• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Yang Diinteraksikan Dengan Pengendalian Sikap Individu (Locus Of Control) Terhadap Prestasi Kerja Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Yang Diinteraksikan Dengan Pengendalian Sikap Individu (Locus Of Control) Terhadap Prestasi Kerja Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN YANG DIINTERAKSIKAN DENGAN PENGENDALIAN SIKAP INDIVIDU (LOCUS OF

CONTROL) TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PUSAT PENELITIAN

KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

TESIS

Oleh

REFFIANY 067019114/IM

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN YANG DIINTERAKSIKAN DENGAN PENGENDALIAN SIKAP INDIVIDU (LOCUS OF

CONTROL) TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PUSAT PENELITIAN

KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Ekonomi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

REFFIANY 067019114/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN YANG DIINTERAKSIKAN DENGAN PENGENDALIAN SIKAP INDIVIDU (LOCUS OF CONTROL) TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN Mahasiswa : Reffiany

Nomor Pokok : 067019114

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Drs. Syahyunan, M.Si) K e t u a Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Prof. Dr. Hj. Rismayani, MS Anggota :2. Drs. Syahyunan, M.Si

3. Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, M.Si 4. Dr. Elisabet Siahaan, M.Ec

(5)

LEMBARAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

“PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI KERJA DAN GAYA

KEPEMIMPINAN YANG DIINTERAKSIKAN DENGAN PENEGENDALIAN

SIKAP INDIVIDU (LOCUS OF CONTROL) TERHADAP PUSAT PENELITIAN

KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

benar dan jelas.

Medan, 19 Desember 2008 Yang membuat pernyataan

(6)

ABSTRAK

Prestasi kerja merupakan faktor utama yang dituntut setiap perusahaan. Budaya organisasi, motivasi dan gaya kepemimpinan serta adanya locus of control

berperan dalam pencapaian prestasi karyawan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah; 1) sejauhmana budaya organisasi, motivasi kerja dan gaya kepemimpinan terhadap pengendalian sikap individu (locus of control), 2) sejauhmana pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja dan gaya kepemimpinan terhadap prestasi kerja, 3) sejauhmana pengaruh locus of control terhadap prestasi kerja dan 4) sejauhmana pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja dan gaya kepemimpinan serta interaksinya dengan locus of control terhadap prestasi kerja. Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori budaya organisasi, teori motivasi, teori kepemimpinan, teori lokus kontrol, dan teori prestasi kerja.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan survey dengan menggunakan 39 sample dari 65 populasi. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian adalah ekplanatori. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode regresi linier sederhana dan berganda pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05).

Hasil penelitian yang diperoleh; 1) secara serempak dan parsial, budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian sikap individu (locus of control) dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.078; 2) secara serempak, budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.429, sedangkan secara parsial, motivasi kerja merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja; 3) secara serempak dan parsial, locus of control tidak mempunyai pengaruh secara nyata terhadap prestasi kerja dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.017; 4) secara serempak, budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan dan yang diinteraksikan locus of control) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.557, sedangkan secara parsial locus of control merupakan variabel yang dominan berpengaruh pada prestasi kerja.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya organisasi , motivasi kerja dan gaya kepemimpinan yang tidak diinteraksikan maupun yang dinteraksikan dengan variabel pemoderasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja. Dengan mengabaikan variabel moderasi, maka motivasi kerja merupakan variabel yang dominan yang mempengaruhi prestasi kerja sedangkan dengan menggunakan variabel moderasi, maka sikap pengendalian individu (locus of control) merupakan variabel yang dominan mempengaruhi prestasi kerja pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

(7)

ABSTRACT

Performances is the main factor which is persecuted by company. Organization culture, motivation, and leadership with locus of control contribute in achieving the performances. The cases of this research are 1) how cultural organization, motivation and management style influenced locus of control; 2) how cultural organization, motivation and management style influenced performance; 3) how locus of control influenced performance and 4) how cultural organization, motivation and management style and their interactions with locus of control influenced performance. The research took place in Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

Theories used in this research are cultural organization, motivation, leadership, locus of control and performance.

This research is descriptive quantitative and explanatory with survey approach. The analyze method used simple and multiple regressions with significant level of 95% ( = 0, 05) towards 39 samples of 65 population.

The results are 1) cultural organization, motivation and management style has no significant influence to locus of control simultaneously and partially. The coefficient of determination (R2) is 0.078; 2) simultaneously shows that cultural organization, motivation and management style has significant influence to performance with significant level 0.000 and partially shows that motivation is dominant variable influenced the performance. The coefficient determination (R2) is 0.429; 3) simultaneously and partially shows that locus of control has no significant influence to performance. The coefficient determination (R2) is 0.017 and 4) simultaneously shows that the interaction of locus of control as a moderating variable on relationship of cultural organization, motivation and management style has significant influence to performance with significant level 0.000 The coefficient determination (R2) is 0.557.

Conclusion of this research are cultural organization, motivation and management style by their interactions with locus of control or none are significantly influenced to performance of Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. By using the moderating variable then locus of control is dominant variable influenced performance while without involving moderating variable then motivation is dominant variable influenced performance of Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa dan Pengasih yang telah mencurahkan kasih dan anugrahNya kepada

penulis selama masa proses menuntut ilmu dan menyelesaikan tugas akhir penulisan

tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti tentang prestasi kerja

dengan judul “Pengaruh Budaya Orgaanisasi, Motivasi Kerja dan Gaya

Kepemimpinan Yang Diinteraksikan Dengan Pengendalian Sikap Individu (Locus of

Control) Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan”.

Selama menyelesaikan tesis ini maupun selama mengikuti proses perkuliahan,

penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada:

1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K)., selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Rismayani, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Manajemen dan juga selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

(9)

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu

Manajemen dan juga selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

memberikan pengarahan daan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, M.Si, Ibu Dr. Elisabet Siahaan, M.Ec dan

Bapak Drs. H. B. Tarmizi, SU, selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah

banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh Staf Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak membantu selama masa perkuliahan.

8. Bapak Dr. Witjaksana Darmosarkoro, selaku Direktur, Bapak Dr. Angga

Jatmika, selaku Kepala Kelompok Penelitian Sosial Teknologi dan Ekonomi,

Bapak Dr. Ir. Edy Sigit Sutarta, selaku Kepala Kelompok Penelitian Ilmu Tanah

dan Agronomi, Bapak Dr. Ir. Donald Siahaan, selaku Kepala Kelompok

Penelitian Pengolahan Hasil dan Mutu, Bapak Dr. Ir. Erwinsyah, MSc., selaku

Kepala Kelompok Penelitian Enjinering dan Lingkungan, dan seluruh pihak

Manajemen Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah memberi

izin dan membantu penulis untuk melakukan penelitian di PPKS, serta para

peneliti dan teknisi yang telah menjadi responden penelitian.

9. Seluruh sahabat Angkatan XI Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

(10)

penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu, memotivasi dan memberi

semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Khususnya dan teristimewa kepada kedua orang tua saya tercinta, ayahanda

Reban Effendy dan ibunda Mahdiar dan saudara/i saya tercinta, terima kasih

atas kasih sayangnya, doa, motivasi, dan dukungan baik secara moril maupun

materil sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan jenjang

pendidikan Strata dua.

11. Khususnya kepada Mr. Godert William Sobels selaku Presiden Direktur PT.

Montys Indonesia, yang telah banyak memberi dukungan baik secara moril

maupun materil sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan jenjang

pendidikan Strata dua.

12. Khususnya kepada Jimmy Johansyah dan para sahabat dan teman – teman

lainnya di dalam maupun diluar lingkungan universitas, pekerjaan dan lainnya

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala doa dan

dukungannya.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa selalu memberikan

rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

perhatian kepada penulis baik ketika dalam perkuliahan maupun penulisan tesis.

Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, namun demikian diharapkan nantinya

dapat berguna bagi banyak pihak, khususnya bagi penelitian di bidang Manajemen

Sumber Daya Manusia.

Medan, 19 Desember 2008

Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Reffiany Mahyar Diana, lahir pada tanggal 07 Sepetember 1977 di Pematang

Siantar, anak ke dua dari tujuh bersaudara dari Bapak Reban Effendy dan Ibu

Mahdiar. Belum menikah, dan saat ini masih berdomisili di kota Medan - Delitua.

Pendidikan dimulai pada tahun 1980 di Taman Kanak-Kanak (TK) Putra Yani

Panti Pematang Siantar sampai dengan tahun 1983. Pada tahun 1983 di Sekolah

Dasar (SD) Taman Siswa Pematang Siantar, lulus dan tamat tahun 1989. Kemudian

melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Pematang Siantar, lulus

dan tamat tahun 1992. Selanjutnya pada tahun 1992 meneruskan pendidikan ke

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Pematang Siantar, lulus dan tamat tahun

1995. Pada tahun 1996 melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas

Simalungun (USI) Pematang Siantar sampai pada tahun 1998. Kemudian pada tahun

2000 melanjutkan dan menyelesaikan studi Strata 1 di Fakultas Ekonomi Universitas

Darma Agung (UDA) Medan, lulus dan tamat tahun 2002. Pada tahun 2006

melanjutkan studi ke Sekolah Pascasarjana Strata 2 Program Studi Ilmu Manajeman

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, lulus dan tamat tahun

2008. Saat ini bekerja di hotel JW Marriott Medan.

(12)

D AFTAR IS I

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I.

PENDAHULUAN

1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 7

I.3. Tujuan Penelitian ... 7

I.4. Manfaat Penelitian ... 8

I.5. Kerangka Berpikir ... 9

1.6. Hipotesis ………... 12

BAB

 

II.

 

TINJAUAN

 

PUSTAKA

  

 

13

 

II.1. Penelitian Terdahulu ... 13

II.2. Teori Tentang Budaya Organsiasi ... 17

(13)

II.2.2. Fungsi Budaya Organisasi ... 18

II.2.3. Karakteristik Budaya Organisasi ... 19

II.3. Teori Tentang Motivasi ... 21

II.3.1. Pengertian dan Konsep Dasar Motivasi ... 22

II.3.2. Manfaat Motivasi Kerja ... 25

II.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja . 26 II.4. Teori Tentang Gaya Kepemimpinan ... 26

II.4.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan ... 27

II.4.2. Tipe dan Jenis Gaya Kepemimpinan ... 29

II.5. Teori Tentang Pengendalian Sikap Individu (Locus of Control) ... 30

II.5.1. Sejarah Locus Of Control ... 31

II.5.2. Konsep Dasar Pengendalian Sikap Individu (Locus of Control) ... 33

II.6. Pengertian dan Teori Tentang Prestasi Kerja ... 35

II.6.1. Penilaian Prestasi Kerja ... 38

II.6.2.Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Karyawan 38 II.6.3. Teknik Penilaian Prestasi Kerja ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ... 41

III.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

III.2. Metode Penelitian ... 41

(14)

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 44

III.5. Jenis dan Sumber Data ... 44

III.6. Pengujian Validitas dan Realibilitas ... 45

III.6.1. Uji Validitas ... 45

III.6.2. Uji Reliabilitas ... 48

III.7. Model Analisis Data ... 49

III.7.1. Hipotesis Pertama ... 49

III.7.1.1. Identifikasi Variabel Penelitian Hipotesis Pertama 50 III.7.1.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Hipotesis Pertama ... 51

III.7.2. Hipotesis Kedua ... 51

III.7.2.1. Identifikasi Variabel Penelitian Hipotesis Kedua 52

III.7.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Hipotesis Kedua ... 52

III.7.3. Hipotesis Ketiga ... 53

III.7.3.1. Identifikasi Variabel Penelitian Hipotesis Ketiga 54

III.7.3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Hipotesis Ketiga ... 54

III.7.4. Hipotesis Keempat ... 54

III.7.4.1.Identifikasi Variabel Penelitian Hipotesis Keempat 55 III.7.4.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Hipotesis Keempat ... 56

(15)

III.9. Uji Asumsi Klasik ... 61

III.9.1. Uji Normalitas ... 61

III.9.2. Uji Multikolinieritas ... 62

III.9.3. Uji Heteroskedastisitas... 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

IV.1. Hasil Penelitian ... 63

IV.1.1.Gambaran Umum Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan ... 63

IV.1.2.Struktur Organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) ... 64

IV.1.3.Karakteristik Responden... 67

IV.1.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

IV.1.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 68 IV.1.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status 68 IV.1.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan ... 69

IV.1.3.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 69

IV.1.3.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 70

IV.1.3.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 71

(16)

IV.1.4. Penjelasan Responden ... 72

IV.1.4.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Budaya Organisasi ... 72

IV.1.4.2. Penjelasan Responden Atas Variabel Motivasi Kerja ... 77

IV.1.4.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Gaya Kepemimpinan ... 82

IV.1.4.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Pengendalian Sikap Individu (Locus of Control) ... 85

IV.1.4.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Prestasi Kerja ... 91

IV.2. Pembahasan ... 98

IV.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 98

IV.2.1.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 98

IV.2.1.2. Persamaan Regresi Linier Berganda 3 Variabel ... 101

IV.2.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 106

IV.2.2.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 106

IV.2.2.2. Persamaan Regresi Linier Berganda 3 Variabel... 109

IV.2.3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 115

IV.2.3.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 115

IV.2.3.2. Persamaan Regresi Linier Sederhana ... 117

IV.2.4. Pengujian Hipotesis Keempat ... 121

(17)

IV.2.4.2. Persamaan Regresi Linier Berganda 7

Variabel... 123

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 132

V.1. Kesimpulan ... 132

V.2. Saran ... 134

(18)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

III.1. Distribusi Populasi ... 42

III.2. Distribusi Sampel ... 44

III.3. Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi ... 46

III.4. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja ... 46

III.5. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan ... 47

III.6. Hasil Uji Validitas Variabel Locus of Control ... 47

III.7. Hasil Uji Validitas Prestasi Kerja ... 48

III.8. Hasil Uji Reliabilitas ... 49

III.9. Operasionalisasi Variabel Budaya Organisasi ... 59

III.10. Operasionalisasi Variabel Motivasi Kerja ... 59

III.11. Operasionalisasi Variabel Gaya Kepemimpinan ... 60

III.12. Operasionalisasi Variabel Locus of Control ... 60

III.13. Operasionalisasi Variabel Prestasi Kerja ... 61

IV.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

IV.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 68

IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status ... 68

(19)

IV.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 70

IV.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 70

IV.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 71

IV.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan ... 71

IV.9. Uji Multikolonieritas ... 99

IV.10. Hasil Regresi Linier Berganda ... 101

IV.11. Hasil Uji Determinasi ... 102

IV.12. Hasil Uji F (Serempak) ... 104

IV.13. Hasil Uji T ... 105

IV.14. Hasil Uji Multikolonieritas ... 108

IV.15. Hasil Regresi Linier Berganda ... 109

IV.16. Hasil Uji Determinasi ... 110

IV.17. Hasil Uji F (Serempak) ... 112

IV.18. Hasil Uji t ... 113

IV.19. Uji Multikolonieritas ... 116

IV.20. Hasil Regresi Linier Sederhana ... 118

IV.21. Hasil Uji Determinasi ... 119

IV.22. Hasil Uji F (Serempak) ... 120

IV.23. Uji Multikolonieritas ... 122

IV.24. Hasil Regresi Linier Berganda ... 124

(20)

IV.26. Hasil Uji F (Serempak) ... 127

IV.27. Hasil Uji Parsial ... 128

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman I.1. Kerangka Berpikir Pertama ... 11

I.2. Kerangka Berpikir Kedua ... 12

I.3. Kerangka Berpikir Ketiga ... 12

I.4. Kerangka Berpikir Keempat ... 12

II.1. Ciri Orang yang Termotivasi ... 25

IV.1. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit ... 67

IV.2. Grafik Normal Plot ... 99

IV.3. Uji Heteroskedastisitas ... 100

IV.4. Hasil Uji Normalitas ... 107

IV.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 109

IV.6. Hasil Uji Normalitas ... 115

IV.7. Uji Heteroskedastisitas ... 117

IV.8. Hasil Uji Normalitas ... 121

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Uji Validitas ... 142

2. Uji Realibilitas... 147

3. Output Regresi... 148

(22)

Reffiany : Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Yang Diinteraksikan Dengan BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perkembangan industri kelapa sawit yang cukup pesat, telah menjadikan

industri kelapa sawit Indonesia sebagai salah satu agribisnis unggulan. Luasnya areal

kelapa sawit juga mengalami perkembangan yang pesat, sehingga sebagai sistem

agribisnis, perkembangan industri pendukung, baik sektor hulu maupun hilir.

Beberapa industri pendukung di sektor hulu, seperti industri benih, industri pupuk

dan industri pestisida turut merasakan pengaruh perkembangan perkebunan kelapa

sawit, sementara beberapa industri di sektor hilir seperti industri pangan, oleokimia

dan mesin pertanian juga menunjukkan kemajuan yang pesat.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) adalah lembaga penelitian kelapa sawit

yang berdiri sejak tahun 1916 dan merupakan satu – satunya lembaga milik

pemerintah yang bergerak dalam penelitian dan pengembangan komoditas kelapa

sawit di semua aspek. Sebagai lembaga yang menawarkan jasa penelitian untuk

indusrti perkelapasawitan, tentunya sumberdaya manusia yang ada, terutama tenaga

peneliti dan teknis diharapkan memiliki prestasi kerja yang unggul agar lembaga

tersebut dapat bersaing dengan lembaga-lembaga sejenis dalam menyediakan

pelayanan jasa penelitian.

Banyaknya permintaan terhadap jasa penelitian baik yang datang dari

(23)

terlayani oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dikarenakan kurangnya tenaga

peneliti dan kurangnya pengetahuan. Adanya kesalahan dalam hasil penelitian juga

terkadang bisa muncul dan hal ini dapat menimbulkan rasa tidak puas bahkan

kekecewaan terhadap hasil kerja jasa pelayanan oleh Pusat penelitian Kelapa Sawit

(PPKS). Adanya keterlambatan dalam pelaporan hasil penelitian kepada atasan akan

berdampak kepada keterlambatan hasil laporan penelitian kepada pihak klien. Hal ini

disinyalir diakibatkan oleh kurangnya kordinasi dan komunikasi antar departemen

maupun tenaga peneliti dan tenaga teknis serta departemen yang terkait dalam hasil

penelitian.

Perkembangan manajemen perusahaan dewasa ini khususnya dalam

manajemen sumber daya manusia dipacu dengan adanya tuntutan untuk lebih

memperhatikan kebijaksaan yang diterapkan perusahaan terhadap pekerjanya.

Sumber daya manusia terutama tenaga peneliti dan teknis bagi organisasi seperti

Pusat penelitian Kelapa sawit (PPKS) dipandang sebagai asset perusahaan yang

penting, karena mereka merupakan sumber daya yang dinamis yang dibutuhkan

dalam setiap proses produksi barang maupun jasa (out put) dari lembaga itu sendiri.

Perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi yang sangat pesat

juga membawa perubahan dalam proses penelitian dan perubahan-perubahan ini

secara sadar maupun tidak sadar akan menuntut setiap tenaga peneliti dan teknis

untuk meningkatkan nilai diri dalam wujud prestasi kerja pribadi maupun organisasi.

(24)

mendukung proses dan hasil penelitian menyebabkan hasil yang kurang akurat dan

tidak mampu memenuhi kebutuhan atas jenis permintaan dalam peneltian dalam

industri perkelapasawitan.

Banyak perubahan atau serangkaian perubahan cepat serta kurangnya

tindakan perusahaan dalam menyikapi perubahan-perubahan tersebut dapat

menggoyahkan keseimbangan tim penelitian dan organisasi, yang secara serius jika

tidak diatasi secara tepat oleh manajemen menengah maupun puncak akan

mengurangi kekuatannya dan keberadaannya sebagai suatu lembaga penelitian.

Perilaku – perilaku anggota tim dan organisasi baik pimpinan dan yang

dipimpin akan mempengaruhi tindakan-tindakan dalam tim dan organisasi yang dapat

menjadi dan membentuk budaya dalam suatu tim dan organisasi. Tindakan–tindakan

atau budaya tersebut jika tidak sesuai ataupun bertentangan dengan harapan dan

kebutuhan anggota tim penelitian dan teknis maupun organisasi secara keseluruhan

akan membawa dampak buruk terhadap sikap bekerja dalam tim maupun organisasi

tersebut, sehingga dapat menghambat jalannya proses produksi organisasi dan

pencapaian tujuan penelitian dan perusahaan.

Banyak ditemui di dalam tim penelitian, mereka tidak mengenali

kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing anggota

tim. Sedikit dari anggota tim menilai diri terlalu tinggi, yang terkadang menimbulkan

sikap arogansi terhadap masing-masing dan diantara anggota tim itu sendiri dan

(25)

jarak diantara manajemen yang akan mengganggu jalannya proses dan kinerja

organisasi.

Sebaliknya, banyak juga yang menilai diri terlalu rendah, padahal mereka

sangat potensial. Mereka rendah diri, tidak percaya diri dan tidak memiliki

keberanian untuk memunculkan ide-idenya maupun menyelesaikan tugas dan

tanggung jawabnya. Perasaan takut ditertawakan, takut salah, takut dipecat, takut

gagal, kurang punya nyali, kurang dihargai dan lain-lain yang sifatnya negatif

ditambah kurangnya motivasi maupun gaya kepemimpinan yang tidak effektif dapat

menghambat dan bahkan menurunkan potensi dan kinerja.

Beratnya medan penelitian yang harus dihadapi oleh tim peneliti di lapangan

juga merupakan salah satu beban fisik dan mental bagi tim penelitian dalam

menerima tanggung jawab tugas penelitian. Kurangnya sarana dan prasarana dalam

tim juga mempengaruhi sikap kerja dan hasil kerja anggota tim tersebut. Dalam

kondisi ini, sikap pimpinan tim dalam memotivasi dan membuat kebijakan akan

berperan atas keberhasilan tim tersebut dalam melakukan penelitian.

Gaya kepimpinan yang dimiliki oleh seorang pimpinan dalam suatu tim

penelitian untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan

berkomunikasi atau berdialog dengan para bawahannya akan menentukan efektivitas

pimpinan tersebut dalam mengkoordinir operasi penelitian agar dapat bersaing dan

bertahan hidup dalam menghadapai perubahan-perubahan maupun tantangan dan

(26)

Apabila prestasi kerja yang dicapai oleh anggota tim tidak cukup mendapat

perhatian maupun penghargaan akan berakibat kepada kinerja dari tim ataupun

lembaga tersebut secara keseluruhan, seperti hasil kerja yang kurang optimal.

Penilaian terhadap suatu penelitian merupakan suatu tahap evaluasi kerja yang

dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan bagi kelangsungan aktivitas

perusahaan di dalamnya. Pekerjaan yang diinginkan oleh organisasi terhadap para

peneliti dan teknis memiliki standar mutu (quality) untuk mengukur keberhasilan

kerja. Namun kualitas dan kuantitas kerja dari beberapa peneliti dan teknis terkadang

tidak sesuai dengan standar mutu yang diberlakukan. Suatu saat situasi dan kondisi

tidak memungkinkan untuk mencapai tujuan dan harapan penelitian tersebut,

sehingga menyebabkan penilaian terhadap prestasi kerja yang dihasilkan

(performance) menjadi menurun.

Dalam konsekuensi dari prestasi kerja maka hal utama yang dituntut oleh

penelitian adalah prestasi kerja para peneliti dan teknis yang sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Prestasi kerja mereka akan membawa dampak

bagi departemen yang bersangkutan maupun perusahaan. Rendahnya prestasi kerja,

kurangnnya rasa aman anggota penelitian dalam bekerja dapat menurunkan tingkat

kualitas, kuantitas dan produktivitas kerja, meningkatkan tingkat keluar masuk

anggota, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan pendapatan

(27)

Bagi seorang peneliti maupun teknis, tingkat prestasi kerja yang tinggi dapat

memberikan keuntungan tersendiri, seperti meningkatkan gaji, memperluas

kesempatan untuk dipromosikan, menurunnya kemungkinan untuk didemosikan,

serta membuat ia semakin ahli dan berpengalaman dalam bidang pekerjaannya.

Adanya pengabaian tingkat prestasi kerja para peneliti dan teknis maupun

karyawan lainnya oleh perusahaan menunjukkan adanya catatan maupun kesan buruk

atas peneliti tersebut yang dianggap tidak kompeten dalam pekerjaannya, akibatnya

sukar untuk dipromosikan ke jenjang pekerjaan yang tingkatannya lebih tinggi,

memperbesar kemungkinan untuk didemosikan, dan pada akhirnya dapat juga

menyebabkan peneliti tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja. Jika hal-hal ini

dibiarkan oleh perusahaan maka perusahaan akan kehilangan orang-orang terbaiknya.

Suatu lembaga penelitian juga dituntut untuk meningkatkan efektifitas sistem

pengendalian manajemen dalam melakukan pekerjaan, misalnya ketelitian dalam

pencatatan dan pelaporan penelitian. Adanya ketidaktelitian dalam pencatatan dan

pelaporan akan berdampak pada ketidakakuratan hasil penelitian. Dimasa mendatang,

hal ini dikhawatirkan akan berdampak kepada kredibilitas perusahaan tersebut

sebagai suatu lembaga penelitian kelapa sawit.

Sistem pengendalian manajemen yang efektif memastikan tingkat keselarasan

tujuan yang tinggi antara individu dan organisasi melalui timbulnya pengendalian

sikap individu (locus of control) dari anggota tim penelitian maupun perusahaan.

(28)

variabel pemoderasi diharapkan dapat menunjukkan dan memberikan kontribusi yang

lebih kuat terhadap hubungan-hubungan antara variabel-variabel penelitian.

Penelitian ini berusaha membuktikan pengaruh faktor organisasi yang difokuskan

pada budaya organisasi, motivasi kerja dan gaya kepemimpinan dengan

mempertimbangkan munculnya perilaku individu yaitu locus of control terhadap

pertasi kerja pada Pusat penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Sejauhmana pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan

terhadap pengendalian sikap individu (locus of control) pada Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS) Medan?

2. Sejauhmana pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan

terhadap prestasi kerjapada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan?

3. Sejauhmana pengaruh pengendalian sikap individu (locus of control) terhadap

prestasi kerja pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan?

4. Sejauhmana pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan

serta interaksinya dengan pengendalian sikap individu (locus of control) terhadap

prestasi kerja pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan?

(29)

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja

dan gaya kepemimpinan terhadap pengendalian sikap individu (locus of control)

pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja

dan gaya kepemimpinan terhadap prestasi kerja pada Pusat Penelitian Kelapa

Sawit (PPKS) Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengendalian sikap individu (locus

of control) terhadap prestasi kerja pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

Medan.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja

dan gaya kepemimpinan serta interaksinya dengan pengendalian sikap individu

(locus of control) terhadap prestasi kerja pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit

(PPKS) Medan.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan masukan bagi aparatur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

Medan didalam menyikapi fenomena yang terjadi terkait dengan pengaruh

budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan dengan

(30)

b. Sebagai penambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan

bagi penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia khususnya tentang

pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan dengan

mempertimbangkan munculnya perilaku individu (locus of control).

c. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan

penelitian selanjutnya.

I.5. Kerangka Berpikir

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan dalam mendukung kegiatannya

melakukan berbagai bidang usaha seperti pengadaan dan penyaluran bahan tanaman

kelapa sawit unggul, jasa penelitian dan penyampaian hasil penelitian, serta analisis

dan sarana produksi. Pelayanan di bidang sarana produksi dan jasa analisis mencakup

penjualan beberapa produk PPKS dan analisis laboratorium. Selain sebagai sumber

dana, kegiatan-kegiatan tersebut sekaligus sebagai bentuk keikutsertaan PPKS dalam

mengembangkan industri kelapa sawit di Indonesia.

Perkembangan industri kelapa sawit yang cukup pesat ini, juga diikuti oleh

berkembanganya luas areal kelapa sawit dan telah menjadikan industri kelapa sawit

Indonesia sebagai salah satu agribisnis unggulan. PPKS didirikan berdasarkan surat

keputusan Ketua DPH-AP31 No.084/Kpts/DPH/XII/1993 pada tanggal 24 Desember

1992, sebagai gabungan dari 3 (tiga) lembaga penelitian yaitu Pusat Penelitian

Perkebunan (Puslitbun) Medan, Pusat Penelitian Perkebunan Marihat dan Pusat

(31)

Dalam hal ini, penggabungan ketiga lembaga penelitian ini akan

menimbulkan perubahan budaya yang dianaut. Penggabungan atau perpindahan dari

satu tempat ketempat lain dengan budaya yang lain pula dengan perubahan perlahan

yang terjadi dalam lingkungan mereka sekarang. Para anggota organisasi perlu

belajar menyesuaikan diri dengan situasi tersebut untuk menghindari kemungkinan

timbulnya konsekuensi negatif dalam prestasi kerja mereka.

Rivai (2004) menyatakan bahwa : budaya organisasi merupakan kerangka kerja

yang menjadi pedoman perilaku sehari-hari, bagaimana harus bekerja dalam suatu

lingkungan organisasi dan mengarahkan tindakan mereka untuk mencapai tujuan

organisasi.

Siagian (2003) menyatakan bahwa: motivasi merupakan keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, menggerakkan usaha dan menyalurkan perilaku sikap dan tindak tanduk dengan kemauan keras bagi seseorang untuk berbuat sesuatu yang selalu terkait dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi, maupun tujuan pribadi dari masing-masing anggota.

Handoko (2003) menyatakan bahwa: motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi manajer, karena menurut defenisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi. Motivasi adalah juga subjek membingungkan, karena motif tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang banyak

Gibson (1997) menyatakan bahwa: kepemimpinan adalah suatu upaya

penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan (concoersive) untuk memotivasi

orang-orang mencapai tujuan tertentu. Para pemimpin memainkan peranan yang penting

(32)

mereka. Para pemimpin juga dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja,

keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.

Banyak perusahaan yang tampaknya akan bangkrut seakan mendapat energi

baru ketika direktur utamanya diganti. Pemimpin yang efektif mempunyai sifat-sifat

atau kualitas tertentu yang diinginkan, misalnya, karisma, berpandangan ke depan

dalam visi dan misi, intensitas, integritas, kapabilitas, kepercayaan diri dan

lain-lainnya, bahkan terkadang dituntut untuk mendekati kesempurnaan dalam fisik dan

non fisiknya. Sifat-sifat ini yang akan membentuk gaya kepemimpinan yang dianut

oleh pimpinan suatu organisasi.

Rotter menyatakan bahwa: formulasi lokus kontrol diklasifikasikan secara umum adalah kepercayaan tentang apa yang mempengaruhi hal-hal bersama yang berkutub pada dua dimensi yaitu dari internal ke eksternal kontrol dimana kontrol internal adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan bahwa kontrol dari hasil masa depan terutama berada dalam diri, sedangkan kontrol eksternal merujuk kepada harapan yang di luar dari kontrol diri, seperti di tangan orang lain atau karena nasib dan kesempatan.

Hasibuan ( 2003): prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang

dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Ukuran terakhir keberhasilan

manajemen sumberdaya manusia adalah prestasi atau pelaksanaan kerja (perfomance)

karyawan maupun organisasi. Baik manajemen maupun para karyawan memerlukan

umpan balik atas upaya-upaya mereka sebagai suatu pencapaian prestasi kerja yang

(33)

Dari kerangka berpikir di atas, maka diperoleh empat kerangka berpikir

berdasarkan perumusuan masalah yang ada dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Budaya Organisasi

Motivasi

Pengendalian sikap individu (Locus of

Control)

Gaya Kepemimpinan

Gambar I.1. Kerangka Berpikir Pertama

Budaya Organisasi

Motivasi Prestasi Kerja

Gaya Kepemimpinan

Gambar I.2. Kerangka Berpikir Kedua

Prestasi Kerja Pengendalian Sikap Individu (Locus of

Control)

Gambar I.3. Kerangka Berpikir Ketiga

Budaya Organisasi

Gambar I.4. Kerangka Berpikir Keempat

1.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dihipotesiskan sebagai berikut:

1. Budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan berpengaruh

terhadap pengendalian sikap individu (locus of control) pada Pusat Penelitian

(34)

2. Budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan berpengaruh dan

terhadap prestasi kerja pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

3. Pengendalian sikap individu (locus of control) berpengaruh terhadap prestasi

kerja pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

4. Budaya organisasi, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan serta interaksinya

dengan pengendalian sikap individu (locus of control) berpengaruh terhadap

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Ma’rifah (2005) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Motivasi

Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pekerja Sosial Di Unit Pelaksana

Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur ” dengan mengambil sampel 30 responden.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama antara motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pekerja sosial.

Sementara itu, secara parsial budaya organisasi memiliki pengaruh yang lebih kuat

untuk menentukan kinerja pekerja sosial daripada motivasi kerja.

Sari (2006) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Kapasitas Individu

Yang diinteraksikan Dengan Locus of Control Terhadap Budgetary Slack”. Penelitian

ini menyimpulkan kapasitas individu berpengaruh positif terhadap budgetary slack

dengan locus of control sebagai variabel pemoderasinya

.Ariadi, D (2006) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Anggaran

Partisipatif Melalui Budaya Organisasi, Gaya Manajemen, dan Motivasi Kerja

Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Manajerial Dan Kepuasan Kerja di

PT. Socfindo Indonesia”. Penelitian ini menemukan, secara langsung anggaran

partisipatif memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja manajerial dan terhadap

(36)

parsial anggaran partisipatif memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial dan

kepuasan kerja melalui budaya organisasi, gaya manajemen, dan motivasi kerja.

Hamid (2002) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Budaya

Organsisasi Baru Terhadap Motivasi Kerja dan Prestasi Kerja di PTP Nusantara IV

(Persero) Sumatera Utara”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (a) budaya

organisasi baru berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja, (b)

motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja, (c) budaya

organisasi baru berpengaruh negatif dan signifikan terhadap prestasi kerja, dan (d)

budaya organisasi baru berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja

secara tidak langsung melalui pemberian motivasi kerja secara intensif sebagai

variabel antara ”.

Beberapa faktor motivasi yang berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja

karyawan secara tidak langsung antara lain pemberian insentif, menumbuhkan

penghargaan terhadap lingkungan kerja (social attribution), dan pendekatan fisiologis

yang dapat memenuhi kebutuhan materi dan mental mereka. Motivasi melalui

pendekatan penghargaan lingkungan kerja dapat memperkecil stress di tempat kerja

sebagai akibat merger. Sedangkan pendekatan fisiologis dapat memenuhi kebutuhan

staf yang lebih tinggi. Lebih jauh lagi motivasi insentif dapat mengarahkan perilaku

mereka meningkatkan komitmen kerja, inisiatif kerjasama, kontrol sosial, dan prestasi

(37)

Di pihak lain, kontrol ketat di dalam perusahaan terutama untuk menghadapi

perilaku staf yang tidak efisien dan sekaligus koreksi terhadap sistem, prosedur dan

kebijakan perusahaan sangat diperlukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya

pelanggaran nilai-nilai moral (moral hazard).

Norman (2007) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Kemampuan

dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Dinas Pekerja Umum

Kabupaten Lampung Selatan”. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat

hubungan secara Mier antara kemampuan dan motivasi kerja terhadap prestasi kerja.

Sementara pengujian keberartian koefisien regresi berdasarkan nilai probabilitas,

kedua variabel mempengaruhi variabel prestasi kerja. Berdasarkan hasil olah data,

kemampuan dan motivasi kerja terhadap prestasi kerja mempunyai hubungan berupa

garis linier.

Novitasari (2005) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Stess Kerja

dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. HM. Sampoerna”. Hasil

penelitian menunjukkan stress kerja yang terdiri dari konflik kerja, beban kerja,

waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan kelompok dan pengaruh kepemimpinan

secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, dan

sebaliknya variabel-variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap motivasi. Sementara itu, motivasi memiliki pengaruh yang signifikan

(38)

Darmawanti (2005) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh

Pelimpahan Wewenang Dan Locus of Control Sebagai Variabel Moderating

Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Kinerja Manajerial Dan

Kepuasan Kerja:”. Hasil penelitian menunjukkan partsipasi anggaran berpengaruh

terhadap kinerja, pelimpahan wewenang berpengaruh terhadap hubungan antara

partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial, tetapi pelimpahan wewenang tidak

berpengaruh terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kepuasan kerja, locus of

control tidak berpengaruh terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja

managerial, namun locus of control berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi

anggaran dan kepuasan kerja.

Hidayat (2003) melakukan penelitian dengan judul: ”Hubungan Motivasi

Pegawai dan Efektivitas Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai di Kantor Sekretariat

Daerah Propinsi Kalimantan Timur”. Dari hasil penelitian terhadap 63 orang pegawai

ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara motivasi pegawai dengan

prestasi kerja. Perolehan koefisien korelasi (r) sebesar 0,84 menunjukkan hubungan

positif yang sangat kuat. Ini berarti bahwa dalam rangka untuk meningkatkan prestasi

kerja pegawai perlu adanya motivasi yang diperoleh dari motivasi materil dan

motivasi immateril.

Dari penelitian ini bahwa tidak selamanya motivasi kerja pegawai didorong

oleh kebutuhan bersifat mendasar (fisiologis), ternyata ada sebagian pegawai tingkat

(39)

kesempatan promosi jabatan, penghargaan dan suasana tempat kerja yang

menyenangkan.

Menurut E. Mulyana (2000), bahwa ada beberapa faktor determinan terhadap

produktivitas kerja antara lain: iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe

kepemimpinan (type of leadership), dan pemimpin (leader), dari 33 faktor lain yang

berpengaruh. Lebih lanjut dikemukakan enam faktor yang turut menentukan tingkat

produktifitas, yaitu: pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat kesehatan,

dan tingkat upah minimal. Keenam faktor tersebut mengandung produktivitas tenaga

kerja. Kesimpulannya adalah bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap

kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja dalam mencapai tujuan.

II.2. Teori Tentang Budaya Organisasi

Deal dan Kennedy (1982) dalam Setyorini (2004) menyatakan bahwa: budaya pada hakekatnya merupakan pola yang terintegrasi dari perilaku manusia yang mencakup pikiran, ucapan, tindakan, artifak-artifak dan bergantung pada kapasitas manusia untuk belajar dan mentransmisikannya bagi keberhasilan generasi yang ada.

Dari pengertian ini dapat ditangkap bahwa budaya organisasi tidak bisa begitu

saja ditangkap dan dilihat oleh orang luar, namun dapat dipahami dan dirasakan

melalui perilaku-perilaku anggotanya serta nilai-nilai yang mereka anut. Budaya

mempengaruhi cara manusia bertindak dalam organisasi termasuk dalam birokrasi.

Rivai (2004) menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan kerangka

kerja yang menjadi pedoman perilaku sehari-hari, bagaimana harus bekerja dalam

(40)

tujuan organisasi. Definisi lain yang bersifat operasional dikemukakan oleh Ndraha

(2005) bahwa budaya organisasi merupakan pola asumsi dasar yang dimiliki bersama

yang dipelajari oleh kelompok untuk memecahkan masalah adaptasi eksternal dan

integrasi internal yang telah berlangsung cukup baik untuk dianggap sah dan

diterima.

Menurut Setiawan (2002) birokrasi di Indonesia adalah birokrasi patrimonial yang menjadikan jabatan dan perilaku dalam keseluruhan hirarki birokrasi lebih didasarkan pada hubungan familiar, hubungan pribadi, dan hubungan patron-client. Perhatian yang diberikan pada client bersifat pemenuhan aspek kebutuhan sosial, material, spiritual, dan emosional. Client yang memperoleh perlindungan itu dengan segala loyalitasnya dan sukarela akan memenuhi perintah patron, dan berusaha untuk menyenangkannya.

II.2.1.Tingkatan BudayaOrganisasi

Budaya terkenal dengan konsep yang sulit untuk dirumuskan. Namun budaya

itu sendiri terbentuk oleh faktor internal dan eksternal yang saling mempengaruhi,

baik manusianya maupun lingkungan dalam sikap dan perilakunya yang dapat

menjadi karakter atau ciri khas dari suatu komunitas atau organisasi.

(41)

organisasi seperti kepercayaan, persepsi ataupun perasaan yang menjadi sumber nilai dan tindakan.

II.2.2. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Rivai (2004) fungsi budaya dalam suatu organisasi adalah :

a. Sebagai pembeda yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. b. Budaya merupakan identitas bagi anggota organisasi.

c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen bagi pencapaian tujuan

organisasi.

d. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial.

e. Budaya akan memandu dan membentuk sikap dan perilaku individu-individu dalam organisasi.

II.2.3. Karakteristik Budaya Organisasi

Budaya organisasi tidak muncul begitu saja melainkan harus diciptakan,

dipelihara, dirawat dan diperkuat, bahkan diubah dan disesuaikan dengan tuntutan

internal dan eksternal organisasi.

Menurut Lako (2004) budaya organisasi diidentifikasikan atas enam karakteristik penting, yaitu; (1) Observed behavioral regulities, yaitu perilaku dari individu-individu yang apabila berinteraksi satu sama lain, maka mereka akan menggunakan media komunikasi berupa bahasa, istilah-istilah atau cara-cara yang sama yang menunjukkan rasa hormat atau cara betindak yang dapat diterima, (2)

Norms, yaitu aturan-aturan perilaku yang ada yang membatasi atau mengatur para individu untuk melakukan sesuatu atau perbuatan-perbuatan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, (3) Dominant values, yaitu nilai-nilai utama yang menjadi harapan organisasi untuk dilaksanakan oleh anggota organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, misalnya kesungguhan dalam menghasilkan produk yang berkualitas, tingkat absensi yang rendah dan tingkat efisiensi yang tinggi, (4) Philosophy, yaitu sejumlah kebijakan yang menjadi keyakinan organisasi mengenai bagaimana organisasi memperlakukan karyawan atau pelanggan, (5)

Rules, yaitu aturan yang menjadi pedoman pasti tentang cara berinteraksi dengan sesama anggota organisasi, (6) Organizational climate, yaitu cara bagaimana para anggota organisasi berinteraksi, memperlakukan diri mereka ketika menghadapi pihak luar seperti pelanggan, pemerintah atau lainnya.

(42)

a. Profesionalisme, merupakan ukuran kecakapan atau keahlian yang dimiliki oleh pekerja dalam organisasi. Suatu jabatan yang ditempati oleh seorang pekerja yang profesional atau suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh pekerja yang profesional akan membuahkan hasil yang optimal. Dalam organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme, semua pekerja akan mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan sebagai bentuk dari tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Seorang pekerja yang profesional akan menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya tanpa banyak mengeluh, karena ia yakin bahwa dia dapat menyelesaikannya walaupun di bawah tekanan (under pressure), seperti harus memenuhi deadline yang ketat dan atas keyakinan dan kemampuannya menyelesaikan tugas, seorang yang professional cenderung akan menuntut penghasilan yang lebih baik atau

reward yang berbeda dari pekerja lainnya.

b. Jarak dari manajemen, yaitu tingkat keterlibatan atasan terhadap masalah-masalah di luar pekerjaan yang dialami oleh bawahan. Hubungan antar pribadi yang terbina baik akan memungkinkan terciptanya iklim kerja yang cerah. Adanya hubungan antar pribadi juga dapat mempengaruhi penilaian terhadap pekerja. Dalam hal melakukan promosi atau mempertahankan orang-orang yang dinilai baik bagi suatu devisi juga melibatkan hubungan antar pribadi. Seorang atasan mungkin akan mempertahankan seorang bawahan bagi devisinya yang menurut penilaiannya bertipe loyal dan mudah dibina walaupun mungkin potensinya belum tentu lebih baik dari pekerja lainnya. c. Kepercayaan kepada rekan kerja, yaitu interaksi yang terbina antara sesama

pekerja dalam organisasi. Sikap yang terbuka, ramah dalam pergaulan dan perilaku yang menunjukkan rasa persaudaraan yang tinggi di antara sesama pekerja, karena merasa senasib dan seperjuangan akan menumbuhkan kepercayaan dan perilaku yang positif. Dengan adanya rasa percaya kepada rekan sekerja yang tertanam dengan baik, masalah-masalah pekerjaan ataupun masalah pribadi akan dapat diatasi dengan perhatian dari rekan-rekan sekerja yang rela membantu memberikan saran.

d. Keteraturan, yaitu kondisi lingkungan kerja yang menunjukkan adanya

aturan-aturan atau ketentuan yang harus dipatuhi oleh anggota organisasi. Tujuannya adalah untuk menjamin adanya keseragaman dalam pelaksanaan, memudahkan koordinasi dan pengawasan. Adanya aturan yang ditetapkan oleh organisasi harus berlaku sama untuk semua orang atau departemen dalam organisasi sehingga mencerminkan adanya rasa keadilan.

(43)

antar individu. Disamping itu, karyawan baru mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat beradaptasi, diterima sebagai anggota organisasi dan merasa nyaman bekerja pada lingkungan barunya tersebut.

f. Integrasi, yaitu iklim yang terbentuk dalam organisasi dimana pekerja merasa memiliki ikatan yang kuat dengan organisasi. Pekerja akan merasa bangga karena menjadi bagian dari anggota organisasi dan merasa aman dengan pekerjaannya karena merasa dihargai dan dipenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan kerja yang menyenangkan ini juga didukung oleh kerja sama yang terjalin baik diantara sesama pekerja atau sesama departemen.

II.3. Teori Tentang Motivasi

Motivasi dapat ditafsirkan dan diartikan berbeda oleh setiap orang sesuai tempat

dan keadaan dari para masing-masing orang itu. Pandangan para penulis tentang

motivasi sangat bervariasi menurut sudut pandang masing-masing.

Warsid (2004) menyatakan bahwa: ”Motivasi merupakan fungsi dari berbagai macam variabel yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri manusia atau suatu proses psikologis”. Sejalan dengan hal tersebut Siagian dan Nirman dalam Hamid (2002) menyatakan bahwa: motivasi merupakan keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, menggerakkan usaha dan menyalurkan perilaku sikap dan tindak tanduk dengan kemauan keras bagi seseorang untuk berbuat sesuatu yang selalu terkait dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi, maupun tujuan pribadi dari masing-masing anggota.

Sedangkan Dhanim (2004) menyatakan bahwa: ”Motivasi merupakan

kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang

mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai

dengan apa yang diinginkannya”. Dalam arti kognitif, motivasi dianggap sebagai

(44)

diinginkan. Dalam arti afeksi, motivasi merupakan sikap dan nilai dasar yang dianut

oleh seseoang atau sekelompok orang untuk bertindak atau tidak bertindak.

Dhanim (2004), mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga) unsur esensial yang melekat dalam pengertian motivasi, yaitu pertama, faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, kedua, tujuan yang ingin dicapai, dan ketiga, strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Faktor internal sebagai sebagai pendorong motif bersumber dari dalam diri individu itu sendiri seperti kepribadian, intelegensi, kebiasaan, kesadaran, minat, bakat, kemauan dan semangat. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar individu, yaitu lingkungan, seperti lingkungan sosial, tekanan dan regulasi keorganisasian.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori motivasi yang digunakan adalah

expectancy theory yang dikemukakan oleh Vroom (2004) dan dikembangkan oleh

Ronen dan Livingstone (1975) dalam Lyne (2005). Esensi teori ini adalah bahwa

perilaku individu dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Dalam teori

ini dijelaskan bahwa motivasi adalah proses pilihan diantara beberapa alternatif

kegiatan sukarela. Menurut pandangan Vroom, sebagaian besar individu dianggap

berada dibawah pengendalian orang dan karenanya perlu dimotivasi. Ia

menganjurkan untuk menerapkan prinsip kompensasi (reward) yang berkaitan

dengan perilaku dan harus dilaksanakan secara konsisten.

Inti teori ini menurut Siagian (2004) yang dikutip dari pemikiran Vroom

terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa kuatnya kecenderungan seseorang

bertindak dengan cara tertentu tergantung pada besarnya harapan bahwa tindakan

tersebut akan menghasilkan sesuatu dan adanya daya tarik dari hasil tersebut bagi

(45)

Expectancy theory ini mengandung 3 (tiga) variabel, antara lain; (1) Daya tarik, yaitu sampai sejauhmana seseorang merasa penting atas hasil atau imbalan yang diperolehnya sebagai akibat dari tugas yang diselesaikan, (2) Hubungan antara prestasi kerja dengan imbalan, yaitu tingkat keyakinan seseorang tentang hubungan antara tingkat prestasi kerjanya dengan imbalan yang diterima, (3) Hubungan antara usaha dan prestasi kerja, yaitu persepsi seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu yang dilakukannya akan menghasilkan prestasi kerja.

II.3.1. Pengertian dan Konsep Dasar Motivasi

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan

memelihara perilaku manusia. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut

motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge),

keinginan (wish) dan dorongan (drive). Motivasi adalah lebih eksklusif dari sekedar

aplikasi berbagai peralatan atau cara tertentu untuk mendorong peningkatan keluaran

(output). Motivasi adalah filsafat atau pandangan hidup yang dibentuk berdasarkan

kebutuhan dan keinginan karyawan.

Dhanim (2004) menemukan 2 (dua) konsep pemikiran yang mendasari motivasi, yaitu pengharapan dan nilai. Pengharapan merupakan keyakinan bahwa usaha seseorang akan membuahkan hasil. Nilai adalah tingkat kesenangan yang ada dalam diri individu untuk memperoleh sejumlah keuntungan. Oleh karenanya, tugas individual cenderung berbeda yang menyebabkan nilai (berupa insentif atau uang, prestasi yang dicapai, kesempatan untuk meningkatkan karir) yang diterima berbeda pula pada setiap kondisi. Jadi, nilai dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diharapkan dari pekerjaan yang dilakukan.

(46)

memilih pekerjaan yang imbalannya besar, (2) Sifat – sifat pekerjaan. Ini meliputi tugas – tugas yang harus dilaksanakan, termasuk tanggung jawab yang harus diemban dan kepuasan yang muncul kemudian. Pekerjaan yang banyak membutuhkan tanggungjawab, misalnya akan mendatangkan kepuasan tertentu dan dapat meningkatkan derajat motivasi, (3) Lingkungan kerja dan situasi kerja karyawan. Seorang individu betah pada lingkungan kerjannya akan senantiasa berinteraksi baik sesama rekan sekerja maupun atasan. Disini, seorang karyawan dapat dimotivasi oleh rekan sekerjanya atau oleh atasannya. Penghargaan yang diberikan oleh atasan baik dalam bentuk materi maupun non materi akan meningkatkan motivasi kerja karyawan.

Motivasi yang ada dalam diri seseorang bukan merupakan indikator yang berdiri

sendiri. Motivasi itu sendiri muncul sebagai akibat dari interaksi yang terjadi didalam

individu.

Perrek (2005) mengemukakan 6 (enam) indikator yang lazim digunakan untuk mengukur motivasi kerja, yaitu :

1. Prestasi kerja, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh seorang manajer dibawah lingkungan kerja yang sulit sekalipun. Misalnya dalam menyelesaikan tugas yang dibatasi oleh jadwal waktu (deadline) yang ketat yang harus dipenuhi, seseorang pekerja dapat menyelesaikan tugasnya dengan hasil yang memuaskan.

2. Pengaruh, yaitu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan gagasan atau argumentasi sebagai bentuk dari kuatnya pengaruh yang ingin ditanamkan kepada orang lain. Saran – saran atau gagasan yang diterima sebagai bentuk partisipasi dari seseorang pekerja akan menumbuhkan motivasi, apalagi jika partisipasi dari seseorang pekerja akan menumbuhkan motivasi, apalagi jika gagasan atau pemikiran tersebut dapat diikuti oleh orang lain yang dapat dipakai sebagai metode kerja baru dan ternyata hasilnya positif dan dirasakan lebih baik.

3. Pengendalian, yaitu tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya. Untuk menumbuhkan motivasi dan sikap tanggung jawab yang besar dari bawahan, seorang atasan dapat memberikan kesempatn kepada bawahannya untuk bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menumbuhkan partisipasi.

(47)

5. Pengembangan, yaitu upaya yang dilakukan oleh organisasi terhadap pekerja atau oleh atasan terhadap bawahannya untuk memberikan kesempatan guna meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan ataupun pelatihan. Pengembangan ini dapat menjadi motivator yang kuat bagi karyawan. Disamping pengembangan yang menyangkut kepastian karir pekerja. Pengertian pengembangan yang dimaksudkan disini juga menyangkut metode kerja yang dipakai. Adanya perubahan metode kerja yang dirasakan lebih baik karena membantu penyelesaian tugas juga menjadi motivasi bagi pekerja.

6. Afiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang – orang atas dasar sosial. Keterbukaan orang – orang yang berada dilingkungan kerja yang memungkinkan hubungan antara pribadi dapat berjalan dengan baik, saling membantu masalah pribadi akan menjadi motivasi yang positif dari pekerja.

Robbins (2006) mengemukakan bahwa teori kebutuhan McClelland berfokus pada tiga hal yaitu prestasi, kekuasaan dan afiliasi. Menurut McClelland, orang mempunyai dorongan kuat untuk berhasil meraih prestasi pribadi. Mereka mempunyai hasrat untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya, dorongan ini adalah kebutuhan untuk berprestasi. Kebutuhan afiliasi merupakan hasrat untuk disukai orang lain atau diterima baik oleh orang lain. Sedangkan kebutuhan kekuasaan merupakan hasrat untuk dapat menguasai orang lain.

II.3.2. Manfaat Motivasi Kerja

Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja,

sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh

karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat

diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang

benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang

melakukan pekerjaannya.

(48)

dapat dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.

Semangat juang tinggi Merasa berharga

Senang bekerja

Bekerja keras Bekerja sesuai standar

Sedikit pengawasan Orang yang

termotivasi

Gambar II.1. Ciri Orang Yang Termotivasi

II.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Frederick Herzberg dalam Masithoh (1998) mengembangkan

teori hierarki kcbutuhan Maslow menjadi teori dua faktor tentang motivasi.

Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas (motivation factor) yang disebut

dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara (maintenance

factor) yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation.

Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara lain; (1) Prestasi yang diraih

(achievement), (2) Pengakuan orang lain (recognition), (3) Tanggungjawab

(responsibility), (4) Peluang untuk maju (advancement), (5) Kepuasan kerja

itu sendiri (the work it self), (6) Kemungkinan pengembangan karir (the

possibility of growth).

(49)

factor merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor ini juga disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan tingkat rendah yang dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik, meliputi; (1) Kompensasi, (2) Keamanan dan keselamatan kerja, (3) Kondisi kerja, (4) Status, (5) Prosedur perusahaan, (6) Mutu dari supevisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan.

II.4. Teori Tentang Gaya Kepemimpinan

Menurut Decoster dan Fertakis (2006) gaya kepemimpinan dapat dibagi dalam dua dimensi yaitu pertama, struktur inisiatif (initiating sructure) yang menunjukkan perilaku pemimpin yang dihubungkan dengan kinerja pekerjaan.

Yang kedua, gaya kepemimpinan pertimbangan (consideration) yang

menunjukkan hubungan dekat, saling mempercayai dan saling memperhatikan antara pimpinan dan bawahan. Sedangkan menurut pendekatan teori path-goal

seseorang pemimpin membutuhkan fleksibilitas dalam menggunakan gaya apapun yang sesuai dengan situasi tertentu.

House (2001) dalam Luthans (2006) mengembangkan salah satu pendekatan kepemimpinan yang paling disenangi adalah teori jalur-sasaran (Path-goal theory). Teori path-goal menjelaskan dampak perilaku pemimpin pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya dan pemimpin diharapkan dapat mengubah perilakunya agar sesuai dengan situasi, dimana pemimpin tidak hanya menggunakan gaya yang berbeda kepada bawahan yang berbeda tetapi menggunakan gaya yang berbeda kepada bawahan yang sama pada situasi yang berbeda.

Daft (2001) mengemukakan bahwa dalam model path goal terdapat dua

kelompok variabel kontinjensi yaitu faktor bawahan dan faktor lingkungan. Faktor bawahan berupa locus of control, pengalaman dan kemampuan yang dirasakan. Sedangkan faktor lingkungan berupa struktur tugas, sistem otoritas formal dan kelompok kerja meliputi tingkat pendidikan dan kualitas hubungan diantara pemimpin dan bawahan.

Menurut model teori jalur tujuan, perilaku pemimpin dapat diterima ketika

(50)

secara aktif akan mendukung pemimpinnya selama dia memandang bahwa tindakan

pemimpin dapat meningkatkan tingkat kepuasannya.

Hughes et al (1999) menyatakan: ”Perilaku pemimpin adalah memberikan

motivasi sampai tingkat mengurangi halangan jalan yang mengganggu pencapaian

tujuan, memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan oleh para karyawan dan

mengaitkan penghargaan yang berarti terhadap pencapaian tujuan”.

II.4.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Makna kata "kepemimpinan" erat kaitannya dengan makna kata "memimpin".

Kata memimpin mengandung makna yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala

sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara

maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Terry (2006) menyatakan bahwa "Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influencesothers to work together willingly on related tasks to attain that which the leader desires ". Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diiginkan pemimpin.

(51)

Ada 3 (tiga) implikasi penting dari definisi tersebut, yaitu : 1) kepemimpinan

menyangkut orang lain, 2) kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan

yang tidak seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok, 3) selain dapat

memberi pengarahan kepada para bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga

mempergunakan pengaruh.

Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan

manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk

mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.

Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti

perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.

II.4.2. Tipe dan Jenis Gaya Kepemimpinan

Menurut House (2001) ada beberapa tipe kepemimpinan yang didefinisikan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan yang direktif (mengarahkan), memberikan panduan kepada para karyawan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan pekerjaan, dan mempertahankan standar kinerja. 2. Kepemimpinan yang suportif (mendukung), menunjukkan kepedulian terhadap

kesejahteraan dan kebutuhan karyawan, bersikap ramah dan dapat didekati, serta memperlakukan para pekerja sebagai orang yang setara dengan dirinya. 3. Kepemimpinan partisipatif, berkonsultasi dengan para karyawan dan secara

serius mempertimbangkan gagasan mereka pada saat mengambil keputusan 4. Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian, mendorong para karyawan

untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka dengan menetapkan tujuan yang menantang, menekankan pada kesempurnaan, dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan karyawan.

Menurut Terry (2006) membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut:

1. Tipe Kharismatis, yaitu memiliki kekuatan energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pegawai-pegawai yang dapat dipercaya.

Gambar

Gambar I.1. Kerangka Berpikir Pertama
Gambar II.1. Ciri Orang Yang Termotivasi  II.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Tabel III.2. Distribusi Sampel
Tabel III.3. Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan analisis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y = 15,147 + 0,493 X, sedangkan untuk pengujian hipotesis ( uji t) untuk mengetahui adanya pengaruh

Pengujian hipotesis 1 dilakukan mela- lui uji regresi linier berganda, bertujuan untuk mengetahui pengaruh deskripsi pekerjaan, pengembangan karir, dan kepuasan

Hasil analisis regresi linier berganda maupun uji hipotesis (uji F dan uji t) pada penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun parsial, variabel gaya

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan mandor panen (X 1 ) dan motivasi pemanen (X 2 ) terhadap kinerja pemanen (Y)

Pengujian hipotesis pada analisis regresi linier berganda variabel motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, disiplin kerja berpengaruh positif

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan melakukan pengujian secara parsial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)

1) Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, variabel Gaya Kepemimpinan Transaksional (X1) memiliki koefisien sebesar

Hasil pengujian terbukti bahwa Variabel Gaya Kepemimpinan, Disiplin Kerja dan Pelatihan berpengaruh secara simultan dengan hasil regresi linier berganda dalam uji F diperoleh Fhitung