• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penilaian Sementara Proses Pengelolaan Limbah di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penilaian Sementara Proses Pengelolaan Limbah di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENILAIAN SEMENTARA PROSES PENGELOLAAN LIMBAH DI PT IMECO INTER SARANA TAHUN 2014

Laporan Magang

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kuliah semester 8 dan menunjang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

Faradillah Desniawati NIM: 1110101000095

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang ini yang berjudul “Gambaran Penilaian

Sementara Proses Pengelolaan Limbah di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014”. Laporan ini disusun dalam rangka menunjang sistem pembelajaran pada mata kuliah magang Program Studi Kesehatan Masyarakat semester VIII Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini kepada:

1. Kedua orang tua penulis, yang senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan serta memberikan kasih sayang dan nasihat agar tetap semangat dalam menjalani kehidupan.

2. Ibu Ir. Febrianti, M. Si, selaku ketua program studi kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Ir. Untung Suryanto, MSc, selaku dosen peminatan kesehatan lingkungan yang telah memberikan bantuan dan masukan bagi penulis sehingga dapat magang di PT Imeco Inter Sarana.

4. Bapak Arif Sumantri, SKM, M. Kes, selaku dosen peminatan kesehatan lingkungan yang telah memberikan nasihat dan masukan bagi penulis.

(3)

vii

memberikan masukkan dan bimbingannya selama magang dan penyusunan laporan ini.

6. Bapak Yan Wagiran, MA, MM, selaku Pembimbing Lapangan yang selalu memberikan bimbingan, masukan, inspirasi, arahan, dan dorongan semangat kepada penulis.

7. Bapak Danuri, selaku staff di PT Imeco Inter Sarana, terima kasih untuk bantuan, bimbingannya, dan masukkannya selama kegiatan magang.

8. Staff QHSE dan Staff HRD PT Imeco Inter Sarana, Pak Ukhi Pratama, Pak Douglas Gregor, dan Ibu Cita Callista, terima kasih atas bantuan dan informasinya selama penulis magang.

9. Teman-teman seperjuangan selama magang di PT Imeco Inter Sarana, Annis Syarifah Nasution, Kotrun Nida, dan Yunidayani Putriananda, terima kasih atas semangat, kerja samanya, bantuan, dan masukan dalam proses penyusunan laporan penulis.

10.Teman-teman yang lain dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam laporan ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang dari sempurna, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

(4)

i FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN

MAGANG, MARET 2014

Faradillah Desniawati, NIM: 1110101000095

Gambaran Penilaian Sementara Proses Pengelolaan Limbah di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014

xiv+97 halaman, 4 tabel, 6 bagan, 7 gambar, 4 lampiran

ABSTRAK

PT Imeco Inter Sarana merupakan perusahaan swasta terkemuka di Indonesia yang bergerak dalam bidang pengadaan barang dan jasa untuk menunjang kegiatan operasi dan produksi minyak bumi, gas, dan panas bumi. Perusahaan juga mengembangkan bisnis proyek–proyek prasarana energi, utamanya pembangkit listrik dan layanan purna jual mesin–mesin industri termasuk prasarana pendukungnya dan mesin penggerak sarana transportasi. Sehingga pada saat proses operasi dan produksi terdapat sisa hasil kegiatan berupa limbah. Dimana limbah yang dihasilkan berupa limbah padat (organik dan anorganik), cair, dan B3.

Jenis limbah yang terdapat di PT Imeco Inter Sarana terdiri dari limbah cair yang berasal dari air buangan wastafel, kegiatan toilet, tempat wudhu, dan kegiatan kebersihan ruangan yang menghasilkan limbah cair, sedangkan limbah padat terdiri dari organik dan non organik, limbah organik berupa kertas, bagian administrasi perkantoran, serta sampah sisa-sisa makanan dari karyawan perkantoran, dan sisa kayu-kayu hasil dari bagian kerja packing di Workshop Imeco Bantarjati, serta limbah padat non organik berupa plastik, gelas atau kaca, dan sebagainya, sedangkan yang termasuk ke dalam limbah B3 berupa oli, minyak pelumas, solar, minyak tanah, pelumas, cat, besi, kawat, kaleng cat, lampu-lampu bekas, dan solar yang merupakan hasil dari kegiatan genset. Karakteristik untuk limbah B3 bersifat mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, mudah meledak, dan bersifat korosif.

(5)

ii limbah cair yang dilakukan minimal 2 kali dalam setahun oleh pihak internal dari PT Imeco Inter Sarana dengan jika memungkinkan dapat dilakukan pengadaan alat ukur serta pelatihan terhadap kemampuan dan keterampilan karyawan untuk melakukan pengukuran tersebut, penempatan tempat penampungan sementara limbah B3 dalam Workshop Imeco Bantarjati dan Workshop Imeco Sentul diperbaiki lagi penempatannya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan atau mencemari lingkungan, dan pihak HSE perlu memperhatikan mengenai pemasangan label berdasarkan karakteristik dan pemasangan simbol yang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing seperti label berbahaya, dan beracun.

(6)

v DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Faradillah Desniawati Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Desember 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kemandoran IV No. 26 RT 08/09 Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan

Telepon : (021) 7494056 / 085781777220

e-mail : dhiladhil@yahoo.com

Pendidikan Formal:

 1997 - 1998 : TK Perwanida

 1998 – 2004 : SDN 1 Ciputat

 2004 – 2007 : MTsN Tangerang 2 Pamulang

 2007 – 2010 : MAN 4 Model Jakarta

 2010 – Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan

(7)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN... iii

PERNYATAAN PENGUJI... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan... 4

1.2.1 Tujuan Umum... 4

1.2.2 Tujuan Khusus... 5

1.3 Manfaat 1.3.1 Bagi Mahasiswa... 5

1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat... 6

1.3.3 Bagi Institusi Magang... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah... 7

2.1.1 Definisi Limbah... 7

2.1.2 Jenis dan Karakteristik Limbah... 7

2.2Limbah Cair... 8

2.2.1 Definisi Limbah Cair... 8

2.2.2 Sumber Limbah Cair... 9

2.2.3 Parameter Limbah Cair... 9

2.2.4 Tujuan Pengolahan Limbah Cair Industri... 11

2.2.5 Dampak Limbah Cair... 12

(8)

ix

2.3Limbah Padat... 17

2.3.1 Definisi Limbah Padat... 17

2.3.2 Sumber Limbah Padat... 17

2.3.3 Cara Pengolahan Limbah Padat... 18

2.3.4 Dampak Limbah Padat... 21

2.4Limbah B3... 22

2.4.1 Definisi Limbah B3... 22

2.4.2 Identifikasi Limbah... 22

2.4.3 Pengelolaan Limbah B3... 25

2.4.4 Prosedur Pengelolaan Limbah... 26

2.5Gambaran Umum Perusahaan... 31

2.5.1 Profil PT Imeco Inter Sarana... 31

2.5.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai... 32

2.5.3 Struktur Organisasi PT Imeco Inter Sarana... 33

2.6 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)... 34

2.6.1Pengertian P2K3... 34

2.6.2 Tugas dan Fungsi P2K3... 34

2.6.3 Peran, Tanggungjawab, dan Wewenang P2K3... 36

2.7 Gambaran Umum Health Safety Environment (HSE)... 37

2.7.1 Tugas dan Tanggung Jawab K3L... 39

2.7.2 Fungsi Komite K3L... 43

2.7.3 Kebijakan K3L... 43

2.7.4 Program K3L... 45

2.7.5 Struktur Organisasi... 46

2.8 Audit Lingkungan... 48

2.8.1 Fungsi Audit Lingkungan... 48

2.8.2 Manfaat Audit Lingkungan... 49

2.9 UKL dan UPL... 50

BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN 3.1 Alur Kegiatan Magang... 51

(9)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Jenis dan Karakteristik Limbah di PT Imeco Inter Sarana... 56

4.2 Gambaran Penilaian Proses Pengelolaan Limbah Cair di PT Imeco Inter Sarana... 61

4.2.1 Sewage Treatment Plant (STP) PT Imeco Inter Sarana... 67

4.2.2 Pemantauan Limbah Cair... 69

4.3 Gambaran Penilaian Proses Pengelolaan Limbah Padat di PT Imeco Inter Sarana... 70

4.3.1 Pemantauan Limbah Padat... 77

4.4 Gambaran Penilaian Proses Pengelolaan Limbah B3 di PT Imeco Inter Sarana... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 88

5.2 Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA... 92

(10)

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Jadwal Kegiatan Magang... 52

4.1 Prosedur Pengelolaan Limbah Cair dan Penilaiannya... 62

4.2 Prosedur Pengelolaan Limbah Padat dan Penilaiannya... 71

(11)

xii

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

2.1 ORGANISASI MANAJEMEN IMECO... 33

2.2 Sistem Manajemen K3L... 39

2.3 ORGANISASI K3L PT IMECO INTER SARANA... 47

3.1 Alur Kegiatan Magang... 51

4.1 Penanganan Limbah di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014... 60

(12)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

4.1 Bak dan Pompa dalam Proses STP PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014.... 68 4.2 Tempat Penampungan Sementara Limbah Padat Organik PT Imeco Inter

Sarana Tahun 2014... 75 4.3 Tempat Penampungan Sementara Limbah Padat Non Organik PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014... 75 4.4 Tempat Penampungan Sampah Sementara PT Imeco Inter Sarana Tahun

2014... 77 4.5 Scrab container di Workshop Imeco Bantarjati Tahun

2014... 85 4.6 Tempat Pengumpulan Limbah B3 di Workshop Imeco Bantarjati Tahun

2014... 85 4.7 Tempat Penampungan Sementara Limbah B3 di Workshop Imeco Sentul

(13)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Surat Permohonan Magang... 94

2. Laporan Pembuangan Sampah 2013... 95

3. Kebijakan SMK3L PT Imeco Inter Sarana... 96

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia selama kurun waktu beberapa tahun terakhir telah menempatkan sektor ekonomi sebagai tumpuan kelangsungan gerak dinamika roda perekonommian bangsa. Sektor ekonomi tersebut, salah satunya mengandalkan sektor industri sebagai pilar penyangga. Sehingga proses modernisasi mengarah pada percepatan industrilisasi, agar terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan industri mulai menjadi perhatian masyarakat secara serius karena dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan karena menggunakan bahan baku yang tidak dapat dipulihkan, menggunakan bahan baku yang dapat merusak ekosistem dan membuang limbah yang dapat mencemari lingkungan hidup.

(15)

2

Definisi lingkungan hidup menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup Pasal 1 (ayat 1) adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan definisi pencemaran lingkungan sebagaimana yang terdapat dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup Pasal 1 (ayat 12) adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Bahan buangan yang tidak diinginkan itu dilabeli dengan sebutan limbah. Limbah bisa berupa zat cair, padat dan gas. Di masa sekarang buangan yang memasuki lingkungan akan banyak berupa zat beracun dan berbahaya (B3), yang jumlahnya akan semakin bertambah dan semakin beragam.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, perkantoran, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa padat, cair, gas, dan B3. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).

(16)

3

pencemaran lingkungan. Wardhana (2001) menyatakan bahwa limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan industri selain dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, limbah tersebut juga berpotensi menimbulkan gangguan bagi kesehatan manusia dan gangguan estetika. Secara umum dampak limbah industri dapat terjadi secara langsung dirasakan oleh manusia maupun secara tidak langsung yaitu terjadinya kerusakan lingkungan yang akhirnya berdampak terhadap manusia.

Menurut Mukhrizal (2006) mengingat besarnya dampak negatif yang dampak ditimbulkan limbah terhadap penurunan kualitas lingkungan, pengolahan limbah sangat diperlukan dan diharuskan bagi setiap industri. Dampak negatif pada manusia dapat dinilai dengan adanya keluhan masyarakat terhadap keberadaan limbah disekitar mereka. Keluhan tersebut dapat berupa gangguan pencernaan, penyakit kulit dan sistem tubuh lainnya. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah nyata dalam upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya.

Dalam membuat dokumen Sistem Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (SMK3L) PT Imeco Inter Sarana mengacu pada standar ISO 9001:2008 (Sistem Manajemen Mutu), dan OHSAS 18001:2007 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) serta ISO 14001:2004 (Lingkungan).

(17)

4

penggerak sarana transportasi. Dalam perkantoran PT Imeco Inter Sarana menghasilkan limbah padat (organik dan anorganik), cair, dan B3. Sedangkan, dalam Workshop Perusahaan Imeco di Bantarjati dan Sentul terkait kegiatan operasi dan produksi juga menghasilkan limbah–limbah yang berpotensi dapat mencemari lingkungan yang apabila tidak dapat dikelola dengan baik.

Adapun dampak pencemaran dari limbah–limbah tersebut terhadap kesehatan manusia adalah seperti dapat menyebabkan seseorang sakit kepala dan pusing, menimbulkan keracunan, jika orang tersebut terlambat ditolong dapat mengakibatkan kematian, kanker kulit, katarak, infeksi saluran pernafasan, penyakit kulit, kolera, disentri, hati, ginjal, cacat pada saraf mata, kerusakan hati, dan hipertensi.

Berdasarkan paparan tersebut, limbah dari kegiatan industri di Perusahaan perlu dilakukan penanganan yang benar dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini sangat penting untuk menghindari pencemaran baik air, udara maupun darat yang tentunya juga berdampak kepada pekerja yang menanganinya secara langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan Praktik Kerja Lapangan ini dapat menjadi sarana menambah wawasan bagi mahasiswa bagaimana prosedur pengelolaan limbah di PT Imeco Inter Sarana.

1.2Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

(18)

5

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui jenis dan karakteristik limbah di PT Imeco Inter Sarana tahun 2014.

b. Mengetahui gambaran penilaian proses pengelolaan limbah cair berdasarkan PP No.82 tahun 2001, PP No.20 Tahun 1990, KepMenLH No.112 tahun 2003, dan KepMenkes No.61/MENKES/SK/II/1998 di PT Imeco Inter Sarana tahun 2014.

c. Mengetahui gambaran penilaian proses pengelolaan limbah padat berdasarkan KepMenkes No.61/MENKES/SK/II/1998 di PT Imeco Inter Sarana tahun 2014.

d. Mengetahui gambaran penilaian proses pengelolaan limbah B3 berdasarkan PP No.85 tahun 1999, dan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.01/BAPEDAL/09/1995 di PT Imeco Inter Sarana tahun 2014.

1.3Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa

1. Dapat menerapkan keilmuan kesehatan lingkungan yang diperoleh di bangku kuliah dalam praktik pada kondisi yang sebenarnya.

2. Mendapatkan gambaran yang nyata mengenai aplikasi ilmu kesehatan lingkungan di lingkungan kerja PT Imeco Inter Sarana.

(19)

6

1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Terciptanya kerja sama antara institusi pendidikan dengan instansi perusahaan tempat magang.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan magang.

3. Memperoleh masukan yang positif untuk dapat ditetapkan dalam program magang selanjutnya.

4. Laporan magang dapat dijadikan sebagai bahan tambahan bacaan mengenai gambaran proses pengelolaan limbah di PT Imeco Inter Sarana.

1.3.3 Bagi Institusi Magang

1. Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa magang dalam pelaksanaan program Kesehatan Lingkungan.

2. Perusahaan dapat melakukan koreksi terhadap lingkungan perusahaan yang telah dimiliki berdasarkan gambaran dan data yang diolah oleh mahasiswa.

3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan manfaat antara PT Imeco Inter Sarana dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta, khususnya peminatan Kesehatan Lingkungan.

(20)

7

5. Hasil dari kegiatan magang dapat dijadikan suatu sumber ilmu baru yang lebih akurat dan dapat dijadikan masukan yang bermanfaat tentang gambaran pengelolaan limbah.

(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Limbah

2.1.1 Definisi Limbah

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah adalah sisa suatu usahadan/ atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya.

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya (Ginting, 2007).

2.1.2 Jenis dan Karakteristik Limbah

(22)

8 memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Kristanto, 2002). Berdasarkan karakteristik limbah digolongkan menjadi tiga bagian yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas (Darmono, 2001).

2.2Limbah Cair

2.2.1 Definisi Limbah Cair

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta buangan yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.

Adapun menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 122 Tahun 2005, limbah cair adalah limbah yang berasal dari air sisa kegiatan proses produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali. Sedangkan, limbah cair domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perumahan, rumah susun, apartemen, perkantoran, rumah, dan kantor rumah dan toko, rumah sakit, mall, pasar swalayan, balai pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water (air bekas) ataupun black water (air kotor/tinja).

(23)

9 kesehatan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup (Kusnoputranto, 2002).

2.2.2 Sumber Limbah Cair

Beberapa sumber dari air limbah antara lain adalah sebagai berikut (Kusnoputranto, 2002):

1. Air limbah rumah tangga (domestic waste water) 2. Air limbah kota praja (municipal waste water) 3. Air limbah industri (industrial waste water) 2.2.3 Parameter Limbah Cair

Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah antara lain: (Kusnoputranto, 2002):

1. Kandungan Zat Padat

Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk Total Solid Suspended (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS). TSS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air yang tidak larut dan tidak dapat mengendap langsung. TDS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air yang sifatnya terlarut dalam air. 2. Kandungan Zat Organik

(24)

10 larutan di bawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya lima hari pada 200 C).

3. Kandungan Zat Anorganik

Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas air limbah antara lain : Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phospor, H2O dalam zat beracun dan logam berat seperti Hg, Cd, Pb dan lain-lain.

4. Gas

Adanya gas N2, O2, dan CO2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke dalam air, sedangkan gas H2S, NH3, dan CH4 berasal dari proses dekomposisi air buangan. Oksigen di dalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur DO (Dissolved Oxygen). Jumlah oksigen yang ada di dalam sering digunakan untuk menentukan banyaknya/besarnya pencemaran organik dalam larutan, makin rendah DO suatu larutan makin tinggi kandungan zat organiknya.

5. Kandungan Bakteriologis

(25)

11 Number) dalam sepuluh mili buangan serta perkiraan terdekat jumlah

golongan coliform tinja dalam seratus mili air buangan.

6. pH (Derajat Keasaman)

Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang kecil akan menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka.

7. Suhu

Suhu air buangan umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara tapi lebih tinggi daripada suhu air minum. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan dalam air. Kecepatan reaksi atau pengurangan, proses pengendapan zat padat serta kenyamanan dalam badan-badan air.

2.2.4 Tujuan Pengolahan Limbah Cair Industri

Pengolahan limbah cair industri mempunyai tujuan (Pandia, 1995): 1. Penghilangan bahan tersuspensi dan terapung.

2. Penghilangan organisme patogen.

3. Pengolahan bahan organik yang terbiodegradasi.

4. Peningkatan pengertian tentang dampak pembuangan limbah yang tidak diolah atau sebagian diolah terhadap lingkungan.

5. Peningkatan pengetahuan dan pemikiran tentang efek jangka panjang yang mungkin akan ditimbulkan oleh komponen tertentu dalam limbah yang dibuang ke badan air.

(26)

12 7. Pengembangan berbagai metode yang sesuai untuk pengolahan

limbah.

2.2.5 Dampak Limbah Cair A.Terhadap Badan Air

1. Limbah cair organik

Kandungan senyawa organik dalam badan air penerima akan meningkat, akan terjadi kadar parameter menyimpang dari standard maka akan terjadi penguraian yang tidak seimbang dan akan menimbulkan kondisi septik (suatu keadaan dimana kadar oksigen terlarut nol) dan timbul bau busuk (H2S).

2. Limbah cair anorganik

Pada badan air penerima, kandungan unsur kimia beracun, logam berat, dan lain-lain meningkat. Kadang-kadang diikuti dengan kenaikan temperatur, kenaikan/penurunan pH. Keadaan ini akan mengganggu kehidupan air misalnya tumbuhan dan hewan akan punah ataupun ada senyawa beracun/logam berat dalam kehidupan air. Bila air tersebut mempunyai kesadahan tinggi atau partikel yang dapat mengendap cukup banyak, hal ini akan mengakibatkan pendangkalan, sehingga dapat menimbulkan banjir di musim hujan. Selain itu senyawa beracun/ logam berat sangat membahayakan bagi masyarakat yang menggunakan air sungai sebagai badan air penerima yang dipergunakan sebagai sumber penyediaan air bersih.

(27)

13 Badan air yang menerima limbah cair, mempunyai potensi untuk menyebabkan gangguan bagi kesehatan manuasis pada sistem saluran pencernaan makanan, kulit, dan sistem tubuh lain. Menurut Soedjono (1991), ada beberapa penyakit yang ditularkan melalui limbah cair antara lain: penyakit Amoebiasis, Ascariasis, Cholera, penyakit cacing tambang, Leptospirosis, Shigellosis, Strongyloidiasis, Tetanus, Trichuruasis, dan Thypus.

2.2.6 Sistem Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah dengan memafaatkan teknologi pengolahan dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia, dan biologis atau gabungan dari ketiga sistem pengolahan tersebut. Berdasarkan sistem unit operasinya teknologi pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi unit operasi fisik, unit operasi kimia, dan unit operasi biologi. Sedangkan bila dilihat dari tingkatan perlakuan pengolahan maka sistem pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi: Pre treatment, Primary treatment, Secondary treatment, dan Tertiary treatment system. Setiap tingkatan treatment terdiri pula atas sub-sub treatment yang satu dengan yang lain berbeda. 1. Pre treatment

Pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan kasar, mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, dan proses menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat dalam pengolahan pendahuluan adalah:

(28)

14 b. Pencacah (communitor)

c. Bak penangkap pasir (grit chmaber)

d. Penangkap lemak dan minyak (skimmer and grease trap) e. Bak penyetaraan (equalization basin)

2. Primary treatment

Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan padatan tersuspensi melalui proses pengendapan (sedimentation). Pada proses pengendapan partikel padat dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Bahan kimia biasanya ditambahkan untuk menetralisasi dan meningkatkan kemampuan pengurangan padatan tersuspensi. Dalam unit pengurangan BOD dapat mencapai 35%, sedangkan suspended solid berkurang sampai 60%. Pengurangan BOD dan padatan pada tahap awal ini selanjutnya akan membantu mengurangi beban pengolahan tahap kedua.

3. Secondary treatment

Pengolahan kedua ini mencakup proses biologis untuk mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Pada proses ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat kekotoran, jenis kotoran yang ada, dan sebagainya reaktor pengolahan lumpur aktif (activated sludge) dan saringan penjernihan biasanya dipergunakan dalam tahap

(29)

15 dalam menguraikan bahan organik berjalan lebih cepat. Lumpur aktif tersebut dikenal sebagai MLSS (Mizeed Liquiour Suspended Solid), dalam proses biologis ada dua hal yang penting yaitu:

a. Proses Penambahan Oksigen

Pengambilan zat pencemar yang terkandung di dalam air limbah merupakan tujuan pengolahan air limbah. Penambahan oksigen adalah salah satu usaha dari pengambilan zat pencemar tersebut sehingga konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan dihilangkan sama sekali. Zat yang diambil dapat berupa gas, cairan ion, koloid, atau bahan tercampur.

b. Pertumbuhan bakteri dalam bak reaktor

Bakteri diperlukan untuk menguraikan bahan organik yang ada di dalam air limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri yang cukup untuk menguraikan bahan-bahan organik tersebut. Bakteri yang digunakan ini memerlukan bahan makanan, yaitu lumpur. Untuk penambahan bahan makanan agar persediaan makan lebih banyak maka digunakan lumpur. Lumpur yang digunakan untuk penambahan makanan ini disebut lumpur aktif (activated sludge). Pemberian lumpur aktif ini dilakukan sebelum memasuki bak aerasi dengan mengambil lumpur dari bak pengendapan kedua atau dari bak pengendapan akhir (final sedimentation tank).

(30)

16 Pengolahan tahap ketiga disamping masih dibutuhkan untuk menurunkan kandungan BOD juga dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa fosfor dengan bahan kimia sebagai koagulan, menghilangkan senyawa nitrogen melalui proses amonia stripping menggunkan udara ataupun nitrifikasi-denitrifikasi dengan

memanfaatkan reaktor biologis, menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa penyebab warna melalui proses absorbsi menggunakan karbon aktif, menghilangkan padatan terlarut melalui pertukaran ion, osmosis balik maupun elektrodialisis. Beberapa tahap pengolahan lanjutan antara lain (Soeparman, 2002):

1. Proses pemekatan yang bertujuan mengurangi kadar air yaitu dengan cara pengapungan.

2. Proses stabilisasi yang menggunakan proses biologis, baik secara aerob maupun anaerob.

3. Proses pengaturan/conditioning yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dengan cara penggumpalan yang menggunakan polimer sehingga dapat mempermudah proses pengangkutan.

4. Proses pengurangan air yang bertujuan mengurangi kadar dari lumpur. Cara yang dapat dilakukan untuk mengambil air yang terdapat di dalam lumpur dengan cara alamiah maupun cara mekanis misalnya penyaringan dengan penekanan, gerakan kapiler, saringan hampa udara, pemutaran, dan pemadatan.

5. Proses penyaringan yang menggunakan bak pengering.

(31)

17 7. Pembunuhan bakteri yang bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada di air limbah. Bahan yang umum dipakau adalah desinfektan antara lain klorin yang tujuannya untuk merusak enzim dan dinding mikroorganisme.

2.3Limbah Padat

2.3.1 Definisi Limbah Padat

Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, limbah padat yang lebih dikenal sebagai sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Contoh: sisa-sisa organisme, barang dari plastik, kaleng, botol, dan lain-lain.

2.3.2 Sumber Limbah Padat

Beberapa sumber dari limbah padat antara lain ( Kusnoputranto, 2002): 1. Sampah buangan rumah tangga termasuk sisa bahan makanan, sisa

pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa tumbuhan kebun dan sebagainya.

2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan dan sampah pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya.

(32)

18 makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.

4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya.

5. Pertanian

2.3.3 Cara Pengolahan Limbah Padat

Berdasarkan sifatnya pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui 2 cara (Kristanto, 2002):

1. Limbah padat tanpa pengolahan. 2. Limbah padat dengan pengolahan.

Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ke tempat tertentu yang difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya. Tempat pembuangan limbah semacam ini dapat di daratan ataupun di laut. Berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya atau yang setidak-tidaknya menimbulkan reaksi kimia baru. Limbah semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbnagkan sebelum limbah diolah:

(33)

19 b. Sifat fisik dan kimia limbah, dapat merusak dan mencemari lingkungan, secara kimia dapat menimbulkan reaksi saat membentuk senyawa baru. Limbah padat yang berupa lumpur akan mencemari air tanah melalui penyerapan ke dalam tanah.

c. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan, perlu diketahui komponen lingkungan yang rusak akibat pencemaran pada tempat pembuangan akhir. Unsur mana yang terkena dampak dan bagaimana tingkat pencemaran yang ditimbulkan.

d. Tujuan akhir yang hendak dicapai, tujuan yang hendak dicapai tergantung dari kondisi limbah, bersifat ekonomis atau non ekonomis. Untuk limbah yang memiliki nilai ekonomis mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan untuk memanfaatkan kembali bahan yang masih berguna. Sedangkan limbah non ekonomis pengolahan ditujukan untuk pencegahan perusakan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas pengoahan limbah padat dapat dilakukan proses-proses sebagai berikut:

1. Pemisahan

Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran dan kandungan bahan tertentu. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Sistem Balistik

Pemisahan cara ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang lebih seragam, misalnya berat dan volumenya.

(34)

20 Pemisahan dilakukan berdasarkan gaya beratnya, misalnya terhadap bahan yang terapung dan bahan yang tenggelam dalam air yang karena gravitasi akan mengendap.

c. Sistem Magnetis

Bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada magnet yang terdapat pada peralatan sedangkan yang tidak mempunyai akan langsung terpisah.

2. Penyusutan Ukuran

Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya dnegan maksud antara lain:

a. Ukuran volume menjadi lebih kecil b. Volume bahan lebih kecil

c. Berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini umumnya dilakukan dengan pembakaran (insenerasi) pada alat insenerator.

3. Pengomposan

(35)

21 a. Pemekatan

b. Penghancuran c. Pengurangan air d. Pembakaran e. Pembuangan 2.3.4 Dampak Limbah Padat

1. Terhadap lingkungan

a. Dampak menguntungkan

Menurut Slamet (2000), limbah padat dapat menguntungkan bagi lingkungan karena dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang.

b. Dampak merugikan

Menurut Wardhana (2004), limbah padat akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat penguraian limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor, dan kumuh. Dan juga dapat menimbulkan pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air.

2. Terhadap manusia

a. Dampak menguntungkan

Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan sebagai sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan (Slamet, 2000).

(36)

22 Limbah padat menjadi media bagi perkembangan vektor seperti tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit menular bagi manusia diantaranya Demam Berdarah Dengeu (DBD), Malaria, Filariasis, Pes, dan sebagainya (Wardhana, 2004).

2.4 Limbah B3

2.4.1 Definisi Limbah B3

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengnadung bahan berbahaya dan /atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (PP No.85 tahun 1999).

2.4.2 Identifikasi Limbah

Menurut PP No.85 tahun 1999 limbah dapat diidentifikasi menurut sumber dan atau uji karakteristik.

(37)

23 a) Limbah B3 sumber spesifik

Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan. b) Limbah B3 sumber tidak spesifik

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi (inhibitor korosi), pelarutan kerak, pengemasan, dan lain-lain. c) Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas

kemasan, an buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi, karena tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali maka suatu produk menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolaan. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa. 2. Karakteristik limbah

a) Mudah meledak

Jika limbah yang pada suhu dan tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

(38)

24 Terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat: limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC (1400F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 769 mmHg. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran terus menerus. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar, merupakan limbah pengoksidasi.

c) Bersifat reaktif

Jika limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat: limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

d) Beracun

(39)

25 e) Menyebabkan infeksi

Merupakan limbah yang menyebabkan adanya infeksi, berasal dari bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya dan mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan masyarakat sekitar lokasi pembuangan limbah.

f) Bersifat korosif

Merupakan limbah yang mempunyai salah satu sifat: menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6.35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C, mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa (PP No.85 tahun 199).

2.4.3 Pengelolaan Limbah B3

(40)

26 Pengolahan limbah B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, dan atau membuang B3 (PP No.74 tahun 2001). Adapun tujuan dari pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali (PP No.85 tahun 1999).

2.4.4 Prosedur Pengelolaan Limbah

Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang menggunakan B3 dan atau menghasilkan limbah B3 wajib melaksanakan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan atau menimbun limbah B3. Pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkan itu kepada pengolah dan atau penimbun limbah B3 (PP No.85 tahun 1999). Penghasil limbah B3 adalah orang yang usaha dan/atau kegiatannya menghasilkan limbah B3.

a. Reduksi limbah

Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan beracun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan (PP No. 85 tahun 1999).

b. Pengemasan

(41)

27 1) Kemasan limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan

bebas dari pengkaratan serta kebocoran.

2) Bentuk ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemas dengan mempertimbnagkan segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.

3) Kemasan dapat terbuat dari bak kontainer atau tangki berbentuk slinder vertikal maupun horizontal atau drum yang terbuat dari bahan logam, drum yang terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP, atau PVC) atau bahan logam dengan syarat bahan kemasan yang dipergunaka tidak berekasi dengan limbah B3 yang disimpan. 4) Limbah B3 yang tidak sesuai karakteristiknya tidak boleh disimpan

secara bersama-sama dalam satu kemasan.

5) Untuk mencegah risiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.

6) Jika kemasan limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak (misalnya terjadi oengkaratan atau terjadi kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.

(42)

28 memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan dan pengumpulan limbah B3, diantaranya sebagai berikut:

(a) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus sesuai dengan karakteristik limbah yang dikemas.

(b) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus mempunyai ukuran minimum adalahh 10 cm x 10 cm atau lebih besar.

(c) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan atau bahan kimia yang mungkin mengenainya dan harus melekat kuat pada permukaan kemasan.

(d) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan mudah terlihat.

(e) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak boleh terlepas, atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3. (f) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 yang kemasannya telah dibersihkan dan akan dipergunakan kembali untuk pengemasan limbah B3 harus diberi label “KOSONG”.

(43)

29 c. Penyimpanan limbah

Limbah B3 harus disimpan secara tepat, bilamana ingin dicegah kemungkinan bahaya-bahayanya. Fasilitas dan prosedur penyimpanan harus menampung keselamatan dari seluruh kemungkinan bahayanya. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman. Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara. d. Pengumpulan limbah

Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum dikirim ke tempat pengelolaan dan/atau pemanfaatan dan/atau penimbunan limbah B3 (PP No.85 tahun 1999). Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat, pengolah, dan/atau penimbunan limbah B3.

(44)

30 Penyerahan limbah B3 oleh penghasil/pengumpul, pemanfaat, pengolah kepada pengangkut wajib disertai dokumen limbah. Pengangkutan dilakukan dengan alat khusus.

Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3 (PP No. 85 tahun 1999).

f. Rekapitulasi limbah

Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan B3 pasal 11 bahwa penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan, tentang:

a) Jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu dihasilkan limbah B3. b) Jenis, karaktersitik, jumlah , dan waktu penyerahan limbah B3. c) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman

kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3.

g. Reporting limbah

Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan limbah B3 sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan kepada instansi yang terkait dan Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Catatan limbah B3 dipergunakan untuk inventarisasi jumlah limbah yang dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan dalam pengelolaan limbah B3 (PP No. 85 tahun 1999 pasal 11).

(45)

31 dengan dokumen limbah B3. Setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 kepada pengumpul dan atau pemanfaat dan atau penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil limbah B3 (PP No. 85 tahun 1999).

2. 5 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.5.1 PROFIL PT IMECO INTER SARANA

Sejak berdirinya pada tahun 1972, PT Imeco Inter Sarana telah muncul sebagai perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang pengadaan barang dan jasa untuk menunjang kegiatan operasi dan produksi minyak bumi, gas, dan panas bumi di Indonesia. Perusahaan juga mengembangkan bisnis proyek – proyek prasarana energi, utamanya pembangkit listrik dan layanan purna jual mesin – mesin industri termasuk prasarana pendukungnya dan mesin penggerak sarana transportasi. PT Imeco Inter Sarana berada di lokasi Gedung Perkantoran Beltway Office Park Jalan Ampera Raya No. 9 – 10 kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu Wilayah Kota Jakarta Selatan, dengan batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Gedung Perkantoran

2. Sebelah Selatan : Jl. Let. Jend. TB Simatupang 3. Sebelah Timur : Kantor Polisi

4. Sebelah Barat : Jl. Ampera Raya

(46)

32 gedung C dan 4.931 m2 untuk gedung A, masing-masing bangunan terdiri dari 8 lantai dan 1 basement, kedua bangunan berfungsi sebagai gedung perkantoran dengan fasilitas penunjang seperti mushola, ruang security, dan lain-lain. PT Imeco Inter Sarana juga memiliki workshop yang bekerja sama dengan mitra kerjanya sehingga dapat menunjang dalam kegiatan operasi dan produksi diantaranya Workshop Bantarjati terdapat kegiatan pembuatan pompa angguk untuk pengeboran minyak bumi dan gas yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, dan Workshop Sentul terdapat kegiatan inspeksi pipa dari pengeboran minyak bumi dan gas yang terletak di daerah Sentul.

2.5.2 VISI, MISI, DAN TATA NILAI a. Visi

Diakui sebagai mitra yang bernilai guna (berbobot, terpercaya) dan mampu menyumbangkan nilai tambah yang berharga di bidang pembangunan sarana pengembangan energi dan industri di Indonesia. b. Misi

1. Fokuskan perhatian pada kebutuhan pelanggan akan solusi. 2. Kembangkan sinergi dan ciptakan nilai tambah.

3. Junjung kepercayaan pelanggan melalui prestasi yang berkualitas. 4. Raih hasil usaha yang sehat.

c. Tata Nilai

(47)

33 2.5.3 STRUKTUR ORGANISASI PT IMECO INTER SARANA

Bagan 2.1 ORGANISASI MANAJEMEN IMECO

BOARD OF COMMISSIONERS

CORPORATE BOARD

BOARD OF DIRECTORS

GENERAL & PUBLIC AFFAIRS QUALITY & HSE

HUMAN RECOURCES

DEVELOPMENT CORPORATE PLANNING

PT IMECO INTER

SARANA

OIL, GAS &

GEOTHERMAL

CORE BUSINESS

PT IMECO INTER

SARANA

POWER SYSTEM & PROJECT DEVELOPMENT

PT IMECO INTER SARANA

PROPERTY &

INFRASTRUCTURE PT IMECO INTER

SARANA

OPERATIONS &

MAINTENANCE PT IMECO INTER

SARANA

POWER SUPPORT &

TRANSPORTATION

GROUP SUPPORT

OPERATION SUPPORT

CENTRAL SUMATRA

EAST KALIMANTAN BATAM

SINGAPORE

FINANCE & ACCOUNTING/

SUPPORT SERVICES MANUFACTURING & SHOP

(48)

34 2.6 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Dasar hukum pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) terdapat dalam Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja yang disebutkan pada pasal 2 (dua) bahwa tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih, atau tempat

kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan kurang dari 100 (seratus) tenaga

kerja namun menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar

akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif

pengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3. Sedangkan pada pasal 3 (tiga)

disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah ahli

keselamatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan.

2.6.1 Pengertian P2K3

Menurut Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987, P2K3 ialah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.

2.6.2 Tugas dan Fungsi P2K3

A. Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Tugas P2K3 ialah memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3 (berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).

(49)

35 1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di tempat kerja.

2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai:

a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3 termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya.

b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.

c. Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya. 3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam:

a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja. b. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.

c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja (PAK) serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.

f. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di perusahaan.

(50)

36 i. Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan.

j. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan dan kesehatan kerja.

k. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja.

2.6.3 Peran, Tanggungjawab dan Wewenang P2K3: 1. Ketua

a. Menentukan kebijakan K3.

b. Menentukan personel yang diperlukan untuk penerapan K3 di tempat secara efisien, efektif dan penuh tanggung jawab

c. Melakukan evaluasi kinerja K3 Perusahaan dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja K3 perusahaan untuk mencapai tujuan K3.

d. Menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan untuk seluruh personil yang di bawah kendali perusahaan untuk menjamin terlaksananya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. 2. Sekretaris

a. Representasi manajemen dalam menerapkan sistem manajemen K3 perusahaan.

(51)

37 c. Melakukan pemantauan, pengukuran dan laporan tujuan dan

program-program K3 yang telah ditetapkan.

d. Memfasilitasi komunikasi, partisipasi dan konsultasi penerapan Sistem Manajemen K3 perusahaan.

e. Melakukan pemeriksaan, pengukuran dan laporan tingkat pelaksaanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan perusahaan.

f. Pengendalian dokumentasi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3. Anggota

a. Menjamin sistem manajemen K3 dapat diterapkan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko, tujuan dan program-program K3, prosedur, aturan dan persyaratan lainnya di bagian yang dipimpin masing-masing.

b. Melaksanakan konsultasi dan partisipasi dalam penerapan K3 apabila ada hal-hal penting dan mendesak berkaitan dengan K3.

c. Melakukan pengembangan-pengembangan penerapan K3 di bagian yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan K3 selaras dengan kebijakan K3 perusahaan.

2.7 GAMBARAN UMUM HEALTH SAFETY ENVIRONMENT (HSE)

(52)

38 Selaras dengan persyaratan sistem manajemen secara keseluruhan dan perbaikan yang berkesinambungan, Direksi PT Imeco Inter Sarana mempunyai komitmen untuk mengikuti sistem, standar, dan mematuhi prinsip – prinsip unggulan K3L untuk mendukung Direksi menangani risiko – risiko yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Komitmen dan usaha ini termasuk pembentukan organisasi K3L, rencana kegiatan, tanggung jawab, praktek – praktek unggulan, prosedur, proses kerja, sumber daya untuk pengembangan, implementasi, pencapaian target, kaji ulang, dan perbaikan berkesinambungan dari K3L Perusahaan. Sistem Manajemen K3L PT Imeco Inter Sarana terdiri dari tujuh elemen, yaitu:

1. Kepemimpinan dan Komitmen 2. Kebijakan K3 oleh Manajemen 3. Perencanaan

4. Implementasi dan Pengontrolan Operasi 5. Pemeriksaan

6. Audit

(53)

39 INDUSTRIAL MACHINERY & EQUIPMENT COMPANY

Bagan 2.2 Sistem Manajemen K3L

2.7.1 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB K3L

2.7.1.1 Tugas dan Tanggung Jawab Project Manager

1. Setiap Manajer bertanggung jawab untuk menjadikan perusahaan sebagai tempat tempat kerja yang aman, selamat, serta dilengkapi dengan sarana yang menunjang pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja.

HSE MANAGEMENT SYSTEM

Continual Improvement Leadership & Commitment

HSE Policy Statement

Management Review Planning

Program & Activity Objective

Performance Measure

Implementation &

(54)

40 2. Setiap Manajer memperhatikan undang – undang dan peraturan –

peraturan pemerintah yang terkait dengan K3L dalam setiap kegiatan perusahaan.

3. Setiap Manajer menggalakkan penerangan tentang K3L kepada semua karyawan.

4. Setiap Manajer mengontrol semua karyawan dalam perusahaan termasuk karyawan sub-contract yang bekerja dalam lingkungan perusahaan untuk mematuhi peraturan – peraturan K3L yang berlaku di perusahaan.

5. Setiap Manajer harus memotivasi bawahannya untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap pelaksanaan program K3L.

6. Setiap Manajer terlibat langsung dalam Safety Committee atau Panitia Pembina Kesehatan, Keselamtan dan Lingkungan (P2K3L). 7. Setiap Manajer sewaktu – waktu harus mengadakan inspeksi

penerapan keselamatan kerja di area wewenangnya.

8. Setiap Manajer membuat perencanaan kegiatan K3L di area wewenangnya.

9. Manajer terkait melakukan penyelidikan kecelakaan kerja di area wewenangnya.

10. Setiap Manajer memperhatikan kondisi lingkungan kerja di area wewenangnya dan melakukan tindakan perbaikan.

2.7.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab HSE Coordinator/Field Engineer

(55)

41 2. Memberikan bimbingan kepada semua departemen mengenai peraturan K3L. Membantu melaksanakan Peraturan Perusahaan dan pelaksanaan ketentuan – ketentuan Pemerintah dalam hal K3L.

3. Memeriksa penerapan ketentuan penggunaan alat pelindung diri pada karyawan.

4. Melaporkan kepada Manajemen jika menemukan sumber bahaya terhadap aktifitas Perusahaan.

5. Menggalakkan pemberian informasi kepada karyawan sehubungan dengan penerapan K3L di Perusahaan.

6. Mengadakan inspeksi rutin dalam upaya memelihara K3L.

7. Menghadiri rapat – rapat yang diadakan oleh Perusahaan atau Pemerintah/Non Pemerintah dalam usaha meningkatkan penerapan K3L.

8. Melaksanakan penyelidikan lanjutan atas kecelakaan kerja, kerusakan peralatan, kebakaran dan menyelesaikan administrasinya.

9. Mengadakan orientasi K3L kepada karyawan.

10.Memberikan pengarahan kepada karyawan di lingkungan Perusahaan untuk memahami dan mengikuti peraturan K3L yang berlaku.

11.Memberikan saran – saran atau usulan pekerjaan alternatif bagi karyawan yang cacat akibat kecelakaan kerja.

12.Menggalakkan kampanye keselamatan kerja.

13.Mengadakan catatan – catatan administrasi keselamatan kerja serta statistik kecelakaan yang ada.

(56)

42 15.Menyelidiki semua faktor penyakit akibat kerja yang ada di

Perusahaan.

2.7.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas

1. Mengawasi dan mengembangkan cara kerja yang aman.

2. Menyelidiki kecelakaan termasuk kebakaran, kerusakan alat, dan sumber kecelakaan.

3. Mengamati pekerjaan bawahan secara langsung di lapangan untuk menentukan apakah cara – cara kerja yang aman telah diterapkan dan melakukan pembetulan segera jika ada penyimpangan atau cara kerja yang membahayakan yang dilakukan oleh bawahannya.

4. Mengadakan diskusi – diskusi K3L yang teratur dengan bawahan dan mendorongnya untuk mengemukakan saran – saran serta memberikan perhatian pada saran – saran serta memberikan perhatian pada saran – saran tersebut.

5. Memelihara dan mengecek semua peralatan di bawah loksai pengawasannya.

6. Mendorong tercapainya program K3L di lokasi pengawasannya.

7. Mewujudkan tempat kerja yang aman dan melaksanakan ketentuan pemakaian peralatan pelindung diri pada bawahannya.

8. Melaporkan dan memperbaiki adanya keadaan yang tidak aman serta menghilangkan penyebabnya.

2.1.7.4 Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan

(57)

43 2. Memakai pakaian dan peralatan pelindung diri sesuai dengan kondisi

bahaya di tempat kerja dan jenis pekerjaannya.

3. Memeriksa dan memastikan kondisi yang aman di lingkungan kerja sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.

4. Melaporkan dengan segera kepada atasan jika terjadi kecelakaan menimpa diri sendiri atau teman sekerja. Melaporkan kondisi lingkungan atau peralatan yang tidak aman segera kepada atasan. Meminta petunjuk dan penjelasan pada atasan mengenai tata tertib K3L yang kurang jelas.

5. Memelihara alat – alat pelindung diri yang diberikan kepadanya. 2.7.2 FUNGSI KOMITE K3L

Dalam Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (SMK3L) di PT Imeco Inter Sarana fungsi komite K3L adalah sebagai berikut:

1. Menindak lanjuti hasil pertemuan/laporan – laporan dari kordinator K3L tentang pelaksanaan program K3L. Membicarakan laporan kecelakaan kerja dan hal – hal lain yang berhubungan dengan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Memberikan usul kepada Perusahaan tentang upaya pencegahan kecelakaan kerja.

3. Menyusun program mengenai kesehatan, keselamatan, dan lingkungan. 4. Melaporkan setiap kecelakaan kerja dan mencatat statistik kecelakaan. 2.7.3 KEBIJAKAN K3L

(58)

44 bahwa Kebijakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (SMK3L) dari Perusahaan dengan menerapkan ISO 9001:2008, OHSAS 18001:2007, dan ISO 14001:2004 diseluruh jajaran organisasi. Pernyataan kebijakan Perusahaan adalah:

“ MENJADI MITRA YANG BERNILAI GUNA”

Pimpinan Perusahaan mempunyai komitmen menjamin semua karyawan, pelanggan, dan mitra kerja Imeco agar dapat bekerja secara aman, mendapatkan lingkungan lingkungan kerja yang sehat dan terpelihara sejalan dengan rencana strategis (Renstra) Perusahaan. Pimpinan Unit Usaha dan seluruh karyawan bertanggung jawab untuk berperan secara aktif dan memberikan kontribusi sesuai dengan arah dan visi kebijakan ini dengan mematuhi peraturan perundangan Pemerintah Republik Indonesia dan ketentuan lainnya yang terkait jaminan Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan, serta persyaratan – persyaratan standar ISO 9001:2008, OHSAS 18001:2007, dan ISO 14001:2004. Masing–masing Strategic Business Unit, Divisi, dan Departemen diharuskan untuk menggalakkan perbaikan proses kerja secara berkesinambungan.

Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan selalu menjadi perhatian dan pemikiran Perusahaan. Perusahaan telah mengembnagkan suatu kebijakan dasar untuk meniadakan cedera dan kesehatan yang buruk yang disebabkan karena pekerjaan. Kebijakan ini berkembang dari waktu ke waktu melalui pengalaman dan penyelidikan. Penerapan yang menjadu tanggung jawab bersama meliputi:

(59)

45 2. Mengembangkan tanggung jawab bagi setiap karyawan akan pekerjaannya

yang mencakup keselamatan diri sendiri dan orangg lain.

3. Mengembangkan cara komunikasi yang efektif antara karyawan dan Perusahaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Memberikan tata cara kerja yang mengikuti norma – norma kesehatan dan keselamatan kerja.

5. Pelatih perorangan mencakup pengetahuan dan keterampilan bekerja sehingga semua karyawan dapat melakukan pekerjaannya dengan aman. 6. Memberikan bantuan yang cepat dan tepat bila terjadi cedera akibat

kecelakaan untuk mengurangi penderitaan sekaligus mempercepat proses penyembuhan.

7. Menyelidiki sebab musabab suatu kecelakaan baik yang berakibat cedera atau tidak dan melakukan langkah perbaikan guna mencegah terulangnya kecelakaan yang sama.

8. Menerapkan progran bebas kecelakaan kerja. 9. Meniadakan bahaya kebakaran.

10. Mengurangi kerusakan peralatan Perusahaan. 2.7.4 PROGRAM K3L

Implementasi program K3L adalah salah satu usaha untuk mencapai suksesnya visi dan misi perusahaan. Direksi PT Imeco Inter Sarana bertekad menjamin kesehatan kerja, keselamatan kerja, dan lingkungan yang aman dan selamat untuk karyawan, pelanggan, mitra kerja/sub kontraktor, dan masyarakat di sekitar daerah operasi perusahaan.

(60)

46 a. Membentuk organisasi K3L, menetapkan personalia dan menjabarkan

masing-masing peranan, tanggung jawab, dan wewenang.

b. Melaksankan secara berkala rapat K3L, rapat toolbox, rapat mingguan, rapat bulanan, dan rapat dengan mitra kerja.

c. Mengadakan kampanye K3L untuk meningkatkan kesadaran K3L kepada seluruh karyawan, mitra kerja, perusahaan principal, dan masyarakat sekitar.

d. Periksa sertifikasi kompetensi karyawan dan sertifikasi peralatan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan pemerintah.

e. Mengadakan pelatihan K3L kepada seluruh karyawan dan supervisor untuk memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan oleh masing-masing posisi. f. Melaksanakan inspeksi/internal audit, kunjungan pucuk pimpinan ke daerah

operasi perusahaan, pengkajian oleh direksi, dan eksternal/surveilans audit dari professional auditor.

g. Melaksanakan K3L program yang komprehensif.

h. Membuat, mengadakan, dan mengimplementasi prosedur operasi yang standar (Standard Operating Procedure/ SOP) untuk semua macam pekerjaan yang ada unsur K3L.

i. Membuat dan mengatur manajemen sistem dan prosedur gawat darurat untuk mengantisipasi situasi gawat darurat yang mungkin terjadi.

2.7.5 STRUKTUR ORGANISASI

(61)

47 Bagan 2.3 ORGANISASI K3L PT IMECO INTER SARANA

PRESIDENT DIRECTOR TANU WIJAYA

QUALITY HEALTH SAFETY & ENVIRONTMENTAL (QHSE) DIRECTOR

M. TAFIF DJONAEDI

CORPORATE QHSE MANAGER YAN WAGIRAN QHSE COMMITEE JAKARTA QHSE COMMITEE EAST KALIMANTAN OPERATION (EKO) QHSE COMMITEE BATAM QHSE COMMITEE CENTRAL SUMATRA OPERATION (CSO) Coordinator/Field engineer Iwan Secretary Mart Deny Members Atang Sudarto- Penajam

Pramono- Handil Coordinator/Field engineer Hendrik Nasrul Secretary Onny Hendra Members Suprapto Nasir Sidik Coordinator/Field engineer Junizar (North) Lamhot Siahaan (South)

Secretary Simanjuntak

Members Sandy B (Pekanbaru)

Edward (Duri) Raymond Coordinator

Monthly Rotation Basis Secretary Linda Saraswati Members Iwan Abadi Saeful Gani Harsono Danuri Jamaludin/Holidin Andhika/Rummi QHSE COMMITEE

EAST JAVA OPERATION QHSE COMMITEE

PAPUA OPERATION

(62)

48 2.8 Audit Lingkungan

Menurut KepMenLH No.42 tahun 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan, audit lingkungan adalah suatu atau manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan objektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi, sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan memfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya nengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pentaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.

2.8.1 Fungsi Audit Lingkungan

Fungsi audit lingkungan adalah sebagai berikut :

a. Upaya peningkatan pentaatan suatu usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan, misalnya: standar emisi udara, limbah cair, penanganan limbah dan standar operasi lainnya;

b. Dokumen suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan standar operasi, prosedur pengelolaan dan pemantauan lingkungan termasuk rencana tangggap darurat, pemantauan dan pelaporan serta rencana perubahan pada proses dan peraturan;

c. Jaminan untuk rnenghindari perusakan atau kecenderungan kerusakan lingkungan;

d. Bukti keabsahan prakiraan dampak dan penerapan rekomendasi yang tercantum dalam dokurnen AMDAL;

e. Upaya perbaikan penggunaan sumberdaya melalui penghematan penggunaan bagan, minimisasi limbah dan identifikasi kemungkinan proses daur ulang; f. Upaya untuk meningkatkan tindakan yang telah dilaksanakan atau yang perlu

(63)

49 lingkungan, misalnya pembangunan yang berkelanjutan, proses daur ulang dan efisiensi penggunaan sumberdaya (KepMenLH No.42 tahun 1994). 2.8.2 Manfaat Audit Lingkungan

Audit Lingkungan bermanfaat untuk:

a. Mengindentifikasi risiko lingkungan;

b. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan atau upaya penyempurnaan rencana yang ada;

c. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan /pemberhentian suatu usaha atau kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi yang merugikan akibat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tidak baik;

d. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau terhadap pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkan dalam proses pengadilan;

f. Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggung jawab dan staf suatu badan usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap kebijakan dan tanggung jawab lingkungan;

g. Men

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang
Tabel 4.1 Prosedur Pengelolaan Limbah Cair dan Penilaiannya di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
Gambar 4.1 Bak dan Pompa dalam Proses STP
Tabel 4.2 Prosedur Pengelolaan Limbah Padat dan Penilaiannya di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
+6

Referensi

Dokumen terkait

judul penelitian “IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BIDANG PENGELOLAAN LIMBAH B3 PADA PT.. Bagaimana implementasi K3 di bagian pengelolaan

Limbah B3 di PT. Tri Polyta Indonesia Tbk

Pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang baik wajib dilakukan oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan.Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan

 Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan : Penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Kepala Instansi

Pengertian Pengelolaan Limbah B3 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun adalah zat, energi,

(2) Subyek izin pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengumpulan Limbah B3 skala Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b adalah Setiap Orang yang

(1) Jenis Limbah B3 dari usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi limbah B3 dari sumber spesifik, sumber tidak spesifik, dan

Menganalisa dan mengkaji pengelolaan limbah B3 (reduksi, pewadahan, penyimpanan, transportasi, dan pengumpulan) yang dihasilkan dari bengkel kendaraan bermotor roda empat di