersebut. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap perubahan. Faktor politik yaitu apabila proses pembangunan yang dilaksanakan kurang melibatkan masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga terkendala untuk berpartisipasi dan pengambilan keputusan.

(26)

disebabkan antara lain: krisis ekonomi, kejenuhan kader karena kegiatan rutin, kurang dihayati peran sebagai kader posyandu sehingga tugas di posyandu kurang menarik atau karena jarang dikunjungi ibu-ibu balita. Penurunan kinerja posyandu ini dapat dilihat dari data pada tahun 2005 dari 245.154 posyandu di Indonesia hanya 3,1 yang mandiri, pada tahun 2006 kader yang aktif hanya 43,3% dan posyandu yang buka setiap bulan dan cakupan penimbangan 43,3%. Program Posyandu juga kurang berkembang, hal ini disebabkan karena para petugas lapangan sebagai motivator dari program tersebut kurang atau tidak memberikan dorongan/motivasi kepada masyarakat khususnya kepada ibu balita kesehatannya secara terus menerus. Faktor dari masyarakat yaitu kader juga dapat memberikan dukungan/dorongan kepada masyarakat agar dapat mempengaruhi peran serta masyarakat, apabila kader aktif mengajak ibu balita untuk ikut dalam kegiatan posyandu maka diharapkan ibu balita pun akan tertarik untuk ikut serta.

(27)

dan dipulangkan. Posyandu lebih diberdayakan, sehingga tujuan yang tercantum dalam kegiatan posyandu sesuai surat edaran Menteri dapat dicapai. Pemerintah daerah perlu lebih menyosialisasikan dan mengundang berbagai sektor untuk masuk ke posyandu, bersama-sama mewujudkan posyandu menjadi wadah kesehatan dasar masyarakat. Beberapa posyandu yang memiliki kegiatan tambahan seperti kegiatan tumbuh kembang anak usia dini (PAUD) dengan permainan edukatif, pelatihan tambahan merawat anak atau lainnya yang menghasilkan mutu kegiatan yang lebih baik dan lebih memungkinkan untuk menumbuhkan pemberdayaan bagi ibu balita (Bapenas, 2010).

(28)

posyandu di Kelurahan Tampan terjadi penurunan jumlah kunjungan ibu ke posyandu Hal ini membuktikan bahwa partisipasi masyarakat masih sangat kurang terhadap posyandu. Secara rinci jumlah kunjungan balita keposyandu dapat dilihat pada tabel 1.1:

Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Balita di Posyandu Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Tahun 2010

No Posyandu Strata

Sumber : Puskesmas Payung Sekaki Tahun 2010

(29)

ibu-ibu balita tidak dibolehkan datang ke posyandu oleh suaminya, dukungan keluarga yang rendah yang masih menganut paham lama menyatakan bahwa anak tidak perlu ke posyandu. Umumnya tingkat kehadiran di posyandu paling tinggi pada bulan Februari dan Agustus sekitar 70% hal ini dikarenakan pada bulan tersebut puskesmas memiliki program pemberian vitamin A. Masalah kunjungan ibu balita ke posyandu ini perlu mendapat perhatian yang baik mengingat perlunya partisipasi ibu mengikuti kegiatan posyandu dalam meningkatkan status kesehatan balita mereka, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru”.

1.2. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah ”bagaimanakah pengaruh dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan) terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Tampan wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru”?

1.3. Tujuan Penelitian

(30)

1.4. Hipotesis

Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Tampan wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu promosi kesehatan yang berkaitan dengan pengaruh dukungan sosial terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.

1.5.2. Ibu Balita

Sebagai sumber informasi bagi ibu balita agar mau turut berpartisipasi dalam kegiatan di posyandu sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan balitanya.

1.5.3. Puskesmas

Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan dukungan ke masyarakat khususnya ibu-ibu balita sehingga mau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.  

 

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Partisipasi 2.1.1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekadar memotivasi dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007).

Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut. Ada enam jenis tafsiran mengenai partisipasi masyarakat tersebut antara lain:

(32)

2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek-proyek atau program-program pembangunan.

3. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

4. Partisipasi adalah penetapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek/program agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Conyer dalam Soetomo (2006), mengemukakan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu:

1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

(33)

3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi.

4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.

5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community development)

Menurut Slamet (2003), berdasarkan pengertian partisipasi, maka partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis :

1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya.

2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya.

3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung.

4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. 5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menerima hasilnya. 2.1.2. Peranan Partisipasi Masyarakat

Menurut Notoatmodjo (2007), di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat berbentuk daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di dalam 4 M, yakni manpower (tenaga), money

(34)

M anpower

M oney

M aterial

M ind/ideas

Health Services

Health Status

(Derajat Kesehatan)

Gambar 2.1 Macam-macam Kontribusi

2.1.3. Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat

Dalam hubungannya dengan fasilitas dan tenaga kesehatan, partisipasi masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan tersebut. Dengan kata lain, partisipasi masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diciptakan dengan adanya partisipasi masyarakat didasarkan kepada idealisme (Notoatmodjo, 2007).

1) Community felt need.

Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berarti bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga adanya pelayanan kesehatan bukan karena diturunkan dari atas, yang belum dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan masyarakat dan untuk masyarakat.

(35)

bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.

3) Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri. Artinya tenaganya dan penyelenggaraannya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat, darimasyarakat dan olehmasyarakat.

2.1.4. Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Menurut Club du Sahel dalam Mikkelsen (2003), beberapa pendekatan untuk memajukan partisipasi masyarakat yaitu:

1. Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi; yakni pendekatan yang beranggapan bahwa pihak eksternal lebih menguasai pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sumber daya. Dengan demikian partisipasi tersebut memberikan komunikasi satu arah, dari atas ke bawah dan hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat vertical.

2. Pendekatan partisipasi aktif; yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal, contohnya pelatihan dan kunjungan.

3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan; masyarakat atau individu diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan pilihan untuk terikat pada sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut.

(36)

kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat setempat.

Agar memperbaiki kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat, maka usaha untuk dapat menggerakkan partisipasi masyarakat:

1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.

2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban (respons) yang dikendaki.

3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku (behavior) yang dikehendaki secara berlanjut (Ndraha,1990).

Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain tahun 1980 di Jamaica dalam Ndraha (1990), berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika:

1. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat.

2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan.

3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat.

(37)

2.1.5. Strategi Partisipasi Masyarakat

Strategi partisipasi masyarakat menurut Notoatmodjo (2007) :

1. Lembaga Sosial Desa atau Lembaga Kerja Pembangunan Masyarakat Desa (LKPMD) adalah suatu wadah kegiatan antar disiplin di tingkat desa, tiap kelurahan atau desa mempunyai lembaga semacam ini. Tugas utama lembaga ini adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pembangunan di desanya, termasuk juga pembangunan di bidang kesehatan. Oleh karena itu, tenaga kesehatan dari puskesmas dapat memanfaatkan lembaga ini untuk menjual idenya, dengan memasukkan ide-idenya ke dalam program LKPMD.

2. Program yang dijual oleh Puskesmas ke lembaga ini tidak harus kesehatan, tetapi juga kegiatan-kegiatan non kesehatan yang akhirnya akan menyokong program kesehatan, misalnya; pertanian, peternakan, pendidikan, dan lain-lain.

3. Puskesmas dapat dijadikan pusat kegiatan, walaupun pusat perencanaannya adalah di desa (LKPMD), dan petugas kesehatan adalah merupakan motivator dan dinamisatornya.

4. Dokter puskesmas atau petugas kesehatan yang lain dapat membentuk suatu team work yang baik dengan dinas-dinas atau instansi-instansi lain.

(38)

6. Bila desa ini masih dianggap terlalu besar, maka dapat dimulainya dari tingkat RW atau RT yang populasinya lebih kecil, sehingga mudah diorganisasi

2.1.6. Metode

Notoatmodjo (2005), menyatakan metode yang dapat dipakai pada partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat. Pendekatan ini terutama ditujukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal maupun informal.

2. Pengorganisasian masyarakat, dan pembentukan panitia (tim). a. Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa.

b. Tim kerja, yang dibentuk ditiap RT.

Anggota tim ini adalah pemuka-pemuka masyarakat RT yang bersangkutan, dan dipimpin oleh ketua RT.

3. Survei diri (Community self survey)

Tiap tim kerja di RT, melakukan survei di masyarakatnya masing-masing dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya.

4. Perencanaan program

(39)

5) Training

Training untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh dokter puskesmas. Di samping di bidang teknis medis, training juga meliputi manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan tingkat desa serta sistem pencatatan, pelaporan, dan rujukan.

6) Rencana evaluasi

Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-kriteria keberhasilan suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader kesehatan sendiri.

2.1.7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat

Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada beberapa faktor yang bisa membantu atau mendorong upaya tersebut. Faktor-faktor tersebut sebagian kita jumpai di masyarakat dan sebagian di provider sendiri.

1. Faktor-faktor di masyarakat

Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal baru bagi kita di Indonesia. Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong royong dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di masyarakat. Semangat ini mendorong timbulnya partisipasi masyarakat.

2. Faktor-faktor pendorong di pihak provider

(40)

pentingnya partisipasi masyarakat. Selain itu, keterbatasan sumber daya di pihak provider untuk mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat (Depkes, 1991).

Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan gagal dan berhasilnya partisipasi, yaitu:

1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil.

2. Perubahan sikap,pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran.

3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan.

4. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain.

5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.

Hadi dalam Dwiyanti (2005), mengemukakan bahwa faktor penghambat untuk meningkatkan partisipasi publik di Indonesia adalah:

1. Faktor sosial, seperti: tingkat pendidikan, pendapatan dan komunikasi 2. Faktor budaya, meliputi: sikap dan perilaku, pengetahuan dan adat istiadat. 3. Faktor politik

4. Faktor birokrasi para pengambil keputusan.

Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

(41)

2. Kurangnya dana.

3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat, dan 4. Kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Banyak program pembangunan yang kurang memperoleh antusias dan partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Di lain pihak juga sering dirasakan kurangnya informasi yang disampaikan kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi. Pemberian kesempatan berpartisipasi pada masyarakat, harus dilandasi oleh pemahaman bahwa masyarakat setempat layak diberi kesempatan karena mereka juga punya hak untuk berpartisipasi dan memanfaatkan setiap kesempatan membangun bagi perbaikan mutu hidupnya.

Menurut Margono dalam Mardikanto (2003), tumbuh kembangnnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Adanya kesempatan yang diberikan, merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan menentukan kemampuannya. Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong seseoransg untuk meningkatkan kemampuan serta memanfaatkan setiap kesempatan.

2. Adanya kemauan untuk berpartisipasi

(42)

belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk membangun.

3. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi Kemampuan untuk berpartisipasi adalah :

a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya).

b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.

c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

(43)

2.2. Konsep Dukungan Sosial 2.2.1. Dukungan Sosial

Sarafino (1998), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu dari orang lain, dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan menjadi dukungan sosial atau tidak, tergantung pada sejauh mana individu merasakan hal tersebut sebagai dukungan sosial.

Sarason (1991), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Sarason berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu :

a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).

b. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).

(44)

2.2.2. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial

Sarafino (1998) dan Taylor (2009), membagi dukungan sosial dalam empat bentuk, yaitu :

a. Emosional

Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin bahwa orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya. Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Beberapa hal yang termasuk interaksi yang mendukung adalah mendengarkan dengan penuh perhatian, merefleksikan pernyataan subjek, menawarkan simpati dan menyakinkan kembali, membagi pengalaman pribadi dan menghindari konflik. b. Instrumental

Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu untuk memberikan bantuan langsung. Dukungan ini dikenal juga dengan istilah dukungan pertolongan, dukungan nyata atau dukungan material.

c. Informatif

(45)

mengatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.

d. Penilaian / penghargaan

Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi (persetujuan). Pemberian dukungan ini membantu individu untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan orang lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri, membentuk kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa dihargai dan berguna saat individu mengalami tekanan. Dukungan sosial dalam bentuk penilaian yang positif dapat membantu individu dalam mengembangkan kepribadian dan meningkatkan identitas diri.

(46)

2.2.3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial dapat dipenuhi dari teman atau persahabatan, keluarga, dokter (petugas kesehatan), psikolog, psikiater (sarafino,1998). Hal senada juga diungkapkan oleh Taylor (2009), bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara.

2.3. Konsep Dasar Posyandu 2.3.1. Pengertian

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan, yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare (Depkes, 2006).

2.3.2. Tujuan Posyandu

a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

(47)

berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

2.3.3 Sasaran

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: Bayi, Anak balita, Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS). 2.3.4. Manfaat Posyandu

1. Bagi Masyarakat

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.

2. Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

a. Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB. 3. Bagi Puskesmas

(48)

kesehatan strata pertama.

b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.

c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu

4. Bagi sektor lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.

b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor.

2.3.5. Kegiatan Posyandu

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a. Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :

(49)

2. Diselenggarakan Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu. Kegiatan Kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:

a) Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi.

b) Perawatan payudara dan pemberian ASI c) Peragaan pola makan ibu hamil

d) Peragaan perawatan bayi baru lahir e) Senam ibu hamil

b. Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup: 1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan

jalan lahir (vagina)

2) Pemberian vitamin A dan tablet besi. 3) Perawatan payudara.

4) Senam ibu nifas.

5) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochs. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

c. Bayi dan Anak balita

(50)

1) Penimbangan berat badan 2) Penentuan status pertumbuhan 3) Penyuluhan

4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.

3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas. Jenis imunisasi. yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.

4. Gizi

(51)

kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas. 5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.

6. Kegiatan Pengembangan/Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu dengan kegiatan baru, disamping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut dengan nama Posyandu Plus.

Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan yang cukup dari seluruh masyarakat yang tercermin dari hasil Survei Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

2.3.6. Penyelenggaraan Posyandu

(52)

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Penyelenggaraan Posyandu

Langkah Pelayanan Pelaksana

Meja I Pendaftaran Kader

Meja II Penimbangan Kader

Meja III Pengisian KMS Kader

Meja IV Penyuluhan Kader

Meja V Pelayanan kesehatan Petugas kesehatan dan sektor tersebut bersama kader

2.3.7. Tugas dan Tanggung Jawab Para Pelaksana

Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan Posyandu adalah sebagai berikut :

1. Kader

Pada hari buka posyandu, antara lain :

a. Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana posyandu termasuk penyiapan makanan tambahan (PMT).

b. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.

c. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke Posyandu. d. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA

e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.

(53)

pelayanan kesehatan dan KB ini diselenggarakan bersama petugas Puskesmas. g. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas melengkapi

pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut. Di Luar Hari Buka Posyandu, antara lain:

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: bayi, anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui.

b. Membuat grafik SKDN, yaitu: jumlah semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu (S), jumlah balita yang mempunyai kartu Menuju Sehat atau Buku KIA (K), jumlah balita yang datang pada hari buka Posyandu (D) dan jumlah balita yang timbangan berat badannya naik (N).

c. Melakukan tindak lanjut terhadap : 1) Sasaran yang tidak datang

2) Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan

d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu.

e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

2. Petugas Puskesmas

(54)

a. Membimbing kader dalam penyelengggaraan Posyandu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di meja 5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka Posyandu lebih dari satu kali dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader Posyandu sesuai dengan kewenangannya.

c. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, KB dan gizi kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.

d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.

3. Stakeholder (Pemangku Kepentingan)

a. Camat, selaku penanggung jawab Pokjanal Posyandu kecamatan:

1) Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan Posyandu. 2) Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu. 3) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu.

b. Lurah/Kepala Desa, selaku penanggung jawab Pokja Posyandu kelurahan/desa 1) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan

Posyandu.

(55)

3) Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu.

4) Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama LKMD/LPM/LKD atau sebutan lainnya.

5) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.

c. Tokoh Masyarakat/Konsil Kesehatan Kecamatan (apabila telah terbentuk) 1) Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Posyandu. 2) Menaungi dan membina kegiatan Posyandu.

3) Menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam kegiatan Posyandu.

d. Organisasi Kemasyarakatan/LSM

1) Bersama petugas Puskesmas berperan aktif dalam kegiatan Posyandu, antara lain: pelayanan kesehatan masyarakat penyuluhan, penggerakan kader sesuai dengan minat dan misi organisasi.

2) Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan kegiatan Posyandu.

2.3.8. Tingkat Perkembangan Posyandu a. Posyandu Pratama

(56)

kurang dari 8 kali per tahun, pencapaian cakupan 5 program kurang dari 50%, tidak ada program tambahan, serta belum adanya dana sehat.

b. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya kurang dari 50%, belum ada program tambahan, serta belum adanya dana sehat.

c. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.

d. Posyandu Mandiri

(57)

2.4. Landasan Teori

Partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan tersebut dimulai dari gagasan, perumusan kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program.

Menurut Mikkelsen (2003), partisipasi merupakan sesuatu yang harus ditumbuh kembangkan dalam proses pembangunan. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu kegiatan yang merupakan keterlibatan sukarela dan ikut serta dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan.

Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengemukakan asumsi teorik bahwa pembangunan menjadi positif apabila ada partisipasi masyarakat dan sebaliknya kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri dan secara eksternal terhadap pemerintah atau pelaksana program.

Mikkelsen (2003), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat yaitu :

a. Faktor sosial yaitu dilihat dari adanya perrbedaan sosial masyarakat untuk berpartisipasi, adanya dukungan sosial terhadap individu.

(58)

c. Faktor politik yaitu apabila proses pembangunan yang dilaksanakan kurang melibatkan masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga terkendala untuk berpartisipasi dan pengambilan keputusan.

Partisipasi ibu dalam membawa balitanya berkunjung ke posyandu dalam meningkatkan derajat kesehatannya diperlukan adanya dukungan sosial yang bisa didapat dari kader, petugas kesehatan dan kelurga/suami. Menurut Taylor (2009), dukungan sosial ini dapat diberikan dalam bentuk dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informatif dan dukungan penilaian/penghargaan.

Menurut Ife dalam Adi (2008), dukungan peran dalam pemberdayaan masyarakat dapat bersifat ekstrinsik ataupun materil maupun bersifat instrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk kata-kata, ataupun sikap dan perilaku yang dapat diberikan bagi ibu-ibu balita sehingga mereka mau membawa balitanya berkunjung ke posyandu.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka peneliti membuat kerangka konsep penelitian serta variabel – variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar berikut : Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Sosial :

1. Dukungan Emosional 2. Dukungan Instrumental 3. Dukungan Informasi 4. Dukungan Penghargaan

Partisipasi ibu balita berkunjung ke posyandu

(59)

Kerangka konsep menggambarkan bahwa variabel independen yaitu dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penghargaan) dan yang merupakan variabel dependen adalah partisipasi ibu balita berkunjung ke posyandu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(60)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan tipe

explanatory research. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel dukungan sosial terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Tampan wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru tahun 2011.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tampan wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru dimana cakupan kunjungan balita dalam kegiatan posyandu di kelurahan Tampan sangat rendah. Penelitian ini dimulai dari penelusuran masalah, survei awal, konsultasi judul. Penyusunan proposal, dimulai dari bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Juli 2011.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yang berkunjung ke posyandu bulan Maret tahun 2011 di Kelurahan Tampan wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru yaitu sebanyak 290 orang.

(61)

{Z1-α/2√Po(1 – Po)+Z1-β√Pa(1 – Pa)}2 n =

(Pa – Po)2

Keterangan:

N : Besar sampel

Z1-α/2 : Nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan α = 0,05  Z1-α/2= 1,96 Z1-β : Kekuatan uji (ditetapkan peneliti) bila β 10% maka Z1-β = 1,282

Po : Proporsi keluarga yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu pada tahun 2009 sebanyak 54 %

Pa : Proporsi keluarga yang diharapkan ikut berpartisipasi sebanyak 64 %

{1,96√0,54 (1 – 0,54) + 1,282√0,64 (1 – 0,64)}2 n =

(0,640,54)2

n = 134

Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 134 ibu balita, yang bertempat tinggal di Kelurahan Tampan wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

(62)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Alat pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode :

a. Data Primer yaitu suatu data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada ibu balita tentang pengaruh dukungan sosial terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui dokumentasi, laporan Dinas Kesehatan yang bekerjasama dengan Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru, serta data-data pendukung lainnya.

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kemaknaan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data. Untuk menghitung validitas suatu instrumen dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara skor r-hitung masing-masing pertanyaan dalam suatu variabel menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation. Apabila harga korelasi positif dan > 0,3 maka butir instrumen tersebut dikatakan valid atau memiliki validitas konstruk yang baik (Situmorang, 2010).

(63)

pengukuran. Suatu kontruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach’s Alpha > 0,6 (Situmorang, 2010).

Uji validitas dan reliabilitas (kesahihan dan keandalan) alat ukur penelitian berupa kuesioner dilakukan sebelum digunakan untuk mengukur dukungan emosional,dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penghargaan dan partisipasi ibu balita. Hal ini dimaksudkan agar alat ukur yang digunakan benar-benar tepat dan cermat dalam melakukan fungsi ukurnya serta dapat dipercaya. Validitas

dan reliabilitas alat ukur dilihat dari koefisien korelasinya, semakin tinggi angka koefisien korelasinya semakin valid dan reliabel alat ukur tersebut.

Uji kuesioner dilakukan di posyandu Melati wilayah kerja Puskesmas Rumbai dengan pertimbangan bahwa posyandu tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi penelitian, dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pertanyaan yang digunakan sebanyak 30 item yang terdiri atas 5 variabel, yakni variabel dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penghargaan dan partisipasi ibu balita, dimana masing-masing variabel terdiri dari 6 pertanyaan. Setelah dilakukan pengumpulan data, dan kemudian di analisis dengan menggunakan

(64)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

No Variabel r Cronbach

(65)

Tabel 3.1. (Lanjutan) Partisipasi Ibu Balita

25 Soal nomor 1 0,583 0,7025 Valid dan Reliabel 26 Soal nomor 2 0,747 0,6423 Valid dan Reliabel 27 Soal nomor 3 0,698 0,6668 Valid dan Reliabel 28 Soal nomor 4 0,479 0,7409 Valid dan Reliabel 29 Soal nomor 5 0,573 0,7102 Valid dan Reliabel 30 Soal nomor 6 0,784 0,6246 Valid dan Reliabel

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa seluruh variabel dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaaan) dan partisipasi ibu dengan soal berjumlah 30 item pertanyaan di dalam kuesioner dikatakan valid karena mempunyai nilai koefisien korelasi (r) > 0,3 dan mempunyai nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka seluruh pertanyaan pada variabel bebas dan terikat reliabel. Maka instrument penelitian ini memenuhi syarat untuk di ujikan kepada responden yang sebenarnya.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Dependen

Partisipasi adalah keikutsertaan atau kemauan ibu yang mempunyai balita untuk membawa balitanya ikut dalam kegiatan di posyandu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balitanya.

3.5.2. Variabel Independen

(66)

posyandu dalam bentuk dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan/penilaian.

a. Dukungan emosional adalah upaya atau dorongan yang diberikan oleh kader, petugas kesehatan dan suami yang melibatkan ungkapan rasa empati, kepedulian dan perhatian kepada ibu balita sehingga ibu mau membawa balitanya ke posyandu.

b. Dukungan instrumental (peralatan) adalah dukungan berupa alat-alat (timbangan, meterán, KMS, kursi, dana, waktu dan lain-lain) yang diperlukan dalam pelaksanaan posyandu yang diberikan oleh kader, petugas kesehatan dan suami sehingga ibu mau turut serta dalam kegiatan posyandu.

c. Dukungan informasi adalah pemberian nasehat, pengarahan dan keterangan lain yang diberikan oleh kader, petugas kesehatan dan suami kepada ibu balita tentang pentingnya membawa balita dalam kegiatan posyandu.

d. Dukungan penghargaan adalah upaya yang diberikan oleh kader, petugas kesehatan dan suami berupa umpan balik berupa pujian dan bimbingan kepada ibu dalam membawa balitanya ke posyandu.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran Variabel Dependen

(67)

3.6.2. Pengukuran Variabel Independen

1. Pengukuran variabel dukungan emosional didasarkan pada skala interval dari enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” (bobot nilai 1) dan “tidak” (bobot nilai 0).

2. Pengukuran variabel dukungan instrumental didasarkan pada skala interval dari enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” (bobot nilai 1) dan “tidak” (bobot nilai 0).

3. Pengukuran variabel dukungan informasi didasarkan pada skala interval dari enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” (bobot nilai 1) dan “tidak” (bobot nilai 0).

4. Pengukuran variabel dukungan penghargaan didasarkan pada skala interval dari enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” (bobot nilai 1) dan “tidak” (bobot nilai 0).

3.7. Metode Analisis Data

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya.

2. Analisis bivariat, yaitu melihat hubungan variabel independen dengan dependen dengan menggunakan uji korelasi Pearson product momen

(68)

Nilai korelasi (r) berkisar antara 0 sampai dengan 1 atau bila dengan disertai arahnya nilainya antara -1 sampai dengan +1.

r = 0  tidak ada hubungan linier

r = -1  hubungan linier negatif sempurna r = +1  hubungan linier positif sempurna

Colton dalam Sabri (2006), menyatakan bahwa kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam 4 area, yaitu:

r = 0,00 – 0,25  tidak ada hubungan/hubungan lemah r = 0,26 – 0,50  hubungan sedang

r = 0,51 – 0,75  hubungan kuat

r = 0,75 – 1,00  hubungan sangat kuat/sempurna

Uji korelasi ini juga digunakan sebagai uji kandidat atas variabel independen (p<0,25) untuk diikut sertakan dalam uji multivariat (multiple regression liniear). 3. Analisa multivariat yaitu untuk melihat pengaruh dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan) terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Tampan wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru dilakukan dengan uji multiple regressi liniear. Persamaan uji regresi linear ganda adalah :

(69)

Keterangan :

Y : Variabel dependen

a : Intercept = nilai Y jika X = 0 b : Slope = Koefisien regresi x : Variabel independen

e : Residual/error term sampel

     

         

 

   

 

 

 

 

 

 

Gambar

Tabel 1.1.  Jumlah Kunjungan Balita di Posyandu  Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki  Tahun 2010
Gambar 2.1  Macam-macam Kontribusi
Tabel 2.2. Langkah-Langkah Penyelenggaraan Posyandu
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Preparing the RSpec environment (Simple) 10 Refactoring specifications and classes (Simple) 15 Making specs more concise (Intermediate) 16 Handling exceptions (Intermediate)

Hal ini didukung dari hasil penelitian oleh Hidayah (2013) yang berjudul &#34;Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Kecerdasan Emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) Di

Berdasarkan Peraturan Pemerintah 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau peraian dengan batas-batas tertentu sebagai

Latihan Mindfulness dengan cara mengenal kemampuan diri sendiri pada klien harga diri rendah merupakan salah satu teknik untuk meningkatkan harga diri dan percaya diri melalui

b) Besar lubang pintu dan jendela dibatasi. Jumlah lebar lubang- lubang dalam satu bidang dinding tidak melebihi ½ panjang dinding itu. Letak lubang pintu/jendela tidak terlalu

Adapun tujuan dari PERFIKI adalah: (1) ikut serta mencerdaskan bangsa, (2) membantu pemerintah dengan menyebarluaskan informasi pembangunan melalui pertunjukan film,

Proses wawancara sendiri merupakan proses tanya jawab kepada narasumber secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai proses konservasi preventif

oleh antaranews.com bahwa didaerah Jawa Barat terdapat sekitar 300 kesenian tradisional yang terdapat di 27 kabupaten atau kota di Jawa Barat terancam punah. Penyebabnya