PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NONELEKTROLIT DENGAN METODE PRAKTIKUM
OLEH:
HERTI PATMAWATI (105016200539)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT DENGAN METODE PRAKTIKUM
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
HERTI PATMAWATI 105016200539
Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Zulfiani, M.Pd Tonih Feronika M.Pd
NIP. 19760309 200501 2 002 NIP. 19760107 200501 1 007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode Praktikum ” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah
pada, 8 Maret 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Jakarta, 17 Maret 2011
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia
NIP: ……….. ……….
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)
Nengsih Juaningsih, M.Pd
NIP: 19790510 200604 2 001 ……….. ………..
Penguji I
Ir.Mahmud M. Siregar, M.Si
NIP: 19540310 198803 1 001 ……… ……….
Penguji II
Dedi Irwandi, M.Si.
NIP:19710528 200003 1 002 ………. ……….
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
PENDAFTARAN PESERTA WISUDA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : HERTI PATMAWATI
Tempat, Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 30 Desember 1984
NIM : 105016200539
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia
Judul Skripsi : ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN
LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NONELEKTROLIT DENGAN METODE
PRAKTIKUM
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Zulfiani, M.Si.
2. Tonih Feronika, M.Pd
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil
karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang
saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian
Munaqasyah.
Jakarta, 08 Maret 2011
i ABSTRAK
Herti Patmawati. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode Praktikum, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit melalui metode praktikum. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya pada kelas X-5 semester genap tahun ajaran 2009-2010, dengan menggunakan metode deskriptif yang diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan berpikir kritis apa saja yang muncul serta melihat seberapa besar keterampilan berpikir kritis siswa dapat berkembang melalui pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan metode praktikum. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya kelas X-5 yang berjumlah 44 orang yang dibagi menjadi enam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas siswa laki-laki dan perempuan dari kategori tinggi, sedang, dan rendah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari lima indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang diamati melalui metode praktikum, muncul dengan persentase yang bervariasi. Indikator yang memperoleh persentase lebih besar adalah indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak sebanyak 88,4%, dan indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi sebanyak 87,7%. Sedangkan, aspek yang jumlah persentasenya lebih kecil adalah indikator bertanya dan menjawab pertanyaan. Hal tersebut terjadi karena siswa kurang menghubungkan materi terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Sebagian besar siswa menyenangi pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan metode praktikum karena melibatkan banyak siswa dan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung sehingga dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa melalui percobaan.
ii ABSTRACT
Herti Patmawati. Analysis on Students’ Critical Thinking Skill in Learning Electrolyte and non Electrolyte Solution through Practicum Method, Study Program of Chemical Education, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2011.
This study aims to determine students’ critical thinking skill in learning electrolyte and non electrolyte solution through the method of practicum. This research was conducted in SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya on X-5 class in the second semester of 2009-2010 academic year by using descriptive method which is directed to obtain information about there is any critical thinking skill that emerge, and to observe how much students’ critical thinking skill can be developed through learning electrolyte and non electrolyte solution with the practicum method. The subjects of this study are all of the high school students in X-5 class. The sum is 44 students, who are divided into six groups. Each group consists of male and female students from the category of high, medium and low. The result of the research shows that the five indicators of students’ critical thinking skill observed through laboratory method appears in various percentages. The indicator which has greater percentage (are an indicator to consider whether the source can be trusted or not by 88,7 percentage), and ( the indicator of observing and considering the results of the observation 87,7 percentage), whereas the aspect whose smaller percentage is the indicator of asking and answering questions. These were found because the students did not connect the material to incident or event. Most students enjoy learning with a solution of electrolyte and non electrolyte in the method of practicum because it involves a lot of students and makes students more active in acquiring knowledge with direct experience so as it is able to train students’ critical thinking skill through trial.
iii
bilangan. Shalawat dan salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja, doa, dan
kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi
ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si, selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku ketua Program Studi Pendidikan Kimia
4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam
5. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, dan Bapak Tonih Feronika M.Pd selaku dosen
Pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat
bermanfaat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd selaku penasihat akademik yang telah
memberikan pengarahan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
8. Ibu Ani Nuraisyah, S.Pd yang telah membantu penulis dalam mengurus
iv Negeri 3 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
11. Bapak Entang S.Pd selaku guru bidang studi kimia SMA Negeri 3 Kota
Tasikmalaya yang telah berkenan menjadi observer dan membantu penulis
selama melaksanakan penelitian.
12. Seluruh guru dan staff tata usaha SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
13. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan
pinjaman literatur yang dibutuhkan.
14. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, dan saudaraku yang tak henti-hentinya
memberikan doa, dan dukungannya baik moril maupun materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
15. Keluarga Bapak Asep Qohar dan Ibu Lisda Dalilah yang tak henti-hentinya
membimbing, memberikan doa dan dukungannya baik moril maupun materil.
Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya.
16. Teman-teman pendidikan kimia angkatan 2005 yang telah memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis
17. Siswa siswi kelas X SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya yang telah bekerjasama
dengan baik selama penelitian.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Hanya doa dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat
penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian
dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umumnya.
Penulis
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalah... 6
C. Pembatasan Masalah... 6
D. Perumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II DESKRIPSI TEORITIK A. Deskripsi Teoritis………... 8
1. Hakikat pembelajaran... 8
2. Pengertian Metode Mengajar …….…………... 10
3. Metode Praktikum………..……… 12
4. Hakikat Berpikir Kritis………...….……... 16
a. Pegertian Berpikir………... 16
b. Berpikir Kritis……..………..………… 18
5. Konsep Larutan Elektrolit dan non Elektrolit…… 27
B. Kerangka Berpikir... 31
C. Penelitian Relevan... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33
B. Subyek Penelitian ... 33
C. Metode Penelitian ... 34
vi
E. Instrumen Penelitian... 35
F. Teknik Pengumpulan data... 37
G. Teknik Pengolahan Data... 40
H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi... 40
I. Teknik analisis data... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran Metode Praktikum... 45
1. Hasil Observasi... 45
2. Hasil Data Angket... .. 61
3. Hasil Wawancara... 65
B. Temuan Penelitian Keterampilan Berpikir Kritis... 65
C. Pembahasan terhadap temuan penelitian... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 79
B. Saran... 80
DAFTAR PUSTAKA... 81
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator berpikir kritis menurut R. Ennis... 23
Tabel 2.2 Perbedaan elektrolit kuat, lemah dan nonelektrolit... 28
Tabel 2.3 Perbedaan senyawa ion dan senyawa kovalen polar... 30
Tabel 3.1 Indikator Keterampilan berpikir kritis siswa yang akan
dianalisis... 36
Tabel 3.2 Skala Pengukuran... 42
Tabel 4.1 Hasil lembar observasi indikator menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi... 46
Tabel 4.2 Hasil lembar observasi indikator membangun keterampilan
dasar... 47
Tabel 4.3 Hasil lembar observasi indikator menginduksi
dan mempertimbangkan hasil induksi... 48
Tabel 4.4 Hasil lembar observasi indikator bertanya dan menjawab
pertanyaan... 49
Tabel 4.5 Hasil lembar observasi indikator mengobservasi
dan mempertimbangkan laporan observasi... 50
Tabel 4.6 Hasil lembar observasi indikator mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak... 51
Tabel 4.7 Hasil lembar observasi indikator mengobservasi
dan mempertimbangkan laporan observasi... 52
Tabel 4.8 Hasil lembar observasi indikator menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi... 53
Tabel 4.9 Hasil lembar observasi indikator menginduksi
dan mempertimbangkan hasil induksi... 54
Tabel 4.10 Hasil lembar observasi indikator mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu definisi... 55
Tabel 4.11 Hasil lembar observasi indikator bertanya dan menjawab
pertanyaan... 56
viii
Pertama... 57
Tabel 4.13 Hasil persentase keterampilan berpikir kritis siswa pertemuan
kedua... 58
Tabel 4.14 Hasil persentase keterampilan berpikir kritis secara
keseluruhan... 59
Tabel 4.15 Hasil angket indikator mengindukasi dan mempertimbangkan
hasil induksi... 61
Tabel 4.16 Hasil angket indikator mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak... 62
Tabel 4.17 Hasil angket indikator bertanya dan menjawab pertanyaan.... 63
Tabel 4.18 Hasil angket indikator memebrikan penjelasan lanjut... 63
Tabel 4.19 Hasil angket mempertimbangkan istilah dan pertimbangan
suatu definisi... 64
Tabel 4.20 Hasil wawancara... 65
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur Penelitian... 44
Gambar 4.1 Grafik Indikator Keterampilan berpikir kritis tiap pertemuan.. 60
Gambar 4.2 Grafik nilai rata-rata keseluruhan keterampilan berpikir kritis.. 61
x
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 87
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 94
Lampiran 4. Format lembar observasi... 109
Lampiran 5. Kisi-kisi lembar observasi... 114
Lampiran 6. Format lembar angket... ... 123
Lampiran 7. Kisi-kisi lembar angket... 126
Lampiran 8. Pengolahan lembar observasi... 127
Lampiran 9. Format panduan wawancara... 159
Lampiran 10. Hasil wawancara tiap kelompok... 160
Lampiran 11. Jumlah persentase keterampilan berpikir kritis siswa tiap indikator... 169
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian... 170
Lampiran 13. Lembar Uji Referensi... 172
Lampiran 14. Surat Bimbingan Skripsi... 179
Lampiran 15. Surat Izin Permohonan Penelitian... 180
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini mengalami
perubahan yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan masyarakat dunia telah
terjangkiti oleh revolusi di bidang ilmu, teknologi, dan seni serta arus
globalisasi, sehingga menuntut kesiapan semua pihak untuk menyesuaikan
dengan kondisi yang ada, perlu disadari bahwa dengan berkembangnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, informasi yang akan sampai makin banyak
ragamnya, baik sumber maupun esensi informasinya, untuk menghadapi
perubahan teknologi yang cepat maka kemampuan berpikir kritis merupakan
aspek yang perlu mendapat penekanan dalam pengajaran.1 Pada konteks ini, pendidikan juga mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu dan tidak
pernah berhenti. Pendidikan sebagai suatu proses yang disadari untuk
mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir,
emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup di tengah-tengah
masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses
pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Kimia merupakan ilmu yang termasuk
rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA.
Karakteristik tesebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta
kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan
1
dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), pada perkembangannya
selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori
(deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi,
struktur sifat, perubahan dianamika, dan energenika zat. 2
Pelajaran kimia seharusnya merupakan pelajaran yang menyenangkan,
karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi apa yang
diharapkan umumnya berlainan dengan kenyataan. Hal ini terjadi karena
penggunaan metode yang kurang tepat oleh guru dalam mengajar. Guru banyak
memberikan pelajaran pada aspek ingatan dan pemahaman. Pembelajaran
seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas yang statis, monoton dan
membosankan. Dengan demikian diperlukan peran guru dalam menentukan
metode yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan
siswa. Seorang pendidik harus bisa mengarahkan dan menggali potensi yang
ada pada diri siswa, sehingga siswa mampu mengembangkan
keterampilan-keterampilan tertentu diantaranya keterampilan-keterampilan berpikir kritis.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkat kualitas
pendidikan di Indonesia adalah dengan membenahi kurikulum sekolah dasar
dan menengah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 22 dan 23 tahun 2006 tentang standar isi dan
standar kompetensi lulusan dan pada Permen RI nomor 23 tahun 2006 tentang
standar kompetensi kelulusan mengatakan bahwa
standar kompetensi kelulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut dan salah satu tujuan standar kompetensi kelulusan pada kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.3
2
Mata pelajaran kimia di Program Paket C. Http://www.dikmenum.go.id/pdf diakses 22 Januari 2010 hal 113
3
Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang
zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan
energetika yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Dalam Standar Isi
mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik mampu
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet kritis dan dapat
bekerja sama dengan orang lain.
Tujuan dan fungsi mata pelajaran kimia di SMA dan MA yang
tercantum dalam standar isi diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah
yang mencakup bersikap kritis terhadap pertanyaan ilmiah, yaitu tidak mudah
percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris, memahami
konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaiakan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi.4 Untuk mencapai tujuan dan fungsi tersebut maka pembelajaran dengan mengembangkan sikap berpikir kritis
merupakan hal yang vital, karena sumber daya manusia yang profesional dan
berkualitas akan tercipta jika ilmu yang diperoleh digali lebih dalam dengan
mengembangkan budaya berpikir kritis. Mengajarkan keterampilan berpikir
ktitis dan memadukannya dengan materi pembelajaran (kurikulum) dapat
membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara
efektif.
Pembelajaran kimia di SMA umumnya dilakukan oleh guru lebih
banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman, sedangkan
aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan bahkan evaluasi hanya sebagian kecil dari
pembelajaran yang dilakukan. Hal ini menyebabkan siswa kurang
mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan masalah dan
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata.
Sikap peserta didik yang pasif atau hanya menerima apa yang diberikan
pendidik dan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan
tidak teraktifkannya potensi kemampuan siswa sehingga menjadi pasif dan
kurang terampil berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas.
4
Fenomena yang terjadi saat ini adalah begitu banyak peserta didik
yang pasif, mereka cenderung duduk diam mendengarkan tanpa mampu
mengembangkan informasi yang diperoleh atau berdiskusi. Situasi tersebut harus ditanggapi serius oleh pendidik untuk mencari alternatif pembelajaran
mengenai metode pembelajaran yang sesuai dan bagaimana memotivasi peserta
didik untuk kreatif dan percaya diri serta mendorong berpikir kritis.
Pada dasarnya siswa mempunyai keterampilan berpikir kritis dalam
belajar misalnya keterampilan bertanya, hipotesis, klasifikasi, observasi
(pengamatan) dan interpretasi. Tetapi keterampilan-keterampilan ini terkadang
tidak berkembang dengan baik maka diperlukan adanya metode yang mampu
mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran kimia.
Salah satunya adalah melalui kegiatan praktikum, karena kegiatan praktikum
membantu siswa untuk memahami suatu kejadian, melihat suatu kejadian lebih
rinci dari sebelumnya dan setelah itu mengingat kejadian tersebut.
Praktikum adalah suatu metode dalam pembelajaran yang sangat erat
hubungannya dengan mata pelajaran kimia. Karena dengan melakukan
Praktikum ilmu kimia lebih mudah dipelajari jika dibandingkan hanya
mempelajari konsepnya saja. Kimia harus dipelajari melalui kegiatan
percobaan karena belajar kimia tanpa percobaan tidak sempurna dan kurang
bermakna.5
Kegiatan praktikum merupakan sarana pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Melalui metode praktikum siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu
objek, keadaan atau proses sesuatu. Metode praktikum merupakan cara
pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk menjadi kritis, analisis
argumentatif dan mencari jawaban-jawaban berbagai permasalahan melaui
pengalaman-pengalaman langsung.
5
Metode praktikum tidak hanya mempersoalkan hasil akhirnya tetapi
bagaimana proses berpikir tersebut dapat ikut berkembang. Salah satu bentuk
metode yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa
diantaranya adalah metode praktikum karena metode praktikum kegiatannya
difokuskan pada berpikir kreatif dan berpikir kritis, memecahkan masalah dan
interaksi antara siswa dengan teman sebayanya untuk menjadikan mereka lebih
kreatif dan kritis dalam pengetahuan-pengetahuan baru.
Pada Penelitian ini penulis memilih pelajaran kimia pada konsep
larutan elektrolit dan nonelektrolit, dimana materi ini dianggap sesuai bila
diajarkan dengan metode praktikum. Karena dalam kegiatan praktikum siswa
melakukan aktivitas seperti merancang percobaan, merangkai alat dan
menggunakan alat, mengemukakan hipotesis, menganalisis data, melihat
persamanan dan perbedaan suatu reaksi, memprediksi dan menarik kesimpulan
serta memberikan contoh. Secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan siswa
tersebut merupakan keterampilan berpikir kritis siswa yang muncul dengan
metode praktikum.
Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan keterampilan
berpikir kritis salah satunya oleh Hanumi Oktiyani Rusdi yang menyatakan
bahwa indikator keterampilan berpikir kritis yang banyak dikembangkan siswa
pada pembelajaran sistem koloid melalui metode praktikum dengan
menggunakan bahan sehari-hari adalah menyebutkan contoh dan menarik
kesimpulan dari hasil menyelidiki.6 Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran kimia masih perlu
dikembangkan. Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan penelitian dengan
judul: ”Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Dengan Metode Praktikum”
6 Hanumi Oktiyani rusdi. (2007) ”Analisis Keterampilan berpikir Kritis Siswa SMA kelas
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah, antara lain:
1. Pembelajaran kimia belum melatih keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Guru banyak menekankan siswa pada aspek pengetahuan dan pemahaman
dalam pembelajaran sehingga siswa kurang terlatih untuk mengembangkan
daya nalarnya.
3. Banyak peserta didik yang pasif dan kurang mampu mengembangkan
informasi yang diperoleh.
C. Pembatasan Masalah
Agar Penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah yang
diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
a. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti meliputi keterampilan
menginduksi dan menentukan hasil induksi, keterampilan
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak,
keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan, keterampilan
mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, serta
keterampilan mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu
definisi.
b. Materi yang digunakan pada kegiatan pembelajaran dibatasi pada konsep
larutan elektrolit dan nonelektrolit.
c. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode
praktikum
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan
nonelektrolit melalui metode Praktikum.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik
bagi semua pihak terutama yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
1. Untuk guru kimia, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan
dalam mengajarkan dan menyampaikan konsep larutan elektrolit dan
nonelektrolit dengan metode praktikum.
2. Untuk sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk memperbaharui sarana dan prasarana belajar dalam
menunjang peningkatkan kualitas belajar siswa.
3. Bagi siswa, penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dalam memahami materi pelajaran kimia yang diberikan
dan memotivasi siswa dalam rangka perbaikan cara belajarnya
4. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk
mengetahui metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
BAB II
DESKRIPSI TEORITIK
A. Kerangka Teoritis
1. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan istilah lain untuk proses belajar mengajar.
Belajar dan Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kegiatan manusia. Sebelum memahami hakekat pembelajaran, maka perlu
diperhatikan tentang pengertian belajar terlebih dahulu karena hakekat
pembelajaran tidak bisa lepas dari hakekat belajar.
Banyak pengertian belajar yang dicetuskan oleh para ahli, namun
umumnya ahli-ahli tersebut (baik ahli psikologi maupun pendidikan)
mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil suatu aktivitas belajar adalah “perubahan”. Bahwa perubahan itu terjadi akibat “pengalaman”. Dari kesamaan ini lahir pengertian belajar secara umum atau popular. Pengertian umum inilah
yang banyak digunakan oleh para praktisi di lapangan khususnya guru. Secara
umum, belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena
pengalaman. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai-sikap.
Mulyati Arifin dkk berpendapat belajar merupakan proses aktif siswa
untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam
kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri
maupun dibimbing.1 Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah
ke arah yang lebih baik.
1
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja, oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Pembelajaran
pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, dan
melalui proses tersebut dapat mengakibatkan perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik. Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah,
baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan perilaku siswa.
Ciri-ciri Pembelajaran pembelajaran adalah sifat atau keadaan yang khas
dimiliki oleh kegiatan pembelajaran. Menurut Eggen & Kauchak menjelaskan
bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) siswa menjadi
pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan
serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang
ditemukan, (2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi
dalam pelajaran, (3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada
pengkajian, (4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan
kepada siswa dalam menganalisis informasi, (5) orientasi pembelajaran
penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta (6)
guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan
gaya mengajar guru.2
Sesuai dengan ciri-ciri belajar, maka ciri-ciri pembelajaran dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2
b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam
belajar.
c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan
menantang bagi siswa.
d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
f) Pembelajaran dapat membuat siswa menerima pelajaran secara fisik maupun
psikologis.
2. Pengertian Metode Mengajar
Metode berasal dari bahasa yunani yang berarti “metodos’’, yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha’’ yang berarti melalui atau melewati dan
“hodos’’ yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.3. Dalam bahasa arab metode dikenal dengan istilah
Thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.4
Dalam pengertian umum metode diartikan sebagai cara mengerjakan
sesuatu. Menurut Ahmad Tafsir metode adalah semua cara yang digunakan
dalam upaya mendidik.5 Menurut Nana Sudjana, metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan.6 Dalam kamus besar bahasa Indonesia metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud.7 Metode mempunyai arti yang sangat luas. Karena mengajar merupakan bentuk dari upaya untuk mendidik, maka metode yang dimaksud adalah metode
mengajar.
3
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet 1, hal. 40
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2004), Cet IV hal. 155.
5
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya. 1994), Cet II, hal. 131
6
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2000) Cet V. Hal. 76
7
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Menurutnya pula metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Dalam kegiatan belajar
mengajar metode sangat diperlukan oleh guru dalam menunjang kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai setelah proses
belajar mengajar berakhir.
Sedangkan menurut Aminuddin Rasyid metode adalah berbagai cara yang
teratur dan sistematis yang dilakukan dan ditempuh guru dalam memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mendapat isi pelajaran yang mereka
butuhkan.9
Dari beberapa pengertian metode, didalamnya terdapat muatan-muatan
substantif yang secara implisit menyatakan suatu pengertian yang sama. Dengan
kata lain, ada muatan nilai yang sama dalam masing-masing pengertian metode.
Metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk memberi pemahaman kepada
murid-muridnya dan merubah tingkah lakunya sesuai dengan tujuan-tujuan yang
diinginkan. Metode mengajar mempunyai arti yang lebih dari pada hanya
sekedar sebagai alat untuk menyampaikan ilmu dan pengetahuan kepada siswa.
Atau lebih tepat lagi untuk menolong siswa-siswa memperoleh pengetahuan
tersebut, selain itu metode mengajar bermakna juga sebagai alat untuk menolong
pelajar-pelajar memperoleh keterampilan, kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap,
minat dan nilai-nilai yang diinginkan.
Disinilah pentingnya guru mengajar dengan menggunakan metode yang
baik dan tepat. Baik dalam arti dapat menarik perhatian siswa dan tepat dalam
pengertian sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Guru menggunakan
metode dalam pengajaran tentunya tidak sekedar metode sebagai cara mengajar,
melainkan hendaknnya menguasai ruang lingkup metode itu sendiri. Suatu
proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat
8
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 75.
9
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.10 Pengertian ini menuntut pentingnya posisi metode dalam pengajaran agar lebih efektif dan efisien.
Pemilihan suatu metode mengajar dipengaruhi oleh tujuan instruksional yang
mencakup (1) penerimaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, (2)
aplikasi pengetahuan atau penerimaan keterampilan dan (3) tujuan yang bersifat
efektif atau motivasional yaitu berhubungan dengan pengembangan atau
perubahan sikap atau perasaan.11 Jadi metode pengajaran adalah cara dan teknik yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa
secara tepat dan cepat sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Dengan demikian, berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu jalan atau
cara yang tersusun secara sistematis yang digunakan oleh guru untuk
menyajikan materi pelajaran secara efektif dalam membantu siswa memperoleh
keterampilan-keterampilan, sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Metode Praktikum
Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang perlu
ditunjang dengan eksperimen dan kerja laboratorium yang disebut dengan
praktikum.
Metode Praktikum/Eksperimen merupakan salah satu cara mengajar
dengan melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di
kelas dan dievaluasi oleh guru. Atau Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan zain metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran,
dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari.12
10
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 47
11
Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 95.
12
Menurut Armai Arief metode eksperimen /praktikum adalah suatu
metode dimana siswa melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran
tertentu dengan menggunakan media laboratorium.13
Metode Eksperimen atau praktikum menurut E. Mulyasa merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan
benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun
kelompok.14 Menurut Nana Sudjana, praktikum merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa ntuk mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar.15 Abu Ahmadi menjelaskan bahwa praktikum adalah metode pengajaran di mana guru dan murid
bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui.16 Sejalan dengan pendapat Abu ahmadi, Fathurrahman berpendapat metode
praktikum atau eksperimen merupakan metode atau cara dimana guru dan murid
bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui
pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
Menurut Dimyati dan Mudjiono bereksperimen adalah Keterampilan untuk
mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan
prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima
atau menolak ide-ide itu.17 Dalam praktikum siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta yang ingin diketahuinya dengan melakukan kegiatan
eksperimen sendiri maupun kelompok. Dengan kata lain metode eksperimen
menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri oleh siswa, mencari
sendiri dan menemukan sendiri.
Praktikum merupakan kegiatan yang berbentuk praktik dengan
mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa
13
op.cit., hal. 174.
14
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2005), Cet.2 hal. 110.
15
op.cit., hal. 83.
16
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 62.
17
dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai
mereka.
Dalam proses belajar mengajar dengan metode praktikum siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses tertentu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses
yang dialaminya itu. 18
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa praktikum
merupakan suatu kegiatan pembelajaran berupa praktik yang menggunakan
alat-alat tertentu. Dimana kegiatan ini dapat melatih kemampuan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap secara bersama-sama.
Praktikum merupakan latihan bagi siswa yang bertujuan untuk
mempraktekan teori yang telah dipelajari, mencoba suatu teori baru dalam
kondisi aktual, untuk memperbaiki dan menyempurnakan teori serta metode
yang digunakan. Pada metode praktikum siswa diberikan tugas percobaan
tertentu oleh guru, kemudian tugas dan percobaan tersebut dilakukan sendiri
siswa dengan praktikum dan pengamatan untuk mengetahui sampai mana
kebenaran dari ilmu yang dipelajarinya. Dengan melakukan praktikum siswa
dapat mengetahui apa yang dipelajarinya, dalam hal ini hendaknya diusahakan
agar pihak guru mengatur pengajaran sehingga terbentuk suasana yang
sebaik-baiknya bagi siswa untuk belajar.
Praktikum tidak lepas dengan Laboratorium. Laboratorium idealnya
memang suatu ruangan khusus dimana orang dapat melakukan eksperimen.
Tetapi dalam pengertiannya, laboratorium dapat dikelas dan dapat di
lingkungan.19
Yunita menjelaskan kegiatan di dalam laboratorium merupakan mata
rantai untuk menghubungkan beberapa aspek, diantaranya adalah :
18
op.cit., hal. 174.
19
1. Apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia
2. Membangkitkan keingintahuan terhadap ilmu kimia
3. Mengenal dengan baik zat-zat kimia yang umum serta bagaimana reaksinya 4. Siswa dapat berpartisipasi aktif
5. Mengembangkan dari keadaan konkrit ke hal yang abstrak20.
Kegiatan praktikum penting dilakukan terus-menerus untuk
mengembangkan pengetahuan siswa dan membandingkan apa yang mereka
temukan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Model Pembelajaran
praktikum adalah salah satu model pembelajaran praktikum yang efektif.
Kegiatannya difokuskan pada berpikir kreatif dan berpikir ktitis, memecahkan
masalah dan interaksi antara siswa dengan teman sebayanya untuk menjadikan
mereka lebih kreatif dan menggunakan pengetahuan-pengetahuan baru.
Fungsi dari metode praktikum merupakan penunjang kegiatan proses
belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang
prinsip-prinsip yang dikembangkan.
Kegiatan praktikum diharapkan tidak hanya sekedar untuk
mengecek/mencocokan kebenaran teori yang telah diajarkan dikelas. Praktikum
bukanlah sekedar untuk mempresentasikan apakah reaksinya cocok dengan teori,
tetapi juga harus mengembangkan proses berpikir dengan timbul pertanyaan,
mengapa reaksi demikian, dan seterusnya.21
Tujuan kegiatan Praktikum selain untuk memperoleh pengetahuan yang
bersifat kognitif, juga untuk memperoleh keterampilan, dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan tersebut pada situasi baru/lain serta memperoleh
sikap ilmiah.
Manfaat kegiatan praktikum diantaranya adalah menerapkan,
mengkonfirmasikan, atau memperdalam teori, bekerja sama dalam kelompok
dan melatih keterampilan psikomotor. Manfaat lainya adalah Siswa akan
memiliki pengertian dasar tentang kimia, memiliki keterampilan kerja di bidang
20
Yunita, Panduan Demonstrasi dan Percobaan Permainan Kimia Jilid 2 untuk SD, SMP, SMA dan yang sederajat. (Bandung: Pudak Scientific, 2007) hal. v.
21
kimia dan siswa akan menyadari pentingnya pengetahuan alam untuk
pembangunan, terutama di bidang teknologi.
Menurut Mulyati Arifin keuntungan penggunaan metode praktikum adalah
:1) dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa. 2) Siswa
dapat mengamati proses. 3) Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri.
4) siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan membantu guru untuk
mencapai tujuan pembelajarn lebih efektif dan efisien.
Selain itu Dedy Kurniawan dalam Suparni mengemukankan bahwa proses
pembelajaran disekolah dengan metode eksperimen memberikan beberapa
keuntungan antara lain (1) siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan
karena siswa melakukan sendiri, (2) semua siswa mendapat kesempatan untuk
melakukan pembuktian terhadap suatu teori maupun konsep, (3) siswa menjadi
terampil menggunakan alat, (4) siswa terlatih utuk berpikir ilmiah seperti
ilmuan, (5) hasil belajar siswa sifatnya tahan lama (retensi) dan (6) siswa semakin mempercayai konsep yang telah dicobanya sendiri.22
Selain memiliki keuntungan, suatu metode tentu saja memiliki kelemahan.
Beberapa kelemahan metode praktikum adalah (1) memerlukan waktu secara
khusus karena praktikum membutuhkan waktu yang cukup lama, (2) biaya
sangat mahal karena membutuhkan peralatan yang memadaidan dalam jumlah
banyak, (3) kegagalan dalam praktikum.
4. Hakikat Berpikir Kritis. a. Pengertian berpikir
Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan ahkir dari proses
belajar mengajar. Presseissen berpendapat berpikir pada umumnya
didefinisikan sebagai suatu proses kognitif dan proses mental untuk
memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan pendapat Presseissen, Arifin
mengatakan bahwa dalam kegiatan berpikir terjadi kegiatan penggabungan
antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran.
Dalam Proses berpikir terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi
dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran, kegiatan memanupulasi mental
22
karena adanya rangsangan dari luar membentuk suatu pemikiran,
penalaran dan keputusan, serta kegiatan memperluasnaturan yang
diketahui untuk memecahkan masalah.23 Jadi dalam proses berpikir itu sebenarnya orang tidak pasif, tetapi jiwanya aktif berusaha mencari
penyelesaian.24 Selain itu, dalam kegiatan berpikir terjadi kegiatan manipulasi mental karena adanya rangsangan dari luar membentuk suatu
pemikiran, penalaran, dan keputusan, serta kegiatan memperluas aturan
yang diketahui untuk memecahkan masalah.
Dalam bepikir seseorang akan mengolah dan menggorganisasikan
bagian-bagian dari pengetahuannya, sehinggga pengalaman-pengalaman
dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun serta dapat dipahami
dan dikuasai. Untuk membentuk suatu pengetahuan yang tersusun dan
memahami serta menguasai pengetahuan tidaklah mudah. Hal ini
bergantung pada seberapa besar usaha seseorang dalam menemukan suatu
makna atau materi. Rusdi mengutip Frenkel mengatakan bahwa seberapa
baik seseorang dalam berpikir bergantung pada usahanya dalam
menemukan suatu makna atau materi yang dapat dilihat dari kemauannya
untuk berusaha dan proses yang dia lewati, karena kemampuan berpikir
tidak dapat diberikan oleh suatu guru kepada siswa.
Laurens mengutip Jenicek Keterampilan berpikir dapat didefinisikan
sebagai proses dan juga kemampuan untuk memahami konsep,
menerapkan, mensintesiskan, mengevaluasi info yang diperoleh.25
Syafruddin Nurdin dkk dalam bukunya mengutip Nasution
mengatakan bahwa unsur-unsur keterampilan berpikir yang perlu dikuasai
siswa yaitu mengamati, melaporkan, mengklarifikasi, memberi label,
menyusun dan mengurutkan, menginterpretasi, membuat generalisasi,
23
Arifin, Mulyati. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia, Prinsip dan Aplikasinya menuju Pembelajaran yang efektif, (Bandung: JICA IMSTEP UPI Bandung), hal. 2.
24
Alisuf Sabri. 2001. Pengantar Pasikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), hal. 76.
25
Joyce M.Laurens, “Integrasi riset dan desain: Sebuah pendekatan dalam
membuat inferensi, dan memecahkan problema.26 Keterampilan berpikir diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat dilukiskan sebagi upaya
mengeksplorasi model-model tugas pelajaran di sekolah agar model-model
itu menjadi lebih baik dan memuaskan.27
Pada intinya kemampuan berpikir harus ditanamkan pada anak. Pada
Usia 11 tahun ke atas anak telah mampu berpikir reflektif, menggunakan
asumsi atau hipotesis, dan kemampuan berpikirnya tidak lagi terikat tetapi
menjangkau waktu lampau dan masa depan.28 Meskipun berpikir itu
merupakan suatu proses mental, namun keterampilan berpikir dapat
dilatih, seperti halnya seorang atlit yang harus terus berlatih terus-menerus
untuk meningkatkan kemampuannya dan mencapai prestasi yang lebih
tinggi. Jadi Kemampuan berpikir adalah suatu proses dan kemampuan
untuk memperoleh pengetahuan dalam memahami suatu konsep dan info
yang diperoleh seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
menjadi hasil yang positif untuk dirinya maupun lingkungannya.
b. Keterampilan Berpikir Kritis
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
kemampuan berpikir pada umumnya dan mengembangkan keterampilan
berpikir kritis pada khususnya. Berpikir kritis dapat diartikan kemampuan
yang sangat essensial untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif
dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis merupakan topik
yang penting dan vital dalam pendidikan modern. Berpikir kritis sebagai
salah satu komponen dalam proses berpikir tingkat tinggi, menggunakan
dasar menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap
tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang
26
Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 108.
27
Cece Wijaya, Pendidikan Remedial, Sarana pengembangan Mutu sumber Daya
Manusia, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996) hal. 71.
28
kohesif dan logis.29 Semua pendidik semestinya tertarik untuk mengajarkan berpikir kritis kepada para siswanya. Berpikir kritis
dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan
yang relevan dan reliabel tentang dunia realita.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,
mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan
penelitian ilmiah30 dan menurut Elika Dwi Murwani Berpikir kritis
merupakan salah satu ciri manusia yang cerdas. Akan tetapi berpikir kritis
akan terjadi apabila didahului dengan kesadaran kritis yang diharapkan
dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan31
Menurut Black dan Robert Ennis menyatakan bahwa berpikir kritis
adalah kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir
untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenarannya
yang efektif berdasarkan pola penalaran tertentu.32 Pendapat senada diungkapkan oleh MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir
kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan
keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan
inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah
perbuatan atau pengambilan keputusan.33
Liliasari mengutip Facione menyatakan bahwa inti berpikir kritis
adalah deskripsi yang lebih rinci dari sejumlah karakteristik yang
berhubungan, yang meliputi analisis, inferensi, eksplanasi, evaluasi,
pengaturan diri dan interpretasi. 34 Oleh sebab itu berpikir kritis sangatlah
29
Liliasari, “Peningkatan Mutu Guru dalam Keterampilan Berpikir Tingkat tinggi melalui model Pembelajaran kapita selekta Kimia sekolah lanjutan”Julrnal Pendidikan Matematika dan Sains. Edisi 3 Tahun Vlll, 2003. Hal. 175.
30
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, (Bandung: Mizan Learning Centre (MLC), 2009), hal.183
31Elika Dwi Murwani, “ Peran Guru dalam Membangun Kesadaran kritis siswa” Jurnal
Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006. Hal 60.
32
op.cit., hal.2.
33
Arief Achmad, ”Memahami Berpikir " http:/researchengines.com/1007arief3.html.hal 1
34Liliasari, ”
penting dalam pendidikan, karena Berpikir kritis mencakup seluruh proses
mendapatkan, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, internalisasi
dan bertindak melampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. Schafersman
mengemukakan berpikir kritis bukan sekedar berpikir logis sebab berpikir
kritis harus memiliki keyakinan dalam nilai-nilai, dasar pemikiran dan
percaya sebelum didapatkan alasan yang logis dari padanya.35
Menurut Halpen, berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan
atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui
setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung
kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan
dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika
menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks
dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan
mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan
beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.36
Wingkel dalam bukunya mendefinisikan bahwa kemampuan berpikir
kritis adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan dan merumuskan
sesuatu problem, yang mencakup menentukan intinya, menemukan
kesamaan dan perbedaan, menggali informasi serta data yang relevan,
kemampuan untuk mempertimbangkan dan menilai, yang meliputi
membedakan antara fakta dan pendapat, menemukan asumsi atau
pengandaian, memisahkan prasangka dan pengaruh sosial, menimbang
konsistensi dalam berpikir, dan menarik kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan berdasarkan data yang relevan, serta
memperkirakan akibat yang dapat timbul.37
Menurut Ennis berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang
masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa
35
op.cit., Hal. 62.
36
op.cit., Hal. 1.
37
yang harus diyakini dan dilakukan.38 Jadi pengertian Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,
membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.
Pentingnya mengajarkan berpikir kritis tidak dapat diabaikan lagi,
karena berpikir kritis dapat merupakan proses dasar dalam suartu keadaan
dinamis yang memungkinkan siswa untuk menggulangi dan mereduksi
ketidaktentuan masa datang, sehingga diharapkan siswa akan mampu
menghadapi berbagai permasalahan hidup yang makin kompleks.
Para peneliti pendidikan menjelaskan bahwa pada dasarnya
pembelajaran keterampilan berpikir dapat dengan mudah dilakukan.
Sayangnya, kondisi pembelajaran yang ada di kebanyakan sekolah di
Indonesia belum begitu mendukung untuk terlaksananya pembelajaran
keterampilan berpikir yang efektif. Beberapa kendalanya antara lain
pembelajaran di sekolah masih terfokus pada guru, belum student centered; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual.
Keterampilan berpikir sebenarnya merupakan suatu keterampilan
yang dapat dipelajari dan diajarkan, baik di sekolah maupun melalui
belajar mandiri. Keterampilan berpikir sebenarnya suatu keterampilan
yang dapat dipelajari dan diajarkan karena berpikir kritis merupakan
sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan
mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.39 Berpikir kritis dapat diajarkan melalui kegiatan laboratorium, inkuiri, term paper, pekerjaan rumah yang menyajikan berbagai kesempatan untuk menggugah
berpikir kritis, dan ujian yang dirancang untuk mempromosikan
keterampilan berpikir kritis. Yang perlu diperhatikan dalam pengajaran
keterampilan berpikir ini adalah bahwa keterampilan tersebut harus
38
M Akshir Ab Kadir, “ Critical thinking: A family resemblance in conceptions” Jurnal of Education and Humam Development. ISSN 1934-7200 Volume 1 Issue 2. 2007 hal. 3
39
dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan
kognitif anak.40 Tujuan dari berpikir kritis adalah agar dapat menjauhkan seseorang dari keputusan yang keliru dan tergesa-gesa sehingga tidak
dapat dipertanggungjawabakan.
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu manusia membuat
keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang sangat sistematis, logis, dan
mempertimbangkan berbagai sudut pandang bukan hanya mengajar
kemampuan yang perlu dilakukan tetapi juga mengajar sikap, nilai dan
karakter yang menunjang berpikir kritis.
Dalam rangka mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir
kritis pada diri seseorang, Ennis dan Norris mengemukakan bahwa
kemampuan berpikir kritis dikelompokan kedalam 5 langkah yaitu (1)
memberikan penjelasan sederhana, (2) membangun keterampilan dasar, (3)
menyimpulkan. (4) memberikan penjelasan sederhana dan (5) mengatur
strategi dan taktik.41 Sejalan dengan ini dalam Arief Achmad ada 12 indikator kemampuaan berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5
aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu:
1. Memberikan penjelasan secara sederhana (meliputi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan),
2. Membangun keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi),
3. Menyimpulkan (meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan nilai pertimbangan),
4. Memberikan penjelasan lanjut (meliputi: mendefinisikan istilah dan pertimbangan definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi), 5. Mengatur strategi dan taktik (meliputi: menentukan tindakan,
berinteraksi dengan orang lain). 42
40
Joko Sutrisno., Menggunakan Keterampilan berpikir untuk meningkatkan Mutu
Pembelajaran. http://www.erlangga.co.id diakses 22 januari 2010. hal. 3.
41 Perkins C., & Murphy, E. (2006).” Identifying and measuring individual engagement
in critical thinking in online discussions: An exploratory case study”. Educational Technology & Society. hal. 299.
42
Menurut Ennis dalam Hanumi Oktiyani Rusdi ada 12 indikator
keterampilan berpikir kritis yang dikelompokan ke dalam 5 aspek kelompok
[image:37.595.128.521.151.722.2]keterampilan berpikir.43 Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Indikator berpikir Kritis menurut R. Ennis
No Aspek
Kelompok Indikator Sub-Indikator
1 Memberikan
Penjelasan Sederhana
Memfokuskan pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban Menjaga kondidi berpikir Menganalisis
argumen
Mengidentifikasi Kesimpulan
Mengidentifikasi kalimat-kalimat pernyataan Mengidentifikasi
kalimat-kalimat bukan pernyataan Mengidentifikasi dan
menangani ketidaktepatan Melihat struktur dari dari
suatu argument Membuat ringkasan Bertanya dan
menjawab pertanyaan
Memberikan penjelasan sederhana (Mengapa?, Apa ide utamamu?, Apa yang anda maksud dengan...?, Apakah yang membuat perbedaan?, Apakah faktanya?, Inikah yang anda katakana...?,
Dapatkah anda mengatakan beberapa hal itu?)
Menyebutkan contoh (Sebutkan contoh
dari?Sebutkan yang bukan contoh...?)
2 Membangun
Keterampilan
Mempertimbangkan apakah sumber
Mempertimbangkan keahlian
43
Dasar dapat dipercaya atau tidak
Mempertimbangkan kemenarikan konflik Mempertimbangkan
kesesuaian sumber Mempertimbangkan
reputasi
Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat
Mempertimbangkan resiko untuk reputasi
Kemampuan untuk memberikan alasan Kebiasaan berhati-hati
Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi
Melibatkan sedikit dugaan Menggunakan waktu yang
singkat antara observasi dan laporan
Melaporkan hasil observasi
Merekam hasil observasi Menggunakan bukti-bukti
yang benar
Menggunakan akses yang baik
Menggunakan teknologi Mempertanggungjawabkan
hasil observasi 3 Menyimpulkan Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
Siklus logika-Euler Mengkondisikan logika Menyatakan tafsiran Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
Mengemukakan hal yang umum
Mengemukakan
kesimpulan dan hipotesis 1) Mengemukakan
hipotesis
2) Merancang eksperimen 3) Menarik kesimpulan
sesuai fakta
4) Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki Membuat dan
menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan akibat
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan penerapan fakta
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
keseimbangan, masalah
4 Memberikan
penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
Membuat bentuk definisi (sinonim, klasifikasi, rentang, ekivalen, operasional, contoh dan bukan contoh)
Strategi membuat definisi 1) Bertindak dengan
memberikan penjelasan lanjut
2) Mengidentifikasi dan menangani
ketidakbenaran yang disengaja
Membuat isi definisi
Mengidentifikasi asumsi-asumsi
Penjelasan bukan pernyataan
Mengkonstruksi argumen 5. Mengatur
strategi dan taktik
Menentukan suatu tindakan
Mengungkap masalah Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang mungkin
Merumuskan solusi alternative
Menentukan tindakan sementara
Mengulang kembali Mengamati penerapannya Berinteraksi dengan
orang lain
Menggunakan argumen Menggunakan strategi
logika
Menunjukan posisi, orasi atau tulisan
Unsur kemampuan berpikir kritis menurut wingkel adalah
merencanakan, menetapkan sasaran, membagi-bagi materi studi atas
bagian-bagian, mengatur waktu, memusatkan perhatian, menilai kemajuan
yang dicapai, mengadakan perubahan terhadap rencana yang kurang
efisien, mengoreksi kesalahan yang dibuat, mengambil inti dari suatu
bacaan, merumuskan pertanyaan mengenai hal yang belum jelas.44
Indikator berpikir kritis menurut Arief Achmad yang mengutif wade
(1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis yakni
meliputi:
1. Kegiatan merumuskan pertanyaan 2. Membatasi permasalahan
3. Menguji data-data
4. Menganalisis berbagai pendapat
5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional 6. Menghindari penyederhanaan berlebihan
7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi 8. Mentoleransi Ambiguitas.45
Ciri-ciri Berpikir kritis yang dikemukakan oleh Cece Wijaya dalam
bukunya yaitu sebagai berikut:
a. Pandai menditeksi permasalahan
b. Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan c. Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau
kesenjangan-kesenjangan informasi.
d. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis e. Mampu mengetes asumsi dengan cermat
f. Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain.
g. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan.
h. Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang diterimanya.
i. Mampu menarik kesimpulan dari dari data yang telah ada dan terseleksi dan lain-lain.46
44
op.cit, hal 401
45
op.cit., hal. 2.
46
5. Konsep Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Dalam kehidupan sehari-hari kita berinteraksi dengan
berbagai jenis benda atau materi, yang bermacam-macam bentuk
wujudnya, ada yang berwujud (fase) padatan, cairan, gas, larutan dan
campuran antara padatan dan cairan.
Larutan memegang peranan yang sangat penting dalam
segala bidang kehidupan karena kebanyakan proses-proses kimia,
biologi, maupun fisika berlangsung dalam fase larutan. Larutan
didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat.47 Keenan dkk mendefinisikan larutan adalah campuran homogen dari
molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.48 Suatu larutan tersusun atas komponen zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Solvent umumnya zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, dan zat terlarut (solute) yang jumlahnya lebih sedikit.49 Zat pelarut atau (solvent) yang paling banyak terdapat dialam semesta adalah air. Air memiliki sifat pelarutan yang sangat baik, yang
menyebabkan air mampu mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh
organism.
Jika suatu larutan terbentuk dari pelarut air dengan zat
terlarut senyawa-senyawa ionik, maka larutan tersebut akan memiliki
sifat dapat menghantarkan arus listrik. Untuk menguji daya hantar
listrik larutan dapat dilakukan dengan menggunakan alat penguji
elektrolit. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dapat
menyebabkan lampu pijar dalam alat tersebut menyala dan timbul
gelembung-gelembung gas disekitar elektrodenya.
47 Agung Nugroho Catur Saputro, Irwan Nugraha. “
KIMIA Seandainya Kehidupan tanpa Kimia” untuk MA/SMA Kelas X (Jakarta: Direktorat Pendidikan Isalm Depag RI, 2007) hal. 104
48
Keenan dkk. Ilmu Kimia untuk Universitas. Edisi keenam jilid I ( Jakarta: Erlangga) hal. 372.
49
Berdasarkan daya hantar arus listrik larutan dapat
dikelompokan menjadi: larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.
a) Larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus
listrik, dengan data percobaan berupa bola lampu menyala dan
timbul gelembung gas disekitar elektrode. Contohnya: larutan
HCl, larutan NaOH, larutan HCl.
b) Larutan nonelektrolit, yaitu larutan yang dapat tidak dapat
menghantarkan arus listrik, dengan data percobaan berupa bola
lampu tidak menyala dan tidak timbul gelembung gas disekitar
elektrode. Contohnya: air suling, larutan etanol 70%, larutan gula.
Bersadarkan kekuatan daya hantar arus listrik larutan
elektrolit dapat dikelompokan menjadi:
a) Larutan elektrolit kuat, yaitu larutan elektrolit yang daya hantar
arus listriknya kuat sehingga menyebabkan bola lampu pijar
menyala dan timbul gelembung gas disekitar elektrodenya.
Contohnya: larutan HCl, larutan NaOH, larutan HCl.
b) Larutan elektrolit lemah, yaitu larutan elektrolit yang daya hantar
arus listriknya