• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian di Indonesia"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH SITI ADELIANI

H14103073

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

Oleh

SITI ADELIANI H14103073

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(3)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Siti Adeliani

Nomor Registrasi Pokok : H14103073 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor

Produksi, Institusi, dan Sektor-Sektor

Perekonomian di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Sahara, SP, M.Si NIP.132 232 456

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

(4)

Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia (di bawah bimbingan SAHARA)

Ekspor Indonesia dewasa ini lebih ditekankan pada ekspor non migas, karena ekspor non migas merupakan penghasil devisa terbesar dalam perekonomian. Ekspor non migas juga lebih bersifat padat tenaga kerja. Negara Indonesia yang merupakan negara agraris memiliki potensi yang besar dari keanekaragaman hasil pertanian. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Keberlangsungan semua sektor yang ada dalam perekonomian memerlukan dukungan sektor pertanian terutama berupa penyediaan bahan makanan, sedangkan untuk beberapa sektor perlu didukung oleh sektor pertanian dalam bentuk penyediaan bahan mentah yang akan diolah. Secara nasional maupun regional keunggulan sebagian besar wilayah di Indonesia adalah di sektor pertanian. Oleh karena itu potensi sektor pertanian yang besar harus dimanfaatkan agar keunggulan yang dimiliki dapat dimanfaatkan sehingga menjadi keunggulan nasional, salah satunya dengan melakukan ekspor. Dengan demikian usaha peningkatan ekspor sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja baik yang bekerja di sektor pertanian maupun di sektor lainnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi di Indonesia. (2) menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan institusi. (3) menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan sektor-sektor perekonomian di Indonesia.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel SNSE Indonesia tahun 2003 yang berupa matriks berukuran 102 x 102. Tabel tersebut kemudian diagregasi menjadi berukuran 53 x 53. Penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2003 dan E-Views4.1.

(5)

milyar atau meningkat sebanyak 6,36 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor pertanian. Total peningkatan pendapatan terbesar pada neraca institusi diterima oleh sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 6.981,22 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen. Peningkatan pendapatan di perkotaan yang lebih besar daripada di pedesaan menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang selama ini hanya berpusat di daerah perkotaan telah menimbulkan dampak kesenjangan dalam distribusi pendapatan antara pedesaan dan perkotaan.

Sub sektor yang mengalami kenaikan total pendapatan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sebesar 20 persen pada sektor-sektor produksi adalah sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 13.667,06 milyar. Kenaikan pendapatan tidak hanya terjadi pada sektor-sektor yang mengalami kenaikan ekspor saja, tetapi juga diikuti oleh kenaikan pendapatan di sektor-sektor lainnya, terutama sektor-sektor yang berkaitan secara langsung dengan sektor pertanian. Dalam hal ini adalah sektor industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau.

(6)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

(7)

Penulis bernama Siti Adeliani dilahirkan pada tanggal 21 November 1984 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Adnan Ali dan R. Eliah Muningwati. Pendidikan dasar penulis ditempuh pada SDI Alazhar Pusat Jakarta, lulus tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SLTPI Alazhar Pusat Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 82 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.

(8)

Alhamdullilah, segala puji bagi Allah S.W.T, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor

Produksi, Institusi dan Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia”.

Dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Sahara, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ir. Yeti Lispurnamadewi, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah menguji hasil skripsi penulis.

3. Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan masukannya terhadap skripsi ini

4. Kedua orang tua penulis, Abu dan Mama atas doa, kasih sayang dan dukungannya, serta kakak dan adik penulis, Neneng, Agam dan Ina atas doa dan motivasi yang diberikan selama penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat penulis Sari, Riski, Tyas, Ningrum, Heni, Sri, Mimi, Meilani, dan Agung yang telah membantu serta memberikan saran dan kritik selama penulisan skripsi ini.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1 Pentingnya Perdagangan Luar Negeri Bagi Perekonomian... 12

2.2 Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) ... 17

2.2.1 Dasar Pemikiran Pembentukan SNSE ... 18

2.2.2 Kerangka Dasar SNSE ... 20

2.2.3 Asumsi dan Keterbatasan Model ... 24

2.3 Penelitian Terdahulu ... 24

2.4 Kerangka Pemikiran... 28

III. METODE PENELITIAN... 31

3.1 Jenis dan Sumber Data... 31

3.2 Metode Analisis ... 31

3.2.1 Analisis Pengganda Transfer ... 33

3.2.2 Analisis Pengganda Open Loop ... 35

3.2.3 Analisis Pengganda Close Loop ... 36

3.3 Neraca Endogen dan Eksogen Pada SNSE ... 37

3.4 Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian ... 40

3.5 Tahapan Pengolahan Data... 41

(10)

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA .... 43

4.1 Peranan Sektor Pertanian di Indonesia ... 43

4.2 Ekspor Impor Sektor Pertanian Indonesia ... 45

4.3 Investasi Sektor Pertanian Indonesia ... 46

4.4 Produksi Sektor Pertanian Indonesia ... 48

4.5 Rumah Tangga Pertanian Indonesia ... 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

5.1 Keterkaitan Langsung Sektor Pertanian dengan Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya ... 54

5.2 Analisis Dekomposisi Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian ... 60

5.2.1 Kenaikan Pendapatan pada Pengganda Transfer ... 60

5.2.2 Kenaikan Pendapatan pada Pengganda Open Loop... 64

5.2.3 Pengganda Close Loop Sektor Pertanian ... 69

5.3 Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor-sektor Perekonomian... 71

5.3.1 Dampak terhadap Pendapatan Faktor Produksi ... 71

5.3.2 Dampak terhadap Pendapatan Institusi ... 82

5.3.3 Dampak terhadap Pendapatan Sektor Produksi ... 75

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 87

6.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(11)

OLEH SITI ADELIANI

H14103073

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

Oleh

SITI ADELIANI H14103073

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(13)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Siti Adeliani

Nomor Registrasi Pokok : H14103073 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor

Produksi, Institusi, dan Sektor-Sektor

Perekonomian di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Sahara, SP, M.Si NIP.132 232 456

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

(14)

Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia (di bawah bimbingan SAHARA)

Ekspor Indonesia dewasa ini lebih ditekankan pada ekspor non migas, karena ekspor non migas merupakan penghasil devisa terbesar dalam perekonomian. Ekspor non migas juga lebih bersifat padat tenaga kerja. Negara Indonesia yang merupakan negara agraris memiliki potensi yang besar dari keanekaragaman hasil pertanian. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Keberlangsungan semua sektor yang ada dalam perekonomian memerlukan dukungan sektor pertanian terutama berupa penyediaan bahan makanan, sedangkan untuk beberapa sektor perlu didukung oleh sektor pertanian dalam bentuk penyediaan bahan mentah yang akan diolah. Secara nasional maupun regional keunggulan sebagian besar wilayah di Indonesia adalah di sektor pertanian. Oleh karena itu potensi sektor pertanian yang besar harus dimanfaatkan agar keunggulan yang dimiliki dapat dimanfaatkan sehingga menjadi keunggulan nasional, salah satunya dengan melakukan ekspor. Dengan demikian usaha peningkatan ekspor sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja baik yang bekerja di sektor pertanian maupun di sektor lainnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi di Indonesia. (2) menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan institusi. (3) menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan sektor-sektor perekonomian di Indonesia.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel SNSE Indonesia tahun 2003 yang berupa matriks berukuran 102 x 102. Tabel tersebut kemudian diagregasi menjadi berukuran 53 x 53. Penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2003 dan E-Views4.1.

(15)

milyar atau meningkat sebanyak 6,36 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor pertanian. Total peningkatan pendapatan terbesar pada neraca institusi diterima oleh sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 6.981,22 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen. Peningkatan pendapatan di perkotaan yang lebih besar daripada di pedesaan menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang selama ini hanya berpusat di daerah perkotaan telah menimbulkan dampak kesenjangan dalam distribusi pendapatan antara pedesaan dan perkotaan.

Sub sektor yang mengalami kenaikan total pendapatan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sebesar 20 persen pada sektor-sektor produksi adalah sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 13.667,06 milyar. Kenaikan pendapatan tidak hanya terjadi pada sektor-sektor yang mengalami kenaikan ekspor saja, tetapi juga diikuti oleh kenaikan pendapatan di sektor-sektor lainnya, terutama sektor-sektor yang berkaitan secara langsung dengan sektor pertanian. Dalam hal ini adalah sektor industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau.

(16)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

(17)

Penulis bernama Siti Adeliani dilahirkan pada tanggal 21 November 1984 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Adnan Ali dan R. Eliah Muningwati. Pendidikan dasar penulis ditempuh pada SDI Alazhar Pusat Jakarta, lulus tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SLTPI Alazhar Pusat Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 82 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.

(18)

Alhamdullilah, segala puji bagi Allah S.W.T, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor

Produksi, Institusi dan Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia”.

Dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Sahara, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ir. Yeti Lispurnamadewi, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah menguji hasil skripsi penulis.

3. Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan masukannya terhadap skripsi ini

4. Kedua orang tua penulis, Abu dan Mama atas doa, kasih sayang dan dukungannya, serta kakak dan adik penulis, Neneng, Agam dan Ina atas doa dan motivasi yang diberikan selama penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat penulis Sari, Riski, Tyas, Ningrum, Heni, Sri, Mimi, Meilani, dan Agung yang telah membantu serta memberikan saran dan kritik selama penulisan skripsi ini.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1 Pentingnya Perdagangan Luar Negeri Bagi Perekonomian... 12

2.2 Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) ... 17

2.2.1 Dasar Pemikiran Pembentukan SNSE ... 18

2.2.2 Kerangka Dasar SNSE ... 20

2.2.3 Asumsi dan Keterbatasan Model ... 24

2.3 Penelitian Terdahulu ... 24

2.4 Kerangka Pemikiran... 28

III. METODE PENELITIAN... 31

3.1 Jenis dan Sumber Data... 31

3.2 Metode Analisis ... 31

3.2.1 Analisis Pengganda Transfer ... 33

3.2.2 Analisis Pengganda Open Loop ... 35

3.2.3 Analisis Pengganda Close Loop ... 36

3.3 Neraca Endogen dan Eksogen Pada SNSE ... 37

3.4 Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian ... 40

3.5 Tahapan Pengolahan Data... 41

(20)

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA .... 43

4.1 Peranan Sektor Pertanian di Indonesia ... 43

4.2 Ekspor Impor Sektor Pertanian Indonesia ... 45

4.3 Investasi Sektor Pertanian Indonesia ... 46

4.4 Produksi Sektor Pertanian Indonesia ... 48

4.5 Rumah Tangga Pertanian Indonesia ... 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

5.1 Keterkaitan Langsung Sektor Pertanian dengan Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya ... 54

5.2 Analisis Dekomposisi Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian ... 60

5.2.1 Kenaikan Pendapatan pada Pengganda Transfer ... 60

5.2.2 Kenaikan Pendapatan pada Pengganda Open Loop... 64

5.2.3 Pengganda Close Loop Sektor Pertanian ... 69

5.3 Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor-sektor Perekonomian... 71

5.3.1 Dampak terhadap Pendapatan Faktor Produksi ... 71

5.3.2 Dampak terhadap Pendapatan Institusi ... 82

5.3.3 Dampak terhadap Pendapatan Sektor Produksi ... 75

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 87

6.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1 Nilai Ekspor Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar US$)... 2 1.2 Persentase Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2005 ... 3 1.3 Produksi dan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2003-2005 (Ribu ton) ... 5 1.4 Ekspor-Impor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005

(Juta US$) ... 7 2.1 Kerangka Dasar Sistem Neraca Sosial Ekonomi ... 21 3.1 Simulasi Kenaikkan Ekspor Bersih Sektor Pertanian Indonesia

(Rp Milyar) ... 40 4.1 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Indonesia Tahun 2001-2005 ... 43 4.2 Kontribusi Sektor Migas dan Non Migas Indonesia Tahun 2001-2005 dalam Total Ekspor (Persen)... 44 4.3 Nilai Ekspor Impor Komoditas Sektor Pertanian Indonesia Tahun 1998-2005 ... 46 4.4 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang Disetujui

Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2001-2005

(Rp Milyar) ... 47 4.5 Penanaman Modal Asing (PMA) yang Disetujui Pemerintah

Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2001-2005 (Rp Milyar) ... 48 4.6 Produksi Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2001-2005

(Juta ton) ... 49 4.7 Produksi Tanaman Perkebunan Indonesia Tahun 2001-2005

(Juta ton) ... 50 4.8 Produksi Hasil Peternakan di Indonesia Tahun 2001-2005

(Ribu ton) ... 51 4.9 Produksi Hasil Hutan Indonesia Tahun 2001-2005 (Ribu ton) ... 51 4.10 Produksi Perikanan Nasional Indonesia Tahun 2001-2005 (Ribu ton) 52 5.1 Keterkaitan Ke Depan Sektor Pertanian dengan Sektor-sektor

(22)

5.2 Keterkaitan Ke Belakang Sektor Pertanian dengan Sektor-sektor

Produksi Lainnya dalam Perekonomian ... 59 5.3 Dampak Pengganda Transfer Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Sektor-sektor Produksi (Rp Milyar) ... 63 5.4 Nilai Nominal Pengganda Open Loop Kenaikan Ekspor di Sektor

Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi (Rp Milyar) ... 65 5.5 Nilai Nominal Pengganda Open Loop Kenaikan Ekspor di Sektor

Pertanian Terhadap Pendapatan Institusi Indonesia (Rp Milyar) ... 68 5.6 Nilai Nominal Pengganda Close Loop Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Indonesia

(Rp Milyar) ... 70 5.7 Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan

Faktor Produksi di Indonesia (Rp Milyar) ... 75 5.8 Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan

Faktor Produksi di Indonesia (Persen) ... 76 5.9 Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan

Institusi di Indonesia (Rp Milyar)... 81 5.10 Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan

Sektor Produksi di Indonesia (Rp Milyar) ... 85 5.11 Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan

Sektor Produksi di Indonesia (Persen) ... 86

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1.1 Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta US$) ... 4 2.1 Hubungan Antara Ekspor dan Impor Dengan Tingkat Pendapatan

Nasional ... 14 2.2 Pembentukan Pendapatan Nasional Dengan Pendekatan

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

(25)

Perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor dewasa ini telah

tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan yang penting dan strategis dalam

perekonomian Indonesia. Jika output dan produktifitas barang-barang yang dapat

diekspor membesar, maka ekspor akan naik dan selanjutnya akan memperbesar

penerimaan devisa. Dengan demikian surplus seperti ini akan mendorong

pembentukan modal jika barang-barang modal diimpor dengan menggunakan

devisa ini (Jinghan, 2000). Selain itu, kegiatan ekspor mulai dari proses produksi,

pengangkutan sampai dengan pemasaran sangat berperan dalam menyediakan

lapangan kerja.

Ekspor Indonesia dewasa ini lebih ditekankan pada ekspor non migas,

karena ekspor non migas merupakan penghasil devisa terbesar dalam

perekonomian. Ekspor non migas lebih bersifat padat tenaga kerja, ekspor ini

membutuhkan banyak tenaga kerja dari berbagai tingkat keahlian dan teknologi

baik yang rendah (kerajinan) ataupun sedang (manufaktur). Perubahan ini

berimplikasi positif terhadap kegiatan perekonomian masyarakat dengan semakin

bertambahnya orang yang bekerja di sektor ekspor.

Total nilai ekspor selama lima tahun sejak tahun 2001 sampai dengan 2005 rata-rata meningkat sebesar 7,17 persen (Tabel 1.1). Komoditi non migas

sampai saat ini masih menjadi komoditi unggulan dalam pertumbuhan ekonomi

(26)

Kontribusi ekspor non migas terhadap total ekspor pada tahun 2001-2005

berfluktuasi antara 77 persen sampai 79 persen. Sementara itu, ekspor migas mengalami peningkatan rata-rata sebesar 6,80 persen per tahun.

Tabel 1.1. Nilai Ekspor Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar US$)

2001 2002 2003 2004 2005 Keterangan : Angka dalam kurung merupakan persentase kenaikan

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.

Negara Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang

besar dari keanekaragaman hasil pertanian. Sektor pertanian memberikan

kontribusi ekspor bersih yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Hasil

ekspor pertanian yang merupakan andalan Indonesia terdiri dari karet alam, kopi,

udang dan ikan tuna, teh, rempah-rempah, tembakau, biji coklat, biji-bijian,

mutiara, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Dengan potensi keanekaragaman hasil

pertanian yang dimiliki, Indonesia seharusnya dapat merebut peluang pasar yang

besar dan luas serta mengembangkan sektor tersebut. Potensi ini harus

dimanfaatkan dengan baik agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian

Indonesia baik dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam

(27)

15,79 persen per tahun. Dalam penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian juga

mempunyai peran yang sangat strategis. Dalam lima tahun terakhir, dari 92,79 juta tenaga kerja 44,37 persen bekerja di sektor pertanian (Sakernas, 2005). Selain

itu sektor pertanian juga berperan penting dalam penyediaan bahan baku bagi

keperluan industri.

Tabel 1.2. Persentase Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2005

Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004* 2005**

Pertanian,Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

15,64 15,38 16,91 16,47 14,54

Pertambangan dan Penggalian 11,66 11,29 11,79 10,63 9,30

Industri Pengolahan 27,60 27,79 31,08 31,12 28,10

Listrik, Gas dan Air Minum 0,63 0,66 0,73 0,72 0,92

Bangunan 5,55 5,61 6,30 6,39 5,91

Perdagangan, Hotel dan Restoran

16,24 16,16 18,05 17,99 16,83

Pengangkutan dan Komunikasi 4,59 5,06 6,01 6,43 6,26 Keuangan, Real Estat dan Jasa

Perusahaan

8,02 8,74 9,88 10,03 9,26

Jasa-jasa 9,04 9,23 10,21 10,10 9,14

Produk Domestik Bruto (PDB) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.

Keterangan : * = Angka sementara ** = Angka sangat sementara

Berdasarkan Gambar 1.1, terlihat bahwa ekspor sektor pertanian

mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai tahun 2005. Meskipun masih

dalam kondisi persaingan ketat, di tahun 2002 ekspor sektor pertanian meningkat

sebesar 5,32 persen menjadi US$ 2.568,3 juta. Pada tahun 2003 dan 2004 secara

berturut-turut ekspor pertanian menurun, masing-masing 1,64 persen dan 1,19

persen. Penurunan tersebut menurut Badan Pusat Statistik dikarenakan produk

pertanian Indonesia kalah bersaing di pasar ekspor dengan produk pertanian

(28)

khususnya tanaman hortikultura, disamping negara tetangga Malaysia dan

Thailand. Pada tahun 2005 ekspor pertanian mengalami peningkatan sebesar 15,39 persen dari US$ 2.496,2 juta menjadi US$ 2.880,3 juta.

Gambar 1.1 Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta US$) Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.

Potensi sektor pertanian yang besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor

perekonomian. Hal ini terkait dengan peranan sektor pertanian sebagai mata

pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Bila potensi ini

dapat dimanfaatkan secara optimal maka akan mendorong ekspor bersih sehingga

akan meningkatkan pendapatan nasional.

1.2Permasalahan

Indonesia dikenal sebagai negara agraris, kekayaan alamnya baik di darat

maupun di laut merupakan daya tarik Indonesia bagi bangsa-bangsa besar di

Eropa dan sekitarnya. Dengan kekayaan sumberdaya alam pertanian yang dimiliki, Indonesia selain dapat memenuhi permintaan domestik (dalam negeri)

Ekspor Sektor Pertanian

2200 2300 2400 2500 2600 2700 2800 2900 3000

2001 2002 2003 2004 2005

Tahun Juta

US$

(29)

juga mengekspor komoditi pertaniannya ke luar negeri. Ekspor sektor pertanian

Indonesia dalam tiga tahun terakhir masih relatif kecil, pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari besarnya hasil pertanian yang diproduksi hanya sedikit yang di

ekspor ke luar negeri. Sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang paling

besar mengekspor hasil komoditi produksinya. Sementara sub sektor tanaman

pangan hanya mengekspor hasil komoditinya dalam jumlah yang kecil.

Tabel 1.3. Produksi dan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2003-2005 (ribu ton)

Tahun Tanaman Pangan

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

2003 Produksi 162.446,19 14.171,76 3398,43 20.092,48 5.069,71

Ekspor 1.006,06 2004 Produksi 169.412,35 16.581,75 3.677,72 18.781,11 5.292,09

Ekspor 1.466,73 2005 Produksi 170.668,94 15.999,13 3404,60 27.103,48 5.986,99

Ekspor 1.507,75

Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase ekspor terhadap produksi Sumber : Departemen Pertanian, 2005.

Berdasarkan Tabel 1.4, ekspor bersih sektor pertanian dari tahun 2001

sampai dengan 2005 mengalami surplus perdagangan (positif). Sektor pertanian di

Indonesia tidak hanya terdiri dari sub sektor tanaman pangan, tetapi juga sub

sektor perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sub sektor perkebunan

merupakan sub sektor yang menghasilkan devisa terbesar bagi negara dalam

bentuk ekspor yang lebih besar dibanding sub sektor lainnya, pertumbuhan ekspor

perkebunan rata-rata sebesar 41,45 persen per tahun. Hasil-hasil perkebunan yang

selama ini telah menjadi komoditas ekspor antara lain : kelapa sawit, karet, kakao,

(30)

60-70 persen dari potensi produksinya serta sebagian besar tanaman perkebunan yang

telah memasuki usia tidak produktif merupakan beberapa hambatan di sub sektor perkebunan.

Ekspor sub sektor kehutanan terbagi menjadi dua yaitu ekspor hasil hutan

kayu dan ekspor hasil hutan non kayu. Komoditas ekspor utamanya adalah kayu

lapis, pulp, sirlak, getah dan damar. Walaupun sub sektor ini menghasilkan devisa

terbesar kedua bagi Indonesia setelah ekspor sub sektor perkebunan, ekspor bersih

sub sektor kehutanan mengalami penurunan sebesar 25,7 persen per tahun. Ekspor

hasil hutan mengalami penurunan dikarenakan banyak kayu yang dieksploitasi

secara ilegal. Ekploitasi ini menyebabkan berkurangnya luasan hutan dengan

sangat cepat. Keadaan semakin diperburuk dengan adanya konversi lahan hutan

secara besar-besaran untuk lahan pemukiman, perindustrian, pertanian,

perkebunan, peternakan serta kebakaran hutan yang selalu terjadi di sepanjang

tahun (Irwanto, 2006).

Sub sektor perikanan memiliki variasi komoditas yang beragam.

Disamping untuk kepentingan konsumsi dalam negeri, hasil sub sektor perikanan

juga dimanfaatkan untuk keperluan ekspor. Ekspor utama sub sektor perikanan

adalah udang, ikan tuna, nila merah serta produk-produk usaha tani perikanan laut

lainnya. Ekspor bersih sektor perikanan cenderung mengalami kenaikan selama

periode 2001-2005, yaitu sebesar 5,31 persen per tahun. Kesejahteraan nelayan Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan petani padi, hal ini terutama

disebabkan oleh musim yang tidak tentu saat melaut serta alat tangkap yang

(31)

Table 1.4. Ekspor-Impor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005 (juta US$)

No Sub Sektor 2001 2002 2003 2004 2005

1. Tanaman Pangan

Ekspor 252,8 280,8 424 451,6 514,7

Impor 1.661,7 2.172,5 2.378,4 2.768,2 2.482,6

Ekspor Bersih -1.408,9 -1.633,1 -1.954,4 -2.316,6 -1.967,8 2. Perkebunan

Ekspor 3.148 5.024 5.771 9.107,5 10.673,1

Impor 1.551 1.198 1.198 1.323,4 1.532,5

Ekspor Bersih 1.597 3.826 4.573 7.784,1 9.140,6

3. Peternakan

Ekspor 295,8 213,5 222,5 328,5 396,5

Impor 759,5 636,7 693,5 936,2 1.121,8

Ekspor Bersih -463,6 -423,2 -470,9 -607,7 -725,3

4. Kehutanan

Ekspor 3.129,5 3.339,1 3.287,5 2.706,7 2.566,6

Impor 352,7 397,2 456,6 646,8 660,2

Ekspor Bersih 2776,8 2941,9 2.830,9 2.059,9 1.906,4 5. Perikanan

Ekspor 1.631,9 1.570,4 1.643,5 1.780,8 1.807,9

Impor 103,6 92,3 90,8 154,0 164,4

Ekspor Bersih 1.528,3 1.478,1 1.552,7 1.626,8 1.643,5

PERTANIAN

Ekspor 8.458 10.427,8 11.348,5 14.375,1 15.949,7

Impor 4.428,5 4.496,7 4.611,6 5.828,6 5.961,5

Ekspor Bersih 4.029,5 5.931,1 6.736,9 8.546,5 9.988,2 Sumber : Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Perikanan, 2005.

Meskipun neraca perdagangan komoditas peternakan selalu defisit dari

tahun ke tahun pada periode 2001-2005, namun nilai ekspornya menunjukkan

kenaikan. Ekspor sub sektor peternakan sebagian besar terdiri dari komoditas

ayam petelur dan ayam pedaging. Peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar

karena mewabahnya penyakit flu burung di Indonesia. Banyaknya peternak yang memusnahkan hewan-hewan ternak unggas akan mengakibatkan berkurangnya

pasokan komoditi untuk di ekspor yang pada akhirnya akan menambah jumlah

pengangguran di tingkat pedesaan. Impor di sub sektor peternakan yang tinggi

(32)

negeri, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah masih harus

mengimpornya.

Ekspor sub sektor tanaman pangan terbagi dua yaitu ekspor komoditas

tanaman pangan dan ekspor komoditas hortikultura. Ekspor komoditas

hortikultura lebih besar daripada ekspor komoditas tanaman pangan. Neraca

perdagangan untuk sub sektor tanaman pangan mengalami defisit perdagangan.

Nilai impor yang lebih besar dari pada nilai ekspor ini terjadi karena pemerintah

banyak mengimpor komoditi beras, gandum, kedelai, sayur-sayuran dan

buah-buahan.

Sektor pertanian sangat penting bagi perekonomian Indonesia, baik

sebagai sumber bahan makanan, sumber bahan mentah untuk industri, lapangan

kerja bagi sebagian besar penduduk Indonesia, sumber devisa, serta sebagai pasar

barang dan jasa bagi hasil produksi sektor-sektor lainnya. Keberlangsungan semua

sektor yang ada dalam perekonomian (termasuk sektor pertanian itu sendiri)

memerlukan dukungan sektor pertanian terutama berupa penyediaan bahan

makanan, sedangkan untuk beberapa sektor (seperti sektor industri, bangunan,

perdagangan, dan angkutan) perlu didukung oleh sektor pertanian dalam bentuk

penyediaan bahan mentah yang akan diolah, selain bahan makanan bagi mereka

yang bekerja di sektor-sektor tersebut.

Sebagian besar penduduk Indonesia bergantung dari sektor pertanian dan mewakili golongan terbesar penduduk Indonesia yang berpenghasilan rendah.

Menurut hasil sensus pertanian 2003, jumlah petani gurem dengan penguasaan

(33)

sebesar 2,6 persen per tahun dari 10,8 juta rumah tangga ditahun 1993 menjadi

13,7 juta rumah tangga pada tahun 2003. Persentase rumah tangga gurem terhadap rumah tangga pertanian pengguna lahan juga meningkat dari 52,7 persen di tahun

1993 menjadi 56,5 persen pada tahun 2003. Dari 24,3 juta rumah tangga petani

berbasis lahan, 20,1 juta atau 82,7 persen diantaranya dikategorikan miskin.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani merupakan orang miskin.

Hal ini terjadi karena distribusi pendapatan yang kurang merata.

Secara nasional maupun regional keunggulan sebagian besar wilayah di

Indonesia adalah di sektor pertanian. Oleh karena itu potensi sektor pertanian

yang besar harus dimanfaatkan agar keunggulan yang dimiliki dapat dimanfaatkan

sehingga menjadi keunggulan nasional, salah satunya dengan melakukan ekspor.

Dengan demikian usaha peningkatan ekspor sektor pertanian akan meningkatkan

pendapatan tenaga kerja baik yang bekerja di sektor pertanian maupun disektor

lainnya.

Berdasarkan penguraian di atas maka beberapa pertanyaan dalam

penelitian ini adalah :

1. Berapa besar dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap

pendapatan faktor produksi di Indonesia?

2. Berapa besar dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap

pendapatan institusi di Indonesia?

3. Berapa besar dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap

(34)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap

pendapatan faktor produksi di Indonesia.

2. Menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap

pendapatan institusi di Indonesia.

3. Menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap

pendapatan sektor-sektor perekonomian di Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk melihat sektor perekonomian mana yang paling besar mengalami kenaikan pada

saat ekspor sektor pertanian meningkat dan faktor produksi serta institusi mana

yang mengalami peningkatan terbesar pada saat ekspor sektor pertanian

meningkat sehingga dapat diketahui sektor-sektor perekonomian yang layak untuk

dikembangkan.

1.5Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu ekspor yang diteliti adalah ekspor

sektor pertanian dalam arti luas, yaitu meliputi sub sektor tanaman pangan,

perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Penelitian ini akan membahas dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi,

institusi, dan sektor-sektor perekonomian di Indonesia, dengan menggunakan

(35)

ekspor sektor pertanian dilakukan pada tiga blok dalam perekonomian sesuai

(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pentingnya Perdagangan Luar Negeri Bagi Perekonomian

Dewasa ini tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan

dengan pihak luar negeri. Bagi Indonesia, perdagangan luar negeri menjadi

semakin penting, bukan saja dalam kaitannya dengan pembangunan yang

berorientasi keluar, yakni menetapkan target masyarakat di negara-negara lain

sebagai pasar hasil produksi dalam negeri, tetapi juga berkaitan dengan pengadaan

barang-barang modal untuk memacu industri dalam negeri (Dumairy, 1995).

Perdagangan luar negeri adalah hubungan tukar-menukar barang atau jasa

yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang saling menguntungkan

(Alam, S, 2001). Hal ini dapat terjadi karena perbedaan sumber daya alam yang

dimiliki masing-masing negara. Selain itu, selera, perbedaan teknologi serta

tingkat efisiensi juga mendorong terjadinya perdagangan luar negeri. Perdagangan

luar negeri timbul karena tidak ada suatu negara pun di dunia ini yang dapat

menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh

penduduk. Kalaupun berbagai kebutuhan tersebut dapat dihasilkan di dalam

negeri, tetapi dalam banyak hal sering lebih murah mengimpor barang-barang

yang diperlukan dari luar negeri daripada harus dihasilkan sendiri di dalam negeri

(Deliarnov,1995).

Dengan adanya perdagangan luar negeri maka manfaat yang dapat diambil

berupa sumber devisa, dengan mengekspor suatu komoditi maka kita akan

(37)

konsumsi. Kesempatan kerja akan semakin luas akibat perdagangan luar negeri

terutama kegiatan ekspor. Selain itu, peralihan teknologi juga akan semakin cepat serta terjadi peningkatan kualitas konsumsi (Alam, S, 2001).

Perdagangan luar negeri terjadi dalam perekonomian terbuka, sedangkan

dalam perekonomian tertutup hanya memiliki tiga komponen PDB yaitu

pengeluaran konsumsi (C), Investasi (I), dan Pengeluaran pemerintahan (G).

Ekspor bersih (Ekspor – Impor) terjadi pada perekonomian terbuka. Ekspor bersih

dapat bertanda positif maupun negatif. Bila tandanya positif maka jumlah barang

yang diekspor ke luar negeri lebih banyak daripada barang-barang yang diimpor.

Sementara bila tandanya negatif maka jumlah barang yang diimpor lebih banyak

daripada jumlah barang yang diekspor. Pendapatan nasional (Y) dapat dirumuskan

dengan : Y = C + I + G + (X – M).

Perdagangan luar negeri terdiri dari ekspor dan impor. Ekspor merupakan

penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain. Suatu negara

dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke negara-negara lain yang

tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang yang dihasilkan oleh negara

pengekspor. Ekspor merupakan salah satu komponen atau bagian dari pengeluaran

agregat. Makin banyak jumlah barang yang dapat diekspor, makin besar

pengeluaran agregat, dan makin tinggi juga pendapatan nasional suatu negara.

Sedangkan impor adalah barang yang dikirimkan dari luar negeri karena negara tersebut tidak dapat memproduksi barang tersebut. Impor merupakan

kebalikan dari ekspor. Jika ekspor dikatakan sebagai faktor injeksi maka impor

(38)

makin banyak uang negara yang pindah ke luar negeri. Jumlah impor ditentukan

oleh kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Makin tinggi tingkat pendapatan nasional serta makin rendah

kemampuan untuk menghasilkan barang-barang yang dapat bersaing dengan

barang dari luar negeri maka makin tinggi impor. Pada Gambar 2.1 panel a)

terlihat bahwa jumlah ekspor ditentukan oleh faktor eksogen dan tidak tergantung

pada besarnya pendapatan nasional. Sebaliknya dari panel b) terlihat antara impor

dengan pendapatan nasional terdapat kaitan yang erat. Makin besar pendapatan

nasional makin besar impor, hal ini ditentukan oleh kecenderungan mengimpor

(m).

(a) (b)

Gambar 2.1. Hubungan Antara Ekspor dan Impor Dengan Tingkat Pendapatan Nasional

Sumber : Deliarnov, 1995.

Ekspor bersih adalah selisih antara ekspor dan impor. Ekspor bersih

mempunyai peranan penting yakni sebagai motor penggerak perekonomian

nasional, sebab ekspor bersih dapat menghasilkan devisa yang selanjutnya dapat

digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor dalam negeri. Pada

Gambar 2.2, penurunan pada ekspor bersih akan menggeser kurva pengeluaran M = Mo + mY

Mo

0

Ekspor (X) Impor (M)

X

Pendapatan Nasional (Y)

Δ Y

Δ M

(39)

agregat (Agregate Expenditure) ke bawah dari AE1 ke AE2, selain itu juga akan

mengakibatkan permintaan agregat (Agregate Demand) menurun dari AD1 ke

AD2, hal ini akan mendorong tingkat harga turun ke P2. Dari sisi pendapatan

nasional, pendapatan nasional (Y) akan mengalami penurunan dari Y1 menjadi Y2.

Pengurangan ekspor bersih akan menurunkan pengeluaran agregat dan pendapatan

nasional riil. Sementara jika ekspor bersih meningkat maka AE1 akan bergeser ke

AE3, sehingga permintaan agregat akan bergeser ke AD3, harga akan meningkat

ke P3 dan pendapatan nasional riil akan meningkat ke Y3.

(40)

Proses terciptanya harga komoditi relatif ekuilibrium dengan adanya

perdagangan ditinjau dari analisis keseimbangan parsial dapat dilihat pada Gambar 2.3. Panel (a) merupakan pasar di Negara 1 untuk komoditi X, panel (b)

merupakan hubungan perdagangan internasional dalam komoditi X, sementara

panel (c) merupakan pasar di Negara 2 untuk komoditi X. Karena Px/Py lebih

besar dari P1, maka Negara 1 mengalami kelebihan penawaran komoditi X (Panel

a) sehingga kurva penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh panel (b)

mengalami peningkatan. Di lain pihak, karena Px/Py lebih rendah dari P3, maka

Negara 2 mengalami kelebihan permintaan untuk komoditi X (panel c) dan ini

mengakibatkan permintaan impor Negara 2 terhadap komoditi X atau D,

mengalami kenaikan (panel b).

Panel (b) juga menunjukkan bahwa hanya pada tingkat harga P2 maka

kuantitas impor komoditi ekspor yang diminta oleh Negara 2 akan sama dengan

kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh Negara 1. Dengan demikian P2 merupakan

Px/Py atau harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan diantara

kedua negara tersebut. Tapi jika Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terjadi

kelebihan penawaran ekspor komoditi X dan hal itu akan menurunkan harga

relatifnya atau Px/Py, sehingga akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau

sama dengan P2. Sebaliknya jika Px/Py lebih kecil dari P2, maka akan tercipta

kelebihan permintaan impor komoditi X yang selanjutnya akan menaikan Px/Py

sehingga akan sama dengan P2. Perdagangan internasional terjadi karena adanya

(41)

Negara 1 Perdagangan Negara 2 Internasional

(a) (b) (c)

Gambar 2.3. Harga Komoditi Relatif Ekuilibrium setelah Perdagangan Ditinjau dari Analisis Keseimbangan Parsial

Sumber : Salvatore, 1997.

2.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)

Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) merupakan suatu kerangka data

yang disusun dalam bentuk matrik yang merangkum berbagai variabel ekonomi

dan sosial secara kompak dan terintegrasi sehingga dapat memberikan gambaran

umum mengenai perekonomian suatu negara dan keterkaitan antara

variabel-variabel ekonomi dan sosial pada waktu tertentu. SNSE juga merupakan sistem

akuntansi dimana variabel ekonomi dan sosial disusun dalam bentuk

neraca-neraca yang mempunyai sisi debet dan sisi kredit dan kedua sisi tersebut selalu berada dalam keadaan seimbang (balance). Dengan menggunakan SNSE, kinerja

ekonomi dan sosial suatu negara seperti Produk Domestik Bruto (PDB), termasuk

masalah-masalah distribusi pendapatan faktorial dan juga pola pengeluaran rumah

tangga dapat ditelaah.

(42)

1. Sebagai suatu sistem kerangka data yang bersifat modular yang dapat

menghubungkan variabel-variabel ataupun subsistem-subsistem yang terdapat didalamnya secara terpadu.

2. Sebagai suatu sistem klasifikasi data yang konsisten dan komprehensif

serta sebagai alat analisis terutama yang berkaitan dengan

pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan.

2.2.1 Dasar Pemikiran Pembentukan SNSE

Titik awal penyusunan kerangka SNSE dalam menjelaskan hubungan

ekonomi dan sosial dimulai dari kenyataan bahwa masyarakat mempunyai

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi melalui pembelian sejumlah komoditas.

Total permintaan tersebut dipenuhi oleh sektor-sektor produksi yang menghasilkan output. Untuk dapat menghasilkan output tersebut, sektor produksi

membutuhkan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal, dan lain-lain.

Permintaan turunan terhadap faktor produksi tenaga kerja memberikan balas jasa

berupa upah dan gaji, faktor produksi modal memberikan balas jasa berupa

keuntungan, deviden, bunga, sewa rumah, dan lain sebagainya atau biasa disebut

pendapatan kapital.

Distribusi pendapatan yang diterima masing-masing faktor produksi

dirinci menurut sektor ekonomi yang menghasilkan disebut distribusi pendapatan

faktorial. Jumlah upah dan gaji ditambah dengan pendapatan kapital akan

menghasilkan nilai tambah, dan nilai tambah tersebut dikenal dengan PDB.

Kemudian, pendapatan faktorial diterima oleh rumah tangga, perusahaan, dan

(43)

memberikan kontribusi bagi pendapatan rumah tangga, dan hal ini akan

menimbulkan distribusi pendapatan rumah tangga.

Rumahtangga yang memiliki faktor-faktor produksi yang relatif banyak

akan menerima pendapatan yang lebih besar dari pada mereka yang memiliki

faktor-faktor produksi yang relatif sedikit. Pendapatan yang diterima rumah

tangga dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan mereka, sisanya ditabung dengan

maksud pembentukan modal atau investasi. Bagi rumahtangga, hal ini

menimbulkan pola pengeluaran rumah tangga, yang memberikan gambaran

mengenai pengeluaran rumah tangga menurut berbagai komoditas dan tabungan.

Secara skematis, sistem modular SNSE yang menghubungkan masalah-masalah

ekonomi dan sosial dalam masyarakat dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Diagram Sistem Modular SNSE Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990.

Kebutuhan Dasar

PDB dan Distribusi Pendapatan Kegiatan Produksi

Ekspor, Impor, dan

Neraca Pembayaran Pemerintah

Distribusi Pendapatan Rumah tangga Permintaan Akhir

Pengeluaran Rumahtangga

(44)

2.2.2 Kerangka Dasar SNSE

Kerangka dasar SNSE adalah berbentuk matrik dengan ukuran 4x4. Dalam kerangka SNSE terdapat empat neraca utama yaitu : neraca faktor produksi,

neraca institusi, neraca sektor produksi, dan neraca lainnya. Tiga neraca pertama

dikelompokkan menjadi neraca endogen sedangkan neraca lainnya

dikelompokkan kedalam neraca eksogen. Semua neraca dalam SNSE disusun

dalam bentuk baris dan kolom. Vektor baris menunjukkan perincian penerimaan,

sedangkan vektor kolom menunjukkan perincian pengeluaran. Untuk kegiatan

yang sama, jumlah baris sama dengan jumlah kolom, dengan kata lain jumlah

penerimaan sama dengan pengeluaran.

Kerangka SNSE merupakan perluasan dari kerangka data tabel

Input-Output untuk menjelaskan keterkaitan masalah pertumbuhan ekonomi, distribusi

pendapatan, dan ketenagakerjaan. Keunggulan utama dari SNSE dibanding tabel

Input-Output adalah terletak pada kemampuan model SNSE dalam memperluas

keterkaitan aktifitas ekonomi masyarakat. Tabel Input-Output sebagai kerangka

data dapat memperlihatkan analisis keterkaitan, analisis dampak dan lain

sebagainya, akan tetapi tabel Input-Output masih belum dapat menganalisis

keterkaitan antara masalah pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, dan

ketenagakerjaan. Hal ini disebabkan karena tabel Input-Output tidak memberikan

tempat spesifik pada ketiga permasalahan tersebut dalam kerangkanya. Analisis pada tabel Input-Output lebih menekankan pada analisis keterkaitan antar sektor

(45)

Tabel 2.1. Kerangka Dasar Sistem Neraca Sosial Ekonomi Sumber : Thorbecke, 2000

Dari kerangka dasar di atas ada empat submatriks penting dalam SNSE,

yaitu:

1. Submatrik faktor produksi dan sektor produksi yang menggambarkan

distribusi atau alokasi pendapatan (nilai tambah) dari sektor-sektor

produksi kepada faktor produksi.

2. Submatrik institusi dan faktor produksi yang menggambarkan redistribusi

atau realokasi kesejahteraan dari faktor-faktor produksi kepada institusi

(46)

3. Submatrik sektor produksi dan institusi yang menggambarkan struktur

permintaan akhir institusi menurut produk sektor produksi (dalam tabel I-O ada pada kuadran 2).

4. Submatrik sektor produksi dan sektor produksi yang menggambarkan

struktur permintaan antara sektor produksi (dalam tabel I-O ada pada

kuadran 1).

SNSE Indonesia tahun 2003, mencakup 102 baris dan kolom atau matrik

(102 x 102) yang terdiri dari : 17 kriteria untuk faktor produksi, 10 kriteria untuk

institusi, 23 kriteria untuk sektor produksi, 1 kriteria masing-masing untuk margin

perdagangan dan margin pengangkutan, 23 kriteria untuk komoditi domestik, 23

kriteria untuk komoditi impor, 1 kriteria untuk neraca kapital, 1 kriteria untuk

pajak tidak langsung, 1 kriteria untuk subsidi, dan 1 kriteria untuk sektor luar

negeri.

Terdapat beberapa matrik dalam tabel SNSE yaitu : matriks T yang

merupakan matrik transaksi antar blok dengan neraca endogen. Matrik X

menunjukkan pendapatan neraca endogen dan neraca eksogen. Matrik L

menunjukkan pengeluaran neraca endogen untuk neraca eksogen, disebut juga

leakages. Matrik Y merupakan pendapatan total dari neraca endogen. Sedangkan

matrik Y’ merupakan pengeluaran total dari neraca endogen.

Distribusi pendapatan neraca endogen menurut tabel SNSE di atas dibagi menjadi :

Jumlah Pendapatan Faktor Produksi (Y1) = T13 + X1... (2.1)

(47)

Jumlah Pendapatan Sektor Produksi (Y3) = T32 + T33 + X3... (2.3)

Sedangkan distribusi pengeluaran neraca endogen dapat dibagi menjadi :

Jumlah Pengeluaran Faktor Produksi (Y1’) = T21 + L1………... (2.4)

Jumlah Pengeluaran Institusi (Y2’) = T22 + T32 + L2 ………... (2.5)

Jumlah Pengeluaran Sektor Produksi (Y3’) = T13 + T33 + L3 ……... (2.6)

Matrik T merupakan matrik transaksi antar blok di dalam neraca endogen,

matrik T juga mengambarkan transaksi penerimaan dan pengeluaran, dengan

lingkup yang lebih sempit, yaitu di dalam neraca endogen. Matrik T dapat ditulis

sebagai berikut :

Matrik T jika dibaca per baris menunjukkan penerimaan salah satu blok

dari blok yang lain. Misalnya pada baris satu, T13 menunjukkan penerimaan

faktor produksi dari sektor produksi. Pada baris dua, T21 menunjukkan

penerimaan institusi dari faktor produksi dan T22 menunjukkan penerimaan

institusi dari institusi itu sendiri. Pada baris tiga, T32 menunjukkan penerimaan

sektor produksi dari institusi dan T33 menunjukkan penerimaan sektor produksi

dari sektor produksi itu sendiri.

Sementara jika dibaca per kolom, matriks T menunjukkan pengeluaran

salah satu blok untuk blok yang lain. Misalnya pada kolom satu, T21 menunjukkan

pengeluaran faktor produksi untuk institusi. Pada kolom dua, T22 menunjukkan

pengeluaran institusi untuk institusi itu sendiri dan T32 menunjukkan pengeluaran

(48)

sektor produksi untuk faktor produksi dan T33 menunjukkan pengeluaran sektor

produksi untuk sektor produksi itu sendiri.

2.2.3. Asumsi dan Keterbatasan Model

Seperti halnya pada model Input Output, model SNSE juga menggunakan

beberapa asumsi :

1. Keseragaman (homogenity), yang menunjukkan bahwa setiap sektor

memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada

substitusi otomatis terhadap input dari sektor yang berbeda-beda.

2. Kesebandingan (proportionality), yang menyatakan hubungan antara input

dan output di dalam sektor merupakan fungsi linier yaitu jumlah tiap jenis

input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut.

3. Penjumlahan (additivity), yang berarti bahwa efek total dari kegiatan produksi

di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.

4. Ekses kapasitas atau kapasitas sumber daya berlebih. Artinya sisi penawaran

selalu dapat merespon perubahan sisi permintaan, sehingga interaksi

permintaan dan penawaran tidak pernah menimbulkan kesenjangan antara

keduanya. Konsekuensinya harga-harga tidak pernah berubah atau harga tetap

(fixed price) dan bersifat eksogen (tidak muncul dalam persamaan SNSE).

2.3 Penelitian Terdahulu

Djohar (1999) menganalisis pertumbuhan ekonomi dan distribusi

(49)

yang didapat adalah dampak pengembangan sektor unggulan terhadap sektor yang

tidak diunggulkan tidak menunjukkan hasil yang akan membuat sektor yang tidak diunggulkan menjadi lebih berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat

pedesaan, bahkan sebaliknya terjadi kecenderungan menjadikan sektor yang tidak

diunggulkan menjadi tidak berperan. Hal ini dilihat dari hasil injeksi yang

dilakukan jika masing-masing sektor unggulan diinjeksi sebesar 1.000 satuan,

maka dampak peningkatan yang terbesar akan tetap diterima oleh sektor unggulan

itu sendiri. Dari segi distribusi pendapatan antara masyarakat yang ada di Pulau

Batam (perkotaan) dengan yang di luar Pulau Batam (pedesaan) tidak seimbang.

Hal ini terbukti bila dilihat baik dari distribusi pendapatan maupun pengeluaran

dari total pendapatan tenaga kerja sektor unggulan, maka lebih banyak diterima

oleh rumah tangga kota dan ditransfer keluar wilayah.

Ropingi (1999) menggunakan SNSE sebagai alat analisis yang dapat

memberikan informasi tentang kegiatan masyarakat di Kabupaten Boyolali. Dari

hasil perhitungan analisis yang dilakukan antara hubungan luas kepemilikan lahan

dengan pendapatan rumah tangga menunjukkan bahwa peluang rumah tangga

mempunyai lahan bertambah dengan meningkatnya pendapatan dan faktor yang

berpeluang dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah adanya fasilitas

kesehatan, adanya penggunaan teknologi, luas lahan, tingkat pendidikan dan

kepemilikan kendaraan bermotor.

Sukarna (2001) meneliti tentang kinerja dan prospek ekspor teh Indonesia. Penulis meneliti teh karena teh merupakan salah satu komoditas andalan ekspor

(50)

serta indeks Revealed Comparative Advantage (RCA), sementara untuk

mengetahui kinerja dan prospek ekspor dilakukan analisis SWOT, yaitu dengan mengkaji peluang dan ancaman yang dihadapi teh Indonesia di pasar dunia. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan ekspor produksi teh belum

diikuti oleh peningkatan kualitas terutama untuk teh hijau sehingga mutunya

kurang sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk pasar ekspor baik teh hitam

maupun teh hijau masih mengandalkan pada beberapa negara saja sehingga

pasarnya sangat tergantung dari negara-negara tersebut.

Darmawan (2003) meneliti sektor-sektor perekonomian di Kabupaten

Takalar, Sulawesi Selatan. Penulis menyatakan bahwa sektor pertanian

memberikan kontribusi sebesar 52,42 persen terhadap pembentukan PDRB

Kabupaten Takalar. Meski demikian, penerimaan sektor pertanian belum optimal.

Di mana penerimaan aktual sektor pertanian sebesar Rp 252 milyar, terdapat

selisih Rp 32 milyar dengan nilai analisis optimal yang diperoleh melalui metode

pemrograman linear, yaitu sebesar Rp 284 milyar. Artinya, produksi sektor

pertanian, masih dapat terus ditingkatkan sampai nilai optimal tersebut.

Tjitroresmi (2003) melakukan penelitian tentang strategi pemasaran dan

pengembangan bisnis udang untuk pasar ekspor dengan menggunakan metode

Analytical Hierarcy Process (AHP) dan Strenght Weakness Opportunities Threats

(SWOT). Dari hasil analisis dengan menggunakan AHP, makin tinggi nilai tukar

mata uang maka akan dipilih sebagai negara tujuan ekspor. Dari segi pemasaran hasil menunjukkan bahwa Indonesia yang sebelumnya merupakan negara

(51)

pesaing dari negara lain yang teknologi penangkapan maupun budidayanya

cenderung meningkat. Berdasarkan analisis SWOT, maka potensi sumberdaya laut yang dimiliki serta penguasaan teknologi untuk kegiatan penangkapan

maupun budidaya tambak udang merupakan kekuatan untuk dapat meraih peluang

pasar dunia yang masih cukup menjanjikan keuntungan.

Hafizrianda (2005) menganalisis peranan sektor ekonomi berbasis

pertanian dalam distribusi pendapatan regional di Propinsi Papua. Penelitian ini

menggunakan SNSE, peranan sektor pertanian pada distribusi pendapatan nominal

di Papua sangat menonjol. Sektor yang berbasis pertanian seperti tanaman,

perikanan dan kehutanan berkontribusi pada net multiplier masing-masing sebesar

0,37, 0,31, dan 0,31. Walaupun peran sektor pertanian tinggi di Papua, tapi sektor

ini tidak memberikan pengaruh yang positif pada perubahan distribusi pendapatan

rumah tangga. Berdasarkan analisis redistribusi pendapatan SNSE, sektor ini

memberikan pengaruh yang merugikan bagi mekanisme distribusi pendapatan

rumah tangga.

Anggar (2006) menganalisis peranan sektor pariwisata terhadap

perekonomian Indonesia dengan menggunakan pendekatan SNSE. Peneliti

menganalisis tentang distribusi pendapatan pada faktor produksi, institusi, dan

sektor produksi akibat adanya perubahan pengeluaran wisatawan mancanegara

serta akibat dari adanya kebijakan peningkatan anggaran promosi sektor

pariwisata dalam Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan konsumsi wisatawan

(52)

institusi, dan sektor produksi masing-masing sebesar Rp 3.299,44 milyar, Rp

2.769,70 milyar, dan Rp 6.592,95 milyar. Peningkatan anggaran promosi sektor pariwisata juga meningkatkan nilai tambah faktor produksi institusi, dan sektor

produksi dengan masing-masing peningkatan sebesar Rp 2.373,66 milyar, Rp

2.455,82 milyar, dan Rp 4.651,28 milyar.

Pada penelitian ini, yang akan diteliti adalah lima sub sektor pertanian

yaitu sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman lainnya, sub sektor

peternakan dan hasil-hasil lainnya, sub sektor kehutanan dan perburuan, dan sub

sektor perikanan karena dari segi Produk Domestik Bruto merupakan sektor yang

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi ketiga terbesar setelah

sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Oleh karena itu peneliti

akan membahas simulasi peningkatan ekspor sebesar 20 persen yang terjadi pada

kelima sub sektor tersebut. Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan

penelitian-penelitian lain yaitu akan dilakukan penelitian dengan meningkatkan

ekspor sektor pertanian secara keseluruhan (lima sub sektor), selain itu belum ada

peneliti lain yang meneliti kenaikan ekspor sektor pertanian dengan menggunakan

metode Sistem Neraca Sosial Ekonomi.

2.4 Kerangka Pemikiran

Ekspor bersih yang merupakan selisih dari ekspor dan impor terbagi

menjadi dua kategori yaitu ekspor bersih migas dan non migas. Ekspor non migas

terbagi menjadi tiga sektor unggulan yaitu ekspor bersih non migas sektor

pertanian, sektor industri, dan sektor pertambangan. Penelitian ini lebih

(53)

menyerap sebagian besar tenaga kerja serta banyak mempengaruhi pertumbuhan

sektor lainnya.

Ekspor sektor pertanian non migas terbagi menjadi lima sub sektor yaitu

sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman lainnya, sub sektor peternakan

dan hasil-hasilnya, sub sektor kehutanan dan perburuan, dan sub sektor perikanan.

Ekspor sektor pertanian yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2001

hingga 2005 ini berdampak terhadap tingkat pendapatan faktor produksi, institusi,

sektor-sektor perekonomian. Peningkatan ekspor sektor pertanian akan

mendorong peningkatan pendapatan di sektor pertanian dan di sektor-sektor lain

yang berhubungan dengan sektor pertanian, selain itu peningkatan ekspor di

sektor pertanian akan berdampak pada pendapatan di blok faktor produksi baik

tenaga kerja maupun bukan tenaga kerja serta blok institusi baik institusi rumah

tangga, perusahaan, maupun pemerintah.

Blok sektor produksi dalam SNSE dibagi lagi menjadi 22 sektor produksi,

kelima sub sektor pertanian termasuk didalamnya. Untuk mengetahui dampak

yang terjadi akibat peningkatan ekspor pertanian, peneliti menggunakan metode

Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Metode ini dapat menganalisis dampak

peningkatan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi,

institusi, dan sektor-sektor perekonomian. Kenaikan ekspor pada sektor pertanian

akan meningkatkan pendapatan blok neraca faktor produksi, institusi, dan sektor

(54)

Keterangan : : Hal yang dianalisis

: Hal yang tidak dianalisis

Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran Ekspor Bersih

Kenaikkan Ekspor Pertanian (di Analisis Menggunakan SNSE)

Pendapatan Perkebunan Perikanan Peternakan Kehutanan

(55)

III. METODE PENELITIAN

3.1Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Selain itu penelitian ini ditunjang oleh data

sekunder lainnya dari dinas-dinas terkait seperti Departemen Pertanian,

Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Peternakan, Departemen

Kehutanan dan perpustakaan yang relevan dengan permasalahan pada penelitian

ini. Data yang digunakan adalah data ekspor impor sektor pertanian, tabel SNSE

tahun 2003, dan lain sebagainya.

3.2Metode Analisis

Tabel SNSE diagregasi dari matriks 102 x 102 menjadi matriks 53 x 53

dengan menggunakan program Microsoft Excel 2003. Setelah tabel SNSE

diagregasi maka dilakukan simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20

persen dengan menggunakan program E-Views 4.1 untuk menganalisisnya.

Pada SNSE, matrik T menunjukkan aliran penerimaan dan pengeluaran

pada neraca endogen yang dinyatakan dalam satuan moneter. Apabila setiap sel

dalam matrik T dibagi dengan jumlah kolomnya, maka akan didapatkan sebuah

matrik baru yang menunjukkan besarnya kecenderungan pengeluaran rata-rata

(average expenditure propensity) yang dinyatakan dalam proporsi (perbandingan).

Unsur-unsur dari matrik baru tersebut (matrik A) adalah Aij yang merupakan hasil

pembagian nilai T pada baris ke i dan kolom ke j (Tij) oleh jumlah kolom ke j,

(56)

1 ˆ −

=TijYj

Aij ... (3.1)

dalam hal ini Yˆ adalah matrik diagonal dari nilai-nilai jumlah kolom, sehingga: j

A =

Dalam hal ini A berisi koefisien-koefisien yang menunjukkan pengaruh

langsung dari perubahan yang terjadi pada sebuah sektor terhadap sektor yang

lain. Sedangkan Ma yang dinamakan pengganda neraca (accounting multiplier)

merupakan pengganda yang menunjukkan pengaruh perubahan pada sebuah

sektor terhadap sektor lainnya setelah melalui keseluruhan sistem SNSE.

Pengganda neraca (Ma) di atas dapat diuraikan menjadi pengganda transfer,

pengganda open loop dan pengganda closed loop. Untuk tujuan penguraian

tersebut Pyatt dan Round (1988) melakukan dekomposisi terhadap pengganda

neraca yang hasilnya adalah :

Ma = Ma3 Ma2 Ma1... (3.6)

Ma = Injeksi + T + O + C... (3.7)

di mana :

(57)

T = kontribusi bersih atau efek pengganda transfer

Ma2 = pengganda neraca open loop

O = kontribusi bersih atau efek pengganda open loop

Ma3 = pengganda neraca close loop

C = kontribusi bersih atau efek pengganda close loop

Persamaan (3.6) di atas menunjukkan bahwa sebenarnya pengaruh global

dari suatu sektor terhadap sektor yang lain tidak terjadi begitu saja melalui

pengganda Ma, melainkan terjadi melalui banyak tahapan. Tahapan-tahapan

pengaruh tersebut di kelompokan menjadi tiga, yaitu Ma1, Ma2 dan Ma3. Berikut

ini penjelasan mengenai Ma1, Ma2 dan Ma3 tersebut.

3.2.1 Analisis Pengganda Transfer

Ma1 adalah pengganda transfer, yang menunjukkan pengaruh dari satu blok

pada dirinya sendiri.

Ma1 = (I – A0)-1... (3.8)

A0 adalah matriks diagonal dari matriks A

A0 =

Sehingga dalam bentuk matriks :

Ma1 =

Dengan pengganda transfer (Ma1) ini dapat diketahui pengaruh injeksi

(58)

melalui keseluruhan sistem di dalam blok tersebut, sebelum berpengaruh terhadap

blok yang lain. Ma1 disebut sebagai pengganda transfer karena Ma1 ini

seolah-olah berasumsi bahwa injeksi pada suatu sektor hanya berpengaruh terhadap

sektor-sektor lain dalam satu blok yang sama, dan tidak terhadap sektor-sektor

yang berada pada blok yang lain. Efek atau bagian dari pengganda transfer dalam

peningkatan pendapatan perekonomian saat dilakukan injeksi dapat dirumuskan

sebagai :

T = (Ma1 – I)... (3.11)

Dalam matriks Ma1 pada persamaan (3.10) dapat dilihat besarnya

pengganda pada masing-masing blok. Pada blok sektor produksi misalnya,

besarnya pengganda transfer adalah (I – A33)-1. Ini berarti setiap injeksi pada salah

satu sektor produksi akan berpengaruh pada sektor produksi yang lain sebesar

injeksi tersebut dikalikan dengan (I – A33)-1. Dalam model input output, (I – A33)-1

tidak lain adalah matriks invers Leontief. Pada blok institusi, besarnya pengganda

transfer adalah (I – A22)-1. Ini berarti setiap injeksi pada salah satu institusi akan

berpengaruh pada institusi yang lain sebesar injeksi tersebut dikalikan dengan (I –

A22)-1. Pada blok Faktor Produksi, besarnya pengganda transfer adalah I. Ini

berarti bahwa injeksi pada salah satu faktor produksi hanya akan berpengaruh

terhadap faktor produksi yang diinjeksi tersebut, tidak terhadap faktor produksi

yang lain.

3.2.2 Analisis Pengganda Open Loop

Ma2 adalah pengganda open loop atau cross-effect, yang merupakan

(59)

sebuah blok tertentu akan berpengaruh terhadap sektor lain di blok yang lain

setelah melalui keseluruhan sistem dalam blok yang lain tersebut.

Ma2 = (I + A* + A*2) ... (3.12)

Sedangkan sel yang lain berisi angka (matriks) nol.

A* =

Dengan demikian pengganda open loop adalah :

Ma2 =

Kontribusi bersih pengganda open loop dalam peningkatan pendapatan sistem

perekonomian dapat dirumuskan sebagai :

O = (Ma2 – I)Ma1... (3.18)

Injeksi terhadap salah satu sektor produksi akan berpengaruh terhadap

blok faktor produksi dengan pengganda sebesar A*13. Injeksi pada blok faktor

produksi akan berpengaruh terhadap blok institusi dengan pengganda sebesar

A*21. Injeksi pada blok institusi akan berpengaruh terhadap blok sektor produksi

(60)

3.2.3 Analisis Pengganda Close Loop

Ma3 adalah pengganda close loop yang merupakan pengaruh dari suatu

blok ke blok yang lain, untuk kemudian kembali pada blok semula. Rumus

pengganda close loop adalah :

Ma3 = (I – A*3)-1 ... (3.19)

Ma3 merupakan matriks diagonal yang diagonal utamanya secara berurutan

dari kiri atas ke kanan bawah berisikan (I–A*13A*32A*21)-1, (I–A*21A*13A*32)-1, dan

(I–A*32A*21A*13)-1. Injeksi pada salah satu faktor produksi akan berpengaruh pada

sektor-sektor lain pada blok institusi, kemudian berpengaruh pada blok sektor

produksi dan akhirnya berpengaruh kembali pada sektor-sektor dalam blok faktor

produksi tersebut. Satu putaran dari blok faktor produksi kembali ke blok faktor

produksi ini disebut pengaruh close loop faktor produksi, dengan pengganda

sebesar (I–A*13A*32A*21)-1.

Demikian pula dengan blok institusi dan blok sektor produksi. Injeksi pada

salah satu sektor dalam blok institusi pada akhirnya akan mempengaruhi close

loop pada sektor-sektor dalam blok institusi itu sendiri, setelah berpengaruh pada

blok sektor produksi dan blok faktor produksi, dengan nilai penggandanya sebesar

(I–A*21A*13A*32)-1. Sedangkan pengganda close loop untuk blok sektor produksi

adalah sebesar (I – A*32A*21A*13)-1. Efek pengganda close loop dalam peningkatan

pendapatan suatu sistem perekonomian dapat dirumuskan dengan :

Gambar

Gambar 1.1 Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta US$)      Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005
Table 1.4. Ekspor-Impor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005 (juta US$)
Gambar 2.1. Hubungan Antara Ekspor dan Impor Dengan Tingkat Pendapatan Nasional
Gambar 2.2. Pembentukan Pendapatan Nasional Dengan Pendekatan Pengeluaran   Sumber : Mankiw, 2000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mencoba menerapkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak melalui media audio visual (film animasi) dengan

Atribut-atribut warna, jenis garis, jenis tanda dan fill pattern dapat di diatur untuk setiap nilai pada daftar environment yang benar atau Cycle , yang mengkhususkan

Government of Australia and the Government of the Republic of Indonesia Regarding the Operations of Indonesian Traditional Fishermen in Areas of the Australian Exclusive Fishing

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap

Transformator Distribusi merupakan trafo daya yang memiliki kapasitas daya lebih kecil daripada trafo gardu induk, dan peranannya adalah untuk mentransformasikan tegangan

maupun institute of development , atau memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank dan dari segi

Proses yang pertama dilakukan adalah menanam mikroba aerob, pada proses penanaman ini pembiakanya dilakukan pada tiga macam jenis medium yang pertama pada medium

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini data primer yaitu diperoleh secara langsung dari orang tua atau wali anak-anak putus sekolah usia pendidikan dasar yang terkait