• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA

PENGURUS OSIS DENGAN REMAJA ANGGOTA OSIS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

ARI SINTA

041301103

FAKULTAS PSIKOLOGI

▸ Baca selengkapnya: alasan keluar osis yang logis

(2)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

Perbedaan Kecerdasan emosional pada Remaja Anggota OSIS dan Remaja Anggota OSIS

Ari Sinta dan Eka Ervika, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan kecerdasan emocional pada remaja pengurus OSIS dengan remaja anggota OSIS. Kecerdasan emosional berperan penting untuk mencapai kesuksesan hidup. Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan yang dimiliki seseorang berupa kemampuan dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, mampu mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain sehingga dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Kecerdasan emosional dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: lingkungan tempat tinggal, orang tua dan keluarga, sekolah, variasi aktivitas dan variasi teman sebaya.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional random sampling dengan jumlah subjek sebanyak 341 orang berusia 15-18 tahun Alat ukur pada penelitian ini adalah skala kecerdasan emosional. Skala kecerdasan emosional disusun berdasarkan komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Bar-On (Goleman, 2000) yaitu kemampuan interpersonal, kemampuan intrapersonal, penyesuaian diri, penanganan stres, dan suasana hati.

Validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan validitas muka dan logia. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan koefisien alpha cronnbach. Hasil uji coba yang diperoleh dengan menggunakan bantuan program SPSS 15 for windows menunjukkan reliabilitas skala kecerdasan emosional sebesar 0,921 dengan validitas bergerak dari -0,036 sampai dengan 0,594. data diolah dengan menggunakan perhitungan statistic independent sampel test. Diperoleh skor t-test (t=3,568, p=0,000) dengan mengacu pada nilai signifikansi (p=0,000) yang lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berarti bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS. Hasil tambahan diperoleh bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, tidak ada perbedaan kecerdasan emosional berdasarkan usia dan ada perbedaan kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan.

▸ Baca selengkapnya: laporan pemilihan pengurus osis

(3)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat

Illahi Rabbi, berkat petunjuk dan kasih sayang-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Sumatera Utara dengan judul : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus OSIS dan Remaja Anggota OSIS. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh teladan dalam perjalanan skripsi dan kerja-kerja selanjutnya.

Terutama sekali peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua peneliti ayahanda Agus Salim dan ibunda Agustina yang telah memberikan begitu banyak pengorbanan, belaian kasih sayang, motivasi, dan perhatian yang berlimpah sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, SpA(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Ibu Eka Ervika, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ide, kritik, saran dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih buat kesabaran dan perhatiannya ya Bu.

(4)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

4. Ibu Sri Supriyantini M.Si dan Ibu Namora L. Lubis M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan dan dukungan selama saya kuliah.

5. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumtera Utara. Terima kasih atas segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan. Semoga ilmu dan pengalaman yang diberikan menjadi bekal dikemudian hari

6. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Psikologi Universitas Sumtera Utara. Bapak Iskandar, Bapak Aswan, Kak Ari, dan Kak Devi, yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam hal administrasi.

7. Kakakku Kartini Aprilia atas dukungan dan semangatnya semoga bisa menjadi dokter yang soleha dan adikku Ali Akbar semoga berhasil mencapai cita-citanya masuk ITB dan selalu menjadi anak yang baik. 8. Kepala Sekolah dan Wakasek (SMA Negeri 6 Medan, SMA Negeri 1

Medan, dan SMA Negeri 2 Medan) beserta para staf, guru, dan para siswa atas kerjasamanya dalam penelitian ini Terima kasih telah memberikan saya izin. Kepada Bu Dewi, terimakasih atas saran dan arahannya.

(5)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

10.Terima kasih juga penulis ucapkan pada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini tentunya tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.Oleh karena itu peneliti menerima saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Harapan peneliti skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya psikologi perkembangan.

Medan, 12 Maret 2008

Ari Sinta

(6)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRAK...2

KATA PENGANTAR...3

DAFTAR ISI...6

BAB I. PENDAHULUAN...12

A. Latar Belakang...12

B. Rumusan Masalah...20

C. Tujuan Penelitian...20

D. Manfaat Penelitian...20

E. Sistematika Penulisan...21

BAB II. LANDASAN TEORI...10

A. Kecerdasan emosional...23

1. Pengertian kecerdasan emosional...23

2. Komponen kecerdasan emosional...24

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional...27

4. Ciri-ciri individu dengan kecerdasan emosional tinggi dan rendah...30

B. Remaja...31

1. Pengertian remaja...31

2. Ciri-ciri remaja...32

3. Perkembangan Emosi remaja...33

4. Kecerdasan emosi remaja...35

C.Kelompok remaja...36

(7)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

2. Penyebab timbulnya kelompok remaja...37

D.OSIS...40

1. Pengertian OSIS……...40

2. Dasar hukum OSIS………...41

3. Tujuan pokok OSIS………...42

E. Pengurus OSIS...42

1 Syarat pengurus OSIS………...42

2. Kewajiban pengurus OSIS………...43

3. Tugas dan tanggung jawab pengurus OSIS...45

F. Anggota OSIS...49

G. Perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS...50

H. Hipotesa...54

BAB III. METODE PENELITIAN...56

A. Identifikasi Variabel Penelitian...56

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian...56

1. Kecerdasan emosional...56

2. Keanggotaan dalam OSIS... ...57

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan...58

1. Populasi …… ...58

2.Sampel dan metode pengambilan sampel………...58

D. Metode pengumpulan data...59

(8)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

1. Validitas alat ukur...62

2.Uji daya beda aitem...63

3. Reliabilitas alat ukur...64

F. Hasil uji coba alat ukur...65

G. Prosedur penelitian...67

1. Tahap persiapan penelitian...67

2. Tahap pelaksanaan penelitian...68

3. Tahap pengolahan data...68

H. Metode analisa data...68

BAB IV ANALISA dan INTERPRETASI DATA...71

A. Gambaran Subjek Penelitian...71

1.Usia subjek penelitian...71

2. Jenis kelamin subjek penelitian...72

3. Kelas subjek penelitian...72

4. Asal sekolah subjek penelitian...72

B. Gambaran Kecerdasan Emosional Subjek Penelitian...73

C. Uji Asumsi...75

1. Uji normalitas sebaran...76

2. Uji homogenitas...76

D. Uji Hipotesa Utama...77

E. Hasil Tambahan...79

1. Perbedaan kecerdasan emosional berdasarkan jenis kelamin...79

(9)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

3. Perbedaan kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan

jabatan...80

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN...81

A. Kesimpulan...81

B. Diskusi...82

C. Saran... ...85

(10)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Cetak biru skala kecerdasan emosional...61

Tabel 2 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kecerdasan emosional...66

Tabel 3 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin...71

Tabel 4 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia...72

Tabel 5 Gambaran subjek penelitian berdasarkan kela...72

Tabel 6 Gambaran subjek berdasarkan asal sekolah...73

Tabel 7 Deskripsi skor kecerdasan emosional...74

Tabel 8 Kategori skor kecerdasan emosional...75

Tabel 9 Uji normalitas...76

Tabel 10 Uji homogenitas...77

Tabel 11 Gambaran skor kecerdasan emosional...78

Tabel 12 Hasil perhitungan uji t kecerdasan emosional...78

Tabel 13 Gambaran skor kecerdasan emosional berdasarkan jenis kelamin...79

Tabel 14 Hasil perhitungan uji t berdasarkan jenis kelamin...79

Tabel 15 Hasil perhitungan Anova kecerdasan emosional berdasarkan usia...80

Tabel 16 Gambaran skor kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS berdasarkan jabatan...80

(11)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR BAGAN

(12)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Membahas mengenai remaja merupakan pembahasan yang sangat menarik untuk dibicarakan. Remaja bukan lagi termasuk golongan anak-anak, tetapi belum bisa dimasukkan ke golongan dewasa. Remaja secara psikologis merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa.

Beberapa perubahan pada umumnya terjadi pada masa remaja seperti: perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja seringkali menimbulkan kejutan pada diri remaja itu sendiri. Pakaian yang biasa dipakai remaja menjadi tidak muat lagi karena bentuk tubuh yang berubah seperti: pinggul yang membesar pada remaja wanita atau bahu yang melebar pada remaja pria (Gunarsa, 2003)

Perubahan emosi yang terjadi pada remaja menyebabkan remaja pada umumnya memiliki kondisi emosi yang labil. Masa remaja merupakan periode

(13)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

pemasyarakatan dan 1 rumah tahanan negara pada tahun 2003 yaitu: 58% penyalah guna narkoba adalah remaja dan sekitar 94% remaja tersebut berusia 15 sampai 18 tahun (BNN, 2007). Cukup banyak remaja yang mengalami kesulitan emosi, namun banyak juga remaja yang dapat mengatasi kesulitan emosi dalam dirinya (kejarlah, 2004).

Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya maka untuk menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif (Mu’tadin, 2002).

Peranan IQ hanya sekitar 20 % untuk menopang kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80 % lainnya ditentukan oleh faktor lain, diantaranya kecerdasan emosional. Beberapa ahli dalam bidang tes kecerdasan menemukan bahwa seseorang yang memiliki IQ tinggi dapat mengalami kegagalan dalam bidang akademis, karir dan kehidupan social. Banyak orang yang memiliki kecerdasan rata-rata mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya. (Goleman, 2001).

(14)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati (Goleman,2001).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang seperti: lingkungan tempat tinggal, orang tua dan keluarga, sekolah dan variasi teman sebaya dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Remaja yang tinggal dengan masyarakat yang sering tawuran, tindak kriminalitas yang tinggi akan mempengaruhi remaja tersebut dalam pengendalian emosinya. Lingkungan tempat tinggal dimana remaja itu berada akan membantu remaja tersebut mencapai kematangan emosional. Pengaruh orang tua dan keluarga juga dapat membantu remaja mencapai kematangan emosional. Remaja membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari kelekatan secara emosional dari orang tua dan keluarga. Sekolah merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perkembangan remaja. Perlakuan positif yang diberikan oleh pihak sekolah khususnya para guru dapat membantu remaja mencapai kematangan emosional. Remaja yang memiliki variasi teman sebaya dan aktivitas juga dapat membantu remaja mencapai kematangan emosional. Variasi teman sebaya dapat melatih remaja mengenal lebih banyak karakter orang lain. Variasi aktivitas dapat melatih remaja menangani aktivitas yang lebih banyak dengan tingkat kesukaran yang berbeda-beda sehingga dapat membantu remaja mencapai kematangan emosional (Hurlock, 1998).

(15)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya. Remaja biasanya membentuk kelompok dan mengekspresikan segala potensi yang dimilikinya. Remaja yang berkelompok pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok formal dan kelompok informal. Kelompok formal mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Kelompok informal sebaliknya yaitu tidak mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta tidak mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Misalnya kelompok arisan, geng, kelompok belajar dan teman dekat (Ahmadi, 1999).

(16)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

OSIS adalah satu-satunya organisasi siswa yang sah di sekolah sebagai wadah siswa berorganisasi. Anggota OSIS adalah semua remaja yang masih aktif belajar pada sebuah sekolah. Anggota OSIS ini tidak memerlukan kartu anggota dan keanggotaan berakhir bila remaja tersebut tidak menjadi siswa lagi di sebuah sekolah. Pengurus OSIS adalah remaja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai pengurus, memiliki struktur dan rincian tugas serta tanggung jawab yang jelas pada setiap jabatan yang dipegang. (Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1997).

Remaja yang menjadi pengurus OSIS berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi aktivitas. Remaja pengurus OSIS memiliki aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan dengan adanya berbagai macam rapat seperti: laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya penyelenggaraan acara hari besar keagamaan, hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja anggota OSIS yang kegiatannya pada umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah.

Berikut ini adalah wawancara dengan salah seorang bendahara OSIS yang bernama RR di sebuah SMA Negeri di Medan yang menyatakan:

(17)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

semuanya dapat hadir dalam rapat jadi kepentingan kelompoklah yang lebih diutamakan” (wawancara personal, 5 Januari, 2009).

Remaja yang menjadi pengurus OSIS juga berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi teman sebaya. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki kesempatan yang lebih besar memiliki variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang se-daerah ataupun se-Indonesia. Pelatihan kepemimpinan OSIS yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Departemen Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan para pengurus OSIS yang tersebar di seluruh Indonesia untuk berkumpul dan berbagi pengalaman. Pelatihan kepemimpinan OSIS memberikan kesempatan para pengurus OSIS untuk memperbanyak teman dari berbagai daerah. Para pengurus OSIS juga dapat mengetahui keanekaragaman budaya serta etnis yang juga mempengaruhi kultur organisasi sekolah masing-masing (Direktorat Pembinaan SMA, 2007).

Berikut ini adalah wawancara dengan salah seorang ketua OSIS yang bernama SK di SMA 3 Medan yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS yang menyatakan:

(18)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

pengalaman dan menambah wawasan kita masing-masing” (wawancara personal, 5 Januari, 2009).

Para pengurus OSIS di SMA dan sederajat juga dapat saling berkomunikasi melalui suatu forum. Forum komunikasi antar pengurus OSIS tersebut memiliki berbagai macam nama seperti di Makasar dikenal dengan nama Forum OSIS Setingkat SMA Makassar atau disingkat dengan nama Forsisma Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki forum yang dikenal dengan nama Forum Komunikasi Pengurus OSIS atau disingkat dengan FKPO. Provinsi Sulawesi Utara memiliki forum yang dikenal dengan nama Forum Komunikasi Antar Pengurus OSIS yang disingkat FKAP. Provinsi Sumatra Utara sendiri forum tersebut dikenal dengan nama Perkumpulan OSIS SMA dan Sederajat atau disingkat dengan POSS. Melalui forum komunikasi pengurus OSIS dapat meningkatkan tali silahturahmi antar pengurus OSIS dan bekerjasama dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti: bakti sosial (Setianigrum, 2008).

Berikut ini adalah wawancara dengan salah seorang sekretaris OSIS di salah satu SMA swasta di Medan yang menyatakan:

“Forum komunikasi pengurus OSIS di medan dikenal dengan nama perkumpulan OSIS SMA dan sederajat atau disingkat dengan POSS. Disini kita bisa berhubungan dan berkenalan dengan pengurus OSIS sekolah lain, jadi pada saat tertentu para pengurus OSIS akan berkumpul dan rapat untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.” (wawancara personal, 5 Januari, 2009).

(19)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

terbatas pada sekolah yang sama. Menurut Anas (2004) remaja pengurus OSIS mempunyai kesempatan yang besar daripada remaja anggota OSIS untuk menjalin hubungan dengan orang lain baik yang berasal didalam sekolah seperti: seringnya berhubungan dengan kepala sekolah dan para guru maupun dengan pihak diluar sekolah dalam rangka menyukseskan suatu acara. Anas menambahkan bahwa remaja pengurus OSIS harus memiliki kemampuan intrapersonal dan interpersonal yang baik.

(20)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya terbatas pada sekolah yang sama. Variasi aktivitas dan variasi teman sebaya tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang (Hurlock, 1998) sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja pengurus OSIS akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dari remaja anggota OSIS.

Bertolak dari latar belakang masalah diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS.

B. Perumusan masalah

Adapun permasalahan yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah apakah

ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dengan remaja anggota OSIS?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang ikut organisasi dengan remaja yang tidak ikut organisasi.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

(21)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

memperkaya wacana yang membahas tentang perbedaan kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS dengan remaja anggota OSIS.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan rujukan referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kecerdasan emosional.

b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para remaja agar dapat memiliki variasi aktivitas dan teman sebaya yang dapat meningkatkan kecerdasan emosionalnya.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini dibagi atas tiga bab, dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti topik ini, tujuan penelitian yaitu merupakan hal yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan teori

(22)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian yang meliput i identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data penelitian, validitas & reliabilitas alat ukur dan metode analisa data.

Bab IV : Interpretasi dan Analisa Data

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa dan interpretasi data yang memuat gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan interpretasi hasil penelitian utama serta analisa tambahan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

(23)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecerdasan emosional

1. Pengertian kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati (Goleman,2001).

Bar-On (Goleman, 2000) mendefenisikan kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dari tekanan lingkungan.

Cooper dan Sawaf (2000) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu fenomena manusiawi secara mendasar ada dalam diri manusia. Seseorang dapat mencapai keberhasilan hidup semaksimal mungkin melalui kecerdasan emosi, karena itu kecerdasan emosi sangat diperlukan oleh anak terutama remaja.

(24)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

a. Kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri yang wujudnya berupa kemampuan untuk membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri, serta kemampuan untuk menggunakan model tersebut sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.

b. Kecerdasan antar pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain, yang wujudnya berupa pemahaman terhadap apa yang memotivasi mereka dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain.

Salovey & Sluyter (dalam Prawita-sari, 1998) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengerti emosi, menggunakan dan memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran, mengenal emosi dan pengetahuan emosi serta mengarahkannya secara reflektif sehingga menuju pada pengembangan emosi dan intelek.

Berdasarkan definisi-definisi kecerdasan emosional diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, mampu mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain sehingga seseorang dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

2. Komponen kecerdasan emosional

(25)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

1. Kemampuan intrapersonal a. Kesadaran diri emosional

Yaitu kemampuan untuk mengenal perasaan diri, memahami hal yang sedang dirasakan dan mengetahui penyebabnya.

b. Asertivitas

Yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan, gagasan, keyakinan secara terbuka, dan mempertahankan kebenaran tanpa berperilaku agresif.

c. Harga diri

Yaitu kemampuan menghargai dan menerima diri sendiri sebagai esuatu yang baik, mensyukuri berbagai aspek dan kemampuan positif yang ada dan menerima keterbatasan diri.

d. Aktualisasi diri

Yaitu kemampuan menyadari kapasitas potensial yang dimiliki untuk mengembangkan kemampuan bakat secara maksimal.

e. Kemandirian

Yaitu kemampuan mengatur dan mengarahkan diri dan mengendalikan diri dalam berfikir dan bertindak serta tidak tergantung pada orang lain secara emosional.

2. Kemampuan interpersonal, terdiri dari: a. Empati

(26)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

b. Hubungan interpersonal

Yaitu kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan yang saling memuaskan yang dicirikan dengan keakraban serta memberi dan menerima kasih sayang.

c. Tanggung jawab sosial

Yaitu kemampuan menunjukkan diri sendiri dengan bekerjasama serta berpartisipasi dalam kelompok sosialnya. Hal ini meliputi bertindak secara bertanggung jawab walaupun kita tidak mendapatkan keuntungan apapun. 3. Penyesuaian diri, terdiri dari:

a. Pemecahan masalah

Yaitu kemampuan mengenali masalah serta menghasilkan dan melaksanakan solusi yang efektif. Kemampuan ini berkaitan dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak menghindari masalah. b. Uji realitas

Kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami atau dirasakan dengan kenyataan yang ada secara objektif, bukan sebagaimana yang kita harapkan.

c. Fleksibilitas

(27)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

4. Penanganan stres, terdiri dari: a. Ketahanan menanggung stres

Yaitu kemampuan menahan peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi stres dengan aktif serta sungguh-sungguh mengatasi stres tersebut. Ketahanan menanggung stres ini berkaitan dengan kemampuan untuk tetap tenang dan sabar dalam menghadapi setiap permasalahan.

b. Pengendalian impuls

Yaitu kemampuan menahan dan menunda gerak hati, dorongan dan godaan untuk bertindak.

5. Suasana hati, terdiri dari: a. Kebahagiaan

Yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupannya, menikmati kebersamaan dengan orang lain dan bersenang-senang.

b. Optimisme

Yaitu kemampuan untuk melihat sisi terang dalam hidup dan membangun sikap positif sekalipun dihadapkan dengan kesulitan. Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam menghadapi kesulitan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional

(28)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

1. Pengalaman

Kecerdasan emosional dapat meningkat sepanjang perjalanan hidup individu. Ketika individu belajar untuk menanganai suasana hati, menangani emosi yang menyulitkan, semakin cerdaslah emosi individu dan mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain.

2. Usia

Semakin tua usia individu maka kecerdasan emosinya akan lebih baik dibanding dengan usia yang lebih muda. Hal ini dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami oleh individu seiring dengan pertambahan usianya. Menurut Goleman (Papalia, 2001), pembentukan kecerdasan emosional pada saat remaja paling besar terjadi pada masa remaja pertengahan.

3. Jenis kelamin

Tidak ada perbedaan antara kemampuan pria dan wanita dalam meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Tetapi rata-rata wanita memiliki keterampilan emosi

yang lebih baik dibandingkan pria. 4. Jabatan

Semakin tinggi jabatan maka semakin tinggi juga kecerdasan emosional seseorang, maka semakin penting keterampilan antar pribadinya dalam membuatnya menonjol dibanding mereka yang berprestasi biasa-biasa saja.

(29)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

1. Lingkungan tempat tinggal

Lingkungan tempat tinggal yang dapat mengontrol tingkah laku dan mengendalikan emosi remaja dapat membantu remaja untuk mencapai kematangan emosionalnya.

2. Orang tua dan keluarga

Dalam mencapai kematangan emosionalnya remaja membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari kelekatan secara emosional pada orang tua atau anggota keluarga lainnya.

3. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perkembagan remaja. Perlakuan positif yang diberikan oleh pihak sekolah khususnya guru-guru dapat membantu remaja mencapai kematangan emosionalnya.

4. Teman-teman sebaya dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan sehari-hari

(30)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

4. Ciri-ciri individu dengan kecerdasan emosional tinggi dan rendah

Berdasarkan teori Goleman (2000), Steven Stein (2002) membedakan individu dengan kecerdasan emosional tinggi dan rendah berdasarkan atas ciri khas, yaitu:

Ciri-ciri individu dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, yaitu: 1. Tidak menyalahkan orang lain atau situasi terhadap apa yang dialaminya. 2. Mampu membedakan mana yang merupakan pikiran dan mana yang

merupakan perasaan.

3. Bertanggung jawab terhadap perasaan yang dialami.

4. Menggunakan perasaan mereka untuk membantu dalam membuat suatu keputusan.

5. Respek terhadap apa yang dirasakan orang lain. 6. Bersemangat dan tidak mudah marah.

7. Mengakui perasaan orang lain.

8. Berupaya untuk memperoleh nilai-nilai positif dari emosi negatif. 9. Tidak bertindak otoriter, menggurui ataupun memerintah.

Ciri-ciri individu dengan tingkat kecerdasan emosional yang rendah, yaitu:

1. Tidak berani bertanggung jawab terhadap perasaan yang dimiliki, tetapi lebih menyalahkan orang lain terhadap apa yang dialami oleh dirinya.

2. Berlebihan ataupun menekan perasaan yang dimiliki

(31)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

6. Cenderung kaku, kurang fleksibel, cenderung membutuhkan suatu aturan yang sistematis agar merasa aman

7. Menghindari tanggung jawab dengan menyatakan tidak ada pilihan lain 8. Menghindari tanggung jawabnya dengan menyatakan tidak ada pilihan lain. 9. Pesimistis dan cenderung menganggap dirinya selalu bertindak adil.

10.Sering merasa kurang dihargai, kecewa hambar atau merasa jadi korban.

B. Remaja

1. Pengertian remaja

Remaja adalah tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja dibagi menjadi 2 bagian yaitu : masa remaja awal pada usia 13 s/d 16 tahun sedangkan masa remaja akhir pada usia 16 s/d 18 tahun (Hurlock, 1998).

WHO (dalam Sarwono, 2001) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologi dan sosial ekonomi dengan batasan usia antara 10-20 tahun yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-kanak menjadi dewasa.

(32)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

Monks (1999) memberikan batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.

2.Ciri-ciri remaja

Ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja yaitu : a. Perubahan fisik

Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormon, seperti hormon gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormon

kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone,

oestrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (Monks dkk, 1999).

b. Perubahan Emosional.

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Emosi remaja pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perubahan dimana emosi remaja akhir akan lebih matang daripada remaja awal (Hurlock, 1998).

c. Perubahaan sosial

(33)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku.

3. Perkembangan emosi remaja

Hurlock (1998) mengatakan bahwa secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tetapi tidak semua remaja mengalami masa “badai dan tekanan”. Namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagi konsekuensi dari penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional.

(34)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

Hurlock juga menambahkan bahwa ada beberapa petunjuk seorang remaja yang mencapai kematangan emosi yaitu: jika remaja tersebut tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain tetapi menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk yang lainnya yaitu: jika remaja tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya sehingga remaja dapat mengabaikan banyak rangsangan yang dapat menimbulkan ledakan emosinya. Remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah dari satu emosi ke emosi lain atau dari suasana hati satu ke suasana hati lainnya.

Menurut Ali & Asrori (2004), pada setiap tahapan perkembangan terdapat karakteristik yang agak sedikit berbeda dalam hal perkembangan emosi remaja, yaitu:

a. Periode remaja awal

(35)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

b. Periode remaja tengah

Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat yang seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, tidak jarang remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, abik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri.

c. Periode remaja akhir

Pada periode ini emosi remaja sudah mulai stabil. Remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih baik dan lancar karena mereka sudah memiliki kebebasan penuh. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan dan keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggung jawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua dan masyarakat.

4. Kecerdasan emosi remaja

(36)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

dengan tepat akan mengalami kerugian dalam pergaulan, sekolah, dan pekerjaan. Remaja yang merasa sedih cenderung akan murung atau menarik diri. Remaja yang merasa bahagia cenderung dalam cenderung menebarkan keceriaannya, dan ketika remaja merasa bosan justru marah-marah sebagai pelampiasan sehingga akan muncul masalah. Kemarahan frustrasi, kecemasan, kesedihan, dan emosi dapat mengganggu pembelajaran remaja. Untuk itu diperlukan bantuan orang lain, seperti orang tua sehingga remaja mampu mengendalikan perilaku-perilaku yang lebih baik (Gottman, 2003).

C. Kelompok remaja

1. Pembagian kelompok

Ada dua macam gerak dalam perkembangan sosial remaja yaitu: memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya, sehingga dapatlah kita mengerti bahwa remaja cenderung membentuk kelompok (Monks, 1999) .Remaja yang berkelompok pada umumnya terbagi menjadi dua kelompok (Ahmadi, 1999), yaitu:

1. Kelompok formal atau sering disebut organisasi

(37)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

2. Kelompok Informal

Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotaan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Dalam kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya kelompok arisan, geng, kelompok belajar dan teman dekat (Sarwono, 2001).

2. Penyebab timbulnya kelompok remaja

Latar belakang timbulnya suatu kelompok merupakan hal yang penting untuk dibahas. Menurut Slamet Santoso (1999) latar belakang timbulnya kelompok remaja adalah:

1. Adanya perkembangan proses sosialisasi

Pada masa remaja (usia anak SMP dan SMU) individu mengalami proses sosialisasi, dimana mereka itu sedang belajar memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa yang baru, sehingga individu mencari kelompok yang sesuai dengan keinginannya, dimana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok.

2. Kebutuhan untuk menerima penghargaan

(38)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

yaitu ingin dihargai. Sehingga individu merasakan kebersamaan dan kekompakan dalam kelompok teman sebayanya.

3. Perlu perhatian dari orang lain

Individu perlu perhatian dari orang lain terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemui dalam kelompok sebayanya, dimana individu merasa sama satu lainnya, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status seperti: jika mereka bergabung dengan dunia orang dewasa.

4. Ingin menemukan dunianya

Di dalam kelompok yang diikutinya individu dapat menemukan dunianya, dimana berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan disegala bidang.

Remaja sering kali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk geng. Oleh karena dorongan yang kuat ingin menemukan dan menunjukkan jati dirinya, remaja seringkali ingin melepaskan diri dari orang tuanya dan mengarahkan perhatiannya pada lingkungan di luar keluarganya dan cenderung lebih senang bergabung dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya baik di sekolah maupun di luar sekolah (Ali, 2004).

(39)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

1 Dasar psikologis

Pada dasarnya semua manusia bersifat sosial, dalam arti bahwa tak seorang pun di dunia ini yang ingin hidup menyendiri terpisah dari orang lain. Mereka mengelompokkan dirinya dalam berbagai kelompok. Manusia bersifat sosial mengandung pengertian bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu baru mungkin terjadi di dalam hubungan sosial. Tiap-tiap individu mempunyai hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara individu dan kelompoknya dan sebaliknya. Pengaruh timbal balik itu mengandung nilai meninggikan atau meningkatkan baik dalam arti konstruktif maupun destruktif. Pengaruh konstruktif terjadi bila dapat meningkatkan kelompok itu umumnya, dan perkembangan individu khususnya. Pengaruh destruktif terjadi bila terjadi pengrusakan atau hambatan dalam hubungan sosial.

2 Dasar paedagogis

Setiap kelompok seharusnya mengandung nilai paedagogis dalam arti bahwa dengan terbentuknya kelompok dapat ditingkatkan taraf perkembangan kepribadian seseorang, misalnya: rasa malu jadi berani, sifat malas menjadi rajin akibat disiplin kelompok yang terlatih, sifat egoisme dihilangkan karena adanya keharusan bekerjasama dalam tugas-tugas kelompok.

3 Dasar didaktis

(40)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

D. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

1. Pengertian OSIS

1. Secara sistematis

Menurut surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/01993 disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS. Kepanjangan OSIS terdiri dari: organisasi, siswa, intra sekolah. Masing-masing mempunyai pengertian:

a. Organisasi adalah kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini merupakan satuan atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan.

b. Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidik jenjang pendidikan dasar dan menengah.

c. Intra adalah berarti terletak di dalam dan di antara sehingga OSIS berarti suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.

d. Sekolah adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar secara berjenjang dan berkesinambungan.

2. Secara organisasi

(41)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian atau alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah.

3. Secara fungsional

OSIS adalah salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan, disamping ketiga jalur yang lain yaitu: latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler dan wawasan wiyatamandala.

4. Secara sistem

OSIS adalah sekumpulan para siswa yang mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian-pengertian OSIS diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi remaja yang sah di sekolah dan merupakan sarana remaja bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

2. Dasar hukum OSIS

Ada beberapa dasar hukum OSIS (Pedoman Pembinaan Kesiswaan, 1997), yaitu:

(42)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

8. Kepres Nomor 23 Tahun 1990

9. Kep. Mendikbud Nomor 0323/U/1978 10. Kep. Mendikbud Nomor 0461/U/1984

11. Kep. Dirjen Dikdasmen Nomor 226/C/Kep/0/1992

3. Tujuan pokok OSIS

OSIS dibentuk dengan beberapa tujuan pokok (Pedoman Pembinaan Kesiswaan, 1997), yaitu:

1. Menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas serta minat para siswa ke dalam salah satu wadah yang bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar sekolah.

2. Mendorong sikap, jiwa dan semangat kesatuan dan persatuan diantara para siswa sehingga timbul satu kebanggaan untuk mendukung peran sekolah sebagai tempat terselenggaranya proses belajar mengajar.

3. Sebagai tempat, sarana untuk berkomunikasi, menyampaikan pikiran dan gagasan dalam usaha untuk lebih mematangkan kemampuan berpikir, wawasan dan pengambilan keputusan.

E. Pengurus OSIS

1. Syarat pengurus OSIS

(43)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

1. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Memiliki budi pekerti yang baik dan sopan santun terhadap orang tua, guru dan teman

3. Memiliki bakat sebagai pemimpin

4. Memiliki kemauan, kemampuan dan pengetahuan yang memadai

5. Dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya sehingga pelajarannya tidak terganggu karena menjadi pengurus OSIS

6. Pengurus dicalonkan oleh perwakilan kelas

7. Khusus untuk ketua OSIS SLTA, ditambah persyaratan: a. Mempunyai kemampuan berpikir jernih

b. Memiliki wawasan mengenai kondisi yang sedang dihadapi bangsanya

2. Kewajiban pengurus OSIS

Ada beberapa kewajiban pengurus OSIS (Pedoman Pembinaan Kesiswaan, 1997), yaitu:

1. Menyusun dan melaksanakan program kerja sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

2. Selalu menjunjung tinggi nama baik, kehormatan dan martabat sekolahnya 3. Kepemimpinan pengurus OSIS bersifat kolektif

4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada rapat perwakilan kelas pada akhir jabatannya

(44)

A Tuhan Yang Maha Esa

Daya Kreasi

Seksi Keterampilan dan Kewiraswastaan

(45)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

3. Tugas dan tanggung jawab pengurus OSIS

Struktur organisasi OSIS dalam melaksanakan Anggaran Rumah Tangga dan program kerjanya terlihat pada bagan 2. Ketua umum, wakil ketua I, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris I, wakil sekretaris II, bendahara dan wakil bendahara disebut dengan pengurus harian sedangkan ketua, sekretaris dan anggota masing2 seksi disebut dengan non pengurus harian. Pengurus harian menjalankan kepengurusan dalam OSIS setiap hari sedangkan non pengurus harian hanya dilibatkan dalam beberapa kegiatan yang dilakukan tidak setiap hari.

Ada beberapa tugas dan tanggung jawab pengurus OSIS (Pedoman Pembinaan Kesiswaan, 1997), diantaranya adalah:

a. Ketua

1. Memimpin berorganisasi dengan baik dan bijaksana 2. Mengkoordinasikan semua aparat kepengurusan

3. Menetapkan kebijaksanaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan oleh aparat kepengurusan

4. Memimpin rapat

5. Menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat

6. Setiap saat mengevaluasi kegiatan aparat kepengurusan b. Wakil ketua

1. Bersama-sama ketua menetapkan kebijaksanaan

(46)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

4. Membantu ketua jika berhalangan 5. Bertanggung jawab kepada ketua

6. Wakil ketua I bersama dengan wakil sekretaris I mengkordinasi 4 seksi yaitu: I, II, III, dan IV. Wakil ketua II bersama-sama dengan wakil sekretaris II mengkoordinasi 4 seksi yaitu: V, VI, VII dan VIII.

c. Sekretaris

1. Memberi saran atau masukan kepada ketua dalam mengambil keputusan 2. Mendampingi ketua dalam memimpin setiap rapat

3. Menyiapkan, mendistribusikan dan menyimpan surat serta arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan

4. Menyiapkan laporan, surat, hasil rapat dan evaluasi kegiatan 5. Bersama ketua menandatangani setiap surat

6. Bertanggung jawab atas tertib administrasi

7. Bertindak sebagai notulis dalam rapat atau diserahkan kepada wakil sekretaris d. Wakil sekretaris

1. Aktif membantu pelaksanaan tugas sekretaris 2. Menggantikan sekretaris jika sekretaris berhalangan

3. Masing-masing wakil sekretaris membantu para wakil ketua mengkoordinir seksi I, II, III, IV, dan V, VI, VII, VIII.

e. Bendahara dan wakil bendahara

1. Bertanggung jawab dan mengetahui segala pemasukan dan pengeluaran biaya yang diperlukan

(47)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

pertanggung jawaban

3. Bertanggung jawab atas investasi dan perbendaharaan 4. Menyampaikan keuangan secara berkala

f. Ketua seksi

1. Bertanggunga jawab atas seluruh kegiatan seksi yang menjadi tanggung jawabnya

2. Melaksanakan kegiatan seksi yang telah diprogram 3. Memimpin rapat seksi

4. Menetapkan kebijaksanaan seksi dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat

5. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan seksi kepada ketua melalui coordinator

g. Pokok-pokok kegiatan seksi

1. Seksi ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, antara lain: a. Melaksanakan ibadah sesuai dengan ketentuan masing-masing b. Memperingati hari-hari besar agama

c. Mengadakan lomba yang bersifat keagamaan d. Kegiatan lainnya

2. Seksi kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain:

a. Melaksanakan upacara bendera setiap hari senin pagi dan hari sabtu sore, serta hari-hari besar nasional

b. Melaksanakan bakti social/masyarakat

(48)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

d. Kegiatan lainnya

3. Seksi pendidikan dan pendahuluan bela Negara, antara lain: a. Melaksanakan tata tertib sekolah

b. Melaksanakan baris berbaris

c. Melaksanakan wisata siswa, mendaki gunung, napak tilas d. Kegiatan lainnya

4. Seksi kepribadian dan budi pekerti luhur, antara lain:

a. Melaksanakan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) b. Melaksanakan tata karma siswa

c. Melaksanakan kegiatan amal untuk meringankan penyandang cacat, yatim piatu, orang jompo dan orang yang tertimpa bencana alam

d. Kegiatan lainnya

5. Seksi berorganisasi pendidikan politik dan kepemimpinan, antara lain: a. Memantapkan OSIS dan mengembangkan program OSIS

b. Melaksanakan latihan kepemimpinan

c. Menyelenggarakan forum diskusi dan ilmiah d. Membantu pelaksanaan penataran P4 siswa e. Kegiatan lainnya

6. Seksi keterampilan dan kewiraswastaan, antara lain: a. Meningkatkan usaha koperasi sekolah

b. Melaksanakan Praktek Kerja Nyata

(49)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

7. Seksi kesegaran jasmani dan daya kreasi, antara lain: a. Menyelenggarakan lomba olahraga

b. Menyelenggarakan senam pagi

c. Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkotika

d. Pelestarian lingkungan hidup yang dikreasikan berupa kegiatan:

penghijauan, perbaikan selokan, mandi cuci kakus (MCK) dan sebagainya e. Gerakan kebersihan lingkungan yang dikreasikan berupa kegiatan:

membersihkan coret-coret ditembok /dinding/papan nama jalan/papan reklame/dinding, bis umum, memelihara telepon umum dan sebagainya f. Menciptakan barang-barang yang semula tidak berguna menjadi barang yang berguna dan bernilai

8. Seksi persepsi, apresiasi dan kreasi seni, antara lain: a. Menyelenggarakan berbagai pentas seni

b. Menyelenggarakan lomba lawak, panggung remaja, deklamasi atau baca puisi

c. Menyelenggarakan sanggar berbagai macam seni d. Kegiatan lainnya

F. Anggota OSIS

Menurut Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan (1997) bahwa anggota OSIS adalah:

(50)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

2. Anggota OSIS ini tidak memerlukan kartu anggota

3. Keanggotaan berakhir apabila yang bersangkutan tidak menjadi siswa lagi di sekolah yang bersangkutan atau meninggal dunia

Peneliti menyimpulkan bahwa anggota OSIS adalah setiap remaja yang sedang bersekolah di tingkat sekolah menengah yaitu SMP dan SMA

G. Perbedaan kecerdasan emosional pada remaja pengurus OSIS dengan

remaja anggota OSIS

Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Kelompok remaja pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok informal dan kelompok formal. Kelompok formal mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Kelompok informal sebaliknya yaitu tidak mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan tidak mempunyai tugas dan tanggung jawab yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Misalnya kelompok arisan, geng, kelompok belajar dan teman dekat (Sarwono, 2001).

(51)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

siswa berorganisasi. Remaja yang masih aktif belajar pada sebuah sekolah merupakan anggota OSIS. Anggota OSIS ini tidak memerlukan kartu anggota dan keanggotaan berakhir bila remaja tersebut tidak menjadi siswa lagi di sebuah sekolah. Pengurus OSIS berbeda dengan anggota OSIS. Untuk menjadi pengurus OSIS maka remaja harus memenuhi syarat-syarat yang ditelah ditentukan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab pada setiap jabatan yang dipegang (Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1997).

Kelompok formal biasanya disebut dengan organisasi remaja. Remaja pada umumnya berada pada tingkat sekolah menengah seperti SMP atau SMA. Fenomena yang terjadi sekarang ini adalah bahwa setiap remaja yang berada di sekolah menengah merupakan anggota suatu organisasi yang sah di sekolah. Organisasi tersebut adalah Organisasi siswa intra sekolah, yang disingkat OSIS. OSIS adalah satu-satunya organisasi siswa yang sah di sekolah sebagai wadah siswa berorganisasi. Anggota OSIS adalah semua remaja yang masih aktif belajar pada sebuah sekolah. Anggota OSIS ini tidak memerlukan kartu anggota dan keanggotaan berakhir bila remaja tersebut tidak menjadi siswa lagi di sebuah sekolah. Pengurus OSIS adalah remaja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai pengurus, memiliki struktur dan rincian tugas serta tanggung jawab yang jelas pada setiap jabatan yang dipegang. (Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1997).

(52)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

memiliki aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan dengan adanya berbagai macam rapat seperti: laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya penyelenggaraan acara hari besar keagamaan, hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja anggota OSIS yang kegiatannya pada umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah.

Remaja yang menjadi pengurus OSIS juga berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi teman sebaya. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki kesempatan yang lebih besar memiliki variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang se-daerah ataupun se-Indonesia. Pelatihan kepemimpinan OSIS yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Departemen Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan para pengurus OSIS yang tersebar di seluruh Indonesia untuk berkumpul dan berbagi pengalaman. Pelatihan kepemimpinan OSIS memberikan kesempatan para pengurus OSIS untuk memperbanyak teman dari berbagai daerah. Para pengurus OSIS juga dapat mengetahui keanekaragaman budaya serta etnis yang juga mempengaruhi kultur organisasi sekolah masing-masing (Direktorat Pembinaan SMA, 2007).

(53)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

tersebut memiliki berbagai macam nama seperti di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal dengan nama Forum Komunikasi Pengurus OSIS atau disingkat dengan FKPO. Provinsi Sulawesi Utara memiliki forum yang dikenal dengan nama Forum Komunikasi Antar Pengurus OSIS yang disingkat FKAP. Di Sumatra Utara sendiri forum tersebut dikenal dengan nama Perkumpulan OSIS SMA dan Sederajat atau disingkat dengan POSS. Melalui forum komunikasi pengurus OSIS dapat meningkatkan tali silahturahmi antar pengurus OSIS dan bekerjasama dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti: bakti sosial (Kedaulatan rakyat, 2007).

Remaja anggota OSIS tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS dan ikut dalam forum komunikasi OSIS sehingga pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya terbatas pada sekolah yang sama. Menurut Anas (2004) remaja pengurus OSIS mempunyai kesempatan yang besar daripada remaja anggota OSIS untuk menjalin hubungan dengan orang lain baik yang berasal didalam sekolah seperti: seringnya berhubungan dengan kepala sekolah dan para guru maupun dengan pihak diluar sekolah dalam rangka menyukseskan suatu acara. Anas menambahkan bahwa remaja pengurus OSIS harus memiliki kemampuan intrapersonal dan interpersonal yang baik.

(54)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

OSIS, penyusunan program kerja tahunan OSIS termasuk didalamnya penyelenggaraan acara hari besar keagamaan, hari kemerdekaan, perpisahan, bakti sosial dan buku tahunan. Berbeda dengan remaja anggota OSIS yang kegiatannya pada umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah.

Remaja yang menjadi pengurus OSIS juga berbeda dengan remaja yang menjadi anggota OSIS dalam hal variasi teman sebaya. Remaja pengurus OSIS cenderung memiliki teman sebaya yang lebih bervariasi daripada remaja anggota OSIS. Remaja pengurus OSIS memiliki kesempatan yang lebih besar dalam variasi teman sebaya yang berasal dari sekolah lain yang daerah ataupun se-Indonesia dengan adanya pelatihan kepemimpinan OSIS dan forum komunikasi antar anggota OSIS. Remaja anggota OSIS tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS dan ikut dalam forum komunikasi OSIS sehingga pada umumnya remaja anggota OSIS cenderung memiliki teman yang hanya terbatas pada sekolah yang sama.Variasi aktivitas dan variasi teman sebaya tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang (Hurlock, 1998) sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja pengurus OSIS akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dari remaja anggota OSIS.

H. Hipotesa

(55)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

dengan remaja anggota OSIS, dimana kecerdasan emosional remaja pengurus OSIS lebih tinggi daripada remaja anggota OSIS.

(56)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodelogi penelitian sangat menentukan suatu penelitian, karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian. Pembahasan dalam metodelogi penelitian meliputi: identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subyek penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data (Hadi, 2000).

A. Identifikasi variabel

Ada 2 variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:

Dependent Variable : kecerdasan emosional

Independent Variable : Keanggotaan dalam OSIS, dibedakan menjadi: 1. Pengurus OSIS

2. Anggota OSIS

B. Definisi Operasional Variabel penelitian

Definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kecerdasan emosional

(57)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

mampu mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain sehingga dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

Kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan komponen-komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Bar-On (Goleman, 2000) yang meliputi: (1) Kemampuan intrapersonal; (2) Kemampuan interpersonal; (3) Penyesuaian diri; (4) Penanganan stres; (5) Suasana hati. Total skor yang diperoleh pada skala kecerdasan emosional menggambarkan tingkat kecerdasan emosional remaja.Semakin tinggi nilai total pada skala maka semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja. Sebaliknya, semakin rendah nilai total pada skala maka semakin rendah kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja.

2. Keanggotaan dalam OSIS

(58)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

dihadapi bangsanya. Anggota OSIS adalah setiap remaja yang sedang bersekolah di tingkat SMA

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh individu atau penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama (Hadi, 2000).

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3038 orang dengan karakteristik sebagai berikut:

Adapun Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Remaja tengah yang berusia antara 15-18 tahun

Hal ini diisebabkan oleh karena pada usia tersebut kecerdasan emosi seseorang sudah lebih matang dan kecerdasan emosi paling besar dibentuk pada masa ini.

2. Pengurus OSIS dan anggota OSIS

Ingin dilihat perbedaan kecerdasan emosional antara remaja pengurus OSIS dengan anggota OSIS.

3. Kecamatan Medan Polonia Kota Medan

2. Sampel dan teknik pengambilan sampel

(59)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa SMA yang bersekolah di Kecamatan Medan Polonia. Diketahui jumlah populasi dalam penelitian ini 3038 orang berdasarkan tabel krejcie maka jumlah sampel yang akan digunakan adalah sebanyak 341 orang (Ott, 2003).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportional random sampling. Dalam proportional random sampling besarnya jumlah sampel yang diambil mengikuti proporsi besarnya jumlah anggota dari sub-sub populasi, dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Proporsi jumlah remaja pengurus OSIS dan remaja anggota OSIS adalah 1:30.

D. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk item-item pernyataan (Azwar, 2002).

Azwar (2002) mengemukakan kebaikan-kebaikan skala dan alasan-alasan penggunaannya, yaitu:

1. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan subjek sendiri yang tidak disadari.

(60)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

3. Subyek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari pertanyaan skala.

(61)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 1.

Cetak biru skala kecerdasan emosional

No Komponen Sub Komponen Aitem Jumlah %

(62)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

E. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat Ukur

Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian sosial khususnya Psikologi adalah cara memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi sangat penting, artinya kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila didasarkan pada info yang juga dapat dipercaya (Azwar, 2002). Dengan memperhatikan kondisi ini, tampak bahwa alat pengumpulan data memiliki peranan penting. Baik atau tidaknya suatu alat pengumpulan data dalam mengungkap kondisi yang ingin diukur tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan.

1. Validitas alat ukur

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala pada penelitian ini mampu menghasilkan data akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Validitas alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana aitem dalam skala mencakup keseluruhan isi yang hendak diungkap oleh tes tersebut. Hal ini berarti isi alat ukur tersebut harus komprehensif dan memuat isi yang relevan serta tidak keluar dari batasan alat ukur (Azwar, 1997). Validitas isi memiliki dua tipe, yaitu validitas muka dan validitas logik.

a. Validitas muka

(63)

Ari Sinta : Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS, 2009.

USU Repository © 2009

terpenuhi. Tes yang memiliki validitas muka yang tinggi akan memancing motivasi individu yang dites untuk menghadapi tes tersebut dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya, tes yang tampangnya tidak meyakinkan karena dicetak di kertas murahan, misalnya, tentu tidak akan mendapatkan apresiasi dan respek dari calon responden (Azwar, 2000).

b. Validitas logik

validitas logik disebut juga validitas sampling. Validitas tipe ini menunjuk pada sejauh mana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi aitem yang relevan dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh tes haruslah dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkret. Batas-batas perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikutnya aitem-aitem yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari tes yang bersangkutan (Azwar, 2000).

2. Uji daya beda aitem

Gambar

Cetak biru skala kecerdasan emosionalTabel 1.
Tabel 3 Penyebaraan Subjek Berdasarkan Usia
Tabel 4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
tabel 6. Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem otomasi pendistribusian air secara keseluruhan dapat berkerja sesuai yang diharapkan, dengan proses pengisian air ke tanki maupun ke kedua bak mandi secara otomatis

Namun, pada penelitian ini responden di wilayah non endemis, yang sebagian besar respondennya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Dengan sajian yang unik dan menarik menjadikan WPAP mudah diterima di masyarakat, terbukti dengan berdirinya komunitas WPAP diberbagai kota di Indonesia dengan jumlah

Data Flow Diagram (DFD) juga di kenal sebagai model proses ( process model ) merupakan sebuah teknik analisis yang digunakan untuk menggambarkan aliran input

Merupakan bagian dari hukum privat material yang dalam Bahasa Inggris dinamakan “Private Law”, dalam Bahasa Belanda “Privaat Recht” atau “Burgerlijk Recht” atau

Chapter 3 , Loading Your Data to Redshift , will takes you through the steps of creating tables, and the steps necessary to get data loaded into the database.. Chapter 4 ,

Inisiatif atau rencana LAZISMA Jawa Tengah dalam pengembangan dan penghimpunan dana zakat di luar wilayah Masjid Agung Jawa Tengah (di daerah Semarang) harus segera

A : Tanggung jawab secara khusus tidak ada, putusan hakim adalah social justice, hakim tidak dapat memprediksi apa efek yang timbul kepada masyarakat, misalnya pada kasus