PENGARUH KONSENTRASI HUMEKTAN DAN LAMA
PENYIMPANAN TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN
(Durio zibethinus Murr)
SKRIPSI
OLEH :
SARTIKA RAUDAH SIPAHUTAR
040305027 / TEKNOLOGI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH KONSENTRASI HUMEKTAN DAN LAMA
PENYIMPANAN TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN
(Durio zibethinus Murr)
SKRIPSI
OLEH :
SARTIKA RAUDAH SIPAHUTAR
040305027 / TEKNOLOGI PERTANIAN
Skipsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Humektan dan Lama
Penyimpanan terhadap Mutu Keripik Biji
Durian (Durizibethinus Murr)
Nama :
Sartika
Raudah
Sipahutar
NIM :
040305027
Departemen :
Teknologi
Pertanian
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M.App.Sc
Ir. Hotnida Sinaga,
M.Phil.
Ketua
Anggota
Mengetahui
Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si
Ketua Departemen
ABTRACT
THE EFFECT OF HUMECTANT CONCENTRATION AND STORAGE TIME ON THE QUALITY OF CHIPS FROM DURIAN SEED
The aim of this research was to investigate the effect of humectant concentration and storage time on the quality of chips from durian seed. The research had been perfomed using factorial completely randomized design (CRD) with two factors, i.e: humectant concentration (K) : (0,0%, 0,15%, 0,30%, and 0,45%) and storage time (L) : (0, 7, 14, and 21 day). Parameters analyzed were water content, water activity, oil content, colour value, and organoleptic values (taste and crispiness). The result showed that humectant concentration had highly significant effect on the water content, water activity, oil content, colour value, and organoleptic values (taste and crispiness). The storage time had highly significant effect on the water content, water activity, oil content, colour value, and organoleptic values (taste and crispiness). The interaction of humectant concentration and storage time had highly significant effect on the water content and oil content. The 0,45% humectant concentration and 0 day storage time produced the better and more acceptable quality of the chips from durian seed.
SARTIKA RAUDAH SIPAHUTAR Name
JUNE, 2008 Date
Keywords : Chips from Durian Seed, Humectant, and Storage Time.
ABSTRAK
PENGARUH KONSENTRASI HUMEKTAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi humektan dan lama penyimpanan terhadap mutu keripik biji durian. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu konsentrasi humektan (K) : (0,0%, 0,15%, 0,30%, dan 0,45%) dan lama penyimpanan (L) : (0, 7, 14, dan 21 hari). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, aktivitas air, kadar lemak, nilai warna, dan uji organoleptik (rasa dan kerenyahan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi humektan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, aktivitas air, kadar lemak, nilai warna, dan uji organoleptik (rasa dan kerenyahan). Lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, aktivitas air, kadar lemak, nilai warna, dan uji organoleptik (rasa dan kerenyahan). Interaksi antara konsentrasi humektan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air dan kadar lemak. Konsentrasi humektan 0,45% dan lama penyimpanan 0 hari menghasilkan mutu keripik biji durian yang lebih baik dan dapat diterima.
SARTIKA RAUDAH SIPAHUTAR Nama
JUNI, 2008 Tanggal
RINGKASAN
SARTIKA RAUDAH SIPAHUTAR “Pengaruh Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Keripik Biji durian (Durio zibethinus
Murr)”, yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M.App.Sc. selaku ketua
komisi dan Ir. Hotnida Sinaga, M.Phil. selaku anggota komisi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi humektan
dan lama penyimpanan terhadap mutu keripik biji durian.
Penelitian ini menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL),
dengan dua faktorial. Faktor I : konsentrasi humektan (K) yaitu K1 = 0,0%,
K2 = 0,15%, K3 = 0,30%, dan K4 = 0,45%. Faktor II : lama penyimpanan (L),
L1 = 0 hari, L2 = 7 hari, L3 = 14 hari, dan L4 = 21 hari. Dengan parameter analisis
adalah kadar air (%), aktivitas air, kadar lemak (%), nilai warna (numerik), dan uji
organoleptik (rasa dan kerenyahan) (numerik).
1. Kadar Air (%)
Konsentrasi humektan (K) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar air keripik biji durian yang dihasilkan. Kadar air tertinggi
terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 2,81750% dan terendah terdapat pada
perlakuan K4 yaitu sebesar 2,20500%.
Lama penyimpanan (L) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar air keripik biji durian yang dihasilkan. Kadar air tertinggi
terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 2,77875% dan terendah terdapat pada
Interaksi antara konsentrasi humektan dan lama penyimpanan memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air keripik biji
durian yang dihasilkan.
2. Aktivitas Air
Konsentrasi humektan (K) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap aktivitas air keripik biji durian yang dihasilkan. Aktivitas air
tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 0,28013 dan terendah terdapat
pada perlakuan K4 yaitu sebesar 0,27525.
Lama penyimpanan (L) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap aktivitas air keripik biji durian yang dihasilkan. Aktivitas air
tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 0,28513 dan terendah terdapat
pada perlakuan L4 yaitu sebesar 0,27225.
Interaksi antara konsentrasi humektan dan lama penyimpanan memberikan
pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap aktivitas air keripik biji
durian yang dihasilkan.
3. Kadar Lemak (%)
Konsentrasi humektan (K) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar lemak keripik biji durian yang dihasilkan. Kadar lemak
tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 20,32500% dan terendah
terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 15,19250%.
Lama penyimpanan (L) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 18,56625% dan terendah
terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 15,95000%.
Interaksi antara konsentrasi humektan dan lama penyimpanan memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak keripik biji
durian yang dihasilkan.
4. Nilai Warna (Numerik)
Konsentrasi humektan (K) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap warna keripik biji durian yang dihasilkan. warna tertinggi
terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,47500 dan terendah terdapat pada
perlakuan K4 yaitu sebesar 3,31250.
Lama penyimpanan (L) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap warna keripik biji durian yang dihasilkan. warna tertinggi
terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 3,46250 dan terendah terdapat pada
perlakuan L4 yaitu sebesar 3,33750.
Interaksi antara konsentrasi humektan dan lama penyimpanan memberikan
pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap warna keripik biji durian
yang dihasilkan.
5. Uji Organoleptik (Rasa dan Kerenyahan) (Numerik)
Konsentrasi humektan (K) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap uji organoleptik keripik biji durian yang dihasilkan. Uji
organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 1,85938 dan
Lama penyimpanan (L) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap uji organoleptik keripik biji durian yang dihasilkan. Uji
organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 1,89688 dan
terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 1,74375.
Interaksi antara konsentrasi humektan dan lama penyimpanan memberikan
pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap uji organoleptik keripik biji
RIWAYAT HIDUP
SARTIKA RAUDAH SIPAHUTAR, lahir di Medan pada tanggal 25 Agustus 1986. Anak ke-2 dari 2 bersaudara dari ayahanda Enry Sipahutar, BA
dan ibunda Hj. Kartini Pasaribu yang beragama Islam.
Pada tahun 1992, penulis memasuki Sekolah Dasar Taman Harapan-I
Medan dan lulus pada tahun 1998. Kemudian memasuki jenjang pendidikan
SLTP Harapan 2 Medan dan lulus pada tahun 2001. Selanjutnya penulis
memasuki jenjang pendidikan SMU Harapan Medan dan lulus pada tahun 2004.
Penulis memasuki Departemen Teknologi Pertanian dengan Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan melalui jalur SPMB pada tahun 2004.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan Organisasi
Agriculture Technology Moeslem (ATM). Penulis telah mengikuti Praktek Kerja
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan berkah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul
skripsi ini adalah “Pengaruh Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Keripik Biji durian (Durio zibethinus Murr)”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing yaitu
Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M.App.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan
Ir. Hotnida Sinaga, M.Phil selaku anggota komisi pembimbing atas arahan dan
bimbingan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. Disamping itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang tercinta ayahanda Enry Sipahutar, BA.,
ibunda Hj. Kartini Pasaribu, kakanda dr. Henny Maisara Sipahutar serta seluruh
keluarga atas segala dukungan moril maupun materil, doa dan perhatiannya.
Terima kasih juga kepada Ibu Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS. atas bimbingan dan
motivasinya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan stambuk 2004, EIGHTIES dan khususnya Ardiansyah atas doa,
motivasi dan perhatiannya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Juli 2008
DAFTAR ISI
Komposisi Kimia Daging Buah Durian ... 5
Komposisi Kimia Biji Durian ... 6
Manfaat Durian ... 7
Keripik ... 8
Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Keripik Biji Durian ... 9
Tawas ... 9
Proses Pembuatan Keripik Biji Durian ... 14
Alat Penelitian ... 22
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati ... 31
Kadar Air (%) Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Air (%) ... 32
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ... 33
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ... 34
Aktivitas Air Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Aktivitas Air ... 36
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air ... 38
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air ... 39
Kadar Lemak (%) Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Lemak (%).. 39
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%) ... 41
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%) ... 42
Nilai Warna (Numerik) Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Nilai Warna (Numerik) ... 44
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Warna (Numerik) ... 46
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Warna (Numerik) ... 47
Uji Organoleptik (Rasa dan Kerenyahan) (Numerik) Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Uji Organoleptik (Rasa dan Kerenyahan) (Numerik) ... 47
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Uji Organoleptik (Rasa dan Kerenyahan) (Numerik) ... 49
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 51 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1. Komposisi Kimia Daging Buah Durian ... 5
2. Komposisi Kimia Biji Durian ... 7
3. Komposisi Kimia Tepung Beras dalam 100 gr Bahan ... 10
4. Skala Uji Hedonik Warna ... 27
5. Skala Uji Hedonik Rasa ... 28
6. Skala Uji Hedonik Kerenyahan ... 28
7. Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Parameter yang Diamati ... 30
8. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati ... 31
9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Air (%) ... 32
10.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ... 33
11.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ... 35
12.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Aktivitas Air ... 37
13.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air ... 38
14.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Lemak (%) ... 40
15.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%) ... 41
16.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi antara
Kadar Lemak (%) ... 43
17.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap
Nilai Warna (Numerik) ... 45
18.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap
Nilai Warna (Numerik) ... 46
19.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap
Uji Organoleptik (Rasa dan Kerenyahan) (Numerik) ... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
1. Skema Pembuatan Keripik Biji Durian ... 29
2. Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Air (%) ... 33
3. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ... 34
4. Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ... 36
5. Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Aktivitas Air ... 37
6. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air ... 39
7. Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Lemak (%) ... 40
8. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%) ... 42
9. Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%) ... 44
10.Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Warna (Numerik) ... 45
11.Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Warna (Numerik) ... 47
12.Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Uji Organoleptik (Rasa dan Kerenyahan) (Numerik) ... 49
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kekayaan alam yang kita miliki patut untuk disyukuri. Alam tropis
Indonesia memberikan anugerah yang cukup besar berupa keragaman hayati.
Beragam flora tumbuh dan berkembang dengan baik di negeri ini, di antaranya
adalah buah-buahan. Meningkatnya konsumsi buah-buahan menunjukkan
peningkatan pengetahuan gizi masyarakat akan pentingnya vitamin dan mineral.
Buah-buahan juga merupakan sumber serat pangan (dietary fibre) yang sangat
berguna bagi kelancaran proses pencernaan makanan di dalam tubuh manusia,
sehingga sangat bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif,
seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, stroke, dan berbagai kanker.
Banyak buah-buahan Indonesia yang dimasukkan ke dalam kategori buah
unggul. Namun demikian, baru sekitar sembilan jenis buah yang varietas
unggulnya telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Kesembilan jenis buah tersebut
adalah anggur, apel, alpukat, belimbing, durian, mangga, nangka, rambutan dan
salak. Di antara kesembilan jenis buah tersebut, durianlah yang memiliki varietas
unggul terbanyak. Produksi yang melimpah dan banyak disukai menyebabkan
durian mempunyai prospek yang baik. Rasanya yang lezat dan aromanya yang
khas menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar buah berduri ini. Pada
awalnya, tanaman ini tumbuh liar dan terpencar-pencar di hutan Malaysia,
Sumatera dan Kalimantan. Kemudian menyebar ke seluruh wilayah Indonesia,
Thailand, India dan Pakistan. Seiring dengan perkembangannya tersebut, kini
sendiri, telah ditemukan sekitar 27 spesies. Akan tetapi dari jumlah spesies
tersebut, baru enam spesies yang umum dikonsumsi masyarakat.
Tanaman durian (Durio zibethinus Murr), termasuk tanaman asli Indonesia
yang berbentuk pohon dengan tinggi batang sampai dengan 40 meter. Buahnya
berbentuk bulat atau lonjong dengan kulit berduri pendek. Daging buahnya
berwarna putih kekuningan atau kuning tua berbau khas yang menusuk.
Seperti halnya kita ketahui bahwa dalam bentuk segar buah durian tersebut
yang dikonsumsi adalah daging buahnya. Sedangkan untuk biji durian itu sendiri
dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dimakan atau disebut juga sebagai
limbah pertanian. Tidak semua limbah pertanian memberikan kerugian dan tidak
dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk yang berguna. Dalam rangka
pengembangan produk makanan olahan dari berbagai komoditas yang berpotensi
besar, maka pemanfaatan limbah pertanian dalam hal ini biji durian merupakan
suatu alternatif yang cukup menggembirakan dalam usaha diversifikasi produk.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mencoba melakukan
penelitian tentang pemanfaatan biji durian menjadi keripik biji durian yang
diharapkan dapat meningkatkan daya guna biji durian dan mampu berkembang
menjadi industri besar.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
humektan dan lama penyimpanan terhadap mutu keripik biji durian
Kegunaan Penelitian
- Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai sumber informasi dalam pembuatan keripik biji durian
(Durio zibethinus Murr).
Hipotesa Penelitian
- Ada pengaruh konsentrasi humektan terhadap mutu keripik biji durian
(Durio zibethinus Murr).
- Ada pengaruh lama penyimpanan terhadap mutu keripik biji durian
(Durio zibethinus Murr).
- Ada interaksi antara perbandingan konsentrasi humektan dengan lama
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tanaman Durian
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Curah hujan untuk
tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000
mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan
sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru
ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar matahari di musim
kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi. Tanaman durian cocok pada
suhu rata-rata 20-30°C. Pada suhu 15°C durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan
tidak optimal. Bila suhu mencapai 35°C daun akan terbakar (Warintek, 2007).
Dalam sistematika tanaman durian diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Class : Dicotyledone (biji berkeping dua)
Ordo : Bombacales
Family : Bombaceae
Genus : Durio
Species : Durio zibethinus Murr
Komposisi Kimia Daging Buah Durian
Disamping rasa dan aromanya yang sedap, buah durian (daging buahnya)
juga banyak mengandung zat-zat gizi, untuk memperjelas zat yang dikandung
oleh daging buah durian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Buah Durian dalam 100 g Bahan
Komponen Jumlah Komponen Jumlah Kadar abu 0.8–1.24 g Kalsium 5.35–41.5 mg
Gula reduksi 2.7–4.79 g Potassium 431.3–601.0 mg
Sukrosa 5.8–19.8 g K2O 70 mg
Glukosa 0.30–0.51 g SO4 180 mg
Fruktosa 0.20–0.55 g Arsenic 0.0002–0.0007 mg Lemak 0.71–7.34 g Copper 1.0 mg (Juntak Indonesia Corporation, 2005).
Ciri buah durian matang yaitu duri tampak tumpul, jarang dan rata, apabila
durinya disinggung dengan pisau atau jari mengeluarkan suara keras dan bergema,
aroma yang harum mulai tercium, ujung buah mulai retak dan tangkai buah mulai
Golongan durian yang enak atau dapat dimakan dikenal beberapa jenis
durian, diantaranya adalah :
Durian (Durio zibethinus Murr)
Jenis durian ini telah dibudidayakan dan buahnya banyak diperdagangkan.
Lai (Durio kutejensis Bece)
Jenis durian ini disebut juga durian daun dan banyak terdapat di hutan
Kalimantan yang memiliki ciri-ciri seperti daun lebar, buah berduri lemas dan
berbau sangat harum dan lebih tahan terhadap suhu panas.
Kerantungan atau kartongan (Durio oxleyanus Giff)
Jenis ini buahnya berwarna hijau cerah, berbentuk bulat, berduri tajam dan
berukuran kecil sebesar buah sukun. Banyak terdapat di hutan belantara
Kalimantan dan Sumatera Selatan
(Rukmana, 1996).
Komposisi Kimia Biji Durian
Biji durian dapat diolah menjadi keripik dan tepung biji durian. Untuk
membuat tepung biji durian yaitu biji durian diblansing (dicelup dalam air panas),
kemudian direndam dalam air kapur selama 1-3 jam selanjutnya diiris tipis-tipis,
selanjutnya dijemur sampai kering. Kemudian ditumbuk sampai halus. Standar
mutu buah durian adalah sebagai berikut :
a. Berat 2-3 kg
b. Daging tebal dan biji kecil (kempes)
c. Rasa manis, kering atau lembek tetapi tidak melekat pada tangan.
Biji durian juga banyak mengandung zat-zat gizi seperti lemak, protein,
karbohidrat dan lain-lain, untuk memperjelas zat yang dikandung oleh biji buah
durian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Komposisi Kimia Biji Durian
Komponen Biji segar dalam 100 g bahan
Biji yang telah dimasak dalam 100 g bahan
(Juntak Indonesia Corporation, 2005).
Manfaat Durian
Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya,
terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu:
Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.
Batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf
dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus.
Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai
alternatif pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging
Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur
sampai kering dan dibakar sampai hancur.
(Warintek, 2007).
Keripik
Keripik adalah makanan ringan (Snack food) yang tergolong jenis makanan
cracker yaitu makanan yang bersifat kering dan renyah dengan kandungan lemak
yang tinggi. Renyah adalah keras dan mudah patah. Sifat renyah pada cracker ini
akan hilang jika produk menyerap air. Produk ini banyak disukai karena rasanya
enak, renyah, dan tahan lama, praktis dan mudah dibawa dan disimpan
(Sulistyowati, 2004).
Pembuatan keripik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengiris bahan
utama secara langsung atau terlebih dahulu membuat adonan yang sering disebut
keripik simulasi yang bertujuan untuk mendapatkan ukuran produk yang seragam
bahkan lebih besar daripada bentuk aslinya (Siahaan, 1988).
Kualitas keripik juga ditentukan kualitas minyak goreng yang digunakan,
jumlah ulangan pemakaian minyak goreng, perlakuan sebelum penggorengan,
cara penggorengan dan pengemasan (Sulistyowati, 2004).
Kerenyahan merupakan faktor penentu mutu produk-produk keripik.
Komposisi kimia produk terutama kadar air menentukan sifat kerenyahan,
semakin rendah kadar air suatu produk maka produk tersebut akan semakin
Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Keripik Biji Durian Tawas
Kristal tawas tahan sepanjang hari, kristal tawas ini adalah anti bakteria
yang menghilangkan bau yang kurang enak. Kristal tawas tidak mengandung
bahan kimia, pewarna, pewangi atau minyak (Rasad, 2007).
Kalsium Oksida
Jika suatu bahan direndam dalam larutan kapur (CaO) maka pada bahan
tersebut apabila telah dikeringkan akan terbentuk lapisan yang keras, diakibatkan
karena terbentuknya kembali CaCO3 sebagai hasil reaksi CaO yang bersenyawa
dengan ion CO2 dari udara (Considien, 1974).
Kalsium oksida (CaO) yang bersifat higoskopis dan sebagai basa lemah,
bila dilarutkan akan menghasilkan ion OH- membuat larutan menjadi basa
(pH antara 8,8 – 9,2). Kalsium oksida mempunyai kelarutan yang rendah dan akan
semakin berkurang dengan kenaikan temperatur yaitu 1,29 g CaO pada suhu
15oC, 0,67 g pada suhu 80oC per liter (Partington, 1961).
Sulfit
Senyawa-senyawa kimia yang dapat digunakan pada proses sulfuring,
antara lain : SO2, sulfit, bisulfit dan metabisulfit. Sulfuring tersebut dapat
dilakukan dengan uap SO2 atau dengan perendaman dalam larutan SO2 atau
sulfit. Batas maksimum penggunaan SO2 dalam makanan yang dikeringkan, di
Amerika Serikat telah ditetapkan oleh Food Drug Administration yaitu antara
Tepung
Setiap jenis tepung mempunyai sifat fisik dan kimia yang sangat beragam,
dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia patinya. Sifat-sifat ini sangat mempengaruhi
produk makanan yang dihasilkan (Somaatmadja, 1983).
Gandum atau tarwe adalah jenis padi-padian yang menghasilkan tepung
terigu. Tepung terigu selain digunakan untuk membuat roti, kue, dan bahan
pengental digunakan pula untuk membuat mie macaroni, vermiseli dan spageti.
Semuanya ini dibuat di pabrik kecuali mie yang dapat dibuat sendiri asal kita
mengetahui resep dan cara membuatnya. Tepung gies (giesmee) adalah gandum
yang digiling kasar (Maryati, 2000).
Granula pati beras memiliki ukuran paling kecil di antara pati-pati yang
umum diproduksi. Pati ini memiliki ukuran yang bervariasi dari 3 – 5 . Pati
beras menyerupai pati gandum tetapi sedikit lebih seragam dan berbentuk
polygonal. Kandungan amilosa tepung beras sekitar 18,5 persen
(Mulyohardjo, 1988).
Tabel 3. Komposisi Kimia Tepung Beras dalam 100 g Bahan
Komponen Jumlah Kalori (Kal) 364
Protein (g) 7
Lemak (g) 0,5
Karbohidrat (g) 80 Calsium (mg) 5 Posfor (mg) 140
Besi (mg) 0,8
Vitamin A (SI) 0 Vitamin B1 (mg) 0,12 Vitamin C (mg) 0
Air (mg) 12
Bdd (%) 100
Gliserin
Humektan adalah suatu bahan higoskopis yang mempunyai sifat dapat
mengikat air dari udara yang lembab dan sekaligus mempertahankan air yang ada
pada sediaan. Sampai pada suhu dan derajat kelembaban relatif tertentu, humektan
dapat mempertahankan kadar air pada sediaan yang dioleskan di permukaan kulit
dan mendistribusikan kelembaban tersebut ke epidermis. Kemampuan tersebut
tergantung pada jenis humektan dan kelembaban lingkungan sekitarnya.
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai humektan antara lain adalah sorbitol,
propilenglikol dan gliserol (Soeratri et al., 2004).
Menurut Purnomo (1995), penambahan gula dan garam pada produk
berperan sebagai humektan selain sebagai pembentuk cita rasa bersama
bahan-bahan lainnya. Humektan merupakan zat kimia yang larut dalam air di mana
nantinya zat tersebut akan mengikat air pada bahan sehingga kadar airnya
menurun. Ada tiga golongan humektan, yaitu :
- Golongan gula : sukrosa, dekstrosa, maltosa, dan fruktosa.
- Golongan poliol : glikol, sorbitol, gliserol, dan manitol.
- Golongan garam : natrium klorida, natrium bromida, kalium klorida.
Beberapa jenis humektan dapat digunakan untuk menurunkan kadar air
suatu bahan. Semakin banyak humektan yang ditambahkan maka jumlah air bebas
yang dapat dikeluarkan semakin kecil. Sorbitol dan gliserol termasuk humektan,
yang dapat mengurangi atau mencegah kehilangan air. Humektan berfungsi untuk
memperbaiki stabilitas suatu bahan dalam jangka waktu yang lama sebelum
sampai ke konsumen. Sorbitol dan gliserol dapat mengurangi ERH suatu bahan
melindungi komponen-komponen yang terikat kuat di dalam bahan yang belum
mengalami kerusakan termasuk kadar air, kadar lemak dan komponen lainnya
(Jackson, 1995).
Natrium Bikarbonat
Fungsi agensia peragi adalah untuk menghasilkan gas pada campuran atau
adonan dan membuat adonan menjadi ringan dan berongga. Karbondioksida
adalah gas utama yang digunakan dalam produk roti yang diragikan secara kimia.
Sumber karbondioksida ialah natrium bikarbonat, walaupun demikian amonium
karbonat dan bikarbonat juga dapat digunakan. Bikarbonat akan terurai tanpa
memerlukan asam bila dipanasi, dan hal tersebut menguntungkan. Terbentuknya
karbondioksida dari larutan natrium bikarbonat yang murni sekitar suhu ruang
adalah lambat. Bila di dalam adonan ditambahkan soda, beberapa karbondioksida
dilepaskan. Dengan tiadanya asam, maka pH adonan menjadi alkalis dan produksi
gas menurun. Untuk memperoleh hasil yang maksimum, dan untuk mengatur
kecepatan terbentuknya gas, perlu ditambahkan asam ke dalam adonan
bersama-sama dengan natrium bikarbonat. Proses ini diberi istilah peragian kimia
(Desrosier, 1988).
Bubuk ragi adalah agensia peragi yang dihasilkan oleh pencampuran suatu
bahan yang bereaksi asam dengan natrium bikarbonat, dengan atau tanpa
pati/tepung; campuran tersebut membebaskan karbondioksida tidak kurang dari
12 %. Bubuk ragi yang tersedia terdiri dari asam peragi dan bahan pengisi seperti
pati dan tepung, dan senyawa seperti kalsium laktat atau kalsium silikat hidrat
yang memiliki pengaruh terhadap terbentuknya karbondioksida dari suatu sistem
Bumbu-bumbu Tepung Terigu
Tepung terigu diolah dengan menyesuaikan kebutuhan konsumen. Di
pasaran dijual tepung terigu cap cakra, cap segitiga, dan cap kunci. Kegunaannya
berbeda dalam segi kuliner, misalnya terigu cap kunci dan cap segitiga, untuk
membuat masakan yang tidak perlu mengembang, sedangkan cap cakra untuk
masakan yang perlu mengembang, seperti kue, bakpao, dan bolu. Bila akan
memasak kue kering, pilihlah tepung terigu cap kunci atau segitiga. Kedua macam
tepung tersebut berbeda dalam kadar “gluten” (Tarwotjo, 1998).
Garam
Garam dipergunakan manusia sebagai salah satu bahan pengawet yang
paling utama. Garam dipergunakan secara luas untuk mengawetkan berbagai
macam makanan. Garam juga mempengaruhi aktivitas air (Aw) dari bahan.
Penambahan garam sebanyak 2-2,5 % akan dapat menarik cairan keluar dari
irisan buah kemudian larutan garam akan menutupi irisan–irisan buah sehingga
dapat mengurangi kelarutan udara di dalam bahan (Buckle, et al., 1987).
Fungsi penambahan garam adalah untuk memperbaiki rasa yaitu untuk
menetralkan rasa pahit dan rasa asam, membangkitkan selera, dan mempertajam
rasa manis, selain itu garam mempunyai tekanan osmotik yang tinggi, higoskopik
dan dapat terurai menjadi Na+ dan Cl- yang meracuni sel mikroba dan
mengurangi kelarutan oksigen (Purba dan Rusmarilin, 1985).
Gula
Gula memiliki peranan besar pada penampakan dan cita rasa produk yang
rasa asam dan cita rasa lainnya. Gula pasir digunakan selama pembuatan manisan
karena rasa manis sukrosa bersifat murni, karena tidak ada after taste, yaitu cita
rasa kedua yang timbul setelah cita rasa pertama (Arie, et al., 2007)
MSG
Monosodium glutamat atau mononatrium glutamat adalah garam natrium
dari asam glutamat dan merupakan senyawa cita rasa. Di pasaran senyawa
tersebut terdapat dalam bentuk kristal monohidrat dan dikenal sebagai Ajinomoto,
Sasa, Miwon, Masako dan lain sebagainya (Winarno,1997).
Cabe Merah Bubuk
Bubuk cabe kering bisa dimanfaatkan untuk bubuk murni sebagai
pelengkap bumbu mie instan maupun untuk campuran rempah lainnya sebagai
bumbu. Pemakaian rempah atau bumbu dalam bentuk bubuk kering lebih
menguntungkan karena dapat mengurangi pemakaian bahan
(Sudaro dan Ratriningsih, 2006).
Proses Pembuatan Keripik Biji Durian Perebusan
Pada pengawetan buah-buahan, sebelum dilakukan processing dilakukan
pemanasan pendahuluan pada bahan yang akan diolah. Pemanasan pendahuluan
ini dikenal dengan istilah blansing. Blansing dapat dilakukan dengan pencelupan
bahan yang akan diolah ke dalam air panas dengan suhu 82-100oC atau dengan
pengukusan. Lama perlakuan blansing tergantung pada jenis komoditi, tebal
irisan, dan jumlah bahan. Pada umumnya proses blansing dilakukan selama 5-10
menit. Semakin banyak bahan yang akan diblansing dan semakin tebal irisannya
membutuhkan waktu blansing lebih lama dari buah yang dagingnya banyak
mengandung air (Satuhu, 1996).
Blansing dilakukan terutama menginaktifkan enzim-enzim di dalam bahan
pangan, diantaranya enzim yang paling tahan panas dalam sayuran dan
buah-buahan. Perlakuan blansing praktis selalu dilakukan karena jika bahan pangan
dibekukan tidak dapat menghambat keaktifan enzim secara sempurna. Blansing
dipengaruhi panas yang diberikan sehingga dapat mematikan mikrobia.
(Winarno, et al., 1980).
Biji durian diblansing pada suhu 80oC selama 5 menit. Tujuannya adalah
untuk menonaktifkan enzim yang bekerja pada durian, membunuh mikroba dan
diharapkan warna dan tekstur yang diperoleh seragam serta mengeluarkan gas
yang ada dalam buah durian sehingga memudahkan pengeringan
(Susanto dan Saneto, 1994).
Perendaman Larutan Tawas
Sebelum perendaman dengan larutan garam, dilakukan perendaman dalam
larutan tawas. Dimana fungsi dari perendaman dengan larutan tawas ini adalah
untuk mengendapkan kotoran yang terdapat pada biji durian tersebut
(Sedap-sekejap, 2001).
Larutan Garam
Perendaman dengan larutan garam juga dilakukan dalam pembuatan keripik
biji durian. Dimana garam yang digunakan pada larutan tersebut adalah 2-2,5 %.
terdapat pada irisan buah tersebut dan zat-zat gizi lainnya akan menutupi irisan
sehingga akan mengurangi kelarutan udara pada bahan (Buckle, et al., 1987).
Larutan Kalsium Oksida
Setelah perendaman dalam larutan tawas, dilakukan perendaman dalam
larutan kalsium oksida. Dimana fungsi dari perendaman dalam larutan kalsium
oksida ini adalah untuk mendapatkan tekstur yang keras dan baik untuk keripik
biji durian yang akan dihasilkan (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, 2000).
Larutan Sulfit
Larutan sulfit diperlukan agar buah tidak berubah menjadi kecoklatan, atau
warna gelap lainnya. Karena larutan ini mengandung ion sulfit. Selain sebagai zat
penghambat pencoklatan, sulfit juga merupakan agensia antimikroba yang cukup
efektif serta sebagai antioksidan untuk menghambat oksidasi vitamin C. Dimana
vitamin C merupakan senyawa reduktor dan juga bertindak sebagai precursor
untuk pembentukan warna coklat nonenzimatik. Asam-asam askorbat berada
dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam suasana asam, cincin
lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversible dengan membentuk suatu
senyawa diketogulonat, dan kemudian berlangsunglah proses pencoklatan
(Arie, et al., 2007).
Untuk mencegah terjadi reaksi “browning“ dapat dilakukan dengan
perendaman dalam larutan Na-metabisulfit karena Na-metabisulfit merupakan
inhibitor yang kuat untuk mencegah terjadinya reaksi “browning“ baik enzimatis
Pengeringan
Air merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dalam pembuatan
adonan ini karena fungsinya sebagai pelarut dari bahan-bahan. Disamping sebagai
pelarut, air juga berfungsi sebagai pembentuk gluten dan gelatin pada tahap
pengolahan (Anonimous, 1994).
Winarno, et al. (1980) mendefinisikan pengeringan sebagai suatu cara
untuk menghilangkan atau mengeluarkan sebagian air dari dalam bahan pangan
dengan menggunakan energi panas sampai batas dimana mikroorganisme tidak
dapat tumbuh di dalamnya. Kadar air akhir produk-produk kering hasil dehidrasi
adalah sekitar 1–5 %.
Kegiatan-kegiatan bakteri membutuhkan kelembaban. Jadi, pengeringan
pangan, yang menurunkan kandungan air secara berarti, membantu menghentikan
kegiatan bakteria. Dalam bahan-bahan pangan yang telah dikeringkan, nilai gizi
meningkat untuk zat-zat makanan yang tahan terhadap panas, cahaya dan
pengaruh udara dalam jangka waktu lama (Harper, et al., 1986).
Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume
bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga
memudahkan transpor, dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi lebih
murah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas
permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan
waktu pengeringan (Winarno, 1993).
Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air
yang diuapkan (Winarno, 1997).
Penggorengan
Minyak berbentuk cair dalam suhu kamar. Minyak merupakan bahan cair
yang disebabkan karena rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya
kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan
rangkap di antara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang
rendah (Winarno, 1997).
Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih,
dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh
titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Makin tinggi
titik asap, makin baik mutu minyak goreng itu (Winarno, 1997).
Jenis minyak goreng sangat beragam mulai dari minyak kelapa, minyak
kelapa sawit, minyak jagung dan minyak kedelai dengan kualitas beragam.
Minyak goreng yang baik berwarna kuning cerah dan tidak tengik. Minyak yang
paling baik digunakan untuk pembuatan keripik adalah minyak kelapa. Ini karena
minyak tersebut mampu menghasilkan hasil akhir gorengan yang kering dan
berpenampilan bagus. Sedangkan jenis minyak lain memberikan kesan mengkilat
(berminyak) (Sulistyowati, 2004).
Makanan yang diproses dengan penggorengan menjadi lebih gurih,
berwarna lebih baik, nilai gizi meningkat, dan waktu pemasakan lebih cepat.
Selain berfungsi sebagai media penghantar panas, minyak goreng juga akan
163-196oC, meskipun kadang-kadang harus memperhatikan pula produk yang
digoreng (Auliana, 2001).
Metode penggorengan yang paling tepat untuk keripik adalah deep fat
frying, untuk menggoreng keripik, suhu harus di atas titik didih air (sekitar
163-196oC). Di bawah 163oC sebenarnya stabilitas minyak goreng dapat
dipertahankan, tetapi waktu penggorengan menjadi lebih lama dan tidak
ekonomis. Sebaliknya, jika digunakan suhu di atas 196oC degadasi minyak
menjadi lebih cepat dan kualitas minyak goreng menjadi menurun. Akibatnya,
panas yang dihasilkan menjadi berlebihan. Hal ini akan menyebabkan pemasakan
tidak merata dan bahan makanan menjadi cepat gosong (Sulistyowati, 2004).
Mesin vacum frying atau mesin penggoreng hampa adalah mesin untuk
membuat aneka keripik buah dan sayur dengan sistim vakum. Dengan mesin ini,
kita bisa membuat keripik mangga, keripik melon, keripik nanas, keripik nangka,
keripik pepaya, keripik salak dan lain-lain. Suhu yang terjaga rendah ini,
menjadikan produk tidak gosong, sehingga warna sesuai aslinya. Suhu juga bisa
kita atur sesuai keinginan, baik diturunkan atau dinaikkan. Misalnya saja, jika kita
ingin menggoreng bahan lain, yang suhunya butuh lebih rendah ataupun lebih
tinggi mesin dirangkai sedemikian rupa, sehinga kita bisa mengoperasikannya
dengan mudah (Al arif, 2008).
Proses menjalankan mesin vacum frying tidaklah terlalu sulit. Yang kita
perlukan adalah hanya memasukkan minyak goreng ke dalam mesin dengan
jumlah tertentu sesuai dengan aturan, kemudian memasukkan buah yang telah
Pengemasan
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau
mengawetkan produk pangan maupun non-pangan. Kemasan adalah suatu wadah
atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu produk yang dilengkapi
dengan label atau keterangan-keterangan termasuk beberapa manfaat dari isi
kemasan. Pengemasan mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam
menunjang distribusi produk terutama yang mudah mengalami kerusakan
(Susanto dan Saneto, 1994).
Dalam memilih bentuk dan bahan kemasan yang akan digunakan agar
memenuhi syarat sehingga dapat berfungsi dengan baik, maka diperlukan
beberapa pertimbangan antara lain : tidak toksik (tidak beracun), harus cocok
dengan bahan yang dikemas, sanitasi dan syarat-syarat kesehatan terjamin, dapat
mencegah pemalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan
keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas,
ukuran, bentuk dan berat, penampilan dan pencetakan, biaya rendah, dan syarat
khusus (Susanto dan Saneto, 1994).
Terserapnya air yang dibawa udara akan menyebabkan hilangnya sifat
renyah keripik. Itu sebabnya keripik harus dikemas dalam wadah tertutup.
Pengemasan atau penyimpanan dilakukan segera setelah keripik sudah dingin.
Bahan kemasan yang banyak digunakan diantaranya plastik tahan panas,
aluminium foil, kaleng, dan stoples (Sulistyowati, 2004).
Adapun jenis kemasan yang dapat digunakan pada keripik yaitu kantong
plastik polietilen, kantong aluminium foil berlapis plastik, kantong plastik semi
Aluminium foil mempunyai sifat kedap air yang baik, permukaannya dapat
memantulkan cahaya sehingga penampilannya menarik, permukaannya licin,
dapat dibentuk sesuai dengan keinginan dan mudah dilipat, tidak dipengaruhi oleh
sinar, tahan terhadap temperatur tinggi sampai di atas 290oC, tidak berasa, tidak
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2008 di Laboratorium
Teknologi Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji durian yang
diperoleh dari Jalan Krakatau Medan. Bahan lainnya adalah tawas, garam, gula,
cabe merah bubuk, MSG, tepung terigu, tepung gandum, tepung beras, minyak
kelapa, dan Air yang diperoleh dari Carrefour Medan.
Reagensia
- Kalsium Oksida - Gliserin
- Sulfit - Natrium Bikarbonat
Alat Penelitian
- Oven - Timbangan
- Aluminium foil - Beaker glass
- Spatula - Desikator
- Pipet tetes - Gelas ukur
- Penggorengan vakum - Mortar dan Alu
- Sealer - Kemasan Aluminium foil
- Soxhlet - Kertas saring
- Corong - Ayakan 80 mesh
- Pinset - Penjepit
Metoda Penelitian (Bangun, 1991)
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL), dengan dua faktor, yang terdiri dari :
Faktor I : Konsentrasi gliserin (K) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :
K1 = 0,0 %
K2 = 0,15 %
K3 = 0,30 %
K4 = 0,45 %
Faktor II : Lama penyimpanan (L) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :
L1 = 0 hari
L2 = 7 hari
L3 = 14 hari
L4 = 21 hari
Kombinasi perlakuan (Tc) = 4 x 4 = 16, dengan jumlah minimum perlakuan (n)
adalah : Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥ 15
16 n ≥ 31
n ≥ 1,93 ……….. Dibulatkan menjadi n = 2
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktor dengan model :
ijk = µ + i + j + ( )ij + ijk
Dimana :
ijk : Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j
µ : Efek nilai tengah
i : Efek faktor K pada taraf ke-i
j : Efek faktor L pada taraf ke-j
( )ij : Efek interaksi faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j
ijk : Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j dalam
ulangan k.
Bila ** dan * : Uji LSR dilanjutkan.
Pelaksanaan Penelitian
Biji durian dibersihkan, dicuci dan diblansing dengan air garam 1 % sekitar
5-10 menit untuk melepaskan kulitnya kemudian diiris tipis-tipis dan direndam
dalam larutan tawas dengan konsentrasi 1 % selama 20 menit kemudian dicuci
bersih dan ditiriskan. Setelah itu, direndam dalam larutan garam (NaCl) 2 %
selama 20 menit kemudian dicuci bersih dan ditiriskan. Direndam kembali dalam
larutan kalsium oksida 1 % selama 20 menit kemudian dicuci bersih dan ditiriskan
dan yang terakhir direndam dalam larutan sulfit 0,1 % selama 20 menit dan
ditiriskan. Dimasukkan ke dalam oven sampai kering dengan suhu 50oC yang
bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam biji durian. Setelah
tepung beras dan tepung gandum 1 : 3. Perbandingan antara tepung biji durian
dengan campuran tepung lainnya (tepung beras + tepung gandum) sekitar
90 % : 10 % kemudian ditambahkan gliserin sebagai humektan dengan
konsentrasi 0,0 %, 0,15 %, 0,30 %, dan 0,45 % kemudian dibuat adonan dan
ditambahkan bumbu. Adonan digiling sampai membentuk lembaran tipis lalu
dibentuk sesuai keinginan Dilakukan penggorengan dengan menggunakan
penggorengan vacum sampai menghasilkan warna kuning kecokelatan kemudian
ditiriskan, didinginkan dan diberi bumbu-bumbu dari luar. Dilakukan pengemasan
yang sesuai dengan produk dan selanjutnya dilakukan pengamatan pada 0, 7, 14,
dan 21 hari.
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter :
1. Kadar Air (%)
2. Aktivitas Air
3. Kadar Lemak (%)
4. Nilai Warna (Numerik)
5. Uji Organoleptik (Rasa dan Kerenyahan) (Numerik)
Parameter Penelitian
Penentuan Kadar Air (%) ( Dengan Metode Oven ) (AOAC, 1984)
Ditimbang bahan sebesar 5 gram di dalam aluminium foil yang telah
diketahui berat kosongnya. Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu
selama 15 menit kemudian ditimbang kembali. Selanjutnya dipanaskan kembali di
dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator dan
ditimbang. Perlakuan ini diulang sampai diperoleh berat yang konstan.
Kadar Air = Berat Awal – Berat Akhir
x 100 %
Berat Awal
Penentuan Aktivitas Air
- Dibuat / disiapkan beberapa larutan garam jenuh (yang murni) dengan pelarut
aquadest atau aquadest yang telah dididihkan, dimana aktivitas bahan yang
akan diuji berada diantara aktivitas larutan-larutan tersebut.
- Dimasukkan larutan-larutan tersebut ke dalam wadah kedap udara (eksikator).
- Ditimbang contoh dengan berat yang sama, jumlah contoh sama dengan
jumlah wadah yang telah disiapkan.
- Ditutup rapat dan disimpan pada suhu tertentu (suhu kamar) selama
24 jam/lebih.
- Ditimbang contoh masing-masing dan plotlah hasil penimbangan (minus atau
tambah) dengan aktivitas larutan garam yang bersangkutan pada kertas
milimeter.
- Ditarik garis mendatar dari titik 0 sampai memotong kurva dan kemudian
ditarik garis tegak lurus dari titik potong tersebut sampai memotong garis
datar (aktivitas larutan).
Penentuan Kadar Lemak Dengan Soxhlet
Contoh sebanyak 5 gram (c) dikeringkan di dalam oven 100oC sampai
beratnya konstan dan dimasukkan ke dalam selongsong dari kertas saring dan
ditutup (a) kemudian dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang berisi pelarut
petroleum benzine kemudian diekstrak selama 4 jam. Setelah itu, selongsong
dengan bahan dikeringkan dalam oven selama 45 menit dan lalu dimasukkan ke
dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang sampai berat konstan (b).
perbedaan berat sebelum dan sesudah ekstraksi per berat contoh merupakan %
lemak yang terekstrak.
Kadar Lemak = a - b
x 100 % c
Dimana : a = Berat kering sebelum ekstrak (g)
b = Berat kering sesudah ekstrak (g)
c = Berat contoh (g)
Penentuan Nilai Warna
Penentuan warna dilakukan dengan mengamati warna pada keripik biji
durian yang dihasilkan. Caranya, contoh uji diberikan kepada 10 panelis yang
melakukan penilaian. Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Tabel 4. Skala Uji Hedonik Warna
Skala Hedonik Skala Numerik
Penentuan Uji Organoleptik (Rasa dan Kerenyahan)
Uji organoleptik terhadap rasa dan kerenyahan keripik biji durian yang telah
digoreng dilakukan dengan uji kesukaan terhadap 10 orang dengan ketentuan
sebagai berikut :
Tabel 5. Skala Uji Hedonik Rasa
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Suka 4
Suka 3
Agak Suka 2 Tidak Suka 1
Tabel 6. Skala Uji Hedonik Kerenyahan
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Renyah 4 Renyah 3 Agak Keras 2
SKEMA PENELITIAN
Biji Durian Dibersihkan dan
Blansing dengan air garam 1 % dan dikupas Diiris tipis-tipis
Perendaman masing-masing 20 menit
Lar.tawas 1 %
Lar.garam 2 %
Lar.kalsium oksida 1% Lar.sulfit0,1 %
Masing-masing perendaman dicuci bersih dan ditiriskan
Gambar 1. Skema Pembuatan Keripik Biji Durian
Pengamatan dengan
Digiling menjadi lembaran tipis dan dicetak sesuai keinginan
Penggorengan vakum
KERIPIK BIJI DURIAN
Pengemasan
Penambahan bumbu-bumbu dari luar Analisa :
Tepung terigu 250 gr, (Gula halus 10%, Garam halus 13%, MSG 12% & Cabe merah bubuk 14%) dari berat tepung terigu
Dilakukan pengadonan dan penambahan gliserin Penambahan bumbu dan Na-bikarbonat Pencampuran dengan perbandingan 90 % : 10 % Campuran Dihaluskan lalu diayak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi humektan dan lama
penyimpanan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Pengaruh
konsentrasi humektan dan lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati
dapat dijelaskan di bawah ini.
Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Parameter yang Diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi humektan memberikan
pengaruh terhadap kadar air, aktivitas air, kadar lemak, nilai warna dan uji
organoleptik (rasa dan kerenyahan) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Parameter yang Diamati Konsentrasi
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa konsentrasi humektan memberikan
pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan K1 yaitu sebesar 2,818% dan terendah terdapat pada perlakuan K4 yaitu
sebesar 2,205%. Aktivitas air yang tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu
sebesar 0,280 dan terendah terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 0,275. Kadar
lemak yang tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 20,325% dan
terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 15,193%. Warna tertinggi
terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,475 dan terendah terdapat pada
perlakuan K4 yaitu sebesar 1,859 dan terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu
sebesar 1,738.
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan
pengaruh terhadap kadar air, aktivitas air, kadar lemak, nilai warna dan uji
organoleptik (rasa dan kerenyahan) dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati Lama
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh
terhadap parameter yang diuji. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L1
yaitu sebesar 2,779% dan terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar
2,263%. Aktivitas air yang tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar
0,285 dan terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 0,272. Kadar lemak
yang tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 18,566% dan terendah
terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 15,950%. Warna tertinggi terdapat pada
perlakuan L1 yaitu sebesar 3,463 dan terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu
sebesar 3,338. Uji Organoleptik yang tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu
Kadar Air (%)
Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Air (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa
konsentrasi humektan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar air keripik biji durian yang dihasilkan dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Air (%)
LSR Konsentrasi Notasi
Jarak
0,05 0,01 Humektan (%) Rataan 0,05 0,01
- - - K1 = 0,0 2,81750 a A
2 0,01500 0,02065 K2 = 0,15 2,60750 b B
3 0,01575 0,02170 K3 = 0,30 2,36250 c C
4 0,01615 0,02225 K4 = 0,45 2,20500 d D Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan K2, K3, dan K4. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan K3 dan K4. Perlakuan K3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K4.
Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 2,81750% dan yang
terendah terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 2,20500%.
Semakin tinggi konsentrasi humektan maka kadar air keripik biji durian
akan semakin rendah. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier seperti pada
Gambar 2. Hal ini disebabkan karena humektan dengan konsentrasi yang lebih
tinggi akan lebih kuat untuk mengikat air sehingga kadar air pada bahan tetap
stabil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomo (1995) yang menyatakan bahwa
humektan merupakan zat kimia yang larut dalam air di mana nantinya zat tersebut
Pengaruh konsentrasi humektan terhadap kadar air dapat dilihat pada
Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Air (%)
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar air keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)
LSR Lama Penyimpanan Notasi Jarak Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
perlakuan L3 dan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4.
Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 2,77875% dan yang
terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 2,26250%.
Semakin lama waktu penyimpanan maka kadar air keripik biji durian akan
semakin rendah. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier seperti pada Gambar
3. Hal ini disebabkan karena humektan masih berfungsi dengan baik. Sesuai
dengan pernyataan Soeratri et al., (2004) bahwa humektan adalah suatu bahan
higoskopis yang mempunyai sifat dapat mengikat air dari udara yang lembab dan
sekaligus mempertahankan air yang ada pada sediaan.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 3.
= -0,0249L + 2,7595 Gambar 3. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa
konsentrasi humektan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang
Hasil pengujian LSR menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara
konsentrasi humektan dan lama penyimpanan terhadap kadar air keripik biji
durian yang dihasilkan, pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air(%)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara konsentrasi
humektan dan lama penyimpanan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
terhadap kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan K1L1 sebesar
3,160% dan terendah terdapat pada perlakuan K4L4 sebesar 2,050%.
Semakin tinggi konsentrasi humektan dan lama penyimpanan maka kadar air
keripik biji durian yang dihasilkan akan semakin rendah. Penurunan ini mengikuti
Pengaruh interaksi antara konsentrasi humektan dan lama penyimpanan
terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 4.
K1 = -0,0343L + 3,1775
Gambar 4. Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air (%)
Pada lama penyimpanan 21 hari diperoleh kadar air yang lebih rendah
dibandingkan pada lama penyimpanan 0 hari. Hal ini disebabkan karena semakin
lama waktu penyimpanan maka semakin banyak humektan yang masuk ke dalam
bahan sehingga reaksi oksidasi pada bahan akan terhambat dan kadar air akan
semakin menurun.
Aktivitas Air
Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Aktivitas Air
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa
konsentrasi humektan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap aktivitas air keripik biji durian yang dihasilkan dapat dilihat pada
Tabel 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan K2, tetapi berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3 dan K4.
Perlakuan K2 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K3, tetapi berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan K4. Perlakuan K3 berbeda tidak nyata terhadap
perlakuan K4. Aktivitas air tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar
0,28013 dan yang terendah terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 0,27525.
Semakin tinggi konsentrasi humektan maka aktivitas air keripik biji durian
akan semakin rendah. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier seperti pada
Gambar 5. Hal ini disebabkan karena humektan dengan konsentrasi yang lebih
tinggi akan lebih kuat untuk mengikat air sehingga aktivitas air pada bahan tetap
stabil. Pengaruh konsentrasi humektan terhadap aktivitas air dapat dilihat pada
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
aktivitas air keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap aktivitas air dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air
LSR Lama Penyimpanan Notasi Jarak
0,05 0,01 (Hari) Rataan 0,05 0,01
- - - L1 = 0 0,28513 a A
2 0,00190 0,00262 L2 = 7 0,27750 B B
3 0,00200 0,00275 L3 = 14 0,27600 b B
4 0,00205 0,00282 L4 = 21 0,27225 c C Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda tidak nyata terhadap
perlakuan L3 tetapi berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4. Perlakuan L3
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4. Aktivitas air tertinggi terdapat pada
perlakuan L1 yaitu sebesar 0,28513 dan yang terendah terdapat pada perlakuan L4
yaitu sebesar 0,27225.
Semakin lama waktu penyimpanan maka aktivitas air keripik biji durian
akan semakin rendah. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier seperti pada
Gambar 6. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Soeratri et al., (2004) bahwa
pada derajat kelembaban relatif tertentu, humektan dapat mempertahankan kadar
air. Kemampuan tersebut tergantung pada jenis humektan dan kelembaban
Pengaruh lama penyimpanan terhadap aktivitas air dapat dilihat pada Gambar 6. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa
konsentrasi humektan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap aktivitas air keripik biji durian yang
dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadar Lemak (%)
Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Lemak (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa
konsentrasi humektan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar lemak keripik biji durian yang dihasilkan dapat dilihat pada
Tabel 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Kadar Lemak (%)
LSR Konsentrasi Notasi Jarak Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda nyata terhadap
perlakuan K2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3 dan K4. Perlakuan
K2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3 dan K4. Perlakuan K3 berbeda
sangat nyata terhadap perlakuan K4. Kadar lemak tertinggi terdapat pada
perlakuan K4 yaitu sebesar 20,3250% dan yang terendah terdapat pada perlakuan
K1 yaitu sebesar 15,1925%.
Semakin tinggi konsentrasi humektan yang digunakan maka kadar lemak
keripik biji durian yang dihasilkan akan semakin meningkat. Peningkatan ini
mengikuti garis regresi linier seperti pada Gambar 7. Sesuai dengan pernyataan
Jackson (1995) yang mengatakan bahwa semakin banyak humektan yang
digunakan maka komponen-komponen yang terdapat dalam bahan termasuk kadar
lemak, kadar air, dan sebagainya dapat terlindungi. Pengaruh konsentrasi
humektan terhadap kadar lemak dapat dilihat pada Gambar 7.
= 11,963K + 14,617
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar lemak keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar lemak dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%)
LSR Lama Penyimpanan Notasi Jarak
0,05 0,01 (Hari) Rataan 0,05 0,01
- - - L1 = 0 18,56625 a A
2 0,35772 0,49246 L2 = 7 18,12500 b A
3 0,37560 0,51750 L3 = 14 16,59375 c B
4 0,38514 0,53061 L4 = 21 15,95000 d C Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda nyata terhadap
perlakuan L2 dan berbeda sangat nyata terhadap L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda
sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan L4. Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu
sebesar 18,56625% dan yang terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar
15,95000%.
Semakin lama waktu penyimpanan maka kadar lemak keripik biji durian
akan semakin rendah. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier seperti pada
Gambar 8. Hal ini disebabkan karena humektan masih berfungsi dengan baik.
Sesuai dengan pernyataan Jackson (1995) yang menyatakan humektan dapat
melindungi komponen-komponen yang terikat kuat di dalam bahan yang belum
Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar lemak dapat dilihat pada Gambar 8. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap kadar lemak (%)
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa
konsentrasi humektan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak keripik biji durian yang
dihasilkan.
Hasil pengujian LSR menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara
konsentrasi humektan dan lama penyimpanan terhadap kadar lemak keripik biji
Tabel 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Konsentrasi Humektan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara konsentrasi
humektan dan lama penyimpanan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata
terhadap kadar lemak. Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan K4L1
sebesar 22,625% dan terendah terdapat pada perlakuan K1L4 sebesar 14,125%.
Semakin tinggi konsentrasi humektan lama penyimpanan maka kadar lemak
keripik biji durian yang dihasilkan akan semakin tinggi. Peningkatan ini