PENGARUH KEKENTALAN(VISKOSITAS) LATEKS TERHADAP KONSENTTRASI ASAM ASETAT PADA BENANG KARET
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
KHOIROTUN NAJIHA 072401048
PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2007
PERSETUJUAN
Judul :PENGARUH KEKENTALAN (VISKOSITAS) LATEKS TERHADAP
KONSENTRASI ASAM ASETAT (CH3COOH) PADA BENANG KARET
Kategori :KARYA ILMIAH
Nama :KHOIROTUN NAJIHAH Nomor Induk Mahasiswa :072401048
Program Studi :DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Departemen :KIMIA
Diluluskan di Medan, April 2010 Komisi Pembimbing:
Diketahui/Disetujui
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Pembimbing
DR.RUMONDANG BULAN.MS
PROF.DR.HARRYAGUSNAR.M.SC.M.Phill NIP.195408301985032001
PERNYATAAN
PENGARUH KEKENTALAN(VISKOSITAS) LATEKS TERHADAP KONSENTRASI ASAM ASETAT(CH3COOH) PADA BENANG KARET
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya
Medan, April 2010
KHOIROTUN NAJIHAH 072401048
ABSTRAK
Lateks merupakan cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet(Hevea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air.Lateks
mengandung protein (zat putih telur) yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri. Kekentalan didalam suatu proses ekstruksi mempunyai standar 75-160cps pada suhu 17C.Apabila kekentalan tidak mencapai 75 cps maka akibatnya benang karet yang dihasilkan akan mudah lapuk dan mudah putus dan lebar pitanya terlalu besar dan proses pembuatannya akan sulit karena akan menyebabkan penyumbatan pada pipa kapiler saat pembentukan benang karet tersebut.Pemeriksaan kekentalan tersebut dilakukan secara bersama-sama dilaboratorium kimia,lalu diproses sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan benang karet.Pemeriksaan dilakyukan setiap 6 jam sekali dilaboratorium kimia begitu juga dalam penentuan konsentrasi asam asetat.
THE EFFECT OF LATEX VISCOCITY TO CONCENTRATE OF ACETAT ACID (CH3COOH) IN RUBBER THREAD
ABSTRACT
Latekx is a milky colloidal liquid from tree of rubber(Hevea Brasiliensis) with the rubber particle disperted water.Latex contain protein(while of egg) which capable to pieces by bactery activity.Viscocity of extrusion process has 75-160cps standard at temperature 17C.If viscocity did not reach 75cps hence a result rubber threadwill be easy to be
moulder and easy to break an if is viscocity is bigger than 160cps hence the filament wide of rubber thread too big extrusion process will be difficult because will gag at capillary pipe if the rubber ythread forming.Viscocity was checked in the same time in chemistry laboratory,than it was processed,at last all the process would product rubber articles.The measuring of viscocity was done once in six hours in chemistry laboratory and so like to determined the concentarate of CH3COOH.The standard of viscocity the process 75-160cps
PENGHARGAAN
Puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulisan karya ilmiah ini dengan judul”Pengaruh Kekentalan (Viskositas) Lateks terhadap konsentrasi Asam Asetat akhirnya dapat penulis selesaikan.Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis tidak sendiri didalam menyelesaikannya,akan tetapi terdapat banyak campur tangan dari beberapa pihak yang telah banyak membantu baik moril maupun materil.Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluargaku tercinta dan tersayang,Ayahanda Drs.H.Makmur T.B Siregar dan Ibunda Megawati Dongoran yang telah memberikan segalanya kepada Penulis,mencurahkan kasih sayang,menjadi sahabat yang selalu membantu penulis disetiap saat dengan memberikan nasehat dan dukungan kepada penulis serta doa yang tiada henti.Adindaku tersayang A.fikri Wisudawan Siregar,Nurfalah Siregar,Pina SitiSian Napa Siregar yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
2. Bapak DR.Harry Agusnar.MSc.M.Phil,selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktunya,dan berkenan memberikan bimbingan dan petunjuk serta dorongan selama penulisan karya ilmiah ini.
3. Ibu DR.Rumondang Bulan.MS,selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
5. Bapak Erwin Lubis.ST selaku pimpinan PT.Industri Karet Nusantara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan PKL.
6. Bapak Safrizal,Bapak Suhendro dan Bapak Marsidi selaku pembimbing sesuai bidangnya masing-masing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan kepada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan, Tio, Cyntia, Mutia, Azwin, Ajo dan teman-teman Stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
9. Teman-teman PKL Lidya “Mbem”,Putra “Onces”,Winny,Gocha,Lisa,”Bebeh” atas kebersamaannya pada saat PKL yang sedikit banyaknya telah membantu penulis didalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
10. Temen-temen Seorganisasi HMI yang telah banyak memberikan pengalaman serta motivasi kepada penulis didalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
11. Adik-adik junior stambuk 2008 dan stambuk 2009 yang telah membantu selama penulis mengikuti perkuliahan.
12. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala Bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis akan memperoleh balasan dari ALLAH SWT.
Akhirt kata,penulis menyadari bahwa sepenuhnya penulisan karya ilmiah ini,baik dari segi teknis penulisan maupun substansinya,masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, April 2007 Penulis
(Khoirotun Najihah)
2.5.1 Definisi Viskositas 18
2.5.2 Macam-Macam Viskositas 19
Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN 20
3.1.Alat dan Bahan 20
3.2.Prosedur 21
3.3.Perhitungan 22
Bab 4 DATA DAN PEMBAHASAN 24
4.1.Data 24
4.2.Pembahasan 26
Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN 27
5.1.Kesimpulan 27
5.2.Saran
ABSTRAK
Lateks merupakan cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet(Hevea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air.Lateks
mengandung protein (zat putih telur) yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri. Kekentalan didalam suatu proses ekstruksi mempunyai standar 75-160cps pada suhu 17C.Apabila kekentalan tidak mencapai 75 cps maka akibatnya benang karet yang dihasilkan akan mudah lapuk dan mudah putus dan lebar pitanya terlalu besar dan proses pembuatannya akan sulit karena akan menyebabkan penyumbatan pada pipa kapiler saat pembentukan benang karet tersebut.Pemeriksaan kekentalan tersebut dilakukan secara bersama-sama dilaboratorium kimia,lalu diproses sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan benang karet.Pemeriksaan dilakyukan setiap 6 jam sekali dilaboratorium kimia begitu juga dalam penentuan konsentrasi asam asetat.
THE EFFECT OF LATEX VISCOCITY TO CONCENTRATE OF ACETAT ACID (CH3COOH) IN RUBBER THREAD
ABSTRACT
Latekx is a milky colloidal liquid from tree of rubber(Hevea Brasiliensis) with the rubber particle disperted water.Latex contain protein(while of egg) which capable to pieces by bactery activity.Viscocity of extrusion process has 75-160cps standard at temperature 17C.If viscocity did not reach 75cps hence a result rubber threadwill be easy to be
moulder and easy to break an if is viscocity is bigger than 160cps hence the filament wide of rubber thread too big extrusion process will be difficult because will gag at capillary pipe if the rubber ythread forming.Viscocity was checked in the same time in chemistry laboratory,than it was processed,at last all the process would product rubber articles.The measuring of viscocity was done once in six hours in chemistry laboratory and so like to determined the concentarate of CH3COOH.The standard of viscocity the process 75-160cps
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasilpertanian yang banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar.Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri yaitu didaratan Amerika Selatan.
Pada tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia. Perkebunan karet dibuka oleh Hofland pada tahun tersebut didaerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis karet yang ditanam pertama kali adalah karet rambung atau Ficus elastica. Jenis karet Hevea (Hevea brasilienssis) baru ditanam 1902 didaerah Sumatra Timur. Jenis ini ditanam di pulau Jawa pada tahun 1906.
PT.Industri Karet Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak dibidang Industri Hilir Karet. Perusahaan ini menggunakan bahan baku lateks pekat dengan kadar kering 60% untuk mengolahnya menjadi benang karet. Pada proses pembuatan benang karet dilakukan pencampuran antara lateks sebagai bahan baku dengan beberapa zat pendukung lainnya seperti bahan-bahan pemantap, bahan vulkanisator, bahan
pemercepat bahan pengaktif, anti oksidan dan bahan pengisi , dimana bahan
pemantapseperti asam Asetat juga memiliki pengaruh yang besar sehingga menghasilkan benang Karet dengan kualitas yang baik . Setelah pencampuran lateks dengan zat
pendukung, lateks dialirkan kedalam tanki kompon untuk dilakukan pengolahan atau pemrosesan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi baku mutu untuk menghasilkan suatu benang karet yang baik salah satunya adalah kekentalan (viskositas) dari lateks kompon tersebut. Dimana standar kekentalan tersebut pada proses pembuatan benang karet adalah 75-160cps pada suhu 17C. Kekentalan tersebut dapat berubah-ubah setiap saatnya sehingga harus diukur setiap 6 jam sekali agar diketahui kekentalan lateks tersebut setiap waktu.
Berdasarkan analisa dan uraian diatas maka penulis merasa tertarik dan ingin membahas masalah tersebut dengan memilih judul yaitu :“Pengaruh
Kekentalan(Viskositas)Lateks Terhadap Konsentrasi Asam Asetat pada Benang Karet” Dimana kadar viskositas ini erat kaitannya dengan konsentrasi Asam Asetat yang akan dihasilkan.
1.2 Permasalahan
Bagaimanakah hubungan antara Viskositas(kekentalan) terhadap kualitas benang karet
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh kekentalan dan konsentrasi Asam Asetat pada benang karet yang dihasilkan pada PT.Industri Karet Nusantara sesuai kualitas Industri.
1.4Manfaat
Untuk memberikan informasi bahwa mutu benang karet tergantung pada beberapa factor yang mempengaruhinya salah satunya adalah kekentalan dan konsentrasi Asam Asetat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis-jenis karet dan Manfaatnya 2.1.1.karet Alam
Sejarah mengenai karet alam bermula ketika Christoper Columbus menemukannya
pada tahun 1943. Kegunaannya mulai dikenal manusia ketika Goodyear dan Hancock menemukan proses vulkanisasi dalam tahun 1840.Terdapat lebih dari 2000species tumbuhan yang menghasilkan lateks yang mengandung poliisoprena, tetapi hanya Hevea Brasiliensis saja yang bernilai Komersil. Hevea Brasiliensis berasal dari Lembah Amazone di Amerika Selatan. Kebutuhan karet meningkat sejak tahun 1900-an karena penggunaan ban pada kendaraan bermotor. (Surya,2006)
Karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintesis atau karet buatan pabrik, tetapi karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintesis. Keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintesis.
Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintesis adalah -Memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna
-Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah -Mempunyai daya aus yang tinggi
-Tidak mudah panas(low heat build up),dan
-Memiliki daya tahan yang tinggi terhada[p keretakan (groove cracking resistance) Ada beberapa macam karet alam yang dikenal,diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi.Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.
Jenis-jenis karet alam adalah
-Bahan olahan karet(lateks kebun, sheet angina, slab tipis dan lump segar),
-Karet konvensional(ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe, estate brown crepe, compo crepe, thin brow crepe remills, think blanket crepe ambers, flat bark crepe, pure smoke blanked crepe, dan off crepe)
-Lateks pekat
-Karet bongkah atau block rubber,
-Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber -Karet siap olah atau tyre rubber, dan -Karet reklim atau reclaimed rubber.
Manfaat karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
2.1.2.Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Pengembangan karet sintetis secara besar-besaran dilakukan sejak zaman Perang Dunia II. Ini berdasarkan anggapan yang terjadi selama dan sesudah perang bahwa kenyataannya jumlah suplai karet alam tidak akan mampu memenuhi seluruh kebutuhan dunia akan karet. Umumnya karet sintetik diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama yaitu:
1. Kegunaan Umum
Karet jenis ini sebanyak persen untuk keperluan pembuatan. Contoh: karet SBR, poliisoprena, polibutadiena, EPDM.
2. Kegunaan khusus
Karet jenis ini untuk keperluan pembuatan produk-produk karet yang tahan terhadap aksi bahan kimia. Contoh: Karet-karet IIR, polikloroprena, NBR.
(Surya,2006)
Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, ada dua macam karet sintetis yang dikenal, yaitu karet sintetis yang digunakan untuk kepentingan umum dan karet sintetis yang digunakan untu kepentingan khusus.
1.Karet untuk kegunaan umum
-Karet Stirena Butadiena merupakan karet sintetik yang paling popular, merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena(25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi. Karet Stirena Butadiena tidak tahan terhadap minyak dan api.
-Karet Polibutadiena(Butadiena Rubber/BR),dibuat dengan Cara polimerisasi emulsi dan larutan, polimerisasi larutan menghasilkan karet BR yang stereo regular, Untuk keperluan pembuatan ban yang lebih tahan terhadap abrasi
jalan raya, lebih lentur dan resilien disbanding karet alam, kegunaan utama adalah sebagai bahan untuk pembuat Ban, karena dapat meningkatkan ketahanan abrasi. Digunakan secara campuran dengan karet SBR maupun karet alam.
2.Karet untuk kegunaan khusus
-Karet IIR(isobutene isoprene rubber)
Karet ini mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya Tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon.IIR juga terkenal karena kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat matang sehingga memerlukan
bahan pemercepat dan belerang.
- Karet NBR (nytril butadiene rubber) merupakan karet sintetis untuk kegunaaan khusus yang paling banyak dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak.Sekalipun di dalam minyak, karet ini tidak mengembang. Sifat ini disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitril didalmnya.
Manfaat karet sintetis sangat banyak karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam,maka dalm pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintetis. Misalnya jenis NBR yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet
untuk bensin dan minyak, serta barang lain yang banyak dipakai untuk kendaraan bermotor. (Sugito,1999)
2.2.Sifat Fisik Kimia Lateks
Karet alam mengandung seratus persen cis,-1,4-poliisoprena,yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang, seperti yang diilustrasikan oleh tabel berikut,
Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering disajikan pada tabel berikut,
Komponen Komponen dalam
Sumber : Dipetik dan dikompilasi dari Morton,M.Rubber technology. Edisi ke3. NewYork Van Nostrand Reinhold,1987.
Tabel tersebut secara singkat menjelaskan mengenai sifat-sifat dari karet alam dan menunjukkkan komposisi lateks segar.(Surya,2006)
Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis(rubberines). Namun bahan-bahan itu berbeda sifat dasarnya misalnya kekuatan tensil,daya ulur maksimusm, daya lentur(resilience) dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi. Karet alam merupakan suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk karet-karet benang, adapun sifat-sifatnya adalah:
-Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil -Dapat dibentuk dengan panas yang rendah
-Daya tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik seperti oksidasi Dan ozon
-Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti Bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak, pelumat sintetis dan cairan hidrolik
2.3.Pengolahan lateks Pekat
Lateks pekat merupakan jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
Standar mutu lateks pekat
No Uraian Lateks pusingan
(Centrifuged Latex)
Lateks Dadih (Creamed Latex) 1 Jumlah padatan(total solid) minimum 61,5% 64,0%
2 Kadar karet kering(KKK) minimum 60,0% 62,0%
3 Perbedaan angka butir 1 dan 2 6 Endapan (sludge) dari berat basah
maksimum 10 Persentase kadar tembaga dari padatan
maksimum
0,001% 0,001%
11 Persentase kadar mangan dari padatan maksimum 13 Bau setelah dinetralkan dengan borat Tidak boleh berbau
busuk
Tidak boleh berbau busuk
Sumber : Thio Goan Loo,1980 (Tim Penulis,2008)
Proses Pembuatan Lateks pekat secara garis besar dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: Pemusingan( centrifuging), pendadihan(creaming), dan penguapan(evaporating) 2.3.1.Pengolahan lateks pekat secara pusingan
Pada umunya pengolahan lateks pekat secara pusingan ditujukan untuk memproduksi lateks pekat ammonia tinggi (HA-Centrifuge) urutan pengolahannya adalah sebagai berikut:s
1.Penerimaan lateks kebun
Lateks dari kebun harus dijaga kebersihannya dengan selalu mengunakan peralatan yang bersih. Lateks diterima dalam bak penerimaan melalui saringan 80mesh, diukur jumlahnya dan diaduk merata. Kemudian diambil contoh untuk menentukan kadar karet.Kedalam lateks ditambahkan2-3gram amoniak perliter lateks, kemudian diaduk. 2.Pemusingan
Lateks dimasukkan kedalam alat pusingan misalnya separator A.B buatan Stockholm.Lateks yang dialirkan kedalam alat pusingan oleh daya sentrifuge yang berputar dengan kecepatan 6000-7000rpm,dipisahkan menjadi dua bagian yaitu lateks pekat dan serum
3.Penyimpanan lateks pekat
Lateks Pekat hasil pemusingan meskipun telah ditambah dengan bahan pemantap, lateks tersebut masih belum dipasarkan. Lateks pekat itu perlu disimpan atau diperam terlebih dahulu selama 2 minggu atau lebih. Pemeraman ini dimaksudkan agar bahan pemantap berfungsi efektif. Selama pemeraman perlu diaduk setiap hari untuk menjaga agar tidak terjadi pengendapan.
4.Pengemasan
Pada umunya pengemasan lateks dilakukan didalam drum besi atau plastik
(volume 200liter). Bila menggunakan drum besi perlu terlebih dahulu diberi bahan pelapis dibagian dalamnya.
2.3.2.Pengolahan Lateks dadih
Metode pemekatan lateks ini menggunakan bantuan bahan kimia yang berperan sebagai bahan pendadih.
1.Lateks diterima dalam tangki-tangki melalui Saringan. Untuk dapat diolah menjadi latek pekat yang baik, sangat diperlukan bahan lateks kebun yang baik, lateks ini harus telah diawetkan dengan bahan pengawet yaitu dengan menambahkan NH3 dengan kadar >0,7%.
2.Pendadihan
Bahan lateks kebun yang telah dibubuhi dengan bahan pengawet dan telah disaring, dimasukkan kedalam tangki pendadihan.
3.Penyimpanan dan pengemasan
2.4.Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lateks
Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah:
1. faktor di kebun (jenis klon, system sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain)
2. iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil)
3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan(yang baik terbuat dari alumunium atau baja tahan karat)
4. pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu) 5. kualitas air dalam pengolahan
6. bahan-bahan kimia yang digunakan 7. komposisi lateks
Untuk mengetahui susunan bahan-bahan yang terkandung dalam lateks dapat dilihat pada tabel 2.2. Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks segar masih terdapat fraksi kuning latoid (2-10 ppm), enzim peroksidase dan tyrozinase. Fraksi kuning dianggap normal bila mencapai 0,1-1,0mg tiap 100gram lateks kering. Kandungan karet kering untuk sit(sheet) dan krep (crepe) adalah 93%, sedangkan kandungan air antara 0,3-0,9%. Bila kadar air lebih tinggi yang disebabkan oleh pengeringan yang kurang
sempurna atau penyimpanannya dalam ruangan yang lembab, maka pertumbuhan bakteri dan jamur akan terjadi dan lazimnya disertai dengan timbulnya bintik-bintik warna dipermukaan lembaran.
Berikut Tabel 2.2 mengenai kandungan bahan-bahan dalam lateks segar dan lateks yang dikeringkan.
Bahan-bahan kimia dan air sebagai bahan pengolahan
1. senyawa kimia sebagai bahan anti koagulan
Pemakaian bahan anti koagulan harus dibatasi,karena pemakaiannya berarti memakan biaya, perlu penambahan dosis asam dalam proses koagulasi, dan mempengaruhi proses pengeringan. Bahan-bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah -Soda (Natrium karbonat, Na2CO3 dan Na2CO3.10H2O)
Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang(CO2) dalam lateks, sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan(koagulum) -Amoniak (NH4OH)
Bersifat senyawa antikoagulan dan juga sebagai desinfektan. 0,7%NH3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan. Tiap liter lateks membutuhkan 5-10cc larutan amoniak 2-2,5%
-Natrium Sulfit (Na2SO3)
Bersifat senyawa antikoagulan dan desinfektan. Untuk pemakaian segera dibuat larutan 10% dan untuk tiap filter lateks diperlukan 5-10cc Natrium sulfite 10%. (Djoehan.Setyamidjaja,1993)
2.5.Faktor Yang Mempengaruhi Viskositas
Koagulan mutu yang biasa terjadi dalam pengolahan SIR3CV adalah viskositas bervariasi, mendekati batas ketentuan mutu dan nilai uji kemantapan yang dipercepat selama penyimpanan tinggi. Untuk mengetahui sebab-sebab kegagalan tersebut maka perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi viskositas yaitu jenis klon, bahan pengawet kebun, cara dan pH pembekuan, pengenceran lateks,
melambatkan pengolahan koagulan dan remah, suhu pengeringan, perlakuan dengan bahan kimia dan kontaminasi logam. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.:
1.Klon
Proses pengerasan karet selama penyimpanan disebabkan terbentuknya ikatan silang pada rantai poliisoprena. Ikatan silang terjadi karena adanya gugus aldehid yang reaktif dengan gugus diamin, metal, atau metilen. Jumlah gugus aldehid untuk setiap klon berbeda-beda semakin banyak jumlah gugus aldehid dari setiap klon tidak sama, maka nilai viskositas untuk setiap klon juga berbeda.
2.Pengawetan lateks
Penggunaan Amoniak dengan kadar tinggi akan menaikkan nilai viskositas. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi kadarAmoniak maka akan semakin banyak terjadi rantai hidroferoksida pada molekul karetnya. Selanjutnya molekul-molekul karet yang membentuk rantai hidroferoksida beraksi lebih lanjut dengan gugus aldehid dan membentulk ikatan silang akibatnya nilai viskositas meningkat. Untuk menghindari penggunaan Amoniak dengan kadar yang tinggi dalam pengawetan lebih lama, penggunaan asam semut berkurang sampai 79% dan pada kadar karet kering 0,15% sehingga tidak perlu penambahan komposit hidroksilamin sulfat amoniak.
3.Cara dan pH pembekuan
Cara pembekuan dapat mempengaruhi nilai viskosiutas yaoitu pada pembekuan dengan asam semut menghasilkan nilai viskositas rendah dibandingkan dengan cara lain.
Pembekuan secara alami menyebablkan nilai viskpsitasnya tinggi dan tidak seragam karma proses pembekuannya tidak serentak dan merata.
Pada saat karet alam dipanaskan akan terjadi dua reaksi yaitu ikatan silang gugus aldehid yang reaktif dan reaksi oksidasi yang memutuskan rantai molekul karet. Suhu pengeringan yang tinggi dapat menaikkan atau menurunkan viskositas karet tergantung hubungan diantara kedua reaksi tersebut.
5.Perlakuan dengan Bahan Kimia
Perlakuan lateks dengan bahan kimia yang dapat mengikat gufgus aldehid akan
mengjhindari terjadinya ikatan silang , sehingga gugus aldehidnya baik. Bahan kima tersebut adalah semua turunan amoniak X-NH2 dimana X adalah gugus hidroksil atau aromatic yang tidak ada subtituen basanya. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah hidroksilamin netra sulfatdan hidroksilamin hidroklorida.
6.Kontaminasi Ion Logam
Ion logam seperti Cu, Mn, Fe merupakan katalisator degradasi pada waktu pemanasan.Kontaminasi ion-ion logam tersebut dapat menyebabkan viskositas karet menjadi rendah sehingga perlu dicegah terjadinya kontaminasi ion logam.
(Solichin,1991)
2.5.1.Viskositas
Viskositas merupakan sebuah ukuran penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk dibawah tekanan shear, biasanya disebut sebagai kekentalan. Sedangkan
pengertian dari viskosimeter merupakan alat untuk mengukur kekentalan suatu fluida. Didalam penentuan kekentalan atau viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder, cara ini dapat digunakan untuk cairan maupun gas dalam prakteknya dicari adalah kekentalan relatifnya yaitu perbandingan antara kekentalan zat itu dengan kekentalan zat cair lainnya biasanya sebagai
pembanding digunakan air. Selain itu viskositas juga digunakan dalam dunia industri sebagai alat untu mengukur kekentalan dari suatu zat yang akan diuji baik berupa cairan maupun gas.
2.5.2.Macam-macam Viscositas
Alat yang digunakan untuk menentukan viskositas dinamakan viskosimeter,Ada
beberapa jenis viskosimeter, diantaranya : -Viscosimeter Ostwald
Pada viskosimeter Oswald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan oleh suatu cairan dapat diukur dengan menggunakan stopwatch.
-Viscosimeter Lehman
Nilai viscositas ini didasarkan pada waktu kecepatan alir cairan yang akan diuji atau dihitung nilai viskositasnya berbanding terbalik dengan waktu kecepatan alir cairan pembanding, dimana cairan pembanding yang digunakan adalah air.
-Viscosimeter Bola jatuh- Stokes
Pada viscosimeter ini terdapat tiga macam gaya untuk sebuah benda yang bergerak jatuh kedalam suatu cairan yaitu:
1.Gaya gravitasi atau gaya berat(w) gaya inilah yang menyebabkan benda bergerak kebawah dengan suatu percepatan
2.Gaya apung atau gaya Archimedes, arah gaya ini keatas dan besarnya sama kearah fluida yang dipindahkanoleh kedua benda .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Alat dan Bahan
3.1.1. Alat-alat
a.Alat untuk Viskosimeter - Gelas beaker 500ml phyrex
- Alat pengukur kekentalan ( Brookfield Viscometer) - Termometer
b.Alat untuk mengukur Konsentrasi Asam Asetat - Gelas beaker 250ml phyrex
- Buret
- Statif dan Klem - Timbangan Analitik - Steerer
3.1.2.Bahan-bahan
a.Bahan untuk Viskosimeter - Lateks Pekat
b.Bahan untuk menentukan konsentrasi Asam Asetat -CH3COOH
-Aquadest -KOH 0,5N - Indikator BTB
3.2.Prosedur
3.2.1. Penentuan nilai viskositas di Laboratorium kimia
- Diambil sampel dengan menggunakan gelas beaker 500ml - Diturunkan temperature pada suhu 17C dan 25C
- Diuji kekentalan dengan menggunakan viskosimeter Brookfield
- Dibaca hasil yang ditampilkan pada layar viskosimeter Brookfield yang menunjukkan skala konstan
3.2.2. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat
-Ditimbang gelas beaker 250ml -Ditambahkan 1gram CH3COOH -Ditambahkan 100ml Aquadest -Disteerer
-Ditambahkan indikator BTB 0,04%
-Dititrasi dengan KOH 0,5N hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru
3.3.Perhitungan
a.Menentukan konsentrasi Asam Asetat pada mesin I
Konsentrasi Asam Asetat = konsentrasi 0,03 X ml KOH 0,5N X factor KOH Berat Sampel
= 0,03 X 67 X 0,9999 0,6030
=3,33
b.Menentukan Konsentrasi Asam Asetat pada mesin II
Konsentrasi Asam Asetat = konsentrasi 0,03 X ml KOH 0,5N X factor KOH Berat Sampel
= 0,03 X 53 X 0,9999 0,5445
= 2,91
c.Menentukan Konsentrasi Asam Asetat pada mesin III
Konsentrasi Asam Asetat = Konsentrasi 0,03 X ml KOH 0,5N X factor KOH Berat sampel
= 0,33 X 51 X 0,9999 0,4944
= 34,03
d. Menentukan Konsentrasi Asam Asetat pada mesin IV
Konsentrasi Asam Asetat =
Berat sampel
Konsentrasi 0,03 X ml KOH 0,5N X factor KOH
= 0,33 X 54 X 0,9999 0,5468
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1.Data
Tabel 4.1 Data Penentuan Konsentrasi Asam Asetat
Tabel 4.2 Hubungan antara viskositas dengan Asam Asetat
a.Pada mesin nomor satu
Untuk Viskositas 118 cps digunakan kecepatan putar 60 rpm.
No Jam Konsentrasi Asam Asetat Viskositas
1 08.00 0,291 118cps
2 14.00 0,291 118cps
3 20.00 0,661 118cps
b.Pada mesin nomor dua
Untuk Viskositas 120cps digunakan kecepatan putar 60rpm.
No Jam Konsentrasi Asam Aetat Viskositas
1 08.00 0,309 120cps
2 14.00 0,303 120cps
3 20.00 0,306 120cps
c.Pada mesin nomor tiga
Untuk viskositas 125cps digunakan kecepatan 60rpm.
No Jam Konsentrasi Asam Asetat Viskositas
1 08.00 0,333 125cps
2 14.00 0,312 125cps
d.Pada mesin nomor 4
Untuk Viskositas 150cps digunakan kecepatan 60rpm.
No Jam Konsentrasi Asam Asetat Viskositas
1 08.00 0,340 150cps
2 14.00 0,320 150cps
3 20.00 0,320 150cps
4.2. Pembahasan
Salah satu parameter yang juga berperan didalam kualitas benang karet adalah Viskositas lateks dan konsentrasi asam asetat.kedua parameter tersebut sangat berpengaruh dan memiliki nilai yang sama,Jika viskositasnya tidak mencapai 75cps maka benang karet yang dihasilkan akan mudah lapuk dan putus dan apabila kekentalannya lebih besar dari 160cps maka benang karet yang dihasilkan lebar pitanya terlalu besar dan proses pembuatannya akan sulit karena akan menyebabkan penyumbatan pada pipa kapiler.Begitu halnya juga dengan konsentrasi Asam Asetat jika konsentrasinya tinggi maka akan terbentuk gumpalan.sedangkan jika konsentrasinya rendah maka tidak akan terbentuk benang karet.
Pada Tabel 4.1.menunjukkan bahwa viskositas lateks yang rendah menunjukkan Konsentrasi Asam asetat yang rendah,dibandingkan dengan viskositas pada tabel 4.2,tabel 4.3,tabel 4.4. Keempat tabel di atas menunjukkan hasil yang sesuai bahwa jika viskositasnya rendah maka konsentrasi asam asetat yang diperoleh juga rendah.Dan ke empat tabel tersebut memenuhi Standard didalam menghasilkan benang karet yang baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengaruh kekentalan dan konsentrasi asam asetat pada benang karet yang dihasilkan pada PT.Industri Karet Nusantara memiliki nilai yang berbanding lurus.
-Kekentalan didalam proses ekstruksi memunyai standar 75-160cps pada suhu 17C Jika viskositasnya tidak mencapai 75cps maka akibatya benang karet yang Dihasilkan tidak baik karena benang tersebut akan lapuk dan mudah putus dan Jika viskositasnya lebih besar dari 160cps maka benang karet yang dihasilkan Lebarnya terlalu besar dan proses pembuatannya akan sulit karena akan terjadi Penyumbaatan pada pipa kapiler saat pembuatan benang karet tersebut.
-Konsentrasi asam asetat yang berlebih akan menyebabkan terbentuknya gumpalan sedangkan jika kekurangan konsentrasi asam asetat meka akan mengakibatkan tidak terbentuknya benang karet.
5.1.2 Kualitas dari pada benang karet dapat dilihat dari klasifikasi berikut:
-A-Grade merupakan mutu produksi kualitas no.1 dimana seluruh mutunya memenuhi spesifikasi perusahaan dan customer,yaitu benang tidak boleh kusut,lengket,lebar pita dan warna harus sesuai.
5.2.Saran
Sebaiknya dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui parameter-parameter lain yang berpengaruh pada proses pembuatan benang karet pada umumnya dan kadar logam pada khususnya agar diperoleh data-data yang lebih lengkap guna meningkatkan kualitas dari pada benang-benang karet yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Djoehana Setyamidjaja.1993.Budidaya dan Pengolahan Karet.Cetakan I. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Viskositas
Indra Surya.2006.Buku Aja Tekhnologi Karet.Medan : Fakultas Teknik Universitas Sumatrau Utara.
James.J.Spillane.1989.Komoditi Karet.Cetakan I.Yogyakarta:Penerbit Kanisius. J.Sugito.1999.Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahan Karet.Cetakan IV. Jakarta : Penerbit Swadaya.
k.Walujuno.1970.Pengolahan Karet Jakarta Remah di Indonesia.Jakarta : P.T.Soeroengan.
M.P.Stevens.2001.Kimia Polimer.Cetakan I.: Pradnya Paramita.
M.Solichin1991.Faktor yang Mempengaruhi Viskositas.Vol.6 No.2.Palembang : Balai Penelitain Perkebunan Sumbawa.
Tim Penulis.2008.Panduan Lengkap Karet .Cetakan I.Jakarta:Penerbit Swadaya.
LAMPIRAN
Tabel 1. Spesifikasi Lateks Kompon PTP.Nusantara Medan-Tanjung Morawa
Compound Parameter STN Standart Temperatur
Inactive Compound
Tabel 2.Skema Mutu Kompon Aktif Pada Proses After Cooling pada Rubber Thread Factory PTP.Nusantara Medan-Tanjung Morawa
No Parameter Standart
1 Viskositas 66rpm 75rpm-150rpm
2 pH 11,75-12,60
3 Swelling Indeks 2,60-2,25
Tabel..3.Spesifikasi (Lateks Sentrifuge)
No Parameter STN Klasifikasi Spesifikasi
Ammonia tinggi
Medium Ammonia
Ammonia Rendah
1 TSC % In spect
Out spect
61,30 <61,30
61,30 <61,30
61,30 <61,30
2 VFA - - 0,020 0,020 0,020
3 DRC % - 60 60 60
4 NH3 % In spect 0,55-0,75 0,40-0,54 0,18-0,39
5 MST Second In spect 500-2000 500-2000 500-2000
6 KOH % In spect 0,45-0,80 0,45-0,80 0,45-0,80
7 pH - -
10,35-10,80
10,30-10,60
10,20-10,50
8 Viskositas cps - 25 25 25