MATERI
BAB I RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN
Pendahuluan
Ruang Sampel
Kejadian
Dua Kejadian Yang Saling Lepas
Operasi Kejadian
BAB II MENGHITUNG TITIK SAMPEL
Prinsip Perkalian/ Aturan Dasar
Notasi Faktorial
Permutasi
Permutasi (Seluruhnya) Dengan Beberapa Unsur Yang Sama
Permutasi Melingkar
Kombinasi
Diagram Pohon BAB III PELUANG KEJADIAN
Definisi Klasik
Beberapa Hukum Peluang
Kejadian Saling Bebas
BAB IV PELUANG BERSYARAT DAN ATURAN BAYES
Peluang Bersyarat
Aturan Bayes
BAB I RU AN G SAM PEL D AN KEJAD I AN
A. Pendahuluan
Dari jaman dulu sampai sekarang orang sering berhadapan dengan “peluang”.
Misalnya orang melambungkan satu kali mata uang logam bersisi gambar dan bersisi angka, maka peluang muncul sisi gambar = peluang muncul sisi angka;
kemungkinan muncul sisi gambar adalah 1 dari 2, yaitu peluangnya muncul sisi gambar adalah 1/2, demikian pula peluangnya muncul sisi angka adalah 1/2.
Misalnya dalam permainan sepakbola, seorang wasit melambungkan mata uang logam satu kali untuk mengundi tempat bermain masing-masing kesebelasan yang
B. Ruang Sampel
Definisi 1.1
Himpunan dari semua hasil yang mungkin muncul pada suatu percobaan disebut ruang sampel, sedangkan anggota-anggota dari ruang sampel disebut titik
sampel.
Ruang sampel biasa disimbolkan dengan huruf S, sedangkan anggota-anggota ruang sampel didaftar dengan menuliskannya diantara dua kurung kurawal (alokade), masing-masing anggota dipisah dengan tanda koma.
Contoh
Pada percobaan melempar sebuah dadu sekali maka ruang sampelnya adalah S = {1,2,3,4,5,6} dengan 1 menyatakan banyaknya titik dadu bagian atas ada satu, 2 menyatakan banyaknya titik dadu bagian atas ada dua, dan seterusnya.
C. K ejadian
Definisi
Kejadian atau peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang
Sampel. Pada umumnya kejadian dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Kejadian sederhana; yaitu kejadian yang hanya mempunyai
satu titik sampel.
Contoh
{1}, {4}, {5} adalah kejadian-kejadian sederhana dari percobaan melempar sebuah dadu bersisi enam.
Kejadian majemuk; yaitu kejadian yang mempunyai lebih dari
satu titik sampel.
Contoh
{1,2}, {2,4,6}, {2,3,5} adalah kejadian-kejadian majemuk pada percobaan melempar sebuah dadu bersisi enam.
D. Dua kejadian Yang Saling Lepas (Saling Asing)
Dua kejadian dikatakan saling lepas/asing apabila dua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi bersama-sama atau tidak mungkin dipertemukan. Dengan kata lain kejadian yang satu meniadakan kejadian yang lain.
Contoh
Pada percobaan melempar sebuah dadu satu kali,
kejadian munculnya mata dadu 1 dan kejadian munculnya mata dadu 3 adalah dua kejadian yang saling lepas, sebab apabila muncul mata dadu 1 maka mata dadu 3 tidak mungkin muncul, demikian pula sebaliknya.
Dalam notasi himpunan dua kejadian A dan B disebut
saling lepas jika AB=.
Pada contoh diatas misalkan A adalah kejadian munculnya mata dadu 1 dan B adalah kejadian
munculnya mata dadi 3 maka A = {1} dan B={3} sehingga AB=, disimpulkan kejadian A dan B saling lepas
E. Operasi Kejadian
Operasi antar kejadian antara lain: operasi gabungan (union), operasi irisan (interseksi) dan komplemen
Contoh
Misalkan pada percobaan melempar sebuah dadu sebanyak satu kali dengan ruang sampel S={1,2,3,4,5,6}. Misalkan A kejadian munculnya mata dadu ganjil, maka A={1,3,5}, dan B kejadian munculnya mata dadu prima, maka B={2,3,5}.
Dari dua kejadian tersebut dapat dibentuk kejadian majemuk sebagai berikut .
Gabungan dua kejadian , P = AB = {1,2,3,5}. Kejadian P adalah kejadian munculnya mata dadu ganjil atau prima. Arti kata “atau” dalam hal ini adalah kejadian A atau kejadian B atau kejadian kedua-duanya. Jadi gabungan kejadian A dan B ditulis AB adalah himpunan titik sampel yang terdapat pada kejadian A atau kejadian B atau kedua-duanya.
Irisan dua kejadian Q= AB ={3,5}. Kejadian Q adalah kejadian munculnya mata dadu ganjil dan prima. Kata “dan” berarti kejadian A terjadi dan bersamaan dengan itu kejadian B terjadi. Jadi irisan kejadian A dan B ditulis AB adalah himpunan titik sampel yang terdapat pada kejadian A dan terdapat pada kejadian B.
Operasi Komplemen. Komplemen kejadian A dalam ruang sampel S
BAB I I M EN GH I T U N G T I T I K SAM PEL
A. Prinsip Perkalian/Aturan Dasar
Jika suatu kejadian dapat terjadi dengan
n
1cara yang berbeda, dan kejadian
berikutnya (sebut kejadian kedua) terjadi
dengan n
2cara yang berbeda, dan
seterusnya maka banyaknya
keseluruhan kejadian dapat terjadi
secara berurutan dalam n
1.n
2.n
3… cara
yang berbeda.
Contoh
Berapa banyak kertas yang harus disediakan, jika tiap kertas ditulisi bilangan 3 angka yang dibentuk dari lima angka 1,3,5,7,9, jika :
a. pengulangan tidak diperbolehkan b. pengulangan diperbolehkan.
Penyelesaian.
a. Misalkan ada tiga kotak untuk mempresentasikan bilangan sebarang. kotak pertama dapat diisi dengan 5 cara, karena pengulangan tidak diperbolehkan maka kotak kedua dan ketiga masing-masing dapat diisi dengan 4 dan 3 cara. Jadi banyaknya bilangan yang dapat terbetuk ada
5 .4 .3 =6 0 bilangan.
Karena tiap bilangan dituliskan pada sebuah kertas maka banyaknya kertas yang harus disediakan ada 60 kertas. b. Karena pengulangan diperbolehkan maka kotak pertama,
B. Notasi Faktorial
Definisi 2.1
Hasil kali bilangan bulat positif dari 1 sampai n
disebut n faktorial ditulis n! .
Jadi n! = 1.2.3…..(n-2)(n-1).n ; dan 0! = 1
Contoh
Hitunglah (a) 5!
(b) 10 !
Penyelesaian
(a) 5! = 5.4.3.2.1 = 720
(b) 10! = 10.9.8.7.6.5.4.3.2.1 = 3.628.800
C. Permutasi
Permutasi adalah susunan berurutan dari semua atau sebagian elemen suatu himpunan
Contoh
Tentukan banyaknya kata (tidak harus punya arti) yang terdiri dari 3 huruf yang dapat dibentuk dari huruf-huruf dari kata CINTA:
a. Apabila setiap huruf yang digunakan tidak boleh lebih dari sekali.
b. Apabila setiap huruf bisa diulangi dalam sebarang penyusunan.
Penyelesaian.
a. Banyaknya kata-kata = pengaturan 5 huruf yang berbeda diambil 3 sekaligus = 5.4.3 = 60
D. Permutasi (Seluruhnya) dengan
Beberapa Unsur yang Sama
Teorema
Banyaknya permutasi yang berlainan dari
n elemen bila n1 diantaranya berjenis
pertama, n2 berjenis kedua, … ,nk
berjenis ke-k adalah
P(n , (n1,n2,n3,…nk)) = ,
dimana n1 + n2 + n3 + …+ nk = n
!
nk
...
!
3
n
!
2
n
!
1
n
!
n
Contoh
Ada berapa penyusunan kata-kata (tidak harus
punya arti) yang diambil dari kata “KAKAKKU”.
Penyelesaian
Permutasi dari 7 huruf dimana ada 4 huruf sama
yaitu K, dan 2 huruf sama yaitu A adalah
P(7, (4,2,1)) = = 105.
Jadi banyaknya penyusunan kata yang mungkin
ada 105 kata.
!
1
!
2
!
4
E. Permutasi Melingkar (Permutasi Siklis)
Banyaknya permutasi n unsur berlainan yang
disusun melingkar adalah (n-1)!
Contoh
Sekelompok mahasiswa yang terdiri dari 4
orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar.
Dalam berapa cara keempat orang mahasiswa
tadi dapat duduk mengelilingi meja tersebut.
Penyelesaian.
Keempat mahasiswa tadi dapat diatur
mengelilingi meja dalam (4-1)! = 3! = 6
F. Kombinasi
Definisi
Kombinasi adalah susunan unsur-unsur
yang urutannya tidak diperhatikan.
Banyaknya kombinasi r elemen yang diambil dari n elemen ditulis C(n,r) atau nCr atau
r
n atau
C
nr adalah)!
r
n
(
!
r
!
n
Contoh
Suatu tim bola basket terdiri dari 5 orang akan
dipilih darin 10 pemain. Berapa macam susunan
dapat dipilih ?
Penyelesaian.
Susunan yang dapat dipilih adalah pengambilan
5 orang dari 10 orang yang urutannya tidak
diperhatikan, jadi menggunakan banyaknya
kombinasi 5 orang yang dipilih dari 10 orang =
C(10,5) =
252
!
5
!
5
!
10
)!
5
10
(
!
5
!
10
G. Diagram Pohon
Diagram pohon merupakan cara yang mudah
untuk menggambarkan hasil-hasil yang mungkin
dari sederetan percobaan jika dari setiap
Contoh
Melempar 3 mata uang bersama-sama (sisi
mata uang angka disingkat A dan gambar
disingkat G), hasilnya dapat digambar dengan
diagram pohon sebagai berikut .
A AAA
A
G GAA
A
A AGA
G
G AGG
A AGG
A
G GAA
G
A GGA
G
[image:9.842.438.769.173.378.2]G GGG
BAB III
PELUANG KEJADIAN
A. Definisi Peluang Klasik
Jika suatu percobaan menghasilkan n hasil
yang tidak mungkin terjadi bersama-sama dam
masing-masing mempunyai kesempatan yang
sama untuk terjadi, maka peluang suatu
kejadian A ditulis P(A) =
,
dimana n(A) adalah banyaknya hasil dalam
kejadian A.
n
)
A
(
n
Setiap hasil dari n hasil yang mungkin muncul
dengan kesempatan yang sama itu berpeluang
muncul yang sama dengan 1/n.
Jika kejadian yang diharapkan tidak pernah
terjadi, berarti n(A) = 0, maka
P(A) = 0/n = 0, sehingga peluangnya = 0.
Jika kejadian A yang diharapkan itu selalu
terjadi terus menerus, berarti n(A)=n maka P(A)
= n/n = 1. Sehingga peluangnya = 1
Contoh
Sebuah mata uang dilempar dua kali, tentukan
peluang munculnya sisi gambar pada lemparan
pertama dan sisi angka pada lemparan kedua.
Penyelesaian.
Ruang sampel dari percobaan diatas S= {(A,A),
(A,G), (G,A), (G,G)}
Misalkan D kejadian munculnya sisi gambar
pada lemparan pertama dan sisi angka pada
lemparan kedua, maka D = {(G,A)}.
Karena semua titik sampel bersempatan sama
untuk terjadi maka P(D) = ¼.
B. Beberapa Hukum Peluang
Teorema
Bila A dan B dua kejadian sembarang, maka P(AB) = P(A )+ P(B) – P(AB).
Akibat 1.
Bila A dan B kejadian yang saling lepas (terpisah), maka P(AB) = P(A) + P(B).
Akibat 2.
Bila A1, A2, A3, ..., An saling lepas, maka P(A1A2A3... An) =
P(A1)+P(A2)+P(A3)+...+P(An)
Teorema
C. Kejadian Saling Bebas
Definisi
Kejadian A dan B dikatakan saling bebas jika dan
hanya jika
P(A).P(B) =P(A
B).
Contoh
Jika A dan B dua kejadian yang saling bebas
dengan P(A) =0,2 dan P(B)=0,3, hitung P(A
B)
?
Penyelesaian
Karena A dan B kejadian yang saling bebas,
maka P(A
B)= P(A).P(B)=0,2.0,3=0,6
BAB IV PELUANG BERSYARAT DAN
ATURAN BAYES
A. Peluang Bersyarat Definisi
Peluang bersyarat B dengan dengan diketahui A ditentukan oleh
P(BA) = , bila P(A) > 0
Akibat 1
P(AB)=P(A) P(BA)
Akibat 2
Bila suatu percobaan, kejadian A1, A2, A3, …. dapat terjadi maka
P(A1A2A3…. ) = P(A1).P(A2|A1).P(A3| A1A2)…
)
(
)
(
A
P
B
A
Contoh
Dari seperangkat kartu bridge diambil satu kartu
secara berturut-turut sebanyak dua kali.
Tentukan peluang pengambilan pertama As dan
pengambilan kedua King.
Penyelesaian
Misalkan A: kejadian pertama (terambil kartu As)
B: kejadian kedua (terambil kartu King)
Maka P(A) = 4/52 dan P(B
A)=4/51 (karena
satu kartu telah terambil).
Jadi P(A
B)=P(A) P(B
A) = 4/52. 4/51 = 4/663.
B. ATURAN BAYES
Teorema (Aturan Bayes).
Jika kejadian-kejadian B1, B2, B3, …, Bk
adalah partisi dari ruang sampel S dengan
P(BI)
0 , I = 1.2,3,..,k maka untuk setiap
kejadian A dalam S denga P(A)
0
berlaku
P(Bi
A) =
Contoh
FKM ingin menyewa Bus dari 3 perusahaan , yaitu 60% bus Jawa Indah, 30% Bus Nusantara, dan 10% bus Kramat Jati. Diketahui juga 9% bus Jawa Indah tidak berAC, 20% bus Nusantara tidak berAC, dan 6% bus Kramat Jati tidak berAC. Jika sebuah Bus yang disewa dan ternyata tidak berAC, hitung peluang yang disewa adalah bus Jawa Indah.
Penyelesaian
Misalkan J : kejadian yang terambil adalah bus Jawa Indah N : kejadian yang terambil adalah bus Nusantara K : kejadian yang terambil adalah bus Kramat Jati
Maka P(JA) =
= = 0,45 ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( K A P K P N A P N P J A P J P J A P J P % 6 %. 10 % 20 %. 30 % 9 %. 60 % 9 %. 60
PEUBAH ACAK
Peubah Acak X adalah fungsi dari S ruang sampel ke bilangan real R, X : S R
Contoh : Menjawab soal multipel choice 2 kali S = {SS, SB, BS, BB}
RUANG BERSAMA PEUBAH ACAK
Misalkan didefinisikan terdapat n buah peubah acak X1,
X2,…, Xnmaka ruang peubah acak dari X1, X2,…, Xn
atau ruang bersama X1, X2,…, Xnadalah
AX1, X2,…, Xn={(x1, x2,…, xn)| xi= X(c), c di S, i = 1,2,…,n}
Contoh
Sebuah uang koin dilambungkan 3 kali berturut-turut Misal X=banyaknya muncul muka
Y=banyak muncul belakang didahului muka Maka Ax={0,1,2,3} dan Ay={0,1,2}
Ruang bersama peubah acak X dan Y adalah Axy={(x,y) | x=0,1,2,3 dan y=0,1,2}
={(0,0),(0,1), …, (3,2)}
Axy adalah himpunan bagian dari R2
b a x X x x X P b X a P x X P x X P ) ( ) ( . 3 1 ) ( . 2 0 ) ( .1
x dx f b X a P dx x f x f b a A x
) ( . 3 1 . 2 0 . 1FUNGSI KEPADATAN PELUANG
EKSPEKTASI MATEMATIKA
1.
Ekspektasi Matematik (Nilai Harapan)
Misal X adalah PA yang mpy FKP f(x) dan
u(X) adalah fungsi dari X, maka ekspektasi
dari u(X) adalah
E[u(X)] =
untuk X diskret
E[u(X)] =
untuk X kontinu
Xx
x
f
x
u
(
)
(
)
x
f
x
dx
u
~
~
2. Varians dari X
3. Fungsi Pembangkit Momen
M(t) = E(e
tX)
KEBEBASAN STOKASTIK
Definisi
Peubah acak X dan Y dikatakan bebas
stokastik (independent) jika:
f(x,y) = f
1(x).f
2(y)
2 22
)
X
(
E
)
X
(
E
))
X
(
E
X
(
E
)
X
(
V