• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis daya saing komoditi udang Indonesia di Pasar Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis daya saing komoditi udang Indonesia di Pasar Internasional"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

HENDRA RAKHMAWAN H14050558

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

“ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL” ADALAH BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

(3)

Pasar Internasional (dibimbing oleh IDQAN FAHMI)

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut yang luas yang meliputi 5,8 juta km2 sehingga memiliki sumberdaya laut yang melimpah dan merupakan sumberdaya yang bergizi tinggi karena kaya akan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia serta menjadi tumpuan kekuatan ekonomi nasional di masa yang akan datang. Udang merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang selain mengandung zat-zat gizi yang tinggi bagi tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual yang tinggi baik di pasar domestik maupun mancanegara. Diketahui berdasarkan Depdag (2009) bahwa realisasi ekspor / devisa yang dihasilkan udang Indonesia pada tahun 2006 sebesar US$ 943.998.000, pada tahun 2007 sebesar US$ 791.854.000 dan meningkat menjadi 1.055.805.000 sampai akhir bulan Agustus 2008.

Meskipun potensi udang Indonesia sangat besar, tetapi terdapat berbagai permasalahan ekspor yang menimpa komoditi udang Indonesia sampai saat ini seperti kalahnya pangsa pasar ekspor udang Indonesia di AS oleh Thailand dan China, jatuhnya harga pasaran udang Indonesia di Jepang karena tingkat persaingan yang tinggi, munculnya tuduhan “transhipment” pasar AS atas ekspor udang Indonesia, penetapan standarisasi Uni Eropa yang memberatkan ekspor udang Indonesia, serta penurunan kualitas udang Indonesia di pasar AS karena krisis global. Sebenarnya komoditi udang Indonesia telah mampu memenuhi permintaan pasar dunia seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang, namun dalam keunggulan seperti kualitas ataupun daya saingnya masih dipertanyakan karena banyaknya masalah-masalah dalam ekspor udang Indonesia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena itu penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat daya saing komoditi udang Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing tersebut, serta merumuskan strategi-strategi yang dapat diterapkan untuk mendukung peningkatan daya saing komoditi udang Indonesia.

(4)

industri, sebaliknya penangkapan perairan laut berkurang. Daerah usaha penghasil udang utama Indonesia berada di perairan Jawa dan Sumatera, Papua, sebagian Maluku, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan. Dari seluruh daerah tersebut, Lampung merupakan daerah penghasil utama udang Indonesia, dimana jumlah produksinya adalah 40% dari total produksi udang nasional. Lampung pula yang menjadi pelopor budi daya udang nasional berskala dunia seperti yang dilakukan PT Dipasena dan PT Centralproteinaprima. Pada pasar ekspor udang Indonesia meliputi pasar Jepang (sekitar 60% dari total ekspor), Amerika Serikat (16,5%) dan Uni Eropa (12,5%).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi udang Indonesia berdaya saing kuat atau Indonesia mempunyai keunggulan komparatif atas komoditi udang Indonesia karena terlihat dari nilai RCA yang mencapai angka puluhan. Sedangkan pada hasil analisis Porter’s Diamond Theory

ditunjukkan bahwa komoditi udang Indonesia mempunyai potensi dalam faktor input yaitu sumberdaya alam yang melimpah, sumberdaya manusia, modal serta infrastruktur yang unggul. Tetapi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi komoditi udang Indonesia masih lemah karena kurangnya penerapan teknologi intensif (modern) pada sektor budidaya udang serta teknologi ekspor yang kurang memadai dibandingkan negara pesaingnya seperti Thailand. Selain itu komoditi udang Indonesia juga mempunyai potensi pada permintaan domestik dan ekspor yang tinggi, persaingan yang ketat antarnegara eksportir udang serta adanya peran pemerintah untuk pengembangan komoditi udang Indonesia dan faktor kesempatan yang bagus di dunia internasional. Sedangkan pada industri terkait dan pendukung serta struktur dan strategi ekspor komoditi udang Indonesia yang juga rendah karena belum banyaknya tempat-tempat penelitian benih udang dan kurang berperannya industri pakan udang, sedikitnya industri produk-produk olahan udang yang berorientasi ekspor dan dominasi Chakroen Phokphand Group yang berstruktur monopoli serta belum adanya strategi-strategi khusus dalam ekspor udang Indonesia.

(5)

meningkatkan daya saingnya di pasar global serta menjaga kesinambungan peningkatan jumlah ekspor udang Indonesia agar nilai ekspornya juga ikut meningkat dan mendorong pada peningkatan daya saingnya di pasar dunia.

(6)

Commodity in International Market (guided by IDQAN FAHMI)

Indonesia is the country which has a large of ocean territorial in 5,8 million km2 and has a wealthy sea resources which full of nutrients and minerals to supply all the foods of its citizen and also as the national economic power in the future. Shrimp is one of sea resources which not only has a big nutrients for body but also has a high value even in domestic or international market. Based on Depdag (2009) that export value of Indonesia shrimp in 2006 was US$ 943.998.000, US$ 791.854.000 in 2007 and raised to 1.055.805.000 until August, 2008.

Although Indonesia shrimp potency was so big, but it has so many export problems until now such as the conquered of Indonesia shrimp market share in USA by Thailand and China, fall out of Indonesia shrimp export price in Japan because of high competition, transhipment accused for Indonesia shrimp export, Europe standardization which aggravated Indonesia shrimp export, and also the quality declining of Indonesia shrimp export in USA because of global crisis. Actually Indonesia shrimp export had filled demand of world market such as USA, Europe and Japan, but for the competitiveness still questioned because so many problems from them. So this research was purposed to analyze the competitiveness of Indonesia shrimp commodity.

The research had used quantitative and qualitative analysis. Quantitative analysis used to explain the grade of Indonesia shrimp commodity competitiveness by RCA (Revealed Comparative Analysis). Analysis for the influences factors of the competitiveness Indonesia shrimp export (for giant tiger and vanname shrimp) used OLS (Ordinary Least Square). Qualitative analysis used Porter’s Diamond Theory to analyze potency, problems, and chance which analyzed influence factors of competitiveness Indonesia shrimp commodity (the research objection was giant tiger and vanname shrimp).

(7)

superior infrastructure. But in knowledge and technology of Indonesia shrimp commodity still weak because of the less intensive technology system in shrimp production and export technology which not superior if compared with the competitor country such as Thailand. Indonesia shrimp commodity also had potency domestic demand and high export, tighten competition for shrimp exporting countries, good regulation government to increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity and also good chance in international market. For related and supporting industry, structure and strategy in competitiveness shrimp commodity still descent because there weren’t many superior shrimp hatchery, less the role of weft industry and shrimp fickle export products industry. Beside there was dominated Chakroen Phokphand Group which had monopoly structure industry and there hadn’t specific strategy to increased the competitiveness Indonesia shrimp commodity.

Including RCA, OLS and Porter’s Diamond Theory analysis, were result some strategy to increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity such as (1) Increasing export quality of Indonesia shrimp commodity by increasing the export volume of shrimp fickle products which gives value added to increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity. (2) Increasing intensive technology for all the shrimp production and also create a superior technology of shrimp export. (3) Building superior hatcheries to get a good quality shrimp seed. (4) Increasing the production of vanname shrimp as the superior seed which invulnerable against the disease. (5) Increasing the standardized of Indonesia shrimp export. (6) Do the diversification of Indonesia shrimp export market to prospective area such as Japan market. In this research is also suggest to increasing in production system technology and also shrimp fickle export product technology, building a cluster industry to get a good access of superior seeds, good quality weft, developing shrimp production sector and shrimp fickle in good quality to get a value added and increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity in global market, the last suggest is to keep the increasing of shrimp export volume to make an increasing of shrimp export value and its competitiveness in international market.

(8)

Oleh

HENDRA RAKHMAWAN H14050558

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(9)

NIM : H14050558

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Idqan Fahmi, M.Ec NIP. 19631111 198811 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan hidayah-NYA maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional”. Skripsi ini disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap kendala-kendala ekspor yang dihadapi oleh komoditi udang Indonesia dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan dalam penyusunannya membutuhkan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan penuh hormat kepada:

1. Kedua orang tua penulis, M. Nurul Mulyasaputra dan Nurlaida yang telah memberikan segala doa dan dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Idqan Fahmi M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan secara teoritis dan teknis kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak M. Firdaus, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik, dan ilmu yang bermanfaat dalam skripsi ini.

4. Kak Tony Irawan, M.App. Ec selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa dan pedoman penulisan skripsi.

5. Kakak-kakak tercinta saya, Bang Rusdi, Teh Irma, A Dade, dan Teh Dian serta keponakan tercinta saya, Daffa yang telah memberikan harapan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)

OLEH

HENDRA RAKHMAWAN H14050558

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

“ANALISIS DAYA SAING KOMODITI UDANG INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL” ADALAH BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

(13)

Pasar Internasional (dibimbing oleh IDQAN FAHMI)

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut yang luas yang meliputi 5,8 juta km2 sehingga memiliki sumberdaya laut yang melimpah dan merupakan sumberdaya yang bergizi tinggi karena kaya akan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia serta menjadi tumpuan kekuatan ekonomi nasional di masa yang akan datang. Udang merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang selain mengandung zat-zat gizi yang tinggi bagi tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual yang tinggi baik di pasar domestik maupun mancanegara. Diketahui berdasarkan Depdag (2009) bahwa realisasi ekspor / devisa yang dihasilkan udang Indonesia pada tahun 2006 sebesar US$ 943.998.000, pada tahun 2007 sebesar US$ 791.854.000 dan meningkat menjadi 1.055.805.000 sampai akhir bulan Agustus 2008.

Meskipun potensi udang Indonesia sangat besar, tetapi terdapat berbagai permasalahan ekspor yang menimpa komoditi udang Indonesia sampai saat ini seperti kalahnya pangsa pasar ekspor udang Indonesia di AS oleh Thailand dan China, jatuhnya harga pasaran udang Indonesia di Jepang karena tingkat persaingan yang tinggi, munculnya tuduhan “transhipment” pasar AS atas ekspor udang Indonesia, penetapan standarisasi Uni Eropa yang memberatkan ekspor udang Indonesia, serta penurunan kualitas udang Indonesia di pasar AS karena krisis global. Sebenarnya komoditi udang Indonesia telah mampu memenuhi permintaan pasar dunia seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang, namun dalam keunggulan seperti kualitas ataupun daya saingnya masih dipertanyakan karena banyaknya masalah-masalah dalam ekspor udang Indonesia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena itu penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat daya saing komoditi udang Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing tersebut, serta merumuskan strategi-strategi yang dapat diterapkan untuk mendukung peningkatan daya saing komoditi udang Indonesia.

(14)

industri, sebaliknya penangkapan perairan laut berkurang. Daerah usaha penghasil udang utama Indonesia berada di perairan Jawa dan Sumatera, Papua, sebagian Maluku, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan. Dari seluruh daerah tersebut, Lampung merupakan daerah penghasil utama udang Indonesia, dimana jumlah produksinya adalah 40% dari total produksi udang nasional. Lampung pula yang menjadi pelopor budi daya udang nasional berskala dunia seperti yang dilakukan PT Dipasena dan PT Centralproteinaprima. Pada pasar ekspor udang Indonesia meliputi pasar Jepang (sekitar 60% dari total ekspor), Amerika Serikat (16,5%) dan Uni Eropa (12,5%).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi udang Indonesia berdaya saing kuat atau Indonesia mempunyai keunggulan komparatif atas komoditi udang Indonesia karena terlihat dari nilai RCA yang mencapai angka puluhan. Sedangkan pada hasil analisis Porter’s Diamond Theory

ditunjukkan bahwa komoditi udang Indonesia mempunyai potensi dalam faktor input yaitu sumberdaya alam yang melimpah, sumberdaya manusia, modal serta infrastruktur yang unggul. Tetapi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi komoditi udang Indonesia masih lemah karena kurangnya penerapan teknologi intensif (modern) pada sektor budidaya udang serta teknologi ekspor yang kurang memadai dibandingkan negara pesaingnya seperti Thailand. Selain itu komoditi udang Indonesia juga mempunyai potensi pada permintaan domestik dan ekspor yang tinggi, persaingan yang ketat antarnegara eksportir udang serta adanya peran pemerintah untuk pengembangan komoditi udang Indonesia dan faktor kesempatan yang bagus di dunia internasional. Sedangkan pada industri terkait dan pendukung serta struktur dan strategi ekspor komoditi udang Indonesia yang juga rendah karena belum banyaknya tempat-tempat penelitian benih udang dan kurang berperannya industri pakan udang, sedikitnya industri produk-produk olahan udang yang berorientasi ekspor dan dominasi Chakroen Phokphand Group yang berstruktur monopoli serta belum adanya strategi-strategi khusus dalam ekspor udang Indonesia.

(15)

meningkatkan daya saingnya di pasar global serta menjaga kesinambungan peningkatan jumlah ekspor udang Indonesia agar nilai ekspornya juga ikut meningkat dan mendorong pada peningkatan daya saingnya di pasar dunia.

(16)

Commodity in International Market (guided by IDQAN FAHMI)

Indonesia is the country which has a large of ocean territorial in 5,8 million km2 and has a wealthy sea resources which full of nutrients and minerals to supply all the foods of its citizen and also as the national economic power in the future. Shrimp is one of sea resources which not only has a big nutrients for body but also has a high value even in domestic or international market. Based on Depdag (2009) that export value of Indonesia shrimp in 2006 was US$ 943.998.000, US$ 791.854.000 in 2007 and raised to 1.055.805.000 until August, 2008.

Although Indonesia shrimp potency was so big, but it has so many export problems until now such as the conquered of Indonesia shrimp market share in USA by Thailand and China, fall out of Indonesia shrimp export price in Japan because of high competition, transhipment accused for Indonesia shrimp export, Europe standardization which aggravated Indonesia shrimp export, and also the quality declining of Indonesia shrimp export in USA because of global crisis. Actually Indonesia shrimp export had filled demand of world market such as USA, Europe and Japan, but for the competitiveness still questioned because so many problems from them. So this research was purposed to analyze the competitiveness of Indonesia shrimp commodity.

The research had used quantitative and qualitative analysis. Quantitative analysis used to explain the grade of Indonesia shrimp commodity competitiveness by RCA (Revealed Comparative Analysis). Analysis for the influences factors of the competitiveness Indonesia shrimp export (for giant tiger and vanname shrimp) used OLS (Ordinary Least Square). Qualitative analysis used Porter’s Diamond Theory to analyze potency, problems, and chance which analyzed influence factors of competitiveness Indonesia shrimp commodity (the research objection was giant tiger and vanname shrimp).

(17)

superior infrastructure. But in knowledge and technology of Indonesia shrimp commodity still weak because of the less intensive technology system in shrimp production and export technology which not superior if compared with the competitor country such as Thailand. Indonesia shrimp commodity also had potency domestic demand and high export, tighten competition for shrimp exporting countries, good regulation government to increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity and also good chance in international market. For related and supporting industry, structure and strategy in competitiveness shrimp commodity still descent because there weren’t many superior shrimp hatchery, less the role of weft industry and shrimp fickle export products industry. Beside there was dominated Chakroen Phokphand Group which had monopoly structure industry and there hadn’t specific strategy to increased the competitiveness Indonesia shrimp commodity.

Including RCA, OLS and Porter’s Diamond Theory analysis, were result some strategy to increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity such as (1) Increasing export quality of Indonesia shrimp commodity by increasing the export volume of shrimp fickle products which gives value added to increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity. (2) Increasing intensive technology for all the shrimp production and also create a superior technology of shrimp export. (3) Building superior hatcheries to get a good quality shrimp seed. (4) Increasing the production of vanname shrimp as the superior seed which invulnerable against the disease. (5) Increasing the standardized of Indonesia shrimp export. (6) Do the diversification of Indonesia shrimp export market to prospective area such as Japan market. In this research is also suggest to increasing in production system technology and also shrimp fickle export product technology, building a cluster industry to get a good access of superior seeds, good quality weft, developing shrimp production sector and shrimp fickle in good quality to get a value added and increase the competitiveness of Indonesia shrimp commodity in global market, the last suggest is to keep the increasing of shrimp export volume to make an increasing of shrimp export value and its competitiveness in international market.

(18)

Oleh

HENDRA RAKHMAWAN H14050558

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(19)

NIM : H14050558

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Idqan Fahmi, M.Ec NIP. 19631111 198811 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002

(20)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan hidayah-NYA maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional”. Skripsi ini disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap kendala-kendala ekspor yang dihadapi oleh komoditi udang Indonesia dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan dalam penyusunannya membutuhkan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan penuh hormat kepada:

1. Kedua orang tua penulis, M. Nurul Mulyasaputra dan Nurlaida yang telah memberikan segala doa dan dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Idqan Fahmi M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan secara teoritis dan teknis kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak M. Firdaus, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik, dan ilmu yang bermanfaat dalam skripsi ini.

4. Kak Tony Irawan, M.App. Ec selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa dan pedoman penulisan skripsi.

5. Kakak-kakak tercinta saya, Bang Rusdi, Teh Irma, A Dade, dan Teh Dian serta keponakan tercinta saya, Daffa yang telah memberikan harapan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

(21)

7. Pihak Departemen Kelautan dan Perikanan yang telah memberikan data Potensi Produksi dan Ekspor/Impor Kelautan dan Perikanan periode 2002-2007.

8. Pusat Data dan Informasi Dirjen Budidaya Perikanan di Departemen Pertanian yang telah memberikan data Ekspor Hasil-Hasil Perikanan Menurut Komoditi Utama 1988-2007.

9. Pihak Badan Pusat Statistik Pusat yang telah memberikan data Konsumsi dan Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Produk Makanan 2002-2008.

10. Pihak Departemen Perdagangan yang telah memberikan data tentang program peningkatan ekspor udang serta profil ekspor udang Indonesia. 11. Teman-teman satu bimbingan skripsi yaitu Vagha, Riza dan Adrian yang

telah berjuang bersama-sama dalam suka dan duka dalam penyusunan skripsi ini.

12. Teh Rina, Kak Jum’at, Dhamar, Lukman, Nazrul, Reza, Babeh, Regy, Triyanto, Awi, Acun, Nci, Neneh, Ulee, Mei, Tia, Ciput, Putie, Ririe, Inna, Acil, Mamiech, Rina, Bon-Bon, Herman, Evan, Azis, Ivan, Dipta, Hadi, Hendri serta teman-teman IE 42 dan non IE 42 yang telah memberikan bantuan beserta dukungan yang sangat berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

(22)

1987 di Jakarta. Penulis juga merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, yaitu dari pasangan Bapak Nurul Mulyasaputra dan Ibu Nurlaida.

(23)

DAFTAR ISI 1.5 Ruang Lingkup Penelitian………..11 II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Pengertian Udang dan Klasifikasinya……….……..12 2.1.1 Udang Windu (Giant Tiger Shrimph)………...14 2.1.2 Udang Vanname (Pacific White Shrimph)………15 2.2 Pengertian Daya Saing….……….17 2.2.1 Konsep Keunggulan Komparatif……….……….18 2.2.2 Konsep Keunggulan Kompetitif..……….19 2.3 Penelitian Terdahulu………..25 2.4 Kerangka Pemikiran………..27 2.5 Hipotesis………30 III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data………..31 3.2 Metode Analisis Data………31 3.2.1 Analisis Daya Saing Revealed Comparative Advantage (RCA)…..32 3.2.2 Analisis Porter’s Diamond Theory………...34

(24)

3.2.4 Definisi Operasional Variabel dalam Model………..………...38 3.2.5 Uji Kesesuaian Model………...40 IV GAMBARAN UMUM KOMODITI UDANG INDONESIA

4.1 Industri Udang Indonesia………...45 4.2 Jenis Udang dan Pasar-Pasar Ekspor Udang Indonesia……….51 V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Daya Saing Komoditi Udang Indonesia (Analisis RCA)………...55 5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Komoditi Udang

Indonesia………...61 5.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Komparatif……..61

5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Kompetitif……...67 5.3 Analisis Strategi-Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditi Udang

Indonesia……….………...95 VI KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

DAFTAR TABEL

(26)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Negara-Negara Produsen Utama Udang Dunia……….4 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual………..29 3.1 Porter’s Diamond Theory………35 4.1 Harga Komoditas Udang Segar, Udang Beku dan Udang Olahan di

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Analisis RCA………...102 2. Nilai RCA Udang Beku dan Tak Beku Negara-Negara Pesaing

(28)

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang strategis dan

memiliki wilayah laut yang sangat luas sekitar 5,8 juta km2 dengan

wilayah-wilayah perairan, seperti selat Malaka, Laut Jawa, Selat Sunda, Laut Natuna, dan

lain-lainnya. Tentunya wilayah perairan tersebut menyimpan sumberdaya laut

yang melimpah seperti perikanan, terumbu karang, udang, cumi-cumi, kerang,

lobster, dan berbagai sumberdaya laut lainnya. Semuanya itu merupakan

sumberdaya yang bergizi tinggi karena kaya akan mineral untuk memenuhi

kebutuhan pangan rakyat Indonesia serta menjadi salah satu tumpuan kekuatan

ekonomi nasional di masa yang akan datang.

Berdasarkan para ahli, konsumsi akan sumber daya laut masyarakat global

akan mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : (1)

meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan dengan meningkatnya pendapatan

masyarakat, (2) meningkatnya apresiasi terhadap makanan sehat (healthy food)

sehingga mendorong konsumsi daging dari pola red meat ke white meat, (3)

adanya globalisasi yang menuntut adanya sumber makanan yang universal, dan

(4) berjangkitnya penyakit hewan sumber protein hewani selain ikan (sumberdaya

laut) sehingga sumber daya laut menjadi sumber alternatif terbaik (Kusumastanto,

2007).

Udang merupakan jenis sumberdaya laut yang berpotensi sebagai bahan

pangan karena mengandung zat-zat gizi yang berguna bagi tubuh, seperti

(29)

kebotakan dan kanker. Selain itu udang juga mempunyai kadar vitamin B12 dan

vitamin D yang tinggi yang berfungsi menambah darah, meningkatkan kesuburan

dan kekuatan tulang serta sangat berguna untuk sintesa hormon thyroid, yaitu

suatu hormon yang jika levelnya sangat rendah bisa menimbulkan obesitas atau

pertumbuhan sel tidak normal. Terakhir, udang mengandung asam lemak omega-3

yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh seperti melindungi dinding

pembuluh darah dan kerusakan akibat radikal bebas, membuat awet muda, anti

radang, mencegah terjadinya darah yang menggumpal, dan oksidasi kolesterol

jahat yang merupakan penyebab utama dari penyakit jantung.

Kelezatan dan cita rasa yang tinggi pada udang menambah daya tarik

tersendiri di masyarakat di samping kandungan gizi yang ada di dalamnya.

Karenanya, udang menjadi salah satu komoditi yang paling diminati dan memiliki

nilai jual yang tinggi baik di pasar domestik maupun internasional. Udang juga

merupakan komoditas potensial dan sebagian komoditas revitalisasi perikanan

yang nilai ekspornya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Seperti pada tahun

2004 misalnya total nilai ekspor udang sebesar US$ 892.451.547 dan pada tahun

2005 sebesar US$ 948.130.353 naik sebesar 6,24%. Begitu pula pada tahun 2006

terjadi peningkatan nilai ekspor udang menjadi US$ 1.115.962.589 dari US$

948.130.353 di tahun 2005. Hal ini membuktikan bahwa komoditas udang

memang memiliki nilai jual yang tinggi di pasar dunia. Volume ekspor udang

(30)

Tabel 1.1 Volume Ekspor Udang Indonesia Tahun 1990-2007 (ton)

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Jakarta, 2009

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 diketahui bahwa komoditi udang hanya

mengalami penurunan volume ekspor pada tahun 1993, 1995, 1997, 1999, 2002

dan 2007. sedangkan sisanya mengalami peningkatan yang relatif lebih besar

daripada tahun-tahun sebelumnya. Seperti pada tahun 1998-1999 mengalami

penurunan volume ekspor sebesar 33.039 ton dari 142.689 ton pada tahun 1998

menjadi 109.650 ton pada tahun 1999. Dimana nilai penurunan ekspor ini masih

lebih kecil dibandingkan peningkatannya pada tahun 1997-1998 sebesar 49.646

ton yaitu dari 93.043 ton pada tahun 1997 menjadi 142.689 pada tahun 1998.

Adanya volume ekspor yang berfluktuatif ini mungkin juga disebabkan adanya

pengaruh dari krisis moneter yang terjadi pada tahun-tahun tersebut.

0.000 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000

1990 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

(31)

Pada wilayah Asia, terdapat beberapa negara yang berkontribusi ekspor

komoditi udang terbesar dunia yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, India,

Filipina, Vietnam dan China. Kemudian ada juga beberapa negara Amerika Latin

seperti Brazil, Ekuador, Venezuela, Panama dan Meksiko yang terkenal dengan

udang vanamenya. Negara-negara produsen utama udang dunia dapat dilihat pada

Gambar 1. Adapun pasar utama ekspor udang Indonesia adalah Amerika Serikat,

Jepang dan Uni Eropa.

Berdasarkan Gambar 1.1 diketahui bahwa Indonesia selalu berproduksi di

atas dua juta ton setiap tahunnya bahkan pernah mencapai lebih dari tiga juta ton

di tahun 2003 dan 2004. Karena itu Indonesia menempati peringkat tiga eksportir

terbesar pada periode 2000-2004 setelah Vietnam dan Thailand. Kemudian ada

India, Ekuador, China dan Brazil.

Sumber : (Depdag: FIGIS-FAO, 2006)

Gambar 1.1 Negara-Negara Produsen Utama Udang Dunia 0

(32)

Ada berbagai jenis udang yang dihasilkan di kawasan perairan Indonesia.

Udang yang banyak diproduksi untuk diekspor umumnya adalah udang vaname

dan udang windu. Namun ada juga jenis udang api-api, udang dogol, udang putih,

udang galah, banana shrimp, dan lain-lainnya untuk kebutuhan domestik. Semua

jenis udang tersebut diproduksi berupa budidaya tambak udang yang tersebar di

beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Lampung,

Kalimantan Timur, NTB, Riau, Aceh dan Sulawesi Selatan. Ekspor udang

Indonesia pun mayoritas masih berupa produk bahan mentah yaitu udang beku

dan udang tak beku sehingga belum banyak menghasilkan produk turunan udang

yang memiliki nilai tambah tersendiri untuk diekspor.

Dalam suatu sistem perdagangan bebas, negara yang memiliki daya saing

paling tinggi adalah negara yang muncul sebagai pemenang. Artinya negara

tersebut juga menikmati keuntungan yang optimal dari perdagangan bebas.

Sedangkan untuk negara yang gagal dalam peningkatan daya saing akan sulit

menikmati keuntungan dan cenderung hanya akan menjadi pasar bagi negara lain

saja. Begitu pula dengan komoditi udang Indonesia yang masih dipertanyakan

daya saingnya karena kalahnya pangsa pasar ekspor udang Indonesia di AS oleh

negara Thailand dan China. Hal ini dapat terlihat pada impor AS dari Indonesia

dan beberapa negara lainnya di Tabel 1.2.

Pada Tabel 1.2 diketahui bahwa pada produk ikan dan udang Indonesia

pada tahun 2008 pangsa pasarnya di AS sebesar 7,28% yang kalah jauh

dibandingkan dengan Thailand yang mempunyai pangsa pasar sebesar 8,17% dan

(33)

Tabel 1.2 Impor AS dari Indonesia dan Beberapa Negara Lainnya1

HS KETERANGAN

Ekspor Indonesia ke AS Pangsa Pasar di AS (%)

Juta US$ PangsaPasar di AS Malaysia Thailand China

2008 2006 2007 2008 2008 2008 2008

Sumber : US International Trade Commision (USITC), diolah

Hal ini membuktikan bahwa Indonesia sebagai salah satu eksportir udang

terbesar dunia masih kalah pangsa pasarnya dengan Thailand dan China yang

mempunyai peluang ekspor yang sama. Padahal diketahui bahwa panjang pantai

garis Indonesia sebesar 81.290 km2 yang merupakan pantai garis terpanjang di

dunia. Kawasan pantai sangat potensial untuk tambak udang sehingga menjadi

keunggulan komparatif Indonesia yang lebih unggul di samping Thailand ataupun

China yang tentunya mempunyai panjang garis pantai yang lebih kecil daripada

Indonesia. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pangsa dan nilai ekspor

udang Indonesia, kajian mengenai analisis daya saing udang dirasakan cukup

penting agar dapat menunjang peningkatan ekspor komoditi udang Indonesia.

1Sadewa Y.P. 2009. “Jangan Abaikan Perdagangan Internasional”.

(34)

1.2 Perumusan Masalah

Komoditi udang Indonesia merupakan salah satu sumberdaya potensial

yang ikut berperan dalam memberikan sumbangan devisa yang besar. Di pasar

internasional Indonesia termasuk negara penghasil udang dan eksportir terbesar

yang amat diminati karena produksinya yang cukup tinggi. Sebenarnya komoditi

udang laut Indonesia telah mampu memenuhi permintaan pasar dunia seperti

Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang, namun dalam keunggulan seperti kualitas

ataupun daya saingnya masih dipertanyakan karena rendahnya pangsa ekspor

udang Indonesia jika dibandingkan dengan Thailand dan China seperti pada Tabel

1.2. Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui pada produk udang olahan atau yang

diproses Indonesia hanya mempunyai pangsa pasar sebesar 8,43% di AS yang

kalah jauh dibandingkan Thailand yang sebesar 27,98% dan China yang sebesar

11,79%. Ini disebabkan rendahnya kemampuan Indonesia dalam menghasilkan

produk turunan udang dan dominan mengekspor udang beku dan tak beku yang

masih segar atau mentah sehingga berbeda dengan Thailand ataupun Cina yang

sudah dominan mengolah udang dalam bentuk produk olahannya.

Berbagai masalah yang selalu muncul dalam pengembangan ekspor udang

Indonesia adalah pertama pada tahun 2002 adanya larangan dari pasar ekspor

Amerika dan Eropa untuk mengimpor udang dari negara-negara yang udangnya

mengandung antibiotik Chloraphenicol dan Nitrofurant. Akibatnya,

negara-negara yang biasa melakukan ekspor ke Amerika dan Eropa seperti India,

Pakistan dan beberapa negara lainnya di Asia, membelokkan ekspornya ke

(35)

serap pasar atas udang Indonesia menjadi kecil. Bukan itu saja, harga udang

Indonesia pun menjadi jatuh secara mencolok. Secara umum nilai ekspor udang

turun 30 – 40%, akibat penurunan harga jual ekspor sebesar 20%.

Kedua, munculnya tuduhan AS kepada Indonesia untuk tindakan

transhipment, yakni komoditas ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat

merupakan udang hasil impor Indonesia dari negara-negara yang terkena larangan

anti dumping Amerika yaitu China, Thailand, Vietnam, Equador, India dan Brazil

sejak pasar AS menerapkan larangan antidumping pada 31 Desember 20032. Sejak

itu pula, Indonesia menjadi sasaran utama bagi beberapa negara yang terkena

petisi anti dumping AS untuk bisa memasukkan ekspornya ke negara tersebut.

Karena itulah dikhawatirkan terjadinya embargo udang ekspor Indonesia ke

Amerika karena transhipment ini seperti halnya Malaysia yang sudah mendapat

peringatan keras dari AS karena tindakan reekspornya. Setelah itu juga terjadi

impor udang yang dapat mematikan produksi udang lokal yang sebenarnya

mampu mencukupi kebutuhan nasional dimana udang impor masuk dengan harga

lebih murah daripada udang lokal.

Ketiga, standarisasi dari Uni Eropa untuk ekspor budidaya udang yang

memberatkan negara-negara pengekspor. Standarisasi itu melarang agar di lokasi

tambak tidak boleh ada binatang, pakaian pekerja harus rapi dan bersih, pekerja

tidak boleh sakit, di dalam air tambak tidak boleh ada bakteri Salmonella (bakteri

yang memang terdapat di dalam air) dan tidak boleh menggunakan antibiotik.

2

Siagian, N. 2003. “Derita Petambak Udang dan Ancaman Sanksi AS”.

(36)

Persyaratan ini sangat tidak mungkin dipenuhi petambak Indonesia karena secara

umum. Sebagian besar dari 300 ribu hektare total luas lahan tambak di tanah air

para pekerjanya makan dan tidur serta hidup sehari-hari di lokasi tambak. Hal ini

mengakibatkan penolakan 10 kontainer udang dari Sumatera Utara di pelabuhan

Brussels, Belgia.

Terakhir, adanya penurunan kualitas udang di pasar AS karena imbas dari

krisis global 2008 yang menurunkan daya beli masyarakat AS. Adanya krisis

global menyebabkan penurunan permintaan ekspor udang Indonesia di pasar AS

yang biasanya udang kualitas nomor satu yang jumlahnya 40 ekor per kilogram,

menjadi udang yang ukurannya lebih kecil yaitu udang yang jumlahnya menjadi

70 ekor per kilogram.

Hal tersebut ditambah dengan adanya kasus pelarangan ekspor salah satu

produsen udang terbesar Indonesia, PT. Central Proteinaprima3 Tbk pada Oktober

2008, karena masih tersangkut masalah transhipment atas dua kontainer ke Uni

Eropa dan AS karena ditemukan hanya satu kontainer menggunakan antibiotik

dari hasil cek ulang. Sampai akhir Januari 2009 lalu, pihak DKP masih menunggu

utusan dari AS untuk melakukan pengecekan ulang atas masalah tersebut, di

antaranya melakukan pengecekan atas kadar air yang digunakan dalam udang

tersebut.

Selain itu ada juga kendala domestik seperti merebaknya wabah penyakit pada

udang hasil budidaya tambak seperti penyakit bintik putih (White Spot Syndrome)

yang menyerang berbagai jenis udang Asia seperti udang windu yang sempat

3 PT Central Proteinaprima. 2009. “CP Prima Komitmen Kembangkan Ekspor Udang Indonesia”

(37)

mematikan produksi udang nasional. Penyakit Bintik Putih sempat diantisipasi

karena ditemukannya jenis udang vanname yang berasal dari perairan Amerika

Latin seperti Brazil, Ekuador dan lainnya yang kebal terhadap virus tersebut dan

mulai dibudidayakan petambak lokal dan nasional setelah tahun 2000-an.

Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan peranan komoditas udang

sebagai komoditas ekspor yang berperan besar dalam menyumbang devisa negara,

maka perlu adanya peningkatan daya saing komoditi udang laut Indonesia baik di

pasar domestik maupun internasional. Berdasarkan uraian tersebut maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana daya saing komoditi udang Indonesia?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing komoditi udang

Indonesia?

3. Strategi-strategi apa yang perlu diterapkan dalam mendukung peningkatan

daya saing komoditi udang Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian

ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis daya saing komoditi udang Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditi

udang Indonesia.

3. Merumuskan strategi-strategi yang diterapkan dalam mendukung

(38)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada para pelaku usaha yang bergerak dalam

sektor budidaya udang termasuk perusahaan-perusahaan eksportir udang

untuk meningkatkan kinerjanya.

2. Memberikan masukan kepada pemerintah untuk dapat meningkatkan

kinerja ekspor udang Indonesia demi menunjang peningkatan devisa

negara.

3. Memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi masyarakat tentang

studi ekspor dan daya saing pada komoditi udang Indonesia.

4. Untuk penulis, penelitian ini dapat digunakan sebagai penyelaras antara

teori yang didapatkan di perkuliahan dengan kondisi nyata yang

sebenarnya terjadi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang analisis daya saing komoditi udang

Indonesia. Dalam penelitian analisis daya saing ini hanya membahas mengenai

daya saing komoditi udang Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan

strategi-strategi yang diperlukan dalam mendukung peningkatan daya saingnya.

Komoditi udang dalam penelitian ini adalah jenis udang beku dan tak beku pada

komoditi ekspor udang windu dan udang vanname. Sedangkan periode yang

(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Pengertian Udang dan Klasifikasinya

Udang merupakan hewan yang hidup di perairan, terutama laut dan danau.

Umumnya udang dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran

besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman yang bervariasi,

baik di dekat permukaan hingga pada beberapa ribu meter pada kedalaman atau di

bawah permukaan air. Udang biasanya dijadikan makanan laut (seafood) dan juga

sebagai sumberdaya laut yang sangat potensial. Selain itu udang juga merupakan

salah satu hasil dari perikanan demersal yaitu perairan pantai sampai kedalaman

40 meter.

Komoditi udang biasanya dibudidayakan dalam bentuk tambak baik untuk

dikonsumsi oleh masyarakat domestik maupun untuk diekspor. Ada beberapa

jenis udang yang bernilai tinggi untuk diekspor seperti udang vanname dan udang

windu. Ada juga jenis udang yang biasanya untuk kebutuhan domestik seperti

udang galah, udang karang, banana shrimp (udang pisang), udang dogol, udang

jeblug serta bermacam-macam jenis udang lainnya.

Jenis udang yang sering dikonsumsi dan diolah yaitu udang yang masih

bermutu baik dan laku diekspor, harus memenuhi syarat-syarat utuh, belum ada

bagian-bagian yang patah atau lepas, kulit licin dan mudah meluncur diantara satu

dan lainnya, warna masih asli sesuai jenisnya dan belum berubah menjadi merah

muda, tidak terdapat bercak-bercak hitam (black spot) di kepala, sambungan

(40)

dagingnya masih kenyal dan manis rasanya, kulitnya kuat dan tidak mudah

mengelupas, bau segar, khas sesuai ukuran seragam dan jenisnya.

Pada siklus hidupnya, udang menjadi dewasa dan hanya mampu bertelur

di habitat air laut. Udang betina mampu menghasilkan telur dari 50.000 sampai 1

juta telur yang akan menetas setelah 1 hari menjadi larva (nauplius). Larva ini

kemudian bermetamorfosis pada tahap kedua menjadi zoea atau benih udang

(benur). Zoea hidup dengan memakan ganggang liar. Setelah itu ia

bermetamoorfosis lagi selama beberapa hari menjadi mysis4. Mysis hidup dengan

memakan ganggang dan zooplankton5. Kemudian pada tahap akhir, mysis akan

bermetamorfosis menjadi postlarvae, yaitu udang muda yang sudah memiliki

ciri-ciri hewan dewasa. Pada fase ini akan bermigrasi ke estuari, sebuah tempat yang

kaya akan nutrisi dan bersalinitas rendah. Di sanalah mereka akan mengalami

masa pertumbuhan menjadi udang dewasa. Setelah itu, udang dewasa akan

kembali menuju perairan terbuka agar semakin dewasa. Semua proses ini

menempuh waktu 12 hari dari mulai menetas. Setelah itu barulah udang mulai

dibudidaya dan siap diperdagangkan yang disebut dengan benur. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat berbagai daerah yang berpotensi menghasilkan udang peneid6.

4Mysis : Tahapan kedua dari metamorphosis (perubahan daur hidup) udang.

(41)

Tabel 2.1 Wilayah-Wilayah Berpotensi Penghasil Udang Peneid

dan Selat Sunda 225,48

Perairan Laut

2.1.1 Udang Windu (Giant Tiger Shrimp)

Pada udang windu (Giant Tiger Shrimp) merupakan jenis udang yang

sudah biasa dibudidayakan dan merupakan ciri khas udang asli Indonesia. Udang

windu banyak ditemukan pada hampir semua perairan Indonesia, seperti perairan

laut Jawa, Selat Malaka, Laut Natuna, Laut Flores, dan lain-lain. Udang windu

pertumbuhannya sangat cepat dan dapat mencapai ukuran yang besar serta bila

dimasak warnanya akan berubah menjadi merah cerah yang membangkitkan

selera konsumen. Walaupun ada juga yang berwarna biru atau cokelat pada tubuh

aslinya. Karena itulah udang windu juga dikenal dengan sebutan Blue/Brown

Tiger Prawn.

Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras dari bahan chitin. Warna

(42)

menjadi dua, yakni bagian cephalotorax yang terdiri atas kepala dan dada serta

bagian abdomen yang terdiri atas perut dan ekor. Cephalotorax dilindungi kulit

chitin yang tebal yang disebut karapas (carapace). Bagian depan kepala yang

menjorok merupakan kelopak kepala yang memanjang dengan bagian pinggir

bergerigi atau disebut juga dengan cucuk (rostrum). Rostrum di kepala memiliki

tujuh buah gerigi di bagian atas dan tiga buah gerigi di bagian bawah dengan

sepasang mata di bawah pangkal kepala. Berikut akan diuraikan klasifikasi atau

tatanama udang windu di bawah ini.

Klasifikasi Tata Nama Udang Windu

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidae

Genus : Penaeus

Spesies : Penaeus monodon

2.1.2 Udang Vanname (Pasific White Shrimp)

Pada udang vanname atau udang putih (Vannamei) merupakan spesies

udang budidaya Indonesia yang berasal dari perairan Amerika Tengah, tepatnya

(43)

Panama, Brazil, dan Meksiko yang sudah lama membudidayakan jenis udang

yang biasa disebut sebagai pacific white shrimp ini.

Udang vanname sendiri mulai masuk ke Indonesia dan dibudidayakan

pada awal tahun 2000an. Dimana masuknya udang vanname ini telah kembali

menggairahkan pertambakan udang Indonesia yang sempat mengalami kegagalan

budidaya karena serangan hama penyakit bintik putih (white spot). Pada waktu itu

penyakin bintik putih telah menyerang banyak tambak udang terutama pada udang

windu baik yang dikelola secara tradisional maupun intensif meskipun telah

memakai teknologi tinggi dengan fasilitas yang lengkap. Sampai saat ini udang

vanname sudah menjadi alternatif para pengusaha tambak udang untuk

meningkatkan produktivitasnya. Di daerah Lampung misalnya mulai banyak para

pengusaha tambak udang baik tradisional maupun semi intensif yang beralih pada

udang Pasifik putih ini7.

Tubuh udang vanname dibentuk oleh dua cabang yaitu bagian luar tubuh

udang (exopodite) dan bagian dalam tubuh udang (endopodite). Pada bagian

kepala udang vanname terdiri dari antenulla (sungut awal sebagai indera perasa),

antenna (sungut kedua sebagai sensor), mandibula (rahang atas), dan dua pasang

maxillae (rahang bawah). Selain itu juga bagian kepalanya juga dilengkapi 3

pasang maxilliped (organ makan di dekat maxilla) dan 5 pasang kaki berjalan

(peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi

dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada peripoda bentuknya beruas-ruas

yang berujung di bagian dactylus (bagian ujung kaki udang). Dactylus ada yang

7 Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Papua. 2008. “DKP Pacu Produksi Udang Nasional”.

(44)

berbentuk capit (tiga kaki di bagian belakang) sedangkan tanpa capit (dua kaki di

bagian depan). Pada bagian perut (abdomen) terdiri dari enam ruas yang terdapat

5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas

dengan nama telson. Berikut akan dijelaskan klasifikasi taksonomi udang

vanname.

Klasifikasi Tata Nama Udang Vanname

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

2.2 Pengertian Daya Saing

Menurut Michael E. Porter (1990), daya saing diidentikkan dengan

produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang

digunakan. Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik

(modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan

peningkatan teknologi (total faktor produktivitas). Pendekatan yang sering

digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi dilihat dari dua indikator

(45)

Sedangkan menurut Simanjuntak dalam Febriyanthi (2008) daya saing

merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi

dengan biaya yang cukup rendah sehingga harga-harga yang terjadi di pasar

internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan8. Sedangkan menurut

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus Bahasa Indonesia tahun

1995, daya saing adalah kemampuan komoditi untuk memasuki pasar luar negeri

dan kemampuan untuk bertahan didalam pasar tersebut.

2.2.1 Konsep Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif pertama kali dijelaskan dalam buku yang

diterbitkan oleh David Ricardo yang berjudul Principles of Political Economy and

Taxation pada tahun 1817. Menurut hukum keunggulan komparatif tersebut

meskipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan absolut untuk

memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun

perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Hal ini dapat

terjadi jika salah satu negara berspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor

komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (komoditi yang memiliki

keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar atau yang memiliki kerugian komparatif.

Hukum komparatif tersebut berlaku dengan beberapa asumsi, yaitu (1)

hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3)

terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam namun tidak ada

mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak ada biaya

8 Simanjuntak, B. 2008. “Pengertian Daya Saing Industri”. Febriyanthi [penerjemah].

(46)

transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi, dan (7) menggunakan teori nilai

tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima, tapi asumsi tujuh tidak

dapat berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan

komparatif.

Para ahli ekonomi lainnya yaitu Eli Heckser dan Bertil Ohlin dalam buku

Salvatore (1996) menelaah sebab-sebab dan dampak keunggulan komparatif bagi

tiap negara dalam hubungan perdagangan terhadap pendapatan faktor produksi di

kedua negara. Teori Heckser-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara memiliki

keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi secara intensif

memanfaatkan kepemilikan faktor-faktorproduksi yang melimpah di negaranya.

Teori ini disebut juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasarkan

kelimpahan faktor (factor endowment theory of comparative advantage) yang

mengasumsikan bahwa setiap negara memiliki kesamaan fungsi produksi,

sehingga faktor produksi yang sama menghasilkan output yang sama namun

dibedakan oleh harga-harga relatif faktor produksi tiap negara.

2.2.2 Konsep Keunggulan Kompetitif

Menurut Hady (2001), keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang

dimiliki oleh suatu negara atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar

internasional9. Menurut Porter (1990), dalam persaingan global saat ini, suatu

bangsa atau negara yang memiliki competitive advantage of nation dapat bersaing

di pasar internasional bila memiliki empat faktor penentu dan dua faktor

9

(47)

pendukung. Empat faktor utama yang menentukan daya saing suatu komoditi

adalah kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition),

industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting

industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy,

structure, and rivalry). Ada dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara

keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor

pemerintah (government). Secara bersama-sama faktor-faktor ini membentuk

sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond

Theory.

1. Kondisi Faktor (Factor Condition)

Sumberdaya yang dimiliki suatu bangsa merupakan suatu faktor

produksi yang sangat penting untuk bersaing. Kondisi faktor atau faktor

input dalam analisis Porter ini merupakan variabel-variabel yang sudah

ada dan dimiliki oleh suatu cluster10 industri. Ada lima kelompok dalam

faktor sumber daya, yaitu : (1) sumberdaya manusia yang meliputi jumlah

tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang

dimiliki, etika kerja dan tingkat upah yang berlaku. Dimana semuanya ini

sangat mempengaruhi daya saing nasional.

(2) Sumberdaya modal yang terdiri dari jumlah dan biaya yang

tersedia, jenis pembiayaan atau sumber modal, aksesbilitas terhadap

pembiayaan, serta kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan. Selain itu

juga diperlukan peraturan-peraturan seperti peraturan keuangan, peraturan

(48)

moneter dan fiskal untuk mengetahui tingkat tabungan masyarakat dan

kondisi moneter dan fiskal. (3) Sumberdaya alam atau fisik yang meliputi

biaya, aksesibilitas, mutu dan ukuran. Sumberdaya alam juga harus

meliputi ketersediaan air, mineral, energi serta sumberdaya pertanian,

perikanan dan kelautan, perkebunan, kehutanan serta sumberdaya lainnya

baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui.

Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi

topografis, dan lain-lain.

(4) Sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), merupakan

sumberdaya yang terdiri dari ketersediaan pengetahuan tentang pasar,

pengetahuan teknis, pengetahuan ilmiah yang menunjang dalam

memproduksi barang dan jasa. Selain itu ketersediaan sumber-sumber

pengetahuan dan teknologi dapat pula berasal dari perguruan tinggi,

lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis

dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, serta sumber pengetahuan dan

teknologi lainnya.

(5) Sumberdaya infrastruktur yang terdiri dari ketersediaan jenis,

mutu, dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi daya saing,

seperti halnya sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, sistem

pembayaran dan transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain.

Adapun kelima kelompok sumberdaya tersebut sangat mempengaruhi daya

(49)

2. Kondisi Permintaan (Demand Condition)

Kondisi permintaan merupakan merupakan sifat dari permintaan pasar

asal untuk barang dan jasa industri. Kondisi permintaan ini sangat

mempengaruhi daya saing terutama mutu permintaan. Mutu permintaan

merupakan sarana pembelajaran bagi perusahaan-perusahaan untuk

bersaing secara global. Mutu permintaan juga memberikan tantangan bagi

perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya dengan memberikan

tanggapan terhadap persaingan yang terjadi.

Menurut Porter, kondisi permintaan dalam diamond model dikaitkan

dengan sophisticated and demanding local customer. Artinya semakin

maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri,

maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk

atau melakukan inovasi guna memenuhi permintaan pelanggan lokal yang

tinggi. Dalam hal ini kondisi permintaan tidak hanya berasal dari lokal

tetapi juga dari luar negeri karena adanya globalisasi.

3. Industri Terkait dan Industri Pendukung (Related and Supporting

Industry)

Keberadaan industri terkait dan pendukung (related and supporting

industry) akan mempengaruhi daya saing dalam hal industri hulu yang

mampu memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih

murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat

waktu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan industri. Begitu pula

(50)

bahan bakunya. Jika industri hilirnya berdaya saing global, maka dapat

menarik industri hulunya menjadi ikut berdaya saing pula.

Adapun manfaat industri pendukung dan terkait akan meningkatkan

efisiensi dan sinergi dalam clusters. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta

terutama dalam transaction cost11, technology sharing12, informasi,

ataupun skills (keahlian dan keterampilan) tertentu yang dapat

dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Selain itu dengan

adanya industri pendukung dan terkait maka akan meningkatkan

produktivitas yang dapat menciptakan daya saing.

4. Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan (Firm Strategy,

Structure, and Rivalry)

Adanya tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong

kompetisi dan inovasi. Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan

untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang telah ada,

menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi baru, dan

memperbaiki mutu serta pelayanan. Dalam hal ini, strategi perusahaan

dibutuhkan untuk memotivasi perusahaan atau industri untuk selalu

meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi

baru.

Struktur perusahaan atau industri dapat menentukan daya saing

dengan melakukan perbaikan dan inovasi. Dalam situasi persaingan, hal

ini juga akan berpengaruh pada strategi yang dijalankan perusahaan atau

(51)

industri. Pada akhirnya persaingan di dalam negeri yang kuat akan

mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional.

5. Peran Pemerintah (Government)

Peran pemerintah akan berpengaruh terhadap faktor-faktor yang

menentukan tingkat daya saing. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator

agar perusahaan dan industri semakin meningkatkan daya saingnya.

Pemerintah dapat mempengaruhi daya saing global melalui

regulasi-regulasi dan kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor

penentu daya saing tersebut. Pemerintah juga dapat memfasilitasi

lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing

sehingga dapat berdaya guna secara efisien dan aktif.

6. Peran Kesempatan (Chance Factor)

Peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun

pemerintah untuk mempengaruhi daya saing. Hal-hal seperti

keberuntungan merupakan peran kesempatan, seperti penemuan baru yang

murni, biaya perusahaan yang konstan akibat perubahan harga minyak atau

depresiasi mata uang. Selain itu dapat juga terjadi karena peningkatan

permintaan produk industri yang lebih besar dari pasokannya atau kondisi

(52)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai daya saing pernah dilakukan oleh Kusumastanto

(2007)13 dengan judul Kebijakan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Produk

Perikanan Nasional dengan menggunakan analisis RCA (Revealed Comparative

Advantage) untuk menunjukkan bagaimana pangsa produk atau komoditas

perikanan dalam keseluruhan ekspor Indonesia, dibandingkan dengan pangsa

produk sejenis pada pasar ekspor dunia. Berdasarkan hasil penelitian pada

komoditas udang atau jenis Crustacea nilai RCA mengalami penurunan yaitu

sebesar 2.2 pada tahun 2002 menjadi 2.1 pada tahun 2003, dan 1.4 pada tahun

2004. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kontribusi jenis udang

(crustacea) di perdagangan internasional mengalami penurunan tetapi masih

berdaya saing kuat karena nilai RCAnya lebih besar dari satu (RCA >1).

Mudjayani (2008) melakukan penelitian mengenai analisis daya saing

buah-buahan tropis Indonesia. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif

kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan metode Porter’s Diamond untuk

menganalisis potensi, kendala, peluang dan keunggulan kompetitif buah-buahan

tropis Indonesia, serta analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode

RCA (Revealed Comparative Advantage) untuk mengukur posisi daya saing

buah-buahan tropis Indonesia. Selain itu untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis digunakan metode regresi linear

berganda OLS (Ordinary Least Square). Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa buah-buahan tropis Indonesia memiliki keunggulan kompetitif (metode

13 Kusumastanto, T. 2007. “Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing

(53)

Porter’s Diamond Theory) dan berdasarkan hasil perhitungan RCA, didapat nilai

RCA >1 yang berarti bahwa buah-buahan tropis Indonesia memiliki daya saing

yang kuat. Sementara itu pada hasil regresi berganda pada taraf nyata 10 persen

menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap daya saing

buah-buahan tropis Indonesia adalah nilai ekspor dan produktivitas, sedangkan

faktor-faktor berpengaruh negatif adalah harga ekspor dan dummy krisis.

Pada penelitian lain juga dilakukan oleh Efani dkk, tentang Analisis

Penawaran Udang Indonesia di Pasar Internasional14. Penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang

Indonesia, perilaku penawaran ekspor udang Indonesia ke negara-negara tujuan

ekspor utama serta mencari kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan

ekspor udang Indonesia. Penelitian ini menggunakan empat model fungsi

produksi/penawaran total udang dan fungsi penawaran ekspor udang dengan

metode Two Stage Least Squares (2SLS). Berdasarkan hasil penelitiannya

diketahui bahwa produksi udang Indonesia sangat dipengaruhi oleh produksi

udang pada tahun sebelumnya dan investasi di bidang perikanan, tetapi kurang

responsif terhadap harga udang domestik dan tingkat suku bunga rupiah. Selain

itu harga udang domestik dipengaruhi secara nyata dan positif oleh harga udang

domestik tahun sebelumnya dan harga udang dunia tetapi kurang dipengaruhi oleh

nilai tukar rupiah.

14 Efani, Anthon, Chandra dan Nuhfil Hanani. 2006. “Analisis Penawaran Udang Indonesia di

(54)

2.4 Kerangka Pemikiran

Indonesia sebagai negara yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas

dan berpotensi dalam sumberdaya perairan yang begitu melimpah dalam

memenuhi kebutuhan manusia baik berupa pangan ataupun kebutuhan lainnya

sebagai pusat kekuatan ekonomi nasional dalam perdagangan global. Komoditas

udang merupakan komoditas sumberdaya perairan Indonesia yang sangat

potensial sebagai bahan makanan yang bergizi sekaligus memiliki nilai yang

tinggi dalam perdagangan dunia sehingga menjadi komoditas unggul nonmigas

yang berpeluang besar dalam menghasilkan devisa negara.

Indonesia memang masih menjadi salah satu negara penghasil dan

eksportir komoditas udang terbesar di dunia, disamping negara-negara lainnya

seperti Thailand, China, Malaysia, Vietnam, India, Pakistan, Filipina, Brazil dan

Ekuador. Sebenarnya komoditas udang Indonesia pun telah mampu memenuhi

permintaan pasar dunia seperti permintaan dari Amerika Serikat, Uni Eropa,

Jepang dan negara-negara lainnya. Namun dalam keunggulan seperti kualitas

ataupun daya saingnya masih dipertanyakan karena rendahnya pangsa ekspor

udang Indonesia seperti pada Tabel 1.2 dan masih terdapat berbagai masalah

eksternal pada ekspor udang Indonesia di pasar internasional. Karena itu

diperlukan daya saing yang tinggi untuk dapat mempertahankan bahkan

meningkatkan pangsa pasar dan peranannya dalam perdagangan internasional.

Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari penelitian “Analisis Daya Saing

Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional” ini adalah menganalisis posisi

(55)

kompetitif (menggunakan Porter’s Diamond Theory) dari komoditas udang

Indonesia terutama udang windu dan udang vanname serta menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing dan merumuskan strategi untuk

meningkatkan daya saing komoditi udang Indonesia di pasar internasional.

Pada analisis keunggulan komparatif menggunakan metode RCA

(Revealed Comparative Advantage). Pada RCA akan dijelaskan kekuatan daya

saing komoditas udang Indonesia secara relatif terhadap produk sejenis dari

negara lain (dunia) yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai

produsen komoditas udang dibandingkan dengan negara-negara lainnya dalam

perdagangan internasional. Analisis kuantitatifnya adalah metode OLS (Ordinary

Least Square) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing

komoditas udang Indonesia. Selain itu juga digunakan Teori Berlian Porter

(Porter’s Diamond Theory) untuk menganalisis keunggulan kompetitif komoditi

udang Indonesia. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi keunggulan kompetitif melalui komponen dalam Porter’s

Diamond Theory pada jenis udang yang diteliti yaitu udang windu dan udang

vanname. Adapun kerangka pemikiran konseptual dapat ditunjukkan pada

(56)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Analisis Daya Saing Komoditi Udang

(57)

2.5 Hipotesis

1. Nilai RCA komoditas udang Indonesia lebih besar dari satu (RCA > 1),

artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada komoditi udang

(di atas rata-rata dunia) sehingga komoditi tersebut berdaya saing kuat.

2. Indeks RCA komoditas udang Indonesia lebih besar dari satu (indeks RCA

> 1), artinya terjadi peningkatan RCA atau kinerja ekspor komoditi udang

Indonesia di pasar internasional pada tahun tersebut lebih tinggi daripada

tahun sebelumnya.

3. Pada variabel harga ekspor udang Indonesia berhubungan positif terhadap

daya saing komoditi udang Indonesia, semakin tinggi harga ekspor maka

semakin tinggi daya saing komoditi udang Indonesia.

4. Pada variabel volume ekspor udang Indonesia berhubungan positif

terhadap daya saing komoditi udang Indonesia, semakin tinggi volume

ekspor maka semakin tinggi daya saingnya.

5. Pada variabel harga input udang diduga berpengaruh positif terhadap daya

saing komoditas udang Indonesia, semakin tinggi harga input udang maka

akan meningkatkan harga ekspor yang menyebabkan peningkatan pada

daya saing komoditi udang Indonesia

6. Pada variabel nilai ekspor ikan tuna sebagai komoditi substitusi diduga

berpengaruh negatif terhadap daya saing komoditas udang Indonesia.

Peningkatan nilai ekspor ikan tuna karena kualitas yang lebih bagus akan

menggantikan nilai ekspor udang Indonesia yang lebih rendah sehingga

(58)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

deret waktu (time series) dengan periode waktu 19 tahun yaitu dari tahun

1989-2007. Jenis data meliputi data harga ekspor udang Indonesia, volume ekspor

udang Indonesia, harga input udang Indonesia, nilai ekspor ikan tuna sebagai

komoditi subtitusinya, nilai ekspor seluruh komoditi Indonesia, nilai ekspor udang

dunia, dan nilai ekspor seluruh komoditi dunia. Adapun jenis udang yang diteliti

adalah udang beku dan tak beku pada jenis komoditi ekspor udang windu dan

udang vanname.

Data tersebut diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP),

Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS),

website UNComtrade, serta studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang

bersumber dari buku-buku dan literatur seperti perpustakaan di IPB dan sekitar

lingkungan IPB.

3.2 Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

Analisis kuantitatif untuk menjelaskan kekuatan daya saing keunggulan

komparatif yang dilakukan dengan analisis RCA (Revealed Comparative

Advantage). Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing

Gambar

Tabel 1.1 Volume Ekspor Udang Indonesia Tahun 1990-2007 (ton )
Gambar 1.1 Negara-Negara Produsen Utama Udang Dunia 0500,0001,000,0001,500,0002,000,0002,500,0003,000,0003,500,0004,000,0004,500,0005,000,0002000200120022003 2004TahunVolume (Ton)
Tabel 1.2 Impor AS dari Indonesia dan Beberapa Negara Lainnya 1
Tabel 2.1 Wilayah-Wilayah Berpotensi Penghasil Udang Peneid Wilayah  Potensi (103  ton /  tahun)  Wilayah  Potensi (103  ton / tahun)  Perairan Selat  Malaka  346,64  Perairan Laut  Maluku, Teluk Tomini, dan  Laut Seram  6,72  Perairan Laut  Natuna dan Lau
+7

Referensi

Dokumen terkait

rangka kuda-kuda baja Keterlambatan ini akan menghambat pekerjaan lainnya yang tergantung pada pemasangan rangka kuda-kuda baja, seperti pemasangan usuk, reng, kemudian

Bangko Barat dimana sering terjadinya spontaneous combustion , (2) Melakukan analisis terhadap laju alir Gas Metana Batubara (CMM) yang release ke udara pada

Telah dibuat aplikasi augmented reality berbasis sistem operasi android untuk media pembelajaran struktur mikroorganisme unisel yang berisi tentang

Selama kunjungan tersebut, dilakukan pendekatan secara kekeluargaan yaitu dengan melakukan obrolan-obrolan ringan dengan keluarga Bapak Dewa Made Ngurah mengenai

Penerapan Metode Crank-Nicholson pada kasus adveksi-difusi 2D untuk proses sesaat dan kontinu dengan variasi nilai kecepatan dan koefisien difusi untuk waktu simulasi

Pencemaran udara adalah salah satu masalah yang perlu cepat diselesaikan karena dampaknya yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, terutama dapat mengganggu

- dibuatOleh : attribute untuk menampung nilai dari nama kasir yang membuat permintaan kasbon.. Deskripsi Method Class

Pemberdayaan bina manusia yang dilakukan di LMDH Wonosari Lestari meliputi kejelasan pemahaman tentang Sistem PHBM, keterlibatan dalam proses perencanaan,