• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

HUBUNGAN ANTARA SISTEM PEMILIHAN UMUM

DENGAN JUMLAH KURSI PARTAI POLITIK DI DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MEDAN

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM PADA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

O L E H :

NAMA : RAHMAD FAUZI SALIM

NIM : 040200057

DEPARTEMEN : HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

HUBUNGAN ANTARA SISTEM PEMILIHAN UMUM

DENGAN JUMLAH KURSI PARTAI POLITIK DI DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MEDAN

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM PADA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING I :

PEMBIMBING II :

MENGETAHUI

KETUA DEPARTEMEN HUKUM TATA NEGARA

(3)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh...

Alhamdulilllah. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam atas limpahan nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada Penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam atas Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam teladan utama, kepada para keluarga dan para sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in serta seluruh pengikutnya yang setia di jalan Islam hingga akhir zaman.

Skripsi ini diberi judul Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan. Penulisan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Huku m.

Penulis mengakui bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan yang harus dievaluasi. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis serta bahan-bahan referensi yang berkaitan dengan analisa tindak pidana memberikan ijazah tanpa hak ini. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

(4)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

1. Bapak Prof.Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof.Dr. Suhaidi, S.H, M.Hum selaku Pembantu Dekan I, Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, M.Hum selaku Pembantu Dekan II, dan Bapak Muhammad Husni, S.H, M.H selaku Pembantu Dekan III;

3. Bapak Armansyah, S.H, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Tata Negara yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini sekaligus menjadi Dosen Pembimbing I yang kemudian memberi masukan, perhatian dan bimbingan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini;

4. Bapak Mirza Nasution, S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah mau peduli dan perhatian serta banyak memberikan pedoman bagi Penulis dalam penulisan skripsi ini;

5. Bapak Alwan, SH selaku Dosen/Penasihat Akademik Penulis serta Bapak Yurin Nazief, SH, M.Hum yang telah memberi banyak masukan berharga; 6. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang telah mendidik Penulis selama Penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Seluruh saudara/i seiman di KAMMI Komisariat USU, KAM Rabbani, dan BTM Aladdinsyah, SH Fakultas Hukum USU;

(5)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

9. Keluarga besar Penulis, adinda tercinta Rahma Hayati, Tulang, Mintuo, maupun Bou dan Amang Boru, Uak-uak (terkhusus Uak Rosnah, maaf kalau selama ini merepotkan), serta sepupu-sepupuku (Bang Ipal, Bang Faisal, Bang Irham, Arfan, Adit, fauzi, Fahri, Kak Fitri dan 3 jundi kecil, Kak Nia-Bang Uki-Yola, Tia, Arif, Putri, Tiwi, Nisa-Nisa, Ziah, Coki), all rengge brotherhood, dan Roni.

10. Kekasih tersayang Devi Prasetya beserta Keluarga (Pak Nazar, Ibu, Tika, Icut), terima kasih buat dukungan, kasih sayang, cinta, marah, rindu, dan semua kebaikan-kebaikan terindah yang diberikan.

11. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan sumbangan moril maupun materiil demi selesainya penulisan skripsi ini.

Wa bil khusus, Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Orangtua No.1 di dunia Ayahanda Agus Salim Lubis dan Ibunda Zahara Harahap. Bersyukur atas limpahan cinta, kasih sayang, perlindungan, pengorbanan, perjuangan, dan doa. Sungguh, hanya surgalah yang pantas menjadi ganjarannya.

Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya, khususnya bagi penegak hukum dalam menegakkan hukum dan keadilan di negeri kita yang tercinta ini. Amiin.

Wassalam Penulis,

(6)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..…. i

DAFTAR ISI ………....….. iv

ABSTRAK ………. vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 10

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……….... 10

D. Keaslian Penulisan ……… 12

E. Tinjauan Kepustakaan ……… 13

F. Metode Penelitian ……… 22

G. Sistematika Penulisan ……… 23

BAB II PEMILIHAN UMUM SEBAGAI SARANA PERWUJUDAN KEDAULATAN RAKYAT A. Kedaulatan Rakyat dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum… 25 B. Tujuan dan Fungsi Pemilihan Umum ……… 32

C. Sistem Pemilihan Umum ……… 42

BAB III PEMILIHAN UMUM SETELAH PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA TAHUN 1945 A. Pengaturan Pemilihan Umum ……… 61

B. Penyelenggaraan Pemilihan Umum ……… 71

C. Pemilihan Umum di Daerah ……… 80

BAB IV PEMILIHAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DI KOTA MEDAN PADA PEMILIHAN UMUM 2004 A. Pembagian Kursi di DPRD Menurut UU No. 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD ……… 86

(7)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

C. Sistem Pemilihan Umum dan Pengaruhnya Pada Jumlah Kursi Masing-masing Partai Politik di DPRD Kota Medan …... 94 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 99

B. Saran ………. 101

(8)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Ketentuan Pasal 1 ayat (2) merupakan penjabaran lebih lanjut dari Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa susunan Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat yang dalam pelaksanaannya menganut prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Untuk mengisi dan menjalankan peran perwakilan sebagai tonggak dasar kedaulatan di Indonesia maka dibutuhkan pemilihan umum sebagai sarana penegakannya. Hal ini dikarenakan rakyat akan menyalurkan aspirasinya secara langsung untuk menentukan arah pemerintahan yang diinginkannya pada setiap pelaksanaan pemilihan umum.

Tujuan penyelenggaraan pemilihan umum (general election) atau pemilu itu pada pokoknya dapat dirumuskan ada empat, yaitu untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai, untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan, untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat, dan untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.

Untuk mencapai tujuan pemilu, maka harus dilakukan pemilihan umum yang berasaskan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, pelaksanaan pengawasan pelaksanaan pemilihan umum yang baik, maupun sistem pemilihan umum yang baik. Dengan demikian, akan tercipta pemerintahan yang mendapat delegasi menjalankan segala wewenang dan tanggung jawabnya kepada rakyat.

Salah satu prasyarat berjalannya pemilihan umum yang demokratis adalah penggunaan sistem pemilihan umum yang tepat dengan kondisi daerah dan berfungsinya komponen-komponen sistem pemilihan umum seperti electoral treshold, besaran daerah pemilihan, maupun komponen-komponen lain secara konsisten.

Pemilihan umum di tingkatan daerah berbeda penyelenggaraannya dengan pemilihan umum yang dilakukan dalam rangka menentukan wakil-wakil rakyat ditingkat pusat. Akan tetapi dalam penyelenggaraan pemilihan umum tersebut tentu tak lepas kaitannya dengan penyelenggaran tingkat pusat sehgingga banyak persamaan yang ada pada pemilihan umum anggota legislatif.

(9)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.1

Kedaulatan atau souvereiniteit ( souvereignty ) merupakan konsep mengenai kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaraan negara.

Ketentuan Pasal 1 ayat (2) ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa susunan Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat yang dalam pelaksanaannya menganut prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dari ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini menunjukkan Indonesia secara tegas menganut konsep Kedaulatan Rakyat.

2

1Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal

ini merupakan salah satu bentuk perubahan ketiga Undang-Undang Dasar 1945

2Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya

di Indonesia, 1994, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, Hal. 9

(10)

al-Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

aghniya). Artinya, akar kata daulat dalam Alquran terkait dengan konsep mengenai kekuasaan di bidang politik dan kekuasaan di bidang ekonomi. Baru kemudian dalam praktik,dikenal adanya istilah teknis kekuasaan seperti Daulat Bani Abbasyiah, Daulat Bani Umayyah, dan sebagainya dimana kata daulat dikaitkan dengan rezim politik.3

1. Teori Kedaulatan Tuhan;

Dalam ilmu hukum, dikenal adanya 5 (lima) teori atau ajaran menegenai siapa yang berdaulat itu, yaitu :

2. Teori Kedaulatan Raja; 3. Teori Kedaulatan Negara; 4. Teori Kedaulatan Rakyat; 5. Teori Kedaulatan Hukum;

Pertama, ajaran Kedaulatan Tuhan menganggap Tuhan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara. Dalam prakteknya, kedaulatan Tuhan ini dapat menjelma dalam hukum yang harus dipatuhi oleh kepala negara atau dapat pula menjelma dalam kekuasaan raja sebagai kepala negara yang mengklaim wewenang untuk menetapkan hukum atas nama Tuhan. Kedua, ajaran Kedaulatan Raja beranggapan bahwa rajalah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Pandangan seperti ini muncul terutama setelah periode sekularisasi negara dan hukum di Eropa. Ketiga, ajaran Kedaulatan Negara, adalah reaksi atas kesewenangan raja yang muncul bersamaan dengan timbulnya konsep negara bangsa dalam pengalaman sejarah di Eropa. Masing-masing kerajaan di Eropa

3

(11)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

melepaskan diri dari ikatan negara dunia yang diperintah oleh raja yang sekaligus memegang kekuasaan sebagai Kepala Gereja. Setelah itu, muncul pula ajaran Kedaulatan Hukum yang menganggap bahwa negara itu sesungguhnya tidaklah memegang kedaulatan. Sumber kekuasaan tertinggi adalah hukum dan setiap kepala negara harus tunduk kepada hukum. Kemudian muncul pula ajaran Kedaulatan Rakyat yang meyakini bahwa yang sesungguhnya berdaulat dalam setiap negara adalah rakyat. Kehendak rakyat merupakan satu-satunya sumber kekuasaan bagi setiap pemerintah. Lebih lanjut, Kedaulatan rakyat merupakan antitesis terhadap gagasan kedaulatan raja, kedaulatan negara ataupun gagasan kedaulatn lainnya yang memungkinkan segelintir orang menguasai rakyat banyak (individuals) di bidang politik (demokrasi politik) dan menguasai sumber-sumber penghidupan di bidang ekonomi (demokrasi ekonomi).4

Hubungan antara rakyat dan kekuasaan negara sehari-hari lazimnya berkembang atas dua teori, yaitu teori demokrasi langsung (direct democracy) dimana kedaulatan rakyat dapat dilakukan secara langsung dalam arti rakyat

Titik tolak pembeda antara masing-masing kedaulatan tersebut adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Dengan menganut kedaulatan rakyat dalam pelaksanaan kenegaraannya, maka Indonesia secara formil megakui bahwa rakyatlah yang memegang kedaulatan tersebut. Dalam hal ini, tercipta hubungan tak terpisahkan antara rakyat dan kekuasaan negara.

4 Hampir semua negara modern dewasa ini secara formil mengaku menganut asas

(12)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

sendirilah yang melaksanakan kekuasaan tertinggi tertinnginya, serta teori demokrasi tidak langsung (representative democracy). Yusril Ihza Mahendra mengungkapkan, demokrasi sebagai ide tentang pemerintahan yang ideal memang tidak akan terwujud dalam realitas. Demokrasi memang mengandung unsur utopia,. Rakyat pun tidak mungkin memerintah dirinya sendiri. Karena itu, berbagai bentuk kelembagaan negara diwujudkan dalam struktur negara modern, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan hukum yang tegas agar ditaati.5

Dibanyak negara modern, pengisian jabatan keanggotaan lembaga perwakilan ini, biasanya dilakukan melalui mekanisme Pemilihan Umum yang diikuti oleh partai-partai politik yang menghimpun dan mengorganisasikan aspirasi, pendapat dan suara rakyat yang berdaulat itu. Oleh karena itu, sistem demokrasi atau paham kedaulatan rakyat di zaman modern ini tidak dapat dilepaskan dari soal pemilihan umum dan partai politik.

Di zaman modern sekarang ini dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi, maka ajaran demokrasi tidak langsung, atau sering disebut demokrasi perwakilan, menjadi lebih populer sekarang ini. Biasanya pelaksanaan kedaulatan ini disebut sebagai lembaga perwakilan.

6

Dalam perkembangan sejarah Republik Indonesia sendiri, Pemilihan Umum pernah dianggap tidak terlalu penting dalam melegitimasi kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa pada masa Orde Lama, Pemilihan Umum hanya berlangsung sekali. Walaupun banyak kalangan menyebutkan secara

5 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tatanegara Indonesia, Kompilasi aktual masalah

konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, 1996, Gema Insani Pers, Jakarta. Hal. 90

(13)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

kualitas pemilihan umum yang diselenggarakan pada tahun 1955 tersebut merupakan pemilihan umum yang paling demokratis dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan Indonesia, akan tetapi dilihat kuantitas dari pemilihan umum yang sangat minim tersebut maupun pelaksanaan demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno yang berarti juga mengurangi peran dan fungsi partai politik telah mengeliminir peranan rakyat dalam melaksanakan kedaulatan rakyat yang dimilikinya.

Hal ini tentu saja sangat dimungkinkan karena Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebelum amandemen belum mengatur secara tegas mengenai pemilihan umum maupun partai politik. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tidak menentukan keharusan dilakukannya pemilihan umum secara berkala yang dapat memungkinkan rakyat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik kenegaraan. Begitu pun soal mekanisme pelaksanaannya, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sama sekali tidak menyinggung. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hanya menentukan adanya mekanisme permusyawaratan rakyat yang harus dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun yang berhubungan erat dengan masa jabatan Presiden yang ditentukan untuk masa lima tahun,7 dan sesudahnya dapat dipilih kembali.8

Namun, dalam perkembangannya Pemilihan Umum semakin mendapat peranan penting oleh masa pemerintahan berikutnya untuk meligitimasi

Ketentuan yang tidak diatur secara tegas inilah yang menyebabkan timbulnya multi tafsir perlu tidaknya pemilihan umum secara berkala.

7Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945

(14)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

pemerintahan, yakni mulai masa Orde Baru hingga saat ini. Pada masa Orde Baru, sikap politik pemerintah menjunjung tinggi perlunya penyaluran kehendak rakyat yang lazim menggunakan mekanisme pemilihan umum dan dengan dilaksanakannya pemilihan umum tentu timbul keharusan adanya partai politik. Pelaksanaan kedaulatan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.9 Akan tetapi, pemegang kedaulatan rakyat, bukan berarti kedaulatan di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Kedaulatan tetap di tangan rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah merupakan instansi-politik-tertinggi-pelaksanaannya.10 Atas dasar penafsiran inilah disertai atas dasar pengisian keanggotaan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang harus terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan ditambah dengan utusan-utusan daerah dan golongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang 11

Akan tetapi, penyelenggaraan pemilihan umum secara berkala yang menunjukkan perkembangan menggembirakan dalam perjalananan sejarah ketatanegaraan Indonesia tersebut kemudian dirasakan tidak lagi murni serta periodesasi lima tahunan jabatan Presiden, maka pemerintahan Orde Baru menafsirkan diperlukan pemilihan umum untuk memilih orang-orang yang akan duduk di Majelis Permusyawaratan Rakyat yang selanjutnya akan menentukan pemegang jabatan Presiden. Secara kontinu, pemerintah menyelenggarakan pesta demokrasi pemilihan umum setiap lima tahun sekali yang dimulai pada tahun 1971.

9Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945

10M. Solly Lubis, Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, Alumni, Cetakan Kelima

(1997), Bandung, Hal 136.

(15)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

mencerminkan kehandak rakyat. Hal ini dikarenakan pada setiap penyelenggaraan pemilihan umum pemerintah menggunakan manuver-manuver yang seterusnya akan melenggangkan kekuasaan pemerintah untuk terus memerintah dan mengecilkan nilai oposisi.

Kombinasi antara krisis ekonomi moneter dan aksi-aksi mahasiswa menyebabkan Presiden Soeharto sebagai simbol Orde Baru jatuh dari kekuasaan yang telah didudukinya sejak 11 Maret 1966. Setelah menerima kekuasaan pemerintahan dari Soeharto pada Juni 1998, Presiden Habibie segera melakukan reformasi di berbagai bidang kehidupan yang bertujuan menghentikan praktek-praktek otoritarianisme Orde Baru sekaligus menumbuhkembangkan tata kehidupan sosial yang lebih baik.12

Pemilihan Umum kemudian memasuki babak baru dimana sebagai sarana penyaluran kedaulatan yang paling tepat pemilihan umum kemudian secara formil diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi tertinggi di Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara spesifik meletakkan pemilihan umum dalam satu Bab tersendiri yaitu dalam Bab VIIB tentang Pemilihan Umum dan Pasal tersendiri yakni Pasal 22 E dari ayat (1) sampai ayat (6).

Selanjutnya, untuk menyempurnakan Undang-Undang Dasar 1945 maka diadakanlah proses amandemen Undang-Undang-Undang-Undang Dasar 1945 yang berlangsung antara tahun 1999-2002.

13

12 Didik Supriyanto, Menjaga Independensi Penyelenggara Pemilu, Perludem, 2007,

Jakarta. Hal 15

13Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(16)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Seiring dengan perkembangan politik dan pemerintahan, maka peraturan pelaksana pemilihan umum juga mengalami perubahan-perubahan. Untuk menyempurnakan setiap penyelenggaraan pemilihan umum, maka dilakukan koreksi terhadap setiap Undang-Undang Pemilihan Umum yang pernah diberlakukan. Hal ini tentu saja untuk menegakkan kedaulatan rakyat serta meminimalisir potensi penyelewengan pemilihan umum yang dilakukan pemerintah untuk melegalisir kekuasaannya semata tanpa menegakkan demokrasi sesuai keinginan konstitusi. Banyak hal yang dikoreksi, mulai dari metode pelaksanaan, keterwakilan partai politik yang lebih demokratis, penyelenggara pemilihan umum, pelaksanaan di daerah maupun sistem pemilihan umum itu sendiri.

(17)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

bisa menimbulkan fragmentasi pada sistem politik yang ada.14

Demikian juga dengan pelaksanaan pemilihan umum di daerah. Kondisi yang berbeda di tingkat daerah dan pusat tentunya memiliki beberapa perbedaan. Misalnya jumlah wakil yang dapat duduk di Dewan Perwakilan Rakyat ( Daerah), ruang lingkup daerah pemilihan, sistem pemilihan yang berbeda dengan tingkat pusat, maupun hubungan antara sistem pemilihan umum dengan jumlah kursi yang akan diterima masing-masing partai politik pemenang pemilihan umum di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal ini akan sangat menentukan kualitas kelangsungan demokrasi di daerah. Apa dan bagaimana sistem pemilihan umum yang berlaku mempengaruhi hasil pemilihan umum di daerah perlu diteliti lebih lanjut guna menemukan format penyelenggaraan pemilihan umum di daerah yang lebih baik. Hal ini tentu tidak saja bisa dijadikan acuan sistem pemilu yang tepat di daerah, namun juga dapat menjadi masukan pemerintah untuk menemukan Partai politik peserta pemilihan umum akan mendapat jatah kursi tertentu sesuai dengan persentase kemenangan pemilihan umum yang diraihnya. Tentu saja, hal ini juga tak bisa lepas dari penggunaan sistem pemilihan umum. Suatu sistem pemilihan umum erat kaitannya dengan faktor-faktor penentu lainnya seperti besar kecilnya daerah pemilihan, electoral treshold yang dipakai, hingga proporsionlitas yang dipergunakan (perbandingan antara satu daerah pemilihan dengan banyak daerah pemilihan). Hal ini sangat berperan besar dalam menempatkan calon anggota legislatif pada kursi legislatif yang diperebutkan.

14 Tim International Institute For Democracy and Electoral Assistance (IDEA),

(18)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

sistem pemilihan umum yang sesuai dengan corak demokrasi di Indonesia yang multikultural. Perlu ditelaah lebih lanjut, apakah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu sistem pemilihan umum menjadi sesuatu yang berperan dalam menentukan kuantitas jumlah kursi yang dimenangi partai atu tidak.

Oleh karena itu, penulis mencoba membahas masalah ini dan mengangkat judul “Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peranan pemilihan umum sebagai sarana penegakan kedaulatan rakyat?

2. Bagaimanakah pengaturan pemilihan umum setelah berlangsungnya reformasi di Indonesia?

3. Bagaimanakah hubungan antara sistem pemilihan umum dengan jumlah kursi partai politik pada pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Kota Medan pada Pemilihan Umum 2004?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan Penulisan

(19)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

1. Mengetahui peranan pemilihan umum sebagai sarana penegakan kedaulatan rakyat

2. Mengetahui pengaturan pemilihan umum setelah berlangsungnya reformasi di Indonesia

3. Mengetahui hubungan antara sistem pemilihan umum dengan jumlah kursi partai politik pada pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Kota Medan pada Pemilihan Umum 2004.

Manfaat Penulisan

Selain itu , dari hasil penulisan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yang jelas, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sedikit sumbangan pemikiran sebagai salah satu referensi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Tata Negara.

b. Bagi Penulis sendiri, tulisan ini bermanfaat dalam memenuhi persyaratan guna menyelesaikan studi dan meraih gelar kesarjanaan program strata satu (S-1) di Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Manfaat Praktis,

(20)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

b. Tulisan ini diharapkan menjadi masukan yang berarti guna menemukan sistem pemilihan umum yang lebih demokratis terutama pada penyelenggaraan pemilihan umum di daerah.

c. Tulisan ini juga diharapkan dapat memberikan informasi seputar sistem pemilihan umum maupun hubungannnya dengan jumlah kursi partai politik di Dewan perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan dan data yang diperoleh dari perpustakaan, judul ini belum pernah ditulis sebagai skripsi.

Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat di katakan bahwa skripsi ini merupakan karya penulis yang asli.

(21)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Kedaulatan Rakyat

Menurut F. Isjwara, kata “kedaulatan” merupakan hasil terjemahan dari kata “sovereignty” (bahasa Inggris) “souverainete” (bahasa Perancis) “sovranus” (bahasa Italia). Dan kata-kata asing itu kembali merupakan hasil yang diturunkan dari kata Latin “superanus” yang berarti “yang tertinggi” (supreme). Dalam makna kekuasaan yang tertinggi itu pengertian kedaulatan sudah dikenal oleh Aristoteles dan sarjana-sarjana hukum Romawi. Sarjana-sarjanadari abad menengah lazim menggunakan pengertian-pengertian yang serupa maknanya dengan istilah “superanus” itu, yaitu summa potestas atau plenitudo potestatis, yang berarti wewenang tertinggi dari sesuatu kesataun politik 15

Menurut Jimly Asshiddiqie, Kedaulatan atau souvereiniteit (souvereignty) merupakan konsep mengenai kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaraan Negara. Kata “daulat” dan ”kedaulatan” berasal dari kata Arab daulah yang berarti rezim politik atau kekuasaan. Makna aslinya seperti yang dipakai dalam Al-Quran adalah peredaran dalam konteks pengertian kekuasaan.16

Lebih Lanjut, Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa gagasan kedaulatan sebagai konsep mengenai kekuasaan meliputi proses pengambilan keputusan. Persoalannya adalah seberapa kekuatan keputusan-keputusan yang

15F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, 1982 ( Cetakan Kedelapan), Angkasa, Bandung

(22)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

ditetapkan itu, baik di lapangan legislatif maupun eksekutif (the administration law). Sedangkan jangkauan kedaulatan (domain of souvereignty), melalui analisis relasional (relational analysis) antara ‘souvereign’ dan ‘subject’, terkait soal siapa atau apa yang memgang kekuasaan tertinggi itu dalam suatu Negara, dan siapa atau apa yang menjadi objek dalam arti sasaran yang dijangkau oleh kekuasaan tertinggi itu.

Mengenai jangkauan kedaulatan, dalam konsep ini ada dua hal penting, yaitu:

a. Siapa yang memegang kekuasaan tertinggi dalam negara ; b. Apa yang dikuasai oleh pemegang kekuasaan tertinggi. Berkaitan dengan siapa atau apa yang menguasai, maka kedaulatan itu pada prinsipnya dapat dipegang oleh seseorang, sekelompok orang, sesuatu badan yang melakukan administrasi fungsi-fungsi pemerintahan.

Dalam ajaran berbagai macam kedaulatan diklasifikasikan menjadi 5 (lima) teori atau ajaran, yaitu: Teori Kedaulatan Tuhan, Teori Kedaulatan Raja, Teori Kedaulatan Rakyat,Teori Kedaulatan Negara, dan Teori Kedaulatan Hukum.

Teori-teori atau ajaran-ajaran tersebut merupakan perkembangan yang dihasilkan oleh interaksi praktis, tetapi dilain pihak memperlihatkan perbedaan mengenai konsep kenegaraan dalam sejarah.

(23)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

yang berdasar atas hukum dan Negara kerakyatan sudah berlangsung dari jaman Yunani dan Romawi Kuno.17

Di banyak negara di dunia saat ini, didalamnya konstitusinya tertulis bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat, yang berarti bahwa negara tersebut menganut asas kedaulatan rakyat. Dengan menganut asas kedaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan pemerintah bersumber pada kehendak rakyat. Prinsip dasar inilah yang kemudian dikenal sebagai prinsip Demokrasi.

Kedaulatan Rakyat terdiri atas gabungan istilah “Kedaulatan” dan “Rakyat”. Istilah kedaulatan dapat ditemukan atau dipergunakan dalam berbagai pengertian sebagaimana dapat dijumpai pengertian kedaulatan dalam Hukum Internasional, bahwa kedaulatan yang ditunjukkan kepada Negara dalam hal suatu Negara berhak menentukan urusannya sendiri baik menyangkut urusan dalam negeri maupun urusan luar negeri tanpa adanya campur tangan dari Negara lainnya. Begitu pula dalam Hukum Tata Negara dapat ditemukan pengertian kedaulatan itu bisa relatif, terlebih bahwa arti kedaulatan itu sendiri telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang perkembangan sejarah manusia.

18

C.S.T. Kansil mengatakan kedaulatan itu adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang berlaku terhadap seluruh wilayah dan segenap rakyat

17

Ibid, Hlm 9-11

18 Makmur Amir dan Reni Dwi Purnomosari, Lembaga Perwakilan Rakyat, 2005,

(24)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

dalam negara itu. Kedaulatan adalah juga kekuasaan penuh untuk mengatur seluruh wilayah negara tanpa campur tangan dari pemerintah negara lain.19

Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemilihan Umum

20

19 C.S.T.Kansil, Hukum Tata Pemerintahan Indonesia, 1984, Ghalia Indonesia, Jakarta

Timur. Hal 74

20 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59

Dan dalam Pasal (2) disebutkan pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah pemilu untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(25)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Pasal 1 ayat (4) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilu untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Ali Murtopo, Pemilihan Umum adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga demokrasi. Pemilihan Umum menurut Manuel Kaisiepo memang telah menjadi tradisi penting hampir-hampir disakralkan dalam berbagai sistem politik di dunia.21

Pemilihan Umum disebut juga dengan “Political Market”(Dr. Indria Samego). Artinya bahwa pemilihan umum adalah pasar politik temapat uindividu/masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, propaganda, iklan politik melalui media massa cetak, audio (radio) maupun audio visual (televisi) serta media lainnya seperti spanduk, pamplet, selebaran bahkan komunikasi antar pribadi yang berbentuk face to face (tatap muka) atau lobby yang berisi penyampaian pesan mengenai program, platform, asas, ideologi, serta janji-janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga pada pencoblosan dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu partai politik

21Bintar R.Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia, 1987, Gaya

(26)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

yang menjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislatif maupun eksekutif.22

22

A. Rahman. H.I.. Sistem Politik Indonesia. 2007. Graha Ilmu :Yogyakarta. Hal 147

3. Sistem Pemilihan Umum

Menurut Benjuino Theodore, Istilah “Sistem Pemilihan Umum” sudah sering didengar dan dibaca di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Tidak jarang pula dalam media massa, setiap hal yang berhubungan dengan pemilihan umum disebut sebagai “istem Pemilu”, mulai dari hak pilih, penyelenggaraan pemilu dan berbagai hal lain. Seseungguhnya istilah “sistem pemilu” memiliki definisi yang lebih sempit dan ketat.

“Sistem Pemilihan Umum adalah rangkaian aturan yang menurutnya (1) pemilih mengekspresikan prefensi politik mereka, dan (2) suara dari para pemilih diterjemahkan menjadi kursi.”

Definisi ini mengisyaratkan bahwa sistem pemilihan umum mengandung elemen-elemen struktur kertas suara dan cara pemberian suara, besar distrik, serta penerjemahan suara menjadi kursi. Dengan demikian hal-hal seperti administrasi pemilihan umum dan hak pilih, walaupun penting berada di luar lingkup pembahasan sistem pemilihan umum.

(27)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Arend Lijphart yang mengatakan “sistem pemilihan umum adalah elemen peling mendasar dari demokrasi perwakilan”.23

1. Carl J. Friedrick : Sekelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materiil.

4. Partai Politik

Menurut Edy Murya, sudah banyak definisi dikemukakan oleh sarjana mengenai pengertian Partai Politik definisi-definisi tersebut antara lain.

2. Roger Soltou : Sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasaan memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum mereka.

3. Sigmund Neuman : Organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan golongan atau golongan lain yang tidak sepaham.

4. Miriam Budiardjo : Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan

23

(28)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.

5. Mac Iver : suatu perkumpulan terorganisasi untuk menyokong suatu prinsip atau kebijaksanaan (policy0 yang oleh perkumpulan itu diusahakan sesuai dengan cara-cara yang sesuai dengan konstitusi atau UUD agar menjadi penentu cara melakukan pemerintahan.24

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik menyebutkan Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Partai Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum.25

Pasal 1 ayat (6) menyebutkan Komisi Pemilihan Umum,selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional,

5. Penyelenggara Pemilihan Umum

Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum yang dimaksud dengan Penyelenggara Pemilihan Umum adalah lembaga menyelenggarakan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Presiden dan Wakil Presiden, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat.

24 Edy Murya, Pemilu sebagai sarana pembentukan lembaga perwakilan rakyat di

Indonesia, 2006, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

25 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Lembaran Negara

(29)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

tetap, dan mandiri. Dan Pasal 1 ayat (7) menjelaskan Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, adalah penyelenggara Pemilu di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

6. Jumlah Kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota

Berdasarkan ketentuan Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menegaskan jumlah kursi anggota DPRD Ksbupsten/Kota ditetapkan sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) kursi dan sebanyak-banyaknya 45 (empat puluh lima) kursi. Pasal 50 ayat (2) kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa jumlah kursi anggota DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada jumlah penduduk di Kabupaten/Kota dengan ketentuan:

a. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 100.000 (seratus ribu) jiwa mendapat 20 (dua puluh) kursi;

b. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 (seratus ribu) jiwa sampai dengan 200.000 (dua ratus ribu) jiwa mendapat 25 (dua puluh lima) kursi;

(30)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

d. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 (tiga ratus ribu) jiwa sampai dengan 400.000 (empat ratus ribu) jiwa mendapat 35 (tiga puluh lima) kursi;

e. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 400.000 (empet ratus ribu) jiwa sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa mendapat 40 (empat puluh) kursi;

f. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 (seratus ribu) jiwa mendapat 45 (empat puluh lima) kursi;

6. Besar Daerah Pemilihan

Daera Pemilihan (Besar daerah pemilihan/district magnitute) adalah berapa banyak anggota lembaga perwakilan rakyat yang akan dipilih dalam suatu daerah pemilihan. Atau dengan kata lain: besar daerah pemilihan adalah jumlah kursi dalam satu daerah pemilihan.26

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif dan didukung oleh penelitian yuridis empiris. Adapun bahan hukum primer yang diteliti adalah berupa bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, peraturan perundang-undangan, dan peraturan pelaksana yang dianggap menunjang penulisan skripsi ini. Bahan hukum sekunder yang dipergunakan

F. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu cara yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan untuk menunjang dalam usaha penyusunan dan pembahasan skripsi.

26

(31)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

adalah berupa karya ilmiah seperti bahan pustaka, dokumen-dokumen, buku-buku (Library Research),hasil riset dari Internet, serta hasilobservasi lapangan di Komisi Pemilihan Umum Kota Medan.

G. Sistematika Penulisan.

Dalam menguraikan pembahasan dan untuk dapat lebih dipahami penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab dan sub-sub bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN menguraikan tentang Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan.

BAB II : menguraikan tentang PEMILIHAN UMUM

SEBAGAI SARANA PENEGAKAN KEDAULATAN

RAKYAT yang terbagi dalam tiga sub bab yaitu a)

Kedaulatan Rakyat Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum, b) Tujuan dan Fungsi Pemilihan Umum, c) Sistem Pemilihan Umum.

BAB III : PEMILIHAN UMUM SETELAH PERUBAHAN

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945 terbagi dalam tiga sub bab

(32)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

BAB IV : PEMILIHAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH DI KOTA MEDAN PADA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2004, terbagi dalam tiga sub

bab yaitu a) Pembagian Kursi di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003

Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah b) Hasil Pemilihan Umum di Kota Medan Pada

Pemilihan Umum Tahun 2004, c) Sistem Pemilihan Umum

dan Pengaruhnya Pada Jumlah Kursi Masing Masing Partai

Politik.

BAB V : PENUTUP yang memuat kesimpulan dan saran dalam

(33)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

PEMILIHAN UMUM SEBAGAI SARANA PERWUJUDAN

KEDAULATAN RAKYAT

A. Kedaulatan Rakyat dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum

Dengan memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia mengumumkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat. Kedaulatan yang pada akhirnya menghapuskan penjajahan dari bumi Indonesia.

Alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi “ Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur” menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kita atas perjuangan bangsa Indonesia selama itu. Ini juga berarti adanya kesadaran sekarang tidak dapat dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah yang kita ambil sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Dalam alinea itu jelas apa yang dikehendaki atau diharapkan oleh para “pengantar” kemerdekaan, ialah negara Indonesia merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai segenap bangsa Indonesia dan terus berusaha untuk mewujudkannya.27

27M. Solly Lubis. Op. Cit. Hal 32

(34)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Dengan demikian, kedaulatan adalah pengharapan segenap bangsa Indonesia demi mewujudkan cita-cita nasional. Hal ini kembali ditegaskan dalam Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyebutkan “..,maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada,..” secara spesifik telah menyebutkan jenis kedaulatan negara Republik Indonesia yaitu kedaulatan rakyat.

Yusril Ihza Mahendra mengemukakan, dalam Penjelasan Umum UUD 1945 dikatakan bahwa kedaulatan rakyat itu berdasar atas kerakyatan dan permusyarawatan perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan. Memang, aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia.28

28Yusril Ihza Mahendra.Op.Cit. Hal 203

(35)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Perubahan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dimaksudkan untuk mengoptimalkan dan meneguhkan paham kedaulatan rakyat yang dianut negara Indonesia karena pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh sebuah lembaga negara, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat, tetapi melalui cara-cara dan oleh berbagai lembaga negara yang ditentukan oleh Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945.

Rumusan baru itu justru merupakan penjabaran langsung paham kedaulatan rakyat yang secara tegas dinyatakan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, alinea IV. Padahal rumusan sebelum perubahan, kedaulatan rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, yang justru telah mereduksi paham kedaulatan rakyat itu menjadi paham kedaulatan negara, suatu paham yang hanya lazim dianut oleh negara yang masih menerapkan paham totalitarian dan/atau otoritarian.

(36)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam implementasinya pelaksanaan pemilihan langsung sebagai bentuk penggunaan hak kedaulatan juga bisa juga diberikan oleh undang-undang yang bersumber pada Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun1945 seperti yang telah berlaku untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah dan pemilihan Kepala Daerah. Itu juga mungkin berlaku untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada masa yang akan datang. Jadi, penggunaan hak memilih secara langsung bukan hanya yang ditentukan secara eksplisit di dalam Undang-Undang Dasar, tetapi juga dapat dimuat didalam undang-undang yang bersumber dari konsep dasar yang dianut Undang-Undang Dasar kita.29

Adanya ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum (pemilu) sebagaimana tercantum dalam Pasal 22 E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum yang kuat bagi pemilihan umum sebagai salah satu wahana pelaksanaan kedaulatan rakyat, yang sesuai dengan bunyi Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dengan adanya ketentuan ini di dalam Undang-Undang-Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka lebih menjamin waktu penyelenggaraan pemilu secara teratur per lima tahun ataupun menjamin proses dan mekanisme serta kualitas penyelenggaraan pemilu yaitu langsung, umum, bebas, rahasia (luber) serta jujur dan adil (jurdil). Sebagaimana dimaklumi

29 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Panduan Pemasyarakatan

(37)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

pelaksanaan pemilu selama ini belum diatur dalam Undang-Undang Dasar.30

1. Berkala; yaitu bahwa pemilihan umum itu dilaksanakan secara teratur sesuai dengan kontitusi atau ketentuan yang diatur oleh negara bersangkutan misalnya di Indonesia untuk lima tahun atau untuk negara-negara dengan sistem parlementer sesuai dengan konstitusinya atau pada saat disepakati oleh Perdana Menteri dan Kepala Negara apabila ada mosi dari Parlementer negara tersebut yang menuntut kabinet mundur.

Karena itu, sebagai ketentuan organik dari perintah Pasal 22 E tentang Pemilihan Umum maka dibuatlah beberapa paket perundangan yang berkaitan dengan pelaksanaan Pemilihan Umum yakni Undang-Undang No. 22 Tahun 22 Tahun 2007 tentang Penyelengaara Pemilihan Umum, Undang-Undang No.12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maupun Undang-Undang No.23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Penyelenggaraan pemilihan umum secara berkala sangatlah penting guna menjaga kedaulatan agar menciptakan dinamika ketatanegaraan maupun politik kebangsaan yang lebih dinamis dan demokratis. Disamping itu, perlu kiranya menjamin pelaksanaan asas pemilihan umum karena tanpa pelaksanaan asas-asas yang ada maka pemilihan umum dapat dimanipulasi dan dijadikan sekedar sebagai rutinitas demokrasi tanpa makna.

Adapun asas-asas pemilihan umum yang ada di dunia adalah :

(38)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

2. Jujur; yaitu tidak boleh terjadi kecurangan-kecurangan dalam pemilihan umum tersebut, baik oleh penyelenggara yang memanipulasikan suara-suara untuk kepentingan partai/organisasi tertentu, atau untuk menghalang-halangi warganegara yang memberikan hak suaranya dan sebagainya yang senada dengan hal tersebut, atau oleh organisasi/partai peserta pemilihan umum yang berbuat kecurangan-kecurangan dengan memberinya janji, data, informasi yang tidak benar kepada pemilih, bahkan oleh pemilih yang mungkin memberikan informasi tentang dirinya yang mungkin belum berhak memilih tetapi sudah memperoleh keterangan yang menyatakan ia berhak memilih atau memperoleh 2 kartu suara karena kelicikannya sehingga dapat memilih di dua tempat suara yang berjauhan tempatnya. Jelasnya pemilihan umum harus berjalan dengan jujur.

3. Rahasia; yaitu kerahasiaan si pemberi suara atas calon atau organisasi/partai peserta pemilihan umum yang dipilihnya tidak akan diketahui oleh siapapun, termasuk Panitia Pemungutan Suara. Sehingga sipemilih bebas dari ketakutan atau ancaman dari pihak manapun dalam memberikan suaranya dan setelah dia memberi suaranya.

(39)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

memberikan suara tidak sesuai dengan hati nuraninya. Dia bebar-benar bebas dalam menentukan pilihannya.31

Sedangkan dalam Penjelasan Undang-Undang No.12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat , Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dijelaskan pengertian asas pemilihan umum sebagimana yang dimaksud dalam Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar adalah :

a. Langsung

Rakyat sebgai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

b. Umum

Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan undang-undang ini berhak mengikuti pemilihan umum. Pemilihan ini bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial.

c. Bebas

Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.

(40)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

d. Rahasia

Dalam memberikan suaranya,pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apa pun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.

e. Jujur

Dalam penyelenggaraan pemilihan umum, setiap penyelenggara pemilihan umum, aparat pemerintah, peserta pemilihan umum, pengawas pemilihan umum, pemantau pemilihan umum, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

f. Adil

Dalam penyelenggaraan pemilihan umum, setiap pemilih dan pesrta pemilihan umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.

Asas-asas inilah yang kemudian harus ditegakkan dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dengan setiap penyelenggaraan pemilihan umum. Tidak hanya demi menegakkan kedaulatan rakyat, melainkan juga sebagai upaya memperoleh tujuan dan fungsi pemilihan umum yang diinginkan.

B. Tujuan dan Fungsi Pemilihan Umum

(41)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Tujuan penyelenggaraan pemilihan umum (general election) atau pemilu itu pada pokoknya dapat dirumuskan ada empat, yaitu:

1. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai

2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan

3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat, dan 4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara 32

Pemilihan umum merupakan sarana suksesi kepemimpinan yang paling tepat karena rakyat pada saat tertentu dapat memberikan aspirasi langsung terhadap siapa yang rakyat inginkan menjadi pemimpin. Tokoh yang mempunyai visi misi kenegaraan maupun kedaerahan yang jelas serta telah memberikan bukti-bukti kepantasannya tentu mendapat dukungan luas dari masyarakat. Dan dukungan inilah yang kemudian dijadikan landasan kepemimpinan yang legal. Pergantian kekuasaan tentu saja tidak hanya dapat dilakukan melalui pemilihan umum, tetapi juga dapat dilakukan melalui kudeta. Akan tetapi, kudeta terjadi pada suatu kondisi khusus yang mengakibatkan perlu perubahan kepemimpinan secara paksa dan kondisi tersebut tentu tidak memungkinkan pergantian kepemimpinan secara tertib dan damai. Jimly Asshiddiqie mengungkapkan, yang dipilih melalui pemilihan umum, tidak saja wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat atau parlemen, tetapi juga para pemimpin pemerintahan yang duduk di kursi eksekutif. Dicabang kekuasaan legislatif, para

32Jimly Assidiqie. Op.Cit. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi.

(42)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

wakil rakyat itu ada yang duduk di Dean Perwakilan Rakyat, ada yang duduk di Dewan Perwakilan Daerah, ada pula yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten dan kota. Sedangkan di cabang kekuasaan pemerintahan eksekutif, para pemimpin yang dipilih secara langsung oleh rakyat adalah presiden dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walitkota dan wakil walikota. Dengan adanya pemilihan umum yang teratur dan berkala, maka pergantian para pejabat dimaksud juga dapat terselenggara secara teratur dan berkala.

Tidak hanya itu, pemilihan umum dapat memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan yang diangkat melalui pemilihan (elected public officials). Yang dimaksud dengan memungkinkan disini tidak berarti bahwa setiap kali pelaksanaan pemilihan umum secara mutlak harus berakibat terjadinya pergantian pemerintahan atau pejabat negara. Mungkin saja terjadi, pemerintahan suatu partai politik dalam sistem parlementer memerintah untuk dua, atau tiga atau empat kali, atau seorang Presiden seperti di Amerika atau Indonesia dipilih untuk dua kali masa jabatan. Yang dimaksud memungkinkan disini adalah bahwa pemilihan umum harus membuka kesempatan sama untuk menang atau kalah bagi setiap peserta pemilihan umum itu. Pemilihan umum yang demikian itu hanya dapat terjadi jika benar-benar dilaksanakan jujur dan adil (jurdil).33

33Jimly Asshiddiqie. Ibid Hal 756-757

(43)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

yang signifikan pada pemilihan umum selanjutnya. Sebaliknya bila pada saat memegang amanah rakyat para pejabat tersebut tidak menjalankan amanah tersebut dengan baik maka pejabat tersebut tidak akan mendapat dukungan lebih lanjut pada pemilihan umum berikutnya. Keadaan ini tidak hanya ditemui di tingkat pusat, akan tetapi ditingkat daerah sehingga pejabat dituntut untuk tetap memberikan ide dan tindakan yang mengarah pada perbaikan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.

Pemilihan umum juga merupakan sarana yang tepat untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dan prinsip-prinsip hak asasi warga negara. Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat dapat mengikuti pemilihan umum sebagai implementasi hak kewarganegaraan yang dimilikinya. Jimly Asshiddiqie menyatakan hak-hak politik rakyat untuk menentukan jalannya pemerintahan dan fungsi-fungsi negara dengan benar menurut Undang-Undang Dasar adalah hak rakyat yang sangat fundamental. Karena itu, penyelenggaraaan pemilihan umum, disamping merupakan perwujudan kedaluatan rakyat, juga merupakan sarana pelaksanaan hak asasi warga negara. Untuk itulah, diperlukan pemilihan umum guna memilih para wakil rakyat maupun pemimpin di tingkat pusat dan daerah secara periodik.34

Pentingnya pemilihan umum juga dapat dikaitkan bahwa setiap jabatan pada pokoknya berisi tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh manusia yang Dengan ikut memilih dalam pemilihan umum, maka rakyat secara langsung dapat menentukan jalannya pengambilan keputusan melalui perantaraan wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga legislatif.

(44)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

mempunyai kemampuan terbatas. Karena itu, pada prinsipnya setiap jabatan harus dipahami sebagai amanah yang bersifat sementara. Jabatan bukan sesuatu yang harus dinikmati dan untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh duduk di suatu jabatan tanpa batas waktu yang pasti mengenai waktu penggantiannya. Tanpa siklus kekuasaan yang dinamis, kekuasaan dapat mengeras menjadi sumber malapetaka sesuai dengan adagium yang dikemukakakn Lord Acton, “Powers tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely”. Karena, dalam setiap jabatan selalu ada kekuasaan yang cenderung berkembang menjadi kesewenag-wenangan bagi siapa saja yang memegangnya. Karena itu, pergantian kepemimpinan itu harus dipandang sebagai sesuatu yang niscaya untuk memelihara amanah yang terdapat dalam setiap kekuasaan itu sendiri.35

Tujuan pertama mengandung pengertian pemberian kesempatan yang sama kepada para peserta pemilihan umum untuk memenangkan pemilihan umum, yang juga berarti para peserta mempunyai peluang yang sama untuk memenangkan program-programnya. Tujuan kedua maksudnya adalah agar lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat benar-benar menjalankan fungsinya

Sedangkan Abdul Bari Azed mengemukakan tiga tujuan pemilihan umum di Indonesia, yaitu pertama memungkinkan trjadinya pergantian pemerintah secara damai dan tertib, kedua kemungkinan lembaga negara berfungsi sesuai dengan maksud Undang-Undang dasar 1945, dan ketiga untuk melaksanakan hak-hak asasi warga negara.

(45)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

yaitu kedaulatan rakyat yang berada ditangannya. Demikian juga Dewan Perwakilan Rakyat dapat berfungsi sebagai lembaga kontrol terhadap ekskutif. Dewan Perwakilan Rakyat dapat senantiasa mengawasi tindakan Presiden, dan jika Dewan menganggap bahwa Presiden sungguh-sungguh melanggar haluan negara yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 atau oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, maka Majelis Dapat diundang untuk persidangan istimewa agar bisa meminta pertanggungjawaban kepada Presiden. Tujuan ketiga adalah untuk melaksanakan hak-hak asasi yang didalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain hak-hak asasi itu adalh hak warga negara untuk memperoleh kedudukan yang sama didalam hukum dan pemerintahan, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu.36

C.S.T. Kansil mengatakan, diadakannya pemilihan umum itu tidak sekedar memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk dalam lembaga permusyawaratan/perwakilan saja, dan juga tidak memilih wakil-wakil rakyat untuk menyusun negara baru dengan dasar falsafah negara baru, tetapi suatu pemilihan wakil-wakil rakyat oleh rakyat yang membawakan isi hati nurani rakyat dalam melanjutkan perjuangan mempertahankan dan mengembangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia bersumber pada Proklamasi

36Abdul Bari Azed, Sistem-Sistem Pemilihan Umum, Suatu Himpunan Pemikiran, 2000,

(46)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

17 Agustus 1945 guna memenuhi dan mengemban Amanat Penderitaan Rakyat.37

37 C.S.T. Kansil, Memilih dan dipilih,Ilmu Pengetahuan Pemilihan Umum berdasarkan

UU No. 1 Tahun 1985 untuk siswa/mahasiswa umum, 1986 (Cetakan Ketiga), Pradnya Paramita, Jakarta

Jadi, pemilihan umum adalah sarana aktualisasi keinginan rakyat dalam rangka mengisi kemerdekaan lebih baik dan demokratis.

Menurut rumusan penjelasan UU No. 15 tahun 1969, tentang Pemilihan Umum, masih berlaku sampai tahun Pemilihan umum 1997. disebutkan bahwa tujuan pemilihan umum adalah:

(47)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Makna yang tersimpul dalam tujuan pemilihan umum diatas merupakan fundamen pelaksanaan demokrasi di indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.38

38

Op. Cit. A.Rahman H.I. Hal 148

Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dijelaskan tujuan pemilihan umum adalah untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Sedangkan tujuan pemilihan umum menurut Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden adalah untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh dukungan kuat dari rakyat sehingga mampu menjalankan fungsi-fungsi kekuasaan pemerintahan negara dalam rangka tercapainya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(48)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Fungsi utama pemilihan umum adalah meligitimasi kewenangan publik dan memberi mandat kepada pejabat untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu.39

Legitimasi sangat erat kaitannya dengan representasi. Menurut Ryaas Rasyid, hanya pemerintahan yang representatif yang memiliki legitimasi mengelola kekuasaan. Ini berkaitan dengan klaim bahwa jajaran elite pemerintah bekerja untuk dan atas nama kepentingan rakyat. Para anggota badan perwakilan yang dipilih lewat pemilihan umum berperan sebagai penyalur aspirasi rakyat yang memilihnya, dan sekaligus bertanggungjawab menjelaskan kepada para pendukungnya tentang kepentingan negara dan bagsa yang wajib diamankan oleh seluruh warga negara.

Dengan mendapat dukungan dari sebagian besar warga masyarakat maka pejabat yang mendapat mandat memperoleh legitimasinya untuk membuat kebijakan-kebijakan publik maupun tindakan-tindakan yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat luas.

40

Menurut Bintar R. Saragih, Pemilihan Umum berfungsi memberi legitimasi atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi inilah yang dicari.

Dengan demikian, pejabat negara memiliki kewenangan dalam membuat kebijakan publik sebagai bagian dari kewajiban penyalur kepentingan rakyat tersebut.

41

39

IDEA. Op. Cit Hal 150

40Abdul Bari Azed. Op. Cit Hal. 131

41Bintar R. Saragih. Op. Cit. Hal 167

(49)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

Menurut Jimly Assiddiqie, pemilihan umum itu penting bagi para wakil rakyat maupun para pejabat pemerintahan untuk mengukur legitimasi atau tingkat dukungan dan kepercayaan masyarakat kepadanya. Menjadi pejabat publik tidak hanya memerlukan legalitas secara hukum, tetapi juga legitimasi secara politik, sehingga tugas jabatan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena diakui, diterima, dan dipercaya oleh rakyat sebagai pemangku kepentingan yang terkait (stake holder). Demikian pula bagi kelompok warga negara yang tergabung dalam suatu organisasi partai politik, pemilihan umum juga penting untuk mengetahui seberapa besar tingkat dukungan dan kepercayaan rakyat kepada kelompok atau partai politik yang bersangkutan. Melalui analisis mengenai tingkat kepercayaan dan dukungan itu, tergambar pula mengenai aspirasi rakyat yang sesungguhnya sebagai pemilik kedaulatan atau kekuasan tertinggi dalam negara Republik Indonesia.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemilihan umum tidak saja penting bagi warga negara, partai politik, tetapi juga pejabat penyelenggara negara. Bagi penyelenggara negara yang diangkat melalui pemilihan umum yang jujur berarti bahwa pemerintahan itu mendapat dukungan yang sebenarnya dari rakyat. Sebaliknya jika pemerintahan tersebut dibentuk dari hasil pemilihan umum yang tidak jujur maka dukungan rakyat itu hanya bersifat semu.42

Pemilihan umum yang berkualitas adalah pemilihan umum yang mencapai tujuan-tujuan maupun fungsi-fungsi yang ada sehingga penegakan kedaulatan rakyat yang diidam-idamkan akan terlaksana dengan baik. Freedom House

42 Jimly Asshiddiqie. Op.Cit. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

(50)

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.

USU Repository © 2009

merumuskan empat indeks pokok demokrasi yang masing-masing dijabarkan menjadi sub-sub indeks. Keempat indeks pokok itu pertama, adanya sistem pemilihan yang jujur dan adil (free and fair elections); kedua, adanya pemerintahan yang terbuka, akuntabel dan responsif (open, accountable, and responsif government); ketiga, adanya promosi dan perlindungan hak asasi manusia yang berkelanjutan, terutama hak-hak sipil dan politik; keempat, adanya masyarakat sipil maupun lembaga-lembaga politik yang merefleksikan adanya masyarakat yang percaya diri (a society of self-confident citizens). Rumusan itulah kemudian yang diakui oleh masyarakat internasional untuk melihat praktek demokrasi dibanyak negara.43

43Didik Supriyanto. Op. Cit. Hal 1

Untuk membatasi penulisan, maka penulis hanya menekankan pada perlunya penggunaan sistem pemilihan yang jujur dan adil dalam tulisan ini.

C. Sistem Pemilihan Umum

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan penduduk yang cepat dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir termasuk terumbu karang mengalami

Menyelenggarakan Konsinyering bagi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan mengundang PPID Pelaksana

Pengembangan yang dapat dilakukan pada penelitian di masa yang akan datang ialah menggunakan model komputasi paralel (parallel computing) dengan jumlah block dan thread

Selanjutnya untk memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Agama Pariaman diselaraskan dengan arah kebijakan

a) Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif. b) Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga

Implementasi program League of Change yang dilakukan oleh Rumah Cemara menurut teori interaksi simbolik yang diungkapkan oleh Mead dimulai dengan pikiran (mind) bahwa program

Teknik ekstraksi merupakan suatu teknik untuk menyalin bagian-bagian teks yang paling penting atau paling informatif dari teks sumber menjadi sebuah ringkasan,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan kondisi ekologis Situ Kedaung yang meliputi sumberdaya alam dan manusia yang berada si sekitar kawasan Situ