• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT KOMUNITAS SUKU OSING (Studi Etnografi di Desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT KOMUNITAS SUKU OSING (Studi Etnografi di Desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT KOMUNITAS

SUKU OSING

(Studi Etnografi di Desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi)

SKRIPSI

Diajukan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana (S-1)

Oleh : Nurdian Setiawan

08220231

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Nurdian Setiawan

NIM : 08220231

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Jurnalistik dan Studi Media

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi :

PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT KOMUNITAS SUKU OSING

(Studi Etnografi di Desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

M. Himawan Sutanto Richwan, M.Si Roziana Febrianita, S.Sos

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

(3)
(4)

iii PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurdian Setiawan

Tempat, tanggal lahir : Banyuwangi, 29 Januari 1988

Nomor Induk Mahasiswa : 08220231

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT KOMUNITAS SUKU OSING

(Studi Etnografi di Desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya

dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Malang, 3 Mei 2012

Yang Menyatakan,

(5)

iv

(6)

v MOTTO

(7)

vi HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Kedua orang tuaku yang istimewa dan sabar,

Bapak dan Ibu, terimakasih atas doa, cinta dan kasih sayang

yak tak pernah henti melebihi kedipan mataku sekalipun.

(8)

vii ABSTRAK

Nurdian Setiawan, 08220231

PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT KOMUNITAS SUKU OSING

(Studi Etnografi di Desa Olehsari Banyuwangi)

Pembimbing : M. Himawan Sutanto, M.Si dan Roziana Febrianita, S.Sos

Kata Kunci : Pemaknaan, Ritual Seblang.

Penelitian yang berjudul PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT KOMUNITAS SUKU OSING (Studi Etnografi di Desa Olehsari Banyuwangi) diawali oleh ketertarikan peneliti pada kebudayaan masyarakat suku Osing Kecamatan Glagah, kabupaten Banyuwangi yang sarat akan nilai sakralitas. Selain itu rasa keingin tahuan peneliti tentang adanya makna dan bentuk penyampaian pesan terhadap harapan dan tujuan masyarakat lewat pelaksanaan ritual seblang. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguraikan proses-proses ritual seblang, serta mengetahui dan menjelaskan pemaknaan ritual seblang menurut komunitas Suku Osing.

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang konsep makna dan konsep kepercayaan dalam studi kebudayaan. Selain itu penelitian ini juga menggunakan studi Etnografi Komunikasi yang menjelaskan tentang perilaku komunitas tutur atau komunitas bahasa dalam suatu kondisi masyarakat tertentu.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Desa Olehsari Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Dalam Penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan menentukan 7 informan untuk dilakukan wawancara terstruktur secara mendalam. Sementara itu, untuk pengumpulan datanya menggunakan introspeksi, observasi, wawancara mendalam, dan analisis

documenter. Sedangkan teknik keabsahan datanya dengan triangulasi sumber.

Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan makna-makna dari bentuk komunikasi non-verbal dalam proses ritual seblang. Terdapat 10 bentuk simbol yang mengandung makna yang sesuai dengan tujuan dan harapan warga desa Olehsari terkait pelaksanaan ritual seblang yaitu sebagai bersih desa untuk menolak balak, mengundang kesuburan, pengobatan penyakit, dan penghormatan kepada leluhur. Bentuk pemaknaan ritual seblang ini antara lain : gerakan sapon, nyonggo, dhaplang, celeng mogok, pola memutar, prosesi ider bumi dan terakhir

(9)

viii yang dilakukan selama sepekan penuh. Selain itu sajen yang digunakan sebagai perlengkapan wajib juga memiliki makna simbol sebagai pengundang kesuburan dan keberkahan. Omprog sebagai mahkota riasan utama seblang juga terdapat makna khusus sebagai pendhuduh atau penuntuk arah kehidupan. Disamping makna komunikasi non-verbal, penelitian ini juga menguraikan secara rinci tentang proses-proses ritual seblang dari mulai ritual persiapan yang meliputi

kejiman, selametan, pingitan, lalu ritual inti yakni tarian seblang dan ider bumi

serta siraman sebagai ritual penutup.

Malang, 3 Mei 2012

Nurdian Setiawan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(10)

ix KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah serta

bimbingan-Nya sehingga penulis dapat dengan lancar menyelesaikan skripsi

yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Malang dengan judul :

PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT KOMUNITAS SUKU OSING

(Studi Etnografi di Desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi)

Penelitian ini termasuk penelitian etnografi yang mengangkat tentang

pemaknaan sebuah fonomena budaya yang sarat akan nilai religi. Penelitian ini

mendeskripsikan tentang sebuah proses ritual adat seblang yang ada di Desa

Olehsari Kabupaten Banyuwangi, serta pemaknaan ritual menurut komunitas

Suku Osing. Dalam ritual adar seblang didesa Olehsari pelaksaaanya dilakukan

selama 7 hari berturut-turut selama bulan syawal. Proses ritual seblang diawali

dengan ritual kejiman sebagai media pemilihan penari, kemudian dilanjutkan

slamatan setelah itu pada ritual puncak yakni tari seblang. setelah pelaksanaan

ritual tari 7 hari selesai kemudian dilanjutkan dengan ritual ider bumi dan siraman

sebagai ritual pamungkas.

Dalam proses ritual seblang terdapat simbol-simbol yang mana dalam

skripsi ini ditemukan dan dibahas tentang 10 simbol yang memiliki makna

sebagai bersih desa, mengundang kesuburan, penolak balak, dan penghormatan

leluhur. Hasil penelitian ini belumlah sempurna. Maka dari itu diharapkan bagi

para peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan bahkan mengkaji lebih

dalam mengenai studi semiotik. Diharapkan minimal skripsi ini menjadi sebuah

(11)

x Berbagai kesulitan, halangan dan rintangan dihadapi oleh penulis dalam

penyusunan skripsi ini, namun dengan semangat serta do’a dan dorongan dari

bebagai pihak sehingga semua hambatan dapat diatasi. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dorongan baik secara

moral maupun materiil sehingga terselesaikannya skripsi ini, kepada :

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

2. Kedua orang tuaku Ayahanda Ponadi dan Ibunda Istianah Bsy, serta adikku

Diah Putri Agustin tercinta yang telah senantiasa tidak ada henti untuk

mendoakan, memotivasi dan memberikan kasih sayang yang melimpah serta

mengorbankan segalanya sehingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak M. Himawan Sutanto, M.Si selaku dosen pembimbing I dan ibu

Roziana Febrianita, S.Sos selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dalam

menyampaikan ilmu, memberikan pencerahan, bimbingan dan pengarahan

sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

4. Seluruh dosen jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

yang telah membantu dalam bentuk sumbangan pemikiran tentang hal-hal

yang terkait dalam skripsi ini, serta telah memberikan motivasi sehingga

skripsi ini dapat segera terselesaikan.

5. Seluruh penulis buku yang telah menjadi sumber inspirasi dan membantu

dalam memberikan ilmu pengetahuan, wawasan serta pemahan tentang segala

hal yang terkandung dalam penulisan skripsi ini.

6. My Dear Walda Isna Nisa yang telah menjadi inspirasi dan motivasi yang

(12)

xi bantuan dan do’a. Kepada sahabatku (mama) Virgianti D.P. yang telah selalu

bersama saling menyemangati satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini

dari pembuatan proposal awal, seminar hingga akhir penyusunan. Kepada

sahabatku Fredi Teguh P yang telah menjadi teman diskusi serta memberikan

sumbangan pemikiran, kepada sahabatku Nena Kisnawati yang telah menjadi

teman setia seperjuangan dalam pengerjaan skripsi ini.

7. Serta kepada seluruh sahabat-sahabatku dan pihak lain yang juga turut

memberikan bantuan dan belum sempat saya sebutkan satu-persatu, semoga

Allah SWT membalas semua amal kebaikan dengan pahala yang berlipat

ganda.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang

ada, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,

maka penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya serta

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan

skripsi ini. Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Malang, 3 Mei 2012

(13)

xii

Berita Acara Bimbingan ... iv

(14)

xiii

A.3 Makna dalam Cultural Studies ... 12

B. Komunikasi Antar Budaya ... 13

C. Etnografi Komunikasi ... 15

C.1 Ruang Lingkup dan Fokus Kajian Etnografi Komunikasi ... 17

D. Budaya ... 19

D.1 Ritual dan Kepercayaan ... 22

D.2 Ritual Seblang ... 25

D.2.1 Seblang Sebagai Cikal Bakal Tari Gandrung ... 26

D.2.2 Syarat dan Ketentuan dalam Ritual Seblang ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

c. Observasi Non-Partisipan ... 35

d. Analisis Dokumenter ... 36

I. Teknik Analisa Data ... 37

(15)

xiv

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 38

A.1 Profil Desa Olehsari ... 38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Profil Informan Penelitian ... 49

B. Proses Ritual Adat Seblang ... 52

B.1. Ritual Adat Sebagai Sistem Kepercayaan ... 52

B.2. Pengorbanan Diri (Sacrifice) ... 56

B.3. Faktor Keturunan Darah ... 59

B.4. Sakralitas ... 62

B.5. Unsur-Unsur Upacara dalam Sistem Upacara Adat seblang ... 63

(16)

xv

B.6.1. Proses Ritual Kejiman ... 73

B.6.2. Pingitan dan Selamatan ... 77

B.6.3. Proses Ritual Tari Seblang ... 79

C. Pemaknaan Ritual Seblang Menurut Komunitas suku Osing ... 89

C.1. Makna pada Mantra dan gending ... 90

C.2. Makna pada Simbol Artifak ... 96

C.3. Makna pada Gerak Tari ... 98

D. Bentuk Simbol dan Makna Dalam Tujuan Ritual Seblang ... 115

E. Diskusi Konsep ... 123

BAB VI PENUTUP ... 1124

6.1 Kesimpulan ... 124

6.2 Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130

GLOSSARY

(17)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Fasilitas Umum ... 40

Tabel 2. Data Mata Pencaharian Penduduk ... 42

Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan Penduduk ... 44

Tabel 4. Data Nama Pembuat Omprog Desa Olehsari ... 66

Tabel 5. Data Nama Urutan Penari Seblang Desa Olehsari ... 75

(18)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pembuatan Omprog ... 64

Gambar 2. Asiyah saat membuat Omprog ... 65

Gambar 3. Persiapan sajen ... 68

Gambar 4. Sajen saat diperebutkan warga ... 70

Gambar 5. Sajen diperebutkan warga ... 70

Gambar 6. Proses ritual kejiman ... 74

Gambar 7. Pembacaan mantra pada omprog... 81

Gambar 8. Dukun saat pemberian santapan ... 83

Gambar 9. Pembuaadegan menjual kembang Dirmo ... 84

Gambar 10. Penari saat pinsan ... 85

Gambar 11. Kerumunan warga saat ider bumi... 87

Gambar 12. Prosesi ritual siraman ... 88

Gambar 13. Gerakan Sapon ... 100

Gambar 14. Gerakan nyonggo... 102

Gambar 15. Gerakan Celeng Mogok ... 103

Gambar 16. Gerakan Dhaplang ... 105

Gambar 17. Lokasi pertunjukan ... 107

Gambar 18. Adegan Tundik ... 109

(19)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1, Tabel Transkrip Hasil Wawancara

Lampiran 2, Tabel Transkrip Observasi

Lampiran 3, Draff Wawancara

(20)

130 DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1986. Sosiologi Bahasa. Angkasa, Bandung.

Barker, Cris.2005. Cultural Studies Teori dan Praktik. kreasi wacana. Yogyakarta

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo

Persada. Jakarta

---. 2010. Penelitian Kualitatif. Kencana Prenada media Group,

Jakarta

De Vito, Josep A. 1997. Komunikasi antar Manusia (kuliah dasar). Edisi

Keempat. Person education. Inc.

---.2011. Komunikasi Antar Manusia. Edisi kelima. Karisma

Publishing Group. Tangerang

Fisher, B Aubrey. 1986. Teori-teori komunikasi : perspektif mekanistis,

psikologis, interaksional dan pragmatis. Ramadja karya CV. Bandung.

Geerz, Clifford. 1992.Kebudayaan dan Agama. Kanisius.Yogyakarta.

Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. UMM Press. Malang.

Koentjaraningrat. 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Dian Rakyat. Jakarta

---. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. PT RINEKA CIPTA.

Jakarta..

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Widya Padjadjaran. Bandung.

Liliweri, Alo. 2007. Makna Budaya, Dalam Komunikasi Antar Budaya. PT LKiS

(21)

131 Littlejohn, Stephen W. dan Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi.. Salmba

Humanika, Jakarta.

Maran, R. Raga. 2007. Manusia & Kebudayaan (dalam perspektif ilmu budaya

dasar). PT Rineka Cipta. Jakarta.

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi (suatu pengantar). PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

---. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung

--- & Rakhmad, Jalaluddin. 2009. Komunikasi Antar Budaya. PT

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Murgiyanti, S. 1997. seblang dan gandrung dua bentuk tari tradisional di

Banyuwangi. Pembina Media Kebudayaan, Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 2001. Sosiologi komunikasi massa. Remadja Karya.

Bandung.

Samovar, Larry A. Perter, Ricahrd E. McDaniel Edwin R. 2010. Komunikasi

Lintas Budaya. Edisi Ke tujuh. Salemba Humanika, Jakarta.

Satori, Djam’an & Komariah, Aan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Alfabeta, Bandung.

Setiadi, Kakam, Effendi. 2011. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Kencana Prenada

(22)

132 Singodimajan, Hasnan. 2009. Ritual Adat Seblang (sebuah seni perdamaian

masyarakat using Banyuwangi). Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,

Banyuwangi.

Sobur, alex. 2006. Analisis teks media : suatu pengantar untuk analisis wacana

analisis semiotic, dan anaisis framing. PT Remadja Rosdakarya. Bandung.

---.2006. Semiotika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. bandung

Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Soyomukni, Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Ar-Ruzz Media,

Jogjakarta.

Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. SABDA – Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sebelas Maret Univesity Press,

Surakarta.

Non Buku :

Ading Khawalid Al-Patalingi, 2011. Makalah Ilmiah. AKU BERFIKIR MAKA

AKU ADA DENGAN BERFIKIR AKU BERZIKIR. Blogger.com

http://ading-aday.blogspot.com/2011/04/definisi-agama-kepercayaan-dan-realigi.html (diakses tanggal 02/02/12 pukul 21.00)

Anonim, 2012. Daftar Potensi Desa Olehsari. Kecamatan Glagah, Kabupaten

Banyuwangi

Kholil, Ahmad. 2010. Seblang dan Kenduri Masyarakat Olehsari. ACIS. 265

(Diakses pada 11/02/2012 pukul 19.00)

(23)

133

Glossary

1. Belarak : kotoran

2. Capil : topi

3. Cawisan : cadangan

4. Celeng Mogok : Gerakan berjalan mundur pada tari seblang

5. Dhaplang : gerakan merentangkan kedua tangan lurus sebahu dengan

memegang sampur

6. Dhanyang : dewa-dewi

7. Empon-empon : tanaman obat-obatan

8. Gandrung : kesenian tari khas Banyuwangi

9. Gendhing : lagu-lagu khas daerah

10.Ider bumi : proses mengitari desa dengan seluruh perangkat seblang

11.Ilok-ilok : pantangan (sunda = pamali)

12.Jim : Jin

13.Kejiman : proses ritual kerasukan roh halus oleh (mediasi)

14.Kembang dirmo : bunga kenanga

15.Kembang telon : bunga tiga warna

16.Lembeyan : mengayunkan tangan

17.Ngalap berkah : mengharap berkah

18.Ngambol : ngambek

19.Ngunduh : mengambil / memetik

(24)

134 21.Omprog : mahkota seblang

22.Opah : upah / imbalan

23.Panthus : pemimpin sinden dan pelayan seblang

24.Payung agung : sebuah simbol kerajaan

25.Pendhuduh : penunjuk arah

26.Pengutug : Dukun Seblang

27.Porobungkil : hasil bumi

28.Prapen : tempat pembakaran kemenyan

29.Pupus : daun yang masih muda

30.Sajen : sesaji

31.Sapon : Gerakan tari yang menyerupai orang menyapu

32.Seblak : memukul dengan sesuatu

33.Seblang : Ritual tarian adat

34.Selametan : Ritual berdoa secara islami

35.Siraman : proses dimandikan oleh dukun saat akhir acara

36.Suro : Salah satu nama bulan dipenanggalan Jawa

37.Tarub : pondok

38.Tundik : adegan melempar sampur untuk memilih penonton dan

menari bersama

(25)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dengan simbol Bhineka Tunggal Ika jelas menggambarkan

bahwa Negara ini memiliki ragam corak ras, suku, agama dan kebudayaan serta

kesenian. Dengan kondisi geografisnya, yakni Negara kepulauan Indonesia kaya

akan budaya. Dapat kita lihat kebudayaan dari Sabang sampai Merauke. Antara

satu dengan lain kebudayaan memiliki perbedaan yang khas. Ini terjadi karena

kemampuan dan kepercayaan masyarakat yang berbeda-beda disetiap daerah.

Tidak hanya antar pulau, perbedaan budaya juga terjadi dalam satu daerah pada

satu pulau.

Kebudayaan menjadi sebuah simbol atau ciri tertentu bagi suatu daerah.

Kebudayaan tersebut dapat berupa kesenian khas daerah, upacara atau ritual

agama. Beberapa contoh kebudayaan sebagai suatu identitas daerah yaitu, di Bali

sering kita temui tentang tradisi Ngaben, Ritual Balian, dan sebagainya. Di Blitar

terdapat ritual Grebek Pancasila, dan ritual memandikan Mbah Pradah sebuah

gong keramat yang dipercaya sebagai pembawa berkah. Selain itu di Maluku

terdapat kesenian budaya tari Cakalele yang berlatar belakang karena sebagai

pengusir penjajah pada zaman dahulu.

Upacara adat tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan seluruh

(26)

2 tradisional merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat

pendukungnya. Pelestarianya hanya dimungkinkan oleh fungsinya bagi kehidupan

masyarakat kebanyakan. Upacara adat itu akan punah apabila tidak memiliki

fungsi sama sekali.

Seperti halnya didaerah lain, Banyuwangi yang dihuni suku Osing

memiliki kesenian, ritual dan kebudayaan khas, salah satunya yaitu ritual adat

“Seblang”. Seblang merupakan cikal bakal dari tari Gandrung yang dikenal juga

sebagai maskot Kota Banyuwangi. Gandrung merupakan seni pertunjukan yang

disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian

dilakukan dalam bentuk solo, atau berpasangan antara perempuan (penari

gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju". Tarian Gandrung

Banyuwangi diadakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis

panen.

Seni dalam berbagai wujud pengekspresiannya dapat dijadikan sebagai

cermin budaya, karena ia selalu bergerak bersama dengan hati masyarakatnya.

Jenis-jenis kesenian dalam konteks kemasyarakatan mempunyai

kelompok-kelompok pendukung tertentu dengan fungsi yang berbeda-beda. Ada yang

berfungsi hanya sebagai hiburan tanpa memiliki nilai religi, tetapi ada juga yang

bernilai religi, dalam artian pelaksanaannya disertai dengan suatu keyakinan atau

kepercayaan tertentu. Kesenian Seblang adalah salah satu contoh kesenian yang

dipercaya bernilai sakral di masyarakat suku Osing Olehsari dan merupakan

(27)

3 makhluk halus dan kekuatan supranatural untuk mengendalikan sesuatu dengan

menggunakan sarana religi (Koentjaraningrat, 1984 ; 237).

Seblang merupakan sebuah pertunjukan ritual keagamaan tahunan yang

diadakan oleh suku osing didua desa kecamatan Glagah, yakni desa Olehsari dan

Bakungan. Tata cara pelaksanaan dikedua desa ini sangat berbeda meskipun

tujuan yang diharapkan sama. Mulai dari penari, waktu pelaksanaan dan

proses-proses pelaksanaan. Di Olehsari ritual Seblang dilaksanakan setelah hari raya Idul

Fitri selama tujuh hari berturut-turut, sedangkan di kelurahan Bakungan hanya

dilaksanakan dalam satu malam setelah hari raya Idul Adha. Penari di Olehsari

dilakukan oleh gadis yang berusia dibawah 13 tahun, sedangkan di Bakungan

dilakukan oleh wanita berusia diatas 70 tahun. Konon menurut kisah, Seblang

Olehsari dan seblang Bakungan merupakan suatu pasangan, jika seblang Olehsari

disebut sebagai sang Seblang perempuan, sedangkan Seblang Bakungan sebagai

Seblang laki-laki. Perbedaan ini dapat dilihat dari bentuk gerakan tari, di

Bakungan penari memperagakan gerakan-gerakan teatrikal perang dengan

membawa senjaata berupa keris dan gerakan lebih gagah. Sedangkan di Olehsari

gerakan-gerakanya tidak terpola seperti sebuah teatrikal, meskipun lincah namun

Seblang Olehsari cenderung lebih gemulai.

Upacara Seblang bagi masyarakat Olehsari Banyuwangi merupakan sarana

komunikasi dengan Tuhan maupun dengan leluhurnya. Selain berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa verbal juga melalaui seni gerak berupa tari-tarian

sehingga ritual Seblang ini disebut tari Seblang. Ritual atau tari Seblang ini

(28)

4 usaha tolak bala, pengundang kesuburan, penghormatan pada leluhur, ungkapan

rasa syukur dan lain-lain.

”Dukun” atau sering juga disebut ”pawang” Seblang merupakan sesepuh

yang juga sebagai pemimpin acara ini, diyakini mereka yang mampu

berkomunikasi dan menyampaikan ”isi pesan” atau hajat kepada para leluhur.

Bahasa yang digunakan dalam ritual Seblang yang berupa mantra-mantra ini

adalah bahasa osing yang merupakan bahasa asli suku osing Banyuwangi.

Sebelum pertunjukan dan arak-arakan tari seblang ini dimulai perlu melakukan

tahap-tahap tertentu, mulai dari memilih penari melakukan siraman hingga

pembacaan mantra untuk memanggil roh halus. Tari Seblang juga diiringi oleh

”gending” Jawa dan ”gending” asli Banyuwangi sebagai penambah gairah sang

penari yang berlenggak lenggok tak sadarkan diri (trance).

Fenomena yang timbul dalam usaha pemberian perumusan yang tepat

tentang ”trance”, merupakan kenyataan bahwa kesederhanaan tingkat kebudayaan

suatu masyarakat, semakin tampak kecenderunganya pada kepercayaan kepada

kekuatan yang tidak nyata, tetapi merupakan kenyataan yang ada pada sekitar

lingkungan masyarakat dan alamnya (Koentjaraningrat, 1984: 239).

Kekuatan yang tak nyata itu, kadang kala dianggap lebih unggul dari alam

dan manusia itu sendiri. Malah sangat ditakuti, sebab dapat membahayakan

kehidupan mereka, berupa malapetaka dan musibah. Maka mereka merasa perlu

untuk memuja dalam bentuk upacara sebagai usaha untuk menolaknya serta

melindungi atau memelihara kelanggengan hidup. Upacara-upacara yang

(29)

5 juga menggunakan bahasa non-verbal dalam menyampaikan pesan atau maksud

yang akan disampaikan. Atas dasar fenomena yang telah diuraikan diatas,

penelitian ini penting untuk dilaksanakan, untuk mendapatkan jawaban tentang

Pemaknaan Ritual Seblang Menurut Komunitas Suku Osing (Studi Etnografi

di Desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana proses pelaksanaa ritual Seblang di Desa Olehsari Kabupaten

Banyuwangi?

2. Bagaimana pemaknaan ritual Seblang menurut komunitas Suku Osing

Desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui dan menguraikan proses-proses ritual Seblang.

2. Mendeskripsikan makna-makna ritual Seblang menurut komunitas Suku

(30)

6 D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi bagi

akademisi dan peneliti selanjutnya tentang kajian pemaknaan.

2. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pemikiran untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dalam ilmu komunikasi dan mampu

menjadi sebuah wacana kepada masyarakat umum khususnya masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Fatkhiyatul Inayah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) media pembelajaran

Hasil penelitian ini sejalan dengan pe- nelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan ber- makna antara konsumsi sumber asam urat

warna kuning. Aktivitas serangga hama lalat buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh warna dan aroma dari buah. Lalat buah jantan mengenal pasangannya selain

5) Sementara dari arah yang berlawanan rangkaian tunda KT. Orange telah berhasil menyusul rangkaian tunda KT. Abunawas-V dari sisi kanannya, dan mengingat lebar alur

al (2008) juga menyebutkan hal yang positif dan sejalan dengan penelitian ini bahwa pelatihan Essential Newborn Care dalam aspek kebidanan dalam perawatan bayi baru lahir

Istibdal dilihat antara salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan isu lambakan tanah wakaf yang tidak diusaha dan dimanfaatkan kerana kaedah ini

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa koperasi petani sawit sumber rezeki desa kepenuhan raya kecamatan kepenuhan belum memahami akuntansi koperasi sehingga belum diterapkan

Berdasarkan fakta yang terungkap di lapangan, manfaat Diklat bagi guru terkait pelaksanaan tugas antara lain: (1) membantu para guru membuat keputusan dengan lebih