UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM
MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Oleh :
M. Zaki Mubarok
NIM. 104053002021
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH
KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh
M. Zaki Mubarok
NIM: 104053002021
Pembimbing,
Noor Bekti Negoro, SE. STP. M,Si. NIP: 150293230
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R
MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) pada Program Studi Manajemen Dakwah.
Jakarta, 25 Juni 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota, Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Study Rizal LK, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA
NIP:150262876 NIP: 150287029
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA Drs Sugiharto, MA
NIP: 150270815 NIP: 150277690
Pembimbing,
ABSTRAK
M. Zaki Mubarok
Pengaruh Implementasi “The Seven Habits Stephen R Covey” (Tujuh Kebiasaan Manusia
Yang Efektif) dalam Upaya Mengembangkan Organisasi pada Remaja Islam Masjid
Agung Sunda Kelapa (Riska)
The seven habits Stephen R Covey (tujuh kebiasaan manusia yang efektif) adalah buku yang membahas mengenai motivasi untuk dapat hidup lebih baik melalui tujuh kebiasaan yang sering kali kita lakukan yaitu proaktif, merujuk pada tujuan akhir, dahulukan yang utama, berpikir menang/menang, berusaha mengerti baru dimengerti, wujudkan sinergi, asahlah gergaji. Dalam hal ini RISKA berusaha untuk mengimplementasikan ketujuh kebiasaan tersebut dalam mengembangkan organisasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh implementasi the seven habits yang telah diterapkan oleh remaja RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara ketika nilai realita semakin mendekati nilai ideal, maka organisasi tersebut telah menerapkan tujuh kebiasaan yang di utarakan oleh Stephen R. Covey. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang dilakukan terhadap remaja masjid RISKA dengan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan yang bervariasi.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, Rabb yang maha pengasih
dan penyayang, sehingga atas karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik.
Sholawat beriring salam semoga selalu tercurah kepadakhoirul basyar, sang pemimpin
umat dari dunia sampai ahkirat panutan umat dari hidup sampai akhir hayat, dialah Nabi besar
Muhammad SAW.
Subhanallah wal hamdulillah…Hanya karena bimbinganNya lah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, walaupun sangat disadari banyak terdapat kekurangan dan sangat
jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga banyak manfaat yang terdapat pada
skripsi ini bagi orang lain khususnya bagi penulis. Karena itu kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat diharapkan agar dapat tercapainya penysunan skripsi yang lebih
bermanfaat.
Tak lupa pula, penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung terselesaikannya penyusunan skripsi ini, diantaranya kepada :
1. Ibunda Hj. Sumiati dan Ayahanda H. Chaerudin yang telah mencurahkan semua perhatian
dan cinta kasihnya selama ini, masukan dan arahannya sungguh bijak sehingga mereka
dapat menjadi inspirator utama dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban MA, sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
masukan dan idenya ketika penulis menjadi pengurus BEM. Dan juga Drs Cecep
Sastawijaya MA, selaku sekretaris jurusan Manajemen Dakwah (MD).
4. Noor Bekti Negoro M,Si., orang yang paling dekat dengan penulis karena sebagai dosen
pembimbing, beliau sudah sangat bijaksana dalam memberikan bimbingan, teima kasih
banyak atas semua arahan dan masukannya, semoga amal baik bapak senantiasa mendapat
pahala yang berlimpah dari Allah SWT.
5. Tak lupa ucapan terima kasih dihaturkan kepada seluruh Staf Perpustakaan, baik
Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas.
6. Andhika, selaku ketua Remaja Islam Masjid Sunda Kelapa (RISKA), dan teman-teman
yang ada di RISKA terima kasih telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
melakukan penelitian dan juga atas kesediaannya untuk diwawancarai oleh penulis ditengah
kesibukannya.
7. Teman-temanku dirumah yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini,
Abdul Gonjet, kang ucup, mas Aman dll, terima kasih atas semuanya.
8. Teman-teman MD A dan B angakatan 2004, Ojek, Jayus, Dini imut, Icha, dkk yang
laiannya, special untuk “Tonx-tonx Group” (Fatur, Ajie, Ayi) mohon maaf lahir batin kalau
selama kita bersahabat banyak khilaf dan dosa yang telah dilakukan, semoga kelak kita
akan menjadi orang yang lebih baik lagi.
9. Teman-temen MD A&B angkatan dari angkatan 2005-2007, Rian, Thamren, Adhe, Evi,
Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam
berorganisasi selama ini.
11. Sa’idatul Awaliyah , tempat penulis bersandar ketika suka maupun duka, terima kasih atas
perhatian dan motivasinya selama ini.
12.Yang paling ku nanti, ucapan terima kasih dan mohon maaf lahir bathin buat teman-teman
Forum Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA) ESQ 165, Firna, Githa, Isty, Ilung,
Wawan,Fadhel, Rosy, Ficky dan teman-teman yang lain kalian adalah sahabat tanpa celah
yang aku pernah miliki.
Semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, doa dan harapan kita semua, senatiasa
mendapatkan pahala setimpal dari Allah SWT, dan semua angan dan cita-cita dapat tercapai
sempurna. Amin.
Jakarta, Juni 2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR LAMPIRAN ...vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
D. Metodologi Penelitian ... 7
E. Subyek dan Obyek Penelitian... 8
F. Teknik Pengumpulan Data ... 9
G. Variabel Penelitian ... 10
H. Definisi Perasional Variabel... 10
I Teknik Analisa Data ... 18
J. Tinjauan Pustaka ... 19
K Sistematika Penulisan... 20
BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori The Seven Habits ... 22
1. Pro Aktif ... 25
2. Merujuk Pada Tujuan Akhir ... 31
3. Dahulukan yang Utama ... 33
4. Berpikir Menang... 36
5. Berusaha Mengerti Baru Dimengerti... 38
6. Wujudkan Sinergi ... 41
7. Asahlah Gergaji ... 44
B. Organisasi dan Pengembangannya ... 47
C. Strategi Kemengangan Organisasi ... 51
D. Pengertian Remaja Masjid... 52
1. Pengertian Remaja... 52
2. Pengertian Masjid ... 56
3. Pengertian Remaja Masjid... 56
BAB III Gambaran Umum Obyek Penelitian A. Sejarah Berdirinya ... 59
B. Tujuan Didirikannya... 61
C. Visi dan Misi ... 62
D. Program Kegiatan Reguler ... 62
E. Program Kegiatan Tidak Tetap ... 65
BAB IV PENGARUH IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI RISKA... 66
A. Deskripsi karakteristik Responden ... 66
B. Deskripsi kuesioner ... 67
C. Pengaruh Implementasi The Seven Habits pada RISKA ... 83
B. Saran-saran... 88
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Profil Responden
Pandangan tentang buku The Seven Habits
Lampiran 2-8
Perhitungan Respon RISKA terhadap implementasi The Seven Habits (Hal ideal yang harus dilaksanakan)
Lampiran 9-15
Perhitungan Respon RISKA terhadap implementasi The Seven Habits (Realita yang terjadi di organisasi)
Lampiran 16
Rekapitulasi skor rata-rata variabel respon RISKA terhadap pengimplementasian The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi (Hal ideal yang harus dilaksanakan)
Lampiran 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Wawancara... Struktur Organisasi ... Brosur ...
Lampiran 2
Daftar Kuesioner ... Data Mentah Jawaban Responden Uji Instrumen ... Output SPSS 13.0 Uji Instrumen... Data Sampel Responden Penelitian... Data Mentah Jawaban Responden Penelitian... Data Responden Penelitian... Output SPSS 13.0 Regression ... Olah Data Uji Elastisitas ...
Lampiran 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Masjid adalah lembaga pembinaan masyarakat Islam yang didirikan di atas dasar
takwa dan berfungsi mensucikan masyarakat Islam yang dibina di dalamnya. Sedemikian
pentingnya lembaga masjid, sehingga Nabi Muhammad SAW menjadikan program pertama
yang beliau kerjakan takkala beliau mampir di desa Quba, dalam hijrahnya dari Mekkah ke
Madinah, adalah mendirikan Masjid Quba. Setibanya di Madinah beliau bukan membangun
rumah untuk diri dan keluarganya, juga bukan sarana untuk kaum muhajirin, melainkan
membangun masjid, yaitu Masjid Nabawi. Penomorsatuan mendirikan masjid itu tak lain
karena sebagaimana belakangan terbukti lembaga masjid menjadi pusat pemerintahan
Islam. Semua masalah, dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga persolaan
kemiliteran, dipecahkan di dalam lembaga masjid1
Masjid terambil dari bahasa Arab Sajada yang berarti tempat sujud atau tempat
menyembah Allah SWT, secara teoritis konseptual, masjid adalah pusat kebudayaan Islam.
Dari tempat suci inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrowi,
material-spiritual dimulai. Berbagai catatan sejarah telah menorehkan dengan baik
mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung disebabkan tempat jasmani,
ruhani dan intelektual di pusat peradaban, yaitu Masjid.
Sayangnya, banyak masjid yang masih memfungsikan masjid sebagai ritual ansich.
Tidak menjadikan masjid sebagaimana mestinya berdasarkan kilasan sejarah tersebut.
Untuk itu, para pengelola masjid hendaknya berfikir dan menginventarisasikan bagaimana
bisa mencari solusi gejolak terpaan problematika jama’ah masjid. Tentu, hal ini akan
1
menjadi mimpi belaka saat mengelola masjid tanpa diiringi dengan manajemen yang
professional. Masjid tidak hanya dipandang sebagai suatu bangunan yang megah semata,
namun perlu untuk dimakmurkan oleh seluruh komponen pengelola, dan jama’ah agar
terlaksana Izzul Islam Walmuslimin
Mayoritas penduduk di Indonesia adalah umat Islam, apabila jumlah masjid yang ada
di Indonesia benar-benar difungsikan sebagai ta’mir dengan baik maka dalam waktu yang
tidak lama salah satunya yaitu akan mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan akibat krisis
multidimensional yang sudah diderita beberapa tahun belakangan ini. Kerena fungsi masjid
salah satunya adalah memberikan pembinaan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk
soal ekonomi. Mengingat fungsi masjid yang sebenarnya adalah dapat terciptanya kesatuan
umat dalam rangka meningkatkan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, kecerdasan umat
dan tercapainya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi oleh Allah SWT. Untuk mencapai
tujuan itu diperlukan usaha pengembangan pola idarah (manajemen), imarah (pengelolaan)
dan ri’ayah (pengelolaan fisik)
Secara keseluruhan sampai saat ini diperkirakan telah terbangun tidak kurang dari
500.000 masjid di seluruh tanah air dengan berbagai bentuk gaya dan arsitektur dan ukuran
yang sangat beragam. Hal ini mengindikasikan semangat membangun masjid di tanah air
cukup tinggi. Hampir diseluruh lingkungan perumahan tidak terkecuali lingkungan
perumahan sederhana tidak ada yang tidak tersentuh oleh pembangunan masjid.
Tetapi ternyata semangat membangun masjid tidak diiringi dengan semangat
memakmurkannya. Hal ini terlihat tidak sedikit masjid yang sunyi dari kegiatan; Masjid
dilingkungan kantor misalnya hanya berfungsi seminngu sekali untuk shalat Jum’at atau
hanya untuk shalat Zuhur dan Ashar berjama’ah. Ataupun banyak masjid yang ramai hanya
masjid yang ditinggalkan jamaahnya karena kotor, tempat wudhu dan WC-nya tidak
terpelihara. 2
Keberadaan remaja masjid sudah sepatutnya mendapat perhatian pengurus masjid,
karena itu dewasa ini banyak sekali remaja yang membentuk organisasi yang
mengatasnamakan diri mereka sebagai remaja masjid, sebagai bentuk perhatian mereka
terhadap perkembangan dan kemakmuran masjid, baik dilihat dari fisik masjid maupun dari
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus masjid. Remaja masjid merupakan
calon dan kader pemimpin atau ahli waris kepemimpinan masjid. Mereka juga pendamping
aktif pengurus masjid dalam melaksanakan tugas dan kegiatan-kegiatannya.
Remaja masjid, sebagai bagian dari remaja pada umumnya, dewasa ini berhadapan
dengan berbagai problem remaja yang muncul di dalam masyarakat. Ada kenakalan remaja,
perkelahian pelajar, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, pergaulan bebas, dan
sebagainya. Keadaan ini membuat resah dan gelisah para orang tua dan masyarakat. Jika
keadaan ini berlarut, akan timbul kerusakan dalam masyarakat. Masa depan para remaja itu
sendiri rusak, juga masa depan bangsa, negara dan agama.
Organisasi remaja masjid banyak digemari para remaja atau pemuda yang jiwa dan
hatinya gandrung meningkatkan aktivitas agamanya lewat masjid. Generasi muda Islam,
baik remaja putra maupun putri, belakangan ini berbondong-bondong memasuki organisasi.
Di dalam wadah itu mereka mendapatkan sejumlah manfaat: bertambahnya wawasan
keagamaan, wawasan ilmu keislaman, memperbanyak kawan seiman dan seperjuangan,
mempererat rasa ukhwah islamiyah yang tidak akan mereka dapatkan dari organisasi lain
Salah satu organisasi remaja masjid yang berada dilingkungan Jakarta adalah Remaja
Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Organisasi ini bertujuan untuk membina
kehidupan beragama di kalangan remaja, kehidupan yang jauh dari glamour kehidupan
pemuda pada zaman sekarang yang lebih cenderung terhadap hal-hal yang bersifat Fun atau
2
hiburan semata, organisasi ini mengenalkan kita untuk lebih mendalami ajaran-ajaran
agama, disana juga terdapat program studi Islam untuk berbagai golongan, mulai dari SMP,
SMU, Universitas sampai professional muda dan karyawan. Program organisasi ini adalah
program kegiatan regular yang diadakan oleh beberapa divisi yang ada pada organisasi
tersebut.3
Terkait dengan hal di atas, penulis pernah membaca sebuah buku yang sangat bagus
mengenai tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif guna mencapai suatu kesuksesan
bagi diri pribadi maupun organisasi. Buku tersebut berjudul The Seven Habits of Highly
Efevtive People ( tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif ), karangan Stephen R.
Covey. Kemudian penulis mencoba untuk menkorelasikan antara tujuh kebiasaan tersebut
dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Remaja Islam Masjid Agung
Sunda Kelapa (RISKA)
The Seven Habits mengajarkan organisasi pemuda masjid untuk menemukan
panggilan jiwa dan hidup penuh dengan kebanggaan maupun gairah yang luar biasa sebagai
pengelola organisi remaja masjid, tidak sebaliknya merasa malu dan close minded. Sebagai
pengurus sebuah organisasi, hendaknya setiap pengurus organisasi masjid senantiasa
memperbaiki kinerja, sebab kesuksesan seseorang atau lembaga apapun termasuk masjid
yaitu menjaga trust (kepercayaan).
The Seven Habits juga mampu memberikan inspirasi setiap pengurus organisasi
menggapai kepuasan untuk bekerja, membangkitkan entrepreneurship anggota organisasi
agar ekonomi umat kian membaik.4 Eksistensi entrepreneurship sangat diperlukan
setidak-tidaknya untuk meminimalisasikan tingkat kriminalitas di lingkungan organisasi
Tujuh kebiasaan yang dimaksud diatas adalah Proaktif (be proaktif), Merujuk pada
tujuan akhir (begin with the end in mind), Dahulukan yang utama (Put first things first),
3
Brosur pendaftaran anggota RISKA tahun 2008
Berfikir menang (think win-win), berusaha mengerti terlebih dahulu baru minta difahami
(seek first to understand than to be understood), Wujudkan Sinergi (synergize), dan
Mengasah gergaji (Sharpen the saw).5
Sehubungan dengan itu, penulis mempunyai keinginan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh implementasi The Seven Habits yang telah diterapkan oleh remaja RISKA dalam
upaya mengembangkan organisasi yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah
(skripsi).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang
akan dibahas hanya tentang Implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA.
2. Perumusan Masalah
Dan berdasarkan pembatasan masalah diatas maka masalah pokok yang akan
diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai:
a. Kebiasaan apa saja dari The Seven Habits yang dapat diiplimentasikan oleh
RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi.
b. Apakah implementasi The Seven Habits dapat berpengaruh dalam upaya
mengembangkan organisasi RISKA ?
A. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh implementasi The Seven Habits pada organisasi
RISKA.
b. Untuk mengetahui pengaruh implementasi The Seven Habits dalam upaya
mengembangkan organisasi RISKA. .
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
A. Manfaat Akademis.
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam upaya
pengembangan organisasi RISKA dengan mengimplementasikan The Seven
Habits
2. Untuk dapat menembah khazanah keilmuan organisasi Remeja Islam yang
sudah ada
3. Dapat merubah keadaan menjadi lebih baik bagi objek yang bersangkutan dan
juga bagi penulis.
B. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan masukan (input) bagi pihak RISKA dalam rangka
mengembangkan organisasi.
2. Memberikan sebuah kontribusi dibidang motivasi melalui penerapan The Seven
Habits dalam mengembangkan organisasi.
3. Dapat dijadikan acuan dalam agar para pengurus dapat lebih kreatif dan inovatif
dalam membangkitkan semangat berorganisasi.
D. Metodologi penelitian
1. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan dan atau mengontrol
fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerik atau analisis terhadap
variasi angka-angka.6
6
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
survei, yaitu penulisan yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok.7
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis
yaitu metode yang berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa
yang sebenarnya mengenai objek penelitian.8
2. Waktu dan tempat penelitian.
1. Waktu penelitian.
Waktu penelitian skripsi ini akan dilaksanakan Mei 2008 sampai Juni 2008
2. Tempat penelitian
Tempat penalitian skrisi ini akan dilaksanakan di kantor RISKA yang
beramat di JL. Taman Sunda Kelapa NO 16 Menteng Jakarta Pusat, Telepon (021)
31905839.
3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.
Dalam penulisan skrisi ini penulis menggunakan Teknik pemeriksaan keabsahan
data dengan menggunakan ketekunan/keajegan pengamatan, yaitu mencari secara
konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang
konstan atau tentative9 tehadap Organisassi RISKA dalam menguraikan secara rinci
tentang Implementasi The Seven Habits dalam berorganisasi.
4. Metode Pengumpulan Data
A. Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah meliputi :
1. Implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA.
2. Motivasi untuk mengembangkan organisasi.
B. Variabel Penelitian
7
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet ke-2, h. 3.
8
J. Vrendenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h.34.
9
Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini maka penelitian tentang
hubungan antara implementasi The Seven Habits dengan motivasi pengembangan
organisasi, maka peneliti menetapkan dua variabel yaitu variabel terpengaruh
dalam penelitian adalah motivasi pengembangan organisasi, dan variabel
pengaruh dalam penelitian adalah implementasi The Seven Habits dalam
organisasi RISKA.
C. Definisi Operasional Varibel (merujuk pada buku The Seven Habits of Highly Effective
People karangan Stephen R Covey)10
1. Proaktif
kata ini lebih dari pada hanya sekedar mengambil inisiatif. Kata ini berarti
bahwa sebagai manusia kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri.
Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita dapat
menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunyai inisiatif dan
tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi.
Indikator :
a. Mengambil inisiatif.
Sifat dasar kita adalah bertindak dan bukan menjadi sasaran
tindakan. Menuntut seseorang untuk bertangung jawab tidaklah
merendahkan dirinya; malah menguatkannya. Proaktivitas adalah bagian
dari sifat manusia, dan walaupun otot-otot proaktif mungkin tidur, namun
otot-otot ini ada.
b. Bertindak atau menjadi sasaran tindakan.
Perbedaan antara orang yang memilki inisiatif dan yang tidak sama
seperti antara perbedaan siang dan malam. Dibutuhkan inisiatif untuk
10
mengembangkan teori The Seven Habits ini. Sewaktu anda mempelajari
keenam kebiasaan lain, anda akan melihat bahwa masing-masing
tergantung pada perkembangan otot-otot proaktivitas anda. Masing-masing
menuntut tanggung jawab anda untuk bertindak.
c. Mendengarkan Bahasa Kita.
Karena sikap dan perilaku kita mengalir dari paradigma kita, jika kita
menggunakan kesadaran diri kita untuk memeriksa sikap dan perilaku
tersebut, kita sering dapat melihat sifat dari peta yang mendasari kita.
Sebagai contoh bahasa kita adalah indikator yang sangat riil mengenai
tingkatan kita memandang diri kita sebagai orang yang proaktif.
Bahasa orang yang reaktif melepaskan mereka dari tanggung jawab
“Itulah saya. Memang begitulah saya.” Saya sudah ditakdirkan begitu.
Tidak ada yang saya lakukan dengannya.
2. Merujuk Pada Tujuan Akhir
Merujuk pada tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas
tentang tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi
sehingga anda mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda
tahu bahwa langkah-langkah yang anda ambil selalu berada pada arah yang
benar.
Indikator :
a. Pernyataan isi pribadi
Cara paling efektif untuk mulai merujuk tujuan akhir adalah
dengan mengembangkan pernyataan misi pribadi atau filosofi atau
syahadat. Pernyataan ini berfokus pada ingin menjadi apakah anda
pencapaian) serta pada nilai atau prinsip yang menjadi dasar untuk
menjadi dan melakukan sesuatu.
b. Berpusat pada Kerja
Orang yang berpusat pada kerja mungkin menjadi “pecandu kerja”
mendorong diri mereka untuk berproduksi dengan mengorbankan
kesehatan, hubungan, dan bidang-bidang penting lain dari kehidupan
mereka.
c. Berpusat pada Prinsip
Dengan memusatkan kehidupan kita pada prinsip yang benar, kita
menciptakan pondasi yang kokoh untuk pengembangan keempat faktor
penunjang kehidupan.
Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar, kebenaran
klasik, denominator yang generik. Prinsip adalah benang-benang yang
ditenun rapat dengan ketepatan, konsistensi, keindahan, dan kekuatan
melalui struktur kehidupan.
3. Dahulukan Yang Utama
Kebiasaan ketiga adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Kebiasaan ini adalah
pemenuhan, aktualisasi, kemunculan wajar dari kebiasaan 1 dan 2. Ia
merupakan latihan kehendak bebas yang berpusat pada prinsip. Ia merupakan
pelaksanaan hari demi hari, saat demi saat.
Kebiasaan 1 dan 2 penting dan merupakan prasyarat untuk kebiasaan 3.
Anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa terlebih dahulu sadar dan
mengembangkan sikap proaktif anda.
Indikator :
Alat perencanaan anda harus menjadi pelayan anda, tidak pernah
menjadi majikan anda. Karena harus bekerja untuk anda, alat itu harus
disesuaikan dengan gaya anda, kebutuhan anda, cara-cara khusus anda.
b. Melakukan Hal-hal sepele
Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting.
Ketidak sopanan kecil, kekerasan kecil, bentuk ketiadaan respek yang kecil
menyebabkan penarikan besar-besaran. Dalam suatu hubungan, hal yang
kecil adalah hal yang besar.
c. Memenuhi komitmen
Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar, melanggar
janji adalah penarikan yang besar. Sebenarnya barangkali tidak ada
penarikan yang lebih besar dibandingkan membuat janji yang penting bagi
seseorang dan kemudian tidak memenuhinya. Kali berikutnya suatu janji
dibuat, orang tidak akan percaya. Orang cenderung membangun harapan
mereka disekitar janji, khususnya janji tentang mata pencarian mereka.
d. Menjelaskan Harapan
Bayangkan kesulitan yang mungkin anda temui jika anda dan bos
anda mempunyai asumsi yang berbeda sehubungan dengan peran siapakah
yang menyusun uraian pekerjaan anda.
4. Berfikir Menang / Menang
Menang/menang bukanlah Teknik melainkan filosofi total interaksi
manusia. Sebenarnya, ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi.
Paradigma alternatifnya adalah menang/kalah, kalah/menang, kalah/kalah,
menang, dan menang/menang atau tidak sama sekali.
Satu alternatif lain yang lazim adalah berfikir menang. Orang dengan
relevan. Yang penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Jika tidak ada pengertian kontes atau kompetisi, menang mungkin merupakan
pendekatan paling lazim dalam negosiasi sehari-hari. Orang dengan mentalitas
menang berfikir dalam pengertian mengamankan tujuannya sendiri dan
menyrahkan kepada orang lain untuk mengamankan tujuan mereka.
Indikator :
a. Mendahulukan Sistem
Menang/menang hanya dapat bertahan didalam organisasi jika
system organisasi tersebut mendukungnya. Jika anda berbicara
menang/menang tapi memberi ganjaran untuk menang/kalah maka yang
ada ditangan anda adalah program yang gagal.
b. Proses
Tidak ada cara untuk mencapai tujuan menang/menang dengan
sarana menang/kalah atau kalah/menang. Anda tidak dapat mengatakan,
“anda akan berfikir menang/menang entah anda ssuka atau tidak.” Maka,
pertanyaannya menjadi bagaimana tiba pada solusi menang/menang.
5. Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu Baru Dimengerti
Dalam hal ini, ,kita diharapkan untuk dapat memahami kondisi seseoarang
terlebih dahulu, jangan terlalu cepat dalam mengambil sebuah pemahaman,
atau jangan terlalu cepat mendiagnosa sesuatu sebelum kita memeriksanya
terlebih dahulu, setelah pemeriksaan selesasi barulah kita dapat menyimpulkan
sesuatunya.
Indikator :
Terkadanag kita dipenuhi dengan kebenaran kita sendiri, autobiografi
kita sendiri, kita ingin dimengerti. Percakaoan kita menjadi monolog
kolektif, dan kita tidak pernah benar-benar mengerti apa yang sedang
berlangsung dalam diri orang lain. Hal ini adalah suatu kesalahan besar,
karena belum tentu perkataan kita lebih baik dari perkataan orang lain,
karena itu kita harus mendengarkan perkataan orang lain dengan empatik.
b. Buatlah Diagnosis sebelum membuat resep.
Walaupun mengandung resiko dan sulit, berusaha untuk mengerti,
atau mendiagnosa sebelum anda membuat resep, adalah prinsip yang benar
yang dimanifestasikan di banyak bidang kehidupan. Ini adalah ciri dari
semua professional sejati. Ia penting sekali bagi ahli kacamata, juga
penting sekali bagi dokter. Anda tidak akan percaya sedikit pun kepada
resep dokter jika anda tidak percaya akan diagnosanya.
6. Wujudkan Sinergi
Sinergi berarti hubungan antar bagian dimana nagian-bagian itu
merupakan bagian di dalam dan dari hubungan itu sendiri. Sinergi berfungsi
katalisator, menyatukan, dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri
manusia.
Indikator :
a. Komunikasi Sinergistik
Ketika anda benar-benar berkomunikasi secara sinergistik, anda
benar-benar membuka pikiran, hati dan ekspresi anda kepada
kemungkinan baru, alternative baru, pilihan baru. Anda memulai
banyak wawasan, dikarenakan adanya sinergi antar masing-masing
individu.
b. Menghargai Perbedaan
Menghargai perbedaan adalah intisari dari sinergi- perbedaan
mental, emosional, psikologis antar orang. Dan kunci menghargai
perbedaan itu adalah dengan menyadari bahwa semua oreang melihat
dunia, tidak sebagaiman adanya, tetapi sebagaimana mereka
c. Memancing untuk mendapatkan alternatif ketiga.
Budhisme menyebut hal inio sebagai “jalan tengah.” Tengah
dalam artian ketika dalam situasi yang sulit untuk mencari jalan keluar
suatu masalah, kita dapat mencari alternatif ketiga dikarenakan adanya
sinergi yang kita timbulkan antar individu.
7. Asahlah Gergaji
Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang anda
miliki, yaitu diri anda. Kebiasaan ini adalah pusat sumber dari semua
kebiasaan, karena ini adalah mengenai diri kita sendiri untuk dapat
mneningkatkan kemampuan, baik dengan diri sendiri ataupun dengan orang
lain.
Inilah satu investasi penting yang dapat kita buat dalam hidup-investasi
bagi diri kita sendiri, bagi satu-satunya instrumen yang kita milki yang
dengannya kita menghadapi hidup dan memberikan kontribusi.
Indikator :
Dimensi fisik meliputi pemeliharaan fisik kita secara efektif,
memakan jenis makanan yang tepat, mendapatkan istirahat dan relaksasi
yang memadai, dan berolahraga secara teratur.
Program Olahraga yang baik adalah program yang dapat anda
kerjakan di rumah annda sendiri dan program yang akan membangun
tubuh anda pada tiga bidang: daya tahan tubuh, kelenturan, dan kekuatan..
b. Dimensi Spiritual
Dimensi Spiritual adalah inti anda, pusat anda, komitmen anda pada
sisitem nilai anda. Daerah yang amat pribadi dari kehidupan dan sangat
penting. Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan
mengangkat semangat anda dan mengikat anda pada kebenaran tanpa batas
waktu mengenai semua humanitas. Dan orang melakukannya dengan cara
yang sangat berbeda.
c. Dimensi Mental
Sebagian besar dari perkembangan mental dan disiplin studi kita
berasal dari pendidikan formal. Tapi segera sesudah kita meninggalkan
disiplin eksternal sekolah, banyak dari kita membiarkan otak kita terhenti
pertumbuhannya. Kita tidak lagi membaca serius dan menulis dengan
kritis akan tetapi waktu kita lebih dihabiskan dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat.
Metode pengumpulan data juga dapat meliputi :
a. Dokumentasi adalah data-data yang mengenai hal-hal atau fariabel
sebagainya,11 pada subyek penelitian yaitu Organisasi Remaja Islam
Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA).
b. Wawancara, yakni penulis memperoleh keterangan dengan Tanya
jawab sambil bertatap muka antara sipenenya dan penjawab, atau
responden yang menggunakan alat yang dinamakan interview Guide
(panduan wawancara). Dalam penelitian ini, penulis melakukan
wawancara dengan pengurus Remaja Islam Masjid Agung Sunda
Kelapa (RISKA)
c. Observasi yaitu pengamatan langsung, yakni pengumpulan data
dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala dan objek yang diteliti12. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu
Remaja Islam Masid Agung Sunda Kelapa (RISKA)
8. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi
tentang data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini subjek penelitian
adalah para pengurus dan pengelola Organisasi Remaja Islam Masjid
Agung Sunda Kelapa (RISKA)
b. Objek Penelitian
11 . Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, Hal 202.
12
Adapun objek peneliian yaitu Organisasi Remaja Islam Masjid
Agung Sunda Kelapa (RISKA) yang terletak di jalan Taman Sunda Kelapa
NO 16 Menteng Jakarta Pusat, Telepon (021) 31905839.
c. Teknik Analisa Data
Teknik penulisan skripsi ini adalah dengan metode kuantitatif.
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah data
untuk kemudian dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian, setelah itu disajikan dalam laporan ilmiah.13
Metode analisa dalam penelitian ini deskriptif, terhadap data berupa
informasi, uraian dalam bentuk bahasa, kemuadian dikaitkan dengan data
sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu gambaran
yang sudah ada dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang ada.
Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Keterangan:
X = Rata-Rata Variabel X
fiX
∑ = Jumlah Hasil Data Responden Variabel X
f
∑ i = Jumlah Responden
Adapun pedaoman yang disajikan sandaran penulis dalam penulisan
skripsi ini adalah buku pedoman penulisan skripsi, Tesis, dan disetasi UIN
13
Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kuantitatif h. 330
Syarif Hidatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press,2002. dan buku
pegangan Metodologi penelitian kuantitatif yang ditulis oleh Prof. Dr.
Lexy J Moelang, MA.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak mengambil referensi dari skripsi-skripsi
terdahulu, karena sepengatahuan penulis khususnya yang menulis tentang The Seven Habits
itu belum ada, tetapi ada beberapa Skripsi terdahulu yang membahas mengenai proses
pengembangan organisasi yang ada di Masjid, diantaranya mengenai manajemen organisasi
Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Kemudian penulis ingin mengetahui
sejauh mana pengaruh implementasi The Seven Habits pada RISKA, penulis sangat tertarik
dalam membaca buku tersebut karena mencakup hal-hal yang bersifat kebiasaan kita dalam
sehari-hari, Covey menyajikan hidangan tujuh porsi tentang bagaimana mengendalikan
kehidupan seseorang dan menjadi orang yang lengkap dan puas seperti yang diimpikannya,
Buku ini adalah buku yang menerapkan langkah demi langkah yang memuaskan dan
eneergetic dan dapat diterapkan untuk perkembangan pribadi dan organisasi.
Selain dari buku tersebut penulis juga mengambil referensi dari buku-buku mengenai
perkembangan remaja, kemudian dikaitkan dengan manajemen organisasi terutama
mengenai manajemen masjid.
F. Sistimatika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis berusaha ,membuat
sistimatika dangan jalan membuat pengelompokan berdasarkan kesamaan dan hubungan
masalah yang ada.
Bab I : Merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini penulis menguraikan masalah
tehnik penulisan yang berisikan pemilihan latar belakang masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan
Bab II : Tinjauan teoritis The Seven Habits Stephen R Covey
dalam implementasinya dalam mengembangkan sebuah organisasai,
konsep pengembangan organisasi meliputi, pengertian organisasi, fungsi
organisasi, teori-teori mengenai organisasi dan juga Teori mengenai The
Seven Habits Stephen R Covey dalam implementasinya pada Organisasi
Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) , mulai Dari hal yang
pertama yaitu Proaktif, Merujuk pada Tujuan Akhir, Dahulukan yang
Utama, Berfikir Menang, Berusaha Mengerti Baru Dimengerti, Wujudkan
Sinergi dan Asahlah Gergaji.
Bab III : Membahas tentang gambaran Organisasi Remaja Islam Masjid Agung
Sunda Kelapa (RISKA) , sejarah berdiri dan perkembangannya, visi dan
misi, stuktur organisasi dan program kerja organisasi tersebut.
Bab IV : Membahas tentang implementasi The Seven Habits pada organisasi
Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) ,
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori The Seven Habits
1. Tujuh Kebiasaan Sebuah Tinjauan Umum
Karakter kita pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. “Taburlah
gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan,
tuailah karakter; taburlah karakter, tuailah nasib,” begitu bunyi pepatah.
Kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita, karena konsisten, dan sering
merupakan pola yang tak disadari, maka kebiasaan secara terus menerus, setiap hari,
mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas kita…atau ketidakefektivan
kita.
Seperti yang pernah dikatakan oleh Horace Mann, seorang pendidik besar, “
Kebiasaan itu seperti kabel. Kita menenun seuntai demi seuntai setiap hari dan segera
kebiasaan itu tidak dapat diputuskan.” Secara pribadi saya tidak setuju dengan bagian
terakhir dari pernyataan beliau. Saya tahu kebiasaan dapat diputuskan. Kebiasaan dapat
dipelajari dan dilepaskan. Akan tetapi saya juga tahu hal ini bukanlah suatu perbaikan
segera. Diperlukan suatu proses dan komitmen yang luar biasa untuk itu.
Kebiasaan juga memiliki tarikan gravitasi yang besar sekali lebih besar dari pada
yang dapat disadari atau mau diakui. Untuk memaksakan kebiasaan yang sudah tertanam
dalam seperti menunda-nunda, tidak sabar, mencela atau egois yang melanggar efektivitas
hidup kita. “peluncuran” membutuhkan tenaga yang besar sekali, tetapi segera kita
memutus tarikan gravitasi, kebebasan kita menghadiahkan dimensi yang sepenuhnya baru.
Seperti kekuatan alam lain, tarikan gravitasi dapat bekerja bersama atau melawan
kita, tarikan gravitasi dari sebagian kebiasaan kita mungkin sekarang sedang menahan kita
pergi ke tempat yang kita tuju. Akan tetapi tarikan gravitasi jugalah yang membuat dunia
kita tetap berada pada orbit mereka dan alam semesta tetap berjalan baik. Gravitasi
merupakan kekuatan yang besar, dan bila kita menggunakannya secara efektif, kita dapat
memanfaatkan tarikan gravitasi dari kebiasaan untuk menciptakan keserasian dan
keteraturan yang diperlukan untuk menegakkan efektivitas hidup kita.
Hukum alam kengatakan “ kebiasaan” membentuk sikap seseorng ‘ Habits become
attitutude.’’’ Sikap adalah kesimpulan dari mata rantai kebiasaan dan pengalamannya,
dimasa lalu. Itulah sebabnya seseoramh yang ingin mengembangkan potensi
kepemimpinannya akan selalu memepuk berbagai kebiasaan yang positif untuk membangan
tanggung jawab, ketabahan, kesabaran, serta cara memandang orang lain dengan cinta.14
Tujuh kebiasaan bukanlah seperangkat formula pemberi semangat yamg terpisah
atau sepotong-sepotong. Selaras dengan hukum alam pertumbuhan, ketujuh kebiasaan
tersebut memberikan pendekatan yang meningkat, berurutan dan sangat terpadu bagi
perkembangan efektivitas pribadi dan antar pribadi. Kebiasaan-kebiasaan ini meningkatkan
kita secara progresif pada Kontinum Kematangan dari ketergantungan (Dependence)
menuju kemandirian (Independence) hingga Kesalingtergantungan (Interdependence).
Tujuh kebiasaan adalah kebiasaan efektivitas. Karena didasarkan atas prinsip,
ketujuh kebiasaan ini memberi hasil jangka panjang yang menguntungkan secara
maksimum. Ketujuh kebiasaan itu menjadi dasar dari karakter seseorang, menciptakan
14
pusat dari peta yang benar yang memberi kekuatan dari mana seorang individu dapat
memecahkan masalah, memaksimumkan peluang, terus menerus belajar dan memadukan
prinsip-prinsip lain dalam spiral pertumbuhan meningkat secara efektif. Ketujuh kebiasaan
itu akan diuraikan berikut ini:
a) Jadilah Pro Aktif
Kemampuan anda untuk mengerjakan apa yang baru saja anda lakukan
mnerupakan hal yang khas manusiawi. Binatang tidak mempunyai kemampuan ini. Kita
menyebutnya “kesadaran diri”. Atau kemampuan untuk berfikir tentang proses berfikir
anda sendiri. Ini yang menjadi alasan kenapa manusia memiliki kekuasaan atas semua
benda di dunia ini dan mengapa manusia dapat membuat kemajuan penting dari
generasi kegenerasi.
Inilah sebabnya kita dapat mengevaluasi dan belajar dari pengalaman orang lain
dan juga dari pengalaman kita sendiri. Inilah sebabnya kita dapat membentuk dan
memutus kebiasaan kita.
Kita bukanlah parasaan kita, kita bukanlah suasana hati kita, kita bukanlah
fikiran kita. Kenyataan bahwa kita dapat berfikir tentang hal-hal ini memisahkan kita
dari ketiga hal tersebut dan dari dunia binatang. Kesadaran diri memungkinkan kita
memisahkan diri dan memeriksa cara kita “melihat” diri sendiri-paradigma diri kita
sendiri, paradigma paling mendasar dari efektivitas. Hal ini mempengaruhi bukan hanya
sikap dan prilaku kita, tapi juga bagaimana kita melihat orang lain. Ini menjadi peta kita
untuk sifat dasar manusia.
Bahkan, sebelum kita bisa melihat diri kita sendiri (dan bagaiman kita melihat
tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka. Tanpa sadar kita akan memproyeksikan
maksud kita pada perilaku mereka dan menyebut diri kita obyektif.
Hal ini akan sangat membatasi potensi dan kemampuan pribadi kita untuk
berhubungan dengan orang lain. Akan tetapi karena kemampuan manusia yuang unik
dalam hal kesadaran diri, kita dapat memeriksa paradigma kita untuk memnentukan
apakah paradigma tersebut didasari realitas atau prinsip ataukah hanya merupakan
fungsi dari kondisi dan pengkondisian.
Walaupun kata proaktivitas sekarang sudah lumayan lazim pada literature
manajemen, ia tidak akan anda temukan di dalam kamus. Kata ini lebih dari sekedar
mengambil inisiatif. Kata ini berarti bahwa sebagai manusia, kita bertanggung jawab
atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi
kita. Kita dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunyai inisiatif dan
tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi.
Goleman merangkum ciri-ciri orang-orang yang kreatif atau disebutnya sebagai
star performer memiliki cirri penting antara lain,
a. Kuatnya motivasi untuk berprestasi, sangat bergairah untuk meningkatkan dan
memenuhi standar keunggulan.
b. Komitmen,setia kepada visi dan sasaran perusahan atau kelompok.
c. Inisiatif dan optimisme, kedua kecakapan inilah yang menggerakkan orang untuk
menagkap peluang dan membuat mereka menerima kegagalan dan rintangan
sebagai awal keberhasilan.
Lihatlah kata responsibility (tanggung jawab)_ “response-ability”_ kemampuan
Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk perilaku mereka.
Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai, dan bukan
produk dari kondisi mereka, berdasarkan perasaan.
Orang yang proaktif tetap dipengaruhi stimulus luar, entah fisik, sosial atau
psikologis. Namun respon mereka terhadap stimulus tersebut, sadar atau tidak sadar,
didasarkan pada pilihan atau respons yang berdasarkan nilai tertentu.
1. Mengambil Inisiatif
Sifat dasar kita adalah bertindak, dan bukan menjadi sasaran tindakan.
Selain memungkinkan kita memilih jawaban terhadap keadaan tertentu, sifat ini
memberi kita kekuatan untuk menciptakan keadaan tertentu.
Mengambil inisiatif bukan berarti mendesak, menjengkelkan atau agresif.
Hal ini tidak mengakui tanggung jawab kita untuk menciptakan segalanya terjadi.
Banyak orang menunggu sesuatu terjadi atau seseorang untuk mengurus
mereka. Akan tetapi orang yang akhirnya mempunyai pekerjaan yang baik
ternyata adalah orang proaktif yang merupakan solusi bagi masalah, bukan
masalah itu sendiri, dan yang mempunyai inisiatif untuk mengerjakan apa saja
yang diperlukan, konsisten dengan prinsip-prinsip yang benar, untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka.
Kewaspadaan serta bertindak pro aktif menanggapi keadaan adalah ciri
orang yang berinisiatif, tentu saja di dalam tindakan inisiatif itu ada terkait dengan
intuisi, sebuah perasaan halus yang memberikan ilham pada seseorang. Intuisi
Mereka bekerja dengan penuh imajinasi, integritas, dan merasa bangga karena
telah diberi amanah, karena telah diberi pekerjaan sebagai amanah bahkan
anugrah. Dimaksudkan anugrah karena tidak semua orang mempunyai
kesempatan yang sama sebagaimana yang dimilikinya. Karenanya, dia akan
menunjukan tanda syukurnya dengan memnunjukan tanggung jawab yang besar
dengan melaksanakan amanah pekerjaannya penuh gairah dan inisiatif.
Mereka senantiasa bertindak proaktif untuk memberikan pengaruh manfaat
yang meradiasi pada orang-orang sekitarnya 15
Menurut seseorang untuk bertanggung jawab tidaklah merendahkan
dirinya; malah menguatkannya. Proaktivitas adalah bagian dari sifat manusia, dan
walaupun otot-otot proaktif mungkin tidur, namun otot-oto ini ada. Dengan
menghargai sifat proaktif orang lain, kita memberi mereka setidaknya satu
pantulan yang jelas dan tidak menyimpang dari cermin sosial.16
2.Bertindak Atau Menjadi Sasaran Tindakan
Perbedaan orang yang memiliki inisiatif dan tidak sama seperti perbedaan
antara siang dan malam. Kita tidak berbicara tentang perbedaan 25 hingga 50
persen efektivitas; saya bicara tentang perbedaan 5000-plus persen, khususnya
jika mereka cerdas, sadar dan peka terhadap orang lain.
Dibutuhkan inisiatif untuk mengembangkan tujuh kebiasaan tersebut.
Sewaktu anda mempelajari keenam kebiasaan lain, anda akan melihat bahwa
masing-masing tergantung perkembangan otot-otot proaktivitas anda.
Masing-masing menuntut tanggung jawab anda untuk bertindak. Jika anda menunggu
15
K.H Toto Asmara, Spritual Centered Leadership, (Jakarta:Gema Insani2006)Cet1, hal 148
16
untuk menjadi sasaran tindakan, anda pun akan memjadi sasaran tindakan. Dan
peluang pertumbuhan serta konsekuensi ada pada kedua jalan tersebut.
Bisnis, kelompok masyarakat, segala bentuk organisasi_termasuk
keluarga_dapat menjadi proaktif. Mereka dapat menggabungkan kreatifitas dan
sumber daya dari individu-individu yang proaktif untuk menciptakan budaya yang
proaktif dalam organisasi. Organisasi tidak perlu berada di bawah kekuasaan
lingkungan; organisasi dapat mengambil inisiatif untuk mencapai nilai-nilai dan
tujuan-tujuan bersama dari individu-individu yang terlibat.
Orang yang proaktif membuat cinta sebagai kata kerja. Cinta adalah
sesuatu yang anda lakukan: pengorbanan yang anda buat, pemberian diri anda,
seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia. Jika anda ingin
mempelajari cinta, pelajarilah mereka yang mengorbankan diri untuk orang lain,
bahkan untuk orang yang memusuhinya atau tidak membalas cintanya. Jika anda
orang tua, lihatlah cinta yang anda punyai untuk anak-anak kepada siapa anda
mengorbankan diri.
Orang proaktif memfokuskan upaya mereka di dalam lingkaran
pengaruhnya. Mereka mengerjakan hal-hal yang terhadapnya mereka dapat
berbuat sesuatu. Sifat dari energi mereka adalah positif, memperluas dan
memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat.
3. Membuat Dan Memenuhi Komitmen
Bagian paling inti dari lingkaran pengaruh kita adalah kemampuan kita
pada diri sendiri danb orang lain, dan integritas kita pada komitmen itu, adalah
intin dan manifestasi paling jelas dari proaktivitas kita. Dengan membuat dan
memenuhi janji pada diri sendiri dan orang lain, sedikit demi sedikit kehormatan
kita menjadi lebih besar dibandingkan suasana hati kita.
Kekuatan untuk membuat dan memenuhi komitmen pada diri sendiri
adalah inti dari pengembangan kebiasaan dasar yang efektif. Pengetahuan,
keterampilan, dan keinginan semuanya ada dalam kendali kita
b) Merujuk Pada Tujuan Akhir
Walaupun kebiasaan 2 berlaku pada banyak keadaan dan tingkat kehidupan
yang berbeda, sebagian besar aplikasi dasar dari “merujuk pada tujuan akhir” adalah
untuk memulai hari ini dengan bayangan, gambaran atau paradigma akhir kehidupan
anda sebagai kerangka acuan atau criteria yang menjadi dasar untuk menguji segala
sesuatu. Tiap bagian dari kehidupan anda-perilaku hari ini, perilaku esok, perilaku
minggu depan-dapat diuji dalam konteks seluruhan, dari apa yang benar-benar paling
penting bagi anda. Dengan mengusahakan titik akhir tersebut tetap jelas dalam fikiran,
anda dapat memastikan bahwa apapun yang anda kerjakan pada hari tertentu tidak
melanggar criteria yang sudah anda definisikan sebagai yang paling penting, dan bahwa
setiap hari dari kehidupan anda menunjang visi yang anda miliki tentang seluruh hidup
anda dengan cara yang berarti.
Merujuk pada tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang
tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi sehingga anda
sebaiknya mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda tahu bahwa
1. Segala Diciptakan Dua Kali
“Merujuk pada tujuan akhir” didasarkan pada prinsip bahwa segalanya
diciptakan dua kali. Ada ciptaan mental atau pertama, dan ada ciptaan fisik atau
kedua.
Sebagai contoh, lihatlah pembangunan sebuah rumah. Anda
menciptakannya secara rinci sebelum anda menanam pasak pertama ditempatnya.
Anda mencoba mendapatkan pengertian yang jelas tentang rumah macam apa
yang anda kehendaki. Jika anda menginginkan sebuah rumah yang berpusat pada
keluarga, maka anda akan merancang untuk menempatkan ruang keluarga sebgai
tempat berkumpul. Anda merancang pintu sorong dan pekarangan dibelakang
rumah tempat anak-anak bermain. Anda bekerja dengan gagasan. Anda bekerja
dengan fikiran anda sehingga anda mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa
yang anda ingin bangun
Pada tingkatan yang bervariasi, orang menggunakan prinsip ini dalam
banyak bidang kehidupan. Sebelum anda pergi melalukan suatu perjalanan, anda
menentukan tempat tujuan dan merencanakan rute terbaik. Sebelum anda
berkebun, anda merencanakannya terlebih dahulu dalam benak anda, mungkin di
atas kertas. Anda menyusun pidato di atas kertas sebelum anda
menyampaikannya, anda menggambarkan dalam fikiran susunan tanaman di
taman anda sebelum anda menata taman anda, anda merancang pakaian yangb
anda buat sebelum anda memasang benang pada jarum.
Cara paling efektif untuk mulai merujuk pada tujuan akhir adalah dengan
mengembangkan pernyataan misi pribadi atau filosofi atau syahadat. Pernyataan ini
berfokus pada ingin menjadi apakah anda (karakter) dan apakah yang anda ingin
lakuakan (kontribusi dan pencapaian) serta pada nialai atau prinsip yang menjadi
dasar untuk menjadi dan melakuakn sesuatu
Sebuah misi pribadi yang didasari prinsip-prinsip yang benar menjadi sejenis
standar yang sama bagi individu. Pernyataan misi ini menjadi konstitusi pribadi,
dasar kuntuk mengambil keputusan utama yang mengatuir kehidupan, dasar untuk
mengambil keputusan sehari-hari di tengan kondisi dan emosi yang mempengaruhi
hidup kita. Pernyataan ini memberdaya individu dengan kekuatan yang sama di
tengah perubahan yang terjadi.
Dengan pernyataan misi, kita dapat mengalir bersama perubahan. Kita tidak
perlu berprasangka dan membuat keputusan terlalu cepat. Kita tidak perlu
memikirkan hal-hal lain dalam hidup, untuk memberi stereotip dan menggolongkan
segala sesuatu dan semua orang agar sesuai dengan realitas.
Segera sesudah anda merasa memiliki misi ini, anda memilki sari dari
produktivitas anda. Anda mempunyai visi dan nilai yang mengarahkan hidup anda.
Anda memiliki arah dasar yang anda gunakan untuk menetapkan tujuan jangka
panjang dan jangka pendek anda. Anda mempunyai kekuatan konstitusi tertulis
yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang benar, dan darinya semua keputusan
sehubungan dengan pemakaian waktu, bakat dan energi anda yang paling efektif
dapat diukur secara efektif pula.
Prinsip adalah pusat dari integritas dan standar moral yang tidak dapat
ditawar atau dikorbankan. Prinsip adalah cara berfikir yang bersifat final dan yang
menjadi kerangka acuan dalam mengambil keputusan. Prinsip adalah ikatan yang
sangat kuat. Begitu kuatnya sehingga membelenggu dirinya untuk tidak keluar dari
ikatan tersebut. Prinsip merupakan wajah kepribadian seseorang yang paling
dalamdan jati diri yang bersifat manusiawi. Prinsip bersifat universal karena
berkaitan dengan harga dir, kebanggaan dan kebermaknaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa prinsip adalah ketaatan seseorang pada hati nuraninya sendiri.
Sebuah perjuangan untuk tetap menapaki jalan lurus. Setiap penyimpangan dari
jalan ini merupakan pengkhianatan terhadap prinsip dan keyakinannya.
Prinsip tidak bereaksi terhadap apa pun. Prinsip tidak menjadi marah dan
memperlakukan kita secara berbeda. Prinsip tidak akan menceraikan kita atau
melarikan diri bersama sahabat terbaik kita. Prinsip tidak bermaksud menguasai
kita. Prinsip tidak dapat melicinkan jalan dengan jalan pintas dan perbaikan kita.
Prinsip tidak bergantung pada prilaku orang lain, lingkungan, atau mode mutakhir
untuk keabsahannya. Prinsip tidak mati. Prinsip tidak barada disini hari ini dan pergi
pada hari berikutnya. Prinsip tidak dapat dihancurkan oleh api, gempa bumi atau
pencuri
Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar, kebenaran klasik,
denominator yang generik. Prinsip adalah benang-benang yang ditenun rapat dengan
ketepatan, konsistensi, keindahan dan kekuatan melalui struktur kehidupan.
Bahkan di tengah orang banyak atau keadaan yang tampaknya mengabaikan
prinsip tersebut, kita dapat merasa aman karena mengetahui bahwa prinsip adalah
tahun telah menyaksikan kemenangan prinsip, berulang kali. Bahkan lebih penting
lagi, kita dapat merasa aman karena mengetahui bahwa kita dapat mengabsahkan
prinsip dalam kehidupan kita sendiri, melalui pengalaman kita sendiri
Prinsip selalu memilki konsekuensi wajar yang melekat padanya. Ada
konsekuensi positif ketika kita hidup selaras dengan prinsip tersebut. Ada
konsekuensi negative jika kita mengabaikannya. Akan tetapi karena prinsip ini
berlaku pada semua orang, entah disadari atau tidak, keterbatasan ini bersifat
universal. Dan semakin banyak kita tahu tentang prinsip yang benar, semakin besar
kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.
c) Dahulukan Yang Utama
Kebiasaan 3 adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Kebiasaan ini adalah
pemenuhan, aktualisasi, kemunculan wajar dari kebisaan 1 dan 2. Ia merupakan latihan
dari kehendak bebas yang berpusat pada prinsip. Ia merupakan pelaksanaan hari demi
hari, saat demi saat.
Kebiasaan 1 dan 2 mutlak penting dan merupakan prasyarat untuk kebiasaan 3.
anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa lebih dahulu sadar dan mengembangkan sifat
proaktif anda. Anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa lebih dahulu sadar tentang
paradigma anda dan mengerti bagaimana mengubah paradigma tersebut dan
menyelaraskannya dengan prinsip. Anda tidak dapat menjadi berpusat pada prinsip tanpa
visi dan focus pada kontribusi unik yang bisa anda lakukan.
Namun dengan kondisi itu, anda dapat berpusat pada prinsip, hari demi hari, saat
demi saat, dengan menjalani kebiasaan 3 –dengan mempraktekan manajemen diri yang
Manajemen yang efektif mendahulukan yang utama. Sementara kepemimpinan
memutuskan apa saja “hal yang utama” itu,manajemen lah yang mendahulukan
hal-hal tersebut, hari demi hari, saat demi saat. Manajemen adalah disiplin dalam
melaksanakannya.
1. Empat Generasi Manajemen Waktu
Gelombang atau generasi pertama dapat dicirikan dengan catatan dan daftar
pustaka, sebuah upaya untuk dapat memberi semacam pengenalan dan keterlibatan
pada banyak tuntutan yang diajukan pada waktu dan energi kita.
Generasi kedua dapat dicirikan dengan kalender dan buku janji. Gelombang
ini mencerminkan suatu usaha untuk memandang ke depan, untuk menjadwalkan
peristiwa dan aktivitas di masa datang.
Genarasi ketiga mencerminkan bidang manajemen waktu masa kini.
Generasi ini menambahkan pada generasi-generasi sebelumnya gagasan penting
penetapan prioritas, penjelasan nilai, dan pembandingan nilai relatif
aktivitas-aktivitas yang didsarkan pada hubungan mereka dengan nilai-nilai itu
Walaupun generasi ketiga telah memberikan kontribusi yang berarti, orang
mulai sadar bahwa penjadwalan yang “efisien” dan kendali terhadap waktu justru
sering kontraproduktif. Fokus pada efesiensi menciptakan harapan-harapan yang
sering kali berbenturan dengan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang
kaya, untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan untuk menikmati saat-saat spontan
sesehari.
Akibatnya, banyak orang yang kehilangan minat akan program planners
mereka membuang cara itu, kembali keteknik generasi pertama atau kedua agar
dapat memelihara hubungan, spontanitas dan kualitas hidup.
Namun mulai muncul generasi keempat yang berbeda jenisnya. Generasi ini
mengakuai bahwa “manajemen waktu” sesungguhnya merupakan istilah yang tidak
cocok_tantangannya bukanlah untuk mengatur waktu, melainkan diri sendiri.
Kepuasan merupakan fungsi dari harapan sekaligus realisasi.
2. Rekening Bank Emosi
Kita semua tahu apa itu rekening Bank uang. Kita mendeposito uang ke
bank dan menambah cadangan yang darinya kita dapat menarik uang kita jika kita
memerlukannya. Rekening Bank Emosi adalah kiasan yag menggambarkan jumlah
kepercayaan yang sudah kita tambahkan ke dalam suatu hubungan. Hal inilah
perasaan aman yang anda miliki dengan orang lain.
Rekening bank emosi berarti menggambarkan besarnya kepercayaan yang
diberikan orang lain kepada kita dikarenakan pada awalnya hubungan kita yang
memberikan pesan baik kepada orang lain sehingga tertanam dalam diri seseorang
bahwasanya kita memilki karakter yang memang layak dijadikan sebagai catatn
kebaikan dalam kehidupan kita.
Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar; melanggar janji
adalah penarikan yang besar. Sebenarnya, barangkali tidak ada penarikan yang lebih
besar dibandingkan membuat janji yang penting bagi seseorang dan kemudian tidak
memenuhinya. Kali berikutnya suatu janji dibuat, orang tidak akan percaya. Orang
cenderung membangun harapan mereka disekitar janji khususnya janji tentang mata
3.Mengerti si Individu
Benar-benar mengerti orang lain mungkin merupakan salah satu deposito
paling penting yang anda dapat buat, dan ini adalah kunci untuk semua deposito
lain. Anda sungguh tidak tahu apa yang merupakan deposito bagi orang lain
sebelum anda mengerti individu itu.
Ilmu perilaku telah banyak mengembangkan cara-cara untuk memahami
sifat-sifat manusia. Konsep tentang manusia itu sendiri telah banyak pula
dikembangkan oleh para peneliti perilaku organisasi. Dan walaupun konsep-konsep
tersebut terdapat perbedaan satu sama lain, namun usaha pengembangan
pemahaman mengenai sifat manusia pada umumnya telah banyak dilakukan. Salah
satu cara untuk memahami sifat-sifat manusia ini ialah dengan menganalisa kembali
prinsip-prinsip dasar yang merupakan salah satu bagian dari padanya.17
4. Melakukan Hal-hal Sepele
Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting.
Ketidaksopanan kecil, kekasaran kecil, bentuk ketiadaan respek yang kecil
menyebabkan penarikan besar-besaran. Dalam suatu hubungan, hal yang kecil
adalah hal yang besar.
Terkadang hal-hal yang sepele sebenarnya adalah hal yang sangat penting
yang terkadang itu mempengaruhi hasil dari seluruh efektifitas kerja kita.
d) Berfikir Menang/Menang
17
Menang/menang bukanlah teknik, melainkan filosofi total interaksi manusia.
Sebenarnya, ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi. Paradigma
alternatifnya adalah :
1. Menang/Menang
2. Menang/Kalah
3. Kalah/Menang
4. Kalah/Kalah
5. Menang
6. Menang/Menang Atau Tidak Sama Sekali
Menang/menang adalah kerangka fikiran dan hati yang terus menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Menang-menang berarti bahwa
kesepakatan atau solusi memberikan keuntungan dan kepuasan yang timbal balik. Dengan
solusi menang/menang, semua pihak merasa senang dengan keputusannya dan merasa
senang dengan keputusannya dan merasa terikat dengan rencana tindakannya.
Menang/menang melihat kehidupan sebagai arena yang koperatif, bukan kompetitif.
Kebanyakan orang berfikir secara dikotomi: kuat atau lemah, keras atau lunak, menang
atau kalah. Akan tetapi cara berfikir seperti ini sebenarnya cacat. Cara berfikir seperti ini
didasarkan pada kekuasaan dan posisi dan bukan pada prinsip. Menang/menang
didasarkan pada paradigma bahwa ada banyak untuk setiap orang, bahwa keberhasilan
satu orang tidak dicapai dengan mengorbankan atau menyingkirkan keberhasialn orang
Menang/menang adalah kepercayaan akan alternative ketiga. Kita bukan jalan
anda atau jalan saya; ia adalah jalan yang lebih baik, jalan yang lebih tinggi.
1. Lima Dimensi Dari Menang/Menang
Berfikir menang/menang adalah kebiasaan kepemimpinan antar pribadi. Ia
memerlukan latihan pada masing-masing anugrah manusia yang unik_kesadaran
diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas_dalam hubungan kita dengan orang
lain. Ia melibatkan usaha belajar bersama, pengaruh timbal balik dan keuntungan
bersama.
Prinsip menang/menang adalah dasar untuk keberhasilan pada semua
interaksi kita, dan ini meliputi lima dimensi kehidupan yang saling tergantung.
Prinsip ini dimulai dengan karakter dan bergerak ke arah hubungan, dan darinya
mengalir kesepakatan. Kesepakatan ini dipelihara dalam lingkungan dimana stuktur
dan system didasarkan pada Menang/menang. Dan ini memerlukan proses; kita
tidak dapat mencapai tujuan menang/menang dengan sarana Menang/Kalah atau
kalah/menang.
1) Karakter
Karakter adalah dasar dari menang/menang, dan semua yang lain
dibangun di atas dasar itu. Ada tiga ciri karakter yang esensial untuk paradigma
menang/menang.
a. Integritas
Kita sudah mendefinisikan integritas sebagai nilai yang kita
tempatkan pada diri kita sendiri. Kebiasaan 1, 2, dan 3 membantu kita
mengidentifikasi nilai-nilai kita dan secara proaktif mengorganisasi dan
melaksanakan diri di sekitar nilai-nilai itu setiap hari, kita mengembangkan
kesadaran diri dan kehendak bebas dengan membuat dan memenuhi janji
serta komitmen yang bermakna.
b. Kematangan
Kematangan adalah keseimbangan antara keberanian dan tenggang
rasa. Jika seseorang dapat mengekspresikan perasaan dan keyakinannya
dengan keberanian yang diimbangi dengan pertimbangan akan perasaan dan
keyakian orang lain, maka ia sudah matang, khususnya jika persoalannya
sangat penting bagi kedua belah pihak.
c. Mentalitas kelimpahan
Ciri karakter ketiga bagi Menang/menang adalah mentalitas
kelimpahan (abundance Mentality), paradigma bahwa ada banyak di luar
sana untuk semua orang. Mentalitas kelimpahan mengalir dari nilai diri dan
rasa aman pribadi yang mendalam. Ia adalah paradigma bahwa ada banyak
di luar sana dan cukup dibagi untuk semua orang. Paradigma ini
menghasilkan pembagian prestise, pengakuan laba, pengambilan keputusan.
Paradigma ini membuka kemungkinan, pilihan, alternatif, dan kreativitas.
2) Hubungan
Dari dasar karakter, kita membangun dan memelihara hubungan
Menang/menang. Kepercayaan, rekening Bank Emosi, adalah intisari
menang/menang. Tanpa kepercayaan, yang terbaik yang dapat kita lakuakn
untuk belajar dan komunikasi yang terbuka dan timbal balik serta kreativitas
yang rill.
3) Kesepakatan
Dari hubungan mengalir kesepakatan yang memberi definisi dan arah
bagi Menang/menang. Ia kadang disebut kesepakatan kinerja (performancep
agreement) atau kesepakatan kemitraan (partnership agreement), perubahan
paradigma interaksi produktif dari vertikal menjadi horizontal, dari penyeliaan
yang mengintai menjadi penyeliaan sendiri, dari pengaturan posisi menjadi mitra
dalam keberhasilan.
a. Sistem
Menang/menang hanya dapat bertahan di dalam organisasi jika system
organisasi tersebut mendukungnya. Jika anda berbicaraa menang/menang,
tetapi memberi ganjaran untuk menang/kalah, maka yang ada di tangan anda
adalah program yang gagal
b. Proses
Tidak ada cara untuk mencapai tujuan Menang/menang dengan saran
menang/kalah atau Kalah/menang. Anda tidak dapat mengatakan, “Anda
akan berfikir menang/menang, entah anda suka atau tidak.” Maka,