50 20 SYAKBAN - 5 RAMADLAN 1431 H
TELAAH PENDIDIKAN
Sekolah Calon Pemimpin Bangsa
HANIF KRISTIANTO, S.PD.
Staf Pengajar di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya.
Satu abad bagi Muhammadiyah
bukanlah usia yang muda. Sejak
berdirinya (1912) Muhammadiyah
terus berkiprah di tengah-tengah
umat. Muhammadiyah tidak hanya
dikenal sebagai organisasi Islam, tapi
juga gerakan yang dibuktikan dengan
perannya di berbagai bidang seperti
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
sebagainya.
D
alam bidang pendidikan, jika dilihat dari perkembangan dan kemunculan sekolah Muhammadiyah di daerah-daerah bisa dibilang menggembirakan. Begitu pula kesadaran di tengah-tengah kaum Muslimin untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah Muhammadiyah semakin tumbuh dan menggembirakan. Inilah keunggulan yang seharusnya dipegang erat dan dijadikan ikon sekolah Muhammadiyah.Sekolah Kader dan Pemimpin
Kesadaran dan harapan orang tua pada sekolah Muhammadiyah patut disambut gembira. Orang tua akan senang melihat anaknya berakhlak mulia dan aktif dalam kegiatan di tengah-tengah umat. Bahkan lebih dari itu, otang tua akan lebih bangga jika anaknya shalih dan shalihah setelah lulus dari sekolah Muhammadiyah. Seiring berjalannya waktu dan tantangan global, sekolah Muhammadiyah juga harus bisa menjawabnya dengan tanpa meninggalkan ciri khas Muhammadiyah.
Dalam hal ini pula, sekolah Muhammadiyah juga harus dapat dijadikan lembaga perkaderan untuk memper-siapkan siswa menjadi pemimpin yang taat pada aturan Allah dan mempunyai kepribadian Islam yang luhur. Sudah saatnya setiap sekolah Muhammadiyah mempunyai slogan “Sekolahnya Para Calon Pemimpin Bangsa”. Slogan ini menjadi penting agar setiap orang yang berkecimpung di dalam pendidikan Muhammadiyah (Majelis Dikdasmen, guru dan karyawan) mempunyai
persepsi yang sama. Persepsi ini penting untuk mem-bangun kesadaran umum bahwa sekolah Muhammadiyah juga sebagai tempat perkaderan, yang nantinya anak didik akan menjadi pemimpin negeri ini.
Memunculkan sekolah calon pemimpin menjadi penting ketika melihat negeri ini sering dilanda krisis kepemimpinan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya wakil rakyat dan pemimpin negeri ini yang tidak menjalankan amanah. Terlebih lagi mereka abai dalam menepati janji yang dulu dikampanyekan. Rakyat kini sudah capek dibohongi dan begitu mendambakan pemimpin yang amanah. Sekolah Muhammadiyah harus dapat menjawab masalah itu dengan langkah-langkah yang taktis dan realistis. Langkah ini dapat meniru Rasulullah saw dengan metode pembinaan Darul Arqam. Langkah-langkah ini tentu perlu didukung semua elemen dan komponen yang berada dalam tubuh Muhammadiyah.
Perlu diingat pula, keberlangsungan pendidikan membutuhkan dukungan yang terdiri dari tiga pilar: keluarga, sekolah, dan lingkungan. Ketiga pilar itu harus saling terkait secara berkesinambungan. Pilar pertama yang mendukung keberhasilan pendidikan adalah keluarga, Sukses tidaknya seorang anak dapat dilihat dari kondisi keluarganya. Keluarga, terutama orang tua, hendaknya memahami perkembangan anak-anaknya. Orang tua dapat menanamkan nilai-nilai akidah Islam kepada anak sedari kecil. Jika akidah anak kuat, maka hal itu menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan sehingga terjauh dari perbuatan syirik, bid’ah, dan khurafat.
Pilar kedua adalah sekolah. Sekolah Muhammadiyah harus mempunyai nilai tambah yang membedakannya dengan sekolah umum yang tidak berbasis Islam. Sekolah Muhammadiyah seharusnya merumuskan bahwa landasan untuk mendidik anak-anak adalah dengan akidah Islam. Akidah Islam ditanamkan pada anak didik bahwa dia bersekolah adalah karena perintah Allah dan Rasul-Nya (lihat Q.s. 58:11; 65:2) serta dalam rangka untuk memuliakan agama Allah, sebagaimana semangat para sahabat dan ilmuwan Muslim dahulu. Jika yang terjadi demikian, maka antara guru dan anak didik akan memunculkan kesadaran bahwa aktivitas yang dilakukan adalah ibadah. Aktivitas belajar dan mengajar menjadi hidup dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarub ilal-Lah).
De
m
o (Vi
si
t ht
tp:
//www.pdfspl
itm
erge
r.c
om
51
SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 95 | 1 - 15 AGUSTUS 2010
TELAAH PENDIDIKAN
Di sinilah letak nilai-nilai Islam ditonjolkan. Dengan demikian, anak didik tidak akan asing jika pelajaran Fisika dikaitkan dengan penghitungan hilal atau hisab. Matematika dan ekonomi dikaitkan dengan pember-dayaan masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah. Pengajaran bahasa—lokal, nasional, dan asing—dijadikan sarana untuk mendakwahkan dan mensyiarkan Islam, sehingga Islam dapat dikenal baik di dalam negeri maupun luar negeri. Begitu juga ilmu-ilmu sosial dikaitkan dengan analisis kondisi masyarakat, yang berguna bagi pengembangan Muhammadiyah di tengah-tengah umat. Maka dengan demikian, sesungguhnya semua pelajaran sesungguhnya dapat dikaitkan dengan Islam dan ke-Muhammadiyahan.
Pilar Pendukung
Lebih lanjut lagi, pendidikan di sekolah Muham-madiyah diharapkan bisa membentuk manusia yang berkepribadian Islam, yang meliputi pola pikir dan pola sikap. Ketika seseorang memikirkan sesuatu untuk mengeluarkan keputusan dengan bersandar pada akidah Islam, maka pola pikirnya adalah ‘aqliyah Islamiyah
(pola pikir Islami).
Adapun pola sikap adalah cara yang digunakan seseorang untuk memenuhi tuntutan naluri (gharizah) dan kebutuhan jasmani berdasarkan kaidah yang diimani dan diyakininya. Jika pemenuhan naluri dan kebutuhan jasmani tersebut dilaksanakan dengan sempurna ber-dasarkan akidah Islam, maka pola sikapnya dinamakan nafsiyah Islamiyah.
Jika pola pikir dan pola sikap seorang siswa telah terikat dengan Islam, berarti dia telah menjelma sebagai seseorang dengan kepribadian Islami. Kepribadian ini
akan terwujud ketika anak didik tidak hanya cerdas dalam bidang keilmuan, tetapi mampu mewujudkan keilmuan itu dalam tingkah lakunya. Mereka mampu menggunakan ilmunya untuk kemajuan Islam. Otaknya encer dan kepribadiannya yang bagus tampak pada akhlaknya.
Perwujudan pengkaderan untuk mendapatkan kepribadian Islam akan tampak ketika sekolah melakukan pembinaan yang intensif dan berkelanjutan. Pembinaan dilakukan dengan membentuk kelompok mentoring dan dilakukan berjenjang. Hal ini dimaksudkan agar anak didik mengenal Islam lebih mendalam. Materi dapat diambilkan dari buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Dengan materi yang berjenjang dan terstruktur maka akan terbentuk kerangka berpikir dan bersikap seorang kader Muhammadiyah. Kader yang sudah siap baginya ada kewajiban untuk berinteraksi dengan masyarakat. Mereka terjun ke tengah-tengah masyarakat dengan memberikan solusi yang Islami, sebagai bentuk amar ma’ruf nahi munkar bagi terwujudnya kehidupan yang Islami.
Pilar ketiga yang penting adalah masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari berbagai macam pemikiran, peraturan, dan perasaan yang berbeda mempunyai pe-ngaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Jika pendidikan dicanangkan untuk menghasilkan kader, maka masya-rakat pun harus dilibatkan atau turut serta membantu upaya sekolah. Hal ini dibuktikan dengan turut mengawasi siswa-siswa sekolah agar tidak melenceng dari Islam.
Program untuk mewujudkan sekolah Muhammadiyah sebagai calon pemimpin bangsa bukanlah sesuatu yang utopis. Bahkan, hal itu menjadi logis jika tiga pilar: keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat bekerja dan dikelola dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip dan nilai Islam.•