1
Banyak pendapat ahli yang menyatakan bahwa Indonesia mengalami krisis nilai. Hal ini terbukti dengan makin meningkatnya jumlah kasus korupsi, bahkan Indonesia menjadi negara terkorup kelima di dunia (www.kpk.go.id) dan terkorup ketiga di ASEAN (www.surya.co.id), tindak kriminal, maupun tindakan‐tindakan yang melanggar norma‐norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pada kalangan muda pun tindak pelanggaran norma sosial seperti perilaku seksual remaja sebelum menikah semakin memprihatinkan berbagai kalangan. Hasil‐hasil survei terhadap perilaku seksual remaja (Taufik & Anganthi, 2005; Lestari, 2007) mengungkapkan bahwa tahap perilaku seksual remaja semakin tinggi dan bahkan ada yang telah sampai pada bersenggama. Usia remaja ketika menjadi aktif secara seksual juga makin muda yakni usia 14 tahun (Sugiarto, 2006).
Sementara itu, dalam tingkat keluarga juga terdapat fenomena makin melemahnya ikatan antara orang tua‐anak dan antar anggota keluarga. Pembangunan sumberdaya manusia telah meningkatkan kapasitas kaum perempuan dan akibatnya meningkatkan tingkat partisipasi perempuan dalam dunia kerja. Dalam data statistik BPS tahun 2007 terungkap adanya peningkatan jumlah angkatan kerja kaum perempuan yang lebih besar daripada kaum laki‐laki (www.bps.go.id). Hal ini dapat menjadi indikasi semakin meningkatnya jumlah orang tua yang dua‐duanya bekerja. Sementara itu, maraknya budaya konsumerisme juga mendorong orang untuk bekerja lebih keras, atau bahkan berlebihan untuk memenuhi kebutuhan materinya. Dampak yang dapat terjadi adalah kecenderungan berkurangnya waktu interaksi antara orang tua dengan anak. Bahkan tanpa disadari, karena terlalu terfokus pada materi, perhatian orang tua terhadap pemenuhan kebutuhan anak akan ikatan emosi dan spiritual menjadi berkurang (Makarim, 2008).
bahwa masyarakat Jawa terkosongkan dari kandungan moral (emptied of moral
content). Hal ini menurut Endraswara (2006a) dapat terjadi karena budaya‐budaya lain
seperti konsumerisme, materialisme, individualisme, dan isme‐isme lainnya menerjang kehidupan orang Jawa.
Dari penelitian pada tahun pertama telah diperoleh data tentang harapan orangtua terhadap anak, pesan‐pesan moral yang disampaikan pada anak, metode yang digunakan oleh orangtua dalam menyampaikan pesan moral, waktu yang digunakan dalam menyampaikan pesan moral, metode pendisiplinan yang diterapkan oleh orangtua, dan respon anak terhadap tindakan orangtua. Terkait dengan harapan orangtua terhadap anak diperoleh data bahwa (1) orang tua mengharapkan anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah; (2) orang tua mengharapkan anaknya dapat memiliki penghidupan yang lebih layak dan lebih baik daripada kehidupan yang dijalani orang tuanya; (3) orang tua mengharapkan anaknya menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan mandiri.
Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut, orangtua menyampaikan pesan‐ pesan moral kepada anak dalam interaksi sehari‐hari. Pesan‐pesan moral tersebut adalah: (1) rajin beribadah dengan harapan agar anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah, (2) pesan moral untuk bersikap jujur, (3) rajin belajar dengan harapan mendapat nilai yang baik, (4) hormat kepada yang lebih tua yang diartikan sebagai kesediaan mermbantu meringankan beban tugas orang tua dan menghargai orang yang lebih tua tanpa memandang status sosialnya, (5) rukun dengan saudara, (6) menghindari hal‐hal yang bisa berdampak merusak pada diri anak, seperti menjauhi miras dan narkoba, menghindari bergaul dengan teman yang kurang baik atau berpesan untuk memilih teman dalam bergaul, (7) bersedia membantu orang lain dan berpartisipasi dalam masyarakat, dan (8) pentingnya uang dalam kehidupan.
komunikasi yang bersifat searah. Pemberian nasehat ini pada umumnya dilakukan setelah anak melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah menjadi kesepakatan di dalam keluarga. Kedua, pemberian contoh. Dalam metode pemberian contoh ini, orang tua melakukan terlebih dahulu perilaku‐perilaku yang mengandung nilai‐nilai moral yang akan disampaikan pada anak. Dengan demikian ketika orang tua menyampaikan pesan nilai moral pada anak, orang tua dapat merujuk pada perilaku‐ perilaku yang telah dicontohkannya. Ketiga, metode dialog. Dalam metode ini orang tua menyampaikan nilai‐nilai moral pada anak melalui proses interaksi yang bersifat dialogis. Orang tua menyampaikan harapan‐harapannya pada anak dan bentuk‐bentuk perilaku yang diharapkan dilakukan oleh anak. Anak diberi kesempatan untuk menyampaikan tanggapannya terhadap harapan orang tua.. Keempat, pemberian instruksi. Maksudnya, orang tua hanya memberikan perintah pada anak untuk melakukan suatu tindakan yang diharapkan tanpa memberikan contoh terlebih dulu.
Dalam menyampaikan pesan moral kepada anak, ada keluarga yang telah memiliki waktu tertentu (family time) dan ada pula yang menyampaikan nasehatnya
setelah anak melakukan pelanggaran atau melakukan kesalahan. Metode pendisiplinan yang digunakan orangtua bervariasi mulai dari marah, mendiamkan anak dan tidak mengajak bicara, memotong uang saku anak, bahkan ada yang memukul dengan sapu atau kayu. Khusus untuk hukuman memukul dialami oleh anak ketika masih kanak‐ kanak, tetapi sudah tidak dialami lagi ketika anak‐anak telah memasuki masa remaja.
pencarian identitas dan peningkatan rasa otonom, maka interaksi orangtua dengan anak pada masa ini seringkali diwarnai dengan berbagai perbedaan dan konflik. Menurut Allison dan Schultz (2004) intensitas konflik lebih tinggi terjadi pada masa awal remaja dan menurun pada akhir remaja. Tiga domain konflik yang paling intens terjadi adalah perilaku yang mengacau/mengganggu di rumah, karakter pribadi/moral yang negatif, dan PR/prestasi di sekolah.
Berdasarkan temuan tahun pertama, maka penelitian lanjutan ini dilakukan
untuk mengelaborasi lebih lanjut situasi‐situasi konflik nilai yang dialami remaja dan tindakan orangtua dalam menghadapi konflik nilai tersebut.
52
Desember 2008 dari www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2111. ____, 2008. Indonesia negara terkorup ketiga di asean. Diakses pada tanggal 20
Desember 2008 dari www.surya.co.id/2008/12/02/indonesia‐negara‐ terkorup‐ketiga‐di‐asean.
BPS (2008). Perkembangan beberapa indikator utama sosial‐ekonomi indonesia.
Diakses pada tanggal 10 januari 2009 dari
http://www.bps.go.id/leaflest/BookletMaret(2008)new.pdf.
Allison, Barbara N. & Schultz, Jerelyn B., 2004. Parent‐Adolescent Conflict In Early Adolescence. Adolescence, 39(153), 101‐119.
Anganthi, N.R.N & Lestari, S. (2007). Pola Komunikasi Seksualitas Pada Keluarga Muslim di Surakarta. Laporan Penelitian Fundamental. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, tidak diterbitkan.
Arnett, J. J. (1995). Broad and narrow socialization: the family in the context of cultural theory. Journal of Marriage and the Family, 57, 617‐628.
Bandura, A. (1991). Social cognitive theory of moral thought and anction. In W. M. Kurtnes & J. L. Gewirtz (Eds.) Handbook of moral behavior and development (Vol
1, pp 45‐103). NJ: Erlbaum.
Bamaca, M. Y., Umafia‐Taylor, A. J., Shin, N., & Alfaro, E. C. (2005). Latino adolescent’s perception of parenting behaviors and self‐esteem: examining the role of neighborhood risk. Family Relations, 54, 621‐632.
Barber, B. K., Chadwick, B. A., & Oerter, R. (1992). Parental behaviors and adolescent self‐esteem in the United States and Germany. Journal of Marriage and the
Family, 54, 128‐141.
Barber, C. N., Ball, J., & Armistead, L. (2003). Parent‐adolescent relationship and adolescent psychological functioning among African‐American female adolescents: self‐esteem as mediator. Journal of Child and Family Studies, 12, 361‐374.
Baumrind, D. (1980). New direction in socialization research. American Psychologist, 35, 639‐652.
Berns, R.M. 2004. Child, Family, School, Community: Socialization and Suppport. 5th ed. Forth Worth: Hartcourt Brace CollegePublishers.
Booth‐Butterfield, M., & Sidelinger, R. (1998). The influence of family communication on the college‐aged child: openness, attitudes and actions about sex and alcohol. Communication Quarterly, 46, 295‐308.
Borawski, E.A, Ievers‐Landis, C.E., Lovegreen, L.D., & Trapl, E.S. (2003). Parental monitoring, negotiated unsupervised time, and parental trust: the role of perceived parenting practices in adolescent health risk behavior. Journal of Adolescent Health, 33, 60‐70.
Brody, G.H., Moore, K., & Glei, D. (1994). Family processes during adolescence as predictors of parent‐young adult attitude similarity: A six year longitudinal analysis. Family Relations, 43, 369‐373.
Bronstein, P., Fox, B.J., Kamon, J. L., & Knolls, M.L. (2007). Parenting and gender as predictors of moral courage in late adolescent: a longitudinal study. Sex Roles, 56, 661‐674.
Bulanda, R. E., & Majumdar, D. (2009). Perceived parent‐child and adolescent self‐ esteem. Journal of Child and Family Studies, 18, 203‐212.
Caples dan Barrera (2006)
Chen, Z., Liu., R. X., & Kaplan, H.B. (2008). Mediating mechanisms for the intergenerational transmission of constructive parenting: a prospective longitudinal study. Journal of Familly Issues, 29, 1574‐1599
Choi, Y., He, M., & Harachi, T.W. (2008). Intergenerational cultural disonance, parent‐ child conflict and bonding and youth problem behaviors among vietnamese & cambodian immigrant families. Journal of Youth and Adolescene, 37, 85 ‐96. Clark, R. D., & Shileds, G. (1997). Family communication and delinquency. Adolescence,
32, 81‐92.
Davidson, T.M., & Cardemil, E.V. (2009). Parent‐child communication and parental involvement in Latino adolescents. Journal of Early Adolescence, 29, 99‐121. De Clercq, S. 2006. Extending the Schwartz Value Theory for Assessing Supplementary
Person‐Organization Fit. Dissertassion. Faculteit Psychologie en Pedagogische Wetenscappen. Available in: https://archive.ugent.be/retrieve/4474/ Doctoraat+Stefaan+De+Clercq.pdf.
Dekovic, M., Wissink, I. B., & Meijer, A. M. (2004). The role of family and peer relation in adolescent antisocial behavior: comparison of four ethnic groups. Journal of Adolescent, 24, 497‐514.
Demo, D. H., Small, S. A., & Savin‐Williams, R. C. (1987). Family relations and the self‐ esteem of adolescents and their parents. Journal of Marriage and the Family, 49, 705‐715.
Dishion, TJ, & McMahon RJ. (1998) Parental monitoring and the prevention of child and adolescent problem behavior: A conceptual and empirical formulation. Clinical
Child and Family Psychology Review, 1, 61–75.
Doom, M.D.V., Branje, S. J. T., & Meeus, W. J. J., (2008). Conflict resolution in parent‐ adolescent relationship and adolescent delinquency. Journal of Early Adolescence, 4, 503‐527.
Driscoll, A. K., Russell, S. T, & Crockett, L. J. (2008). Parenting styles and youth well‐ being across immigrant generations. Journal of Family Issues, 29, 185‐209. Dwairy, M. (2004). Parenting style and mental health of Palestinian‐Arab adolescents in
Israel. Transcultural Psychiatry, 41, 233‐252.
Endraswara, S., 2006. Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala.
Endraswara, S. (2006). Budi Pekerti Jawa: Tuntunan Luhur Budaya Adiluhung. Jogjakarta: Buan Pustaka.
Furnham, A., & Cheng, H., (2000). Perceived parental behaviour, self‐esteem and happiness. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 35, 463‐470.
Galambos, N.L. & Almeida, D.M. (1992). Does parent‐adolescent conflict increase in early adolescence?. Journal of marriage and the Family, 54, 737‐747.
Geertz, H. (1961). The Javanese Family: A Study of Kinship and Socialization. USA: The Free Press of Glenoe, Inc.
Georgas, J., Kalantzi‐Azizi, A., 1992. Value Acculturation and Response Tendencies of Biethnic Adolescents. Journal of Cross‐Cultural Psychology, 23 (2), 228‐239.
Grolnick, W.S., & Slowiaczek, M.L. (1994). Parent’s involvement in children’s schooling: A multidimensional conceptualization and motivational model. Child
Development, 65, 237‐252.
Grusec, J. E., & Goodnow, J. J. (1994). Impact of parental discipline methods on the child’s internalization of values: A reconceptualization of current points of view.
Hayes, N. (2000). Doing Psychological Research: Gathering and Analysing Data. Buckingham: Open University Press.
Hertz, L., & Gullone, E. (1999). The relationship between self‐esteem and parenting style. Journal of Cross Cultural Psychology, 30, 742‐761.
Kerr, M. & Stattin, H. (2000). What parents know, how they know it, and several forms of adolescent adjusment: further support for a reinterpretation of monitoring.
Developmental Psychology, 36, 366‐380.
Laible, D., Eye, J., & Carlo, G. (2008). Dimensions of conscience in mid‐adolescence: Links with social behavior, parenting, and temperament. Journal of Youth and
Adolescence, 37, 875‐887.
Laird, R.D., Pettit, G.S., Bates, J.E., & Dodge, K.A. (2003). Parents’ monitoring‐relevant knowlegde and adolescents’ delinquent behavior: evident of correlated development changes and reciprocal influences. Child Development, 74, 752‐ 768.
Lestari, S, 2002. Peningkatan Kemampuan Ibu dalam Mengkomunikasikan Seksualitas kepada Anak Melalui Pemberian Informasi. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, tidak diterbitkan.
Lestari, S. 2007. Perilaku Pacaran Ditinjau Dari Intensitas Mengakses Situs Porno dan Komunikasi Seksualitas dengan Orang Tua. Laporan Penelitian Dosen Muda. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, tidak diterbitkan.
Lestari, S., & Asyanti, S. (2008). Strategi Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Nilai Dalam Praktek Pengasuhan Anak pada Keluarga Jawa. Laporan
Penelitian Fundamental. Universitas Muhammadiyah Surakarta, tidak
diterbitkan.
Lestari, S, dan Purwandari, E, 2002. Kemampuan Komunikasi Ibu – Anak tentang Seksualitas Ditinjau dari Tingkat Pengetahuan Ibu. Indigenous. Vol. 6, No. 1, Mei, 32‐39.
Magnis‐Suseno, F., 2003. Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia.
Makarim, I. A. (2008). Penanaman nilai dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Makalah. Dalam Proceedings Temu Ilmiah Nasional IPPI, Bandung 28‐29 November.
Natrajan, R. 2005. What Are My Goals in Parenting. (online) Retrieved from:http://www.ces.purdue.edu/providerparent/PDF%20Links/What_Are_ My_Goals_in_Parenting.pdf.
Oliver, J. M. & Paull, J. C. (1995). Self‐esteem and self‐efficacy, perceived parenting and family climate, and depression in university students. Journal of Clinical Psychology, 51, 467‐480.
Padilla‐Walker, L.M & Thompson, R.A. 2005. Combating Conflicting Messages of Values: A Closer Look at Parental Strategies. Social Development, 14 (2), 305‐322.
Plunkett, S. W., Henry, C. S., Robinson, L. C., Behnke, A., & Falcon III, P. C. (2007).. Adolescent perceptions of parental behaviors, adolescent self‐esteem, and adolescent depressed mood. Journal of Child and Family Studies, 16, 760‐772.
Prokop, C.K., Bradly,L.A., Burish,T.G., Anderson,K.O.,Fox,J.E.(1991). Health Psychology:
Clinical Methods & Research. New York : MacMillan Publishing.
Regnerus, M.D. & Luchies, L.B. (2006). Parent‐child relationship and opportunities for adolescents’ first sex. Journal of Family Issues, 27, 159‐183.
Rice,F.P & Dolgin,K.G. 2008. The Adolescence : Development, Relationships and Culture. Boston : Allyn & Bacon.
Riesch, SK., Gray, J., Hoeffs, M., Keenan, T., Ertl, T., & Mathison, K. 2003. Conflict and conflict resolution: parent and young teen perceptions. Journal of Pediatric Health Care. 17(1), 22‐31.
Robertson, J. & Simons, R. (1989). Family factors, self‐esteem, and adolescent depression. Journal of Marriage and Family, 51, 125‐138.
Rodgers, K. B. (1999). Parenting processes related to sexual risk‐taking behaviors of adolescent males and females. Journal of Marriage and Family, 61, 99‐109. Shek, D. T. L. (2000). Differences between fathers and mothers in the treatment of, and
relationship with, their teenage children: Perceptions of Chinese adolescents. Adolescence, 35, 135‐146.
Shek, D.T.L., 2002. Parenting Characteristics and Parent‐Adolescent Conflict: A Longitudinal Study in the Chinese Culture. Journal of Family Issues, 23 (2), 189‐ 208.
Shek, D.T.L. (2006). Perceived parent‐child relational qualities and parental behavioral and psychological control in Chinese adolescents in Hongkong. Adolescence, 41, 563‐581.
Smetana, J. G. (1999) The role of parents in moral development: A social domain analysis. Journal of Moral Education, 28, 311‐321.
Steelsmith, S. 2000. Resolving Conflicting Values. (online) Retrieved from: http://www.parentingpress.com/t_000923.html.
Sugiarto (2006) Hasil survei PSS PKBI DIY: Pelajar Sudah Lakukan Seks Bebas. Diakses dari: http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0603/09/dar18.htm pada tanggal 15 Maret 2006.
Svensson, R. (2004). Shame as a consequence of the parent‐child relationship. European Journal of Criminology, 1, 477‐504.
Tadmor, C.T. & Tetlock, P.E., 2006. Biculturalism: A Model of the Effects of Second‐ Culture Exposure on Acculturation and Integrative Complexity. Journal of Cross‐
Cultural Psychology, 37 (2), 173‐190.
Taufik dan Anganthi, N.R.N. (2005) Seksualitas Remaja: Perbedaan antara Seksualitas Remaja yang Tidak Melakukan Hubungan Seksual dan Remaja yang Melakukan Hubungan Seksual. Jurnal Penelitian Humaniora, 6, No. 2, Agustus.
Taylor,S.E.1999. Health Psychology. Singapore : McGraw‐Hill Inc
Waizenhofer, R. N., Bucahnan, C.M., & Jackson‐Newman, 2004. Mothers’and fathers ‘knowledge of adolescents’ daily activities: its sources and its links with adolescent adjustment. Journal of Family Psychology, 18, 348‐360.
Wenk, D., Hardesty, C.L., Morgan, C.S., & Blair, S.L. (1994). The influence of parental involvement on the well‐being of sons and daughters. Journal of Marriage and Family, 56, 229‐234.
Whitbeck, L. B., & Gecas, V. (1988). Value attributions and value transmission between parents and children. Journal of Marriage and Family, 50, 829–840.
Whitbeck, L. B., Simons, R. L., Conger, R. D. & Lorenz, F. O. (1989). Value socialization and peer group affiliation among early adolescents. The Journal of Early
Adolescence, 9, 436‐453.
White, F.A. (2000). Relationship of family socialization processes to adolescent moral thought. The Journal of Social Psychology, 140, 75‐91.
White, F. A. & Matawie, K.M. (2004). Parental morality and family processes as predictors of adolescent morality. Journal of Child and Family Studies, 13, 219‐ 233.
Williams, S.K. & Kelly, F.D. (2005). Relationships among involvement, attachment, and behavioral problems in adolescence: examining father’s influence. Journal of
Yau, J. and Smetana, J.G., 1996. Adolescent‐Parent Conflict among Chinese Adolescents in Hong Kong. Child Development, 67 (3), 1262‐1275.
Ying, Yu‐Wen, & Han, M. (2008). Parental contributions to Southeast Asian American adolescents’ well‐being. Youth & Society, 40, 289‐306.
v
STRATEGI PENANAMAN NILAI DAN
PENANGANAN KONFIK NILAI DALAM
PRAKTEK PENGASUHAN ANAK
PADA KELUARGA JAWA
DIBIAYAI OLEH PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN NOMOR: 074/SP2H/PP/DP2M/IV/2009
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RI
FAKUTAS PSIKOLOGI
vi
Dari penelitian pada tahun pertama telah diperoleh data tentang harapan orangtua terhadap anak, pesan‐pesan moral yang disampaikan pada anak, metode yang digunakan oleh orangtua dalam menyampaikan pesan moral, waktu yang digunakan dalam menyampaikan pesan moral, metode pendisiplinan yang diterapkan oleh orangtua, dan respon anak terhadap tindakan orangtua. Berdasarkan temuan tahun pertama, maka penelitian lanjutan ini dilakukan untuk mengelaborasi lebih lanjut situasi‐situasi konflik nilai yang dialami remaja dan tindakan orangtua dalam menghadapi konflik nilai tersebut.
Penelitian ini menggunakaan pendekatan kualitatif. Partisipan penelitian ini adalah remaja SMP dan tinggal di wilayah Surakarta, beserta orangtuanya. Pengumpulan data dilakukan dengan focus group interviews pada remaja dan kuesioner terbuka bagi remaja dan orangtua. Data‐data yang diperoleh dianalisis secara kualitatitif tematik.
Data‐data hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut:
1) Orangtua mengharapkan anak menjadi pribadi yang baik, hidupnya sejahtera, taat dalam beragama dan dapat memenuhi tuntutan orangtua.
2) Orangtua berupaya mewujudkan harapannya dengan memberikan dukungan sosial pada anak, berupa dukungan emosi, tangible support, appraisal support,
dukungan informasi dan dukungan spiritual.
3) Nilai‐nilai yang ditransmisikan melalui pengasuhan anak dalam keluarga pada
masyarakat Jawa adalah: prestasi, kemandirian, kejujuran, suka menolong, bertanggungjawab, sederhana, rendah hati, kesopanan, taat beribadah, kepatuhan, kesuksesan, hormat, dan rukun.
4) Area konflik antara remaja dengan orang tua yang mengemuka berkaitan dengan prestasi belajar, pengelolaan waktu, penggunaan HP, tugas‐tugas kerumahtanggaan, penampilan dan perilaku berpacaran.
5) Ketika menghadapi konflik, marah menjadi ekspresi pertama yang paling banyak diungkapkan oleh orangtua, baik ayah maupun ibu; sedangkan respon remaja adalah diam dan mendengarkan. Dalam situsi konflik tersebut, orangtua juga menyampaikan nasihat‐nasihat pada anak.
vii
The previous research found about the parent wishes for their adolescent, moral messages they reveal to adolescent, the method that used to reveal the moral messages, the moment they utilize to send the moral messages, their approach to discipline their adolescent, and the adolescent response to parent act. Following that findings this research aim to elaborate conflict situations occured in parent‐ adolescent relationship and parent’s performance to resolve the conflict.
Qualitative approach used to accomplish this research. The participant were adolescents in junior school and lived in Surakarta and their parent. The data gathered by focus group interviews to adolescents and completion the open ended questionair by adolescent and their parent. The collected data analized by the themes qualitatively.
The result would be summarize as follows:
1) Parent want their adolescet to be a kind person, achieve well‐being in live, faithful, and comply with parent demand.
2) Parent attempt to attain their hope by giving social support to their adolescent such as emotional support, tangible support, appraisal support, information support and spiritual support.
3) Values transmitted in parenting in Javaness families are: achievement, autonomous, honesty, helping attitude, responsible, simple, modesty, well mannered, religious obligation, obedient, success, respect and rukun.
4) Conflit occured in parent‐adolescent relationship are related to academic achievement, time management, mobile use, chores, and opposite sex relationship.
5) Anger is the most expression presented by both of father and mother when resolve conflit, whereas the adolescents prefer being quiet to respond parent anger. Parent also give several advise to their adolescent in this situation.
viii
tentang penanaman nilai dan strategi penanganan konflik nilai dalam keluarga ini dapat terselesaikan. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW yang telah meneladankan pada kita bagaimana seharusnya menjalankan peran sebagai orangtua yang baik bagi anak. Tak ada gading yang tak retak, demikian kata pepatah. Meski penelitian ini tak terlepas dari kekurangan, semoga dapat menambah pemahaman mengenai realitas yang terjadi dalam hubungan orangtua‐anak dalam masyarakat kita.
Penelitian ini bermula dari keprihatinan penulis ketika melihat perilaku remaja yang kurang santun, kurang hormat pada yang lebih tua, kurang menghargai guru, kurang gigih dalam belajar dan menyukai hal‐hal yang serba instan. Demikian pula dengan maraknya tindak ketidakjujuran seperti perilaku berbohong, menjadikan perilaku menyontek sebagai kebiasaan, dan meningkatnya perilaku seksual pada remaja. Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan bagi peneliti, “Apa yang sedang terjadi dalam keluarga‐keluarga? Bagaimana hubungan orangtua‐ anak yang terjalin? Mengapa remaja berperilaku seperti itu?”. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang sering terlintas dalam pikiran penulis.
ix
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi yang telah menjadi penyandang dana tunggal untuk penelitian ini.
2) Rektor Universitas Muhammdiyah Surakarta, dalam hal ini Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk kegiatan ini.
3) Para orangtua dan anak yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian
ini dengan mengungkapkan pengalamannya dalam berinteraksi di dalam keluarga.
4) Suami penulis pertama, Mas Tachir yang telah memberikan dukungan penuh
dengan menjalankan shared parenting bagi anak‐anak (Azka, Akhyar, Nui) ketika
penulis sedang berkutat dengan data‐data penelitian.
5) Adik‐adik asisten, Ririn, Marfu’ah, Desi DW, dan Erina yang telah membantu
dalam proses pengambilan data maupun entri data dalam penelitian ini.
6) Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan kemudahan demi terlaksananya penelitian ini.
7) Semoga segala bentuk dukungan yang telah diberikan dalam penelitian ini
bernilai ibadah. Harapan penulis, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam mewujudkan keluarga yang lebih baik bagi persemaian generasi masa depan yang berkarakter tangguh.
Surakarta, Oktober 2009 Penulis
x
Prakata... vii
Daftar tabel ... ix
Daftar bagan ... x
Daftar lampiran... xi
Bab I. Pendahuluan ... 1
Bab II. Tinjauan pustaka ... 5
A...P engasuhan anak ... 5
B...S osialisasi nilai ... 9
C...I nternalisasi nilai ... 10
D...K onflik nilai dalam pengasuhan anak ... 11
E...P enanganan konflik nilai dalam pengasuhan anak... 12
F...S osialisasi Nilai dan Konflik Nilai dalam Budaya Jawa ... 15
G...P ertanyaan penelitian... 17
Bab III. Tujuan dan manfaat penelitian ... 18
Bab IV. Metode penelitian ... 19
A...F okus penelitian ... 19
B...I nforman penelitian ... 19
xi
Bab V. Hasil dan pembahasan ... 22
A...D ata FGI... 22
B...D ata demografi partisipan: (remaja, ayah, ibu) ... 25
C...H asil pengumpulan data... 26
D...P embahasan ... 38
E...T emuan penelitian... 47
F...K eterbatasan penelitian... 47
Bab VI. Kesimpulan dan saran ... 49
Daftar pustaka... 52
Lampiran‐lampiran... 59
xii
xiii
Grafik 4. Sumber informasi orangtua tentang masalah anak ... 29
Grafik 5. Kedekatan remaja dengan orang tua... 30
Grafik 6. Remaja curhat masalah kepada ... 31
Grafik 7. Sikap orangtua yang disukai remaja... 31
Grafik 8. Sikap orangtua yang tidak disukai remaja... 32
Grafik 9. Isi pesan yang diterima remaja dari orangtua... 33
Grafik 10. Penyebab orangtua marah... 34
Grafik 11. Sikap remaja ketika dimarahi orang tua... 35
Grafik 12. Perlakuan orang tua yang diharapkan anak ... 36
Grafik 13. Aktivitas yang dilakukan remaja bersama teman akrab... 37
xiv
1
Oleh: Sri Lestari dan Setia Asyanti
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tahun sebelumnya. Dari penelitian tahun pertama diperoleh data‐data terjadinya proses penanaman nilai pada anak melalui pengasuhan dalam keluarga. Diketahui pula terdapat empat metode yang digunakan oleh orangtua dalam melakukan penanaman nilai pada anak, yakni:
1) Memberikan instruksi pada anak agar anak melakukan tindakan yang diharapkan.
2) Memberikan nasihat dan keteladanan pada anak.
3) Memberikan nasihat dan keteladanan disertai dengan hubungan orangtua‐anak yang hangat.
4) Melakukan dialog dan memberikan keteladanan disertai dengan hubungan orangtua‐anak yang hangat.
Dari keempat metode yang digunakan orangtua tersebut, metode yang keempat menunjukkan hasil yang paling baik. Artinya, nilai‐nilai yang ditanamkan orangtua pada anak diinternalisasi oleh anak menjadi bagian dari dirinya. Dampaknya adalah anak tetap memegang teguh nilai‐nilai tersebut meskipun berada di lingkungan yang menawarkan nilai yang berbeda.
Dalam penelitian tahun kedua ini, dilakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap nilai‐nilai yang disampaikan oleh orangtua pada anak serta cara‐cara yang digunakan oleh orangtua ketika menghadapi konflik dengan anak.
ingin ditanamkan pada anak, yakni: 1) prestasi, 2) kemandirian, 3) kejujuran, 4)
suka menolong, 5) bertanggungjawab, 6) berhemat, 7) rendah hati, 8) kesopanan, 9) taat beribadah, 10) kepatuhan, 11) kesuksesan, 12) hormat, 13) hormat, 14) rukun.
Nilai‐nilai tersebut tercermin dalam harapan orangtua kepada anak dan dikomunikasikan melalui nasihat‐nasihat pada anak. Anak dalam hal ini adalah remaja yang mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya. Dalam interaksi tersebut, anak mendapatkan tawaran nilai‐nilai yang berbeda dengan yang ditanamkan oleh orangtua. Dampak dari kondisi ini adalah remaja tidak selalu berperilaku seperti yang diharapkan orangtuanya. Perbedaan perilaku anak dengan perilaku yang diharapkan oleh orangtua menimbulkan ketidaksetujuan, perbedaan pendapat, bahkan pertentangan yang memicu terjadinya konflik nilai antara anak dengan orangtuanya. Hal yang paling sering menjadi pemicu konflik adalah harapan dan keinginan orangtua agar anak belajar dengan giat, sementara anak ingin lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dengan teman sebaya, bermain HP, menonton televisi dan aktivitas lainnya yang tidak mendukung untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Anak baru belajar apabila diingatkan, ditegur atau dimarahi oleh orangtua. Gambaran situasi tersebut mencerminkan bahwa orangtua belum berhasil menanamkan nilai‐nilainya pada anak. Hal tersebut menggambarkan lemahnya internalisasi nilai pada remaja terhadap nilai‐nilai yang disosialisasikan orangtua.
secara akurat. Sebenarnya, konflik nilai dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi anak untuk melatihkan bagaimana cara memecahkan suatu masalah. Pada gilirannya, pelatihan tersebut dapat mendukung perkembangan penalaran moral anak sebagai salah satu aspek dalam pembentukan karakter.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, saran yang dapat diajukan adalah perlunya disusun program pelatihan ”strategi penanganan konflik nilai” bagi orangtua agar orangtua memiliki ketrampilan yang memadai dalam melakukan resolusi konflik dengan anak. Selain itu, orangtua juga dapat memanfaatkan konflik nilai sebagai media pembelajaran bagi anak dalam rangka membangun karakter yang tangguh.