• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keterampilan menulis naskah drama dengan media cerpen ( sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI MAN Cibinong Bogor tahun pelajaran 2010-2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keterampilan menulis naskah drama dengan media cerpen ( sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI MAN Cibinong Bogor tahun pelajaran 2010-2011)"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (S.Pd)

Didah Nurhamidah NIM: 107013000328

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i

Kelas di MAN Cibinong-Bogor), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Pembimbing: Dra. Hindun, M.Pd.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia MAN Cibinong-Bogor, salah satu hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis naskah drama adalah mengenai metode dan media pembelajaran yang digunakan tidak efektif, sehingga berdampak pada rendahnya nilai siswa yang berada di bawah KKM. Untuk mengatasinya, peneliti menggunakan media cerpen dalam menulis naskah drama. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Kelas (PTK). Karena metode PTK ini bertujuan bukanlah untuk mengetes sebuah perlakuan akan tetapi cara untuk melakukan perubahan ke arah perbaiakan atau peningkatan dalam pembelajaran. Instrumen yang digunakan adalah instrument tes berupa hasil naskah drama pada siklus I dan siklus II, serta instrument nontes berupa wawancara, lembar observasi, lembar jurnal.

Berdasarkan hasil belajar siswa di siklus I dan terlebih di siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar sebelum tindakan menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Hal ini membuktikan bahwa penerapan media cerpen berhasil meningkatkan nilai belajar menulis naskah drama siswa kelas XI IPS I MAN Cibinong-Bogor. Rata-rata siklus I mencapai 76,80 sedangkan rata-rata siklus II lebih meningkat mencapai 86,80. Dengan begitu, indikator keberhasilan dalam penelitian telah tercapai karena seluruh siswa kelas XI IPS 1 telah mencapai nilai di atas KKM yang telah ditentukan yakni 75. Berdasarkan hasil wawancara, lembar jurnal dan lembar observasi respon siswa setelah belajar naskah drama dengan menggunakan media cerpen adalah baik.

Setelah belajar menulis naskah drama dengan media cerpen, siswa menjadi lebih aktif dan mudah berfikir kreatif untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya ke dalam naskah drama. Motivasi belajarpun meningkat dan lebih menyenangkan.

(3)

ii

XI MAN Cibinong-Bogor, School Year 2010-2011). Majoring in Indonesian Languange and Literature Education, Faculty of Education Science and Teacher, Syarif Hidayatullah State Islamic University.

Adviser: Dra. Hindun, M.Pd.

Based on interview outcome with Indonesia teacher MAN Cibinong-Bogor, something problem which faced in learn to write manuscript of drama is this method aims is not for treatment test but for change to improve and enhance in learning. The instrument test at manuscript of drama, at cycle I and cycle II, and non test instrument form the outcome such interview, observation sheet, sheet of journal.

Based on study at sycle I and especially at cycle II get enhancement than before action with writing manuscript of drama by using short story media. This evidence that application from short story media is success to increase value in writing manuscript of drama at student class XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor. The average at cycle I until 76,80 but the average cycle II increase until 86,80. So, indicator of success in this research is success because all of student at class XI IPS 1 get value above KKM which determined 75. Based on interview outcome, sheet of journal and observation sheet, respons of student after study manuscript of drama with use short story media is good.

After study writing of manuscript drama with short story media. The student more be active and easily to creative thinking for pour ideas to manuscript of drama. The motivation to learn are increase and more fun.

Keywords: menulis, naskah drama, cerpen, penelitian tindakan kelas

(4)

iii

limpahan hidayahNya serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam, rasulullah dan junjungan nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A., Ph,D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Ibu Dra. Hindun M.Pd. Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya disela-sela kesibukannya untuk memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

(5)

iv

kesuksesan bagi anak-anaknya. Kakak-kakaku (Shubhan Zaini, M.A, Nita Yulianita, S,Pd.I, Ida Waridah, S.Pd.I, Masduki, S.Pd.I), kurcaci-kurcaciku (M.

Quraisy Sya’bani, Nida Shafira Zaini, M. Dukhon Al-Fazri, Muhammad Affan Zaini). Terimakasih atas motivasi, inspirasi dan segala bentuk kasih sayang berupa moril dan materil. Semoga Allah selalu membalasnya dengan kebaikan dan keindahan yang berlipat ganda.

7. BEMJ-PBSI dan Keluarga Kecilku HMI Distrik PBSI (Istika Putri, Hilda Nurul Mawaddah, Aulia Rahmi, Johan Aristiya Lesmana, Lutfi Syauki Faznur, dan yang lainnya) yang telah bersama-sama berjuang dalam proses perkuliahan, bersama-sama dalam sedih, senang, haru dan bangga. Serta seluruh teman-teman jurusan PBSI yang telah melewati suka-duka bersama dan selalu memotivasi penulis.

8. Untuk Matahariku yang selalu membantu di saat suka dan duka. Terimakasih atas motivasi dan pengertiannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat. Akhirnya penulis berharap semoga dengan hadirnya skripsi yang sekiranya jauh dari sempurna ini dapat memberikan sepercik manfaat bagi penulis dan para pembaca serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Jakarta, November 2011

(6)

v

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Tinjauan Pustaka ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Menulis ... 9

B. Pengertian Menulis ... 10

C. Pengertian Drama ... 13

D. Menulis Naskah Drama ... 14

E. Unsur Intrinsik Naskah Drama ... 15

F. Jenis-jenis Drama ... 19

G. Pengertian Media ... 21

H. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran ... 22

I. Pengertian Cerpen ... 23

(7)

vi

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Analisis data dan Interpretasi Data ... 40

G. Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen ... 41

H. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

B. Profil Madrasah Aliyah Negeri Cibinong-Bogor 2010-2011 ... 44

C. Penelitian Pendahuluan ... 48

D. Tahap Pelaksanaan Siklus I ... 51

E. Tahap Pelaksanaan Siklus II ... 95

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 138

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 150

B. Saran ... 151

(8)

vii

Tabel 3.3 Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa Tabel 3.4 Format Penilaian Naskah Drama

Tabel 4.1 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011 Tabel 4.2 Hasil Naskah Drama Sebelum Tindakan

Tabel 4.3 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus I Tabel 4.4 Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus I

Tabel 4.6 Hasil Observasi Siswa pada Siklus I Tabel 4.7 Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus I

Tabel 4.8 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus I

Tabel 4.9 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus II Tabel 4.10 Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus II

Tabel 4.12 Hasil Lembar Observasi pada Siklus II Tabel 4.13 Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus II

Tabel 4.14 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus I

Tabel 4.15 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus I dan Siklus II

(9)

viii

Lampiran 3 : Cerpen Bertengkar Berbisik Karya M. Kasim Lampiran 4 : Lembar Hasil Naskah Drama Siswa Siklus I Lampiran 5 : Lembar Hasil Naskah Drama Siswa Siklus II Lampiran 6 : Lembar Observasi Siswa Siklus I

Lampiran 7 : Lembar Observasi Siswa Siklus II Lampiran 8 : Lembar Jurnal Siswa Siklus I Lampiran 9 : Lembar Jurnal Siswa Siklus II Lampiran 10 : Lembar Wawancara Guru

Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Lampiran 12 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Lampiran 14 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Lampiran 15 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Lampiran 16 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II Lampiran 17 : Dokumentasi Wawancara Siklus I

Lampiran 18 : Dokumentasi Wawancara Siklus II Lampiran 19 : Surat Pengajuan Judul Proposal Skripsi Lampiran 20 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 21 : Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 22 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 23 : Surat Keterangan KKM

Lampiran 24 : Surat Persetujuan Penelitian dari MAN Cibinong-Bogor Lampiran 25 : Lembar Uji Referensi

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa bukanlah keterampilan yang dapat diraih dengan mudah, karena keterampilan berbahasa harus komunikatif. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan usaha dan proses, keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Dari keempat keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling sukar dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis relatif lebih sulit karena melibatkan olah pikir, pilihan kata, susunan bahasa, gaya penulisan, sukar menemukan ide atau bingung harus memulai tulisan dari mana. Kalaupun sudah menemukan ide atau memulai tulisan tetapi tidak jarang mengalami perberhentian di tengah jalan. Hasilnya, tulisan akan menggantung atau tidak tuntas.

(11)

penting untuk meningkatkan pengajaran dan sekaligus mengembangkan sastra.”1

Ketika siswa menulis naskah drama maka mereka akan memiliki kesadaran bahwa imajinasi pementasan harus terbentuk ketika proses penulisan drama berlangsung. Proses menulis naskah drama merupakan keterampilan yang membutuhkan ketekunan, tidak semua siswa dapat menyukai menulis naskah drama.

Faktor pendukung tercapainya tujuan pengajaran adalah metode, materi pengajaran, kompetensi guru, dan sarananya di dalamnya termasuk media. Dalam posisi seperti itu perlu ditegaskan bahwa kurikulum hanya dapat dijadikan pedoman dan guru sebagai pengajar dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan pelajaran menjadi pengajaran yang menarik dan dimengerti oleh siswa, dalam hal ini menulis naskah drama.

Guru adalah pekerjaan yang profesional. Karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada sejauh manakah ia menguasai metodologi media pendidikan untuk anak didiknya di sekolah sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru bahasa Indonesia di MAN Cibinong Bogor yang bernama Ibu Euis Husniah, beliau sudah 12 tahun mengajar di MAN Cibinong-Bogor, lulusan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1998. Dari

1

(12)

paparan beliau, diperoleh kenyataan bahwa kemampuan ekspresi karya sastra khususnya dalam menulis naskah drama siswa masih kurang baik dan efektif. Beliau mengakui bahwa hal itu disebabkan teknik dan model yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama kurang bervariasi, sehingga kurang mendukung kemampuan siswa dalam mengembangkan ide dan gagasan dalam penulisan naskah drama dengan maksimal.

Pembelajaran menulis naskah drama ini telah dilakukan oleh guru bahasa Indonesia selang satu minggu sebelum penulis mengadakan penelitian, sehingga peneliti tidak harus mengadakan prates. Penulis hanya meminta hasil nilai dari penulisan menulis naskah drama siswa yang telah dilakukan oleh guru.

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa keterampilan menulis naskah drama siswa masih ada yang berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), nilai KKM bahasa Indonesia kelas XI MAN Cibinong-Bogor tahun pelajaran 2010-2011 sebersar 75. Dan ada sebanyak 40% siswa yang nilai naskah dramanya di bawah KKM.

Sangat memprihatinkan, dalam penulisan naskah drama hingga mencapai 40% dari keseluruhan siswa yang nilainya di bawah KKM,. Padahal dalam penilaian menulis memo, surat, notulen hampir dari keseluruhan siswa mencapai nilai rata-rata di atas KKM.

(13)

Bogor. Pembelajaran menulis naskah drama hanya dilakukan dengan memaparkan teori terlebih dahulu, memberikan contoh naskah drama dan selanjutnya siswa menulis naskah drama.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk mengembangkan keterampilan menulis naskah drama dengan media cerpen. Secara umum di sekolah, proses pembelajaran drama hanya menggunakan media teks yang berupa teori saja. Hal ini akan menyebabkan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran penulisan drama.

Dengan media cerpen ini siswa belajar menyusun kerangka naskah drama dengan terlebih dahulu membaca sebuah cerpen lalu dikembangkan menjadi naskah drama yang utuh. Dalam meningkatkan kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap perencanaan naskah, tahap penulisan naskah drama berdasarkan perencanaan naskah, serta tahap penyuntingan dan revisi. Maka dari itu penulis berharap dengan digunakannya media cerpen dalam menulis naskah drama dapat meningkatkan daya kreativitas dan meningkatkan nilai belajar siswa.

Dari pandangan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil sebuah judul dalam penelitian ini yaitu Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen pada Siswa kelas XI IPS MAN Cibinong

(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang dapat diidentifikasi untuk diteliti, ada beberapa faktor di antaranya sebagai berikut: 1. Kesulitan-kesulitan siswa dalam keterampilan menulis.

2. Berbagai motivasi yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam keterampilan menulis naskah drama.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tentang penulisan

naskah drama, dan penggunaan media cerpen.

2. Penguasaan dan implikasinya terhadap kemampuan dalam menulis naskah drama.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan media cerpen sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI MAN Cibinong Bogor?

(15)

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penerapan media cerpen untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama pada kelas XI MAN Cibinong Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011.

2. Mengetahui hasil kemampuan media cerpen untuk meningkatkan penulisan naskah drama pada kelas XI MAN Cibinong Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:

a. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama siswa.

b. Sebagai sumber belajar dalam meningkatkan keeterampilan menulis naskah drama siswa dengan nilai di atas rata-rata yang telah ditentukan. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat mengembangkan keterampilan menulis naskah drama dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

b. Bagi Guru

1) Sebagai solusi alternatif bagi guru untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam mengajar terkait dengan media pembelajaran.

(16)

c. Bagi Sekolah

Dapat digunakan s ebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi mutu lulusan.

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan dari tinjauan penulis, beberapa penelitian membuktikan bahwa metode, teknik atau media cerpen sangat menunjang keberhasilan penulisan naskah drama. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa penelitian yang dilakukan, seperti tiga penelitian di bawah ini:

Skripsi Heni Dwi Arista pada tahun 2010 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif Naskah Drama dengan Strategi Konversi

Cerpen pada Siswa Kelas VIII SMPN 04 Malang”. Peningkatan kemampuan

siswa dalam menulis kreatif naskah drama pada penelitian ini memperoleh

persentase peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM dari prates ke

siklus I sebesar 28,2% dan peningkatan siklus I ke siklus II sebesar 17,9%.

Peningkatan tersebut sangat signifikan dan terjadi pada hampir seluruh siswa

di kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi konversi cerpen

pada penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

kreatif naskah drama.

Skripsi Anita Kurnia dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis

Naskah Drama dengan Menggunakan Cerpen sebagai Sumber Belajar pada

Siswa kelas VIII SMP Negeri I Binangun Kabupaten Blitar”. Penelitian ini

(17)

yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 74,3% dan jumlah siswa

yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus II meningkat menjadi 89,7%.

Skripsi Ria Rosdiana tahun 2009 yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Teknik

Parafrase Cerpen (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas XI IPA 1

SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009)”. Hasil pembahasan

penelitian ini membuktikan bahwa teknik parafrase cerpen dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Hal ini

terbukti dari peningkatan nilai yang terjadi pada setiap siklus. Selain itu,

melalui observasi dan jurnal siswa, dapat disimpulkan bahwa teknik parafrase

cerpen dalam menulis naskah drama mampu meningkatkan motivasi siswa

dalam belajar bahasa Indonesia.

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori-teori yang akan dipaparkan berkaitan dengan penelitian ini antara lain tentang keterampilan menulis, pengertian menulis, pengertian drama, menulis teks drama, unsur intrinsik naskah drama, jenis-jenis drama, pengertian media, fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran, pengertian cerpen, dan pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen.

A. Keterampilan Menulis

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) “keterampilan adalah

kecakapan untuk menyelesaikan tugas; ~ bahasa Ling kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau

berbicara.”1

Keterampilan bisa juga muncul dari hal-hal yang kita kuasai karena kita terlatih melakukannya secara terus menerus sehingga membentuk kebiasaan seseorang.

Ada empat keterampilan dalam berbahasa yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Adapun M. Atar Semi menjelaskan:

Keterampilan berbahasa tulisan, pada dasarnya, sama dengan keterampilan berbahasa lisan. Hal itu disebabkan karena sama-sama berbentuk pencurahan gagasan dengan menggunakan lambang bahasa. Yang membedakannya, dalam bahasa lisan, lambang bahasa yang digunakan ialah lambang bunyi, sedangkan bahasa tulis lambang bahasa yang digunakan adalah lambang tulisan atau disebut grafem.2

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi keempat. h. 1448.

2

(19)

Menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan menulis yaitu kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dengan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca.

Di antara empat keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan tertinggi yang dimiliki oleh seseorang. Karena keterampilan menulis didapat setelah seseorang mampu mendengar dan membaca. Seorang siswa di kelas tentunya belajar membaca dahulu sebelum dia belajar menulis. B. Pengertian Menulis

Menulis merupakan “suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan

orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.”3

Proses berpikir ini mencakup proses bagaimana ide-ide dimunculkan, dan difokuskan pada ide-ide tertentu yang relevan dan saling terkait.

Menurut Definisi Akademi Kepengarangan yang dikutip oleh Isah

Cahyani menerangkan menulis atau mengarang adalah “Keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan pikiran melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dapat dipahami tepat

3

(20)

seperti dimaksudkan oleh penulis/pengarang.” 4 Sedangkan menurut Fred D. White mendefinisikan “menulis adalah keterampilan dasar, bagian integral dari proses belajar dan sangat diperlukan untuk bisnis dan komunikasi interpersonal yang melampaui informalitas setiap hari.”5

Jadi, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran, ide, atau perasaan yang diekspresikan seseorang melalui bahasa tulis yang memiliki kesatuan-kesatuan bahasa untuk membentuk komunikasi kepada pembaca.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa keterampilan menulis merupakan bagian dari komponen keterampilan berbahasa, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara (3) keterampilan membaca (4) keterampilan menulis. Keempat komponen itu sangat berkaitan erat, yang dikuasai dengan cara berurutan. Karena setiap manusia menguasai keterampilan menyimak sejak kecil, sebelum pandai berbicara, setelah kata-kata yang ia simak mulai diujarkan, maka ia menguasai keterampilan berbicara, lalu semakin besar ia mulai belajar membaca, jika sudah mahir, maka ia akan belajar menulis. Maka keterampilan menulis memerlukan semua komponen keterampilan berbahasa agar mampu melakukan keterampilan menulis.

Adapun menurut Charles W. Bridges menyebutkan bahwa “menulis adalah petunjuk yang dihasilkan oleh penulis, gambaran secara kasar dari

4

Isah Cahyani, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 62.

5

(21)

kertas. Di sini penulis harus berkosentrasi yang benar dalam menulis idenya. Ia tidak harus memperhatikan dengan masalah-masalah seperti menemukan kata yang tepat, menyusun kembali kalimat atau paragraf atau memperbaiki yang salah dalam ejaan atau tanda baca.”6

Bagi seseorang yang sudah mahir menulis, ia mengalami bahwa keterampilan menulis tidak semata-mata datang dengan sendirinya, tetapi dibutuhkan latihan dan praktik yang teratur, maka proses sangat dibutuhkan di dalamnya. “Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis.”7 Dalam standar kompetensi keterampilan menulis juga terdapat tujuan-tujuan yang hendak dicapai, yaitu:

1) Membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis. 2) Mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas

dalam tulisan

3) Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis

4) Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas.8

Maka dengan diletakkannya keterampilan menulis dalam kurikulum sebagai standar kompetensi, diharapkan tujuan-tujuan keterampilan menulis tersebut bisa terwujud pada diri siswa MAN Cibinong Bogor.

6

Writing is the stage in which the writer produces a rough draft ot the paper. Here the writer should concentrate on actually writing his ideas. He sould not be concerned with such matters as finding exactly the right word, restructing sentence or paragraphs, or correcting errors in spelling or punctuation. Charles W. Bridges dan Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering Form and Meaning (California: Wadsworth, 1984), hlm. 7.

7

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 9.

8

(22)

C. Pengertian Drama

“Drama dalam bahasa Inggris disebut drama, dan dalam bahasa Prancis disebut piece de theatre. Kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang maknanya adalah berbuat.”9 Adapun dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) drama adalah “Komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan.”10 Jadi drama merupakan suatu jenis sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dapat dipentaskan sebagai suatu jenis pertunjukan.

Adapun B. Rahmanto menyebutkan drama adalah “Bentuk sastra yang dapat merangsang gairah para pemain dan penonton sehingga dapat digemari masyarakat.”11 Sedangkan Menurut Brahim drama adalah “Pertunjukan dan adanya lakon yang dibawakan dalam pertunjukan itu.” 12 Adapun menurut

Robert Diyani menyebutkan “Drama, tidak seperti jenis sastra lainnya, ia seni yang dipentaskan. Permainannya ditulis untuk dilakukan oleh pelaku di depan penonton.”13

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa drama adalah suatu karangan yang menggambarkan sifat, sikap dan konflik kehidupan manusia yang dilukiskan dengan gerak dalam bentuk dialog

9

Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Titian Ilmu Bandung, 2007), h. 275.

10

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi keempat, h. 342.

11

B.Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: KANISIUS, 1988), h.89.

12

Brahim, Drama dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1968), h. 51.

13

(23)

sebagai unsurnya dan dapat menimbulkan perhatian penonton, drama juga merupakan seni lakon atau pertunjukan yang menggabungkan seni sastra tulis (naskah drama) dengan seni lainnya seperti seni musik, sehingga dapat merangsang gairah pemain serta menarik perhatian penonton. “Drama juga disebut tidak lain dari pada Life Presented in Action atau hidup yang

dihidangkan dengan gerak.”14

Pada dasarnya drama diciptakan untuk dipertunjukan. Berbeda dengan cerita yang ditulis untuk dibaca seperti novel, cerpen dan puisi. Untuk dapat menangkap alur dalam drama perlu dibaca secara nyaring oleh beberapa orang sesuai dengan peran yang ada dalam naskah drama. Alur dalam drama juga terputus-putus oleh adanya adegan dan babak.

D. Menulis Naskah drama

Menulis dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) “Membuat huruf (angka dsb) dengan pena (pensil, kapur,dsb) atau melahirkan pikiran,

perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.”15

Menurut

Jakob Sumarjo “kesenian adalah ekspresi seseoranag untuk berhubungan dengan orang lain.” 16

Menulis naskah drama merupakan kegiatan kesenian yang mengekspresikan drama secara tertulis. Yang membedakan sastra drama dengan sastra lainnya yaitu teks drama menggunakan situasi bahasa dialog. Adapun langkah-langkah menulis naskah drama sebagai berikut:

14

Mbido Saleh, Sandiwara dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1967), h. 25.

15

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi keempat, h. 1497.

16

(24)

1. Mencari dan menentukan tema 2. Membuat garis besar cerita 3. Menentukan tokoh dan peran 4. Menentukan pola babak dan adegan 5. Mengembangkan dialog17

Jadi, penulisan teks drama merupakan suatu proses kesenian yang utuh. Ada berbagai aspek yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menulis sebuah teks drama, yaitu penciptaan latar, penciptaan tokoh yang hidup, penciptaan konflik-konflik, dan penulisan adegan.

Selain itu penulisan teks drama juga harus memerhatikan tanda baca, dan kaidah penulisan naskah drama, yaitu :

1. Kalimat dialog menggunakan tanda petik (“…..”)18 2. Nama tokoh ditulis sejajar dengan dialog

3. Petunjuk teknis keterangan ditulis dengan huruf yang berbeda atau diberi dengan tanda kurung. Petunjuk teknis boleh diletakkan di awal, tengah atau akhir dialog.

Dapat disimpulkan bahwa menulis naskah drama adalah karya sastra yang merupakan cerita atau tiruan pelaku manusia hasil dari curahan ide, gagasan, atau perasaan seorang penulis, yang disajikan dalam bentuk tulisan. E. Unsur Instrinsik Naskah Drama

Unsur-unsur naskah drama terdiri atas “Alur, penokohan, latar, tema, amanat, dan dialog.”19 Unsur instrinsik naskah drama merupakan isi dari

17

Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), h. 12.33.

18

(25)

penulisan teks drama, karena unsur merupakan bagian terkecil yang saling berkaitan yang terdapat di dalam naskah drama. Unsur intrinsik drama merupakan unsur yang membangun drama dari dalam. Unsur-unsurnya yaitu: 1. Penokohan dan Perwatakan

Tokoh-tokoh drama dalam perannya dibagi dalam tiga macam tokoh yaitu:

a. Tokoh protagonis adalah tokoh yang pertama-tama berprakarsa dan berperan sebagai penggerak lakuan atau tokoh utama.

b. Tokoh antagonis adalah tokoh yang berperan sebagai penghalang dan masalah bagi protagonis.

c. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang berpihak pada protagonis atau antagonis, atau berfungsi menjadi penengah pertentangan antara kedua tokoh tersebut.

Penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh itu. Penokohan dapat digambarkan melalui dialog antartokoh, tanggapan tokoh lain terhadap tokoh utama. Melalui penokohan, dapat diketahui bahwa karakter tokoh adalah seorang yang baik, jahat atau bertanggung jawab.

Sedangkan perwatakan adalah “kualitas nalar dan perasaan para tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat mencangkup tidak saja

19

(26)

tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan, tetapi juga penampilan.”20 Lebih jelasnya perwatakan itu merupakan gambaran watak atau sifat tokoh cerita. Watak itu memiliki ciri-ciri dari seseorang baik secara keadaan fisik (umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh); keadaan psikis (kegemaran, keadaan emosi); serta keadaan sosiologis (pekerjaan, latar belakang keluarga). Oscar G. Brocket menyebutkan Karakter adalah bahan dari yang direncanakan, diciptakan untuk peristiwa yang sebagian besar dibangun lalu diucapkan dan dilakukan dari orang yang terkemuka.”21 2. Latar

Latar yang juga disebut setting ini mengacu pada segala keterangan waktu, ruang, dan suasana peristiwa dalam drama. Latar penggambaran tempat (misalnya di Jakarta pada tahun 2007 di halaman sekolah), waktu (contohnya pagi, siang, sore, dan malam), suasana (contohnya gembira, menegangkan, mistis). “Latar dalam drama dijelaskan di dalam kramagung, karena akan menjadi dasar untuk penataan dekorasi

pementasan.”22

3. Alur

Alur atau plot “alur adalah aksi dari cerita. Urutan peristiwa yang melibatkan karakter.”23 Alur merupakan jalinan cerita dari pelukisan

20

Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), Cet. ke-2, h. 95.

21

Character is the material from which plots are created, for incidents are developed mainly through the speech and behavior of dramatic personages. Oscar G. Brockett, The Teatre, (Indianan University, 1969), h. 34.

22

Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), Cet. VII, h. 12.7.

23

(27)

awal cerita, permasalahan awal, klimaks atau titik puncak cerita, hingga antiklimaks (penyelesaian) yang saling berhubungan. “Drama yang baik selalu mengandung konflik-konflik atau bisa dikatakan inti dari drama adalah konflik.”24 Alur terdapat tiga macam, yaitu alur maju, campuran dan alur mundur. “Ada perbedaan alur antara cerita dengan drama. Dalam drama alur lebih mudah diikuti, karena dibantu dengan adanya

kramagung.”25

4. Tema

Tema merupakan “aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu

diingat.”26

Sehingga tema merupakan gagasan pokok yang mendasari lakon drama. Judul drama bisa dijadikan pegangan untuk mempermudah mengetahui tema sebuah drama.

5. Amanat

Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang melalui dramanaya secara tersirat maupun tersurat; amanat tersurat disampaikan secara langsung melalui dialog tokoh, sedangkan yang tersirat disampaikan melalui penyusunan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita.

24

Brahim, Drama dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1968), h. 70.

25

Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), h. 12.6.

26

(28)

6. Penggunaan gaya bahasa

Sebagaimana dalam puisi, karya drama juga menggunakan gaya bahasa dalam penerapannya. Penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain difungsikan untuk memaparkan gagasan secara lebih hidup dan menarik, menggambarkan suasana lebih hidup dan menarik, untuk menekankan suatu gagasan, untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung.

7. Dialog

Hal yang membedakan drama dengan karya sastra lainnya adalah di dalam unsur intrinsik drama terdapat dialog. Dialog merupakan unsur yang erat kaitannya dengan unsur lain di dalam drama, karena “lewat dialog yang baik akan tercipta pemikiran, karakter yang kuat, dan konflik peristiwa dalam cerita.”27 Karena itu dialog memiliki unsur yang sangat penting dalam drama, dialog dapat membantu penonton dan pembaca untuk memahami para tokoh dan tema dalam cerita. Sedangkan bagi penulis naskah drama dialog dapat menunjang penggambaran latar, plot, perwatakan dan amanat.

F. Jenis-jenis Drama 1. Tragedi

Aristoteles dalam Chairul Anwar mengemukakan tragedi adalah

“Imitasi atau peniruan sebuah aksi yang bagus, sempurna dari seseorang yang agung dan besar pengaruhnya dalam lapangan kehidupan.”28 Dalam

27

B.Rahmanto dan Endah Peni Adji, Drama, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), h. 3.26.

28

(29)

Sylvan Barnet menyebutkan ketika menulis tentang tragedi, mungkin tema yang paling umum adalah tentang tragedi kepahlawanan.” 29 Contoh drama tragedi adalah drama Hamlet serta drama Romeo dan Juliet karya dramawan Inggris yang terkenal yaitu William Shakespare.

2. Komedi

Sudjiman dalam B. Rahmanto menyebutkan drama komedi adalah

“Lakon ringan yang sifatnya menghibur, walaupun di dalamnya dapat bersifat menyindir, biasanya berakhir dengan bahagia.”30 Contoh drama komedi adalah drama Le Medecin-Malgre Lui (Dokter Gadungan) karya Moliere si raja komedi dari Prancis abad ke-17.

3. Tragikomedi

Tragikomedi adalah drama gabungan antara tragedi dan komedi. Ciri-ciri jenis drama ini adalah jika bagian awal cerita penuh dengan komedi atau kelucuan maka pada bagian akhir akan disusul dengan peristiwa tragis. Sebaliknya jika pada awal cerita penuh dengan kesedihan maka di akhir cerita akan berakhir dengan suka cita. “Drama jenis ini cenderung untuk memperlihatkan hal-hal yang bersifat duniawi yang membaurkan segi suka dan duka, atau suka dan duka datang silih berganti di dalam kehilangan sesuatu kita memperoleh suatu yang lain.”31 Contoh drama tragikomedi adalah drama Le Cid karya Corneille.

29

When writing about tragedy, probably the commonest essay is on the tragic hero. Sylvan Barnet, A Short Guide to Writing About Literarure, (Canada: Little, Brown and Company, 1968), h. 78.

30

B.Rahmanto, dan Endah Peni Adji, Drama, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), h. 3.5.

31

(30)

4. Melodrama

“Melodrama merupakan drama yang menguras air mata, biasanya dipadu dengan musik.”32 Contoh drama ini adalah kisah Madame Butterfly

karya N. Riantiarno. G. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Santoso yang dikutip oleh M.Subana mengatakan bahwa “Media adalah semua bentuk prantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide/gagasan sehingga ide/gagasan itu sampai pada si penerima.”33 Sedangkan Oemar Hamalik menyatakan bahwa “Media Pendidikan adalah alat metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah”.34

Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau

32

N Riantiarno, Menyentuh Teater-Tanya Jawab Seputar Teater Kita, (Jakarta: MU;3 Books, 2003), h. 9.

33

M.Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 1987), h. 287.

34

(31)

kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

Jadi, bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran serta memaksimalkan mutu mengajar dan belajar.

H. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran

Mengingat media pembelajaran dalam posisi yang cukup penting dalam proses pembelajaran, maka akan dipaparkan manfaat dari media pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Menarik perhatian siswa terhadap materi pembelajaran

2. Membantu siswa dalam memperoleh pengalaman yang berbeda 3. Membatasi keterbatasan waktu, ruang dan lingkungan

4. Mengurangi verbalisme

“Media pada dasarnya adalah bahasa guru, artinya dalam proses

penyampaian pesan guru harus pandai memilih bahasa apa yang paling

mudah dimengerti dan dipahami oleh siswanya”.35

Jadi, seorang guru harus peka dan mengerti media apa yang cocok diberikan oleh muridnya.

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar.

Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai

penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Oleh karena itu, media yang baik digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar ialah bahwa

35

(32)

media itu dirancang, dikembangkan, dan diproduksi secara sistematik untuk menyalurkan informasi secara terarah dan mencapai tujuan intruksional tertentu.

I. Pengertian Cerpen

Menurut bentuk fisiknya, cerita pendek (atau disingkat menjadi cerpen) adalah cerita yang pendek. Secara umum dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif serta relatif pendek. Menurut Jakob Sumarjo menyebutkan bahwa “Cerpen harus berupa cerita atau narasi (bukan analisa argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja) serta relatif pendek.”36

Penceritaan atau narasi tadi harus dilakukan secara hemat dan ekonomis. Inilah sebabnya dalam sebuah cerpen biasanya hanya ada dua atau tiga tokoh saja, hanya ada satu peristiwa dan hanya ada satu efek saja bagi pembacanya. Semuanya harus serba ekonomis sehingga hanya ada satu kesan saja pada pembacanya. Namun begitu, sebuah cerpen harus merupakan suatu kesatuan bentuk yang betul-betul utuh dan lengkap.

J. Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen

Sesuai dengan jenjang pendidikan, sekolah menengah atas (SMA) materi yang diajarkan pun semakin mendalam. Salah satu kompetensi pembelajaran sastra yang harus dicapai oleh siswa adalah menulis teks drama. Adapun indikator yang harus dicapai oleh siswa adalah siswa mampu menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk mengembangkan

36

(33)

penokohan, menghidupkan konflik, dan manghadirkan latar yang mendukung. Bahan pembelajaran yang digunakan adalah materi tentang menulis teks drama. Materi tersebut, terdiri atas bagian-bagian teks drama dan langkah-langkah menulis teks drama. Teks drama memiliki bagian-bagian judul, deskripsi penokohan, babak (yang terdiri atas prolog, monolog/dialog, dan epilog).

Langkah-langkah menulis naskah drama dimulai dari merumuskan tema atau gagasan, mendeskripsikan penokohan atau memberi nama-nama tokoh, membuat garis besar isi cerita, mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialog-dialog, membuat petunjuk pementasan yang baiasanya ditulis dalam tanda kurung maupun dapat ditulis dengan huruf miring atau huruf kapital semua, dan memberi judul pada naskah drama yang sudah ditulis.

Dalam pembelajaran menulis naskah drama guru memberikan sebuah media agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih mudah. Menurut Oemar

Hamalik “media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses

pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru profesional.”37

Dalam proses pembelajaran guru memberikan sebuah cerpen yang sudah dibaca sebelumnya oleh murid. Kegiatan membaca cerpen sebelum menulis naskah drama sejalan dengan definisi yang diberikan Siahaan yang dikutip oleh Alek yaitu “Proses mengolah bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh

37

(34)

tentang bacaan itu, penilaian terhadap keadaan, dan dampak bacaan itu.”38 Cerpen tersebut dihadirkan untuk memberitahukan kepada siswa tentang cerita yang terkandung di dalamnya serta unsur-unsur penting seperti: tokoh, alur, tema, latar dan lainnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami naskah drama, sehingga siswa dapat memahami unsur-unsur yang terdapat di dalam naskah drama. Media cerpen ini berguna untuk menstimulus siswa agar siswa dapat memiliki gambaran tentang naskah drama yang akan siswa buat. Di sini siswa menjadi lebih aktif karena siswa harus bisa menemukan sendiri pengetahuan tentang naskah drama dari cerpen tersebut. Dan peran guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi keaktifan siswa.

Setelah siswa mengetahui hal-hal yang berakitan dengan naskah drama, siswa diminta menulis sebuah naskah drama dengan memperhatikan hal-hal yang berakaitan dengan drama. Agar situasi cerita dalam naskah drama tersebut menjadi lebih hidup, siswa harus bisa menggambarkannya sesuai dengan situasi yang ada tentang apa yang dirasakan, dilihat, dan didengar dari cerpen. Pada saat siswa praktik menulis naskah drama, guru mengarahkan kegiatan siswa.

Biasanya anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan dalam menulis naskah drama, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Maka, apa salahnya jika seorang guru menghadirkan media cerpen sebagai

38

(35)

alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.

Begitulah, guru bahasa harus melihat intruksi atau pengajarannya dalam konteks yang tepat lagi wajar. “Guru harus melihat bahwa pengajaran membaca dan menulis itu berkaitan erat.” 39 Dengan membaca cerpen siswa dapat menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan baik tentang kerakter tokohnya, alur cerita dan dapat memperoleh perincian-perincian dalam cerita sehingga bisa dia terapkan dalam menulis sebuah naskah drama. Beberapa hal penting yang dapat ditemukan dalam membaca cerpen ialah:

1. Untuk memperoleh perincian-perincian, seperti: apa yang telah dilakukan tokoh, apa yang terjadi pada tokoh dan mengetahui bagaimana tokoh itu memecahkan masalahnya.

2. Untuk memperoleh ide utama, seperti: mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa saja yang dialami tokoh dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya.

3. Untuk mengetahui urutan atau susunan, yaitu untuk mengetahui apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya dalam cerita.

Dalam hal ini siswa dapat menarik kesimpulan-kesimpulan, memvisualisasikan tokoh-tokoh, memproyeksikan akibat-akibat, serta mengadakan interpretasi-interpretasi ketika dia membaca, membawa

39

(36)

kesempurnaan pengalamannya sendiri pada bacaan itu. Dia mempunyai kesempatan untuk mencari petunjuk-petunjuk bagi tokoh. Tatkala dia membaca baris-baris, menciptakan dalam hatinya suatu ide bagaimana wajah-wajah akan melihat, suara-suara berbunyi, dan para tokoh bergerak pada saat-saat ketakutan, kebahagiaan dan ketegangan.

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Cibinong Bogor. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus atau dua kali pertemuan, yaitu dari bulan Mei dan bulai Juni 2011.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu “Sebuah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.”1 Sedangkan menurut H.E. Mulyasa mengartikan PTK sebagai “penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.”2

Adapun menurut Rochiati Wiraatmadja menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

“Penelitian yang dilakukan bagaimana sekelompok guru dapat

mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.”3

1

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. IV, h. 3.

2

H.E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. III, h. 10.

3

(38)

Metode ini dipilih peneliti karena berdasarkan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa PTK sangat bermanfaat bagi guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar di kelas. Selain itu, pada PTK sifatnya bukan mengetes sebuah perlakuan, tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sebuah perlakuan. Penelitian tindakan kelas merupakan cara untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan dalam pembelajaran.

Melalui metode ini, peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas terhadap proses belajar mengajar penulisan naskah drama menggunakan media cerpen dengan beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu “(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.”4

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan partisipan ialah “Bahwa orang yang akan melakukan tindakan haruslah terlibat dalam proses

penelitian dari awal.”5

Penelitian ini dilakukan secara partisipan karena peneliti berperan sebagai pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencana tindakan, pengamat, dan pelaksana tindakan. Dalam penelitian

partisipan ini, “Peneliti mengamati apa yang dikerjakan siswa, mendengarkan

apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi dalam aktivitas mereka.”6 Kondisi ini dimaksudkan agar mempermudah peneliti saat pengumpulan data sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

4

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. IV, h. 16.

5

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 208.

6

(39)

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di sekolah. Kondisi ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Adapun penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan terhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, di mana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini, peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar tugas siswa, lembar observasi untuk siswa, lembar jurnal, wawancara dan lembar wawancara untuk guru dan siswa.

2. Tindakan (Acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas.

3. Pengamatan (Observing)

(40)

oleh guru kelas yang berperan sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer guru membantu peneliti untuk mengamati perkembangan aktivitas siswa selama proses pembelajaran menulis naskah drama. Sebagai kolaborator guru kelas mengamati dan menilai peneliti dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, hasil pengamatan yang didapat dari semua instrumen penelitian dianalisa bersama oleh peneliti dengan guru kolaborator, sehingga dapat diketahui kekurangan yang ada pada siklus I. Hasil analisis tersebut dapat dijadikan acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II. Hasil observasi yang diperoleh dianalisis peneliti bersama guru kolaborator. Untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Adapun model untuk penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:

(41)

Siklus I

Siklus II

Gambar

Desain Penelitian Tindakan Kelas7

7

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VIII, h. 74.

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi Pengamatan/

Pengumpulan data I

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan/ Pengumpulan data I Refleksi II

Dilanjutkan Ke siklus berikutnya Permasalahan

baru hasil refleksi

Apabila permasalahan

(42)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah “seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu

ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.”8

Populasi dan sampel dalam penelitian ini merupakan sumber data, artinya memiliki sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subyek. Gejala atau objek sifat dan karakteristik tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih oleh peneliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN 1 Cibinong Bogor, yang berjumlah 294 orang. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siwa kelas XI IPS 1 yaitu sebanyak 36 orang siswa atau peneliti hanya mengambil satu kelas untuk dijadikan sampel, cara pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik random disebut random sampling, yaitu dilakukan dengan cara memilih acak dengan melakukan pengocokan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Pada penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses pembelajaran sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk observasi pada saat proses pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer, yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS di MAN Cibinong-Bogor kemudian evaluasi dan refleksi dilakukan secara bersama antara peneliti dan observer.

8

(43)

E. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data yang diperlukan, karena hasilnya sangat menentukan untuk penelitian. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes.

1. Teknik Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang dilakukan sebanyak dua kali. Tes ini dijadikan sebagai tolak ukur peningkatan keberhasilan siswa dalam menulis naskah drama setelah pembelajaran diakukan. Tes menulis naskah drama ini berupa lembar tugas berisi perintah kepada siswa untuk menulis naskah drama. Hasil tes berupa naskah drama.

2. Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, lembar jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto.

1) Lembar Observasi

Lembar observasi diberikan pada saat proses pembelajaran berakhir yang digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa rehadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Observasi ini

menggunakan observasi sistematis yaitu “Observasi yang dilakukan

oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.”9

9

(44)

Lembar observasi terdiri sebanyak tiga lembar. Satu lembar diisi oleh seluruh siswa, sedangkan dua lembar lagi diisi oleh observer yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang bersangkutan. Berikut lembar observasi siswa: 2 Guru menguasai dengan

baik materi pembelajaran 5 Guru memberikan tugas

(45)

kesulitan dalam

Lembar di atas diisi oleh seluruh siswa, sedangkan dua lembar di bawah ini diisi oleh observer, yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Lembar observasi ini digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, selain itu digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya.

Tabel 3.2

Format Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek Kriteria Keterangan Nilai

(46)

kejelasan dalam

Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Aspek yang Diamati Jumlah Siswa

(47)

tentang teori drama, langkah-langkah

menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen

b. Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen

c. Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama

d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan drama

2. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan KBM a. Melamun

b. Mengobrol dengan temannya c. Melakukan pekerjaan lain

2) Jurnal Siswa

Pengisian lembar jurnal siswa dilakukan setelah proses pembelajaran menulis naskah drama selesai. Lembar jurnal ini bertujuan untuk melihat respon siswa terhadap proses pembelajaran yang diberikan. Sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya.

Pertanyaan-pertanyaan dalam jurnal berbeda pada setiap siklusnya. Pada siklus I terdapat dua pertanyaan. Pertanyaan pertama mengenai materi apa yang dipelajari. Pertanyaan kedua mengenai kesan yang didapat setelah belajar menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen.

(48)

drama dengan menggunakan media cerpen. Pertanyaan ketiga yaitu apakah kesulitan pada siklus I dapat teratarsi atau tidak.

3) Wawancara

Wawancara bermakna “berhadapan langsung antara interviewer dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan.”10

Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dan kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat pemebelajaran berlangsung. Wawancara dilaksanakan kepada sebagian siswa yaitu 30% dari jumlah siswa. Dalam melakukan wawancara digunakan teknik terstruktur, yaitu “Pertanyaan telah disiapkan peneliti dan setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.”11 Kegiatan wawancara dilaksanakan di luar jam pelajaran dan dilaksanakan setelah pembelajaran.

4) Dokumentasi

Pengambilan data dokumentasi foto dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan ketika melakukan wawancara. Pengambilan gambar pembelajaran pada masing-masing siklus mengacu pada kegiatan siswa ketika mengamati media yang berupa naskah drama dan kegiatan siswa ketika sedang menulis naskah drama.

10

Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 39.

11

(49)

F. Analisis data dan Interpretasi Data

Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat di lapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang terkumpul. Data yang sudah terkumpul berupa non tes yaitu observasi, hasil wawancara, dan hasil jurnal. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu

“penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu.”12

Tahap analisa data tes dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada, menyusunnya dalam satuan-satuan, dan mengkategorikannya. Kriteria keberhasilan peningkatan belajar adalah terjadinya peningkatan belajar menulis naskah drama yang terlihat dari pengamatan telah menunjukan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai rencana dan siswa memperlihatkan peningkatan yang tinggi dalam belajar menulis naksah drama.

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran diukur dengan ketentuan KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di MAN Cibinong-Bogor, yaitu 75. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dibuat empat level, yaitu:

1. Di bawah KKM yaitu < 75 tingkat keberhasilan rendah 2. Sesuai KKM yaitu 75-80 tingkat keberhasilan sedang 3. Di atas KKM 81-85 tingkat keberhasilan tinggi

4. Di atas KKM 86-100 tingkat keberhasilan sangat tinggi.

12

(50)

G. Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen

Untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dengan media cerpen, peneliti menentukan beberapa kriteria penilaian. Di bawah ini adalah kriteria penilaian menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen:

1. Kelengkapan aspek formal naskah drama

21-25 = Jika terdapat kelima aspek formal naskah drama yaitu judul (J), dialog (D), babak (B), Kramagung (K), prolog (P). 16-20 = Jika terdapat empat aspek formal naskah drama 11-15 = Jika terdapat tiga aspek formal naskah drama 6-10 = Jika terdapat dua aspek formal naskah drama 1-5 = Jika terdapat satu aspek formal naskah drama 2. Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

(51)

terangkum semua dalam naskah drama.

16-20 = Jika naskah drama cukup sesuai dengan isi cerpen dan cerpen terangkum semua dalam naskah drama.

11-15 = Jika naskah drama cukup sesuai dengan isi cerpen namun cerpen kurang lengkap dalam naskah drama

6-10 = Jika naskah drama kurang sesuai dengan isi cerpen dan cerpen kurang lengkap dalam naskah drama

1-5 = Jika tidak ada kesesuaian antara naskah drama dengan cerpen.

3. Kreativitas

21-25 = Jika sangat mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi

16-20 = Jika mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi 11-15 = Jika cukup mampu mengembangkan cerpen dan

berimprovisasi

6-10 = Jika kurang mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi

1-5 = Jika tidak mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi

4. Penggunaan EYD

(52)

6-10 = Jika terdapat > 10 kesalahan dalam kaidah EYD 1-5 = Jika terdapat > 15 kesalahan dalam kaidah EYD H. Pengembangan Perencanaan Tindakan

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor selama dua siklus. Secara garis besar, pada bab empat ini akan memaparkan deskripsi awal penelitian, perencanaan yang akan dilaksanakan, pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen, serta mendeskripsikan hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen.

B.Profil Madrasah Aliyah Negeri Cibinong-Bogor 2010-2011 1. Deskripsi Singkat MAN Cibinong-Bogor

(54)

alamat di Jln. Raya Jakarta-Bogor Km 43,5 di Komplek Pendidikan Al Huda Cibinong.

Berkat peran serta Kakandepag Kab. Bogor, Bapak H. Abdurrahman Amir, MAN Bogor memperoleh ijin dari Pemda untuk membeli tanah Kas Desa Cirimekar seluas 8.065 m2 yang dibeli dengan dana DIPA (7.500 m2), dana swadaya BP3 (565 m2), dan dibeli dari Bpk H. Abdul Fatah (1.000m2), sehingga jumlah semuanya menjadi 9.065 m2. Mulai tahun Anggaran 1985/1986 MAN Bogor mulai membangun gedung di Cirimekar.

Mulai tahun ajaran 1986/1987, MAN Bogor Filial Cibinong berpindah dari Jln. Raya Jakarta-Bogor Km 43,5 ke Kampus Cirimekar, dan sebagai Koordinator adalah M. Taufiqurrahman, B.A. menggantikan pimpinan sebelumnya yaitu Bapak Zubaedi Muchtar, B.A.

Kemudian pada tahun 1993 ditetapkan menjadi MAN Cibinong berdasarkan SK Menteri Agama Nomor: 244 Tahun 1993, tanggal 25

Oktober 1993. Drs. H.Entjum Ma’sum sebagai Kepala MAN Cibinong.

Tabel 4.1

Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011

KELAS/

PROGRAM ROMBEL

SISWA JUMLAH SISWA

MISKIN

LK PR JML LK PR JML

X 10 143 232 375 3 8 11

XI IPA 4 43 89 132 7 16 23

(55)

XII IPA 3 25 72 97 3 3 6

XII IPS 3 38 82 120 0 2 2

XII BHS 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 24 297 589 886 14 29 42

2. Tujuan, Visi, dan Misi

a. Tujuan Madrasah : Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Visi Madrasah : Terbentuknya peserta didik yang berprestasi dan berakhlakul karimah

c. Misi Madrasah : Membentuk Siswa yang: 1) Berakhlakul Karimah

2) Berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi 3) Mampu bersaing dalam memasuki perguruan tinggi 4) Mampu bersaing dalam memasuki dunia kerja 5) Memiliki kemandirian

6) Menjadi teladan bagi teman dan masyarakat 3. Keadaan Sarana dan Prasarana

a. Tanah

Luas Tanah Seluruhnya : 15 670 m2

(56)

(halaman, jalan, taman) : 2 400 m2 Luas tanah Kosong/Hibah Pemkab

Bogor (Lokaasi di Karadenan) : 6 565 m2 b. Bangunan/Gedung

1. Ruang Kepala : 1 unit

2. Ruang Tata Usaha : 1 unit

3. Ruang Wakil Kepala : 1 unit

4. Ruang Guru : 2 unit

5. Ruang Belajar : 24 unit

6. Ruang BP/BK : 1 unit

7. Ruang Perpustakaan : 1 unit

8. Ruang Laboratorium Bahasa : 1 unit 9. Ruang Laboratorium Komputer : 1 unit 10. Ruang Laboratorium Kimia : 1 unit 11. Ruang Laboratorium Fisika : 1 unit 12. Ruang Laboratorium Biologi : 1 unit 13. Ruang Keterampilan Tata Boga : 1 unit 14. Ruang Keterampilan Tata Busana : 1 unit 15. Ruang Keterampilan THP : 1 unit

16. Masjid : 1 unit

17. Ruang UKS : 1 unit

18. Ruang OSIS : 1 unit

(57)

20. Ruang Bela Diri : 1 unit

21. Ruang Pramuka : 1 unit

22. Ruang PASKIBRA : 1 unit

23. Ruang Koperasi : 1 unit

24. Ruang Kantin : 1 unit

25. Lapangan Olah raga : 1 unit

26. Lapangan upacara : 1 unit

C.Penelitian Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan di MAN Cibinong-Bogor. Kegiatan ini meliputi wawancara dengan guru bahasa Indonesia, serta melakukan observasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis naskah drama kelas XI di MAN Cibinong-Bogor. MAN Cibinong menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) kelas XI Tahun Pelajaran 2010-2011 sebesar 75 dan bagi siswa yang mendapatkan nilai di bawah standar KKM harus mengikuti remidial.

Gambar

Desain Penelitian Tindakan KelasGambar 7
Tabel 3.1 Format Observasi Siswa
Tabel 3.2 Format Lembar Observasi Aktivitas Guru
Tabel 3.3 Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dirasa mampu, peserta diminta untuk membuat karya puisi secara mandiri pada langkah berikutnya (un- juk kerja mandiri). Langkah terakhir adalah melakukan

Menurut Chandrania Fastari bahwa dampak menonton video porno memang sangat mempengaruhi perilaku seks remaja, dorongan libido seks pada remaja yang mengalami peningkatan,

Sekiranya ruang jawapan tidak cukup, sila dapatkan helaian tambahan daripada pengawas

Sehingga, para sahabat Nabi (untuk tidak mengatakan pengikutnya) meyakini dan mengetahui bahwa kebijaksanaan apapun yang diberikan oleh Nabi Muhammad adalah berdasarkan

Jika dilihat satu persatu, hanya terdapat 1 (satu) perusahaan yang tidak pernah mengalami penurunan nilai piutang perusahaan yaitu PT.. Adapun nilai piutang

Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada.Dari uraian

Kemudian memberikan solusi atau rekomendasi perbaikan berkaitan dengan existing program iklan SMS Telkomsel yang sesuai dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan

(2) Keanggotaan TABG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur-unsur perguruan tinggi, asosiasi profesi, masyarakat ahli (adat) dan instansi Pemerintah Daerah yang