• Tidak ada hasil yang ditemukan

NTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS TERHADAP TEMAN DAN GURU DI SEKOLAH INKLUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS TERHADAP TEMAN DAN GURU DI SEKOLAH INKLUS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS TERHADAP TEMAN DAN

GURU DI SEKOLAH INKLUSI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Evilinear Prasima D 05810147

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)
(3)
(4)

iv

Surat Pernyataan

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Evilinear Prasima Diahrianti

Tempat/tanggal lahir : Magetan, 8 Januari 1987

Nim : 05810147

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Interaksi Sosial Anak Autis terhadap Teman dan Guru di Sekolah Inklusi.

1. Adalah bukan karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas Royalti Non Ekslusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Pemilik dan penguasa alam semesta beserta isinya, hidayah, kasih saying, kemudahan serta nikmat – nikmat lain yang tak terhitung jumlahnya. Hanya dengan seizin-Nya lah akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan, suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat Islam dari kegelapan menuju cahaya Islam.

Skripsi ini berjudul “Interaksi Sosial Anak Autis Terhadap Guru dan Teman di Sekolah Inklusi”. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat gelar Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa penyusunan karya sederhana ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Siti Suminarti Fashikhak, Dra. M. Si selaku Dosen Pembimbing I atas kesempatan yang telah diberikan dan bimbingannya serta arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ibu Yuni Nurhamida M. Psi selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Hudaniah M. Psi selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Kedua orangtuaku yang selalu senantiasa memberikan do’a, kasih sayang dan motivasi yang tidak pernah berhenti selama penulis menyelesaikan skripsi. 6. Adik – adikku, Dwiyan Eva Nurhidayanti dan Abyan Daris Syam Utomo yang

(6)

vi

7. Untuk calon pemimpinku Muhdi Azmi Viptian, terima kasih atas kesabaranmu dan telah menemaniku di saat susah dan senang.

8. Seluruh guru dan staf pengajar lainnya di SDN Sumbersari 1 yang telah membantu penulis dengan memberikan izin penelitian dalam menyelesaikan tugas akhir.

9. Teman – teman Psikologi yang telah sepenuhnya membantuku : Putri Ika, Dyah, Alm Mulia, Irfan, Siska. Dan teman seperjuanganku : Desi Nila, Penny Tri, Dewi, Dinda, Reny.

10.Anak – anak kost blok 7 kav 114 : Kitty, Dita, Kiky yang telah menemani hari-hariku dan selalu memberikan keceriaan ketika aku dilanda kesedihan.

11.Pihak – pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata penulis berharap semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan bahkan jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Dengan kerendahan hati, penulis persembahkan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat. Amien.

Wassalamualikum Wr. Wb.

Malang, 20 Mei 2011 Penyusun

(7)

vii

2.Penyebab dan Karakteristik Anak Autis ... 9

3. Indikator Perilaku Autis pada Anak ... 10

B. Interaksi Sosial ... 12

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 12

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ... 13

3. Latar Belakang Interaksi Sosial ... 17

4. Indikator Interaksi Sosial ... 17

C. Sekolah Inklusi ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Rancangan Penelitian ... 20

B. Batasan Istilah ... 21

C. Subyek Penelitian dan Informan ... 21

D. Konteks penelitian ... 22

D. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 23

E. Metode Pengumpulan Data ... 23

F. Prosedur Penelitian ... 24

G. Analisa Data ... 26

H. Keabsahan Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Penelitian ... 28

1. Deskripsi Subyek dan Informan Penelitian ... 28

1.1 Subyek T ... 28

1.2 Subyek N ... 29

2. Deskripsi Data ... 30

(8)

viii

2.2 Subyek N ... 32

B. Hasil Analisis Data ... 34

1. Subyek T ... 35

2. Subyek N ... 38

C. Pembahasan ... 41

BAB V PENUTUP ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(9)

ix

DAFTAR TABEL

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA

A, Galih. (2008). 12 Terapi Autis Paling Efektif & Hemat untuk Autisme, Hiperaktif, dan Retardasi Mental. Jakarta : PT Buku Kita.

Ahmadi, H.A. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta : PT Rineka Cipta.

American Psychological Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition. Washington DC : APA.

Dayakisni, D. dan Hudaniah. (2006). Psikologi Sosial (Cetakan ketiga). Malang : UMM Press.

Gerungan, W.A. (1991). Psikologi Sosial (Cetakan keduabelas). Bandung : PT Eresco.

Hadis, Abdul. (2006). Pendidikan anak Berkebutuhan Khusus-Autistik. Bandung : Alfabeta.

Handojo. Y. (2004). Autisma : Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Prilaku Lain. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Kerlinger, F.N. (1990). Asas-asas Penelitian Bahavioral (Edisi ketiga). Yogyakarta : Gajah mada University Press.

Maulana, Mirza. (2008). Anak Autis (Cetakan kedua). Yogjakarta : Katahati.

Moleong, L.J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif (Cetakan keduapuluhtujuh). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Peeters, T. (2004). Autisme : Hubungan Pengetahuan Teoritis dan Bermakna bagi Orang Tua. Yogyakarta : Graha Ilmu.

(12)

xii

Soekanto, S. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar (Cetakan ketigapuluh delapan). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak. Kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga sangat dinanti-nantikan, karena anak adalah penerus generasi keluarga. Namun ada kalanya sebuah keluarga diberi anugerah seorang anak tapi tidak seperti yang diharapkan yaitu anak dengan kebutuhan-kebutuhan khusus seperti anak autis.

Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan pada anak yang ditandai munculnya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi, ketertarikan pada interaksi sosial dan perilakunya. Dalam bahasa Yunani dikenal kata autis, “auto’ berarti sendiri ditujukan kepada seseorang ketika dia menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri” (Galih A, 2008). Autis pada anak-anak berbeda-beda tarafnya, dari yang paling ringan sampai yang berat. Autis dapat terjadi pada siapa saja tanpa membedakan status sosial maupun ekonomi. Dengan perbandingan 4:1 pada anak laki-laki. IQ pada anak autisma bisa dari yang rendah sampai IQ yang tinggi (Hadis, 2006).

(14)

interaksi sosial, gangguan sensori, gangguan pola bermain gangguan perilaku dan gangguan emosi. Masalah atau gangguan di bidang interaksi sosial, dengan karakteristik berupa : anak lebih suka menyendiri, tidak ada kontak mata dengan orang lain atau menghindari tatapan muka/mata dengan orang lain, tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman (baik sebaya maupun lebih tua dari dia), bila diajak bermain anak autistik itu tidak mau atau menjauh.

Pada penanganan anak autis sering dijumpai terdapat gangguan yang ditandai 3 gejala utama yaitu gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi dan imajinasi. Diantara ketiga hal tersebut, yang paling penting diperbaiki lebih dahulu adalah interaksi sosial. Bila interaksi membaik, seringkali gangguan komunikasi dan perilaku akan membaik secara otomatis. Banyak orangtua mengharapkan anaknya segera bicara dan akan merasakan sedih jika hal itu tidak terjadi. Tanpa interaksi yang baik, bicara yang keluar seringkali berupa ekolalia, mengulang sesuatu yang didengarnya. Komunikasi juga tidak selalu identik dengan bicara. Bisa berkomunikasi non verbal jauh lebih baik dibandingkan bicara yang tidak dapat dimengerti artinya (Peeters, 2004).

Pada dasarnya interaksi sosial sangat dibutuhkan oleh setiap manusia karena manusia selalu membutuhkan manusia yang lain dalam kehidupannya bermasyarakat. Itulah sebabnya maka H. Bonner dalam bukunya Social Pschology memberikan rumusan tentang interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya (Gerungan, 1991).

(15)

menunjukkan adanya gangguan interaksi dengan orang yang ada di sekitarnya, baik orang dewasa maupun anak sebayanya. Penyandang autis juga menunjukkan perilaku yang tidak mencukupi, termasuk dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Kondisi anak autis yang berkaitan dengan melakukan interaksi sosial jelas terjadi hambatan-hambatan, hambatan tersebut terjadi karena tidak adanya kemampuan seorang anak autis untuk menerima rangsangan yang berasal dari luar sehingga terkesan acuh dan tidak peduli dengan kondisi yang terdapat disekitarnya.

Interaksi sosial pada anak autis dapat diklasifikasi menurut tipe interaksi sosial. Kerana itu Wing dan Gould (dalam Pusponegoro buku Hadis, 2001) mengklasifikasikan anak autis menjadi tiga kelompok, yaitu meliputi grup aloof, grup pasif dan grup aktif tapi aneh. Pada grup aloof komunikasi verbal dan non verbal sangat terganggu. Anak autis kelihatan seperti anak tuli, tetapi apabila mendengar suara yang disukainya maka anak tersebut akan bereaksi dengan cepat. Sebagain besar anak ini tetap tidak mau berbicara dan mengalami gangguan yang bersifat menetap, misalnya ekolalia (mengulang kata-kata) dan menggunakan bahasa yang tidak mudah dipahami oleh orang lain.

Kelompok ke dua dari klasifikasi anak autis menurut tipe interaksi sosial grup pasif. Grup atau kelompok anak jenis ini tidak berinteraksi secara spontan, tetapi tidak menolak usaha interaksi dari pihak yang lain bahkan kadang-kadang menunjukkan rasa yang senang. Kelompok anak autis jenis ini dapat diajak bermain bersama tetapi bersifat pasif. Anak ini dapat meniru bermain, tetapi tanpa imajinasi, berulang dan terbatas. Pada kelompok ke tiga dari klasifikasi anak autis adalah grup aktif tapi aneh. Pada kelompok ini anak autis dapat mendekati orang lain, mencoba berkata dan bertanya tetapi bukan untuk kesenangan atau untuk tujuan interaksi sosial secara timbal balik. Kemampuan anak ini untuk mendekati orang lain kadang berbentuk fisik, sangat melekat pada orang lain walaupun orang lain tersebut tidak menyukainya.

(16)

seperti menghindari tatapan mata orang lain, lebih asyik main sendiri dan menolak untuk dipeluk. Ke tiga, terjadi gangguan pada perilaku yang berlebihan (excessive) misalnya tidak bisa diam dan mengulang-ulang gerakan tertentu atau gangguan perilaku kekurangan (deficient) misalnya diam untuk tatapan kosong dan bermain secara monoton. Ke empat, terjadi gangguan emosi, yaitu tak ada atau kurangnya empati, tertawa-tertawa tanpa sebab, menangis atau marah-marah sendiri dan sering mengamuk (temper tantrum). Ke lima, terjadi gangguan persepsi sensoris seperti suka mencium-cium atau menjilat-jilat benda apa saja, tak bisa mendengar suara keras dan ak mau diraba atau disentuh (Handojo, 2004).

Berdasarkan beberapa kondisi tersebut maka seorang anak autis akan mengalami kendala dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang ada disekitar. Kendala dalam melakukan interaksi sosial tersebut dikarenakan seorang anak autis memiliki kecenderungan bersikap acuh terhadap kondisi yang sedang terjadi. Pada sisi yang lain seorang anak autis tidak mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Beberapa kendala seorang anak autis dalam melakukan interaksi sosial yaitu dapat diketahui adanya kendala dalam berbahasa sehingga agal sulit untuk membangun atau melakukan interaksi sosial.

Orangtua selayaknya tidak berlarut-larut mengalami kesedihan, karena anak mereka membutuhkan peran dari orangtua untuk mendukungnya. Agar anak mereka bisa mengatasi masalah dengan keadaan sosial di lingkungannya, kebanyakan orangtua memasukkan anaknya ke sekolah yang menerapkan program inklusi. Dalam pelaksanaan program inklusi ini, anak autis diintegrasikan ke kelas anak normal yang telah diberikan wawasan tentang anak autistik, sedangkan untuk anak autistik juga diajar oleh guru kelas untuk anak normal tetapi didampingi oleh shadow/guru pembimbing khusus (GPK), (Hadis, 2006).

(17)

dihadapai anak autis pada sekolah inklusi. Masalah yang sering terjadi yaitu: pertama, karena adanya keterbatasan anak autis dalam berbahasa sehingga agak sulit mambangun interaksi sosial, yang ke dua, peran orangtua yang salah dalam menetapkan strategi bagi perkembangan anaknya. Mereka lebih memprioritaskan pada hal-hal yang akademik. Padahal problema anak dengan kebutuhan khusus, terutama yang autis adalah komunikasi dan sosialisasi. Materi akademik sebenarnya dapat diajarkan kapan saja, asalkan anak telah dapat berkomunikasi dengan lancar (Handojo, 2004).

Sekolah inklusi sendiri adalah layanan pendidikan yang mengikut sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak sebayanya di kelas reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Tujuan dari sekolah inklusi adalah memberikan layanan pendidikan khusus kepada anak-anak yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran akibat kelainan fisik, mental, sosial di sekolah-sekolah umum / anak normal (integritas / terpadu) (Dinas Pendidikan, 2004).

(18)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang interaksi sosial anak autis di sekolah inklusi, dengan judul penelitian:

Interaksi Sosial Anak AutisTerhadap Teman Dan Guru di Sekolah Inklusi

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas peneliti merumuskan masalah dalam penelitian bagaimana interaksi sosial anak autis terhadap teman dan guru ?

C.TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui :

1. Interaksi sosial anak autis dengan guru di sekolah inklusi 2. Interaksi sosial anak autis dengan teman

D.MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Ada beberapa m anfaat yang ingin dicapai dari hasil peneit ian ini.

Beberapa m anfaat t ersebut penelit i uraikan sebagai berikut :

a. Hasil penelitan nanti diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu psikologi.

b. Menambah wawasan pengetahuan tentang anak autis yang berhubungan interaksi sosial .

2. Manfaat Praktis

Sedangkan secara prakt is, penelit ian ini diharapkan dapat memberi

manfaat riil kepada seluruh elem ent masyarakat yang berhubungan autis. Ada

pun rincian m anfaat t ersebut adalah sebagai berikut:

a. Menambah pemahaman lebih untuk memahami pengertian dari anak yang mengalami gangguan autis.

b. Memberi pemahaman tentang penyebab autis tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

DO ( Dissolved Oxygen ) atau disebut dengan oksigen terlarut dalam badan air disamping digunakan untuk kehidupan air, juga akan membantu proses penghilangan.. beberapa senyawa

Proses analisa dari pengujian akurasi sistem diagnosa penyakit tanaman jeruk menggunakan metode Dempster Shafer dilakukan berdasarkan percocokan hasil diagnosa pakar dengan

reduction, display dan conclusions. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masih ada pelaku usaha yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak namun tidak

Perubahan reformasi ini diharapkan mampu membawa pemahaman mengenai kepekaan jender bagi aparat penegak hukum agar bersikap tanggap terhadap kepentingan perempuan

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3

[r]

 Rekayasa ulang 5 2 Mampu memahami konsep dasar legacy system, analisis pengaruh, refactoring, program comprehension dan software reuse..  Ketepatan menjelaskan konsep

dengan Bahni menjelaskan, hambatan dalam pelaksanaan sanksi pidana adat terhadap pencurian ternak pada masyarakat di Desa Lagan, yakni terkadang masyarakat