KEBIJAKAN ASEAN DALAM MENANGANI
MASALAH DRUGS TRAFFICKING DI INDONESIA
PERIODE 2003-2008
Skripsi
NATIQOH
NIM . 106083003631
PROGRAM STUD I HUBUNGAN IN TERN ASION AL
FAK ULTAS ILM U SOSIAL D AN ILM U POLITIK
UIN SY AR IF H ID AY ATULLAH
JAK AR TA
2011
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Sosial
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Nege i (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Maret 2011
ABSTRAK
Kata Kunci: , , ,
,
Dengan semakin maraknya arus globalisasi dan merebaknya dampak sosial dari krisis ekonomi dan moneter di Kawasan Asia Tenggara, telah menyebabkan semakin meningkatnya aksi-aksi kejahatan yang melintas batas. Bentuk dan aksi kejahatan ini salah satunya adalah masalah Dengan kondisi seperti ini, maka perdagangan dan peredaran narkotika obat-obatan terlarang bukan saja menjadi ancaman keamanan masing-masing negara anggota ASEAN. Dari sisi yang sama, ia telah menjadi suatu ancaman keamanan bagi ketahanan regional ASEAN secara keseluruhan, baik untuk saat ini maupun pada masa yang akan datang. Hal ini mengingat sasaran dari pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang adalah generasi muda yang merupakan generasi penerus bangsa dimasa depan dan mengancam . Mengingat kondisi tersebut, maka dalam skripsi ini penulis menganalisis kebijakan ASEAN dalam menangani masalah
di Indonesia pada periode 2003-2008.
Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana kebijakan dalam
menangani masalah di Indonesia, serta melihat bagaimana implementasi dari hasil kerjasama ASEAN tersebut untuk direalisasikan di negara ASEAN khususnya Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis menemukan hasil dari kebijakan ASEAN itu adalah mengadakan
kerjasama dengan anggota ASEAN menyangkut masalah .
Kerjasama tersebut dengan melihat perkembangan kebijakan yang dilakukan ASEAN serta program aksi dan strategi ASOD (
) sebagai institusi ASEAN. Sementara kelemahan dari kerjasama ASEAN yang paling mendasar dalam upaya mengatasi masalah ini adalah kurangnya sumberdaya manusia yang memadai dan sumber dana yang mencukupi.
Pendekatan konsep penelitian ini dengan menggunakan tiga teori yang pertama kerjasama regional dimana ASEAN ini adalah sekumpulan negara yang memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu wilayah tertentu, yang
kedua keamanan dimana masalah keamanan ini cenderung bersifat laten, dinamis dan multidimensial, yang implikasinya tidak hanya terbatas pada suatu negara, tetapi lintas negara. Yang ketiga dimana dampak dari
ini mengancam keamanan manusia itu sendiri.
drugs trafficking.
Drugs Trafficking Human Security Transnational Crime
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercuarah dan terlimpah kepada
Nabi Muhammad saw.
Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof.Dr.Bachtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dina Afrianty, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Agus Nilmada Azmi, M.Si., sebagai Sekertaris Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ali Munhanif, Ph.D selaku pembimbing akademik Jurusan ungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
5. Bapak Drs.Armein daulay M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang penuh dengan rasa sabar dalam memberikan arahan, saran serta motivasi selama penulisan skripsi ini. “Terimakasih banyak pak, semoga segala
kebaikan dan ketulusan yang Bapak berikan menjadi amal shaleh dan juga
ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat.”
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nazaruddin
Nasution, SH, MA., Kiky Rizky MSi., Adian Firnas, MSi., Rahmi Fitriyanti
MSi., yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah membant penulis
dalam meyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswi. Kenangan belajar bersama dosen-dosen tsb akan selalu terpatri dalam hati penulis selamanya.
7. Segenap pihak Kementrian Luar Negeri RI Direktorat Jendral Kerjasama Fungsional ASEAN dan segenap Sekertariat Badan Narkotika Nasional RI
yang telah membantu penulis dalam penyediaan data-data yang berkaitan dengan skripsi ini.
8. Kedua orang tua ku tercinta Ayahanda H.Madsyukra dan Ibunda Hj.Siti Hamrah yang tanpa pernah lelah selalu memberikan senyuman serta tetesan
airmata do’a untuk kesuksesan anak-anaknya.
9. Kakak-kakaku tercinta Ulumuddin, zein Qursayni, Fahrurrozi, Siti Hanah, Jamaluddin, Ja’far Sidiq, Ubaydillah. yang selalu memberikan semangat
dalam selimut cinta dan kasih. keponakan-keponakanku, Lia, Ebah, Zaky, Fauziah, Mu2s, Fadil, Ubad, Abi, Alif, Ziska yang menghibur dan
10. Tuk seorang yang sangat berarti “Ma’mun Ibni Khidir S.HI” yang selalu setia mendampingi dan menghibur penulis, serta penyemangat, yang telah
menjadi cinta yang setia, serta menghiburku dikala penulis mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku Crista MC Auliffe, Dian Erlita Aristya, Murni Habibah
yang telah memberikan arti sebuah ketulusan dalam bingkai persahabatan,
juga buat Neni Herdiyani, Hastri Nurdiyanti, Nayla Hidayah, Lina Herlina,
Musyrifah, Aldi Wandra Terima kasih tuk semua canda tawa serta tempat
dalam berbagi suka dan duka.
12. Teman-temanku, Anne Normadiah, Ita Fatimah, Hazrina, Dzuriah Tiara Hany, Ayu Yukhairoh, Astrid Ismulyanti, Izun Nahdliya, Dwi Wahyuni,
Umi Kulsum, Shinta Octalia, Insan Maulidy, Agus Firmansyah, Khairul
Umam, Eko Fernanda, Bernardy Ferdiansyah. Kalian adalah keluarga
kecilku yang penuh kehangatan, terima kasih tuk sekotak senyuman yang
diberikan bagi penulis ketika penulis menghadapi masa-masa sulit.
13. Teman-teman Mahasiswa/Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional kelas A dan B angkatan 2006, 2007, 2008, 2009 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
14. Saudara dan sahabat-sahabatku di Banjaran-Bandung, yang telah banyak mengajarkan diri ini untuk menjadi pribadi yang ramah dan sederhana.
banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis berharap
peneliti-peneliti selanjutnya dapat melakukan perbaikan.
Akhir kata penulis ucapkan. Jazakumullah Khairan Katsirin
Jakarta, 18 Maret 2010
DAF TAR ISI
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR SINGKATAN... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GRAFIK... xv
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... 1
I.2 Rumusan Masalah... 9
I.3 Tujuan Penelitian... 10
I.4 Tinjauan Pustaka... 10
I.5 Kerangka Pem ikiran... 12
1.5.1 Konsep Kerjasama Regional ... 12
1.5.2 Konsep Keamanan ... 14
1.5.3 Konsep ... 19
I.6 Metode Penelitian... 24
BAB II PERMASALAHAN DRUGS TRAFFICKING DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUMAN SECURITY
BAB III GAMBARAN UMUM MASALAH DRUGS TRAFFICKING DI INDONESIA
II.1 Gambaran Umum Masalah ... 28
II.1.1Masalah di Segi Tiga Emas ( )... 32
II.1.2 Produksi dan Jalur Peredaran di Segitiga Emas ( )... 37
II.2 Dampak dari Masalah Terhadap Human Security... 41
II.2.1 Dampak terhadap Dimensi Politik... 42
II.2.2 Dampak terhadap Dimensi Ekonomi... 44
II.2.3 Dampak terhadap Dimensi Sosial... 47
II.2.4 Dampak terhadap Dimensi Budaya... 50
II.2.5 Dampak terhadap Dimensi Kesehatan... 50
II.2.6 Dampak terhadap Dimensi Penegak Hukum... 51
II.2.7 Dampak terhadap Dimensi Keamanan Nasional... 53
III.1 Masalah di Indonesia... 55
III.2 Jenis Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia.. 56
III.3 Produksi Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia... 63
Drugs Trafficking
Drugs Trafficking Golden
Triangle
Drugs Trafficking
Golden Triangle
Drugs Trafficking
III.4 Jalur Peredaran Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di
Indonesia... 65
IV.1Kebijakan ASEAN dalam Menangani Masalah Narkotika dan Obat-obatan terlarang ... 73
IV.1.1 Perkembangan Kerjasama ASEAN... 79
IV.1.2 Program Perkembangan Aksi ASEAN... 88
IV.1.3 Perkembangan Strategi Kerjasama ASEAN... 91
IV.2 Implementasi Kerjasama ASEAN dalam Menangani Masalah Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia... 97
IV.3 Hambatan Kerjasama ASEAN dalam Menangani Masalah Narkotika dan Obat-obatan Terlarang... 101
IV.3.1 Kurangnya komitmen dari Negara-negara Anggota. 102 IV.3.2 Permasalahan Dana ( ) ... 104
IV.3.3 Hambatan dari Faktor Geografis ASEAN... 104
V.1 Kesimpulan dan Saran ... 108
BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ASEAN DALAM MENANGANI MASALAH DI INDONESIA BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA ... xvi LAMPIRAN-LAMPIRAN
DRUGS TRAFFICKING
DAFTAR SINGKATAN
ACCORD ASEAN-China Cooperative Operations in Response to
Dangerous Drugs
ACOT ASEAN Centre on Transnational Crime
AD Alternative Development
AFMM ASEAN Financial Ministers Meeting
AMM ASEAN Ministerial Meeting
AMMTC ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime
ASEANAPOL ASEAN Chiefs of National Police
ASOD ASEAN Senior Official on Drugs Matters
ATS Amphetamine Type Stimulant
BERSAMA Badan Kerjasama Pembinaan Warga Tama
BNN Badan Narkotika Nasional
CBT Computer Based Training
CMO Comprehensive Multidisciplinary Outline
COSD Cmmitte on Social Development
DEA Drug Enforcement Administration
ICDAIT International Conference on Drug Abuse and Illicit
Trafficking
IFNGO International Federation of Non-Government Organizations
for Drugs and Substance Abuses
INCB International Narcotic Colombo Plan Bureau
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
MoU Momerondum of Understanding
NDBC National Drug Abuse Prevention Center TAC Treaty of Amity and Cooperation
TOC Transnational Organization Crime
UNDCP United Nation Drug Control Program
UNDP United Nation Development Program
UNODC United Nation Office on Drugs and Crime
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.3.1.2 Jalur di ... 48
Gambar II.3.2.1 Jalur Lalu Lintas Obat-Obatan Terlarang yang Masuk
ke Indonesia ... 52 Gambar II.3.2.2 Jalur peredaran ganja di Indonesia... 54
DAFTAR TABEL
Tabel II.3.2.3 Kasus Narkoba di Indonesia Tahun 2003-2008... 56
IV.1.3.1 Perkembangan Kebijakan kerjasama ASEAN dalam
menangani masalah ... 92 Tabel
DAFTAR GRAFIK
Grafik II.3.1.1
... 47 Total seziure of methamphetamines pills in Myanmar
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perubahan akibat dari globalisasi yang dilandasi oleh
sistem informasi dan teknologi yang sangat cepat menja negara-negara “seolah-olah” tanpa batas, serta dampak sosial dari krisis ekonomi dan keuangan yang melanda kawasan Asia Tenggara telah mendorong munculnya
masalah gangguan keamanan baru berupa aksi-aksi kejahatan yang melintasi batas wilayah negara. Persoalan batas negara yang belum dikelola dengan
baik bahkan juga menjadi salah satu indikator bahwa negara tersebut sangat
lemah. Oleh karenanya, batas dan luas teritorial memainkan peran yang
sangat signifikan dalam menentukan eksistensi suatu negara.1 Lebih lanjut
dengan mengutip pendapat George Sorensen (1996)2, Anak Agung Banyu
Perwita menyatakan gagasan utama dari penentuan batas l adalah
untuk membedakan negara secara fisik. Selain dari itu negara juga
menjadi alat untuk mengontrol aliran barang, gagasan, bahkan ideologi.
Selain itu, apabila suatu negara tidak dapat melindungi wilayah
perbatasannya akan menghadapi berbagai persoalan ketidakamanan wilayah
1 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Deplu RI,
. 2000. h. 1.
2
Anak Agung Banyu Perwita “
” makalah disampaikan dalam seminar Nasional
“ ” Bandung, 10
September 2007. h 7-10.
Kerjasama ASEAN dalam Menaggulangi Kejahatan Lintas Negara
Problematika Hubungan TNI dan POLRI dalam Menangani Terorisme dan Kejahatan Lintas Batas
perbatasannya yang muncul dari aktor non negara seperti kejahatan
transnasional seperti perdagangan narkotika.
Bentuk dan aksi kejahatan transnasional di atas antaranya meliputi
perdagangan dan penyelundupan manusia, (khususnya wanita dan anak
-anak); pencegahan dan penanggulangan bahaya narkotika obat-obatan terlarang; pembajakan kapal di perairan Asia Tenggara; masalah pencucian
uang serta perdagangan gelap persenjataan ringan ( ).3 Aksi-aksi kejahatan di atas dimanfaatkan oleh kelompok teroris yang kerap
menggunakanya karena lemahnya kontrol wilayah perbatasan, diawali dengan
merencanakan, mempersiapkan dan menggalang semua aksi kejahatan
tersebut akan terus diupayakan untuk dicari pencegahan dan penyelesaiannya.
Misalnya, di Indonesia untuk masalah pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainya di upayakan pencegahan dan penanggulangannya. Dalam hal
ini, diadakan koordinasi dengan instansi pemerintah terkait untuk menyusun dan melaksanakan kebijakan di bidang ketersediaan, mengoprasikan satuan
tugas melalui komunikasi, informasi dan edukasi, pengendalian dan
pengawasan, penegakan hukum, treatment dan rehabilitas
masyarakat bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.4
Salah satu bentuk kejahatan transnasional yang diangkat penulis ialah
masalah yang sedang mendapat sorotan, baik dari
masyarakat internasional maupun nasional. Dapat dikatakan bahwa akhir
3 h. 11.
4Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia,
. 2009. h. 107.
small arms
drugs trafficking
Ibid
akhir ini di negara anggota ASEAN5 menunjukkan peningkatan baik dari segi
kualitas maupun kuantitas dalam kerjasama tersebut. Data statistik di masing -masing negara anggota menunjukkan bahwa kasus-kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang dan para pecandunya semakin meningkat. Antara lain di Brunei Darussalam pada tahun 1988 ditemui dari 15 kasus, meningkat menjadi 423 kasus pada tahun 1998. Kemudian di Thailand dari
122.119 pada tahun (1994) menjadi 167.039 pada tahun (1998). Dan
Kamboja dari 32 pada tahun (1994) menjadi 78 pada tahun (1998). Di
Malaysia pada tahun 1994 terdapat 11.672 pecandu meningkat menjadi
21.073.6 Bahkan di Indonesia jumlah perkara penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan terlarang dari tahun 1998 sampai dengan tahun 1999 telah meningkat hingga hampir 90%. Jenis narkotika dan obat-obatan terlarang yang beredar juga bervariasi dari
.7
Asia Tenggara merupakan salah satu dari tiga kawasan penghasil
obat-obatan terlarang terbesar di dunia, bersama-sama dengan wilayah “Bulan Sabit Emas” atau “ ” (Afganistan-Pakistan-Iran). Secara khusus Asia Tenggara tersebut yakni ASEAN keberadaan “Segitiga Emas”
( ) di perbatasan Thailand, Myanmar dan Laos, menghasilkan 60% produksi opium dan heroin di dunia. Produksi narkoba di kawasan
5 ASEAN ( ) merupakan suatu organisasi regional di
Asia Tenggara yang dibentuk pada tanggal 8 Agustus1967 di Bangkok, Thailand, oleh lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Pembentukan ASEAN ditandai dengan penandatanganan deklarasi Bangkok. Pada saat ini ASEAN beranggotakan sepuluh negara dengan masuknya Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos (1997), Myanmar (1997), dan Kamboja (1998).
6
Data dihimpun dari hasil Workshop on ASEAN Community ness:
, Bandung, 24-27 Oktober 1999 yang diselenggarakan oleh Departemen Penerangan RI. Jakarta, 6-8 April 1999.
Association of Southeast Asian Nation
The Drug Problem in the Region
tersebut termasuk dalam kategori narkotika dan yang
terbuat dari jenis-jenis tumbuhan dan yang
menghasilkan heroin. Wilayah Segi Tiga Emas ini memberikan sumbangan
pada industri heroin yang bernilai US$ 160 milyar pertahun.8 Dari sisi yang
sama, produksi yang paling populer di Indonesia adalah ganja yang di
hasilkan dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi transportasi dan
komunikasi memungkinkan pergerakan barang, jasa, manusia secara cepat dan mudah, termasuk perdagangan narkoba. Jaringan perdagangan narkoba
kini memiliki berbagai jalan alternatif ke berbagai negara sasaran, termasuk
jalur untuk memasukkan komoditi narkoba ke Indonesia. ini semakin
banyak tempat yang menjadi sasaran maupun transit lalu lintas perdagangan
narkoba. Tempat-tempat seperti pelabuhan Belawan (Medan), perairan Tanjung Balai, dan Pulau Nias di Sumatra Utara menjadi pintu masuk
peredaran obat-obatan terlarang tersebut.9 Propinsi tersebut dekat dengan
kawasan dan bertetangga dengan daerah “penghasil”
ganja di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) keadaan ini memang sangat rawan, bukan hanya sebagai wilayah transit tetapi juga sentra penyebarannya.
Di samping melalui pelabuhan-pelabuhan besar, tidak dipungkiri pasokan
obat-obatan tersebut dapat dilakukan melalui pelabuhan-pelabuhan kecil yang terdapat di pinggiran pantai.1 0
“ Aktifitas Drugs Trafficking Sebagai Isu Keamanan yang Mengancam Stabilitas Negara” Jurnal Global Politik Internasional
Tidak mengherankan, bila melihat secara demografi, jumlah penduduk
ASEAN hampir mencapai 500 juta jiwa,1 1 menjadikan kawasan tersebut
bukan saja sebagai wilayah produksi terbesar obat-obatan terlarang, namun juga sebagai wilayah dan pasar yang cukup potensial bagi para pengedar
narkotika dan obat-obatan berbahaya.
Dengan kondisi seperti ini, maka perdagangan dan peredaran narkotika
serta obat-obatan terlarang bukan saja menjadi ancaman keamanan masing-masing negara anggota ASEAN. Dari sisi yang sama, ia telah menjadi suatu
ancaman keamanan bagi ketahanan regional ASEAN secara luruhan, baik
untuk saat ini maupun pada masa yang akan datang. Hal mengingat
sasaran dari pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang adalah generasi muda yang merupakan generasi penerus bangsa di masa depan. Disamping
itu, dampak yang ditimbulkan dari pengguna obat-obatan ini telah terbukti selain membahayakan kesehatan, ia juga mengubah pergeseran nilai dan
perubahan gaya hidup dengan kemampuan daya beli ( )
generasi muda yang meningkat.1 2
Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya
penggunaan dan pemasokan narkoba ke Asia Tenggara. Bagaimanapun, yang
paling menghawatirkan yaitu pada kenyataannya kawasan Tenggara
dewasa ini termasuk sebagai salah satu pasar potensial bagi obat-obatan terlarang. Dampaknya, masalah peredaran dan penggunaan narkoba
11 h. 78. 12 h. 80.
purchasing power
diperkirakan terus meningkat dapat mengancam kehidupan generasi muda
ASEAN di masa mendatang.
Perubahan gaya hidup sebagian generasi muda diakibatkan oleh
narkoba sangat berdampak buruk, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Ketergantungan yang ditimbulkan oleh zat kandungan narkoba
menjadikan generasi muda hidup dalam alam khayalan, berfi iran pendek dan tidak memikirkan masa depannya. Pada tingkat kecanduan yang sudah akut,
mereka akan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuha ya. Untuk
membiayai ketergantungan kepada narkoba, seseorang memerlukan banyak
biaya untuk membelinya. Akibatnya, para pecandu ini menghalalkan segala
cara dengan mencuri, merampok, menipu, mengedarkan narkoba bahkan bisa
membunuh untuk mendapatkan uang kesemuanya ini merugikan
masyarakat.1 3
Inilah fenomena ketergantungan atas narkoba dan sederetan
kasus-kasus kejahatan sebagai efek dari konsumsi narkoba. Masalah inilah yang perlu dipelajari dan untuk dicari pula bagaimana pemecahannya.
Sejauh ini ASEAN memang bersikap aktif dalam menghadapi
fenomena meluasnya tantangan keamanan non konvensional. Kesiapan
ASEAN dalam menghadapi tantangan keamanan non konvensional relatif
masih rendah. Hal ini dikarenakan belum mampu memberikan
13 Lihat dalam Visi, Misi. Badan Koordinasi Narkotika Nasional dan kebijaksanaan Serta
prediksi yang akurat sehingga dapat memperkecil kemungkinan makin
merebaknya tantangan keamanan non konvensional.1 4
Sebagai wadah kerjasama regional, ASEAN memegang peranan besar
dalam mengatasi fenomena makin maraknya lalu-lintas perdagangan narkoba
di kawasan Asia Tenggara. Pada sidang (AMM)
di Manila pada 26 juni 1976 telah ditandatangani
ini adalah langkah awal
ASEAN untuk menghadapi kasus narkoba.1 5
Selanjutnya pada tahun 1981 dibentuk sebagai
subkomite dibawah (COSD) dan
di Sekertariat ASEAN. Kemudian pada tahun 1984 dalam sidang
tahunannya yang ke-8 di Jakarta, nama berubah
menjadi (ASOD). Tugas ASOD
adalah menyelaraskan pandangan, pendekatan dan strategi dalam
menanggulangi masalah narkoba, melalui konsolidasi. Selain dari pada itu,
memperkuat upaya bersama di bidang penegakan hukum, pe usunan
undang-undang, upaya-upaya preventife, kerjasama internasional dan
peningkatan partisipasi organisasi-organisasi non-pemerintah, seperti melibatkan LSM-LSM terkait yang memiliki akar yang kuat dalam
14 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Deplu RI,
. 2000. h. 17.
Committee on Social Development Narcotic
masyarakat, seperti yang termuat dalam ASEAN
Walaupun demikian, upaya kerjasama yang selama ini terus dilakukan
dengan meningkatkan upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui kerjasama antar negara dan non negara sekalipun. Namun, dalam kenyataannya, kasus-kasus kejahatan narkoba tersebut dari tahun ke tahun terus meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas. Di Indonesia
misalnya, bila dilihat dari segi geografis jumlah pend uknya sekitar 231 juta
jiwa lebih, dengan luas daratan kurang lebih 1,9 juta persegi dan 7,9 juta
km persegi lautan (perbandingan daratan dan lautan adalah 1:4).1 7 Dengan
begitu Indonesia merupakan wilayah yang rawan bagi berkembangnya
masalah penyalahgunaan narkoba, termasuk Ibukota Jakarta juga merupakan
pusat lalu lintas bagi transaksi barang haram ini. Maraknya lu lintas
perdagangan narkoba dan psikotropika di Indonesia juga bermuara pada posisi Indonesia yang terletak diantara dua benua dan ua samudera yang
mengelilinginya, hingga membuat lalu lintas perdaganganpun menjadi rawan.
Bumi Indonesia juga subur untuk kultivasi gelap tanaman ganja.
Lalu lintas perdagangan narkoba di Indonesia juga dapat diidentifikasi
dari data kejahatan narkoba yang ditangani Polri selama tiga tahun terakhir.
Dalam kurun waktu tersebut, diketahui bahwa pada tahun 2005 terjadi 16,252
perkara, kemudian meningkat menjadi 17,355 perkara pada tahun 2006 k
16
Direktorat Jendral kerjasama ASEAN, Deplu RI, , Jakarta 2000, h. 173.
17ASEAN Selayang Pandang Edisi Ke-19, Tahun 2010, Direktorat Jenderal Kerjasama
ASEAN Departemen Luar Negeri, Jakarta: 2010. h. 245.
Declaration of Principles to
Combat the Abuse of Narcotic Drugs.1 6
6,8%), dan pada tahun 2007 sebanyak 22,630 perkara (na 30,4%). Pelaku
kejahatan narkoba yang ditangkap selama tiga tahun terakhir cukup banyak,
pada tahun 2005 sebanyak 22,780 orang, tahun 2006 meningkat menjadi
31,635 orang (naik 91,31%) dan tahun 2007 sebanyak 36, 9 orang (turun
0,63%).1 8 Dengan demikian di Indonesia kasus-kasus penyalahgunaan narkoba cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dari iode tahun
2005-2009. Dalam tulisan ini Penulis membatasi masalah tersebut
dengan melihat data kasus narkoba dari pusat Badan Narkotika Nasional
(BNN). Berangkat dari permasalahan di atas penulis termotivasi untuk
menulis skripsi ini dengan judul
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dideskripsikan
tersebut, tentunya akan sangat luas pembahasannya. Oleh sebab itu guna
mencapai sasaran pembahasan dan ruang lingkup yang jelas, dalam penulisan
skripsi ini penulis ingin merumuskan pembahasan tentang “Kebijakan ASEAN dalam Menangani Masalah di Indonesia”. Perumusan masalah pokoknya dapat diuraikan sebagai ber :
1. Bagaimana Kebijakan ASEAN dalam Menangani Masalah
?
18 Badan Narotika Nasional Republik Indonesia, “
”, 2002, h. 5.
drugs trafficking
Drugs Trafficking
Drugs
Trafficking
Kebijakan dan Strategi Badan Narkotika Nasional dalam Pencegahan dan pemberantasan Penyalahgu an dan peredaran Gelap Narkoba
”Kebijakan ASEAN dalam Menangani Masalah Drugs Trafficking di Indonesia Periode 2003-2008”
2. Bagaimana Implementasi kebijakan ASEAN dalam Menangani Masalah di Indonesia?
3. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan Kebijakan ASEAN
dalam Menangani Masalah ?
1. Mengetahui bagaimana kebijakan ASEAN sebagai organisasi regional antar negara anggotanya dalam mengatasi masalah
2. Melihat sejauh mana implementasi dari kebijakan ASEAN dalam
menangani masalah khususnya di Indonesia.
3. Selain itu juga mengidentifikasikan hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan ASEAN dalam menangani masalah
Beberapa ahli telah membuat tulisan yang berhubungan dengan
permasalahan salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Zarina Othman dalam penelitiannya yang dul “
”,1 9 secara umum tulisan ini juga
membahas peredaran narkoba di kawasan Asia Tenggara salah satunya adalah
Myanmar sebagai negara produsen opium terbesar. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perdagangan gelap narkoba di Myanmar berkembang
19 Zarina Othman, . Akademika 65 : 2004 h.
27.
Drugs Trafficking
Drugs Trafficking
drugs trafficking.
drugs trafficking
drugs trafficking.
drugs trafficking
Myanmar,
Illicit Drug and Security Implication
Illicit Drug Trafficking and Security Implication I.3 Tujuan Penelitian
sangat pesat dan mengancam keamanan negara, meskipun ancaman
transnasional ini menyebar tanpa memperhatikan batas negara, akan tetapi
Myanmar terus melakukan strategi keamanan dengan cara ional. Hal ini
bahwa ancama terhadap manusia selalu memiliki potensi mengancam
stabilitas negara. pada tahun 1998 ASEAN sebagai organisasi regional di
kawasan Asia Tenggara telah menjadikan masalah perdagangan serta
peredaran narkoba sebagai ancaman keamanan regional dan setabilitas
kawasan.
Selanjutnya Yunus Husein meneliti tentang
.2 0 Indonesia bersama 53 negara lainnya masuk dalam kategori ini,
predikat diberikan kepada negara yang lembaga
dan system keuanganya dinilai terkontaminasi bisnis narkotika internasional
yang diasumsikan melibatkan uang dalam jumlah yang sangat besar.
Menurut Yunus Husein selanjutnya, sejarah mencatat bahwa kelahiran
rejim hukum internasional yang memerangi kejahatan pencucian uang
dimulai pada saat masyarakat internasional merasa frustasi dengan upaya
memberantas kejahatan perdagangan gelap narkoba.2 1 Pada saat itu, rezim
anti pencucian uang dianggap sebagai paradigma baru dalam memberantas
kejahatan yang tidak lagi difokuskan pada upaya penangkapan pelakunya,
melainkan lebih diarahkan pada penyitaan dan perampasan harta kekayaan
yang dihasilkan. Logika dari memfokuskan pada hasil kejahatan ini adalah
bahwa motivasi pelaku kejahatan akan menjadi hilang apabila pelaku
20 Yunus Husein,
. Artikel Hukum Pidana, 3 Maret 2006.
21
Major Laundering
Countries
major laundering countries
Hubungan Antara Peredaran Gelap Narkoba dan Tindak Pidana Pencucian Uang
dihalang-halangi untuk menikmati hasil kejahatannya. Melihat kolerasi yang erat antara kejahatan peredaran gelap narkoba sebagai dan
kejahatan pencucian uang sebagai -nya, maka Yunus Husein berasumsi bahwa keberhasilan perang melawan kejahatan gelap
narkoba disuatu negara sangat ditentukan oleh efektifitas rezim anti
pencucian uang di negara itu.2 2
Dalam skripsi ini penulis ingin memfokuskan lebih dalam tentang
fenomena perdagangan narkoba di kawasan regional ASEAN khususnya
Indonesia, dilihat dari kasus penyalahgunaan narkoba yang semakin meningkat dan faktor yang melatarbelakangi semakin berkembangnya
kerjasama antara negara anggota ASEAN. Hal ini melahirkan kebijakan ASEAN dalam upaya mengurangi perdagangan narkoba, untuk
mengembangkan kebijakan tersebut disusun dan disepakati arah kerjasama, aksi, dan strategi dalam menangani masalah narkoba. Serta bagaimana
mengimplementasikan kerjasama tersebut khususnya di Indonesia dan upaya
mengatasi berbagai hambatan yang muncul dalam perjalanan kerjasama
tersebut.
Kerjasama dapat diartikan dalam rangka hubungan bilate l yang
hanya menyangkut masalah dua negara, dan dapat juga diadakan dalam
22
predicate crime
derivative
Ibid
I.5 Kerangka Pemikiran
rangka hubungan multilateral yang menyangkut masalah banyak
negara. Kemudian kerjasama multilateral dibagi pula dalam kerjasama
regional yang terbatas pada beberapa negara-negara kawasan.2 3 Sedangkan menurut K.J Hans J. Morgenthau, region atau kawasan
diartikan sebagai sekumpulan negara yang memiliki kedekatan
geografis karena berada dalam satu wilayah tertentu.2 4
Dalam Tulisan ini penulis menggunakan konsep regionalism,
regionalism merupakan tatanan dunia yang tidak asing sejak Perang
Dingin, bahkan mencapai puncaknya dipertengahan tahun 1980-an.2 5
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Amerika dan Eropa, namun juga di
Asia, khususnya Asia Tenggara yang salah satunya ditunjukkan dengan
adanya ASEAN. Kesadaran regional ini mencerminkan keinginan
bersama negara-negara dalam satu kawasan tertentu untuk menciptakan yang terbaik bagi kawasannya. Berkaitan dengan itu Josep S Nye, Jr.
mendefinisikan kawasan regional sebagai sejumlah negara yang saling
berkait karena hubungan geografis dan derajad interdependensi yang
pembentukannya saling menguntungkan.2 6
Menurut Michael Leifer,2 7 Regionalisme muncul karena berbagai
hal, seperti adanya persamaan tempat tinggal dan identitas atau karena
23
M, Sabir. , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992. h. 15.
24 Craig A Snyder. . Palgrave: Little Brown & CO, 1968.
h. 228.
adanya prospek keuntungan timbal balik bila saling berkerjasama, atau karena adanya kesamaan persepsi mengenai ancaman eksternal. Sama
halnya dengan Joseph S Nye dan Leifer juga melihat bahwa istilah
regionalism bisa mengacu pada suatu bentuk kerjasama negara yang
berada dalam satu kawasan.2 8 Kerjasama tersebut dibangun untuk
mencapai berbagai tujuan. Di satu sisi berguna sebagai wadah untuk
melakukan respon terhadap tantangan dari luar kawasan untuk
mengkordinasikan posisi regional dalam institusi internasional atau
dalam forum negosiasi. Disisi lain, berguna sebagai wadah untuk
mencapai kesejahteraan untuk mempromosikan nilai-nilai bersama dan untuk memecahkan masalah bersama terutama yang muncul
semakin meningkatnya interdependensi regional. Dari sinilah lahir
sebuah keinginan bersama negara-negara dalam satu region untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dapat mengganggu stabi itas
kawasan.
Terjadinya peningkatan perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang di kawasan Asia Tenggara ini telah menjadi suatu ancaman
baru, terutama bagi generasi mendatang. Ancaman ini di dalam studi
politik keamanan internasional dikategorikan sebagai masalah
keamanan non-konvensional. Istilah keamanan bukan dalam
28
I.5.2 Konsep Keamanan
pengertian keamanan militer saja, melainkan suatu upaya untuk
membangun tatanan regional yang berujung pada integras ekonomi
melalui konsepsi komunitas ekonomi, dari sisi politik keamanan
menjadi satu konsep komunitas keamanan ASEAN. Masalah akan
menjadi tantangan besar bagi perkembangan ASEAN di masa
mendatang, oleh karena beberapa faktor.2 9
Faktor pertama adalah bahwa hakekat dari masalah keamanan
nonkonvensional itu sendiri, yaitu sukar untuk dirumuskan, bahkan
sering muncul sebagai masalah “baru”. Beberapa masalah keamanan
nonkonvensional seperti misalnya migrasi gelap ( )
ataupun perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang seyogyanya sudah mendapatkan perhatian baik oleh pengamat maupun pemerintah.
Disamping itu, terdapat tantangan lain, seperti ancaman terhadap
lingkungan hidup dan terorisme internasional, dengan masing-masing karakter dan akar permasalahanya yang terus berkembang. Selain dari
itu sumber dan ragam dari masalah tantangan keamanan
nonkonvensional tersebut juga diperkirakan akan terus bang
seiring dengan tren yang sedang dan akan terus berlangsung di dunia
internasional, seperti pelaksanaaan demokrasi, hak asasi manusia serta
sistem perdagangan dan moneter yang bebas dan terbuka.3 0
Faktor kedua yang merumitkan penanganan ialah masalah
keamanan nonkonvensial adalah kecenderungannya sebagai isu lintas
29 A.K.P Mochtar. “ ”, CSIS Jakarta, 1999.
h. 46.
30
illegal migration
negara ( ). Misalnya kasus-kasus migran gelap, perdagangan narkotika, ancaman terhadap lingkungan hidup atau menipisnya
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (
). Dampak yang ditimbulkan oleh permasalahan nonkonvensional tersebut pada umumnya tidak terbatas pada satu
negara, tetapi cenderung melibatkan negara lain.3 1
Sementara itu, menurut Barry Buzan (1998) dalam penelitiannya
ia membagi keamanan ke dalam lima dimensi atau sektor, yaitu politik,
militer, ekonomi, dan lingkungan.3 2 Tiap-tiap sektor keamanan tersebut memiliki unit keamanan, nilai ( ), dan
karakteristik dan ancaman yang berbeda-beda. Secara umum, penelitian yang dilakukan oleh Buzan hanya memfokuskan pada empat
dimensi atau sektor keamanan saja, yaitu politik, militer, ekonomi, dan
sosial ( ).3 3
Berkaitan dengan keempat dimensi keamanan tersebut, masalah
peredaran obat-obatan terlarang sebagai bagian dari kejahatan
transnasional ( ) dilihat sebagai isu keamanan.
Menurut Alan Dupont,3 4 hal ini didasarkan atas empat proposisi
diantaranya: , kegiatan-kegiatan kejahatan transnasional dapat menjadi ancaman langsung terhadap kedaulatan politik suatu negara
karena kapasitas dari kegiatan-kegiatan tersebut mampu melemahkan
otoritas dan legitimasi pemerintahan di suatu negara. , adalah
menurutnya legitimasi dan otoritas negara tersebut akan menyebabkan
maraknya tindakan korupsi yang merupakan bagian dari strategi aktor -aktor kejahatan transnasional untuk mempertahankan bisnis ilegal
mereka. Hal ini pada giliranya menimbulkan ancaman di bidang
ekonomi. , meningkatnya kekuatan koersif dari sindikat
kejahatan tersebut, pada tingkat internasional, dapat mengancam
norma-norma dan berbagai institusi yang berperan untuk menjaga tatanan global. , kejahatan transnational tersebut juga dapat
menghadirkan ancaman yang bersifat militer terutama jika berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan dari berbagai kelompok pemberontakan internal di dalam negara.
Bagi banyak negara berkembang seperti Indonesia misalnya, isu
perbatasan negara dan keamanan nasional kerap menjadi
yang sangat dilematis. Aspek pertahanan yang merujuk kepada
kemampuan untuk mengatasi berbagai ancaman militer yang berasal
dari lingkungan internasional akan berbaur dengan aspek ancaman non
militer. Tidak seperti negara maju lainya, negara-negara berkembang harus menghadapi sekaligus berbagai isu pembangunan ekonomi,
sosial budaya dan politik yang begitu rumit dan terkait erat dengan
stabilitas internal serta kemampuan aspek pertahanan negara untuk
melindunginya dari berbagai kemungkinan ancaman militer yang Kedua
Ketiga
berasal dari lingkungan eksternal. Sedangkan tindakan liter dalam
menumpas perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang bukan merupakan sarana yang efektif dalam menanggulangi masalah ini.3 5
Dengan demikian kerjasama internasional antara lembaga-lembaga
terkait di masing-masing negara perlu lebih dikedepankan dalam
mencegah perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang.
Konsep keamanan telah didefinisikan dalam kerangka
geo-politik, yang mencakup berbagai aspek seperti “ ,
”.3 6 Digunakannya istilah “ ”
dalam masalah ancaman ini dengan tujuan agar supaya masalah ini
mendapatkan perhatian serius dari negara-negara lain khususnya yang tergabung dalam ASEAN. Bahaya terhadap ancaman keamanan ini
pada hakekatnya cenderung bersifat transnasional yang
bahaya alam, ekonomi, pembangunan dan sosial-politik. Misalnya, masalah perdagangan gelap narkoba.3 7
Apabila meninjau keadaan ASEAN pada saat ini, dapat dilihat
bahwa baik sebelum terjadinya krisis ekonomi maupun sesudahnya,
pembangunan politik dan ekonomi di masing-masing negara tidak merata, bahkan sebagai akibat krisis, masing-masing negara masih berada pada tahap yang cukup rentan dalam proses pemba n
35 Anak Agung Banyu Perwita “
” makalah disampaikan dalam seminar Nasional
“ ” Bandung, 10
balancing dan military strategy security
Problematika Hubungan TNI dan POLRI dalam Menangani Terorisme dan Kejahatan Lintas Batas
Memperkuat Hubungan TNI-POLRI dalam Kerangka Keamanan Nasional
Problematika Hubungan TNI dan POLRI dalam Menangani Terorisme dan Kejahatan Lintas Batas Ibid,
bangsa. Oleh karenanya ketahanan masyarakat terhadap proses
globalisasi masih sangat lemah. Sebaliknya dengan adanya kemajuan
ekonomi akan mendorong terjadinya pergeseran nilai-nilai hidup di dalam masyarakat, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif dari
modernisasi.
Dengan demikian tantangan keamanan pada umumnya bersifat
tidak langsung dan cenderung berawal dari keadaan atau
perkembangan di dalam negeri, yang arah dan perkembanganya tidak
terlepas dari kecenderungan-kecenderungan globalisasi. Dengan kata lain, masalah keamanan non-konvensional cenderung bersifat laten, dinamis dan multidimensial, yang implikasinya tidak hanya terbatas
pada suatu negara, tetapi lintas negara.3 8
Konsep sudah berkembang sejak didirikannya
Palang Merah Internasional ( ) pada tahun
1896.3 9 kemudian dalam perkembangan waktu, konsep ini disahka
melalui Piagam PBB pada tahun 1945 yang disusul oleh
pada tahun 1948. Sedangkan istilah
untuk pertama kalinya diperkenalkan dalam
38 A.K.P Mochtar, Loc.Cit. h. 47-50.
39 Human Scurity: (April 1999) dalam
http://www.summit-americas-org/Canada/Humansecurity-english.html, diakses pada tanggal 28 juni 2010.
I.5.3 Konsep Human Security
human security
International Red Cross
Deklarasi
Universal Hak-hak Asazi Manusia
human security Human
Development Report United Nation
Human Development Report 1993. tahun 1994, yang dikeluarkan oleh
(UNDP).4 0
Sebagaimana yang dijelaskan dalam laporan tersebut, ba
konsep dari menekankan pada pentingnya empat
karakteristik utama. Pertama, yaitu bahwa konsep keamanan manusia
itu haruslah universal artinya relevan untuk semua orang baik di
negara kaya maupun miskin. Kedua, adalah . Ketiga,
yang akan lebih terjam in melalui pencegahan daripada
intervensi dan keempat, berbasis pada rakyat ( ). Hal ini
berhubungan dengan bagaimana orang dapat hidup bebas di
masyarakat dilain pihak. Bila dijabarkan lebih lanjut, berdasarkan
identifikasi UNDP pada tahun 1994 terdapat tujuh komponen
yaitu keamanan ekonomi ( ),
keamanan pangan ( ), keamanan kesehatan (
), keamanan lingkungan hidup, keamanan pribadi
( ), keamanan komunitas ( ),
keamanan politik ( ).4 1
Mengingat masalah keamanan manusia merupakan suatu konsep
yang problematis, khususnya bila ia dijadikan sebagai ian dari
analisis atas keamanan internasional, maka bentuk keamanan inipun
memiliki agenda yang berbeda. Biasanya ia menjadi isu
internasional maupun keamanan yang hanya ditafsirkan sebagai
40
41 United Nation Development Program, Oxford
pemahaman dalam konsep keamanan militer. Namun dalam
pemahaman ini, keamanan bagi suatu negara tidak hanya
paut kepada keamanan militer belaka tetapi hal ini memiliki makna
untuk kelangsungan hidup manusia. Sementara itu, identitas
merupakan kunci dari pemahaman keamanan bagi suatu bangsa.
Dengan demikian ruang lingkup lebih luas daripada
karena tidak terjaminnya keamanan manusia, pada dasarnya dapat memberi dampak ancaman terhadap seluru umat
manusia yang bersifat global. Hal ini dapat dikatakan bahwa
merupakan salah satu bagian dari .4 2
Masalah keamanan tradisional ini sudah tidak terlalu dominan, karena hal ini disebabkan terjadinya pergeseran dari isu-isu keamanan
konvensional menuju isu non konvensional.4 3 Artinya konsep-konsep
keamanan seperti tersebut diatas perlu diredefinisikan kembali, karena
mencakup semua aspek kehidupan manusia. Konsep keamana
manusia inipun semakin mendapat perhatian sebagai salah satu cara
pendekatan keamanan. Konsep ini juga berusaha menggeser pemikiran keamanan dari dominasi kedaulatan negara ke arah keamanan manusia
yang mencakup masalah kesejahteraan sosial, perlindungan hak-hak kelompok masyarakat, kelompok minoritas, anak-anak, wanita dari kekerasan fisik, masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik.
42
Muladi,
, Makalah disampaikan dalam seminar Nasional dalam Memperkuat Hubungan TNI-POLRI dalam Kerangka Keamanan Nasional, Bandung: 11 September 2007.
43Landry Haryo Subianto, “ ” dalam Analisis
CSIS, . Jakarta 1999. h. 106.
human security
national security
national
security human security
Problematika Hubungan TNI dan POLRI dalam Menangani Terorisme dan Kejahatan Lintas Batas
Salah satu masalah yang termasuk ke dalam kategori ancaman
keamanan non tradisional yang terjadi di kawasan Asia enggara
khususnya Indonesia adalah perdagangan narkoba. Meski pada
awalnya Indonesia hanya dijadikan daerah transit perdagangan narkoba oleh para aktor peredaran narkoba, namun pada akhirnya Indonesia
pun dijadikan sasaran perdagangan narkoba. Dengan kata lain, masalah
perdagangan narkoba ini terus berkembang di kawasan Asia Tenggara.
Ancaman serius ini tentu tidak hanya terjadi dalam negara satu kesatuan kawasan, namun sudah menjadi ancaman serius bagi
keamanan manusia ( ), terutama sumber daya generasi
muda.
Selain itu konsep menekankan pada hakekat
manusia sebagai individu maupun kelompok dalam keseluruhan
kerangka keamanan. Persoalan apabila diabaikan akan
melemahkan sumber daya manusia. Terutama di negara-negara berkembang yang masih berada dalam masa transisi polit diliputi
berbagai masalah disintegrasi bangsa, krisis ekonomi berkepanjangan,
konflik etnis, serta merebaknya korupsi diantara para pejabat
pemerintahan dan aparat penegak hukum. Berbagai persoalan domestik
ini juga meningkatkan berbagai ancaman terhadap .4 4
Karena perkembangan isu-isu global yang terkait dengan
bersifat transnasional (lintas-batas), maka berbagai ancaman
44 h. 107.
human security
human security
human security
human security
human
security
terhadap tidak hanya menjadi persoalan domestik suatu negara. Akan tetapi, ancaman ini juga merupakan masalah dalam
hubungan internasional. Tidak ada satu negarapun yang membatasi diri
terhadap persoalan yang mengancam mengingat
ancaman ini tidak mengenal batas-batas teritorial (transnasionalisasi ancaman). Oleh sebab itu dalam upaya menangani ancaman ini, perlu
ditingkatkan kerjasama antar negara dan antar aparat negara maupun
aktor non-negara. Misalnya ia meliputi sumber daya manusia, organisasi non-pemerintah, akademisi, serta organisasi regional dan internasional dalam merumuskan strategi keamanan secara gelobal
baik itu di lingkup domestik, regional, maupun di ling
internasional. Dengan demikian, berdasarkan sifat-sifatnya isu-isu global yang lintas-batas teritorial (transnasional/antarnegara) diperlukan kerjasama Internasional yang dilandasi dengan
pembentukan berdasarkan pada perluasan peran
masyarakat ( ), dari berbagai aturan diciptakan secara
bersama melalui hubungan antarpemerintah dan antar masyarakat.4 5
Dalam perkembangan selanjutnya, juga
dituangkan dalam yang menjadi konsep program
kerja ASEAN dalam mengoperasionalkan “
”.4 6 Program ini mengembangkan serta
45 Caballero-Anthony, Mely. “
” , Vol.XXVIII, No.4. 2000. h. 1-3.
46 http://www.aseansec.org/5804.htm, The 21st
Jakarta, 6-8 April 1998, di akses pada tanggal 30 juni 2010. human security
Human Security and Comprehensive Security in ASEAN The Indonesian Quarterly
mengimplementasikan berbagai program strategis dalam menangani
masalah narkotika dan obat-batan terlarang. Tujuan tersebut ialah
untuk meningkatkan kegiatan pencegahan penyalahgunaan ba
dengan (berbasiskan masyarakat), pemberdayaan
generasi muda untuk melawan penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba dan zat psikotropika. Selain itu, diadakan
dalam konseling untuk meningkatkan kemampuan
interpersonal melalui pendidikan mengenai masalah narkoba,
penyuluhan, pencegahan, sosialisasi, pelayanan terapi rehabilitasi
bagi para pengguna narkoba.
Penelitian ini bersifat deskriptif di mana suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada.4 7 Sedangkan menurut Whitney (1960) yang dikutip Mohammad Nazir, mengatakan bahwa
penelitian deskriptif yaitu mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk
tantangan hubungan, kegiatan, serta proses-proses yang sedang berlangsung
47
Nazir Mohammad, , Ghalia Indonesia : Jakarta 1988. h. 63. community-based
Training of
Trainers
dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.4 8 Selanjutnya penelitian penulis tentang kebijakan ASEAN dalam menangani masalah
merupakan penelitian deskriptif kualitatif, bertujuan ntuk memberikan
deskripsi secara kompherensip, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ada diselidiki dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Analisis ini memaparkan penjelasan data dan berbagai informasi lainnya untuk menjawab pertanyaan permasalahan penelitian ini. Hal yang
akan dipaparkan kemudian dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan
masalah di Asia Tenggara, dan kebijakan yang dilakukan oleh ASEAN dengan merujuk kepada kebijakan lain yang telah dilakukan
oleh masing-masing negara anggota ASEAN khususnya Indonesia. Selanjutnya akan dilihat sejauhmana keberhasilan kebijakan-kebijakan tersebut yang sudah diterapkan.
Dengan penekanan pada kejadian-kejadian penting selama perjalanannya, penelitian ini sementara menemukan data mengenai
di Indonesia yaitu dalam bentuk data statistik. Teknik
pengumpulan data yang dipakai adalah studi pustaka yang merujuk pada data
skunder yaitu berupa buku-buku, jurnal, artikel, makalah, skripsi, tesis dan situs internet yang relevan dengan masalah yang akan dibahas. Sedangkan
data primer, peneliti melakukan serangkaian wawancara kepada pihak yang
mendalami masalah kerjasama ASEAN dalam menangani
tersebut.
48 h. 63-65.
dugs trafficking
drugs trafficking
drugs
trafficking
dugs trafficking
I.7 Sistematika Penulisan
rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Membahas permasalahan di kawasan regional
ASEAN khususnya di segitiga emas dan dampaknya terhada
yang mengancam keamanan manusia itu sendiri
dampak dari ini juga dilihat dari berbagai
dimensi yaitu seperti dimensi politik, ekonomi, sosial, budaya,
kesehatan, keamanan, penegak hukum.
Berisikan gambaran umum masalah di
Indonesia. Diantaranya yaitu melihat sejauh mana masalah
di Indonesia, jenis-jenis narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia, produksi dan jalur peredaran
di Indonesia.
Kebijakan ASEAN dalam menangani masalah narkotika dan
obat-obatan terlarang. Bab ini pula menjelaskan kebijakan ASEAN serta realisasi dan perkembanganya. Selain itu juga
dijelaskan tentang implementasi kebijakan ASEAN dalam
menangani masalah narkoba khususnya di Indonesia. Dan
mengidentifikasikan hambatan dalam pelaksanaan kerjasama
BAB II
PERMASALAHAN DRUGS TRAFFICKING DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUMAN SECURITY
II.1 Gambaran Umum MasalahDrugs Trafficking
Maraknya masalah peredaran dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Obat-obatan seperti
4 9
telah digunakan sebagai keperluan pengobatan. Pada akhir
abad ke 19 dengan semakin berkembangnya ilmu kimia dan farmakologi,
masyarakat mensintesiskan berbagai zat yang sangat kuat dan bersifat amat
yang dapat mengakibatkan kecanduan yang sangat akut misalnya
coccain dan heroin. Semakin berkembangnya zaman terdapat pula penemuan
alat suntik ( ) yang disalahgunakan masyarakat untuk
menyuntikkan obat-obatan tersebut sehingga mengakibatkan efek yang lebih kuat dan semakin meningkatkan resiko ketergantungan obat-obatan tersebut
yang lebih serius.5 0
Masalah narkotika dan obat-obatan terlarang telah menjadi sebuah fenomena global, dampaknya telah merambah kehampir semua negara di
belahan bumi, meskipun tingkat ancaman dan karakterist berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Masalah yang termasuk kedalam
kategori ancaman keamanan non tradisional terhadap keamanan di kawasan
49
Asia Tenggara, khususnya keamanan di kawasan Indonesia dalam bentuk
. Meskipun pada awalnya Indonesia hanyalah dijadikan
daerah transit perdagangan narkoba oleh para aktor pengedar narkoba.
Secara umum, masalah narkotika dan obat-obatan terlarang pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian yang saling itan:5 1 pertama
masalah produksi obat secara illegal, kedua perdagangan secara illegal, ketiga penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Produksi obat-obatan secara illegal itu melalui proses pembudidayaan dimana tanaman yang menjadi bahan baku
utama untuk pembuatan obat-obatan berbahaya seperti tanaman sebagai
bahan baku , sebagai bahan baku heroin dan cannabis
(ganja) yang diolah menjadi hashish maupun marijuana dan proses
pengolahan ( ) bahan baku tersebut hingga siap untuk
diperdagangkan dan dikonsumsi. Perdagangan illegal merupakan segala
kegiatan pasca panen maupun paca pengolahan hingga sampai ke tangan para
pengguna ( ) yang meliputi aktifitas pengangkutan, penyelundupan,
dan perdagangan obat-batan terlarang tersebut. Sedangkan
merupakan mata rantai terakhir dari masalah narkoba, yaitu penggunaan obat
-obatan berbahaya oleh konsumen yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan
yang berdampak serius diakibatkan oleh penyalahgunaan seperti
meningkatnya tingkat kejahatan dan tindak kekerasan, serta memburuknya
kondisi kesehatan sehingga rentan terhadap berbagai penyakit seperti
HIV/AIDS dan hepatitis.
51
drugs trafficking
coca
coccain opium poppies
manyfacture
customers
Drugs Abus
Masalah narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia merupakan masalah serius yang harus ditangani dan dicarikan jalan penyelesaiannya
dengan segera. Banyak kasus yang diakibatkan dari masalah ini sehingga
menyebabkan banyak kerugian, baik materi maupun non-materi. Maraknya lalulintas perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia bermuara pada posisi Indonesia yang terletak diantara benua dan dua
samudera. Dua samudera inilah justru membuat lalulintas perdagangan
barang haram ini menjadi rawan.
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia secara umum disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:5 2 pertama, ketersediaan obat-obatan dan narkotika secara luas dan bebas di pasaran dalam masa krisis sekarang ini, narkotika merupakan komoditi yang diperjual
belikan karena menghasilkan keuntungan yang sangat besar sehingga
peredaranya meluas kehampir semua lapisan masyarakat. Kedua, dampak
krisis ekonomi dan moneter yang melanda negara-negara di kawasan Asia
Tenggara khususnya Indonesia menyebabkan banyaknya permasalahan baik itu dalam lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun negara.
sebagai dampak krisis ternyata tidak lebih ringan dari pada faktor
ekonominya. Meningkatnya pengangguran, maraknya tindak kekerasan dan
kejahatan. Sebagian dari hal ini disebabkan oleh semakin maraknya bisnis
obat-obatan terlarang. Perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang dapat menghasilkan uang dengan cepat. Faktor ketiga, adalah semakin banyak dan
52
Social-Cost
beragamnya kesempatan dan pilihan untuk menggunakan dan memakai
narkotika dan obat-obatan. Faktor keempat, konsumsi narkoba telah cenderung menjadi gaya hidup pada sebagian orang, terutama para
professional dalam kaum selebritis, telah menjadikan penyalahgunaan obat -obatan terlarang sebagi bagian dari gaya hidup mereka. Hal disebabkan
oleh semakin menipisnya penghayatan agama dan peran para tokoh agama
serta derasnya arus informasi.
Pada awal tahun 2000 menurut data dari
(UNODC)5 3 menyatakan, bahwa lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia telah menyalahgunakan narkoba. Kalau ini setiap negara
menyatakan bahwa orang-orang yang telah menyalahgunakan narkoba semakin meningkat, maka data 200 juta kini tentu sudah terlampaui.
Perkiraan ini mungkin saja terjadi mengingat indikator maraknya peredaran
dan produsen gelap narkoba sering terbongkar dengan ju uang sangat
mencengangkan. Indikator terbongkarnya peredaran dan produsen gelap
narkoba dalam jumlah yang sangat besar itu menunjukan bahwa konsumen
terus bertambah. Sebagaimana hukum pasar mengatakan ada ada
artinya semakin banyak permintaan maka semakin meningkat
pasokan.
Tahun 2006 merupakan tahun campuran bagi pengawasan narkoba
internasional. Kabar baiknya adalah kesuksesan negara-negara Segitiga Emas, khususnya Laos yang berhasil memotong produksi opium gelap hampir ke
53 Badan Narotika Nasional Republik Indonesia,
. 2009. h. 23.
United Nation Office On
Drugs and Crime
demand
supply
tingkat yang biasa dikatakan tidak ada. Namun pencapaian tersebut
dibalikkan lagi oleh kabar buruk dari Afghanistan. Produksi opium
Afghanistan yang diperkirakan menyumbang 92% dari total supplay dunia,
naik hingga 49% dengan rekor 6.100 ton.5 4 UNODC telah memperingatkan
negara-negara Barat untuk bersiap-siap menghadapi peningkatan kasus-kasus
over dosis sebagai akibat dari peningkatan kemurnian heroin.
atau segi tiga emas adalah sebuah kawasan
yang terletak di Asia Tenggara. Segi tiga emas ini terdiri dari daerah
Thaiand utara, Laos bagian Barat, dan Myanmar bagian Timur. Di
kawasan inilah narkotika, heroin, dan amphetamine diproduksi dan disebarkan keseluruh penjuru dunia.5 5 Bisnis dengan keuntungan
berlipat-lipat ini membuat pelaku-pelaku utamanya, khususnya di kawasan Myanmar sangat sulit ditaklukkan. Junta militer Myanmar
bahkan cenderung mengambil garis lunak dan memberi otonomi bagi etnis Wa yang dikenal sebagai produsen utama amphetamine. Dari
kawasan segitiga emas ini obat-obatan terlarang kemudian disalurkan ke Thailand. Jalur lainnya ialah melalui Yunan, Guang Dong,
Hongkong, dan Macao di China. Jalur transit lain adalah Vietnam, Kamboja, dan Philipina dan dari kawasan ini obat-obatan terlarang
54
55 Bambang Cipto,
: Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2007. h. 228.
II.1.1 Masalah Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Segi Tiga Emas (Golden Triangle)
The golden triangle
Ibid
tersebut akan diedarkan ke seluruh dunia termasuk ke Asia, yang mulai
meningkat daya serapnya terhadap amphetamine.5 6 Di bawah ini
adalah negara yang termasuk dalam kawasan :
II.1.1.1 Laos
Laos yang tadinya Negara produsen opium nomor tiga terbesar
di dunia, telah melakukan pencapaian besar di tahun 2006, dimana
dapat dikatakan menjadi bebas opium dengan penurunan jumlah
penanaman opium hingga 93% melalui upaya yang dilakukan sejak
tahun 1998. UNODC berkerjasama dengan pemerintah Laos
merencanakan strategi nasional yang baru “Pendekatan Seimbang
untuk Mempertahankan Penghapusan Opium di Laos PDR (2006
-2009)” yang difokuskan pada kegiatan ,
peningkatan kesadaran masyarakat dan penegakan hukum.
dan pemerintah Laos juga terus melanjutkan dukungan bagi program
terapi dan rehabilitasi para pecandu opium di 10 Propinsi di Wilayah
Utara. Dalam tahun 2005-2006. lebih dari 8.250 orang mendapatkan perawatan dengan angka relapse yang relatif rendah.
II.1.1.2 Myanmar
Myanmar yang merupakan negara produsen opium nomor dua
di Dunia, dengan melihat kondisi geografis, iklim dan situasi politik di
Myanmar telah memotivasi perkembangan penanaman opium, sebagai
salah satu jenis tanaman yang diandalkan oleh kaum mil separatis
56
golden triangle
alternative development
untuk membiayai perjuangan militer dan politik mereka. Fenomena ini
terjadi pada dekade 1970-an dan kawasan perbukitan Shan di Myanmar dijadikan episentrum penanaman opium, karena mampu
memproduksi 90 persen heroin yang beredar di kawasan
. Pada periode 10 tahun selanjutnya, yaitu tahun 1987 sampai
tahun 1997, telah terjadi peningkatan produksi heroin yang cukup
signifikan di Myanmar, dari yang semula hanya 835 ton 87)
menjadi 2.365 ton (1997).5 7
Selanjutnya, dengan melihat fenomena di atas Myanmar
berusaha untuk mengikuti program pengurangan penanaman opium di
tahun 2006. UNODC meluncurkan proyek dukungan masyarakat,
memperkenalkan inisiatif pengurangan permintaan atas narkoba dan
membantu untuk menyediakan program terapi dan rehabilitasi bagi
para pecandu opium di negeri tersebut. Di Myanmar penanaman opium
turun hingga 34% dari sebelumnya 130.000 ha di tahun 1998 menjadi
21.500 ha. Program UNODC dalam pengurangan permintaan
memberikan program perawatan dan detoksifikasi bagi para pecandu
narkoba di lima wilayah kota Mong Pawk dan Distrik Wein Kao.
Antara tahun 2004 hingga Juli 2006 telah dilakukan perawatan kepada
lebih dari ratusan pecandu dan memberikan bantuan konseling bagi
57 Fredy B. L. Tobing,
, dalam , Vol 5 No1 November 2002. h. 79. the golden
triangle
keluarga. Selain itu juga UNODC juga menjadi badan yang memberi
dukungan bagi permasalahan HIV/AIDS.5 8
II.1.1.3 Thailand
Kawasan Segitiga Emas, yang terletak antara perbatasan
Thailand, Laos, dan Myanmar, dikenal luas sebagai pusat narkotik di
kawasan Asia Tenggara. Kaum menanam opium dan
mengolahnya menjadi heroin di kawasan sulit, yang jauh dari
jangkauan operasi aparat keamanan. Juga tak terelakkan, Thailand
masuk dalam jangkauan jaringan mafia narkotik internasional.
Kemajuan teknologi telekomunikasi dan transportasi telah
dimanfaatkan kaum mafioso untuk memperluas jaringan ke iatannya
pada skala global.5 9
Ancaman narkotika telah menimbulkan kerisauan luas karena menjadi salah satu bahaya terbesar dunia, terutama bagi generasi
muda. Tidak mudah pula menghancurkan jaringan produksi dan
pengedaran narkotika. Perdagangan narkotika memang termasuk bisnis menggiurkan. Operasi pemberantasan jaringan mafia narkotika
bertambah sulit karena adakalanya pejabat pemerintah dan aparat
keamanan sering tergoda oleh penyuapan. Keprihatinan tentang bahaya
narkotika cenderung meluas. Korban narkotika tidak pandang bulu. Thailand juga termasuk negara yang paling dekat dengan
kawasan segitiga emas. Tahun 2003 Perdana Menteri Thaksin
58http://www.myanmar-narcotic.net/eradication/coop7.htm. diakses tgl 25-09-2010.
59 H Sumarmo Ma’sum, .
Jakarta: CV Haji Masagung 1987. h. 36-40.
mafioso
Sinawarta giat melancarkan perang terbuka terhadap jaringan obat
-oatan terlarang di negerinya. Pemerintah Thailand menetapkan target
bahwa dalam kurun waktu tiga bulan sejak awal Pebruari 2003 perang
ini akan berakhir dengan kemenangan dipihak pemerintah.
Pelaksanaan kebijakan ini ternyata menuai protes publi karena
penangkapan dan pelaksanaaan eksekusi terhadap mereka
dituduh terlibat dalam jaringan obat-obatan terlarang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak azasi manusia.6 0
Salah satu program UNODC di Thailand, CBT (
), meraih UN2 1 Award untuk kategori proyek PBB
terbaik di tahun 2006. dengan mempromosikan standarisasi pendataan
laboratorium sebagai sumber referensi utama, UNODC memberikan
bantuan untuk memperkuat pengawasan prekursor dan peningkatan
kemampuan mereka dalam mengenali narkoba. cairan
dari tumbuhan, adalah yang digunakan di laboratorium
gelap untuk memproduksi narkoba. UNODC memungkinkan
penelitian pertama di Thailand atas kandungan yang sangat kaya dalam
hingga dilaksanakannya operasi internasional mengenai
ATS oleh INCB. hasil dari penelitian ini akan membant
negara-negara dalam mengembangkan mekanisme untuk mencegah
60
Computer
Based Training
Safrol, ekstrasi
prekursor
safrol
prekursor