• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAHTANGGA TERINFEKSI HIV/AIDS (Studi Kasus pada Ibu Rumahtangga Teinfeksi HIV/AIDS di Kota Bandarlampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAHTANGGA TERINFEKSI HIV/AIDS (Studi Kasus pada Ibu Rumahtangga Teinfeksi HIV/AIDS di Kota Bandarlampung)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAHTANGGA

TERINFEKSI HIV/AIDS

(Studi Kasus pada Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS di

Kota Bandarlampung)

(Skripsi)

Oleh RIKAWATI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

By RIKAWATI

Deviancy Human Immune Virus ( HIV ) is a virus attacks the human immune Yeng originating from Central Africa , HIV can also attack the nerves and brain cells . A person infected with HIV may not be suffering from acquired immune deficiency syndrome ( AIDS ) . 12 percent of people with HIV will develop AIDS within 8 years . Initially this virus attacked only homosexuals , but has now spread to women , especially housewives . Though housewife is in fact not at-risk groups . Not only the big cities , the city of Bandar Lampung also has experienced the spread of HIV / AIDS among housewives . The purpose of this study is to examine and analyze the things that cause menjadifaktor housewives infected with HIV / AIDS . The research was conducted in the city since 2012 Bandarlampung.Metode research is a qualitative research method of data collection techniques using in-depth interviews , documentation and observation . From the research it is known if the housewives infected with HIV / AIDS due to various factors . Among housewife weak bargaining power of men that could not reject the relationship at risk , than the level of education and knowledge housewife , causing a lack of information regarding HIV / AIDS . Particular town Bandar known if the lack of health care or VCT also be the cause . Not only are infected , housewives also experience discrimination from family , workplace and society .

(3)

FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAHTANGGA

TERINFEKSI HIV/AIDS

(Studi Kasus pada Ibu Rumahtangga Teinfeksi HIV/AIDS di Kota Bandarlampung)

Oleh Rikawati

Human Immune Deviancy Virus (HIV) merupakan suatu virus yeng menyerang kekebalan tubuh manusia yang berasal dari Afrika Tengah, HIV juga bisa menyerang saraf dan sel-sel otak. Seseorang yang terinfeksi HIV mungkin tidak akan mengidap acquired immune deficiency syndrome (AIDS). 12 persen pengidap HIV akan terserang AIDS dalam waktu 8 tahun. Mulanya virus ini hanya menyerang kaum homoseksual, tetapi kini sudah menyebar pada kalangan perempuan terutama ibu rumahtangga. Padahal ibu rumahtangga bukan lah kelompok beresiko. Tak hanya kota besar saja, Kota Bandar lampung juga sudah mengalami penyebaran virus HIV/AIDS dikalangan ibu rumahtangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis hal-hal yang menjadifaktor penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS. Penelitian ini dilakukan sejak tahun 2012 di Kota Bandarlampung.Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Dari hasil penelitian dapat diketahui jika ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS disebabkan berbagai faktor. Diantaranya daya tawar lemah ibu rumahtangga terhadap laki-laki sehingga tidak bisa menolak hubungan yang beresiko, selain itu tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu rumahtangga sehingga menyebabkan kurangnya informasi terkait HIV/AIDS. Khusus kota Bandarlampung diketahui jika minimnya layanan kesehatan atau VCT turut menjadi penyebab. Tak hanya terinfeksi, ibu rumahtangga juga mengalami diskriminasi dari keluarga, lingkungan kerja maupun masyarakat luas.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

MOTO ... v

SANWACANA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... . viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Ibu Rumahtangga ... 9

1. Pengertian Ibu Rumahtangga ... 9

(8)

2. Pengertian AIDS ... 13

3. Penyebaran HIV/AIDS ... 14

4. Gejala Infeksi HIV/AIDS ... 15

C. Kesehatan Reproduksi Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS 17

D. Faktor Penyebab Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS ... 18

E. Dampak Sosial Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS ... 22

F. Kerangka Pikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Fokus Penelitian ... 30

C. Setting Penelitian ... 30

D. Penentuan Informan ... ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Analisa Data ... 33

BAB IV SETTING PENELITIAN A. HIV/AIDS ... ... 37

B. Masyarakat Bandarlampung dan Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS ... 39

1. Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS ... 43

(9)

A. Profil Informan dan Data Hasil Pembahasan …..…...…...…... 49

B. Faktor Penyebab Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS ... 52

1. Daya Tawar Lemah (Bergaining Power) ... 53

2. Rendahnya Pendidikan ... ... 56

3. Stigma dan Disriminasi ... 59

4. Sikap Pasrah Ibu Rumahtangga Menghadapi HIV/AIDS ... 61

5. Pengetahuan dan Kesadaran ... 62

6. Korban Trafacking ... ... 63

7. Layanan VCT Bandarlampung ... ... 65

C. Dampak Sosial Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS ... 66

1. Penolakan Oleh Keluarga, Teman atau Masyarakat ... 67

2. Anggapan Tidak Bermoral ... 69

3. Pelecehan Terhadap Ibu Rumahtangga Lisan Maupun Fisik ... 72

D. Analisis Teori ... 73

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………...………... 78

B. Saran …………...………... 81

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Tabel Halaman 1. Tabel 1. Jumlah penderita HIV/AIDS Perkabupaten/Kota di Provinsi

Lampung... 4 2. Tabel 2. Kelompok Beresiko Berdasarkan Jenis Kelamin... 5 3. Tabel 3. Tanda-tanda Positif TerinfeksAIDS... ... 14 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk, luas wilayah dan Kepadatan Penduduk

Perkecamatan di Kota Bandarlampung Tahun 2010... 41 5. Tabel 5. Sejarah Kependudukan Kota Bandarlampung... 42 6. Tabel 6. Jumlah Kependudukan Kota Bandarlampung Menurut Kelompok

(11)

I. P E N D A H U L U A N

`

A. Latar Belakang

Ibu rumahtangga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang telah menikah serta menjalankan pekerjaan rumah. Merawat aanak-anak, memasak, membersihkan rumah, dan tidak bekerja diluar rumah. Seorang ibu rumahtangga sebagai wanita menikah yang bertidak bisa tanggungjawab atas rumahtangga nya.Menjadi seorang ibu dalam rumahtanggga adalah “profesi” yang tidak bisa dianggap remeh. Menjadi ibu rumahtangga bukanlah hal yang mudah karena memainkan sederet peran secara bersamaan (Baghir,2003:64). Dengan peran tersebut sudah selayaknya ibu rumahtangga mendapat apresiasi, kunci dalam keberhasilan pembangunan beranjak dari peran-peran perempuan dalam rumahtangga.Seiring perkembangan zaman dan dunia globalisasi isu perkembangan HIV mulai merambah pada ibu rumahtangga.

(12)

ini menyerang kekebalan tubuh manusia dan menyerang sel darah putih sebagai antibodi. Semakin banyak sel darah putih yang mati maka tubuh semakin tidak mampu untuk melawan berbagai penyakit di sekeliling.HIV dapat pula menyerang sel-sel otak dan sistem saraf yang secara langsung mengakibatkan keterbelakangan mental dan keseimbangan. Terdapat perbedaan antara HIV dan AIDS, AIDS adalah singkatan dari Acquiired Immundeficiency Syndrome yang berarti kumpulan gejala atau sindrom

akibat menurunya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.Tubuh manusia memiliki kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus dan penyakit.AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh, akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain. (Yatim, 2006)

(13)

Meskipun pertama kali pada kaum homoseksual, tetapi pada perkembanganya juga menyerang kaum perempuan terutama ibu rumahtangga. Di Indonesia kasus AIDS pértama kali ditemukan tahun 1987dari seorang wisatawan Belanda yang meninggal di rumah sakit Sanglah Bali. Setelah itu, berangsur-angsur bertambah jumlah penderita HIV. Seperti yang dikemukakan oleh Mann, (1995) bahwa pada tahun I995banyak ahli epidemiologi yang memperkirakan Indonesia sebagai negaraberpenduduk sangat banyak memiliki potensi besar untuk terlanda wabah AIDS dalam waktu singkat. Penularan virus HIV dapatterjadidengan berbagai cara, yaitu

1. Hubungan seksual dengan seorang pengidap.

2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik

a. Transfusi darah yang tercemar HIV

b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik .

c.Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan

3. Secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan. (Mann,1995)

(14)

pusat kota. Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Kota Bandarlampung memiliki jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak.

Tabel 1. Jumlah penderita HIV/AIDS Perkabupaten/Kota di Provinsi Lampung

Sumber. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2012

(15)

Tabel 2. Kelompok Beresiko Berdasarkan Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN 2006-2011 Persentase

LAKI LAKI 287 55.09

PEREMPUAN 234 44.91

JUMAH 521 100

Sumber. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2012

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui sejak tahun 2006 hingga 2012 persentase jumlah. perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS terus meningkat bahkan hingga tahun 2012 mencapai 44.91%. Dari persentasetersebutterdapat 234 perempuan yang terinfeksi, hal tersebut menunjukkan bahwa ibu rumahtangga bisa terinfeksi HIV/AIDS karena berbagai faktor.

Menurut Dalimuntae Akhlasiah (2012:137-139) terdapatbeberapa faktor yang menjadi penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS di antaranya,

1. Ibu rumahtangga memiliki daya tawar lemah, tidakberpendidikan, dan secara sosial maupun ekonomi tidakmandiri. Perempuan sulit melindungi dirinya dari infeksi HIV karenapasangan seksualnya. 2. Sosial-kultural dalam masyarakat patriarki. Faktor sosial-kultural telah

(16)

sosial-kultural lain yang membuat kaum perempuan tidak dapat maju dan merdeka adalah, bahwa perempuan tidak bisa menolak hubungan seksual yang berisiko dengan pasangannya. Ia juga tak memiliki daya untuk meminta pasangannya memakai kondom dalam berhubungan seksual. Disisi lain, perempuan dituntut untuk sewajibnya setia dengan pasangan sedangkan ia tidak boleh menuntut sikap yang sama dari pasangannya.

3. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran perempuan iburumahtangga tentang HIV/AIDS. Penyebaran virus HIV/AIDS tidak hanya mengancam kelompok dengan perilaku seks yang tidak aman, tetapi juga telah mengancam kalangan ibu rumahtangga yang suaminya telah terinfeksi virus mematikan itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu rumahtangga yang tergolong kelompok normal dapat juga

terjangkit virus HIV.

“Ideologi ini pun merupakan sebuah sistem sosial yangmendukung dan membenarkan predominasi kaum laki-laki yangmengakibatkan kontrol dan subordinasi perempuan, serta menciptakanketimpangan atau ketidakadilan gender. Hal ini merupakan dominasi ataukontrol laki-laki atas perempuan, tubuhnya, seksualitasnya dan pekerjaannya,baik dalam keluarga maupun masyarakat. (Yulianeta, 2002)

(17)

mereka sendirid an kekerasan. Ini terjadi dalam bentuk kekerasan seksual, pemukulan, maupun psikologis.Selain itu, Adanya stigmadan diskriminasi baik dari keluarga, teman maupun masyarakat. Hal ini tentu saja hanya akan memperburuk kondisi para orang yang terinfeksi HIV itu sendiri karena pada dasarnya ODHA memerlukan dukungan moral baik dari keluarga, teman, lingkungan maupun masyarakat. Stigma sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi dan pada gilirannya akan mendorong munculnya pelanggaran hak azazi manusia (HAM).

(18)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang menjadi penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS?

2. Bagaimanakah dampak sosial yang diterima ibu rumahtangga penderita HIV/AIDS ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menjadi penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS.

2. Mengetahui dampak sosial yang dialami ibu rumahtangga penderita HIV/AIDS

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya ilmu sosial khususnya ilmu bidang sosiologi gender dan sosiologi kesehatan

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Ibu Rumahtangga 1. Pengertian Ibu Rumahtangga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumahtangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraanberbagai macam pekerjaan rumahtangga , atau iburumahtangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusiberbagai pekerjaan dalam rumahtangga (tidak bekerja di kantor).

Jadi, ibu rumahtangga merupakanistilah yang digunakan untuk menggambarkan seorang wanita yang telah menikah serta menjalankan pekerjaan rumah keluargamerawat anak-anaknya, memasak, membersihkan rumah dan tidak bekerja di luar rumah. Seorang ibu rumahtangga sebagai wanita menikah yang bertanggung jawab atas rumahtangganya.

2. Peranan Ibu Rumahtangga dalam Keluarga

(20)

“Peran adalah seperangkattingkah laku yang diharapkan oleh oranglainterhadap kedudukan dalam suatu sistem. Sistem membutuhkan sentuhanatau tindakan seseorang yang dapat mengelola, menjaga, merubah, danmemperbaiki suatu sistem.Suatu sistem membutuhkan peran dari seseorang.Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar danbersifat stabil” (Ali, 2002).

Menjadi seorang ibu dalam rumahtangga adalah “profesi” yang tidak bisa dianggap remeh. Menjadi ibu rumahtangga bukanlah hal yang mudah. Dari sederet peran yang bisa dimainkan seorang ibu rumahtangga .Menurut Sharif Baqhir (2003:64) 7 di antara peran penting ibu rumahtangga dalam keluarga adalah

1. Ibu sebagai manager

Sebagai seorang manager, seorang ibu rumahtangga mampumengintegrasikan berbagai macam karakter, berbagai macam keadaan/kondisi anggota keluarganya ke dalam satu tujuan rumahtangga . Ibu rumahtangga berperan menjadi sosok pengatur kelangsungan roda rumahtangganya sehari-hari.

2. Ibu sebagai guru

(21)

3. Ibu sebagai chef

Sebagai seorang cheftentunya seorang ibu harus pandai memutar otak untuk berkreasi menghasilkan menu-menu yang dapat diterima semua anggota keluarga, baik menu sarapan, makan siang, maupun makan malam. Ibu rumahtangga juga berperan menjaga kesehatan keluarga

4. Ibu sebagai perawat

Sebagai seorang perawat, seorang ibu bagaimana dengan telatennya merawat putra-putrinya, dari mulai mengganti popok ketika bayi, memandikan, menyuapi makan, sampai segala sesuatu yang dibutuhkan oleh putra-putrinya sekecil apapun beliau perhatikan, dan tidak bosan-bosannya mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya yang begitu tulus. 5. Ibu sebagai accountant

Sebagai seorang akuntan, seorang ibu mampu mengelola APBK ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga ) dengan sebaik-baiknya, bagaimana mengatur pengeluaran belanja bulanan dari mulai membayar listrik, telepon, PAM, kebutuhan anak sekolah, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang tak terduga. Dan bahkan bagaimana seorang ibu rumahtangga mampu membantu perekonomian keluarganya dengan tidak melupakan kodratnya sebagai ibu.

6. Ibu sebagai design interior

(22)

7. Ibu sebagai dokter

Ibu sebagai seorang doctor bagaimana seorang ibu harus mampu mengupayakan kesembuhan dan menjaga putra-putrinya dari berbagai hal yang mengancam kesehatan. Berbagai cara dilakukan untuk menjaga anggota keluarganya tetap dalam keadaan sehat.

B. Tinjauan Tentang HIV/AIDS 1. Pengertian HIV

Menurut Gordon Gill (1994, 12-21) HumanImmunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.Sel darah putih tersebutterutama limtosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limtosit.Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limtosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia.

(23)

menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2.Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi.Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV (Zein, 2006).

2. Pengertian AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV.Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

Menurut Goldon Gill (1994:9) seseorang pengidap HIV mulai menunjukkan tanda-tanda penyakitnya setelah 6 bulan atau setelah beberapa tahun. Tanda-tanda tersebut cukup umum bagi banyak penyakit, dan tanda-tanda itu tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa AIDS. Tanda itu juga biasa dialami seseorang yang mengalami penurunan kekebalan tubuh.Misalnya kurang gizi, kanker, dan reaksi suatu obat tertentu. Apabila orang tersebut memperlihatkan satu atau dua tanda utama berikut ini dapat menjalani tes darah anti body HIV atau AIDS.

(24)

Tanda-tanda AIDS Tanda-tanda positif terinfeksi

Tanda-tanda utama Kehilangan berat badan lebih dari 10 persen Demam lebih dari 10 bulan

Diare lebih dari 1 bulan Sering merasa lemah Tanda-tanda kecil Batuk lebih dari 1 bulan

Kulit gatal

Rasa dingin diseluruh tubuh

Sariawan pada mulut dan tenggorokan

Pembengkakan kelenjar lebih dari dua tempat lebih dari tiga bulan

Dapat disimpulkan bahwa HIV merupakan virus yang menyerang Kekebalantubuh manusia, seseorangyang terinfeksi HIV mungkin tidak akan mengidapAIDS. Hanya dapat menyatakari bahwa demi tahun berlalu, 12 persenpengidap HIV mempunyai gejala AIDS. Umumnya seorang penderita HIVakan terserang AIDS dalam waktu 8 tahun. Pada fase ini virus semakinberkembang dan mudah terserang penyakit.Selain itu, daya tahan tubuhsemakin berkurang.Sehingga penderita AIDS bisa meninggal duniadikarenakan virus kini mudah sekali menyerang kekebalan tubuh.Tak jarang penderita AIDS menimbulkan keterbelakangan mental karena virusnya menyerang otak dan sisitem saraf secara langsung.

(25)

Proses penularan virus HIV melalui beberapa cara yaitu secara horizontal melalui hubungan seksual dan melalui darah yang terinfeksi, atau secara vertical penularan dari ibunya ke bayi yang dikandungnya. AIDS dikelompokkan dalam infeksi menular seksual (IMS) karena paling banyak ditularkan melalui hubungan seksual.

Menurut(Murtiastutik, 2008)terdapat empatcara penyebaran virus HIV/AIDS, yaitu

a. Melalui hubungan seksual yang tidak terlindung dengan orang yang terinfeksi HIV dan AIDS. Hubungan seksual ini bisa homoseksual (sesama jenis) ataupun heteroseksual (berlainan jenis). Virus dapat masuk ke tubuh melalui lapisan/selaput vagina, vulva, penis, rektum atau mulut.

b. Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang terinfeksi/tercemar HIV dan langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah dari si penerima.

c. Melalui jarum suntik atau alattusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) yang terinfeksi/tercemar HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh pecandu narkotika akan mudah menularkan HIV di antara mereka, bila salah satu diantaranya seorang pengidap HIV.

d. Penularan ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya. Penularan dapatterjadi selama kehamilan, atau persalinan atau selama menyusui.

(26)

Infeksi HIV dapat dibagi menjadi stadium, yaitu: infeksi akut, kronik dan AIDS.

a. Infeksi akut, merupakan stadium paling dini dan singkat. Tidak semua penderita menunjukkan gejala-gejala, tapi kebanyakan menunjukkangejala-gejala seperti flu selama 3-6 minggu setelah infeksi. Gejala-gejalanya sama dengan flu atau deosis panas dan rasa lelah yangberlangsung selama 1-2 minggu. Bis disertai ataupun tidak gejala-gejal seperti: Bisul dengan bercak kemerahan, biasanya pada tubuh bagian atas, tidaki gatal, sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakittenggorokan, pembengkakan kelenjar,diare, dan mual-mual. Tes HIV yang sensitif dapat menjelaskan apakah seseorang terinfeksi HIV akut atau tidak. Pengobatan pada stadium akut dengan obat antiretroviral jauh lebih baik disbanding stadium yang lebih lanjut. Tes HIV yang biasa tidak dapat mendeteksi infeksi yang akut. (Gunung, 2003:32).

b. Gejala infeksi kronik, infeksi kronik ini mulai 3-6 minggu setelah infeksi. Pada stadium ini tidak menunjukkan gejala apapun, seperti orang sehat pada umumnya, pada kebanyakan penderita pada stadium ini berlangsung selama 20 tahun. Walaupun tidak menunjukkan gejala akantetapi sistem imun berangsur-angsur menurun.

(27)

lebih dari 10 hari, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak jelas, pernatasan memendek, diare berat dan infeksi jamur pada mulut.

C. Kesehatan Reproduksi Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS

Menurut Pangkahila (2005:7) kesehatan reproduksi merupakan ilmu yang mempelajari alat reproduksi baik laki-laki maupun perempuan yang merupakan bagian integral dari sistem tubuh manusia lainya serta hubungan secara timbale balik dengan lingkunganya.Kesehatan reproduksi juga merupakan isu yang banyak diangkat beberapa tahun terakhir.Pasalnya kesehatan reproduksi telah menjadi isu internasional melalui sebuah konferensi di Mesir tahun 1994, salah satu masalah kesehatan reproduksi yang memerlukan penanganan serius adalah HIV/AIDS.hal ini dikarenakan jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat.

Menurut Muhadjir (2000:157) mengatakan bahwa penyakit menular seksual termasuk HIV/AID telah cukup lama disadari sebagai masalah kesehatan reproduksi.Berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi penularan penyakit:

a. Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang sering menggunakan obat bius secara langsung secara terus menerus.

(28)

c. Cara hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rektal, dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS. Senggama anal pasif yang pernah dilaporkan pada beberapa penelitian menunjukkan korelasi tersebut.Walaupun belumi terbukti, kondom dianggap aktif untuk menghindari penyakit kelamin, cara ini masih merupakan anjuran. (Djuanda, 2007).

D. Faktor Penyebab Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV

Indonesia termasuk salah satu Negara di Asia yang pertumbuhan kasus HIV & AIDS relatif cepat, hal ini diungkapkan oleh UNAIDS dalam laporannya. Kementrian Kesehatan RI melaporkan, dalam kurun waktu 13 tahun, jumlah kasus AIDS sebesar 30.430 kasus dengan kasus kematian 5.484 kasus yang dilaporkan secara kumulatif antara 1 Januari sampai dengan 31 Maret 2012. Kasus AIDS yang dilaporkan tahun 2006 oleh Kementrian Kesehatan RI yang telah diagregasikan berdasarkan jenis kelamin, 6.604 kasus pada laki-laki dan 1.529 pada perempuan. Data tersebut apabila dibandingkan dengan data jumlah kasus AIDS yang dilaporkan periode 31 Maret 2012 berdasarkan jenis kelamin, 20.665 kasus pada laki-laki dan 8.339 kasus pada perempuan. Dari data ini jelas tergambar prevalansi penularan HIV pada perempuan mengalami kenaikkan yang sangat signifikan dalam periode 6 tahun terkahir.(Http/ DIRJEN PP&PL KEMENKES RI data kasus 2011).

(29)

1. Perempuan sangat tergantung secara ekonomi kepada pasangan. Kondisi timpang seperti ini membuka kemungkinan terjadinya kekerasan dari pihak yang lebih tinggi daya tawarnya atau menganggap diri dapat menguasai yang lain.

2. Stigma dan diskriminasi. Perempuan mengalami stigma ganda, yaitusebagai perempuan makhluk kelas dua yang cenderung disalahkanatas apa yang terjadi terhadap dirinya sendiri. Masyarakat menganggap semestinya perempuan dapat menjaga diri, suami, dan keluarganya sehingga tidak terinfeksi HIV/AIDS. Stigma kedua adalah sebagai ODHA (orang dengan HIV/AIDS), yaitu orang yang dianggap tidak baik perilakunya dan tidak bermoral, sehingga bisa terinfeksi penyakit menular dan harus dijauhi. Faktor ini menyebabkan perempuan segan memeriksakan diri dan mengetahui status HIV-nya, ia punmengabaikan kemungkinan dirinya terinfeksi dari pasangan.

(30)

indikatorperilaku berisiko, juga bisa menjadi pintu bagi HIV, terutama bagipenyakit yang menyebabkan luka atau ulcer.

1. Akses informasi dan pendidikan perempuan jauh lebihrendah sehingga mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukupmengenai kesehatan reproduksi, termasuk persoalan seputar HIV/AIDSdan pelayanan kesehatan yang menjadi hak mereka. Tak bisa dilupakan,hal ini juga terjadi karena perempuan disosialisasikan sedemikian rupauntuk menomorduakan kebutuhan kesehatannya sesudah anggotakeluarganya. Bahkan ada stereotip bahwa penyakit-penyakit yangberkaitan dengan reproduksi dianggap suatu hal yang memalukan dankotor jika terjadi pada perempuan.

2. Posisi mereka yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS adalah orang-orang yang memiliki daya tawar lemah, tidak berpendidikan, dan mereka yang secara sosial maupun ekonomi tidak mandiri. Perempuan sulit melindungi dirinya dari infeksi HIV karenapasangan seksualnya enggan menggunakan kondom dan ia tidak memiliki keberanian untuk menolak hubungan seks yang berisiko. Sehingga terjadi ketidak setaraan dan ketidakadilan gender.

(31)

perempuan tidak bisa menolak atau tidak bisa meminta suaminya menggunakan kondom ketika memaksakan hubungan seksual yang tidak aman. Perempuan juga tidak bisa menolak hubungan seksual meskipun dia mengetahui suaminya memiliki hubungan dengan sejumlah perempuan lain di luar perkawinannya.

3. Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran Perempuan IbuRumahtangga tentang HIV/AIDS. Penyebaran virus HIV/AIDS tidak hanya mengancam kelompokdenganperilaku seks yang tidak aman, tetapi juga telah mengancam kalangan ibu rumahtangga yang suaminya telah terjangkit virus mematikan itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu rumahtangga yang tergolong kelompok normal dapat juga terjangkit virus HIV.

4. Sikap Pasrah Ibu Rumahtangga Menghadapi HIV/AIDS

Pada umumnya perempuan ibu rumahtangga menghadapikondisinya yang terinfeksi HIV/AIDS bersikap pasrah dan nrimo. Halini disebabkan adanya pengalaman berliku yang membuat mereka kehilangan harapan dan semangat hidup. Sementara itu, perempuan dari berbagai usia ini bekerja keras membantu orang-orang yang juga terinfeksi dan berjuang untuk memerangi HIV/AIDS termasuk menghilangkan stigma dan diskriminasi dalam masyarakat.

(32)

atau istri, perempuan muda dalam hubungan pacaran, anak perempuan, perempuan pekerja, termasuk pekerja migran dan pekerja rumahtangga, perempuan yang diperdagangkan, perempuan di daerah konflik, perempuan cacat, dan pekerja seks komersial.

Penyebab yang paling dominan kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS adanya daya tawar lemah posisi perempuan terhadap laki-laki sehingga perempuan menjadi makhluk kelas dua yang hanya menerima apapun kondisi suami dan merupakan hal tabu untuk membicarakan seks terlebih lagi mengetahui kondisi kesehatan sang suami.

A. Dampak Sosial yang Dialami Ibu Rumahtangga Terinfeksi HIV/AIDS

Di Indonesia, permasalahan gender ibu rumahtangga penderita HIV/AIDS

masih menjadi persoalan, dan diperkirakan jumlah perempuan yang

terdeteksi virus HIV akan terus meningkat, karena penyebab utamanya

adalah penularan dari suami ke istri mereka. Ketimpangan gender itu telah

membuat posisi tawar perempuansangat rendah dalam pengambilan

keputusan termasuk aspek kesehatan reproduksinya. (Carr, 2008:4).

Dalam banyak kasus, para ibu rumahtangga tertular dari suaminyayang

sudah lebih dahulu terpapar HIV/AIDS karena kerap bergantipasangan atau

menggunakan jarum suntik saat mengonsumsi narkoba.Di lain pihak pria

dengan HIV positiftetap berhubungan dengan pasangannya

(33)

1. Dijauhi Keluarga `

Stigma jenis ini biasanya dilakukan oleh orang terdekat atau keluarga yang sering berinteraksi langsung dalam kehidupan sehari-hari. Akibat adanya ketakutan akan terinfeksi sehingga dijauhi.

2. Penolakan Oleh Keluarga, Teman atau Masyarakat

Pada tingkatan ini masyarakat menganggap ibu rumahtangga yangterinfeksi HIV tidak layak untuk hidup bersama dan akan menimbulkan ketakutan dan pencemaran nama baik keluarga. Sehingga keluaraga pun rnelakukan diskriminasi untuk menyelamatkan nama baik anggotakeluarganya, selain itu untuk menghindarkan diri virus yang sama.Karena adanya k¢takutan akan tertular jika berinteraksi langsung.

3. Anggapan Tidak Bermoral

Orang yang terinfeksi HIV/AIDS sering dianggap tidak bermoral, terlebih lagi ibu rumahtangga yang tidak bisa menjaga kesehatan reproduksinya.Paradigma masyarakat sudah terbentuk bahwasanya HIV/AIDSmerupakan penyakit yang disebabkan oleh seks bebas, narkoba danhubungan seksual lainya sehinggan tidak pantas untuk ditoleransi karenaperilaku yang buruk.

4. Pelecehan Terhadap Ibu Rumahtangga Lisan Maupun Fisik.

(34)

terinfeksi HIV/AIDS ada di sekeliling mereka. Sehingga timbul perasaan untuk menjauhi atau mencibiri karena dianggap perilaku ibu rumahtangga yang terinfeksi bisa dipastikan buruk. Selain itu, sangat rendah dalam pengambilan keputusan termasuk aspek kesehatan reproduksinya. (Carr,2008:4).

Menurut Dubois ( 2005:329) terdapat empat faktor yang menjadi penyebabadanya stigma dan diskrikinasi terhadap ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS, yaitu

1. Salah informasi tentang HIV/AIDS khususnya mengenai cara-cara penularannya. Padahal penularan AIDS itu tidak mudah. AIDS tidak melular karena bersalaman atau bersin, yang pasti HIV/AIDS bisa manular meIalui darah, air mata, atau ibu pengidap AIDS kepada anak

yangdikandungnya.

2. Masyarakat masih menempatkan ibu rumahtangga sebagai pembawa malapetaka dan sampah masyarakat. Pandangan sebagian besar masyarakat demikian terkait erat dengan budaya Tirnur yang memandang orang yang tertimpa penyakit menular adalah konsekuensi dari perbuatannya yang amoral.

(35)

dibinasakan karena perbuatan mereka amoral. Akibat Ianjutannya adalah para ODHA mengalami kondisi kejiwaan yang semakin terpuruk, tida jarang malahan akan melampiaskan dengan secara sengaja menularkanHIV pada orang lain agar merasakan penderitaan yang dialami.

4. Negara belum sepenuhnya rnemberikan perlindungan secara holistik terhadap para ODHA. Hal terbukti bahwa selama ini pemerintah belum mempunyai sebuah undang-undang penanggulangan yang didalamnya membahas perlindungan hak-hak ODHA. Hampir dapat dikatakan bahwa IkegagaIan pemerintah mengatasi masalah penyebaran HIV/AIDS selama belnm menunjukan keberhasilan, walaupun sudah membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional melalui Perpes No. 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.

B.Kerangka Pikir

(36)

dan tidak bekerjadi luar rumah. Seorang ibu rumah tangga sebagai wanita menikah yangbertanggungjawab atas rumah tangganya. Seiring perkembangan Zaman dandunia globalisasi isu penyebaran HIV mulai merambah pada ibu rumahtangga. Padahal Ibu rumahtangga sendiri tidak mengetahui virus yangdinamakan HIV/AIDS, atau Human Immunedeficiency virus .Terlebih lagi ibu rumahtangga bukanlah kelompok

beresiko terinfeksi HIV/AIDS.

Khusus untuk kota Bandarlampung berdasarkan data tahun 2006 hingga2012 persentase jumlah perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS terus meningkat bahkan hingga tahun 2012 mencapai 44.91%. Dari persentase tersehut terdapat 234 perempuan yang terinfeksi, dan 130 diantaranya adalah ibu rumahtangga. Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu rumahtangga bisa terinfeksi HIV/AIDS karena berbagai faktor. Diantaranya daya tawar lemah, ibu rumahtangga yang secara ekonomi maupun pendidikan masih bergantung pada suami, sehingga hal tersebut mewakili budaya patriarki yang hingga kini masih di anut diIndonesia.

(37)
(38)

Bagan Kerangka Pikir

Ibu Rumahtangga yang Terinfeksi HIV/AIDS

Disebabkan oleh 4 faktor yaitu :

• Ekonomi • Faktor biologis • Pendidikan • Daya tawar lemah • Kurangnya informasi • Sikap pasrah

• Faktor pendidikan

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif,dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Selain itu, penelitian bertujuan menjelaskan secara terperinci masalah sosial tertentu dan akan dihasilkan data yang relevan, yaitu berupa data yang dinyatakan secara tertulis dan perilaku yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh dengan mengumpulan data kepustakaan dan wawancara mendalam,analisis kasus dan analisis dokumen.

(40)

keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Jadi dalam hal ini, peneliti seutuhnya memahami alur kasus yang disajikan sebagai data penelitian secara intensif.

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus karena fokus penelitian dapat membatasi studi dan untuk mengarahkan pelaksanaan suatu pengamatan. Fokus dalam penelitian kualitatif bersitat tentatif artinya dapat berubah sesuai dengan situasi dengan latar penelitian.

Menurut Miles dan Hubermas (1992:30) mengemukakan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data yang dipandang kemanfaatnya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan bentuk analisis mengesampingkan variable-variabel yang tidak berkaitan dan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah.Kemudian Menurut Milles Mattew B dan A. Mickhael Huberman (1992:20) dengan adanya fokus penelitian, akan menghindari pengumpulan data yang tidak valid dan hadirnya data yang melimpah ruah.Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah mengetahui faktor penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS.

C. Setting Penelitian

Hadawi Nawawi dan Martini Hadari (19952 208-217) menyatakan bahwa objek penelitian kualitatif diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya dalam

(41)

bahwa sumber data dalam penelitian kualitatif harus berada dalam kondisisewajarnya.Selanjutnya melalui sumber data, dapat ditemukan lokasi penelitian dengan tidak menetapkan berada dalam satu jumlah lokasi. Usaha mengumpulkan data hanya terhenti setelah mencapai taraf ketuntasan atau kejenuhan.Tahap ini terjadi apabila tidak ada sumber data yang memberikan informasi.Berdasarkan penimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan di Kota Bandar lampung karena jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak untuk tingkat Provinsi Lampung, selain itu juga akses lebih mudah bagi peneliti.

D. Penentuan Informan

Infoman adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman terkait latar belakang penelitian dan harus sukareela menjadi anggota tim penelitia walaupun hanya bersifat informal (Moloeng, 1989: 1 32).

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan

(42)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Antar alat pengumpul data tersebut berfungsi saling melengkapi akan data yang dibutuhkan. Untuk mengumpulkan data dan informasi pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam

(43)

2. Observasi

Dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala pada objek penelitian.(Nawawi, 1990:74) dan unsur-unsur yang tampak itu yang disebut data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara langsung.

3. Studi Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,agenda dan sebagainya. Nawawi (2005: 133) menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dengan menggunakan teknik ini peneliti mendapatkan data-data menyangkut ibu rumahtangga di Kota Bandar lampung yang terinfeksi HIV/AIDS.

F. Teknik Analisa Data

(44)

untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.Lalu menurut Miles &Huberman (1992:16) bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi Data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Data yang akan direduksi adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara, data yang diperoleh kemudian dipilih dalam arti menemukan derajat relevansinya. Lalu mengklasifikasikan data atas dasar tema untuk merekomendasikan data tambahan.

(45)

3. Penarikan Kesimpulan adalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan inter subjektit” atau juga upaya-upaya

(46)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pernbahasan yang telah dilakukan berkaitan dengan faktor penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS dan dampak sosial yang dialami dapat disimpuikan bahwa faktor penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV sangat berbeda dengan orang yang terinfeksi pada umumnya Karena ibu rumahtangga bukan kelompok yang beresiko terinfeksi dan tidak memiliki latar belakang yang buruk . Selain itu juga memiliki stigma ganda sebagai dampak sosial karena statusnya sebagai ibu rurnah tangga. Sehingga dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menj adi penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS

1. Daya Tawar Lemah(Bergaining Power)

(47)

Paradigma masyarakat sudah terbentuk bahwasanya HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh seks bebas, narkoba dan hubungan seksual lainya sehingga tidak pantas untuk ditoleransi karena perilaku yang buruk.Ibu rurnahtangga tidak memiliki pendidikan dan pengetahuan yangmumpuni terkait kesehatan reproduksi terutama HIV/AIDS, sehinggatidak bisa melindungi kesehatan dirinya.

1. Stigma dan Diskriminasi

HIV/AIDS merupakan penyakit yang hina sehingga penderitanya tidaklayak untuk hidup berdampingan. Karena dianggap akan menularkan kepada siapa saja yang berinteraksi langsung dengan penderitaHIV/AIDS. Terlebih lagi ibu rumahtangga yang terinfeksi, maka akan menimbulkan stigma ganda dan pandangan masyarakat sangat negatif.

1. Sikap Pasrah Ibu rumahtangga

Dapat diartikan sebuah respon menerima apa adanya suatu keadaan tanpa menghadapi atau melawan keadaan yang diterima. Seperti itu gambaran umumnya perempuan ibu rumahtangga menghadapi kondisinya yang terinfeksi HIV/AIDS bersikap pasrah dan nrimo. Sikap pasrah ibu rumahtangga karena dianggap resiko sebagai seorang istri.

2. Pengetahuan dan Kesadaran

(48)

virusHIV/AIDS yang berkaitan dengan kesehatan seksualitas bukanlahmasalah utama dalam kesehatan individu. Sehingga tak perlu pencegahan sejak dini terlebih lagi jika masih stadimn awal yang belum terasadampaknya secara langsung.

3. Trafacking

Iburumahtangga juga bisa terinfeksi HIV/ karena adanya masa lalu yang buruk, salah satunyatrafackingyang kian marak menimpa kaum

perempuan. Hal ini juga juga menimbulkan penulararan terhadapperempuan yang kini berprofesi sebagai ibu rumahtangga. Mengalami kekerasan seksualitas dari tempat awal bekerja akibat ketidaktahuan perempuan karena hanya mengikuti orang lain yang justru memanfaatkan sebagai lahan penghasilan dengan mengekploitasi perempuan

4. Layanan VCT

Layanan VCT tiap daerah tentu berbeda-beda, tetapi di Bandarlampung hal ini menjadi faktor penyebab meningkatnya penyebaran virus

HIV/AIDS, dikarenakan layanan infonnasi masyarakat terkait kesehatanreproduksi juga sangat minim. Tidak tersedianya layanan untuk bertanya

(49)

yang dipaparkan diatas,HIV/AIDS juga berdampak sosial bagi kehidupan ibu rumahtangga yangterinfeksi.Stigma dan diskriminasi dari keluaraga, kerabat Sertamasyarakat umum yang cenderung menyalahkan dan dianggap tidakbermoral.Stigma ganda tersebut berujung pada dikriminasi baik psikologilmaupun fisik yang diterima ibu rumahtangga.

B. Saran

1. Pihak keluarga dan masyarakat umum hendaknya memberikan dukungan terhadap ODHA sehingga dapat membantu pencegahan dan membantu proses menjadi AIDS bagi yang sudah terinfeksi HIV. Sehingga ODHA terutama ibu rumahtangga tidak memelihara kebisuan

2. Tumbuhkan semangat hidup dan berjuang melawan virus HIV bagi yang sudah terinfeksi, sikap terbuka akan lebih mudah untuk proses penyembuhan dan menahan virus tidak semakin menyebar. Selain itu tidak hanya sikap menerima saja tetapi mencari tahu sebenarnya virus HIV/AIDS, sehingga pengetahuan akan bertambah dan tidak menimbulkan ketakutan akan semangat hidup.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Charles,Nickie.1993. Gender Division and Social Change. America: Great Briatin Helen,Jane.1996.Sosiologi Wanita. Jakarta:PT Rineka Cipta

Bungin,Burhan.2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Sulistyowati,Omas.2000.PenghapusanDiskriminasiTerhadapWanita.Bandung:IKAPI Golden Gill dkk.2002. Berbicara AIDS. Jakarta: Perkumpulan Keluarga

Agus, dkk,1993.Dinamika.Pergerakan Perempuan di Indonesia.Yogyakarta:PT.Tiara Wacana Yogya

Carr,R.2008. Promoting Gender Equality In HIV and Responses Making Aids More Effectiivetrought Tracking Result.United Nations Devolepmen Fund for Women. (UNIFEM).

Drezin,J.2009.Together We Must End Violence Against Women and Girl And HIV-AIDS. United Nations Development Fund For Women (UNIFEM).

Gunung.2003. Buku Pegangan Konseler HIV-AIDS. Macfarlane Burnet Institute For Medical Research And Public Health Limited

Kemenkes RI.2011. Laporan Kasus HIV-AIDS Di Indonesia. Triwulan 3 Tahun 2011.Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Kementerian kesehatan RI

Fakih,mansour.1977. analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(51)

Agus, Lusi, Fahri. 1993. Dinamika Pergerakan Perempuan di Indonesia. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Sumber Lain:

http://www.ippi.or.id. 2012. Laporan-Survey Kekerasan. Jakarta: IPPI. Diakses pada 5 Maret 2013

Ikhlasiah Dalimuntae,2012.CengkeramanHIV/AIDS:http://pustakaindonesia.com. Diakses pada 5 Maret 2013

Gambar

Tabel 1. Jumlah penderita HIV/AIDS Perkabupaten/Kota di Provinsi
Tabel 2. Kelompok Beresiko Berdasarkan Jenis Kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor dan 3 kali ulangan. Parameter yang diamati yaitu warna kuning telur,

Bagi siswa, belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching and Learning dapat memberikan peningkatan kualitas proses belajar dan hasil yang lebih baik kepada

Titik sumur yang ke 2 berbeda dengan sampel yang lain hal ini disebabkan sumur berada di dekat laut yang sudah mengendap pada air sumur sehingga dapat mempengaruhi warna

Gaharu adalah salah satu hasil hutan non kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, memiliki kandungan kadar damar wangi dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Model matematik epidemi penyakit rebah semai pada tanaman kedelai pada setiap perlakuan inokulasi actinomycetes dan VAM dan musim tanam (musim hujan dan musim kemarau)

Berdasarkan model pendekatan Sistem Informasi Geografi (SIG) menunjukkan bahwa Klasifikasi yang dihasilkan analisis SIG berdasarkan kontribusi nilai produksi komoditas

Bagian dari sistem sosial yang memiliki nilai fungsional di atas seperti besiru dengan proses penanaman nilai intergrasi yang kuat di dalamnya, terutama sekali dalam hal

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhayati (2009) yang menunjukkan bahwa sesudah pendidikan gizi ada pengaruh pada tingkat kecukupan