• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit dengan metode praktikum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit dengan metode praktikum"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN

NONELEKTROLIT DENGAN METODE PRAKTIKUM

OLEH:

HERTI PATMAWATI (105016200539)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT DENGAN METODE PRAKTIKUM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

HERTI PATMAWATI 105016200539

Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Zulfiani, M.Pd Tonih Feronika M.Pd

NIP. 19760309 200501 2 002 NIP. 19760107 200501 1 007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)

Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode Praktikum ” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah

pada, 8 Maret 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.

Jakarta, 17 Maret 2011

Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia

NIP: ……….. ……….

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juaningsih, M.Pd

NIP: 19790510 200604 2 001 ……….. ………..

Penguji I

Ir.Mahmud M. Siregar, M.Si

NIP: 19540310 198803 1 001 ……… ……….

Penguji II

Dedi Irwandi, M.Si.

NIP:19710528 200003 1 002 ………. ……….

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(4)

PENDAFTARAN PESERTA WISUDA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : HERTI PATMAWATI

Tempat, Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 30 Desember 1984

NIM : 105016200539

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia

Judul Skripsi : ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR

KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN

LARUTAN ELEKTROLIT DAN

NONELEKTROLIT DENGAN METODE

PRAKTIKUM

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Zulfiani, M.Si.

2. Tonih Feronika, M.Pd

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil

karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang

saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian

Munaqasyah.

Jakarta, 08 Maret 2011

(5)

i ABSTRAK

Herti Patmawati. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode Praktikum, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit melalui metode praktikum. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya pada kelas X-5 semester genap tahun ajaran 2009-2010, dengan menggunakan metode deskriptif yang diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan berpikir kritis apa saja yang muncul serta melihat seberapa besar keterampilan berpikir kritis siswa dapat berkembang melalui pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan metode praktikum. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya kelas X-5 yang berjumlah 44 orang yang dibagi menjadi enam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas siswa laki-laki dan perempuan dari kategori tinggi, sedang, dan rendah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari lima indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang diamati melalui metode praktikum, muncul dengan persentase yang bervariasi. Indikator yang memperoleh persentase lebih besar adalah indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak sebanyak 88,4%, dan indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi sebanyak 87,7%. Sedangkan, aspek yang jumlah persentasenya lebih kecil adalah indikator bertanya dan menjawab pertanyaan. Hal tersebut terjadi karena siswa kurang menghubungkan materi terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Sebagian besar siswa menyenangi pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan metode praktikum karena melibatkan banyak siswa dan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung sehingga dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa melalui percobaan.

(6)

ii ABSTRACT

Herti Patmawati. Analysis on Students’ Critical Thinking Skill in Learning Electrolyte and non Electrolyte Solution through Practicum Method, Study Program of Chemical Education, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2011.

This study aims to determine students’ critical thinking skill in learning electrolyte and non electrolyte solution through the method of practicum. This research was conducted in SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya on X-5 class in the second semester of 2009-2010 academic year by using descriptive method which is directed to obtain information about there is any critical thinking skill that emerge, and to observe how much students’ critical thinking skill can be developed through learning electrolyte and non electrolyte solution with the practicum method. The subjects of this study are all of the high school students in X-5 class. The sum is 44 students, who are divided into six groups. Each group consists of male and female students from the category of high, medium and low. The result of the research shows that the five indicators of students’ critical thinking skill observed through laboratory method appears in various percentages. The indicator which has greater percentage (are an indicator to consider whether the source can be trusted or not by 88,7 percentage), and ( the indicator of observing and considering the results of the observation 87,7 percentage), whereas the aspect whose smaller percentage is the indicator of asking and answering questions. These were found because the students did not connect the material to incident or event. Most students enjoy learning with a solution of electrolyte and non electrolyte in the method of practicum because it involves a lot of students and makes students more active in acquiring knowledge with direct experience so as it is able to train students’ critical thinking skill through trial.

(7)

iii

bilangan. Shalawat dan salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta

beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja, doa, dan

kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi

ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si, selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku ketua Program Studi Pendidikan Kimia

4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam

5. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, dan Bapak Tonih Feronika M.Pd selaku dosen

Pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat

bermanfaat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd selaku penasihat akademik yang telah

memberikan pengarahan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah

yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis

selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu

berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

8. Ibu Ani Nuraisyah, S.Pd yang telah membantu penulis dalam mengurus

(8)

iv Negeri 3 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

11. Bapak Entang S.Pd selaku guru bidang studi kimia SMA Negeri 3 Kota

Tasikmalaya yang telah berkenan menjadi observer dan membantu penulis

selama melaksanakan penelitian.

12. Seluruh guru dan staff tata usaha SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya yang telah

memberikan dukungan kepada penulis.

13. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan

pinjaman literatur yang dibutuhkan.

14. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, dan saudaraku yang tak henti-hentinya

memberikan doa, dan dukungannya baik moril maupun materil sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.

15. Keluarga Bapak Asep Qohar dan Ibu Lisda Dalilah yang tak henti-hentinya

membimbing, memberikan doa dan dukungannya baik moril maupun materil.

Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya.

16. Teman-teman pendidikan kimia angkatan 2005 yang telah memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis

17. Siswa siswi kelas X SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya yang telah bekerjasama

dengan baik selama penelitian.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Hanya doa dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat

penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian

dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umumnya.

Penulis

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIK A. Deskripsi Teoritis………... 8

1. Hakikat pembelajaran... 8

2. Pengertian Metode Mengajar …….…………... 10

3. Metode Praktikum………..……… 12

4. Hakikat Berpikir Kritis………...….……... 16

a. Pegertian Berpikir………... 16

b. Berpikir Kritis……..………..………… 18

5. Konsep Larutan Elektrolit dan non Elektrolit…… 27

B. Kerangka Berpikir... 31

C. Penelitian Relevan... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian ... 34

(10)

vi

E. Instrumen Penelitian... 35

F. Teknik Pengumpulan data... 37

G. Teknik Pengolahan Data... 40

H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi... 40

I. Teknik analisis data... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran Metode Praktikum... 45

1. Hasil Observasi... 45

2. Hasil Data Angket... .. 61

3. Hasil Wawancara... 65

B. Temuan Penelitian Keterampilan Berpikir Kritis... 65

C. Pembahasan terhadap temuan penelitian... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 79

B. Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA... 81

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator berpikir kritis menurut R. Ennis... 23

Tabel 2.2 Perbedaan elektrolit kuat, lemah dan nonelektrolit... 28

Tabel 2.3 Perbedaan senyawa ion dan senyawa kovalen polar... 30

Tabel 3.1 Indikator Keterampilan berpikir kritis siswa yang akan

dianalisis... 36

Tabel 3.2 Skala Pengukuran... 42

Tabel 4.1 Hasil lembar observasi indikator menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi... 46

Tabel 4.2 Hasil lembar observasi indikator membangun keterampilan

dasar... 47

Tabel 4.3 Hasil lembar observasi indikator menginduksi

dan mempertimbangkan hasil induksi... 48

Tabel 4.4 Hasil lembar observasi indikator bertanya dan menjawab

pertanyaan... 49

Tabel 4.5 Hasil lembar observasi indikator mengobservasi

dan mempertimbangkan laporan observasi... 50

Tabel 4.6 Hasil lembar observasi indikator mempertimbangkan apakah

sumber dapat dipercaya atau tidak... 51

Tabel 4.7 Hasil lembar observasi indikator mengobservasi

dan mempertimbangkan laporan observasi... 52

Tabel 4.8 Hasil lembar observasi indikator menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi... 53

Tabel 4.9 Hasil lembar observasi indikator menginduksi

dan mempertimbangkan hasil induksi... 54

Tabel 4.10 Hasil lembar observasi indikator mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan suatu definisi... 55

Tabel 4.11 Hasil lembar observasi indikator bertanya dan menjawab

pertanyaan... 56

(12)

viii

Pertama... 57

Tabel 4.13 Hasil persentase keterampilan berpikir kritis siswa pertemuan

kedua... 58

Tabel 4.14 Hasil persentase keterampilan berpikir kritis secara

keseluruhan... 59

Tabel 4.15 Hasil angket indikator mengindukasi dan mempertimbangkan

hasil induksi... 61

Tabel 4.16 Hasil angket indikator mempertimbangkan apakah sumber

dapat dipercaya atau tidak... 62

Tabel 4.17 Hasil angket indikator bertanya dan menjawab pertanyaan.... 63

Tabel 4.18 Hasil angket indikator memebrikan penjelasan lanjut... 63

Tabel 4.19 Hasil angket mempertimbangkan istilah dan pertimbangan

suatu definisi... 64

Tabel 4.20 Hasil wawancara... 65

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian... 44

Gambar 4.1 Grafik Indikator Keterampilan berpikir kritis tiap pertemuan.. 60

Gambar 4.2 Grafik nilai rata-rata keseluruhan keterampilan berpikir kritis.. 61

(14)

x

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 87

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 94

Lampiran 4. Format lembar observasi... 109

Lampiran 5. Kisi-kisi lembar observasi... 114

Lampiran 6. Format lembar angket... ... 123

Lampiran 7. Kisi-kisi lembar angket... 126

Lampiran 8. Pengolahan lembar observasi... 127

Lampiran 9. Format panduan wawancara... 159

Lampiran 10. Hasil wawancara tiap kelompok... 160

Lampiran 11. Jumlah persentase keterampilan berpikir kritis siswa tiap indikator... 169

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian... 170

Lampiran 13. Lembar Uji Referensi... 172

Lampiran 14. Surat Bimbingan Skripsi... 179

Lampiran 15. Surat Izin Permohonan Penelitian... 180

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini mengalami

perubahan yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan masyarakat dunia telah

terjangkiti oleh revolusi di bidang ilmu, teknologi, dan seni serta arus

globalisasi, sehingga menuntut kesiapan semua pihak untuk menyesuaikan

dengan kondisi yang ada, perlu disadari bahwa dengan berkembangnya Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi, informasi yang akan sampai makin banyak

ragamnya, baik sumber maupun esensi informasinya, untuk menghadapi

perubahan teknologi yang cepat maka kemampuan berpikir kritis merupakan

aspek yang perlu mendapat penekanan dalam pengajaran.1 Pada konteks ini, pendidikan juga mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu dan tidak

pernah berhenti. Pendidikan sebagai suatu proses yang disadari untuk

mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir,

emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup di tengah-tengah

masyarakat.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses

pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Kimia merupakan ilmu yang termasuk

rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA.

Karakteristik tesebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta

kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan

1

(16)

dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), pada perkembangannya

selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori

(deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,

mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi,

struktur sifat, perubahan dianamika, dan energenika zat. 2

Pelajaran kimia seharusnya merupakan pelajaran yang menyenangkan,

karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi apa yang

diharapkan umumnya berlainan dengan kenyataan. Hal ini terjadi karena

penggunaan metode yang kurang tepat oleh guru dalam mengajar. Guru banyak

memberikan pelajaran pada aspek ingatan dan pemahaman. Pembelajaran

seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas yang statis, monoton dan

membosankan. Dengan demikian diperlukan peran guru dalam menentukan

metode yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan

siswa. Seorang pendidik harus bisa mengarahkan dan menggali potensi yang

ada pada diri siswa, sehingga siswa mampu mengembangkan

keterampilan-keterampilan tertentu diantaranya keterampilan-keterampilan berpikir kritis.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkat kualitas

pendidikan di Indonesia adalah dengan membenahi kurikulum sekolah dasar

dan menengah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 22 dan 23 tahun 2006 tentang standar isi dan

standar kompetensi lulusan dan pada Permen RI nomor 23 tahun 2006 tentang

standar kompetensi kelulusan mengatakan bahwa

standar kompetensi kelulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut dan salah satu tujuan standar kompetensi kelulusan pada kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.3

2

Mata pelajaran kimia di Program Paket C. Http://www.dikmenum.go.id/pdf diakses 22 Januari 2010 hal 113

3

(17)

Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang

zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan

energetika yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Dalam Standar Isi

mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik mampu

memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet kritis dan dapat

bekerja sama dengan orang lain.

Tujuan dan fungsi mata pelajaran kimia di SMA dan MA yang

tercantum dalam standar isi diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah

yang mencakup bersikap kritis terhadap pertanyaan ilmiah, yaitu tidak mudah

percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris, memahami

konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaiakan masalah dalam

kehidupan sehari-hari dan teknologi.4 Untuk mencapai tujuan dan fungsi tersebut maka pembelajaran dengan mengembangkan sikap berpikir kritis

merupakan hal yang vital, karena sumber daya manusia yang profesional dan

berkualitas akan tercipta jika ilmu yang diperoleh digali lebih dalam dengan

mengembangkan budaya berpikir kritis. Mengajarkan keterampilan berpikir

ktitis dan memadukannya dengan materi pembelajaran (kurikulum) dapat

membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara

efektif.

Pembelajaran kimia di SMA umumnya dilakukan oleh guru lebih

banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman, sedangkan

aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan bahkan evaluasi hanya sebagian kecil dari

pembelajaran yang dilakukan. Hal ini menyebabkan siswa kurang

mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan masalah dan

mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata.

Sikap peserta didik yang pasif atau hanya menerima apa yang diberikan

pendidik dan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan

tidak teraktifkannya potensi kemampuan siswa sehingga menjadi pasif dan

kurang terampil berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas.

4

(18)

Fenomena yang terjadi saat ini adalah begitu banyak peserta didik

yang pasif, mereka cenderung duduk diam mendengarkan tanpa mampu

mengembangkan informasi yang diperoleh atau berdiskusi. Situasi tersebut harus ditanggapi serius oleh pendidik untuk mencari alternatif pembelajaran

mengenai metode pembelajaran yang sesuai dan bagaimana memotivasi peserta

didik untuk kreatif dan percaya diri serta mendorong berpikir kritis.

Pada dasarnya siswa mempunyai keterampilan berpikir kritis dalam

belajar misalnya keterampilan bertanya, hipotesis, klasifikasi, observasi

(pengamatan) dan interpretasi. Tetapi keterampilan-keterampilan ini terkadang

tidak berkembang dengan baik maka diperlukan adanya metode yang mampu

mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran kimia.

Salah satunya adalah melalui kegiatan praktikum, karena kegiatan praktikum

membantu siswa untuk memahami suatu kejadian, melihat suatu kejadian lebih

rinci dari sebelumnya dan setelah itu mengingat kejadian tersebut.

Praktikum adalah suatu metode dalam pembelajaran yang sangat erat

hubungannya dengan mata pelajaran kimia. Karena dengan melakukan

Praktikum ilmu kimia lebih mudah dipelajari jika dibandingkan hanya

mempelajari konsepnya saja. Kimia harus dipelajari melalui kegiatan

percobaan karena belajar kimia tanpa percobaan tidak sempurna dan kurang

bermakna.5

Kegiatan praktikum merupakan sarana pembelajaran yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Melalui metode praktikum siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri

atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,

menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu

objek, keadaan atau proses sesuatu. Metode praktikum merupakan cara

pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk menjadi kritis, analisis

argumentatif dan mencari jawaban-jawaban berbagai permasalahan melaui

pengalaman-pengalaman langsung.

5

(19)

Metode praktikum tidak hanya mempersoalkan hasil akhirnya tetapi

bagaimana proses berpikir tersebut dapat ikut berkembang. Salah satu bentuk

metode yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa

diantaranya adalah metode praktikum karena metode praktikum kegiatannya

difokuskan pada berpikir kreatif dan berpikir kritis, memecahkan masalah dan

interaksi antara siswa dengan teman sebayanya untuk menjadikan mereka lebih

kreatif dan kritis dalam pengetahuan-pengetahuan baru.

Pada Penelitian ini penulis memilih pelajaran kimia pada konsep

larutan elektrolit dan nonelektrolit, dimana materi ini dianggap sesuai bila

diajarkan dengan metode praktikum. Karena dalam kegiatan praktikum siswa

melakukan aktivitas seperti merancang percobaan, merangkai alat dan

menggunakan alat, mengemukakan hipotesis, menganalisis data, melihat

persamanan dan perbedaan suatu reaksi, memprediksi dan menarik kesimpulan

serta memberikan contoh. Secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan siswa

tersebut merupakan keterampilan berpikir kritis siswa yang muncul dengan

metode praktikum.

Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan keterampilan

berpikir kritis salah satunya oleh Hanumi Oktiyani Rusdi yang menyatakan

bahwa indikator keterampilan berpikir kritis yang banyak dikembangkan siswa

pada pembelajaran sistem koloid melalui metode praktikum dengan

menggunakan bahan sehari-hari adalah menyebutkan contoh dan menarik

kesimpulan dari hasil menyelidiki.6 Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran kimia masih perlu

dikembangkan. Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan penelitian dengan

judul: ”Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Dengan Metode Praktikum”

6 Hanumi Oktiyani rusdi. (2007) ”Analisis Keterampilan berpikir Kritis Siswa SMA kelas

(20)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan beberapa

masalah, antara lain:

1. Pembelajaran kimia belum melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Guru banyak menekankan siswa pada aspek pengetahuan dan pemahaman

dalam pembelajaran sehingga siswa kurang terlatih untuk mengembangkan

daya nalarnya.

3. Banyak peserta didik yang pasif dan kurang mampu mengembangkan

informasi yang diperoleh.

C. Pembatasan Masalah

Agar Penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah yang

diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

a. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti meliputi keterampilan

menginduksi dan menentukan hasil induksi, keterampilan

mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak,

keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan, keterampilan

mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, serta

keterampilan mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu

definisi.

b. Materi yang digunakan pada kegiatan pembelajaran dibatasi pada konsep

larutan elektrolit dan nonelektrolit.

c. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode

praktikum

D. Rumusan Masalah

(21)

E. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan

nonelektrolit melalui metode Praktikum.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik

bagi semua pihak terutama yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

1. Untuk guru kimia, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan

dalam mengajarkan dan menyampaikan konsep larutan elektrolit dan

nonelektrolit dengan metode praktikum.

2. Untuk sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk memperbaharui sarana dan prasarana belajar dalam

menunjang peningkatkan kualitas belajar siswa.

3. Bagi siswa, penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dalam memahami materi pelajaran kimia yang diberikan

dan memotivasi siswa dalam rangka perbaikan cara belajarnya

4. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk

mengetahui metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

(22)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan istilah lain untuk proses belajar mengajar.

Belajar dan Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari

kegiatan manusia. Sebelum memahami hakekat pembelajaran, maka perlu

diperhatikan tentang pengertian belajar terlebih dahulu karena hakekat

pembelajaran tidak bisa lepas dari hakekat belajar.

Banyak pengertian belajar yang dicetuskan oleh para ahli, namun

umumnya ahli-ahli tersebut (baik ahli psikologi maupun pendidikan)

mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil suatu aktivitas belajar adalah “perubahan”. Bahwa perubahan itu terjadi akibat “pengalaman”. Dari kesamaan ini lahir pengertian belajar secara umum atau popular. Pengertian umum inilah

yang banyak digunakan oleh para praktisi di lapangan khususnya guru. Secara

umum, belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena

pengalaman. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, nilai-sikap.

Mulyati Arifin dkk berpendapat belajar merupakan proses aktif siswa

untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam

kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri

maupun dibimbing.1 Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya

perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan

yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah

ke arah yang lebih baik.

1

(23)

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

sengaja, oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Pembelajaran

pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, dan

melalui proses tersebut dapat mengakibatkan perubahan perilaku ke arah yang

lebih baik. Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh

berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah,

baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi

pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai

pengendali sikap dan perilaku siswa.

Ciri-ciri Pembelajaran pembelajaran adalah sifat atau keadaan yang khas

dimiliki oleh kegiatan pembelajaran. Menurut Eggen & Kauchak menjelaskan

bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) siswa menjadi

pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi,

membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan

serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang

ditemukan, (2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi

dalam pelajaran, (3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada

pengkajian, (4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan

kepada siswa dalam menganalisis informasi, (5) orientasi pembelajaran

penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta (6)

guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan

gaya mengajar guru.2

Sesuai dengan ciri-ciri belajar, maka ciri-ciri pembelajaran dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

2

(24)

b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

belajar.

c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan

menantang bagi siswa.

d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa.

f) Pembelajaran dapat membuat siswa menerima pelajaran secara fisik maupun

psikologis.

2. Pengertian Metode Mengajar

Metode berasal dari bahasa yunani yang berarti “metodos’’, yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha’’ yang berarti melalui atau melewati dan

“hodos’’ yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.3. Dalam bahasa arab metode dikenal dengan istilah

Thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.4

Dalam pengertian umum metode diartikan sebagai cara mengerjakan

sesuatu. Menurut Ahmad Tafsir metode adalah semua cara yang digunakan

dalam upaya mendidik.5 Menurut Nana Sudjana, metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan.6 Dalam kamus besar bahasa Indonesia metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud.7 Metode mempunyai arti yang sangat luas. Karena mengajar merupakan bentuk dari upaya untuk mendidik, maka metode yang dimaksud adalah metode

mengajar.

3

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet 1, hal. 40

4

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2004), Cet IV hal. 155.

5

Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya. 1994), Cet II, hal. 131

6

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2000) Cet V. Hal. 76

7

(25)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Metode adalah suatu cara yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Menurutnya pula metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Dalam kegiatan belajar

mengajar metode sangat diperlukan oleh guru dalam menunjang kegiatan

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai setelah proses

belajar mengajar berakhir.

Sedangkan menurut Aminuddin Rasyid metode adalah berbagai cara yang

teratur dan sistematis yang dilakukan dan ditempuh guru dalam memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk mendapat isi pelajaran yang mereka

butuhkan.9

Dari beberapa pengertian metode, didalamnya terdapat muatan-muatan

substantif yang secara implisit menyatakan suatu pengertian yang sama. Dengan

kata lain, ada muatan nilai yang sama dalam masing-masing pengertian metode.

Metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk memberi pemahaman kepada

murid-muridnya dan merubah tingkah lakunya sesuai dengan tujuan-tujuan yang

diinginkan. Metode mengajar mempunyai arti yang lebih dari pada hanya

sekedar sebagai alat untuk menyampaikan ilmu dan pengetahuan kepada siswa.

Atau lebih tepat lagi untuk menolong siswa-siswa memperoleh pengetahuan

tersebut, selain itu metode mengajar bermakna juga sebagai alat untuk menolong

pelajar-pelajar memperoleh keterampilan, kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap,

minat dan nilai-nilai yang diinginkan.

Disinilah pentingnya guru mengajar dengan menggunakan metode yang

baik dan tepat. Baik dalam arti dapat menarik perhatian siswa dan tepat dalam

pengertian sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Guru menggunakan

metode dalam pengajaran tentunya tidak sekedar metode sebagai cara mengajar,

melainkan hendaknnya menguasai ruang lingkup metode itu sendiri. Suatu

proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat

8

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 75.

9

(26)

membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.10 Pengertian ini menuntut pentingnya posisi metode dalam pengajaran agar lebih efektif dan efisien.

Pemilihan suatu metode mengajar dipengaruhi oleh tujuan instruksional yang

mencakup (1) penerimaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, (2)

aplikasi pengetahuan atau penerimaan keterampilan dan (3) tujuan yang bersifat

efektif atau motivasional yaitu berhubungan dengan pengembangan atau

perubahan sikap atau perasaan.11 Jadi metode pengajaran adalah cara dan teknik yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa

secara tepat dan cepat sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

Dengan demikian, berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu jalan atau

cara yang tersusun secara sistematis yang digunakan oleh guru untuk

menyajikan materi pelajaran secara efektif dalam membantu siswa memperoleh

keterampilan-keterampilan, sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Metode Praktikum

Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang perlu

ditunjang dengan eksperimen dan kerja laboratorium yang disebut dengan

praktikum.

Metode Praktikum/Eksperimen merupakan salah satu cara mengajar

dengan melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya

serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di

kelas dan dievaluasi oleh guru. Atau Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan

Aswan zain metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran,

dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajari.12

10

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 47

11

Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi

Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 95.

12

(27)

Menurut Armai Arief metode eksperimen /praktikum adalah suatu

metode dimana siswa melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran

tertentu dengan menggunakan media laboratorium.13

Metode Eksperimen atau praktikum menurut E. Mulyasa merupakan suatu

bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan

benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun

kelompok.14 Menurut Nana Sudjana, praktikum merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa ntuk mencari jawaban dengan

usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar.15 Abu Ahmadi menjelaskan bahwa praktikum adalah metode pengajaran di mana guru dan murid

bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui.16 Sejalan dengan pendapat Abu ahmadi, Fathurrahman berpendapat metode

praktikum atau eksperimen merupakan metode atau cara dimana guru dan murid

bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui

pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.

Menurut Dimyati dan Mudjiono bereksperimen adalah Keterampilan untuk

mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan

prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima

atau menolak ide-ide itu.17 Dalam praktikum siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta yang ingin diketahuinya dengan melakukan kegiatan

eksperimen sendiri maupun kelompok. Dengan kata lain metode eksperimen

menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri oleh siswa, mencari

sendiri dan menemukan sendiri.

Praktikum merupakan kegiatan yang berbentuk praktik dengan

mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa

13

op.cit., hal. 174.

14

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2005), Cet.2 hal. 110.

15

op.cit., hal. 83.

16

Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 62.

17

(28)

dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai

mereka.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode praktikum siswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu

proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik

kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses tertentu. Dengan

demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau

mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses

yang dialaminya itu. 18

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa praktikum

merupakan suatu kegiatan pembelajaran berupa praktik yang menggunakan

alat-alat tertentu. Dimana kegiatan ini dapat melatih kemampuan keterampilan,

pengetahuan, dan sikap secara bersama-sama.

Praktikum merupakan latihan bagi siswa yang bertujuan untuk

mempraktekan teori yang telah dipelajari, mencoba suatu teori baru dalam

kondisi aktual, untuk memperbaiki dan menyempurnakan teori serta metode

yang digunakan. Pada metode praktikum siswa diberikan tugas percobaan

tertentu oleh guru, kemudian tugas dan percobaan tersebut dilakukan sendiri

siswa dengan praktikum dan pengamatan untuk mengetahui sampai mana

kebenaran dari ilmu yang dipelajarinya. Dengan melakukan praktikum siswa

dapat mengetahui apa yang dipelajarinya, dalam hal ini hendaknya diusahakan

agar pihak guru mengatur pengajaran sehingga terbentuk suasana yang

sebaik-baiknya bagi siswa untuk belajar.

Praktikum tidak lepas dengan Laboratorium. Laboratorium idealnya

memang suatu ruangan khusus dimana orang dapat melakukan eksperimen.

Tetapi dalam pengertiannya, laboratorium dapat dikelas dan dapat di

lingkungan.19

Yunita menjelaskan kegiatan di dalam laboratorium merupakan mata

rantai untuk menghubungkan beberapa aspek, diantaranya adalah :

18

op.cit., hal. 174.

19

(29)

1. Apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia

2. Membangkitkan keingintahuan terhadap ilmu kimia

3. Mengenal dengan baik zat-zat kimia yang umum serta bagaimana reaksinya 4. Siswa dapat berpartisipasi aktif

5. Mengembangkan dari keadaan konkrit ke hal yang abstrak20.

Kegiatan praktikum penting dilakukan terus-menerus untuk

mengembangkan pengetahuan siswa dan membandingkan apa yang mereka

temukan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Model Pembelajaran

praktikum adalah salah satu model pembelajaran praktikum yang efektif.

Kegiatannya difokuskan pada berpikir kreatif dan berpikir ktitis, memecahkan

masalah dan interaksi antara siswa dengan teman sebayanya untuk menjadikan

mereka lebih kreatif dan menggunakan pengetahuan-pengetahuan baru.

Fungsi dari metode praktikum merupakan penunjang kegiatan proses

belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang

prinsip-prinsip yang dikembangkan.

Kegiatan praktikum diharapkan tidak hanya sekedar untuk

mengecek/mencocokan kebenaran teori yang telah diajarkan dikelas. Praktikum

bukanlah sekedar untuk mempresentasikan apakah reaksinya cocok dengan teori,

tetapi juga harus mengembangkan proses berpikir dengan timbul pertanyaan,

mengapa reaksi demikian, dan seterusnya.21

Tujuan kegiatan Praktikum selain untuk memperoleh pengetahuan yang

bersifat kognitif, juga untuk memperoleh keterampilan, dapat menerapkan

pengetahuan dan keterampilan tersebut pada situasi baru/lain serta memperoleh

sikap ilmiah.

Manfaat kegiatan praktikum diantaranya adalah menerapkan,

mengkonfirmasikan, atau memperdalam teori, bekerja sama dalam kelompok

dan melatih keterampilan psikomotor. Manfaat lainya adalah Siswa akan

memiliki pengertian dasar tentang kimia, memiliki keterampilan kerja di bidang

20

Yunita, Panduan Demonstrasi dan Percobaan Permainan Kimia Jilid 2 untuk SD, SMP, SMA dan yang sederajat. (Bandung: Pudak Scientific, 2007) hal. v.

21

(30)

kimia dan siswa akan menyadari pentingnya pengetahuan alam untuk

pembangunan, terutama di bidang teknologi.

Menurut Mulyati Arifin keuntungan penggunaan metode praktikum adalah

:1) dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa. 2) Siswa

dapat mengamati proses. 3) Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri.

4) siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan membantu guru untuk

mencapai tujuan pembelajarn lebih efektif dan efisien.

Selain itu Dedy Kurniawan dalam Suparni mengemukankan bahwa proses

pembelajaran disekolah dengan metode eksperimen memberikan beberapa

keuntungan antara lain (1) siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan

karena siswa melakukan sendiri, (2) semua siswa mendapat kesempatan untuk

melakukan pembuktian terhadap suatu teori maupun konsep, (3) siswa menjadi

terampil menggunakan alat, (4) siswa terlatih utuk berpikir ilmiah seperti

ilmuan, (5) hasil belajar siswa sifatnya tahan lama (retensi) dan (6) siswa semakin mempercayai konsep yang telah dicobanya sendiri.22

Selain memiliki keuntungan, suatu metode tentu saja memiliki kelemahan.

Beberapa kelemahan metode praktikum adalah (1) memerlukan waktu secara

khusus karena praktikum membutuhkan waktu yang cukup lama, (2) biaya

sangat mahal karena membutuhkan peralatan yang memadaidan dalam jumlah

banyak, (3) kegagalan dalam praktikum.

4. Hakikat Berpikir Kritis. a. Pengertian berpikir

Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan ahkir dari proses

belajar mengajar. Presseissen berpendapat berpikir pada umumnya

didefinisikan sebagai suatu proses kognitif dan proses mental untuk

memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan pendapat Presseissen, Arifin

mengatakan bahwa dalam kegiatan berpikir terjadi kegiatan penggabungan

antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran.

Dalam Proses berpikir terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi

dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran, kegiatan memanupulasi mental

22

(31)

karena adanya rangsangan dari luar membentuk suatu pemikiran,

penalaran dan keputusan, serta kegiatan memperluasnaturan yang

diketahui untuk memecahkan masalah.23 Jadi dalam proses berpikir itu sebenarnya orang tidak pasif, tetapi jiwanya aktif berusaha mencari

penyelesaian.24 Selain itu, dalam kegiatan berpikir terjadi kegiatan manipulasi mental karena adanya rangsangan dari luar membentuk suatu

pemikiran, penalaran, dan keputusan, serta kegiatan memperluas aturan

yang diketahui untuk memecahkan masalah.

Dalam bepikir seseorang akan mengolah dan menggorganisasikan

bagian-bagian dari pengetahuannya, sehinggga pengalaman-pengalaman

dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun serta dapat dipahami

dan dikuasai. Untuk membentuk suatu pengetahuan yang tersusun dan

memahami serta menguasai pengetahuan tidaklah mudah. Hal ini

bergantung pada seberapa besar usaha seseorang dalam menemukan suatu

makna atau materi. Rusdi mengutip Frenkel mengatakan bahwa seberapa

baik seseorang dalam berpikir bergantung pada usahanya dalam

menemukan suatu makna atau materi yang dapat dilihat dari kemauannya

untuk berusaha dan proses yang dia lewati, karena kemampuan berpikir

tidak dapat diberikan oleh suatu guru kepada siswa.

Laurens mengutip Jenicek Keterampilan berpikir dapat didefinisikan

sebagai proses dan juga kemampuan untuk memahami konsep,

menerapkan, mensintesiskan, mengevaluasi info yang diperoleh.25

Syafruddin Nurdin dkk dalam bukunya mengutip Nasution

mengatakan bahwa unsur-unsur keterampilan berpikir yang perlu dikuasai

siswa yaitu mengamati, melaporkan, mengklarifikasi, memberi label,

menyusun dan mengurutkan, menginterpretasi, membuat generalisasi,

23

Arifin, Mulyati. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia, Prinsip dan Aplikasinya menuju Pembelajaran yang efektif, (Bandung: JICA IMSTEP UPI Bandung), hal. 2.

24

Alisuf Sabri. 2001. Pengantar Pasikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), hal. 76.

25

Joyce M.Laurens, “Integrasi riset dan desain: Sebuah pendekatan dalam

(32)

membuat inferensi, dan memecahkan problema.26 Keterampilan berpikir diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat dilukiskan sebagi upaya

mengeksplorasi model-model tugas pelajaran di sekolah agar model-model

itu menjadi lebih baik dan memuaskan.27

Pada intinya kemampuan berpikir harus ditanamkan pada anak. Pada

Usia 11 tahun ke atas anak telah mampu berpikir reflektif, menggunakan

asumsi atau hipotesis, dan kemampuan berpikirnya tidak lagi terikat tetapi

menjangkau waktu lampau dan masa depan.28 Meskipun berpikir itu

merupakan suatu proses mental, namun keterampilan berpikir dapat

dilatih, seperti halnya seorang atlit yang harus terus berlatih terus-menerus

untuk meningkatkan kemampuannya dan mencapai prestasi yang lebih

tinggi. Jadi Kemampuan berpikir adalah suatu proses dan kemampuan

untuk memperoleh pengetahuan dalam memahami suatu konsep dan info

yang diperoleh seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan yang

menjadi hasil yang positif untuk dirinya maupun lingkungannya.

b. Keterampilan Berpikir Kritis

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

kemampuan berpikir pada umumnya dan mengembangkan keterampilan

berpikir kritis pada khususnya. Berpikir kritis dapat diartikan kemampuan

yang sangat essensial untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif

dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis merupakan topik

yang penting dan vital dalam pendidikan modern. Berpikir kritis sebagai

salah satu komponen dalam proses berpikir tingkat tinggi, menggunakan

dasar menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap

tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang

26

Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi

Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 108.

27

Cece Wijaya, Pendidikan Remedial, Sarana pengembangan Mutu sumber Daya

Manusia, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996) hal. 71.

28

(33)

kohesif dan logis.29 Semua pendidik semestinya tertarik untuk mengajarkan berpikir kritis kepada para siswanya. Berpikir kritis

dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan

yang relevan dan reliabel tentang dunia realita.

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang

digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,

mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan

penelitian ilmiah30 dan menurut Elika Dwi Murwani Berpikir kritis

merupakan salah satu ciri manusia yang cerdas. Akan tetapi berpikir kritis

akan terjadi apabila didahului dengan kesadaran kritis yang diharapkan

dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan31

Menurut Black dan Robert Ennis menyatakan bahwa berpikir kritis

adalah kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir

untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenarannya

yang efektif berdasarkan pola penalaran tertentu.32 Pendapat senada diungkapkan oleh MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir

kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan

keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan

inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah

perbuatan atau pengambilan keputusan.33

Liliasari mengutip Facione menyatakan bahwa inti berpikir kritis

adalah deskripsi yang lebih rinci dari sejumlah karakteristik yang

berhubungan, yang meliputi analisis, inferensi, eksplanasi, evaluasi,

pengaturan diri dan interpretasi. 34 Oleh sebab itu berpikir kritis sangatlah

29

Liliasari, “Peningkatan Mutu Guru dalam Keterampilan Berpikir Tingkat tinggi melalui model Pembelajaran kapita selekta Kimia sekolah lanjutan”Julrnal Pendidikan Matematika dan Sains. Edisi 3 Tahun Vlll, 2003. Hal. 175.

30

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, (Bandung: Mizan Learning Centre (MLC), 2009), hal.183

31Elika Dwi Murwani, “ Peran Guru dalam Membangun Kesadaran kritis siswa” Jurnal

Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006. Hal 60.

32

op.cit., hal.2.

33

Arief Achmad, ”Memahami Berpikir " http:/researchengines.com/1007arief3.html.hal 1

34Liliasari, ”

(34)

penting dalam pendidikan, karena Berpikir kritis mencakup seluruh proses

mendapatkan, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, internalisasi

dan bertindak melampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. Schafersman

mengemukakan berpikir kritis bukan sekedar berpikir logis sebab berpikir

kritis harus memiliki keyakinan dalam nilai-nilai, dasar pemikiran dan

percaya sebelum didapatkan alasan yang logis dari padanya.35

Menurut Halpen, berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan

atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui

setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung

kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan

dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,

mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika

menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks

dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan

mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan

beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.36

Wingkel dalam bukunya mendefinisikan bahwa kemampuan berpikir

kritis adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan dan merumuskan

sesuatu problem, yang mencakup menentukan intinya, menemukan

kesamaan dan perbedaan, menggali informasi serta data yang relevan,

kemampuan untuk mempertimbangkan dan menilai, yang meliputi

membedakan antara fakta dan pendapat, menemukan asumsi atau

pengandaian, memisahkan prasangka dan pengaruh sosial, menimbang

konsistensi dalam berpikir, dan menarik kesimpulan yang dapat

dipertanggungjawabkan berdasarkan data yang relevan, serta

memperkirakan akibat yang dapat timbul.37

Menurut Ennis berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang

masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa

35

op.cit., Hal. 62.

36

op.cit., Hal. 1.

37

(35)

yang harus diyakini dan dilakukan.38 Jadi pengertian Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,

membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan

mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.

Pentingnya mengajarkan berpikir kritis tidak dapat diabaikan lagi,

karena berpikir kritis dapat merupakan proses dasar dalam suartu keadaan

dinamis yang memungkinkan siswa untuk menggulangi dan mereduksi

ketidaktentuan masa datang, sehingga diharapkan siswa akan mampu

menghadapi berbagai permasalahan hidup yang makin kompleks.

Para peneliti pendidikan menjelaskan bahwa pada dasarnya

pembelajaran keterampilan berpikir dapat dengan mudah dilakukan.

Sayangnya, kondisi pembelajaran yang ada di kebanyakan sekolah di

Indonesia belum begitu mendukung untuk terlaksananya pembelajaran

keterampilan berpikir yang efektif. Beberapa kendalanya antara lain

pembelajaran di sekolah masih terfokus pada guru, belum student centered; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual.

Keterampilan berpikir sebenarnya merupakan suatu keterampilan

yang dapat dipelajari dan diajarkan, baik di sekolah maupun melalui

belajar mandiri. Keterampilan berpikir sebenarnya suatu keterampilan

yang dapat dipelajari dan diajarkan karena berpikir kritis merupakan

sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan

mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,

menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.39 Berpikir kritis dapat diajarkan melalui kegiatan laboratorium, inkuiri, term paper, pekerjaan rumah yang menyajikan berbagai kesempatan untuk menggugah

berpikir kritis, dan ujian yang dirancang untuk mempromosikan

keterampilan berpikir kritis. Yang perlu diperhatikan dalam pengajaran

keterampilan berpikir ini adalah bahwa keterampilan tersebut harus

38

M Akshir Ab Kadir, “ Critical thinking: A family resemblance in conceptions” Jurnal of Education and Humam Development. ISSN 1934-7200 Volume 1 Issue 2. 2007 hal. 3

39

(36)

dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan

kognitif anak.40 Tujuan dari berpikir kritis adalah agar dapat menjauhkan seseorang dari keputusan yang keliru dan tergesa-gesa sehingga tidak

dapat dipertanggungjawabakan.

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu manusia membuat

keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang sangat sistematis, logis, dan

mempertimbangkan berbagai sudut pandang bukan hanya mengajar

kemampuan yang perlu dilakukan tetapi juga mengajar sikap, nilai dan

karakter yang menunjang berpikir kritis.

Dalam rangka mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir

kritis pada diri seseorang, Ennis dan Norris mengemukakan bahwa

kemampuan berpikir kritis dikelompokan kedalam 5 langkah yaitu (1)

memberikan penjelasan sederhana, (2) membangun keterampilan dasar, (3)

menyimpulkan. (4) memberikan penjelasan sederhana dan (5) mengatur

strategi dan taktik.41 Sejalan dengan ini dalam Arief Achmad ada 12 indikator kemampuaan berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5

aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu:

1. Memberikan penjelasan secara sederhana (meliputi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan),

2. Membangun keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi),

3. Menyimpulkan (meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan nilai pertimbangan),

4. Memberikan penjelasan lanjut (meliputi: mendefinisikan istilah dan pertimbangan definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi), 5. Mengatur strategi dan taktik (meliputi: menentukan tindakan,

berinteraksi dengan orang lain). 42

40

Joko Sutrisno., Menggunakan Keterampilan berpikir untuk meningkatkan Mutu

Pembelajaran. http://www.erlangga.co.id diakses 22 januari 2010. hal. 3.

41 Perkins C., & Murphy, E. (2006).” Identifying and measuring individual engagement

in critical thinking in online discussions: An exploratory case study”. Educational Technology & Society. hal. 299.

42

(37)

Menurut Ennis dalam Hanumi Oktiyani Rusdi ada 12 indikator

keterampilan berpikir kritis yang dikelompokan ke dalam 5 aspek kelompok

[image:37.595.128.521.151.722.2]

keterampilan berpikir.43 Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Indikator berpikir Kritis menurut R. Ennis

No Aspek

Kelompok Indikator Sub-Indikator

1 Memberikan

Penjelasan Sederhana

Memfokuskan pertanyaan

 Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan  Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan

kemungkinan jawaban  Menjaga kondidi berpikir Menganalisis

argumen

 Mengidentifikasi Kesimpulan

 Mengidentifikasi kalimat-kalimat pernyataan  Mengidentifikasi

kalimat-kalimat bukan pernyataan  Mengidentifikasi dan

menangani ketidaktepatan  Melihat struktur dari dari

suatu argument  Membuat ringkasan Bertanya dan

menjawab pertanyaan

 Memberikan penjelasan sederhana (Mengapa?, Apa ide utamamu?, Apa yang anda maksud dengan...?, Apakah yang membuat perbedaan?, Apakah faktanya?, Inikah yang anda katakana...?,

Dapatkah anda mengatakan beberapa hal itu?)

 Menyebutkan contoh (Sebutkan contoh

dari?Sebutkan yang bukan contoh...?)

2 Membangun

Keterampilan

Mempertimbangkan apakah sumber

 Mempertimbangkan keahlian

43

(38)

Dasar dapat dipercaya atau tidak

 Mempertimbangkan kemenarikan konflik  Mempertimbangkan

kesesuaian sumber  Mempertimbangkan

reputasi

 Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat

 Mempertimbangkan resiko untuk reputasi

 Kemampuan untuk memberikan alasan  Kebiasaan berhati-hati

Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi

 Melibatkan sedikit dugaan  Menggunakan waktu yang

singkat antara observasi dan laporan

 Melaporkan hasil observasi

 Merekam hasil observasi  Menggunakan bukti-bukti

yang benar

 Menggunakan akses yang baik

 Menggunakan teknologi  Mempertanggungjawabkan

hasil observasi 3 Menyimpulkan Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi

 Siklus logika-Euler  Mengkondisikan logika  Menyatakan tafsiran Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

 Mengemukakan hal yang umum

 Mengemukakan

kesimpulan dan hipotesis 1) Mengemukakan

hipotesis

2) Merancang eksperimen 3) Menarik kesimpulan

sesuai fakta

4) Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki Membuat dan

menentukan hasil

(39)

pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta

 Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

berdasarkan akibat

 Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

berdasarkan penerapan fakta

 Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

keseimbangan, masalah

4 Memberikan

penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi

 Membuat bentuk definisi (sinonim, klasifikasi, rentang, ekivalen, operasional, contoh dan bukan contoh)

 Strategi membuat definisi 1) Bertindak dengan

memberikan penjelasan lanjut

2) Mengidentifikasi dan menangani

ketidakbenaran yang disengaja

 Membuat isi definisi

Mengidentifikasi asumsi-asumsi

 Penjelasan bukan pernyataan

 Mengkonstruksi argumen 5. Mengatur

strategi dan taktik

Menentukan suatu tindakan

 Mengungkap masalah  Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

 Merumuskan solusi alternative

 Menentukan tindakan sementara

 Mengulang kembali  Mengamati penerapannya Berinteraksi dengan

orang lain

 Menggunakan argumen  Menggunakan strategi

logika

(40)

 Menunjukan posisi, orasi atau tulisan

Unsur kemampuan berpikir kritis menurut wingkel adalah

merencanakan, menetapkan sasaran, membagi-bagi materi studi atas

bagian-bagian, mengatur waktu, memusatkan perhatian, menilai kemajuan

yang dicapai, mengadakan perubahan terhadap rencana yang kurang

efisien, mengoreksi kesalahan yang dibuat, mengambil inti dari suatu

bacaan, merumuskan pertanyaan mengenai hal yang belum jelas.44

Indikator berpikir kritis menurut Arief Achmad yang mengutif wade

(1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis yakni

meliputi:

1. Kegiatan merumuskan pertanyaan 2. Membatasi permasalahan

3. Menguji data-data

4. Menganalisis berbagai pendapat

5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional 6. Menghindari penyederhanaan berlebihan

7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi 8. Mentoleransi Ambiguitas.45

Ciri-ciri Berpikir kritis yang dikemukakan oleh Cece Wijaya dalam

bukunya yaitu sebagai berikut:

a. Pandai menditeksi permasalahan

b. Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan c. Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau

kesenjangan-kesenjangan informasi.

d. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis e. Mampu mengetes asumsi dengan cermat

f. Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain.

g. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan.

h. Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang diterimanya.

i. Mampu menarik kesimpulan dari dari data yang telah ada dan terseleksi dan lain-lain.46

44

op.cit, hal 401

45

op.cit., hal. 2.

46

(41)

5. Konsep Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Dalam kehidupan sehari-hari kita berinteraksi dengan

berbagai jenis benda atau materi, yang bermacam-macam bentuk

wujudnya, ada yang berwujud (fase) padatan, cairan, gas, larutan dan

campuran antara padatan dan cairan.

Larutan memegang peranan yang sangat penting dalam

segala bidang kehidupan karena kebanyakan proses-proses kimia,

biologi, maupun fisika berlangsung dalam fase larutan. Larutan

didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat.47 Keenan dkk mendefinisikan larutan adalah campuran homogen dari

molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.48 Suatu larutan tersusun atas komponen zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).

Solvent umumnya zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, dan zat terlarut (solute) yang jumlahnya lebih sedikit.49 Zat pelarut atau (solvent) yang paling banyak terdapat dialam semesta adalah air. Air memiliki sifat pelarutan yang sangat baik, yang

menyebabkan air mampu mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh

organism.

Jika suatu larutan terbentuk dari pelarut air dengan zat

terlarut senyawa-senyawa ionik, maka larutan tersebut akan memiliki

sifat dapat menghantarkan arus listrik. Untuk menguji daya hantar

listrik larutan dapat dilakukan dengan menggunakan alat penguji

elektrolit. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dapat

menyebabkan lampu pijar dalam alat tersebut menyala dan timbul

gelembung-gelembung gas disekitar elektrodenya.

47 Agung Nugroho Catur Saputro, Irwan Nugraha. “

KIMIA Seandainya Kehidupan tanpa Kimia” untuk MA/SMA Kelas X (Jakarta: Direktorat Pendidikan Isalm Depag RI, 2007) hal. 104

48

Keenan dkk. Ilmu Kimia untuk Universitas. Edisi keenam jilid I ( Jakarta: Erlangga) hal. 372.

49

(42)

Berdasarkan daya hantar arus listrik larutan dapat

dikelompokan menjadi: larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.

a) Larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus

listrik, dengan data percobaan berupa bola lampu menyala dan

timbul gelembung gas disekitar elektrode. Contohnya: larutan

HCl, larutan NaOH, larutan HCl.

b) Larutan nonelektrolit, yaitu larutan yang dapat tidak dapat

menghantarkan arus listrik, dengan data percobaan berupa bola

lampu tidak menyala dan tidak timbul gelembung gas disekitar

elektrode. Contohnya: air suling, larutan etanol 70%, larutan gula.

Bersadarkan kekuatan daya hantar arus listrik larutan

elektrolit dapat dikelompokan menjadi:

a) Larutan elektrolit kuat, yaitu larutan elektrolit yang daya hantar

arus listriknya kuat sehingga menyebabkan bola lampu pijar

menyala dan timbul gelembung gas disekitar elektrodenya.

Contohnya: larutan HCl, larutan NaOH, larutan HCl.

b) Larutan elektrolit lemah, yaitu larutan elektrolit yang daya hantar

arus listriknya

Gambar

Tabel 2.1 Indikator berpikir Kritis menurut R. Ennis
Tabel 2.2 Perbedaan Elektrolit kuat, elektrolit lemah dan
Tabel 2.3 Perbedaan senyawa ion dan senyawa kovalen polar
Tabel 3.1 Indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang akan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bersifat deskriptif dan pengembangan eksperimen (development and research). Langkah penelitian meliputi : a) Analisis penuntun praktikum yang dipergunakan dikelas

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 2 Metro untuk melaksanakan penelitian. Mengadakan observasi sekolah

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 2 Metro untuk melaksanakan penelitian. Mengadakan observasi sekolah

Larutan elektrolit dan non elektrolit adalah salah satu materi dalam pelajaran kimia yang diajarkan di sekolah tingkat SMA kelas X semester 10. Larutan elektrolit dan non

ANALISIS KUALITAS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 3 JEMBER.. SEMESTER GENAP TAHUN

Analisis Kualitas Soal Ulangan Akhir Semester II Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 3 Jember Semester Genap Tahun Ajaran 2011- 2012; Dina Novianto,

Ijin pengambilan gambar proses Ulangan Akhir Semester genap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X yang diujikan di SMA Negeri 2 Kebumen Tahun Ajaran

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di kelas X TKJ SMK Negeri 3 Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Waktu penelitian